Anda di halaman 1dari 33

OFFSHORE FINANCIAL CENTER

MATA KULIAH : PAJAK INTERNASIONAL


Dosen : Prof. Gunadi., M.Ak.

Disusun oleh :

Ahmad Faiz Zindan Balliyand 123012001004


Daniel Alusinsing 123012001025
Elok Nusantari 123011901015
Erin 123012001038
Tjie Hendra 123012001091

PRODI MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS


EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS TRISAKTI

2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan nikmat sehat kepada penulis sehingga penulis
mampu melaksanakan tugas kuliah dalam pembelajaran dengan lancer dan sukses tanpa ada
kendala yang mempersulit kelancaran proses pembelajaran.
Shalawat serta salam penulis limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
membawa risalah Ilahi dengan kalimat-kalimat-Nya sehingga membawa perubahan zaman
semakin lebih terang benderang hingga saat kini. semoga mendapatkan menjadi umat yang taat
dan mendapatkan syafaat di yaumul akhir kelak. Aamiin
Salam dan hormat penulis limpahkan kepada Dosen Pengampuh dalam pembelajaran mata
kuliah “Pajak Internasional” yakni Bapak Prof. Gunadi, M.Ak. Semoga ilmu yang diberkan
bermanfaat dan berguna dalam kehidupan dan penerapannya secara akademik serta praktisi.
Akhir kata penulis menyadari bahwasanya masih terdapat kekurangan dalam penyusunan ini
terdapat berbagai literature sebagai refrensi penulisan serta jauh dalam kata sempurna maka
silakan atas saran dan kritiknya dan mohon dibukakan maaf bila terdapat kesalahan dan
kekhilafan. Atas perhatiannya penulis ucapkan terima kasih.

Jakarta, 23 November 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................2


BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................4
I.1. Latar Belakang .....................................................................................4
I.2. Rumusan Masalah................................................................................6
I.3. Tujuan ..................................................................................................6
I.4. Manfaat ...............................................................................................6
BAB II RUANG LINGKUP ...................................................................................8
II.1. Pengenalan Offshore Financial Center ..............................................8
BAB III STUDI KASUS......................................................................................17
III.1. The Panama Papers .........................................................................17
III.2. The Pandora Papers.........................................................................23
III.3. Perbedaan The Panama Papers dengan The Pandora Papers…………...26
III.4. III.2. Manfaat Dan Kelemahan OFC Implementasi Di Indonesia……27
BAB IV PENUTUP ..............................................................................................31
VI.1. Kesimpulan ....................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................33

3
BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Penerimaan pajak mengalami shortfall yang sangat besar dari target pajak yang
telah ditetapkan oleh pemerintah. Nilai shortfall penerimaan pajak tersebut
cenderung mengalami peningkatan yang dimulai sejak tahun 2014 yang lalu.
Peningkatan gap antara realisasi dan target penerimaan pajak tersebut bukan hanya
terjadi karena penurunan realisasi penerimaan pajak semata. Perencanaan target
pajak yang terlalu tinggi juga menjadi penyebab tingginya shortfall pajak yang
dialami pemerintah Indonesia. Situasi ekonomi dunia yang belum mendukung juga
menjadi salah satu penyebab tidak tercapainya target penerimaan pajak meskipun
hal ini tidak berpengaruh banyak kepada sirkulasi penerimaan pajak yang dipungut
oleh pemerintah. Terkait dengan permasalahan penerimaan pajak ini, pemerintah
Indonesia mengeluarkan beberapa kebijakan. Baik itu kebijakan yang menyentuh
institusi pengawas perpajakan maupun kebijakan yang mengarah kepada
mekanisme penerimaan pajak itu sendiri. Taxamnesty adalah salah satu kebijakan
yang dikeluarkan pemerintah saat ini. Sejak dikeluarkannya Undang – Undang
Nomor 11 tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak dan aturan turunan lainnya yang
mendukung terlaksananya Undang – Undang tersebut, realisasi penerimaan pajak
sampai dengan akhir Agustus 2016, yang terkait dengan tax amnesty, belum
memberikan hasil yang memuaskan. Belum optimalnya penerimaan pajak
melalui tax amnesty tersebut tidak menghentikan langkah pemerintah untuk tetap
mencari penerimaan pajak melalui strategi, kebijakan, dan sumber yang lain. Salah
satu rencana pemerintah untuk meningkatkan penerimaan pajak adalah dengan
membangun Offshore Financial Center (OFC). Gagasan pembentukan OFC
ditujukan untuk menarik sejumlah investor yang potensial agar mereka dapat
menanamkan dananya di negara yang membentuk OFC tersebut. Selain dikenal
dengan sebutan OFC, kawasan yang memberlakukan adanya stimulus fiskal secara

4
masif ini juga dikenal dengan sebutan Tax Haven. Berbeda dengan Indonesia yang
masih merencanakan pembentukan OFC, Irlandia sebagai salah negara anggota Uni
Eropa sudah mengaplikasikan kegiatan OFC sejak tahun 1950-an (Smith, 2016).
Sebagai salah satu negara yang membentuk OFC, Irlandia mampu memberikan
daya tarik tersendiri bagi para investor untuk datang ke negara tersebut.
Pengalaman Irlandia dalam mengelola OFC dapat dikatakan sangat baik. Hal ini
dibuktikan
dengan motivasi investor yang datang dengan tidak hanya mencari kerahasiaan
perbankan
yang ditawarkan oleh perbankan di wilayah OFC tersebut, tetapi ada juga investor
yang datang dengan alasan adanya kemudahan dalam proses pengelolaan dana yang
disimpan oleh perbakan maupun law enforcement yang diterapkan di negara
tersebut. Pembentukan OFC di Irlandia sendiri merupakan strategi pemerintah
Irlandia untuk dapat menciptakan sistem pengelolaan keuangan yang stabil. Namun
di lain sisi, OECD menilai keberadaan OFC di Irlandia dapat menjadi rezim
perpajakan yang membahayakan sistem keuangan yang ada di negara - negara Uni
Eropa. Penilaian OECD tersebut didasari karena Irlandia merupakan salah satu
negara anggota dari OECD. Penilaian OECD yang bertentangan dengan strategi
pemerintah Irlandia tersebut tidak menggoyahkan pemerintah Irlandia untuk
membentuk OFC, karena OFC dinilai tetap memberikan manfaat bagi
kelangsungan sistem keuangan, ekonomi, dan pembangunan di Irlandia. Manfaat
utama yang dapat dirasakan langsung bagi Irlandia tentu adanya nilai investasi yang
ditanamkan para investor luar negeri di Irlandia. Disamping Irlandia, beberapa
negara di kawasan Eropa lainnya, Amerika, Afrika maupun Asia juga memiliki
wilayah yang mengembangkan Offshore Financial Center.
Di kawasan Asia, Malaysia, Singapura, Macao dan Hong Kong adalah negara –
negara yang memiliki OFC. Sedangkan di kawasan Afrika, negara Afrika Selatan
adalah negara yang memiliki wilayah tersebut (Tax justice network, 2016). Di
Malaysia, Labuan menjadi wilayah yang dipilih untuk membentuk OFC.
Pembentukan OFC ini mengusung konsep manajemen keuangan yang dikelola
secara syariah. Konsep tersebut tentu sangat berbeda dengan konsep OFC di negara

5
– negara yang menggunakan sistem keuangan secara konvensional. Namun
demikian, pembukaan OFC di Labuan telah menarik banyak perhatian, termasuk
perhatian dari perusahaan di Hong Kong. Dalam artikel yang disampaikan
oleh World Press Review (1992) yang berjudul ‘A New Bermuda,’ sebanyak 190
perusahaan Hong Kong memasuki Labuan setelah Labuan ditetapkan sebagai
wilayah OFC. Masuknya perusahaan Hongkong di Labuan menjadi indikator
bahwa sistem pengelolaan keuangan secara syariah tidak menutup kemungkinan
perusahaan yang bukan berbasis syariah untuk tetap menanamkan investasinya di
Labuan. Manfaat OFC yang diterima oleh negara – negara yang membentuk OFC
tersebut jelas dapat dilihat, yaitu adanya investasi asing dan likuiditas perbankan
karena masuknya modal asing ke dalam negeri. Abbott (2000) bahkan
menambahkan bahwa kehadiran OFC juga dapat memberikan multiplier effect bagi
siklus usaha yang berkembang di negara yang membentuk OFC. Ada memang
beberapa negara yang memiliki OFC namun tidak berkontribusi secara besar bagi
perkembangan ekonomi di negara yang memiliki OFC tersebut, seperti Channel
Islands, the Isle of Man, dan the Carribbean Havens yang disebutkan Abbott di
dalam penelitiannya. Meskipun demikian, inisiatif pembentukan OFC merupakan
upaya yang dapat dilakukan untuk menarik investasi bagi perkembangan ekonomi
dan peningkatan sumber pendapatan negara.

I.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengenalan Offshore Financial Center ?
2. Bagaimana perkembangan studi kasus Offshore Financial Center ?

I.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami pengenalan Offshore Financial
Center.
2. Untuk mengetahui dan memahami perkembangan studi kasus Offshore
Financial Center.

I.4. Manfaat

6
1. Akademik
Untuk memberikan informasi dan menambahkan wawasan khazanah ilmu
pengetahuan secara jelas dan nyata sehingga menghadirkan manfaat bagi
mahasiswa/i serta para penggarap ilmu pengetahuan yang dapat
menambahkan kualitas jati diri.
2. Khalayak
Untuk memberikan informasi dan menambahkan wawasan khazanah ilmu
pengetahuan kepada masyarakat luas secara umum sehingga ilmu
pengetahuan tersebut dapat diterapkan dalam ruang lingkup kerja maupun
secara praktisi.

7
BAB II
RUANG LINGKUP

II.1. Pengenalan Offshore Financial Center


a. Apa itu Offshore Financial Center ?
Offshore Financial Center atau Pusat Keuangan Lepas Pantai yang dikenal
sebagai OFC, didefinisikan sebagai suatu negara atau yurisdiksi yang membuat
jasa keuangan yang tersedia untuk non penduduk dengan tujuan menghindari
aspek negara asal non-penduduk atau yurisdiksi. Pusat-pusat keuangan ini
umumnya digunakan sebagai lokasi perusahaan holding aset untuk mencapai
penghindaran pajak. Lebih sering, mereka digunakan secara ilegal untuk
penghindaran pajak.

b. Apa Itu dan Dimana Itu Dilakukan


Pembiayaan luar negeri, paling sederhana adalah penyediaan jasa keuangan oleh
bank dan agen lainnya kepada bukan penduduk. Layanan ini mencakup
peminjaman uang dari bukan penduduk dan pinjaman kepada bukan penduduk.
Ini dapat berupa pinjaman kepada perusahaan dan lembaga keuangan lainnya,
didanai oleh kewajiban ke kantor bank pemberi pinjaman di tempat lain, atau
kepada pelaku pasar. Ini juga dapat mengambil bentuk mengambil simpanan dari
individu, dan menginvestasikan hasilnya di pasar keuangan di tempat lain.
Beberapa kegiatan ini terekam dalam statistik yang diterbitkan oleh Bank for
International Settlements (BIS). Mungkin yang lebih signifikan adalah dana
yang dikelola oleh lembaga keuangan dengan risiko nasabah. Aktivitas off-
balance sheet, atau fidusia, seperti itu umumnya tidak dilaporkan dalam statistik
yang tersedia. Lebih-lebih lagi,
Definisi OFC jauh lebih mudah. Secara luas, OFC dapat didefinisikan sebagai
pusat keuangan tempat aktivitas lepas pantai berlangsung. Definisi ini akan
mencakup semua pusat keuangan utama di dunia. Di pusat-pusat seperti itu,

8
mungkin ada sedikit perbedaan antara bisnis di dalam dan di luar negeri, yaitu
pinjaman kepada non-penduduk dapat didanai di pasar pusat itu sendiri, di mana
pemasok dana dapat berupa penduduk atau bukan penduduk. Demikian pula,
manajer dana mungkin tidak membedakan antara dana nasabah residen dan non-
residen. Pusat-pusat seperti itu, misalnya London, New York, dan Tokyo dapat
lebih bermanfaat digambarkan sebagai "Internasional Financial Center" (IFC).
Dalam beberapa kasus, misalnya, New York dan Tokyo, beberapa aktivitas ini,
tetapi tidak berarti semua,
Definisi OFC yang lebih praktis adalah pusat di mana sebagian besar aktivitas
sektor keuangan berada di luar negeri di kedua sisi neraca, (yaitu pihak lawan
dari sebagian besar kewajiban dan aset lembaga keuangan bukan penduduk), di
mana transaksi dimulai di tempat lain, dan di mana sebagian besar lembaga yang
terlibat dikendalikan oleh non-penduduk. Dengan demikian OFC biasanya
disebut sebagainya, yakni :
Yurisdiksi yang memiliki lembaga keuangan dalam jumlah yang relatif besar
yang bergerak terutama dalam bisnis dengan bukan penduduk. Sistem keuangan
dengan aset dan kewajiban eksternal di luar proporsi intermediasi keuangan
domestik yang dirancang untuk membiayai ekonomi domestik dan Lebih
populer, pusat-pusat yang menyediakan beberapa atau semua layanan berikut:
1. pajak rendah atau nol.
2. regulasi keuangan sedang atau ringan.
3. kerahasiaan dan anonimitas perbankan.
Namun, perbedaannya sama sekali tidak jelas. OFC berkisar dari pusat seperti
Hong Kong dan Singapura, dengan pasar keuangan dan infrastruktur yang
berkembang dengan baik, dan di mana sejumlah besar nilai ditambahkan ke
transaksi yang dilakukan untuk non-penduduk, ke pusat dengan populasi yang
lebih kecil, seperti beberapa pusat Karibia , di mana nilai tambah terbatas pada
penyediaan infrastruktur profesional. Di beberapa pusat yang sangat kecil, di
mana lembaga keuangan memiliki sedikit atau tidak ada kehadiran fisik, nilai
tambah mungkin terbatas pada pemesanan transaksi. Tetapi di semua pusat
transaksi tertentu mungkin lebih atau kurang dari jenis "lepas pantai". Artinya di

9
semua yurisdiksi dimungkinkan untuk menemukan transaksi di mana hanya
"pemesanan" yang terjadi di OFC,
Selain aktivitas perbankan, layanan lain yang disediakan oleh pusat luar negeri
meliputi pengelolaan dana, asuransi, bisnis perwalian, perencanaan pajak, dan
aktivitas IBC. Statistik jarang terjadi—tetapi kesan pertumbuhan pesat di banyak
bidang ini dalam beberapa tahun terakhir, berbeda dengan beberapa penurunan
perbankan.

c. Misal Offshore Financial Centers


1) Lisensi perbankan lepas pantai . Sebuah perusahaan multinasional
mendirikan bank luar negeri untuk menangani operasi valuta asing atau
untuk memfasilitasi pembiayaan usaha patungan internasional. Bank dalam
negeri mendirikan anak perusahaan yang sepenuhnya dimiliki dalam OFC
untuk menyediakan layanan administrasi dana luar negeri (misalnya,
penyimpanan global yang terintegrasi penuh, akuntansi dana, administrasi
dana, dan layanan agen transfer). Pemilik bank dalam negeri yang teregulasi
mendirikan bank "paralel" saudara perempuan di OFC. Daya tarik OFC
mungkin termasuk tidak ada pajak modal, tidak ada pajak pemotongan atas
dividen atau bunga, tidak ada pajak atas transfer, tidak ada pajak
perusahaan, tidak ada pajak capital gain, tidak ada kontrol pertukaran,
regulasi dan pengawasan ringan, persyaratan pelaporan yang kurang ketat,
dan kurang ketat. pembatasan perdagangan.
2) Perusahaan lepas pantai atau perusahaan bisnis internasional
(IBC ). IBC adalah kendaraan kewajiban terbatas yang terdaftar di
OFC. Mereka dapat digunakan untuk memiliki dan menjalankan bisnis,
menerbitkan saham, obligasi, atau meningkatkan modal dengan cara
lain. Mereka dapat digunakan untuk membuat struktur keuangan yang
kompleks. IBC dapat dibentuk dengan satu direktur saja. Dalam beberapa
kasus, penduduk negara tuan rumah OFC dapat bertindak sebagai direktur
calon untuk menyembunyikan identitas direktur perusahaan yang
sebenarnya. Di beberapa OFC, sertifikat saham pembawa dapat

10
digunakan. Di OFC lain, sertifikat saham terdaftar digunakan, tetapi tidak
ada daftar pemegang saham publik yang disimpan. Di banyak OFC, biaya
mendirikan IBC minimal dan umumnya dibebaskan dari semua pajak. IBC
adalah sarana populer untuk mengelola dana investasi.
3) Perusahaan asuransi . Sebuah perusahaan komersial mendirikan
perusahaan asuransi tawanan di OFC untuk mengelola risiko dan
meminimalkan pajak. Perusahaan asuransi darat mendirikan anak
perusahaan di OFC untuk mengasuransikan kembali risiko tertentu yang
ditanggung oleh induk perusahaan dan mengurangi persyaratan cadangan
dan modal secara keseluruhan. Perusahaan reasuransi darat
menggabungkan anak perusahaan dalam OFC untuk mengasuransikan
kembali risiko bencana. Daya tarik OFC dalam keadaan ini termasuk rezim
pajak pendapatan/pemotongan/modal yang menguntungkan dan
persyaratan cadangan aktuaria dan standar modal yang rendah atau lemah.
4) Kendaraan tujuan khusus. Salah satu penggunaan OFC yang paling cepat
berkembang adalah penggunaan kendaraan tujuan khusus (SPV) untuk
terlibat dalam kegiatan keuangan di lingkungan pajak yang lebih
menguntungkan. Perusahaan darat mendirikan IBC di pusat lepas pantai
untuk terlibat dalam aktivitas tertentu. Penerbitan sekuritas beragun aset
adalah aktivitas SPV yang paling sering dikutip. Korporasi darat dapat
menetapkan satu set aset ke SPV luar negeri (misalnya, portofolio hipotek,
pinjaman piutang kartu kredit). SPV kemudian menawarkan berbagai
sekuritas kepada investor berdasarkan aset yang mendasarinya. SPV, dan
karenanya induk di darat, mendapat manfaat dari perlakuan pajak yang
menguntungkan di OFC. Lembaga keuangan juga menggunakan SPV untuk
memanfaatkan peraturan yang tidak terlalu membatasi aktivitas
mereka. Bank, khususnya, menggunakannya untuk meningkatkan modal
Tier I di lingkungan pajak OFC yang lebih rendah. SPV juga dibentuk oleh
lembaga keuangan non-bank untuk memanfaatkan aturan netting yang lebih
liberal daripada yang dihadapi di negara asal, sehingga mengurangi
kebutuhan modal mereka.

11
5) Perencanaan pajak . Orang kaya memanfaatkan lingkungan pajak yang

12
6) menguntungkan di, dan perjanjian pajak dengan, OFC, sering kali
melibatkan perusahaan lepas pantai, perwalian, dan yayasan. Ada juga
berbagai skema yang, meskipun dapat dipertahankan secara hukum,
bergantung pada kompleksitas dan ambiguitas, sering kali melibatkan jenis
perwalian yang tidak tersedia di negara tempat tinggal klien. Perusahaan
multinasional mengarahkan kegiatan melalui OFC pajak rendah untuk
meminimalkan total tagihan pajak mereka melalui penetapan harga transfer,
yaitu, barang dapat dibuat di darat tetapi faktur dikeluarkan di luar negeri
oleh IBC yang dimiliki oleh multinasional, memindahkan keuntungan darat
ke rezim pajak rendah.
7) Penggelapan pajak dan pencucian uang . Ada juga individu dan
perusahaan yang mengandalkan kerahasiaan perbankan untuk menghindari
pelaporan aset dan pendapatan kepada otoritas pajak terkait. Mereka yang
memindahkan uang yang diperoleh dari transaksi ilegal juga mencari
kerahasiaan maksimum dari pajak dan penyelidikan kriminal.
8) Manajemen dan perlindungan aset. Individu dan perusahaan kaya di
negara-negara dengan ekonomi lemah dan sistem perbankan yang rapuh
mungkin ingin menyimpan aset di luar negeri untuk melindungi mereka dari
runtuhnya mata uang domestik dan bank domestik mereka, dan di luar
jangkauan kontrol pertukaran yang ada atau potensial. Jika orang-orang ini
juga mencari kerahasiaan, maka akun di OFC sering kali menjadi
pilihan. Dalam beberapa kasus, ketakutan akan penyitaan besar-besaran atas
aset yang diperoleh secara sah juga merupakan motif untuk pergi ke luar
negeri. Dalam hal ini, kerahasiaan sangat penting. Juga, banyak individu
yang menghadapi tanggung jawab tak terbatas di yurisdiksi asal mereka
berusaha untuk merestrukturisasi kepemilikan aset mereka melalui
perwalian lepas pantai untuk melindungi aset tersebut dari tuntutan hukum
di darat. (Sumber: Kelompok Kerja Forum Stabilitas Keuangan pada Laporan Pusat Keuangan

Lepas Pantai (April 2000)).

Definisi luas ini, bersama dengan fakta bahwa statistik hanya tersedia untuk
sebagian bisnis dan hanya untuk beberapa OFC, telah membentuk cakupan OFC

13
oleh lembaga keuangan dan komentator internasional, mulai dari 14 OFC yang
terdaftar di BIS-IMF bersama. - Statistik OECD-Bank Dunia tentang utang luar
negeri kepada 69 OFC yang terdaftar di Errico dan Musalem (1999) memberikan
daftar negara, wilayah, dan yurisdiksi dengan OFC menurut cakupannya, yakni :

Table 1.
Countries, Territories, and Jurisdictions with
Offshore Financial Centers

Africa Asia and Pacific Europe Middle East Western


Hemisphere

Djibouti Cook Islands Andorra (FSF) Bahrain (J) Anguilla (FSF)


(FSF) (OG) (FSF)

Liberia (J) Guam Campione Israel Antigua (FSF)

Mauritius Hong Kong, SAR Cyprus (OG) Lebanon (J) Aruba (J) (OG)
(OG) (FSF) (J) (OG) (FSF) (FSF) (OG) (FSF) (FSF)

Seychelles Japan1 Dublin, Ireland Bahamas (J) (OG)


(FSF) (FSF) (FSF)

Tangier Labuan, Malaysia Gibraltar (OG) Barbados (J) (OG)


(FSF) (FSF) (FSF)

Macao, SAR Guernsey (OG) Belize (FSF)


(FSF) (FSF)

Marianas Isle of Man Bermuda (J) (OG)


(OG) (FSF) (FSF)

Marshall Islands Jersey (OG) British Virgin

14
(FSF) (FSF) Islands (FSF)

Micronesia Liechtenstein Cayman Islands


(FSF) (J) (OG) (FSF)

Nauru (FSF) London, U.K. Costa Rica (FSF)

Niue (FSF) Luxembourg Dominica


(FSF)

Philippines Madeira Grenada

Singapore2(J) Malta (OG) Montserrat


(OG) (FSF) (FSF)

Tahiti Monaco (FSF) Netherlands


Antilles (J) (OG)
(FSF)

Thailand3 Netherlands Panama (J) (OG)


(FSF)

Vanuatu (J) (OG) Switzerland Puerto Rico


(FSF) (FSF)

Western Samoa St. Kitts and


(FSF) Nevis (FSF)

St. Lucia (FSF)

St. Vincent and


Grenadines (FSF)

Turks and Caicos


Islands (FSF)

15
United States4

Uruguay

West Indies (UK)


(J)5

Source: Based on Errico and Musalem (1999), IMF Working Paper WP/99/5 (unless
otherwise indicated).

Legenda:
(J) = Joint BIS-IMF-OECD-World Bank Statistics on External Debt.
(OG) = Offshore Group of Banking Supervisors.
(FSF) = Financial Stability Forum's Working Group on Offshore Financial
Centers (Press Release of May 26, 2000).
1
Japanese Offshore Market (JOM).
2
Asian Currency Units (ACUs).
3
Bangkok International Banking Facilities (BIBFs).
4
U.S. International Banking Facilities (IBFs).
5
Includes Virgin Islands, Anguilla, and Monserrat.

16
BAB III
STUDI KASUS

III.1. The Panama Papers


Munculnya kasus the Panama Papers menggugah kesadaran publik terhadap
keberadaan Tax Haven di suatu negara. Tax Haven bukan merupakan suatu
wilayah impian seperti yang dipikirkan oleh sebagian besar masyarakat. Tax
Haven adalah wilayah yang memberikan stimulus fiskal secara masif kepada para
pelaku usaha yang berpotensi menjadi investor terbesar di negara tersebut. Oleh
sebab itu, Tax Haven mulai banyak dibicarakan publik sejak kasus ‘the Panama
Papers’ tersebut muncul. Kasus ini terjadi akibat bocornya data perusahaan
Panama. Perusahaan ini adalah milik dua pengacara hukum yang sudah lama
menetap di negara kepulauan Panama tersebut. Isu ini tidak hanya menggugah
kesadaran masyarakat setempat, tetapi isu yang telah menjadi perhatian masyarakat
internasional.
Kesadaran publik terhadap keberadaan Tax Haven mendorong masyarakat
melihat kembali peran dari Tax Haven. Publik belum banyak mengenal Offshore
Financial Center (OFC). Secara definisi maupun aktivitas yang diterapkan, baik
OFC maupun Tax Haven keduanya merupakan sebuah wilayah yang memberikan
pelayanan khusus kepada para pelaku usaha atau para investor. Perlakuan khusus
ini diberikan agar mereka bersedia mempercayakan dana mereka untuk dikelola
oleh masyarakat di suatu negara yang telah membentuk OFC atau pun Tax
Haven tersebut. Dari beberapa negara yang telah menerapkan OFC, Irlandia adalah
salah satu negara Uni Eropa yang menerapkan kebijakan tersebut. Sebagian besar
publik mungkin belum mengetahui hal ini. Menurut sejarah berdirinya sebelum
negara Republik Irlandia berdiri, negara ini merupakan bagian dari the Great
Britain. The Great Britain saat ini lebih dikenal dengan negara Inggris (the United
Kingdom). Salah satu wilayahnya terletak di kepulauan Irlandia yang bernama
Irlandia Utara (Northern Ireland). Dengan jumlah penduduk sebanyak lebih dari 4
juta jiwa penduduk, potensi penyediaan sumber daya manusianya untuk mengelola
sistem keuangan negara sangat baik. Dukungan terletak dari peningkatan

17
pendidikan dan pilihan studi yang mengarah kepada implementasi science dan
teknologi Selain dari sistem pendidikan, kontur politik di Irlandia terbilang cukup
stabil. Peristiwa sejarah perlawanan pemberontakan separatis di Irlandia juga
menjadi catatan sejarah Irlandia yang sampai saat ini belum sepenuhnya hilang di
dalam kehidupan masyarakatnya. Selain dukungan dari situasi politik, situasi
ekonomi yang berkembang pasca krisis keuangan yang terjadi pada tahun 2008
yang lalu mulai menunjukkan peningkatan secara signifikan. Namun demikian,
siklus ekonomi Irlandia tidak selalu stabil sepanjang sejarah perjalanan Irlandia.
Irlandia pernah mengalami krisis ekonomi yang terjadi di tahun 1970-an.
Demikian pula pada tahun 1800-an, bencana kelaparan pernah melanda Irlandia
yang sangat mempengaruhi kondisi ekonomi dan masyarakatnya pada waktu itu.
Fluktuasi perkembangan ekonomi, politik, dan sosial mempengaruhi iklim investasi
yang berkembang di Irlandia. Aktivitas ekonomi, baik permasalahan yang dihadapi
maupun peningkatan perkembangan ekonominya, menjadi perhatian pemerintah
Irlandia. Melalui aktivitas ekonomi yang dinamis, pemerintah Irlandia memutuskan
pembentukan Offshore Financial Center (OFC). OFC bukan semata – mata
terbangun secara pasti di suatu periode yang ditetapkan pemerintah Irlandia. OFC
hadir melalui serangkaian implementasi kebijakan pemerintah, khususnya
kebijakan investasi yang dilakukan pemerintah Irlandia. Kebijakan yang pertama
dirilis pemerintah Irlandia adalah tawaran stimulus fiskal pada tahun 1956.
Kebijakan ini memang ditujukan untuk menarik investor, khususnya investor besar
dari luar Irlandia. Karakteristik dari stimulus yang ditawarkan adalah tingkat pajak
yang rendah sampai regulasi yang memberikan kelonggaran bagi wajib pajak.
Kebijakannya tersebut menempatkan Irlandia sebagai pusat pengelola
keuangan internasional karena ketertarikan para pelaku usaha untuk menempatkan
dana mereka di tempat yang sangat mudah secara pengaturannya. Kebijakan ini
telah memposisikan Irlandia sebagai Offshore Financial Center. Sebagai negara
yang memiliki wilayah laut dan darat, penggunaan terminologi ‘Offshore’ tentunya
menjadi alternatif pilihan untuk memberikan pelayanan pengelolaan keuangan
bisnis suatu negara di luar negeri. Oleh karena itu, penempatan Irlandia sebagai
negara yang memiliki OFC sudah sangat tepat. Setelah tahun 1956, tahun 1987 juga

18
menjadi catatan penting bagi Irlandia maupun masyarakat internasional. Periode
tersebut menjadi catatan penting bagi di Irlandia karena kebijakan pemerintah
Irlandia telah mendirikan International Financial Service Center (IFSC) yang
bermarkas di Dublin. Saat pembentukan IFSC, Irlandia berada di bawah
kepemimpinan Perdana Menteri Charles Haughey (1979 s.d. 1992). Setelah Charles
Haughey melepaskan semua jabatannya, baik jabatan pemerintahan maupun
jabatan partai yang membesarkannya, tuntutan hukum menjadi cobaan yang harus
dia jalani. Salah satu tuntutannya adalah tuduhan skandal korupsi dan penghindaran
pajak. Sampai akhirnya, dia meninggal di tahun 2006 yang lalu. Masa pemerintahan
Charles Haughey pada saat IFSC terbentuk menjadi indikator bahwa OFC yang
terbentuk di Irlandia juga mengalami hambatan yang berpengaruh terhadap
kredibilitas OFC itu sendiri.
Kasus korupsi menjadi faktor risiko bagi keberlangsungan OFC. Risiko yang
dapat menyebabkan krisis keuangan maupun krisis ekonomi nasional seperti yang
pernah dialami Irlandia pada tahun 2000-an dan 1980-an. Korupsi perbankan yang
berakhir pada bailout sangat rentan terjadi pada ekonomi keuangan yang terlalu
mengandalkan kepada dana dari luar. Fakta ini terjadi di Irlandia. Namun krisis
keuangan yang terjadi di tahun 2008 yang lalu dapat diselesaikan Irlandia dengan
baik. Irlandia pun berhasil keluar dari krisis dan mencatat peningkatan pertumbuhan
ekonomi sejak tahun tersebut. Perlu diketahui bahwa motivasi pembentukan OFC
lebih banyak didorong oleh kekuatan politik dan faktor ekonomi yang kurang
menguntungkan pada suatu periode. Dorongan ini juga yang menjadi motivasi
pemerintah Irlandia untuk membentuk OFC. Tax justice network (2016)
mengindentifikasikan dua daya tarik dari OFC. Daya tarik pertama adalah
kerahasiaan perbankan. Sedangkan daya tarik yang kedua adalah kerahasiaan bagi
perusahaan yang menginvestasikan dananya di OFC. Baik kerahasiaan perbankan
maupun kerahasiaan perusahaan, keduanya menjamin data dan informasi yang
mereka miliki yang tidak dapat dengan mudah diakses oleh siapapun. Kerahasiaan
menjadi jaminan keamanan dalam bertransaksi keuangan di OFC. Daya tarik OFC
yang ada di Irlandia utamanya bukan dimotivasi karena adanya jaminan
kerahasiaan perbankan. Dari index kerahasiaan keuangan (financial secrecy index)

19
yang diproduksi oleh tax justice network, Irlandia berada di posisi ke 37 dari 92
negara yang memiliki data untuk dinilai. Dengan score 40, kerahasiaan keuangan
di Irlandia bukan menjadi hal yang menarik bagi investor yang memiliki motivasi
untuk menyimpan dananya agar tidak dapat diakses secara mudah, rahasia, dan
aman. Tidak hanya indikator rendahnya score kerahasiaan keuangan di Irlandia,
keterbukaan informasi perbankan serta pertukaran informasi perpajakan (automatic
exchange of information) antar negara – negara anggota negara G20 juga menjadi
salah satu faktor yang menutup kemungkinan pengelolaan keuangan di Irlandia
dilakukan secara rahasia. Dengan demikian, daya tarik kerahasiaan perbankan atau
pengelolaan keuangan bukan menjadi motif bagi para investor. Sebagai salah satu
negara anggota Uni Eropa yang ikut menjadi anggota G20, Irlandia tentu akan
mematuhi komitmen bersama dalam merespon pertukaran data dan informasi
perbankan antar negara – negara anggotanya. Sementara untuk daya tarik
kerahasiaan perusahaan/entitas/investor sudah lazim diterapkan semua
perusahaan/entitas/investor di semua negara. Kerahasiaan data atau informasi yang
dimiliki perusahaan/entitas/investor digunakan untuk memproteksi
perusahaan/entitas/investor dari kompetisi yang tidak sehat. Proteksi kerahasiaan
perusahaan/entitas/investor maupun cara untuk mengatasi konflik dari kompetisi
yang tidak sehat telah diatur oleh pemerintah Irlandia maupun Uni Eropa
melalui Treaty of Functioning of the European Union article 101. Daya tarik
kerahasiaan perusahaan/entitas/investor setidaknya menjadi daya tarik tersendiri
yang ditawarkan OFC Irlandia kepada para pemilik modal dari luar negeri. Kedua
daya tarik tersebut hanya merupakan stimulus untuk menarik investor dari luar
negeri. Namun dilihat dari esensi tujuan pendiriannya, OFC dirikan untuk
menciptakan stabilitas keuangan negara (Zoromé, 2016), khususnya keuangan di
Irlandia. Salah satu perusahaan multinasional terbesar dari Amerika Serikat, Apple
Inc., merupakan salah satu perusahaan multinasional besar yang menginvestasikan
dananya di Irlandia. Sebagai perusahan yang bergerak di bidang pengembangan
produk informasi teknologi, Apple Inc. menjadi perusahaan raksasa yang
termotivasi oleh keberadaan OFC di Irlandia. Perkembangan terakhir yang terjadi
di tahun 2016, Apple Inc. harus berhadapan dengan institusi hukum di Irlandia

20
terkait dengan dugaan tax evasion yang dilakukan oleh perusahaan ini.
Kasus ini menjadi bukti bahwa OFC sekalipun juga memiliki risiko yang
sangat besar bagi pengelolaan keuangan negara. Kasus Apple menjadi indikasi
adanya keterbatasan dalam pengelolaan OFC. Sebelumnya International Monetary
Fund (IMF) telah mengindikasikan bahwa pembentukan OFC memiliki kerentanan
terjadinya fraud ataupun kegagalan dalam pengelolaan sistem keuangan yang ada,
meskipun OFC bertujuan untuk menciptakan stabilitas sistem keuangan yang
dikelola suatu negara. Kecemasan akan dampak negatif yang ditimbulkan memiliki
kemungkinan untuk dapat terjadi. Tingkat kompetisi antar negara yang memiliki
OFC juga menjadi tantangan bagi Irlandia. Setiap negara yang memiliki OFC tentu
akan menawarkan manfaat yang optimal dan terbaik bagi para investor
(Zoromé, 2016). Tantangan OFC yang dikelola pemerintah Irlandia semakin
bertambah karena adanya penilaian dari Organization for Economic Cooperation
and Development (OECD). Sebagai salah satu negara anggota OECD,
implementasi OFC di Irlandia tentu menjadi pertimbangan negara – negara anggota
OECD. Berdasarkan penilaian dari Committee on Fiscal Affairs (CFA) OECD
tahun 1998, OFC yang diterapkan di Irlandia merupakan praktek perpajakan yang
membahayakan. Menurut komite tersebut, praktek OFC membahayakakan, karena
beberapa sebab yakni :
1) memberikan peluang adanya pelarian pajak dari negara lain.
2) menguntungkan sepihak dari juridiksi yang memberlakukan
pajak zero atau pajak yang rendah.
3) kurangnya transparansi.
4) tidak adanya aktivitas riil yang substansial di mana OFC hanya menjadi
‘booking center’ semata (Tax Justice Network, 2016).
Penilaian dari OECD sejalan dengan kebijakan dan regulasi yang dikeluarkan
oleh Uni Eropa. Dalam kebijakannya, Uni Eropa tidak memberikan pembenaran
terhadap praktik kecurangan yang dilakukan oleh wajib pajak terutama dalam hal
pelarian pajaknya ke luar negeri atau antar sesama anggota Uni Eropa. Meskipun
demikian, Uni Eropa tidak memiliki memiliki kepentingan dalam menaikan atau
menurunkan nilai pajak di negara – negara anggotanya. Uni Eropa hanya

21
memastikan bahwa sistem keuangan negara – negara anggota Uni Eropa harus
dapat memberikan peningkatan bagi pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan,
lapangan pekerjaan, perlakuan yang seimbang antar wajib pajak, kebebasan dalam
bertransaksi, dan jaminan kebebasan dalam arus barang, jasa, dan modal ke seluruh
negara-negara anggota Uni Eropa (European Union, 2016). Shared
competence yang dibuat Uni Eropa dan diaplikasikan pada negara – negara
anggotanya menjadi dasar dalam koordinasi beberapa program, termasuk program
keuangan dan perpajakan. Sejak OFC diposisikan di negara Irlandia, nilai pajak
yang diterima oleh pemerintah Irlandia mengalami peningkatan. Figure 1 di bawah
memperlihatkan peningkatan penerimaan pajak tersebut, meskipun secara historis
perkembangan OFC sudah diterapkan sejak tahun 1956 yang lalu. Pada figure
tersebut, puncak peningkatan penerimaan pajak terjadi di tahun 2007. Setelah tahun
2007, penerimaan pajak mengalami tren penurunan akibat krisis keuangan yang
terjadi di beberapa negara Uni Eropa termasuk Irlandia. Tren peningkatan dan
penurunan ini setidaknya memberikan prediksi bahwa penerimaan pajak secara
positif mampu berkembang dengan baik. Implementasi OFC di Irlandia setidaknya
menjadi salah satu pemicu untuk meningkatkan aktivitas ekonomi riil dan
peningkatan aliran dana masuk sehingga penerimaan pajak pun secara otomatis
dapat meningkat.
Perkembangan OFC di Irlandia seperti yang telah dijelaskan pada paragraf
sebelumnyamemberikan kesimpulan adanya manfaat dan kelemahan yang terjadi
akibat penerapan OFC tersebut. Untuk manfaat, pembentukan OFC di Irlandia
setidaknya terdapat beberapa aspek, yaitu :
1) menghasilkan peningkatan pajak.
2) menghadirkan perusahaan multinasional berskala besar
3) mengembangkan potensi usaha yang menggunakan teknologi.
4) menyehatkan perbankan dan likuiditas keuangan.
5) meningkatkan pertumbuhan ekonomi termasuk peningkatan
usaha baik tenaga kerja maupun produktivitas jaringan usaha yang berkembang di
Irlandia. Sedangkan untuk kelemahan dari pembentukan OFC di Irlandia, yakni :
1) Terjadinya penyimpangan pembayaran pajak.

22
2) Tterjadinya indikasi korupsi di kalangan pemerintahan.
3) Ketidakseimbangan iklim usaha di dalam negara – negara anggota Uni
Eropa.

III.2. The Pandora Papers

Jutaan dokumen yang dipublikasikan Pandora Papers mengungkapkan


rahasia keuangan dan perkara pajak para pemimpin dunia, miliarder, selebritas.
Shakira termasuk di antaranya, dan dua menteri Indonesia. Penyelidikan ICIJ dan
150 outlet berita, menemukan lebih dari 330 politisi tingkat tinggi dan pejabat
publik dunia punya aset dan perusahaan cangkang di negara bebas pajak.
Investigasi Pandora Papers mengungkapkan bahwa 35 pemimpin dunia dan mantan
pemimpin dunia, termasuk mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair, raja
Yordania dan Presiden Kenya Uhuru Kenyatta, serta miliarder kuat, berafiliasi
dengan perusahaan yang menggunakan surga pajak lepas pantai. Rekening luar
negeri sering digunakan secara diam-diam untuk mengelola dan memindahkan
sejumlah besar uang guna menyembunyikan kekayaan asli seseorang. Penyelidikan
yang dilakukan oleh International Consortium of Investigative Journalists (ICIJ)
dan tim dari 150 outlet berita, termasuk DW Turki, juga menemukan bahwa lebih
dari 330 politisi tingkat tinggi dan pejabat publik di seluruh dunia memiliki
hubungan dengan rekening luar negeri. Jutaan dokumen bocor yang diperiksa oleh
kemitraan jurnalisme terbesar dalam sejarah menunjukkan sejauh mana operasi
rahasia lepas pantai terjerat dalam politik keuangan global. Menteri keuangan
Pakistan, Belanda dan Brasil semuanya memiliki hubungan dengan perusahaan luar
negeri, seperti halnya mantan menteri keuangan Malta dan Prancis, termasuk
mantan kepala Dana Moneter Internasional Dominique Strauss-Kahn.
Menurut ICIJ, Pandora Papers menunjukkan bahwa para pemain kuat yang
membantu mengakhiri sistem lepas pantai justru diuntungkan darinya. Mereka
dapat menyimpan aset di perusahaan rahasia dan perwalian, sementara pemerintah
mereka tidak berbuat banyak untuk memperlambat aliran global uang ilegal yang
memperkaya kriminal dan memiskinkan bangsa. Mantan PM Inggris Tony Blair
termasuk salah satu tokoh terkemuka yang disebutkan dalam penyelidikan

Rahasia para elit Eropa terbongkar

23
Mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair berbicara tentang menentang
penghindaran pajak selama beberapa puluhan tahun, tetapi Pandora Papers
mengungkapkan dia dan istrinya mampu memiliki gedung senilai $8,8 juta (Rp125
juta) ketika mereka membeli sebuah perusahaan real estate lepas pantai dari
keluarga industri Bahrain dan Menteri Pariwisata Zayed bin Rashid al-Zayani.
Dengan membeli saham perusahaan, dan bukan gedung secara langsung, Blair dan
istrinya Cherie dapat menghindari keharusan membayar pajak properti sebesar
$400.000 (Rp56,9 juta). Perdana Menteri Ceko Andrej Babis, seorang miliarder
yang naik ke tampuk kekuasaan pada tahun 2017 dengan janji untuk memberantas
korupsi, juga disebutkan dalam Pandora Papers. Presiden Ukraina Volodymyr
Zelenskyy juga memiliki saham di perusahaan cangkang yang terdaftar di British
Virgin Islands. Sebulan sebelum kemenangan pemilihan presiden pada April 2019,
aktor yang berubah menjadi politisi ini diam-diam menjual saham Maltex
Multicapital Corp miliknya sebagai pemilik manfaat atau orang yang memiliki
kekuatan untuk memengaruhi transaksi saham, kepada Serhiy Shefir, teman dekat
dan bisnis mitra.

Teka-teki Kenyatta
Presiden Kenyatta, yang berasal dari salah satu dinasti politik paling terkenal
di Kenya, sekian lama berkampanye pada platform anti-korupsi dan mendesak
transparansi dalam politik. Tetapi dari Pandora Papers yang bocor menunjukkan
bahwa Kenyatta dan ibunya adalah penerima manfaat dari yayasan rahasia di
Panama. Anggota keluarga lainnya, termasuk tiga saudara kandung, memiliki lima
perusahaan lepas pantai dengan aset senilai lebih dari $30 juta (Rp427 juta).

Royalti Arab: Berat terletak mahkota


The Pandora Papers mengungkap pemilik sebenarnya dari lebih dari 29.000
perusahaan lepas pantai. Beberapa dari perusahaan ini digunakan untuk
menyembunyikan rekening bank penyamaran, jet pribadi, kapal pesiar, rumah
mewah, dan karya seni seperti Picasso dan Banksy. Raja Abdullah II dari Yordania
membeli tiga rumah mewah di tepi pantai dengan total $68 juta (Rp968 juta) di

24
Malibu melalui perusahaan-perusahaan lepas pantai di tengah Arab Spring,
saat orang-orang Yordania memenuhi jalan-jalan untuk memprotes korupsi dan
pengangguran. Pengacara raja dalam sebuah pernyataan menekankan bahwa raja
tidak menyalahgunakan uang publik. Mereka dengan tegas menyangkal
kepemilikan properti yang tidak semestinya melalui perusahaan lepas pantai.

Selebritas dan bintang olahraga termasuk di dalamnya Penyanyi Kolombia Shakira


dan mantan superstar kriket Sachin Tendulkar dari India adalah dua di antara
beberapa nama selebritas dan olahragawan lain yang terkait dengan aset lepas
pantai. Pengacara Shakira mengatakan rekening luar negerinya terdaftar dan tidak
memberikan keuntungan pajak apa pun. Kuasa hukum Tendulkar mengatakan
investasi pemain kriket itu sah dan telah dilaporkan ke otoritas pajak.

Penyanyi pop Shakira dalam Pandora Papers


Selain itu, lebih dari 130 miliarder lainnya dari Turki, Rusia, India, AS,
Meksiko dan negara-negara lain memiliki hubungan dengan rekening luar negeri.
DW Turki adalah satu-satunya outlet berita berbahasa Turki yang mengambil
bagian dalam penyelidikan Pandora Papers, karena tindakan keras terhadap redaksi
dan jurnalis independen di negara itu terus berlanjut.

Dua pejabat Indonesia di Pandora Papers


Dua pejabat Indonesia, yakni Menko Perekonomian Airlangga Hartarto dan
Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan juga tercatat dalam laporan
Pandora Papers. Tempo adalah satu-satunya media berita Indonesia yang terlibat
dalam proyek kerjasama ini bersama 600 jurnalis dari 150 media di 117 negara.
Seperti dilansir dari Tempo, Airlangga dikabarkan memiliki dua perusahaan
bernama Buckley Development Corporation dan Smart Property Holdings Limited.
Namun, dia mengaku tidak tahu tentang pendirian maupun transaksi perusahaan-
perusahaan yang terdaftar di British Virgin Islands itu. Sedangkan Luhut
dikabarkan menghadiri rapat direksi perusahaan Petrocapital SA yang terdaftar di

25
Republik Panama. Ia tercatat pernah menghadiri beberapa pertemuan secara
langsung yang berlangsung antara tahun 2007 hingga 2010. Juru bicara Luhut, Jodi
Mahardi, membenarkan kabar bahwa Petrocapital SA didirikan di Republik
Panama. Menurut dia, Luhut hanya menjabat sebagai pejabat eksekutif selama tiga
tahun sejak 2007. Jodi mengatakan perusahaan gagal mendapatkan proyek
eksplorasi migas yang memadai di bawah masa jabatan Luhut. Dia juga membantah
kabar Luhut Binsar Pandjaitan bermitra dengan perusahaan minyak milik negara
Indonesia kemudian mengubah nama perusahaan

III.3. Perbedaan Kasus Pandora Papers dengan Panama Papers


Keterangan Pandora Papers Panama Papers
Jumlah Dokumen Laporan yang berisikan Laporan dengan kapasitas
2.94 terabytes dan 2.6 terabytes yang terdiri
memuat lebih dari 11,9 atas 11,5 juta dokumen
juta dokumen yang yang juga mengungkapkan
mengungkap aliran uang, aliran uang dan aset
properti dan aset lain yang tersembunyi milik orang-
disembunyikan dalam orang terkenal atau pejabat
sistem keuangan luar yang diletakan di Panama
negari (offshore)
Sumber atau Asal Diperoleh dari 14 agen Hanya dari satu symber
Dokumen perusahaan cangkang yakni firma hukum
(offshore) di 38 yurisdiksi Mossack Fonseca di
atau negara-negara suaka Panama
pajak di seluruh dunia
Jumlah Pihak yang 27 ribu perusahaan dan 29 140 politikus dunia seperti
terlibat ribu orang yang disebut kepala negara dan
sebagai pemilik manfaat rekannya serta pejabat
utama dari 11 penyedia sekelas menteri dan pejaat
Offshore terpilih lainnya dari 50
Yang didalamnya beisikan negara.
330 politikus dam pejabat
publik dunia yang berasal
dari 90 negara lebih
termasuk 35 pemimpin
dunia saat ini dan mantan
pemimpin dunia yang
terlibat dalam aktivitas-
aktivitas perusahaan
cangkang

26
III.4. Manfaat Dan Kelemahan OFC Implementasi Di Indonesia
Perkembangan implementasi OFC di Irlandia, manfaat dan kelemahan yang
ada di dalam pelaksanaan OFC dapat kita ketahui sebelumnya. Khusus di bagian
ini, paper ini ingin melihat manfaat dan kelemahan OFC apabila
diimplementasikan di Indonesia. Penjelasan OFC secara umum akan menjadi
sumber literatur dalam menentuk prospek manfaat dan kelemahan OFC jika
diterapkan di Indonesia. Sebelumnya sudah diketahui bahwa OFC merupakan
kawasan yang secara khusus menawarkan stimulus pajak sebagai produk yang
diperdagangkan. Kay McClendon (2010) melihat bahwa sebagian besar OFC
dibentuk di daerah yang pernah menjadi daerah kolonialisme Inggris seperti
Bermuda, British Virgin Islands, Cayman Islands, Jersey, Luxembourg, Singapore,
dan Bahamas. Demikian pula dengan Irlandia. Irlandia adalah daerah yang dulunya
juga merupakan bagian dari the Great Britain. Pola pikir masyarakat dan
pemerintah Irlandia tentu juga akan sejalan dengan pola pikir dari masyarakat dan
pemerintah the Great Britain. Menurut Kay McClendon, OFC memberikan manfaat
maupun kerugian akibat transaksi keuangan yang legal maupun yang ilegal.
Menurutnya, manfaat yang akan diperoleh dari terbentuknya OFC melalui transaksi
legal adalah sebagai berikut :
1) Mesin pengelola asset.
2) Pelidung asset.
3) Penghindar ketentuan ahli waris yang dipaksakan
4) Mesin investasi kolektif.
5) Perdagangan derivative
6) Mesin perdagangan pengendali alat tukar.
7) Mesin join venture.
8) Mesin pendaftaran pasar saham.
9) Mesin perdagangan keuangan.

Sedangkan kerugian yang dapat terjadi di dalam OFC akibat transaksi ilegal adalah

27
adanya, yakni :
1) Penghindaran dari pihak kreditor.
2) Manipulasi pasar.
3) Penghindaran pajak.
Selain OFC yang dibentuk dengan mengelola keuangan secara konvensional yang
dijalankan oleh OFC yang tersebar di beberapa negara bekas kolonialisme Inggris,
OFC dengan prinsip pengelolaan keuangan secara syariah juga menjadi daya tarik
tersendiri bagi pembukaan OFC di suatu negara. Labuan yang terletak di negara
Malaysia (Shaw and Sally Lim, 1994) menjadi salah satu kawasan di negara Asia
Tenggara yang mendirikan OFC dengan prinsip pengelolaan keuangan secara
syariah. Manfaat OFC dengan pengelolaan keuangan secara syariah tidak jauh
berbeda dengan OFC dengan pengelolaan keuangan secara konvensional. Daya
tarik yang ditawarkan oleh OFC dengan berbasikan syariah juga tidak jauh berbeda
dengan daya tarik yang diberikan oleh OFC dengan sistem pengelolaan keuangan
secara konvensional. Perbedaannya hanya terletak pada sistem pengelolaannya,
yaitu sistem pengelolaan secara syariah (Bank Negara Malaysia, 2016). OFC
memang memberikan daya tarik bagi para pebisnis maupun investor. Dari aspek
yang ditawarkan, OFC juga merupakan jaringan bisnis yang menawarkan manfaat
bagi para investor dan pelaku bisnis melalui pengurangan beban pajak. Namun
dalam proses bisnisnya, pengelolaan keuangan yang dilakukan OFC menyimpan
risiko yang sangat besar. Dana yang diterima dapat saja bersumber dari tindak
kejahatan seperti korupsi atau pencucian uang (money laundering). Tidak hanya
dana dari hasil korupsi, risiko yang lebih besar adalah pengelolaan dana yang
ditujukan untuk kegiatan terorisme. Caribbean sebagai salah satu negara yang
memiliki OFC sudah mengantisipasi hal ini yang berdampak kepada peningkatan
aturan dan kebijakan pengawasan OFC serta peningkatan jumlah biaya yang harus
dikeluarkan. Hasil dari kajian Vlcek (2007) terhadap negara Caribbean ini
menyimpulkan bahwa biaya besar yang harus ditanggung oleh pemerintah terkait
dengan npengawasan OFC ini adalah pengurangan tenaga kerja dan pendapatan
pemerintah. Kajian Vlcek (2007) telah menjadi indikator bahwa keberadaan OFC
berada di pinggir jurang yang berdampak kepada keberlangsungan OFC itu sendiri.

28
Kasus Apple Inc. yang mengguncang kebijakan perpajakan Irlandia juga menjadi
sinyal kewaspadaan terhadap keberlangsungan OFC. Dari keinginan dan kebijakan
yang tersirat, pemerintah Irlandia pada dasarnya masih berniat untuk
mempertahankan kebijakan pemberian pajak yang rendah agar investor dapat
bertahan di Irlandia. Hanya saja, kasus Apple Inc. versus Irlandia dan Komisi Uni
eropa menjadi batu sandungan bagi pemerintah Irlandia yang tentunya
mempengaruhipersepsi para investor yang ingin menanamkan dananya di Irlandia
maupun di negara-negara Uni Eropa lainnya. Pembentukan OFC di Irlandia
setidaknya mampu menciptakan lapangan pekerjaan dan mengumpulkan dana dari
para investor. Sampai dengan Juli 2013, dana yang terkumpulkan mencapai €3.7
triliun naik dari sebelumnya yang hanya sebesar $840
milyar (Smith, 2016). Secara keseluruhan dari penjelasan diatas, manfaat dan
kelemahan OFC apabila diimplementasikan di Indonesia dapat disimpulkan sebagai
berikut :

Manfaat (benefit) :
a. Menjaga stabilitas keuangan negara setempat (terutama likuiditas dan
solvabilitas perbankan);
b. Mendorong investor besar memasuki wilayah OFC;
c. Membuka lapangan pekerjaan;
d. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi (Butkiewics and Gordon, 2013).
e. Mendorong ekstensifikasi market.
f. Meningkatkan stabilitas sosial dan politik.
g. Dapat mewujudkan program pembangunan yang terencana.

Kelemahan (weakness) :
a. Membuka peluang tindak kejahatan dalam pengelolaan keuangan (money
laundering (Van Fossen, 2003), terorism, tax evasion).
b. Meningkatkan persaingan terbuka dengan negara – negara yang memiliki
OFC (ASEAN, Malaysia dan Singapura);
c. Meningkatkan kerentanan ketergantungan pada foreign capital;

29
d. Pengawasan dan regulasi pengelolaan keuangan yang lemah;
e. Dan dapat menimbulkan persaingan politik dalam negeri yang tidak sehat.

Baik manfaat dan kelemahan pembentukan OFC di atas, keduanya merupakan


konsekuensi dari pembentukan OFC. Pemerintah dan masyarakat akan dihadapkan
pada dua pilihan, apakah mereka lebih menekankan untuk berkontribusi lebih
kepada ‘manfaatnya’ atau mundur karena ‘kelemahan’ yang dikhawatirkan dapat
menimbulkan instabilitas di dalam negeri. Pilihan tersebut tentu akan menjadi
bahan pertimbangan baik bagi pemerintah maupun masyarakat di Indonesia.
Walaupun demikian, wacana pembentukan OFC dapat saja direalisasikan
sepanjang hal ini bermanfaat untuk kepentingan pembangunan nasional yang
membutuhkan dana yang tidak sedikit

BAB IV
PENUTUP

VI.1. Kesimpulan
Persaingan regional di dalam komunitas masyarakat ASEAN semakin
kompetitif. Pembentukan OFC di Indonesia dapat menjadi wacana untuk mengatasi
tingkat kompetisi yang semakin kompetitif tersebut. Apabila OFC terbentuk di
Indonesia, Indonesia akan berhadapan dengan Singapura dan Malaysia yang lebih
dulu membentuk OFC. Terbentuknya OFC dapat meningkatkan kapasitas dan
kapabilitas perbankan sebagai institusi yang bertugas untuk mengelola dana
keuangan dari pihak ketiga. Indonesia tentu akan bersaing untuk mendapatkan
perhatian investor dari luar negeri. Persaingan akan jelas terlihat terlebih saat

30
komunitas masyarakat ASEAN yang sudah berjalan memberikan kebebasan atas
aliran tenaga kerja, modal, maupun barang.
Antisipasi kurang optimalnya kebijakan perpajakan pemerintah Indonesia,
khususnya program tax amnesty, juga dapat menjadi alternatif pilihan untuk
memutuskan pembentukan OFC. Pembentukan OFC di Indonesia bukan tanpa
halangan. Pemerintah Indonesia masih harus menghadapi tantangan atas
keterbatasannya dalam membangun empati masyarakat untuk menyadari bahwa
program pembangunan fiskal digunakan untuk kepentingan masyarakat luas.
Irlandia yang menjadi contoh dalam membentuk OFC juga harus berhadapan
dengan politik dan masyarakat yang berseberangan dengan pemerintah yang
bertugas membangun opini pembentukan OFC. Pemerintah Indonesia setidaknya
sudah banyak mempersiapkan diri dengan membentuk berbagai macam atribut
yang digunakan untuk mencegah dan mengatasi kemungkinan krisis keuangan yang
akan terjadi. Undang – Undang Nomor 9 tahun 2016 tentang Pencegahan dan
Penanganan Krisis Sistem Keuangan salah satu produk hukum yang digunakan
untuk mengatasi krisis keuangan apabila terjadi di Indonesia. Selain itu, peraturan
pemerintah yang menyarankan masyarakat untuk menggunakan rupiah dalam
setiap transaksi yang dilakukan di Indonesia juga merupakan produk hukum
turunan yang bermanfaat dalam mencegah ketergantungan masyarakat terhadap
mata uang asing. Atau dengan kata lain, program ini lebih dikenal dengan sebutan
hedging. Sementara untuk institusi, Indonesia sudah memiliki lembaga seperti
PPATK, KPK, ataupun Bank Indonesia. Implementasi pembentukan OFC di
Indonesia akan bermanfaat terutama untuk mendorong masuknya modal besar
dalam membangun usaha yang bergerak dalam mobilitas penggunaan teknologi
yang jarang atau belum digunakan di Indonesia. Sedangkan dalam konsep aplikasi
sistem pengelolaan keuangan dan sebagai negara dengan mayoritas penduduknya
yang beragama Islam, OFC dengan sistem pengelolaan keuangan secara syariah
akan menjadi alternatif pilihan yang sangat tepat. Namun demikian, OFC dengan
sistem pengelolaan keuangan secara konvensional dapat menjadi alternatif pilihan
yang juga dapat dilakukan. Untuk membedakan dari OFC yang berkembang di
kawasan Asia Tenggara, Indonesia dapat memilih secara tepat lokasi pendirian

31
OFC. Pemilihan lokasi dapat dibentuk sesuai dengan kebutuhan, kesediaan dan
kelengkapan persyaratan yang diperlukan. Pembentukan OFC akan efektif pula
dengan menentukan investasi pada sektor yang dibutuhkan Indonesia atau secara
khusus yang dibutuhkan oleh pemerintah daerah.

32
DAFTAR PUSTAKA

FUND, I. M. (2021, 23 11). INTERNATIONAL MONETARY FUND. Retrieved

from INTERNATIONAL MONETARY FUND WEB SITE:

https://www.imf.org

Kompas. (2021, Oktober 11). Kompas Media. Retrieved from Kompas Web Site:

https://www.kompas.com

Korniawan, R. (2016). PENINGKATAN PAJAK MELALUI IMPLEMENTASI

OFFSHORE FINANCIALCENTER DI INDONESIA: STUDI KASUS

OFC DI IRLANDIA. Invesment Challenges And Opportunities In

Indonesian Capital Market In The Era Of Asean Economic Community, 1-

10.

Wikipedia. (2021, 23 11). Wikipedia The Free Encyclopedia. Retrieved from

Wikipedia Web Site: https://en.wikipedia.org

Anda mungkin juga menyukai