PERPAJAKAN LANJUTAN
TOPIK BAHASAN:
TEORI DAN KONSEP
PERPAJAKAN
1
REFORMASI PERPAJAKAN
• Reformasi Undang-undang Perpajakan pada tahun
1983, yang juga disebut pembaharuan sistem
perpajakan, maka dimulailah era baru dalam
mengelola perpajakan Indonesia, dengan diubahnya
secara mendasar sistem perpajakan Indonesia dari
sistem official assessment menjadi sistem self
assessment.
• yang telah mengubah falsafah pajak sebagai iuran
wajib dari warga negara kepada pemerintah, di
mana baik penetapan administrasi maupun
penggunaannya sepenuhnya menjadi wewenang
pemerintah, ke suatu falsafah perpajakan yang
dilandasi UUD 1945. 2
REFORMASI PERPAJAKAN
• Ini berarti perpajakan harus mencerminkan
pelaksanaan UUD 1945 khususnya Pasal 23 berikut
Penjelasannya.
• Di samping penyusunannya yang harus demokratis,
perpajakan nasional harus didayagunakan sehingga
mencerminkan keadilan sosial. Titik pandang tsb
mengubah kedudukan masyarakat dan Wajib Pajak
yang semula hanya semata-mata menunggu penetapan
pejabat pajak ke suatu falsafah perpajakan yang
menempatkan masyarakat dan Wajib Pajak aktif dan
memegang peranan yang menentukan.
3
REFORMASI PERPAJAKAN
• Dengan kata lain, pajak merupakan perwujudan dan tanggung
jawab serta pengabdian masyarakat kepada negara, dan
secara garis besar pajak yang berasal dari rakyat harus
dikelola rakyat dan digunakan untuk meningkatkan
kesejahteraan, kemakmuran, dan melindungi rakyat
berdasarkan UUD 1945.
• Untuk mencapai tujuan tsb maka pemerintah telah mulai
melaksanakan reformasi (pembaharuan) terhadap Undang-
undang perpajakan Indonesia, yang dimulai pada tahun 1983,
yang secara periodik diubah sesuai dengan keperluan untuk
mengantisipasi perkembangan perekonomian nasional,
internasional, maupun perkembangan teknologi .
• Seperti kita ketahui UU Perpajakan sudah beberapa kali
diubah terakhir dengan UU Nomer 11 Tahun 2020 Tentang
CIPTA KERJA. 4
Azas-azas Pemungutan Pajak
5
Azas-azas Pemungutan Pajak
• Pembebanan pajak itu adil apabila setiap Wajib Pajak
menyumbangkan suatu jumlah untuk dipakai guna pengeluaran
pemerintah sebanding dengan kepentingannya dan dengan manfaat
yang diterimanya dari pemerintah. Suatu analogi: penyewa dari
suatu kompleks perumahan atau tempat usaha harus membayar
sebagian dari biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memelihara
kompleks itu, sebanding dengan kepentingan penyewa, dengan
cara yang sama dengan penduduk yang wajib membayar pajak.
• Dengan cara yang sama penduduk harus membayar pajak
sebanding dengan penghasilan yang didapatnya atas perlindungan
pemerintah. Menurut prinsip ini pajak itu harus adil dan merata,
harus ada keserasian antara beban pajak dengan kemampuan
untuk membayar (ability-to-pay) dari Wajib Pajak. Dengan
demikian harus ada keadilan dalam pengenaan pajak baik keadilan
secara horizontal maupun keadilan secara vertikal.
6
Azas-azas Pemungutan Pajak
(2)Azas Pajak Dapat Tercapai
(The Revenue–Adequacy Principle)
• Azas yang juga penting dalam pemungutan pajak, namun azas ini tidak
termasuk yang disarankan oleh Adam Smith adalah The Revenue–adequacy
Principle, yang dikemukakan oleh Jesse Burkhead dalam tulisannya “TAX“
dalam Encyclopedia Americana Volume 26 tahun 1978 yang dikutip oleh
Mansury, yang menyatakan bahwa:
• “the revenue adequacy” adalah azas pajak dapat tercapai, dan oleh
pemerintah merupakan azas yang terpenting, karena tidak ada gunanya
memungut pajak kalau penerimaan yang diinginkan tidak memadai, dan
pemerintah memikirkan bagaimana berkeadilan, dan pajak jangan
menghambat pertumbuhan ekonomi masyarakat adalah dalam rangka untuk
mencapai rencana penerimaan yang telah ditetapkan, dan masalah ini
biasanya dihadapi oleh negara-negara berkembang, sedangkan untuk
negara maju masalah yang dihadapi bukan lagi revenue adequacy tetapi
bagai mana supaya pemungutan pajak adil, tidak menghambat kemajuan
ekonomi dan sebagainya . 7
Azas-azas Pemungutan Pajak
(3) . Azas Netralitas (Neutrality Principle)
• Sesuai dengan pendirian bahwa pemungutan pajak yang adil adalah apabila
diberlakukan secara umum kepada semua orang dan dibebankan secara
merata. Maka pengenaan pajak yang umum dan merata tsb juga akan
menciptakan suatu persaingan yang sehat dalam dunia usaha. Dengan
dipikulkan beban yang sama atas semua jenis penghasilan, maka setiap
kegiatan yang memberikan penghasilan akan dipilih oleh masyarakat atas
dasar insentif ekonomi, yaitu akan dipilih sektor usaha atau kegiatan yang
memberikan penghasilan tertinggi. Dengan demikian maka produksi
masyarakat juga mencapai keadaan optimal. Hal ini berlaku baik untuk Pajak
penghasilan maupun Pajak Pertambahan nilai.
• Mengenai azas netralitas yang dikemukakan oleh John F. Due dalam bukunya
Government Finance, An Economic Analysis (Homewood, Illionis: Richard D
Irwin, Inc, 1959), bahwa pajak itu seyogyanya adalah netral, artinya tidak
mempengaruhi pilihan masyarakat untuk melakukan konsumsi dan juga tidak
mempengaruhi produsen untuk menghasilkan barang-barang dan jasa, juga
pajak jangan sampai mengurangi semangat orang untuk bekerja, sehingga
mereka memilih untuk santai saja (=”leisure”=)
•
8
Azas-azas Pemungutan Pajak
• dan yang perlu dijaga adalah jangan sampai pemindahan
sumber daya dari sektor swasta ke sektor publik menimbulkan
distorsi.Tujuan dari harus dijaganya azas netralitas dari
pungutan pajak adalah untuk menghindari pemungutan pajak
menghambat kemajuan ekonomi, mengurangi pertumbuhan
ekonomi, dan mengurangi efisiensi perekonomian nasional.
Dalam sistem P.A.Y.E. bukan hanya saatnya yang tepat, tetapi pajak
setahun dipotong secara berangsur-angsur, sehingga tidak terasa bagi
Wajib Pajak bahwa pajaknya telah lunas, bahkan tidak terasa bahwa
telah dipotong terlalu banyak, sehingga pada akhir tahun Wajib Pajak
masih memiliki kelebihan pembayaran pajak yang masih bisa direstitusi.
14
Azas-azas Pemungutan Pajak
(6) Azas ekonomi (Economy)
• Pemungutan pajak harus bersifat ekonomis, dimana biaya
pemungutan bagi Kantor Pajak, dan biaya pemenuhan
kewajiban pajak (compliance cost) tidak sampai melebihi
penerimaan pajak.
• Dan juga biaya yang dipikul oleh Wajib Pajak hendaknya
sekecil mungkin. Jadi sistem yang dipilih untuk
mengumpulkan pajak sejumlah yang diperlukan untuk
membiayai kegiatan pemerintah hendaknya adalah sistem
yang membebani masyarakat secara keseluruhan sekecil
mungkin.
• Pajak hendaknya tidak menghalangi Wajib Pajak untuk
terus melakukan kegiatan-kegiatan ekonominya. Pajak
harus memberikan manfaat yang lebih besar kepada
masyarakat dari pada beban yang dipikul oleh masyarakat.
15
JURISDIKSI PEMUNGUTAN PAJAK
• Menurut Rachmanto Surahmat dalam bukunya Persetujuan
Penghindaran Pajak Berganda Sebuah Pengantar, menjelaskan
bahwa prinsip-prinsip pengenaan pajak, setiap negara
memiliki prinsip sendiri dalam perundang-undangan perpajakan
yang digunakan sebagai acuan dalam memungut pajak. Dan
prinsip tsb mempengaruhi perlakuan pajak bagi subjek dan
objek pajak dari Luar Negeri, dan azas tsb merupakan azas
perpajakan internasional masing masing negara. Azas
perpajakan yang dikutip dari bukunya Rochmat Sumitro
sebagai berikut:
• a). Azas domisili, artinya bahwa seorang subjek pajak dikenai
pajak di negara ia berdomisili. Negara yang menganut azas
domisili biasanya menganut prinsip world wide income, mereka
yang berdomisili dikenakan pajak atas seluruh penghasilan
yang bersumber dari berbagai negara.
16
JURISDIKSI PEMUNGUTAN PAJAK
Seorang subjek pajak untuk dapat dianggap sebagai penduduk
dalam negeri (resident tax payer) apabila memenuhi syarat
(untuk Indonesia) sebagai berikut :
a. Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau orang
pribadi yang tinggal di Indonesia lebih dari 183 hari dalam
jangka waktu 12 bulan, orang pribadi yang dalam suatu tahun
pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk
bertempat tinggal di Indonesia.
b. Badan yang didirikan atau berkedudukan di Indonesia.
c. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan,
menggantikan yang berhak.
19
JURISDIKSI PEMUNGUTAN PAJAK
20
AZAS KEADILAN
• Keadilan horizontal artinya pengenaan pajak
harus dilakukan secara umum dan merata, di
mana semua Wajib Pajak yang mempunyai
penghasilan atau tambahan kemampuan ekonomi
yang sama harus dikenakan pajak yang sama.
30
AZAS KEADILAN
31
AZAS KEADILAN
33
AZAS KEADILAN
• Tahun 1896 Adolf Wagner dalam bukunya yang
berjudul Finanzwissenschaft yang dikutip oleh R.
Mansury (1999) menulis bahwa apabila diharapkan
pemungutan pajak itu adil maka ketentuan Undang-
undang tentang pajak harus didasarkan atas
“Allgemeinheit und Gleichmaszigkeit“, artinya secara
umum dan merata, yaitu Undang-undang Pajak harus
diperlakukan umum kepada semua warga masyarakat
tanpa kecuali dan beban pajaknya harus dipikulkan
secara merata kepada semua anggota masyarakat
yang mempunyai kemampuan untuk membayar pajak
dengan suatu tarif yang progresif, sehingga
pemungutan pajak yang demikian dapat
mendistribusikan penghasilan lebih adil . 34
AZAS KEADILAN
Selanjutnya di dalam pemungutan pajak yang paling penting
adalah adanya azas keadilan atau adil, dan adanya kepastian
hukum, menurut Mansury (1999) bahwa apabila dikehendaki
pajak atas penghasilan itu memenuhi azas keadilan, maka perlu
dipegang teguh hal hal sebagai berikut:
a.Memenuhi syarat syarat Keadilan Horizontal :
1. Definisi Penghasilan: Objek Pajak bagi semua orang harus
sama, yaitu yang didasarkan atas definisi penghasilan yang
ideal untuk dipakai untuk keperluan pemungutan pajak
artinya Penghasilan adalah tambahan kemampuan ekonomi
berupa tambahan kemampuan untuk menguasai barang dan
jasa.
2. Globality. Ukuran kemampuan membayar adalah jumlah
keseluruhan tambahan kemampuan ekonomis selama satu
tahun pajak dari sumber apapun dan berupa jenis penghasilan
apapun.
35
AZAS KEADILAN
3. Penghasilan Neto. Kemampuan membayar pajak tidak
mencakup penerimaan yang telah dikeluarkan untuk membiayai
perolehan penghasilan, oleh karena itu jumlah yang dipakai
sebagai dasar untuk menghitung besarnya pajak haruslah
jumlah neto yang sudah dikurangi dengan semua biaya atau
beban untuk memperoleh penghasilan yang bersangkutan.
39
FUNGSI PAJAK
• Dalam mengumpulkan penerimaan pajak yang cukup untuk
membiayai semua kegiatan pemerintah untuk membawa
seluruh masyarakat menuju masyarakat yang dicita-
citakan bersama, maka pemungutan pajak tersebut harus
dibebankan secara adil, keadilan dalam pemungutan
pajak ini menurut Wagner tercermin dalam pemungutan
pajak yang didasarkan pada “ Algemeinheit und
Gleichmaszigkeit “ atau yang diberlakukan secara umum
dan beban pajak itu harus dipikulkan merata kepada
seluruh Wajib Pajak yang mempunyai kemampuan
membayar. Hal ini mirip dengan azas The Revenue–
adequacy Principle, yang dikemukakan oleh Jesse
Burkhead diatas.
40
FUNGSI PAJAK