Anda di halaman 1dari 56

Overview Ketentuan Formal dan material

UU Pajak Indonesia

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI


UNIVERSITAS TARUMANAGARA
Jakarta
2020
Sejarah dan definisi Perpajakan

Hak dan Kewajiban dalam UU KUP

Fungsi dan Asas Pemungutan Pajak

Dasar Teori Pemungutan Pajak

Azas Pengenaan Pajak

Subjek dan Objek Pajak


2
Sejarah Perpajakan
 Pajak memiliki sejarah yang sangat panjang sejalan dengan perkembangan manusia.

 Sebagai gejala sosial pajak sudah ada sejak adanya masyarakat. Sehingga adalah sesuatu

yang lazim apabila ada yang mengatakan “ada masyarakat, ada pajak” (ubi societas, ibi

aerarium).

 Pajak ada karena adanya masyarakat. Jika tidak ada masyarakat, tidak mungkin ada pajak

3
Fungsi pemerintahan negara :

1. Melaksanakan penertiban (law and order) untuk mencapai tujuan bersama


dan mencegah bentrokan - bentrokan dalam masyarakat .

2. Mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya.

3. Pertahanan negara  untuk menjaga serangan dari luar.

4. Menegakkan keadilan  badan – badan peradilan

4
Fungsi pemerintahan negara
1. Melaksanakan penertiban (law and order) untuk mencapai tujuan bersama
dan mencegah bentrokan - bentrokan dalam masyarakat .
2. Mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya.
3. Pertahanan negara  untuk menjaga serangan dari luar.
4. Menegakkan keadilan  badan – badan peradilan

Negara memerlukan:

1. Dana  pajak, retribusi, sumbangan, dll.


2. Daya  tenaga kerja (terdidik, terlatih , dll)
3. Sumber alam  kekayaan alam, hutan, laut.

5
SLOGAN PAJAK
Oliver Wendell Holmes Jr.(1841-1935) mengatakan bahwa : “ the taxes
are the price we pay for civilization” .

Slogan di Amerika selama revolusi Amerika (1775-1783) dan di Inggris :


1.Pelaksanaan pemungutan pajak harus memperhatikan masalah
representation
2.No taxion without representation ,
3.Taxation without representation is robbery,
4.Taxation without representation is tyranny.

6
Pajak  belasting ( belast om te betalen ) : beban yang harus dibayar.

Pajak  tax ( compulsory payment) : pembayaran wajib.

Fiscal  fiscina  pundi-pundi / bejana uang  fiscus.

 Prof.P.J.A.Adriani
Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib
membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak mendapat prestasi kembali,
yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-
pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara untuk menyelenggarakan
pemerintahan.

7
• Beberapa definis pajak memperkuat unsur pemaksaan kepada warga negara:
- Leroy Beaulieu: 1906: pajak adalah kontribusi yang dapat dipaksakan oleh
kekuasaan publik terhadap masyarakat maupun atas barang untuk pembelanjaan
negara.
- Mr Dr NJ Flieldmann(1949): pajak adalah utang –prestasi- kepada pemerintah
yang dapat dipaksakan berdasar norma-norma umum tanpa kontraprestasi yang
digunakan untuk menutupi pengeluaran pemerintah
- Prof Dr Rachmat Soemitro:” Pajak adalh iuran rakyat kepada kas negara
berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapat jasa timbal balik untuk
membayar pengeluaran umum

8
R.Santoso Brotodihardjo
• Hukum pajak adalah keseluruhan dari peraturan-peraturan yang meliputi wewenang
pemerintah untuk mengambil kekayaan seseorang dan menyerahkan kembali kepada
masyarakat dengan melalui kas negara sehingga ia merupakan bagian dari hukum publik
yang emngatur hubungan-hubungan hukum antara negara dan orang-orang atau badan-
badan yang berkewajiban membayar pajak.
 Prof Dr MJH Smeets:
• Pajak adalah prestasi kepada Pemerintah yang terutang melalui norma- norma umum dan
yang dapat dipaksakan, tanpa adanya kontra prestasi yang dapat ditunjukkan dalam hal yan
individual untukm,embiayai pengeluaran pemerintah
 Sommerfeld Ray M, Anderson Herschel M dan Brock Horace R:
• Pajak adalah suatu pengalihan sumber dari sektor swasta kepada sektor pemerintah, bukan
akibat pelanggaran hukum, namun wajib dilaksanakan, berdasarkan ketentuan yang
ditetapkan lebih dahulu, tanpa mendapat imbalan yang langsung dan proporsional, agar
pemerintah dapat melaksanakan tugas-tugasnya untuk menjalankan pemerintahan”.
9
Unsur- unsur pajak :
1. Iuran kepada negara ,
2. Yang dapat dipaksakan,
3. Berdasarkan undang-undang,
4. Dengan tidak mendapat imbalan prestasi secara langsung yang dapat dirasakan
pembayar pajak
5. Pemungutan oleh pemerintah Pusat dan Daerah ( bukan swasta),
6. Digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum yang berhubungan
tugas negara untuk kepentinmgan masyarakat umum.

10
FUNGSI PAJAK
Menurut Richard A.Musgrave
1. Fungsi Budgeter ,

2. Fungsi Regulerend,

3. Fungsi Distribution of income ,

4. Fungsi Harmonization of political wants and economy,

5. Fungsi Stabilization of economy


11
Empat asas pemungutan pajak (the four maxims
from Adam Smith)
An Enquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations’  The Wealth of Nation” (Kemakmuran
Bangsa-bangsa , tahun 1776),
1. Equality  Taxes should be fair:pajak dipungut sesuai kemampuan WPpemungutan pajak yang
dilakukan harus adil, sesuai dengan kemampuan dan penghasilan wajib pajak, tanpa memihak- mihak dan
diskriminatif
2. Certainty  pajak dipungut sesuai objek, subjek dan tarif yang jelassetiap pungutan pajak
yang dilakukan harus berdasarkan Undang Undang dan tidak boleh ada penyimpangan

3. Convenient of payment  pajak dipungut saat WP menerima penghasilanpajak dipungut saat


wajib pajak berada di saat yang baik dan sedang bahagia, misalnya saat baru menerima penghasilan
( pajak penghasilan ) atau memperoleh hadiah ( pajak hadiah ).
4. Economic of collection  biaya pemungutan pajak sehemat mungkintidak
terjadi biaya administratif pemungutan pajak lebih besar daripada penerimaan pajak itu
sendiri.
1. A Equality: Pemungutan pajak berdasarkan kemampuan WP tanpa ada
diskriminasi antar sesama WP.
• Pemungutan pajak yang dilakukan terhadap semua subjek pajak harus sesuai
kemampuan:setiap orang yang mempunyai kondisi yang sama harus dikenakan
pajak yang sama
Dalam PPh bukan orang yang mempunyai penghasilan yang sama dikenakan
pajak yang sama melainkan penghasilan kena pajak yang sama yang sama
dikenakan pajak yang sama ( PTKP dikurangkan dan biaya usaha )

13
• Harus ada non-discrimination : Orang asing dan warga negara Indoneia
diperlakukan sama dengan pajak yang sama besar
• Harus ada kepastian hukum dalam UU Pajak
1.Horizontal Equity: pemungutan pajak harus sebanding dengan kemampuan
membayar pajak dan sesuai manfaat yang diterima dari Negara.
Musgrave, Richard (1989): pendekatan keadilan berdasarkan: (1) asas manfaat
(benefit principle): kontribusi yang dibayar WP sepadan dengan manfaaty yang
diterimanya dari pemerintah melalui jasa publik “ to allocate the cost of public
service rendered, not to charge for costless benefit”
Permasalahannya sulit mengaitkan secara langsung pembiayaan kegiatan
pemerintah dengan penerimaan pajak

14
(2) Vertical Equity: Orang dengan kemmpuan lebih harus dikenakan pajak lebih
besar fair rate structure to calculate tax.
• WP yang mempunyai kemampuan lebih besar harus membayar pajak lebih besar
• pengenaan tarif pajak PPh didasarkan atas jumlah seluruh penghasilan atau seluruh
tambahan kemampuan ekonomis
-tarif pajak secara progresif yaitu: WP yang mempunyai jumlah penghasilan lebih
besar dikenakan tarif pajak lebih besar
Taxation according to abiility to pay calls for pepople with equal capacity to pay the
same and for peeple with greater ability to pay:
• Pelaksanaan pemungutan harus memperhatikan kedaan ekonomis WP.

15
(2) Vertical Equity: Orang dengan kemmpuan lebih harus dikenakan pajak lebih
besar fair rate structure to calculate tax.
• WP yang mempunyai kemampuan lebih besar harus membayar pajak lebih besar
• pengenaan tarif pajak PPh didasarkan atas jumlah seluruh penghasilan atau seluruh
tambahan kemampuan ekonomis
-tarif pajak secara progresif yaitu: WP yang mempunyai jumlah penghasilan lebih
besar dikenakan tarif pajak lebih besar
Taxation according to abiility to pay calls for pepople with equal capacity to pay the
same and for peeple with greater ability to pay:
• Pelaksanaan pemungutan harus memperhatikan kedaan ekonomis WP.

16
(2) certainty: menjamin setiap orang untuk tidak ragu membayar pajak karena
sesuatu sudah jelas
• Kepastian hukum mengeani subjek pajak, onjek pajak dan tata cara
pemungutannya
• Adanya kesamaam bahasa dan pengertiamn hukum seperti: lex specialist
derogat lex generalis;non diskrimantif; asas domisili dan sumber; asas world wide
income; asas kontiunitas;
• Tidak menimbulkan multi tafsir undang-undang;
• Harus ada tafsiran teleologia yang dikaitkan dengan keadaan lingkungan
masyarakat; tafsiran gramatikal: berdasarkan tata bahasa; tafsiran analigis

17
(3)Convenience of payment : saat yang tepat bagi WP untuk memenuhhi
kewajiban perpajakannya
• Pungutlah pajak saat wp mempunyai penghasilan dan sesuai penghasilan
yang dimiliki)(pay as you earn)
• Pemerintah memiliki sumber dana menjalankan roda pemerintahan lebih awal
sehingga tidak kesulitan keuangan.
• Pemerintah harus memiliki sistem pemajakan yang mudah dimengerti oleh
masyarakat.
• Biaya adminsitrasi pemungutan pajak harus sebanding dengan target
penerimaan pajak ( USA: 48 cent for $ 100)
• Sistem pajak memudahkan masyarakat WP menghitung pajak dengan pasti
dan mudah melaporkan SPT.

18
(4) Economic of collection (efficiency): pentingnya efisiensi pemungutan pajak
sehingga biaya pemungutan pajak tidak boleh lebih besar dari jumlah yang
dipungut.
• Mekanisme pemungutan pajak harus mampu mendatangkan pemasukan
pajak sebesar besarnya bagi Negara dengan biaya seminimal mungkin;
• Sistem perajakan memberi dampak minimal kepada operasional bisnis wajib
pajak.
• Pajak harus mampu menjadi isntrumen kebijakan fiskal pemerintah yang dapat
meciptakan transfer dana dari masyarakat ke sektor privat.

19
Dasar Teori Pemungutan Pajak

PAJAK Agar negara sebagai pemungut pajak


tidak dikatakan ‘merampok’, maka
pemungutan pajak dilakukan atas ijin
rakyat dalam bentuk undang-undang

Untuk mencapai keadilan dalam


peralihan kekayaan dari sektor
pemungutannya..
swasta ke sektor publik (negara)
Dasar Teori Pemungutan Pajak

PAJAK Agar negara sebagai pemungut pajak


tidak dikatakan ‘merampok’, maka
pemungutan pajak dilakukan atas ijin
rakyat dalam bentuk undang-undang

Untuk mencapai keadilan dalam


peralihan kekayaan dari sektor
pemungutannya..
swasta ke sektor publik (negara)
Teori Asuransi
Pajak diasumsikan sebagai ‘premi’
Negara sebagai Perusahaan Asuransi
Masyarakat sebagai Klien Asuransi

NEGARA
NEGARA MEMBERI
PERLINDUNGAN JIWA
DAN HARTA
PERSEORANGAN PAJAK

MASYARAKAT
Teori gaya pikul
• Memiliki asas utama keadilan
• Dibayar menurut gaya pikul seseorang,
• masyarakat akan membayar pajak menurut daya pikul seseorang.
• Faktor yang mempengaruhi gaya pikul:
a. keadaan keuangan negara
b. pembagian pendapatan nasional
c. daya beli uang atau nilai mata uang
Pajak Pajak
negara
banyak sedikit

Warga negara Warga


negara
Teori daya beli
• Dasar keadilan terletak pada akibat pemungutan pajak. Maksudnya
memungut pajak berarti menarik daya beli dan rumah tangga mayarakat
untuk rumah tanggan negara. Selanjutnya negara akan menyalurkan
kembali ke masyarakat dalam bentuk pemeliharaan kesejahteraan
masyarakat. Dengan demikian kepentingan seluruh masyarakat lebih
diutamakan.
Teori Bakti
(Teori Kewajiban Pajak Mutlak)

• Dasar keadilan pemungutan pajak terletak pada hubungan rakyat


dengan negaranya Sebagai warga negara yang berbakti, rakyat harus
selalu menyadari bahwa pembayaran pajak adalah sebagai suatu
kewajiban.
• Negara mempunyai hak mutlak untuk memungut pajak
• pembayaran pajak sebagai suatu kewajiban untuk
membuktikan tanda baktinya terhadap Negara
• dasar hukum pajak terletak pada hubungan masyarakat dengan
Negara
Teori kepentingan
 Negara melindungi kepentingan harta benda dan jiwa warga negara
dengan memperhatikan pembagian beban pajak yang harus dipungut dari
seluruh penduduknya.

 Pembebanan ini harus didasarkan pada kepentingan setiap  orang pada


tugas pemerintah termasuk perlindungan jiwa dan raganya.
Sistem Pemungutan Pajak
Sistem Self Assessment
, wajib pajak memiliki hak yang tidak boleh diintervensi oleh pejabat pajak.
Pejabat pajak hanya bersifat pasif dan wajib pajak bersifat aktif. untuk menghitung,
memperhitungkan, melaporkan, dan menyetor jumlah pajak yang terutang.
Pejabat pajak thanya mengarahkan cara (memberikan bimbingan) bagaimana wajib
pajak memenuhi kewajiban dan menjalankan hak berdasarkan peraturan
perundang-undangan perpajakan agar tidak terjadi pelanggaran hukum.
Sistem Official Assessment
keterlibatan pejabat pajak dalam menerbitkan ketetapan pajak yang berisikan utang
pajak dan bahkan dapat memuat sanksi hukum,
Pajak yang terutang dalam ketetapan pajak merupakan inisiatif dari pejabat pajak
berdasarkan objek pajak yang diterima, dimiliki, atau dimanfaatkan oleh wajib
pajak.
Sistem With Holding
kepercayaan kepada pihak ketiga untuk melakukan pemungutan pajak atas objek
pajak yang diterima atau diperoleh wajib pajak dalam kegiatan usaha atau
pekerjaannya
Azas Pengenaan Pajak

Asas Domisili

Asas Sumber
Yuridikasi
Pemungutan Pajak

Asas Kebangsaan
Azas Pengenaan Pajak
• Azas penduduk (residence principle)  pengenaan pajak kepada resident (Subjek
Pajak Dalam Negeri) atas seluruh penghasilan (worldwide income), dan kepada bukan
penduduk (non-residents) atas penghasilan yang bersumber dari negara itu.
• Azas sumber (source principle)  pengenaan pajak atas penghasilan yang bersumber
dari negara itu tanpa memandang dari status residency dari penerima penghasilan.
• Azas kewarganegaraan (citizenship)  pengenaan pajak berdasarkan status
warganegara.

Justifikasi Pengenaan Pajak


Legal Connection Factual / Economic Connection

Residence Principal √ √
Source Principle X √
Citizenship Principle √ X
29
JENIS PAJAK

Jenis Pajak
(menurut Lembaga Pemungut)

Pajak Pusat Pajak Daerah

Pajak Provinsi Pajak


PPh Kabupaten/Kota
PPN & PPnBM
PBB (Perkebunan,
Perhutanan, Bea Balik Nama Kendaraan Pajak Hotel
Bermotor
Pertambangan) Pajak Hiburan
Kendaraan bermotor & kendaraan di Pajak Restoran
Bea Meterai atas air
Pajak Reklame,
Pajak Bahan Bakar Kendaraan BPHTB,
Bermotor
PBB (Perkotaan &
Pengambilan dan Pemanfaatan Air Pedesaan) dll
Bawah Tanah dan Air Permukaan
30
Kewajiban Mendaftarkan Diri
BADAN ORANG PRIBADI

Syarat Objektif
Syarat Subjektif

Wilayah tempat Wilayah tempat tinggal


kedudukan
KANTOR PELAYANAN PAJAK

Pasal 2 PP nomor 74 tahun 2010


Nomor Pokok Wajib Pajak
Fungsi NPWP
- Sebagai sarana dalam administrasi perpajakan
- Sebagai identitas WP
- Menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak
dan pengawasan administrasi perpajakan
- Menjadi persyaratan dalam pelayanan umum,
misalnya paspor, kredit bank, dan lelang

Dapat dibuat di:


KPP/KP2KP e-registration Mobil Pajak Keliling
NOMOR POKOK WAJIB PAJAK
Wanita Kawin

Wanita Kawin yg Memiliki Penghasilan

Penghasilan isteri digabung dgn hidup terpisah berdasarkan keputusan hakim atau dikehendaki secara
suami tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan penghasilan & harta

NPWP isteri = NPWP suami


(Hak & kewajiban perpajakan digabung) YA TIDAK

ingin melaksanakan hak & memenuhi


kewajiban perpajakan terpisah dari hak &
bila telah memiliki NPWP sebelum kawin kewajiban perpajakan suami
maka harus mengajukan penghapusan

bila telah memiliki NPWP sebelum kawin Isteri &suami masing-masing memiliki NPWP,
maka tidak perlu mendaftarkan diri lagi (Hak & kewajiban perpajakan terpisah)

Pasal 2
HITUNG
(PPh pasal 21*/29)
WP OP

WP OP WP OP Usaha / WP BADAN
Karyawan Pekerjaan Bebas USAHA
Gaji/Honor/Tunjangan Omzet/Pengh. Bruto Omzet/Pengh. Bruto
- - -
PTKP HPP + Biaya/beban usaha HPP + Biaya/beban usaha
Penghasilan Kena Pajak Penghasilan Netto Penghasilan Netto
X - X
Tarif pasal 17 PTKP Tarif pasal 17
Pajak Terutang Penghasilan Kena Pajak Pajak Terutang
- X -
Kredit Pajak (bukti potong) Tarif pasal 17 Kredit Pajak (bukti potong)
Pajak yang masih harus dibayar Pajak Terutang Pajak yang masih harus dibayar
-
*) untuk penghasilan yang bersifat rutin Kredit Pajak (bukti potong)
berupa (gaji/tunjangan)
Pajak yang masih harus dibayar
Kewajiban Pembayaran Pajak
Membayar angsuran PPh
bulanan
Membayar sendiri
pajak terutang Pembayaran kekurangan
PPh selama setahun

Membayar PPh Pihak lain:


melalui pemotongan 1. Pemberi penghasilan
Mekanisme dan pemungutan 2. Pemberi kerja
pihak lain 3. Pihak lain
Pembayaran
Membayar PPN
Pajak kepada pihak
penjual atau
pemberi jasa atau
pihak yang ditunjuk
pemerintah Pembayaran PBB
Pembayaran pajak-
pajak lainnya
Pembayaran Bea
Meterai

Pasal 9 PP nomor 74 tahun 2010


Kewajiban Pemotongan/Pemungutan Pajak
Pajak-pajak yang dipotong:
PPh Pasal 21

Dilakukan oleh pihak pemberi PPh Pasal 22


penghasilan, yaitu pihak yang ditunjuk
berdasarkan ketentuan perpajakan, PPh Pasal 23
antara lain:
- Bendahara pemerintah
- Subjek pajak badan dalam negeri PPh Pasal 26
- Penyelenggara kegiatan
- BUT PPh Pasal 4 ayat (2)

PPh Pasal 15

PPN dan PPnBM


Kewajiban Pelaporan

Merupakan sarana dalam melaporkan


Merupakan sarana dalam melaporkan
Surat Pemberitahuan dan mempertanggung-jawabkan
dan mempertanggung-jawabkan
(SPT) penghitungan jumlah pajak yang
penghitungan jumlah pajak yang
sebenarnya terutang
sebenarnya terutang

SPT Masa SPT Tahunan


(laporan bulanan) (laporan tahunan)
KEWAJIBAN
PELAPORAN

WP OP

WP OP WP OP Usaha / WP BADAN
Karyawan Pekerjaan Bebas USAHA

Tahunan : Masa: Masa:


SPT PPh Pasal 29 SPT PPh Pasal 25 SPT PPh Pasal 25
(1770 S atau 1770 SS) SPT PPh Pasal 21¹ SPT PPh Pasal 21
SPT PPN³ SPT PPh Pasal 22²
SPT PPh Pasal 23
Tahunan :
SPT PPh Pasal 4 (2)
SPT PPh Pasal 29 (1770)
SPT PPN³
¹) Apabila wajib pajak memiliki karyawan dalam menjalankan usahanya
²) Apabila terdapat transaksi terkait pemotongan PPh pasal 22 Tahunan :
³) Apabila wajib pajak merupakan Pengusaha Kena Pajak SPT PPh Pasal 29 (1771)
Kewajiban Pembukuan dan Pencatatan

Pembukuan Pencatatan
WP Badan

WP Orang Pribadi tertentu


WP Orang Pribadi yang yang menggunakan Norma
melakukan kegiatan Penghitungan Penghasilan
usaha atau pekerjaan Neto
bebas

Tata Cara Penyelenggaraan Pembukuan dengan Menggunakan


Bahasa Asing dan Satuan Mata Uang selain Rupiah

Peraturan Menteri Keuangan No. 24/PMK.011/2012


Hak atas Kelebihan Pembayaran Pajak
Jika pembayaran pajak yang dibayar atau
dipotong atau dipungut lebih besar dari WP BERHAK MENDAPATKAN KEMBALI
KELEBIHAN TERSEBUT
yang seharusnya terutang
Diberikan dalam waktu 12 bulan
Dan untuk WP Patuh, dalam waktu 3 bulan
(PPh) dan 1 bulan (PPN)

Dengan cara mengajukan permohonan:


1. Melalui SPT (Surat Pemberitahuan) Apabila DJP terlambat
2. Mengirimkan surat permohonan mengembalikan kelebihan
yang ditujukan kepada Kepala KPP. pembayaran , maka WP berhak
menerima bunga 2% perbulan
maksimum 24 bulan
ALUR KUP
WP SPT SKP Inkraacht
• 3 bulan

Daftar Inkraacht Pemeriksaan Keberatan Inkraacht


• 5 tahun • 3 bulan

Banding Inkraacht
• 3 bulan

PK
Self assesment
Penetapan DJP
Penyelesaian Sengketa Inkraacht
41
Alur Sistem Perpajakan
Pemeriksaan Oleh
DJP WP SETUJU

Lebih Bayar
Surat Ketetapan Kurang Bayar WP TIDAK SETUJU
Pajak (SKP)
Nihil

KEBERATAN

42
Hak Kerahasiaan bagi Wajib Pajak
• Surat Pemberitahuan, Laporan Keuangan, dan dokumen lainnya yang
dilaporkan oleh WP.
• Data dari pihak ketiga yang bersifat rahasia
• Dokumen atau rahasia WP lainnya sesuai ketentuan perpajakan yang
berlaku.

Namun demikian, dalam rangka penyidikan, penuntutan atau dalam


rangka kerjasama dengan instansi lainnya, keterangan atau bukti tertulis
dari atau tentang WP dapat diberikan atau diperlihatkan kepada pihak
tertentu yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan

Pasal 53 PP nomor 74 tahun 2011


Subjek Pajak (SP) dalam UU PPh
• Penting diidentifikasi terlebih dulu, karena:
 PPh dikenakan terhadap SP (Pasal 1 UU PPh),
 Tanpa SP, suatu objek pajak tidak terutang PPh.
 Setiap jenis SP, berbeda objek pajaknya.
• Jenis Subjek Pajak:
 Orang Pribadi, Badan, Bentuk Usaha Tetap (Pasal 2 ayat (1) UU PPh), atau
 SPDN dan SPLN (Pasal 2 ayat (2) UU PPh).
• Kewajiban pajak subjektif: Saat dimulai dan saat berakhir
untuk tiap jenis SP
(Pasal 2A UU PPh)
• Bukan Subjek Pajak (Pasal 3 UU PPh).

44
Subjek Pajak (1)
Subjek Pajak Orang Pribadi Badan

SPDN (residen) Bertempat tinggal di Indonesia, Didirikan, atau


Berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam Bertempat kedudukan di Indonesia.
jangka waktu 12 bulan, atau (Pasal 2 ayat (3) b UU PPh)
Berada di Indonesia dan berniat untuk bertempat
tinggal di Indonesia
(Pasal 2 ayat (3) a UU PPh)

Kewajiban Pajak Subjektif: Kewajiban Pajak Subjektif:


Dimulai pada saat orang pribadi dilahirkan, berada, Dimulai pada saat badan didirikan atau bertempat
atau berniat untuk bertempat tinggal di Indonesia, kedudukan di Indonesia
Berakhir pada saat meninggal dunia atau Berakhir pada saat dibubarkan atau tidak lagi
meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya. bertempat kedudukan di Indonesia
(Pasal 2A ayat (1) UU PPh) (Pasal 2A ayat (2) a UU PPh)

45
Subjek Pajak (2)
Subjek Pajak Orang Pribadi Badan

SPLN Tidak bertempat tinggal di Indonesia, atau Tidak didirikan, dan


Berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari Tidak bertempat kedudukan di Indonesia.
(non residen)
dalam jangka waktu 12 bulan (Pasal 2 ayat (4) UU PPh)
(Pasal 2 ayat (4) UU PPh)

Kewajiban Pajak Subjektif: Kewajiban Pajak Subjektif:


Dimulai pada saat orang pribadi menerima atau Dimulai pada saat badan menerima atau
memperoleh penghasilan dari Indonesia, memperoleh penghasilan dari Indonesia,
Berakhir pada saat orang pribadi tidak lagi Berakhir pada saat badan tidak lagi menerima
menerima atau memperoleh penghasilan tersebut. atau memperoleh penghasilan tersebut.
(Pasal 2A ayat (4) UU PPh) (Pasal 2A ayat (4) UU PPh)

46
Subjek Pajak (3)
Subjek Pajak Orang Pribadi Badan

BUT Bentuk usaha tetap (BUT) adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh:
orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183
(seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan,  SPLN Orang Pribadi
atau
badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia  SPLN Badan,
untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia.

Kewajiban Pajak Subjektif:


Dimulai pada saat orang pribadi atau badan menjalankan usaha atau kegiatan melalui suatu Bentuk
Usaha Tetap.
Berakhir pada saat orang pribadi atau badan tidak lagi menjalankan usaha atau kegiatan melalui
suatu Bentuk Usaha Tetap
(Pasal 2A ayat (3) UU PPh)

47
Bukan Subjek Pajak
1. Badan perwakilan negara asing, pejabatnya, dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka dengan syarat:
a. Bukan WNI, dan
b. Di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut, dan
c. Negara ybs memberikan perlakuan timbal balik,
2. Organisasi internasional yang ditetapkan Menteri Keuangan, dengan syarat:
a. Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut,
b. Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia selain pemberian pinjaman
kepada Pemerintah yang dananya berasal dari iuran para anggota
3. Pejabat perwakilan organisasi internasional butir 2, dengan syarat sama seperti butir 1 a dan 1 b.

48
Objek Pajak (1)
Objek Pajak SPDN adalah Penghasilan, yaitu:
setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh WP baik yang berasal
dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk
menambah kekayaan WP yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun.
(Pasal 4 ayat (1) UU PPh)

Definisi penghasilan tersebut mencakup elemen-elemen yaitu:

1. Semua jenis penghasilan dalam pengertian ekonomis, (Global income taxation: semua jenis
penghasilan juridis)
2. Semua saat pengakuan (cash basis atau accrual basis),
3. Semua sumber geografis penghasilan (worldwide income),
4. Semua jenis cara pemanfaatannya,
5. Menerapkan konsep substance over form.

49
Objek Pajak (2)
Objek Pajak SPLN non BUT (taxing the foreigner):
• Bentuk penerapan Source Principle.
• Karakteristik Outbound Income:
1.Penghasilan tertentu (positive list),
2.Dengan nama dan dalam bentuk apapun (substance over form),
3.Yang dibayarkan atau yang terutang (cash atau accrual basis),
4. Dari badan pemerintah, SPDN, penyelenggara kegiatan, BUT, atau perwakilan perusahaan
luar negeri lainnya,
5.Diperoleh WPLN selain BUT di Indonesia.
Pajak terutang: 20% dari jumlah bruto
20% dari perkiraan penghasilan neto
Mekanisme pelunasan:
pemotongan (withholding) oleh pihak yang wajib membayarkan.

(Pasal 26 ayat (1) dan (2) UU PPh)


50
KLASIFIKASI PENGHASILAN
Penghasilan dari Penghasilan sebagai pegawai
menjalankan perusahaan (labor income) atau
atau dari melakukan penghasilan dari jasa pribadi
kegiatan usaha (business tidak bebas (dependent
Penghasilan dari income) personal services) atau sebagai
kegiatan (active karyawan
income)

Penghasilan

Penghasilan dari
kegiatan melakukan
Penghasilan dari non pekerjaan (employment
kegiatan (passive income = income from Penghasilan dari pekerjaan bebas
income) personal services) (profesional income- self employed
income = income from independent
personal services)

51
OBJEK PAJAK
Pasal 4 ayat (1)

Penggantian atau imbalan berkenaan dgn pekerjaan atau jasa yg diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah,
tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dlm bentuk lainnya, kec. ditentukan lain
dlm UU ini
Hadiah dari undian atau pekerjaan/kegiatan dan penghargaan

Laba usaha
Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk :
1. keuntungan krn pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan lainnya sbg pengganti
saham/penyertaan modal;
2. keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan dan badan lainnya krn pengalihan harta kpd pemegang saham,
sekutu atau anggota;
3. keuntungan krn likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, atau pengambilalihan usaha;
4. keuntungan krn pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau sumbangan, kec. yang diberikan kpd keluarga sedarah
dlm garis keturunan lurus satu derajat, dan badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau
pengusaha kecil termasuk koperasi yg ditetapkan oleh Menkeu, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha,
pekerjaan, kepemilikan atau penguasaan antara pihak-pihak yg bersangkutan
5. Keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan , tanda turut serta dalam
pembiayaan atau permodalan dalam perusahaan pertambangan. ( Tambahan )

Ditpenpa 2000 52
OBJEK PAJAK
Pasal 4 ayat (1)

Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya & pembayaran tambahan pengembalian
pajak.

Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan krn


jaminan pengembalian utang
Dividen, dgn nama dan dlm bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan asuransi kpd pemegang polis, dan
pembagian SHU koperasi
Royalti, sewa dan penghasilan lain sehubungan dgn penggunaan harta

Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala


Keuntungan krn pembebasan utang, kecuali sampai dgn
jumlah tertentu ditetapkan dgn PP (PP No.130 Tahun 2000)
Keuntungan krn selisih kurs mata uang asing, selisih lebih karena penilaian kembali aktiva, premi asuransi, iuran yg
diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yg terdiri dari WP yg menjalankan usaha / pekerjaan bebas,
tambahan kekayaan neto yg berasal dari penghasilan yg belum dikenakan pajak.

53
OBJEK PAJAK
Pasal 4 ayat (1)

Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva ( Tambahan )

Premi Asuransi ( Tambahan )

Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari wajib pajak yang menjalankan
usaha atau pekerjaan bebas. ( Tambahan )
Tambahan kekayaan netto yang berasal dari Penghasilan yang belum dikenakan pajak. ( Tambahan )

Penghasilan dari usaha berbasis syariah ( tambahan )


Imbalan bunga sebagaimana ditegaskan di KUP
( Tambahan )

Surplus Bank Indonesia ( Tambahan )

54
TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK
Pasal 4 ayat (3)

PENGHASILAN YG DITERIMA/DIPEROLEH PERUSAHAAN MODAL VENTURA BERUPA BAGIAN


LABA DARI BADAN PASANGAN USAHA YG DIDIRIKAN DAN MENJALANKAN USAHA/KEGIATAN
DI INDONESIA DGN SYARAT BADAN PASANGAN USAHA MERUPAKAN PERUSAHAAN KECIL,
MENENGAH, ATAU YG MENJALANKAN KEGIATAN DLM SEKTOR-SEKTOR USAHA YG
DITETAPKAN DGN KEPMENKEU DAN SAHAMNYA TDK DIPERDANGKAN DI BURSA EFEK DI
INDDONESIA

BEA SISWA SESUAI PMK 246 TH 2009 ( TINGKAT DASAR, MENENGAH,


TINGGI TIDAK ADA HUB ISTIMEWA DG DIREKSI, PEMILIK PERUSH

SISA LEBIH YG DIPEROLEH BADAN (LEMB NNIRLABA) YG DITANAMKAN


KEMBALI DLM PRASARANAN PENDIDIKAN DAN LITBANG DG SIFAT
TERBUKA KE SIAPAPUN PALING LAMA 4 TAHUN ( PMK 80/2009)

BANTUAN YG DIBERIKAN OLEH BADAN PENYELENGGARA JAMINAN


SOSIAL KEPADA WP TERTENTU YG KENA BENCANA ALAM, TDK MAMPU
09/23/2020 55
ARAU KENA MUSIBAH (PMK 247 TH 09)
ASSIGNMENT PENGHASILAN SESUAI UU PPh

PT I bergerak dibidang jasa pengiriman barang dalam negeri tahun 2016 mempunyai komponen penghasilan
sebagai berikut:
a. Penerimaan jasa pengriman barang sebesar Rp 20 miliar
b. Penghasilan jasa giro sebesar Rp 50 juta -
c. Laba atas penjualan tanah Rp 1, 2 miliar
d. Penghasilan atas persewaan angkutan brg Rp 500 juta
e Penghasilan dividen dari afiliasi ( saham dimiliki 40 % dan tidak di jual publik Rp 500 juta (PPh pasal 4 ayat 3-
f Dividen dari investasi saham PT Telkom,Tbk Rp 200
g. Keuntungan Selisih penjualan saham di bursaRp 100 juta
h. Terdapat kontrak pengiriman brg antar pulau tg 30 des16 dan telah dilunasi 50 % sebesar Rp 250 juta , brg baru
dikirim 4 januari 17.
i. terdapat penerimaan royalti penggunaan merk angkutan dari sub agen incld PPN sebesar Rp 220 juta.
Diminta:
1. Identifikasikan jenis- jenis penghasilan yang merupakan Objek pajak baik Final maupun non final.
2. Hitunglah besarnya penghasilan yang merupakan objek pajak sesuai dengan pasal 4 ayat (1) UU No 36 Th 2008.

09/23/2020 56

Anda mungkin juga menyukai