Anda di halaman 1dari 78

SKRIPSI

ANALISIS HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN PENDEKATAN


VARIABEL COSTING PADA UKM
MENTARI BAKERY

ABD KADIR N
10573 02450 11

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2016
ANALISIS HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN PENDEKATAN VARIABEL
COSTING PADA UKM MENTARI BAKERY

ABD KADIR N
10573 02450 11

Untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar


Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2016

i
HALAMAN PERSETUJUAN

Judul Penelitian : Analisis harga pokok produksi dengan pendekatan


variable costing pada UKM MENTARI BAKERY
Nama Mahasiswa : ABD KADIR N
No. Stambuk : 10573 02450 11
Jurusan : Akuntansi
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Makassar

Telah di seminarkan dan di ujikan Makassar, 5 Februari 2016

Pemb Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Hj. Ruliaty,MM Ismail Badollahi, SE, M.Si. Ak.CA

Mengetahui:

Dekan Fakultas Ekonomi Ketua Jurusan Akuntansi

Dr. H. Mahmud Nuhung, MA Ismail Badollahi, SE,M.Si.Ak. CA


NBM. 497 794 NBM. 107 348

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah diperiksa dan diterima oleh panitia ujian Skripsi Fakultas

Ekonomi dan Bisnis dengan Surat Keputusan Rektor Universitas Muhammadiyah

Makassar Nomor: Tahun 2016 dan telah dipertahankan di depan penguji pada

hari Rabu, tanggal 20 Februari 2016, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, 20 Februari 2016

Panitia Ujian:

Pengawas Umum : Dr. H. Irwan Akib, M.Pd. (…………………...)

(Rektor Unismuh Makassar)

Ketua : Dr. H. Mahmud Nuhung, MA. (…………………...)

(Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Sekretaris : Drs. H. Sultan Sarda, MM. (…………………...)

(Wakil Dekan 1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis)

Penguji : 1. Dr. H. Mahmud Nuhung, MA.. (…………………...)

: 2. Ismail Badollahi, SE.M.Si. Ak.CA. (…………………...)

: 3. Muchriana Muchram,SE,M.Si,AK.CA(…………………...)

: 4. Ismail Rasulong, SE.,MM (…………………...)

iii
MOTTO

Kegagalan adalah batu loncatan menuju kesuksesaan maka tak usah takut gagal,hinaan adalah
tangga menuju pujian maka tak usah malu di caci.
(Mhardy Mohammad)

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu
urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. Dan hanya kepada
Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.
(Q. S. Alam Nasrah : 6-8)

Kapan pun, dimana pun, setiap manusia pasti dihadapkan pada masalah-masalah yang telah
diatur oleh ALLAH SWT dalam setiap kehidupan individu manusia. Masalah-masalah yang
dihadapai setiap individu manusia dalam hidup ini akan menjadi kenangan pengalaman manis
saat semua masalah yang dihadapi dapat terlewati, entah itu hasilnya sukses atau gagal dari
sebuah usaha sesuai dengan kemampuan setiap individu manusia dalam menangani masalah-
masalah dalam hidup, yang paling penting hanya satu yaitu harus pintar mengambil hikmah dari
sisi baiknya di setiap masalah-masalah dalam hidup di dunia ini.
(Ashong)

Ketekunan, kedisiplinan, dan kesabaran merupakan kunci pokok menuju suatu keberhasilan.

PERSEMBAHAN

Penulis persembahkan kepada :

 Bapak dan Ibuku tersayang

 Kakak dan Kedua adikku yang aku sayangi

 Serta teman-teman AK 1 Resor angkatan 2011 .

iv
ABSTRAK

ABD KADIR N. 2O16. Analisis Harga pokok Produksi Dengan Pendekatan


Variabel Costing Pada Ukm Mentari Bakery, dibimbing oleh Dr. Hj. Ruliaty, MM
dan Bapak Ismail Badollahi, SE, M.Si. AK.CA
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perhitungan Biaya
produksi yang digunakan pada perusahaan Pabrik Roti untuk menentukan harga
jual, dan apakah metode Variabel Costing tepat digunakan pada perusahan untuk
meningkatkan produksi.
Dalam metode ini penulis menggunakan metode analisis kuantitatif. Metode
ini dilakukan dengan menghitung biaya produksi dengan metode Variabel costing
pada pabrik roti mentari bakery. Jenis data yang digunakan adalah jenis data
primer dan sekunder, adapun metode pengumpulan data yang digunakan adalah
penelitian pustaka, penelitian lapangan dengan tehnik observasi dan tehnik
wawancara.
Berdasarkan perhitungan biaya produksi dengan metode Variabel costing
besarnya pembelian Rp 128.500.000, sedangkan total biaya produksinya adalah
Rp 176.419.230 dan total penjualan sebesar Rp 124.800.000 sehingga diperoleh
laba sebesar Rp 12.970.770. Sesuai dengan hasil analisis dengan menggunakan
metode Variabel costing, maka dapat diketahui biaya produksi dapat menutupi
segala pengeluaran-pengeluaran.

Kata Kunci: Biaya Produksi

v
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa

atas berkat, anugerah dan rahnat-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan baik yang merupakan tugas akhir guna memenuhi salah satu

syarat dalam menyelesaikan studi program pendidikan strata satu (S1) dan

memperoleh gelar sarjana Ekonomi pada Universitas Muhammadiyah Makassar.

Salam serta shalawat semoga senantiasa tercurah kepada baginda Rasulullah

Muhammad.SAW, para keluarga, kerabat, sahabat dan orang-orang yang

mengikuti beliau hingga akhir zaman.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini jauh dari

kesempurnaan dan mungkin masih terdapat kekeliruan di luar pengetahuan

penulis, baik dari segi materi yang disajikan.

Keberhasilan dari pekerjaan yang sulit dengan derajat bantuan, dukungan

dan dorongan semangat individu yang terlibat dalam usaha tersebut, untuk itu

pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan rasa hormat

yang setulusnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis terutama

kepada kedua orang tua saya yang tercinta yang telah banyak memberikan

dorongan, bantuan moral dan material serta do’anya yang tak henti-hentinya

dipanjatkan selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tidak

lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada:

vi
1. Bapak DR. H. Irwan Akib, M.Pd selaku Rektor Universitas

Muhammadiyah Makassar.

2. Bapak Dr. H. Mahmud Nuhung, MA., selaku Dekan Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Bapak Ismail Badollahi, SE.,M.Si.Ak.,CA selaku Ketua Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Ibu Dr. Hj. Ruliaty, MM dan Ismail Badollahi, SE.,M.Si.Ak. CA selaku

dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan

pengarahan penulis di dalam penyusunan skripsi ini.

5. Para dosen dan staf Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah

memberikan ilmu yang sangat berarti dan turut mambantu penyelesaian

skripsi ini.

6. Seluruh staf dan karyawan pada pabrik tahu yang telah membantu

memberikan data-data serta masukan-masukannya.

7. Ucapan terima kasih dan penghargaan kepada kakak-kakakku dan adik-

adikku yang tercinta kak Nur syamsi, kak Jamaluddin, Adik Abi hendri

dan Adik Ainun Ghaib yang selalu memberikan dukungan dan

dorongannya.

8. Ucapan terima kasih kepada seluruh keluarga yang tidak dapat saya sebut

satu per satu, terima kasih atas dukungannya..

9. Kepada seluruh teman-teman kelas Ak 1.11 yang telah memberikan

bantuan selama di bangku kuliah.

vi
10. Seluruh teman-teman kuliah angkatan 2011, terima kasih atas informasi-

informasi yang diberikan dalam penyelesaian skripsi ini.

Semoga Allah SWT, membalas semua kebaikan bapak, ibu, serta saudara-

saudari dengan limpahan rahmat dan hidayah-Nya. Aamiin.

Demikianlah yang dapat penulis sampaikan dengan kerendahan hati, penulis

berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihik-pihak yang

membutuhkan.

Makassar, 22 November 2015

Penulis

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN.............................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................iii
MOTTO ................................................................................................................iv
ABSTRAK ............................................................................................................v
KATA PENGANTAR ..........................................................................................vi
DAFTAR ISI.........................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................viii
DAFTAR TABEL.................................................................................................ix

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................1


A. Latar Belakang .................................................................................1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian.............................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 7


A. Usaha Kecil Dan Menengah............................................................. 7
1. Permasalahan Usaha Kecil Dan Manengah ................................10
2. Upaya Pengembangan UKM .....................................................11
B. SAK ETAP .......................................................................................11
1. Pengertian ..................................................................................11
2. Manfaat DanTujuan ..................................................................12
3. Karakteristik SAK ETAP..........................................................13
4. Pengguna SAK ETAP................................................................13
5. Implementasi SAK ETAP ..........................................................14
C. BIAYA .............................................................................................16
1. Pengertian Biaya .......................................................................16
2. Obyek Biaya..............................................................................19

vii
3. Penggolongan Biaya ..................................................................20
D. Harga Pokok Produksi....................................................................24
1. Manfaat Informasi Harga Pokok Produksi.............................26
2. Unsur-Unsur Harga Pokok Produksi .........................................27
3. Metode Penentuan Harga Pokok Produksi ...............................30
E. KerangkaPemikiran .........................................................................34
F. Hipotesis ..........................................................................................36
BAB III METODE PENELITIAN.......................................................................37
A. Lokasi Dan WaktuPenelitian ...........................................................37
B. Jenis Dan Sumber Data ....................................................................37
C. Metode Pengumpulan Data ..............................................................39
D. Metode Pengolahan Dan Analisis Data...........................................40

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN ....................................42


A. Sejarah Singkat Perusahaan ..............................................................42
B. Struktur Organisasi............................................................................43
C. Job Deskription..................................................................................43
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................................46
A. Hasil Penelitian .................................................................................46
B. Pembahasan .......................................................................................52
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................63
A. Kesimpulan .......................................................................................63
B. Saran ..................................................................................................63
Daftar Pustaka ......................................................................................................65

vii
DAFTAR GAMBAR

1.1 Kerangka Pikir ..........................................................................................36

1.2 Struktur Organisasi Mentari Bakery .........................................................43

1.3 Skema Proses Produksi .............................................................................48

viii
DAFTAR TABEL

1.1 Kualifikasi Karyawan Berdasarkan Pendidikan.........................................44

1.2 Persediaan awal bahan baku........................................................................53

1.3 Pembelian bahan baku.................................................................................53

1.4 Persediaan akhir bahan baku.......................................................................53

1.5 Biaya bahan penolong dan Biaya lain-lain..................................................57

1.6 Kalkulasi biaya produksi roti dengan metode variable costing ..................57

ix
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berbagai Negara termasuk di Indonesia merupakan salah satu

penggerak perekonomian rakyat yang tangguh.Hal ini karena kebanyakan para

pengusaha kecil dan menengah berangkat dari industri keluarga atau

rumahan.Dengan demikian konsumennya pun berasal kalangan menengah ke

bawah. Selain itu, peranan UKM terutama sejak krisis moneter tahun 1998

dapat dipandang sebagai katup penyelamat dalam proses pemulihan ekonomi

nasional, baik dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi maupun

penyerapan tenaga kerja.

Perkembangan sektor UKM di Indonesia menyiratkan bahwa terdapat

potensi yang besar jika hal ini dapat dikelola dan dikembangkan dengan baik

tentu akan dapat mewujudkan usaha menengah yang tangguh. Sementara itu,

disisi lain UKM juga masih dihadapkan pada masalah yang terletak pada

proses administrasi. Pemerintah sudah mencoba membantu mengatasi

kendala yang dihadapi oleh sebagian besar UKM, seperti melakukan seminar-

seminar entrepreneur dan pembinaan.

Bukti bertahannya usaha kecil dan menengah (UKM) dan pesatnya

perkembangan UKM saat ini tidaklah cukup, hal ini dikarenakan kondisi

yang semakin lama akan menjadi1 tantangan bagi setiap usaha. Hal tersebut
2

menjadi alasan bahwa setiap usaha di Indonesia harus mampu menciptakan

pondasi yang kuat bagi usahanya. Selain itu setiap usaha juga harus mampu

beradaptasi dengan lingkungannya, karena lingkungan merupakan faktor

eksternal yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan suatu usaha

yang meliputi kondisi perekonomian politik, sosial, bidaya, demografi dan

teknologi (Supriyono, 2000) Permasalah yang muncul dalam suatu UKM

adalah mengenai laporan tentang biaya yang dikeluarkan selama proses

produksi dalam suatu periode (Ilham, 2013).Untuk memperoleh informasi

biaya produksi tersebu dibutuhkan pengolahan data sesuai teori serta prinsip

akuntansi, sehingga dapat juga digunakan dalam penentuan harga pokok

produksi (HPP) yang tepat. Penentuan HPP yang tepat menjadi hal yang

sangat penting karena dapat menjadi hal yang menentukan pendapatan para

pelaku UKM karena berkaitan dengan laba yang akan diperoleh perusahaan.

Komponen pembentuk laba adalah pendapatan yang diperoleh dari hasil

penjualan produksi dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan.Sedangkan

biaya adalah pengorbanan yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk

memproduksi atau menghasilkan suatu barang dan jasa.Biaya tersebut disebut

sebagai biaya harga pokok atau harga pokok produksi (Mulyadi, 2009).

Permasalahan mengenai HPP umumnya berakar dari kurang baiknya

atau bahkan tidak adanya proses (pencatatan) akuntansi yang baik yang

dilakukan oleh para pelaku UKM. Hal ini terjadi karena UKM tidak

dibiasakan untuk melakukan pencatatan dan penyusunan laporan keuangan

sebagai gambaran kegiatan usaha dan posisi perusahaan.Dengan demikian


3

laporan keuangan nampaknya menjadi salah satu komponen yang seharusnya

dimiliki oleh UKM jika mereka ingin mengembangkan usaha. Untuk itu,

kebiasaan untuk mencatat setiap kegiatan usaha yang terjadi dan menyusun

laporan keuangan harus ditumbuhkan di kalangan para pelaku UKM (Ilham,

2013).

Penentuan HPP menjadi masalah yang harus dilakukan oleh UKM

untuk memberikan penentuan harga jual yang tepat sehingga dapat

menghasilkan laba yang optimal.Harga pokok produksi (HPP) sangat

menentukan laba rugi perusahaan.Dengan demikian apabila perusahaan

kurang teliti atau salah dalam penentuan harga pokok produksi,

mengakibatkan kesalahan dalam menentukan laba rugi yang diperoleh

perusahaan.Mengingat arti pentingnya harga pokok produksi yang

memerlukan ketelitian dan ketepatan, apalagi dalam persaingan yang tajam di

industri seperti saat ini memacu perusahaan yang satu bersaing dengan

perusahaan yang lain, dalam menghasilkan produk yang sejenis maupun

produk subtitusi.

Berdasarkan survei di salah satu UKM di gowa, menunjukkan bahwa

mereka hanya mencatat jumlah uang yang diterima dan dikeluarkan, jumlah

barang yang dibeli dan dijual, dan jumlah piutang/utang.Namum pencatatan

itu hanya sebatas pengingat saja.Penentuan harga pokok produksi dibagi

dengan kapasitas produk yang dihasilkan. Demikian penggunaan cara tersebut

masih kurang mendukung dan tidak menghasilkan harga pokok produk yang

wajar.
4

Idealnya, perhitungan harga pokok produksinya berdasarkan

pengumpulan dan penggolongan, sesuai dengan harga pokok produksi di

dalam perusahaan. Dalam penentuan harga pokok produksi, informasi yang

dibutuhkan oleh perusahaan adalah informasi mengenai bahan baku, biaya

tenaga kerja dan biaya overhead pabrik (Mulyadi). Ketiga jenis biaya tersebut

harus ditentukan secera cermat, baik dalam pencatatan maupun

penggolongannya.Sehingga informasi pokok produksi yang dihasilkan dapat

diandalkan, baik penentuan harga jual produk maupun untuk perhitungan laba

rugi periodik.

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penerapan metode

penentuan harga pokok produksi yang digunakan oleh Mentari Bakery.

Asumsi awalnya adalah bahwa penggunaan metode yang masih sangat

sederhana yang digunakan oleh pemilik usaha belumlah optimal, sehingga

manakala hal tersebut terjadi, maka penelitian ini juga mencoba memberikan

satu langkah perhitungan HPP dengan berdasarkan pada data-data yang ada

dan membandingkannya dengan HPP yang digunakan oleh perusahaan.

Harga pokok produksi merupakan hal yang sangat penting, karena

harga pokok produksi dapat dipakai dalam pengambilan keputusan yang

dilakukan perusahaan.Selama ini pemilik usaha telah melakukan perhitungan

atas biaya produksi, tetapi hal tersebut belum dipakai sebagai penentuan

harga pokok produksi yang dipakai dalam perhitungan harga pokok produksi

per/unit.Perusahaan dalam membuat laporan harga pokok produksi


5

belumdapat menunjukkan harga pokok produksi yang tepat dan benar sesuai

dengan pengumpulan biaya produksinya.

Berdasarkan latar belakang dan permasalah yang akan diangkat tersebut

maka dalam skripsi ini penulis mengambil judul Analisis Harga Pokok

Produksidengan pendekatan variable costing Pada UKM Mentari

Bakery.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana penentuan harga

pokok produksi dengan menggunakan variable costing pada UKMMentari

Bakery ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah

Untuk mengetahui metode harga pokok produksi dengan menggunakan

variable costing pada UKM Mentari Bakery.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang dapat

bermanfaat sebagai masukan bagi berbagai pihak yang membutuhkan, antara

lain sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan atau

masukan informasi untuk mengetahui bagaimana perlakuan akuntansi

biaya yang benar untuk diterapkan dalam perusahaan.


6

2. Manfaat praktis

Sebagai wawasan dan pengetahuan tentang akuntansi biaya dan dapat

dijadikan sebagai referensi untuk penelitian lebih lanjut.

3. Kebijakan

Hasil penelitian dijadikan sebagai pelatihan intelektual yang diharapkan

dapat mempertajam daya pikir ilmiah serta meningkatkan kompetensi

keilmuan dan mengetahui sejauh mana teori yang didapat dibangku

kuliah dapat diterapkan didunia kerja.


7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Usaha Kecil dan Menengah

Usaha kecil dan menengah (UKM) memegang peranan penting dalam

ekonomi Indonesia, baik ditinjau dari segi jumlah usaha maupun dari segi

penciptaan lapangan kerja.UKM selain menyerap banyak tenaga kerja

ternyata telah terbukti efektif pula menjadi katup pengaman perekonomian

nasional dalam masa krisis ekonomi, serta menjadi dinamisator pertumbuhan

ekonomi pasca krisis ekonomi. Ini menjadi catatan penting dalam

pengembangan perekonomian nasional ke depan. Bahwa kenyataan UKM

mampu bertahan dalam badai krisis dan keguncangan ekonomi

terberatsekalipun. Adapun UKM memiliki keragaman definisi (Rahman,

2008) diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan definisi UKM berdasarkan

kuantitas tenaga kerja. Usaha kecil merupakan entitas usaha yang memiliki

jumlah tenaga kerja 5 s.d 19 orang, sedangkan usaha menengah

merupakan entitas usaha yang memiliki tenaga kerja 20 s.d 99 orang.

2. Menurut Kementrian Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil

Menengah (Menegkop dan UKM), bahwa yang dimaksud dengan Usaha

Kecil (UK), termasuk Usaha Mikro (UMI), adalah entitas usaha yang

mempunyai kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,00 tidak

termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dan memiliki penjualan

7
8

tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00. Sementara itu, Usaha

Menengah (UM) merupakan entitas usaha milik warga Negara Indonesia

yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp. 200.000.000,00 s.d

Rp. 10.000.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan.

3. Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 316/KMK.016/1994

tanggal 27 Juni 1994, usaha kecil didefinisikan sebagai perorangan atau

badan usaha yang telah melakukan kegiatan/usaha yang mempunyai

penjualan/omset per tahun setinggi-tingginya Rp. 600.000.000,00 atau

asset/aktiva setinggi-tingginya Rp. 600.000.000,00 (diluar tanah dan

bangunan yang ditempati) terdiri dari: (1) badan usaha (Fa, CV, PT dan

Koperasi) dan (2) perorangan (pengrajin/industry rumah tangga, petani,

peternak, nelayan, perambah hutan, penambang, pedagang barang dan

jasa).

4. Berdasarkan Undang-Undang No. 9 tahun 1995, usaha kecil didefinisikan

sebagai kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil serta memenuhi

kriteria sebagai berikut:

a. Memiliki kekayaan bersih maksimal Rp. 200.000.000,00 (dua ratus

juta rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00

(satu milyar rupiah).

c. Milik warga Negara Indonesia.


9

d. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang

perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi, baik langsung

maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar.

e. Berbentuk usaha perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan

hokum atau badan usaha yang berbadan hokum, termasuk koperasi.

5. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2008, yang disebut dengan Usaha

Kecil adalah entitas yang memiliki kriteria sebagai berikut: (1) kekayaan

bersih lebih dari Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai

dengan paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak

termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dan (2) memiliki hasil

penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah)

sampai dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus

juta rupiah). Sementara itu, yang disebut dengan Usaha Menengah adalah

entitas usaha yang memiliki kriteria sebagai berikut: (1) kekayaan bersih

lebih dari Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan

paling banyak Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak

termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, (2) memiliki hasil penjualan

tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta

rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 50.000.000.000,00 (lima puluh

milyar rupiah).

Menurut Rahmana (2008), karakteristik dasar UKM di Indonesia adalah

sebagai berikut:

1. Rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia.


10

2. Masih lemahnya striktur kemitraan dengan Usaha Besar.

3. Lemahnya quality control terhadap produk.

4. Belum ada kejelasan standardisasi produk yang sesuai dengan keinginan

konsumen.

5. Kesulitan dalam akses permodalan terutama dari sumber-sumber keuangan

yang formal.

6. Pengetahuan tentang ekspor masih lemah.

7. Lemahnya akses pemasaran.

8. Keterbatasan teknologi, akibatnya produktivitas rendah dan rendahnya

kualitas produk.

9. Keterbatasan bahan baku.

1. Permasalahan Usaha Kecil dan Menengah

Winatriyana (2009) menyatakan terdapat beberapa permasalahan yang

dihadapi oleh UKM pada umumnya diantaranya:

1. Faktor Internal

a. Kurangnya Permodalan

b. Sumber Daya Manusia (SDM) yang Terbatas

c. Lemahnya Jaringan Usaha dan Kemampuan Penetrasi Pasar

2. Faktor Eksternal

a. Iklim Usaha Belum Sepenuhnya Kondusif

b. Terbatasnya Sarana dan Prasarana Usaha

c. Implikasi Otonomi Daerah

d. Implikasi Perdagangan Bebas


11

e. Sifat Produk dengan Lifetime pendek

f. Terbatasnya Akses Pasar

2.Upaya Pengembangan UKM

Mencermati permasalahan yang dihadapi oleh UKM, maka perlu

diupayakan langkah-langkah untuk mengembangkan UKM yang pada

hakekatnya merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan

masyarakat. Adapun langkah-langkah yang perlu diupayakan adalah

sebagai berikut:

1. Penciptaan Iklim Usaha

2. Bantuan Permodalan

3. Perlindungan Usaha

4. Pengembangan Kemitraan

5. Pelatihan

6. Membentuk Lembaga Khusus

7. Memantapkan Asosiasi

8. Mengembangkan Promosi

9. Mengembangkan Kerjasama yang Setara

B. SAK - ETAP

1. Pengertian

Pada tanggal 19 Mei 2009, Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK)

mengesahkan Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas tanpa Akuntabilitas

Publik (SAK - ETAP).


12

SAK ETAP ini nampak seide dengan International Financial Reporting Standard

for Small and Medium-sized Entities (IFRS for SMEs).Meskipun memiliki judul

yang berbeda, namun baik SAK ETAP maupun IFRS for SMEs sama-sama

diperuntukkan bagi entitas tanpa akuntabilitas publik, hanya saja istilah yang

digunakan sebagai judul pada IFRS adalah small and medium-sized

entities (SMEs).

Jadi, apabila kita membandingkan judul pada IFRS for SMEs dan SAK ETAP,

maka istilah entitas tanpa akuntabilitas publik) sama pengertiannya dengansmall

and medium-sized entities. Apabila SAK ETAP telah disahkan pada bulan Mei

2009, IFRS for SMEs sendiri baru disahkan pada bulan Juli 2009.

Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas

Publik (SAK ETAP) adalah standar akuntansi yang disusun sebagai acuan dan

dimaksudkan untuk digunakan entitas tanpa akuntabilitas publik.

2. Manfaat dan Tujuan

SAK ETAP dimaksudkan agar semua unit usaha menyusun laporan

keuangan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Setiap perusahaan

memiliki prinsip goingconcern yakni menginginkan usahanya terus

berkembang. Untuk mengembangkan usaha perlu banyak upaya yang harus

dilakukan. Salah satu upaya itu adalah perlunya meyakinkan publik bahwa

usaha yang dilakukan dapat dipertanggungjawabkan. Dalam akuntansi wujud

pertanggungjawaban tersebut dilakukan dengan menyusun dan menyajikan

laporan keuangan sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Penyajian

laporan keuangan yang sesuai dengan standar, akan membantu manajemen


13

perusahaan untuk memperoleh berbagai kemudahan, misalnya: untuk

menentukan kebijakan perusahaan di masa yang datang; dapat memperoleh

pinjaman dana dari pihak ketiga, dan sebagainya.

3. Karakteristik SAK ETAP

a. Stand alone accounting standard (tidakmengacukeSAK Umum)

b. Mayoritas menggunakan historical cost concep

c. Hanya mengatur transaksi yang umum dilakukan Usaha Kecil dan

Menengah

d. Pengaturan lebih sederhana dibandingkan SAK Umum

e. Tidak akan berubah selama beberapa tahun

4. Pengguna SAK ETAP

Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK

ETAP) dimaksudkan untuk digunakan entitas tanpa akuntabilitas publik.

Entitas tanpa akuntabilitas publik adalah entitas yang:

a. tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan; dan

b. menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose

financial statement) bagi pengguna eksternal. Contoh pengguna eksternal

adalah pemilik yang tidak terlibat langsung dalam pengelolaan usaha,

kreditur, dan lembaga pemeringkat kredit.

Entitas memiliki akuntabilitas publik signifikan jika:

a. entitas telah mengajukan pernyataan pendaftaran, atau dalam proses

pengajuan pernyataan pendaftaran, pada otoritas pasar modal atau regulator

lain untuk tujuan penerbitan efek di pasar modal; atau


14

b. entitas menguasai aset dalam kapasitas sebagai fidusia untuk sekelompok

besar masyarakat, seperti bank, entitas asuransi, pialang dan atau pedagang

efek, dana pensiun, reksa dana dan bank investasi.

Entitas yang memiliki akuntabilitas publik signifikan dapat menggunakan SAK

ETAP jika otoritas berwenang membuat regulasi mengizinkan penggunaan

SAK ETAP.

5. Implementasi SAK ETAP

PSAK ETAP mulai diberlakukan pada akhir tahun 2011. Penggunaan PSAK

ini harus konsisten untuk tahun-tahun berikutnya. Apalagi yang sudah

memutuskan untuk menggunakan PSAK umum dalam penyajian laporan

keuangan, maka untuk selanjutnya tidak boleh merevisi kebijakannya ke PSAK

ETAP.

Entitas dapat menerapkan SAK ETAP secara retrospektif, namun jika tidak

praktis, maka entitas diperkenankan untuk menerapkan SAK ETAP secara

prospektif. Entitas yang menerapkan secara prospektif dan sebelumnya telah

menyusun laporan keuangan maka:

a. Mengakui semua aset dan kewajiban yang pengakuannya dipersyaratkan

dalam SAK ETAP;

b. Tidak mengakui pos-pos sebagai aset atau kewajiban jika SAK ETAP tidak

mengijinkan pengakuan tersebut;

c. Mereklasifikasikan pos-pos yang diakui sebagai suatu jenis aset, kewajiban

atau komponen ekuitas berdasarkan kerangka pelaporan sebelumnya, tetapi


15

merupakan jenis aset, kewajiban, atau komponen ekuitas yang berbeda

berdasarkan SAK ETAP;

d. Menerapkan SAK ETAP dalam pengukuran seluruh aset dan kewajiban

yang diakui.

Penerapan secara retrospektif artinya bahwa kebijakan akuntansi yang baru

diterapkan seolah-olah kebijakan akuntansi tersebut telah digunakan

sebelumnya. Oleh karena itu, kebijakan akuntansi yang baru, diterapkan pada

kejadian atau transaksi sejak tanggal terjadinya kejadian atau transaksi tersebut.

Sedangkan penerapan secara prospektif artinya kebijakan akuntansi yang baru,

diterapkan pada kejadian atau transaksi yang terjadi setelah tanggal perubahan.

Tidak ada penyesuaian yang dilakukan terhadap periode sebelumnya.

Kebijakan akuntansi yang digunakan oleh entitas pada saldo awal neracanya

berdasarkan SAK ETAP mungkin berbeda dari yang digunakan untuk tanggal

yang sama dengan menggunakan kerangka pelaporan keuangan sebelumnya.

Hasil penyesuaian yang muncul dari transaksi, kejadian atau kondisi

lainnyasebelum tanggal efektif SAK ETAP diakui secara langsung pada saldo

laba pada tanggal penerapan SAK ETAP.

Pada tahun awal penerapan SAK ETAP, entitas yang memenuhi

persyaratan untuk menerapkan SAK ETAP dapat menyusun laporan keuangan

tidak berdasarkan SAK ETAP, tetapi berdasarkan PSAK non-ETAP sepanjang

diterapkan secara konsisten. Entitas tersebut tidak diperkenankan untuk

kemudian menerapkan SAK ETAP ini untuk penyusunan laporan keuangan

berikutnya. Entitas yang menyusun laporan keuangan berdasarkan SAK ETAP


16

kemudian tidak memenuhi persyaratan entitas yang boleh menggunakan SAK

ETAP, maka entitas tersebut tidak diperkenankan untuk menyusun laporan

keuangan berdasarkan SAK ETAP. Entitas tersebut wajib menyusun laporan

keuangan berdasarkan PSAK non- ETAP dan tidak diperkenankan untuk

menerapkan SAK ETAP ini kembali sesuai dengan paragraf 29.4 di atas.

Entitas yang sebelumnya menggunakan PSAK non-ETAP dalam

menyusun laporan keuangannya dan kemudian memenuhi persyaratan entitas

yang dapat menggunakan SAK ETAP, maka entitas tersebut dapat

menggunakan SAK ETA ini dalam menyusun laporan keuangan. Entitas

tersebut menerapkan persyaratan dalam paragraf 29.1 – 29.3.

Jadi standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas

Publik (SAK ETAP) adalah standar akuntansi yang disusun sebagai acuan dan

dimaksudkan untuk digunakan entitas tanpa akuntabilitas publik yang

dimaksudkan agar semua unit usaha menyusun laporang keuangan sesuai

dengan standard yang telah ditetapkan.

C. BIAYA

1. Pengertian Biaya

Ada beberapa pendapat yang mengemukakan pengertian biaya: menurut

Supriyono (2008) biaya adalah harga pokok yang dimanfaatkan atau

dikonsumsi untuk mempeoleh pendapatan. Contoh bila perusahaan mempunyai

sejumlah bahan yang dibeli dengan harga tertentu, kemudian sebagian dipakai

untuk membuat barang, maka nilai bahan yang dipakai disebut biaya

bahan.Biaya nagan tersebut sebagian diambilkan dari harga pokok


17

bahan.Menurut Supriyono (2008) biaya didefinisikan sebagai pengorbanan

ekonomis yang dibuat untuk memperoleh barang atau jasa. Dengan kata lain

biaya adalah harga perolehan barang atau jasa yang diperlukan oleh organisasi.

Besarnya biaya diukur dalam satuan moneter, di Indonesia adalah rupiah, yang

jumlahnya dipengaruhi oleh transaksi dalam rangka pemilihan barang dan jasa

tersebut.Menurut Mulyadi (2009 :8) definisi biaya dibagi atas dua yaitu biaya

dalam arti luas dan biaya dalam arti sempit. Dalam arti luas biaya adalah

pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah

terjadi dan kemungkinan akan terjadi dan kemungkinan akan terjadi untuk

tujuan tertentu. Sedangkan dalam arti sempit, biaya diartikan sebagai

pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa biaya sebagai suatu

pengorbanan atas sumber-sumber ekonomi untuk mendapatkan sesuatu atau

mencapai tujuan tertentu yang bermanfaat pada saat ini atau pada masa yang

akan datang (pendapatan). Istilah biaya, kadang-kadang dianggarkan sinonim

dengan (1) harga pokok dan (2) beban dari sesuatu atau tujuan tertentu

tersebut.

Sebagai harga pokok, biaya dapat diukur atau merupakan harga

pertukaran atas sumber ekonomis yang dikorbankan atau diserahkan untuk

mendapatkan suatu barang, jasa atau aktiva.Tetapi kadang-kadang juga diukur

berdasar harga pasar dan aktiva yang didapat.Sedangkan biaya sebagai beban

adalah apabila pengorbanan yang diperlukan itu terjadi dalam rangka

merealisasikan pendapatan.
18

Dengan demikian, jika cara bagaimana perusahaan pada umumnya

berupaya untuk menghasilkan laba, maka perbedaan antara harga pokok dan

beban semata-mata terletak pada faktor waktu. Harga pokok pada hakekatnya

adalah biaya yang melekat pada suatu aktiva yang belum dikonsumsi atau

digunakan dalam upaya merealisasikan pendapatan dalam suatu periode dan

akan dikonsumsikan di kemudian hari. Sedangkan beban adalah biaya (dalam

bentuknya bisa berupa aktiva) yang dikonsumsi atau digunakan untuk

merealisasikan pendapatan dalam suatu periode akuntansi.

a. Biaya Produk Bersama (JointProductCost)

Jika beberapa jenis produk gabungan atau produk sampingan yang berbeda

dihasilkan dari faktor biaya yang sama, maka akan timbul biaya gabungan.

Biaya gabungan terjadi sebelum titik pemisahan. Yang termasuk jointcost

tidak hanya bahan, akan tetapi semua biaya yang terjadi dalam proses

produksi sampai produk dapat dipisahkan (Split-offpoint).

b. CommonCost

CommonCostberkaitan dengan pemakaian fasilitas secara bersama oleh dua

pemakai atau lebih.Yang termasuk dalam commoncostadalah biaya yang

terjadi di Departemen Jasa yang kemudian dialokasikan ke departemen

produksi.

2. Obyek Biaya

Pada dasarnya obyek biaya adalah setiap kegiatan atau aktivitas yang

memerlukan adanya pengukuran atau penentuan biayanya secara tersendiri.

Dengan kata lain, jika pemakai informasi akuntansi ingin mengetahui berapa
19

besarnya biaya untuk sesuatu (mengukur), maka sesuatu itu disebut sebagai

obyek biaya. Dalam pengertian demikian obyek biaya bisa berupa produk, jasa,

bagian atau departemen tertentu dalam suatu perusahaan, dan segala sesuatu

yang membuat kita ingin mengetahui seberapa banyak sumber-sumber

ekonomi yang diperlukan (mengukur) untuk mewujudkan atau

merealisasikannya.Karena obyek biaya terdapat pada setiap perusahaan atau

organisasi, apapun jenis usaha dan kegiatannya, maka akuntansi biaya sebagai

suatu sistem informasi yang tidak hanya dapat diaplikasikan tetapi lebih dari

itu dan diperlukan oleh perusahaan yang bergerak baik di bidang perdagangan

maupun jasa.

Dalam akuntansi, proses penentuan harga pokok atau perhitungan biaya

untuk melaksanakan sesuatu kegiatan disebut cisting. Proses itu sendiri harus

dilakukan secara sistematis yang meliputi tahap-tahap pengumpulan biaya,

penggolongan ke dalam berbagai kategori, misalnya biaya bahan, biaya tenaga

kerja, biaya overhead pabrik, dan kemudian pengalokasiannya kepada obyek-

obyek biaya. Dalam hal ini terdapat berbagai metode anternatif pengumpulan,

penggolongan, dan alokasi biaya kepada obyek-obyek biaya.Namun demikian,

diantara ketiga tahap tersebut tahap penggolongan biaya perlu mendapatkan

perhatian khusus. Ini disebabkan oleh karena hakikat dan relevansi informasi

akuntansi, termasuk biaya, antara lain tercermin pada cara informasi tersebut

diklasifikasikan
20

3. Penggolongan Biaya

Penggolongan biaya adalah proses pengelompokan secara sistematis atau

keseluruhan elemen-elemen yang ada ke dalam golongan-golongan tertentu

yang lebih ringkas untuk dapat memberikan informasi yang lebih mempunyai

arti atau lebih penting. Dalam akuntansi biaya umumnya penggolongan biaya

ditentukan atas dasar tujuan yang hendak dicapai dengan penggolang tersebut,

karena dalam akuntansi biaya dikenal konsep “different costsfor different

purpose”.Dalam penggolongan biaya harus disesuaikan dengan tujuan dari

biaya yang disajikan. Menurut Mulyadi (2009:13-16:) ada beberapa cara

penggolongan biaya yang sering dilakukan, antara lain:

1. Penggolongan biaya menurut hubungan sesuatu yang dibiayai.

Biaya dapat dihubungkan dengan sesuatu yang dibiayai atau obyek

pembiayaan. Jika perusahaan mengolah bahan baku menjadi produk jadi,

maka sesuatu yang dibiayai tersebut adalah produk. Sedangkan jika

perusahaan menghasilkan jasa maka sesuatu yang dibiayai tersebut adalah

jasa. Dalam hubungan dengan sesuatu yang dibiayai tersebut, biaya dibagi

menjadi dua golongan yaitu:

a. Biaya langsung (Direct cost).

Biaya langsung adalah biaya yang terjadi yang penyebab satu-satunya

adalah karena sesuatu yang dibiayai. Sesuatu yang dibiayai dalam hal

ini dapat berupa biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung

untuk membuat sesuatu produk. Sedangkan dalam hubungannya


21

dengan departemen, dibagi menjadi biaya langsung departemen dan

biaya tidak langsung departemen.

b. Biaya Tidak Langsung (Indirect cost).

Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadinya tidak hanya

disebabkan oleh adanya sesuatu yang dibiayai.Dalam hubungannya

dengan produk, biaya tidak langsung, tidak mudah diidentifikasikan

dengan produk. Gaji mandor yang diawasi pembuatan produk A, B

dan C merupakan biaya tidak langsung bagi produk A, B, C karena

gaji mandor tersebut terjadi bukan karena perusahaan memproduksi

satu macam produk. Jika perusahaan memproduksi satu macam

produk, maka semua biaya merupakan biaya langsung dalam

hubungannya dengan produk.Biaya tidak langsung dalam

hubungannya dengan produk sering disebut dengan istilah biaya

overhead pabrik (factoryoverheadcosting).

2. Penggolongan biaya atas dasar fungsi pokok dalam perusahaan.

Pada perusahaan manufaktur ada tiga fungsi pokok yaitu fungsi produksi,

fungsi pemasaran, dan fungsi administrasi dan umum. Oleh karena itu di

dalam perusahaan manufaktur, biaya dapat dikelompokkan menjadi tiga

kelompok, yaitu:

a. Biaya Produksi

Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah

bahan baku menjadi produk jadi yang siap dijual. Biaya ini meliputi

biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik. Biaya
22

bahan baku tersebut yang diolah dalam proses produksi. Biaya tenaga

kerja langsung adalah biaya tenaga kerja yang dapat diidentifikasikan

secara langsung terhadap produk tertentu. Sedangkan biaya overhead

pabrik adalah biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga

kerja langsung. Biaya produksi yang masuk dalam kelompok biaya

overhead pabrik adalah:

1. Biaya bahan penolong

2. Biaya reparasi

3. Biaya tenaga kerja tidk langsung yaitu biaya tenaga kerja yang tidak

secara langsung diperhitungkan dalam memproduksi produk tertentu.

4. Biaya asuransi, yaitu biaya yang timbul sebagai akibat dari berlalunya

waktu.

5. Biaya listrik

b. Biaya Pemasaran

Biaya pemasaran merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk

melaksanakan kegiatan pemasaran produk, contohnya adalah biaya iklan,

biaya promosi, biaya pendalaman dinas, baiay gaji manajer pemasaran

dan lain-lain.
23

c. Biaya Administrasi dan Umum

Merupakan biaya untuk mengkoordinasikan kegiatan produksi dan

kegiatan pemasaran produk. Contoh biaya ini adalah biaya telepon, biaya

peralatan kantor, dan lain-lain.

3. Penggolongan biaya menurut perilaku dalam hubungannya dengan

perubahan volume kegiatan.

Penggolongan biaya sesuai dengan aktivitas perusahaan terutama

untuk tujuan perencanaan, pengendalian serta pengembangan keputusan.

Berdasarkan perilakunya terhadap kegiatan perusahaan biaya dapat

dikelompokkan menjadi:

a. Biaya Tetap (Fixed cost)

Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisaran

perubahan vilume kegiatan tertentu. Karakteristik biaya tetap adalah:

1) Biaya yang jumlah totalnya tetap konstan tidak terpengaruh oleh

perubahan volume kegiatan sampai dengan tingkat tertentu.

2) Pada biaya tetap, biaya persatuan akan berubah berbanding

terbalik dengan perubahan volume kegiatan. Semakin tinggi

volume kegiatan semakin rendah biaya per jam.

b. Biaya Variabel (Variable cost)

Biaya variabel merupakan biaya yang jumlah totalnya berubah

sebanding dengan perubahan volume kegiatan.Semakin tinggi volume

kegiatan maka semakin tinggi pula total biaya variabel. Elemen biaya

variabel ini terdiri atas: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung
24

yang dibayar per buah produk atau per jam, biaya overhead pabrik

variabel, biaya pemasaran variabel. Karakteristik biaya variabel adalah

biaya persatuan dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan.

c. Biaya Semi Variabel

Biaya semi variabel adalah biaya yang mempunyai unsure tetap dan

variabel di dalamnya.Unsur biaya yang tetap merupakan jumlah

minimal untuk menyediakan produk dan jasa.Sedangkan unsure

variabel merupakan bagian dari biaya semi variabel yang dipengaruhi

oleh kegiatan. Karakteristik biaya semi variabel adalah biaya yang

jumlah totalnya akan berubah sesuai dengan perubahan volume

kegiatan. Akan tetapi sifat perubahannya tidak sebanding, biaya akan

berbanding terbalik dihubungkan dengan perubahan volume kegiatan.

D. Harga Pokok Produksi

Harga pokok produksi atau productcost merupakan eleman penting untuk

menilai keberhasilan (performance) dari perusahaan dagang meupun

manufaktur. Harga pokok produksi mempunyai kaitan erat dengan indikator-

indikator tentang sukses perusahaan, seperti misalnya: laba kotor penjualan,

laba bersih. Tergantung pada rasio antara harga jual dan harga pokok

produknya, perubahan pada harga pokok produk yang relative kecil bisa jadi

berdampak signifikan pada indikator keberhasilannya.

Harga pokok adalah nilai pengorbanan untuk memperoleh barang dan jasa

yang diukur dengan nilai mata uang. Besarnya biaya diukur dengan
25

berkurangnya atau timbulnya utang. Mulyadi (2009) mengungkapkan bahwa

biaya produksi membentuk harga pokok produksi, yang digunakan untuk

menghitung harga pokok produk jadi dan harga pokok produk pada akhir

periode akuntansi masih dalam proses. Menurut Mulyadi (2009) harga pokok

produksi atau disebut harga pokok adalah pengorbanan sumber ekonomi yang

diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan terjadi untuk

memperoleh penghasilan.

Mulyadi lebih lanjut menjelaskan bahwa, biaya produksi merupakan

biaya-biaya yang terjadi dalam hubungannya dengan pengolahan bahan baku

menjadi barang jadi. Sedangkan menurut Supriyono (2009) biaya-biaya dalam

penentuan harga pokok produksi terdiri dari tiga unsur:

1. Biaya Bahan Baku

Biaya bahan baku adalah biaya bahan yang dipakai untuk dioleh dan akan

menjadi bahan produk jadi. Bahan dari suatu produk merupakan bagian

terbesar yang membentuk suatu produk jadi, sehingga dapat diklasifikasikan

sacara langsung dalam harga pokok dari setiap macam barang tersebut.

2. Biaya Tenaga Kerja

Biaya tenaga kerja merupakan balas jasa yang diberikan kepada karyawan

produksi baik yang secara langsung maupun yang tidak langsung turut ikut

mengerjakan produksi barang yang bersangkutan.


26

3. Biaya Overhead Pabrik

Merupakan biaya yang tidak dapat dibebankan secara langsung pada suatu

hasil produk. Biaya ini meliputi biaya-biaya selain bahan baku dan biaya

tenaga kerja.

1. Manfaat Informasi Harga Pokok Produksi

Pada dasarnya tujuan penentuan harga pokok produksi adalah untuk

menentukan secara tetap jumlah biaya perunit produk jadi, sehingga dapat

diketahui laba atau rugi suatu perusahaan per periode. Menurut Mulyadi (2009)

manfaat dari penentuan harga pokok produksi secara garis beasar adalah

sebagai berikut:

a. Menentukan Harga Jual Produk

Perusahaan yang berproduksi missal memproses produknya untuk

memenuhi persediaan di gudang dengan demikian biaya produksi dihitung

untuk jangka waktu tertentu untuk menghasilkan informasi biaya produksi

per satuan produk. Penentuan harga jual produk, biaya produksi per unit

merupakan salah satu data yang dipertimbangkan disamping data biaya lain

serta data non biaya.

b. Memantau Realisasi Biaya Produksi

Manajemen memerlukan informasi biaya produksi yang sesungguhnya

dikeluarkan dibandingkan dengan rencana produksi yang telah ditetapkan,

oleh sebab itu akuntansi biaya digunakan dalam jangka waktu tertentu untuk

memantau apakah produksi mengkonsumsi total biaya produksi sesuai

dengan yang diperhitungkan sebelumnya.


27

c. Menghitung Laba Rugi Periodik

Guna mengetahui apakah kegiatan produksi dan pemasaran

perusahaan dalam periode tertentu mampu menghasilkan laba

bruto.Manajemen memerlukan ketepatan penentuan laba periodik,

sedangkan laba periodik yang tepat harus berdasarkan informasi biaya dan

penentuan biaya yang tepat pula.

d. Menentukan Harga Pokok Persediaan Produk Jadi dan Produk Dalam Proses

yang Disajikan dalam Neraca.

Saat manajemen dituntut untuk membuat pertanggungjawaban

perperiode, manajemen harus menyajikan laporan keuangan berupa neraca

dan laporan laba rugi yang menyajikan harga pokok persediaan produk jadi

dan harga pokok yang pada tanggal neraca masih dalam proses. Berdasarkan

catatan biaya produksi yang masih melekat pada produk jadi yang belum di

jual pada tanggal neraca disajikan dalam harga pokok persediaan produk

jadi. Biaya produksi yang melekat pada produk yang pada tanggal neraca

masih dalam proses pengerjaan dalam neraca sebagai harga pokok

persediaan produk dalam proses.

2. Unsur-Unsur Harga Pokok Produksi

Untuk menentukan harga pokok produksi yang mutlak diperlukan dasar

penilaian dan penentuan laba rugi periodik.Biaya produksi perlu

diklasifikasikan menurut jenis atau obyek pengeluarannya. Hal ini penting

agar pengumpulan data biaya dan alokasinya yang seringkali menuntut

adanya ketelitian yang tinggi, seperti missalnya penentuan tingkat


28

penyelesaian produk dalam proses ada produksi secara missal dapat

dilakukan dengan mudah.

Menurut Mulyadi (2010) terdapat tiga unsur-unsur harga pokok

produksi yaitu: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya

produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik.

1. Biaya Bahan Baku

Bahan baku adalah berbagai macam bahan yang dioleh menjadi

produk selesai dan pemakaiannya dapat diikuti jejaknya. Biaya bahan

baku adalah harga perolehan berbagai macam bahan baku yang

dipakai dalam kegiatan pengolahan produk. Biaya ini meliputi harga

pokok dari semua bahan yang secara praktis dapat diidentifikasikan

sebagai bahan dari produk selesai.Misalnya, papan atau kayu pada

perusahaan produsen mebel, pasir dan semen pada perusahaan tegel,

kain pada perusahaan konveksi. Tidak semua bahan yang dipakai

dalam pembuatan suatu produk diklasifikasikan sebagai bahan baku.

Paku dan lem pada perusahaan produsen mebel umpamanya, mungkin

tidak diklasifikasikan sebagai bahan baku. Ini disebabkan oleh karena

biaya yang didapat dari ketelitian harga pokok produksinya.Bahan-

bahan yang relative kecil nilainya seperti itu disebut bahan penolong

dan diklasifikasikan sebagai bagian produksi tidak langsung.

2. Biaya Tenaga Kerja Langsung

Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang jasanya dapat

diikuti jejak manfaatnya pada produk tertentu. Biaya tenaga kerja


29

langsung adalah balas jasa yang diberikan oleh perusahaan kepada

tenaga kerja langsung dan jejak manfaatnya dapat diidentifikasikan

pada produk tertentu. Biaya ini meliputi gaji dan upah dari seluruh

tenaga kerja langsung yang secara praktis dapat diidentifikasinkan

dengan pengolahan bahan menjadi produk jadi atau setengah jadi.Gaji

dan upah operasional mesin umpamanya merupakan contoh biaya

tenaga kerja langsung. Seperti halnya biaya bahan baku, kenyataan

adanya gaji dan upah tenaga kerja yang ikut membantu terlaksananya

kegiatan produksi mungkin saja tidak digolongkan sebagai biaya

tenaga kerja langsung. Karena itu, terhadap gaji dan upah tenaga kerja

dibebankan menjadi biaya tenaga kerja langsung dan biaya tenaga

kerja tidak langsung. Biaya tenaga kerja tidak langsung meliputi

semua biaya (gaji/upah) tenaga kerja bagian produksi yang tidak

terlibat secara langsung dalam proses pengerjaan bahan menjadi

produk jadi. Gaji dan upah mandor adalah salah satu contoh dari biaya

tenaga kerja tidak langsung.Sebagai contoh gaji karyawan keamanan

yang menjaga keamanan lokasi produksi dimana tanpa penjagaan,

proses produksi dapat terganggu.

3. Biaya Overhead Pabrik

Biaya ini meliputi semua biaya produksi selain biaya bahan

baku dan biaya tenaga kerja langsung. Oleh kerena itu, biaya overhead

pabrik meliputi juga biaya bahan penolong, gaji dan upah tenaga kerja

tidak langsung dan biaya produksi tak langsung lainnya.Biaya


30

depresiasi, dan amortisasi aktiva tetap, serta biaya asuransi

umpamanya, merupakan contoh dari biaya overhead pabrik.

3.Metode Penentuan Harga Pokok

Menurut Mulyadi (2010: 35) metode penentuan harga pokok produk

adalah menghitung semua unsure biaya kerja dalam harga pokok

produksi.Ada dua jenis utama dalam membebankan biaya ke produk. Kedua

jenis tersebut adalah:

1. Metode penentuan Harga Pokok Pesanan(Job Order Costing)

metode harga pokok pesanan adalah metode pengumpulan

Harga Pokok Produksi yang biayanya dikumpulkan untuk setiap pesanan

atau kontrak atau jasa secara terpisah, dan setiap pesanan atau kontrak

dapat dipisahkan identitasnya. Proses produksi akan dimulai setelah ada

pesanan dari langganan melalui dokumen pesanan penjualan yang

memuat jenis dan jumlah produk yang dipesan, spesifikasi pesanan,

tanggal pesanan diterima dan haeus diserahkan. Pesanan penjualan

merupakan dasar kegiatan produksi perusahaan.Pada metode ini, yang

menjadi obyek biaya (Cost Object) adalah unit produk individual, batch,

atau kelompok produk dalam satu job.

2. Metode penentuan Harga Pokok Proses

metode harga pokok proses adalah metode pengumpulan Harga Pokok

Produksi yang biayanya dikumpulkan untuk setiap satuan waktu tertentu.

Pada metode ini perusahaan menghasilkan produk yang homogeny dan

jenis produk bersifat standar. Ada dua metode yang umum digunakan
31

yaitu metode weighted average cost dan metode First In First Out

(FIFO).

Ketidaktepatan dalam perhitungan Harga Pokok Produksi

membawa dampak yang merugikan bagi perusahaan, karena Harga

Pokok Produksi berfungsi sebagai dasar untuk penetapan harga jual dan

laba, sebagai alat untuk mengukur efisiensi pelaksanaan proses produksi

serta sebagai dasar untuk pengambilan keputusan bagi manajemen

perusahaan. Oleh kerena itu, muncul metode baru dalam perhitungan

Harga Pokok Produksi yaitu:

a. Metode Activity-Based Costing (ABC) System

Activity-BasedCostingSystemmerupakan metode perbaikan dari

Sistem Tradisional.Activity-BasedCostingSystem ini merupakan metode

perhitungan biaya yang dapat memberikan alokasi Biaya OverheadPabrik

yang lebih akurat dan relevan.Pada metode ini, seluruh Biaya Tidak

langsung dikelompokkan sesuai dengan aktivitas masing-masing,

kemudian masing-masing kelompok biaya (CostPool) tersebut

dihubungkan dengan masing-masing aktivitas dan dialokasikan berdasar

aktivitasnya masing-masing.Dasar alokasi yang digunakan adalah jumlah

aktivitas dalam setiap CostPool tersebut.Metode ini menggunakan jenis

pemicu biaya yang lebih banyak sehingga dapat mengukur sumber daya

yang digunakan oleh produk secara lebih akurat.


32

Dalam menghitung unsur-unsur biaya pada harga pokok produksi

terdapat beberapa pendekatan yaitu metode Full Costingdan Variable

Costing.

1. Metode Full Costing

Full costing merupakan metode penentuan harga pokok

produksi yang menghitung semua unsur biaya bahan baku, biaya

tenaga kerja langsung dan biaya overhead baik yang berperilaku

variabel maupun tetap. Harga pokok produksi menurut metode full

costing terdiri dari unsur-unsur biaya produksi sebagai berikut:

Persediaan awal xxx

Biaya bahan baku xxx

Biaya tenaga kerja langsung xxx

Biaya overhead pabrik variable xxx

Biaya overhead pabrik tetap xxx +

Total biaya produksi xxx

Persediaan akhir (xxx)

Harga pokok produksi xxx

Dengan demikian harga pokok produksi yang dihitung dengan

pendekatan full costing terdiri dari unsur biaya produksi (biaya bahan

baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel dan
33

biaya overhead pabrik tetap) ditambah dengan biaya non produksi (biaya

pemasaran, biaya administrasi dan umum).

2. Metode Variabel Costing

Variabel costing merupakan metode penentuan harga pokok

produksi yang hanya menghitung biaya produksi yang berperilaku

variabel ke dalam harga pokok produksi yang terdiri dari biaya

bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik

variabel. Metode variabelcostingterdiri dari unsur-unsur biaya

produksi sebagai berikut:

Persediaan awal xxx

Biaya bahan baku xxx

Biaya tenaga kerja langsung xxx

Biaya overhead pabrik variabel xxx+

Total biaya produksi xxx

Persediaan akhir (xxx)

Harga pokok produksi xxx

Dengan demikian harga pokok produksi yang dihitung dengan

pendekatan variabelcostingterdiri dari unsur harga pokok produksi

variabel (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead

pabrik variabel) ditambah dengan biaya non produksi variabel (biaya

pemasaran variabel, dan biaya administrasi dan umum variabel) dan


34

biaya tetap (biaya overhead pabrik tetap, biaya pemasaran tetap, biaya

administrasi dan umum tetap)

Metode fullcostingdanvariabelcostingmerupakan metode

penentuan harga pokok produksi. Menurut Supriyono (2000) perbedaan

metode tersebut adalah terletak pada perlakuan terhadap biaya produksi

yang berperilaku tetap.Dalam fullcosting biaya overhead pabrik baik

yang berperilaku tetap maupun variabel dibebankan kepada produk atas

dasar biaya overhead pabrik sesungguhnya.Sedangkan dalam metode

variabelcosting, biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk

hanya biaya yang berperilaku saja.

Menurut metode harga pokok penuh selisih antara tarif yang

ditentukan di muka dengan Biaya Overhead Pabrik sesungguhnya dapat

diperlakukan sebagai penambah atau pengurang harga pokok produk

yang belum laku dijual (harga pokok persediaan).

Terdapat perbedaan dalam penyajian laporan rugi laba antara

metode harga pokok penuh dan metode harga pokok variabel, terutama

dasar yang digunakan dalam klasifikasi biaya.

E. Kerangka Pemikiran

Untuk menghitung harga pokok produksi peusahaan membutuhkan

berbagai informasi yang berkaitan dengan proses produksi, mulai dari

biaya bahan baku, biaya bahan penolong, biaya tenaga kerja hingga biaya

overhead pabrik. Biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi harus

dihitung secara keseluruhan dan dirinci secara akurat agar diperoleh hasil
35

perhitungan yang sebenarnya sehingga perusahaan dapat menetapkan

harga jual yang wajar. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk

memperoleh biaya secara secara akurat yaitu dengan memperhitungkan

biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi secara keseluruhan, baik itu

biaya tetap maupun biaya variabel yang dikeluarkan oleh perusahaan

untuk menghasilkan produk yang mereka produksi.

Dalam penelitian ini dilakukan untuk menganalisis biaya-biaya

yang dikeluarkan dalam menghitung harga pokok produksi telur pada

peternakan Ayam Petelur.Dalam menghitung harga pokok produksi,

perusahaan belum menggambarkan biaya yang sebenarnya dikeluarkan

oleh perusahaan karena perusahaan belum merinci biaya overhead pabrik

secara akurat. Dalam penelitian ini akan dihitung biaya produksi secara

tradisional, yaitu dengan menggunakan metode yang biasa digunakan oleh

perusahaan dalam menghitung harga pokok produksi kemudian melakukan

perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode akuntansi

yang benar.

Hasil dari perhitungan dengan kedua metode tersebut akan

dianalisis untuk melihat perbedaannya terhadap perhitungan harga pokok

produksi telur dan mengetahui pengaruhnya terhadap harga jual produk.

Sehingga dapat ditentukan metode mana yang efektif digunakan dalam

menghitung biaya produksi sehingga perusahaan dapat memilih metode

yang tepat, efektif, dan efisisen dalam menghitung harga pokok produksi.
36

Mentari Bakery

Perhitungan harga pokok produksi

Perhitungan harga pokok


produksi dengan metode
variabel costing

Penetapan harga pokok


produksi yang tepat

Analisis

Gambar 1.1. Kerangka Pemikiran

F. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah di duga bahwa penentuan harga pokok
produksi telahmenggunakan metode variabel costing pada ukm Mentari
Bakery.
37

BAB III

METODE PENELITIAN

1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Mentari Bakery yang merupakan UKM

yang berlokasi di pallangga Kabupaten gowa, Sulawesi selatan.Perusahaan

ini dimiliki oleh Bapak Irvan dg Rani.Pemilihan lokasi dilakukan secara

sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa usaha tersebut termasuk

usaha kecil dan menengah (UKM).Perushaan ini memproduksi roti sebagai

konsumsi masyarakat yang dipasarkan ke berbagai daerah.Perusahaan ini

bersedia memberikan informasi serta data yang diperlukan sesuai dengan

penelitian.Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus hingga

oktober 2014.

2.Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini termasuk dalam jenis data

kuantitatif dan kualitatif.Jenis data yang diberikan merupakan penelitian

yang mengangkat topik atau tema tentang akuntansi dan penentuan HPP

pasa usaha kecil menengah Mentari Bakery, dan diperlukan data primer

dan data sekunder.

27
38

2. Sumber Data

Data menurut sumbernya, dibedakan menjadi dua yaitu data primer

dan data sekunder.Sumber data adalah subyek dimana data dapat

diperoleh. Sumber data penelitian ini adalah

a. Data Primer

Data primer adalah sumber data penelitian yang diperoleh secara

langsung dari sumber asli (tidak melalui perantara) (Indriantoro,

2009).Data primer dapat berupa opini subyek (orang) secara

individual atau kelompok, dan hasil pengujian. Sumber data primer ini

berupa informasi yang diperoleh dari pemilik perusahaan misalnya:

wawancara langsung kepada bagian produksi Mentari Bakery.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh

penelitian secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh

dan dicatat oleh pihak lain) (Indriantoro, 2009). Data sekunder

umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah

tersusun dalam arsip (data dokumen) yang dipublikasikan dan yang

tidak dipublikasikan.Dalam penelitian ini data sekunder diperoleh dari

laporan keuangan atau catatan akuntansi perusahaan. Data-data yang

diperlukan dalam penelitian ini adalah:

1. Biaya Bahan Baku

Biaya bahan baku adalah biaya bahan yang dipakai untuk diolah

dana akan menjadi bahan produk jadi. Bahan dari suatu produk
39

merupakan bagian terbesar yang membentuk suatu produk jadi,

sehingga dapat diklasifikasikan secara langsung dalam harga pokok

dari setiap macam barang tersebut.

2. Biaya Tenaga Kerja

Biaya tenaga kerja merupakan balas jasa yang diberikan kepada

karyawan produksi baik yang secara langsung maupun yang tidak

langsung turut ikut mengerjakan produksi barang yang

bersangkutan.

3. Biaya Overhead Pabrik

Merupakan biaya yang tidak dapat dibebankan secara langsung

pada suatu hasil produk. Biaya ini meliputi biaya-biaya selain biaya

bahan baku dan biaya tenaga kerja.

3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dalam metode

survei yang menggunakan pertanyaan secara lisan kepada subyek

penelitian.Teknik wawancara dilakukan jika penelitian memerlukan

komunikasi atau hubungan dengan responden.Teknik wawancara

dilakukan terutama untuk responden yang tidak dapat membaca-menulis

atau jenis pertanyaan yang memerlukan penjelasan dari pewawancara atau


40

memerlukan penerjemah.Hasil wawancara selanjutnya dicacat oleh

pewawancara sebagai data penelitian (Indriantoro, 2009).

2. Dokumentasi

Dokumentasi diperoleh dengan melakukan pencacatan atau

mencari data-data mengenai hal-hal atau variabel seperti biaya

produksi, hasil produksi, dan data lainnya yang berkaitan dengan

penelitian di dalam perusahaan. Data-data tersebut bisa berupa catatan,

transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger,

agenda dan sebagainya. Data yang dihasilkan dari dokumenter adalah

data laporan keuangan yang berkaitan dengan harga pokok produksi,

biaya tetap, seperti biaya listrik yang digunakan perusahaan.

4. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data penelitian merupakan bagian dari pengujian data setelah

tahap pemilihan dan pengumpulan data penelitian dilakukan.Tujuan analisis

data adalah untuk menyederhanakan data dalam bentuk yang mudah

diinterpretasikan dan dipahami.Dalam penelitian ini, metode analisis data

yang digunakan adalah analisis deskriptif.

1. Metode Analisis Deskriptif Kualitatif

Analisis ini digunakan untuk membahas dan menerangkan hasil

penelitian dengan memepertimbangkan dan membandingkan antara

penyusunan harga pokok produksi perusahaan dengan menggunakan

keterangan-keterangan yang tidak berbentuk angka.


41

2. Metode Analisis Deskriptif Kuantitatif

Analisis ini dilakukan dengan merekomendasikan penyusunan harga

pokok produksi yang seharusnya dimana metode ini dinyatakan dengan

angka-angka.

Analisis data dilakukan dengan menganalisa data yang diperoleh

melalui observasi secara langsung, kemudian dilakukan verivikasi

sehingga data semakin valid.Analisis ini bertujuan untuk mengetahui

bagaimana penentuan harga pokok produksi yang telah dilakukan oleh

perusahaan serta mengidentifikasi perbedaan penentuan harga pokok

produksi perusahaan dengan teori akuntansi yang ada.


42

BAB IV

GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

A. Sejarah Singkat Perusahaan.

Mentari bakery merupakan usaha industri rumah tangga yang didirikan

oleh bapak irvan dg rani pada tanggal15 maret 2008 , dimana modal yang

digunakan adalah Cuma 900 ribu yang di dapat dari hasil gadaikan kalung istri

dan Alhamdulillah industri yg sdh berjalan 7 tahun ini semakin berkembang.

Dalam menjalankan operasi pabriknya bapak irvan berperan sebagai pemilik serta

merangkap sebagai pimpinan.

Pabrik ini berproduksi untuk wilayah gowa dan sekitarnya. Pemilik

pabrik selalu mengedepankan kualitas produknya dibandingkan degan kuantitas

hal ini untuk memberikan kepuasan dan mendapatkan kepercayaan pelanggan.

B. Struktur Organisasi

Struktur organisasi pada pabrik ini sangat sederhana yang berbentuk garis

sehingga kesatuan komando akan terjalin dengan baik. Adapun struktur organisasi

pabrik tahu, yaitu sebagai berikut:

42
43

Gambar 1.2

Struktur Organisasi mentari bakery

Pimpinan

Bagian produksi Bagian Pemasaran

karyawan karyawati Distribusi & Penjualan &


Transportasi Penagihan

C. Job Description

Adapun tugas dari masing-masing bagian, yaitu sebagai berikut:

a. Pimpinan

Pimpinan disini bertugas untuk mengawasi jalannya produksi, mengelola

keuangan serta melakukan pembelian bahan produksi.


44

b. Bagian produksi

Pada bagian produksi terdiri dari tukang yang bertugas menyiapakan

bahan dan mengawasi jalannya proses produksi. Sedangkan pekerja

bertugas mengangkut bahan dari satu tempat ketempat lain.

c. Bagian pemasaran

Pada bagian pemasaran bertugas untuk mengantar barang jadi ketempat

penjualan dan melakukan penagihan kepada para pedagang pengecer.

D. Jumlah dan kualifikasi karyawan

Jumlah keseluruhan dari karyawan dan tenaga kerja perusahaan adalah

35 orang, yang terdiri atas:

a. 25 orang tenaga kerja wanita

b. 10 orang tenaga kerja pria

Sedangkan kualifikasi karyawan secara terperinci dapat dilihat pada

table1.1

Tabel. 1.1: kualifikasi karyawan berdasarkan pendidikan

Lulusan Jumlah Persentase

SMA 35 orang 100%

untuk hari kerja dimulai pada hari senin sampai hari minngu dengan

waktu kerja yang berlaku pada pabrik roti ini, yaitu sebagai berikut:
45

Hari senin, selasa, rabu, kamis dan sabtu :

- Jam kerja : 07.00-24.00

- Jam istirahat : 12.00-13.00

Hari jumat:

- Jam kerja : 07.00-24.00

- Jam istirahat : 11.00-13.00.

Dalam produksi roti ini kami selalu mengedepankan akan kepuasan

pelanggan dengan cara kami selalu menjaga kebersihan produk kami agar

nantinya tidak ada rasa kecewa pada konsumen kami.


46

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kebijakan akuntansi manajemen di Mentari Bakery

Pada perusahaan pabrik roti adapun peralatan yang digunakan, bahan baku

yang dibutuhkan dalam proses produksi, yaitu sebagai berikut:

1. mesin dan peralatan

Mesin dan peralatan yang digunakan oleh perusahaan dalam melakukan

kegiatan proses produksi antara lain sebagai berikut:

a) Planetary mixer

b) Proofer

c) Oven

d) Loaf pan aluminium

e) Working table stainless steel

f) Top loading balance

g) Dough moulder

h) Bread slicer

i) Bowl

j) Break knife

46
47

2. Bahan baku

Bahan baku merupakan kebutuhan pokok dalam melaksanakan kegiatan

proses produksi, bahan yang digunakan adalah sebagai berikut:

a) terigu

b) ragi

c) garam

d) gula

e) margarine

1. Proses produksi

Proses produksi yang digunakan perusahaan adalah kontinyu, dimana

bahan mentah yang masuk, maka proses produksi akan langsung dibuat menjadi

produk jadi dan tidak menunggu megerjakan yang lain. Jadi mulai pabrik berdiri

selalu mengerjakan barang yang sama (tidak pernah berganti macam barang yang

dikerjakan) sehingga prosesnya tidak pernah terputus dengan mengerjakan barang

yang lain. Sesudah itu, proses produksi berjalan secara rutin. Urutan proses

produksi selalu sama sehingga letak mesin dan peralatan produksi yang lain

disesuaikan dengan urutan proses produksinya agar produksi berjalan dengan

lancar dan efisien.


48

Adapun proses produksi untuk membuat roti adalah sebagai berikut:

Gambar 1.3

Skema proses produksi

Pilih bahan Penimbangan pengadukan Fermentasi


bahan awal

Mengempiskan Fermentasi Pembulatan Penimbangan


adonan kedua adonan adonan

Pembentukan Pencetakan Fermentasi Pembakaran


adonan adonan akhir adonan

selesai pembungkusan Pedinginan Keluarkan roti


dari loyang

1. PEMILIHAN BAHAN

Gunakan bahan bersertifikat halal dan berkualitas baik. Bahan yang digunakan

sebaiknya dalam kondisi cukup dan disimpan dalam kondisi baik

2. PENIMBANGAN BAHAN

Timbang dengan teliti dan tepat.Hindari menakar bahan menggunakan sendok

atau cangkir. Pastikan kandungan air dalam adonan tidak kurang atau berlebihan

sehingga roti tidak bantat atau lembek


49

3. PENGADUKAN

Sebelum air dan mentega dimasukan sebaiknya seluruh bahan kering melalui

proses airasi (diaduk dulu) selama 5 menit supaya air dapat dimasukan secara

optimal. Campur semua bahan secara merata untuk hidrasi sempurna dari pati dan

protein sehingga membentuk gluten, pelunakan gluten dan mampu menahan gas

dengan baik. Lama pengadukan disesuaikan dengan kandungan protein dalam

tepung terigu karena semakin tinggi proteinnya maka proses pengadukan semakin

lama, demikian juga sebaliknya. Proses ini menghabiskan waktu sekitar 30 hingga

45 menit.

4. FERMENTASI AWAL

Tahapan penguraian gula menggunakan ragi dibagi menjadi:

 Gas CO2 : adonan mengembang

 Alkohol : memberikan aroma pada roti

 Asam : memberikan rasa dan melunakan gluten

 Panas : suhu meningkat selama fermentasi

Waktu yang dihabiskan fermentasi awal sangat bergantung dari jumlah adonan

dan orang yang mengerjakan.Selama pengistirahatan, tutup adonan menggunakan

plastic supaya adonan tidak kering. Proses ini menghabiskan waktu sekitar 10-20

menit.
50

5. PENIMBANGAN

Bagi adonan sesuai berat yang diinginkan menggunakan timbangan yang

benar.Jika menggunakan alat pembagi maka setelah ditimbang, bagi adonan

menjadi beberapa bagian.

6. PEMBULATAN

Usahakan supaya terbentuk lapisan keras di permukaan adonan supaya dapat

menahan gas yang dihasilkan. Haluskan tekstur roti supaya pekerjaan selanjutnya

lebih mudah

7. FERMENTASI KEDUA

Pada tahapan ini terjadi pelunakan gluten pada adonan dan berguna untuk

mempercepat fermentasi berikutnya.Tutup adonan dengan plastic supaya tidak

kering. Lama proses ini adalah sekitar 10 hingga 15 menit.

8. PEMBUANGAN GAS PADA ADONAN

Tekan-tekan adonan supaya gas di dalam adonan dapat dikeluarkan dan serat roti

menjadi halus merata.

9. PEMBENTUKAN ADONAN

Bentuk roti sesuai keinginan. Untuk roti manis dapat diisi dengan aneka isian

namun hindari penggunaan minyak dan air terlalu banyak supaya roti tidak

terbuka. Untuk roti tawar usahakan proses pengulungan dan pembentukan roti

dalam keadaan padat dan rapat serta posisi sambungan berada dibawah adonan
51

10. PENCETAKAN

Untuk roti tawar, masukan adonan ke dalam cetakan dan untuk roti manis adonan

diletakan di atas loyang. Sebelumnya loyang telah diolesi minyak atau gunakan

lapisan kertas minyak supaya tidak lengket. Saat penyimpanan, usahakan adonan

memiliki ruang untuk pemanasan bagian sisi roti dan tidak menempel antara satu

dengan yang lainnya.

11. FERMENTASI AKHIR

Fermentasi terakhir dalam cara membuat roti ini dilakukan supaya adonan

mengembang hingga mencapai kualitas dan bentuk maksimal. Dilakukan pada

tempat dengan panas sekitar 35 – 40 derajat celcius dan kelembapan ruangan

stabil di 80 – 85%.Untuk lebih memudahkan dapat menggunakan hygrometer atau

thermometer ruang.

12. PEMBAKARAN

Pastikan suhu oven sesuai dengan jenis roti yang dibakar. Lamanya pembakaran

biasanya ditentukan oleh jenis oven, bahan loyang, jenis roti dan pemakaian gula

dalam adonan misalnya untuk roti tawar dipanggang dalam suhu 200 derajat

celcius dalam Loyang tertutup selama 30-40 menit atau dengan Loyang terbuka

selama 25-30 menit sedangkan roti manis dipanggang dalam suhu 180 derajat

celcius; ukuran 40-60 gram dipanggang maksimum 15 menit sedangkan ukuran

15-20 gram dipanggang 5-10 menit.

13. MENGELUARKAN ROTI DARI PANGGANGAN


52

Jangan paksa mengeluarkan roti tawar atau yang didalam cetakan.Tunggu sekitar

30 detik setelah keluar dari oven. Untuk roti manis keluarkan dari panggangan

secara hati-hati karena roti masih dalam keadaan lembut dan empuk

14. PENDINGINAN

Dinginkan roti pada suhu ruang sekitar 45-90 menit dan letakan roti pada rak

pendingin supaya panas roti menyebar ke segala arah.Suhu roti tawar yang hendak

dipotong sebaiknya sekitar 30-32 derajat celcius.

15. PACKING

Tahapan terakhir cara membuat roti adalah packing atau pembungkusan.

Pembungkusan roti sebaiknya dilakukan di ruangan bersih dengan ventilasi dan

sirkulasi udara cukup.Hindari membungkus roti dalam kondisi panas supaya tidak

cepat berjamur.

B. Pembahasan

1.Pemakaian bahan baku

Tabel 1.2 Persediaan awal bahan baku

NO Bahan Baku Jumlah 1 Harga/kg JUMLAH


minggu
(Kg)
1. Tepung Terigu 5000 kg Rp 5.000.00 Rp 25.000.000

2. Margarin 1000 kg Rp 4.000.00 Rp4.000.000

3. Gula pasir 2000 kg Rp 10.000.00 Rp 20.000.000

4. Ragi 500 kg Rp 20.000.00 Rp 30.000.000

Jumlah Rp 79.000.000
53

Tabel 1.3 Pembelian bahan baku

NO Bahan Baku Jumlah 1 Harga/kg JUMLAH


bulan (Kg)
1. Tepung Terigu 15.000 kg Rp 5.000.00 Rp 75.000.000

2. Margarin 1.500 kg Rp 4.000.00 Rp 6.000.000

3. Gula pasir 2.750 kg Rp 10.000.00 Rp 27.500.000

4. Ragi 1000 kg Rp 20.000.00 Rp 20.000.000

Jumlah Rp 128.500.000

Tabel 1.4 Persediaan akhir bahan baku

NO Bahan Baku Jumlah 1 Harga/kg JUMLAH


bulan (Kg)
1. Tepung Terigu 8300 Kg Rp 5.000.00 Rp 41.500.000

2. Margarin 1.330 kg Rp 4.000.00 Rp 5.320.000

3. Gula pasir 2.020 kg Rp 10.000.00 Rp 20.200.000

4. Ragi 720 kg Rp 20.000.00 Rp 14.400.000

Jumlah Rp 81.420.000

Persedian bahan baku pada pabrik tahu dapat diketahui sebagai berikut:

Persediaan awal = Rp 79.000.000

Pembelian = Rp 128.500.000

Jumlah pembelian bahan baku = Rp 207.500.000

Persediaan akhir = (Rp 81.420.000)


54

Pemakaian bahan baku = Rp 126.080.000

Barang dalam proses awal = Rp 35.600.000

Barang dalam proses akhir = Rp 71.500.000

Persediaan barang jadi awal = Rp 72.800.000

Persediaan barang jadi akhir = Rp 104.000.000

2. Menentukan biaya produksi

Unsur-unsur biaya dalam penetapan biaya produksi adalah sebagai berikut:

a. Biaya bahan baku

Bahan baku yang digunakan untuk membuat tahu adalah hanya kedelai yang

cukup tersedia untuk diperoleh. Untuk mengetahui bahan baku yang digunakan

adalah sebagia berikut:

Terigu = 150 kali adonan x 3 kg x 26 hari xRp 5000 = Rp 58.500.000

Margarin = 150 kali adonan x 0,3 kg x 26 hari x Rp 4000 = Rp 4.680.000

Gula pasir = 150 kali adonan x 0,7 kg x 26 hari x Rp 10.000 = Rp 27.300.000

Ragi = 150 kali adonan x 0,2 kg x 26 hari x Rp 20.000 = 15.600.000

Jadi total biaya bahan baku yang di gunakan pada usaha roti ini yaitu Rp

106.080.000/bulan.
55

b. Biaya tenaga kerja langsung

Pada usaha Roti ini tenaga kerja yang digunakan adalah sebagian besar wanita

yang tinggal di sekitar pabrik roti tersebut.Pembuatan roti ini tidak terlalu

membutuhkan keterampilan khusus, hanya membutuhkan karyawan yang mampu

bekerja keras.

Adapun unsur-unsur biaya tenaga kerja langsung adalah sebagai berikut:

1) Pembuat adonan

Tenaga kerja pada bagian pembuat adonan pada mentari bakery ada 8

orang dengan upah Rp 40.000,00 perhari, sehingga total biaya tenaga

kerja langsung dalam satu bulan sebesar 8 x 26 hari x Rp 40.000,00 =

Rp 8.320.000,00

2) Pencetakan

Tenaga kerja pada bagian pencetakan yaitu ada 10 orang dengan upah

Rp 40.000,00 per hari, jadi total biaya tenaga kerja langsung dalam

satu bulan sebesar 10 x 26 hari x Rp 40.000,00 = Rp 10.400.000

3) Pemanggangan

Jumlah tenaga kerja pada bagian pemanggangan yaitu ada 6 orang

dengan upah Rp 45.000 per hari, jadi total biaya tenaga kerja dalam

satu bulan yaitu sebesar 6 x 26 hari x Rp 45.000,00 = Rp 7.020.000


56

4) Pengemasan

Tenga kerja pada bagianpengemasan yaitu ada 9 orang denga upah Rp

40.000 per hri, jadi total biaya tenaga kerja langsung dalam satu bulan

yaitu 9 x 26 hari x Rp 40.000 = Rp 9.360.00

c. biaya overhead pabrik

Jenis-jenis biaya overhead pabrik yang dapat diidentifikasi dalam penelitian ini

adalah:

1) Biaya overhead variable

Tabel 1.5 Biaya bahan penolong dan biaya lain-lain

NO Bahan Jumlah Biaya


1. Biaya bahan penolong
- Garam Rp 19.730,00
- Coklat Rp 2.145.000,00
- Selai nanas Rp 2.340.000,00
2. Biaya listrik Rp 1.758.500,00
3. Biaya bahan bakar (gas) Rp 5.616.000,00
4. Biaya Plastik Rp 3.360.000,00

Jumlah Rp15.239.230,00
57

Kalkulasi Biaya produksi per bulan

Tabel 1.6 kalkulasi biaya produksi roti dengan metodel variabel costing

No Jenis biaya produksi Biaya perpotong

1 Biaya bahan baku Rp 126.080.000

2 Biaya tenag akerja Rp 35.100.000

3 Biaya overhead pabrik variable

1). Biaya bahan penolong Rp 4.504.730

2). Biaya listrik Rp 1.758.500

3). Biaya bahan bakar (gas) Rp 5.616.000

4). Biaya plastic Rp 3.360.000

Jumlah biaya produksi per bulan Rp 176.419.230

Laporan Biaya Produksi

Laporan Biaya Produksi

Mentary Bakery dengan pendekatan full costing

Bahan Baku:

Persediaan awal Rp 79.000.000

pembelian Rp 128.500.000

Jumlah pembelian Rp 128.500.000+

Bahan tersedia Rp 207.500.000


58

Persediaan akhir (Rp 81.420.000)

Pemakaian bahan baku Rp 126.080.000

Upah langsung Rp 35.100.000

Biaya overhead pabrik:

Biaya overhead pabrik variable:

Biaya bahan penolong Rp 4.504.730

Biaya listrik Rp 1.758.000

Biaya Bahan Bakar (gas) Rp 5.616.000

Biaya Plastik Rp 3.360.000

Biaya overhead pabrik tetap:

Biaya penyusuan peralatan Rp 425.666,99

Biaya pemeliaharaan mesin Rp 200.000

Rp 15.864.896,99 +

Jumlah biaya produksi Rp 177.044.896,99

Barang dalam proses awal Rp 35.360.000

Barang dalam proses akhir (Rp 71.500.000)

Harga Pokok Produksi Rp 140.904.896,99

Laporan biaya produksi

Mentari bakery dengan pendekatan variable costing

Bahan Baku:

Persediaan awal Rp 79.000.000


59

pembelian Rp 128.500.000

Jumlah pembelian Rp 128.500.000+

Bahan tersedia Rp 207.500.000

Persediaan akhir (Rp 81.420.000)

Pemakaian bahan baku Rp 126.080.000

Upah langsung Rp 35.100.000

Biaya overhead pabrik:

Biaya bahan penolong Rp 4.504.730

Biaya listrik Rp 1.758.000

Biaya Bahan Bakar (gas) Rp 5.616.000

Biaya Plastik Rp 3.360.000 +

Rp 15.239.230 +

Jumlah biaya produksi Rp 176.549.230

Barang dalam proses awal Rp 35.360.000

Barang dalam proses akhir (Rp 71.500.000)

Harga Pokok Produksi Rp 140.279.230


60

Laporan Laba Rugi

Laporan Laba Rugi

Mentari bakery dengan pendekatan full costing

Per bulan

Penjualan (156.000 biji x Rp 800) Rp 124.800.000

Beban pokok penjualan:

Persed. Barang jadi awal Rp 72.800.000

Harga pokok produksi Rp 140.904.896,99 +

Barang tersedia untuk dijual Rp 213.704.896,99

Persed. Barang jadi akhir ( Rp 104.000.000) -

Beban pokok penjualan (Rp 109.704.896,99)

Lab kotor penjualan Rp15.095.103.01

Beban penjualan Rp 1.250.000

Beban Adm dan umum Rp 1.500.000 +

Jumlah beban usaha (Rp 2.750.000) -

Laba bersih Rp 12.345.103,01


61

Laporan Laba Rugi

Mentari bakery dengan pendekatan variabel costing

Per bulan

Penjualan (156.000 biji x Rp 800) Rp 124.800.000

Beban pokok penjualan:

Persed. Barang jadi awal Rp 72.800.000

Harga pokok produksi Rp 140.279.230 +

Barang tersedia untuk dijual Rp 213.079.230

Persed. Barang jadi akhir ( Rp 104.000.000) -

Beban pokok penjualan (Rp 109.079.230)

Lab kotor penjualan Rp 15.720.770

Beban penjualan Rp 1.250.000

Beban Adm dan umum Rp 1.500.000 +

Jumlah beban usaha (Rp 2.750.000) -

Laba bersih Rp 12.970.770

Jadi dapat kita lihat dari tabel di atas bahwa ada beberapa perbedaan yang

sangat jelas di mana dalam pendekatan full costing jumlah biaya produksi yang di

keluarkan perbulannya yaitu Rp 177.044.896,99 jadi harga pokok produksinya

sebesar Rp 140.904.896,99, sedangkan dalam pendekatan variable costing jumlah

biaya produksi yang di kelurkan yaitu Rp 176.419.230 jadi harga pokok


62

produksinya sebesar Rp 140.279.230.Sedangkan dalam laporan laba rugi, laba

bersih yang di peroleh dalam metode full costing yaitu sebesar Rp 12.345.103,01

sedangkan dalam metode variable costing laba bersih yang di peroleh yaitu

sebesar Rp 12.970.230.

Sesuai dengan hasil perhitungan biaya produksi dengan menggunakan metode

variabel costing, maka dapat diketahui bahwa jumlah pembelian sebesar Rp

128.500.000, biaya produksi adalah Rp 176.419.230. Hasil produksi Roti

sebanyak 6000 biji per hari, dalam sebulan perusahaan memproduksi Roti

sebanyak 156.000 biji.

Dari penentuan Biaya produksi dengan metode variabel costing, pabrik

Roti tersebut melakukan penjualan sebesar Rp 124.800.000 , dengan

mengeluarkan seluruh biaya yang telah diperhitungkan. Dari hasil penjualan

dikurangi dengan harga pokok dan biaya pemasaran maka perusahan pabrik Roti

ini memperoleh laba sebesar Rp 12.970.770.


63

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan

pada bab-bab terdahulu, maka dapat diambil kesimpulan,bahwa:

Berdasarkan perhitungan biaya produksi dengan metode variabel

costing besarnya pembelian Rp 128.500.000, sedangkan total biaya

produksinya adalah Rp 176.419.230 dan total penjualan sebesar Rp

124.800.000, sehingga diperoleh laba bersih sebesar Rp 12.970.770.

Sesuai dengan hasil analisis dengan menggunakan metode variabel

costing, maka dapat diketahui biaya produksi yang dapat menutupi

segala pengeluaran-pengeluaran.

B. Saran

Sedangkan saran-saran yang dapat penulis berikan dalam rangka

mencapai tujuan pabrik adalah sebagai berikut:

1. Sebelum melakukan kegiatan pembelian pabrik terlebih dahulu memilih

pemasok dengan mempertimbangkan faktor harga, jarak tempuh,

kualitas dan kuantitas. Hal ini untuk mencapai tercapainya efisiensi

biaya.

63
64

2. Bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian sejenisyang

menggunakan subjek usaha kecil,mikro dan menengah, khususnya

yang memproduksi produk yang lebih dari satu jenis produk.penelitian

selanjutnya di harapkan lebih komprehensip atau menyeluruh dalam

mengkalkulasi biaya baik biaya produksi maupun biaya non produksi

sehingga di peroleh hasil penelitian yang lebih akurat.


65

DAFTAR PUSTAKA

Anton. 2012. Analisis Penentuan Harga PokokProduksi Menggunakan


MetodeActivityBasedCosting (ABC). Majalah Ilmiah Informatika Vol.
3 No. 3, Sept. – 2012.
Bustami, Bastian. 2010. Akuntansi Biaya Teori dan Aplikasi, Edisi Pertama.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Carter, William K. 2009. Akuntansi Biaya. Jakarta: Salemba Empat.

Gayler, Rayburn L.2009.Akuntansi Biaya dengan Menggunakan Pendekatan


manajemen Biaya. Jakarta: Erlangga.
Ilham.2013. Penentuan Harga PokokProduksi Percetakan Sablon “Otakkanan
Production” di Yogyakarta.Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Diponegoro.
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 2009. Metode Penelitian Bisnis, Edisi
Kedua. Yogyakarta: BPFE.
Mulyadi. 2010. Akuntansi Biaya, Edisi 10. Yogyakarta: Aditya media.

Mulyadi.2009. Akuntansi Biaya, Edisi 5, Cetakan ke-7. Unit Penerbit dan


Percetakan YKPN: Yogyakarta.
Supriyono. 2008. Akuntansi Biaya, Buku Satu. Yogyakarta: BPFE.

Anda mungkin juga menyukai