Anda di halaman 1dari 91

MENGUAK PERLAKUAN AKUNTANSI TANAH DAN

BANGUNAN SEBAGAI PERSEDIAAN SERTA PENGARUHNYA


PADA PELAPORAN KEUANGAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Akuntansi
Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
UIN Alauddin Makassar

Rahmi
90400116026

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2021
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Mahasiswa yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Rahmi

NIM : 90400116026

Tempat/Tgl. Lahir : Bulukumba, 13 Agustus 1998

Jurusan : Akuntansi

Fakultas : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

Alamat : Desa Tamaona, Kec. Kindang,Bulukumba

HP : 085256628691

Judul Skripsi :“Menguak Perlakuan Akuntansi Tanah dan Bangunan Sebagai

Persediaan serta Pengaruhnya Pada Pelaporan Keuangan”

Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini

benar adalah hasil karya sendiri. Jika di kemudian hari terbukti bahwa ia merupakan

duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka

skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

Gowa, 29 Mei 2020

Penyusun,

Rahmi
NIM: 90400116026

ii
ii
KATA PENGANTAR

‫ٱلر ۡح َٰم ِن ه‬
‫ٱلر ِح ِيم‬ ‫ِب ۡس ِم ه‬
‫ٱَّللِ ه‬
Alhamdulillah, segala pujian atas kehadirat Allah SWT.atas berkah,

Rahmat, dan Hidayah-Nya serta kekuasaan dan kebesaran-Nya sehingga segala hal

kecil dari ilmu yang dimiliki-Nya dizinkan untuk dapat kita ketahui dan penulisan

skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat serta Taslim kita panjatkan kepada baginda

Rasulullah Muhammad SAW, sebagai Nabi terakhir yang juga rahmat bagi seluruh

alam yang membawa kita dari alam kebodohan menuju alam kecerdasan seperti yang

telah kita rasakan saat ini.

Adapun judul dari skripsi ini adalah “Menguak Perlakuan Akuntansi Tanah

dan Bangunan Sebagai Persediaan serta Pengaruhnya Pada Pelaporan Keuangan”.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana Akuntansi

(S.Ak.) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri (UIN)

Alauddin Makassar.

Dalam penulisan skripsi yang sederhana ini, penulis menyadari bahwa

skripsi ini dapat terselesaikan atas kehendak Allah Yang Maha Menguasai segala

sesuatu. Penulis menyadari bahwa hambatan-hambatan dalam proses penulisan

skripsi ini dapat teratasi berkat bantuan, bimbingan dan kerja sama dari berbagai

pihak.

Penulis juga menghanturkan terimakasih dari lubuk hati yang paling dalam

kepada semua pihak yang telah membimbing dengan penuh sabar dan yang

iii
iv

mendampingi selama penulis menyelesaikan studi. Secara khusus, terimakasih yang

sangat besar kepada keluarga tercinta, yakni kedua orang tuaku ayahandadan ibunda

tercinta, dan orang-orang yang tak lelah memberikan dukungan dan motivasi serta

semangat kepada penulis. Selain itu, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada

pihak, diantaranya:

1. Bapak Prof. Drs. Hamdan Juhannis, M.A, Ph.D. selaku Rektor Universitas

Islam Negeri Alauddin Makassar.

2. Bapak Prof. Dr. H. Abustani Ilyas, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

3. Bapak Memen Suwandi, SE., M.Si., selaku Ketua Jurusan Akuntansi

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

4. Ibu Dr. Lince Bulutoding, SE., M.Si., Ak., selaku Sekretaris Jurusan

Akuntansi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

5. Bapak Prof. Dr. H. Muslimin Kara, M. Ag., sebagai dosen pembimbing I yang

telah memberikan pengarahan, bimbingan, saran yang berguna dan motivasi

untuk segera menyelesaiakan skripsi ini.

6. Bapak Andi Wawo, SE., M.Sc., Ak., sebagai dosen pembimbing II yang juga

telah memberikan pengarahan, bimbingan, saran yang berguna dan motivasi

untuk segera menyelesaiakan skripsi ini.

7. Bapak Dr. Saiful Muchlis, SE., M.SA., Ak., Ca., selaku penguji I yang telah

menguji dan memberi masukan dalam penyempurnaan skripsi ini.


v

8. Bapak Sumarlin, SE., M.Ak., selaku penguji II yang telah menguji dan

memberi masukan dalam penyempurnaan skripsi ini.

9. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri

(UIN) Alauddin Makassar yang selama ini telah memberikan bekal dan ilmu

pengetahuan yang bermanfaat.

10. Seluruh staf akademik, dan tata usaha serta staf jurusan Akuntansi Universitas

Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar.

11. Seluruh keluarga besarku yang senantiasa memberikan motivasi dan dorongan

kepada penulis untuk menyelesaikan studi yang telah mencurahkan kasih

sayang, dorongan moril dan materi dalam menyelesaikan skripsi ini.

12. Teman-temanku tersayang, seperjuangan selama kurang lebih 4 tahun ini,

serta keluarga besar Eksibanat 20 UKM Seni Budaya eSA yang selama ini

yang senantiasa selalu memberikan semangat, motivasi dan bantuan dalam

bentuk apapun. Semoga apa yang dicita-citakan segera tercapai.

Sekian dan terimakasih.

Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Gowa, 29 Mei 2020

Rahmi
90400116026
vi

DAFTAR ISI

JUDUL .....................................................................................................................i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................................................. ii
PENGESAHAN....................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ............................................................................................ iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. ix
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN .................................................... x
ABSTRAK............................................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus.................................................... 10
C. Rumusan Masalah ................................................................................. 10
D. Tujuan Penelitian ................................................................................... 11
E. Penelitian Terdahulu .............................................................................. 11
F. Manfaat Penelitian ................................................................................. 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 15
A. Teori Agency ......................................................................................... 15
B. Aset ....................................................................................................... 16
C. Persediaan ............................................................................................. 19
D. Laporan Keuangan................................................................................. 27
E. Perusahaan Pengembangan Real Estat ................................................... 34
F. Kerangka Pikir....................................................................................... 36
BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................... 37
A. Jenis Penelitian ...................................................................................... 37
B. Pendekatan Penelitian ............................................................................ 37
C. Sumber Data .......................................................................................... 38
vii

D. Metode Pengumpulan Data .................................................................... 38


E. Instrumen Penelitian .............................................................................. 39
F. Teknik Analisis Data ............................................................................. 40
G. Uji Keabsahan Data ............................................................................... 41
BAB IV PEMBAHASAN ...................................................................................... 43
A. Tanah .................................................................................................... 43
B. Bangunan .............................................................................................. 44
C. Perlakuan Akuntansi Tanah dan Bangunan sebagai Persediaan .............. 45
D. Biaya Persediaan Tanah dan Bangunan .................................................. 48
E. Penilaian Tanah dan Bangunan Sebagai Persediaan ............................... 53
F. Pencatatan Persediaan Tanah dan Bangunan dalam laporan keuangan.... 63
G. Perlakuan Akuntansi Tanah dan Bangunan Sebagai Persediaan Terhadap
Laporan Keuangan................................................................................. 65
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 67
A. Kesimpulan ........................................................................................... 67
B. Implikasi ............................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 68
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .............................................................................. 75
DAFTAR TABEL

Tabel 1.2. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus .................................................... 11

Tabel 4.1. Contoh biaya-biaya yang dikapitalisasi dalam persediaan dalam


perusahaan pengembang real estat ........................................................... 52

Tabel 4.2. Persediaan Menggunakan Metode LCM ................................................. 62

Tabel 4.4 Perubahan Nilai Persediaan Tanah PT ABC ............................................ 67

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kerangka pikir ................................................................................... 35

ix
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

A. Konsonan
Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasinya ke dalam huruf Latin dapat

dilihat pada tabel berikut:

Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

‫ا‬ alif Tidak dilambangkan tidak dilambangkan


‫ب‬ ba b be
‫ت‬ ta t te
‫ث‬ s\a s\ es (dengan titik di atas)
‫ج‬ Jim j je
‫ح‬ h}a h} ha (dengan titik di bawah)
‫خ‬ kha kh ka dan ha
‫د‬ dal d de
‫ذ‬ z\al z\ zet (dengan titik di atas)
‫ر‬ Ra r er
‫ز‬ zai z Zet
‫س‬ sin s Es
‫ش‬ syin sy es dan ye
‫ص‬ s}ad s} es (dengan titik di bawah)
‫ض‬ d}ad d} de (dengan titik di bawah)
‫ط‬ t}a t} te (dengan titik di bawah)
‫ظ‬ z}a z} zet (dengan titik di bawah)
‫ع‬ ‘ain ‘ apostrof terbalik
‫غ‬ gain g Ge
‫ف‬ Fa f Ef
‫ق‬ qaf q Qi
‫ك‬ kaf k Ka
‫ل‬ lam l El
‫م‬ mim m Em
‫ن‬ nun n En
‫و‬ wau w We
‫هـ‬ Ha h Ha
‫ء‬ hamza ’ Apostrof
h
x
xi

‫ى‬ Ya yang Ye
Hamzah (‫ )ء‬yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi tanda

apa pun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis dengan tanda (’).

1. Vokal

Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri atas vokal tunggal

atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.

Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat,

transliterasinya sebagai berikut:

T N Huruf Lain Nama


‫ا‬ Fath}ah a a
‫ِا‬ Kasrah i I
‫ا‬ d}ammah u Untuk
Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat

dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu:

Tanda Nama Huruf Latin Nama

‫ـ ْى‬ fath}ah dan ai a dan i


ya>’
‫ـ ْو‬ fath}ah dan wau au a dan u

Contoh:

‫كـيْـف‬ : kaifa

‫ح ْـول‬ : h}aula

2. Penulisan Kata Arab yang Lazim Digunakan dalam Bahasa Indonesia

Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata, istilah atau
xii

kalimat yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia. Kata, istilah atau kalimat

yang sudah lazim dan menjadi bagian dari perbendaharaan bahasa Indonesia, atau

sering ditulis dalam tulisan bahasa Indonesia, atau lazim digunakan dalam dunia

akademik tertentu, tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi di atas. Misalnya, kata

al-Qur’an (dari al-Qur’a>n), alhamdulillah, dan munaqasyah. Namun, bila kata-kata

tersebut menjadi bagian dari satu rangkaian teks Arab, maka harus ditransliterasi

secara utuh. Contoh:

Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n

Al-Sunnah qabl al-tadwi>n

3. Huruf Kapital

Walau sistem tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital (All Caps), dalam

transliterasinya huruf-huruf tersebut dikenai ketentuan tentang penggunaan huruf

kapital berdasarkan pedoman ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku (EYD). Huruf

kapital, misalnya, digunakan untuk menuliskan huruf awal nama diri (orang, tempat,

bulan) dan huruf pertama pada permulaan kalimat. Bila nama diri didahului oleh kata

sandang (al-), maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri

tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Jika terletak pada awal kalimat, maka

huruf A dari kata sandang tersebut menggunakan huruf kapital (Al-). Ketentuan yang

sama juga berlaku untuk huruf awal dari judul referensi yang didahului oleh kata

sandang al-, baik ketika ia ditulis dalam teks maupun dalam catatan rujukan. Contoh:

Wa ma> Muh}ammadun illa> rasu>l

Inna awwala baitin wud}i‘a linna>si lallaz\i> bi Bakkata muba>rakan


xiii

Syahru Ramad}a>n al-laz\i> unzila fi>h al-Qur’a>n

Nas}i>r al-Di>n al-T{u>si>

Abu>> Nas}r al-Fara>bi>

Al-Gaza>li>

Al-Munqiz\ min al-D}ala>l

Jika nama resmi seseorang menggunakan kata Ibnu (anak dari) dan Abu>

(bapak dari) sebagai nama kedua terakhirnya, kedua nama terakhir itu harus

disebutkan sebagai nama akhir dalam daftar pustaka atau daftar referensi. Contoh:

Abu> al-Wali>d Muh}ammad ibn Rusyd, ditulis menjadi: Ibnu Rusyd, Abu> al-
Wali>d Muh}ammad (bukan: Rusyd, Abu> al-Wali>d Muh}ammad Ibnu)

Nas}r H{a>mid Abu> Zai>d, ditulis menjadi: Abu> Zai>d, Nas}r H{a>mid
(bukan: Zai>d, Nas}r H{ami>d Abu>)

B. Daftar Singkatan
Beberapa singkatan yang dibakukan adalah:

swt. = subh}a>nahu> wa ta‘a>la>

saw. = s}allalla>hu ‘alaihi wa sallam

a.s. = ‘alaihi al-sala>m

H = Hijrah

M = Masehi

SM = Sebelum Masehi

l. = Lahir tahun (untuk orang yang masih hidup saja)

w. = Wafat tahun

QS …/…: 4 = QS al-Baqarah/2: 4 atau QS A<li ‘Imra>n/3: 4


xiv

HR = Hadis Riwayat

UURI = Undang-Undang Republik Indonesia

Kab. = Kabupaten

h. = Halaman
ABSTRAK

Nama : Rahmi
NIM : 90400116026
Judul : Menguak Perlakuan Akuntansi Tanah dan Bangunan Sebagai
Persediaan serta Pengaruhnya Pada Pelaporan Keuangan

Penelitian ini berjudul “Menguak Perlakuan Akuntansi Tanah dan


Bangunan Sebagai Persediaan serta Pengaruhnya Pada Pelaporan Keuangan”
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perlakuan akuntansi atas tanah dan
bangunan sebagai persediaan pada perusahaan properti real estat dan pengaruh
perlakuan akuntansi tersebut pada laporan keuangan.
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan
deskriptif. Sumber data yang digunakan adalah sumber data sekunder dengan teknik
pengumpulan data melalui studi pustaka dan internet searching. Teknik analisis data
dalam penelitian ini menggunakan model Miles dan Huberman yang mengemukakan
tiga kegiatan dalam analisis data yaitu tahap reduksi data, display data, dan penarikan
kesimpulan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Persediaan tanah dan bangunan
memiliki nilai manfaat yang tinggi sehingga dibutuhkan penilaian kembali dan
identifikasi khusus secara konsisten setiap periode pelaporannya agar informasi
keuangan pada suatu perusahaan dapat diandalkan. Penilaian dan pencatatan
persediaan tanah dan bangunan dicatat sesuai harga dan biaya perolehan. Setelah
periode perolehan, tanah dan bangunan harus direvaluasi setelah periode pelaporan.
Penilaian dan pencatatan persediaan akan mempengaruhi laba atau rugi dalam
laporan keuangan.

Kata kunci: persediaan, property dan real estate, laporan keuangan

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persediaan dalam suatu perusahaan berbeda sesuai dengan bidang usahanya.

Persediaan di perusahaan dagang berbeda dengan persediaan di perusahaan

manufaktur. Begitu pula dengan persediaan di perusahaan jasa yang berbeda dengan

persediaan di perusahaan dagang maupun perusahaan manufaktur. Perusahaan dagang

yang menjual pakaian tentu akan berbeda persediaannya dengan perusahaan

manufaktur yang menjual gula pasir. Persediaan merupakan objek pendapatan utama

dalam suatu usaha perusahaan. Persediaan termasuk dalam aktiva lancar dikarenakan

jumlah kas akan bertambah seiring dengan penjualan barang secara tunai.

Perusahaan harus menilai persediaannya sesuai dengan kondisi perusahaan

dan harus memiliki berbagai pertimbangan agar tidak terjadi kerugian atau

kekeliruan. Kemampuan teknologi informasi yang digunakan dan pengetahuan dari

SDM suatu perusahaan sangat memiliki pengaruh dalam mengatasi suatu masalah

yang tidak jarang terjadi dalam menyediakan informasi yang tepat serta memudahkan

dalam mencatat dan menilai persediaan (Mat et. al., 2018). Pencatatan serta

persediaan yang dinilai dengan tepat atau akurat dapat memudahkan user untuk

dalam ketepatan pengambilan keputusan (Keso et. al., 2021).

Pencatatan ataupun perlakuan akuntansi suatu perusahaan terkadang belum

dilakukan dengan baik atau belum sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku.

Beberapa faktor diantaranya yang membuat pencatatan atau perlakuan akuntansi tidak

1
2

sesuai dengan semestinya biasanya karena internal perusahaan tidak memiliki banyak

pengetahuan dalam penerapan metode persediaan yang layak, tidak memiliki banyak

informasi mengenai metode dalam mencatat dan menilai suatu persediaan, atau

perusahaan tidak ingin mengubah metode penilaian dan pencatatan persediaan sesuai

peraturan yang berlaku karena sudah memiliki kenyamanan dengan metode

persediaan yang sudah lama diimplementasikan dalam perusahaan (Wullur et. al.,

2016). Metode dalam pencatatan persediaan perusahaan ada dua yaitu metode fisik

dan metode perpetual.

Penggunaan metode penilaian persediaan yang berbeda akan berpengaruh

terhadap penentuan besarnya beban pokok penjualan dan laba atau rugi yang

diperoleh oleh suatu perusahaan sehingga diperlukan pemilihan metode penilaian

persediaan yang tepat, yang akan menentukan akurasi dalam perhitungan beban

pokok penjualan dan laba atau rugi. Menurut Yosefa (2016) terdapat tiga metode

untuk menilai persediaan yaitu Masuk Pertama Keluar Pertama (FIFO), Masuk

Terakhir Keluar Pertama (LIFO), dan Moving Average. Metode Identifikasi Khusus,

Metode First In First Out (FIFO), dan Metode Rata-Rata Tertimbang (Average

merupakan cara perhitungan persediaan yang digunakan dalam mengukur persediaan

sebagaimana dalam PSAK 14 Persediaan.

Laporan keuangan penting bagi suatu perusahaan karena dibutuhkan oleh

stakeholders untuk bahan pertimbangan dalam setiap pengambilan keputusan

ekonomi. Perusahaan harus sangat hati-hati dalam menimbang metode akuntansi

persediaan yang akan digunakan karena hampir setengah investasi besar pada aktiva
3

lancar perusahaan dagang dikuasai oleh persediaan yang juga merupakan aktiva

dalam suatu perusahaan yang posisinya begitu berharga dalam laporan keuangan

(Kadim et. al., 2019). Persediaan adalah aset yang dimiliki perusahaan yang bertujuan

dijual kembali untuk mendapatkan pendapatan atau aset yang dimanfaatkan secara

habis untuk mendapatkan pendapatan dan kategori persediaan berbeda-beda antara

satu industri dengan industri yang lain (Wawo, 2015).

Nilai suatu barang yang diproduksi untuk dijual atau dikonsumsi atau

barang yang dibeli untuk dijual disebut persediaan dalam pengertian akuntansi.

Rekening persediaan juga menyajikan jumlah kekayaan perusahaan yang berbentuk

persediaan di tangan ataupun persediaan dalam proses (Lau, 2019). Persediaan

berefek langsung yang berpengaruh terhadap keuntungan perusahaan karena tanpa

adanya persediaan, para pengusaha akan dihadapkan pada resiko bahwa perusahaan

pada suatu waktu tidak dapat memenuhi order penjualan (Hermanto et. al., 2019).

Perusahaan dihadapkan pada resiko bahwa perusahaan tidak dapat memenuhi

permintaan pelanggan tepat waktu ketika persediaan tidak ada atau kurang (Hutabarat

dan Rajagukguk, 2021).

Perusahaan developer mendapatkan kesempatan yang besar untuk

memajukan bisnisnya dalam bidang properti untuk tempat tinggal maupun untuk

investasi karena saat ini tingkat ketertarikan masyarakat begitu tinggi dalam hal

tersebut (Astarini, 2020). Tanah menjadi langka karena permintaan tanah yang

mengalami peningkatan yang cukup besar sedangkan tanah yang tersedia tidak

mampu memenuhi permintaan itu (Fahirah et. al., 2010). Pemerintah maupun pihak
4

swasta yang terkait dalam usaha pengembangan suatu properti berlomba-lomba

dalam meningkatkan kualitas pembangunan yang ada saat ini maupun yang terencana

dimasa akan datang, sehingga berdampak pula pada perubahan nilai tanah dan

bangunan pada suatu properti (Putra, 2011).

Banyak keberagaman dan perbedaan tanah dan bangunan di Indonesia.

Properti yang dibeli masyarakat sekarang ini bukan sekadar memenuhi kebutuhan

mereka, namun juga ketertarikan masyarakat untuk mempersiapkan modal dimasa

akan datang (investasi). Harga tanah pada wilayah tertentu juga akan bergantung pada

faktor permintaan, seperti kepadatan penduduk dan tingkat pertumbuhannya, tingkat

kesempatan kerja dan tingkat pendapatan masyarakat serta kapasitas sistem

transportasi dan tingkat suku bunga (Fahirah et. al.,2010).

Tanah dan bangunan memiliki sifat yang berbeda dari yang lain dalam hal

lokasi serta komposisinya dan tidak bisa dialihkan ke tempat lain. Keunikan tersebut

berdampak pada jumlah tanah dan bangunan yang tersedia. Persediaan tanah yang

terbatas terjadi karena adanya sudut pandang yang berbeda mengenai makna

sebidang tanah (Fahirah et. al., 2010). Sebagian masyarakat membeli tanah

kavelingan untuk dibangun rumah, sebagian lagi membeli tanah beserta

bangunannya, bahkan sebagian membeli tanah atau bangunan untuk investasi.

Pertambahan jumlah penduduk yang sangat cepat dan pesat membawa pengaruh yang

sangat besar terhadap kebutuhan masyarakat akan perumahan atau tanah.

Tanah dan bangunan dalam perusahaan pada umumnya hanya tergolong

dalam aset tetap dalam suatu perusahaan, namun hal lain berlaku pada perusahaan
5

pengembang real estate. Tanah dan bangunan dalam perusahaan pengembangan real

estate tidak hanya tergolong dalam aset tetap, melainkan sebagai persediaan yang

tergolong dalam aset lancar perusahaan karena aktivitas utama perusahaan yang

bergerak di bidang pengembangan real estate adalah jual beli tanah dan bangunan

atau hanya kaveling tanah. Pada perusahaan dagang, manufaktur, atau jasa, tanah dan

bangunan merupakan aset tetap yang hanya digunakan untuk aktivitas operasional

perusahaan seperti kantor, gudang, serta seluruh kegiatan operasional yang bukan

untuk dijual/diproses sebagai penghasilan utama perusahaan. Jadi, tanah dan

bangunan tergolong dalam aset tetap namun ketika tanah dan bangunan dimiliki

untuk dijual maka akan tergolong dalam aset lancar.

Aset berpotensi memberikan manfaat ekonomis pada perusahaan dimasa

yang akan datang. Aset adalah sumber daya yang mampu memberikan aliran kas

masuk atau kemampuan mengurangi kas keluar (Andini dan Kharisma, 2021).

Kemampuan bertahan suatu perusahaan dapat dilihat dari kemampuan bersaing suatu

perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis (Fatrianisa et. al., 2013). Kekeliruan

dalam pengelolaan aset dapat berdampak pada operasional perusahaan tidak dapat

berjalan secara efisien dan efektif.

Tanah dan bangunan sebagai benda yang dapat memenuhi kebutuhan hidup

manusia memiliki nilai yang membuatnya menjadi berarti bagi manusia. Nilai

tersebut ditandai dengan tanah dan bangunan yang langka (scarcity), demand tanah

dan bangunan, manfaat tanah dan bangunan bagi user (utility), peralihan kepemilikan

tanah dan bangunan (Imbing, 2013). Kondisi ini dimanfaatkan oleh perusahaan-
6

perusahaan pengembang untuk mengembangkan bisnis mereka dalam hal penyediaan

sarana pemukiman bagi masyarakat seperti perumahan, apartemen, kondominium,

dan lain sebagainya (Hajar, et. al., 2017).

Data keuangan akan memiliki arti bagi pihak yang berkepentingan terhadap

informasi keuangan jika dapat diperbandingkan dalam dua periode atau lebih serta

dianalisa lebih mendalam untuk pengambilan keputusan (Riesmiyantiningtias dan

Siagian, 2020). Tidak semua perusahaan dapat menyajikan pelaporan keuangan yang

berkualitas. Informasi akuntansi disebut memiliki relevansi nilai apabila berhubungan

secara statistik dengan harga pasar suatu saham (Khidmat et. al., 2019).

Laporan keuangan yang baik ditandai dengan laporan keuangan berkualitas

harus didukung oleh adanya karakteristik kualitatif laporan keuangan (Waninda dan

Arza, 2019). Karakteristik kualitatif pada laporan keuangan merupakan aspek yang

perlu diperhatikan untuk mendapatkan informasi yang bermanfaat dari laporan

keuangan yang disajikan. Manajemen harus mampu melakukan penyusunan laporan

keuangan yang sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku karena sistem atau

prosedur yang keliru akan berpengaruh langsung pada neraca keuangan dan laba

perusahaan (Kadim et. al., 2019).

Karakteristik kualitatif laporan keuangan merupakan ukuran-ukuran

normatif yang penting untuk diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga

memenuhi tujuan dari keberadaan laporan keuangan itu sendiri. Empat karakteristik

kualitatif (qualitative characteristics) pokok laporan keuangan yang harus terpenuhi

yaitu dapat dipahami (understandability), relevan (relevance), keandalan


7

(reliability), dan dapat diperbandingkan (comparability) (Inawati et. al., 2021).

Laporan keuangan yang berkualitas memerlukan pertimbangan bahwa manfaat lebih

besar daripada biaya yang dikeluarkan meskipun seharusnya diharapkan dapat

menyajikan pelaporan keuangan yang berkualitas karena perusahaan besar cenderung

memiliki banyak pemegang kepentingan seperti investor, kreditor, dan publik

sehingga pelaporan keuangan yang diterbitkan harus berkualitas dan relevan

(Santoso, 2012).

Pihak manajemen harus mampu menyusun laporan keuangan dengan tepat

karena laporan keuangan merupakan informasi akuntansi yang merefleksikan

kekayaan perusahaan (Utami dan Ratih, 2020). Menurut PSAK 1 Penyajian Laporan

Keuangan paragraf 9 menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan adalah untuk

memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas

entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar pengguna laporan keuangan dalam

pembuatan keputusan ekonomik. Tujuan khusus laporan keuangan adalah menyajikan

secara wajar dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum mengenai

posisi keuangan, hasil usaha, dan perubahan lain dalam posisi keuangan (Hermanto

et. al., 2019).

Penyajian secara wajar dalam laporan keuangan sangat penting karena

laporan keuangan dimanfaatkan sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan

ekonomi. Islam telah menegaskan bahwa keadilan harus ditegakkan, termasuk

berlaku dalam peristiwa-peristiwa ekonomi. Islam menegaskan dalam Al Qur’an

Surah Asy-Syu'ara ayat 181-183:


8

‫اس ْالمسْت ِقيم۞ِوَل‬


ِ ‫أ ْوفوا ْالكيْل وَل تكونوا ِمن ْالم ْخس ِِرين ۞ و ِزنوا ِب ْال ِقسْط‬

ِ ‫تبْخسوا النهاس أ ْشياءه ْم وَل ت ْعث ْوا فِي ْاْل ْر‬


۞‫ض م ْف ِسدِين‬
Terjemahnya:
“Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang
merugikan; dan timbanglah dengan timbangan yang lurus; dan janganlah kamu
merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka
bumi dengan membuat kerusakan;”

Menurut Shihab (2002: 129) dalam Tafsir Al-Mishbah, kata ( ‫) تبخسوا‬

tabkhasu/ kamu kurangi terambil dari kata ( ‫ ) بخس‬bahks yang berarti kekurangan

akibat kecurangan. Ibn ‘Arabi sebagaimana dikutip oleh Ibn ‘Asyur, mendefinisikan

kata ini dalam arti pengurangan dalam bentuk mencela, atau memperburuk sehingga

tidak disenangi, atau penipuan dalam nilai atau kecurangan dalam timbangan dan

takaran dengan melebihkan atau mengurangi. Kata ( ‫ ) القسطاس‬al-qisthas atau al-

qusthas ada yang memahaminya dalam arti neraca ada juga dalam arti adil. Hal ini

bermakna bahwa wujud keadilan memerlukan tolak ukur yang pasti

(neraca/timbangan) sehingga ketika pengukurannya benar maka keadilan akan

tercapai.

Merujuk dari penjelasan tafsir mengenai ayat-ayat diatas daat ditarik

kesimpulan bahwa, takaran atau timbangan harus adil. Hal ini juga mencerminkan

bahwa dalam peristiwa ekonomi seperti transaksi jual beli, penentuan harga dan

sebagainya harus dilakukan secara bijak agar tidak ada pihak yang dirugikan.

Timbangan yang baik dan tidak berat sebelah dimaknai dalam laporan keuangan
9

sebagai nilai wajar. Hak pengguna laporan keuangan adalam mendapatkan info yang

realisatis serta andal. Penyajian informasi yang wajar dan andal atau tidak

menyesatkan pengguna laporan keuangan merupakan refleksi dari suatu laporan

keuangan yang baik. Kesempurnaan takaran atau informasi dari laporan keuangan

adalah hak setiap pengguna laporan keuangan sehingga kekeliruan atau kecurangan

dapat merugikan pihak lain atau pengguna laporan keuangan lainnya.

Perusahaan akan melakukan kegiatan penjualan dan pembelian untuk

mendapatkan laba sehingga perusahaan harus melakukan penilaian persediaan yang

dibeli dan dijual dengan baik dan benar agar tidak terjadi gangguan dalam

operasional perusahaan. Besarnya biaya atau ongkos persediaan tergantung pada

prosedur akuntansi yang ditetapkan oleh perusahaan dalam menilai persediaan (Lau,

2019). Ada beberapa metode yang digunakan dalam menilai dan mencatat persediaan,

manajemen harus bijak dalam pemilihan metode tersebut.

Tanah dan bangunan memiliki nilai lebih yang berbeda dari bentuk

persediaan perusahaan dalam industri lainnya. Harga perolehan tanah dan bangunan

hingga laba yang diperoleh dari penjualan memiliki relevansi yang saling

mempengaruhi sehingga harus perhitungkan dengan baik. Nilai tanah dan bangunan

yang bergantung pada kondisi tertentu. Penentuan metode persediaan yang salah akan

berdampak pula dalam penentuan biaya atau harga pokok serta harga jual sehingga

akan berpengaruh pula pada laporan keuangan.

Perusahaan-perusahaan yang memilih aktivitas operasional dalam bidang

pengembangan dan real estat mulai bermunculan seiring dengan kelangkaan tanah
10

dan bangunan dan dampak dari meningkatnya permintaan atas tanah dan bangunan

terutama disekitar perkotaan. Permasalahan pokok dalam akuntansi persediaan adalah

penentuan jumlah biaya yang diakui sebagai aset dan perlakuan akuntansi selanjutnya

atas aset tersebut sampai pendapatan terkait diakui. Perlakuan akuntansi atas tanah

dan bangunan sebagai aset tetap perusahaan tentu memiliki perbedaan perlakuan pada

tanah dan bangunan sebagai persediaan sehingga berdasar pada hal-hal tersebut,

peneliti memiliki ketertarikan untuk meneliti dengan judul: “Menguak Perlakuan

Akuntansi Tanah dan Bangunan Sebagai Persediaan serta Pengaruhnya Pada

Pelaporan Keuangan”.

B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus

Menguak perlakuan akuntansi terhadap tanah dan bangunan sebagai

persediaan yang dikaji dengan menggunakan PSAK yang berkaitan dengan tanah dan

bangunan sebagai persediaan merupakan fokus penelitian dalam penelitian ini. Fokus

ini dibuat agar penelitian lebih terpusat dan membatasi penelitian agar tidak memiliki

lingkup yang terlalu luas serta agar terhindar dari kekeliruan atau menyimpang dari

pusat permasalahan yang diteliti.

C. Rumusan Masalah

Perlakuan akuntansi atas tanah dan bangun sebagai persediaan bukanlah hal

yang begitu mudah dilakukan. Persediaan sebagai penopang utama operasional

perusahaan harus mendapatkan perlakuan yang tepat karena jika terjadi suatu

kesalahan dalam persediaan, hal ini tentu akan mempengaruhi operasional perusahaan
11

(Kadim et. al., 2019). Merujuk pada hal-hal yang melatarbelakangi penelitian ini,

maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian yaitu sebagai berikut :

1. Bagaimana perlakuan akuntansi tanah dan bangunan sebagai persediaan?

2. Bagaimana pengaruh perlakuan akuntansi tanah dan bangunan sebagai

persediaan terhadap laporan keuangan?

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan yang berdasar pada latar belakang dan rumusan

masalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui perlakuan akuntansi tanah dan bangunan sebagai

persediaan.

2. Untuk mengetahui pengaruh akuntansi tanah dan bangunan sebagai

persediaan terhadap laporan keuangan.

E. Penelitian Terdahulu

Tabel 1.2. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus

Judul Metode
No. Nama Peneliti Hasil Penelitian
Penelitian Penelitian
1. Wibowo, Ario, Perlakuan Penelitian PT. Setia Makmur, Surabaya
Placidus Akuntansi kualitatif menggunakan Metode Fisik
Mawar, Persediaan (Physical Method) untuk
Saferianus Barang Dagang mencatat persediaannya dan
Lalong, dan dan Metode LIFO (MTKP) untuk
Romy Narisa. Pengaruhnya melakukan penilaian terhadap
2020. Terhadap Persediaan Barang
Beban Pokok Dagangannya.
Penjualan. penggunaan Metode LIFO
12

(MTKP) dalam penilaian


Persediaan Barang Dagangan
tidak sesuai dengan Standar
Akuntansi Keuangan yang hanya
memperbolehkan Metode
Identifikasi Khusus, Metode
FIFO (MPKP) dan Metode
Average (Rata- rata).
2. Lau, Elfreda Analisis Penelitian Pengukuran biaya persediaan
Aplonia. 2019 Pengukuran deskriptif berdasarkan metode aliran biaya
Persediaan dan dengan metode
Penyajiannya FIFO, LIFO, Rerata Sederhana,
dalam Laporan Rerata Tertimbang maupun
Keuangan Metode Biaya
Khusus menampilkan nilai
persediaan akhir yang berbeda,
demikian pula
cara pengukurannya.
3. Kadim, A., Analisis Penelitian Rasio lancar berpengaruh
Adji Suratman, Pengaruh Rasio kasualitas signifikan terhadap pemilihan
dan Lancar, metode persediaan. Perputaran
Muhammad Perputaran persediaan tidak signifikan
Abdul Muis. Persediaan Dan berpengaruh terhadap
2019. Margin Laba pemilihan metode persediaan.
Kotor Margin laba kotor signifikan
Terhadap berpengaruh terhadap
Pemilihan pemilihan metode persediaan.
Metode Rasio lancar, perputaran
Persediaan persediaan, dan margin laba
Pada kotor secara bersama-sama
Perusahaan memiliki pengaruh dalam
Dagang Yang pemilihan metode persediaan.
Terdaftar Di
BEI Tahun
2013-2015.
4. Sari, Dian Analisis Penelitian Perusahaan lebih tepat jika
Perhitungan kualitatif menggunakan Metode Average
13

indah. 2018. Persediaan daripada metode FIFO dalam


dengan Metode menghitung nilai persediaan,
FIFO dan karena nilai persediaan akhir
Average Pada metode Average lebih besar
PT. Harapan daripada metode FIFO.
Metode FIFO sangat cocok
digunakan untuk perusahaan-
perusahaan yang menjualbarang
yang sejenis, cepat kadaluarsa
dan model yang cepat berubah.

Sumber: Diolah untuk keperluan penelitian, 2020

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat mendukung dan memperkuat teori yang

dikemukakan sebelumnya oleh para ahli akuntansi khususnya mengenai perlakuan

akuntansi tanah dan bangunan serta akuntansi persediaan. Persediaan setiap

perusahaan tidak selalu sama karena bergantung atau menyesuaiakan pada bidang apa

suatu perusahaan bergerak. Tanah dan bangunan yang tidak dijadikan aset tetap akan

memberikan pengaruh terhadap laporan keuangan. Tanah dan bangunan sebagai aset

tetap tentu akan berbeda perlakuannya ketika sebagai persediaan. Penelitian ini

diharapkan dapat menambah referensi tentang tanah dan bangunan yang dijadikan

sebagai persediaan dan dapat menjadi referensi pembanding ketika mempelajari tanah

dan bangunan sebagai aset tetap, persediaan maupun sebagai properti investasi.
14

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan deskripsi bagi

pihak-pihak yang membutuhkan informasi mengenai tanah dan bangunan sebagai

persediaan. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada

berbagai pihak yang berkepentingan untuk lebih teliti dalam menilai dan mencatat

tanah atau bangunan dalam suatu perusahaan, baik itu sebagai persediaan, aset tetap,

maupun sebagai properti investasi.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Akuntansi Positif

Positive Accounting Theory atau teori akuntansi positif mengarah pada

meramalkan dampak yang akan timbul ketika manager mengambil suatu keputusan

atau menentukan pilihan tertentu. Teori akuntansi positif berusaha untuk

mengidentifikasi proses dan kebijakan akuntansi yang paling sesuai untuk

menghadapi kondisi dan keadaan tertentu pada masa yang akan dating (Iskandar dan

Sparta, 2019). Teori ini beranggapan bahwa kebijakan akuntansi yang

diimplementasikan dalam suatu perusahaan bisa saja berbeda dengan kebijakan atau

perlakuan akuntansi pada perusahaan lainnya atau dengan kata lain, teori ini

memberikan kebebasan dalam pemilihan kebijakan akuntansi sesuai kebutuhan suatu

perusahaan. Pemilihan perlakuan akuntansi yang bebas sesuai dengan kebutuhan dan

tetap berdasar pada PABU dapat menghadirkan peluang (perilaku oportunistik).

Watts dan Zimmerman (1986) memberikan hipootesis-hipotesis yang pada

umumnya memiliki keterkaitan dengan perilaku oportunistik, yaitu:

1. Bonus Plan Hypothesis, berkaitan dengan rencana mendapatkan bonus.

Manajer biasanya memilih suatu kebijakan akuntansi atau metode

akuntansi yang dapat meningkatkan laba yang dilaporkan pada periode

berjalan agar bonus yang manajer peroleh juga meningkat. Hal tersebut

karena umumnya, tingkat laba menjadi tolak ukur keberhasilan kinerja

yang juga menjadi penentu besarnya bonus yang diperoleh.

15
16

2. Debt Covenant Hypothesis, berkaitan dengan perjanjian hutang.

Perjanjian hutang umumnya memiliki syarat-syarat ketentuan yang

harus dipenuhi, baik debitur maupun oleh kreditur (Marwah, 2012).

Semakin dekat suatu perusahaan ke pelanggaran perjanjian hutang,

manajer memiliki kecenderungan untuk memilih prosedur akuntansi

yang dapat memindahkan laba periode mendatang ke periode berjalan

(Iskandar dan Sparta, 2019).

3. Political Cost Hypothesis, timbul dari adanya konflik kepentingan

antara pemerintah dengan perusahaan (manajer). Political cost

mencakup semua biaya atau transfer kekayaan yang harus ditanggung

oleh perusahaan terkait tindakan antitrust, regulasi, subsidi

pemerintah, tarif pajak, tuntutan buruh dan sebagainya (Darmanto dan

Hogiana, 2020).

B. Aset

Aset adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari

peristiwa masa lalu dimana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan

diperoleh perusahaan. Aset menjadi bagian penting dalam keberlangsungan

perusahaan. Aset ialah Aset merupakan peralatan penunjang kegiatan suatu organisasi

dan bermanfaat untuk mencapai suatu tujuan dari perusaahaan atau organisasi

tersebut (Dewi et. al., 2018). Pengembangan usaha biasanya akan cenderung

menambah jumlah aset perusahaan sehingga membutuhkan dana untuk mencapai


17

tujuan tersebut (Maryanti, 2016). Aset diklasifikasikan menjadi aset lancar,

investasi jangka panjang, aset tetap, dan aset tidak berwujud.

1. Aset Lancar

Aset lancar adalah aset yang diharapkan untuk dikonversikan menjadi

kas atau untuk digunakan dalam jangka waktu satu tahun (Kusuma dan Bangun,

2011). Aset lancar menggambarkan likuiditas suatu perusahaan. Likuiditas adalah

rasio keuangan yang dapat mengambarkan seberapa besar kemampuan perusahaan

memenuhi kewajiban jangka pendeknya dan perusahaan dengan aset lancar yang

lebih besar daripada hutang lancarnya akan mempunyai kemampuan untuk membayar

kewajiban keuangannya tepat waktu (Mulyasri dan Subowo, 2020). Aset lancar dapat

membantu perusahaan dalam operasionalnya dan merupakan hal yang sangat penting.

Akun-akun yang tergolong dalam aset lancar yaitu kas, persediaan, perlengkapan, dll.

2. Investasi Jangka Panjang

Investasi jangka panjang umumnya berupa investasi dalam saham dan

dalam obligasi perusahaan lain yang biasanya dimiliki dalam jangka waktu

lebih dari satu tahun (Kusuma dan Bangun, 2011). Investasi jangka panjang sering

disebut juga dengan investasi permanen dan biasanya dilaporkan di neraca

dalam perkiraan aktiva tidak lancar dan merupakan sebagian dana yang yang

ditanamkan dalam aktiva di luar kegiatan pokok perusahaan dengan tujuan

mendapatkan pendapatan terus menerus dalam jangka panjang (Ardila et. al., 2019).
18

3. Aset Tetap

Aset tetap (fixed aset) adalah aset yang secara fisik dapat dilihat

keberadaannya dan sifatnya relatif permanen serta memiliki masa kegunaan (useful

life) yang panjang (Dewi et. al., 2018). Aset tetap adalah aset yang dimiliki

perusahaan, berumur lebih dari satu tahun, dan digunakan dalam kegiatan

operasional perusahaan (Kusuma dan Bangun, 2011).Aset tetap merupakan aset yang

berwujud (tangible aset). Pada saat aset tetap diakui, maka perusahaan akan

mengakuinya sebesar biaya perolehan dari aset tetap dan perusahaan melakukan

pengukuran setelah diakui (Wijaya, 2021). Penilaian riil dari aset suatu perusahaan

sangat penting menilai aset tetapnya menggunakan salah satu metode diantara cost

model atau revaluation model (Salman et. al., 2020). Sinyal peluang investasi dapat

diperoleh dari kebijakan revaluasi aset tetap yang mempengaruhi penilaian investor

atas saham perusahaan.

4. Aset tidak berwujud

Aset tidak berwujud (intangible asets) yang dimana tidak memiliki wujud

fisik dan dihasilkan sebagai akibat dari sebuah kontrak hukum, ekonomi maupun

kontrak sosial (Dewi et. al., 2018). Aset tidak berwujud adalah aset yang tidak

mempunyai wujud pisik namun memiliki nilai yang cukup signifikan (Kusuma dan

Bangun, 2011).
19

C. Persediaan

Persediaan merupakan salah satu aktiva lancar yang biasanya jumlahnya

relatif besar. Persediaan adalah suatu aktiva yang meliputi semua barang yang

dimiliki perusahaan pada saat tertentu dengan tujuan untuk dijual atau dikonsumsi

dalam satu siklus operasi normal perusahaan (Wibowo et. al., 2020). Persediaan pada

perusahaan dagang diartikan sebagai barang dagangan yang disimpan untuk dijual

kembali dalam operasional perusahaan sedangkan dalam perusahaan manufaktur,

persediaan diartikan sebagai bahan baku yang terdapat dalam proses produksi atau

yang disimpan untuk proses produksi (Windasari dan Linawati, 2020).

Kieso et al. (2011:408) mendefinisikan persediaan sebagai berikut:


“Inventories are asset items that a company holds for sale in the ordinary
course of business, or goods that it will use or consume in the production of goods
to be sold”.
Kieso et. al., (2011:408) menyampaikan definisi persediaan adalah semua aset

perusahaan yang disimpan untuk dijual kembali maupun dipergunakan dalam proses

produksi sehingga menghasilkan barang yang akan dijual kembali merupakan barang

persediaan.

Persediaan yang dimiliki perusahaan dagang disebut persediaan dagang

sedangkan pada perusahaan manufaktur persediaan terdiri dari bahan pokok, bahan

setengah jadi dan bahan jadi (Windasari dan Linawati, 2020).


20

1) Jenis-Jenis Persediaan

a. Persediaan Perusahaan Dagang

Perusahaan dagang secara umum dideskripsikan sebagai salah satu organisasi

yang melaksanakan aktivitas bisnis dengan cara memesan atau membeli barang untuk

dijual kembali untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal supaya bisa menjaga

kelangsungan hidupnya, meningkatkan dan menaikkan usahanya ke tingkat yang

lebih tinggi. Persediaan juga meliputi barang yang dibeli dan disimpan untuk dijual

kembali (Hermanto et. al., 2019). Seperti barang dagang yang dibeli oleh pengecer

untuk dijual kembali atau tanah dan property lainnya yang diadakan untuk dijual

kembali (Sari, 2018). Persediaan barang dagang adalah barang-barang yang dibeli

dari pihak lain, lalu disimpan digudang untuk dijual dan biasanya setiap barang

yang akan dijual tidak lagi melalui proses pengolahan secara fisik (Hutabarat

dan Rajagukguk, 2021).

b. Persediaan Perusahaan Manufaktur

Persediaan perusahaan manufaktur meliputi persediaan bahan baku,

persediaan bahan penolong, persediaan dalam proses dan persediaan bahan jadi.

Persediaan pada perusahaan manufaktur biasanya meliputi persediaan bahan baku,

persediaan barang dalam proses, persediaan barang jadi, persediaan perlengkapan

manufaktur (Hutabarat dan Rajagukguk, 2021). Persediaan merupakan suatu aspek

yang tidak jarang menjadi masalah yang sering ditemui pembuat keputusan dalam

proses produksi dan untuk menjamin adanya hal yang pasti tentang persediaan ada

saat dibutuhkan maka persediaan itu perlu dicatat dengan baik (Wullur et. al., 2016).
21

1) Persediaan bahan baku, persediaan yang telah dibeli namun belum diproses.

Persediaan ini dapat digunakan untuk memisahkan (yaitu menyaring)

pemasok dari proses produksi. Persediaan bahan baku terdiri dari bahan dasar

yang dibeli dari perusahaan lain untuk digunakan dalam operasi produksi

perusahaan (Wullur et. al., 2016).

2) Persediaan bahan penolong, meliputi semua bahan yang digunakan untuk

keperluan produksi, namun bukan bahan baku yang membentuk barang jadi.

Bahan-bahan yang dikategorikan sebagai kelompok persediaan bahan

penolong antara lain minyak pelumas untuk mesin-mesin pabrik, lem, benang

untuk menjilid dan buku-buku pada perusahaan percetakan (Paraswati et. al.,

2021).

3) Persediaan dalam proses, meliputi barang setengah jadi yang butuh kerja

tambahan atau proses lanjutan sebelum menjadi barang jadi (Wullur et. al.,

2016). Komponen-komponen atau bahan mentah yang telah melewati

beberapa proses perubahan namun belum selesai dapat digolongkan sebagai

persediaan barang dalam proses (Hermanto et. al., 2019).

4) Persediaan bahan jadi (finish-good inventory), produk yang telah selesai dan

tinggal menunggu pengiriman. Persediaan ini meliputi barang jadi yang masih

berada dalam gudang dan belum dijual oleh perusahaan (Wullur et. al., 2016).

Penilaian persediaan bahan jadi secara umum sebesar jumlah harga pokok

bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik yang

dibutuhkan untuk memproduksi (Paraswati et. al., 2021). Barang jadi dapat
22

dimasukkan ke persediaan karena permintaan pelanggan pada masa

mendatang tidak diketahui (Hermanto et. al., 2019).

c. Persediaan Perusahaan Jasa

Persediaan yang diperlukan pada perusahaan jasa tergantung pada jasa yang

dijualnya (Siregar et. al., 2021). Perusahaan jasa seperti salon memerlukan persediaan

barang-barang yang berkaitan dengan kebutuhan operasional salon, perusahaan jasa

cuci mobil tentu memerlukan persediaan berupa sabun dan perlengkapan yang

digunakan untuk mencuci mobil. Biaya jasa seperti upah dan biaya personalia lainnya

yang secara langsung menangani pemberian jasa, termasuk tenaga penyedia dan

overhead yang didistribusikan merupakan biaya-biaya yang terdapat dalam

persediaan perusahaan jasa (Sari, 2018).

2) Penilaian Persediaan

Perlakuan akuntansi terhadap persediaan sangat penting dan harus konsisten

karena memiliki pengaruh terhadap nilai rupiah persediaan dan biaya barang yang

dijual. Penilaian persediaan dilakukan dengan tujuan supaya dapat diketahui berapa

nilai persediaan yang tersisa dan berapa nilai persediaan yang telah dijual sehingga

jumlah laba yang diperoleh dapat diketahui (Wibowo et. al., 2020). Metode

Identifikasi Khusus, MPKP atau FIFO,MTKP atau LIFO, dan Metode rata-rata

(average) merupakan metode mengukur atau menilaian persediaan secara umum

berdasarkan aliran biayanya (Lau, 2019).


23

a. Metode Identifikasi Khusus

Metode identifikasi khusus adalah salahsatu metode yang bermanfaat dalam

penilaian persediaan berdasarkan arus biaya sesuai dengan fisik barang. Keutamaan

metode ini yaitu biaya persediaan per unit yang terjual dapat ditentukan dengan

akurat, dan persediaan akhir yang tersisa dapat dinilai dengan akurat pula (Pontoh,

2013:312). Metode ini pada dasarnya merupakan metode yang paling ideal karena

terdapat kecocokan antara biaya dan pendapatan (matching cost against revenue)

(Wawo, 2015).

Penggunaan metode ini juga biasanya ditolak karena metode ini bisa

dimanfaatkan dalam melakukan manipulasi laba bersih perusahaan dan kehadiran

subjektifitas pada pengalokasian beban-beban yang timbul yang memiliki relevansi

dengan persediaan (Monica et. al., 2020). Metode identifikasi khusus ini biasanya

juga digunakan dalam menilai persediaan barang dagang berupa mobil atau sepeda

motor.

b. MPKP atau FIFO

Metode penilaian persediaan Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP) atau

First In First Out (FIFO) adalah metode penilaian persediaan dengan menggunakan

atau menjual persediaan sesuai dengan urutan masuknya. Harga pembelian/produksi

atau yang menjadi saldo awal suatu periode merupakan dasar pada perhitungan nilai

barang yang terjual/terpakai sedangkan nilai persediaan akhir dinilai berdasar pada

harga pembelian/produksi yang terakhir (Lau, 2019). Metode Masuk Pertama Keluar
24

Pertama (MPKP) atau First In First Out (FIFO) ini adalah metedo yang disarankan

dan digunakan saat ini sebagaimana PABU.

Metode Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP) atau First In First Out

(FIFO) berasumsi bahwa barang yang pertama kali dibeli merupakan barang yang

pertama kali dijual, dan barang yang terakhir kali dibeli merupakan barang yang

tersisa sebagai persediaan (Wullur et. al., 2016). Ketika penjualan atau transaksi

terjadi, maka persediaan yang lebih lama yang akan dikeluarkan lebih dahulu atau

dengan kata lain metode ini memberikan asumsi bahwa perusahaan akan

mendahulukan penjualan barang yang dibeli lebih awal (Keso et.al., 2021). Kebaikan

metode MPKP atau First In First Out ialah persediaan akhir disajikan dengan jumlah

yang menghampiri harga yang berlaku. Sedangkan kekurangan utama dari metode

MPKP ini ialah harga perolehan saat ini tidak sebanding dengan pendapatan sekarang

(Monica et. al., 2020).

c. MTKP atau LIFO

Masuk Terakhir Keluar Pertama (MTKP) atau Last In First Out (LIFO)

adalah metode penilaian persediaan dengan menggunakan persediaan yang masuk

atau dibeli terakhir untuk dijual lebih awal. Jika persediaan yang hendak disimpan

mampu bertahan lama dan akan jadi lebih baik bila disimpan lebih lama, maka

alangkah baiknya jika metode LIFO yang digunakan dalam perhitungan persediaan

(sari, 2018). Barang yang terjual/terpakai dihitung berdasarkan harga pembelian

barang yang terakhir masuk, dan nilai persediaan akhir dihitung berdasarkan harga

pembelian yang terdahulu masuk (Lau, 2019).


25

Harga pokok penjualan akan berasal dari pembelian yang terakhir jika

menggunakan metode Masuk Terakhir Keluar Pertama (MTKP) atau Last In First

Out (LIFO). Namun, jika dipandang dari sisi neraca, persediaan akhir yang dihitung

dengan metode MTKP akan menghasilkan harga yang tidak mencerminkan harga

pada saat neraca disusun (monica, 2020). Ketika metode LIFO ini digunakan selama

peiode inflasi atau kenaikan harga-harga, hasilnya adalah berkebalikan dengan

metode-metode yang lain.

Metode LIFO akan menghasilkan jumlah yang lebih tinggi untuk harga pokok

penjualan (HPP), jumlah yang lebih rendah untuk laba kotor dan jumlah yang lebih

rendah untuk persediaan akhir. Alasan pengaruh ini adalah biaya perolehan unit yang

paling akhir akan kurang lebih sama dengan biaya penggantinya. Dalam periode

inflasi, biaya unit yang lebih baru akan lebih tinggi dibandingkan dengan biaya unit

yang lebih awal (Wullur et. al., 2016).

d. Metode Rata-rata (Average)

Metode rata-rata (average) meliputi: Metode Rata-Rata Sederhana yang nilai

rata-rata persediaan dihitung berdasarkan jumlah harga perunit persediaan awal dan

harga pembelian perunit setiap pembelian yang dilakukan pada periode tertentu,

Metode Rata-Rata Tertimbang (Weighted Average atau WA) yang nilai persediaan

pada metode ini didasarkan atas harga rata-rata barang yang dibeli dalam suatu

periode tertentu dan Metode Rata-Rata Bergerak (Moving Average) yang Nilai

persediaan pada metode ini didasarkan atas harga rata-rata barang yang dibeli dalam

suatu periode tertentu (Lau, 2019). Metode ini mengasumsikan bahwa harga beli
26

sebuah persediaan yang dibeli terakhir akan menjadi beban pokok penjualam terlebih

dahulu, pada saat terjadinya transaksi penjualan (Pontoh, 2013:317).

3) Pencatatan Persediaan

Metode pencatatan persediaan menurut Baridwan (2010:150), terdapat dua

macam metode pencatatan persediaan, yaitu:

a) Metode Persediaan Buku (Perpetual)

Metode persediaan perpetual yaitu setiap jenis persediaan dibuatkan rekening

sendiri-sendiri yang merupakan buku pembantu persediaan. Rincian dalam buku

pembantu bisa diawasi dari rekening kontrol persediaan barang dalam buku besar.

Rekening yang digunakan untuk mencatat persediaan ini terdiri dari beberapa kolom

yang dapat dipakai untuk mencatat pembelian, penjualan, dan saldo persediaan.

Setiap perubahan dalam persediaan diikuti dengan pencatatan dalam rekening

persediaan sehingga jumlah persediaan sewaktu-waktu dapat diketahui dengan

melihat kolom saldo rekening persediaan. Nilai persediaan akhir dapat diketahui tapi

perhitungan fisik tetap harus dilakukan untuk mencocokkan persediaan akhir menurut

perhitungan fisik dengan catatan akuntansi (Paraswati et. al., 2021).

b) Metode persediaan fisik (Periodik)

Metode persediaan fisik (periodik) yaitu penggunaan metode fisik

mengharuskan adanya perhitungan barang yang masih ada pada tanggal penyusunan

laporan keuangan. Perhitungan persediaan ini diperlukan untuk mengetahui berapa

jumlah barang yang masih ada dan kemudian diperhitungkan harga pokoknya. Mutasi

persediaan barang dalam metode persediaan fisik ini tidak diikuti dalam buku-buku,
27

setiap pembelian barang dicatat dalam rekening pembelian. Tidak ada catatan mutasi

persediaan barang maka harga pokok penjualan juga tidak dapat diketahui sewaktu-

waktu. Harga pokok penjualan baru dapat dihitung apabila persediaan akhir dihitung.

Perhitungan fisik (stock opname) pada saat akhir periode mutlak harus

dilakukan oleh perusahaan yang menggunakan metode pencatatan periodik. Hal ini

harus dilakukan agar dapat mengetahui dan menetapkan jumlah persediaan barang

dagangan akhir dan harga pokok penjualan selama satu periode (Paraswati et. al.,

2021).

D. Laporan Keuangan

Perusahaan memerlukan informasi aktual dalam menjalankan bisnis.

Informasi aktual dapat memberikan informasi akurat yang relevan dengan kondisi

bisnis saat ini. Informasi paling penting di bidang keuangan untuk bisnis adalah

informasi dalam bentuk laporan atau laporan keuangan (Savitri et. al., 2019). Kinerja

keuangan merupakan gambaran prestasi yang mencakup aspek keuangan, pemasaran,

menghimpun dan penyaluran dana serta sumber daya manusia dan lainnya dalam satu

periode (Mahagiyani dan Sari, 2019). Laporan keuangan sebagai hasil dari proses

akuntansi dapat digunakan sebagai alat untuk mengkomunikasikan data keuangan

atau aktivitas perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan (Erica, 2018).

Laporan keuangan merupakan informasi keuangan suatu organisasi dalam

suatu periode yang menjabarkan kinerja dari organisasi tersebut dan dianggap sangat

penting untuk dibuat karena dapat menggambarkan kinerja organisasi dalam suatu

periode (Dinanti dan Nugraha, 2018). Laporan keuangan yang menggambarkan


28

kondisi keuangan suatu perusahaan merupakan informasi yang bisa digunakan untuk

memudahkan investor serta pelaku pasar modal lainnya untuk mengambil keputusan

serta menilai keadaan atau kineja keuangan suatu perusahaan (Anggraeni, 2019).

Laporan keuangan mendeskripsikan perkembangan financial perusahaan pada suatu

periode (Pongoh, 2013).

Perusahaan merefleksikan atau memberikan informasi mengenai kondisi dan

posisi keuangan untuk stakeholders terkhusus bagi kreditur, investor dan pihak-pihak

manajemen perusahaan melalui laporan keuangan (Satria, 2017). Meskipun kualitas

pelaporan keuangan tinggi, tetapi belum tentu pengguna mampu menyerap semua

informasi yang disajikan dalam laporan keuangan (Santoso, 2012). Kinerja keuangan

perusahaan dapat terlihat pada laporan keuangan perusahaan yang dievaluasi

menggunakan analisis laporan keuangan (Riesmiyantiningtias dan Siagian, 2020).

Laporan keuangan utamanya digunakan untuk dimanfaatkan informasi-informasi

keuangannya, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu

entitas laporan, dan mengevaluasi kinerja pengelola maupun ketaatan pada peraturan

yang berlaku (Nurdin dan Milka, 2021).

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai pemegang kekuasaan tertinggi telah

menetapkan untujk melakukan adopsi penuh atas IFRS yang diklaim akan memberi

manfaat bagi peningkatan kualitas laporan keuangan dan memiliki manfaat yang

melebihi biaya, mempengaruhi tidak hanya perusahaan dalam Uni Eropa, tetapi juga

perusahaan-perusahaan di seluruh dunia (Yacub dan Gamayuni, 2019). Standar

akuntansi di Indonesia diatur dalam Standar Akuntansi Keuangan yang


29

memungkinkan pertimbangan manajerial dan kebijaksanaan eksekutif atas berbagai

ancaman akuntansi.

Laporan keuangan memudahkan manajemen untuk mengetahui dan

mengendalikan aktivitas finansial perusahaan, alokasi sumber daya, dan pijakan

dalam merancang sistem bisnis yang lebih efektif (Achmad, et. al., 2021). Segala

peristiwa ekonomi yang terdapat dalam perusahaan dilaporkan dalam laporan

keuangan untuk mengevaluasi dan berguna dalam membuat suatu keputusan. PSAK 1

Penyajian Laporan Keuangan paragraf 9, laporan keuangan adalah suatu penyajian

terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas dengan tujuan

untuk memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus

kas entitaas yang bermanfaat bagi sebagian besar pengguna laporan keuangan dalam

pembuatan keputusan ekonomik dan merupakan hasil pertanggungjawaban

manajemen atas penggunaan sumber daya yang diamanahkan.

Stakeholders atau manajer sebagai pengendali dalam perusahaan harus lebih

teliti dalam menilai dan mencatat akun-akun yang digunakan dalam laporan

keuangan. Kondisi realitas dengan yang dilaporkan dalam laporan keuangan harus

sesuai. Pembuat laporan keuangan yang berlandaskan keimanan kepada Allah SWT.

dapat menjadikan berbagai pihak terhindar dari kekeliruan atau kecurangan.

Pembuatan laporan keuangan harus mampu dibangun berlandaskan iman kepada

Allah yakni bahwa Allah Maha Mengetahui Segala sesuatu yang diperbuat hamba-

Nya dan setiap perbuatan akan dimintai pertanggungjawaban sehingga dengan adanya

iman pada Allah akan membangun sikap hati-hati setiap pihak yang berkaitan dengan
30

laporan keuangan agar laporan keuangan tetap andal dan mencerminkan keadaan

sebenarnya.

Laporan keuangan merupakan mediator yang menjadi indikator tingkat

kejujuran atau amanah manajer dalam pengelolaan keuangan perusahaan. Laporan ini

menolong user untuk melakukan evaluasi pengelolaan sumberdaya perusahaan dalam

periode pelaporan. Nilai tanah dan bangunan yang tidak menyusut biasanya menjadi

peluang berbagai pihak untuk menggelembungkan harga jualnya. Kebijakan

pemilihan metode akuntansi yang dapat dipilih secara subjektif dan disesuaikan

berdasarkan operasional perusahaan. Celah pemilihan kebijakan ini biasanya

dimanfaatkan manajer untuk mempercantik laporan keuangan untuk keuntungan

pihak tertentu. Hal ini bertentangan dengan ajaran islam yang selalu mewajibkan

menjaga amanah dalam bermuamalah dan amanah dalam setiap aktivitas yang

dipercayakan Allah SWT menegaskan hal ini dalam al-Qur’an Surah al-Baqarah ayat

282:

‫ب‬ َ ‫ِين آ َمنُوا ِإذَا تَدَايَ ْنت ُ ْم ِب َدي ٍْن ِإ َل ٰى أَ َج ٍل ُم‬


ٌ ِ‫س ًّمى فَا ْكتُبُوهُ ۚ َو ْليَ ْكت ُ ْب بَ ْينَ ُك ْم كَات‬ َ ‫يَا أَيُّ َها ا َّلذ‬
َ ‫َّللاُ ۚ فَ ْليَ ْكت ُ ْب َو ْليُ ْم ِل ِل الَّذِي‬
ِ َّ‫علَ ْي ِه ا ْلحَقُّ َو ْليَت‬
‫ق‬ َّ ُ‫علَّ َمه‬ ٌ ِ‫ِبا ْلعَ ْد ِل ۚ َو ََل يَأْ َب كَات‬
َ ‫ب أَ ْن يَ ْكت ُ َب َك َما‬
‫ض ِعيفًا أَ ْو ََل‬ َ ‫س ِفي ًها أَ ْو‬
َ ُّ‫علَ ْي ِه ا ْلحَق‬ َ ‫ش ْيئًا ۚ فَ ِإ ْن ك‬
َ ‫َان الَّذِي‬ َ ُ‫س ِم ْنه‬ ْ ‫َّللا َربَّهُ َو ََل يَ ْب َخ‬
َ َّ
‫ستَش ِْهدُوا ش َِهي َدي ِْن ِم ْن ِر َجا ِل ُك ْم ۖ فَ ِإ ْن لَ ْم‬ْ ‫ستَ ِطي ُع أَ ْن يُ ِم َّل هُ َو فَ ْليُ ْم ِل ْل َو ِليُّهُ بِا ْلعَ ْد ِل ۚ َوا‬ْ َ‫ي‬
‫َاء أَ ْن تَ ِض َّل إِحْ دَاهُ َما فَتُذَ ِك َر‬ ِ ‫ش َهد‬ َ ‫ان ِم َّم ْن تَ ْر‬
ُّ ‫ض ْو َن ِم َن ال‬ ِ َ ‫ام َرأَت‬
ْ ‫يَكُونَا َر ُجلَي ِْن فَ َر ُج ٌل َو‬
‫يرا أَ ْو‬ َ ُ‫سأ َ ُموا أَ ْن تَ ْكتُبُوه‬
ً ‫ص ِغ‬ ْ َ‫ش َهدَا ُء إِذَا َما ُدعُوا ۚ َو ََل ت‬ ُّ ‫إِحْ دَاهُ َما ْاْل ُ ْخ َر ٰى ۚ َو ََل يَأ ْ َب ال‬
َ ‫ش َها َد ِة َوأَ ْدنَ ٰى أ َ ََّل تَ ْرتَابُوا ۖ إِ ََّل أَ ْن تَك‬
َّ ‫َّللا َوأَ ْق َو ُم ِلل‬ ٰ
‫ُون‬ ِ َّ ‫ط ِع ْن َد‬ُ ‫س‬َ ‫يرا إِلَ ٰى أَ َج ِل ِه ۚ ذَ ِل ُك ْم أَ ْق‬
ً ِ‫َكب‬
31

ۚ ‫ح أَ ََّل تَ ْكتُبُو َها ۗ َوأَش ِْهدُوا إِذَا تَبَايَ ْعت ُ ْم‬


ٌ ‫علَ ْي ُك ْم ُجنَا‬ َ ‫ِيرونَ َها بَ ْينَ ُك ْم فَلَي‬
َ ‫ْس‬ ُ ‫اض َرةً تُد‬
ِ ‫ارةً َح‬
َ ‫تِ َج‬
َّ ‫َّللا ۖ َويُ َع ِل ُم ُك ُم‬
ُ‫َّللا‬ َ َّ ‫ق ِب ُك ْم ۗ َواتَّقُوا‬ ُ ُ‫ب َو ََل ش َِهي ٌد ۚ َو ِإ ْن ت َ ْف َعلُوا فَ ِإنَّهُ ف‬
ٌ ‫سو‬ ٌ ‫ار كَا ِت‬ َ ُ‫َو ََل ي‬
َّ ‫ض‬
‫ع ِليم‬
َ ٍ‫َّللاُ ِبك ُِل ش َْيء‬
َّ ‫َو‬
Terjemahan:

Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai
untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah
seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah
penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka
hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan
(apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya,
dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. Jika yang
berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia
sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya mengimlakkan
dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki
(di antaramu). Jika tak ada dua orang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua
orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa
maka yang seorang mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan
(memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu
menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya.
Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan
lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu
itu), kecuali jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara
kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan
persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling
sulit menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya hal
itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah
mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu (QS. Al- Baqarah/2:
282).
Menurut Shihab (2007) dalam Tafsir Al-Mishbah volume 1, dalam al-Qur’an

Surah al-Baqarah ayat 282 dijelaskan bahwa jika melakukan utang piutang (tidak

secara tunai) dengan waktu yang ditentukan, maka waktunya harus jelas, catatlah

waktunya untuk melindungi hak masing-masing dan menghindari perselisihan.

Sehingga, jika yang satu lupa, yang lain mengingatkan. Janganlah bosan-bosan

mencatat segala persoalan dari yang kecil sampai yang besar selama dilakukan secara

tidak tunai. Sebab yang demikian itu lebih adil menurut syariat Allah, lebih kuat bukti
32

kebenaran persaksiannya dan lebih dekat kepada penghilangan keraguan di antara

kalian. Yang diminta dari kalian hanyalah persaksian atas transaksi untuk

menyelesaikan perselisihan. Takutlah kalian kepada-Nya. Dan rasakanlah keagungan-

Nya dalam setiap perintah dan larangan. Dengan begitu hati kalian dapat memandang

sesuatu secara proporsional dan selalu condong kepada keadilan. Allah menjelaskan

hak dan kewajiban kalian. Dan Dia Maha Mengetahui segala perbuatan kalian dan

yang lainnya.

Ayat ini merupakan nasihat dan bimbingan dari Allah bagi hamba-hambaNya

yang beriman jika mereka melakukan muamalah secara tidak tunai, hendaklah

mereka menulisnya supaya lebih dapat menjaga jumlah dan batas muamalah tersebut,

serta lebih menguatkan bagi saksi. Ayat di atas telah menjelaskan bahwa segala

sesuatunya dalam transaksi ekonomi harus dicatat dengan baik dan benar. Hal

tersebut untuk menghindari masalah-masalah yang bisa saja timbul dikemudian hari.

Laporan keuangan bermanfaat untuk menyajikan atau menyediakan informasi

keuangan yang relevan, andal dan yang berguna bagi seluruh pengguna laporan

keuangan. jenis-jenis laporan keuangan perusahaan yang disajikan oleh perusahaan

yaitu:

1) Laporan Laba Rugi (Income Statement), menyajikan kinerja yang berhasil

dicapai oleh perusahaan. Laporan laba rugi adalah laporan yang menyajikan

informasi mengenai pengeluaran, pendapatan, dan laba rugi yang dihasilkan

perusahaan selama periode tertentu yang disusun dengan sistematis.

Laporan laba rugi dapat dihasilkan untuk memperkirakan pendapatan untuk


33

interval waktu tertentu, misalnya bulanan atau triwulanan atau bahkan

tahunan.

2) Laporan Ekuitas Pemilik (Statement of Owner’s Equity) merupakan suatu

laporan keuangan yang menggambarkan total modal yang dimiliki

perusahaan saat ini, serta menunjukkan perubahan ekuitas dan berbagai

alasan perubahan ekuitas.

3) Neraca (Balance Sheet) merupakan suatu pernyataan tertulis yang

mencerminkan mengenai aktiva, kewajiban dan juga modal suatu

perusahaan pada suatu tanggal tertentu atau menunjukkan keselarasan pada

perusahaan pada saat tertentu.

4) Laporan Arus Kas (Statement of Cash Flows) memberikan informasi

mengenai penerimaan dan pengeluaran kas selama periode pelaporan yang

merupakan hasil dari kegiatan perusahaan yaitu operasional, investasi dan

pendanaan.

5) Catatan Atas Laporan Keuangan berisi tambahan dan rincian akun-akun

tertentu yang relevan serta berisi penjelasan-penjelasan penting mengenai

laporan keuangan yang disajikan.

Ada beberapa tujuan penyusunan laporan keuangan suatu perusahaan

yaitu sebagai berikut:

1) Menyediakan informasi yang berkaitan dengan posisi keuangan, arus kas,

2) Menyajikan informasi mengenai kinerja keuangan,

3) Menyajikan laporan arus kas suatu entitas


34

4) Mengetahui segala macam informasi keuangan perusahaan selama

kurun waktu tertentu,

5) Menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian masa lalu,

6) Sebagai pertanggungjawaban pengelola atas sumberdaya yang

diamanahkan untuk dikelola,

7) Menginformasikan kepada pemakai laporan keuangan mengenai aktivitas

keuangan perusahaan agar dapat memudahkan dalam pengambilan

keputusan.

E. Perusahaan Pengembangan Real Estat

Real estate merupakan tanah dan semua peningkatan permanen di atasnya

termasuk bangunan-bangunan, seperti gedung, pembangunan jalan, tanah terbuka,

dan segala bentuk pengembangan lainnya yang melekat secara permanen. Menurut

peraturan perundang-undangan di Indonesia, pengertian mengenai industry real estate

tercantum dalam PDMN No.5 Tahun 1974 yang mengatur tentang industry real

estate. Dalam peraturan ini pengertian industry real estate adalah perusahaan properti

yang bergerak dalam bidang penyediaan, pengadaan serta pematangan tanah bagi

keperluan usaha-usaha industri, termasuk industri pariwisata.

Dalam PSAK 44 tahun 2018 dijelaskan Pernyataan ini tidak mengatur real

estat yang dibangun sendiri oleh suatu perusahaan, untuk digunakan sendiri atau

disewakan kepada pihak lain karena, menurut definisi, real estat tersebut termasuk

aset tetap. Pernyataan ini juga tidak mengatur real estat yang merupakan investasi

perusahaan, baik sebagai investasi lancar maupun investasi jangka panjang Aktivitas
35

pengembangan real estat adalah kegiatan perolehan tanah untuk kemudian dibangun

perumahan dan/atau bangunan komersial dan/atau bangunan industry. Bangunan

tersebut dimaksudkan untuk dijual atau disewakan, sebagai satu kesatuan atau secara

retail). Perusahaan pengembang adalah perusahaan yang melakukan aktivitas

pengembangan real estat. Unit bangunan adalah unit properti perumahan dan/atau

komersial dan/atau industri beserta kaveling tanahnya.

Produk yang dihasilkan dari industri real estate sangatlah beragam. Produk

tersebut dapat berupa perumahan, apartemen, rumah toko (ruko), gedung perkantoran

(office building), pusat perbelanjaan berupa mall, plaza atau trade center. Perumahan,

apartemen, rumah toko (ruko), rumah kantor (rukan), dan gedung perkantoran (office

building) termasuk dalam landed propert. Sedangkan mall, plaza, atau trade center

termasuk dalam commercial building.

Secara umum, industri real estate dapat digolongkan sebagai berikut:

a. Sektor perkebunan, pertambangan, dan perhutanan (perkebunan karet,

perkebunan kelapa sawit, hutan, pertambangan batu bara, dan lain- lain).

b. Sektor perumahan (rumah tinggal, perumahan multifungsi, perumahan real

estate, dan ain-lain).

c. Sektor komersial (pusat perbelanjaan, pusat perkantoran, apartemen, hotel,

trade center, dan lain-lain).

d. Sektor industri (kompleks perindustrian, baik industri berat, menengah, dan

ringan, dan lain-lain).


36

F. Kerangka Pikir

Kerangka pikir merupakan sebuah pakem atau gambaran singkat yang

memberikan informasi mengenai model dan alur penelitian. Dalam kerangka pikir,

segala bentuk komponen penyusun penelitian ditampilkan secara simbolik dan

disajikan dalam bentuk bagan sistematis dan bertujuan khusus. Penelitian ini sendiri

merupakan penelitian yang dilakukan dengan referensi dari berbagai sumber

literatur (studi pustaka). Ini meneliti tanah dan bangunan sebagai persediaan dalam

perusahaan pengembang real estat dan pengaruhnya pada laporan keuangan.

PSAK

Tanah Bangunan

Pengukuran persediaan

Identifikasi Average
MPKP/FIFO MTKP/LIFO
Khusus

Laporan Keuangan

Perlakuan Akuntansi Tanah dan Bangunan sebagai


Persediaan dan Pengaruhnya terhadap Laporan
Keuangan

Gambar 2.1. Kerangka pikir


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian

ini. Data kualitatif adalah data yang tidak berbentuk angka (numerik) yang dapat

diperoleh dari rekaman, pengamatan, wawancara atau bahan tertulis (Wullur et. al.,

2016). Penelitian kualitatif dirancang untuk menghasilkan temuan yang mendalam

dan subjektif untuk membangun teori. Peneliti itu sendiri yang harus menjadi

instrumen utama dalam pengumpulan data (Atmadja, 2013).

Penelitian kualitatif berusaha mengungkapkan gejala secara menyeluruh dan

sesuai dengan konteks (holistic kontekstual) melalui pengumpulan data dari latar

alami dengan memanfaatkan diri peneliti sebagai kunci dalam penelitiannya.

Penelitian kualitatif merupakan penlitian yang digunakan untuk menyelidiki,

menemukan, menggambarkan dan menjelaskan kualitas atau keistimewaan dari

pengaruh sosial yang tidak dapat dijelaskan, diukur atau digambarkan melalui

pendekatan kuantitatif.

B. Pendekatan Penelitian

Pendekatan library reasearch (riset kepustakaan) merupakan jenis pendekatan

yang digunakan dalam penelitian ini. Pendekatan kepustakaan didalamnya mengkaji

literatur atau buku-buku mapun dokumen lainnya yang berkaitan dengan penelitian

sehingga diperoleh hasil yang sesuai dengan tujuan penelitian. Penelusuran pustaka

37
38

tidak hanya sebagai langkah awal untuk menyiapkan kerangka penelitian dan

proposal guna memperoleh informasi sejenis dan memperdalam kajian teoretis atau

mempertajam metodologi dalam riset pustaka, melainkan sekaligus memanfaatkan

sumber perpustakaan untuk memperoleh data tanpa memerlukan riset lapangan (Zed,

2008:1). Penelitian kepustakaan sebagai kegiatan yang dilakukan secara sistematis

untuk mengumpulkan, mengolah, dan menyimpulkan data dengan menggunakan

metode/teknik tertentu guna mencari jawaban atas permasalahan yang dihadapi

melalui penelitian kepustakaan (Khatibah, 2011).

C. Sumber Data

Sumber data sekunder digunakan dalam penelitian ini. Sumber data sekunder

merupakan salahsatu ciri utama dalam riset pustaka. Data sekunder adalah data yang

diperoleh peneliti dari semua sumber yang telah ada sehingga dapat dikatakan bahwa

peneliti sebagai tangan kedua. Data sekunder merupakan data yang telah

dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat

pengguna data (Kuncoro, 2013: 148).

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah tahapan yang paling strategis dalam

penelitian karena tujuan utama dari penelitian yaitu mengumpulkan data. Observasi

(pengamatan), interview (wawancara), dokumentasi dan gabungan keempatnya dapat

dilakukan sebagai teknik pengumpulan data. Analisis dan interpretasi data yang baik

akan diperoleh dari data yang detail dan sistematis supaya hasil yang diperoleh bisa
39

menggambarkan kondisi objek yang sedang diteliti. Sejumlah besar fakta dan data

tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi. Data-data terkait penelitian

yang dilakukan sangat penting karena hal tersebut data yang terkumpul akan diolah

sehingga bisa ditarik kesimpulan. Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan

data dengan studi pustaka dan internet searching.

1. Studi pustaka, langkah awal dalam metode pengumpulan data yang dapat

memberikan pengaruh terhadap kredibilitas hasil penelitian yang telah

dilakukan. Studi pustaka ini adalah teknik pengumpulan data yang

diarahkan kepada pencarian data dan informasi melalui dokumen-

dokumen, baik dokumen tertulis, foto-foto, gambar, maupun dokumen

elektronik yang dapat mendukung dalam proses penulisan.

2. Internet searching, mengumpulkan berbagai tambahan referensi yang

bersumber dari internet guna melengkapi referensi penulis serta digunakan

untuk menemukan fakta atau teori berkaitan masalah yang diteliti.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini adalah peneliti itu sendiri. Tidak ada pilihan lain

daripada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama dalam penelitian

kualitatif karena segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Keadaan

yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu

sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainyasehingga masih perlu

pengembangan selama penelitian (Nasution, 2008).


40

Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis serta laptop

sebagai perangkat telekomunikasi elektronik. Laptop digunakan untuk mengakses

data sekunder yang berasal dari internet, seperti ebook, jurnal, atau referensi lainnya

yang berkaitan dengan penelitian ini.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang diberikan oleh Miles and Huberman dan Spradley

saling melengkapi. Dalam setiap tahapan penelitian Miles and Huberman

menggunakan langkah-langkah data reduksi, data display, dan verification. Ketiga

langkah tersebut dapat dilakukan pada semua tahap dalam proses penelitian kualitatif,

yaitu tahap deskripsi, fokus, dan seleksi. Teknik analisis data dalam penelitian ini

menggunakan model Miles dan Huberman. Tiga kegiatan analisis data menurut Miles

dan Huberman yaitu:

1. Tahap Reduksi Data menunjuk kepada proses memilih, memokuskan,

menyederhanakan, memisahkan, dan mengalihkan data “mentah” yang

terlihat dalam catatan tulisan lapangan yang berlangsung selama kegiatan

penelitian dilaksanakan; Data yang relevan dianalisis secara cermat,

sedangkan yang kurang relevan disisihkan.

2. Data display atau penyajian data dilakukan dengan mengelompokkan data

sesuai dengan sub bab-nya masing-masing. Penyajian data dapat

dilakukan dengan bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori


41

dan sejenisnya, tetapi yang paling sering digunakan adalah teks yang

bersifat naratif.

3. Penarikan kesimpulan, peneliti sudah mulai mencari arti tentang segala hal

yang telah dicatat atau disusun menjadi suatu konfigurasi tertentu dari

awal pengumpulan data. Pengolahan data kualitatif tidak akan menarik

kesimpulan secara tergesa-gesa, tetapi secara bertahap dengan tetap

memperhatikan perkembangan perolehan data. Peneliti mencari makna

dari setiap gejala yang diperolehnya dalam proses penelitian. Penarikan

kesimpulan menuntut verifikasi referensi lain dalam bidang yang diteliti.

G. Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data meliputi uji kredibilitas data (validitas internal), uji

dependabilitas (reliabilitas) data, transferabilitas (validitas eksternal/generalisasi), dan

uji krebilitas data (Hardani dkk: 233). Uji keabsahan data dapat dilakukan dengan

triangulasi yang meliputi tiga hal yaitu:

1. Triangulasi metode, dilakukan dengan mengumpulkan data dengan metode

lain. Sebagaimana diketahui, dalam penelitian kualitatif peneliti

menggunakan metode wawancara, observasi, dan survei. Untuk

memperoleh kebenaran informasi yang tepat dan gambaran yang utuh

mengenai informasi tertentu, peneliti bisa menggunakan dari metode-

metode tersebut.
42

2. Triangulasi antar-peneliti, dilakukan dengan cara menggunakan lebih dari

satu orang dalam pengumpulan dan analisis data. Teknik ini diakui

memperkaya khasanah pengetahuan mengenai informasi yang digali dari

subjek penelitian. Tetapi perlu diperhatikan bahwa orang yang diajak

menggali data itu harus yang telah memiliki pengalaman penelitian

dan bebas dari konflik kepentingan agar tidak justru merugikan peneliti

dan melahirkan bias baru dari triangulasi.

3. Triangulasi sumber data, menggali kebenaran informai tertentu melalui

berbagai metode dan sumber perolehan data. Misalnya, selain melalui

wawancara dan observasi, peneliti bisa menggunakan observasi terlibat

(participant obervation), dokumen tertulis, arsif, dokumen sejarah, catatan

resmi, catatan atau tulisan pribadi dan gambar atau foto.

Penelitian ini menggunakan uji keabsahan data dengan teknik triangulasi

sumber data. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau

pembanding terhadap data itu. Menetapkan keabsahan (trustworthiness) data

diperlukan teknik pemeriksaan. Penelitian ini menggunakan triangulasi sebagai

metode pemeriksaan keabsahan data karena data penelitian didapatkan dari berbagai

sumber.
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Tanah

Nilai tanah sering mengalami perubahan seiring perkembangan yang ada

karena tanah (bumi) adalah termasuk dalam klasifikasi aset berwujud (tangible asset)

yang sangat sensitif dengan situasi yang ada dalam kehidupan masyarakat (Hudja dan

Fadhlia, 2019). Kepadatan penduduk, jarak, ukuran dan situasi jalan, fasilitas-fasilitas

untuk masyarakat yang tersedia serta lingkungan yang aman dari banjir merupakan

aspek-aspek yang memiliki pengaruh terhadap nilai tanah (Bintang et al., 2017).

Persepsi atau pandangan serta perilaku yang khas manusia biasanya timbul dari

pengaruh tanah sebagai salah satu sumber daya dalam setiap sisi kehidupan (Fahirah

et. al., 2010).

Prastowo, (2009: 242) menyatakan bahwa bumi merupakan permukaan bumi

(tanah dan perairan) dan tubuh bumi yang ada dibawahnya, contoh: sawah, ladang,

kebun, tanah pekarangan, tambang, dan lain-lain. Keunikan tanah sebagai sumber

daya menimbulkan berbagai macam value dalam penyebaran-penyebaran spasial

berdasar pada karakteristik, sifat, dan kemampuannya (Fahirah et. al., 2010).

Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam mengklasifikasikan tanah berdasar

pada nilai jualnya yaitu:

1) lokasi,

43
44

2) tujuan peruntukan dibeli,

3) luas lahan / bumi,

4) manfaat,

5) irigasi,

6) kesuburan atau hasil tanah, dsb.

Tanah pada dasarnya tergolong sebagai aktiva tetap. Kepemilikan tanah

yang dimanfaatkan sebagai tempat berdirinya perusahaan, dicatat dalam rekening

tanah. Jika kepemilikan tanah oleh perusahaan pengembang yang dimanfaatkan

untuk tujuan komersil perusahaan, maka akan diasumsikan sebagai persediaan.

Apabila tanah tersebut tidak dimanfaatkan dalam usaha perusahaan dan dimiliki

untuk tujuan spekulasi maka akan dicatat dalam rekening investasi jangka panjang.

B. Bangunan

Prastowo, (2009:242) mengemukakan jika bangunan merupakan konstruksi

teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan/atau perairan, yang

digunakan menjadi tempat tinggal atau tempat berusaha atau tempat yang dapat

diusahakan, contoh: rumah tempat tinggal, bangunan tempat usaha, gedung

bertingkat, pusat perbelanjaan, jalan tol, kolam renang, anjungan minyak lepas pantai,

dan lain-lain. Dalam menentukan klasifikasi bangunan diperhatikan faktor-faktor

sebagai berikut :

1) Bahan yang digunakan,

2) Rekayasa,
45

3) Tahun pembuatan,

4) Fasilitas bangunan.

Sedangkan bangunan dapat dikategorikan dalam :

1) Bangunan baja

2) Bangunan beton, bangunan bertingkat / susun

3) Bangunan terbuat dari batu

4) Bangunan terbuat dari kayu

5) Bangunan semi permanen, dan sebagainya.

C. Perlakuan Akuntansi Tanah dan Bangunan sebagai Persediaan

Persediaan setiap perusahaan menyesuaikan dengan jenis perusahaannya.

Persediaan dalam perusahaan yang aktivitasnya pengembangan real estate tentu

berbeda dengan perusahaan dagang ataupun industri lainnya. Perusahaan

pengembang memiliki persediaan berupa tanah dan atau bangunan. Unit properti real

estate mencakup unit properti perumahan dan/atau komersial dan/atau industri beserta

kavling tanahnya, dan kavling tanah tanpa bangunan (Astriani, 2020).

Persediaan adalah barang serta bahan dan peralatan yang dibutuhkan untuk

membuatnya.yang memiliki wujud, diadakan guna dijual kembali seperti barang

dagangan/bahan jadi, bahan yang masih dalam proses produksi untuk diselesaikan

kemudian dijual, dan bahan baku dan bahan pembantu untuk memproduksi barang

yang akan dijual kembali dalam operasional perusahaan (Suwarjuwono dan Ritango,

2017). Hal ini senada dengan pendapat Windasari dan Linawati (2020) yang
46

mengatakan bahwa persediaan merupakan aset lancar berupa barang yang dimiliki

oleh perusahaan dengan tujuan untuk dijual kembali atau dikonsumsi dalam operasi

normal perusahaan. Masalah persediaan umumnya terjadi karena kurangnya

manajemen persediaan seperti dokumentasi manual dan catatan jurnal dan ada

kemungkinan besar untuk salah menempatkan angka yang hal tersebut akan

menghambat kelancaran operasional perusahaan khususnya bagian pembelian dan

penjualan (Kadim et. al., 2019).

Manfaat persediaan (Smith dan Skousen, 2013) yaitu:

1. Menyediakan stock dalam rangka pemenuhan dan antisipasi atas demand

yang ada atas pembeli atau konsumen.

2. Mendapatkan laba dari potongan jumlah pembelian.

3. Menghindari stock yang berkurang

4. Melakukan hedging atas inflasi dalam fluktuasi harga.

5. Menyandingkan produksi dengan distribusi seperti ketika demand

mengalami peningkatan hanya pada suatu musim, maka biaya yang timbul

karena stock yang kurang atau habis dapat terhindari. Hal tersebut juga

berlaku ketika pasokan mengalami fluktuasi, bahan baku ekstra yang

tersedia kemingkinan besar penting sebagai persiapan pada proses produksi.

Aktivitas Pengembangan Real Estat yang dijelaskan dalam PSAK 44 adalah

kegiatan perolehan tanah untuk kemudian dibangun perumahan dan/atau bangunan

komersial dan/atau bangunan industry. Bangunan tersebut dimaksudkan untuk dijual

atau disewakan, sebagai satu kesatuan atau secara eceran (retail). Aktivitas
47

pengembangan real estat juga mencakup perolehan tanah kaveling, kemudian tanah

tersebut di jual tanpa bangunan.

Tanah dan bangunan pada suatu perusahaan biasanya tergolong dalam aset

tetap. Tanah merupakan harta yang digunakan untuk tujuan usaha dan tidak dikenai

penyusutan, maka biaya yang dikenakan pada tanah merupakan biaya yang secara

langsung berhubungan dengan masa manfaat yang tidak terbatas. Tanah dan

bangunan dalam perusahaan pengembangan real estate tidak hanya tergolong dalam

aset tetap, melainkan sebagai persediaan yang tergolong dalam aset lancar perusahaan

karena aktivitas utama perusahaan yang bergerak di bidang pengembangan real estate

adalah jual beli tanah dan bangunan atau hanya kaveling tanah.

Sebagai salah satu aktiva lancar, masalah yang umumnya timbul ialah

bagaimana melaporkan value persediaan akhir pada laporan posisi keuangan (neraca)

serta laporan laba rugi. Perubahan nilai tanah dan bangunan pada suatu properti

dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya yaitu ekonomi, lokasi, kondisi alam,

kebijakan/regulasi, topografi, demografi, fasilitas, aksesibilitas, lingkungan sosial dan

real properti (Putra, 2011). Overstated atau understated atas laba yang dihasilkan oleh

perusahaan bisa saja hadir karena kesalahan pengakuan persediaan (Kadim et. al.,

2019). Laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan harus dapat mengungkapkan

kondisi perusahaan yang sebenarnya (Naimah, 2014).

Penggunaan metode akuntansi yang berbeda akan menghasilkan dampak yang

berbeda. Metode akuntansi yang digunakan juga bisa memiliki pengaruh atas laba

yang nantinya dilaporkan, jumlah pajak yang akan dibayar, dan nilai rasio yang
48

dihasilkan dari neraca sehingga dalam pemilihan akuntansi persediaan memerlukan

banyak pertimbangan (Kadim et. al., 2019).

D. Biaya Persediaan Tanah dan Bangunan

Keberadaan persediaan dalam sebuah perusahaan memiliki dampak yang

berbeda-beda. Ketika persediaan perusahaan juga cukup besar maka perusahaan tidak

dapat terhindar dari biaya yang harus dikeluarkan untuk menjaga persediaan tetap ada

serta operasional perusahaan akan terhambat ketika persediaan juga tidak tercukupi

atau tidak ada (Sari, 2018). Keberadaan persediaan tentu akan mempengaruhi neraca

dan laporan laba rugi karena persediaan menjadi penopang lancarnya operasional

perusahaan.

PSAK 14 Persediaan menyatakan bahwa biaya persediaan terdiri dari seluruh

biaya pembelian, biaya konversi, dan biaya lain yang timbul sampai persediaan

berada dalam kondisi dan lokasi saat ini. Biaya-biaya yang harus diperhatikan

sebelum menentukan nilai persediaan harus dipertimbangkan dan dicatat dengan baik.

Biaya-biaya yang dicatat menyesuaikan kondisi dalam aktivitas perusahaan. Untuk

memperoleh keuntungan yang besar, perusahaan-perusahaan akan berusaha menekan

biaya atau beban. Tanah dan bangunan adalah bentuk persediaan dari aktivitas

pengembangan real estat sehingga biaya-biaya yang diakui atau terkait dengan

aktivitas tersebut harus dicatat sesuai peraturan akuntansi yang berlaku.

PSAK 44 Akuntansi Aktivitas Pengembangan Real Estat Paragraf 37-44

menjelaskan tentang Unsur-unsur Biaya Pengembangan Proyek Real Estat, biaya


49

yang berhubungan langsung dengan aktivitas pengembangan real estate dan biaya

proyek tidak langsung yang berhubungan dengan beberapa proyek real estate

dialokasi dan dikapitalisasi ke proyek pengembangan real estate. Biaya yang tidak

jelas hubungannya dengan suatu proyek real estate, seperti biaya umum dan

administrasi, diakui sebagai beban pada saat terjadinya. biaya aktivitas

pengembangan real estate yang dikapitalisasi ke proyek pengembangan real estate

adalah sebagai berikut:

1. Biaya Praperolehan Tanah

Biaya praperolehan tanah dikapitalisasi ke proyek pengembangan real estate

apabila kriteria berikut ini terpenuhi:

a. Biaya tersebut teridentifikasi secara langsung dengan proyek

tertentu.

b. Biaya tersebut akan dikapitalisasi ke proyek pengembangan real

estate apabila tanah telah diperoleh.

c. Perusahaan pengembang harus secara aktif mengusahakan perolehan

tanah dan mampu membiayai atau memperoleh pendanaan yang

memadai.

Biaya perolehan tanah mencakup biaya sebelum perolehan tanah atau sampai

perusahaan memperoleh izin perolehan tanah dari pemerintah. Biaya perolehan tanah

yang dapat dikapitalisasi adalah biaya yang berhubungan dengan aktivitas perolehan

tanah. Biaya perolehan tanah mencakup, tetapi tidak terbatas pada komponen biaya

sebagai berikut :
50

a. Biaya pengurusan izin pemerintah.

b. Biaya konsultasi hukum.

c. Biaya studi kelayakan.

d. Gaji karyawan

e. Biaya analisis mengenaidampak lingkungan

f. Imbalan untuk ahli pertanahan

2. Biaya Perolehan Tanah

Biaya perolehan tanah mencakup biaya pembelian area tanah, termasuk semua

biaya yang secara langsung mengakibatkan tanah tersebut siap digunakan sesuai

dengan tujuan yang telah ditetapkan. Biaya perolehan tanah mencakup, tetapi tidak

terbataspada komponen biaya sebagai berikut :

a. Biaya perolehan tanah, termasuk biaya perolehan bangunan ( yang

tidak akan digunakan sebagai bangunan ), tanaman dan lain-lain

yang berada diatas tanah tersebut.

b. Biaya gambar topografi

c. Biaya pembuatan cetak biru (master plan)

d. Biaya pengurusan dokumen hokum

e. Bea balik nama

f. Komisi untuk perantara

g. Imbalan jasa professional seperti ahli lingkungan hidup, ahli

pertanahan, ahli hukum, ahli konstruksi

h. Biaya pematangan tanah, termasuk biaya peruntuhan bangunan.


51

3. Biaya yang Secara Langsung Berhubungan dengan Proyek

Biaya yang secara langsung berhubungan dengan proyek mencakup, tetapi

tidak terbatas pada komponen biaya sebagai berikut :

a. Gaji pekerja lapangan, termasuk gaji supervisor

b. Biaya bahan yang digunakan dalam proyek

c. Penyusutan sarana dan peralatan yang digunakan dalam proyek

d. Biaya pemindahan sarana, peralatan dan bahan dari dan ke lokasi

pelaksanaan proyek

e. Biaya penyewaan sarana dan peralatan

f. Biaya perancangan dan bantuan teknis (technical assistance) yang

secara langsung berhubungan dengan proyek.

g. Imbalan jasa professional, seperti ahli pertamanan, ahli lingkungan

hidup, arsitek, ahli kontruksi

h. Biaya pengurusan pengikatan jual beli

i. Biaya pengurusan perjanjian jual beli.

4. Biaya yang dapat diatribusikan pada aktivitas pengembangan real estat.

Biaya yang dapat diatribusikan pada aktivitas pengembangan real estate

mencakup, tetapi tidak terbatas pada komponen berikut ini:

a. Asuransi

b. Biaya perancangan dan bantuan teknis (technical assistance) yang

tidak secara langsung berhubungan dengan proyek tertentu

c. Biaya overhead konstruksi


52

d. Biaya pembangunan infrastruktur umum, seperti tempat ibadah

umum, taman umum, jalan umum, pasar, sekolah, kantor polisi,

rumah sakit atau poliklinik, tempat pemakaman, dan lain-lain

e. Imbalan jasa professional dan perencanaan seluruh proyek.

5. Biaya pinjaman

Biaya pinjaman yang secara langsung dapat diatribusikan dengan aktivitas

pengembangan real estate harus dikapitalisasi ke proyek pengembangan real estate

sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan.

Tabel 4.1.

Contoh biaya-biaya yang dikapitalisasi dalam persediaan dalam perusahaan

pengembang real estat

Proyek dalam proses 330.000.000


Biaya Langsung
Pembersihan Lokasi 13.322.000
Pembuatan Gudang 8.150.000
Pemakaian Material 850.000.000
Pemasangan Bowplank 15.000.000
Upah tukang bangunan 630.000.000
Biaya Langsung Lainnya 14.175.000
Jumlah Biaya Langsung 1.530.647.000

Biaya Tidak Langsung


Gaji Karyawan Proyek 150.000.000
Biaya Perencanaan 38.650.000
Biaya Pembebasan Tanah 84.649.050
53

Biaya Pematangan Tanah 25.645.000


Biaya Prasarana Lingkungan 56.967.000
Biaya Overhead Proyek Lainnya 13.160.000
Biaya lain-lain 11.275.000
Jumlah Biaya Tidak Langsung 380.346.050
Total Biaya Produksi 2.240.993.050
Proyek dalam proses akhir 220.000.000
Produksi tahun berjalan 2.020.993.050
Persediaan awal rumah 880.000.000
Rumah siap dijual 2.900.993.050
Persediaan akhir rumah 770.000.000
Harga Pokok Proyek 2.130.993.050

E. Penilaian Tanah dan Bangunan Sebagai Persediaan

Perubahan perekonomian dari tahun ke tahun tentu akan mempengaruhi

seluruh bidang, termasuk tanah dan bangunan. Tanah dikatakan tidak mengalami

penyusutan seperti aset tetap lainnya. Nilai tanah dan bangunan beberapa tahun

sebelumnya akan jauh berbeda dengan nilai tanah dan bangunan beberapa tahun

kedepan karena nilai uang atau perekonomian juga meningkat. Lokasi, aksesbilitas,

dan lingkungan sosial turut mempengaruhi nilai tanah dan bangunan. Tanah yang

memiliki lokasi strategis atau memiliki akses yang mudah dengan pusat aktivitas

masyarakat tentu akan memiliki nilai yang tinggi.

Tanah sebenarnya juga dapat mengalami penyusutan nilai ketika kondisinya

sudah tidak layak atau nilai manfaatnya berkurang. Ketika terjadi bencana dalam

suatu pusat kota dan sulit untuk dipulihkan aktivitas sekitarnya, maka nilai tanah di
54

pusat kota tersebut bisa saja menyusut karena sudah tidak andal digunakan untuk

operasional perusahaan. Tanah dan bangunan yang kondisi alamnya rawan bencana

tentu akan memiliki nilai yang rendah.

Tanah dan bangunan yang menjadi persediaan pada perusahaan pengembang

real eastat harus dinilai dengan bijak. Kesalahan dalam penilaian persediaan akan

mempengaruhi laporan keuangan dan kelangsungan perusahaan. Perhitungan nilai

persediaan perusahaan dapat dipilih berdasarkan kebijakan manajemen karena setiap

perusahaan memiliki persediaan yang berbeda tergantung pada operasional utama

perusahaan (Windasari dan Linawati, 2020). Standar akuntansi merupakan aturan

minimum sebagai sebuah persyaratan minimal bagaimana suatu informasi akuntansi

diungkapkan (Kuswanto, 2020).

Berdasarkan PSAK 44 Akuntansi Aktivitas Pengembangan Real Estat

Paragraf 37-44 diatas, maka dapat disimpulkan bahwa harga perolehan tanah terdiri

atas pengeluaran-pengeluaran atau biaya-biaya yang terjadi untuk memiliki tanah

yang meliputi, antara lain harga beli, komisi pembelian, bea balik nama atau

administrasi berkaitan, pajak-pajak yang dibebankan, biaya perataan dan pembersihan

tanah, biaya pembongkaran bangunan, dan seluruh biaya yang dikeluarkan hingga

tanah tersebut siap untuk digunakan atau dijual kembali. Sedangkan harga perolehan

bangunan meliputi harga beli, biaya perencanaan gambar, biaya pembuatan

bangunan, biaya perbaikan sebelum bangunan digunakan, komisi pembelian, bea

balik nama atau administraasi lainnya dan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk

membuat bangunan siap digunakan atau dijual.


55

Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh tanah dan bangunan tidak

selalu sama karena itu, perusahan harus menyesuaikan dengan kondisi dan bijak

dalam menentukan dan mengeluarkan biaya yang berkaitan dengan perolehan tanah

dan bangunan. Hal tersebut agar tidak terjadi kekeliruan atau kesalahan dalam

menentukan harga perolehan atau nilai persediaan tanah dan bangunan, maupun

kerugian dalam perusahaan.

Perhitungan persediaan dapat menggunakan beberapa metode yaitu, metode

FIFO (First in First Out), LIFO (Last In First Out), dan Average (Windasari dan

Linawati, 2020). Sedangkan menurut Lubis dan Dewi (2017:33) ada beberapa

metode penilaian persediaan dalam akuntansi antara lain metode identifikasi khusus,

Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP/FIFO), Metode Rata-Rata (Average), dan

Metode Lower of Cost or Market.

1. Metode Identifikasi Khusus

Metode ini biasanya digunakan untuk menilai persediaan yang dapat dengan

mudah dibedakan secara fisik. Setiap persediaan dapat diidentifikasi asalnya sehingga

dapat dengan mudah menentukan harga perolehannya. PSAK 14 Persediaan Paragraf

22 menjelaskan bahwa biaya persediaan yang secara umum tidak dapat ditukar

dengan persediaan lain (not ordinary interchangeable) dan barang atau jasa yang

dihasilkan dan dipisahkan untuk proyek tertentu diperhitungkan berdasarkan

identifikasi khusus terhadap biaya masing-masing. Identifikasi khusus biaya menurut

PSAK 14 Persediaan Paragraf 23 adalah biaya-biaya tertentu diatribusikan ke unit

persediaan tertentu yang telah diidentifikasi.


56

Metode identifikasi khusus mengharuskan suatu entitas mengidentifikasi

barang yang dijual dengan tiap jenis dalam persediaan secara spesifik. Perusahaan

real estate yang memiliki persediaan tanah dan bangunan di beberapa lokasi yang

berbeda, maka nilai persediaan disetiap lokasi tersebut akan berbeda karena

tergantung dengan kondisi sekitarnya. Nilai persediaan tanah saat ini harus dinilai

kembali sesuai dengan kondisi disekelling lokasi persediaan tanah.

Jika metode identifikasi khusus diterapkan dalam penilaian persediaan tanah

dan bangunan, maka jika persediaan tanah yang diperoleh beberapa tahun

sebelumnya hanya bernilai Rp 5.000.000/𝑚2 , sedangkan saat ini nilai tanah

disekeliling lokasi persediaan tanah mengalami peningkatan hingga menjadi sebesar

Rp 9.000.000//𝑚2 , maka nilai persediaan saat ini mengikut dengan nilai tanah saat ini

di sekitar lokasi persediaan tanah perusahaan.

Jika perusahaan pengembang real estat memiliki persediaan berupa tanah dan

bangunan, maka nilai persediaan harus dikapitalisasi sesuai dengan kondisi tanah dan

bangunannya juga. Nilai persediaan tanah saat diperoleh harus diperbaharui dengan

nilai tanah yang terbaru.kemudian, harga perolehan bangunan, mulai dari proses

pembangunan atau peruntuhan hingga bangunan tersebut siap dijual juga harus di

kapitalisasi kedalam nilai persediaan. Jadi jika nilai tanah saat ini Rp 450.000.000

dan nilai bangunan saat ini Rp 900.000.000, maka nilai persediaan perusahaan adalah

1.350.000.000.
57

Nilai tanah yang diperoleh perusahaan pada awal pembelian harus dinilai

kembali agar perusahaan tidak mengalami kerugian dan kualitas informasi laporan

keuangan dapat terjaga. Stakeholders harus jeli atau teliti dalam menilai persediaan

berupa tanah dan bangunan dalam perusahaan real estat. Kerugian dan kekeliruan

dapat mengancam ketika penilaian persediaan terdapat salahsaji nilai persediaan

tanah yang cukup material atau bahkan bisa dijadikan lahan kecurangan oleh

beberapa pihak.

Penetapan harga pokok persediaan akan sulit ketika dalam suatu periode,

persediaan-persediaan yang ada didapatkan dengan harga yang tidak sama. Jika hal

tersebut terjadi, kebijakan menentukan harga perolehan atau harga beli harus

ditentukan agar didapatkan harga pokok persediaan. Seluruh biaya yang dikeluarkan

perusahaan yang bergerak dalam pengembangan dan real estate memperoleh tanah

atau bangunan akan dikapitalisasi dalam akun persediaan (Astriani, 2020).

Metode identifikasi khusus ini sangat sesuai untuk digunakan dalam menilai

persediaan berupa tanah dan bangunan karena nilai tanah dan bangunan yang tidak

mengalami penyusutan dan biasanya bertambah setiap tahun sehingga metode

identifikasi khusus sangat diperlukan. Metode ini biasanya hanya diterapkan pada

suatu entitas yang memiliki persediaan yang tidak terlalu banyak, bernilai tinggi, dan

dapat dibedakan yang satu dengan lainnya sehingga dibutuhkan identifikasi

persediaan satu per satu (Wawo, 2015).


58

2. FIFO

PSAK 14 Persediaan Paragraf 25 menyatakan bahwa biaya persediaan selain

yang dimaksud dalam metode identifikasi khusus, dihitung berdasarkan rumus biaya

masuk pertama keluar pertama (MPKP) atau rata-rata tertimbang. Persediaan harus

dihitung menggunakan rumus biaya yang sama pada seluruh persediaan yang

memiliki sifat dan kegunaan yang sama. Metode ini memberikan asumsi bahwa

persediaan digunakan atau dijual berdasarkan urutan pembeliannya. Persediaan yang

paling awal atau pertama dibeli akan dijual atau diproduksi terlebih dahulu dan

persediaan yang tersisa dalam persediaan akhir akan dijual atau digunakan kemudian.

Penilaian persediaan menggunakan metode MPKP atau FIFO (First In First

Out) pada perusahaan pengembang real estat akan sulit mencapai nilai keakuratannya.

Metode ini mengasumsikan nilai persediaan yang terakhir dibeli sebagai nilai

persediaan saat ini. Ketika tanah yang dibeli empat tahun lalu bernilai Rp

500.000.000, dan tanah yang dibeli dua tahun kemudian bernilai Rp 600.000.000,

maka saat ini persediaan tanah yang empat tahun lalu dijual dengan harga Rp

600.000.000, padahal seharusnya persediaan tanah tersebut harusnya dinilai lebih dari

itu karena persediaan tanah telah disimpan selama bertahun-tahun dan mengalami

peningkatan nilai.

Berdasarkan gambaran diatas, penggunaan metode MPKP atau FIFO dapat

dikatakan tidak sesuai untuk diterapkan dalam penilaian persediaan tanah dan

bangunan. Asumsi dalam metode FIFO belum cukup akurat untuk membantu dalam

menilai persediaan tanah dan bangunan. Tanah dan bangunan yang lebih dahulu
59

diperoleh, tidak bisa dinilai dengan persediaan tanah dan bangunan yang diperoleh

terakhir. Jika hal tersebut terjadi, informasi dalam laporan keuangan akan

berpengaruh dan membuat stakeholders tidak memperoleh informasi keuangan yang

berkualitas.

Biaya unit yang lebih dahulu akan lebih rendah jika di bandingkan dengan

biaya unit paling akhir ketika metode First In First Out di gunakan selama masa

inflasi. Laba kotor lebih tinggi akan dihasilkan dari implementasi perhitungan dan

penilaian persediaan ini. Namun, persediaan harus digantikan dengan harga yang

lebih tinggi dari yang ditunjukan oleh harga pokok penjualan (Wullur et. al., 2016).

3. Metode Rata-rata

Harga yang sama (harga rata-rata) digunakan dalam metode rata-rata sebagai

dasar untuk menilai seluruh persediaan untuk dijual yang sejenis dalam suatu periode

(Monica, 2020). First In First Out, Last In First Out, dan metode rata-rata ialah

metode yang paling netral untuk digunakan ketika metode identifikasi khusus rumit

atau kemungkinan tidak dapat dipakai terlebih lagi ketika harga barang mengalami

fluktuasi (Wibowo, et. al., 2020).

Metode ini tidak memperhatikan waktu barang masuk dan keluar. Penentuan

harga diperoleh didasarkan pada rata-rata harga perolehan semua barang. Nilai

persediaan akhir akan menghasilkan nilai antara nilai persediaan metode FIFO dan

nilai persediaan LIFO ketika menggunakan metode persediaan ini (Sari, 2018).
60

4. Lower of Cost or Market

Metode Lower of Cost or Market atau metode lebih rendah biaya atau pasar

merupakan metode penilaian persediaan dengan membandingkan harga pokok dan

harga pasar. Metode mana yang lebih rendah antara harga pokok dan harga pasar

digunakan apabila terjadi perubahan nilai persediaan yang lebih rendah daripada

biaya pembelian awal (Sari, 2018).

Persediaan dapat terdepresiasi atau dihargai. Untuk meningkatkan keandalan

laporan keuangan, perubahan nilai persediaan sampai batas tertentu, harus

dipertanggungjawabkan.

Langkah-langkah untuk menilai persediaan dengan lower of cost or

market:

a) Pertama, tentukan biaya pembelian historis persediaan.

b) Kedua, tentukan biaya penggantian persediaan. Ini sama dengan nilai

pasar persediaan.

c) Bandingkan biaya penggantian dengan nilai realisasi bersih dan nilai

realisasi bersih dikurangi margin keuntungan normal. Jika:

1) Biaya penggantian > nilai realisasi bersih, gunakan nilai realisasi

bersih untuk biaya penggantian.

2) Biaya penggantian < nilai realisasi bersih dikurangi margin

keuntungan normal, gunakan nilai realisasi bersih dikurangi

margin keuntungan untuk biaya penggantian.


61

3) Nilai realisasi bersih dikurangi margin keuntungan normal <

biaya penggantian < nilai realisasi bersih, gunakan biaya

penggantian.

d) Bandingkan biaya persediaan dengan biaya penggantian. Terakhir, jika:

1) Biaya historis persediaan < biaya penggantian, write-down tidak

diperlukan.

2) Biaya persediaan > biaya penggantian, persediaan write-down

hingga biaya penggantian.

Tabel 4.2.

Persediaan menggunakan Metode LCM

Persediaan Tanah Luas Harga Harga Valuasi LCM


area perolehan pasar
(m2)
Tanah di Bandung 2000 2.000.000 4.000.000,- Harga 4.000.000.000
perolehan
Tanah di Makassar 1500 1.500.000 1.000.000,- Harga 2.250.000.000
perolehan
Tanah di Surabaya 1000 1.000.000 2.000.000,- Harga 1.000.000.000
perolehan
Total persediaan tanah 7.250.000.000

Jika memperhatikan keempat metode penilaian persediaan tanah dan

bangunan sebagai persediaan, dapat disimpulkan bahwa metode penilaian persediaan

yang sesuai untuk diimplementasikan dalam perusahaan pengembangan real estat


62

adalah metode identifikasi khusus. Metode ini dapat memberikan nilai yang cukup

wajar, terlebih lagi jika identifikasi dilakukan dengan menilai kembali persediaan

tanah dan bangunan sesuai dengan kondisi awal perolehannya dan kondisi terkini.

Persediaan tanah dan bangunan memiliki nilai manfaat yang tinggi sehingga

dibutuhkan identifikasi dan penilaian kembali secara konsisten setiap periode

pelaporannya agar informasi keuangan pada suatu perusahaan dapat diandalkan.

Penilaian tanah dapat dilakukan berdasarkan nilai wajar atau nilai pasar yang akan

disajikan pada laporan keuangan di akhir periode. Persediaan bangunan perlu

identifikasi khusus untuk menilai kembali nilai bangunan, jika terjadi penyusutan,

dapat dinilai sesuai dengan metode penyusutan yang dipilih perusahaan. Jika metode

identifikasi khusus diterapkan dalam menilai kembali persediaan tanah dan bangunan,

kemungkinan akan berdampak pada penilaian persediaan tanah dan bangunan

menjadi naik atau dapat pula berdampak pada penurunan nilai persediaan tanah dan

bangunan.

PSAK 16 menyebutkan, frekuensi revaluasi tergantung kepada perubahan

nilai wajar dari suatu aset tetap yang direvaluasi. Beberapa aset tetap yang mengalami

perubahan nilai wajar signifikan dan fluktuatif perlu dilakukan revaluasi setiap tahun.

Sedangkan untuk perubahan nilai wajar yang tidak signifikan tidak perlu dilakukan

revaluasi setiap tahun. Namun demikian, asset tersebut mungkin perlu direvaluasi

setiap tiga atau lima tahun sekali.


63

F. Pencatatan Persediaan Tanah dan Bangunan dalam laporan keuangan

Persediaan penting dikelola dengan baik, khususnya dalam mencatat nilai

persediaan tersebut. Penggunaan metode pengakuan dan pencatatan persediaan yang

keliru bisa berdampak pada kualitas laporan keuangan yang tidak bisa dimanfaatkan

untuk menjadi acuan atau patokan bagi user. Pemilihan metode penilaian persediaan

yang akan digunakan merupakan hak bagi setiap perusahaan dan penggunaan metode

tersebut harus dilakukan secara konsisten agar informasi laporan keuangan yang

dihasilkan dapat diandalkan (Windasari dan Linawati, 2020).

Setiap perusahaan menggunakan metode pencatatan persediaan disesuaikan

dengan jenis usahanya (Sari, 2018). Pencatatan persediaan pada perusahaan

pengembang real estat biasanya digolongkan dalam lima macam unsur, yaitu: tanah,

sarana dan prasarana, bangunan dalam kontruksi, bangunan siap dijual, tanah siap

dijual dan persediaan lainnya.

Pencatatan saat melakukan pembelian persediaan dengan menggunakan

pinjaman dari bank:

Persediaan Rp xxx

Utang Bank Rp xxx

Nilai persediaan akan berkurang ketika terjadi penjualan. Ketika terjadi

penjualan, pencatatan akan dilakukan dengan mencatat:

Beban Pokok Penjualan Rp xxx

Persediaan Rp xxx
64

Pengungkapan pada perusahaan pengembang real estat menggunakan

metode pencatatan perpetual yang dimana perusahaan melakukan pencatatan setiap

kali adanya pembelian dan penjualan persediaan yang bisa diketahui secara up to

date. Total jumlah yang tercatat persediaan dicatat sesuai dengan jenis klasifikasi

persediaan dan dinyatakan sebesar nilai realisasi neto. Hal tersebut telah sesuai

dengan peraturan yang berlaku yaitu PSAK 14 tentang akuntansi persediaan.

Tanah dan bangunan yang secara fisik merupakan aset tetap berwujud, maka

tanah dan bangunan harus dinilai dengan penilaian wajar meskipun sebagai

persediaan. Penilaian dan pencatatan persediaan tanah dan bangunan dicatat sesuai

harga dan biaya perolehan. Setelah periode perolehan, tanah dan bangunan harus

direvaluasi setelah periode pelaporan.

G. Perlakuan Akuntansi Tanah dan Bangunan Sebagai Persediaan Terhadap

Laporan Keuangan

Beberapa metode penilaian persediaan yang ada tentu berbeda-beda

pengaruhnya dalam laporan keuangan, terlebih lagi berkaitan dengan persediaan

tanah dan/atau bangunan. Tanah dan bangunan sebagai persediaan harus rutin dinilai

kembali karena mengalami perubahan harga yang cukup signifikan.

Persediaan dinyatakan sebesar nilai yang lebih rendah antara biaya

perolehan dan nilai realisasi neto (the lower of cost or net realizable value). Biaya

perolehan ditentukan dengan menggunakan metode rata-rata tertimbang. Persediaan

yang dimaksud dalam hal ini adalah tanah dan bangunan yang diperoleh atau yang
65

sedang dalam penyelesaian untuk dijual dalam kegiatan usaha normal. Nilai realisasi

neto adalah taksiran harga penjualan dalam kegiatan usaha normal yang didasarkan

pada harga pasar pada tanggal pelaporan dan didiskontokan untuk nilai waktu uang,

jika material, dikurangi taksiran biaya penyelesaian dan taksiran biaya untuk

melaksanakan penjualan. Penurunan nilai persediaan ditetapkan untuk mengurangi

nilai tercatat persediaan ke nilai realisasi neto dan penurunannya diakui sebagai rugi

pada laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain konsolidasian tahun yang

bersangkutan.

Biaya perolehan tanah sedang dikembangkan meliputi biaya perolehan tanah

yang belum dikembangkan, biaya pengembangan langsung dan tidak langsung yang

dapat diatribusikan pada kegiatan pengembangan real estat serta biaya-biaya

pinjaman. Dalam pelaporan keuangan, akun tanah yang sedang dikembangkan akan

dipindahkan ke tanah yang tersedia untuk dijual (persediaan tanah atpada saat

pengembangan tanah dan bangunan telah selesai. Semua biaya proyek dialokasikan

secara proporsional ke tanah yang dapat dijual berdasarkan luas area masing-masing.

Biaya perolehan bangunan yang sudah dikontruksi meliputi biaya perolehan

tanah yang telah selesai dikembangkan ditambah dengan biaya konstruksi, biaya

pinjaman dan biaya lainnya yang dapat diatribusikan pada aktifitas pengembang

bangunan. Biaya yang dikapitalisasi pada bangunan dalam konstruksi dialokasikan

untuk setiap unit bangunan menggunakan metode area yang dapat dijual. Biaya

pengembangan tanah, termasuk tanah yang digunakan sebagai jalan dan prasarana

atau area yang tidak dapat dijual lainnya, dialokasikan kedalamnya. Setelah
66

pengembangan bangunan selesai maka akan dipindahkan ke akun persediaan

bangunan.

Tabel 4.4

Perubahan Nilai Persediaan Tanah PT ABC

Persediaan tanah 31 Desember 2020 31 Desember 2019

Tanah di Bandung 600.000.000,- 450.000.000

Tanah di Makassar 500.000.000,- 300.000.000

Tanah di Surabaya 650.000.000,- 500.000.000

Total persediaan tanah 1.750.000.000 1.250.000.000

Pengkajian atas estimasi biaya dilakukan pada setiap akhir periode

pelaporan sampai proyek selesai secara substansial, jika terjadi perubahan dasar,

Perusahaan akan melakukan revisi biaya.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa:

1. Tanah dan bangunan dalam perusahaan pengembangan real estate tidak hanya

tergolong dalam aset tetap, melainkan diperlakukan sebagai persediaan yang

tergolong dalam aset lancar. Persediaan tanah dan bangunan memiliki nilai

manfaat yang tinggi sehingga dibutuhkan penilaian kembali dan identifikasi

khusus secara konsisten setiap periode pelaporannya agar informasi keuangan

pada suatu perusahaan dapat diandalkan.

2. Tanah dan bangunan yang secara fisik merupakan aset tetap berwujud, maka

tanah dan bangunan harus dinilai dengan penilaian wajar meskipun sebagai

persediaan. Penilaian dan pencatatan persediaan tanah dan bangunan dicatat

sesuai harga dan biaya perolehan. Setelah periode perolehan, tanah dan bangunan

harus direvaluasi setelah periode pelaporan. Penilaian dan pencatatan persediaan

akan mempengaruhi laba atau rugi dalam laporan keuangan.

B. Implikasi

Berdasarkan hasil analisis, pembahasan, dan kesimpulan. Adapun implikasi

dari penelitian ini yaitu agar perusahaan pengembangan real estat yang menjadikan

tanah dan bangunan sebagai persediaan harus mengimplementasikan perlakuan

akuntansi yang sesuai dengan bijak agar laporan keuangan yang dihasilkan dapat

memberikan informasi keuangan yang andal.

67
DAFTAR PUSTAKA

Alqur’an dan Terjemahannya.

Achmad, Agung Budi Sulistiyo, dan Whedy Prasetyo. 2021. Analisis dan Desain
Sistem Informasi Kinerja Keuangan Badan Usaha PP. Salafiyah Syafi’iyah
Sukorejo Situbondo. Jurnal Akuntansi dan Pajak. 21 (2): 327-332.

Andini, Rifka dan Fandi Kharisma. 2021. Pengaruh Jumlah Aset dan Laba Terhadap
Utang di Perusahaan Indeks LQ45 Pada Tahun 2018 – 2019. Borneo Student
Research. 2 (2): 1355-1362.

Anggraeni. 2019. Analisa Kinerja Keuangan Perusahaan Pertambangan yang


Terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia. Eco-Buss. 1(3): 203-209.

Ardila, Cyntia Arta, Emmy Ermawati, Noviansyah Rizal. Peranan Informasi


Akuntansi Manajemen Terhadap Pengambilan Keputusan Investasi Jangka
Panjang Di Kantor Royal Regency Lumajang. Counting: Journal of
Accounting.2 (1): 18-25.

Astarini, Dewa Ayu Oki. 2020. Analisis Metode Pengakuan Pendapatan Dan Beban
Atas Perusahaan Real Estate Pada PT. Maura Lombok Sesuai Dengan PSAK
No. 44. REKAN : Riset Ekonomi, Akuntansi dan Perpajakan. 1(2): 55-65.

Atmadja, Anantawikrama Tungga. 2013. Pergulatan Metodoloogi dan Penelitian


Kualitatif dalam Ranah Ilmu Akuntansi. Jurnal Akuntansi Profesi, 3 (2) :122-
141.

Baridwan, Zaki. 2010. Intermediate Accounting. Yogyakarta : Bagian Penerbitan


STIE YKPN.

Bintang, Andika Presley, Tri Oldy Rotinsulu, dan Daisy Engka. 2017. Analisis
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Tanah Di Kota Manado. Emba, 1–
18.

Darmanto dan Karlina Hogiana Suprihadi Putri. 2020. Linkages Financial Distress,
Growth Opportunities, Litigation Risk, Political Cost And Accounting
Conservatism. Media Akuntansi | 32 (2).

68
69

Dewi, Suryani, Linda Miftahul Jannah, dan Yuwan Jumaryadi. 2018. Analisis Dan
Perancangan Sistem Informasi Manajemen Aset Tetap Pada PT. Metis
Teknologi Corporindo. Jurnal Sistem Informasi, Teknologi Informasi dan
Komputer. 9 (1).

Dinanti, Aldila dan Ginanjar Adi Nugraha. 2018. Pelaporan Keuangan Organisasi
Nirlaba. Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Akuntansi (JEBA). 20(1).

Fahirah, F. Armin Basong, dan Hermansyah Tagala. 2010. Identifikasi Faktor yang
Mempengaruhi Nilai Jual Lahan da Bangunan pada Perumahan Tipe
Sederhana. Jurnal SMARTek. 8(4): 251-269.

Fatrianisa, Siti Maryana, Rina Tjandrakirana, Yulia Saftiana. 2013. Analisis


Perlakuan Akuntansi Aset Tetap pada Rumah Sakit Sriwijaya Eye Centre
Palembang. Akuntabilitas: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Akuntansi. 7
(2): 111-122.

Hajar, Ibnu, Damayanti, Destia Pentina. 2017. Analisis Metode Pengakuan


Pendapatan dan Beban Atas Perusahaan Real Estate Pada PT XYZ Sesuai
dengan PSAK No. 44.

Hermanto, Marius, Jullie J. Sondakh, dan Sonny Pangerapan. 2019. Analisis


Perlakuan Akuntansi Atas Persediaan pada Perum Bulog Divre Sulut dan
Gorontalo. Jurnal EMBA, 7(1): 131-1140.

Hudja, Nadia dan Wida Fadhlia. 2019. Analisis Tingkat Akurasi Penetapan Nilai Jual
Objek Pajak (NJOP) Bumi dengan Menggunakan Metode Assessment Sales
Ratio di Kota Banda Aceh. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi
(JIMEKA). 4(3): 558-568.

Hutabarat, Ruth Setia dan Thetty Surienty Rajagukguk. 2021. Pencatatan dan
Penilaian Persediaan Barang Jadi Pada Usaha Gula Merah Ibu Laila
Berbasiskan SAK EMKM. Jurnal Ekonomi Bisnis, Manajemen dan
Akuntansi. 1 (1): 1-8.

Inawati, Wahdan Arum, Muhamad Muslih, dan Kurnia. 2021. Pengaruh Kompetensi
Komite Audit, Kepemilikan Manajemen dan Ukuran Dewan Komisaris
Terhadap Kualitas Laporan Keuangan. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. 23(1):
121-132.
70

Imbing, Ovelia Veradina. 2013. Analisis Penetapan NJOP dan Implikasinya Terhadap
Penerimaan PBB di Kota Manado. Jurnal EMBA. 1(3): 484-493.

Iskandar, Okto Reyhansyah dan Sparta. 2019. Pengaruh Debt Covenant, Bonus Plan,
Dan Political Cost Terhadap Konservatisme Akuntansi. EQUITY: Jurnal
Ekonomi, Manajemen, Akuntansi. 22 (1): 47- 62.

Kadim, A., Adji Suratman, dan Muhammad Abdul Muis. 2019. Analisis Pengaruh
Rasio Lancar, Perputaran Persediaan Dan Margin Laba Kotor Terhadap
Pemilihan Metode Persediaan Pada Perusahaan Dagang Yang Terdaftar Di
Bei Tahun 2013-2015. Jurnal Ilmiah Manajemen FORKAMMA. 2 (2): 18-30.

Keso, Steavano Julio, Ventje Ilat, dan Treesje Runtu. 2021. Evaluasi Penilaian
Persediaan Barang Dagangan Pada UD Credit di Kota Manado. Jurnal EMBA,
9(2):532-539.

Khatibah, K. 2011. Penelitian Kepustakaan. Iqra': Jurnal Perpustakaan dan


Informasi. 5(1): 36-39.

Kieso, D.E., Weygandt, J.J & Warfield, T.D. 2011. Intermediate accounting volume
1, IFRS edition. New Jersey: Wiley

Khidmat, B. W., Wang, M., & Awan, S. 2019. The value relevance of R&D and free
cash flow in an efficient investment setup: Evidence from Chinese A-listed
firms. AJAR: Asian Journal of Accounting Research.

Kuncoro, Mudrajad. 2013. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi: Bagaimana
Meneliti dan Menulis Tesis?. Edisi 4. Jakarta: Erlangga.

Kusuma, Budi Hartono dan Nurainun Bangun. 2011. Analisis Pemahaman


Mahasiswa Akuntansi terhadap Konsep Aset, Kewajiban, dan Ekuitas. Jurnal
Bisnis dan Akuntansi.13 (3): 183-194.

Kuswanto, Randy. 2020. Relevansi Nilai Dan Kemungkinan Deteriorasi: Kajian


Literatur Sistematik. Jurnal Bina Akuntansi.7 (1): 107-123.

Lubis, Rahmat Hidayat dan Ratna Sari Dewi. 2017. Akuntansi Keuangan Menengah
I. Cetakan Ke-1. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
71

Maryanti, E. (2016). Analisis Profitabilitas, Pertumbuhan Perusahaan, Pertumbuhan


Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia ( Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2014). Riset Akuntansi Dan Keuangan
Indonesia, 1(2): 143–151.

Mat, T. Z. T., Johari, N. R. M., Azis, M. A. A., dan Hashim, M. R. 2018. Influence of
Information Technology, Skills and Knowledge, and Financial Resources on
Inventory Management Practices Amongst Small and Medium Retailers in
Malaysia. Asia-Pacific Management Accounting Journal. 13(2): 173–200.

Mahagiyani dan H. R. Sari. 2019. Analisis Rasio Keuangan Pada PT. Bakrie
Sumatera Plantations, Tbk. dan PT. Astra Agro Lestari, Tbk. Periode 2014-
2016. Journal of Applied Managerial Accounting. 3(1): 147-154.

Mulyasri, Ade Ningrum dan Subowo. 2020. Analisis Profitabilitas, Struktur Aset,
Dan Pertumbuhan Aset Terhadap Struktur Modal Yang Dimoderasi
Likuiditas. Gorontalo Accounting Journal. 3(1): 16-29.

Moleong, P. D. 2012. Metode Penelitian Kualitatif. Malang: Rosda.

Monica, Sunarji Harahap, dan Elidawati. 2020. Analisis Pengendalian Internal Atas
Persediaan dan Pembelian Pada PT. Catur Anugerah Sejati Medan. Jurnal
Bisnis Kolega (JBK), 6 (1): 17-32.

Mursito, B., & Samrotun, Y. C. (2014). Penilaian Nilai Jual Objek Pajak (NJOP)
Yang Berkeadilan Dengan Menggunakan Metode Sales Assessment Ratio.
Economic And Business Research Festival, 8(33), 44.

Naimah, Zahroh. 2014. Relevansi Informasi Akuntansi: Suatu Kajian Teoritis. Jurnal
Buletin Studi Ekonomi. 19(1): 105-117.

Nasution. 2008. Metode Naturalistic Kualitatif. Bandung: Tarsito.

Nurdin, Maryam dan Ika Milka. 2021. Analisis Nilai Informasi Laporan Keuangan.
Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN). 4 (1): 31-38.
72

Paraswati, Sawindri Dyah, Jenny Morasa, dan Hendrik Gamaliel. 2021. Analisis
Metode Pencatatan dan Penilaian Persediaan Barang Dagang pada PT. Hasjrat
Abadi Cabang Manado. Jurnal EMBA. 9 (1): 94-101.

Prastowo. 2009. Panduan Lengkap Pajak. Jakarta: Penerbit Raih Asa Sukses.

Pontoh, Winston.2013. Akuntansi : Konsep dan Aplikasi. Jakarta: Halaman Moeka.

Putra, N. P. (2011). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi PErubahan Nilai Tanah dan


Bangunan pada Suatu Properti. Jurnal Teknik Sipil KERN, 1(1): 51-62.

Riesmiyantiningtias, Ninuk dan Ade Onny Siagian. 2020. Analisis Laporan


Keuangan untuk Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan Pada PT. Midi Utama
Indonesia Tbk. Jurnal AKRAB JUARA. 5(4): (244-254).

Salman, Irham, Amrie Fimansyah, Meicha Rizka Widyaningrum. 2020. Peran


Leverage Sebagai Pemoderasi: Revaluasi Aset Tetap, Kebijakan Dividen,
Nilai Perusahaan. Jurnal Magister Akuntansi Trisakti. 7(2): 171-190.

Santoso, Ari Budi. 2020. Pengaruh Kualitas Pelaporan Keuangan Terhadap Asimetri
Informasi Dengan Ukuran Perusahaan Sebagai Pemoderasi Pada Perusahaan
Manufaktur di BEI. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi. 1 (4): 32-37.

Sari, Dian indah. 2018. Analisis Perhitungan Persediaan dengan Metode FIFO dan
Average Pada PT. Harapan. Perspektif. XVI (1): 31-38.

Savitri, E., Andreas, dan R. A. S. Surya. 2019. Influencing Factors: The Timeliness of
Financial Reporting Submissions. Business and Management Studies .5(1):
43-51.

Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-
Qur’an volume 15. Jakarta: Lentera Hati.

______. 2007. Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an volume 1.
Jakarta: Lentera Hati.

Smith, J. M., dan Skousen,K. F. 2013. Akuntansi Intermedite jilid 1 dan 2. Edisi
Kesembilan. Jakarta: Penerbit Erlangga.
73

Suwarjuwono, Puji dan Irwan Taufiq Ritonga. 2017. Analisis Tingkat Pengungkapan
Akun Persediaan dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah di Jawa.
Jurnal Dinamika Akuntansi dan Bisnis. 4(2):173-188.

Utami, Wikan Budi dan Sausan Devi Ratih. 2020. Factors Affecting the Flow Time
of Presentation of Financial Statements. International Journal of Economics,
Business and Accounting Research (IJEBAR). 4 (2)

Waninda dan Fefri Indra Arza. 2019. Relevansi Informasi Laporan Keuangan Accrual
Basis: Kemampuan Rasio Keuangan dalam Memprediksi Status Financial
Distress Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota Se- Indonesia Periode 2015-
2017. Jurnal Eksplorasi Akuntansi. 1(2): 795-813.

Wawo, Andi. 2015. Evaluasi Metode Penilaian Persediaan Tanah pada Perusahaan
Properti. ASSETS. 5(1): 1-12.

Wibowo, Ario, Placidus Mawar, Saferianus Lalong, dan Romy Narisa. 2020.
Perlakuan Akuntansi Persediaan Barang Dagang dan Pengaruhnya Terhadap
Beban Pokok Penjualan. Jurnal Manajemen Akuntasi Palapa Nusantara, 5
(1): 50-62.

Wijaya, Chandra Ferdinand . 2020. Revaluasi Aset Tetap pada Perusahaan Sektor
Industri Manufaktur di Indonesia. Jurnal Akuntansi, Program Studi
Akuntansi.13(1): 84-98.

Windasari, Apri dan Linawati. 2020. Analisis Perbandingan Metode Perhitungan


Persediaan Average dan FIFO Pada PT Bengawan Karya Sakti. Seminar
Nasional Akuntansi (Sena) III Universitas Pamulang Tahun 2020. 3 (1): 411-
419.

Wullur, Rachel Anly Marilyn Lingkanwene, Herman Karamoy, dan Winston Pontoh.
2016. Analisis Penerapan Akuntansi Persediaan Berdasarkan Psak No.14 Pada
PT. Gatraco Indah Manado. Jurnal Riset Akuntansi, 11 (1): 1-9.

Yacub, Iswanti Ninda dan Rindu Rika Gamayuni. 2019. Analisis Kualitas Informasi
Akuntansi Sebelum dan Sesudah Penerapan International Financial Reporting
Standards (IFRS) Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI.
Kompartemen: Jurnal Ilmiah Akuntansi. 17(2): 208-217.
74

Zed, Mestika. (2008). Metode Peneletian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor.


75

Daftar Riwayat Hidup

Rahmi akrab disapa Ami’. Anak ke-4

dari 6 bersaudara, lahir di Bulukumba, 13 Agustus

1998, anak dari ayahanda Sabang dan ibunda Murni

dan dibesarkan di lingkungan yang serba sederhana di

sebuah desa yang cukup terpencil yang berada di

Kabupaten Bulukumba tepatnya Desa Tamaona, Kec.

Kindang, Kab. Bulukumba.

Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar SDN 302 Lattae yang

beralamatkan Desa Tamaona, Kec. Kindang Kab. Bulukumba pada tahun 2010, pada

tahun yang sama kemudian melanjutkan pendidikan di Seklah Menengah Pertama di

SMPN 38 Bulukumba dan selesai pada tahun 2013, kemudian melanjutkan

pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan di SMK Terpadu Syekh Muhammad

Ja’far Banyorang, Kab. Bantaeng dan selesai pada tahun 2016. Setelah menempuh

pendidikan dari SD-SMK, penulis kemudian melanjutkan pendidikan pada tahun

2016 di Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar pada program studi

Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, hingga biografi ini dibuat.

Anda mungkin juga menyukai