Anda di halaman 1dari 137

AKUNTANSI FORENSIK BERBASIS FALSAFAH MAPACCING,

MALEMPU NA MAGETTENG DALAM PENCEGAHAN FRAUD PADA


DANA DESA

(Studi pada Kantor Desa Taraweang Kab. Pangkep)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat Meraih Gelar Sarjana Akuntansi
Program Studi Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Oleh:

SYARIFUDDIN

NIM. 90400118031

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

ِ‫يم‬
ِ ‫ٱلر ِح‬
َّ ‫ن‬ َٰ ‫ٱلر‬
ِِ ‫حْم‬ َِِّ َٰ ‫س ِِم‬
َّ ‫ٱَلل‬ ْ ‫ِب‬
Assalamualaikum Wr. Wb

Alhamdulillah segala puji bagi Allah Swt atas segala rahmat dan berkah-

Nya berupa keimanan, kesehatan, kesabaran dan kemampuan untuk berpikir,

sehingga atas perkenan-Nya jualah peneliti dapat menyelesaikan penyusunan

skripsi dengan baik. Shalawat dan salam juga peneliti haturkan kepada Baginda

Nabi besar Muhammad Saw beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah

mengantarkan ummatnya dari zaman jahiliyah menuju zaman yang penuh dengan

ilmu pengetahuan “ Allahumma Sholli Ala Sayyidina Muhammad Waala Ali

Sayyidina Muhammad”.

Skripsi dengan judul “Akuntansi Forensik Berbasis Falsafah Mapaccing,

Malempu na Magetteng dalam Pencegahan Fraud Pada Dana Desa (Studi pada

Kantor Desa Taraweang Kab. Pangkep)” merupakan tugas akhir yang dihadirkan

peneliti sebagai salah satu prasyarat penyelesaian studi jenjang Strata 1 untuk

memperoleh gelar Sarjana Akuntansi pada Program Studi Akuntansi, Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Islam, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

(UINAM).

Peneliti menyadari bahwa dari proses penyusunan hingga skripsi ini

mampu terselesaikan, tidak sedikit rintangan, hambatan, maupun cobaan yang

menyertainya. Akan tetapi dengan ketekunan, kerja keras dan semangat menjadi

penggerak peneliti dalam menyelesaikan proses tersebut. Selain itu, karena adanya

bantuan baik secara moril maupun materil dari berbagai pihak, turut memudahkan

ii
langkah peneliti dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Dengan demikian,

perkenankanlah peneliti untuk mengucap rasa terima kasih dan pernghargaan yang

setinggi-tingginya terkhusu pihak kedua Orang tua peneliti, Bapak Badaruddin

dan Ibu Nur jannah atas segala kesabaran dan keikhlasannya untuk merawat,

mendidik mendukung dan senantiasa mendoakan kebaikan serta keberhasilan bagi

peneliti (anaknya), begitu juga kepada :

1. Bapak Prof. Drs. Hamdan Juhannis M. A, Ph. D. selaku Rektor

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (UINAM), Wakil Rektor I, II

dan III Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (UINAM)

2. Bapak Prof. Dr. H. Abustani Ilyas, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (UINAM).

3. Bapak Dr. Muh Wahyuddin Abdullah, SE., M.Si, Ak, selaku Wakil Dekan

bagian Akademik sekaligus Pembimbing I yang telah memberi banyak

arahan dan masukan yang memberikan banyak kontribusi ilmu dan

berbagai masukan-masukan yang membangun terkait judul yang diangkat.

4. Bapak Memen Suwandi, SE., M.Si. selaku Ketua Jurusan Akuntansi

Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar. Sekaligus sebagai

Pembimbing II yang juga telah memberikan banyak kontribusi ilmu dan

berbagai masukan-masukan yang membangun terkait judul yang diangkat.

5. Ibu Dr. Lince Bulutoding, S.E., M.Si. Ak. selaku Sekretaris Jurusan

Akuntansi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (UINAM).

6. Terima kasih kepada Bapak Sumarlin, SE., M.Ak. selaku penguji I dan

bapak Mustafa Umar, S.Ag., M.Ag. selaku penguji II, yang telah

iii
memberikan masukan serta kritikan yang membangun sehingga penulis

dapat memperbiki penyusunan skripsi tersebut.

7. Terima kasi kepada Ibu Nur Rahma Sari, SE. Acc., Ak selaku dosen

Penasehat Akademik yang selama ini mendampingi penulis dalam

menjalankan proses perkualiahan.

8. Segenap Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan banyak ilmu yang

bermanfaat bagi penulis selama mengikuti perkuliahan.

9. Segenap Staf Jurusan dan Pegawai Akademik Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Islam, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar yang telah

banyak memberikan pelayanan yang baik.

10. Kepada teman-teman seperjuangan Nur Afifah, Muhammad Nur dan

Hadri Ansyah yang telah menemani sejak masih MABA sampai sekarang

ini yang banyak memberikan semangat dan dukungan selama berkuliah di

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (UINAM).

11. Kepada Kakanda Muh. Reza Eka Saputra, S. Ak yang telah banyak

memberikan bantuan dan masukan serta saran kepada penulis.

12. Kepada teman-teman terkhusu pada Akuntansi A 2018 yang telah

mendukung, memotivasi serta memberikan semangat kepada penulis.

13. Kepada teman-teman HMJ-Ak baik yang sudah presidium atau yang

sementara masih menjabat yang telah memberikan semangat, inspirasi dan

dukungan kepada penulis.

14. Kepada teman-teman CREDIBLE serta senior-senior yang selalu siap

mendengar keluh kesah penulis dan memberikan semangat kepada penulis.

iv
15. Kepada seluruh teman-teman Mahasiswa Jurusan Akuntansi, Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Islam, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

(UINAM) yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

Akhir kata, penulis persembahkan skripsi ini sebagai upaya pemenuhan

salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjanah Akuntansi (S. Ak) pada

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (UINAM). Semoga skripsi yang

penulis persembahkan dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Semoga kita

semua senantiasa diberikan limpahan taufik, hidayah dan karunia-Nya agar

keberkahan dapat kita raih. Aamiin Yaa Rabbal Alamiin.

Pangkajene 10 Agustus 2022

Penulis

Syarifuddin
90400118031

v
vi
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ii


PENGESAHAN SKRIPSI ..................................................................................vi

DAFTAR ISI .......................................................................................................vii


DAFTAR TABEL ...............................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................x

ABSTRAK ..........................................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................1
A. Latar Belakang .......................................................................................1
B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus ....................................................5
C. Rumusan Masalah ...................................................................................6
D. Penelitian Terdahulu ...............................................................................7
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...............................................................17

BAB II TINJAUAN TEORETIS ........................................................................20


A. Fraud Diamond Theory..........................................................................20
B. Legitimacy Theory...................................................................................21
C. Falsafah Mapaccing, Malempu na Magetteng ........................................23
D. Akuntansi Forensik .................................................................................25
E. Dana Desa ...............................................................................................27
F. Pencegahan Fraud...................................................................................29
G. Akuntansi Forensik Untuk Pencegahan Fraud Pada Dana Desa ............32
H. Akuntansi Forensik Berbasis Falsafah Mapaccing, Malempu na
Magetteng dalam Pencegahan Fraud Pada Dana Desa………………….33
I. Kerangka Pikir ........................................................................................36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN............................................................37
A. Jenis dan Lokasi Penelitian .....................................................................37
B. Pendekatan Penelitian .............................................................................38
C. Jenis dan Sumber Data Penelitian……………………………………...38
D. Metode Pengumpulan Data .....................................................................39
E. Tekhnik Analisis Data .............................................................................40
F. Uji Keabsahan Data.................................................................................42

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................45


A. Gambaran Umum lokasi Penelitian ........................................................45
B. Hasil dan Pembahasan.............................................................................56

vii
BAB V PENUTUP ..............................................................................................90
A. Kesimpulan .............................................................................................90
B. Implikasi Penelitian.................................................................................91
C. Keterbatasan dan Saran ...........................................................................92
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................93

LAMPIRAN ........................................................................................................100
A. Manuskrip Penelitian ..............................................................................100
B. Dokumentasi ...........................................................................................116
C. Persuratan ................................................................................................119
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................125

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus ................................................6


Tabel 1.2 Penelitian Terdahulu ...........................................................................12
Tabel 4.1 Nama-Nama Kepala Desa ...................................................................45
Tabel 4.2 Kondisi Geografis ...............................................................................50
Tabel 4.3 Kondisi Sosial Budaya ........................................................................52
Tabel 4.4 Sarana dan Prasarana ..........................................................................54
Tabel 4.5 Akuntansi Forensik Untuk Pencegahan Fraud Pada Dana Desa ........70
Tabel 4.6 Implementasi Pencegahan Kecurangan .............................................89

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Fraud Diamond Theory...................................................................20


Gambar 2.2 Kerangka Pikir.................................................................................36
Gambar 4.1 Struktur Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan ..........................49

x
ABSTRAK
Nama : Syarifuddin
NIM : 90400118031
Judul : Akuntansi Forensik Berbasis Falsafah Mapaccing, Malempu
na Magetteng Dalam Pencegahan Fraud Pada Dana Desa

Penelitian ini bertujuan guna mengetahui bagaimana Akuntansi forensik


untuk pengelolaan dana desa berbasis nilai-nilai kearifal lokal yang tertanam
dalam falsafah Mapaccing, Malempu na Magetteng dalam mencegah tindakan
fraud khususnya pada dana desa. Penelitian ini dilakukan di kantor Desa
Taraweang yang berlokasi di Kabupaten Pangkajene dan kepulauan. Adapun
informan terdiri dari Auditor, Kepala Desa, Sekretaris Desa, Kepala Urusan
Keuangan dan Masyarakat.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif menggunakan pendekatan
fenomenologi dengan konsep epoce sebagai metode riset dan observasi. Sumber
data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan sekunder yang
dimana data primer diperoleh langsung dari informan dan hasil observasi di
lapangan dan data sekunder diperoleh literatur lainnya yang berkaitan dengan
penelitian. Metode pengumpulan data dilakukan mulai dari wawancara,
dokumentasi dan internet searching. Selanjutnya, tekhnik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data
(data display) dan penarikan kesimpulan/verifikasi (conclusion drawing/
verifikation).
Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa akuntansi forensik mampu
dijadikan sebagai bahan pencegahan kecurangan pada lembaga pemerintahan
maupun swasta terkhususnya pada kantor Desa Taraweang dalam mengelola dana
desa. Hal ini dikarenakan akuntansi forensik merupakan bidang khusus yang
menangani jika terjadi penyelewengan pada bagian pelaporan keuangan. Dengan
bantuan tekhnologi juga akan lebih memudahkan para Akuntan forensik dalam
menganalisis kecurangan dan mengumpulkan bukti. Falsafah mapaccing,
malempu na magetteng mengandung nilai-nilai moral yang mewakili sifat dari
setiap individu yang memang harus dijadikan sebagai landasan dalam
menjalankan tugas dan kewajiban. Oleh karena itu falsafah mapaccing, malempu
na magetteng dianggap mampu menjadi sarana bentuk pencegahan kecurangan
(fraud) dan menjadikan pribadi yang taat aturan dan bersikap profesionalisme.
Serta pentingnya melestarikan budaya tersebut demi anak keturunan.
Kata Kunci : Akuntansi Forensik, Dana Desa, Mapaccing, Malempu na
Magetteng, Fraud, Fenomenologi, Epoche.

xi
ABSTRAC
Name : Syarifuddin
Reg, Number : 90400118031
Title : Akuntansi Forensik Berbasis Falsafah Mapaccing, Malempu
na Magetteng Dalam Pencegahan Fraud Pada Dana Desa

This study aims to find out how forensic accounting for village fund
management is based on local wisdom values embedde in the philosophy of
Mapaccing, Malempu na Magetteng in preventing fraud. This research was
conducted at the Taraweang Village office located in Pangkajene Regency and the
island. The informants consisted of Auditor, village Head, Village Secretary,
Head Of Financial and Community Affairs.
This research is a qualitative research using a phenomenological approach
with the concept of epoce as a research and observation method. The sources of
data used in this study are primary and secondary data, where primari data is
obtained directly from informants and the resuts of field observations and
secondary data are obtained from other literature related to the research. Data
collection methods were carried out starting from interviews, documentation and
internet searching. Futhermore, the data analysis techniques used in this research
are data reduction, data display and conclution drawing/verification.
The results in this study indicate that forensic accounting can be used as
material for preventing fraud in government and private institutions, especially at
the Taraweang Village office in managing village funds. This is because forensic
accounting is a special field that handles fraud in the financial reporting section.
With the help of technology, it will also make it easier for forensic accountants to
analyze fraud and collect evidence. The philosophy of mapaccing, malempu na
magetteng contains moral values that represent the nature of each individual
which must be used as the basis for carrying out duties and obligations. Therefore,
the mapaccing philosophy, malempu na magetteng, is considered capable of being
a means of preventing fraud and making a person who obeys the rules and
behaves professionally. And the importance of preserving the culture for the sake
of offspring.
Keyword : Forensic Accounting, Village Fund, Mapaccing, Malempu na
Magetteng, Fraud, Phenomenologi, Epoche

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan perekonomian di suatu tempat membutuhkan pedoman dan

pengelolaan sumber ekonomi yang ada pada daerah tersebut untuk menaikkan

tingkat kesejahteraan masyarakat. Untuk melakukan peningkatan tersebut pada

masyarakat di desa maka dibutuhkan dukungan dari semua pihak. Dengan

Peraturan Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, dapat dipahami bahwa Desa adat

atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan

wilayah yang sah yang mempunyai batas-batas wilayah yang disahkan untuk

mengatur dan mengawasi penyelenggaraan pemerintahan, kepentingan daerah

setempat yang berdekatan dengan pertimbangan bias daerah setempat, kebebasan

khusus atau hak-hak istimewa konvensional yang dianggap dalam pengaturan

lembaga legislatif Republik Indonesia (I Made Hangga Hariawan, 2020). Dana

Desa merupakan salah satu penerimaan Desa yang diambil dari Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang pemanfaatannya tergabung dalam

Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes), dengan demikian penyusunan

program dan pelaksanaannya sudah siap dengan terlebih dahulu mengarahkan

pemikiran, menata dan memajukan Desa dengan mengikut sertakan BPD, LPMD

dan Tokoh Masyarakat serta agen komponen daerah (Hulu et al., 2018).

Penanggulangan atau pencegahan kecurangan adalah upaya terkoordinasi,

yang dilakukan oleh para eksekutif untuk menghambat terjadinya kecurangan

yang dilaksanakan secara terus-menerus tanpa henti (S.Hambani, Warizal,

1
2

I.C.Kusuma, 2013). Penyalahgunaan atau yang dalam banyak kasus disebut fraud,

dilakukan dengan cara atau modus yang berbeda dan berkembang mengikuti

perkembangan zaman (Durnila & Santoso, 2018). Seperti yang ditunjukkan oleh

(Anugerah, 2014) kecurangan atau fraud, dengan setiap struktur dan modenya

telah membawa dampak buruk dan malapetaka bagi asosiasi bisnis dan asosiasi

area publik. Setiap asosiasi, dengan sedikit memperhatikan jenis, struktur, ukuran

tugas dan kegiatannya masing-masing memiliki resiko terjadinya fraud.

(Batubara, 2018) menyatakan bahwa praktek-praktek palsu yang terjadi

merupakan malapetaka bagi semesta teruntuk profesi akuntan, karena dapat

menimbulkan pertanyaan publik tentang kapasitas dan profesi akuntan menurut

masyarakat pada umumnya.

Arti dari fraud itu sendiri adalah pemalsuan fakta yang sengaja dilakukan,

sehingga menghasilkan kerugian orang lain dan memberikan keuntungan bagi si

pelaku atau kelompoknya (Anggraini et al., 2019). Sesuai penelitian yang

dilakukan oleh (Alfa Reza Dwi Yulistianingsih, Fahrul Hadi, 2020) menyatakan

bahwa fraud atau kecurangan adalah istilah umum yang memiliki berbagai makna

tentang akal, pikiran, tipu daya manusia yang digunakan seseorang untuk

mendapatkan keuntungan, baik sebagai harta maupun kekayaan. materi atas orang

lain melalui pengenalan baik mengabaikan standar. (Santi Putri Laksmi & Sujana,

2019) menyatakan bahwa fraud adalah demonstrasi yang tidak sah yang dilakukan

oleh seseorang atau perkumpulannya, baik sengaja maupun tidak sengaja, untuk

memperoleh keuntungan dengan mendapatkan uang tunai, sumber daya, sehingga

dapat merugikan pihak lain atau pihak tertentu . Hal ini didukung oleh (Wardana
3

et al., 2017) bahwa fraud atau kecurangan adalah kebohongan yang disengaja,

terletak pada pengungkapan sumber daya organisasi atau kontrol informasi

moneter untuk membantu pihak yang mengendalikannya.

Fraud yang terjadi bisa dilakukan oleh siapa saja dan tanpa melihat umur.

Seseorang yang masih agak muda atau tua tidak bisa dijadikan alasan untuk

mencegah fraud (Hasyim, 2016). Menurut (Manossoh, 2016) Gaya hidup yang

kaya memicu otoritas untuk berkehendak lebih sering berbuat curang, boros,

bejat, hura-hura, tentu membutuhkan banyak harta sedangkan gaji dan berbagai

tunjangan yang mereka peroleh tidak memadai. Fraud atau kecurangan biasanya

terjadi jika kerangka pengendalian saat ini sangat lemah dan tidak adanya

pengawasan dalam pengelolaan bagian keuangan (K. A. K. Saputra et al., 2019).

Menurut (Sulistiyo et al., 2020) (1) kecurangan yang dilakukan karena gaya hidup

pelakunya yang melampaui bayaran yang didapat; (2) memanfaatkan posisi kerja

untuk melakukan kecurangan; (3) kegiatan palsu yang terjadi disebabkan oleh

peluang menakjubkan yang mereka miliki. (Sudarmanto, 2020) mengatakan

bahwa pressure adalah penyelewengan uang organisasi oleh pelaku dimulai dari

adanya keteganngan, individu memiliki kebutuhan moneter yang kritis, sehingga

kebutuhan individu dipandang lebih penting daripada kebutuhan hierarkis, kedua,

kesempatan dimana kecurangan akan dilakukan dengan asumsi bahwa ada

peristiwa di mana seorang individu harus masuk ke sumber daya atau memiliki

kekuatan untuk mengatur teknik kontrol yang memungkinkan rencana palsu

dilakukan. Kontrol internal yang rapuh adalah salah satu pintu terbuka potensial

yang memicu kecurangan (Antasari & Yaniartha Sukartha, 2015).


4

Faktor-faktor yang terkait dengan pencegahan fraud yang telah diteliti ialah

kualitas dari prosedur pengendalian internal dan keadilan di organisasi (Wijayanti

& Hanafi, 2018). Fraud atau kecurangan mengacu pada penyajian fakta dari

realitas material oleh satu pihak ke pihak lain yang bertekad untuk menipu dan

memengaruhi pihak atau kelompok lain untuk bergantung pada realitas yang

dibuat (T. P. Sari & Lestari, 2020). Peristiwa kecurangan yang tidak segera

ditangani dan diungkap karena penanganan yang lamban akan semakin membuka

peluang bagi pelaku untuk menyembunyikan aktivitasnya dengan berbagai

pemalsuan (Utami, 2021). Kerugian yang ditimbulkan oleh demonstrasi

kecurangan (fraud) melampaui kerugian secara langsung. Kerugian tersebut

termasuk melukai koneksi bisnis luar, tekad pekerja, ketenaran perusahaan dan

branding (Alfian, 2016).

Untuk itu para Akuntan diharapkan memiliki kapasitas yang lebih di bidang

Akuntansi yang didukung oleh informasi yang luas di bidang ekonomi, keuangan,

perbankan, ketetapan pajak, bisnis, tekhnologi, dan informasi yang jelas di bidang

hukum, Akuntan forensik memainkan peran penting dalam memeriksa perlakuan

kejahatan (Anggraini et al., 2019). Hal ini dijelaskan dari penelitian yang

dilakukan oleh (Lidyah, 2016) yang mengungkapkan bahwa dalam menangani

kasus kecurangan yang terjadi pada sektor publik maupun swasta diperlukan

auditor bisa dikatakan sebagai akuntan yang berpengalaman dalam hal mengaudit,

maka dalam hal ini akuntan forensik menjadi ahli yang lebih dalam lagi dalam

bidang kecurangan atau fraud. (Uminah, 2014) yang menyatakan bahwa ilmu
5

forensik adalah ilmu yang digunakan untuk pemeriksaan pidana guna menemukan

alat bukti yang dapat dimanfaatkan dalam perkara pidana.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk meneliti akuntansi

forensik berbasis nilai-nilai kearifal lokal yang tertanam dalam falsafah

Mapaccing, Malempu na Magetteng pada dana desa di Kantor Desa Taraweang,

Kab. Pangkep, Kec. Labakkang dalam mencegah tindakan fraud agar

menghasilkan insan-insan yang profesional, bertanggung jawab dan patuh pada

aturan yang berlaku. Adapun judul yang diangkat dalam penelitian ini yaitu

“Akuntansi Forensik Berbasis Falsafah Mapaccing, Malempu na Magetteng

dalam Pencegahan Fraud Pada Dana Desa”.

B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus

Penelitian ini berfokus pada akuntansi foresik untuk pencegahan fraud.

Peneliti berfokus pada bagaimana perangkat desa mengelola dana yang disalurkan

untuk menunjang sarana dan prasarana desa yang dikeluarkan oleh pemerintah.

Hal ini dilakukan karena masih banyak perangkat desa yang menyalahgunakan

dana tersebut untuk kepentingan pribadi dalam artian melakukan korupsi.

Demi menunjang fokus penelitian ini, peneliti menggunakan konsep

falsafah Mapaccing, Malempu na Magetteng yang dikuatkan oleh Fraud Diamond

Theory dan Legitimacy Theory. Falsafah Mapaccing, Malempu na Magetteng

memungkinkan perangkat desa untuk transparansi dalam pengelolaan dana desa

sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam falsafah tersebut.


6

Tabel 1.1 Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus

No Fokus Penelitian Deskripsi Fokus

1 Akuntansi Forensik Adapun yang akan dibahas pada fokus ini yaitu:
1. Penerapan akuntansi forensik
2. Pemeriksaan mendalam akuntansi forensik
2 Pencegahan Fraud Adapun yang akan dibahas pada fokus ini yaitu:
1. Pengungkapan kecurangan
2. Penetapan kebijakan
3 Dana Desa Adapun yang akan dibahas pada fokus ini yaitu:
1. Pengelolaan
2. Pelaksanaan
4 Mapaccing Adapun yang akan dibahas pada fokus ini yaitu:
1. Niat
2. Pembawaan hati
3. Penanaman nilai moral
5 Malempu Adapun yang akan dibahas pada fokus ini yaitu:
1. Kejujuran
2. Tanggung jawab
3. Penanaman nilai moral
6 Magetteng Adapun yang akan dibahas pada fokus ini yaitu:
1. Keteguhan
2. Kekonsistenan
3. Penanaman nilai moral

C. Rumusan Masalah

Dalam melakukan perencanaan pengelolaan seperti sekarang ini tidak hanya

memandang dari arah kualitas kerja dari suatu pekerjaan, tapi juga dapat dinilai

dari hal-hal yang terkecil seperti tindak perilaku norma-norma yang diterapkan
7

selama menjalankan tugas. Hal ini diharapkan agar aparat Desa tidak hanya

sekedar menjalankan tugasnya saja, tetapi juga harus memperhatikan norma-

norma yang berlaku di sekitarnya. Ini tentunya dapat meningkatkan kesadaran

aparat Desa terhadap tanggung jawab sosialnya. Perpaduan dari akuntansi dan

nilai budaya lokal perlu di tingkatkan dalam mencegah fraud yang mampu

meningkatkan kesadaran pihak yang berwenang. Adapun akuntansi yang

dimaksud adalah Akuntansi forensik yang berfungsi sebagai alat penyidikan dan

budaya yang dimaksud adalah falsafah Mapaccing, Malempu na Magetteng

sebagai anggapan gagasan dan sikap batin yang paling dasar yang dimiliki oleh

orang atau masyarakat dan atau pandangan hidup khususnya bagi masyarakat

Bugis. Akuntansi forensik tidak hanya memberi keuntungan bagi Desa dalam

jangka pendek, namun Akuntansi forensik dapat memberikan hasil positif bagi

Desa dalam jangka panjang, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Rumusan permasalahan penelitian ini disusun sebagai berikut:

1. Bagaimana Akuntansi forensik untuk pencegahan fraud pada dana Desa

Taraweang ?

2. Bagaimana Akuntansi Forensik berbasis falsafah Mapaccing, Malempu na

Magetteng dalam pencegahan fraud pada dana Desa Taraweang?

D. Penelitian Terdahulu

Berikut beberapa referensi utama yang digunakan oleh peneliti dalam

penelitian ini, yaitu seperti yang dilakukan oleh (Alfa Reza Dwi Yulistianingsih,

Fahrul Hadi, 2020) melakukan penelitian dengan judul Peranan Akuntansi


8

Forensik dalam Mengatasi Fraud dan Korupsi Dilembaga Pemerintah, penelitian

ini menggunakan metode kualitatif dengan metode pengumpulan data

menggunakan studi literatur. Hasil dari penelitian ini Akuntan Forensik

merupakan salah satu upaya pencegahan dini terhadap tindak pidana korupsi di

indonesia, dan secara signifikan dapat mengurangi terjadinya fraud disektor

publik. Hal ini disebabkan karena akuntan forensik mudah dalam mengungkap

kasus fraud karena sudah mengetahui dan memahami faktor utama yang menjadi

penyebab terjadinya fraud. (Uminah, 2014) melakukan penelitian dengan judul

Eksistensi Akuntansi Forensik Dalam Penyidikan dan Pembuktian Pidana

Korupsi, jenis penelitian ini adalah yuridis sosiologis dengan menggunakan

pendekatan kualitatif deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peran

akuntansi forensik dalam penyidikan adalah untuk mendeteksi adanya kerugian

keuangan negara serta menghitung jumlah kerugian keuangan negara, sedangkan

pada tahap pembuktian dipersidangan penggunaan akuntansi forensik adalah

sebagai alat bukti yang berupa laporan hasil audit investigatif dan laporan hasil

penghitungan kerugian keuangan negara sebagai alat bukti surat serta keterangan

ahli akuntan forensik dipengadilan sebagai alat bukti keterangan ahli.

(Jannah et al., 2021) melakukan penelitian dengan judul Penerapan

Akuntansi Forensik dan Kompetensi SDM Terhadap Upaya Pencegahan Fraud

dalam Pengelolaan Dana Desa, penelitian ini merupakan penelitian kualitatif

dengan metode pengumpulan data menggunakan studi literatur. Berdasarkan hasil

penelitian menunjukkan bahwa terdaapat pengaruh dari akuntansi forensik dan

kompetensi SDM dalam pencegahan fraud. Artinya bahwa fraud dalam


9

pengelolaan dana desa dapat ditekan dengan penerapan akuntansi forensik dan

adanya kompetensi dari aparat pengelolaan dana desa. Sedangkan (Suhartono &

Jannah, 2021) melakukan penelitian dengan judul Menelaah Dampak Penerapan

Akuntansi Forensik Dalam Mendeteksi Fraud Pengadaan Barang/Jasa Pada

Sektor Publik, penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan

fenomenologi. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan

akuntansi forensik memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pendeteksian

fraud pengadaan barang/jasa. Penerapan akuntansi forensik yang semakin baik

akan berpengaruh positif serta dapat meningkatkan upaya keberhasilan dalam

mendeteksi tindakan fraud dalam pengadaan barang dan jasa dan berpengaruh

signifikan terhadap berkurangnya kasus-kasus fraud yang terjadi di sektor publik.

(Setyawati & Ferdinand, 2020) melakukan penelitian dengan judul

Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa dalam Pemaknaan

Masyarakat Desa Secara Kualitatif, penelitian ini menggunakan pendekatan

kualitatif dengan metode etnografi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

masyarakat desa sebenarnya memaknai transparansi dan akuntabilitas tidak

dengan standar transparansi yang tinggi. Masyarakat lebih menekankan sisi

gotong royong dalam mewujudkan transparansi melalui partisipasi dari seluruh

unsur desa dalam pengelolaan dana desa. Sedangkan (Gumelar & Shauki, 2020)

melakukan penelitian dengan judul Pencegahan Fraud Pada Pengelolaan Dana

Organisasi : Perspektif Theory of Planed Behavior, penelitian ini menggunakan

pendekatan kualitatif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan faktor-faktor yang

mempengaruhi niat anggota organisasi dalam melakukan tindakan pelaporan atas


10

tindakan fraud pada pengelolaan dana organisasi yaitu attitude, subjective norms,

perceived behavioural control tidak menjadi faktor yang dominan, sedangkan

moral norms menjadi faktor dominan dalam pembentukan niat anggota organisasi

kemahasiswaan untuk melakukan tindakan pelaporan atas tindakan fraud.

(N. M. L. Sari & Mahyuni, 2020) melakukan penelitian dengan judul

Pencegahhan Fraud Pada LPD : Eksplorasi Implementasi Good Corporate

Governance dan Nilai-Nilai Kearifan Lokal, penelitian ini menggunakan

pendekatan kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa faktor penyebab

terjadinya fraud di LPD adalah lemahnya struktur organisasi, lemahnya fungsi

pengawasan, ketiadaan sistem atau ketidakmauan untuk menggunakan sistem,

lemahnya tata kelola LPD, dan adanya budaya ewuh pakewuh. Sedangkan

(Alifka.R, Dian, Herminawaty Abubakar, 2020) melakukan penelitian dengan

judul Analisis falsafah Mapaccing, Malempu na Magetteng dalam Pengelolaan

Dana Desa dalam Pencegahan Fraud, penelitian ini menggunakan metode

kualitatif dengan pendekatan fenomelogis untuk memahami secara mendalam.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aparat kantor Desa siawung di

pengeloaan keuangan desa sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh pemerintah

yang disasarkan pada prinsip-prinsip Akuntabel. Hal ini terjadi karena tindakan

aparat Desa Siawung berusaha semaksimal mungkin melakukan tugas dan

tanggungjawabnya sesuai dengan aturan pemerintah yaitu pengelolaan keuangan

berdasarkan prinsip Good Coorporate Governance dan sesuai dengan budaya

yaitu penanaman nilai Mapaccing, Malempu na Magetteng sehingga dapat


11

mencegah dan meminimalisir kecurangan dengan secara tidak langsung aparat

desa telah berkarakter dengan sifat bersih, jujur dan konsisten.

(Latuconsina & Soleman, 2019) melakukan penelitian dengan judul

Identifikasi Nilai-Nilai Kearifan Lokal Pencegah Tindakan Fraud Dalam

Pengelolaan Keuangan Desa Di Kecamatan Leihitu, penelitiann ini menggunakan

pendekatan kualitatif deskriptif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa

bentuk kearifan lokal yang melekat pada pribadi para pengelola keuangan desa

antara lain petuah/ungkapan, legenda, kebijaksanaan dan simbol adat berupa

Rumahtua/Raja dimana nilai yang terkandung didalamnya adalah nilai

kepemilikan, tanggung jawab, kehormatan dan kekeluargaan. Nilai kearifan lokal

tersebut mampu mencegah tindakan fraud para pengelola keuangan Desa di

Kecamatan Leihitu. Sedangkan (Kurraty A’Yunin Ain Shin Anton, Andi

Nurwanah, 2021) melakukan penelitian dengan judul Akuntabilitas Auditor Guna

Mencegah Fraud Dalam Perspektif Siri’ Na Pacce pada Kantor BPK Perwakilan

Provinsi Sulawesi Selatan, penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan

pendekatan fenomenologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai budaya Siri’

Na Pacce dapat menjadi salah satu faktor penekanan perilaku fraud. Sehingga

diharapkan dengan menanamkan nilai-nilai budaya Siri’ Na Pacce, perilaku fraud

dapat dicegah sekaligus dapat mempererat akuntabilitas auditor dalam melakukan

audit.
12

Tabel 1.2 Penelitian Terdahulu

No Nama Metode dan Hasil dan Pembahasan


Pendekatan
1. (Alfa Reza Dwi Metode kualitatif Hasil dari penelitian ini
Yulistianingsih, dengan pengumpulan Akuntan Forensik merupakan
Fahrul Hadi, data mengguakan salah satu upaya pencegahan
2020) studi literatur dini terhadap tindak pidana
korupsi di indonesia, dan
secara signifikan dapat
mengurangi terjadinya fraud
disektor publik. Hal ini terjadi
karena akuntan forensik mudah
dalam mengungkap kasus
fraud karena sudah mengetahui
dan memahami faktor utama
yang menjadi penyebab
terjadinya fraud.

2. (Uminah, Jenis penelitian Hasil penelitian ini


2014) yuridis sosiologis menunjukkan bahwa peran
dengan pendekatan akuntansi forensik dalam
kualitatif deskriptif penyidikan adalah untuk
mendeteksi adanya kerugian
keuangan negara serta
menghitung jumlah kerugian
keuangan negara, sedangkan
pada tahap pembuktian
dipersidangan penggunaan
akuntansi forensik adalah
sebagai alat bukti yang berupa
13

laporan hasil audit investigatif


dan laporan hasil penghitungan
kerugian keuangan negara
sebagai alat bukti surat serta
keterangan ahli akuntan
forensik dipengadilan sebagai
alat bukti keterangan ahli.

3. (Jannah et al., Penelitian kualitatif Berdasarkan hasil penelitian


2021) dengan metode menunjukkan bahwa terdapat
pengumpulan data pengaruh dari akuntansi
menggunakan studi forensik dan kompetensi SDM
literatur. dalam pencegahan fraud.
Artinya bahwa fraud dalam
pengelolaan dana desa dapat
ditekan dengan penerapan
akuntansi forensik dan adanya
kompetensi dari aparat
pengelolaan dana desa.

4. (Suhartono & Penelitian kualitatif Berdasarkan hasil penelitian


Jannah, 2021) dengan pendekatan menunjukkan bahwa penerapan
fenomenologi akuntansi forensik memiliki
pengaruh yang signifikan
terhadap pendeteksian fraud
pengadaan barang/jasa.
Penerapan akuntansi forensik
yang semakin baik akan
berpengaruh positif serta dapat
meningkatkan upaya
14

keberhasilan dalam mendeteksi


tindakan fraud dalam
pengadaan barang dan jasa dan
berpengaruh signifikan
terhadap berkurangnya kasus-
kasus fraud yang terjadi di
sektor publik.

5. (Setyawati & Pendekatan kualitatif Hasil penelitian ini


Ferdinand, dengan metode menunjukkan bahwa
2020) etnografi masyarakat desa sebenarnya
memaknai transparansi dan
akuntabilitas tidak dengan
standar transparansi yang
tinggi. Masyarakat lebih
menekankan sisi gotong
royong dalam mewujudkan
transparansi melalui partisipasi
dari seluruh unsur desa dalam
pengelolaan dana desa.

6. (Gumelar & Menggunakan Hasil dari penelitian ini


Shauki, 2020) pendekatan kualitatif menunjukkan faktor-faktor
yang mempengaruhi niat
anggota organisasi dalam
melakukan tindakan pelaporan
atas tindakan fraud pada
pengelolaan dana organisasi
yaitu attitude, subjective
norms, perceived behavioural
15

control tidak menjadi faktor


yang dominan, sedangkan
moral norms menjadi faktor
dominan dalam pembentukan
niat anggota organisasi
kemahasiswaan untuk
melakukan tindakan pelaporan
atas tindakan fraud.

7. (N. M. L. Sari Menggunakan Hasil penelitian ini


& Mahyuni, pendekatan kualitatif menunjukan bahwa faktor
2020) penyebab terjadinya fraud di
LPD adalah lemahnya struktur
organisasi, lemahnya fungsi
pengawasan, ketiadaan sistem
atau ketidakmauan untuk
menggunakan sistem,
lemahnya tata kelola LPD, dan
adanya budaya ewuh pakewuh.

8. (Alifka.R, Menggunakan metode Hasil penelitian ini


Dian, kualitatif dengan menunjukkan bahwa aparat
Herminawaty pendekatan kantor Desa siawung di
Abubakar, fenomelogis pengeloaan keuangan desa
2020) sesuai dengan aturan yang
ditetapkan oleh pemerintah
yang disasarkan pada prinsip-
prinsip Akuntabel. Hal ini
terjadi karena tindakan aparat
Desa Siawung berusaha
16

semaksimal mungkin
melakukan tugas dan
tanggungjawabnya sesuai
dengan aturan pemerintah yaitu
pengelolaan keuangan
berdasarkan prinsip Good
Coorporate Governance dan
sesuai dengan budaya yaitu
penanaman nilai Mapaccing,
Malempu na Magetteng
sehingga dapat mencegah dan
meminimalisir kecurangan
dengan secara tidak langsung
aparat desa telah berkarakter
dengan sifat bersih, jujur dan
konsisten.
9. (Kurraty Menggunakan metode Hasil penelitian menunjukkan
A’Yunin Ain kualitatif dengan bahwa nilai budaya Siri’ Na
Shin Anton, pendekatan Pacce dapat menjadi salah satu
Andi fenomenologi faktor penekanan perilaku
Nurwanah, fraud. Sehingga diharapkan
2021) dengan menanamkan nilai-nilai
budaya Siri’ Na Pacce,
perilaku fraud dapat dicegah
sekaligus dapat mempererat
akuntabilitas auditor dalam
melakukan audit.
17

10. (Latuconsina & Menggunakan Hasil dari penelitian ini


Soleman, 2019) pendekatan kualitatif menunjukkan bahwa bentuk
deskriptif kearifan lokal yang melekat
pada pribadi para pengelola
keuangan desa antara lain
petuah/ungkapan, legendan
kebijaksanaan dan simbol adat
berupa Rumahtua/Raja dimana
nilai yang terkandung
didalamnya adalah nilai
kepemilikan, tanggung jawab,
kehormatan dan kekeluargaan.
Nilai kearifan lokal tersebut
mampu mencegah tindakan
fraud para pengelola keuangan
Desa di Kecamatan Leihitu.

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dengan rumusan masalah yang telah disebutkan

sebelumnya maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui Akuntansi forensik untuk pencegahan fraud pada

dana desa Taraweang.

b. Untuk mengetahui Akuntansi forensik berbasis falsafah Mapaccing,

Malempu na Magetteng dalam pencegahan fraud pada dana Desa

Taraweang.
18

2. Manfaat Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang menjadi fokus kajian penelitian

dan tujuan yang ingin dicapai, maka diharapkan penelitian ini dapat

memerikan manfaat maupun kontribusi sebagai berikut:

a. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat membuktikan apa yang

terdapat dalam fraud diamond theory dan legitimacy theory yang

dimana fraud diamond theory merupakan sebuah pandangan baru

tentang fenomena fraud yang dikemukakan oleh Wolfe dan

Hermanson (2004). Fraud diamond merupakan suatu bentuk

penyempurnaan dari teori Fraud Triangle oleh Cressey (1953). Yang

dimana terdapat empat elemen didalamnya yaitu tekanan (pressure),

peluang (opportunity), rasionalisasi (rationalization) dan

kemampuan (capability). Sedangkan Legitimacy Theory adalah teori

yang pertama kali dikemukakan oleh Dowling dan Pfeffer (1975),

dimana teori legitimasi merupakan suatu teori yang menjelaskan

bahwa perusahaan atau organisasi selalu berupaya memastikan

bahwa mereka beroperasi pada lingkungan yang dibingkai oleh nilai

dan norma yang berlaku dalam masyarakat serta berpihak kepada

komunitas sosial dan lingkungan. Legitimacy theory merupakan teori

yang berdasarkan nilai-nilai sosial atau peraturan yang berlaku di

masyarakat.
19

b. Manfaat praktis

Manfaat Praktis yang diharapkan dalam penelitian ini adalah

bagaimana masyarakat dan organisasi dapat menjalankan profesinya

sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Norma yang dimaksud

salah satunya adalah norma yang terdapat dalam falsafah bugis

Mapaccing, Malempu na Magetteng yang sesuai dengan ideologi

negara dan agama. Manusia memiliki niat, berfikir dan bertindak

sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma ajaran sehingga menuai

hasil yang akan menyelamatkan semua pihak.


BAB II

TINJAUAN TEORETIS

A. Fraud Diamond Theory

Fraud Diamond Theory merupakan gagasan dan konsep mengenai

fenomena kecurangan yang dikemukakan oleh Wolfe dan Hermanson pada

Desember 2004. Wolfe dan Hermanson (2004) mengatakan banyak kecurangan

tidak akan terjadi tanpa adanya orang yang tepat yang memiliki kemampuan

untuk melakukan kecurangan. Fraud diamond dipandang sebagai penyempurnaan

yang diperluas dari fraud triangle theory (T. P. Sari & Lestari, 2020). Triangle

fraud yang dipaparkan oleh Cressey (1953) disempurnakan dalam bentuk

diamond fraud dimana teori kecurangan ini terdapat 4 elemen, yaitu: pressure,

opportunity, rationalization, dan capability (S. P. Sari et al., 2020). Keempat

elemen tersebut diilustrasikan dalam bentuk sebagai berikut :

Gambar 2.1 Fraud Diamond Theory

Pressure Capability

Rationalization Opportunity

Tekanan (Pressure) menjadi salah satu faktor utama dalam seseorang

melakukan tindak kecuragan. Tekanan itu bisa berupa tekanan financial

(keuangan) yang dialami atau tekanan daripada lingkungan sekitarnya. Peluang

(Opportunity) merupakan suatu keadaan dimana seseorang mendapatkan

20
21

kesempatan untuk melakukan suatu tindak kecurangan. Rasionalisasi/ pembenaran

(Rationalization) adalah pemikiran yang mengarah pada suatu tindakan menjadi

hal yang wajar saja, yang dimana secara moral dapat diterima di Masyarakat

dengan normal. Kemampuan (Capability) berkaitan erat dengan adanya

kemampuan yang dibutuhkan dalam menjadi pelaku kecurangan (Hernanda et al.,

2020).

Wolfe dan Hermanson (2004) berpendapat bahwa kecurangan tidak akan

terjadi tanpa adanya orang yang tepat dengan kemampuan yang tepat pula.

Adapun 6 elemen yang ada di capability yang sangat penting dalam pribadi

pelaku kecurangan, yaitu posisi/fungsi, kecerdasan, tingkat kepercayaan diri/ego,

kemampuan pemaksaan, kebohongan yang efektif, dan kekebalan terhadap stres

(Triatmoko, 2017). Pendapat mereka didasari oleh pemikiran bahwa kecurangan

tidak akan dapat dilakukan apabila individu tidak memiliki kemampuan.Tiga

faktor fraud diamond lain yaitu peluang, rasionalisasi, dan kemampuan memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap perilaku kecurangan (Fransiska & Utami,

2019).

B. Legitimacy Theory

Teori legitimasi atau Legitimacy Theory pertama kali dikemukakan oleh

Dowling dan Pfeffer (1975), dimana teori legitimasi merupakan suatu teori yang

menjelaskan bahwa perusahaan atau organisasi selalu berupaya memastikan

bahwa mereka beroperasi pada lingkungan yang dibingkai oleh nilai dan norma

yang berlaku dalam masyarakat serta berpihak kepada komunitas sosial dan

lingkungan. Legitimacy theory merupakan teori yang berdasarkan nilai-nilai


22

sosial atau peraturan yang berlaku di masyarakat. Teori legitimasi merupakan

suatu kegiatan komunikasi atau berdialog dengan publik terkait nilai-nilai sosial

kemasyarakatan yang harus sesuai dari persepsi sistem norma, nilai kepercayaan

dan juga harus ada keselarasan dari nilai-nilai sosial untuk mendorong adanya

pengungkapan dari informasi didalam laporan keuangan (Santika, 2019). Teori

legitimasi didasarkan pada pengertian kontrak sosial yang diimplikasikan antara

institusi sosial dan masyarakat (Hutapea, 2019).

Teori legitimasi sebagai suatu kondisi yang dimana ketika suatu sistem nilai

perusahaan sejalan dengan sistem nilai yang berlaku. Legitimasi berkaitan erat

dengan kontrak sosial yang mengikat suatu organisasi dengan berpedoman pada

asumsi bahwa manajemen perusahaan atau organisasi akan merancang dan

mengungkap strategi yang memenuhi ekspektasi dari Masyarakat (Ganesha &

Hartanti, 2019). Walaupun demikian ekspektasi masyarakat tidaklah bersifat statis

sepanjang waktu sehingga organisasi harus selalu responsif mengenai kondisi

sosial dan lingkungan dimana mereka beroperasi agar mereka tidak kehilangan

status legitimasinya diimata Masyarakat. teori legitimasi bersumber pada

pengungkapan sosial. Pengungkapan sosial yang baik akan memuat mengenai

pengungkapan lingkungan hidup (Bambang Sudaryono, 2018).

Menurut (Soerono et al., 2019) Legitimacy gap dapat terjadi disebabkan

oleh beberapa faktor yaitu 1) ada perubahan dalam kinerja organisasi, namun

harapan masyarakat terhadap kinerja perusahaan tidaklah berubah, 2) kinerja

perusahaan/ organisasi tidak berubah, namun harapan masyarakat sudah berubah

dan 3) kinerja perusahaan/ organisasi dan harapan masyarakat berubah ke arah


23

tujuan yang berbeda atau ke arah tujuan yang sama tetapi waktu berbeda. Sistem

perusahaan atau organisasi dengan legitimasi berarti organisasi tersebut dapat

mengatur sistem perusahaannya/ organisasinya dengan orientasi bahwa organisasi

tersebut berpihak kepada Masyarakat (Cita & Supadmi, 2019). Oleh sebab itu,

jika perusahaan atau organisasi gagal dalam menjalankan kontrak sosial, maka

keberlangsungan operasionalnya juga akan terganggu.

C. Falsafah Mapaccing, Malempu na Magetteng

Falsafah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah anggapan

terhadap pemikiran dan mentalitas batin yang paling mendasar yang digerakkan

oleh individu atau masyarakat atau pandangan hidup. Budaya adalah ciri khas,

hasil belajar bukanlah warisan alami, koordinasi sosial tidak berdiri sendiri tetapi

sebagai seikat makna. Manusia adalah makhluk sosial yang dalam memenuhi

kebutuhannya harus bekerja sama dengan orang lain, dan karenanya manusia

terikat untuk hidup dalam hidup bersosial dan bermasyarakat. Standar-standar ini

kemudian berkembang menjadi prinsip, aturan, dan perspektif tentang

keberadaan masyarakat umum yang harus dipatuhi dan dilakukan oleh semua

orang di masyarakat itu. Perspektif tentang suatu kelompok sangat

mempengaruhi cara berperilaku masyarakat yang hidup dalam masyarakat itu,

sehingga untuk bergaul dan bertahan hidup dikelompok tersebut, maka ia harus

memiliki pilihan untuk menyadari dan memahami kecenderungan (adat),

pandangan (prinsip), kehidupan dan aturan pedoman (standar) yang berlaku di

masyarakat (Darwis & Dilo, 2012).


24

Mapacci adalah kata kerja dari “Mapaccing” yang memiliki makna bersih

atau suci ialah pembawaan yang baik, nia’madeceng ialah niat baik, nawa-nawa

madeceng yaitu niat ataugagasan yang baik. Jadi niat juga merupakan itikad baik

yang berarti ikhlas, baik hati, bersih hati serta hayalan dan pemikiran yang baik

pula. Pawaan hati yang bersih atau suci dari seseorang diawali dari suatu niat atau

maksud yang baik (nia mapaccing), yakni suatu niat yang baik dan ridho untuk

mengerjakan sesuatu demi tegaknya keadilan. Pembawaan hati yang bersih

mengandung 3 makna, yaitu 1) Menyucikan hati, yaitu manusia dan memurnikan

hatinya dari segalahawa nafsu, dengki, iri hati danpenipuan-penipuan. Niat yang

suci atau hati yang baik diartikan dengan tameng (pagar) yang bisa mencegah

manusia melakukan sifat-sifat terlarang, 2) Bermaksud lurus, maksudnya manusia

mampu mengejar apa yang sudah direncanakannya tanpa dikesampingkan ke kiri

atau ke kanan, 3) Mengatur emosi-emosi, maksudnya manusia tidak membiarkan

dirinya digerakkan oleh hawa nafsu, emosi-emosi, perasaan-perasaan, melainkan

diawasi suatu petunjuk (toddo), uang memungkinkannya untuk menegakkan

harkat dan martabat manusia sesuai dengan hakikatnya (Syafridayani, 2019).

Lempu yang dalam bahasa Bugis mengandung arti jujur, sesuatu yang

berperilaku lurus dalam perasaan mengatakan yang sebenarnya dalam mengakui,

mengatakan, atau mengatakan yang sebenarnya dalam memberikan data yang

sesuai dengan kenyataan. Jadi, lempu adalah mentalitas individu dalam mengelola

sesuatu atau kekhasan tertentu dan menceritakan suatu peristiwa dengan praktis

tidak ada perubahan atau benar-benar sesuai dengan kebenaran yang telah terjadi

(Alifka.R, Dian, Herminawaty Abubakar, 2020). Lempu adalah perilaku lurus


25

dalam perasaan mengakui, mengatakan atau memberikan data yang sesuai dengan

kenyataan. Lempu adalah sesuatu yang bertentangan dengan Pabeleng-beleng atau

kebohongan, dan itu berarti mengatakan atau memberikan data yang tidak sesuai

kenyataan. Jadi, Lempu adalah sikap individu dalam mengelola sesuatu atau

kekhasan tertentu dan menceritakan kejadiannya dengan praktis tanpa

perkembangan dan perubahan oleh imajinasi atau benar-benar sesuai dengan

kebenaran yang terjadi (Asriandi Tenriwaru; Junaid, Asriani, 2021).

Getteng adalah bahasa Bugis yang memiliki makna keteguhan, sebagai

sesuatu yang tegas dan konsisten, yaitu perbuatan yang tidak meragukan atau

tidak pasti berarti berpegang teguh, selain makna teguh, getteng memiliki arti

penting berpegang pada aturan atau tetap pada keyakinannya, serta menggenggam

erat sesuatu (Alifka.R, Dian, Herminawaty Abubakar, 2020). Getteng dicirikan

sebagai sesuatu yang tegas dan dapat diandalkan, artinya suatu kegiatan yang

bimbang atau tidak pasti. Ini diuraikan sebagai watak yang berani dan pasti,

mengungkap apa yang benar dan apa yang terjadi. Jelas dan meyakinkan apa yang

dibutuhkan dan apa yang tidak dibutuhkan. Dengan asumsi bahwa itu salah

seharusnya salah , jika asumsi itu benar itu seharusnya dikatakan benar tidak

peduli seperti apa keadaannya atau kepada siapa dikatakan (Asriandi Tenriwaru;

Junaid, Asriani, 2021)

D. Akuntansi Forensik

Akuntansi Forensik adalah praktik tertentu yang menggambarkan asosiasi

yang dihasilkan dari perdebatan atau tuntutan yang sebenarnya atau yang

diharapkan. "Forensik" berarti "yang masuk akal untuk digunakan di ruang


26

sidang", dan untuk standar dan hasil potensial itulah para akuntan forensik yang

terukur pada umumnya perlu bekerja. Akuntan forensik, juga disebut sebagai

evaluator terukur atau pemeriksa analitis, sering kali perlu memberikan bukti yang

kuat pada sidang terakhir (Anggraini et al., 2019). Pada awalnya di USA

akuntansi forensik digunakan sebagai alat untuk memutuskan penyebaran warisan

atau mengungkapkan proses pemikiran dalam pembunuhan. Istilah Akuntansi

forensik berasal dari penggunaan akuntansi untuk menentukan atau mengurus hal-

hal yang dapat memecahkan masalah hukum. Di sana, pekerjaan yang ambil

bagian dalam akuntansi forensik disebut auditor atau Guaranteed

Misrepresentation Analysts (Cetified Fraud Examiners/CFE) yang juga

merupakan gabungan di Association of Certified Fraud Examiners (ACFE)

(Jumansyah et al., 2011).

Akuntansi forensik di Indonesia telah dilaksanakan oleh beberapa lembaga

seperti Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK), Badan Pengawasan Keuangan dan

Pembangunan (BPKP), Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Pusat Pelaporan

dan Analisis Transaksi Laporan Keuangan (PPATK) dan Kantor Akuntan Publik

(KAP) seperti Price Waterhouse Cooper (PwC) (Fanani dan Gunawan, 2020).

Akuntansi forensik dapat diterapkan baik di bidang pemerintahan maupun swasta.

Secara langsung, akuntansi forensik dapat dianggap tepat mewakili tujuan yang

sah, yang bertahan dalam ujian di bidang perdebatan selama penuntutan, survei

hukum atau tinjauan administrasi (Wuysang et al., 2016). Ciri-ciri yang harus

dimiliki seorang akuntan forensik yang terukur meliputi 1) inovatif, 2) minat, 3)


27

pantang menyerah, 4) penilaian yang baik, 5) kehati-hatian dan 6) kepastian (P.

Achyarsyah dan M. Rani, 2018) (P. Achyarsyah & M. Rani, 2018).

Akuntansi forensik sendiri memberikan suatu teknik pemeriksaan

pembukuan yang dapat digunakan dalam pembahasan pengadilan yang menjadi

alasan pembicaraan dan tujuan di pengadilan. Pemanfaatan pendekatan-

pendekatan serta analisis-analisis yang dimilikinya dirancang untuk memberikan

pemeriksaan yang memuaskan dan bukti pengesahan yang nantinya dapat

digunakan sebagai bahan untuk menyelesaikan berbagai keputusan di pengadilan

(Lidyah, 2016). Akuntansi forensik adalah suatu bentuk pemanfaatan inovasi

tekhnologi serta ilmu di bidang akuntansi, keuangan, manajemen, dan ilmu

kriminal untuk mengeksplorasi dan melacak bukti atas perbuatan ilegal dan fraud

atau perdebatan keuangan lainnya (Yudhiyati, 2020).

E. Dana Desa

Sehubungan dengan pengelolan dana desa, itu harus diawasi secara

terorganisir, tunduk pada peraturan Undang-Undang, produktif, praktis, layak,

lugas dan penuh tanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan

legitimasi dan berfokus pada Masyarakat. Pembenahan publik harus diatur

menuju pemajuan dan penguatan jaringan pedesaan sehingga dipercaya akan

muncul otonomi desa, mengingat untuk mengawasi dana desa (Alifka.R, Dian,

Herminawaty Abubakar, 2020). Adanya penetapan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara (APBN) yang diharapkan untuk desa dengan rencana keuangan

yang cukup besar, sehingga desa menjadi perhatianbagi semua kalangan. Dalam

pengawasan pengelolaan dana desa, penting untuk memperhatikan dan mematuhi


28

standar keseluruhan administrasi keuangan desa, dana kota harus diawasi secara

sistematis, tunduk pada peraturan perundang-undangan, lugas, bertanggung

jawab, dan partisipatif dengan berfokus pada standar kesetaraan, kehormatan, dan

keuntungan bagi wilayah desa setempat (A. T. A. dan K. A. K. Saputra, 2017).

Peraturan Menteri Dalam Negeri 20 Tahun 2018 tentang pengelolaan

keuangan desa adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan,

pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan pertanggung jawaban keuangan desa.

Oleh karena itu, Desa berkewajiban untuk mengawasi dana desa secara lugas,

bertanggung jawab, partisipatif dan dilakukan secara teratur dan terkendali. Lugas

berarti dilakukan secara transparan, akuntabel jawab berarti bertanggung jawab

secara hukum dan berarti partisipatif termasuk daerah setempat dalam

pengaturannya. Dana desa disimpan dalam situasi pembukuan yang tepat sesuai

dengan pedoman akuntansi keuangan negara (Alifka.R, Dian, Herminawaty

Abubakar, 2020). Pengelolaan dana desa juga perlu memperhatikan standar

peaporan keuangan yang tertuang dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan

Nomor 45 (PSAK 45), berbagai standar dan aturan tersebut menunjukkan bahwa

penyelenggaraan pengelolaan dana desa tidak dapat dipisahkan dari

keterusterangan dan tanggung jawab yang merupakan tuntutan dalam administrasi

keuangan sektor publik (Setyawati & Ferdinand, 2020). Allah berirman pada Q.s

Al-Mudassir ayat 38

ِ‫كُلِ ن ْفسِ بِما كسبتِْ ر ِه ْينة‬

Terjemahannya :

“Setiap orang bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya.”


29

Dan Q.s An-Nahl ayat 90 :

ِ‫ن ا ْلف ْحش ۤا ِِء وا ْل ُم ْنك ِر‬ ِِ ‫ان واِ ْيت ۤا‬
ِِ ‫ئ ذِى ا ْلقُ ْر َٰبى وي ْن َٰهى ع‬ ِِ ‫اْلحْ س‬ ِ ْ ‫ّللا يأْ ُم ُِر ِبا ْلع ْد ِِل و‬
ِٰ َِّ‫اِن‬
ُ ‫ي ِ ي ِع‬
ِ‫ظ ُك ِْم لعلَّ ُك ِْم تذ َّك ُر ْون‬ ِ ‫وا ْلب ْغ‬
Terjemahannya:

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berbuat adil dan berbuat


kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang
(melakukan) perbuatan keji, munkar dan pemusnahan. Dia memberi
pengajarn kepada kamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.”

Tujuan utama pemberian dana Desa yang diperoleh dari Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah untuk fokus pada kemajuan dan

pemberdayaan masyarakat. Selanjutnya cenderung diartikan bahwa dana desa

yang berasal dari pemerintah pusat difokuskan untuk perbaikan infrastruktur desa

serta direncanakan untuk pemberdayaan masyarakat (Hulu et al., 2018). Dengan

dukungan dari pemerintah terdekat yang berhubungan langsung dengan daerah

setempat maka dalam penyelenggaraan pemerintahan kota diperlukan tingkat

kepercayaan masyarakat yang tinggi. Dengan nilai dana Desa yang sangat banyak,

sangat rentan terhadap penyelewengan, sehingga dengan pengelolaan yang baik

diyakini target keberadaan dana Desa dapat tercapai (Putra & Karijati, 2019).

F. Pencegahan Fraud

Sesuai dengan Internasional Standard on Auditing (ISA) segmen 240

sehubungan dengan kewajiban peninjau untuk mempertimbangkan fraud dalam

audit anggaran, fraud ditandai sebagai perilaku yang disengaja oleh individu atau

orang-orang di antara manajemen, TCWG (Those Charge With Governance),

pegawai, atau pihak luar, dengan cara menipu untuk mendapatkan keuntungan

yang tidak wajar atau melawan hukum (Fitratul Jannah, 2016). Fraud adalah
30

tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau perkumpulan secara salah baik

sengaja maupun tidak sengaja untuk memperoleh keuntungan dengan

mendapatkan uang, sumber daya, dan lain sebagainya sehingga dapat merugikan

orang lain atau perkumpulan tertentu (Santi Putri Laksmi & Sujana, 2019).

Pencegahan kecurangan atau fraud pada umumnya adalah suatu gerakan yang

dilakukan sejauh menetapkan pengaturan, kerangka kerja dan strategi yang

membantu menjamin bahwa langkah-langkah mendasar telah dibuat oleh

kelompok dewan komisaris, eksekutif dan staf lain di dalam organisasi/asosiasi

untuk memiliki pilihan untuk memberikan kepercayaan yang cukup dalam

mencapai tujuan hierarkis, khususnya: kelangsungan hidup dan produktivitas

fungsional, ketergantungan laporan fiskal, dan konsistensi dengan peraturan dan

pedoman terkait (A. T. A. dan K. A. K. Saputra, 2017).

Pencegahan fraud harus dimungkinkan dengan asumsi bahwa pengendalian

internal benar-benar dijalankan oleh organisasi (Wardana et al., 2017). Faktor-

faktor yang terkait dengan tindakan kecurangan yang telah dikonsentrasikan

sebelumnya antara lain sifat metode pengendalian internal dan pemerataan

kebijakan (Wijayanti & Hanafi, 2018). Pencegahan fraud harus dimungkinkan

melalui dua tahap mendasar, pertama adalah dukungan dan penciptaan integritas

dan kepercayaan, kedua adalah membentuk mentalitas yang kuat untuk membatasi

peluang dan membuang kesempatan terjadinya fraud (korupsi) dan mengevaluasi

resiko fraud. Organisasi dapat membatasi peluang terjadinya kecurangan dengan

mengambil pekerjaan/pekerja dan masyarakat setempat serta memanfaatkan


31

pencegahan independen, audit, norma, dan melakukan kontrol preventif (Putu

Satcitanandadewi, 2020). Hadits Nabi tentang pelaku fraud atau korupsi :

ُِ ‫ش ْعب ِةُ قالِ أ ْخبر ِني عدِيِ ْب‬


ِ‫ن ثا ِبتِ قالِ س ِم ْعتُِ ع ْبد‬ ُ ‫ج ْبنُِ ِم ْنهالِ حدَّثنا‬
ُِ ‫حدَّثنا ح َّجا‬

ِ‫ن النهْب ِِة وا ْل ُمثْل ِة‬


ِْ ‫ّللاُ عل ْي ِِه وسلَّمِ أنَّ ِهُ نهى ع‬
َِّ ‫ي ِ صلَّى‬
ِ ِ‫ن النَّب‬
ِْ ‫ّللا ْبنِ ي ِزيدِ ع‬
َِِّ

Terjemahannya :

Telah menceritakan kepada kami Hajjaj bin Minhal telah


menceritakan kepada kami Syu’ba ia berkata; telah mengabarkan
kepadaku Adi bin Tsabit ia berkata; Aku mendengar Abdullah bin
Yazid dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, Bahwasanya beliau
melarang nuhbah (harta rampokan) dan perbuatan mutilasi.” (HR.
Bukhari).

Peristiwa fraud dalam organisasi adalah karena anggapan organisasi

terhadap kecurangan atau fraud tidak menjadi penting secara fundamental dan

mainstreaming sebagai dari bagian kontrol atau pengendalian internal. Sampai

saat ini, organisasi tidak memikirkan pencegahan kecurangan atau fraud sebagai

tujuan utama dalam kerangka pengendalian internal dalam organisasi mereka.

Tindakan penanggulangan kecurangan dianggap sebagai komponen tertentu

dalam tujuan umum, konsistensi, pengendalian internal dan lebih jauh lagi karena

tidak dipandang sebagai program yang terkoordinasi dengan target yang jelas dan

tegas terkait dengan pencegahan dan pendeteksian kecurangan (Teddy Rustandy,

2020). Representasi yang salah mengacu pada pertunjukan realitas material yang

menyesatkan oleh satu pihak ke pihak lain yang sepenuhnya bermaksud menipu

dan memengaruhi pihak lain yang berbeda untuk bergantung pada realitas (T. P.

Sari & Lestari, 2020).


32

G. Akuntansi Forensik untuk Pencegahan Fraud Pada Dana Desa

Desa telah diberikan kewenangan dan juga sumber daya dana yang

memuaskan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang berada di desa.

Dana yang sangat besar ini berkali-kali disalahgunakan oleh perkumpulan-

perkumpulan yang tidak bertanggung jawab untuk kepentingan individu atau

kelompok, sehingga mendatangkan kerugian bagi negara (Ni Putu Ayu Mirah

Anggrima Wati dan Ni Wayan Yuniasih, 2021). Dana desa digunakan untuk

mendukung organisasi pemerintah, perbaikan daerah dan penguatan daerah.

Pemanfaatan dana desa difokuskan untuk pembangunan dan memberdayakan

masyarakat desa sesuai kebutuhan pemanfaatan dana yang ditetapkan oleh

Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi. Agar kapasitas APBDes berjalan

secara ideal, penyusunan rencana pengeluaran dan pencatatan pendapatan dan

konsumsi harus diselesaikan secara cermat dan efisien dalam pembukuan

administrasi desa (Mohammad Fadli, M. Ikbal Abdullah, 2018).

Namun demikian, kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah

desa dalam melaksanakan pengalokasian dana desa merupakan komponen negatif

yang membuat pelaksanaan latihan tidak ideal karena tidak mendapat dukungan

dari masyarakat. Masyarakat berpendapat bahwa yang tau penggunaan dana desa

yang syaratnya telah terpenuhi untuk dilakukan sebuah kegiatan hanyalah

perangkat desa itu saja, masyarakat biasa tidak perlu mengetahui standar

pelaksanaan sebuah program kerja yang dilah dilakukan tersebut. Demikian pula,

pelaksanaan perberdayaan masyarakat dalam penguatan wilayah desa telah

mendapat pandangan dari masyarakat bahwa pelaksanaan kegiatan itu dipandang


33

hanya sebagai formalitas saja, hal ini karena tidak adanya transparansi dari

pemerintah desa (Hulu et al., 2018).

Akuntansi forensik dipercayakan untuk memberikan anggapan yang sah di

pengadilan (kasus). Selain itu, ada pula tugas akuntan forensik di bidang regulasi

di luar pengadilan (non-penuntutan) misalnya membantu merencanakan tujuan

kasus sengketa dalam perdebatan, membentuk perhitungan remunerasi dan upaya

untuk mengetahui akibat dari pemutusan kontrak/pelanngaran kontrak

(Anggraini et al., 2019). Akuntansi forensik adalah penggunaan inovasi dan ilmu

pengetahuan di bidang akuntansi, keuangan, manajemen, dan ilmu kriminal untuk

menggali dan melacak bukti perbuatan terlarang dan penipuan yang melanggar

hukum atau perdebatan keuangan lainnya (Yudhiyati, 2020). Akuntansi forensik

meliputi pencarian bukti fraud dan menginvestigasi pembukuan maupun catatan-

catatan yang menyangkut dengan tindakan fraud (Uminah, 2014). Oleh karena itu,

pemanfaatan akuntansi forensik dalam dana desa merupakan langkah awal yang

paling tepat dalam mengarahkan suatu penyelidikan jika terjadi suatu

permasalahan dalam kesinambungan administrasi yang terpengaruh langsung

pada pelaporan keuangan dana desa (fraud).

H. Akuntansi Forensik Berbasis Falsafah Mapaccing, Malempu na

Magetteng dalam Pencegahan Fraud Pada Dana Desa

Metode terbaik untuk mencegah kecurangan adalah dengan mengeksekusi

proyek dan pengendalian yang salah yang dianut oleh organisasi. Kualitas seperti

itu membentuk iklim yang menjunjung tinggi cara berperilaku dan asumsi yang

memuaskan, yang dapat digunakan pekerja untuk mengarahkan aktivitas mereka.


34

Nilai-nilai ini membantu membuat budaya jujur dan moral yang membingkai

alasan kewajiban kerja pegawai dan mendesak pegawai untuk bertindak secara

moral dengan tulus. Perilaku yang sesuai dengan kualitas atau standar yang baik

pada umumnya akan menjauhi cara berperilaku yang salah. Hal ini tentunya juga

akan mempengaruhi letak kecurangan di dalam organisasi (Komang Agus

Sudarma , I Gusti Ayu Purnamawati, 2019).

Warisan sosial budaya dari nenek moyang masa lalu umumnya mengandung

gagasan kualitas mendalam yang dalam bahasa Bugis dikenal sebagai Paaseng

yang berarti pesan, perintah dan wasiat dari seseorang yang diturunkan secara

lisan melalui individu yang dapat mendengarkan dan yang dapat menulis dalam

catatan (Nurnaningsih, 2015). Paaseng ini dapat terlihat dalam falsafah

Mapaccing, Malempu na Magetteng yang telah menjadi budaya dalam diri

individu Bugis/Makassar. Perbuatan-perbuatan kecurangan dalam

penyelenggaraan pemerintahan desa yang disebabkan oleh kurangnya mentalitas

dan kewajiban-kewajiban atau moral yang bersih, jujur dan lurus, yang

ditanamkan dalam otoritas-otoritas pemerintah secara individu sehingga perilaku-

perilaku yang menyesatkan dapat dikurangi dan dapat dicegah dengan

menanamkan nilai-nilai sosial Bugis berhubungan dengan "Mapaccing, Malempu

na". Magetteng" dan itu artinya bersih, jujur dan konsisten dalam bahasa

Indonesia (Alifka.R, Dian, Herminawaty Abubakar, 2020).

Falsafah Mapaccing, Malempu na Magetteng merupakan budaya yang

dapat diterapkan dalam garis kehidupan, mengingat untuk suatu pergaulan.

Budaya organisasi merupakan norma, nilai, praduga, keyakinan, kecenderungan


35

yang dibuat dalam suatu perkumpulan dan didukung oleh seluruh individu dari

organisasi tersebut sebagai pedoman atau acuan dalam organisasi dalam

menyelesaikan kegiatannya, baik untuk karyawan maupun untuk kepentingan lain

(Widiyarta et al., 2017). Pengelolaan keuangan yang hebat harus menjadi leading

edge yang berdiri tegak sehingga arah pengelolaan keuangan yang bertumpu pada

transparan, akuntabel, dan partisipatif menjadi terbalik ketika diterapkan dan

dilaksanakan selama pengelolaan keuangan (Karianga, 2015). Selanjutnya,

pengelolaan keuangan yang dikatakan baik juga harus dilakukan dengan

berlandaskan pada peraturan pemerintah. Namun, sampai sekarang aturan

pemerintah tidaklah menjadi suatu pedoman yang mengikat bagi aparat

pemerintah. Maka penting untuk mengajarkan sisi positif dari falsafah

Mapaccing, Malempu na Magetteng pada Akuntan forensik untuk mengontrol

setiap langkah yang dilakukan oleh otoritas pemerintah desa dalam mengelola

keuangan desa agar tidak melakukan perbuatan yang tercela.


36

I. Kerangka Pikir

Gambar 2.2 Kerangka Pikir

Dana Desa

Akuntansi Forensik

Penerapan Pemeriksaan mendalam

Mapaccing Malempu Magetteng

1. Niat 1. Kejujuran 1. Keteguhan

2. Pembawaan hati 2. Tanggung jawab 2. Kekonsistenan

3. Penanaman nilai 3. Penanaman nilai 3. Penanaman nilai


moral moral moral

Fenomena kecurangan Nilai sosial yang


berlaku dimasyarakat

Pencegahan Fraud
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Lokasi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kualitatif. Mengingat instrumen pemeriksaan sebagai alat untuk

pengumpulan dan penyelidikan informasi, penelitian kualitatif umumnya

menggunakan informasi yang deskriptif misalnya, catatan wawancara, hasil

laporan tentang persepsi lapangan, catatan diskusi dan catatan persepsi.

Laporan ini digabungkan dari sinopsis dari sejumlah besar sumber yang

didukung sepenuhnya oleh hipotesis saat ini sebagai penggambaran

penyelidikan. Tahap pemeriksaan dalam pendekatan ini dimulai sejak

eksplorasi dan informasi primer diperoleh (Zaluchu, 2020). Pemeriksaan

kualitatif adalah penelitian yang bersifat grafis dan logis yang mendorong

metodologi induktif. Dalam perspektif penelitian kualitatif, fenomena suatu

objek dapat dianggap bersifat komprehensif, atau setidaknya tidak dapat

dipisahkan sehingga seorang peneliti kualitatif tidak dapat memutuskan

pemeriksaan penelitiannya, namun keadaan sosial yang diteliti mencakup

segi tempat, entertainer dan kegiatan yang berkolaborasi dalam premis yang

berkesinambungan (Zulfa et al., 2020).

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada lingkup Kantor Desa Taraweang yang

berlokasi di Jalan Poros Padang Lampe, Kab. Pangkep, Kec. Labakkang.

37
38

B. Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian

kualitatif yang berdasarkan pada pendekatan Fenomenologi dengan konsep

epoche. Fenomenologi dapat dicirikan sebagai studi tentang penggambaran apa

yang dilihat individu, apa yang dirasakan dan diketahui dalam perhatian dan

pengalaman terdekatnya (Ahimsa-putra, 2012). Fenomenologi berupaya

mengungkap signifikansi wawasan seseorang. Makna tentang sesuatu yang

dialami seseorang akan bergantung pada bagaimana individu berhubungan dengan

hal tersebut. Epoche adalah ide yang berhubungan dengan upaya untuk

mengurangi atau menunda penilaian (mengorganisasikan) untuk mengangkat

informasi di atas pertanyaan potensial (Hasbiansyah, 2019).

C. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Jenis data data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

subjek, yaitu data informasi khusus yang diperoleh dari wawancara dengan

informan dan pendokumentasian. Data subjek yang dirujuk adalah anggapan

dan sikap yang dikomunikasikan oleh informan. Menurut (Durnila &

Santoso, 2018) data subjek adalah sejenis informasi data penelitian sebagai

opini, sikap, pengalaman atau kualitas seseorang atau kelompok yang

menjadi subjek penelitian atau responden.

2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer

dan sekunder. Data primer adalah data informasi yang diperoleh melalui
39

pertemuan atau wawancara sesuai aturan wawancara yang telah diatur

sebelumnya. Sebagaimana yang dinyatakan oleh (Durnila & Santoso, 2018)

data primer adalah data penelitian yang diperoleh secara langsung dari

sumber informasi (tidak melalui perantara). Data primer dikumpulkan secara

eksplisit oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan eksplorasi penelitiian.

Dimana peneliti menyiapkan pertanyaan tidak terstruktur untuk

mengumpulkan data melalui wawancara. Data sekunder menurut (Hamid &

Susilo, 2011) adalah informasi yang telah dikumpulkan oleh organisasi

pengumpul dan didistribusikan kemasyarakat. Sederhananya, dapat dikatakan

bahwa data sekunder adalah informasi yang dikumpulkan oleh pihak lain.

Adapun informan yang diwawancarai dalam penelitian ini yaitu sebagai

berikut:

1. Auditor

2. Kepala Desa.

3. Sekretaris Desa.

4. Kepala Urusan Keuangan Desa.

5. Masyarakat sekitar

D. Metode Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang dapat dipastikan kebenarannya, penting dan

lengkap, penelitian ini menggunakan teknik penelitian lapangan. Penelitian

lapangan dilakukan dengan cara memenuhi dan mengarsipkan unsur-unsur yang

akan menjadi objek eksplorasi penelitian untuk memperoleh informasi yang


40

lengkap, tepat dan akurat dalam penelitian. Dalam mengarahkan berbagai data

informasi penelitian , peneliti menggunakan teknik berikut:

1. Wawancara

Wawancara adalah strategi pengumpulan data informasi dengan

mengarahkan pertanyaan dan jawaban langsung dengan informan terkait di

sekitar masalah penelitian.

2. Dokumentasi

Dokumentasi adalah strategi pemilahan data dengan memanfaatkan

informasi opsional yang dapat diakses di area atau tempat penelitian sebagai

laporan, catatan dan rekaman informasi pelaksanaan bahan pendukung

lainnya.

3. Mencari web (internet searching)

Penelitian ini diselesaikan dengan mengumpulkan berbagai referensi

tambahan yang diperoleh dari web untuk menambah referensi dan digunakan

untuk menemukan kenyataan atau spekulasi yang berhubungan dengan

masalah yang diteliti.

E. Tekhnik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari secara efisien dan menggabungkan

informasi yang didapat dengan menggunakan berbagai strategi pengumpulan

informasi, seperti wawancara, observasi, dan dokumentasi seperti rekaman

video/suara dengan memilah-milah informasi dan memilih mana yang penting dan

dipertimbangkan serta mengambi kesimpulan, sehingga dengan mudah untuk


41

dipahami bagi diri sendiri dan juga khalayak luas. Siklus dalam prosedur analisis

data ini adalah sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Reduksi data diselesaikan dengan memusatkan pertimbangan dan

mencari bahan penelitian dari berbagai karya tulis yang digunakan sesuai

dengan pokok permasalahan yang telah dikemukakan dalam rumusan

masalah. Data yang relevan atau penting dibedah dengan hati-hati

sementara yang kurang relevan disisihkan. Siklus ini dilakukan dengan

merampingkan, mengabstraksi dan mengubah informasi yang muncul dari

catatan-catatan yang tersusun di lapangan.

2. Penyajian Data (data display)

Penyajian data adalah tindakan ketika berbagai informasi diatur

dengan cara yang tepat dan lugas untuk memberikan kemungkinan adanya

kesimpulan yang bisa didapatkan. Dalam penyajian data ini, para peneliti

dapat memanfaatkan bantuanmetode interpretif, terutama untuk

mengembangkan ruang atau sistem subjek. Penyajian data oleh peneliti

dengan menggunakan teknik interpretasi yang dimulai dengan memahami

rumusan masalah dengan wawasan peneliti sebagai pendahuluan untuk

menyarankan pandangan sumber tentang pertanyaan yang disajikan.

Kemudian informasi yang terkait dengan rumusan masalah tersebut

dimaknai terlebih dahulu dan kemudian dikaitkan dengan teori untuk

memiliki pilihan menjawab rumusan masalah.


42

3. Penarikan Kesimpulan/ verifikasi (conclusion drawing/ verification)

Membuat keputusan dari berbagai informasi dan pemeriksaan yang

telah dilakukan, peneliti mencari arti dari setiap gejala yang didapat dalam

proses penelitian, memperhatikan hambatan yang terlihat dalam ulasan ini

dan konsekuensi positif yang seharusnya diperoleh dari pemeriksaan ini.

Dalam proses ini, peneliti melakukan penariankesimpulan terhadap makna

dari bahan empiris yang telah didapatkan dan dikategorikan secara

tersusun sebagaimana telah dilakukan dalam prosedur sebelumnya.

Sementara itu, proses verifikasi dilakukan secara bertahap dalam berbagai

keadaan di lapangan dan di luar lapangan.

F. Uji Keabsahan Data

Prosedur pemeriksaan keabsahan data tidak hanya digunakan untuk

mendiskreditkan apa yang dituduhkan atas gagasan penelitian kualitatif, yang

menyatakan bahwa pemeriksaan ini bersifat logis, namun metode pemeriksaan

keabsahan data ini merupakan fase yang tidak dapat dipisahkan dari kelompok

informasi dalam penelitian kualitatif (Mekarisce, 2020).

Prosedur pemeriksaan keabsahan data dalam tinjauan ini meliputi uji

kredibilitas, uji depandabilitas, uji transferabilitas, dan uji konfirmabilitas.

1. Kredibilitas

Pengujian keabsahan data atau kredibilitas dara pemeriksaan terdiri dari

perpanjangan pengamatan, meningkatkan ketekunan dan triangulasi.


43

a. Perpanjangan pengamatan

Pada tahap awal peneliti memasuki lapangan, dimana peneliti masih

dianggap sebagai orang luar, masih dicurigai sehingga data yang

diberikan kurang, tidak mendalam meskipun semuanya memungkinkan

banyak hal untuk dirahasiakan. Dengan bertambahnya persepsi tersebut,

berimplikasi bahwa hubungan antara peneliti dan informan akan semakin

dibingkai dengan rasa kepercayaan, semakin nyaman tidak ada jarak,

semakin terbuka, saling percaya sehingga tidak ada lagi data yang

ditutup-tutupi.

b. Meningkatkan ketekunan

Peneliti dapat menambah ketekunan sebagai pengecekan ulang

terlepas dari apakah informasi yang telah ditemukan benar dengan

menyebutkan fakta objektif secara terus-menerus, membaca dengan teliti

berbagai buku referensi dan hasil penelitian atau dokumentasi terkait

sehingga pengetahuan peneliti akan lebih luas dan lebih tajam.

c. Triangulasi

Untuk membangun kekuatan teoretis, sistemik dan interpretatif dari

penelitian ini. Tringulasi dicirikan sebagai tindakan benar-benar melihat

informasi melalui sumber, prosedur, dan waktu yang berbeda.

2. Uji Depandibilitas

Dikatakan memenuhi depandibilitas ketika peneliti setelahnya dapat

membuat ulang pengaturan peneliti tersebut. Uji depandibilitas harus

dimungkinkan melalui kegiatan review pada keseluruhan proses penelitian.


44

Hasil pemeriksaan tidak dianggap dapat diandalkan jika peneliti tidak dapat

menunjukkan bahwa proses penelitian telah dilakukan.

3. Uji Transferabilitas

Transferabilitas menunjukkan tingkat ketelitian atau sejauh mana hasil

pemeriksaan dapat diterapkan pada masyarakat tempat informan dipilih.

4. Uji Konfirmabilitas

Konfirmabilitas dalam penelitian ini lebih dicirikan sebagai gagasan

intersubjektivitas (gagasan transparansi) yang merupakan jenis aksesibilitas

peneliti dalam mengungkap kepada publik tentang siklus dan komponen

dalam penelitian ini yang dengan demikian memberikan kesempatan bagi

pihak lain untuk melakukan sebuah evaluasi/penilaian atas penemuannya

serta mendapatkan pengesahan.


BAB IV

Hasil dan Pembahasan

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Desa Taraweang

Pada zaman dahulu Desa Taraweang dipimpin oleh gallarang dengan

nama taraweang romang, namun sejak tahun 70-an khususnya pada masa

orde baru, taraweang romang kemudian ditetapka sebagai desa dengan nama

desa taraweang. Taraweang diartikan sebagai taraweh, sedangkan romang

sendiri berarti semak. Desa Taraweang adalah salah satu lima desa di

kecamatan labakkang yang berada di bagian timur ,yang mempunyai jarak

dengan kota kecamatan ± 7 km dengan mengendarai sepeda motor

memakan waktu sekitar 18 menit dan jarak tempuh ke Kabupaten ± 17 km

dengan kendaraan yang sama menggunakan waktu sekitar 48 menit.

Beberapa aturan administrativ lain yang menjadi latar belakang

pembentukan Desa ini antara lain:

1. Undang-Undang No. 29 tahun 195 tentang pembentukan daerah-

derah tingkat II di Sulawesi

2. Undang-Undang No. 32 tahun 200 tentang Pemerintahan Daerah

3. Peraturan Pemerintah No.72 tahun 2005 tentang Desa.

Tabel 4.1 Nama-nama Kepala Desa

No Periode Nama Kepala Desa Keterangan

1 1950 BABA Gallarang

45
46

2 1960 TAMPING Pengangkatan Pejabat


Desa

3 1970 JALLO Pengangkatan Pejabat


Desa

4 1975 WAGIMI Pengangkatan Pejabat


Desa

5 1980 DG. LIUNG Pengangkatan Pejabat


Desa

6 1985 BISNU Pengangkatan Pejabat


Desa

7 1990 ABD. HAFID SIKKI Pilkades I

8 1996 ABD. HAFID SIKKI Pilkades II

9 2003 H.ABDUL Pilkades III


MAJID.R

10 2008-2009 AMIRUDDIN Pejabat Sementara

11 2009-2013 H.ABD MAJID. R Pilkades IV

12 2013 AMIRUDDIN Pejabat Sementara

13 2014-2017 WAHYU ALI DAMA Pilkades V

14 2017-2018 ANDI PALLAWA Pejabat Sementara


RUKKA, S.M

15 2019 - sekarang AMIRUDDIN, S.H Pilkades VI

2. Visi Misi Desa Taraweang

a. Visi dari desa taraweang adalah

Hadir Lebih Dekat Melayani Masyarakat Serta Menuju Desa

Taraweang Yang Mandiri, Bermartabat Dan Menjunjung Tinggi

Nilai Norma Dalam Masyarakat


47

Dimana visi tersebut merupakan gambaran ideal tentang keadaan

masa depan yang diinginkan dengan melihat potensi dan kebutuhan desa.

Penyusunan Visi dan Misi tersebut dilakukan secara partisipatif

melibatkan pihak-pihak yang berkepentingan di DesaTaraweang seperti

pemerintah Desa, BPD, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, Lembaga

Masyarakat, Desa pada umumnya yang dilaksanakan secara

musyawarah.Pertimbangan kondisi eksternal di Desa seperti satuan kerja

wilayah pembangunan di Kecamatan.

b. Misi

Selain penyusunan Visi juga telah ditetapkan misi-misi yang

memuat sesuatu pernyataan yang harus dilaksanakan oleh Desa agar

tercapainya visi Desa tersebut.Pernyataan Visi kemudian dijabarkan

kedalam misi agar dapat dioperasionalkan atau dikerjakan. Misi adalah

merupakan pernyataan yang menetapkan tujuan dan sasaran desa yang

hendak dicapai, pernyataan misi membawa desa ke suatu fokus. Misi

inilah yang harus diembang oleh pemerintah desa. Untuk mewujudkan

visi desa tersebut diatas, maka pemerintah Desa Taraweang menetapkan

Misi sebagai berikut :

Pembangunan Fisik

1) Adanya transparasi Dana Alokasi Desa (ADD),dimaksudkan

guna setiap warga Masyarakat Desa Taraweang mengetahui

setiap ADD setiap tahun.


48

2) Alokasi Dana Desa (ADD) dalam alokasi fisik,akan di

implementasikan dengan cara pembentukan Tim Pelaksanaan

Kerja Desa (TKPD) sehingga control Masyarakat lebih mudah.

3) Melaksanakan pembangunan dengan sebenarnya yang

berpedoman pada Rancangan Pembangunan Jangka Menengah

Desa (RPJMDes) yang didahului oleh musyawarah mufakat dari

Masyarakat taraweang.

4) Pemberdayaan Masyarakat yang di Danai oleh Pemerintah

melalui Dana Desa dan Alokakasi Dana, perdesaan dilaksanakan

dengan efekti, akuntabel, transparansi, dengan mengedepankan

aspirasi serta musyawarah mufakat dari Masyarakat Desa

Taraweang.

Pembangunan Non Fisik

1) Peningkatan Aktifitas Kehidupan Beragama. Baik

mengoptimalkan Jama’ah ataupun kegiatan Majelis

Taklim lainnya dalam Masyarakat.

2) Meningkatkan Kerukunan serta toleransi dalam beragama,

sehingga kehidupan yang aman dan terwujud.

3) Menjaga serta melanjutkan sepenuhnya aktifitas beragama

yang telah menjadi tradisi serta kebiasaan yang telah

disepakati oleh Masyarakat Taraweang


49

3. Struktur Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan

Gambar 4.1 Struktur Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan

BPD Kepala Desa


Amiruddin. SH

Sekretaris
Irvandi.S

Kepala Kepala Kepala KAUR KAUR KAUR


seksi Seksi Seksi Tata Perenca Keuanga
Pemerint Kesejahte Pelayana Usaha naan n
ahan raan n dan
Umum
Amir Amirud Lisna
Faisal, S. Sukina din, S
Rosmiati Rosmaw Riah,
Sos
ati S.Pd

Kepala Kepala Kepala Kepala Kepala


Dusun Dusun Dusun Dusun Dusun
Tarawean KMP Baru Mattoangi KMP Gatta-
g ng Batu-batu Gattareng

M. Nojeng Ambo Ilyas


Usman S Tang
Dahlan
50

4. Kondisi Geografis

Desa Taraweang memiliki luas wilayah daratan 9.091 Ha dengan

batas wilayah sebagai berikut :

Batas wilayah :

- Utara : Desa Bara Batu

- Selatan : Kelurahan Sapanang

- Barat : Desa Kassiloe

- Timur : Desa Biring Ere

Secara administrasi Desa Taraweang dikepalai oleh seorang kepala desa

yang defenitif dan memiliki wilayah dusun sebanyak 5 ( LIMA) Dusun

wilayah yakni:

a. Dusun Taraweang

b. Dusun Kampung Baru

c. Dusun Mattoangin

d. Dusun Kampung Batu-batu

e. Dusun Gatta-gattareng

Kondisi Geografis

Tabel 4.2 Kondisi Geografis

No Uraian Keterangan
1 Luas wilayah : 9,091 Km2
2 Jumlah Dusun : 5 (lima)
a. Dusun Taraweang
b. Dusun Kampung Baru
c. Dusun Mattoanging
51

d. Dusun Kampung Batu-Batu


e. Dusun Gatta-Gattareng

Batas Wilayah :

a. Utara : Desa Bara Batu


b. Selatan : Kelurahan Sapanang
c. Barat : Desa Kassiloe
d. Timur : Desa Biring Ere
3 Topografi
a. Secara umum Desa Taraweang adalah daerah
dataran Sedang
b. Ketinggian di atas permukaan kira-kira 100 m
dpl
4 Hidrologi :
Tergantung dari Hujan
Klimatologi :
a. Suhu udara 25 – 30 derajat
b. Curah Hujan 68 mm/ tahun
c. Kelembapan udara
d. Kecepatan angin

5. Sosial Budaya

Dalam bidang sosial budaya, Desa Taraweang memiliki potensi

tenaga kerja yang cukup besar dan terbesar di seluruh pelosok dusun.

Potensi desa dalam bidang ini adalah Kelompok Tani, Kelompok SPP,

Kelompok Agama, Kelompok Majelis Ta’lim, Kelompok PKK, Kader

Posyandu, Lembaga Pemberdayaan Masnyarakat (LPM), Badan

Permusyawaratan Desa (BPD), Perangkat Desa merupakan Urat Nadi

terlaksananya Roda pemerintahan, pembangunan dan kesejahteraan.


52

Tabel 4.3 Kondisi Sosial Budaya Desa

No URAIAN JUMLAH KETERANGAN


1 Kependudukan
a) Jumlah Penduduk 5.015
b) Jumlah KK 1.412
c) Jumlah Penduduk Laki-Laki 2.512
d) Jumlah Penduduk Perempuan 2.503
2 Kesejahteraan Sosial
a) Jumlah KK Prasejahtera 18 %
b) Jumlah KK Sejahtera 15 %
c) Jumlah KK Kaya 20 %
d) Jumlah KK Sedang 40%
e) Jumlah KK Miskin 7 %
3 Tingkat Pendidikan
a) SD 1.970
b) SLTP 952
c) SLTA 803
d) Diploma/Sarjana 105
e) Tidak Sekolah 1.185
4 Mata Pencarian
a) Petani 50 %
b) Peternak 2%
c) Pedagan campuran 5%
d) Pedagang Kue Tradisional 1%
e) Sopir 2%
f) Wiraswasta 10%
g) PNS 2%
h) Lain-lain 10%
i) Tidak Kerja 18%

5 Agama (Islam) 100%

Dari tabel tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa :

a. Kependudukan.

Jumlah Penduduk laki-laki lebih banyak di banding jumlah penduduk

perempuan
53

b. Kesejahteraan

Jumlah KK Sedang mendominasi yaitu 40% dari total KK, KK pra

sejahtera 18%, sejahtera 15% Kaya 20% dan KK Miskin 7%.Dengan

banyaknya KK prasejahtera inilah Desa Taraweang dalam Desa

Tertinggal

c. Tingkat Pendidikan

Kesadaran tentang pentingnya pendidikan terutama pendidikan 9 tahun

baru terjadi beberapa tahun ini sehingga jumlah lulusan SD dan SLTP

mendominasi peringkat Pertama.

6. Mata Pencaharian

Mayoritas mata pencaharian penduduk adalah petani dan buruh

tani.hal ini disebabkan karena sudah turun temurun sejak dulu bahwa

masyarakat adalah petani dan juga minimnya tingkat pendidikan

menyebabkan masyarakat tidak punya keahlian lain dan akhirnya tidak

punya pilihan lain selain menjadi buruh tani dan buruh bangunan.

Selain sumber utama pendapatan warga masyarakat di bidang

pertanian, warga juga memilih usaha untuk beternak. Semakin banyak

ternaknya semakin menunjang ekonomi keluarga. Akan tetapi, tidak semua

warga dapat memiliki ternak sedang sampai besar. Umumnya hanya ternak

kecil seperti ayam, itik, sapi. Itupun hanya jumlah kecil. Karena

Kepemilikan ternak yang besar terkendala pada pengadaan bibit ternak dan

usaha pemeliharaannya. Tidak tersedianya padang gembala dan masih


54

kurangnya pengetahuan warga untuk pembuatan pakan ternak masih

menjadi kendala bagi warga dalam peningkatan ekonomi keluarga.

7. Agama

Seluruh warga masyarakat Desa Taraweang adalah Muslim (Islam).

8. Sarana dan Prasarana Desa Taraweang

Tabel 4.4 Sarana dan Prasarana Desa

No Jenis Prasarana dan Sarana Desa Jumlah Keterangan


1 Kantor Desa 1
2 Gedung SLTA/SMK -
3 Gedung SLTP/MTS 1
4 Gedung SD 2
5 Gedung PAUD 4
6 Gedung TK 1
7 Masjid 7
8 Paud 4 .
9 Pasar Tradisional 2
10 Poskesdes 1
11 Posyandu 4
12 Poskamling 3
13 Jembatan 6
14 Kantor BPD -
15 Gedung Pertemuan 1
16 Puskesmas 1
55

Dari tabel tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa :

a. Kantor BPD Sangat diperlukan di Desa Batara karena

Administrasi BPD Tidak terurus.

b. Bangunan Posyandu perlu perbaikan untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat yg mempunyai balita di Desa Taraweang

c. Secara umum prasarana dan sarana yang ada di Desa perlu

perbaikan dan Peningkatan kwalitas jalan Desa dan Jalan Provinsi .

9. Keadaan Ekonomi

Desa Taraweang mangandalkan bidang pertanian dan perkebunan

sebagai tulang punggung ekonomi desa, terdiri dari lahan hutan,

persawahan, tanah kering, tanah perkebunan dengan komiditi padi dan hasil

Pertanian sebagai komiditi terbesar. Selain itu juga dibudidayakan tanaman

pangan seperti jagung, ubi kayu dan ubi jalar serta tanaman buah-buahan

berupa mangga,jeruk,kelapa dan pisang. Empat komoditi terakhir ini

merupakan 4 komoditi khas yang umumnya di kembangkan di daratan.

Potensi ekonomi Desa yang utama adalah Pertanian, Meliputi:

a. Padi

b. Jeruk

Potensi Ekonomi desa yang lain adalah peternakan, meliputi

beragam jenis ternak, antara lain (diurut berdasarkan jumlah populasinya):

a. Sapi

b. Ayam ( Ayam Kampung / Ayam Potong )

c. Bebek
56

Pengelolaan potensi kehutanan, pertanian, perkebunan serta

peternakan hanya dilakukan dalam skala terbatas atau dalam skala rumah

tangga. Tidak ada investasi besar dalam pengelolaan tersebut sehingga

produktivitasnya juga terbatas.Mengingat letaknya yang memiliki sungai,

yaitu sungai Karajae menjadikan sungaitersebut sebagai sumber air

pengairah persawahan dan pertanian serta bahan galian berupa pasir dan

batu sungai

Namun demikian banyak ruas jalan desa maupun jalan dusun yang

mengalami kerusakan,Tapi sekarang sudah ada yang diperbaiki

sebagaian.Sejauh ini jalan tani semakin menjadi kebutuhan pula dalam hal

pengembangan jaringan jalan guna semakin memepermudah petani

mengangkut hasil pertanian mereka.

Kegiatan pertanian sangat bergantung pada curah hujan. Mengingat

banyaknya kegiatan, Pemerintah Desa perlu mendorong warga untuk

melakukannya secara partisipatif.

B. Hasil dan Pembahasan

1. Akuntansi Forensik untuk Pencegahan Fraud pada Dana Desa Taraweang

Kecurangan merupakan perbuatan dan dapat merugikan diri sendiri

dan orang lain. Kecurangan atau fraud yang dilakukan akan menghancurkan

kepribadian seseorang sehingga menimbulkan hilangnya markat dan

martabat bagi para pelakunya. Kecurangan atau fraud yang dilakukan dalam

memang akan menguntungkan para pelakuknya dalam hal materi.


57

Kecurangan yang dilakukan akan merugikan orang banyak dikarenakan

adanya hak-hak orang lain yang dirampas melalui tangan-tangan rakus para

pelaku kecurangan. Islam sebagai agama rahmatan lil a’almiin melarang

manusia untuk melakukan kecurangan dalam bentuk apapun yang akan

berakit merugikan kehidupan banyak pihak bersangkutan. Islam

mengajarkan kita agar selalu berperilaku baik dan tidak melakukan

perbuatan seperti yang banyak terjadi beberapa tahun belakangan ini. Allah

SWT berfirman dalam Q.s Al-Baqarah ayat 188 :

‫َّام ِلتأ ْ ُكلُ ْوا ف ِر ْيقًا‬


ِِ ‫ى ا ْل ُحك‬ ِ ‫وْلِ تأ ْ ُكلُ ْْٓوا ا ْموال ُك ِْم ب ْين ُك ِْم ِبا ْلب‬
ِ ‫اط ِِل وت ُ ْدلُ ْوا ِبهِا ْٓ اِل‬

ِ‫اْلثْ ِِم وا ْنت ُ ِْم ت ْعل ُم ْون‬ ِ ِ َّ‫ن ا ْموا ِِل الن‬
ِ ْ ِ‫اس ب‬ ِْ ‫ِم‬
Terjemahannya:

“Janganlah kamu memakan harta kamu, antara kamu dengan jalan


yang batil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu
kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebgaian daripada
harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal
kamu mengetahui.”

Menurut tafsir Al-Misbah Surah Al-Baqarah menjelaskan mengenai

larangan tindakan kecurangan (korupsi). Firman-Nya: Janganlah kamu

memakan harta sebagian kamu antara kamu, yakni janganlah memperoleh

dan menggunakannya. Harta yang dimiliki oleh si A hari ini, dapat menjadi

milik si B esok. Harta seharusnya memilki fungsi sosial, sehingga sebagian

apa yang dimiliki si A seharusnya dimiliki pula oleh si B, baik melalui zakat

maupun sedekat. Ketika si A menganggap harta yang dimiliki si B

merupakan hartanya juga, maka ia tidak akan merugukan si B, karena itu


58

berarti merugikan dirinya sendiri. Ayat ini pula bermakna, janganlah

sebagian kamu mengambil harta orang lain dan menguasainya tanpa hak,

dan jangan pula menyerahkan urusan harta kepada hakim yang berwenang

memutuskan perkara bukan untuk tujuan memperoleh hak kalian tetapi

untuk mengambil hak orang lain dengan melakukan dosa, dan dalam

keadaan mengetahui bahwa kalian sebenarnya tidak berhak.

Hampir setiap instansi atau organisasi pernah terjadi kecurangan yang

dilakukan oleh orang-orang yang ada di dalamnya, baik secara terang-

terangan maupun secara sembunyi sembunyi, baik yang belum terungkap

maupun yang telah terungkap. Uang merupakan hal yang vital di zaman

seperti sekarang ini, uang dapat mengubah segalanya seperti penyataan yang

dilontarkan oleh Kepala Desa selaku informan yang menyatakan bahwa:

Jujur saja dek, di desa ini pernah terjadi kasus penyalahgunaan dana
desa, itu terjadi pada tahun 2017 yang dilakukan oleh kepala desa
sendiri, itu terjadi karna mungkin kurangnya niat baik dalam dirinya,
pergaulan-pergaulan yang tidak seharusnya dilakukan selayaknya
kepala desa menjadi pemicu beliau melakukan kejahatan tersebut
dan jumlah yang di gelapkan itu tidaklah sedikit. Dan sampai
sekarang ini masih berada didalam penjara, dari kasus tersebut kami
selalu berupaya semaksimal mungkin melakukan yang terbaik agar
kita mendapatkan kembali kepercayaan masyarakat mengenai
pengalokasian dana desa.

Pernyataan diatas pun di benarkan oleh informan lain yang

menyatakan bahwa:

Iya, pada tahun 2017 pernah terjadi kasus serupa tapi yang
menyalahgunakan itu kepala desa dengan menyalahgunaan dana
desa anggaran pemerintah, penyebab terjadinya itu menggelapkan
dana pembangunan itu karna mungkin disebabkan yang
menyalahgunakan sering main judi.
59

Dari pernyataan kedua informan diatas dapat diketahui bahwa di desa

taraweang pernah terjadi kasus penyelewengan anggaran yang dilakukan

langsung oleh kepala desanya. Sejumlah faktor yang menyebabkan mengapa

kepala desa tersebut melakukan tindak pidana tersebut yakni adanya

pergaulan yang melanggar normanya sebagai orang yang terpandang,

adanya kesempatan, kurangnya pengawasan dari pihak instansi terkait,

kurangnya nilai norma yang dimiliki serta ada tekanan terhadap kebutuhan

finansial. Wawancara yang dilakukan dengan informan juga menyatakan

bahwa:

Mengenai kasus yang tadi mungkin karna keadaannya makanya dia


menyalahgunakan, kondisi yang tidak memadai sehingga
menyalahgunakan dana desa.

Berdasarkan wawancara diatas dapat dilihat bahwa faktor kondisi

serta keadaan yang tidak memadai mengakibatkan seseorang dapat

melakukan suatu tindakan yang tercela tersebut. Hal ini pun didukung oleh

diamond fraud theory yaitu adanya tekanan (Pressure) menjadi salah satu

faktor utama dalam seseorang melakukan tindak kecurangan. Tekanan itu

bisa berupa tekanan financial (keuangan) yang dialami atau tekanan

daripada lingkungan sekitarnya. Peluang (Opportunity) merupakan suatu

keadaan dimana seseorang mendapatkan kesempatan untuk melakukan

suatu tindak kecurangan. Rasionalisasi/ pembenaran (Rationalization)

adalah pemikiran yang mengarah pada suatu tindakan menjadi hal yang

wajar saja, yang dimana secara moral dapat diterima di Masyarakat dengan

normal. Kemampuan (Capability) berkaitan erat dengan adanya kemampuan


60

yang dibutuhkan dalam menjadi pelaku kecurangan (Hernanda et al., 2020).

Maka dari itu tugas sebagai pemimpin yang baru dituntut untuk

mendapatkan kembali kepercayaan masyarakat mengenai pengalokasian

dana desa dengan menjalin hubungan emosional yang mendalam,

melakukan transparansi terhadap setiap kegiatan yang dilakukan dan juga

dana digunakan untuk melakukan program kerja dalam memenuhi aspirasi

dan tuntutan dari masyarakat sekitar dan juga pemerintah.

Perlunya pengawasan oleh pimpinan terhadap penyelenggaraan

pemerintahan daerah merupakan suatu upaya penerapan tata pemerintahan

yang baik guna menciptakan pemerintahan yang bersih dari korupsi, kolusi

dan nepotisme. Hakikat dari pengawasan adalah mencegah terjadinya

penyimpangan, bukan mencatat berapa banyak ditemukan

penyimpangan.pengawasan ditujukan kepada pemerintah sebagai

penyelenggara negara supaya tidak terjadi penyimpangan kekuasaan

terutama pennggunaan kekuasaan terutama penggunaan sumber daya yang

dimiliki pemerintah atas nama dari negara. Berdasarkan wawancara yang

dilakukan pada informan menyatakan bahwa:

Dengan melalui dinas pemberdayaan, kurangnya pengawasan baik


dari lingkup DPMD dan pendamping desa yang ada di daerah
sehingga kecurangan seperti kasus itu yang merugikan desa. Kan
setiap desa punya pendamping, jadi setiap apapun itu masalah yang
ada di desa ada pendamping yang bimbing kami lalu kita yang
laksanakan. Dan juga kelalaiannya juga bendahara yang tidak teliti
menganalisis anggaran. Maka dari itu pentingnya pengawasan dari
pimpinan.
61

Hasil dari wawancara diatas dapat dilihat bahwa perlunya pengawasan

dari lembaga yang menaungi dari setiap bentuk persoalan yang dilakukan.

Dapat dilihat pula bahwa lemahnya pengawasan yang dilakukan oleh

instansi terkait dapat menimbulkan keseleweran didalam mengerjakan suatu

tanggung jawab yang dibebankan. Perlunya ketelatenan dan kewaspadaan

dari bendahara dalam menganalisis anggaran yang ditujukan dalam setiap

pengelolaan yang dilakukan demi menekan terjadinya kasus-kasus yang

tidak diinginkan. Hal ini pun didukung dengan penelitian yang dilakukan

oleh (K. A. K. Saputra et al., 2019) yang menyatakan bahwa dengan adanya

penyaluran dana desa yang jumlahnya besar ke masing-masing desa

dibutuhkan kompetensi dan pengawasan yang ketat dari masing-masing

pemerintahan desa dalam pengelolaannya. Hal tersebut digunakan untuk

menghindari terjadinya kecurangan yang selama ini ditakutkan oleh

pemerintah dan masyarakat. Fraud biasanya terjadi jika sistem pengendalian

yang ada sangat lemah dan kurangnya pengawasan dalam pengelolaan

keuangan.

Untuk menekan terjadinya kecurangan pada pengelolaan dana maka

dibutuhkan bidang ilmu khusus yang mempelajari mengenai cara-cara untuk

mengungkap suatu kecurangan dalam bidang keuangan. Akuntansi ialah

suatu proses mencatat transaksi keuangan dan mengolah data transaksi yang

menyajikan suatu informasi kepada pihak-pihak yang berhak dan

berkepentingan. Akuntansi secara luas dikenal sebagai bahasa bisnis. Ada

banyak kutipan tentang kekuatan dan pentingnya akuntansi dalam


62

kehidupan sehari-hari. Beberapa orang menganggap ilmu akuntansi

merupakan suatu hal yang berkaitan dengan sistem hitung-hitungan saja,

namun faktanya akuntansi atau accouting adalah sebuah proses pekerjaan

yang tidaklah sederhana. Ilmu ini memiliki cukup banyak digunakan dalam

penerapannya sehari-hari. Penerapan akuntansi dalam pandangan preventif,

detektif dan represif secara aksiomatik dapat mengambil peranannya dalam

menyediakan pendekatan-pendekatan yang efektif dalam mencegah,

mengetahui maupun mengungkap dan menyelesaikan kasus kecurangan atau

fraud (Jannah et al., 2021).

Ilmu akuntansi dapat diaplikasikan dengan berbagai bidang misalnya

forensik. Ilmu forensik adalah ilmu yang digunakan untuk suatu

penyelidikan kejahatan kriminal dalam rangka mencari bukti-bukti yang

dapat digunakan dalam kasus kriminal. Sedangkan akuntansi forensik ialah

ilmu akuntansi dalam arti luas termasuk auditing pada masalah hukum

untuk penyelesaian hukum didalam atau diluar pengadilan. Keberhasilan

pemberantasan tindak pidana korupsi sangat bergantung pada penyidikan

dan pembuktian di persidangan serta tidak mengesampingkan pula proses

lainnya seperti penyelidikan dan penuntutan. Penyidikan berperan untuk

mengumpulkan fakta-fakta dan alat bukti, sedangkan pembuktian di

persidangan adalah untuk membuktikan bahwa benar seorang terdakwa

secara sah dan meyakinkan telah melakukan tindak pidana korupsi

berdasarkan alat bukti yang sah (Uminah, 2014). Berdasarkan wawancara

dengan informan yang menyatakan bahwa:


63

Secara umumnya akuntansi forensik itu bertujuan untuk


mengecek sedini mungkin kemungkinan sajah saji, fraud dan
sebagainya yang ada dilaporan keuangan, jadi tujunnya adalah
untuk pencegahan. Nah ada juga yang namanya audit forensik,
audit forenik ini dilakukan untuk memeriksa kembali kesesuaian
laporan keuangan dengan standar dan regulasi data, guna melihat
apakah ada salah saji, fraud atau penyimpangan yang bisa
ditolerir atau tidak dan tujuannya adalah pendeteksian dan
pemeriksaan. Audit forensik dan akuntansi forensik ini tidak
dapat terpisahkan.
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat dilihat bahwa akuntansi

forensik merupakan bidang yang sangat penting dalam menanggulangi

tindak pidana fraud. Dan dapat dilihat pula bahwa akuntansi forensik

merupakan bidang pemeriksaan khusus yang benar-benar digunakan untuk

mencegah tindakan fraud, itu bisa dilihat bahwa akuntansi forensik

digunakan untuk mengecek sedini mungkin jika terjadinya salah saji

maupun maupun kecurangan yang disengaja pada pelaporan keuangan.

Dengan demikian bahwa akuntansi forensik ini dapat memahami faktor dari

penyebab kecurangan keuangan dikarenakan akuntansi forensik merupakan

bidang yang pertama kali menganalisis laporan keuangan. Hal ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh (Alfa Reza Dwi Yulistianingsih,

Fahrul Hadi, 2020) yang menyatakan bahwa Akuntan Forensik merupakan

salah satu upaya pencegahan dini terhadap tindak pidana korupsi di

indonesia, dan secara signifikan dapat mengurangi terjadinya fraud disektor

publik. Hal ini terjadi karena akuntan forensik mudah dalam mengungkap

kasus fraud karena sudah mengetahui dan memahami faktor utama yang

menjadi penyebab terjadinya fraud.


64

Pemberian ADD (Anggaran Dasar Desa) diberikan kepada desa

dengan jumlah yang tidak sedikit. Dana tersebut sepenuhnya untuk kegiatan

operasional pemerintahan desa demi meningkatkan pemberdayaan dan

kesejahteraan desa serta warganya. Dengan melihat dana yang begitu besar

tentunya dapat memancing para pelaku kejahatan untuk memanfaatkan

keadaan dengan strategi-strategi yang telah direncanakan. Hal ini tentunya

dapat membahayakan, dikarenakan kerugian negara yang ditimbulkan

karena perbuatan tersebut. Maka dari itu perlunya penerapan akuntansi

forensik pada pemeriksaan keuangan jika terjadi perilaku fraud yang

ditemukan. Hasil wawancara dengan informan menyatakan bahwa:

Pada dasarnya akuntansi forensik mempunyai aplikasi pada


BPKP. Dan yang mau kita tau bagaimana cara kerjanya BPKP
didalam mengecek sistem-sistem yang sudah diisi oleh
perangkat desa . jadi sebelum masuk pada sistem yang telah
dibuat Pemerintah desa kan sudah ada RAPBD nya rancangan
anggaran pendapatan dan belanja desa, jadi nanti pemerintah
desa itu semua hasil realisasi dari anggaran yang mereka kelola
itu yang mereka input kedalam sistemnya BPKP. Jelas maka
akan muncul berapa yang mereka terima dan berapa yang
mereka sudah pake selama periode tertentu. Dan laporannya
keluar dan terbit ke sistemnya BPKP. Lalu BPKP lagi yang
melapor ke inspektorak daerah dan inspektorat daerah yang
tindak lanjuti lalu dilakukan audit atau sidak kepemerintah desa.
Inspektorat daerah yang turun langsung, BPKP itu main sistem
tidak main kelapangan meskipun sebagai badan pengawas
keuangan dan pembangunan. Jadi nanti laporan-laporan yang
ada didalam BPKP itu dianalisis sama mereka sendiri terus
mereka sampaikan oh ada akun-akun yang mencurigakan dari
desa ini misalnya, ada realisasinya yang tidak masuk akal, ada
pemakaian anggaran yang tidak masuk akal di pos-pos ini.
Misalnya pos untuk perberdayaan ada yang anggarannya tidak
masuk akal, itu yang jadi laporannya BPKP ke inspektorat
daerah. Dan inspektorat daerah yang pastikan. Jadi akuntansi
fungsinya sampai kesistemnya saja, makanya orang bilang
sistem akuntansi forensik. Jadi BPKP itu telah di bekali
bagaimana untuk menganalisis.
65

Hal ini pun didukung oleh penyataan informan selaku Kepala Desa yang
menyatakan bahwa:

Jadi sistem pengelolaan kita lakukan berdasarkan petunjuk


tekhnis dari lapangan dalam hal ini adalah melakukan
koordinasi dengan masyarakat dulu, kita lakukan musdus dulu,
setelah musdus, musdes (musyawarah desa) setelah
mendapatkan hasil itulah yang diangkat untuk dijadian
RAPBD, hasil mufakat itulah yang diangkat setelah itu
melakukan pencairan ada petunjuk tekhnis dari pimpinan
dalam hal ini adalah DPMD melakukan verifikasi berdasarkan
program kerja daerah atau visi misinya dan visi misi dari
daerah.

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat dilihat bahwa BPKP

(Badan Pengawasa Keuangan dan Pembangunan) merupakan salah satu

badan yang menyelenggaran pengawasan keuangan yang dimana BPKP

(Badan Pengawasa Keuangan dan Pembangunan ) tersebut juga yang

menerapkan akuntansi forensik. BPKP merupakan badan yang mengawasi

berbagai rancangan anggaran yang dilakukan oleh pihak desa. Berbagai

pemeriksaan yang dilakukan pada BPKP dalam mengawasi sistem

pengelolaan anggaran desa merupakan pemeriksaan yang sudah terukur

dengan berbagai perhitungan yang telah dibuat sebelumnya. Dengan

pembekalan yang telah diterima BPKP yang secara langsung memengaruhi

akuntan forensik menjadikannya memiliki keahlian khusus dalam

menganalisis potensi-potensi kecurangan yang bisa saja terjadi. Akuntansi

forensik sendiri memberikan suatu teknik pemeriksaan pembukuan yang

dapat digunakan dalam pembahasan pengadilan yang menjadi alasan

pembicaraan dan tujuan di pengadilan. Pemanfaatan pendekatan-pendekatan

serta analisis-analisis yang dimilikinya dirancang untuk memberikan


66

pemeriksaan yang memuaskan dan bukti pengesahan yang nantinya dapat

digunakan sebagai bahan untuk menyelesaikan berbagai keputusan di

pengadilan (Lidyah, 2016).

Akuntansi forensik mempunyai tugas yang menuntutnya untuk harus

bekerja dengan sangat teliti dan akurat untuk menemukan titik terang dari

kasus yang ditangani. Untuk menunjukkan bukti dan mengumpulkannya

mengenai keakuratan dari pemeriksaan yang telah dilakukan. Maka dari itu

tentu saja akuntan forensik dan auditor memerlukan tekhnologi dengan

sistem yang canggih untuk mendeteksi indikasi kecurangan yang ditemukan

demi menungkap kasus agar segera mungkin terselesaikan. Sebagai Badan

pengawas keuangan dan Pembangunan (BPKP) tentunya memerlukan itu

semua untuk mencegah kasus kecurangan. Hasil wawancara dengan

informan menyatakan bahwa:

Untuk zaman sekarang sangat diperlukan yang namanya


tekhnologi, didalam BPKP itu mereka menggunakan sistem
whistleblowing untuk mencegah dan mengungkap kasus yang ada.
Fungsi dari sistem itu untuk bagaimana cara menyammpaikan
informasi kepada pihak pemeriksa selanjutnya terkait kasus yang
ditemukan selain itu juga tersedianya mekanisme untuk mendeteksi
sedini mungkin kecurangan yang bisa saja terjadi.

Hasil wawancara diatas dapat dilihat bahwa tekhnologi yang sangat

membantu para audit dan akuntan forensik dalam menyajikan dan

melaporkan indikasi-indikasi dari kasus yang ditemukan dalam pelaporan

yang diperiksan. Dan akuntan forensik memerlukan sistem tersebut untuk

zaman yang seperti sekarang ini. Whistleblowing system ini merupakan

aplikasi yang dapat meningkatkan kapasitas akuntan forensik yang lebih


67

efektif, transparansif dan bertanggungjawab. (Wuysang et al., 2016)

Whistleblowing system BPKP dapat menjadi pintu masuk untuk

dilakukannya suatu pemeriksaan khusus (investigasi) atas dugaan terjadinya

suatu fraud dalam pengelolaan keuangan pada sektor publik. BPKP

menyediakan ruang bagi pelapor untuk melaporkan atau mengungkap fakta

atas terjadinya pelanggaran dan indikasi fraud yang dapat menyebabkan

kerugian keuangan negara.

Dalam mengelola dana memerlukan suatu metode yang digunakan

untuk mencatat setiap transaksi yang dilakukan, ini bertujuan agar

memudahkan dalam mengolah dana, memudahkan dalam memperoleh data

untuk suatu perencanaan, serta menjadi suatu pertanggungjawaban kepada

khalayak luas untuk memperoleh suatu informasi dari kegiatan yang

dilaksanakan. Perlunya pencatatan pelaporan yang efektif dan efisien guna

memudahkan dalam proses penyusunan anggaran, serta adanya kesatuan

pendapat mengenai penyusunan pelaporan keuangan. Maka dari itu peran

pemerintah dalam mengorganisir setiap kegiatan yang dilakukan agar

terhindar dari penyalahgunaan dana penyangkut pengalokasian dana desa.

Berdasarkan wawancara dengan informan.menyatakan bahwa:

Pencatatannya itu seperti kan sekarang sudah tidak manual lagi,


tapi sekarang pakai aplikasi namanya sistem keuangan desa dan
semua pelaporannya ada disitu tidak manual lagi kan dulu pake
buku untuk mencatat pelaporan, sehingga pelaporannya itu
langsung jadi dan tinggal di print. Dan dalam penganggaran
APBDes itu mengikut dengan peraturan bupati sesuai jugnisnya
dan kita di desa mengikut dari itu dan tidak semena-mena dari desa
yang menentukan.
68

Dari wawancara diatas dapat diketahui bahwa pencatatan pelaporan

yang dilakukan kantor desa taraweang telah mengikuti instruksi dari

pemerintah daerah mengenai penggunaan pencatatn laporan berdasarkan

pada aturan pemerintah. Dengan pengaplikasian tekhnologi didalamnya

dapat memudahkan para bendahara atau kepala urusan keuangan desa dalam

mencatat setiap transaksi yang digunakan dalam pengalokasian dana. Itu

karena mudahkan dalam mendeteksi ketika terjadi penyelewengan anggaran

dana desa dikarenakan dengan penggunaan tekhnologi akan secara otomatis

menginformasikan jika adanya pencatatan pelaporan yang tidak sesuai.

Pengelolaan keuangan desa guna mencegah kecenderungan kecurangan

akuntansi melalui penatausahaan, pelaporan dan pertanggung jawaban

semua pencatatn penerimaan kas desa dan pengeluaran kas desa langsung

direkap kedalam buku kas umum maupun buku pembantu pajak, buku kas

bank serta laporan realisasi kegiatan menggunakan aplikasi Siskudes

(Ekasari et al., 2021). Aplikasi siskudes tersebut dirancang oleh BPKP

sebagai salah satu bentuk komitmen dan pengawasan BPKP dalam

pengelolaan keuangan desa sehingga memudahkan para auditor dan juga

akuntan forensik dalam menganalisis dan mendapatkan bukti-bukti dalam

penginvetigasian tindak pidana korupsi atau fraud. Jauh berbeda jika

pencatatan pelaporan dengan menggunakan buku manual yang sangat

rentang terhadap penyelewengan pelaporan pencatatan keuangan desa. Dan

secara tidak langsung bahwa pemerintah Desa Taraweang menerapkan

Akuntansi forensik pada pengalokasian Dana Desanya.


69

Penerapan akuntansi forensik demi mencegah terjadinya kasus fraud

di desa merupakan hal sangat penting untuk diterapkan dan bagaimana

aparat pemerintah Desa dalam menyikapi hal tersebut. Pencegahan

kecurangan pada umumnya adalah aktivitas yang dilaksanakan dalam hal

penetapan kebijakan, sistem dan prosedur yang membantu bahwa tindakan

yang diperlukan sudah dilakukan dewan komisaris, manajemen dan personil

lain dalam perusahaan/organisasi untuk dapat memberikan keyakinan

memadai dalam mencapai tujuan organisasi: efektivitas dan efisiensi

operasional, kemahiran dalam laporan keuangan dan juga ketaatan pada

hukum dan peraturan yang berlaku. Hasil wawancara dengan informan

menyatakan bahwa:

Sangat penting karna semacam pertanggungjawabannya,


pelaporannya penting sekali di lakukan akuntansi forensik supaya
tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Apalagi dalam
pelaporan keuangan desa jadi kami tidak berani untuk melakukan
penggelapan dana.

Wawancara diatas juga didukung oleh pernyataan informan lain yang


mengungkapkan bahwa:

Artinya dalam prinsip itu kita harus berpegang teguh pada aturan
itu karna kenapa? Ketika kita keluar dari rel-rel yang sudah kita
tentukan itu muncul permasalahn, Insya Allah disini kita
melakukan sesuatu berdasarkan petunjuk dan rel-relnya, insya
Allah kita akan lebih baik. Dan akuntansi forensik ini sangat cocok
di terapkan untuk pengelolaan dana desa untuk menanggulangi
kecurangan-kecurangan yang terjadi dan semoga kejadian
kecurangan terjadi di kantor desa ini tidak terulang lagi dengan
adanya pemeriksaan akuntansi forensik ini.

Hasil wawancara diatas dapat dilihat bahwa akuntansi forensik sangat

berguna dan efektif dalam mengungkap suatu kecurangan pada


70

pemerintahan desa. Pemeriksaan yang mendalam yang dilakukan akuntan

forensik menjadikan bahan utama dalam pengungkapan suatu tindakan

fraud yang terjadi. Dengan adanya akuntansi forensik ini pula menjadikan

para aparat pemerintahan taat pada aturan yang telah ditetapkan. Dan

berdasarkan pula pada kejadian fraud yang telah terjadi sebelumnya di

pemerintahan Desa Taraweang agar tidak terulang kembali. Hal ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh (Suhartono & Jannah, 2021) bahwa

penerapan akuntansi forensik memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

pendeteksian fraud pengadaan barang/jasa. Penerapan akuntansi forensik

yang semakin baik akan berpengaruh positif serta dapat meningkatkan

upaya keberhasilan dalam mendeteksi tindakan fraud dalam pengadaan

barang dan jasa dan berpengaruh signifikan terhadap berkurangnya kasus-

kasus fraud yang terjadi di sektor publik.

Tabel 4.5 Akuntansi Forensik untuk Pencegahan fraud Pada Dana


Desa Taraweang

Akuntansi Forensik Bentuk Pencegahan fraud


Penerapan 1. Melakukan pengawasan pada
pelaporan keuangan
2. Memberikan arahan ke
pemerintah desa dalam
pencatatan laporan keuangan
yang khusus

Pemeriksaan mendalam 1. Melakukan analisis dengan


seksama
2. Penggunaan tekhnologi
dalam pemeriksaan pelaporan
71

2. Akuntansi Forensik Berbasis Falsafah Mapaccing, Malempu na

Magetteng dalam Pencegahan Fraud pada Dana Desa Taraweang

Budaya daerah adalah budaya yang menggambarkan keadaan sifat di

setiap daerah. Mengabaikannya bukan termasuk cara melestarikan budaya

daerah sekitar kita. Pelestarian budaya merupakan upaya perlindungan dari

kemusnahan atau kerusakan warisan budaya. Maksud dari pelestarian

budaya adalah adalah agar nilai-nilai luhur budaya yang ada didalam suatu

tradisi dapat tetap dipertahankan, walaupun telah melalui proses perubahan

bentuk budaya. Budaya-budaya yang ada dimasyarakat terdapat pesan-pesan

orang tua terdahulu yang mengandung pesan moral didalamnya dan bisa di

aplikasikan dalam lini kehidupan.

Pesan dari orang tua terdahulu dalam suku bugis dikenal dengan nama

pappaseng. Pappaseng sebagai pedoman hidup masyarakat bugis disulawesi

selatan merupakan suatu bentuk dari ungkapan yang menggambarkan nilai

budaya yang bermanfaat bagi kehidupan. Didalam sebuah pappaseng

terkandung suatu ide yang begitu besar, buah dari pemikiran yang luhur,

pengalaman jiwa yang berharga dan pertimbangan-pertimbangan yang luhur

tentang sifat yang baik dan buruk. Dan pappaseng ini tertanam didalamnya

mapaccing, malempu na magetteng. Karena setiap perbuatan yang kita

lakukan akan dimintai pertanggung jawabannya di hadapan pencipta kelak.

Allah SWT berfirman dalam Q.s At-Taubah ayat 105 :

‫ى‬
َِٰ ‫ون إِل‬ ِ ُ‫سولُ ِهُ وا ْل ُم ْؤ ِمن‬
ِ ‫ونِۖ وستُرد‬ َِّ ‫وقُ ِِل اعْملُوِا فسيرى‬
ُ ‫ّللاُ عمل ُك ِْم ور‬

ِِ ‫عا ِل ِِم ا ْلغ ْي‬


ِ‫ب والشَّهاد ِِة فيُن ِبئ ُ ُك ِْم ِبما ُك ْنت ُ ِْم ت ْعملُون‬
72

Terjemahannya:

"Katakanlah: "Bekerjalah kamu maka Allah dan Rasul-Nya serta


orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu
akan dikembalikan kepada Allah yang mengetahui akan yang gaib
dan yang nyata, lalu diberitakannya kepada kamu apa yang telah
kamu kerjakan."

Menurut Tafsir Al Misbah, Muhammad Quraish Shihab

menerangkan bahwa Allah SWT dan Rasulullah serta orang-orang Mukmin

akan melihat seluruh perbuatan yang dilakukan atas orang-orang semasa

menjalani hidup di dunia. Mereka akan menimbangnya dengan timbangan

keimanan dan bersaksi atas segala perbuatan itu. Setelah mati, semua akan

dikembalikan kepada Yang Maha Mengetahui lahir dan batin. Semua akan

diberikan ganjaran atas perbuatan. Allah Swt memberi tahu segala hal yang

kecil dan besar dari seluruh perbuatan selama di dunia. Ayat ini berisikan

perintah untuk beramal shaleh. Walaupun taubat telah diperoleh tetapi

waktu yang telah diisi dengan kedurhakaan tidak mungkin kembali lagi.

Manusia telah mengalami kerugian atas waktu yang telah berlalu tanpa diisi

oleh kebajikan. Itu itu perlu giat melakukan kebajikan agar kerugian tidak

terlalu besar.

Quraish Shihab lebih lanjut dalam tafsir Al Mishbah juga menjelaskan

para Thabathaba'i berpendapat bahwa seseorang akan mengetahui hakikat

amal mereka kelak di hari kemudian. Seseorang yang menjadi saksi adalah

kaum mukminin yang menjadi syuhada (saksi-saksi amal).Hal inilah yang

kemudian mendorong manusia untuk mawas diri dan mengawasi amal-amal

mereka. Serta senantiasa untuk mengingat bahwa setiap amal yang baik dan
73

buruk tidak dapat disembunyikan. Hasil wawancara dengan informan yang

menyatakan bahwa:

Seperti yang kita sampaikan itu bahwa falsafah mapaccing,


malempu na magetteng itu saya terus terang saya mensuport sekali
itu supaya apa, ini tidak boleh lepas dari kita semua karna itu
merupakan karakter seorang bugis makassar untuk diaplikasikan ke
anak cucu kita.
Dan juga pernyataan dari informan lain yang menyatakan bahwa:

Ini lah yang sering kita ajarkan kepada anak-anak untuk selalu
berperilaku baik walau tidak secara langsung kita sebut haru
mapaccing, harus malempu, harus magettteng tapi dengan
menggunakan bahasa yang lain. Tapi mengenai makna dari itu
pasti mereka tau

Dari wawancara ketiga informan tersebut dapat diambil makna bahwa

melestarikan budaya sendiri merupakan hal yang sangat penting dilakukan.

Setiap budaya yang muncul dari masyarakat memiliki nilai-nilai dan makna

tersendiri didalamnya. Nilai-nilai yang terkandung dalam budaya

merupakan cerminan dari masyarakat yang menjunjung tinggi budaya

leluhur. Dari pernyataan tersebut pula dapat dilihat bahwa perilaku dari

suatu kebaikan yang dilakukan secara tidak langsung dapat menggambarkan

nilai-nilai dari suatu budaya tersebut seperti budaya falsafah bugis makassar

mapaccing, malempu na magetteng. Falsafah tersebut telah mencerminkan

kepribadian dari seorang bugis makassar walaupun dalam

pengaplikasiannya tidak disebutkan secara langsung melainkan dari

pemaknaannya. Hal ini terjadi agar lebih dapat memahami nilai moral

didalamnya tanpa mengubah nilai-nilai dasarnya. Transformasi nilai ialah

kegiatan yang dilaksanakan untuk tetap melestarikan ataupun


74

mengembangkan nilai-nilai yang terkandung dalam budaya agar budaya

tersebut dapat menjawab kompleksitas persoalan yang dialami oleh

masyarakat. dengan adanya transformasi nilai tersebut masyarakat bisa

mengetahui nilai-nilai yang menjadi acuan dalam hidup agar mereka dapat

menyelaraskan dengan perubahan yang ada tanpa melupakan nilai-nilai

dasar yang terkandung dalam budaya lokalnya (Rasid, 2013)

Setiap organisasi pemerintah perlu menanamkan nilai-nilai dan sikap

berdasarkan pada pada pesan-pesan yang mengarah pada perubahan

termasuk pada pemerintahan desa. Nilai-nilai itu bisa dimulai dari apa yang

terkandung didalam mapaccing, malempu na magetteng. Akuntan forensik

harus dituntuk untuk bekerja dengan niat, kejujuran dan ketekunan yang

didasarkan pada keyakinan yang penuh. Dengan niat, kejujuran dan

ketekunan dapat menciptakan pribadi yang konseptual. Pribadi yang

konseptual akan membawa pada pemerintahan yang tentram dan damai.

Karena ciri-ciri yang harus dimiliki seorang akuntan forensik yang terukur

meliputi 1) inovatif, 2) minat, 3) pantang menyerah, 4) penilaian yang baik,

5) kehati-hatian dan 6) kepastian (P. Achyarsyah dan M. Rani, 2018) (P.

Achyarsyah & M. Rani, 2018). Hasil wawancara dengan informan

menyatakan bahwa:

Falsafah ini kan mempunyai banyak arti didalamnya, dan makna


tersebut telah mewakili dari unsur-unsur dalam berperilaku
dimasyarakat. Seperti mapaccing kalau kita melakukan sesuatu
harus disertai niat, lalu berperilaku lurus artian lempu dan harus
konsisten dengan apa yang kita kerjakan dalam artian getteng. Dan
jika sifat tersebut ditanamkan dan diamalkan tentunya akan
menghasilkan jiwa-jiwa yang harmonis dan hidunya. Dan ini juga
75

sangat penting diterapkan dalam setiap bidang organisasi


dikarenakan kita bekerja itu harus rakyat.

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat dilihat bahwa nilai-nilai

yang terkandung didalam mapaccing, malempu na magetteng mampu

mengubah sikap dan karakter seseorang. Dengan menerapkan nilai-nilai

yang terkandung didalamnya tentunya akan mencegah dari hal-hal yang

tidak diinginkan. Sehingga terciptanya suasana yang damai karna adanya

sifat-sifat yang tercerahkan. Hal ini sesuai dengan apa yang terdapat

legitimacy theory yang dikemukakan oleh Dowling dan Pfeffer (1975),

dimana teori legitimasi merupakan suatu teori yang menjelaskan bahwa

perusahaan atau organisasi selalu berupaya memastikan bahwa mereka

beroperasi pada lingkungan yang dibingkai oleh nilai dan norma yang

berlaku dalam masyarakat serta berpihak kepada komunitas sosial dan

lingkungan. Legitimacy theory merupakan teori yang berdasarkan nilai-nilai

sosial atau peraturan yang berlaku di masyarakat. Teori legitimasi

merupakan suatu kegiatan komunikasi atau berdialog dengan publik terkait

nilai-nilai sosial kemasyarakatan yang harus sesuai dari persepsi sistem

norma, nilai kepercayaan dan juga harus ada keselarasan dari nilai-nilai

sosial untuk mendorong adanya pengungkapan dari informasi didalam

laporan keuangan (Santika, 2019).

a. Mapaccing

Mapaccing yang berarti bersih atau suci. Di beberapa daerah bugis,

mapaccing ini dikenal dengan sebutan mappepaccing. Mapaccing

merupakan suatu kegiatan atau aktivitas yang bertujuan untuk


76

membersihkan segala sesuatu. Makna dari kata mapaccing ini di

jelaskan dalam Q.s Asy- Syuara ayat 88-89 :

ِ‫ي ۡومِ ْلِ ي ۡنف ُِع مالِ َّو ِْل بنُ ۡون‬

ِ‫ّللا ِبق ْلبِ س ِل ْيم‬ ِْ ‫ِا َِِّْل م‬


ِٰ ‫ن اتى‬
Terjemahannya:

(yaitu) pada hari (ketika) harta dan anak-anak tidak berguna.


Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang
bersih.

Yakni tiada yang dapat melindungi seseorang dari azab Allah

harta bendanya, sekalipun ia memiliki emas sepenuh bumi. Tidak dapat

pula menebusnya dari azab Allah, sekalipun dengan seluruh manusia

yang ada di bumi. Tiada yang bermanfaat pada hari itu kecuali iman

kepada Allah dan mengikhlaskan diri hanya kepada-Nya dalam

beragama serta berlepas diri dari kemusyrikan dan para penganutnya.

Yaitu bersih dari keyakinan yang kotor dan kemusyrikan. Ibnu

Sirin mengatakan bahwa hati yang bersih itu ialah bila pemiliknya

mengetahui bahwa Allah adalah hak, dan hari kiamat pasti terjadi tiada

keraguan padanya, dan bahwa Allah akan membangkitkan semua

makhluk dari kuburnya.

Ibnu Abbas mengatakan sehubungan dengan makna firman-

Nya: kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang

bersih. (Asy-Syu'ara': 89) Hati yang bersih ialah yang bersaksi bahwa

tidak ada Tuhan selain Allah.


77

Mujahid dan Al-Hasan serta lain-lainnya mengatakan, hati yang

bersih maksudnya bersih dari kemusyrikan.

Sa'id ibnul Musayyab mengatakan bahwa hati yang bersih ialah

hati yang sehat, yaitu hatinya orang mukmin, karena hati orang kafirdan

orang munafik sakit.

Ayat ini memiliki korelasi dengan niat mapaccing dalam konteks

kepribadian. Dimana dalam konteks tersebut untuk menjernihkan hati,

memperbaiki niat agar terhindar dari tindakan-tindakan yang

memudarkan masyarakat terhadap kepemimpinannya. Niat sangat

menentukan kualitas dari ibadah dan hasil yang diperolehnya karena

niat itu. Menurut jumhur ulama (mayoritas ulama) niat itu wajib dalam

ibadah. Niat merupakan syarat sah suatu ibadah. Dan dalam pekerjaan

dalam pemerintahan itu juga merupakan ibadah demi mendatangkan

kemaslahatan bersama. Hasil wawancara yang dilakukan dengan

informan menyatakan bahwa :

untuk mengenai falsafah mapaccing, itu artinya kan bersih jika


di kaitkan sikap mapaccing dengan akuntan forensik di BPKP
itu sangat erat kaitannya dan memang harus menjunjung tinggi
sikap bersih dalam artian harus memiliki sifat kehati-hatian
meskipun dia sudah analisis dan dapat temuan tapi mereka
juga harus kaji kembali karna itu prinsip kehati-hatian karna
jangan sampai apa yang mereka ajukan ternyata salah. Dan
memang jika sudah dari awal tidak ada niatnya untuk
menjalankan tugasnya maka akan banyak yang akan dirugikan
hanya karna sifat itu. Makanya orang bekerja pada lembaga
pemerintahan itu harus terus bekerja dalam tekanan karna yang
mau mereka ubah sebuan perusahaan tapi negara.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan bahwa niat memang

merupakan awal penentu dari hasil suatu pekerjaan. Niat atau sifat
78

mapaccing merupakan cerminan dari seseorang apakah mereka itu

menjalankan tugasnya dengan baik apa tidak. Orang yang bergelut

didunia pemerintahan harus mempersiapkan dirinya bekerja dalam

tekanan. Dengan adanya niat dalam menjalankan tugas pada profesi

akuntansi forensik tentunya akan mencegah perilaku fraud yang

dilakukan oleh pelaku khususnya pada perangkat Desa yang mengelola

anggaran yang telah diberikan. Kehidupan kerja seseorang bisa dinilai

baik atau tidaknya itu tergantung dari bagaimana menyikapi itu. Jadi

apabila dia mampu menjaga pekerjaan tersebut maka bisa dikatakan

bahwa dia memiliki niat perilaku yang kuat dalam melakukannya.

Dengan demikian, kontrol perilaku yang dirasakan bisa mendeteksi

kehidupan kerja (Haryani, 2019). Dengan adanya sifat seperti ini yang

dianut oleh BPKP terkhususnya akuntan forensik yang ada didalamnya

maka akan menimbulkan sifat yang demikian pada aparat pemerintahan

di Desa. Hasil wawancara dengan Kepala Desa Taraweang menyatakan

bahwa :

Yang jelasnya kan seperti ini, ketika kita menjalankan sesuai


dengan aturan berdasarkan dengan aturan, berdasarkan dengan
petunjuk tekhnis yang dilakukan oleh pimpinan, insya Allah
hal itu tidak akan terjadi. Yang pertama yang harus kita
tanamkan dalam diri kita nawaitu kita, bagaimana cara kita
untuk membangun desa kita, membangun daerah kita, Insya
Allah dengan niat yang baik tentu hasilnya akan baik.
Dan juga wawancara yang dilakukan kepada Sekretaris Desa.yang

menyatakan bahwa:
79

Yaitu dengan cara ikhlas menaati peraturan dan niat dalam


menjalankan roda pemerintahan.

Dari penyataan diatas menunjukkan bahwa adanya ke selelarasan

dalam menyikapi suatu perbuatan yaitu harus didasarkan dengan niat

yang baik dan menaati peraturan. Peraturan dibuat oleh pimpinan bukan

semena-mena sebagai formalitas semata melainkan sebagai salah satu

pedoman dan tuntunan dalam menjalankan roda pemerintahan.

Menyikapi peraturan dengan hati yang lapang dapat membawa sebuah

perubahan yang besar. Kata lain pada taat aturan adalah disiplin

(Orsardi, 2020) kerja disiplin adalah suatu alat yang digunakan untuk

berkomunikasi dengan orang lain agar mereka bersedia untuk

mengubah suatu perbuatan serta sebagai suatu pencapaian upaya demi

meningkatkan kesadaran dan kesediaan seseorang untuk menaati

peraturan dan norma-norma sosial yang berlaku. Disiplin kerja sangat

dibutuhkan karena apa yang menjadi tujuan organisasi akan susah

dicapai bila tidak ada kedisiplinan menaati peraturan yang berlaku. Ini

dikarenakan pemerintah Desa Taraweang selalu berupaya bekerja

bagaimana mereka membangun Daerah mereka dan juga rasa ikhlas dan

niat dalam menaati peraturan dalam menjalankan roda pemerintahan.

b. Malempu

Budaya malempu atau jujur pada suku bugis merupakan hal yang

sangat penting dalam bertindak dan berperilaku. Walaupun zaman

semakin maju namun budaya bugis masih tetap menjadi prioritas di


80

kalangan masyarakat. Budaya malempu harus dijadikan suatu nilai

karakter bangsa yang mendukung kemajuan negeri ini. Tentunya

penerapan budaya bugis malempu merupakan salah satu realisasi

daripada penguatan karakter. Lempu adalah perilaku lurus dalam

perasaan mengakui, mengatakan atau memberikan data yang sesuai

dengan kenyataan. Lempu adalah sesuatu yang bertentangan dengan

Pabeleng-beleng atau kebohongan, dan itu berarti mengatakan atau

memberikan data yang tidak sesuai kenyataan. Jadi, Lempu adalah sikap

individu dalam mengelola sesuatu atau kekhasan tertentu dan

menceritakan kejadiannya dengan praktis tanpa perkembangan dan

perubahan oleh imajinasi atau benar-benar sesuai dengan kebenaran

yang terjadi (Asriandi Tenriwaru; Junaid, Asriani, 2021).

Arti dari jujur adalah lurus hati, ikhlas, tidak berbohong atau

curang. “Dalam bahasa Arab, jujur itu adalah terjemahan dari kata

shiddiq yang artinya benar dan dapat dipercaya. Jujur menekankan

pentingnya kesesuaian dan kebenaran dari sebuah perkataan atau

perbuatan. Jujur adalah sifat terpuji yang disukai oleh Allah Swt dan

Rasul-Nya. Jujur diibaratkan sebagai perhiasan mahal yang harus

dimiliki oleh seluruh ummat Muslim diseluruh dunia. Allah Swt telah

banyak menyampaikan anjuran untuk berperilaku jujur, sebagaimana

firman-Nya dalam Surat Al Anfal ayat 27 yaitu sebagai berikut.


81

ِ‫ول وت ُخونُ ْٓوِا أ َٰم َٰنتِ ُك ْم‬


ِ ‫س‬ُ ‫ٱلر‬
َّ ‫ٱَلل و‬ ِ ُ‫َٰيْٓأيها ٱلَّذِينِ ءامن‬
َِّ ِ‫وا ْلِ ت ُخونُوا‬

ِ‫وأنت ُ ِْم ت ْعل ُمون‬

Terjemahannya:
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati
Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu
mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu,
sedang kamu mengetahui." (QS. Al Anfal: 27)
Menurut tafsir Al- Misbah Surah Al- Afal menjelaskan mengenai

sifat-sifat jurur. Firman-Nya Hai orang-orang yang beriman, janganlah

kamu mengkhianati yakni mengurangi sedikit pun hak Allah sehingga

mengkufurkan-Nya atau tidak mensyukuri-Nya dan juga jangan

menghianati Rasulullah Muhammad Saw, tetapi perkenankanlah

seruannya dan janganlah kamu menghianati amanat-amanat yang

dipercayakan kepada kamu, oleh siapapun, baik amanat itu amanat

orang lain maupun keluarga seperti istri dan anak, muslim ataupun non

muslim, sedang kamu mengetahuinya.

Dalam menjalankan suatu tugas dan tanggungjawab apalagi

seorang akuntan forensik sangat diperlukan untuk mengungkap

kebenaran yang ada, maka dari itu Akuntan forensik di wajibkan untuk

selalu berperilaku jujur mengenai apa yang hasil yang ditemukannya

sehingga upaya demi menyempitkan ruang gerak pelaku fraud akan

terlaksana dengan baik. perilaku lempu atau jujur adalah hal yang

sangat sakral dalam menjalankan kewajibannya dikarenakan citra dan

martabat seseorang akan menentukan baik atau tidaknya tergantung dari


82

bagaimana seorang individu atau kemlompok menyikapi sikap jujur

atau lempu dan bagaimana mereka mengamplikasikannya dalam

kehidupannya. Hasil wawancara dengan informan menyatakan bahwa:

Untuk malempu, nah orang yang bekerja di BPKP khusunya


akuntansi forensiknya harus memiliki sikap dan pembawaan
yang jujur, jika ada salah saji atau pencatatannya yang salah
diangkanya biar titik komanya itu tetap harus dilaporkan ke
bagian auditor. Dan disini pula akuntan forensik tidak boleh
mengubah sendiri pencatatan laporan yang diterima karna
akuntansi forensik sifatnya mengecek laporan. Walaupun itu
keluarga atau orang yang dikenal. Dan jika ditemukan adanya
hal-hal yang mencurigakan harus segera dilaporkan.
Dengan adanya akuntan forensik yang didasari dengan sifat

malempu atau jujur dalam pencegah terjadinya fraud tentunya akan

memengaruhi pihak Desa yang bertugas untuk mengelola keuangan.

Hasil wawancara dengan informan menyatakan bahwa:

Bentuk transparasi kami itu kepada masyarakat kami


melaporkan hasil penggunaan dana desa setiap setahun sekali
dengan mencetaknya lalu di pasang di depan kantor desa.

Hal ini pun didukung oleh pernyataan dari informan yakni warga

sekitar yang menyatakan bahwa

“Kalau mengenai jumlah dana yang masuk di kantor desa itu


pastimi kami tau jumlahnya karna sebelum melakukan program
kerja itu terlebih dahulu menginformasikan kepada seluruh
masyarakat, dan itu pun dipasang depan kantor desa jumlah
dana desa yang masuk dan keluar. tapi masih banyak juga saya
lihat yang tau jumlahnya karna mungkin dia tidak ikut
mendengarkan musyawarah dari pak desa dan jarang ke kantor
desa”
Berdasarkan hasil wawancara dengan para informan diatas dapat

disimpulkan bahwa akuntansi forensik yang ditanamkan dengan sifat


83

malempu atau jujur adalah hal dari segalanya karna akuntan forensik

memiliki tanggung jawab yang besar dalam pencegah kasus fraud yang

mungkin saja terjadi. Dan secara tidak langsung juga akan

memengaruhi aparat Desa dalam pemberian informasi mengenai

pengalokasian dana desa yang dilakukan dikarenakan ketatnya

penjagaan yang dilakukan oleh BPKP terkhususnya bagian Akuntansi

forensik. Informasi tersebut berupa transparansi pelaporan keuangan

yang di lakukan pemerintah Desa baik sebelum maupun sesudah

perumusan yang dilakukan. Dengan adanya transparansi seperti itu

maka akan meminimalisir tindak kecurangan yang mungkin saja bisa

terjadi dan juga dapat melihat jika ada kesalahan pencatatan atau salah

saji yang dilakukan oleh pemerintah Desa dalam pelaporan

keuangannya. Kejujuran merupakan keadaan dimana kita harus

mengatakan dan memberikan informasi yang sebenarnya dan

sesuaidengan fakta yang ada, kejujuran merupakan investasi yang

sangat penting dan berharga (Asriandi Tenriwaru; Junaid, Asriani,

2021).

Dengan demikian dapat dilihat bahwa dengan penerapan nilai

malempu pada Akuntansi forensik pada pemeriksaan anggaran dana

desa dapat memberikan nilai yang positif bagi Akuntan forensik itu

sendiri dan secara tidak langsung juga memengaruhi sikap dari

pemerintah Desa dalam mengalokasikan dana desa. Karena adanya

sikap peduli pada aturan dan keyakinan bahwa semua apa yang
84

dilakukannya itu akan dipertanggung jawabkan. Juga dengan penerapan

nilai falsafah malempu yang berarti jujur dapat pula memberikan

dampak baik bagi pencegahan kecurangan atau fraud serta dapat

memastikan bahwa sumber daya dan sumber daya publik telah

digunakan secara efisien.

c. Magetteng

Getteng itu merupakan sesuatu yang tegas dan konsisten, yaitu

tindakan yang tidak samar-samar dan bimbang. Hal ini dimaknai

sebagai sikap yang berani dan percaya diri dalam mengungkapkan apa

yang benar dan apa yang tidak benar. Getteng atau keteguhan yang

dimaksud disini selain berarti teguh, kata ini pun dapat diartikan

sebagai pendirian yang tetap atau setia pada suatu keyakinan atau kuat

dan tangguh dalam pendirian, erat memegang sesuatu. Getteng atau

teguh pada dasarnya dalam islam dikenal sebagai “istiqamah”

seseorang yang beristiqamah dianalogikan seperti batu karang ditengah-

tengah lautan yang tidak bergerak sedikitpun walaupun diterjang oleh

gelombang yang besar. Allah telah berfirman pada Q.s Asy-Syura ayat

15 :

ْ ‫ف ِل َٰذ ِلكِ فا ْدعُِ ۚوا‬


ْٓ ‫ست ِق ِْم كمِا ْٓ ا ُ ِم ْرتِ وْلِ تِت َّ ِب ِْع ا ْهو ۤاءهُ ِْم وقُ ِْل َٰام ْنتُِ ِبمِا‬
ْٓ ‫ۚ لنِا‬
ِ ‫ّللاُ ربنا ورب ُك ِْم‬
ِٰ ۚ ِ ِ‫ن ِك َٰتبِ وا ُ ِم ْرتُِ ِْل ْعدِلِ ب ْين ُك ْم‬ ِٰ ِ‫ا ْنزل‬
ِْ ‫ّللاُ ِم‬
‫ّللاُ يجْم ُِع ب ْيننا‬
ِٰ ۚ ِ ‫اعْمالُنا ول ُك ِْم اعْمالُ ُك ِْم‬
ِ ‫ۚ ْل ُح َّجةِ ب ْيننا وب ْين ُك ِْم‬
ِِۚ‫واِل ْي ِِه ا ْلم ِص ْي ُر‬
85

Terjemahannya :

“Karena itu, serulah (mereka beriman) dan tetaplah (beriman


dan berdakwah) sebagaimana diperintahkan kepadamu
(Muhammad) dan janganlah mengikuti keinginan mereka dan
katakanlah, “Aku beriman kepada Kitab yang diturunkan
Allah dan aku diperintahkan agar berlaku adil di antara kamu.
Allah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Bagi kami perbuatan kami
dan bagi kamu perbuatan kamu. Tidak (perlu) ada
pertengkaran antara kami dan kamu, Allah mengumpulkan
antara kita dan kepada-Nyalah (kita) kembali.”

Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia

menjelaskan bahwa Kepada agama yang lurus yang Allah syariatkan

bagi para nabi dan Dia wasiatkan kepada mereka itulah hendaknya

kamu dakwahi hamba-hamba Allah (wahai Rasul), dan beristiqamahlah

sebagaimana yang Allah perintahkan kepadamu, jangan mengikuti

hawa nafsu orang-orang yang ragu-ragu dalam kebenaran dan

membelok dari agama, dan ucapkanlah “saya membenarkan seluruh

kitab-kitab yang turun dari langit kepada nabi-nabi, dan tuhanku

memerintahkan kepadaku agar bersikap adil diantara kalian dalam

menetapkan hukum. Allah adalah tuhan kami dan tuhan kalian, bagi

kami pahala perbuatan kami yang shalih dan bagi kalian balasan amal

perbuatan kalian yang buruk. Tidak ada perdebatan dan perselisihan

diantara kami dengan kalian setelah jelasnya kebenaran, Allah akan

mengumpulkan antara kami dan kalian di hari kiamat lalu Dia

memberikan keputusan diantara kita dengan kebenaran dalam perkara

yang kita perselisihkan, hanya kepadaNya tempat kembali dan


86

berpulang, lalu Dia membalas masing-masing sesuai dengan haknya”.

Hasil wawancara dengan informan menyatakan bahwa:

Sedangkan untuk magetteng yang artinya keteguhan, sikap ini


sebenarnya sudah mewakili semua aspek dalam menjalankan
tugas dan kewajiban jika dikaitkan dengan profesi akuntan
forensik ini bisa dilihat bahwa akuntan forensik itu harus tetap
independen karna BPKP juga badan pengawas harus terbebas
dari interpensi entahkah itu dari atasan maupun pemerintah
desa itu sendiri meskipun pada realitanya sudah jarang ada
pejabat-pejabat yang punya independensi yang bagus. Prinsip
profesinalisme: dalam profesinalisme sudah ada objektiv yang
tidak pandang bulu . Terus etis, harus bermain logika,
meskipun keluarga harus menegakkan yang namanya kode
etik, harus menegakkan yang namanya aturan dan sejenisnya.
Dengan diterapkannya sifat getteng atau kekonsistenan pada BPKP

terkhususnya akuntansi forensiknya tentu akan meningkatkan rasa

tanggung jawab yang tinggi dan menciptakan sikap yang

profesionalisme yang pastinya akan memengaruhi kompetensi dan

sikap dari aparat pemerintah Desa dalam menjalankan tugas dan

kewajibannya. Hasil wawancara dengan informan yang menyatakan

bahwa :

Kami dipemerintahan desa itu masing-masing mempunyai


pendamping desa, jadi kami berkoordinasi melalui
pendamping tersebut. Dan itu selalu kami lakukan baik dalam
formal maupun non formal.
Dan juga pernyataan dari Kepala Desa yang menyatakan bahwa :

Tentu semua teman-teman kepala desa karna setiap tahun


melakukan evalusi kepada seluruh bendahara atau kaur
keuangan untuk dilatih SDM nya untuk lebih dan lebih baik
lagi, karna yakin dan percaya bahwa semua pengelola
keuangan atau kaur keuangan alhamdulillah bagus lah semua
SDMnya karna tiap tahun dilakukan pelatihan-pelatihan seperti
87

yang kami lakukan sekarang ada pelatihan-pelatihan di


makassar dan kami akan berangkat.
Hasil wawancara diatas dapat dilihat bahwa penerapan sifat getteng

pada akuntan forensik yang bertugas untuk mencegah kecurangan yang

ada pada laporan keuangan Desa dapat memberikan sikap tanggung

jawab yang tinggi pada aparat pemerintah desa, adanya koordinasi yang

dilakukan aparat desa dengan Pendamping Desa akan meminimalisir

kesalahpahaman yang bisa saja terjadi. Dan juga adanya pelatihan-

pelatihan dan evaluasi yang diikuti oleh Kepala Urusan Keuangan Desa

Taraweang demi meningkatkan kompetensi SDM yang ada di

pemerintahan Desa Taraweang. Hal ini semua dilakukan untuk

mencegah kesalahan dalam pencatatan yang dilakukan Pemerintah Desa

demi tidak terulang kembalinya kejadian kecurangan pada periode lalu

di Desa Taraweang dikarenakan pengawasan yang begitu ketat dari

akuntan forensik di BPKP dengan adanya kekonsistenan yang dijunjung

tinggi.

Penindakan sanksi pada pelakunya merupakan suatu bentuk

kekonsistenan lembaga dalam memberikan efek jerah pada para

pelakunya. Tindakan melanggar peraturan dapat merugikan orang lain.

Sanksi administratif ditujukan kepada perbuatan pelanggarannya dan

sanksi pidana ditujukan kepada sipelanggar dengan memberi hukuman

berupa nestapa. Sanksi administratif ditujukan agar perbuatan

pelanggaran itu dihentikan. Sifat sanksi adalah “repatoir” yang

memiliki arti memulihkan pada keadaan semua. Pemberian sanksi dapat


88

dilihat berdasarkan tingkat kejahatan yang dilakukan, ada pelanggaran

kecil, sedang dan pelanggaran berat, namun apapun namanya itu tetap

pelanggaran yang tidak dapat dibenarkan. Hasil wawancara degan

informan yang menyatakan bahwa:

Jadi begini dalam konsep namanya kecurangan-kecurangan


kita harus melihat dulu seperti apa kecurangan-kecurangan
yang dilakukan, kalau memang masih bisa diperbaiki kita akan
memberikan sanksi administratif dalam hal ini di berikan SP
(surat peringatan) atau selanjutnya apakah pelanggaran yang
dilakukan ini tidak bisa di tolerir apa boleh buat, tentu kami
melakukan koordinasi dengan pimpinan seperti apa
petunjuknya, dan bila dalam kecurangan yang dilakukan tidak
mendapatkan pengampunan atau mendapatkan solusi tentu kita
kasi keluar. Jika itu masih bisa di tolerir kita akan menentukan
kebijakan-kebijakan tanpa langsung memberikan sanksi
pemecatan.

Hasil wawancara diatas dapat dilihat bahwa setiap pelaku

kecurangan perlu mendapatkan sanksi sesuai dengan yang

dilakukannya. Dengan konsisten memberikan sanksi diharapkan orang

tidak akan kembali melakukan pelanggaran. Dalam hukum pidana hal

ini dikenal dengan teori penjeraan, mencegah pihak lain untuk

melakukan penyelewengan. Dengan adanya ancaman berupa sanksi

diharapkan orang tidak akan melakukan pelanggaran hukum lagi.

Sanksi-saksi yang diberikan diklasifikasikan berdasarkan tingkat

kecurangan yang dilakukan, apabila perbuatan itu masih dapat ditolerir

maka akan diberikan (SP) surat peringatan. Namun dapat dilihat pula

bahwa perbuatan yang tidak dapat ditolerir atau melakukan pelanggaran

berat maka akan mendapatkan sanksi berat berupa pemecatan yang


89

dimana sebelumnya melakukan koordinasi bersama pimpinan dengan

melakukan perumusan. (Rifki, 2019) Penerapan sanksi administratif

dilakukan untuk memperbaiki adanya penyimpangan atas kewajiban

dan larangan dalam hubungan hukum administrasi negara, sehingga

tujuannya demi memberikan dampak lanngsung dan eksekusi langsung

pada pihak yang melanggar atau disebut dengan parate executie. Sanksi

dalam peraturan perundang-undangan itu sendiri merupakan bentuk

paksaan atas kepatuhan masyarakat manakala terdapat kewajiban dan

pantangan.

Tabel 4.6 Implementasi Pencegahan Kecurangan

Akuntansi Forensik Berbasis Pencegahan Fraud


Falsafah Mapaccing, Malempu
na Magetteng
Mapaccing 1. Menjalankan tugas dengan niat dan
keyakinan yang tinggi.
2. Menanamkan prinsip kehati-hatian
dalam pemeriksaan
Malempu 1. Memberikan informasi yang akurat
sesuai dengan fakta yang ada.
2. Melaporkan jika ada hal-hal yang
mencurigakan
Magetteng 1. Memiliki sikap yang independen
2. Memiliki sikap profesionalisme
dan objektiv
3. Berperilaku etis dalam
menegakkan aturan
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dimuat dan

diuraikan pada bab sebelumya, maka peneliti dapat menarik kesimpulan yaitu :

1. Penerapan akuntansi forensik sebagai upaya pencegahan fraud merupakan hal

yang paling efektif diterapkan pada suatu badan instansi atau lembaga baik

pemerintahan maupun swasta. Hal ini dikarenakan akuntansi forensik

merupakan bidang khusus yang menangani pindak pidana fraud pada bagian

keuangan. Pengelolaan dana desa tentunya memerlukan pengawasa tersendiri

terkhususnya perihal dana desa yang rentan terjadi tindakan fraud

didalamnya. Akuntansi forensik memiliki caranya tersendiri dalam

menangani, memecahkan dan menyelesaikan kasus pidana fraud atau korupsi

yaitu dengan melakukan analisis yang mendalam dan dibutuhkan prinsip

kehati-hatian. Dengan adanya bantuan tekhnologi tentunya juga akan lebih

memudahkan para akuntan forensik dalam menganalisis bentuk kecurangan

yang terjadi dan mengumpulkan bukti. Dan juga adanya partisipasi dari

perangkat Desa maupun masyarakat untuk mencegah kasus kecurangan.

2. Melestarikan budaya sendiri adalah hal yang wajib dilakukan bagi generasi

sekarang ini. Terkhususnya budaya bugis falsafah Mapaccing, Malempu na

Magetteng yang memiliki nilai-nilai moral yang tinggi didalamnya. Adanya

sifat mapaccing (bersih), malempu (jujur) dan magetteng (konsisten) dalam

90
91

bertindak dan menjalankan kewajiban akan menciptakan sikap

profesionalisme dalam diri individu. Falsafah tersebut memiliki nilai positif

bagi seorang akuntan forensik untuk mencegah fraud khususnya di desa,

karena didalam pencegahan tersebut diperlukan pribadi yang bersih, jujur dan

juga konsisten dalam segala hal yang secara langsung memengaruhi

perangkat Desa dalam menjalankan tugas dan kewajibannya dalam melayani

masyarakatnya dan juga negara dalam mengelola dana yang diperuntukkan

untuk pemberdayaan dan pembangunan Desa. Adanya kejadian memilukan

pada masa lalu menjadikan Pemerintahan Desa Taraweang selalu berusaha

menjalankan kewajibannya yang taat pada peraturan untuk menghindari

perilaku fraud terulang kembali.

B. Implikasi Penelitian

Dari penjelasan dan kesimpulan diatas, maka berimplikasi beberapa hal

sebagai berikut

1. Penelitian ini diharapkan mampu menjadi dasar bagi Akuntan forensik

dan pemerintahan selaku agent masyarakat agar dapat bertindak

akuntabel, untuk mencapai tata kelola yang baik dalam pemerintahan dan

terbebas dari tindakan yang menyeleweng dari norma sosial, adat maupun

norma agama.

2. Nilai-nilai budaya yang terdapat pada Falsafah Bugis mapaccing,

malempu na magetteng diharapkan dapat memberikan sumbangsih

literatur yang kreatif dan bijak pada pengembangan teori akuntabilitas di

pemerintahan.
92

3. Penelitian ini juga dapat dijadikan tambahan referensi bagi para akademisi

dalam mengkaji lebih dalam mengenai pemaknaan dan implementasi

nilai-nilai budaya mapaccing, malempu na magetteng dilingkup studi

yang lain.

C. Keterbatasan dan Saran

Hal ini diajukan peneliti berupa keterbatasan dan saran-saran yang ada

demi perbaikan penelitian selanjutnya.

1. Keterbatasan

Adapun informan dalam penelitian ini yang membahas mengenai

akuntansi forensik yaitu seorang auditor bukan akuntan forensik dikarenakan

sulitnya menemukan akuntan forensik dan waktu yang ada.

2. Saran

a. Diharapkan bagi penelitian-penelitian selanjutya untuk menggunakan

informan yang betul-betul bekerja pada bidang yang ingin diteliti.

b. Tidak hanya fokus pada satu instansi saja namun berfokus pada

beberapa instansi pemerintahan ini semua agar bisa mendapatkan

informasi yang lebih mendalam.

c. Untuk menciptakan tata kelola pemerintahan yang lebih baik

kedepannya, diharapkan agar seluruh aparatur pemerintahan dan

masyarakat agar menanamkan nilai-nilai moral yang berlaku di

masyarakat sekitarnya.
DAFTAR PUSTAKA

Ahimsa-putra, H. S. (2012). fenomenologi agama : pendekatan fenomenologi


untuk memahami agama. Walisongo, 20(November 2012), 271–304.

Alfa Reza Dwi Yulistianingsih, Fahrul Hadi, N. dan S. (2020). peranan akuntan
forensik dalam mengatasi fraud dan korupsi di lembaga pemerintahan. Isafir:
Islamic Accounting and Finance Review, 1(2), 135–146.

Alfian, N. (2016). Nilai-Nilai Islam Dalam Upaya Pencegahan fraud. Jurnal


Akuntansi Dan Investasi, 1(2), 205–218.

Alifka.R, Dian, Herminawaty Abubakar, I. S. (2020). Analisis falsafah budaya


bugis “mapaccing, malempu na magetteng” dalam pengelolaan dana desa
untuk mencegah kecurangan oleh: Universitas Bosowa Makassar, 6(005),
219–230.

Anggraini, D., Triharyati, E., & Novita, H. A. (2019). Akuntansi Forensik dan
Audit Investigatif dalam Pengungkapan Fraud. Journal of Economic,
Bussines and Accounting (COSTING), 2(2), 372–380.

Antasari, K., & Yaniartha Sukartha, P. (2015). Pengaruh Efektivitas Sistem


Informasi Akuntansi Dan Penggunaan Teknologi Informasi Pada Kinerja
Individual Dengan Kepuasan Kerja Sebagai Variabel Pemoderasi. E-Jurnal
Akuntansi, 10(2), 354–369.

Anugerah, R. (2014). Peranan good corporate governance dalam pencegahan


fraud Rita Anugerah Fakultas Ekonomi Universitas Riau. Jurnal Akuntansi,
3(1), 101–113.

Asriandi Tenriwaru; Junaid, Asriani, A. T. (2021). Filosofi Budaya Lempu’ Na


Getteng dalam Perspektif Kepatuhan Wajib Pajak Pelaku Usaha Mikro Kecil
Menengah. YUME : Journal of Management, 4(No 2), 134–144.

Bambang Sudaryono. (2018). Pengungkapan Korporasi dan Keterkaitannya


dengan Informasi Lingkungan. Jurnal Informasi, Perpajakan, Akuntansi Dan
Keuangan Publik, 3(2), 1–10.

Batubara, E. D. (2018). Audit Investigatif Terhadap Mendeteksi Kecurangan (


Fraud ). Jurnal Istitusi Politeknik Ganesha Medan, 1(2), 1–8.

93
Cita, I. G. A., & Supadmi, N. L. (2019). Pengaruh Financial Distress dan Good
Corporate Governance pada Praktik Tax Avoidance. E-Jurnal Akuntansi,
29(3), 912.

Darwis, R., & Dilo, A. U. (2012). Implikasi Falsafah Siri’ Na Pacce Pada
Masyarakat Suku Makassar di Kabupaten Gowa. El-HARAKAH
(terakreditasi), 14(2), 186–205.

Durnila, K., & Santoso, C. B. (2018). Pengaruh Audit Forensik Dan Kompetensi
Auditor Terhadap Pencegahan Fraud Dengan Kecerdasan Emosional Sebagai
Variabel Moderating Pada Bpk Ri Perwakilan Provinsi Kepulauan Riau.
Measurement : Jurnal Akuntansi, 12(1), 87.

Ekasari, L. D., Mukoffi, A., Tato, F., & Nifanngeljau, J. (2021). Analisis
Pengelolaan Keuangan Desa Guna Mencegah Kecurangan Akuntansi
(Accounting Fraud ). Jurnal Akuntansi Trisakti, 8(1), 51–60.

Fitratul Jannah, S. (2016). Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap


Pencegahan Fraud di Bank Perkreditan Rakyat. Akrual, 7(2), 177–191.

Fransiska, I. S., & Utami, H. (2019). Perilaku Kecurangan Akademik Mahasiswa:


Perspektif Fraud Diamond Theory. Jurnal Akuntansi Aktual, 6(2), 316–323.

Ganesha, I., & Hartanti, D. (2019). Analisis Stakeholders Management Pt abc


Terkait Kasus Kebakaran Lahan. Jurnal Riset Akuntansi Dan Keuangan,
7(2), 27–38.

Gumelar, T. M., & Shauki, E. R. (2020). Pencegahan Fraud Pada Pengelolaan


Dana Organisasi: Perspektif Theory of Planed Behavior. Jurnal ASET
(Akuntansi Riset), 12(1), 176–200.

Hamid, E. S., & Susilo, Y. S. (2011). Strategi Pengembangan Usaha Mikro Kecil
Dan Menengah Di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta*. Jurnal Ekonomi
Pembangunan: Kajian Masalah Ekonomi Dan Pembangunan, 12(1), 45–55.

Haryani, siti hidayah dan. (2019). implementasi niat (intention) dalam kehidupan
kerja. Darma Ekonomi, 2(3), 49–56.

Hasbiansyah, O. (2005). Pendekatan Fenomenologi: Pengantar Praktik Penelitian


dalam Ilmu Sosial dan Komunikasi. Mediator: Jurnal Komunikasi, 9(1),
163–180.

94
Hasyim, l. T. U. (2016). Peran perbankan syariah terhadap pertumbuhan ekonomi
sektor riil di indonesia. Akrual: jurnal akuntansi, 8(1), 11–27.

Hernanda, B. P., Puspita, D. A., & Sudarno, S. (2020). Analisis Fraud Diamond
Theory terhadap Terjadinya Fraud (Studi Empiris pada Dinas Kota
Probolinggo). E-Journal Ekonomi Bisnis Dan Akuntansi, 7(1), 13–18.

Hulu, Y., Harahap, R. H., & Nasutian, M. A. (2018). Pengelolaan Dana Desa
dalam Pemberdayaan Masyarakat Desa. Jupiis: Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu
Sosial, 10(1), 146–154.

Hutapea, H. (2019). Pengaruh Corporate Governance dan Corporate Social


Responsibility terhadap Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan. Journal of
Applied Accounting and Taxation, 4(1), 79–86.

I Made Hangga Hariawan, N. K. S. dan N. W. A. E. (2020). Pengaruh kompetensi


sumber daya manusia, whistleblowing system, dan moralitas individu
terhadap pencegahan kecurangan (fraud) dalam pengelolaan keuangan desa.
H i t a _ A k u n t a n s i d a n K e u a n g a N, 586–618.

Jannah, R., Aditiya, R., Suhartono, Sari, N. R., & Fadhilatunisa, D. (2021).
Penerapan Akuntansi Forensik Dan Kompetensi Sdm Terhadap Upaya
Pencegahan Fraud Dalam Pengelolaan Dana Desa. Jurnal Ilmiah Akuntansi
Peradaban, 7(1), 46–67.

Jumansyah, Dewi, N. L., & En, T. K. (2011). Akuntansi Forensik dan Prospeknya
terhadap Penyelesaian Masalah- Masalah Hukum di Indonesia. Prosiding
Seminar Nasional "Problematika Hukum Dalam Implementasi Bisnis Dan
Investasi (Perspektif Multidisipliner), 9.

Komang Agus Sudarma , I Gusti Ayu Purnamawati, N. (2019). Pengaruh Persepsi


Karyawan Mengenai Budaya Kejujuran Dan Whistleblowing System Dalam
Pencegahan Fraud Pada Pt. Bpr Nusamba Kubutambahan. JIMAT (Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Akuntansi) Undiksha, 10(3), 435–446.

Kurraty A’Yunin Ain Shin Anton, Andi Nurwanah, J. S. T. dan S. (2021).


Akuntabilitas Auditor Guna Mencegah Fraud Dalam Perspektif Siri ’ Na
Pacce pada Kantor BPK Perwakilan Provinsi Sulawesi Selatan. Paradoks:
jurnal ilmu ekonomi, 4(3).

Latuconsina, Y. M., & Soleman, K. (2019). Identifikasi Nilai-nilai Kearifan Lokal


Pencegah Tindakan Fraud dalam Pengelolaan Keuangan Desa di Kecamatan

95
Leihitu. Jurnal Maneksi, 8(2), 235–241.

Lidyah, R. (2016). Korupsi Dan Akuntansi Forensik. I-Finance: A Research


Journal on Islamic Finance, 2(2), 72–91.

Manossoh, H. (2016). Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Fraud Pada Pemerintah


Di Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis Dan
Akuntansi, 4(1), 484–495.

Mekarisce, A. A. (2020). Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data pada Penelitian


Kualitatif di Bidang Kesehatan Masyarakat. Jurnal Ilmiah Kesehatan
Masyarakat, 12(33), 145–151.

Mohammad Fadli, M. Ikbal Abdullah, N. Y. Y. (2018). Akuntansi dana desa.


Journal of the Japanese Society of Pediatric Surgeons, 1(1).

Ni Putu Ayu Mirah Anggrima Wati dan Ni Wayan Yuniasih. (2021). Pengaruh
tekanan, keefektifan sistem pengendalian internal, dan budaya etis
manajemen terhadap kecurangan (fraud) pada pengelolaan dana desa. H i t a
_ A k u n t a n s i d a n K e u a n g a N.

Nurnaningsih, N. (2015). Rekonstruksi Falsafah Bugis dalam Pembinaan


Karakter: Kajian Naskah Paaseng Toriolo Tellumpoccoe. Jurnal Lektur
Keagamaan, 13(2), 393.

Orsardi, wulandari dan. (2020). Pengaruh Kompensasi dan Disiplin Kerja


terhadap Kinerja Karyawan Warung Padang Upik. Jurnal of Business,
Manajemen and Accounting, 1(2).

P. Achyarsyah & M. Rani. (2018). Pengaruh Akuntansi Forensik dan Audit


Investigatif Terhadap Pengungkapan Kecurangan Pelaporan Keuangan.
Jurnal Manajemen/Akuntansi, 5(2), 1–27.

Putra, G., & Karijati, P. D. (2019). Evaluasi Pengelolaan Dana Desa di Desa
Putren Kecamatan Sukomoro Kabupaten Nganjuk. Economie, 01(1), 62–74.

Putu Satcitanandadewi, M. A. W. (2020). Determinan Pencegahan Kecurangan


dalam Pengelolaan Dana LPD. Jurnal Ilmiah Akuntansi Dan Humanika,
10(3), 299–306.

Rasid, Y. (2013). Transformasi Nilai-Nilai Budaya Lokal Sebagai Upaya

96
Pembangunan Karakter Bangsa (Penelitian Studi Kasus Budaya Huyula di
Kota Gorontalo). Jurnal Penelitian Pendidikan, 14(1), 65–77.

Rifki, M. (2019). Reformulasi Sanksi Administrasi Bersifat Primum Remedium


Dalam Pengelolaan Perikanan ( Sebuah Upaya Memberi Efek Jera Bagi
Korporasi Pelanggar Ketentuan Di Bidang Perikanan ). Esensi Hukum, 1(1),
51–69.

S.Hambani, Warizal, I.C.Kusuma, R. (2013). Analisis faktor yang berpengaruh


terhadap pencegahan fraud dalam proses pengadaan barang/jasa (persepsi
pegawai dinas pemerintah kota bogor) analysis. Journal of Chemical
Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.

Santi Putri Laksmi, P., & Sujana, I. K. (2019). Pengaruh Kompetensi SDM,
Moralitas dan Sistem Pengendalian Internal Terhadap Pencegahan Fraud
Dalam Pengelolaan Keuangan Desa. E-Jurnal Akuntansi, 26(3), 2155–2182.

Santika, A. (2019). Pengaruh Islamic Social Reporting terhadap Profitabilitas


(Return on Asset dan Return on Equity) Pada Bank Umum Syariah Di
Indonesia. Falah: Jurnal Ekonomi Syariah, 4(2), 1.

Saputra, A. T. A. dan K. A. K. (2017). Pencegahan Fraud Dalam Pengelolaan


Dana Desa. Jurnal Ilmiah Akuntansi Dan Bisnis, 12(1), 7–16.

Saputra, K. A. K., Pradnyanitasari, P. D., Priliandani, N. M. I., & Putra, I. G. B.


N. P. (2019). Praktek Akuntabilitas Dan Kompetensi Sumber Daya Manusia
Untuk Pencegahan Fraud Dalam Pengelolaan Dana Desa. Krisna: Kumpulan
Riset Akuntansi, 10(2), 168–176.

Sari, N. M. L., & Mahyuni, L. P. (2020). Pencegahan Fraud pada LPD: Eksplorasi
Implementasi Good Corporate Governance dan Nilai-Nilai Kearifan Lokal.
JABI (Jurnal Akuntansi Berkelanjutan Indonesia), 3(3), 233.

Sari, S. P., Kartika, & Prasetiyo, W. (2020). Pengaruh fraud diamond bagi
kecurangan pengelolaan keuangan desa. 18(1), 41–50.

Sari, T. P., & Lestari, D. I. T. (2020). Analisis Faktor Risiko Yang Mempengaruhi
Financial Statement Fraud : Prespektif Diamond Fraud Theory. Jurnal
Akuntansi Dan Pajak, 20(2), 109–125.

Setyawati, V. D., & Ferdinand, D. Y. Y. (2020). Transparansi dan akuntabilitas


pengelolaan dana desa dalam pemaknaan masyarakat desa secara kualitatif.

97
JAE (Jurnal Akuntansi Dan Ekonomi), 5(2020), 122–127.

Soerono, A. N., Tjahjono, M. E. S., & Sutjipto, H. (2019). Pengaruh Media


Richness Terhadap User Trust Dan Persepsi Corporate Social Responsibility.
Jurnal Akuntansi : Kajian Ilmiah Akuntansi (JAK), 6(1), 20.

Suhartono, S., & Jannah, R. (2021). Menelaah Dampak Penerapan Akuntansi


Forensik Dalam Mendeteksi Fraud Pengadaan Barang/Jasa Pada Sektor
Publik. Jurnal Akuntansi STIE Muhammadiyah Palopo, 7(2), 1–15.

Sulistiyo, A. B., Al Ardi, R. D., & Roziq, A. (2020). Implementasi the New Fraud
Triangle Model Dengan Perspektif Syariah Dalam Mendeteksi Perilaku
Fraud. EKUITAS (Jurnal Ekonomi Dan Keuangan), 4(1), 21–46.

Syafridayani. (2019). Kajian falsafah budaya bugis “malempu na mapaccing”


dalam mengelola keuangan desa untuk menekan praktik kecurangan (fraud)
(Studi pada Kantor Desa Pattiro Bajo Kecamatan Sibulue Kabupaten Bone).
Doctoral Dissertation, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

Teddy Rustandy, C. S. dan C. I. (2020). Pencegahan Fraud Melalui Budaya


Organisasi, Good Corporate Governance Dan Pengendalian Internal. JPAK :
Jurnal Pendidikan Akuntansi Dan Keuangan, 8(2), 232–247.

Triatmoko, N. K. dan N. H. (2017). Pencegahan fraud dalam pengelolaan dana


desa. 14(2), 7.

Uminah, H. (2014). Eksistensi Akuntansi Forensik Dalam Penyidikan Dan


Pembuktian Pidana Korupsi. Unnes of Law Journal - Jurnal Hukum
Universitas Semarang, 3(1), 55–61.

Utami, E. S. dan C. K. (2021). Pencegahan Fraud Dengan Pengendalian Internal


dalam Perspektif Alquran. Ilmiah, Jurnal Islam, Ekonomi, 7(01), 195–208.

Wardana, I. G. A. K., Sujana, E., & Wahyuni, M. A. (2017). Pengaruh


Pengendalian Internal, Whistleblowing System Dan Moralitas Aparat
Terhadap Pencegahan Fraud Pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten
Buleleng. E-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha, 8(2), 1–10.

Widiyarta, K., Herawati, N. T., & Atmadja, A. T. (2017). Pengaruh kompetensi


aparatur, budaya organisasi, whistleblowing dan sistem pengendalian internal
terhadap pencegahan fraud dalam pengelolaan dana desa (Studi empiris pada
pemerintah desa di Kabupaten Buleleng). Jurnal Akuntansi, 8(2), 1–12.

98
Wijayanti, P., & Hanafi, R. (2018). Pencegahan Fraud pada Pemerintahan Desa.
Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 9(2), 331–345.

Wuysang, R. vincent oktaviano, Nangoi, G., & Pontoh, W. (2016). Analisis


penerapan Akuntansi Forensik Dan Audit Investigatif Terhadap Pencegahan
Dan pengungkapan Fraud Dalam Pengelolaan Keuangan Daerah Pada
Perwakilan BpKp provinsi Sulawesi Utara. Jurnal riset akuntansi dan
auditing’’ goodwill, 7(2).

Yudhiyati, R. (2020). Pendidikan Akuntansi Forensik Di Indonesia: Sebuah


Kajian Literatur. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, 18(1), 60–68.

Zaluchu, S. E. (2020). Strategi penelitian kualitatif dan kuantitatif di dalam


penelitian agama. Evangelikal: Jurnal Teologi Injili Dan Pembinaan Warga
Jemaat, 4(1), 28–38.

Zulfa, L. L., Mujibah, E. M., & Rajaguguk, Z. F. (2020). Pelatihan Penggunaan


Perangkat Berbasis Internet dalam Pengumpulan Data Penelitian Masa
Pandemi COVID-19. Educivilia: Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat, 1(2),
143.

99
LAMPIRAN
A. MANUSKRIP PENELITIAN

Informan :

1. Auditor
2. Kepala Desa Taraweang
3. Sekretaris Desa Taraweang
4. Kepala Urusan Keuangan Desa Taraweang
5. Masyarakat Sekitar Desa Taraweang

Pertanyaan Untuk Auditor

1. Bagaimana pandangan anda mengenai akuntansi forensik?


2. Seperti apa metode analisis dari akuntansi forensik?
3. Tekhnologi seperti apa yang di gunakan akuntansi forensik dalam
mencegah kasus fraud?
4. Bagaimana pandangan anda mengenai falsafah Mapaccing, Malempu na
Magetteng?
5. Bagaimana pandangan bapak mengenai tugas akuntansi forensik jika di
klasifikasikan dengan nilai-nilai yang ada pada falsafah mapaccing,
malempu na magetteng khususnya pada pengawasan keuangan desa ?

JAWABAN PERTANYAAN WAWANCARA

1. Secara umumnya akutansi forensik itu bertujuan untuk mengecek sedini


mungkin kemungkinan salah saji, fraud dan sebagainya yang ada dilaporan
keuangan.
2. Pada dasrnya akuntansi forensik mempunyai aplikasi pada BPKP. Dan
yang mau kita tau bagaimana cara kerjanya BPKP didalam mengecek
sistem-sistem yang sudah diisi oleh perangkat desa . jadi sebelum masuk
pada sistem yang telah dibuat BPKP kan sudah ada RABnya rancangan
anggaran belanja dan pendapatan desa, jadi nantii pemerintah desa itu
semua hasil realisasi dari anggaran yang mereka kelola itu yang mereka

100
input kedalam sistemnya BPKP. Jelas maka akan muncul berapa yang
mereka terima dan berapa yang mereka sudah pake sellama periode
tertentu. Dan laporannya keluar dan terbit ke sistemnya BPKP. Lalu BPKP
lagi yang melapor ke inspektorak daerah dan inspektorat daerah yang
tindak lanjuti lalu dilakukan audit atau sidak kepemerintah desa.
Inspektorat daerah yang turun langsung, BPKP itu main sistem tidak main
kelapangan meskipun sebagai badan pengawas keuangan dan
pembangunan. Jadi nanti laporan-laporan yang ada didalam BPKP itu
dianalisis sama mereka sendiri terus mereka sampaikan oh ada akun-akun
yang mencurigakan dari desa ini misalnya, ada realisasinya yang tidak
masuk akal, ada pemakaian anggaran yang tidak masuk akal di pos-pos
ini. Misalnya pos untuk perberdayaan ada yang anggarannya tidak masuk
akal, itu yang jadi laporannya BPKP ke inspektorat daerah. Dan
inspektorat daerah yang pastikan. Jadi akuntansi fungsinya sampai
kesistemnya saja, makanya orang bilang sistem akuntansi forensik. Jadi
BPKP itu selalu telah di bekali bagaimana untuk menganalisis.

3. Untuk zaman sekarang sangat diperlukan yang namanya tekhnologi,


didalam BPKP itu mereka menggunakan sistem whistleblowing untuk
mencegah dan mengungkap kasus yang ada. Fungsi dari sistem itu untuk
bagaimana cara menyammpaikan informasi kepada pihak pemeriksa
selanjutnya terkait kasus yang diteukan selain itu juga tersedianya
mekanisme untuk mendeteksi sedini mungkin kecurangan yang bisa saja
terjadi.
4. Falsafah ini kan mempunyai banyak arti didalamnya, dan makna tersebut
telah mewakili dari unsur-unsur dalam berperilaku dimasyarakat. Seperti
mapaccing kalau kita melakukan sesuatu harus disertai niat, lalu
berperilaku lurus artian lempu dan harus konsisten dengan apa yang kita
kerjakan dalam artian getteng. Dan jika sifat tersebut ditannamkan dan
diamalkan tentunya akan menghasilkan jiwa-jiwa yang harmonis dan
hidupnya. Dan ini juga sangat penting diterapkan dalam setiap bidang
organisasi.

101
5. Untuk mengenai falsafah mapaccing, itu artinya kan bersih jika di kaitkan
sikap mapaccing dengan akuntan forensik itu sangat erat kaitannya dan
memang harus menjunjung tinggi sikap bersih dalam artian harus memiliki
sifat kehati-hatian meskipun dia sudah analisis dan dapat temuan tapi
mereka juga harus kaji kembali karna itu prinsip kehati-hatian karna
jangan sampai apa yang mereka ajukan ternyata salah. Dan memang jika
sudah dari awal tidak ada niatnya untuk menjalankan tugasnya maka akan
banyak yang akan dirugikan hanya karna sifat itu. Makanya orang bekerja
pada lembaga pemerintahan itu harus terus bekerja dalam tekanan karna
yang mau mereka ubah sebuan perusahaan tapi negara.

Untuk malempu, nah orang yang bekerja di BPKP khusunya akuntansi


forensiknya harus memiliki sikap dan pembawaan yang jujur, jika ada
salah saji atau pencatatannya yang salah diangkanya biar titik komanya itu
tetap harus dilaporkan ke bagian auditor. Dan disini pula akuntan forensik
tidak boleh mengubah sendiri pencatatan laporan yang diterima karna
akuntansi forensik sifatnya mengecek laporan. Walaupun itu keluarga atau
orang yang dikenal. Dan jika ditemukan adanya hal-hal yang
mencurigakan harus segera dilaporkan

Sedangkan untuk magetteng yang artinya keteguhan, sikap ini sebanarnya


sudah mewakili semua aspek dalam menjalankan tugas dan kewajiban jika
dikaitkan dengan profesi akuntan forensik ini bisa dilihat bahwa akuntan
forensik itu harus tetap independen karna BPKP juga badan pengawas
harus terbebas dari interpesi entahkah itu dari atasan maupun pemerintah
desa itu sendiri meskipun pada realitanya sudah jarang ada pejabat-pejabat
yang punya independensi yang bagus. Prinsip profesinalisme: dalam
profesinalisme sudah ada objektiv yang tidak pandang bulu . Terus etis,
harus bermain logika, meskipun keluarga harus menegakkan yang
namanya kode etik, harus menegakkan yang namanya aturan dan
sejenisnya.

102
103
Pertanyaan untuk Kepala Desa Taraweang :

1. Bagaimana pandangan Bapak mengenai kasus di atas?


2. Apakah di Kantor Desa Taraweang pernah terjadi kasus serupa? Jika
pernah apa penyebabnya dan berapa kerugian yang di timbulkan?
3. Dalam Bugis/Makassar mengenal yang namanya falsafah Mapaccing,
Malempu na Magetteng. Bagaimana pandangan Bapak mengenai falsafah
tersebut dalam pengelolaan dana desa ?

104
4. Bagaimana cara bapak menanamkan nilai-nilai yang terkandung dalam
falsafah tersebut pada seluruh pegawai di kantor Desa Taraweang dan juga
pada diri Bapak sebagai pelaksana pemerintahan Desa ?
5. Sebagai kepala Desa Taraweang bagaimana bentuk pengawalan bapak
dalam pelaksanaa pengelolaan dana Desa Taraweang?
6. Seberapa pentingnya Akuntansi forensik dalam pengelolaan dana desa
untuk mencegah fraud?
7. Apa yang akan Bapak lakukan jika terdapat kecurangan yang di lakukan
oleh pegawai kantor Desa Taraweang ?
8. SDM seperi apa yang di harapkan Kantor Desa Taraweang khususnya
dalam hal pengelolaan dana desa?

JAWABAN PERTANYAAN WAWANCARA

1. Tentu kami selaku pemerintah desa kejadian seprti itu tidak terjadi lagi.
2. Jujur saja dek, di desa ini pernah terjadi kasus penyalahgunaan dana desa,
itu terjadi pada tahun 2017 yang dilakukan oleh kepala desa sendiri, itu
terjadi karna mungkin kurangnya niat baik dalam dirinya, pergaulan-
pergaulan yang tidak seharusnya dilakukan selayaknya kepala desa
menjadi pemicu beliau melakukan kejahatan tersebut dan jumlah yang di
gelapkan itu tidaklah sedikit. Dan sampai sekarang ini masih berada
didalam penjara, dari kasus tersebut kami selalu berupaya semaksimal
mungkin melakukan yang terbaik agar kita mendapatkan kembali
kepercayaan masyarakat mengenai pengalokasian dana desa.
3. Seperti yang kita sampaikan itu bahwa falsafah mapaccing, malempu na
magetteng itu saya terus terang saya mensuport sekali itu supaya apa, ini
tidakboleh lepas dari kita semua karna itu merupakan karakter seorang
bugis makassar untuk diaplikasikan ke anak cucu kita.
4. Yang jelasnya kan seperti ini, ketika kita menjalankan sesuai dengan
aturan berdasarkan dengan aturan, berdasarkan dengan petunjuktekhnis
yang dilakukan oleh pimpinan, insya Allah hal itu tidak akan terjadi.
Yang pertama yang harus kita tanamkan dalam diri kita nawaitu kita,

105
bagaimana cara kita untuk membangun desa kita, membangun daerah kita,
Insya Allah dengan niat yang baik tentu hasilnya akan baik.
5. Jadi sistem pengelolaan kita lakukan berdasarkan petunjuk tekhnis dari
lapangan dalam hal ini adalah melakukan koordinasi dengan masyarakat
dulu, kita lakukan musdus dulu, setelah musdus, musde (musyawarah
desa) setelah mendapatkan hasil itulah yang diangkat untuk dijadian
RAPD, hasil mufakat itulah yang diangkat setelah itu melakukan
pencairan ada petunjuk tekhnis dari pimpinan dalam hal ini adalah DPMD
melakukan verifikasi berdasarkan program kerja daerah atau visi misinya
dan visi misi dari daerah.
6. Artinya dalam prinsip itu kita harus berpegang teguh pada atura itu karna
kenapa? Ketika kita keluar dari rel-rel yang sudah kita tentukan itu muncul
permasalahn, Insya Allah disini kita melakukan sesuatu berdasarkan
petunjuk dan rel-relnya, insya Allah kita akan lebih baik. Dan akuntansi
forensik ini sangat cocok di terapkan untuk pengelolaan dana desa untuk
menanggulangi kecurangan-kecurangan yang terjadi.dan semoga kejadian
kecurangan terjadi di kanotr desa ini tidak terulang lagi dengan adanya
pemeriksaan akuntansi forensik ini.
7. Jadi begini dalam konsep namnya kecurangan-kecuran kita harus melihat
dulu seperti apa kecurangan-kecurangan yang diilakukann, kalau memang
masih bisa diperbaiki kita akan memberikan sanksi administratif dalam
hal ini di berikan SP (surat peringatan) atau selanjutnya apakah pelanggarn
yang diakuka ini tidak bisa di tolerir apaboleh buat, tentu kami melakukan
koordinasi dengan pimpinan seprti apa petunjuknya, dan bila dalam
kecuran yang dilakukan tidak mendapatkan pengampunan atau
mendpatkan solusi tentu kita kasi keluar. Jika itu masih bisa di tolorir kita
akan menetukan kebijakan-kebijakan tanpa langsung memberikan sanksi
pemecatan.
8. Tentu semua teman-teman kepala desa karna setiap tahun melakukan
evalusi kepada seluruh bendahara atau kaur keuangan untuk dilatih
SDMnya untuk lebih dan lebih baik lagi, karna yakin dan percaya bahwa

106
semua pengelola keuangan atau kaur keuangan alhamdulillah bagus lah
semua SDMnya karna tiap tahun dilakukan pelatihan-pelatihan seperti
yang kami lakukan sekarang ada pelatihan-pelatihan di makassar dan kami
semua akan berangkat.

107
108
Pertanyaan untuk Sekretaris Desa Taraweang :

1. Bagaimana pandangan Bapak/Ibu mengenai kasus diatas?


2. Apakah di Kantor Desa Taraweang pernah terjadi kasus serupa ? jika
pernah apa penyebab dan berapa kerugian yang di timbulkan ?
3. Menurut Bapak/Ibu langkah apa yang paling tepat dilakukan untuk
mencegah kecurangan seperti kasus diatas?
4. Dalam budaya Bugis/Makassar mengenal yang namanya falsafah
Mapaccing, Malempu na Magetteng.
Bagaimana pandangan Bapak/Ibu mengenai falsafah tersebut dalam
mencegah kecurangan perihal pengelolaan dana Desa ?
5. Sebagai sekretaris Desa Taraweang bagaimana bentuk koordinasi
Bapak/Ibu dalam pelaksanaan pengelolaan dana desa ?
6. Seberapa pentingnya Akuntansi forensik pada pengelolaan dana desa
dalam mencegah fraud?

JAWABAN PERTANYAAN WAWANCARA

1. Terkait kasus tersebut merupakan hal yang sangat merugikan


masyarakat dikarenakan pihak tersebut tidak membayarkan hasil
pungutan pajak..
2. Kalau menyangkut kasus sekretaris desa disini alhamdulillah belum
pernah terjadi..
3. Memberikan penebanan-penebanan terkhusus kepada kaur
pemerintahan desa, pihak desa dan BAPEMDA khususnya
pemerintahan sebagai petugas pajak didesa…
4. Yaitu dengan cara ikhlas dan niat dalam menjalankan roda
pemerintahan
5. Kami dipemerintahan desa itu masing-masing mempunyai pendamping
desa, jadi kami berkoordinasi melalui pendamping tersebut. Dan itu
selalu kami lakukan baik dalam formal maupun non formal

109
6. Sangat penting karena dapat membatasi dan mencegah cakupan
kecurangan. Karna ini merupakan bidang akuntansi khusus yang
menangani kasus kecurangan perihal keuangan.

110
111
Pertanyaan untuk Kepala urusan keuangan Desa Taraweang:

1. Bagaimana pandangan Bapak/Ibu mengenai kasus di atas?


2. Apakah di kantor Desa Taraweang pernah terjadi kasus serupa ? jika
pernah apa penyebab dan kerugian yang ditimbulkan ?
3. Menurut Bapak/Ibu langkah apa yang paling tepat dilakukan untuk
mencegah kecurangan seperti kasus diatas?
4. Dalam budaya Bugis/Makassar mengenal yang namanya falsafah
Mapaccing, Malempu na Magetteng.
Bagaimana pandangan Ibu mengenai falsafah tersebut dalam mencegah
kecurangan perihal pengelolaan keuangan dana Desa?
5. Seberapa pentingnya akuntansi forensik dalam mencegah fraud ?
6. Pencatatan seperti apa yang digunakan oleh kantor Desa Taraweang dalam
mencatat transaksi APBDes ?
7. Bagaimana bentuk transparansi Bapak/ibu kepada masyarakat mengenai
alokasi dana desa?

112
JAWABAN PERTANYAAN WAWANCARA

1. Mengenai kasus yang tadi mungkin karna keadaannya makanya dia


menyalahgunakan kondisi yang tidak memadai sehingga
menyalahgunakan dana desa
2. Iya, pada tahun 2017 pernah terjadi kasus serupa tapi yang
menyalahgunakan itu kepala desa dengan menyalahgunaan dana desa
anggaran pemerintah, penyebab terjadinya itu menggelapkan dana
pembangunan itu karna mungkin disebabkan yang menyalahgunakan
sering main judi.
3. Dengan melalui dinas pemberdayaan, kurangnya pengawasan baik dari
lingkup DPMD dan pendamping desa yang ada di daerah sehingga
kecurangan seperti kasus itu yang merugikan desa. Kan setiap desa punya
pendamping, jadi setiap apapun itu masalah yang ada di desa ada
pendamping yang bimbing kami lalu kita yang laksanakan. Dan juga
kelalaiannya juga bendahara yang tidak teliti menganalisis anggaran. Maka
dari itu pentingnya pengawasan dari pimpinan.
4. Mengenai falsafah tersebut tentunya kita sebagai orang bugis harus
menanamkan nilai-nilai itu, karna pada suatu pekerjaan termasuk
pekerjaan di pemerintah desa pasti memerlukan yang namanya keyakinan.
Itu sendiri untuk apa? Ya tentunya untuk membangun karakter kita,
membangun kinerja kita supaya pada pelaksanaan pengelolaan dana desa
tidak terjadi hal-hal yang diinginkan. Kan kita tidak tau sifat orang-orang
dan juga pasti kita juga sering berubah-ubah sifat ta’, bisa dibilang
sebelumnya berfikir ki’ ini itu sebenarnya tidak baik tapi setelah beberapa
waktu kita bilang itu baik dan wajar ji dilakukan
5. Sangat penting karna semancam pertanggungjawabannya, pelaporannya
penting sekali di lakukan akuntansi forensik supaya tidak terjadi hal-hal
yang tidsk diinginkan. Apalagi dalam pelaporan keuangan desa jadi kami
tidak berani untuk melakukan penggelapan dana.
6. Pencatatannya itu seperti kan sekarang sudah tidak manual lagi, tapi
sekarang pakai aplikasi namanya sistem keuangan desa dan semua

113
pelaporannya ada disitu tidak manual lagi kan dulu pake buku untuk
mencatat pelaporan, sehingga pelaporannya itu langsung jadi dan tinggal
di print. Dan dalam penganggaran APBDes itu mengikut dengan
peraaturan bupati sesuai jugnisnya dan kita di desa mengikut dari itu dan
tidak semena-mena dari desa yang menentukan.
7. Bentuk transparasi kami itu kepada masyarakat kami melaporkan hasil
penggunaan dana desa setiap setahun sekali dengan mencetaknya lalu di
pasang di depan kantor desa.

114
Pertanyaan untuk Masyarakat Desa Taraweang :

1. Bagaimana pandangan Bapak/ibu mengenai kepala Desa atau staf yang


melakukan kecurangan ?
2. Apakah selama ini warga Desa Taraweang mengetahui besaran APBDes
dan dana yang dikeluarkan untuk program kerja di Desa Taraweang ? Apa
alasannya.
3. Bagaimana tanggapan Bapak/Ibu mengenai Akuntan khususnya Akuntan
Forensik?
4. Bagaimana Masyarakat Desa Taraweang memaknai nilai-nilai yang
terkandung dalam falsafah Mapaccing, Malempu na Magetteng ?

JAWABAN PERTANYAAN WAWANCARA

Nama : Bapak Marsuki

Pekerjaan : Petani

1. Menurut saya itu adalah hal yang tidak bagus dilakukan dan memang
tidak boleh dilakukan, karna masyarakat mempercayakan para perangkat
desa untuk mengembangkan desa.
2. Kalau mengenai jumlah dana yang masuk di kantor desa itu pastimi
kami tau jumlahnya karna sebelum melakukan program kerja itu terlebih
dahulu menginformasikan kepada seluruh masyarakat, dan itu pun
dipasang depan kantor desa jumlah dana desa yang masuk dan keluar.
tapi masih banyak juga saya lihat yang tau jumlahnya karna mungkin dia
tidak ikut mendengarkan musyawarah dari pak desa dan jarang ke
kantor desa.
3. Jujur nak, yang forensik itu saya kurang tau karna yang saya tau itu
forensik seperti polisi yang kalau ada masalah mereka yang mencari
penyebabnya dan kalau tentang akuntansi itu saya tau itu yang mencatat
keuangan, tapi setelah kita jelaskan tadi akuntansi forensik itu, ya saya
sangat mendukung sekali akuntansi forensik ini karna bisa tau jika ada

115
uang yang di korupsi. Apalagi ini nak pernah kepala desa sebelumnya
disini yang korupsi uang dana desa.
4. Ini lah yang sering kita ajarkan kepada anak-anak untuk selalu
berperilaku baik walau tidak secara langsung kita sebut haru
mapaccing, harus malempu, harus magettteng tapi dengan
menggunakan bahasa yang lain. Tapi mengenai makna dari itu pasti
mereka tau

B. Dokumentasi

116
117
118
C. Persuratan

119
120
121
122
123
124
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Syarifuddin, lahir di pangkajene pada tanggal 26 agustus

1999 dari pasangan Bapak Badaruddin dan Ibu Nur jannah.

Saya merupakan anak ketiga dari empat bersaudara. Saya

berdomisili di Kel. Tumampua Kab. Pangkep, Kec.

Pangkajene. Saya pernah menempuh pendidikan di SD Negeri

10 Bontomangape (2007-20012), MTS Darussalam Anrong Appaka (2012-2015),

MA Darussalam Anrong Appaka (2015-2018). Kemudiann lulus melanjutkan

pendidikan di Perguruan Tinggi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

(UINAM) pada program studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

(2018-sekarang).

Dengan ketekunan dan motivasi yang tinggi untuk terus belajar serta

berusaha, maka pengerjaan tugas akhir skripsi ini dapat terselesaikan. Semoga

dengan penulisan tugas akhir skripsi ini dapat memberikan kontribusi yang positif

terkhusus bagi dunia pendidikan. Sebagaimana Motto hidup yang saya pegang

bahwa “ kerjakan saja jangan banyak bicara”

125

Anda mungkin juga menyukai