Anda di halaman 1dari 96

GOOD UNIVERSITY GOVERNANCE: PERAN AUDIT INTERNAL

(STUDI PADA UIN ALAUDDIN MAKASSAR)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar


Sarjana Akuntansi Jurusan Akuntansi
pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
UIN Alauddin Makassar

Oleh:

YAQIN MUTTAQIN SULAIMAN


NIM: 90400115150

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis persembahkankan keharibaan Allah Rabbal Alamin,

zat yang menurut Al-Qur’an kepada yang tidak diragukan sedikitpun ajaran yang

dikandungnya, yang senantiasa mencurahkan dan melimpahkan kasih sayang-Nya

kepada hamba-Nya dan dengan hidayah-Nya jualah sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Salawat dan Salam kepada Rasulullah Muhammad

SAW. yang merupakan rahmatan Lil Alamin yang mengeluarkan manusia dari

lumpur jahiliyah, menuju kepada peradaban yang Islami. Semoga jalan yang

dirintis beliau tetap menjadi obor bagi perjalanan hidup manusia, sehingga ia

selamat dunia akhirat.

Skripsi dengan judul “GOOD UNIVERSITY GOVERNANCE: PERAN

AUDIT INTERNAL (STUDI PADA UIN ALAUDDIN MAKASSAR)” penulis

hadirkan sebagai salah satu prasyarat untuk menyelesaikan studi S1 dan

memperoleh gelar Sarjana Akuntansi di Universitas Islam Negeri Alauddin

Makassar.

Sejak awal terlintas dalam pikiran penulis akan adanya hambatan dan

rintangan, namun dengan adanya bantuan moril maupun materil dari segenap

pihak yang telah membantu memudahkan langkah penulis. Menyadari hal

tersebut, maka penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

segenap pihak yang telah membantu penyelesaian skipsi ini.

ii
Secara khusus penulis menyampaikan terimakasih kepada orang tua

tercinta Ayahanda dan Ibunda yang telah melahirkan, mengasuh, membesarkan

dan mendidik penulis sejak kecil dengan sepenuh hati dalam buaian kasih sayang

kepada penulis.

Selain itu penulis juga mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak,

diantaranya:

1. Bapak Prof. Dr. H. Musafir Pababbari, M.Si, selaku Rektor beserta Wakil

Rektor I, II, III dan IV UIN Alauddin Makassar.

2. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse., M.Ag selaku Dekan beserta Wakil Dekan

I, II, dan III Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Alauddin Makassar.

3. Bapak Jamaluddin M., SE,. M.Si selaku Ketua Jurusan Akuntansi UIN

Alauddin Makassar.

4. Bapak Memen Suwandi SE., M.Si selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi

UIN Alauddin Makassar.

5. Bapak Andi Wawo, S.E., Ak selaku Penasihat Akademik yang selalu

memberikan nasihat kepada penulis.

6. Ibu Dr. Lince Bulutoding, SE,. M.Si., Ak selaku pembimbing I sekaligus

penguji komprehensif dan Bapak Muh. Akil Rahman, S.E., M.Si selaku

pembimbing II yang dengan keikhlasannya telah bersedia meluangkan

waktu ditengah kesibukannya dan memberikan bimbingan serta petunjuk

kepada penulis sampai selesainya skripsi ini. Penulis secara pribadi

memohon maaf atas segala kekurangan serta kekhilafan jikalau sempat

iii
membuat kecewa selama proses bimbingan skripsi ini, semoga doa dan

dukungan Bapak dan Ibu menjadi berkah untuk penulis kedepannya.

7. Bapak Dr. Syaharuddin, M. Si. dan Bapak Dr. Saiful, S.E., M. SA., Ak

selaku penguji komprehensif yang telah meluangkan waktunya selama

proses ujian komprehensif ini hingga penulis dapat melanjutkan ke proses

selanjutnya yaitu seminar hasil.

8. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Alauddin

Makassar yang telah memberikan bekal ilmu dan pengetahuan yang

bermanfaat. Penulis ingin memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada

seluruh dosen atas kesalahan dan tingkah laku yang penulis lakukan

selama ini, baik sewaktu kuliah dan selama penyusunan skripsi ini.

9. Seluruh staf akademik, staf tata usaha, serta staf jurusan Akuntansi UIN

Alauddin Makassar.

10. Semua keluarga, teman-teman, dan berbagai pihak yang tidak dapat

disebutkan satu per satu yang telah membantu penulis dengan ikhlas dalam

banyak hal yang berhubungan dengan penyelesaian studi penulis.

Akhirnya dengan segala keterbukaan dan ketulusan, skripsi ini penulis

persembahkan sebagai upaya maksimal dan memenuhi salah satu persyaratan

untuk memperoleh gelar Sarjana Akuntansi pada UIN Alauddin Makassar dan

semoga skripsi yang penulis persembahkan ini dapat bermanfaat. Aamiin.

Kesempurnaan hanyalah milik Allah dan kekurangan tentu datangnya dari penulis.

Kiranya dengan semakin bertambahnya wawasan dan pengetahuan, kita semakin

iv
menyadari bahwa Allah adalah sumber segala sumber ilmu pengetahuan

sehinggah dapat menjadi manusia yang bertakwa kepada Allah Subhanahu Wa

Ta’ala.

Penulis,

.........................................
NIM. ...............................

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................. vi
ABSTRAK.................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................... 1-12
A. Latar Belakang........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................... 6
C. Fokus Penelitian......................................................................... 7
D. Tujuan Penelitian....................................................................... 7
E. Manfaat Penelitian..................................................................... 8
F. Kajian Pustaka............................................................................ 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................. 12-29
A. Stewardship Theory.................................................................... 12
B. Teori Pengawasan....................................................................... 13
C. Audit Internal............................................................................. 14
D. Good university Governance..................................................... 18
E. Satuan Pengawasan Internal....................................................... 21
F. Peran Satuan Pengawas Internal dalam upaya mewujudkan
Good Unversity Governance...................................................... 22
G. E-SMS dalam pencapaian GUG................................................ 24
H. Kerangka Pikir........................................................................... 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.................................................. 30-37
A. Jenis dan Lokasi Penelitian........................................................ 30
B. Jenis dan Sumber Data............................................................... 32
C. Metode Pengumpulan Data........................................................ 33
D. Instrumen Penelitan Data........................................................... 34
E. Metode Analisis Data................................................................. 34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................ 42-71

vi
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian.......................................... 42
B. Pembahasan Data Hasil Penelitian............................................. 52
BAB V PENUTUP........................................................................................ 72-74
A. Kesimpulan................................................................................ 72
B. Implikasi Penelitian.................................................................... 73
C. Saran........................................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perguruan tinggi sebagai salah satu institusi pendidikan tertinggi yang

berperan penting dalam meningkatkan kualitas ilmu pengetahuan. Hal ini

dilakukan sebagai upaya dalam memajukan dan mencerdaskan kehidupan suatu

bangsa. Dalam upaya tersebut, peran generasi muda merupakan salah satu bentuk

investasi yang sangat penting, karena merekalah yang akan menentukan arah

kemajuan atau kemunduran suatu bangsa. Untuk itu fasilitas dan mutu pendidikan

yang terbaik amat diperlukan, dalam pembentukan karakter generasi muda.

Begitu berartinya mutu bagi pendidikan, pemerintah menerbitkan

Peraturan Pemerintah (PP) No 19 Tahun 2005 mengenai Standar Pendidikan

Nasional yang pada pasal 91 menyatakan setiap satuan pendidikan pada jalur

formal dan nonformal wajib melakukan penjaminan mutu pendidikan. Undang-

Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan

Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menegaskan

bahwa penjaminan mutu merupakan hal yang wajib dalam sebuah perguruan

tinggi dan setiap perguruan tinggi diberi kebebasan untuk menentukan sendiri

standar mutunya serta mekanisme pemenuhan standar tersebut. Semenjak

ditetapkannya Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005, Sistem Penjaminan

Kualitas perguruan tinggi tidak lagi cuma terfokus pada bidang akademik, namun

pula meliputi bidang non akademik (Asbandi, 2015).

1
2

Salah satu konsep penyelenggaraan perguruan tinggi yang saat ini sedang

berkembang adalah konsep good university governance (GUG). GUG adalah

pedoman ataupun dapat digunakan sebagai formula yang dapat menghasilkan

pedoman untuk pengelola dalam mengelola manajemen perguruan tinggi yang

baik dengan memperhatikan kepentingan stakeholders. Hal ini untuk memastikan

kalau perguruan tinggi sudah melaksanakan aplikasi pelaksanaan prinsip GUG,

hingga dibutuhkan sistem pengendalian intern selaku mekanisme pengawasan atas

pengelolaan perguruan tinggi (Larasati, 2018). Konsep GUG timbul akibat dari

berbagai macam permasalahan pengelolaan perguruan tinggi. Dari permasalahan

administrasi sampai korupsi.

Pada riset yang dicoba oleh Indonesian Corruption Watch menciptakan

permasalahan tindak pidana korupsi yang terjalin di sebagian perguruan tinggi

negara di Indonesia. Permasalahan korupsi tersebut sudah berjumlah 37

permasalahan sepanjang 10 tahun terakhir. Perihal ini diakibatkan kurang

transparannya dalam pengelolaan keuangan jadi kesempatan berbagai macam

pihak tertentu untuk melaksanakan fraud. Sehingga anggaran yang diberikan

kepada PTN tidak bisa ditelusuri jumlahnya dan pengalokasian anggaran

tersebut.

Dalam penyelenggaraannya, suatu institusi perguruan tinggi sebaiknya

melaksanakan prinsip-prinsip good university governance untuk menunjang

fungsi-fungsi serta tujun dasar perguruan tinggi. Keistimewaan dari institusi

perguruan tinggi dibandingkan dengan institusi lain bisa dilihat pada fungsi
3

dasarnya, yaitu dalam perihal pembelajaran, pengajaran serta usaha temuan

ataupun inovasi (studi). Pelaksanaan tata kelola perguruan tinggi yang baik

(good university governance) secara konsisten serta berkesinambungan dapat

meningkatkan budaya kualitas dan pelayanan akademik serta nonakademik

untuk perguruan tinggi sehingga diharapkan berkontribusi pada pencitraan yang

positiv, reputasi yang unggul, serta daya saing yang tinggi. Model governance

pada masing-masing institusi berbeda-beda. Prinsip-prinsip good university

governance yang bisa menciptakan income yaitu: law-abiding, academic

oriented, accountable, professional, independent, serta transparent (Siswanto,

dkk, 2013).

Akuntabilitas merupakan salah satu kebutuhan utama dalam good

university. Akuntabilitas ini dicoba selaku wujud transparansi dari pada

aktivitas operasional suatu perguruan tinggi. Pada dasarnya, akuntabilitas

merupakan pemberian data serta pengungkapan (disclosure) atas kegiatan serta

kinerja financial kepada pihak-pihak yang berkepntingan (Kusuma, 2012). Para

penganjur good university governance yakin kalau dengan terdapatnya

akuntabilitas bisa meningkatkan prestasi akademik mahasiswa karena

meningkatnya motivasi belajar, meningkatnya keterlibatan orang tua, dan

meningkatnya kurikulum serta pengajaran (Rosyid, dkk, 2014). Wina dan

Khairani (2015) menyatakan bahwa dengan mempraktikkan akuntansi yang

baik oleh pihak perguruan tinggi dan pengawasan yang maksimal dari pihak

internal ataupun pihak eksternal terhadap mutu laporan keuangan diharapkan


4

hendak bisa membenarkan akuntabilitas kinerja perguruan tinggi sehingga

kinerja penyelenggaraan urusan-urusan tersebut bisa maksimal. Revisi terhadap

mutu akuntabilitas serta kinerja audit internal diharapkan hendak berimplikasi

pada minimalnya praktik korupsi sehingga diharapkan good university

governance bisa diwujudkan.

Suatu universitas memerlukan sistem yang sanggup membenarkan

proses akuntabilitas mereka lewat pengendalian internal yang efisien dalam

organisasi pembelajaran. Sistem pengendalian internal yang profesional serta

efisien tidak hanya dibutuhkan serta ditujukan untuk organisasi yang

berorientasi pada keuntungan semata namun juga untuk organisasi nirlaba

dalam perihal ini universitas. Menurut Rama dan Jones (2009) pengendalian

internal adalah suatu proses yang dipengaruhi oleh dewan direksi, manajemen,

dan personel lainnya, yang dirancang untuk memberikan kepastian dalam

pencapaian efektivitas dan efisiensi serta keandalan laporan keuangan dan

ketaatan terhadap hukum yang berlaku.

Perwujudan good governance dalam perihal ini good university

governance (GUG), UIN Alauddin Makassar membutuhkan kedudukan audit

internal yang bertugas meneliti mengevaluasi suatu sistem akuntansi dan

memperhitungkan kebijakan manajemen yang dilaksanakan. Satuan Pengawas

Intern (SPI) adalah salah satu satuan kinerja yang mendukung terwujudnya

good university governance (GUG) yang pada saat ini sudah berkembang

menjadi komponen utama dalam meningkatkan universitas secara efektif serta


5

efisien. Untuk mengevaluasi jalannya operasi dari kegiatan audit internal,

direktur audit internal wajib menetapkan serta memelihara program jaminan

atas mutu (Quality Assurance). Quality assurance sangat dibutuhkan dalam

melindungi keahlian departemen audit internal dalam melakukan fungsinya

secara efisien serta efektif (Ardianto, 2012).

Perguruan tinggi mampu memberikan kontribusi positif lewat

pengimplementasian 5 prinsip good university governance (GUG) yang dibantu

oleh satker-satker, salah satunya merupakan Satuan Pengawas Intern (SPI) yang

dipunyai oleh perguruan tinggi. Tidak hanya itu, sistem pengendalian internal

ataupun internal control adalah yang sangat berarti dalam pelaksanaan good

governance. Sistem pengendalian yang efisien bisa menjamin operasi industri

yang efisien serta efektif dan dipatuhinya aturan-aturan internal industri

sehingga bisa terciptanya akuntabilitas (Gusnardi, 2008).

Menurut Yudianti dan Suryandari (2015) pengendalian internal adalah

sistem sedangkan satuan pengawasan intern merupakan organ ataupun unit

yang melakukannya. Kedudukan Satuan Pengawasan Intern (SPI) serta

pengendalian internal yang baik diharapkan menolong pimpinan unit kerja

dalam menggapai tujuan adalah terwujudnya good university governance

(GUG). Sistem pengendalian internal mewakili seluruh kebijakan serta

prosedur yang disetujui oleh manajemen untuk menggapai suatu manajemen

bisnis yang efisien. Kontrol Sistem meliputi pengendalian internal serta internal

prosedur (Mihaela dan Julian, 2012). Seluruh dorongan audit internal bisa
6

diberikan lewat analisis- analisis, evaluasi, saran, bimbingan dan informasi

tentang kegiatan yang diperiksa (Pratiwi, 2012).

Good university governance selaku bagian implementasi dari

pelaksanaan good corporate governance diperguruan tinggi negeri hendak bisa

terwujud bila terjalin penyeimbang kepentingan seluruh pihak yang

berkepentingan (stakeholders) dalam rangka untuk menggapai tujuan perguruan

tinggi. Perguruan tinggi membutuhkan pengelolaan yang baik sebab

menyangkut kepentingan masyarakat luas. Dalam konteks kehidupan

masyarakat saat ini, pendidikan jadi perihal yang tidak bisa dihindari.

Pendidikan sudah jadi suatu yang sangat berarti dalam kehidupan. Apalagi,

pendidikan sudah jadi semacam rumus yang dijadikan prasyarat untuk suatu

bangsa yang dapat disebut maju (modern). Berdasarkan penjelasan di atas maka

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Good University

Governance: Peran Audit Internal (Studi Pada UIN Alauddin Makassar)”.

B. Rumusan Masalah

Dalam menghadapi tantangan perwujudan good governance, dalam hal

ini good university governance (GUG) UIN Alauddian Makassar memerlukan

peran audit internal yang bertugas meneliti, mengevaluasi suatu sistem

akuntansi serta menilai kebijakan manajemen yang dilaksanakan. Berdasarkan

penjelasan di atas maka dapat dirumuskan pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan audit internal pada UIN Alauddin Makassar ?


7

2. Bagaimana pelaksanaan good university governance pada UIN Alauddin

Makassar ?

3. Bagaimana peran audit internal dalam upaya mewujudkan good university

governance pada UIN Alauddin Makassar ?

C. Fokus Penelitian

Fokus penelitian dalam penelitian ini adalah peran audit internal dalam

upaya mewujudkan good university governance. Good university governance

merupakan turunan dari konsep tata kepemerintahan yang lebih umum, yaitu good

governance. good university governance ini merupakan sebuah konsep yang

muncul karena kesadaran bahwa penyelenggaraan pendidikan tinggi dan instusi

perguruan tinggi memang tidak dapat disamakan dengan penyelenggaraan sebuah

negara atau korporasi, yang membedakan adalah nilai-nilai luhur pendidikan yang

harus dijaga dalam pelaksanaannya.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui penerapan audit internal pada UIN Alauddin Makassar.

2. Mengetahui pelaksanaan good university governance pada UIN Alauddin

Makassar.

3. Mengetahui peran audit internal dalam upaya mewujudkan good

university governance pada UIN Alauddin Makassar.


8

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini secara teoretis diharapkan bisa membagikan sumbangan

acuan untuk universitas buat menata kembali audit internal ataupun Satuan

Pengawas Internal (SPI) yang bertugas mempelajari serta mengevaluasi suatu

sistem akuntansi dan memperhitungkan kebijakan manajemen yang dilaksanakan

serta selaku penunjang terwujudnya good university governance. Dengan

digunakannya teori agen (Agency Theory). Dalam kaitannya dengan audit internal

ataupun SPI, teori agen menarangkan kalau terdapatnya perbandingan

kepentingan antara manajemen dengan para stakeholder membuat berartinya

satuan pengawas internal di UIN Alauddin Makassar untuk menjauhi

kecenderungan dari pihak manejemen yang menginginkan keuntungan individu

serta penyalahgunaan dana yang diperoleh dari pemerintah. Sebaliknya teori

pengawasan yang digagas oleh George R. Tery mendefenisikan tugas dari audit

internal untuk mendeterminasi apa yang sudah dilaksanakan, artinya

mengevaluasi prestasi kerja serta apabila butuh, mempraktikkan tindakan-

tindakan kolektif sehingga hasil pekerjaan cocok dengan rencana yang sudah

diresmikan. Jadi, bisa disimpulkan teori agen serta pengawasan bisa digunakan

selaku landasan auditor internal dalam memenuhi tanggungjawabnya terhadap

perguruan tinggi supaya bekerja dengan memaksimalkan kepentingan publik

bukan untuk kepentingan orang semata agar menghasilkan tata kelola perguruan

tinggi yang baik serta bisa dipercaya oleh masyarakatnya sendiri.


9

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan Satuan Pengawas Internal mampu menjawab

tantangan dalam perwujudan good university governance (GUG). Jadi dapat

dikatakan bahwa peningkatan peran auditor internal akan mempengaruhi tata

kelola suatu institusi pendidikan. Pengelolaan perguruan tinggi yang baik akan

dapat menjamin keberlangsungan usaha perguruan tinggi dalam jangka panjang.

Bagi akademisi, sebagai wawasan, pengetahuan dan acuan dapat dijadikan

sebagai referensi untuk penelitian yang lebih lanjut. Bagi peneliti, sebagai

pelatihan intelektual yang diharapkan dapat mempertajam daya fikir ilmiah

serta meningkatkan kompetensi keilmuan dan mengetahui sejauh mana teori

yang didapat dibangku kuliah dapat diterapkan didalam masyarakat.

F. Kajian Pustaka

Penelitian mengenai good university governance merupakan salah satu

bentuk topik yang selalu diangkat dalam penelitian pada bidang akuntansi.

Dalam hal ini menyangkut bagaimana peran auditor internal pada peningkatan

mutu pendidikan bangsa.

Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu Mengenai Good University Governance


Nama Peneliti Judul Metodologi Hasil penelitian
Sukirman dan peran internal Kuantitatif Terdapat pengaruh
Maylia Pramono auditor dalam upaya yang signifikan
Sari (2012) mewujudukan Good antara auditor
University internal terhadap
Governance (GUG) Good governance di
di Universitas UNNES
10

Negeri Semarang
(Unnes).
Novi dyah Peran SPI dalam Kuantitatif Satuan Pengawas
puspitarini, sukirman Pencapaina Good Pengawasan Intern
dan Indah University Internal (SPI)
Anisykurlillah Governance Pada berpengauh posiif
(2013) Perguruan Tinggi dalam pencapaian
Se-Jawa yang governance (GUG)
berstatus Pola pada (GUG)
Pengelolaan
keuangan Badan
layanan umum
Saptapradipta Pengaruh audit) Kuantitatif Auditor internal dan
Patricia (2013) internal dan pengendalian
pengendalian internal berpengaruh
internal internal terhadap
terhadap Pelaksanaan Good
pelaksanaan Good Governance (Studi
Governance (Studi empiris pada Badan
pada Layanan layanan Umum
Umum Universitas Universitas
Brawijaya Malang Brawijaya Malang
I Wayan Sujana, I Peran auditor Kuantitatif auditor internal
Wayan Widnyana, I internal dalam berpengaruh positif
Nyoman Suparsa menentukan dan signifikan dalam
(2017) pengaruh menentukan
pengendalian intern pengaruh
terhadap good pengendalian intern
university terhadap good
11

governance di university
Universitas governance
Mahasaraswati
Denpasar.
Dri Asmawanti S Peran Satuan Kuantitatif Adanya hubungan
dan Siti Aisyah Pengawasan Intern positif yang
(2019) dan Penerapan signifikan antara
pengendalian peran Satuan
internal terhadap Pengawasan Intern
pencapaian Good terhadap Penerapan
University Good University
Governance Pada Governance.
Perguruan Tinggi di
Kota Bengkulu
Suriyani dan Pengaruh Satuan Kuantitatif sistem pengendalian
Zainuddin (2021) Pengawasan Internal internal dan internal
(SPI) Dan Penerapan control berpengaruh
Internal Control positif terhadap
Terhadap Pencapaian variabel good
Good University university
Governance (GUG) governance.
Pada Universitas
Islam Negeri Raden
Fatah Palembang
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Stewardship Theory

Dasar teori yang digunakan dalam riset ini merupakan teori tata laksana

(Stewarship theory). Teori ini memandang manajemen selaku pihak yang bisa

dipercaya untuk berperan dengan sebaik-baiknya untuk kepentingan publik pada

biasanya ataupun shareholders pada spesialnya. Teori stewardship bisa diterapkan

pada riset akuntansi zona publik semacam organisasi pemerintahan salah satunya

pada perguruan tinggi. Akuntansi organisasi zona publik sudah dipersiapkan untuk

penuhi kebutuhan data untuk ikatan antara stewards dengan principals. Akuntansi

selaku penggerak (driver) berjalannya transaksi bergerak kearah yang terus

menjadi lingkungan serta diiringi dengan tumbuhnya spesialisasi dalam akuntansi

serta pertumbuhan organisasi zona publik. Keadaan semakin kompleks dengan

bertambahnya tuntutan hendak akuntabilitas pada perguruan tinggi yang terdapat

di Indonesia.

Teori ini mengasumsikan ikatan yang kokoh antara kesuksesan organisasi dengan

kepuasan owner. Steward hendak melindungi serta mengoptimalkan kekayaan

organisasi dengan kinerja industri, sehingga dengan demikian fungsi utilitas

hendak optimal. Asumsi penting dari stewardship merupakan manajer meluruskan

tujuan yang cocok dengan tujuan owner. Tetapi demikian tidak berarti steward

tidak memiliki kebutuhan hidup (Raharjo, 2007). Dalam riset ini teori stewarship

jadi perihal berarti pada pencapaiam Good Univeristy Governance.

12
13

Karena pada hakikatnya manusia diharapkan bisa dipercaya, sanggup

bertindak dengan penuh tanggung jawab, mempunyai integritas serta kejujuran

terhadap pihak lain. Transparansi serta akuntabilitas memiliki kedudukan besar

untuk menujukkan kepada pihak eksternal ialah pemerintahan serta masyarakat

bahwa pengelolaan perguruan tinggi telah berjalan dengan baik. Dengan

mengedapankan kepentingan bersama dan komitmen organisasi yang maksimal

supaya tercapai tujuan yang diharapkan.

B. Teori Pengawasan

Menurut Terry (2006) mengartikan pengawasan selaku mendeterminasi

apa yang sudah dilaksanakan, maksudnya mengevaluasi prestasi kerja serta

apabila butuh, dengan mempraktikkan tidankan-tindakan korektif sehingga hasil

pekerjaan cocok dengan rencana yang sudah diresmikan. Menurut Terry (2010),

pengawasan ialah salah satu dari 4 fungsi manajemen, sebagaimana berikut ini,

ialah: fungsi perencanaan (Planning), fungsi pengorganisasian (Organizing),

fungsi penerapan (Actuating), dan fungsi pengawasan (Controlling).

Pengawasan adalah salah satu fungsi penting dalam fungsi manajemen.

Perihal ini disebabkan tanpa pengawasan, fungsi yang lain tidak hendak berjalan

secara efektif, efisien serta optimal. Boleh dikatakan kalau tiap-tiap fungsi

manajemen tersebut adalah satu kesatuan yang merata serta sistemik, sehingga

saling mempengaruhi serta ketergantungan satu sama lain. Pengawasan juga ialah

suatu metode supaya tujuan bisa tercapai dengan baik (Griffin, 2004). Dalam riset

ini konsep pengawasan digunakan bukan suatu industri namun suatu lembaga
14

yang bertugas mempelajari serta mengevaluasi suatu sistem akuntansi dan

memperhitungkan kebijakan manajemen yang dilaksanakan.

C. Audit Internal

Perguruan tinggi yang sanggup mengelola sumber energi secara pas

hendak sanggup memenuhi tuntutan mutu pendidikan. Bermacam upaya terus

dicoba demi tercapainya visi serta misi perguruan tinggi. Untuk itu butuh

diadakan pengawasan serta pengecekan pada tiap langkah aktivitas dalam

manajemen ialah mulai dari sesi perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan

hingga dengan Akuntansi pengendalian. Tidak hanya pada tahap-tahap dalam

manajemen, pengawasan serta pengecekan pula dibutuhkan pada seluruh

kebijakan serta prosedur yang dilaksanakan oleh tiap unit-unit dari perguruan

tinggi. Dengan demikian dibutuhkan terdapatnya suatu regu ataupun sekelompok

staf dari bermacam unit yang bertugas untuk melaksanakan audit internal ialah

mengecek, mengawasi serta membagikan anjuran revisi apabila dibutuhkan.

Audit Internal adalah suatu fungsi evaluasi independen dalam suatu

organisasi yang bertujuan untuk menguji serta mengevaluasi dari seluruh

kegiatan-kegiatan yang dicoba organisasi tersebut, sehingga manajemen puncak

bisa mempunyai sumber data dari tiap unit yang dimilikinya. Untuk itu pemeriksa

internal ataupun audit internal hendak melaksanakan analisis, evaluasi serta

memberikan saran- saran (Tugiman, 1997: 5). Menurut Mulyadi (2002: 210- 211),

tanggung jawab audit internal berkaitan dengan fungsi audit internal, dengan

melaksanakan aktivitas evaluasi yang leluasa, dengan metode mengecek


15

akuntansi, keuangan, serta aktivitas lain, untuk membagikan jasa buat manajemen

dalam melakukan tanggung jawab mereka. Aktivitas yang dicoba dengan

menyajikan analisis, evaluasi, saran, serta komentar-komentar berarti terhadap

aktivitas manajemen, audit intern menyediakan jasa tersebut.

Menurut Lawrence B. Sawyer diterjemahkan oleh Desi Adhariani

(2005:109) langkah-langkah yang harus dilakukan audit internal ialah:

1. Penentuan Risiko

Audit internal harus memiliki pemahaman mengenai proses penentuan

risiko dan sarana yang digunakan untuk melakukannya serta audit internal juga

harus menginput hasil penentuan risiko ke dalam program audit untuk

memastikan bahwa kontrol-kontrol yang dibutuhkan benar diterapkan untuk

mengurangi risiko.

2. Melaksanakan Survei Pendahuluan

Audit internal harus memastikan bahwa waktu dan upaya yang dihabiskan

untuk survei pendahuluan bisa produktif. Survei pendahuluan yang baik akan

menghasilkan program audit yang tepat dan program audit yang tepat akan

menunjang keberhasilan audit.

3. Menyusun Program Audit

Program audit internal merupakan pedoman bagi auditor dan merupakan

satu kesatuan dengan supervisi audit dalam pengambilan langkah-langkah audit

tertentu. Langkah-langkah audit dirancang untuk mengumpulkan bahan bukti

audit dan untuk memungkinkan audit internal mengemukakan pendapat mengenai


16

efisiensi, keekonomisan, dan efektivitas aktivitas yang akan diperiksa. Program

tersebut berisi arahan-arahan pemeriksaan dan evaluasi informasi yang

dibutuhkan untuk memenuhi tujuan-tujuan audit dalam ruang lingkup penugasan

audit.

4. Melaksanakan Pekerjaan lapangan I

Melaksanakan proses pekerjaan lapangan merupakan proses untuk

mendapatkan keyakinan secara sistematis dengan mengumpulkan bahan bukti

secara objektif mengenai operasi entitas, mengevaluasinya, dan melihat apakah

operasi tersebut memenuhi standar yang dapat diterima dan mencapai tujuan-

tujuan yang telah ditetapkan, dan menyediakan informasi untuk pengambilan

keputusan oleh manajemen.

5. Melaksanakan Pekerjaan lapangan II

Dengan penerapan teknik-teknik audit seperti melakukan pengamatan,

mengajukan pertanyaan, menganalisis, memverifikasi, dan mengevaluasi

diterapkan pada beragam kondisi.

6. Menentukan kelemahan yang ada melalui temuan audit

Temuan audit merupakan penyimpangan-penyimpangan dari norma-norma

atau kriteria yang dapat diterima. Temuan audit bisa memiliki bermacam-macam

bentuk dan ukuran. Temuan tersebut dapat menggambarkan:

a. Tindakan-tindakan yang seharusnya diambil, tetapi tidak dilakukan, seperti

pengiriman yang dilakukan tetapi tidak tertagih.


17

b. Tindakan-tindakan yang dilarang, seperti pegawai yang mengalihkan sewa

dari perlengkapan perusahaan ke perusahaan kontrak pribadi untuk

kepentingannya sendiri.

c. Tindakan-tindakan tercela, seperti membayar barang dan perlengkapan

pada tarif yang telah diganti yang lebih rendah pada kontrak yang lebih

menguntungkan.

d. Sistem yang tidak memuaskan, seperti diterimanya tindak lanjut yang

seragam untuk klaim asuransi yang belum diterima padahal klaim tersebut

bervariasi dalam jumlah dan signifikansinya.

7. Menyiapkan kertas kerja

Kertas kerja berisi catatan informasi yang diperoleh dan analisis yang

dilakukan selama proses audit. Kertas kerja disiapkan sejak saat audit pertama kali

memulai penugasannya hingga mereka menelaah tindakan perbaikan dan

mengakhiri proyek audit. Kertas kerja berisi dokumentasi atas langkah-langkah

berikut ini dalam proses audit:

a. Rencana audit, termasuk program audit.

b. Pemeriksaan dan evaluasi kecukupan dan efektivitas sistem kontrol

internal.

c. Prosedur-prosedur audit yang dilakukan, informasi yang diperoleh, dan

kesimpulan yang dicapai.

d. Penelaahan kertas kerja oleh penyedia.

e. Laporan audit.
18

f. Tindak lanjut dari tindakan perbaikan.

Kuntadi (2009) apabila auditor internal berkualitas atau berperan dengan

baik maka pengendalian internal akan lebih baik dan dengan sendirinya kinerja

organisasi akan semakin meningkat. Soh dan Nonna (2011) dalam penelitiannya

memberikan wawasan mengenai peranan dan tanggung jawab internal auditor

(IA) serta fungsi dan faktor-faktor yang dianggap perlu untuk menjamin

efektivitasnya. Dalam menjalankan tugas auditor internal harus mengacu pada

Standar Auditor Internal. Standar tersebut dikeluarkan oleh Institute of Internal

Audit (IIA) atau dikenal dengan Professional Practices Framework (PPF) yang

meliputi Standar Profesional Audit Internal (SPAI).

Ternyata didalam al-qur’an sendiri sudah teridentifikasi sebagai suatu

proses audit. Seperti dalam surat Al-Insyiqaq ayat 6-9, bahwasanya Allah akan

menghisab setiap manusia di hari akhir. Bagi yang menerima cataran amalnya

ditangan kanan, maka ia akan dihisab dengan mudah dan akan diberikan

kebahagiaan. Begitupun halnya tercatat dalam kitab suci pada surat Al-Infithar

ayat 10-12. Sejatinya disisi manusia ada malaikat sebagai pencatat amal-amalnya

di dunia. Entah itu amal baik maupun buruk. Mereka (para malaikat) ini

mengetahui apa saja yang manusia lakukan. Catatan inilah yang akan menjadi

penimbang seseorang di yaumul mizan.

Selanjutnya dalam surat An-Naml ayat 20-21, dikisahkan bahwa Nabi

Sulaiman a.s melakukan pengecekan untuk mencari Hud-Hud, seekor burung

peliharaan. Ketidakhadiran Hud-Hud dapat dikenakan sanksi oleh Nabi Sulaiman


19

a.s berupa hukuman berat. Dalam ayat selanjutnya terungkap bahwa absennya

Hud-hud disebabkan perjalanannya ke negeri Saba. Sebuah negeri yang dipimpin

seorang ratu musyrik penyembah matahari.

Tujuan audit dalam Islam:

1. Untuk menilai tingkat penyelesaian (progress of completness) dari suatu

tindakan.

2. Untuk memperbaiki (koreksi) kesalahan.

3. Memberikan reward (ganjaran baik) atas keberhasilan pekerjaan.

4. Memberikan punishment (ganjaran buruk) untuk kegagalan pekerjaan.

Bagaimana pengaturan Kode Etik Profesinya?

Etika sering disebut moral akhlak, budi pekerti adalah sifat dan wilayah

moral, mental, jiwa, hati nurani yang merupakan pedoman perilaku yang idial

yang seharusnya dimiliki oleh manusia sebagai mahluk moral. Seorang akuntan

dan auditor muslim dituntut untuk menjalani profesinya dengan akhlak yang baik

untuk memenuhi tujuan sebagai berikut:

1. Untuk membantu mengembangkan kesadaran etika profesi dengan membawa

perhatian mereka pada isu-isu etika yang terdapat dalam praktek profesi dan

apakah setiap tindakan dapat dipertimbangkan sebagai perilaku yang beretika

sesuai dengan sudut pandang syariah sebagai tambahan dari sekedar

komitmen etika profesi yang normal.

2. Untuk meyakinkan keakuratan dan keandalan laporan keuangan, sehingga

dapat meningkatkan kredibilitas dan kepercayaan kepada jasa yang diberikan


20

akuntan. Selain itu dapat meningkatkan perlindungan kepentingan baik

inttitusi maupun pihak-pihak yang terkait dengan institusi tersebut.

D. Good university Governance

Good governance sudah jadi perihal yang berarti untuk tiap entitas dikala

ini, tidak cuma zona swasta, zona publik serta pemerintahan juga

memperhitungkan perihal ini. Good governance jadi salah satu perlengkapan ukur

ataupun patokan untuk stakeholder dalam mengambil keputusan paling utama

keputusan berinvestasi. Perihal ini sudah dibuktikan lewat bermacam riset yang

dicoba oleh peneliti-peneliti lebih dahulu. Apalagi pada tingkatan international

ataupun nasional sudah dicoba evaluasi ataupun pemeringkatan good governance

pada entitas swasta ataupun pemerintahan (Handayani, 2012).

Good university governance (GUG) ialah konsep yang diadopsi dari good

corporate governance (GCG). Good university governance ialah suatu konsep

yang timbul sebab pemahaman kalau penyelenggaraan pendidikan tinggi serta

institusi perguruan tinggi memanglah tidak bisa disamakan dengan

penyelenggaraan suatu negera ataupun korporasi, yang membedakannya

merupakan nilai-nilai luhur pendidikan yang wajib dilindungi dalam

penerapannya. Prinsip akuntabilitas serta transparansi merupakan prinsip dasar

untuk membawa sebuah perguruan tinggi mengarah kepada good university

governance. Menguasai prinsip-prinsip dasar dalam good university governance

hendak memacu buat mencari wujud yang terbaik suatu perguruan tinggi yang

sangat dekat dengan para sivitas akademika (Maryono, 2014).


21

Pelaksanaan tata kelola perguruan tinggi yang baik (good university

governance) secara tidak berubah serta berkesinambungan bisa meningkatkan

budaya kualitas dan pelayanan akademik serta non akadmik suatu perguruan

tinggi sehingga diharapkan berkontribusi pada pencitraan yang positif, unggul,

serta kualitas daya saing yang besar. Penerapan tata kelola yang baik pula sejalan

dengan jadwal reformasi keuangan negera yang hadapi perpindahan paradigma

dari penganggaran tradisional mengarah penganggarn berbasis kinerja. Kegiatan

pengelolaan anggaran tidak lepas dari kegiatan tata kelola (governance) sebuah

organisasi. Dengan konsep good governance, tata kelola perguruan tinggi fyang

baik (good university governance) relevan dengan prinsip good corporate

governance (GCG). Prinsip-prinsip tersebut meliputi: transparansi, akuntabilitas,

responsibilitas, independensi, dan keadilan. Prinsip GCG tersebut dapat

diterapkan dalam mengelola sebuah perguruan tinggi (Wijatno, 2009).

Pendidikan tinggi yang bermutu ialah pendidikan tinggi yang bisa

menciptakan lulusan yang sanggup secara aktif meningkatkan potensinya serta

menciptakan ilmu pengetahuan ataupun teknologi yang berguna buat

mansyarakat, bangsa serta negera. Tingginya standar pengelolaan ditambah

persaingan antar perguruan tinggi yang terus menjadi ketat, sehingga pengelola

dituntut buat teliti dalam membaca tren ke depan, supaya program serta kebijakan

yang diterapkan betul- betul cocok dengan kebutuhan warga serta penggunanya.

Tidak hanya itu, aspek manajemen harus dijalankan secara pas serta teliti. Dalam

kaitan ini, hingga 5 prinsip universal tata kelola organisasi yang lebih diketahui
22

dengan good corporate governance yang setelah itu diadaptasi selaku

karakteristik ataupun prinsip good university governance (GUG) bisa disodorkan

selaku suatu jawaban utama. Menurut Abdul (2016) lima prinsip tersebut adalah

“Transparency, Accountability, responsibility, Indefendency, dan Fairness”

1. Transparency (Keterbukaan Informasi) secara sederhana diartikan sebagai

keterbukaan informasi. Perusahaan atau lembaga dituntut untuk menyediakan

informasi yang cukup, akurat, tepat waktu kepada segenap Stakeholders.

2. Accountability (Akuntabilitas); yang dimaksud adalah kejelasan fungsi,

struktur, system, hak, kewajiban, wewenang dan pertanggung jawaban elemen

organinsasi.

3. Responsibility (Pertanggung jawaban) berupa kepatuhan organisasi terhadap

peraturan yang berlaku, seperti kepatuhan terhadap pajak, keselamatan kerja,

kesehatan, lingkungan sosial dan sebagainya.

4. Independency (kemandirian); ada kemandirian dalam mengelola oraganisasi

secara profesional tanpa ada benturan kepentingan dan tanpa tekanan atau

intervensi dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan yang

berlaku.

5. Fairness (Kesetaraan dan kewajaran); prinsip ini menuntut adanya perlakuan

yang adil dalam memenuhi hak stakeholder sesuai peraturan yang berlaku.

Dalam melaksanakan perannya, SPI harus berpedoman pada standar

profesi audit intern. Menurut Tugiman (1997: 16), standar profesi audit intern
23

meliputi independensi kemampuan profesional, lingkup pekerjaan audit intern,

pelaksanaan kegiatan pemeriksaan, serta manajemen bagian audit intern.

Bila kita kaitkan dengan syariah, maka apakah hakekat Good

Gavernance dalam prespektif hukum Islam? Tidak ada rumusan baku

mengenai hal ini. Namun dari berbagai pernyataan yang terpencar di dalam

berbagai ayat al-Qur’an maka kita dapat mengkontruksi Good Gavernance

menurut prespektif syariah. Di antara ayat tersebut adalah QS Hud: 61 dan QS al-

Haj: 41 yang artinya:

“Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah yang menjadikan kamu
supaya memakmurkannya (membangunnya) [QS. 11: 61]. Dan 22: 41. (yaitu)
orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya
mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuatma’ruf dan
mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala
urusan (QS. 22: 41).

Ayat pertama menjelaskan misi utama manusia adalah membangun

bumi. Ayat kedua menegaskan bahwa orang-orang beriman menggunakan

kekuasaan yang mereka miliki untuk menegakkan shalat, membayar zakat

dan menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar.

Dari kedua ayat di atas kita dapat merumuskan Good Gavernance dalam

prespektif hukum Islam yaitu suatu penggunaan otoritas kekuasaan untuk

mengelola pembangunan yang berorientasi pada (1) penciptaan suasana kondusif

bagi masyarakat untuk pemenuhan kebutuhan spiritual dan rohaniyahnya

sebagaimana disimbolkan penegakan shalat (2) Penciptaan kemakmuran dan

kesejahteraan dengan disimbolkan zakat (3) Penciptaan stabilitas politik diilhami


24

dari amar ma’ruf dan nahi mungkar. Singkat kata dalam ayat tersebut terdapat tiga

governance yaitu: (a) Spiritual Governanace, (b) Economic Governance dan (c)

political Governance (Anwar, 2007). Untuk dapat mewujudkan good governance

dalam tiga aspek, diperlukan beberapa nilai dan dari nilai-nilai tersebut dapat

diturunkan beberapa asas tatakelola pemerintahan yang baik. Dengan

memperhatikan ayat-ayat al-Qur’an dan sunnah Nabi saw dapat ditemukan

beberapa nilai dasar yang dapat dijabarkan menjadi asas-asas tata kelola

pemerintahan yang baik, yaitu: syura, meninggalkan yang tidak bernilai guna,

keadilan, tanggung jawab, dan amanah, serta orientasi ke hari depan. Nilai dasar

pertama adalah syura yang ditegaskan dalam QS. 3: 159 yang artinya:

“Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Dari nilai dasar
syura ini dapat diturunkan asas hukum mengenai penyelenggaraan pemerintahan
berupa asas partisipasi masyarakat”.

Nilai dasar berikutnya dalam hukum Islam adalah penegasan Nabi SAW

mengenai meninggalkan segala yang tidak bernilai guna, Nabi bersabda, yang

artinya: Sebaik-baik Islam seseorang adalah bahwa ia meninggalkan

hal-hal yang tidak berguna (HR at-Tirmizi, Ahmad).

Dari hadis ini dapat diturunkan asas efisiensi dalam penyelenggaraan

kepentingan publik. Nilai dasar lain dalam hukum Islam adalah keadilan.

Penegasan mengenai keadilan dalam sumber-sumber Islam banyak sekali,

misalnya dalam QS. 5: 8 yang artinya: Berbuat adillah kamu, (karena) berbuat

adil itu lebih dekat kepada taqwa (Q. 5: 8). Masalah keadilan secara umum dan

masalah kepastian hukum merupakan jeritan seluruh masyarakat Indonesia saat


25

ini. Tata kelola pemerintahan yang baik menghendaki adanya jaminan kesamaan

akses seluruh warga masyarakat terhadap sumberdaya politik, ekonomi, dan

administratif.

E. Satuan Pengawasan Internal

Menurut BPK dalam Peraturan BPK tahun 2007 No 1, satuan pengawasan

intern merupakan unit organisasi pada Badan Usaha Milik Negera ataupun Badan

Usaha Milik Daerah yang memiliki tugas serta guna melaksanakan pengawasan d

alam lingkup kewenangannya. Fungsi pengawasan serta pengendalian ini bertujua

n untuk mendorong dipatuhinya segala kebijakan, rencana dan prosedur yang tela

h diresmikan. Fungsi tersebut dilaksanakan melalui suatu pengecekan internal ata

u yang lebih dikenal dengan audit internal. Peraturan Menteri Pendidikan Nasiona

l Republik Indonesia No 47 Tahun 2011 pasal 3 tentang Satuan Pengawasan Intern

(SPI) di area departemen pedidikan nasional. Saat ini Satuan Pengawasan Intern

(SPI) selaku salah satu fitur sistem pengawasan, dituntut berfokus pada pencapaia

n governance, manajemen resiko serta pengendalian, bukan lagi pada pekerjaan a

dministratif. Dengan demikian keberadaan Satuan Pengawasan Intern (SPI) di Ind

onesia wajib dimengerti oleh seluruh pihak. Seluruh elemen wajib mengenali apak

ah Satuan Pengawasan Intern (SPI) sudah berfungsi dengan baik dalam melaksana

kan tugasnya (Lukman, 2012). Menurut Peraturan Menteri Agama Republik Indon

esia No 25 Tahun 2017 tentang Satuan Pengawasan Internal Pada PTKIN menaran

gkan bahwa satuan pengawasan internal merupakan faktor pengawas yang menjal
26

ankan fungsi pengawasan non akademik untuk serta atas nama perguruan tinggi k

eagamaan negeri.

Satuan Pengawasan Intern (SPI) Satuan pengawasan intern ialah

pengawasan manajerial yang fungsinya mengukur serta mengevaluasi sistem

pengendalian dengan tujuan menolong seluruh anggota manajemen dalam

mengelola secara efisien pertanggungjawaban dengan metode menyediakan

analisis rekomendasi, serta komentar-komentar yang berhubungan dengan

kegiatan-kegiatan yang sudah ditelaah (Sitompul, 2008: 18). Dalam melakukan

kedudukannya, SPI wajib berpedoman pada standar profesi audit intern. Menurut

Tugiman (1997: 16), standart profesi audit intern meliputi tindependensi keahlian

handal, lingkup pekerjaan audit intern, penerapan aktivitas pengecekan, dan

manajemen bagian audit intern.

F. Peran Satuan Pengawas Internal dalam upaya mewujudkan Good

Unversity Governance

Good university governance (GUG) ialah langkah yang bisa mendukung

pencapaian mutu suatu perguruan tinggi. Menurut Wijatno (2009: 119),

pencapaian good university governance (GUG) bisa diukur lewat sebagian

penanda ialah transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi serta

keadilan. Pada prakteknya, keseluruhannya prinsip tersebut wajib diterapkan

buat mewujudkan suatu tata kelola universitas yang baik (Puspitarini, 2012).

Dalam rangka menjamin keberlangsungan usaha perguruan tinggi, pengelola

butuh mempraktikkan konsep good governance dalam pengelolaan perguruan


27

tinggi yang diketahui dengan good university governance (GUG). Kedudukan

audit internal dalam perihal ini satuan pengawas internal wajib lebih

diberdayakan baik secara internal (manajemen) ataupun eksternal (stakeholder)

supaya memiliki donasi yang lebih besar dalam mewujudkan good uniiversity

governance tersebut. Pemberdayaan auditor antara lain: uraian good

governance yang lebih baik, tanggungjawab yang lebih besar serta kebebasan

mengkreasi pekerjaan dalam menolong stakeholder tetapi tidak menyalahi etika

profesi yang terdapat (Trisnaningsih, 2007).

Pengelolaan perguruan tinggi yang baik hendak bisa menjamin

keberlangsungan usaha perguruan tinggi dalam jangka panjang. Secara simpel

good university governance bisa kita pandang selaku pelaksanaan prinsip-

prinsip dasar konsep good governance dalam system serta proses pengelolaan

institusi perguruan tinggi lewat bermacam penyesuaian yang dicoba bersumber

pada nilai- nilai yang wajib dijunjung besar dalam penyelenggaraan perguruan

tinggi secara spesial serta pendidikan secara universal. Pelaksanaan good

university governance diyakini bisa meminimalkan terbentuknya fraud karena

dalam perguruan tinggi. Sebab mekanisme good university governance hendak

menimbulkan sesuatu skema pengawasan serta pertanggung jawaban terhadap

pengelolaan perguruan tinggi. Dalam perihal ini guna pengawasan serta

pengendalian internal suatu perguruan tinggi bisa dicoba oleh Kementerian

Audit Internal. Tidak hanya itu audit internal diperlukan buat memperhitungkan

akuntabilitas serta kepatuhan manajemen terhadap kebijakan serta peraturan


28

yang berlaku untuk kepentingan para pemangku kepentingan. Perihal inipun

butuh dicoba dalam pengelolaan perguruan tinggi supaya dapat menciptakan

ekonomis, efesiensi serta efektivitas (3E). Oleh sebab itu, auditor internal

dipandang mempunyai kedudukan berarti dalam upaya mewujudkan penciptaan

perguruan tinggi yang sanggup mempunyai pengelolaan yang baik good

university governance (GUG).

G. E-SMS, Upaya Peningkatan Tata Kelola menuju Good University

Governance (GUG)

E-SMS merupakan aplikasi manajemen yang diharapkan dapat

menggerakkan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN)

mewujudkan Governance University, Teaching University, Research University

dan Global University. Dalam kegiatan rapat koordinasi percepatan pengisian

Elektronik Sistem Manajemen Strategis (E-SMS) yang diselenggarakan

Direktorat Jenderal Pendidikan Kementerian Agama RI di Hotel Grand Aston,

Yogyakarta. Kegiatan ini berlangsung mulai tanggal 11 sampai 13 April 2019.

(Djalil, 2019). Elektronik Strategic Management System (e-SMS) ini

merupakan upaya pemeringkatan bagi PTKIN dalam rangka peningkatan tata

kelola menuju Good University Governance (GUG), kunci utama kesuksesan

pengisian Dashboard e-SMS ini adalah kerjasama yang baik antara seluruh

stakeholder di masing-masing unit kerja, terutama pimpinan untuk

menghadirkan jawaban yang tepat beserta bukti-bukti pendukung yang

dimilikinya.
29

UIN Alauddin Makassar mengadakan sosialisasi aplikasi E-Strategic

Management System (E-SMS) di ruang rapat Senat lantai IV gedung rektorat,

Jumat (22/4/2022). Rangkaian dari sosialisasi itu memperkenalkan item baru

dalam aplikasi besutan Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam

Kementerian Agama Republik Indonesia itu. Kegiatan itu menghadirkan

narasumber, Anggota Dewan Pengawas PPK BLU UIN Alauddin yang juga

sebagai Ketua Tim E-SMS, Abdul Hamid Cebba.

Dalam paparannya, Abdul Hamid Cebba berharap UIN Alauddin

Makassar berada lima besar capaian nilai E-SMS. "UIN Alauddin paling tidak

berada lima besar, perlu ditargetkan supaya ada semacam suatu usaha mencapai

tujuan," katanya. Abdul Hamid Cebba menjelaskan E SMS secara filosifi ada

GUG, UPI, CAU, GRU. Menurut dia hal itu tidak berubah. Namun yang

berubah itu referensi. "E-SMS dirancang pada 2016, saat itu belum ada 9

kriteria BAN PT hanya 7 kriteria. Kemudian belum ada MBKM dan tidak ada 8

kriteria Kemendikbud serta moderasi beragama," paparnya. Olehnya itu, lanjut

Abdul Hamid Cebba, melalui forum tersebut sebagai wadah akselesai

pengenalan vitur baru E-SMS. "E-SMS dijadikan dasar untuk akreditasi di

fakultas tertentu bagi Prodi. Oleh karena itu yang perlu diperhatikan adalah

perubahan yang memang terkait 9 kriteria BAN PT, kemudian 8 kriteria

Kemendikbud, serta MBKM dan Moderasi Beragama," ujarnya.

Abdul Hamid Cebba menuturkan, E-SMS merupakan aplikasi

manajemen yang diharapkan dapat menggerakkan Perguruan Tinggi


30

Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) mewujudkan Governance University,

Teaching University, Research University dan Global University. “Elektronik

Strategic Management System (e-SMS) ini merupakan upaya pemeringkatan

bagi PTKIN dalam rangka peningkatan tata kelola menuju Good University

Governance (GUG),” tutup Abdul Hamid Cebba.

Tabel 2.1 Hasil Capaian e-SMS UIN Alauddin Per Tahapan Periode 2021

No Perguruan Tinggi Jenis GUG


1 Rektorat Pendukung 677,719
2 Biro AAKK Pendukung 204,171990853025
3 Biro AUPK Pendukung 308,746332194719
Lembaga Penelitian dan Pengabdian
4 Pendukung 288,823333333333
Masyarakat
5 Lembaga Penjaminan Mutu Pendukung 254,9
6 Satuan Pengawas Internal Pendukung 216,047
7 Perpustakaan Pendukung 104,678382514848
8 Pusat Pengembangan Bahasa Pendukung 68,63
Pusat Teknologi Informasi dan
9 Pendukung 270,179157509158
Pangkalan Data
10 Pusat Pengembangan Bisnis Pendukung 114,082066666666
11 Pascasarjana Utama 643,41
12 Adab Utama 737,223546622915
13 Dakwah Utama 794,979913324716
14 Syariah Utama 355,34
15 Tarbiyah Utama 770,104534798535
16 Ushuluddin Utama 650,00350319993
17 Sains dan Teknologi Utama 714,421631099928
18 Ekonomi dan Bisnis Utama 750,872323034538
19 Kesehatan Utama 659,859099099099
Sumber: https://e-smsdiktis.kemenag.go.id/pt/u0001/UIN-Alauddin
31

Bagan 2.1 Hasil Capaian e-SMS UIN Alauddin Per Tahapan Periode 2021

Kesehatan
Ekonomi dan Bisnis
Sains dan Teknologi
Ushuluddin
Tarbiyah
Syariah
Dakwah
Adab
Pascasarjana
Pusat Pengembangan Bisnis
Pusat Teknologi Informasi dan Pangkalan Data GUG
Pusat Pengembangan Bahasa
Perpustakaan
Satuan Pengawas Internal
Lembaga Penjaminan Mutu
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
Biro AUPK
Biro AAKK
Rektorat
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900

sumber: https://e-smsdiktis.kemenag.go.id/pt/u0001/UIN-Alauddin

Berdasarkan data tabel pada hasil capaian e-SMS UIN Alauddin per

tahapan periode 2021 dapat diketahui bahwa Fakultas Dakwah mencapai skor

tertinggi di jenis utama pada nilai capaian e-sms yaitu dengan skor 794.98

dengan persentase capaian nilai e-sms sebesar 88.33% dan persentase

kelengkapan pengisian instrumen e-sms sebesar 100%. Sedangkan Fakultas

Syariah menjadi fakultas yang memiliki nilai skor terendah di jenis utama yaitu

dengan skor 355.34 dengan persentase capaian nilai e-sms sebesar 39.48% dan

persentase kelengkapan pengisian instrumen e-sms sebesar 70.59%. Pada

bagian jenis pendukung Rektorat memiliki nilai skor tertinggi pada nilai

capaian e-sms yaitu 677.72 dengan persentase capaian nilai e-sms sebesar
32

84.71% dan persentase kelengkapan pengisian instrumen e-sms sebesar 100%.

Sedangkan Pusat Pengembangan Bahasa memiliki nilai capaian e-sms yang

terendah yaitu dengan skor 68.63 dengan persentase capaian nilai e-sms sebesar

78.89% dan persentase kelengkapan pengisian instrumen e-sms sebesar 100%.

H. Kerangka Pikir

Dalam rangka menjamin keberlangsungan usaha Perguruan Tinggi,

pengelola perlu menerapkan konsep good governance dalam pengelolaan

Perguruan Tinggi yang dikenal dengan good university governance (GUG).

Pengelolaan perguruan tinggi yang baik akan dapat menjamin keberlangsungan

usaha perguruan tinggi dalam jangka panjang.

Penerapan GUG diyakini dapat meminimalkan terjadinya fraud karena

dalam perguruan tinggi karena mekanisme GUG akan memunculkan suatu

skema pengawasan dan pertanggungjawaban terhadap pengelolaan perguruan

tinggi.
33

Audit Internal

Stewardship
Teori Pengawasan
Theory

Perbaikan
Akuntabilitas

Meningkatnya
Kepercayaan
Masyarakat

Good University
Governance

Gambar 2.1 Kerangka Pikir


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Lokasi Penelitian

1. Jenis penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskripti

f. Menurut Sugiyono (2012), metode penelitian kualitatif merupakan metode pene

litian yang dilandasi oleh filsafat positivisme, yang kegunaannya untuk meneliti k

ondisi objek alamiah. Pengambilan sampel sumber data dapat dilakukan secara pu

rposive ataupun snowball, yang hasilnya akan lebih menekankan makna dari pada

generalisasi. Selain itu, pendekatan deskriptif digunakan untuk mengumpulkan inf

ormasi sebanyak-banyaknya melalui berbagai teknik. Metode deskriptif analitis m

erupakan metode yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran t

entang objek penelitian melalui sampel atau data yang terkumpul dan membuat ke

simpulan secara umum (Sugiyono, 2012). Penelitian kualitatif didasarkan pada

dua alasan, pertama permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini membutuhkan

sejumlah data lapangan yang sifatnya aktual dan kontekstual. Kedua, pemilihan

pendekatan ini didasarkan pada keterkaitan masalah yang dikaji dan tidak dapat

dipisahkan oleh fakta alamiahnya. Penelitian kualitatif menghasilkan analisis

tentang kegiatan, proses atau peristiwa-peristiwa penting (Sudjana, 2009).

34
35

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian pada UIN Alauddin Makassar, yang terletak di Jl. Sultan

Alauddin No.63, Romangpolong, Kec. Somba Opu, Kabupaten Gowa, Sulawesi

Selatan 92113, Indonesia. Penelitian dilakukan di tempat ini adalah karena tempat

ini dinilai paling sesuai dengan topik penelitian. Waktu penelitiaan yang dipakai

kurang lebih selama 30 hari estimasi waktu yang di gunakan termasuk interview,

olah data peneliti dan penyusunan kesimpulan untuk kemudian di susun dalam

hasil penelitian.

3. Pendekatan penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan

kualitatif. Menurut Sugiyono (2016: 9) metode deskriptif kualitatif adalah metode

penelitian yang berdasarkan pada filsafat positivisme digunakan untuk meneliti

pada kondisi objek yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana

peneliti adalah sebagai instrument kunci teknik pengumpulan data dilakukan

secara trigulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil

penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi. Penelitian

deskriptif kualitatif bertujuan untuk menggambarkan, melukiskan,

menerangkan,menjelaskan dan menjawab secara lebih rinci permasalahan yang

akan diteliti dengan mempelajari semaksimal mungkin seorang individu, suatu

kelompok atau suatu kejadian. Dalam penelitian kualitatif manusia merupakan

instrumen penelitian dan hasil penulisannya berupakata-kata atau pernyataan yang

sesuai dengan keadaan sebenarnya.


36

B. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis data

Jenis data dari penelitian ini adalah Data Subjek (2013), menyebutkan

bahwa data subjek adalah jenis data penelitian yang berupa opini, sikap,

pengalaman atau karakteristik dari seseorang atau sekelompok orang yang

menjadi subjek penelitian (reponden). Data subjek, dengan demikinan merupakan

data penelitian yang dilaporkan sendiri oleh responden secara individual. Data

subjek selanjutanya diklasifikasikan berdasarkan bentuk tanggapan (respon) yang

diberikan. Yaitu: lisan (verbal), tertulis, dan ekspresi. Penelitian ini

diklasifikasikan dalam data subjek lisan (verbal) karena respon verbal diberikan

sebagai tanggapan atas pertanyaan yang diajukan oleh peneliti dalam wawancara.

2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan adalah data primer, dimana peneliti sendiri

secara langsung mencari data dari pihak yang berkompeten, dengan cara

melakukan praktik wawancara. Indriantoro (2013) mengatakan bahwa data primer

merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber

asli (tidak melalui media perantara). Data primer dapat berupa opini subjek

(orang) secara individual atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda

fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian. Data primer dalam penelitian

ini didapatkan dengan mewawancarai informan.


37

C. Metode Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini digunakan dua metode

yaitu metode sekunder dan metode primer. Adapun pengumpulan datanya adalah:

1. Wawancara, dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai

permasalahan yang diteliti. Wawancara ini dilakukan pada informan yang

dianggap kompeten dan memiliki informasi yang dibutuhkan diantaranya:

a. Audit Internal UIN Alauddin Makassar

b. Dosen UIN Alauddin Makassar

c. Mahasiswa UIN Alauddin Makassar

2. Penelitian Kepustakaan, kegiatan yang dilakukan dalam penelitian

kepustakaan ini adalah melakukan kajian pada sumber bacaan dan

berbagai penelitian terdahulu untuk mengetahui kaitan antara penelitian

yang penulis lakukan dengan penelitian sebelumnya.

3. Studi Dokumentasi, merupakan pengumpulan data berupa data-data

sekunder yang berupa dokumen-dokumen, foto, tabel dan grafik yang

memuat penjelasan mengenai perusahaan.

4. Internet Searching, dilakukan dengan mengumpulkan berbagai tambahan

referensi yang bersumber dari internet guna melengkapi referensi penulis

serta digunakan untuk menemukan fakta atau teori berkaitan masalah yang

diteliti.
38

D. Instrumen Penelitian data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat perekam yang

mendukung dalam kegiatan wawancara kepada responden. Serta alat tulis untuk

menulis jawaban dari responden sebagai antisipasi jika terjadi kesalahan pada alat

perekam yang digunakan untuk mewawancarai dan laptop untuk mencari artikel

ataupun jurnal yang terkit dengan penelitian. Namun, dalam penelitian kualitatif

instrument terpenting adalah diri peneliti itu sendiri.

E. Metode Analisis Data

1. Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang

yang tidak perlu (Sugiyono, 2009). Reduksi data bisa dilakukan dengan jalan

melakukan abstrakasi. Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang inti,

proses dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada dalam

data penelitian (Moeleng, 2007). Dengan kata lain proses reduksi data ini

dilakukan oleh peneliti secara terus menerus saat melakukan penelitian untuk

menghasilkan catatan-catatan inti dari data yang diperoleh dari hasil penggalian

data.

2. Penyajian data

Menurut Idrus (2009) bahwa penyajian data adalah sekumpulan informasi

tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan. Langkah ini

dilakukan dengan menyajikan sekumpulan informasi yang tersusun yang memberi


39

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan. hal ini dilakukan dengan alasan data-

data yang diperoleh selama proses penelitian kualitatif biasanya berbentuk naratif,

sehingga memerlukan penyederhanaan tanpa mengurangi isinya.

3. Kesimpulan atau verifikasi

Kesimpulan atau verifikasi adalah tahap akhir dalam proses analisa data.

Pada bagian ini peneliti mengutarakan kesimpulan dari data-data yang telah

diperoleh. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mencari makna data yang

dikumpulkan dengan mencari hubungan, persamaan, atau perbedaan. Penarikan

kesimpulan bisa dilakukan dengan jalan membandingkan kesesuaian pernyataan

dari subyek penelitian dengan makna yang terkandung dengan konsep-konsep

dasar dalam penelitian tersebut.

4. Pengujian Keabsahan Data

Dalam penelitian kualitatif, pengujian keabsahan data untuk

mendapatkannilai kebenaran terhadap penelitian. Keabsahan data dilakukan untuk

membuktikan apakah penelitian yang dilakukan benar-benar merupakan penelitian

ilmiah sekaligus untuk menguji data yang diperoleh. Sugiyono (2007:270) uji

keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji credibility (validitas

internal), transferability (validitas eksternal). Agar data dalam penelitian kualitatif

dapat dipertanggungjawabkan sebagai penelitian ilmiah perlu dilakukan uji

keabsahan data. Adapun uji keabsahan dat yang dapat dilaksanakan.


40

a. Credibility

Uji Credibility (kredibilitas) atau uji kepercayaan terhadap data hasil

penelitian yang disajikan oleh peneliti agar hasil penelitian yang dilakukan tidak

meragukan sebuah karya ilmiah dilakukan.

1) Perpanjangan Pengamatan

Perpanjangan pengamatan dapat meningkatkan kredibilitas/kepercayaan

data. Dengan perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan,

melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang ditemui

maupun sumber data yang lebih baru. Perpanjangan pengamatan berarti hubungan

antara peneliti dengan sumber akan semakin terjalin, semakin akrab, semakin

terbuka, saling timbul kepercayaan, sehingga informasi yang diperoleh semakin

banyak dan lengkap. Perpanjangan pengamatan untuk menguji kredibilitas data

penelitian di fokuskan pada pengujian terhadap data yang telah diperoleh. Data

yang diperoleh setelah dicek kembali ke lapangan benar atau tidak, ada perubahan

atau masih tetap. Setelah dicek kembali ke lapangan data yang telah diperoleh

sudah dapat dipertanggungjawabkan/benar berarti kredibel, maka perpanjangan

pengamatan perlu diakhiri.

2) Meningkatkan kecermatan dalam penelitian

Meningkatkan kecermatan dalam atau ketekunan secara berkelanjutan

maka kepastian data dan urutan kronologis peristiwa dapat dicatat atau direkam

dengan baik, sistematis. Meningkatkan kecermatan merupakan salah satu cara

mengontrol/mengecek pekerjaan apakah data yang telah dikumpulkan, dibuat dan


41

disajikan sudah benar atau belum. Untuk meningkatkan ketekunan peneliti dapat

dilakukan dengan cara membaca berbagai referensi, buku, hasil penelitian

terdahulu, dan dokumen-dokumen terkait dengan membandingkan hasil penelitian

yang telah diperoleh. Dengan cara demikian, maka peneliti akan semakin cermat

dalam membuat laporan yang pada akhirnya laporan yang dibuat akan semakin

berkualitas.

b. Transferability

Transferability merupakan validitas eksternal dalam penelitian kualitatif.

Validitas eksternal menunjukkan derajat ketepatan atau dapat diterapkannya hasil

penelitian ke populasi dimana sampel tersebut diambil (Sugiyono, 2007: 276).

Pertanyaan yang berkaitan dengan nilai transfer sampai saat ini masih dapat

diterapkan/dipakai dalam situasi lain. Bagi peneliti nilai transfer sangat

bergantung pada si pemakai, sehingga ketika penelitian dapat digunakan dalam

konteks yang berbeda disituasi sosial yang berbeda, validitas nilai transfer masih

dapat dipertanggung jawabkan.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar atau UIN Alauddin adalah

Perguruan Tinggi Islam Negeri yang berada di Makassar. Penamaan UIN

Alauddin di Makassar diambil dari nama Raja Gowa ke-14, yang pertama kali

memeluk agama Islam pada pada hari Jum'at tanggal 9 Jumadil Awal 1015 Hijriah

atau 22 September 1605 Masehi. Sultan Alauddin yang bernama lengkap I

Manngaranngi Daeng Manrabia Sultan Alauddin Tumenanga ri Gaukanna yang

lebih populer disebut dengan nama Sultan Alauddin, seorang raja di Kerajaan

Gowa yang memerintah pada tahun 1593-1639.

1. Sejarah

Sejarah perkembangan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, yang

dulu Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Alauddin Makassar melalui beberapa

fase yaitu:

1) Fase tahun 1962 s.d 1965

Pada mulanya IAIN Alauddin Makassar yang kini menjadin UIN Alauddin

Makassar berstatus Fakultas Cabang dari IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, atas

desakan Rakyat dan Pemerintah Daerah Sulawesi Selatan serta atas persetujuan

Rektor IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

42
43

Menteri Agama Republik Indonesia mengeluarkan Keputusan Nomor 75

tanggal 17 Oktober 1962 tentang penegerian Fakultas Syari'ah UMI menjadi

Fakultas Syari'ah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Cabang Makassar pada

tanggal 10 Nopember 1962. Kemudian menyusul penegerian Fakultas Tarbiyah

UMI menjadi Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Cabang

Makassar pada tanggal 11 Nopember 1964 dengan Keputusan Menteri Agama

Nomor 91 tanggal 7 Nopember 1964. Kemudian Menyusul pendirian Fakultas

Ushuluddin IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta cabang Makassar tanggal 28

Oktober 1965 dengan Keputusan Menteri Agama Nomor 77 tanggal 28 Oktober

1965.

2) Fase tahun 1965 s.d 2005

Dengan mempertimbangkan dukungan dan hasrat yang besar dari rakyat

dan Pemerintah Daerah Sulawesi Selatan terhadap pendidikan dan pengajaran

agama Islam tingkat Universitas, serta landasan hukum Peraturan Presiden Nomor

27 tahun 1963 yang antara lain menyatakan bahwa dengan sekurang-kurangnya

tiga jenis fakultas IAIN dapat digabung menjadi satu institut tersendiri sedang tiga

fakultas dimaksud telah ada di Makassar, yakni Fakultas Syari'ah, Fakultas

Tarbiyah dan Fakultas Ushuluddin, maka mulai tanggal 10 Nopember 1965

berstatus mandiri dengan nama Institut Agama Islam Negeri Al-Jami'ah al-

Islamiyah al-Hukumiyah di Makassar dengan Keputusan Menteri Agama Nomor

79 tanggal 28 Oktober 1965.


44

Penamaan IAIN di Makassar dengan Sultan Alauddin Tuminanga ri

Gaukanna diambil dari nama raja Kerajaan Gowa yang pertama memeluk agama

Islam dan memiliki latar belakang sejarah pengembangan Islam pada masa silam,

di samping mengandung harapan peningkatan kejayaan Islam pada masa

mendatang di Sulawesi Selatan pada khususnya dan Indonesia bahagian Timur

pada umumnya. Ide pemberian nama "Alauddin" kepada IAIN yang berpusat di

Makassar tersebut, mula pertama dicetuskan oleh para pendiri IAIN Alauddin, di

antaranya adalah Andi Pangeran Daeng Rani, turunan dari Sultan Alauddin, yang

juga mantan Gubernur Sulawesi Selatan, dan Ahmad Makkarausu Amansyah

Daeng Ilau, ahli sejarah Makassar.

Pada Fase itu, IAIN Alauddin yang semula hanya memiliki tiga buah

Fakultas, berkembang menjadi lima buah Fakultas ditandai dengan berdirinya

Fakuktas Adab berdasarkan Keputusan Menteri Agama RI No. 148 Tahun 1967

Tanggal 23 Nopember 1967, disusul Fakultas Dakwah dengan Keputusan Menteri

Agama RI No.253 Tahun 1971 di mana Fakultas ini berkedudukan di Bulukumba

(153 km arah selatan kota Makassar), yang selanjutnya dengan Keputusan

Presiden RI No.9 Tahun 1987 Fakultas Dakwah dialihkan ke Makassar, kemudian

disusul pendirian Program Pascasarjana (PPs) dengan Keputusan Dirjen Binbaga

Islam Dep. Agama No. 31/E/1990 tanggal 7 Juni 1990 berstatus kelas jauh dari

PPs IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang kemudian dengan Keputusan Menteri

Agama RI No. 403 Tahun 1993 PPs IAIN Alauddin Makassar menjadi PPs yang

mandiri.
45

3) Fase Tahun 2005 s.d sekarang

Untuk merespon tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan perubahan

mendasar atas lahirnya Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.2 tahun

1989 di mana jenjang pendidikan pada Departemen Pendidikan Nasional R.I dan

Departemen Agama R.I, telah disamakan kedudukannya khususnya jenjang

pendidikan menegah, serta untuk menampung lulusan jenjang pendidikan

menengah di bawah naungan Departemen Pendidikan Nasional R.I dan

Departemen Agama R.I, diperlukan perubahan status Kelembagaan dari Institut

menjadi Universitas, maka atas prakarsa pimpinan IAIN Alauddin periode 2002-

2006 dan atas dukungan civitas Akademika dan Senat IAIN Alauddin serta

Gubernur Sulawesi Selatan, maka diusulkanlah konversi IAIN Alauddin Makassar

menjadi UIN Alauddin Makassar kepada Presiden R.I melalui Menteri Agama R.I

dan Menteri Pendidikan Nasional R.I. Mulai 10 Oktober 2005 Status

Kelembagaan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Alauddin Makassar berubah

menjadi (UIN) Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar berdasarkan

Peraturan Presiden (Perpres) Republik Indonesia No 57 tahun 2005 tanggal 10

Oktober 2005 yang ditandai dengan peresmian penandatanganan prasasti oleh

Presiden RI bapak Prof. Dr. Susilo Bambang Yudhoyono, MA. pada tanggal 4

Desember 2005 di Makassar.

Sejak berdirinya, IAIN Alauddin Makassar sampai berubah status menjadi

UIN Alauddin (1965 s.d sekarang) telah dipimpin oleh kuasa Rektor dan Rektor

sebagai berikut:
46

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Alauddin Makassar

1. Haji Aroeppala (1965-1968)

2. Drs. H. Muhyiddin Zain (1968-1973)

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Alauddin Ujung Pandang

1. Prof. H. Abdurrahman Syihab (1973-1979)

2. Drs. H. A. Moerad Oesman (1979-1985)

3. Dra. Hj. A. Rasdiyanah (1985-1994)

4. Drs. H. M. Shaleh A. Putuhena (1994-1998)

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Alauddin Makassar

1. Prof. Dr. H. Abd. Muin Salim (1998-2002)

2. Prof. Dr. H. Azhar Arsyad, MA (2002-2005)

Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar

1. Prof. Dr. H. Azhar Arsyad, MA. (2005-2011)

2. Prof. Dr. H. A. Qadir Gasing H.T, M.S. (2011-2015)

3. Prof. Dr. Musafir Pababbri, M.Si. (2015-2019)

4. Prof. H. Hamdan Juhannis, MA., Ph.D. (2019-2023)

Berikut adalah daftar pimpinan di Universitas Islam Negeri (UIN)

Alauddin Makassar yang sedang menjabat:

 Rektor: Prof. Hamdan Juhannis M.A, Ph.D

 Wakil Rektor I: Prof. Dr. Mardan, M.Ag

 Wakil Rektor II: Prof. Dr. Wahyuddin Naro, M.Hum.

 Wakil Rektor III: Prof. Dr. Darussalam, M.Ag.


47

 Wakil Rektor IV: Dr. Kamaluddin Abunawas, M.Ag.

Dalam perubahan status kelembagaan dari Institut ke Universitas, UIN

Alauddin Makasar mengalami perkembangan dari lima (5) buah Fakutas menjadi

7 (tujuh) buah Fakultas dan 1 (satu) buah Program Pascasarjana (PPs) berdasarkan

Peraturan Menteri Agama RI Nomor 5 tahun 2006 tanggal 16 Maret 2006, yaitu:

1. Fakuktas Syariah dan Hukum (FSH)

2. Fakuktas Tarbiyah dan Keguruan (FTK)

3. Fakultas Ushuluddin dan Filsafat (FUF)

4. Fakultas Adab dan Humaniora (FAH)

5. Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK)

6. Fakultas Sains dan Teknologi (FST)

7. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FIK)

8. Prgoram Pascasarjana (PPs)

UIN Alauddin Makassar memiliki beberapa lembaga, unit pelaksana teknis

(UPT) dan pusat studi sebagai berikut:

Lembaga

 Lembaga Penjaminan Mutu (LPM)

 Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M)

Unit Pelaksana Teknis (UPT)

 UPT Pusat Teknologi Informasi dan Pangkalan Data

 UPT Perpustakaan

 UPT Pusat Bahasa


48

Pusat Studi

 Pusat Studi Wanita

 Pusat Studi Pengembangan Bisnis

Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar merupakan sebuah

perguruan tinggi negeri agama Islam yang berlokasi di Kota Makassar.

Universitas yang didirikan pada tanggal 10 November 1965 ini awalnya bernama

Institut Agama Islam Negeri Al-Jami’ah Al-Islamiyah Al-Hukumiyah. UIN

Alauddin Makassar memiliki 2 gedung kampus yang di antaranya bertempat di Jl.

Sultan Alauddin No. 63 Makassar, serta Kampus lainnya yang terletak di Jl. H.M.

Yasin Limpo No. 36 Samata, Kabupaten Gowa.

Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar memiliki Visi Misi

dan Tujuan sebagai berikut:

VISI

Pusat Pencerahan dan Transformasi Ipteks Berbasis Peradaban Islam.

MISI

Sedangkan misinya adalah untuk:

1. Menciptakan atmosfir akademik yang representative bagi peningkatan

mutu Perguruan Tinggi dan kualitas kehidupan bermasyarakat.

2. Menyelenggarakan kegiatan pendidikan, penelitian, dan pengabdian

kepada masyarakat yang merefleksikan kemampuan integrasi antara nilai

ajaran Islam dengan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (Ipteks).


49

3. Mewujudkan universitas yang mandiri, berkarakter, bertatakelola baik, dan

berdaya saing menuju universal riset dengan mengembangkan nilai

spiritual dan traadisi keilmuan.

TUJUAN

1. Menghasilkan produk intelektual yang bermanfaat dan terbangunnya

potensi insan yang kuat dengan pertimbangan kearifan lokal.

2. Terwujudnya kampus sebagai pusat pendidikan penelitian, dan pengabdian

kepada masyarakat yang berbasis intelektualegrasi keilmuan.

3. Terciptanya sistem manajemen, kepemimpinan, dan kelembagaan yang

sehat serta terwujudnya tata ruang, lingkungan, dan iklim kampus yang

islami.

4. Terwujudnya jejaring kerjasama dengan lembaga lokal, nasioal, dan

internasional.

MOTTO

3P : Pencerdasan, Pencerahan, Prestasi (Intelligence, Enlightenment, Achievement)

POLA ILMIAH POKOK

Pola ilmiah pokok Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar adalah kajian

Qur'an Hadits, perdamaian dan peradaban

FILOSOFI PENDIDIKAN

1. Manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa telah dilengkapi dengan

berbagai potensi dan kemampuan. Potensi dan kemampuan itu pada

hakekatnya adalah karunia Allah kepada manusia yang semestinya


50

dimanfaatkan dan dikembangkan, serta tidak boleh disia-siakan.

Pendidikan dan pengajaran pada umumnya berfungsi untuk

mengembangkan potensi dan kemampuan sesuai dengan sifat,

karakteristik, tingkat dan jenisnya yang berbeda-beda agar menjadi aktual

dan kehidupan sehingga berguna bagi orang yang bersangkutan,

masyarakat dan bangsanya serta menjadi bekal untuk mendekatkan diri

kepada Tuhan. Dengan demikian usaha untuk mengejahwantahkan

mengarah potensi dan kemampuan tersebut merupakan konsekuensi dari

amanah Tuhan yang Maha Esa.

2. Dalam pembangunan nasional, manusia memiliki peranan yang strategis

yakni sebagai subjek pembangunan. Untuk dapat memainkan perannya

sebagai subjek pembangunan, manusia Indonesia perlu dikembangkan

menjadi manusia yang utuh paripurna melalui upaya pendidikan yang

berkelajutan yang dilaksanakan secara terus menerus sampai kepada

jenjang pendidikan tinggi sehingga dengan demikian manusia indonesia

mampu memerkarkan potensinya seoptimal mungkin untuk menjadi

sumber daya pembagunan yang berkualitas andal dan profesional.

3. Pendidikan nasional di selenggarakan secara demokratis dan berkeadilan

serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai

keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa. Pemerintah berusaha

memberikan kesempatan yang sama (equal Opportunity) dan seluas-

luasnya kepada semua warga negara untuk mendapatkan dan menikmati


51

pendidikan dalam kerangka mewujudkan salah satu tujuan nasional yang

tercantum dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

1945 yakni mencerdas kan kehidupan bangsa. Pendidikan Nasional yang

berkesinambungan pada akhirnya akan dibatasi oleh kondisi obyektif

peserta didik itu sendiri, kesiapan dan kemauannya untuk berkembang dan

mencapai keunggulan pendidikan. Oleh karena itu, di perlukan upaya tidak

hanya memberikan kesempatan yang sama, tetapi juga memberikan

perlakuan yang sesuai dengan kondisi obyektif peserta didik sehingga

tujuan pendidikan terwujud yakni berkembangnya potensi peserta didik

agar menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.

PANCACITA REKTOR UIN ALAUDDIN MAKASSAR

Bidang Akademik

1. Prodi yang Andal.

2. Moderasi Beragama Yang Mengakar.

3. Jejaring Yang Kuat.

4. Publikasi Yang Aktif.

5. Data Yang Terintegrasi.

Non Akademik

1. Kampus Yang Asri.

2. Tradisi Yang Terjaga.

3. Bisnis Yang Produktif.

4. Kesejahteraan Yang Meningkat.


52

5. Alumni Yang Kompetitif.

B. Pembahasan Data Hasil Penelitian

1. Penerapan Audit Internal pada UIN Alauddin Makassar

Audit internal adalah suatu kontrol organisasi yang mengukur dan

mengevaluasi efektivitas organisasi. Informasi yang dihasilkan ditujukan untuk

manajemen organisasi itu sendiri. Tanggung jawab audit internal berkaitan dengan

fungsi audit internal, dengan melakukan kegiatan penilaian yang bebas, dengan

cara memeriksa akuntansi, keuangan, dan kegiatan lain untuk memberikan jasa

bagi manajemen dalam melaksanakan tanggung jawab mereka. Kegiatan yang

dilakukan dengan menyajikan analisis, penilaian, rekomendasi, dan komentar-

komentar penting terhadap kegiatan manajemen, audit intern menyediakan jasa

tersebut.

Kehadiran audit internal ini sangat membantu dalam penilaian yang

sistematis dan objektif yang dilakukan audit internal terhadap operasi dan kontrol

yang berbeda-beda dalam organisasi untuk menentukan:

1) Informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan

2) Risiko yang dihadapi perusahaan telah diidentifikasi dan diminimalisasi,

3) Peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur intenal yang bisa diterima

telah diikuti,

4) Kriteria operasi yang memuaskan telah dipenuhi,

5) Sumber daya telah digunakan secara efisien dan ekonomis, dan


53

6) Tujuan organisasi telah dicapai secara efektif semua dilakukan dengan

tujuan untuk dikonsultasikan dengan manajemen dan membantu anggota

organisasi dalam menjalankan tanggung jawabnya secara efektif.

Hal ini juga dipaparkan oleh Dr. Murtiadi Awaluddin selaku ketua SPI

UIN Alauddin Makassar yang menyatakan bahwa:

“Kehadiran audit internal sangat baik. Artinya didalam pengendalian


universitas menuju good university sangat mendukung dimana berbagai
macam kebijakan yang tidak mestinya langsung ditangani langsung oleh
pimpinan atas dalam hal ini rektor. Jadi sangat terbantu, seyognyanya SPI
berfungsi dimasing-masing universitas terutama didalam melakukan
kebijakan-kebijakan atau peraturan-peraturan baru.” (Wawancara tanggal 3
September 2022)

Demikian juga pernyataan Muh. Yusran selaku dosen di UIN Alauddin

Makassar sebagai berikut:

“Audit internal merupakan kebutuhan untuk akuntabilitas dalam


organisasi. agar sebelum menemukan kendala yang berarti dia harus
mengalami proses untuk melihat bagaimana kinerja organisasi dalam
kurung waktu tertentu. Jangan sampai kesalahan-kesalahan dalam hal
keuangan dan manajerial berakibat fatal, sehingga harus dibenahi sejak
dini” (Wawancara tanggal 10 September 2022).

Hal ini sejalan dengan pernyataan Ridwan selaku LSM yang menyatakan bahwa:

“Kehadiran auditor internal dalam hal ini SPI sangat bagus karena dalam
sistem pengawasan internal harus dibutuhkan untuk bagaimana menjamin
kelembagaan ini secara baik. Artinya dalam hal apapun itu misalnya agar
audit tidak terjadi pelanggaran-pelanggaran bagaimana manajemen
kelembagaan supaya berjalan dengan bagus” (Wawancara tanggal 16
September 2022)
Begitupula pernyataan singkat Darmawansyah selaku mahasiswa UIN

Alauddin Makassar yang menyatakan bahwa:


54

“Auditor internal kehadirannya sangat bagus karena dapat membantu


perusahaan atau perguruan tinggi dalam sistem keuangannya” (Wawancara
tanggal 10 September 2022)

Berdasarkan hasil wawacara diatas, dapat disimpulkan bahwa kehadiran

audit internal pada perguruan tinggi khususnya di UIN Alauddin Makassar sangat

penting untung meningkatkan akuntabilitas dan juga transparansi serta dapat

meminimalisir terjadinya pelanggaran-pelanggaran yang akan terjadi. SPI sebagai

auditor internal pada perguruan tinggi dan merupakan sumber informasi yang

penting bagi auditor eksternal (BKPK) dan menjadi ujung tombak untuk

meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan

universitas, karena hasil audit yang berkualitas merupakan sumber informasi

penting dalam memberikan keyakinan kepada stakeholder dan BPKP.

Relevansi suatu informasi akuntansi harus dihubungkan dengan maksud

penggunaaannya. Jika informasi tidak relevan untuk keperluan para pengambil

keputusan, tidak ada gunanya walaupun kualitas lainnya terpengaruh. Oleh karena

itu, perlu dipilih metode pelaporan akuntansi keuangan yang tepat.

 Dapat diuji

Pengukuran tidak dapat sepenuhnya lepas dari pertimbangan dan

pendapatan yang subjektif. Untuk meningkatkan manfaatnya, informasi

keuangan harus dapat diuji kebenarannya oleh para pengukur metode

pegukuran yang sama.

 Dapat dimengerti
55

Informasi yang disajikan harus dapat dimengerti oleh pemakainya dan

dinyatakan dalam bentuk yang disesuaikan dengan pengertian para

pemakai.

 Netral

Laporan keuangan atau informasi keuangan diarahkan pada kepentingan

umum dan tidak bergantung pada kebutuhan pihak tertentu.

 Tepat waktu

Informasi hendaknya diberikan sedini mungkin agar menjadi sebagai dasar

pengambilan keputusan ekonomi.

 Daya banding

Informasi dalam laporan keuangan sebelumnya dari perusahaan yang sama

ataupun dengan laporan keuangan perusahaan sejenis pada periode yang

sama.

 Lengkap

Informasi keuangan lengkap jika memenuhi enam tujuan kualitatoif diatas

dan dapat memeuhi standar pengungkapan laporan keuangan.

Lebih lanjut, dalam menjalankan tugas auditor internal harus mengacu

pada Standar Auditor Internal. Standar tersebut dikeluarkan oleh Institute of

Internal Audit (IIA) atau dikenal dengan Professional Practices Framework (PPF)

yang meliputi Standar Profesional Audit (SPAI). Peran audit internal diperlukan,

karena audit internal suatu bagian yang independen yang disiapkan dalam

perusahaan untuk menjalankan fungsi pemeriksaan, pengendalian dan keberadaan


56

audit internal ditunjukkan untuk memperbaiki kinerja perguruan tinggi tersebut.

Perihal penerapan audit internal di UIN Alauddin Makassar, Dr. Murtiadi

Awaluddin selaku ketua SPI UIN Alauddin Makassar mengungkapkan bahwa:

“Penerapan audit internal ini belum maksimal tapi menuju kemaksimal


karena kita masih PTNB dan kita ini bukan auditor terlatih. Kita hanya
dibekali pelatihan-pelatihan untuk mengaudit seperti dasar-dasar untuk
mengaudit, pemeriksaan dan review” (Wawancara pada tanggal 3
September 2022).

Lebih lanjut, beliau memaparkan:

“Tentu ada kendala selama saya berprofesi sebagai auditor internal yaitu
jika pihak SPI meminta data kadang tidak diberikan dan ketika
memberikan saran kadang saran tersebut tidak didengarkan. Tapi selama
niat kita untuk memperbaiki universitas, itu tidak menjadi masalah yang
serius” ”(Wawancara pada tanggal 3 September 2022).

Beliau juga menambahkan mengenai faktor-faktor yang menyebabkan auditor

mengalami masalah:

“Mengenai faktor-faktor permasalahan ada tiga kendala yaitu sedang,


ringan dan berat. Dimana ringannya itu adalah masih mempunyai SDM
yang belum posisinya sebagai auditor. Contohnya kita sebagai dosen
namun diberikan tugas bantuan sebagai tim pemeriksaan. Kendala
sedangnya adalah dibagian aggarannya, dimana kadang kita ingin
menambahkan SDM tapi anggarannya sangat minim apalagi kita sebagai
PTNB. Dan kendala beratnya adalah ketika ada temuan yang ditemukan
oleh audit eksternal tapi audit internal tidak menemuikan sehingga audit
internal harus bekerja keras dimana titik kesalahan atau temuan tersebut”
(Wawancara pada tanggal 3 September 2022).

Muh. Yusran selaku Dosen UIN Alauddin Makassar juga mengungkapkan

bahwa:

“Audit internal dalam hal ini SPI baru efektif karena tidak berbarengan
berdirinya UIN Alauddin Makassar secara keoorganisasian dan
57

kelembagaan. Tentu memang harus ada perbaikan dari sisi tata


keorganisasian maupun sisi profesionalisme dan kompetensi anggotanya.
Dari sisi praktik saya tidak bisa memberikan informasi yang banyak”
(Wawancara pada tanggal 10 September 2022)

Lebih lanjut, beliau juga menambahkan bahwa:

“Auditor itu harus profesional, akuntabel dan independen. Secara normatif


jika itu dijalankan dan berpengang teguh pada etika dan integritasnya pasti
akan berjalan baik kegiatan auditnya itu” (wawancara pada tanggal 10
September 2022)

Saat dikonfirmasi oleh Darmawansyah selaku mahasiswa UIN Alauddin

Makassar mengenai penerapan audit internal, ia mengungkapkan:

“Penerapan audit internal belum berjalan dengan baik, karena melihat apa
yang terjadi dikampus sekarang masih banyak masalah-masalah yang
belum teratasi” (Wawancara pada tanggal 10 September 2018)

Dia juga menambahkan mengenai dampak yang terjadi pada mahasiswa:

“Tentu saja ini sangat berdampak bagi kami selaku mahasiswa, seperti
yang terjadi karena tidak adanya ketidaktransparansian dalam pengelolaan
anggaran sehingga dosen disini mogok mengajar dan kami sebagai
mahasiswa tidak mendapat pelajaran yang seharusnya” (Wawancara pada
tanggal 10 September 2022)

Sejalan dengan pernyataan tersebut Ridwan selaku LSM juga mengungkapkan

tentang penerapan audit internal bahwa:

“Belum berjalan dengan maksimal, terbukti dengan banyaknya masalah,


misalnya dalam hal perencanaan keuangan. Contoh yang sekarang terjadi
adanya bias-bias di UIN Alauddin Makassar ini mengenai masalah
penggajian. Ini menandakan perencanaan di UIN Alauddin Makassar tidak
berjalan, begitupula dengan SPI nya tidak berjalan untuk memaksimalkan
persoalan ini. Begitu juga dalam hal kepegawaian dalam hal ini tidak
terlalu teratur, terbukti banyaknya pegawai-pegawai baru dan itu tidak
sejalan dengan perencanaannya terutama pada masalah keuangannya
58

dalam hal ini penggajian masih belum maksimal dan masih perlu
dimaksimalkan” (Wawancara pada tanggal 16 September 2022).

Lebih lanjut, beliau megungkapkan dampak yang akan terjadi pada tata kelola

kampus:

“Dampaknya sangat jelas yaitu adanya sistem perencanaan yang kacau


balau, administrasi yang tidak teratur dan tidak menutup kemungkinan
terjadi penyimpangan-penyimpangan sebab ini dapat membuka celah
karena SPI tidak berjalan dengan semestinya” (Wawancara pada tanggal
16 September 2022).

Menanggapi persoalan tersebut, peneliti mengonfirmasi kepada Misbah

Sabaruddin selaku Pimpinan Redaksi Media Kampus mengenai penerapan audit

internal di UIN Alauddin Makassar:

“Saya belum pernah berinteraksi langsung dengan SPI namun SPI pasti
mempunyai peran tersendiri selain sebagai pengawas internal kampus dan
memang kampus sangat perlu auditor internal dalam hal ini SPI dan bila
perlu SPI rutin mengecek dan mengawal dengan baik anggaran yang
keluar masuk” (Wawancara pada tanggal 9 September 2022)

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, dapat disimpulkan bahwa

penerapan audit internal di UIN Alauddin Makassar belum berjalan dengan

maksimal. Hal ini dikarenakan UIN Alauddin Makassar ini masih PTNB dan juga

SDM yang dimiliki sangat kurang serta tidak terlalu berkompetensi dibidangnya,

mereka hanya sekedar diberi pelatihan-pelatihan dasar. Hal ini menyebabkan

terjadinya banyak kendala-kendala yang ditemui dan juga adanya permasalahan

yang terjadi yang menyebabkan tata kelola kampus dan mahasiswa menjadi

imbasnya. Ruang lingkup dari pekerjaan internal audit oleh SPI yang terdapat

didalam standar profesi akuntan internal yang dikeluarkan oleh Konsorsium


59

Organisasi Profesi Audit Internal yaitu “fungsi audit intern melakukan evaluasi

dan memberikan kontribusi terhadap peningkatan proses pengelolaan risiko,

pengendalian, dan governance dengan pendekatan yang sistematis, teratur dan

meyeluruh”. Sehingga maksud dari pengertian ini adalah pihak SPI membantu

instansi dalam hal identifikasi risiko yang dimiliki instansi, kemudian

memfokuskan diri pada risiko tersebut agar dapat meningkatkan pengelolaan

risiko tersebut dan melakukan pengendalian internal.

2. Pelaksanaan Good University Governance pada UIN Alauddin

Makassar

Ditengah persaingan yang cukup berat, peningkatan mutu menjadi hal

yang tidak terhindarkan agar dapat bersaing mendapat kepercayaan masyarakat

dan tetap esksis. Perguruan tinggi dituntut untuk dapat memberikan pelayanan

yang sebaik-baiknya kepada masyrakat dan berorientasi kepada kebutuhan

masyarakat. Good university governance adalah suatu sistem tata kelola

universitas yang baik dengan menganut prinsip good university governance yaitu

transparansi, akuntabilitas, partisipasi, equity, dsb. Dalam implementasinya,

prinsip-prinsip atau karakteristik dasar dari good governance masih relevan untuk

diterapkan dalam konsep good university governance. Yang berbeda adalah nilai

dan tujuan yang menjiwainya. Prinsip-prinsip manajerial tersebut hendaknya

diterapkan untuk mendukung fungsi-fungsi dan tujun dasar pendidikan tinggi.

Selain itu, perbedaan lain adalah dalam hal stakeholders yang terkait dengan

penyelenggaraan pendidikan dan perguruan tinggi.


60

Lebih lanjut, peneiliti berinisiatif menanyakan mengenai kehadiran konsep

good university governance pada informan. Seperti tanggapan Dr. Murtiadi

Awaluddin selaku ketua SPI di UIN Alauddin Makassar sebagai berikut:

“Sangat bagus karena ini berdasarkan kemenristekdikti bahwasanya kita


bisa menjadi universitas dimana dapat memberikan pelayanan terdepan”
(Wawancara pada tanggal 3 September 2022)

Darmansyah selaku mahasiswa UIN Alauddin Makassar juga memberi

tanggapan mengenai adanya konsep good university governance ini sebagai

berikut:

“Sangat baik karena good university governance ini dapat meningkatkan


budaya mutu pelayanan akademik maupun non akademik untuk perguruan
tinggi tersebut” (Wawancara pada tanggal 10 September 2022).

Tanggapan positif juga datang dari Ridwan selaku LSM mengenai konsep

good university governance ini:

“Saya sangat mendukung sebab sudah jelas konsep-konsep transparamsi


dan akuntabilitas sangat bagus. Bagaimana dikampus tersebut adanya
transparansi dalam hal kepegawaian, akademik, begitupun dengan
keuangan. Ini sangat jelas sangat bagus dan dapat menutup celah adanya
penyimpangan-penyimpangan” (Wawancara pada tanggal 16 September
2022).

Berdasarkan dari hasil wawancara tersebut, dapat disimpulkan bahwa

dengan adanya konsep good university governance dapat memberikan pelayanan

terdepan baik dari segi akademik maupun non akademik dan juga dapat menutup

celah adanya penyimpangan-penyimpangan. Good university governance

dianggap sebagai elemen penting perguruan tinggi untuk dapat mengantisipasi,

melaksanakan, memantau dan menilai efektifitas dan efesiensi kebijakan. Tujuan


61

good university governance adalah untuk mengakomodasi internasionalisasi

perguruan tinggi, meningkatkan daya saing, kualitas proses pembelajaran, kualitas

manajemen internal dan untuk mencapai kinerja yang diharapkan (Muktiyanto,

2016).

Dasar pemikiran tentang kebutuhan pelaksanaan good governance

diperguruan tinggi adalah pertama; karena adanya kehendak dari perguruan tinggi

dapat menggunakan otonomi yang diberikan secara baik, kedua; penerapan good

university governance diperguruan tinggi yang sejalan dengan filosofi new public

management (NPM), ketiga; dengan penerapan good university governance

diperguruan tinggi diharapkan dapat melindungi institusi dari penipuan/kesalahan

pengelolaan organisasi oleh para pemegang hak otonomi/pengelola.

Keberhasilan dalam pelaksanaan good university governance tidak akan

terlaksana dengan sendirinya tanpa upaya dan kerja sama dari berbagai pihak.

Pengelolaan perguruan tinggi yang baik (good university governance) sudah

semestinya menjadi hal penting yang harus diperhatikan. Terlebih dengan melihat

kontribusi yang diberikan oleh perguruan tinggi. Akuntabilitas menjadi salah satu

unsur pokok dalam mewujudkan good university governance. Laporan

pertanggungjawaban adalah salah satu bentuk akuntabilitas dalam mewujudkan

good university governance atau tata kelola perguruan tinggi yang baik. Namun,

akuntabilitas yang ada di UIN Alauddin Makassar nyatanya belum terlaksana

dengan baik. Hal ini diperkuat oleh penyataan Darmawansyah selaku mahasiswa

yang menyatakan bahwa:


62

“Mengenai akuntabilitas di UIN Alauddin Makassar itu sendiri, saya


melihat bentuk pertanggungjawabannya belum maksimal dalam artian
kembali lagi kita melihat masih banyak masalah-masalah yang belum bisa
terartasi dikampus tercinta ini” (Wawancara pada tanggal 10 September
2022)

Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Ridwan selaku LSM mengenai hal

tersebut yang menyatakan bahwa:

“Saya tidak terlalu faham tentang apa yang mereka lakukan di SPI sampai
hari ini. Maksudnya, apakah mereka sudah melakukan sesuai dengan
juknis yang diberikan oleh tata laksana SPI itu sendiri tapi yang jelas kita
bisa lihat fakta yang terjadi banyaknya bias-bias di UIN Alauddin
Makassar ini. Tapi saya yakin bahwa mereka sudah sebenarnya
menjalankan tugas, hanya persoalannyan masih belum maksimal dan
inilah yang perlu menjadi acuan mereka bagaimana orang-orang yang
terlibat didalam SPI ini adalah orang-orang yang akuntabel dan mereka
harus mempunyai kompetensi dibidangnya. Bukan hanya mereka mencari
orang karena faktor kedekatan atau faktor yang lain sehingga mereka ada
didalamnya. Karena SPI itu harus betul-betul independen” (Wawancara
pada tanggal 16 September 2022).

Pernyataan di atas mengindikasi bahwa akuntabilitas bukan hanya masalah

laporan pertanggungjawaban tetapi bagaimana orang-orang didalamnya adalah

orang yang akuntabel serta harus memiliki sikap yang independen. Tujuan

akuntabilitas hendaklah menegaskan bahwa akuntabilitas bukanlah akhir dari

sistem penyelenggaraan manajemen manajemen, tetapi merupakan factor

pendorong munculnya kepercayaan dan partisipasi yang lebih tinggi lagi. Bahkan,

boleh dikatakan bahwa akuntabilitas baru sebagai titik awal menuju

keberlangsungan perguruan tinggi yang baik. Perihal pelaksanaan good university


63

governance di UIN Alauddin Makassar, Dr. Murtiadi Awaluddin selaku ketua SPI

secara singkat mengungkapkan:

“Pelaksanaan konsep good university governance ini belum secara


maksimal walaupun visi misi mewujudkan perguruan tinggi yang baik”
(Wawancara pada tanggal 3 September 2022).

Terlepas dari pernyataan informan diatas, Darmansyah selaku mahasiswa UIN

Alauddin Makassar juga mengungkapkan:

“Pelaksanaan good university governance belum berjalan dengan baik. ini


dilihat dari adanya ketidak relevanan dengan prinsip good university
governance yaitu transparansi dan akuntabilitas” (Wawamncara pada
tanggal 10 September 2022)

Melihat tanggapan yang diberikan oleh beberapa informan mengenai akuntabilitas

serta tata kelola perguruan tinggi UIN Alauddin Makassar saat ini, peneliti

mengonfirmasi kepada Misbah Sabaruddin selaku Pimpinan Redaksi Media

Kampus UIN Alauddin Makassar sebagai berikut:

“Penerapannya belum terlaksana denga baik, karena belajar dari peristiwa


yang terjadi kemarin saat kami melakukan peliputan dilapangan
mahasiswa mempertanyakan anggarana kampus dan juga mereka
mengeluhkan bahwa UKT yang mereka bayarkan tidak sesuai dengan
fasilitas yang dia dapatkan. Jadi, kalau saya melihat dari sudut pandang
media, konsep good university governance ini belum diterapkan dengan
baik.” (Wawancara pada tanggal 9 September 2022)

Berdasarkan hasil wawancara tersebut ditambah penjelasan sebelumnya

dapat disimpulkan bahwa good university governance dapat memberikan

pelayanan terdepan namun pelaksanaan good university governance di UIN

Alauddin Makassar ini belum terlaksana dengan maksimal ini dibuktikan dari

pernyataan informan bahwa adanya ketidak relevanan prinsip akuntabilitas dan


64

transparansi. Hal ini memicu timbulnya bias-bias yang terjadi, namun diharapkan

ini bisa menjadi acuan mereka bagaimana orang-orang yang terlibat didalamnya

adalah orang yang akuntabel dan berkompeten dibidangnya sehingga prinsip good

university governance terkhusus dalam hal transparansi dan akuntabilitas dapat

tercapai dan membawa UIN Alauddin Makassar menjadi salah satu perguruan

tinggi yang mempunyai tata kelola yang baik.

3. Peran Auditor Internal Dalam Upaya Mewujudkan Good University

Governance pada UIN Alauddin Makassar

Konsepsi pendidikan tinggi di Indonseia berdasarkan Peraturan

Pemerintah nomor 4 tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi dan

Pengelolaan Perguruan Tinggi, memberikan otonomi kepadan perguruan tinggi

sebagai pusat penyelenggaraan Tridharma Perguruan Tinggi. Perguruan tinggi

negeri (PTN) mempunyai otonomi untuk mengelola sendiri lembaganya. Otonomi

dimaksud: 1) otonomi dibidang akademik, meliputi penetapan norma dan

kebijakan operasional serta pelaksanaan pendidikan, penelitian dan pengabdian

masyarakat; dan 2) otonomi dibidang non akademik, meliputi penetapan norma

dan kebijakan operasional serta pelaksanaan organisasi, keuangan,

kemahasiswaan, ketenagakerjaan dan sarana prasarana. Otonomi non-akademik

(pengelolaan) untuk meningkatkan mutu pendidikan dilaksanakan melalui prinsip

good university governance (Peraturan Pemerintah nomor 4 Tahun 2014).

Prinsip tata kelola transparansi, akuntabel, tanggungjawab, efesiensi, adil

dan reward-punishment sudah merupakan suatu keharusan untuk ditegakkan


65

diperguruan tinggi. Dalam rangka menjamin keberlangsungan usaha Perguruan

Tinggi, pengelola perlu menerapkan konsep good governance dalam pengelolaan

perguruan tinggi yang dikenal dengan good university governance (GUG). Audit

internal merupakan salah satu profesi yang menunjang terwujudnya good

university governance. Peran audit internal dalam hal ini satuan pengawas internal

harus lebih diberdayakan baik secara internal (manajemen) maupun eksternal

(stakeholder) agar mempunyai kontribusi yang lebih besar dalam mewujudkan

good university governance tersebut. Makin meningkat peran auditor, maka akan

memengaruhi peningkatan tata kelola suatu instansi pendidikan.

Dalam perkembangannya, informasi yang diberikan oleh auditor internal

selain berguna bagi para pemangku kepentingan didalam organisasi itu sendiri

juga dibutuhkan oleh pihak luar perusahaan. Pada faktanya tidak menutup

kemungkinan memanfaatkan kedekatan personal dengan seorang auditor internal.

Berdasarkan teori keagenan yang menjelaskan adanya perbedaan kepentingan

antara manajemen (agent) dengan para pemegang saham (stakeholder), dan

konflik tersebut menjadi pemicu perhatian manajemen. Dalam kaitannya dengan

SPI, teori ini menjelaskan bahwa adanya perbedaan kepentingan antara

stakeholder membuat pentingnya satuan pengawas internal di UIN Alauddin

Makassar. Kecenderungan dari pihak manajemen UIN Alauddin Makassar yang

menginginkan keuntungan pribadi, akan membuat dana yang diperoleh dari

pemerintah mudah disalahgunakan. Oleh karena itu diperlukan peran dari Satuan

Pengawas Internal dengan tujuan ketika hendak mengambil tindakan dapat


66

maksimal tanpa ada kecanggungan. Dengan demikian seorang auditor internal

harus mempunyai profesionalisme dalam bekerja, sehingga tidak dapat

dipengaruhi oleh pihak lain, karena seorang auditor dituntut untuk bersikap

profesional serta menjunjung tinggi kode etik.

Berikut ini adalah aktivitas pemeriksaan intern dan merupakan peran dari

auditor internal dalam suatu perusahaan atau organisasi:

a. Comlpliance

Aktivitas ini untuk menilai sampai sejauh mana tingkat kepatuhan para

pegawai terhadap kebijaksanaan, prosedur peraturan-peraturan dan praktek

usaha yang lazim, serta undang-undang dan peraturan pemerintah yang

mempunyai aturan.

b. Verifikasi

Kegiatan verifikasi difokuskan pada ketelitian, keandalan berbagai data

manajemen dan evaluasi apakah data tersebut relevan sera memenuhi

kebutuhan manajemen yang meliputi laporan keuangan dan kekayaan

phisik serta hasil operasi perusahaan.

c. Evaluasi

Aktivitas ini memiliki bentuk pengendalian intern yang ditetapkan

perusahaan dan meliputi penilaian terhadap pengendalian akuntansi dan

operasi, juga menilai hasil-hasil pelaksanaan dan petugas pelaksanaannya.

d. Merekomendasi

Merekomendasi suatu rangkaian tindakan kepada pihak manajemen.


67

Pengawasan juga merupakan salah satu fungsi penting dalam menjalankan

tugasnya. Hal ini dikarenakan tanpa pengawasan, fungsi yang lain tidak akan

berjalan secara efisien, efektif dan maksimal Berdasarkan teori pengawasan yang

mengartikan pengawasan sebagai mendeterminasi apa yang telah dilaksanakan,

artinya mengevaluasi prestasi kerja dan apabila perlu dengan menerapkan

tidankan-tindakan korektif sehingga hasil pekerjaan sesuai dengan rencana yang

telah ditetapkan. Dalam hal ini, Satuan pengawas internal yang dibentuk sebagai

auditor internal diharapkan mampu berperan aktif dalam mewujudkan tata kelola

perguruan tinggi yang baik. Apabila peran pengawasan dan pemeriksaan yang

dilakukan oleh auditor internal berjalan seperti yang diharapkan, maka kolusi,

korupsi dan nepotisme pada pelaksanaan tata kelola perguruan tinggi akan bisa di

tekan, sehingga akuntabilitas pengelolaan dana kampus tidak perlu dipertanyakan

lagi. Dalam Al-Qur’an Surah Az-Zumar ayat 39, Allah SWT berfirman sebagai

berikut:

َ‫قُلْ ٰيقَوْ ِم ا ْع َملُوْ ا ع َٰلى َم َكانَتِ ُك ْم اِنِّ ْي عَا ِم ٌل ۚفَ َسوْ فَ تَ ْعلَ ُموْ ۙن‬

Terjemahnya: “Katakanlah: “Hai kaumku, bekerjalah sesuai dengan

keadaanmu, sesungguhnya aku akan bekerja (pula), maka kelak kamu akan

mengetahui”. (Q.S Az-Zumar ayat 39)

Berdasarkan ayat tersebut, Allah SWT memerintahkan kepada umat islam

agar melakukan pekerjaan sesuai dengan keadaannya, dan kelak akan

mendapatkan balasan dari Allah SWT. Dalam kaitannya dengan penelitian ini,

Auditor internal yang dibentuk sebagai Satuan Pengawasan Intern perguruan


68

tinggi haruslah bekerja sesuai dengan tugas yang di amanahkan kepadanya, dan

mampu menjalankan tugas tersebut dengan sebaik mungkin, khususnya dalam hal

pengawasan dalam menunjang perguruan tinggi yang baik dan kelak mendapat

rahmat dan berkah dari Allah SWT.

Auditor internnal dalam hal ini SPI (satuaan pengawas internal) dibentuk

dan harus berperan aktif dalam melaksanakan pengawasan dan pemeriksaan

internal di lingkungan universitas untuk menunjang tata kelola perguruan tinggi

yang baik. Ketika dikonfirmasi terkait peran audit internal dalam mewujudkan tata

kelola perguruan tinggi yang baik (good university governance), Dr. Murtiadi

Awaluddin selaku ketua SPI UIN Alauddin Makassar menyatakan bahwa:

“Saya selalu berfikir bagaimana PTN ini bisa selevel dengan PTN yang
sudah mapan, karena kita masih PTNB bagaimana supaya kita bisa beralih
dari PTNB menjadi BLU atau PTNBH” (Wawancara pada tanggal 3
September 2022)

Dari pernyataan diatas, bisa dilihat bahwa Dr. Murtiadi Awaluddin selaku

auditor internal terus berusaha bagaimana supaya UIN Alauddin Makassar

mempunyai tata kelola yang baik. Pernyataan tersebut sejalan dengan pernyataan

Muh. Yusran selaku Dosen UIN Alauddin Makassar sebagai berikut:

“Secara kelembagaan harus diakui UIN Alauddin Makassar adalah PTNB.


Dia merupakan peralihan dari pengelolaan model swasta ke model negeri.
Pasti penyesuaian itu terdapat masalah tapi didalam organisasi perlu waktu
untuk membenahi dirinya, sehingga dapat dilihat peran SPI kedepan
bagaimana dia memposisikan diri sebagai tim pengendali yang
mengendalikan semua kinerja-kinerja organisasi baik kinerja operasional
maupun kinerja keuangan agar UIN Alauddin Makassar ini dapat
mencapai apa yang dicita-citakan sesuai visi dan misinya” (Wawancara
pada tanggal 10 September 2022)
69

Muh Yusran menbahkan pula bahwa:

“Berdasarkan visi misi yang dirumuskannya, tentu didalamnya auditor


internal berfungsi sebagai pengendali, pengontrol dan evaluator, baik yang
sifatnya kinerja operasional dan kinerja keuangannya. Jika semua syarat
sudah dipenuhi sistem itu bisa bekerja dengan baik, artinya tim evaluasi
bekerja maupun yang ingin dievaluasi ada keterbukaan memberikan
informasi ataupun profesional dalam bekerja, semuanya terevaluasi dengan
akuntabel dan akan terungkap hal-hal yang perlu terungkap sehingga
setiap institusi dalam hal ini Universitas tentu bisa dievaluasi bagaimana
kinerja organisasinya” (Wawancara pada tanggal 10 September 2022)

Darmawansyah sebagai mahasiswa UIN Alauddin Makassar juga memberi

tanggapannya mengenai hal tersebut:

“Peran audit internal ini sangatlah penting apalagi dalam hal perbaikan tata
kelola perguruan tinggi yang baik. Jadi menurut saya selaku mahasiswa
untuk mewujudkan tata kelola perguruan tinggi yang baik harus dimulai
dengan perbaikan akuntabilitas serta transparansi itu sendiri sehingga
kepercayaan masyarakat juga akan bertambah apabila hal tersebut bisa
berjalan” (Wawancara pada tanggal 10 September 2022)

Sedangkan Ridwan selaku LSM mengungkapkan bahwa:

“Secara bagusnya seharusnya mereka berjalan sampai tidak akan ada riak-
riak, kalau SPI berjalan dengan baik pasti tidak akan ada riak-riak tapi
pada saat tidak berjalan dengan baik pasti akan ada riak-riak dan ini
menandakan adanya tata kelola yang tidak bagus” (Wawancara pada
tanggal 16 September 2022)

Lebih lanjut, dengan nada serius beliau memaparkan:

“Dan berbicara tentang adanya celah-celah, seandainya SPI sudah berjalan


dengan semestinya pada saat perencanaan. Contoh masalah kepegawaian
yang sudah jelas terarah. Setiap tahun misalnya sekian kita punya pegawai,
ini tidak boleh bertambah dan harus jelas dan terencana. Jadi peran audit
internal ini sangat penting dan harus jelas bagaimana dia mengaudit
keuangan, kepegawaian, bagaimana administrasi dan bagaimana
administrasi kampus” (Wawancara pada tanggal 16 September 2022)
70

Namun, dibalik semua pernyataan tersebut, beliau menaruh harapan besar

kepada UIN Alauddin Makassar sebagai berikut:

“UIN Alauddin Makassar ini sangat luar biasa, UIN Alauddin Makassar ini
adalah salah satu universitas negeri yang baru yang dimana mata
masyarakat menuju kekita dalam hal ini UIN Alauddin Makassar
bagaimana membangun SDM yang bagus. Harapan saya agar SPI harus
berjalan dengan efektif, berjalan dengan maksimal. Yang kedua orang-
orang yang masuk kedalam SPI itu adalah orang yang mempunyai
kompetensi dan mempunyai integritas yang bagus. Jangan hanya
memikirkan kepentingan individu, karena disini bagaimana kita
membangun universitas kearah yang lebih bagus setara dengan Universitas
Hasanuddin, UGM, Universitas Indonesia, dll ” (Wawancara pada tanggal
16 September 2022)

Peneliti juga menanyakan bagaimana peran audit internal dalam upaya

mewujudkan tata kelola perguruan tinggi yang baik kepada Misbah Sabaruddin,

beliau menaggapi bahwa:

“Kembali lagi pada tujuan dibentuknya SPI ini untuk apa, pasti untuk
betul-betul sebagai pengawas kampus. Yah kembali lagi pada fitrahnya itu
sendiri, kalau SPI betul-betul berkomitmen untuk mengawal masalah-
masalah internal kampus terutama dalam pengelolaan anggaran, saya kira
kampus manapun pasti akan bisa mencapai tata kelola yang baik. intinya
SPI harus berkomitmen pada tanggungjawab dan juga rasa sosial mereka
untuk memajukan universitas” (Wawancara pada tanggal 9 September
2022)

Berdasarkan hasil wawancara diatas, dapat disimpulkan bahwa peran aduit

internal dalam upaya mewujudkan good university governance di UIN Alauddin

Makassar secara teknis belum sepenuhnya terlaksana. Hal ini dikarenakan UIN

Alauddin Makassar yang merupakan PTNB masih dalam tahap penyesuaian untuk

membenahi dirinya. Untuk itu peran audit internal ini sangat dibutuhkan dalam
71

mewujudkan tata kelola perguruan tinggi yang baik. Namun perlu digaris bawahi

bahwa SPI bukan hanya sekedar nama didalam universitas tersebut tetapi

bagaimana SPI harus bisa menjaga independensi dalam sikap mentalnya dan juga

menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. Seperti

yang dibahas sebelumnya bahwa diharapkan orang-orang yang terlibat

didalamnya adalah orang yang akuntabel dan berkompeten dibidangnya sehingga

prinsip good university governance terkhusus dalam hal transparansi dan

akuntabilitas dapat tercapai dan membawa UIN Alauddin Makassar menjadi salah

satu perguruan tinggi yang mempunyai tata kelola yang baik serta dapat

membangun kepercayaan masyarakat bahwa UIN Alauddin Makassar ini bisa

menjadi perguruan tinggi yang bisa diperhitungkan.


BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab

sebelumnya, maka dalam penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Kehadiran audit internal pada perguruan tinggi khususnya di UIN

Alauddin Makassar sangat penting untuk meningkatkan akuntabilitas dan

juga transparansi serta dapat meminimalisir terjadinya pelanggaran-

pelanggaran yang akan terjadi. Akan tetapi, penerapan audit internal di

UIN Alauddin Makassar belum berjalan dengan maksimal sehingga

banyaknya kendala yang ditemui serta berdampak pada tata kelola

kampus. Hal ini dikarenakan UIN Alauddin Makassar masih dalam

kategori perguruan tinggi negeri baru (PTNB) dan SDM yang dimiliki

sangat kurang serta tidak berkompeten dibidangnya.

2. Konsep good university governance dapat memberikan pelayanan terdepan

baik dari segi akademik maupun non akademik dan juga dapat menutup

celah adanya penyimpangan-penyimpangan, namun pelaksanaan good

university governance di UIN Alauddin Makassar belum terlaksana

dengan maksimal karena adaya ketidak relevanan prinsip akuntabilitas dan

transparansi. Hal inilah yang memicu timbulnya bias-bias yang terjadi.

3. Peran audit inernal dalam upaya mewujudkan good university governance

di UIN Alauddin Makassar secara teknis belum sepenuhnya terlaksana.

72
Hal ini dikarenakan UIN Alauddin Makassar yang merupakan PTNB

masih dalam tahap penyesuaian untuk membenahi dirinya. Akan tetapi,

perlu digaris bawahi bahwa SPI bukan hanya sekedar nama didalam

universitas tersebut tetapi bagaimana SPI harus bisa menjaga independensi

dalam sikap mentalnya dan juga menggunakan kemahiran profesionalnya

dengan cermat dan seksama serta orang-orang yang terlibat didalamnya

orang yang akuntabel dan berkompeten dibidangnya.

B. Implikasi Penelitian

Implikasi penelitian yang diajukan peneliti berupa masukan atas

keterbatasan yang ada untuk perbaikan dimasa mendatang, antara lain:

1. Diharapkan audit internal dalam hal ini Satuan Pengawas Internal (SPI)

dapat memaksimalkan penerapan audit internal di UIN Alauddin Makassar

agar kedepannya audit yang dilakukan dapat efektif serta dapat

meminimalisir terjadinya pelanggaran-pelanggaran yang akan terjadi.

2. Peran audit internal diharapkan mampu mewujudkan good university

governance di UIN Alauddin Makassar meskipun universitas ini masih

tergolong perguruan tinggin negeri yang baru dan juga sebagai upaya

dalam meningkatkan transparansi dan akuntabilitas serta dapat

membangun kepercayaan masyarakat bahwa UIN Alauddin Makassar ini

bisa menjadi perguruan tinggi yang bisa diperhitungkan.

73
C. Saran

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dikemukakan

diatas, berikut adalah saran-saran yang nantinya diharapkan dapat memudahkan

audit internal dalam mewujdkan good university governance di UIN Alauddin

Makassar, sehingga berdampak baik dalam meningkatkan akuntabilitas dan

transparansi pada tata kelola di UIN Alauddin Makassar, yaitu:

1. Meningkatkan kuantitas dan kualitas Sumber Daya Manusia yang dimiliki

dengan adanya penambahan auditor yang profesional dibidangnya dan

diadakannya pelatihan-pelatihan secara berkala mengenai peran auditor

internal dan diikuti oleh seluruh auditor.

2. Meningkatkan tata kelola perguruan tinggi yang lebih baik lagi dimana

harus dimulai dari perbaikan akuntabulitas dan transparansi itu sendiri.

Serta mengkoordinasikan ketersediaan SDM dalam melaksanakan tugas

dan fungsi SPI di UIN Alauddin Makassar.

74
DAFTAR PUSTAKA

Abdul, Abd Jabar. 2016. Penguatan Tata Kelola Kelembagaan IAIN Menuju Iain
Ambon Bermutu Melalui Pelaksanaan Good University Governance.
Jurnal Fikratuna. 8 (2): 22-34.

Anggriawan, E. Ferry. 2014. Pengaruh Pengalaman Kerja, Skeptisme Profesional


Dan Tekanan Waktu Terhadap Kemampuan Auditor Dalam Mendeteksi
Fraud (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Di DIY). Jurnal
Nominal. 3(2): 102-116.

Asbandi, Erik Fortanatus. 2015. Implementasi Peraturan Pemerintah No.19 Tahun


2015 tentang Standar Nasional Pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 04
Pengadang, Jurnal S-1 Ilmu Administrasi Negara. vol 4(3).

Aurangzeb, Asif, K. (2012). Good governance in universities, and prospects of


employment for the students: evidence from Pakistan. Universal Journal of
Management and Social Sciences. 2(11): 86-103.

Djalil, W. K. (2019). E-SMS, Upaya Peningkatan Tata Kelola menuju Good


University Governance (GUG). Iainpare. Ac. Id.
https://www.iainpare.ac.id/e-sms-upaya-peningkatan-tata-kelola-menuju-
good-university-governance-gug/

Gusnardi. 2008. Analisis Audit Internal dan Pengaruhnya terhadap Pelaksanaan


Good Corporate Governance. Ekuitas. 12 (3): 1-20.

Halim, Abdul. 2008. Dasar-Dasar Prosedur Pengauditan Laporan Keuangan,


Edisi Empat, UPP AMP YKPN: Yogyakarta.

Handayani, Desi. 2012. Good Governance dan Kualitas Laporan Keuangan


Pemerintah. Jurnal Akuntansi Keuangan dan Bisnis. 5 (1): 12-16.

Kemenag.go.id. (2021). Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam


Kementerian Agama Republik Indonesia Sistem Manajemen Strategis.
https://e-smsdiktis.kemenag.go.id/pt/s0005/STAIN-Majene.

Kuntadi, Cris. 2009. Peningkatan Kapisitas Audit Internal Dalam pelaksanaan


Review Atas Laporan Keuangan. Majalah Dwiwulan BPK-RI No. 119.

Kusuma, Marhaendra. 2012. Pengaruh Akuntabilitas Terhadap Transparansi


Penyusunan laporan Keuangan pemerintah Daerah. Jurnal Ekonomi dan
Bisnis. 2(2): 1-20.
Kuswarno, Engkus, 2009. Fenomenologi, Konsepsi, Pedoman, dan Contoh
Penelitian. Widya Padjadjaran: Bandung.

Larasati, Rudiawie., Meinarni Asnawi dan Yundy Hafizrianda. 2018. Analisis


penerapan Good University Governance Pada Perguruan Tinggi di Kota
Jayapura. Journal Of Applied Managerial Accounting. vol 2(2):176-197.

Maryono. 2014. Penerapan Good University Governance Pada PTAI Berbasis


Pesantren (Studi Kasus di Universitas Sains Al-Qur’an (Unsiq)
Wonosobo). Jurnal Al-Qalam. 13(2): 180-191.

Mihela, Dumitrascu dan S. Julian. 2012. Internal Control and the Impact on
Corporate Governance, in Romanian Listed Companies. Journal of
Eastern Europe Research in Business & Economics. 20 (2): 1-10.

Muktiyanto, Ali. 2016. Good University Governance dan Kinerja Perguruan


Tinggi. Jurnal Dinamika Akuntansi. 2 (3): 45-65.

Muljo, H. Harjono., A. Wicaksono dan I. E. Rianto. 2014. Optimalisasi Penerapan


Prinsip Good Governance Bidang Akademik Dalam Upaya Mewujudkan
Good University Governance. Binus Business Review. 5(1): 91-100.

Mulyadi. 2002. Auditing. Edisi Enam, Buku Satu, Salemba Empat: Jakarta.

Nurhayati. 2015. Melukiskan Akuntansi Dengan Kuas Interpretif. Jurnal Bisnis.


3(1): 174- 191.

Peraturan Pemerintah Nomor Republik Indonesia 60 Tahun 1999 Tentang


Penetapan Perguruan Tinggi sebagai Badan Hukum.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2014 Tentang


Penyelenggaraan Perguruan Tinggi dan Pengelolaan Perguruan Tinggi.

Pratiwi, R. Octava. 2012. Evaluasi efektivitas fungsi Satuan Pengawas Inertnal


(SPI) dalam melaksanakan Audit Internal. Jurnal Akuntansi UNESA.5(2):
1-18.

Puspitarini, N. Dyah. 2012. Peran Satuan Pengawasan Intern Dalam Pencapaian


Good University Governance Pada Perguruan Tinggi Berstatus Pk-Blu.
Accounting Analysis Journal. 1(2): 1-7.

Puspitarini, N. Dyah., Sukirman dan I. Anisykurlillah. 2013 Peran Satuan


Pengawasan Internal (SPI) dalam Pencapaian Good University
Governance (GUG) pada perguruan tinggi Se-Jawa yang Berstatus Pola
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PK-LBU). Simposium
Seminar Akuntansi (SNA) Manado. Hal: 1-25.
Rama, Dasaratha V. dan Frederick L. Jones 2009. Sisitem Informasi Akuntansi.
Selema Empat. Jakarta.

Rosyid, Ahmad., A. Fakhrina dan M. Huda. 2014. Survei Atas Implementasi


Good University Governance (Studi Kasus STAIN Pekalongan). Jurnal
Penelitian. 11(1): 172-188.

Rustiarini, Ni Wayan. 2010. Pengaruh Corporate Governance pada Hubungan


Corporate Social Responsibility dan Nilai Perusahaan. Simposium
Nasional Akuntansi XIII. Purwokerto.

Saptapradipta, P. 2013. Pengaruh Audit Internal dan Pengendalian Internal


terhadap Pelaksanaan Good Governance. Journal of Chemical Information
and Modeling. 53(9): 1689–1699.

Sari, C. M. A. dan R. Rustiana. 2016. Pemetaan Penerapan Standar Audit Berbasis


ISA Pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Daerah Istimewa Yogyakarta.
MODUS-Jurnal Ekonomi dan Bisnis. 28 (1):23-38.

Sari, M. P., & Raharja. 2012. Peran Audit Internal Dalam Upaya Mewujudkan
Good Corporate Governance (GCG) pada Badan Layanan Umum (BLU)
di Indonesia. In Simposium Nasional Akuntansi 15. Hal:1-65

Sawyer, Lawrence B. 2005, Audit Internal, Edisi Lima, Buku Satu, Salemba
Empat: Jakarta.

Siswanto, Ely, Djumahir, Sonhadji, A., Idrus, M. S. 2013. Good university income
generating governance in Indonesia: agency theory perspective.
International Journal of Learning & Development, 3(1): 67-78.

Soh, Dominic S. B., dan Nonna Martinov-Bennie. 2011. The Internal Audit
Function: Perceptions of Internal Audit Roles, Effectiveness and
Evaluation. Managerial Auditing Journal. 26(7): 605-622.

Sukirman & M.P. Sari. 2012. Peran internal audit dalam upaya mewujudkan Good
University Governance di UNNES. Jurnal Dinamika Akuntansi. 4 (1): 64-
71.

Sundari, Sri. 2010. Peran Akuntan Manajemen dalam Pengukuran dan


Implementasi Strategi Perusahaan. Jurnal Akuntansi Keuangan dan
Bisnis. 1(1): 1-10.

Trisnaningsih, Sri. 2007. Independensi Auditor Dan Komitmen Organisasi


Sebagai Mediasi Pengaruh Pemahaman Good Governance, Gaya
Kepemimpinan Dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Auditor.
Simposium Nasional Akuntansi X. Hal: 1-56.

Tugiman, Hiro. 1997. Standar Profesional Auditor Internal.. Penerbit Kanisius:


Yogyakarta.

Valery, Kumaat G. 2011. Internal Audit. Jakarta: Erlangga.

Wahab, A. Azis dan S. Rahayu. 2013. Pengaruh Penerapan Prinsip-Prinsip Good


University Governance Terhadap Citra Serta Implikasinya Pada
Keunggulan Bersaing Perguruan Tinggi Negeri Pasca Perubahan Status
Menjadi Bhmn (Survei Pada Tiga Perguruan Tinggi Negeri Berstatus
BHMN Di Jawa Barat). Jurnal Adminisistrasi Pendidikan. 16(1): 154-173.

Wijatno, S. 2009. Pengantar Enterpreneurship. Jakarta. PT Gramedia Widiasarana


Indonesia

Wijatno, Serian. 2009. Pengelolaan Perguruan Tinggi Secara Efisien, Efektif dan
Ekonomis Untuk Meningkatkan Penyelenggaraan Pendidikan dan Mutu
Lulusan. Salemba Empat : Jakarta.

Wina, I. P. Haska dan S. Khairani. 2015. Pengaruh Penerapan Standar Pelaporan


Akuntansi Sektor Publik dan Pengawasan Kualitas Laporan Keuangan
Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Studi Kasus
Dispenda Provinsi, Dispenda Kota, dan DisHub Provinsi). Jurnal
Penelitian. 1(1): 1-15.

Wolfenshon, James. D. 1999. Good Corporate Governance, Pengertian dan


Konsep Dasar. World Bank.

Yudianti, F. N. dan Suryandari, I. H. 2015. Internal Control and Risk Management

in Ensuring Good University Governance. Journal of Eduction and

Vocational Research. 6(2): 6–12f


LAMPIRAN

Hasil Wawancara Informan 1

Nama: Dr. Murtiadi Awaluddin


Jabatan: Ketua SPI UIN Alauddin Makassar
Tanggal: Senin, 3 September 2022
Pukul: 14.00 WITA
1. Bagaimana menurut anda tentang audit internal?
Informan: Kehadiran audit internal sangat baik. Artinya didalam
pengendalian universitas menuju good university sangat mendukung
dimana berbagai macam kebijakan yang tidak mestinya langsung ditangani
langsung oleh pimpinan atas dalam hal ini rektor. Jadi sangat terbantu,
seyognyanya spi befungsi di masing-masing universitas terutama didalam
melakukan kebiajkaan-kebijakan atau peraturan-peraturan baru.
2. Apakah anda pernah mengalami permasalahan selama anda berprofesi
sebagai auditor internal?
Informan: Tentu ada kendala selama saya berprofesi sebagai auditor
internal yaitu jika pihak SPI meminta data kadang tidak diberikan dan
ketika memberikan saran kadang saran tersebut tidak didengarkan. Tapi
selama niat kita untuk memperbaiki universitas , itu tidak menjadi masalah
yang serius
3. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan auditor internal mengalami
masalah?
Informan: Mengenai faktor-faktor permasalahn ada tiga kendala yaitu
sedang, ringan dan berat. Dimana ringannya itu adalah masih mempunyai
SDM yang belum posisinya sebagai auditor. Contohnya kita sebagai dosen
namun diberikan tugas bantuan sebagai tim pemeriksaan. Kendala
sedangnya adalah dibagian aggarannya, dimana kadang kita ingin
menambahkan SDM tapi anggarannya sangat minim apalagi kita sebagai
PTNB. Dan kendala bertanya adalah ketika ada temuan yang
ditemukanoleh audit eksternal tapi audit internal tidak menemuikan
sehingga audit internal harus bekerja keras dimana titik kesalahan atau
temuan tersebut.
4. Bagaimana penerapan audit internaldi UIN Alauddin Makassar?
Informan: Penerapan audit internal ini belum maksimal tapi menuju
kemaksimal karena kita masih PTNB dan kita ini bukan auditor terlatih.
Kita hanya dibekali pelatihan-pelatihan untuk mengaudit seperti dasar-
dasar untuk mengaudit, pemeriksaan dan review.
5. Bagaimana menurut anda mengenai konsep good university governane?
Informan: Sangat bagus karena ini berdasarkan kemenristekdikti
bahwasanya kita bisa menjadi Universitas dimana dapat memberikan
pelayanan terdepan.
6. Apakah konsep good university governance telah diterapkan dalam proses
pengauditan di UIN Alauddin Makassar?
Informan: Pelaksanaan konsep good university governance ini belum
secara maksimal walaupun visi misi mewujudkan perguruan tinggi yang
baik.
7. Bagaimana peran audit internal dalam upaya mewujudkan good university
governance di UIN Alauddin Makassar ini?
Informan: Iya. Saya selalu berfikir bagaimana PTN ini bisa selevel
dengan PTN yang sudah mapan, karena kita masih PTNB bagaimana
supaya kita bisa beralih dari PTNB menjadi BLU atau PTNBH
Hasil Wawancara Informan 2

Nama: Muh. Yusran, S.Pd, M. Ak


Jabatan: Dosen Audit UIN Alauddin Makassar
Tanggal: Senin, 10 September 2022
Pukul: 14.00 WITA
1. Bagaimana menurut bapak tentang audit internal?
Informan: Audit internal merupakan kebutuhan untuk akuntabilitas dalam
organisasi. agar sebelum menemukan kendala yang berarti dia harus
mengalami proses untuk melihat bagaimana kinerja organisasi dalam
kurung waktu tertentu. Jangan sampai kesalahan-kesalahan dalam hal
keuangan dan manajerial berakibat fatal, sehingga harus dibenahi sejak
dini.
2. Bagaimana penerapan audit internal di UIN Alauddin Makassar?
Informan: Audit internal dalam hal ini SPI baru efektif karena tidak
berbarengan berdirinya UIN Alauddin Makassar secara keoorganisasian
dan kelembagaan. Tentu memang harus ada perbaikan dari sisi tata
keorganisasian maupun sisi profesionalisme dan kompetensi anggotanya.
Dari sisi praktik saya tidak bisa memberikan informasi yang banyak.
3. Bagaimana peran audit internal dalam upaya mewujudkan good university
governance?
Informan: Secara kelembagaan harus diakui UIN Alauddin Makassar
adalah PTNB. Dia merupakan perlihan dari pengelolaan model swasta ke
model negeri. Pasti penyesuaian itu terdapat masalah tapi didalam
organisasi perlu waktu untuk membenahi dirinya. Sehingga dapat dilhat
peran SPI kedepan bagaimana dia dapat memposisikan diri sebagai tim
pengendali yang mengendalika semua kinerja-kinerja organisasi baik
kinerja operasional maupun kinerja keuangannya agar UIN Alauddin
Makassar ini dapat mencapai apa yang dicita-citakan sesuai visi dan
misinya.
4. Bagaimana bapak melihat fungsi audit internal ?
Informan: Berdasarkan visi misi yang dirumuskannya, tentu didalamnya
auditor internal dia berfungsi sebagai pengendali, pengontrol, dan
evaluator baik yang sifatnya kinerja operasional dan kinerja keuangannya.
Jika semua syarat sudah dipenuhi sistem itu bisa bekerja dengan baik
artinya tim evaluasi bekerja maupun yang ingin dievealuasi ada
keterbukaan memberikan informasi ataupun profesional dalam bekerja,
semuanya terevaluasi dengan akuntabel dan akan terungkap hal-hal yang
perlu terungkap sehingga setiap institusi dalam hal ini universitas tentu
bisa dievaluasi bagaimana kinerja organisasinya.
Hasil Wawancara Informan 3

Nama: Darmansyah
Jabatan: Mahsiswa Universitas Sulawesi Barat
Tanggal: Senin, 10 September 2022
Pukul: 13.30 WITA
1. Bagaimana menurut anda tentang audit internal?
Informan: Auditor internal kehadirannya sangat bagus karena dapat
membantu perusahaan atau perguruan tinggi dalam sistem keuangannya.
2. Menurut anda, apakah penerapan audit internal Unsulbar telah berjalan
dengan baik?
Informan: Penerapan audit internal belum berjalan dengan baik, karena
melihat apa yang terjadi dikampus sekarang masih banyak masalah-
masalah yang belum teratasi.
3. Apakah masalah itu berdampak kepada mahasiswa?
Informan: Tentu saja ini sangat berdampak bagi kami selaku mahasiswa,
seperti yang terjadi karena tidak adanya ketidaktransparansian dalam
pengelolaan anggaran sehingga ada beberapa dosen disini jarang aktif
masuk mengajar dan kami sebagai mahasiswa tidak mendapat pelajaran
yang seharusnya.
4. Bagaimana menurut anda mengenai konsep good university governance?
Informan: sangat baik karena good university governance ini dapat
meningkatkan budaya mutu pelayanan akademik maupun non akademik
untuk perguruan tinggi tersebut.
5. Bagaimana pelaksanaan good university governance pada Universitas
Sulawesi Barat?
Informan: Saya selaku mahasiswa melihat pelaksanaan good university
governance belum berjalan dengan baik. Ini dilihat dari adanya ketidak
relevannya dengan prinsip good university governance yaitu transparansi
dan akuntabilitas.
6. Bagaimana peran audit internal dalam upaya mewujudkan good university
governance pada Universitas Sulawesi Barat?
Informan: Peran audit internal ini sangatlah penting apalagi dalam hal
perbaikan tata kelola perguruan tinggi yang baik. jadi menurut saya selaku
mahasiswa untuk mewujudkan tata kelola perguruan tinggi yang baik
harus dimulai dengan perbaikan akuntabilitas serta transparansi itu sendiri
sehingga kepercayaan masyarakat juga akan bertambah apabila haltersebut
bisa berjalan.
Hasil Wawancara Informan 4

Nama: Misbah Sabaruddin


Jabatan: Pimpinan Redaksi Media Kampus
Tanggal: Minggu, 9 September 2022
Pukul: 12.20 WITA
1. Bagaimana menurut anda melihat audit internal di Unsulbar ?
Informan: Saya belum pernah berinteraksi langsung dengan SPI namun
SPI pasti mempunyai peran tersendiri selain sebagai pengawas internal
kampus dan memang kampus sangat perlu auditor internal dalam hal ini
SPI dan bila perlu SPI rutin mengecek dan mengawal dengan baik
anggaran yang keluar masuk.
2. Apakah Unsulbar ini sudah menerapkan konsep good university
governance?
Informan: Penerapannya belum terlaksana denga baik, karena belajar dari
peristiwa yang terjadi kemarin saat kami melakukan peliputan dilapangan
mahasiswa mempertanyakan anggarana kampus dan juga mereka
mengeluhkan bahwa UKT yang mereka bayarkan tidak sesuai dengan
fasilitas yang dia dapatkan. Jadi, kalau saya melihat dari sudut pandang
media, konsep good university governance ini belum diterapkan dengan
baik.
3. Bagaimana peran audit internal dalam upaya mewujudkan good university
governance di Univesitas Sulawesi Barat?
Informan: Kembali lagi pada tujuan dibentuknya SPI ini untuk apa. Pasti
untuk betul-betul sebgai pengawas kampus. Yah, kembali pada fitrahnya
itu sendiri klo SPI betul-betul berkomitemen untuk mengawal masalah-
masalah internalkan kampus terutama dalam pengelolaan anggaran saya
kira kampus manapun pasti akan bisa mencapai gug. Intinya SPI harus
berkomitmen pada tanggungjawab dan juga rasa sosial mereka untuk
memajukan universitas.
Hasil Wawancara Informan 5

Nama: Ridwan
Jabatan: LSM “Laskar Anti Korupsi”
Tanggal: Minggu, 16 September 2022
Pukul: 11.00 WITA
1. Bagaimana menurut bapa tentang audit internal itu?
Informan: Kehadiran auditor internal dalam hal ini SPI sangat bagus
karena dalam sistem pengawasan internal harus dibutuhkan untuk
bagaimana menjamin kelembagaan ini secara baik. Artinya dalam hal
apapun itu misalnya agar audit tidak terjadi pelanggaran-pelanggaran
bagaimana manajemen kelembagaan supaya berjalan dengan bagus.
2. Bagaimana penerapan audit internal di Universitas Sulawesi Barat sejauh
ini?
Informan: Belum berjalan dengan maksimal, terbukti dengan banyaknya
masalah, misalnya dalam hal perencanaan keuangan. Contoh yang
sekarang terjadi adanya bias-bias di Unsulbar ini mengenai masalah
penggajian. Ini menandakan perencanaan di Unsulbar tidak berjalan,
begitupula dengan SPI nya tidak berjalan untuk memaksimalkan persoalan
ini. Begitu juga dalam hal kepegawaian dalam hal ini tidak terlalu teratur,
terbukti banyaknya pegawai-pegawai baru dan itu tidak sejalan dengan
perencanaannya terutama pada masalah keuangannya dalam hal ini
penggajian masih belum maksimal dan masih perlu dimaksimalkan.
3. Apakah menimbulkan dampak pada tata kelola kampus?
Informan: Dampaknya sangat jelas yaitu adanya sistem perencanaan yang
kacau balau, administrasi yang tidak teratur dan tidak menutup
kemungkinan terjadi penyimpangan-penyimpangan sebab ini dapat
membuka celah karena SPI tidak berjalan dengan semestinya.
4. Bagaimana menurut anda konsep good university governance?
Informan: Saya sangat mendukung sebab sudah jelas konsep-konsep
transparamsi dan akuntabilitas sangat bagus. Bagaimana dikampus
tersebut adanya transparansi dalam hal kepegawaian, akademik, begitupun
dengan keuangan. Ini sangat jelas sangat bagus dan dapat menutup celah
adanya penyimpangan-penyimpangan.
5. Apakah di Unsulbar ini, konsep good university governance telah
dilaksanakan?
Informan: Saya tidak terlalu faham tentang apa yang mereka lakukan di
SPI sampai hari ini. Maksudnya, apakah mereka sudah melakukan sesuai
dengan juknis yang diberikakan oleh tata laksana SPI itu sendiri tapi yang
jelas kita bisa lihat fakta yang terjadi banyaknya bias-bias di Unsulbar.
Tapi saya yakin bahwa mereka sudah sebenarnya menjalankan tugas hanya
persoalannya masih belum maksimal dan inilah yang perlu menjadi acuan
mereka bagaimana orang-orang yang terlibat didalam SPI ini adalah
orang-orang yang akuntabel dan mereka harus mempunyai kompetensi
dibidangnya. Bukan hanya mereka mencari orang karena faktor kedekatan,
atau faktor yang lain sehingga mereka ada didalamnya. Karena SPI itu
harus betul-betul independen.
6. Bagaimana peran audit internal dalam upaya mewujudkan good university
governance di Univesitas Sulawesi Barat?
Informan: Secara bagusnya seharusnya mereka berjalan sampai tidak
akan ada riak-riak, kalau SPI berjalan dengan baik pasti tidak ada riak-
riak. Tapi pada saat tidak berjalan dengan baik pasti akan ada riak-riak.
Dan ini menandakan adanya tata kelola yang tidak bagus . dan berbicara
tentang adanya celah-celah, seandainya SPI sudah berjalan dengan
semestinya pada saat perencanaan contoh masalah kepegawaian yang
sudah jelas terarah. Setiap tahun misalnya sekian kita punya pegawai, ini
tidak boleh bertambah dan harus jelas dan terencana. Jadi peran audit
internal ini sangat penting dan harus jelas bagaimana dia mengaudit
keuangan, kepegawaian, bagaimana administrasi dan bagaimana
administrasi kampus.
7. Apa saran/harapan LSM kedepannya terhadap universitas sulawesi barat?
Informan: Unsulbar ini sangat luar bisa, unsulbar ini adalah salah satu
universitas negeri yang baru yang dimana mata masyarakat menuju ke kita
dalam hal ini unsulbar bagaimana kita membangun SDM yang bagus.
Harapan saya agar SPI harus berjalan dengan efektif,berjalan dengan
maksimal. Yang kedua orang-orang yang masuk kedalam SPI itu adalah
orang yang mempunyai kompetensi dan mempunyai integritas yang bagus.
Jangan hanya memikirkan kepentingan individu, karena kita disini
bagaimana kita membangun universitas kearah yang lebih bagus setara
dengan Universitas Hasanuddin, UGM , Universitas Indonesia, dll.
DOKUMETASI PENELITIAN

Anda mungkin juga menyukai