Allah SWT atas berkat rahmat, nikmat dan karunia yang berlimpah sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul Analisis Pengaruh
studi strata satu (S-1) Ilmu Ekonomi dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
Payakumbuh.
ucapan terimakasih atas bantuan dan dukungan dari banyak pihak yang tidak
maupun penyajian skripsi ini. Karena ini dengan ketulusan hati dan kerendahan
1. Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis yang tiada terkira,
MPPM, AK. CA. Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi Universitas Andalas Dr.
i
UNAND Kampus II Payakumbuh. Semoga pengabdian dan jasa-jasa ibuk
4. Bapak Syaiful Anwar, SE., M.Si dan Bapak Bintang Rizky, SE.,M.Si
yang telah meluangkan waktu dan berkenaan sebagai tim penguji skripsi
ini;
perkuliahan ini;
6. Kepada kedua orang tua tercinta, papa (Irsal) dan mama (Nettawati) yang
pengorbanan beliau selama ini sabar dan tidak pernah putus mengiringi
Semoga Allah SWT memudahkan segala langkah dan urusan kalian dalam
kebaikan.
ii
8. Terkhusus untuk Yungiku (Indah Wulandari Boco), terima kasih karena
telah menemani penulis selama kurang lebih 760 hari dan Insya Allah akan
menjadi lelaki yang baik, dewasa, berani, peduli dan penyabar. Terima
kasih telah menjadi kekasih, orang tua, saudara, teman dan sahabat
perhatian, peduli dan baik hati. Serta telah meluangkan waktu, tenaga,
skripsi ini;
9. Indah, Andika, Amad terima kasih karena telah memberikan arahan dan
10. Teman seperjuangan, Andika, Amad, Adi, Poter, Juplek, Titi, Ova,
Hanifah yang selalu menemani dan berjuang bersama-sama dari awal masa
perkuliahan hingga saat ini. Tanpa kehadiran dan dukungan dari mereka
penulis tidak akan mampu melewati semuanya dan sampai ke titik ini.
Aamiin;
Selalu bersama mulai awal kuliah sampai sekarang dengan semua suka
dan duka yang kita lalui. Semoga kita semua dapat mencapai cita-cita kita
iii
Demikian penulis berharap Allah SWT berkenaan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini. Penulis
penyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu
penulis menghargai setiap kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak
demi penulis lebih baik dimasa mendatang. Akhir kata semoga skripsi ini dapat
Penulis
A Rahman
iv
DAFTAR ISI
i
3.2 Definisi Variabel Penelitian ............................................................................. 57
3.2.1 Variabel Independent ................................................................................ 57
3.2.2 Variabel Dependent ................................................................................... 59
3.3 Metode Analisis ............................................................................................... 59
3.3.1 Pengujian Asumsi Klasik ......................................................................... 59
3.3.2 Regresi Linear Berganda ........................................................................... 62
3.3.3 Uji Hipotesis .............................................................................................. 63
BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH dan PERKEMBANGAN
VARIABEL PENELITIAN ............................................................................. 66
4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian .............................................................. 66
4.1.1 Kondisi Geografis Provinsi Sumatera Barat ............................................ 66
4.1.2 Kondisi Demografis Provinsi Sumatera Barat ......................................... 67
4.2 Perkembangan Variabel Penelitian ................................................................. 68
4.2.1 Perkembangan Variabel Kemiskinan ....................................................... 68
4.2.2 Perkembangan Variabel Jumlah Penduduk ............................................. 69
4.2.3 Perkembangan Variabel Indeks Pembangunan Manusia ........................ 71
4.2.4. Perkembangan Variabel Upah Minimum Provinsi ................................. 73
4.2.5 Perkembangan Variabel Pengeluaran Pemerintah ................................... 75
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 77
5.1 Hasil Penelitian ................................................................................................. 77
5.1.1. Hasil Uji Asumsi Klasik ........................................................................... 77
5.1.1.1. Uji Normalitas ................................................................................... 77
5.1.1.2. Uji Multikolinearitas ......................................................................... 77
5.1.1.3. Uji Heteroskedastisitas ...................................................................... 79
5.1.1.4. Uji Autokorelasi ................................................................................ 80
5.1.1.5. Uji Linearitas ..................................................................................... 80
5.1.2 Hasil Pengujian Regresi Linear Berganda ............................................... 81
5.1.3 Hasil Pengujian Hipotesis ......................................................................... 84
5.1.3.1. Hasil Pengujian Uji-t ......................................................................... 84
5.1.3.2. Hasil Pengujian Uji-f ........................................................................ 86
ii
5.1.3.3. Koefisien Determinasi (R2)............................................................... 87
5.2 Pembahasan....................................................................................................... 88
BAB VI PENUTUP .......................................................................................... 93
6.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 93
6.2 Saran .................................................................................................................. 94
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 96
LAMPIRAN
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR LAMPIRAN
vi
BAB 1
PENDAHULUAN
keadaan di mana seseorang atau sekelompok orang tidak dapat menggunakan hak-hak
(Bappenas, 200 ).
Menurut Todaro dan Smith (2011), kemiskinan disebabkan oleh beberapa faktor,
yaitu: (1) tingkat pendapatan yang rendah (2) tingkat pertumbuhan ekonomi yang
rendah (3) distribusi pendapatan yang tidak merata (4) fasilitas dan pelayanan
kesehatan yang terbatas, (5) fasilitas pendidikan yang tidak memadai, (6) tingkat
ketergantungan yang bervariasi pada kekuatan ekonomi dan politik 3 negara lain, dan
adalah nilai pengeluaran untuk kebutuhan pangan minimum setara dengan 2.100
kalori per kapita per hari. Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKNM) adalah
Saat ini, masalah serius yang dihadapi beberapa negara, terutama negara
1
2
pengetahuan dan keterampilan dan dimensi kedua adalah kurangnya jaringan sosial,
sumber daya keuangan dan informasi. Kemiskinan merupakan salah satu kriteria
wilayah. Salah satu faktor tersebut adalah jumlah penduduk. Pertumbuhan penduduk
Hal ini menimbulkan sejumlah masalah dalam upaya pembangunan karena jumlah
penduduk yang besar akan menyebabkan pertumbuhan jumlah tenaga kerja yang
hampir cepat. Di sisi lain, kemampuan negara untuk menciptakan lapangan kerja baru
sangat terbatas.
Provinsi Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi dengan jumlah penduduk
yang cukup besar jika dilihat dari data tahunan BPS. Jumlah penduduk provinsi
Sumatera Barat masih terus bertambah setiap tahunnya. Pada tahun 2005, jumlah
penduduk Provinsi Sumatera Barat adalah 4.592.664 jiwa. Kemudian pada tahun
2006 meningkat menjadi 4.661.863 jiwa dan terus meningkat dibandingkan tahun-
tahun sebelumnya. Hingga kini pada tahun 2020 jumlah penduduk Provinsi Sumatera
Barat telah mencapai 5.534.472 jiwa. Keadaan ini menunjukkan bahwa jumlah
penduduk yang terus bertambah dengan tingkat kemiskinan yang cenderung menurun
dan meningkat pada tahun-tahun tertentu, sama sekali bukan penyebab masalah
3
kemiskinan jika menggunakan sumber daya manusia sebanyak ini setiap hari salah
suatu daerah. Sumber daya manusia berkaitan erat dengan kuantitas dan kualitas
penduduk dan harus dikembangkan dengan baik oleh pemerintah. Kuantitas dapat
dilihat dari kuantitas dan kepadatan penduduk, sedangkan kualitas penduduk dapat
dilihat dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang dicapai suatu wilayah. IPM
merupakan ukuran untuk melihat dampak dari hasil pembangunan daerah, karena
menunjukkan kualitas penduduk suatu daerah dari segi harapan hidup, kecerdasan,
dan standar hidup yang layak selama perencanaan pembangunan berfungsi sebagai
pada tahun 2005 sampai 2009 IPM di Provinsi Sumatera Barat menunjukkan adanya
peningkatan IPM. Sedangkan pada tahun 2010 sampai tahun 2020 angka IPM
Provinsi Sumatera Barat terjadi pada tahun 2009 sebesar 73,44 dan IPM terendah
pada tahun 2010 sebesar 67,25. Pencapaian tersebut menunjukkan tingkat indeks
pembangunan manusia Provinsi Sumatera Barat berada pada level menengah atas.
Sedangkan pada tahun 2010 IPM Sumatera Barat berada diangka 67,25 pada tahun ini
perkembangan IPM berada dalam level menengah bawah. Kenaikan dan penurunan
IPM ini sejalan dengan besarnya investasi pemerintah dalam sektor pendidikan
4
Barat pada tahun 2019 tergolong pada status tinggi, yaitu 72.39 angka tersebut jauh
lebih besar dari pada indeks pembangunan manusia di Indonesia yaitu sebesar 71.92.
berdasarkan tahun ke tahun dan tergolong status indeks pembangunan manusia tinggi
daerah tersebut.
mereka dari kemiskinan. Tujuan utama penetapan upah minimum adalah untuk
pendapatan masyarakat, sehingga tunjangan juga akan meningkat dan dibatasi oleh
dari tahun ke tahun upah minimum semakin mengalami peningkatan. Tingkat upah
terendah terjadi pada tahun 2005 yaitu sebesar Rp.540.000 dan tingkat upah tertinggi
yaitu terjadi pada tahun 2020 yaitu sebesar Rp. 2.484.041. Terdapat hubungan negatif
antara upah minimum provinsi terhadap tingkat kemiskinan. Semakin tinggi upah
minimum provinsi, maka akan semakin rendah tingkat kemiskinan. Sebalinya ketika
publik yang merupakan salah satu alat kebijakan penganggaran bukan pajak. Tujuan
ekonomi yang ingin dicapai pemerintah merupakan faktor penting dalam menentukan
negatif dengan penanggulangan kemiskinan, yaitu apakah belanja publik yang tinggi
pengeluaran pemerintah Provinsi Sumatera Barat setiap tahunnya mulai dari tahun
yang salah satu tujuannya adalah untuk meningkatkan pembangunan yang berdampak
Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat dari tahun ke tahun selama periode 2005-
pada tahun 2005 sebesar Rp.745.548 kemudian meningkat pada tahun 2019
7.928.01 7.226.857.297.487.526.677.51
6.63 6.80 5.925.146.16
4.54 4.94 4.38
3.122.38
Agam
Lima Puluh Kota
Kota Solok
Bukittinggi
Pariaman
Tanah Datar
Sumatera Barat
Dharmasraya
Padang Pariaman
Kab. Solok
Payakumbuh
Sijunjung
Solok Selatan
Padang
Kep. Mentawai
Pesisir Selatan
Sawah Lunto
Pasaman Barat
Padang Panjang
Pasaman
tergolong tinggi. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Sumatera Barat Kabupaten
Hindia tersebut sebanyak 14,31 ribu jiwa (14,84%) dari total populasi. Rata-rata
sebesar 14,84% pada tahun 2020. Sedangkan pada tahun 2019, angka kemiskinan
Kabupaten Kepulauan Mentawai dari tahun 2005 hingga 2020, menujukkan angka
kemiskinan di Provinsi Sumatera Barat, yakni sebesar 7,09% untuk tahun 2019 dan
untuk tahun 2020, tingkat kemiskinan di Provinsi Sumatera Barat berkurang menjadi
6,87%.
adalah kurangnya ertos kerja dalam masyarakat Mentawai, dimana masih banyaknya
lahan terlantar seperti sawah dan ladang yang tidak di kelola dengan cukup baik.
8
Kalau lahan terlantar tersebut dapat dikelola dengan baik dan ditanami dengan
tanaman pertanian yang mendatangkan begitu banyak hasil secara ekonomi tentu
membuang waktunya untuk kepentingan yang tidak perlu dari pada mengali potensi
dari keuntungan pengelolaan lahan tersebut, ini lah yang di sebut dengan kemiskinan
kutural, yaitu kemiskinan yang muncul karena sikap mental penduduk yang lamban,
hanya memiliki pendidikan setingkat sekolah dasar dengan rata-rata lama sekolah
sekitar 6 tahun, tidak memiliki pelayanan kesehatan masyarakat yang baik atau
sangat buruk dan relatif rendah yaitu sekitar 63,55% (2014). Selain itu ditambah
tidak adanya lapangan pekerjaan bagi individu, sehingga tidak mampu menciptakan
sumber inovasi ekonomi dan tidak adanya sumber daya untuk di jadikan modal
mencari solusi untuk jalan keluar menanggulangi kemiskinan di Mentawai, salah satu
akses perkerjaan kepada warga denga meningkatkan kapasitas SDM (mental dan
skill) dalam memproduksi barang ekonomi kreatifitas kerjinan dan usaha lainnya
Mentawai sepanjang 393 km, ini bertujuan untuk mengeluarkan Mentawai dari daftar
Mentawai.
adalah Kabupaten Solok, yaitu mencapai 8,01% diikuti Kabupaten Pesisir Selatan
sebesar 7,52% dan Kabupaten Pasaman Barat sebesar 7,51%. Daerah lainnya yang
Pasaman dengan persentase penduduk miskin sebesar 7,48% Kabupaten Lima Puluh
Kota 7,29% lalu Kabupaten Padang Pariaman sebesar 7,22% serta Kabupaten Agam
rata tingkat kemiskinan relatif rendah atau di bawah hard core (10%) yaitu
Kabupaten Pasaman Barat yang miliki rata-rata tingkat kemiskinan berada sedikit di
atas rata-rata tingkat kemiskinan di Provinsi Sumatera Barat, yakni 9%. pada tahun
2020, rata-rata tingkat kemiskinan di Kabupaten Pasaman Barat yakni sebesar 8,58%
dan rata-rata tingkat kemiskina Provinsi Sumatera Barat sebesar 9,26%, maka
mengalami penurun dari setiap tahunnya (tahun 2005-2020), hal ini di sebabkan
tidak terlepas dari faktor pendukung dari sektor perkebunan dan pertanian yang
meningkat (peningkatan mutu beni tanaman, sarana - prasarana dan SDM yang
membaik). Selain itu pembangunan yang terus mengeliat didaerah yang terkenal
Indonesia
1.76%
2.01%
2.06%
2.27%
2.34%
2.73%
2.78
%
2.82%
2.96%
2.98
%
rata-rata tingkat kemiskinan terendah, yaitu Kota Sawahlunto sebesar 3,10%, dimana
Selatan dengan tingkat kemiskinan sebesar 1,76%. sedangkan Kota Sawahlunto pada
tahun tahun 2020 sebesar 2,01 persen. Selain itu pada tahun 2007 tingkat kemiskinan
di Kota Sawahlunto adalah 5,5% dan pada tahun 2020 mengalami pnurunan sebesar
2,01%, yang disebabkan pleh inflasi yang tinggi dari target sebagai dampak dari
kenaikan harga BBM pada bulan juni 2013, dan di ikuti dengan program “ Sapu
dengan berbagai macam program dari organisasi perangkat daerah yang ikut turur
kawasan bekas tambang yang tidak produtif menjadi kawasan wisata yang nyaman
lunto.
12
Dengan melihat keempat faktor dan fenomena yang terjadi, maka penulis
Sumatera Barat?
Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berukut :
Barat dan merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana.
3. Bagi penelitian selanjutnya yang tertarik dengan topik terkait, dapat dijadikan
Barat dan sebagai sumber referensi dan bahan pertimbangan untuk dapat lebih
Penelitian akan dapat dilakukan secara terarah dan lebih fokus atas masalah yang
diteliti, maka perlu adanya ruang lingkup penelitian, yaitu waktu penelitian (time
series) yang digunakan mulai dari tahun 2005-2020 dan daerah penelitian adalah
Provinsi Sumatera Barat. Variabel dependent yang digunakan dalam penelitian ini
adalah tingkat kemiskinan dan variabel independent dalam penelitian ini adalah
pengeluaran pemerintah.
BAB I PEDAHULUAN
Pada bab ini membicarakan tentang rancangan dari penelitian mencakup latar
Pada bab ini akan diuraikan mengenai landasan teori yang diambil dari data
penelitian yang akan dikemukakan mengenai landasan teori, penelitian yang relevan,
Bab ini menguraikan tentang desain penelitian, variabel penelitian dan definisi
operasional, jenis dan sumber data, metode analisis dan pengujian penyimpangan
asumsi klasik.
VARIABEL PENELITIAN
Dalam bab ini akan diuraikan deskriptif objek penelitian, analisis data dan
pembahasan penelitian serta merumuskan kebijakan apa yang perlu dan bisa di ambil
BAB VI PENUTUP
Bab ini membuat kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini dan beberapa
saran yang membagun pihak-pihak terkait dalam masalah kemiskinan pada provinsi
Sumatera Barat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Kemiskinan
masyarakat, atau bahkan suatu negara yang menyebabkan ketidak nyamanan dalam
(bargain) dalam hubungan global, hilangnya generasi dan masa depan yang suram di
untuk memenuhi kebutuhan dasar dengan standar yang berlaku. Berbagai teori telah
menurut standar harga tertentu, sangat rendah sehingga sedikit sekali jaminan
sejahtera dan memiliki banyak segi. Ini termasuk pendapatan rendah dan
ketidakmampuan untuk mendapatkan barang dan jasa dasar yang dibutuhkan untuk
16
17
dasar makanan dan non-makanan, dari segi pengeluaran. Badan Pusat Statistik (BPS)
mampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan non-makanan, dalam hal
seseorang dengan tingkat kemiskinan atau jumlah rupiah yang dikeluarkan untuk
mampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti sandang, pangan dan papan.
disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: 1) perbedaan geografi, jumlah penduduk dan
tingkat pendapatan; 2) perbedaan sejarah, beberapa dijajah oleh negara yang berbeda;
3) perbedaan kekayaan sumber daya alam dan kualitas sumber daya manusianya; 4)
perbedaan peran sektor swasta dan publik; 5) perbedaan struktur industri; 6) berbagai
tingkat ketergantungan pada kekuatan dan institusi politik dan ekonomi nasional.
pertumbuhan ekonomi, produktivitas tenaga kerja, upah, jenis pekerjaan dan jam
kerja, dan kesempatan kerja (termasuk ketersediaan lapangan kerja), inflasi, jumlah
pendidikan dan lama sekolah seluruh anggota keluarga, akses permodalan dan letak
besar faktor tersebut adalah Kompleks dan kronis dapat saling mempengaruhi. Oleh
karena itu, cara pengentasan kemiskinan memerlukan analisis yang tepat, melibatkan
seluruh komponen permasalahan dan strategi yang tepat, jelas, jangka panjang dan
kerja yang tersedia, tingkat pendidikan yang rendah juga dapat membatasi
2. Kesehatan yang rendah dan gizi yang buruk dapat menyebabkan daya tahan
fisik yang rendah, kemampuan berpikir yang buruk dan inisiatif yang rendah.
pekerjaan atau usaha, selama ada harapan untuk memutus mata rantai
kemiskinan.
19
4. Kondisi isolasi. Banyak orang tidak berdaya karena mereka tinggal di daerah
bersama dengan penyebab lain: kelemahan fisik, isolasi, kerentanan dan, akhirnya,
Semakin rendah nilai indeks ini, semakin dekat pendapatan rata-rata penduduk
pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan atau dengan kata lain kehidupan
miskin.
20
dimulai dengan kepemilikan sumber daya yang tidak merata yang mengarah pada
distribusi sumber pendapatan yang tidak merata atau tidak merata, karena dalam hal
ini orang miskin memiliki sumber daya yang terbatas dan lemah, kedua, kemiskinan
muncul karena perbedaan kualitas orang. sumber daya dan sumber daya manusia
rendah dan upah rendah, nasib kurang beruntung dan akan menyebabkan diskriminasi
Ketiga penyebab kemiskinan ini bermula dari adanya teori lingkaran setan
yang saling mempengaruhi, merupakan suatu keadaan dimana suatu negara akan tetap
perkembangan yang lebih tinggi. Keterbelakangan, pasar yang tidak sempurna dan
kurangnya modal adalah penyebab rendahnya produktivitas, dan oleh karena itu
Tabungan dan investasi yang rendah ini merupakan akar dari keterbelakangan
(Kuncoro, 2016).
21
Produktivitas
Rendah
Investasi Tabungan
Rendah Rendah
kemiskinan memiliki konotasi yang luas. Menurut Arsyad, secara umum ada dua
ukuran kemiskinan yang umum digunakan, yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan
1. Kemiskinan Absolut
untuk memenuhi kebutuhan dasar minimum yang diperlukan untuk hidup sehari-hari.
Tingkat pendapatan minimum merupakan pembatas antara miskin dan tidak miskin
atau biasa disebut dengan garis kemiskinan. Konsep ini disebut kemiskinan absolut.
Konsep ini dimaksudkan untuk menetapkan pendapatan minimum yang cukup untuk
kebutuhan dasar minimum adalah yang paling mudah dipahami. Namun, garis
kemiskinan yang objektif sulit untuk diterapkan karena banyak faktor yang
mempengaruhi.
2. Kemiskinan Relatif
sehingga proses penentunya sangat subyektif. Maka orang yang berada di bawah
standar penilaian tersebut dikategorikan sebagai miskin secara relatif. Hal ini terjadi
karena kemiskinan lebih banyak ditentukan oleh keadaan sekitarnya, dari lingkungan
orang yang bersangkutan. Kemiskinan relatif ini dapat digunakan untuk mengukur
daya atau tingkat perkembangan teknologi yang sangat rendah. Ini termasuk
3. Kemiskinan struktural terjadi sebagai akibat dari kelembagaan yang ada yang
ekonomi dan permukiman. Dengan kata lain, kemiskinan ini tidak ada
kematian dan hari raya adat lainnya. Ini termasuk sikap mental orang yang
untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dengan
pengeluaran bulanan, jika pengeluaran per kapita penduduk berada di bawah garis
garis kemiskinan non makanan. Garis kemiskinan makanan adalah nilai minimum
pengeluaran untuk makanan, setara dengan 2.100 kilokalori per orang per hari.
Dalam hal ini, keranjang produk kebutuhan pangan pokok diwakili oleh 52 kategori
produk (beras, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayur-sayuran, kacang-
perawatan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non makanan diwakili oleh 51
Bank Dunia menetapkan garis kemiskinan absolut sebesar US$1 dan US$2
PPP (purchasing power parity) per hari. United Nations Development Programme
diukur dalam tiga komponen utama (three major deprivations), yaitu ( lebih dari 30%
pendidikan dasar yang diukur dengan persentase penduduk dewasa yang buta huruf
dan penawaran ekonomi secara keseluruhan (economic supply) yang diukur dengan
air bersih ditambah persentase anak di bawah usia 5 tahun ringan. Jika HPI lebih
rendah menunjukkan bahwa kebahagiaan meningkat, dan sebaliknya jika HPI lebih
1. Adam Smith
Teori Adam Smith menyatakan bahwa tidak ada masyarakat yang makmur
dan bahagia, jika sebagian besar penduduknya berada dalam kemiskinan dan
penderitaan. Adam Smith dalam bukunya The Wealth of Nations menyatakan bahwa
kebutuhan dasar bukan halhal yang bersifat alamiah saja, tetapi juga halhal yang
Selain teori Adam Smith, ada juga teori kemiskinan dan teori kelas, yang
terbagi menjadi dua, yaitu teori yang berfokus pada teori perilaku individu dan teori
bahwa sikap individu yang tidak efektif menyebabkan kemiskinan. Teori struktur
tertentu pada setiap individu, sehingga menyebabkan munculnya sikap individu yang
25
penyerapan tenaga kerja, angkatan kerja, serta pembentukan modal (Sanusi, 200 ).
Penduduk adalah elemen yang sangat penting dari kegiatan ekonomi karena
menghasilkan kegiatan ekonomi, untuk beberapa fungsi ini, penduduk adalah yang
(Sukirno, 2012).
penduduk suatu wilayah tertentu pada waktu tertentu dibandingkan dengan waktu
pembangunan dan kesejahteraan yang serius. Oleh karena itu, jumlah penduduk yang
besar, jika tidak diimbangi dengan dukungan ekonomi yang tinggi, akan
jumlah tenaga kerja yang pesat, sedangkan kemampuan untuk menciptakan lapangan
tenaga kerja (supply) dan kesempatan kerja (demand), pembangunan ekonomi harus
ditingkatkan. Menurut Said (2012) yang dimaksud dengan penduduk adalah “jumlah
orang yang bertempat tinggal di suatu wilayah pada waktu tertentu dan merupakan
perubahan jumlah penduduk pada suatu daerah tertentu dibandingkan dengan periode
pembangunan dan kesejah teraan yang serius. Dengan demikian, jumlah penduduk
yang besar jika tidak diimbangi dengan dukungan ekonomi yang tinggi akan
kembang bayi Anda, dengan kalori, nutrisi, dan kesehatan yang cukup.
Seiring waktu, anak ini menjadi siswa yang menuntut usia sekolah.
negara.
3. Migrasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota. Migrasi dari desa
menjadi dua kali lipat setiap 30-40 tahun. Sementara itu, pada saat yang sama,
pangan tidak dapat mengimbangi pertumbuhan penduduk yang sangat cepat dan
produksi pangan per kapita) akan cenderung turun ke tingkat yang sangat rendah,
membuat penduduk tidak stabil, atau hanya sedikit lebih tinggi. subsisten, yaitu
juga berperan sebagai angkatan kerja, maka hampir tidak ada kesempatan kerja yang
tersedia. Jika mereka tidak dapat menemukan pekerjaan atau menganggur, itu akan
yang kecil.
angkatan kerja yang lebih besar berarti peningkatan jumlah tenaga kerja produktif,
sedangkan pertumbuhan penduduk yang lebih besar berarti peningkatan ukuran pasar
internalnya. Dengan kata lain, semakin banyak tenaga kerja yang digunakan dalam
proses produksi, semakin banyak output yang akan meningkat sampai batas tertentu.
Terlepas dari ketidaksepakatan tentang konsekuensi positif dan negatif dari tingkat
pertumbuhan penduduk yang tinggi, selama beberapa dekade ide-ide baru telah
muncul. Gagasan yang dikemukakan oleh Robert Cassen dalam Todaro (2006)
keterbelakangan, penting untuk dipahami bahwa itu adalah salah satu faktor
yang merugikan dan ini merupakan masalah utama yang dihadapi negara-
negara berkembang.
dengan mengurangi tabungan rumah tangga dan negara. Selain itu, kelebihan
30
penduduk akan menguras dana pemerintah yang sudah terbatas untuk menyediakan
berbagai layanan kesehatan, ekonomi dan sosial kepada generasi baru. Meningkatnya
beban keuangan APBN jelas akan mengurangi kemampuan dan kapasitas pemerintah
generasi mendatang dari keluarga dengan pendapatan rata-rata lebih rendah. (Todaro,
2006).
Sementara itu, menurut Fitri Ningsih (2019), ia pertama kali memperkenalkan Indeks
Pembangunan Manusia, yang merupakan alat yang menjadi tolok ukur untuk
pembangunan selain menggunakan produk domestik bruto. Nilai IPM suatu negara
atau wilayah menunjukkan seberapa baik negara atau wilayah tersebut telah mencapai
tujuan tertentu, yaitu harapan hidup, pendidikan dasar untuk semua lapisan
masyarakat (tidak terkecuali) dan tingkat pengeluaran dan konsumsi telah mencapai
dominan yang harus mendapat prioritas mutlak dalam peningkatan kualitas sumber
ekonomi, baik yang terkait dengan teknologi penting maupun kelembagaan yang
proses perluasan pilihan manusia, terutama akses terhadap hasil pembangunan seperti
hasil pembangunan secara keseluruhan yang dibentuk oleh tiga dimensi dasar, yaitu
Sumber daya manusia adalah satu-satunya sumber daya yang memiliki akal,
potensi sumber daya manusia ini mempengaruhi upaya organisasi untuk mencapai
pembangunan. Dengan sumber daya manusia yang baik dan lengkap, penyebaran
tingkat makro, faktor-faktor pembangunan, seperti sumber daya alam, fisik, dan
keuangan, tidak akan memberikan manfaat yang optimal bagi peningkatan taraf hidup
masyarakat jika tidak didukung oleh ketersediaan sumber daya, sumber daya manusia
yang memadai.
negara, terutama bagi negara berkembang, hal ini dikarenakan banyak negara dengan
sosial dan kemiskinan yang semakin meningkat. investasi tidak langsung dalam
1. Produktivitas Ekonomi
ekonomi.
2. Pemerataan
akses, untuk sumber daya ekonomi dan sosial yang ada. Agar masyarakat dapat
33
menikmati manfaat dan peluang keberadaan serta berperan dalam kegiatan produktif
yang dapat meningkatkan taraf hidup, untuk itu diperlukan pengawasan terutama dari
Kenikmatan sumber daya ekonomi dan sosial harus bermanfaat dalam jangka
panjang, sehingga generasi mendatang juga mendapat manfaat darinya. Untuk itu,
sumber daya fisik, manusia dan alam harus dijaga dan diperbaharui agar tidak habis
setelah dikonsumsi.
4. Pemberdayaan
bertujuan agar masyarakat siap untuk berpartisipasi dan berperan penuh dalam proses
Upah adalah balas jasa sebagai imbalan oleh pemberi kerja kepada pekerja
atas pekerjaan atau jasa yang dilakukan atau akan dilakukan dan dinyatakan atau
dinilai dalam satuan uang yang ditentukan berdasarkan kesepakatan atau undang-
undang dan dibayarkan berdasarkan perjanjian kerja antara kontraktor dan pekerja
termasuk tunjangan, baik untuk pekerja itu sendiri maupun untuk keluarganya
(Sumarsono, 2009).
Upah adalah pembayaran atas jasa fisik dan mental kepada karyawan. Upah
menurut John Stuart Mill (2009), upah yang tinggi tergantung pada penawaran dan
besarnya dana upah, yaitu besarnya modal yang diberikan oleh perusahaan untuk
membayar upah.
Upah minimum menurut Badan Pusat Statistik adalah upah minimum yang
harus dibayarkan oleh pemberi kerja kepada seorang karyawan sesuai dengan
terutama yang berpenghasilan rendah. Ukuran upah minimum yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan upah minimum regional berdasarkan data dari Badan
minimum yang digunakan oleh kontraktor untuk membayar pejabat, pegawai atau
pekerja dalam bentuk uang sesuai dengan persetujuan atau ketentuan peraturan
rupiah.
Upah dan pengangguran memiliki hubungan yang cukup erat dimana upah
yang tinggi dan rendah akan mempengaruhi penawaran dan permintaan tenaga kerja,
35
pembayaran atas jasa fisik dan mental kepada karyawan. Upah adalah uang yang
diterima pekerja dari majikan sebagai pembayaran atas usaha mental dan fisik yang
tenaga kerja, jika terjadi perubahan upah akan mempengaruhi besar kecilnya
penawaran tenaga kerja, menurut hukum penawaran, upah yang tinggi akan
1) Upah menurut sifatnya adalah gaji yang cukup untuk menopang kehidupan
2) Di pasar akan ada upah pasar yaitu upah yang terjadi di pasar dan ditentukan
oleh penawaran dan permintaan. Harga pasar upah akan bergerak di sekitar
minimum adalah untuk memenuhi standar hidup minimum seperti kesehatan, efisiensi
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No: Per 01/Men/1999. Upah minimum adalah gaji
bulanan terendah termasuk gaji pokok termasuk gaji pokok, tunjangan tetap.
Pesangon adalah kompensasi yang diterima oleh seorang karyawan secara teratur dan
36
teratur, tidak terkait dengan uji tuntas atau pencapaian kinerja tertentu. Maksud dari
peraturan kebijakan pemerintah adalah sebagai jaring pengaman bagi pekerja atau
pekerja dari eksploitasi dengan upah yang dapat memenuhi kebutuhan hidup yang
layak.
fungsi pengupahan, yaitu; menjamin kehidupan yang baik bagi pekerja dan
dibedakan secara mikro dan makro. Pada tingkat mikro, tujuan penetapan upah
minimum adalah; (a) sebagai jaring pengaman untuk mencegah upah jatuh,
(b) dengan mengurangi kesenjangan antara upah terendah dan tertinggi di perusahaan,
dan (c) dengan meningkatkan pendapatan pekerja terendah. Sedangkan secara makro,
(b) peningkatan daya beli tenaga kerja dan perluasan kesempatan kerja nasional,
(d) peningkatan penguatan etos kerja dan disiplin kerja; dan (e) memfasilitasi
daerah, pada tahun 2001, upah minimum ditetapkan oleh masing-masing provinsi.
1) Upah minimum regional, yaitu gaji bulanan termasuk gaji pokok dan
tunjangan tetap bagi pegawai pada jenjang yang paling rendah dan masa kerja
kurang dari satu tahun yang berlaku pada suatu waktu tertentu. daerah.
2) Upah minimum industri adalah gaji yang berlaku di provinsi sesuai dengan
kapasitas industri.
Sonny Sumarsono (2009) mengatakan bahwa salah satu faktor penentu harga
pokok barang di perusahaan adalah tingkat gaji, karena penentuan gaji yang salah
akan sangat merugikan perusahaan. Oleh karena itu, beberapa faktor yang
kerja yang langka, upah dapat cenderung meningkat, sedangkan untuk posisi dengan
Ada tidaknya serikat pekerja serta kuat atau lemahnya serikat pekerja akan
mempengaruhi upah. Adanya serikat pekerja yang kuat akan meningkatkan upah dan
sebaliknya.
3. Keterjangkauan
perusahaan, upah merupakan salah satu komponen biaya produksi, upah yang tinggi
4. Produktivitas Kerja
tinggi prestasi karyawan, maka semakin besar upah yang mereka terima. Prestasi
5. Biaya Hidup
Dikota besar dimana biaya hidup tinggi, upah kerja cenderung tinggi. Biaya
6. Pemerintah
berkaitan dengan pengupahan pada umumnya merupakan batas bawah gaji yang harus
dibayar.
inflasi, pengangguran, depresi, neraca pembayaran dan stabilitas nilai tukar (Muritala,
2011). Salah satu wujud intervensi pemerintah dalam mengatasimarket failure dalam
2011). Dalam kebijakan fiskal diketahui ada tiga kebijakan anggaran yaitu :
defisit yaitu anggaran belanja makin besar dari pendapatan (G > T).
yang dihasilkan untuk membuat pilihan atau keputusan yang dibuat oleh pemerintah
bidang sarana dan prasarana dimana hal ini sangat dibutuhkan untuk terciptanya
pertumbuhan ekonomi.
Maka dengan ini dapat disimpulkan pengeluaran pemerintah adalah salah satu
unsur dari kebijaksanaan fiskal dengan tujuan dapat meningkatkan laju investasi,
pendapatan. Pengeluaran publik memiliki efek langsung atau tidak langsung terhadap
pendidikan, dll.
1. Teori Warget
Teorinya adalah jika ekonomi per kapita meningkat, pengeluaran pemerintah akan
meningkat secara relatif, karena pemerintah harus mengatasi masalah yang muncul di
pengeluaran sedangkan masyarakat tidak mau membayar pajak yang lebih tinggi
untuk membiayai pengeluaran pemerintah yang meningkat. Oleh karena itu, teori ini
subsidi, dan pengeluaran berulang. Manfaat dari pengeluaran saat ini adalah untuk
menjaga tata kelola yang sehat, memelihara bisnis dan aset milik negara, memenuhi
2. Belanja Pembangunan
dana pembangunan di bidang sosial, ekonomi, dan publik dalam rangka peningkatan
modal publik berupa pembangunan infrastruktur yang nyata dan tidak berkelanjutan
untuk jangka waktu tertentu. Besaran anggaran yang dikerahkan untuk pembangunan
fisik dan non fisik selalu disesuaikan agar dapat dialokasikan sesuai dengan sektor
masyarakat dan pengentasan kemiskinan. Ada dua pandangan yang berbeda tentang
(Ehrlich,1981).
pertumbuhan penduduk yang tinggi tidak hanya berdampak negatif pada persediaan
konsumsi di masa depan. Sumber daya per kapita yang rendah akan
kelangkaan sumber daya alam dan kelebihan penduduk. Hal ini sebagian
modern lainnya
peran dalam pembangunan ekonomi, satu atas permintaan dan yang lainnya dalam
pasokan. Dalam hal permintaan, penduduk bertindak sebagai konsumen dan pada
penduduk yang pesat tidak selalu menjadi kendala dalam proses pembangunan
ekonomi jika penduduk tersebut memiliki daya produksi dan daya serap yang tinggi
sebagai hasil produksinya. Hal ini berarti bahwa tingkat pertumbuhan penduduk yang
tinggi diikuti dengan tingkat pendapatan yang tinggi pula. Oleh karena itu,
yang wajar, karena jumlah penduduk yang besar dan laju pertumbuhan yang tinggi
dianggap hanya menambah beban pembangunan. Jumlah penduduk yang besar akan
(Dumairy, 1996).
kemiskinan. Hal ini ditunjukkan dalam perhitungan indeks Foster Greer Thorbecke
(FGT) yang jika penduduk bertambah maka kemiskinan juga akan meningkat.
negara tersebut.
setan kemiskinan terdapat tiga sumbu utama yang membuat seseorang menjadi
miskin, yaitu 1) kesehatan yang rendah, 2) tingkat pendapatan yang rendah dan
utama dan hasil pembangunan manusia. Orang miskin menggunakan energi mereka
mereka untuk bekerja. Dengan demikian, karena indeks pembangunan yang rendah,
dihasilkan oleh pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, penyediaan layanan sosial
kesehatan, pendidikan dan daya beli yang tidak mampu dimiliki oleh masyarakat
Upah dan pengangguran memiliki hubungan yang cukup erat, dimana tinggi
rendahnya upah akan mempengaruhi penawaran dan permintaan tenaga kerja, yang
atas jasa fisik dan mental kepada karyawan. Upah adalah jumlah yang diterima
pekerja dari majikan untuk membayar tenaga mental dan fisik yang digunakan dalam
hubungan terbalik dengan tingkat kemiskinan. Jika upah minimum meningkat, maka
pendapatan masyarakat, sehingga tunjangan juga akan meningkat dan dibatasi oleh
kemiskinan dalam peran pekerja. Oleh karena itu, peneliti dapat menyimpulkan
bahwa terdapat hubungan negatif antara upah minimum provinsi dengan garis
kemiskinan. Di sisi lain, ketika upah minimum provinsi rendah, tingkat kemiskinan
akan meningkat.
46
memperoleh pelayanan dari taraf hidup mereka. Selain bisa mendapatkan pelayanan
publik.
dua alat utama, kebijakan fiskal dan belanja publik. Menurut Keynes, peran
fasilitas sosial, barang publik, infrastruktur, tambahan biaya investasi, kesehatan dan
dipengaruhi oleh transmisi modal investasi publik. Dari sisi pengeluaran, tingkat
kemiskinan dan distribusi pendapatan dapat dikurangi dengan menggunakan tiga alat
alokasi anggaran pemerintah sebagai sumber: (1) Subsidi langsung, yaitu subsidi
yang ditujukan kepada rumah tangga berpendapatan rendah. (2) Subsidi adalah
subsidi atas produk yang digunakan oleh rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan
Penelitian yang dilakukan oleh Sussy Susanti dalam jurnalnya yang berjudul
Analisis Data Panel”, Berdasarkan hasil analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode analisis regresi linear data panel dengan menggunakan STATA 9.
Penelitian yang dilakukan oleh Sussy Susanti dalam jurnalnya untuk melihat
Tahun 2005-2020.
Penelitian yang dilakukan oleh Doni Putra dan Rifki Khoirudin dalam
perangkat lunak Eviews, estimasi akhir adalah model acak. Hasil penelitian ini
2010-2017. Penelitian yang dilakukan oleh Doni Putra dan Rifki Khoirudin untuk
48
Penelitian yang dilakukan oleh Dira Puji Lestari dkk dalam jurnalnya yang
analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan berdasarkan hasil
terhadap tingkat kemiskinan. Sementara itu, hasil uji t menunujukkan bahwa secara
Penelitian yang dilakukan oleh Dira Puji Lestari dkk untuk melihat pengaruh
Penelitian yang dilakukan oleh Nadya Agustin dkk dalam jurnalnya yang
Tahun 2005-2020.
Penelitian yang dilakukan oleh Syahrur Romi dkk dalam jurnalnya yang
teknik metode regresi linear berganda dalam bentuk semilog. Berdasarkan hasil
analisis diketahui bahwa secara simultan pertumbuhan ekonomi dan upah minimum
secara parsial variabel yang berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan adalah upah
minimum provinsi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Syahrur Romi untuk melihat
50
2020.
Penelitian yang dilakukan oleh Nengah Rai Narka Suda Pratama dkk dalam
Provinsi Bali”. Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis jalur. Hasil
pemerintah dan investasi tidak berpengaruh secara tidak langsung terhadap tingkat
Nengah Rai Narka Suda Pratama dkk untuk melihat bagaimana pengaruh
Tahun 2005-2020.
51
Penelitian yang dilakukan oleh Sussy Susanti dalam jurnalnya yang berjudul
ini dengan penelitian tersebut adalah tempat atau lokasi penelitian, dimana pada
penelitian tersebut meneliti daerah Jawa Barat, sedangkan penelitian ini di Provinsi
Sumatera Barat. Variabel dalam penelitian tersebut adalah produk domestik regional
Penelitian yang dilakukan oleh Doni Putra dan Rifki Khoirudin untuk melihat
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian tersebut adalah tempat atau lokasi
tahun 2005-2020.
Penelitian yang dilakukan oleh Dira Puji Lestari dkk yang berjudul “Analisis
Kota Jambi”. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian tersebut adalah tempat atau
lokasi penelitian, dimana pada penelitian tersebut meneliti Kota Jambi, sedangkan
penelitian ini di Provinsi Sumatera Barat. Variabel dalam penelitian tersebut adalah
Penelitian yang dilakukan oleh Nadya Agustin dkk yang berjudul “Analisis
2002-2017”. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian tersebut adalah tempat atau
manusia (IPM) dan upah minimum provinsi (UMP), sedangkan penelitian ini
Penelitian yang dilakukan oleh Syahrur Romi dkk yang berjudul “Pengaruh
tahun 2001-2015”. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian tersebut adalah tempat
atau lokasi penelitian, dimana pada penelitian tersebut meneliti Kota Jambi,
tersebut adalah pertumbuhan ekonomi dan upah minimum, sedangkan penelitian ini
53
Penelitian yang dilakukan oleh Nengah Rai Narka Suda Pratama dkk yang
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian tersebut adalah tempat atau lokasi
seseorang, sebuah keluarga, sebuah komunitas, atau bahkan sebuah negara yang
generasi serta suramnya masa depan bangsa dan negara. Untuk dapat menganalisis
kemiskinan. Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan yaitu jumlah
pemerintah.
yaitu jumlah penduduk, indeks pembangunan manusia, upah minimum provinsi dan
penelitian ini serta memperjelas alur penelitian yang akan dilakukan, berikut adalah
kerangka konseptual :
Jumlah Penduduk X1
Indeks Pembangunan
Manusia X2
Kemiskinan Y
Upah Minimum
Provinsi X3
Pengeluaran Pemerintah
X4
Gambar 2.2
Kerangka Konseptual
Hipotesis adalah jawaban sementara untuk suatu masalah yang tetap menjadi
asumsi karena masih belum terbukti. Hipotesis juga dapat dipahami sebagai
kesimpulan yang ditarik untuk memecahkan masalah yang diajukan dalam penelitian
yang pada kenyataannya belum diuji secara eksperimental. Hipotesis yang dimaksud
adalah dugaan yang mungkin benar atau mungkin tidak benar. Berikut hipotesis
55
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan
sekarang atau pada masa lalu (Sukmadinata, 2006). Berdasarkan sifatnya, data dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif adalah data
yang direpresentasikan dalam bentuk simbol, frasa, dan data lain yang bukan numerik
atau numerik yang diperoleh dari berbagai teknik pengumpulan data seperti analisis
dokumen, wawancara, diskusi, dll. komentar atau pengamatan terfokus, seperti yang
ditunjukkan dalam catatan lapangan . Sedangkan data kuantitatif adalah data yang
Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data kuantitatif, yaitu data
yang diperoleh berupa angka dari Badan Pusat Statistik (BPS). Data yang diperoleh
selanjutnya akan diolah dan dianalisis lebih lanjut dalam analisis data.
Dilihat dari sumber data terdiri dari data primer dan data sekunder. Data
primer adalah data yang dikumpulkan langsung oleh peneliti dari sumber data,
sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari suatu badan pengumpul data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
terdiri dari data kuantitatif dalam bentuk numerik dan perhitungan yang diperoleh
56
57
secara tidak langsung sebagai data runtun waktu oleh peneliti. Data tersebut berasal
dari Badan Pusat Statistik (BPS), internet browser, jurnal, artikel dan berbagai
instansi terkait lainnya. Atas dasar tersebut, data sekunder yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data kemiskinan, data kependudukan, data indeks pembangunan
manusia, data upah minimum provinsi dan data pengeluaran, pengeluaran publik
Berdasarkan sumber data, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data sekunder. Data sekunder sebagai sumber data merupakan data yang dikeluarkan
Maka dengan ini penulis menggunakan data dari dokumendokumen publikasi yang
telah diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat.Data primer
merupakan data yang di peroleh peneliti secara langsung dari sumber data, sedangkan
data sekunder merupakan data yang diperoleh dari suatu lembaga pengumpulan data
oleh peneliti yang dapat dipelajari, diperoleh informasinya dan ditarik kesimpulannya
(Sugiyono, 2007).
tentang variabel-variabel yang dianalisis dalam penelitian ini, maka perlu dirumuskan
1. Jumlah penduduk (X1) yaitu jumlah penduduk tahun hitung dikurangi jumlah
penduduk tahun sebelumnya dibagi dengan jumlah penduduk tahun hitung di Provinsi
Sumatera Barat tahun 2005-2020. Dalam penelitian ini jumlah penduduk dihitung
penelitian ini. Indeks pembangunan manusia yang diukur dari angka indeks
satuan persen.
pemerintah pada suatu daerah dimana upah minimum ini berdasarkan standar hidup
di masing-masing daerah. UMP yang digunakan dalam penelitian ini adalah upah
yang berlaku di Provinsi Sumatera Barat tahun 2005-2020 yang diukur dalam satuan
penelitian ini adalah data yang digunakan realisasi pengeluaran pemerintah yang di
publikasi oleh Badan Pusat Statistik (BPS) mulai dari tahun 2005-2020. Variabel ini
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas atau
menerima akibat dari variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel terikat yang
digunakan adalah derajat kemiskinan (Y) yaitu persentase penduduk miskin di bawah
Pada saat analisis data, sebelum data akan diuji dengan uji hipotesis klasik,
jika terdapat perbedaan maka uji hipotesis klasik akan digunakan uji statistik non
parametrik untuk memperoleh hasil yang baik. model regresi, model regresi harus
bebas dari multikolinearitas, autokorelasi dan varians variabel dan data yang
Tujuan dari deteksi normalisasi adalah untuk memeriksa apakah dalam model
regresi, variabel dependen dan independen terdistribusi normal. Model regresi yang
baik adalah yang memiliki distribusi normal atau mendekati distribusi normal
(Ghozali, 2011). Pada prinsipnya, normalitas diperiksa dengan melihat propagasi dua
titik pada sumbu diagonal grafik atau dengan melihat histogram residual
menggunakan uji JB dan metode grafik, membandingkan nilai probabilitas J-B hitung
atau semua variabel bebas (variabel penjelas) dalam suatu model regresi. Tujuan dari
pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat korelasi dalam model regresi
probabilitas dengan nilai kritis = 5% (Ghozali, 2011). Menurut Gujarati (2010), ada
1. Jika nilai R² yang diperoleh sangat tinggi, tetapi bersifat individual, banyak
dependen
a) Melakukan estimasi model awal dalam persamaan sehingga didapat nilai R².
regresi parsial, jika nilai regresi parsial lebih tinggi maka terjadi
multikolinearitas.
3. Korelasi antar variabel bebas. Jika nilai korelasi independen lebih besar dari
Salah satu dugaan pada suatu fungsi regresi adalah apabila variasi dari faktor
pengganggu selalu sama pada data pengamatan yang satu ke data pengamatan yang
lain. Jika ciri ini terpenuhi, variasi faktor pengganggu kelompok data tersebut bersifat
61
homoskedastisitas. Sebaliknya, jika asumsi itu tidak dapat dipenuhi, maka dapat
lain tetap, sedangkan heteroskedastisitas terjadi jika variannya berbeda. Model regresi
yang baik adalah model dengan atau tanpa varians variabel. Gejala varians variabel
probabilitas observasi R-squared terhadap nilai kritis α=5%, bila Obs R-squared > α,
maka H0 diterima atau Ha ditolak ini berarti tidak ada heteroskedastisitas. Sedangkan
jika probabilitas Obs R-squared < α, maka H0 ditolak atau Ha diterima ini artinya ada
perancu. Korelasi dapat terjadi dalam serangkaian pengamatan dari data yang
diperoleh pada suatu titik waktu tertentu atau dari data cross-section dan data tersebut
melakukan uji Breusch-Godfrey atau uji Langrange multiplier (LM). Dari hasil uji
LM jika nilai Obs*Rsquared lebih besar dari nilai χ² (chi-squared) tabel dengan
62
juga sebaliknya, apabila nilai Obs*R-squared lebih kecil dari nilai χ² (chi-squared)
tabel dengan probability > 5% artinya bahwa model terbebas dari masalah
Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang kita miliki sesuai
dengan garis linear atau tidak, apabila nilai probabilitas F hitung lebih besar dari
tingkat alpha 0,05 (5%) maka model regresi memenuhi asumsi linearitas, dan
sebaliknya apabila nilai probabilitas F hitung lebih kecil dari 0,05 maka model tidak
berganda dengan pendekatan kuadrat terkecil biasa (OLS). Kasus dalam penelitian ini
bahwa terdapat lebih dari satu variabel independen akan mempengaruhi variabel
dependen. Untuk melihat hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat
digunakan analisis regresi. Menurut Gujarati (2006), fungsi linier berganda dapat
ditulis sebagai:
maka bentuk regresi yang digunakan adalah model log ganda, yaitu empat variabel
Keterangan :
α = Konstanta Regresi
β1 = Koefisien Regresi
independen dan vriabel dependen untuk mengetahui layak tidaknya untuk dianalisis.
koefisien determinasi (R2). nilai R2 bervariasi dari 0 hingga 1. Semakin besar R2,
semakin baik modelnya. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel bebas
dalam menjelaskan variabel terikat sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti
simultan terhadap variabel terikat yang dimasukkan dalam model. Taraf nyata yang
jika F hitung ≤ F tabel, sebaliknya H0 ditolak jika F hitung > F tabel. Uji F dapat
Saat nilai F hitung lebih besar dari F tabel, maka Ho ditolak, artinya variabel
model. Selain itu, pengujian ini juga dilakukan untuk mengetahui apakah koefisien
regresi masing-masing variabel dalam suatu model signifikan atau tidak. Hipotesis
variabel dependen
65
Utara – 3o30’ Lintang Selatan serta 98o36’ dan 101o53’ Bujur Timur. Berdasarkan
letak geografisnya, Provinsi Sumatera Barat terletak di pesisir barat pulau Sumatera
bagian tengah dan meliputi wilayah seluas kurang lebih sekitar 42.297,30 km2 atau
2,21% dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia termasuk perairan pantai,
pulau dan dataran rendah serta dataran tinggi vulkanik yang dibentuk oleh perbukitan.
Sumatera Barat memiliki 391 gugusan pulau dengan jumlah pulau terbesar di
Kepulauan Mentawai memiliki luas wilayah 6,01 ribu kilometer persegi, yaitu sekitar
14,21% luas wilayah Provinsi Sumatera Barat. Sedangkan Kota Padang Panjang
memiliki luas terkecil yaitu sebesar 23 kilometer persegi atau 0,05 luas provinsi
Sumatera Barat. Kawasan lindung adalah 50,37% atau 21.304,62 Km2 dari total luas.
66
67
Lahan yang digunakan untuk bercocok tanam hanya tercatat sebesar 20.992,68 km2
atau sekitar 49,63 ri dari total luas wilayah. Provinsi Sumatera Barat memiliki empat
danau yaitu Danau Maninjau, Danau Singkarak, Danau Ateh dan Danau Bawah.
Sumatera Barat juga memiliki gunung yang aktif dan gunung tertinggi adalah
kecamatan Bonjol, kabupaten Psaman. Sumatera Barat beriklim tropis dengan suhu
rata-rata 25,52c dan kelembaban tinggi rata-rata 87,03 dengan tekanan udara antara
996,27mb (BPS, kelurahan, 760 nagari, 259 kelurahan), dan 126 kota.
penduduk perempuan melebihi jumlah penduduk laki-laki yaitu 49,61 jiwa laki-laki
dan 50,39 jiwa perempuan dengan kepadatan penduduk 114 jiwa/km2. Dibandingkan
penduduk di Sumbar pada tahun 2019 rata-rata 119 jiwa per km2.
daerah tetangga. Kota atau bupati terpadat adalah Kota Padang dengan jumlah
833.562 jiwa dan terendah adalah Kota Padang Panjang yang hanya 47.008 jiwa.
kepadatan hampir mencapai 4.685 orang per Km2 sedangkan daerah yang memiliki
kepadatan yang paling rendah adalah Kabupaten Mentawai dengan tingkat kepadatan
pertumbuhan dan distribusi pendapatan yang tidak merata, sementara banyak negara
menguntungkan rakyatnya (Todaro dan Smith, 2006; Kuncoro, 2003). Berikut adalah
evolusi kemiskinan di provinsi Sumatera Barat dari tahun 2005 hingga 2020:
Tabel 4.1
Perkembangan Tingkat Kemiskinan Tahun 2005-2020
di Provinsi Sumatera Barat
Tahun Tingkat Kemiskinan (%)
2005 10,89
2006 12,51
2007 11,90
2008 10,57
2009 9,45
2010 9,44
2011 8,99
2012 8,00
2013 7,56
2014 6,89
2015 7,31
2016 7,09
2017 6,87
2018 6,65
2019 6,42
2020 6,28
Sumber : BPS Provinsi Sumatera Barat
Sumatera Barat selama 15 tahun terus berfluktuasi dengan kondisi yang turun naik.
Dapat dilihat pada tahun 2006 merupakan tingkat kemiskinan yang tertinggi yang
69
terjadi di Provinsi Sumatera Barat yaitu sebesar 12,51%. Pada tahun-tahun berikutnya
hingga tahun 2014 tingkat kemiskinan menjadi berkurang. Pada tahun 2015-2016
di Provinsi Sumatera Barat dalam 15 tahun terakhir adalah pada tahun 2020 yaitu
sebesar 6,28%.
tahun ke tahun.
paling utama. Penduduk merupakan elemen penting dari kegiatan ekonomi karena
menghasilkan kegiatan ekonomi, untuk beberapa fungsi ini, penduduk adalah faktor
produksi (Sukirno,1985).
hambatan bagi pembangunan ekonomi, karena jumlah penduduk yang besar akan
Selain itu, jumlah penduduk akan memberikan pengaruh yang cukup besar
penyerapan tenaga kerja, tenaga kerja dan pembentukan modal (Sanusi,2004). Namun
pertumbuhan penduduk yang cepat dan lambat di suatu daerah dipengaruhi oleh
Tabel 4.2
Perkembangan Jumlah Penduduk Tahun 2005-2020
di Provinsi Sumatera Barat
Tahun Jumlah Penduduk (Juta Jiwa)
2005 4.592.664
2006 4.661.863
2007 4.731.560
2008 4.801.852
2009 4.827.973
2010 4.865.331
2011 4.933.112
2012 5.000.184
2013 5.066.476
2014 5.131.882
2015 5.196.289
2016 5.259.528
2017 5.321.489
2018 5.382.077
2019 5.441.197
2020 5.534.472
Sumber : BPS Provinsi Sumatera Barat
Sumatera Barat selama 15 tahun mengalami peningkatan. Dimana pada tahun 2005
kemudian mengalami peningkatan pada tahun 2006 yaitu menjadi 4.661.863 jiwa.
Peningkatan ini terjadi sebesar 69.199 jiwa dan terus mengalami peningkatan hingga
pada tahun 2020 jumlah penduduk Provinsi Sumatera Barat berjumlah 5.534.472 jiwa
dan diyakini hal ini akan terus mengalami peningkatan untuk tahun-tahun berikutnya.
oleh beberapa faktor seperti pertambahan jumlah penduduk akibat adanya kelahiran
ataupun adanya masyarakat yang masuk ke Provinsi Sumatera Barat dan menjadi
masyarakat disana. Namun, pertumbuhan penduduk ini harus tetap dikendalikan oleh
pemerintah karena jika tidak pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali dapat
setan kemiskinan terdapat tiga sumbu utama yang membuat seseorang menjadi
miskin, yaitu 1) kesehatan yang rendah, 2) tingkat pendapatan yang rendah dan
Tabel 4.3
Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2005-2020
di Provinsi Sumatera Barat
Indeks Pembangunan
Tahun Manusia (%)
2005 69.57
2006 70.08
2007 70.59
2008 71.17
2009 70.59
2010 67.25
2011 67.81
2012 68.36
2013 68.91
2014 69.36
2015 69.98
2016 70.73
2017 71.24
2018 71.73
2019 72.39
2020 72.38
Sumber : BPS Provinsi Sumatera Barat
IPM adalah ukuran perkembangan sosial ekonomi suatu negara atau wilayah.
Ini menggabungkan pencapaian kesehatan dan pendidikan serta pendapatan per kapita
Pencapaian IPM tertinggi Provinsi Sumatera Barat terjadi pada tahun 2019 sebesar
72,39 IPM terendah pada tahun 2010 sebesar 67,25. Pencapaian tersebut
pada level menengah atas. Sedangkan pada tahun 2010 IPM Sumatera Barat berada
73
diangka 67,25, pada tahun ini perkembangan IPM berada dalam level menengah
bawah. Kenaikan dan penurunan IPM ini sejalan dengan besarnya investasi
2019 tergolong pada status tinggi, yaitu 72.39. Ini jauh lebih tinggi dari indeks
Provinsi Sumatera Barat mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dan menduduki
hubungan terbalik dengan tingkat kemiskinan. Jika upah minimum meningkat, maka
pendapatan masyarakat, sehingga tunjangan juga akan meningkat dan dibatasi oleh
Tabel 4.4
Perkembangan Upah Minimum Provinsi Tahun 2005-2020
di Provinsi Sumatera Barat
Upah Minimum Provinsi
Tahun (Rupiah)
2005 540.000
2006 650.000
2007 725.000
2008 800.000
2009 880.000
2010 940.000
2011 1.055.000
2012 1.150.000
2013 1.350.000
2014 1.490.000
2015 1.615.000
2016 1.800.725
2017 1.949.285
2018 2.119.067
2019 2.289.228
2020 2.484.041
Sumber : BPS Provinsi Sumatera Barat
yang dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan oleh pemberi kerja kepada
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat tingkat upah di Provinsi Sumatera Barat
dimana dari tahun ke tahun semakin mengalami peningkatan. Tingkat upah terendah
terjadi pada tahun 2005 yaitu sebesar Rp.540.000 dan tingkat upah tertinggi yaitu
tercermin dalam laporan keuangan data penerimaan negara (APBN). Untuk pusat dan
anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) untuk daerah. Menurut Menteri
bersih.
Tabel 4.5
Total Realisasi Pembiayaan Pengeluaran Pemerintah
Tahun 2005-2020 di Provinsi Sumatera Barat
Pengeluaran Pemerintah
Tahun (Juta Rupiah)
2005 745.548
2006 960.089
2007 1.357.807
2008 1.641.354
2009 1.657.403
2010 2.239.753
2011 2.132.956
2012 2.965.216
2013 3.113.313
2014 3.483.672
2015 4.022.256
2016 4.504.037
2017 5.759.818
2018 6.267.376
2019 6.551.278
2020 6.444.523
Sumber : BPS Provinsi Sumatera Barat
pemerintah tertinggi terjadi pada tahun 2019 sebesar Rp.6.551.278,88 dan pada tahun
Rp.6.444.523.
BAB V
Uji normalitas dilakukan dengan tujuan untuk menguji model regresi apakah
variabel noise atau residual berdistribusi normal dengan melihat p-value Jarque Bera
pada pengujian ini yaitu nilai probabilitasnya lebih besar dari (>) 5% (0,05), maka
variabel tersebut berdistribusi normal. Berikut hasil uji normatif dari penelitian ini:
Gambar 5.1
Hasil Uji Normalitas
4
Series: Residuals
Sample 2005 2020
Observations 16
3
Mean -3.47e-15
Median 0.002839
Maximum 0.090243
2 Minimum -0.119779
Std. Dev. 0.057845
Skewness -0.331326
Kurtosis 2.620057
1
Jarque-Bera 0.388977
Probability 0.823256
0
-0.10 -0.05 0.00 0.05 0.10
Berdasarkan uji normalitas yang ditunjukkan oleh gambar 5.1, terlihat bahwa
hasil dari probability sebesar 0,823256 lebih besar dari (>) 0,05 (5%), maka dapat
variabel bebas dalam model regresi. Menurut Gujarati (2006), untuk mendeteksi
77
78
adanya multikolinearitas dapat diamati aspek-aspek berikut, yaitu jika nilai R2 > 0,08
tetapi hanya beberapa hasil uji-t yang memiliki signifikansi statistik atau bahkan tidak
signifikan sama sekali. Kemudian, jika F-statistik menunjukkan nilai yang signifikan,
tetapi tidak didukung oleh uji statistik untuk setiap variabel independen yang
dilakukan dengan mempertimbangkan nilai koefisien dari variabel bebas. Jika nilai
koefisien korelasi > 0,8 berarti terjadi masalah multikolinearitas dan sebaliknya jika
nilai koefisien korelasi < 0,8 berarti tidak ada masalah multikolinearitas. Hasil uji
multikolinearitas pada model regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Tabel 5.1
Hasil Uji Multikolinearitas
Indeks Pembangunan Manusia (X2), Upah Minimum Provinsi (X3) dan Pengeluaran
Pemerintah (X4) berada dibawah 0,8. Kesimpulannya adalah dalam model regresi
mengetahui ada tidaknya penyimpangan dari asumsi klasik varians, yaitu varians dari
residual untuk semua variabel, semua pengamatan dalam model regresi. Dalam
signifikansi 5% (0,05), jika nilai probabilitas masing-masing variabel > 0,05 maka
tidak ada masalah perubahan varians. Hasil uji varians pada model regresi yang
Tabel 5.2
Uji Heteroskedastisitas
Test Equation:
Dependent Variable: ARESID
Method: Least Squares
Date: 11/23/21 Time: 13:07
Sample: 2005 2020
Included observations: 16
Jika dilihat dari tabel 5.2, hasil uji heteroskedasitas menunjukkan bahwa nilai
Indeks Pembangunan Manusia (X2), Upah Minimum Provinsi (X3) dan Pengeluaran
80
Pemerintah (X4) lebih besar dari α yaitu 0,05. Kesimpulannya adalah dalam model
korelasi serial LM. Jika nilai probabilitas obs*Rsquared > taraf signifikansi 5%, maka
sebaliknya, jika nilai prob.obs *R-Squared > tingkat signifikansi 5%, maka dapat
terhadap model regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 5.3
Hasil Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat bahwa nilai probabilitas obs* R-squared
lebih besar dari tingkat signifikansi (0,2494 > 0,05). Berdasarkaan nilai probbilitas
obs*R-squared yang diperoleh maka terima Ho tolak H1 yang berarti tidak terdapat
masalah autokorelasi.
Uji linieritas untuk mengetahui apakah data kita cocok dengan garis lurus, jika
nilai probabilitas hitung F lebih besar dari tingkat alpha 0,05 (5%), maka model
regresi merespon asumsi linearitas dan sebaliknya, jika nilai probabilitas hitung F
81
lebih kecil dari 0,05, model tidak memenuhi asumsi linearitas. Nilai probabilitas
terhitung F dapat dilihat pada baris F-Statistik kolom Probabilitas pada hasil uji
linieritas berikut:
Tabel 5.4
Hasil Uji Linearitas
Ramsey RESET Test
Equation: UNTITLED
Specification: LOGTK C LOGJP LOGIPM LOGUMP LOGPP
Omitted Variables: Squares of fitted values
Value Df Probability
t-statistic 0.258259 10 0.8014
F-statistic 0.066698 (1, 10) 0.8014
Likelihood ratio 0.106362 1 0.7443
Berdasarkan hasil uji linearitas yang telah dilakukan, didapatkan hasil nilai
prob F hitung sebesar 0,8014 lebih besar dari tingkat alpha 0,05 sehingga dapat
Alat statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah eviews8 dengan
metode OLS. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jumlah penduduk,
terhadap tingkat kemiskinan di provinsi Sumatera Barat. Hasil regresi linier berganda
Tabel 5.5
Hasil Analisis Regresi Variabel Independent terhadap Variabel
Dependent Estimasi OLS
Dependent Variable: LOGTK
Method: Least Squares
Date: 11/24/21 Time: 16:48
Sample: 2005 2020
Included observations: 16
linear berganda pada tabel 5.5 dibentuklah persamaan regresi sebagai berikut :
T tabel 2,131
F tabel 3,05
yaitu jumlah penduduk, indeks pembanguan manusia, upah minimum provinsi dan
sebagai berikut :
dengan tingkat signifikansinya 0,019. Persamaan tersebut diartikan bahwa jika indeks
tingkat kemiskinan sebesar 0,294% dengan asumsi variabel yang lain dianggap
konstan.
Provinsi Sumatera Barat, dimana nilai koefisiennya sebesar -0,579 dengan tingkat
84
signifikansinya 0,046. Persamaan tersebut diartikan bahwa jika upah minimu provinsi
Provinsi Sumatera Barat, dimana nilai koefisiennya sebesar -0,631 dengan tingkat
kemiskinan sebesar 0,631% dengan asumsi variabel yang lain dianggap konstan.
yaitu :
1. Jika nilai signifikansi < 0,05 dan t hitung > t tabel, maka H0 ditolak dan Ha
diterima.
2. Jika nilai signifikansi > 0,05 dan t hitung < t tabel, maka H 0 diterima dan Ha
ditolak.
85
Tabel 5.6
Hasil Estimasi Uji T
Dependent Variable : LOGTK (Y)
Variabel t-Statistik t-tabel Probabilitas Kesimpulan
LOGJP (X1) 3.063354 > 2.131 0.0098 Signifikan
LOGIPM (X2) -2.691200 > 2.131 0.0196 Signifikan
LOGUMP (X3) -2.225191 > 2.131 0.0460 Signifikan
LOGPP (X4) -3.377568 > 2.131 0.0024 Signifikan
Sumber : Hasil Olah Data Eviews8, 2021.
kemiskinan di Provinsi Sumatera Barat dapat dilihat dari arah hubungan dan tingkat
0,05) dengan nilai t-hitung > nilai t-tabel (3,063354 > 2,131) dari hasil tersebut dapat
(0,0196 < 0,05) dengan nilai t-hitung > nilai t-tabel (-2,691200 > 2,131) dari hasil
Barat.
86
< 0,05) dengan nilai t-hitung > nilai t-tabel (-2,225191 > 2,131) dari hasil tersebut
dapat disimpulkan bahwa variabel upah minimum provinsi berpengaruh negatif dan
(0.0024< 0,05) dengan nilai t-hitung > nilai t-tabel (-3.377568 > 2,131) dari hasil
Uji F merupakan salah satu uji statistik yang digunakan untuk melihat
pengaruh semua variabel secara bersama-sama yaitu variabel bebas terhadap variabel
terikat. Jika nilai Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak, H1 diterima. Artinya semua
secara signifikan. Dan sebaliknya jika nilai Fhitung etlt; Ftabel, maka H0 diterima H1
Tabel 5.7
Hasil Estimasi Uji-F
Berdasarkan tabel 5.7 diperoleh nilai F-hitung sebesar 40,09280 yang artinya
ini dapat dibuktikan dengan melihat bahwa probabilitas dari F-hitung < tingkat
signifikansi (0,000 < 0,05) dan nilai F-statistik sebesar 40,09280 > nilai F-tabel
sebesar 3,05 maka tolak H0 dan terima H1. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa
Tabel 5.8
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
R-Squared 0,935812
Berdasarkan tabel 5.8 diperoleh nilai R-squared sebesar 0,935812, ini berarti
bahwa 93,58% variabel bebas dalam penelitian ini yaitu jumlah penduduk, indeks
Barat. Sedangkan sisanya sebesar 6,42% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak
diperoleh nilai probabilitas jumlah penduduk lebih kecil dari nilai signifikansi (0,05)
yaitu 0.0098 < 0,05 yang menunjukkan bahwa jumlah penduduk berpengaruh
tingkat kemiskinan, artinya setiap kenaikan jumlah penduduk sebesar 1% akan diikuti
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Doni Putra dan Rifki Khoirudin yang menyatakan bahwa jumlah penduduk
berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan. Hal ini juga sesuai
dengan teori dimana ketika jumlah penduduk bertambah akan menyebabkan tingkat
pekerjaan yang memadai sehingga pada akhirnya hal ini akan berdampak pada
dan hambatan dalm pembangunan ekonomi, karena jumlah penduduk yang tinggi
88
89
(Arsyad, 2010). Selain itu jumlah penduduk akan berpengaruh cukup besar, terutama
lapangan kerja, tenaga buruh maupun dalam pembentukan modal (Sanusi, 2004).
Square) diperoleh nilai probabilitas indeks pembangunan manusia lebih kecil dari
nilai signifikansi (0,05) yaitu 0.0196 < 0,05 yang menunjukkan bahwa indeks
penurunan tingkat kemiskin sebanyak 0,29% dalam jangka panjang dengan asumsi
oleh Fadilah Endah Sari yang menyatakan bahwa indeks pembangunan manusia
penting dalam pembangunan manusia (panjang umur, hidup sehat serta mendapatkan
pembangunan manusia yaitu kesehatan, pendidikan, dan daya beli yang tidak mampu
manusia.
juga meningkat dan terbatas dari kemiskinan. Hasil perhitungan regresi dengan model
OLS (Ordinary Least Square) diperoleh nilai probabilitas upah minimum provinsi
lebih kecil dari nilai signifikansi (0,05) yaitu 0.0460 < 0,05 yang menunjukkan bahwa
Provinsi Sumatera Barat. Nilai koefisien upah minimum provinsi sebesar -0.579186
kenaikan upah minimum provinsi sebesar 1% akan diikuti dengan penurunan tingkat
91
kemiskin sebanyak 0,57% dalam jangka panjang dengan asumsi hal-hal lain dianggap
tetap.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
hubungan terbalik dengan tingkat kemiskinan. Jika upah minimum meningkat, maka
upah minimum provinsi, maka akan semakin rendah tingkat kemiskinan. Sebalinya
ketika upah minimum provinsi rendah, maka angka kemiskinan akan meningkat.
pendapatan belanja negara) untuk nasional. Hasil perhitungan regresi dengan model
lebih kecil dari nilai signifikansi (0,05) yaitu 0,0024 < 0,05 yang menunjukkan bahwa
tingkat kemiskin sebanyak 0,63% dalam jangka panjang dengan asumsi hal-hal lain
dianggap tetap.
meningkat, maka dalam jangka panjang pengaruh tersebut akan menjadi faktor yang
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan. Tujuan penting dari kegiatan
berupa fasilitas umum, maupun berupa transfer langsung yang ditunjukkan untuk
BAB VI
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada bab V maka diperoleh kesimpulan
sebagai berikut :
1. Variabel jumlah penduduk yang diukur dengan satuan juta jiwa memiliki
pekerjaan yang memadai sehingga pada akhirnya hal ini akan berdampak pada
3. Variabel upah minimum provinsi yang diukur dengan satuan rupiah memiliki
Provinsi Sumatera Barat. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi upah
6.2 Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh maka dapat diajukan beberapa saran yang
bisa dijadikan sebagai pertimbangan bagi pengambilan kebijakan, saran yang dapat
Sumatera Barat.
95
2. Bagi Pemerintah
3. Bagi masyarakat
selanjutnya dan dikarenakan penelitian ini jauh dari sempurna, maka penulis
Yogyakarta
Yogyakarta.
Badan Pusat Statistik. 2004 s/d 2010. Sumatera Barat Dalam Angka. BPS
Badan Pusat Statistik. 2011 s/d 2021. Sumatera Barat Dalam Angka. BPS
Agustus 2021).
http://etikaseptiawati.blogspot.co.id/2012/12/hubungan-antara-pertumbu
96
Gujarati, D. dan Dawn Porter. (2003). Ekonomimetrika Dasar: Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Salemba Empat.
Kaufman, Bruce, 2000, The Econos omicf Labor Markets, Fifth Edition, The
Kuncoro, Mudrajad. 2009. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Edisi Ketiga.
Jakarta: Erlangga.
Erlangga:Jakarta, 2006.
97
Kemiskinan di Provinsi Sumatera Barat Tahun 2002-2017”Skripsi.
Miller, Herman P. 1971. Rich Man, Poor Man. Thomas Y. Crowell Com.
Vol.4. 2.
Aditya Media
Soesastro, Hadi, Adi Budiman, dkk. 2005. Pemikiran dan Permasalahan Ekonomi
Penerbit Alfabeta.
Grafindo Persada.
Sukirno, Sadono. 2005. Makro Ekonomi Modern. Jakarta: PT. Raja Grafika
Persada
98
Sukirno, Sadono. Makro Ekonomi Modern. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000.
Bandung:Angkas.
Erlangga.
http://eprints.undip.ac.id/44600/1/03WINANEBDRA.pdf.
99
LAMPIRAN
1. Data mentah variabel jumlah penduduk, indeks pembangunan manusia, upah minimum provinsi dan pengeluran
Jumlah Penduduk Indeks Pembangunan Upah Minimum Provinsi Pengeluaran Pemerintah Tingkat Kemiskinan
Tahun
(Juta Jiwa) Manusia (%) (Rupiah) (Juta Rupiah) (%)
2005 4.592.664 69.57 540.000 745.548 10.89
2006 4.661.863 70.08 650.000 960.089 12.51
2007 4.731.560 70.59 725.000 1.357.807 11.9
2008 4.801.852 71.17 800.000 1.641.354 10.57
2009 4.827.973 70.59 880.000 1.657.403 9.45
2010 4.865.331 67.25 940.000 2.239.753 9.44
2011 4.933.112 67.81 1.055.000 2.132.956 8.99
2012 5.000.184 68.36 1.150.000 2.965.216 8.00
2013 5.066.476 68.91 1.350.000 3.113.313 7.56
2014 5.131.882 69.36 1.490.000 3.483.672 6.89
2015 5.196.289 69.98 1.615.000 4.022.256 7.31
2016 5.259.528 70.73 1.800.725 4.504.037 7.09
2017 5.321.489 71.24 1.949.285 5.759.818 6.87
2018 5.382.077 71.73 2.119.067 6.267.376 6.65
2019 5.441.197 72.39 2.289.228 6.551.278 6.42
2020 5.534.472 72.38 2.484.041 6.444.523 6.28
100
2. Data logaritma variabel jumlah penduduk, indeks pembangunan manusia, upah minimum provinsi dan pengeluran
101
3. Hasil Pengolahan dengan Metode OLS
4. Uji Normalitas
4
Series: Residuals
Sample 2005 2020
Observations 16
3
Mean -3.47e-15
Median 0.002839
Maximum 0.090243
2 Minimum -0.119779
Std. Dev. 0.057845
Skewness -0.331326
Kurtosis 2.620057
1
Jarque-Bera 0.388977
Probability 0.823256
0
-0.10 -0.05 0.00 0.05 0.10
5. Uji Multikolinearitas
102
6. Uji Heteroskedastisitas
Test Equation:
Dependent Variable: ARESID
Method: Least Squares
Date: 11/23/21 Time: 13:07
Sample: 2005 2020
Included observations: 16
7. Uji Autokorelasi
8. Uji Linearitas
Ramsey RESET Test
Equation: UNTITLED
Specification: LOGTK C LOGJP LOGIPM LOGUMP LOGPP
Omitted Variables: Squares of fitted values
Value Df Probability
t-statistic 0.258259 10 0.8014
F-statistic 0.066698 (1, 10) 0.8014
Likelihood ratio 0.106362 1 0.7443
103
9. Uji-T
10. Uji-F
11. Uji-R2
R-Squared 0,935812
104
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : A Rahman
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Email : a.rahman.ishuman08@gmail.com
Riwayat Pendidikan :
105