Anda di halaman 1dari 72

Cover

Tanda persetujuan/pengesahan
Lembaran pengesahan penguji
Pernyataan orsinilitas
Untaian kata Persembahan
Barang siapa yang menginginkan kebahagiaan dunia, maka
ia harus memiliki ilmu, dan barang siapa yang menginginkan
kebahagiaan akhirat maka itupun harus dengan ilmu, dan barang
siapa yang menginginkan keduanya maka ia takkan dapat kecuali
dengan ilmu (HR. Thabrani ).

Tidak akan terasa manisnya kehidupan tanpa diawali oleh


kesulitan dan setiap mimpi yang berhasil diwujudkan pasti terselip
cerita perjuangan....

Bersama iringan doa dan harapan semoga perjalanan


panjang tak sia-sia. Segala puji hanya padamu ya Rahman ....
untuk waktu yang telah lama dinanti, untuk kisah yang telah
lama dirindui dan untuk sebuah tema hidup yang penuh makna
ini. untaian rindu penuh cinta tak pernah pudar dan terus
tercurah kepada sang pembuka celah kehidupan yang mengajari
perjuangan sesungguhnya...Rasulullah SAW.

Dengan rasa bangga dan syukur kepadamu ya Allah ....


Qu persembahkan karya istimewa ini kepada insan-insan
tersayang yang menyentuh qu dengan cinta dan berharap
agar qu bisa menjadi manusia seutuhnya.......

Terutama sekali kepada sosok pahlawan tangguh yang tak


pernah mengeluh dalam membela hari-hari qu, pangeran sejati
yang mengajari qu arti hidup..Ayahanda tercinta H.M.DAUD
BIN MANAF, Juga kepada seorang bidadari jelita yang qu miliki
dalam hidup qu, yang memberiku senyuman penuh harap, cinta
hangat dan kasih yang tulus...Ibunda tersayang HJ.NURSIAH
BINTI ALWI.

Kepada Kakak dan Abang yang memberi banyak dukungan,


baik moril maupun materil yang menjadi penyemangat dan
penopang bagi qu dalam melewati sulitnya waktu(Karnila Wati,
S.P., M.P., Muhammad Amin, S.Kep., Muhammad Nasir, S.Sos.,) ,
kepada adek-adek tersayang yang telah menghibur dan
mendukung penulis ( dekWarzukni, dek Rahmayani ,dan dek
Rezatul Maulana), juga kepada Kakak Ipar (Nurul Fitri, S.Keb.)
dan Abang Ipar (Faisal) yang telah mendoakan, sehingga penulis
dapat menyelesaikan pendidikan ini, Allhamdulillah..

Kepada keluarga besar Dayah Darul Muarrif Al-


Aziziyyah....terutama kepada Aba dan Keluarga...Terimakasih
telah memberi qu kesempatan untuk mengisi lembaran hidup
dengan ilmu duniawi sembari menyimak nasehat dan ilmu untuk
bekal menggapai kebahagiaan Ukhrawi...

Kepada sinaran kasih dari bilek Salsabila Qurratuain yang


selalu berbagi baik suka maupun duka (kak Ira, dek Mit a, dek
Nina, dek Uli, dan si kembar tapi beda Munira dan Munarti ),
kebahagiaan yang kita rajut bersama insya Allah tidak akan
terlupa.

Untuk Sahabat qu yang senantiasa menemani, mendukung


dan membantu qu (Si Printer Judes Heri Yanti, dan si kalem
Khalidah , Nur Azizah, kak Wahyuni, S.E., Zainabon, Rosnidar),
terimakasih telah memberi qu makna kesetiaan dan ketulusan.

Kepada Ibu Devi Andriyani, S.P.,M.Si yang telah


meluangkan banyak waktu untuk memberi bimbingan sehingga
Skripsi ini bisa terselesaikan..

Kepada kawan-kawan EKP B angkatan 2012,,

Dan semua pihak yang telah memberi banyak dukungan.....

Bersama ucapan terimakasih dan harapan ....semoga karya mungil


ini bisa bermanfaat.....

let us go to achieve a bright future..............!!

By: Yuni Asnita S.E


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT

yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, melimpahkan akal budi

dan hati-pikiran, Dengan untaian syukur kehadirat Allah SWT yang tiada henti-

hentinya, saat ini penulis dapat menyelesaikan Proposal Skripsi ini dengan judul

Pengaruh Dana Otonomi Khusus Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di

Provinsi Aceh Tahun 2008-2015, dapat diselesaikan dengan baik dan tepat

pada waktunya, untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar sarjana

Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh. Dalam

menyelesaikan Proposal Skripsi ini, penulis menyadari tanpa bantuan dari semua

pihak, penulis tidak mampu melaksanakan tugas ini dengan baik. Oleh karena itu,

pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Apridar, S.E., M.Si, selaku Rektor Universitas

Malikussaleh Lhokseumawe.

2. Bapak Wahyuddin, S.E., M. Si. Ak selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Malikussaleh Lhokseumawe.

3. Bapak Hijri Juliansyah, SP, M.Ec selaku Ketua Jurusan Ekonomi

pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Malikussaleh

Lhokseumawe.
4. Bapak Saharudin, SE., M.E selaku dosen wali selama mengikuti kuliah

pada Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas

Malikussaleh.

5. Ibu Devi Andriyani, SP., M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah

meluangkan waktu memberikan bimbingan, pikiran dan tenaga yang sangat

berharga dalam menyelesaikan Proposal Skripsi ini.

6. Ibu Cut Putri Mellita Sari, S.E., M.Si dan Bapak Irfan, S.E., M.Si selaku

penguji Skripsi pada ujian skripsi yang telah memberikan kritikan dan

saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

7. Penghargaan dan ucapan terimkasih yang tak ternilai kepada ayahanda

tercinta H.M.Daud manaf dan ibunda Hj.Nursiah yang telah banyak

mencurahkan kasih sayangnya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan skripsi ini.

8. Seluruh Dosen pengajar yang telah mendidik penulis dengan tidak bosannya

sampai penulis menyelesaikan pendidikan di Universitas Malikussaleh

Lhokseumawe.

Akhirnya penulis mendoakan semoga pihak-pihak yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan Proposal Skripsi ini, semoga mendapat

balasan setimpal dari Allah SWT, dan penulis berharap semoga Proposal Skripsi

ini sangat bermanfaat bagi pembaca yang membutuhkan.

Lhokseumawe, September 2016


Penulis,
YUNI ASNITA

NIM. 120430056
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING....i


LEMBAR PENGESAHAN KOMISI UJIAN.....ii
LEMBAR PERNYATAAN ORSINILITAS...iii
LEMBAR PERSEMBAHAN...iv
KATA PENGANTAR..........................................................................................vi
DAFTAR ISI..................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xii
ABSTRAK ..........................................................................................................xiii
ABSTRACT ....................................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ..........................................................................1
1.2 Perumusan Masalah .................................................................................7
1.3 Tujuan Penelitian .....................................................................................7
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................................8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Landasan Teoritis.....................................................................................9
2.1.1 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi.................................................9
2.1.2 Ukuran Pertumbuhan Ekonomi ....................................................10
2.1.3 Teori Pertumbuhan Ekonomi .......................................................11
2.1.4 Pengertian Dana Otonomi Khusus .................................16
2.1.5 Sumber dana Otonomi Khusus .....................................................17
2.1.6 hubungan dana otonomi khusus dengan pertumbuhan ekonomi ..19
2.2 Penelitian Sebelumnya...........................................................................21
2.3 Kerangka Konseptual.............................................................................24
2.4 Hipotesis penelitian ...............................................................................25

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Objek dan Lokasi Penelitian ..................................................................26
3.2 Jenis Dan Sumber Data..........................................................................26
3.3 Metode Analisis Data ............................................................................26
3.4 Definisi Operasional Variabel ...............................................................27
3.5 Uji Asumsi Klasik..................................................................................28
3.5.1 Uji Normalitas ................................................................................28
3.5.2 Uji Autokorelasi ............................................................................28
3.5.3 Uji Heteroskedastisitas .................................................................29
3.6 Pengujian Hipotesis ..............................................................................29
3.6.1 Uji parsial .......................................................................................29
3.6.2 koefisien Determinasi (R2 ) .............................................................30

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Penelitian .......................................................................................31
4.1.1 Profil Provinsi Aceh .....................................................................31
4.1.2 Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Aceh .....................................32
4.1.3 Dana Otonomi Khusus di Provinsi Aceh .......................................34
4.2 Deskripsi Penelitian ................................................................................35
4.3 Uji Asumsi Klasik...................................................................................37
4.3.1 Uji Normalitas ................................................................................37
4.3.2 Uji Autokorelasi .............................................................................38
4.3.3 Uji Heteroskedastisitas ...................................................................39
4.4 Pengujian Hipotesis ...............................................................................40
4.5 Pembuktian Hipotesis .............................................................................42
4.5.1 Uji Parsial (uji T) ............................................................................42
4.6 Pembahasan ...........................................................................................43

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ............................................................................................45
5.2 Saran ......................................................................................................45

KEPUSTAKAAN .................................................................................................47
LAMPIRAN ..........................................................................................................50
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..............................................................................58
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Dana Otonomi Khusus Dan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Aceh
Tahun 2008-2015.....................................................................................6

Tabel 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Di Provinsi Aceh Tahun 2008-2015 ..............33

Tabel 4.2 Dana Otonomi Khusus Provinsi Aceh Tahun 2008-2015......................34

Tabel 4.3 Deskripsi Penelitian ..............................................................................36

Tabel 4.4 Uji Autokorelasi.....................................................................................39

Tabel 4.5 Uji Heteroskedastisitas ..........................................................................40

Tabel 4.6 Hasil Regresi Dari Dana Otonomi Khusus Yang Mempengaruhi
Pertumbuhan Ekonomi..........................................................................41
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ........................................................................24

Gambar 4.1 Grafik Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Aceh Tahun


2008-2015..........................................................................................33

Gambar 4.2 Grafik Jumlah Dana Otonomi Khusus Provinsi Aceh Tahun
2008-2105.........................................................................................35

Gambar 4.3 Uji Normalitas ..................................................................................38


DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Data Variabel Penelitian....................................................................50

Lampiran 2. Grafik Varibel Penelitian ..................................................................51

Lampiran 3. Deskripsi Penelitian ..........................................................................52

Lampiran 4. Uji Asumsi Klasik ............................................................................53

Lampiran 5. Hasil Regresi......................................................................................55

Lampiran 6. Tingkat Signifikasi ( tabel T )............................................................56

Lampiran 7. Nilai Chi Square Distribution Tabel .................................................57


ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui seberapa besarkah


pengaruh dana otonomi khusus terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Aceh
Tahun 2008-2015. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
berbentuk time series selama 8 tahun. Metode analisis data yang digunakan adalah
metode analisis regresi semi log dengan alat bantu program Eviews 8.1. hasil
penelitian menunjukkan nilai koefisien determinasi (R2 ) sebesar 0.099749
menunjukkan variasi kemampuan variabel Dana Otonomi Khusus menjelaskan
pengaruhnya terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Aceh sebesar 9.9749%
dan sisanya 90.0251% dijelaskan oleh variabel lain selain variabel independent
yang digunakan dalam penelitian ini. Pengujian hipotesis secara parsial (Uji-t),
variabel Dana Otonomi Khusus secara signifikan tidak mempengaruhi variabel
Pertumbuhan Ekonomi pada =0.05. hasil tersebut mengidentifikasikan bahwa
variabel Dana Otonomi Khusus tidak berpengaruh signifikan terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Aceh tahun 2008-2014.

Kata kunci: dana otonomi khusus, pertumbuhan ekonomi


ABSTRACT

This research aims to determine the effect of special autonomy funds on


economic growth aceh province in year 2008-2015. The data used in this research
is secondary data in the form of time series for 8 years. Data analysis methods
used in this research is regression analysis semi-log with tools eviews 8.1
program. The results showed the coefficient of determination (R2 ) of 0.099749
shows the variation of variables special autonomy fund's ability to explain its
effect on economic growth in the province of aceh for 9.9749% 90.0251% and the
rest is explained by other variables other than the independent variables used in
this research. Testing the hypothesis partially (t-test), special autonomy fund
variables did not significantly affect the variables economic growth at = 0.05.
The results indicated that the special autonomy fund variables did not
significantly affect economic growth in the province of aceh 2008-2014.

Keywords: Special Autonomy Fund, Economic Growth


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pemerintah merupakan salah satu pelaku ekonomi yang memegang

peranan penting dalam perekonomian moderen. Pemerintah memiliki kekuatan

serta kemampuan untuk mengatur dan mengawasi perekonomian disamping itu

juga mampu melaksanakan kegiatan-kegiatan ekonomi yang tidak dapat

dilaksanakan oleh unit ekonomi lainnya seperti rumah tangga dan perusahaan.

Bagi negara berkembang campur tangan pemerintah relatif besar, maka peranan

pemerintah dalam perekonomian juga relatif besar. Dana Alokasi Umum (DAU),

Dana Alokasi Khusus (DAK) dan belanja modal dapat mempengaruhi aktivitas

ekonomi pada umumnya, hal ini dapat menciptakan berbagai prasarana yang

dibutuhkan dalam proses pembangunan karena merupakan salah satu komponen

yang kenaikan nya diharapkan mampu meningkatkan Produk Domestik Bruto

(PDRB).

Pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan efisiensi dan

efektivitas penyelenggaraan otonomi daerah, perlu memperhatikan hubungan

antara susunan pemerintahan pusat dengan susunan pemerintahan daerah, potensi

daerah dan keanekaragaman daerah. Prinsip otonomi daerah menggunakan

prinsip otonomi seluas-luasnya dalam arti daerah diberikan kewenangan

mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan di luar yang menjadi urusan

pemerintah yang ditetapkan dalam undang-undang. Daerah memiliki kebijakan


daerah untuk memberi pelayanan, peningkatan peran, prakarsa dan pemberdayaan

masyarakat yang bertujuan pada peningkatan kesejahteraan rakyat.

Dalam mengalokasikan pembelanjaan atas sumber-sumber penerimaannya

yang terkait dengan fungsi desentralisasi, Pemerintah Daerah memiliki

kebijakan penuh untuk menentukan besaran dan sektor apa yang akan

dibelanjakan (kecuali transfer DAK yang digunakan untuk kebutuhan khusus)

yang dituangkan dalam Anggaran Penerimaan dan Belanja Daerah (APBD).

APBD pada dasarnya memuat rancangan keuangan yang diperoleh dan

dipergunakan oleh Pemerintah Daerah dalam melaksanakan kewenangannya

untuk penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum selama satu

tahun anggaran.

Pertumbuhan ekonomi merupakan hasil output yang dibentuk oleh

berbagai sektor ekonomi sehingga dapat menggambarkan bagaimana kemajuan

atau kemunduran yang telah dicapai oleh sektor ekonomi pada suatu kurun waktu

tertentu. Tingkat pertmbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana aktivitas

perekonomian akan menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu

Tahun tertentu. Pertumbuhan merupakan ukuran utama keberhasilan

pembangunan dan pertumbuhan ekonomi akan pula dinikmati oleh masyarakat

sampai dilapisan paling bawah baik dengan sendirinya maupun dengan campur

tangan pemerintah. Tingkat pertumbuhan harus berjalan secara beriringan dan

terencana mengupayakan terciptanya pemerataan kesempatan dan pembagian

hasil-hasil pembangunan dengan merata.


Pelaksanaan otonomi daerah yang ditandai dengan diberlakukannya UU

No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 25 tahun 1999

tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

(dalam perkembangannya kedua regulasi ini diperbaharui dengan UU No. 32

tahun 2004 dan UU No 33 tahun 2004) menjadi babak baru terkait dengan

hubungan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Daerah (kabupaten dan

kota) diberikan kewenangan yang lebih luas dalam mengelola berbagai sumber

daya yang dimiliki. Daerah diharapkan mengalami percepatan pertumbuhan

ekonomi yang dapat meningkatkan kinerja keuangan daerah dan berujung pada

peningkatan kesejahteraan masyarakat. Idealnya pelaksanaan otonomi daerah

harus mampu mengurangi ketergantungan terhadap pemerintah pusat, daerah

menjadi lebih mandiri, yang salah satunya di indikasikan dengan meningkatnya

kontribusi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam hal pembiayaan daerah.

Pemberian otonomi daerah berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi

suatu daerah karena memberikan kebebasan kepada pemerintah daerah untuk

membuat rencana keuangannya sendiri dan membuat kebijakan-kebijakan yang

dapat berpengaruh pada kemajuan daerahnya. Pertumbuhan ekonomi mendorong

pemerintah daerah untuk melakukan pembangunan ekonomi dengan mengelola

sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan dengan masyarakat

untuk menciptakan lapangan pekerjaan baru yang akan mempengaruhi

perkembangan kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut. Kuncoro(2004: 28).

Otonomi daerah menekankan terhadap peranan dan kemampuan

pemerintah daerah dalam pembangunan dan pengelolaan keuangan daerah yang


diupayakan bertambah besar. Pengelolaan keuangan daerah pada dasarnya

merupakan pelaksanaan desentralisasi kewenangan dalam penyelenggaraan

urusan pemerintah di daerah, dimana pemerintah pusat memberikan kewenangan

kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya

sendri, menggali pendapatan daerah dan mengalokasikan dana bagi pelayanan

umum, serta kewenangan dalam pembuatan Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah (APBD), (Wulandari, 2014).

Otonomi khusus adalah kewenangan khusus yang diberikan kepada daerah

tertentu untuk mengatur kepentingan masyarakat daerahnya, menurut hak dan

aspirasi masyarakat didaerah tersebut sehingga daerah tersebut menjadi lebih baik.

Berbagai masalah yang muncul akibat adanya dana otonomi khusus adalah

mengenai kewenangan pengelolaan keuangan yang bersumber dari Dana Otonomi

Khusus (Dana Otsus), sesuai pasal 179 ayat (2) dengan tegas menyebutkan

sumber pendapatan daerah baik dipemerintahan Provinsi Aceh dan pemerintah

kabupaten/kota salah satunya berasal dari Dana Otonomi Khusus, Namun secara

administratif, Undang-Undang Pemerintah Aceh (UUPA) memberikan

kewenangan pada tingkat provinsi, sehingga memberikan kesan bahwa

Pemerintahan Kabupaten/Kota tidak memiliki kewenangan dalam

pengelolaan Dana Otonomi Khusus

Edi Toet Hendratno (2009), menyatakan bahwa pemberian status otonomi

khusus maupun status keistimewaan terhadap daerah-daerah seperti Aceh dan

Papua lebih mengarah pada model bentuk susunan negara federal. Pandangan

tersebut didasarkan pada berbagai alasan dan argumentasi yang ditemukan


dalam undang-undang pemerintahan daerah maupun dalam undang-undang

yang menjadi landasan yuridis bagi penyelenggaraan pemerintahan di daerah

otonomi khusus. Misalnya diberikannya hak bagi masyarakat Aceh untuk

membentuk partai politik lokal.

Dana otsus yang diterima oleh provinsis Aceh pemanfaatanya nya belum

maksimal digunakan untuk kesejahteraan rakyat seperti meningkatkan pendidikan,

kesehatan dan perekonomian, tetapi lebih dimanfaatkan untuk pembangunan

kantor pemerintahan yang megah. Salah satunya kurangnya kepedulian

Pemerintahan Aceh, misalnya di bidang pendidikan. Hasil Ujian Nasional tahun

2013 dan 2014 memperlihatkan jumlah kelulusan SMA/MA/SMK di Aceh

terendah di tingkat nasional. Begitu pula halnya mengenai kinerja pemerintahan.

Tingkat korupsi masih cukup tinggi, Tercatat 141 kasus korupsi yang masih

mengambang di tingkat kejaksaan, 43 kasus diantaranya sudah pada tahap

penuntutan dan 54 lainnya tahap penyidikan. Sedangkan kasus dugaan korupsi

yang sudah sampai tahapan penyelidikan oleh KPK, adalah kasus korupsi

pengadaan alat kesehatan Aceh Tamiang tahun 2010 sebesar Rp 8,842 M. Ini

membuktikan bahwa dana otsus di Provinsi Aceh belum mencapai pemanfaatan

yang maksimal untuk kesejahteraan.

(http://regional.kompas.com/read/2012/12/08/02555246/Alokasi.Dana.Besar.Tida

k.Sebanding.Kesejahteraan.Rakyat.Aceh)

Jika dilihat realisasi pengelolaan dana otsus di lapangan selalu bermasalah,

ditambah kurangnya kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan. Hasil

evaluasi Departemen Dalam Negeri menyatakan Provinsi Aceh salah satu provinsi
yang mendapat skor terburuk dalam otonomi daerah. Selain daerah Aceh,

Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat dan Papua juga mengalami hal yang sama.

Kementrian membuat pemeringkatan itu berdasarkan 173 indikator yang termuat

dalam laporan kinerja penyelengaraan otonomi daerah tahun 2009, indikator ini

antara lain : kinerja keuangan, pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas.

(Hukumpedia.com)

Dengan demikian dapat dilihat tabel dana otonomi khusus serta tingkat

pertumbuhan ekonomi di Provinsi Aceh tahun 2008 sampai 2015 pada tabel 1.1

berikut :

Tabel 1.1

Dana Otonomi Khusus dan Pertumbuhan Ekonomi

Provinsi Aceh Tahun 2008-2015

Tahun Dana Otonomi Khusus (Rp) Pertumbuhan Ekonomi (%)

2008 1.472.132.897.000 1,88

2009 1.610.272.000.000 3,97

2010 1.612.837.640.000 5,32

2011 2.200.772.392.499 5,89

2012 2.769.894.866.100 5,14

2013 2.937.012.524.600 4,18

2014 3.850.037.274.702 4,68

2015 4.046.415.753.916 4,34

Sumber : BAPPEDA dan BPS Provinsi Aceh, (2016)

Berdasarkan tabel 1.1 diatas dapat dilihat jumlah dana otonomi khusus

yang diterima oleh Provinsi Aceh selalu bertambah setiap tahun. Pada tahun 2008
jumlah Dana Otonomi Khusus yang diterima oleh Provinsi Aceh sebesar Rp. 1.47

triliun, jumlah ini selalu meningkat setiap tahunnya, hingga pada tahun 2015

jumlah dana otonomi khusus yang diterima oleh Provinsi Aceh menjadi Rp. 4.04

triliun. Sedangkan keadaan pertumbuhan ekonomi provinsi Aceh mengalami

peningkatan dan penurunan (fluktuatif) dimana pada tahun 2008 pertumbuhan

ekonomi Aceh adalah sebesar 1,88%, dan pada tahun 2015 pertumbuhan ekonomi

Aceh adalah sebesar 4.34%. pertumbuhan ekonomi terbaik sepanjang tahun 2008-

2015 adalah pada tahun 2009 dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 2.09%, dan

pertumbuhan ekonomi terburuk sepanjang tahun 2008-2015 adalah pada tahun

2015 dengan pertumbuhan ekonomi sebesar -0.34%. permasalahan pertumbuhan

ekonomi di Provinsi Aceh merupakan hal yang serius. Hal ini dikarenakan dengan

jumlah dana otonomi khusus yang diperoleh oleh provinsi aceh sangat besar dari

tahun 2008-2015, akan tetapi tidak sebanding dengan pertumbuhan ekonomi yang

sangat menurun pada tahun 2015 yaitu mengalami penurunan sebesar -0.34%.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai Pengaruh Dana Otonomi Khusus Terhadap

Pertumbuhan Ekonomi Di Provinsi Aceh Tahun 2008-2015.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka yang menjadi rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah seberapa besarkah pengaruh dana otonomi

khusus terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Aceh Tahun 2008-2015?.


1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dalam penelitian ini

adalah: untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dana otonomi khusus terhadap

pertumbuhan ekonomi di Provinsi Aceh Tahun 2008-2015.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai tambahan wawasan dan pengetahuan peneliti dalam bidang

ekonomi pembangunan khususnya tentang masalah-masalah yang

berkaitan dengan dana otonomi khusus dan pertumbuhan ekonomi dalam

suatu daerah.

2. Sebagai alat perbandingan antara teori yang diberikan selama perkuliahan

dengan apa yang sesungguhnya terjadi dilapangan.

3. Sebagai tambahan informasi untuk penelitian selanjutnya. Hasil penelitian

yang terbatas ini diharapkan dapat mendapat khasanah pengetahuan

terutama yang berhubungan dengan disiplin ilmu ekonomi yang khususnya

mengenai ilmu ekonomi pembangunan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teoritis

2.1.1 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi

Prof. Simon Kuznets, mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai

kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan

semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada penduduknya. Kemampuan

ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi, dan penyesuaian kelembagaan dan

idiologis yang diperlukannya. Definisi ini mempunyai 3 (tiga) komponen:

pertama, pertumbuhan ekonomi suatu bangsa terlihat dari meningkatnya secara

terus-menerus persediaan barang; kedua, teknologi maju merupakan faktor dalam

pertumbuhan ekonomi yang menentukan derajat pertumbuhan kemampuan dalam

penyediaan aneka macam barang kepada penduduk; ketiga, penggunaan teknologi

secara luas dan efisien memerlukan adanya penyesuaian di bidang kelembagaan

dan idiologi sehingga inovasi yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan umat

manusia dapat dimanfaatkan secara tepat (Jhingan, 2000:57).

Pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses kenaikan output perkapita

dalam jangka panjang, dimana penekanannya pada tiga hal yaitu proses, output

perkapita dan jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses bukan

suatu gambaran ekonomi pada suatu saat. Disini kita melihat aspek dinamis dari

suatu perekonomian, yaitu melihat bagaimana suatu perekonomian berkembang

atau berubah dari waktu ke waktu. Tekanannya pada perubahan atau

perkembangan itu sendiri.

Sejak lama ahli-ahli ekonomi telah menganalisis faktor-faktor penting

yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan kepada pertumbuhan


ekonomi yang berlaku diberbagai negara dapat disimpulkan bahwa faktor utama

yang mempengaruhi pertumbuhan dan pembangunan suatu negara adalah:

kekayaan sumber daya alam dan tanahnya, jumlah dan mutu tenaga kerja, barang-

barang modal yang tersedia, tingkat teknologi yang digunakan dan sistem sosial

dan sikap masyarakat.

Menurut nanga (2005: 273), secara umum pertumbuhan ekonomi

didefinisikan sebagai peningkatan dalam kemampuan dari suatu perekonomian

dalam memproduksi barang dan jasa, dengan perkataan lain pertumbuhan

ekonomi lebih meunjukkan pada perubahan yang bersifat kuantitatif dan biasanya

diukur dengan mengggunakan Data Produk Domestik Bruto (GDP) atau

Pendapatan Output Perkapita.

2.1.2 Ukuran Pertumbuhan Ekonomi

Menurut M. Suparmoko dan Maria R. Suparmoko, (2000:254) ada

beberapa macam alat yang dapat digunakan untuk mengukur pertumbuhan

ekonomi yaitu:

1. Produk domestik bruto (PDB) adalah jumlah barang dan jasa akhir yang

dihasilkan dalam harga pasar. Kelemahan PDB sebagai ukuran

pertumbuhan ekonomi adalah sifatnya yang global dan tidak

mencerminkan kesejahteraan penduduk.

2. PDB per kapita atau pendapatan perkapita merupakan ukuran yang lebih

tepat karena telah memperhitungkan jumlah penduduk. Jadi ukuran


pendapatan perkapita dapat diketahui dengan membagi PDB dengan

jumlah penduduk.

3. Pendapatan per jam kerja yaitu suatu negara dapat dikatakan lebih maju

dibandingkan dengan negara lain adalah bila mempunyai tingkat

pendapatan atau upah per jam kerja yang lebih tinggi daripada upah per

jam kerja di negara lain untuk jenis pekerjaan yang sama.

2.1.3 Teori Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai proses kenaikan output per

kapita dalam jangka panjang. Dalam pengertian itu terdapat tiga aspek yang perlu

digaris bawahi, yaitu proses, output per kapita, dan jangka panjang. Pertumbuhan

sebagai proses, berarti bahwa pertumbuhan ekonomi bukan gambaran

perekonomian pada suatu saat. Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan output per

kapita, berarti harus memperhatikan dua hal, yaitu output total (GDP) dan jumlah

penduduk, karena output per kapita adalah output total dibagi dengan jumlah

penduduk. Aspek jangka panjang, mengandung arti bahwa kenaikan output per

kapita harus dilihat dalam kurun waktu yang cukup lama (10, 20, atau 50 tahun,

bahkan bisa lebih lama lagi) (Sahibul Munir: 2008).

Secara umum Teori pertumbuhan ekonomi menurut para ahli dapat dibagi

menjadi 2, yaitu: Teori pertumbuhan ekonomi historis dan teori pertumbuhan

ekonomi klasik dan neoklasik.

1. Teori Pertumbuhan Ekonomi Historis

Aliran historis berkembang di Jerman dan kemunculannya merupakan


reaksi terhadap pandangan kaum klasik yang menyatakan bahwa pertumbuhan

ekonomi dapat dipercepat dengan revolusi industri, sedangkan aliran historis

menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi dilakukan secara bertahap. Pelopor

aliran historis antara lain, Frederich List.

Teori pertumbuhan ekonomi Frederich list (1789-1846), tahap-tahap

pertumbuhan ekonomi menurut Frederich List adalah tingkat-tingkat yang dikenal

dengan sebutan Stuffen theorien (teori tangga).

Adapun tahapan-tahapan pertumbuhan ekonomi menurut frederich list

adalah sebagai berikut:

a. Masa berburu dan mengembara. Pada masa ini manusia belum memenuhi

kebutuhan hidupnya sangat mengantungkan diri pada pemberian alam dan

untuk memenuhi kebutuhan hidup sendiri.

b. Masa berternak dan bertanam. Pada masa ini manusia sudah mulai berpikir

untuk hidup menetap, sehingga mereka bermata pencaharian bertanam.

c. Masa sambil memelihara tanaman yang mereka tanam, Pada masa ini manusia

sudah hidup menetap dan hidup berdampingan.

d. Masa kerajinan, Industri, dan perdagangan. Pada masa ini kerajinan bukan

sebagai usaha sampingan melainkan sebagai kebutuhan untuk di jual ke pasar,

sehingga industri berkembang dari industri kerajinan menjadi industri besar.

2. Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik Dan Neo-Klasik

a. Teori Pertumbuhan Klasik

Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik, ada 4 faktor yang


mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu: jumlah penduduk, jumlah stok

barang-barang modal, luas tanah dan kekayaan alam, serta tingkat teknologi yang

digunakan. Dalam teori pertumbuhan mereka, dimisalkan luas tanah dan kekayaan

alam adalah tetap jumlahnya dan tingkat teknologi tidak mengalami perubahan.

1. Teori pertumbuhan ekonomi menurut Adam Smith

An Inquiry into the nature and causes of the wealth of the nation,

teorinya yang dibuat dengan teori the invisible hands (Teori tangan-tangan gaib).

Teori pertumbuhan ekonomi Adam Smith ditandai oleh dua faktor yang

saling berkaitan :

1. Pertumbuhan penduduk

2. Pertumbuhan output total

Menurut Adam Smith, jumlah penduduk akan meningkat jika tingkat upah

yang berlaku lebih tinggi dari tingkat upah sub sistem yaitu tingkat upah yang

pas-pasan untuk hidup. Jika tingkat upah diatas tingkat sub sistem, maka orang-

orang akan menikah pada umur muda, tingkat kematian menurun, dan jumlah

kelahiran akan terus mengalami peningkatan. Namun sebaliknya jika tingkat upah

yang berlaku lebih rendah dari tingkat upah sub sistem, maka jumlah penduduk

akan menurun. Tingkat upah yang belaku, menurut Adam Smith, ditentukan oleh

tarik menarik antara kekuatan permintaan dan penawaran tenaga kerja. Tingkat

upah yang tinggi dan meningkat jika permintaan akan tenaga kerja tumbuh lebih

cepat dari pada penawaran tenaga kerja. Sementara itu permintaan akan tenaga

kerja ditentukan oleh stok modal dan tingkat output masyarakat. Oleh karena itu,
laju pertumbuhan permintaan akan tenaga kerja ditentukan oleh laju pertumbuhan

stok modal (akumulasi modal) dan laju pertumbuhan output. Pertumbuhan output

yang akan dicapai dipengaruhi oleh 3 komponen berikut ini.

1. Sumber daya alam

Sumber daya alam yang tersedia merupakan wadah yang mendasar dari

kegiatan produksi suatu masyarakat. Jumlah sumber daya yang tersedia

merupakan batas maksimum bagi pertumbuhan suatu perekonomian,

Maksudnya jika sumber daya ini belum digunakan sepenuhnya, maka jumlah

penduduk dan stok modal yang ada memegang peranan penting dalam

pertumbuhan output. Tetapi pertumbuhan output tersebut akan berhenti jika

semua sumber daya alam tersebut telah digunakan secara penuh.

2. Tenaga Kerja

Sumber daya insani (jumlah penduduk) mempunyai peranan yang pasif

dalam proses pertumbuhan output. Maksudnya, jumlah penduduk akan

menyesuaikan diri dengan kebutuhan akan tenaga kerja dari suatu masyarakat.

3. Jumlah Persediaan (stok barang modal yang ada)

Pengaruh stok modal terhadap tingkat output total bisa secara langsung

dan tidak lansung. Pengaruh langsung ini maksudnya adalah karena pertambahan

modal (sebagai input) akan langsung meningkatkan output. Sedangkan pengaruh

tidak langsung maksudnya adalah peningkatan produktifitas perkapita yang

dimungkinkan oleh karena adanya spesialisasi dan pembagian kerja yang lebih

tinggi.

1. Teori pertumbuhan ekonomi David Ricardo dan T.R Malthus


Menurut David Ricardo faktor pertumbuhan penduduk yang semakin besar

hingga menjadi dua kali lipat pada suatu saat akan menyebabkan jumlah tenaga

kerja melimpah. Pendapat Ricardo ini sejalan dengan teori yang dikemukakan

oleh Thomas Robert Malthus, menyatakan bahwa makanan (hasil produksi) akan

bertambah menurut deret hitung (satu, dua, dan seterusnya). Sedangkan penduduk

akan bertambah menurut deret ukur (satu, dua, empat , delapan, enam belas, dan

seterusnya) sehingga pada saat perekonomian akan berada pada taraf subistem.

b. Teori Pertumbuhan Neo-Klasik

Pemikiran dari teori neoklasik didasarkan pada kritik atas kelemahan

kelemahan atau penyempurnaan terhadap pandangan/asumsi dari teori klasik.

Beberapa model neo-klasik antara lain sebagai berikut:

1. Teori pertumbuhan ekonomi Robert Sollow

Robert Sollow lahir pada tahun 1950 di Brookyn, ia seorang peraih nobel

dibidang ilmu ekonomi pada tahun 1987. Robert Sollow menekankan

perhatiannya pada pertumbuhan output yang akan terjadi atas hasil kerja dua

faktor input utama yaitu modal dan tenaga kerja.

2. Teori pertumbuhan ekonomi Joseph Schumpeter

Menurut J. Schumpeter, pertumbuhan ekonomi suatu negara ditentukan

oleh adanya proses inovasi baru di bidang teknologi produksi yang dilakukan oleh

para pengusaha. Tanpa adanya inovasi, tidak ada pertumbuhan ekonomi.


2.1.4 Pengertian Dana Otonomi Khusus

Menurut Anggara (2007), Otonomi Khusus adalah salah satu bagian dari
apa yang dinamakan Hak untuk menentukan nasib sendiri.

Menurut suparmoko dalam handayani dan njuraina (2012), dana otonomi

khusus adalah dana yang berasal dari APBN dan dialokasikan ke kabupaten/kota

untuk membiayai kebutuhan tertentu yang sifatnya khusus, tergantung pada

tersedia nya dana dalam APBN, yang dimaksud kebutuhan khusus adalah

kebutuhan yang sulit diperkirakan dengan rumus alokasi umum dan/ kebutuhan

yang merupakan komitmen atau prioritas nasional. Dana otonomi khusus

digunakan mendanai untuk pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur,

pemberdayaan ekonomi rakyat, pengentasan kemiskinan, serta pendanaan

pendidikan, sosial, dan kesehatan.

Otonomi Khusus merupakan sebuah otonomi yang diberikan pemerintah

Indonesia terhadap Provinsi Aceh yang memiliki berbagai hak-hak khusus seperti

memiliki lembaga yudikatif dengan majelisnya hingga berhak untuk berpartisipasi

terhadap hubungan luar negeri pemerintah Indonesia yang berkaitan dengan

Provinsi Aceh itu sendiri. Dalam Otonomi Khusus Provinsi Aceh memiliki

beberapa sumber pendapatan yang berbeda dengan daerah pada umumnya.

Dana Otonomi Khusus Provinsi Aceh dalam APBN ditetapkan besarannya

setara 2 persen dari DAU nasional Penetapan ini sesuai dengan amanat Undang

Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh. Penggunaannya

diarahkan untuk mendanai pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur,

pemberdayaan ekonomi rakyat, pengentasan kemiskinan, serta pendanaan


pendidikan, sosial, dan kesehatan. Dengan sistem otonomi daerah tiap wilayah

Kabupaten dan kota dapat menyediakan berbagai pelayanan publik yang

beragam, sesuai dengan kebutuhan daerahnya. Pembagian kewenangan antara

pusat dan daerah haruslah berdasarkan pada prinsip efisiensi, agar sistem

otonomi ini dapat berjalan dengan optimal.

2.1.5 Sumber Dana Otonomi Khusus

Dana otsus yang di berikan untuk provinsi Aceh bersumber dari dana

perimbangan Provinsi dalam rangka pelaksanaan otonomi khusus terdiri atas:

A. Dana Bagi Hasil pajak, yaitu:

a. Bagian dari penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) sebesar 90%.

b. Bagian dari penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

c. Bagian dari penerimaan Pajak Penghasilan (PPh Pasal 25 dan Pasal 29

wajib pajak orang pribadi dalam negeri dan PPh Pasal 21) sebesar 20%.

B. Dana Bagi Hasil yang bersumber dari hidrokarbon dan sumber daya alam

lain, yaitu:

a. Bagian dari kehutanan sebesar 80%.

b. Bagian dari perikanan sebesar 80%.

c. Bagian dari pertambangan umum sebesar 80%.

d. Bagian dari pertambangan panas bumi sebesar 80%.

e. Bagian dari pertambangan minyak sebesar 15%.

f. Bagian dari pertambangan Gas Bumi sebesar 30%.

C. Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus.


Dana alokasi umum (DAU) adalah dana yang bersumber dari pendapatan

APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan

keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka

pelaksanaan desentralisasi.

Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah dana yang dialokasikan kepada

daerah tertentu dengan tujuan membantu mendanai kegiatan khusus yang

merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional dalam

rangka mendorong percepatan pembangunan daerah dan pencapaian

sasaran nasional.

D. Pemerintah Aceh mendapat tambahan Dana Bagi Hasil minyak dan gas

bumi yang merupakan bagian dari penerimaan Pemerintah Aceh, yaitu:

a. Bagian dari pertambangan minyak sebesar 55%.

b. Bagian dari pertambangan gas bumi sebesar 40%.

Alokasi Dana otonomi Khusus berlaku untuk jangka waktu 20 (dua puluh)

tahun, dimana jumlah dana otsus yang diterima provinsi Aceh tidak lah selalu

sama, dengan demikian diharapkan pemerintah dapat memanfaatkan dana otsus

tersebut dengan baik dan tepat sasaran sehingga tujuan dari diberikan nya dana

tersebut dapat terpenuhi. Dana otsus diberikan untuk provinsi Aceh selama 20

tahun, dimulai pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2022 dengan anggaran 2%

dari DAU Nasional, dan pada tahun 2023 sampai tahun 2027 adalah 1% dari DAU

nasional. Pembagian dana otsus tersebut berdasarkan peraturan gubernur (pergub)

adalah 60% diberikan untuk di manfaatkan oleh seluruh kabupaten/kota di

provinsi Aceh, sedangkan 40% akan dimanfaatkan oleh provinsi.


2.1.6 Hubungan dana Otonomi Khusus dengan Pertumbuhan ekonomi

Secara teoritis sederhana, alokasi dana besar bagi pembangunan suatu

daerah akan meningkatkan kesejahteraan penduduk di daerah tersebut atau

diistilahkan dengan hipotesis trickle down effect. hipotesis trickle down effect

mengasumsikan perlunya memprioritaskan pertumbuhan ekonomi terlebih dahulu,

baru kemudian dilakukan pemerataan. Contohnya adalah pada tahun ini diberikan

modal usaha untuk meningkatkan ekonomi seseorang atau sekelompok orang,

kemudian pada tahun selanjutnya pemberian modal usaha ini akan diberikan

kepada individu atau kelompok yang lain, sehingga semua orang dapat

meningkatkan ekonomi dengan pemberian modal usaha secara merata. Kuncoro

(2003: 36) mengemukakan bahwa trickle down effect merupakan dampak yang

merembes ke bawah, sehingga dapat diartikan apabila pertumbuhan ekonomi

meningkat maka akan berdampak baik pula bagi pembangunan ekonomi manusia.

Peran komponen pembangunan di dalam pemerintah Aceh untuk

melalukan percepatan pembangunan. Harus disadari keberhasilan suatu model

pembangunan yang diterapkan melalui dana otonomi khusus oleh pemerintah,

swasta dan masyarakat sebagai komponen pembangunan di Aceh ditunjukkan

oleh sejauh mana Aceh mampu mengejar ketertinggalan pembangunan yang telah

dilakukan oleh daerah-daerah lainnya di Indonesia. Hal ini sangat relevan dengan

sejauh mana akumulasi produktifitas pembangunan yang dijalankan oleh 23

kabupaten/kota di Aceh dalam memanfaatkan dana otonomi khusus. Sumber

pembiayaan besar yang sifatnya terbatas seharusnya dapat dimanfaatkan oleh


seluruh komponen dengan mengedepankan prioritas pembangunan. Apabila

model pembangunan tersebut gagal, maka daerah-daerah lain akan menuntut Aceh

sebagai sebuah provinsi yang tidak produktif. peran komponen pembangunan di

dalam pemerintah Aceh untuk melalukan percepatan pembangunan. Harus

disadari keberhasilan suatu model pembangunan yang diterapkan melalui dana

otonomi khusus oleh pemerintah, swasta dan masyarakat sebagai komponen

pembangunan di Aceh ditunjukkan oleh sejauh mana Aceh mampu mengejar

ketertinggalan pembangunan yang telah dilakukan oleh daerah-daerah lainnya di

Indonesia. Secara umum, penyebab rendah dan lambatnya pembangunan prioritas

otonomi khusus disebabkan karena:

1. pemetaan objek ketertinggalan pembangunan yang kurang tepat oleh

pemerintah, sehingga percepatan pembangunan tidak berjalan dengan baik

bahkan cenderung tidak tepat sasaran.

2. sebagian besar birokrasi belum mampu mensinergikan konsep modern

pembangunan ke dalam konteks lokal, sehingga tidak efektif dan efisien.

Dalam rangka mempercepat pemerataan laju pertumbuhan ekonomi antar

daerah, desa dan kota senantiasa ditingkatkan dan diarahkan pemanfaatannya

selain untuk menunjang penyediaan sarana dan prasarana dasar di masing-masing

daerah, juga sekaligus untuk mempercepat upaya penenggulangan kemiskinan,

perluasan kesempatan kerja dan penataan ruang di kawasan-kawasan tertentu yang

dianggap strategis dan mendesak untuk segera ditangani. Menyinggung masalah

dana, uang bagi perekonomian ibarat darah dalam perekonomian. Tidak

mengherankan makin banyak uang yang digunakan dalam proses produksi, makin
besar output yang dihasilkan (Rahardja dan Manurung, 2001: 191). Pentingnya

dana atau uang dalam pertumbuhan ekonomi menyebabkan pengeluaran

pembangunan dianggap sebagai variabel yang mempengaruhinya. Dapat

dikatakan bahwa pengeluaran untuk pembangunan tersebut jika penggunaanya

kurang efisien maka akan memberikan kontribusi yang minimal bagi

pertumbuhan ekonomi

2.2 Penelitian Sebelumnya

Imam Sumardjoko (2014) melakukan penelitian dengan judul Analisis

Pengaruh Transfer Kedaerah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Regional

Papua Sebagai Upaya Penguatan Desentralisasi Asimetri. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa penerimaan DAU dan DAK mempengaruhi pertumbuhan

ekonomi daerah Papua dengan nilai signifikansi 0,071 dan 0,081. Sedangkan

penerimaan Dana Otsus tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan

ekonomi daerah pada nilai 0,176. Kondisi mencerminkan pemanfaatan Dana

Otsus belum optimal dan tepat sasaran karena ditemukan beberapa penyimpangan

penggunaan, kondisi geografis dan permasalahan adat juga menyulitkan

pengembangan infrastruktur daerah. Pesamaan penelitian ini adalah sama-sama

meneliti tentang pertumbuhan ekonomi. Sedangkan perbedaannya adalah pada

pada penelitian sebelumnya fokus penelitian dilakukan di Papua, dan pada

penelitian ini tempat penelitian difokuskan di Provinsi Aceh.

Duwith Richard (2010) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh

Dana Otonomi Khusus Dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap


Pertumbuhan Ekonomi Di Provinsi Papua Tahun 2002-2009. Hasil analisis

data penelitian menunjukkan bahwa nilai konstanta C = 1,523, koefisien regresi

variabel Pendapatan Asli Daerah (X1) = 0,989 dan koefisien regresi variabel Dana

Otonomi Khusus (X2) = -0,033, Nilai koefisien X1 (PAD) berpengaruh positif

dan Nilai koefisien X2 (Dana Otonomi Khusus) berpengaruh negatif sehingga

dapat di simpulkan bahwa Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif dan

signifikan sedangkan dana otonomi khusus tidak berpengaruh terhadap

pertumbuhan ekonomi Provinsi Papua. Persamaan penelitian ini dengan penelitian

sebelumnya adalah sama-sama meneliti tentang pengaruh dana otonomi khusus

terhadap pertumbuhan ekonomi. Sedangkan perbedaannya adalah terdapat pada

lokasi penelitian, dimana pada penelitian ini lokasi penelitiannya di Provinsi

Aceh, sedangkan pada penelitian sebelumnya lokasi penelitiannya di Provinsi

Papua.

Irfan Anugrah Pangestu, Tina Arifati, SE, M.S.i, Akt, Abrar Oemar, SE,

(2010) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi,

Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum,Dana Alokasi Khusus, Dan

Dana Bagi Hasil Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal (Studi

Empiris Pada Seluruh Kabupaten Di Provinsi Jawa Tengah Periode 2009

2013. Berdasarkan hasil analisis menyatakan bahwa variabel Pertumbuhan

Ekonomi , Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus,

Dana Bagi Hasil menunjukan pengaruh yang signifikan terhadap Belanja Modal.

Perbedaan penelitian penulis dengan penelitian sebelumnya adalah penulis

menggunakan pertumbuhan ekonomi sebagai variabel terikat dan data yang


digunakan runtun waktu 7 tahun dengan lokasi penelitian di Provinsi Aceh,

sedangkan pada penelitian sebelumnya pertumbuhan ekonomi digunakan sebagai

variabel bebas dan data yang digunakan runtun waktu 5 tahun. Persamaannya

adalah sama-sama meneliti tentang pertumbuhan ekonomi.

Muhammad Hijrah Saputra (2008) melakukan penelitian dengan judul

Pengaruh Dana Otonomi Khusus Terhadap Indeks Pembangunan Manusia

Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dana

Otsus mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Indeks

Pembangunan Manusia, dimana peningkatan Dana Otsus beriringan dengan

peningkatan Indeks Pembangunan Manusia. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

peningkatan Dana Otsus berpengaruh positif terhadap Indeks Pembangunan

Manusia di 23 Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh. Persamaan penelitian ini dengan

penelitian sebelumnya adalah sama-sama meneliti tentang pengaruh dana otonomi

khusus di Provinsi Aceh, sedangkan perbedaan nya adalah penulis meneliti

tentang pertumbuhan ekonomi sebagai variabel terikat, sedangkan pada penelitian

sebelumnya indeks pembangunan manusia sebagai variabel terikatnya.

Imam Sumardjoko (2008) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh

Penerimaan Dana Otonomi Khusus Terhadap Indek Pembangunan Manusia

Papua Dan Papua Barat Dengan Belanja Modal Sebagai Variabel

Intervening, hasil penelitian menunjukkan bahwa penerimaan dana otonomi

khusus memiliki pengaruh yang signifikan pada indeks pembangunan manusia di

Papua dan Papua Barat melalui belanja modal sebagai variabel intervening.

Penerimaan dana otonomi khusus dalam anggaran provinsi Papua dan Papua
Barat menjadi pengembangan akselerator di daerah untuk mengejar ketinggalan

dengan daerah lain. Ini terlihat pada tingkat indek pembangunan manusia pada

dua provinsi tersebut telah meningkat sejak pelaksanaan otonomi khusus.

Pesamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sama-sama meneliti

tentang pengaruh dana otonomi khusus. Sedangkan perbedaanya adalah pada

penelitian ini variabel terikat yang digunakan adalah pertumbuhan ekonomi dan

penelitian dilakukan di provinsi aceh sedangkan pada penelitian sebelumnya yang

menjadi variabel terikat adalah indek pembangunan manusia, dan penelitian

dilakukan di Papua dan Papua Barat.

2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka pemikiran terdiri dari variabel bebas (X) dan variabel terikat

(Y). Variabel bebas adalah variabel yang digunakan untuk

memperkirakan/meramalkan. (J.Supranto, 2003). Variabel bebas dalam penelitian

ini adalah dana otonomi khusus (otsus) di Provinsi Aceh.

Variabel terikat (Y) adalah variabel yang nilai nya akan

diperkirakan/diramalkan ( J.Supranto: 2003). Variabel terikat dalam penelitian ini

adalah pertumbuhan ekonomi di Provinsi Aceh.

Adapun kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah:


Gambar 2.1
Kerangka Konseptual

Uji t

Dana Otonomi Khusus (X) Pertumbuhan Ekonomi (Y)

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan dugaan awal yang masih bersifat sementara yang

akan dibuktikan kebenaran nya terhadap masalah yang diteliti. Menurut Saebeni

(2007), hipotesis adalah dugaan sementara yang masih memerlukan pengujian.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ho: Diduga Dana Otonomi Khusus tidak berpengaruh terhadap Pertumbuhan

Ekonomi Di Provinsi Aceh.

Ha: Diduga Dana Otonomi Khusus berpengaruh terhadap Pertumbuhan

Ekonomi di Provinsi Aceh.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Objek dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di provinsi Aceh, dengan objek penelitian adalah

dana otonomi khusus (otsus) serta pertumbuhan ekonomi yang ada di Provinsi

Aceh. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder

berbentuk time series (berkala) yang dimulai dari tahun 2008 sampai dengan

2015.

3.2 Jenis Dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari lembaga

dan instansi-instansi terkait seperti badan pusat statistik (BPS) dan dari Bappeda

Provinsi Aceh. Adapun data yang digunakan adalah:

a. Data dana otonomi khusus di Provinsi Aceh tahun 2008-2015.

b. Data pertumbuhan ekonomi di Provinsi Aceh tahun 2008-2015.

3.3 Metode Analisis Data

Metode analisis data dalam penelitian ini adalah penelitian yang bersifat

kuantitatif. Menurut Saebani (2007), penelitian yang bersifat kuantitatif adalah

penelitian yang menggunakan angka dalam penyajian data dan analisis yang
menggunakan uji statistika. Untuk menganalisis berhubungan data dalam

penelitian ini adalah dengan analisis regresi linier semi log.

Adapun model yang analisis dalam penelitian ini adalah:

Y = a + b log(X) + e

Dimana :

Y = Pertumbuhan Ekonomi

X = Dana Otonomi Khusus

a = Konstanta

b = Koefisien Regresi

e = Error Term

Untuk mengatasi besarnya angka Dana Otonomi Khusus dibandingkan

Pertumbuhan Ekonomi maka perlu dilakukan data log untuk data Dana Otonomi

Khusus. (http://bobby-hamenda.blogspot.com//2009/02/melinierkan.fungsi.html)

3.4 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel adalah suatu definisi mengenai variabel yang

dirumuskan berdasarkan karakteristik-karakteristik variabel tersebut yang dapat

diamati (Azwar, 1997).


1. dana otonomi khusus (X) adalah dana yang dialokasikan untuk membiayai

pelaksanaan otonomi khusus suatu daerah. penelitian ini mengkhususkan dana

otonomi khusus untuk Provinsi Aceh dan dihitung dengan rupiah.

2. pertumbuhan ekonomi (Y) adalah perkembangan hasil produksi barang dan

jasa dalam suatu wilayah tertentu dan dalam periode tertentu biasanya 1 tahun.

Penelitian ini mengkhususkan pertumbuhan ekonomi di Provinsi Aceh dan

diukur dengan persen.

3.5 Uji Asumsi Klasik

3.5.1 Uji Normalitas

Pengujian normalitas adalah pengujian tentang kenormalan distribusi data.

Uji ini merupakan pengujian yang paling banyak dilakukan untuk analisis statistik

paramerik. Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali,

2005:110).

Setiap variabel model regresi harus merupakan distribusi normal. Dalam

penelitian ini untuk menguji normalitas variabel menggunakan Jaeque-Bera test.

Jarque-Bera Test adalah uji statistik untuk mngetahui data terdistribusi normal.

Caranya yaitu dengan membandingkan nilai J-B hitung dengan nilai C 2 (chi-

square) tabel. Apabila nilai J-B hitung > nilai C 2 tabel, maka nilai residual

terdistribusi dengan tidak normal dan apabila nilai J-B hitung < nilai C2 tabel,

maka nilai residual terdistribusi dengan normal.


3.5.2 Uji Autokorelasi

Autokorelasi yaitu adanya hubungan antara kesalahan pengganggu yang

muncul pada data runtun waktu(time series). Dalam penaksiran model regresi

linier mengasumsikan bahwa tidak terdapat autokorelasi antara kesalahan

pengganggu. Pengujian autokorelasi dapat dilakukan dengan menghitung

menggunakan metode Brusch-Godfrey atau LM ( Lagrange Multiplier Test).

Menurut Iqbal, (2008) jika prob. F hitung > alpha 0.05 (5%) maka Ho diterima

yang artinya tidak terjadi autokorelasi. Sebaliknya, apabila prob. F hitung < alpha

0.05 (5%) maka dapat disimpulkan terjadi autokorelasi.

3.5.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan varian dari suatu residual pengamatan ke

pengamatan yang lain. Heteroskedastisitas terjadi jika varian disturbance term

(i) kondisi nilai variabel eksplanatorinya tidak konstan. Adanya heteroskedastis

menyebabkan estimasi koefisien-koefisien regresi menjadi tidak efisien. Untuk

mendeteksi heteroskedastisitas menggunakan Whites General Heteroscedasticity

test dan Park Test (Gujarati, 2003; 388). Dikatakan tidak ada heteroskedastisitas

adalah jika nilai obs. R. Squared Whites General Heteroscedasticity test

probabilitasnya > 5% (0,05).


3.6 Pengujian Hipotesis

3.6.1 Uji parsial (uji t)

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu

variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi

variabel dependen. Hipotesis nol (HO) yang hendak diuji adalah apakah suatu

parameter sama dengan nol, artinya apakah suatu variabel independen bukan

merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Hiptesis

alternatifnya (Ha) parameter suatu variabel tidak sama dengan nol. Artinya,

variabel tersebut merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.

(Ghozali, 2012).

1. Apabila thitung > ttabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima yang artinya

variabel penjelas secara parsial atau satu-satu mempengaruhi variabel yang

dijelaskan secara signifikan

2. Apabila thitung < ttabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak yang artinya

variabel penjelas secara parsial atau satu-satu tidak mempengaruhi

variabel yang dijelaskan secara signifikan.

3.6.2 Koefisien Determinasi (R 2 )

Koefisien determinasi (R2 ) pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen (terikat). Nilai

koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti

kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel

dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel


independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk

memprediksi variasi variabel dependen. Secara umum koefisien determinasi untuk

data silang ( crossection ) relatif rendah karena adanya variasi yang besar antara

masing-masing pengamatan, sedangkan untuk data runtun waktu ( time series)

biasanya mempunyai nilai koefisien determinasi yang tinggi. (Ghozali, 2012).


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Profil Provinsi Aceh

Aceh terletak di ujung barat laut Pulau Sumatera dengan Ibukota Banda

Aceh yang memiliki posisi strategis sebagai pintu gerbang lalu lintas perdagangan

Nasional dan Internasional yang menghubungkan belahan dunia timur dan barat.

Secara geografis Aceh terletak pada 01 0 5837,2- 060 0433,6 Lintang

Utara dan 940 5757,6- 980 1713,2 Bujur Timur. Batas wilayah Provinsi Aceh

adalah sebagai berikut:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Malaysia di Selat Malaka dan Laut

Andaman

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Sumatera Utara dan Samudera Hindia

- Sebelah Timur berbatasan dengan Sumatera Utara

- Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia

Provinsi Aceh memiliki luas wilayah darat 5.677,081 km2, wilayah

lautan sejauh 12 mil seluas 7.478,802 km2 dan garis pantai sepanjang 2.698,89

km atau 1.677,01 mil. Secara administratif pada tahun 2011, Provinsi Aceh

memiliki 23 kabupaten/kota yang terdiri dari 18 kabupaten dan 5 kota, 284

kecamatan, 755 mukim dan 6.451 gampong/desa.


Luas daratan Aceh mencapai 56.770,81 km2 yang didominasi oleh

daratan dan sebagian kecil berupa pulau sebanyak 119 pulau dengan keseluruhan

garis pantai sepanjang 1.660 km dan luas perairan laut hingga 15.264,06 km2.

Mayoritas daratan Aceh dengan rata-rata ketinggian mencapai 125 m di atas

permukaan laut merupakan kawasan hutan seluas 40,36%dari wilayah Aceh.

Didalamnya mengalir 199 sungai penting dan terdapat 35 gunung termasuk

kawasan pegunungan dan Taman Nasional Gunung Leuser. Sedangkan wilayah

terkecil ialah kawasan industri yang hanya seluas 0,07%dari wilayah Aceh. Ibu

kota Aceh ialah Banda Aceh. Pelabuhannya adalah Malahayati-Krueng Raya,

Ulee Lheue, Sabang, Lhokseumawe dan Langsa. Aceh merupakan kawasan yang

paling buruk dilanda gempa dan tsunami 26 Desember 2004. Beberapa tempat di

pesisir pantai musnah sama sekali. Yang terberat adalah Banda Aceh, Aceh Besar,

Aceh Jaya, Aceh Barat, Singkil dan Simeulue.

Lokasi suaka alam/objek wisata alam di Prov. Aceh ada di delapan lokasi,

yaitu Taman Buru Lingge Isak, Cagar Alam Serbajadi, Taman Wisata dan Taman

Laut Pulau Weh Sabang, Cagar Alam Jantho, Hutan untuk Latihan Gajah (PLG),

Taman Wisata Laut Kepulauan Banyak, dan Suaka Margasatwa Rawa Singkil.

4.1.2 Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Aceh

Pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan hasil produksi barang dan

jasa dalam suatu wilayah tertentu biasanya 1 tahun. Data Pertumbuhan Ekonomi

di Provinsi Aceh yang diperoleh dari BPS Provinsi Aceh dapat dilihat pada tabel

4.1 dan gambar 4.2:


Tabel 4.1
Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Aceh tahun 2008-2015

Tahun Pertumbuhan Ekonomi (%)


2008 1,88
2009 3,97
2010 5,32
2011 5,89
2012 5,14
2013 4,18
2014 4,68
2015 4,34
Sumber: BPS Provinsi Aceh, 2016

Y
6

1
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Gambar 4.1
Grafik Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi
Provinsi Aceh Tahun 2008-2014

Berdasarkan Tabel 4.1 dan Gambar 4.2 diatas menunjukkan bahwa


tingkat pertumbuhan ekonomi provinsi Aceh mengalami peningkatan dan
penurunan (fluktuatif) dimana pada tahun 2008 pertumbuhan ekonomi Aceh
adalah sebesar 1,88%, dan pada tahun 2015 pertumbuhan ekonomi Aceh adalah
sebesar 4.34%. pertumbuhan ekonomi terbaik sepanjang tahun 2008-2015 adalah
pada tahun 2009 dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 2.09%, dan pertumbuhan
ekonomi terburuk sepanjang tahun 2008-2015 adalah pada tahun 2015 dengan
pertumbuhan ekonomi sebesar -0.34%.

4.1.3 Dana Otonomi Khusus Di Provinsi Aceh

Otonomi khusus adalah kewenangan khusus yang diberikan kepada daerah

tertentu untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut

prakarsa sendiri tetapi sesuai dengan hak dan aspirasi masyarakat didaerah

tersebut. Kewenangan ini diberikan agar daerah tertentu dapat menata daerah dan

bagian dari daerah tersebut agar lebih baik lagi dibidang tertentu sesuai dengan

aspirasi daerahnya.

Dana Otonomi Khusus adalah dana yang bersumber dari pendapatan

APBN yang dialokasikan kepada Daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu

mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan Daerah dan sesuai dengan

prioritas nasional. Berikut adalah jumlah Dana Otonomi Khusus yang diterima

oleh Provinsi Aceh dari tahun 2008-2015 dapat dilihat pada tabel 4.2 dan gambar

4.3.

Tabel 4.2
Dana Otonomi Khusus Provinsi Aceh
Tahun 2008-2015
Tahun Dana Otonomi Khusus (Rp)
2008 1.472.132.897.000
2009 1.610.272.000.000
2010 1.612.837.640.000
2011 2.200.772.392.499
2012 2.769.894.866.100
2013 2.937.012.524.600
2014 3.850.037.274.702
2015 4.046.415.753.916
Sumber: BAPPEDA Provinsi Aceh, 2016

X
4.5E+12

4.0E+12

3.5E+12

3.0E+12

2.5E+12

2.0E+12

1.5E+12

1.0E+12
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Gambar 4.2
Grafik Jumlah Dana Otonomi Khusus Proovinsi Aceh
Tahun 2008-2015

Tabel 4.2 dan Gambar 4.3 menjelaskan tentang pertambahan jumlah dana

otonomi khusus yang diterima oleh Provinsi Aceh selalu bertambah setiap tahun.

Pada tahun 2008 jumlah Dana Otonomi Khusus yang diterima oleh Provinsi Aceh

sebesar Rp. 1.47 triliun, jumlah ini selalu meningkat setiap tahunnya, hingga pada
tahun 2015 jumlah dana otonomi khusus yang diterima oleh Provinsi Aceh

sebesar Rp. 4.04 triliun. Pertambahan jumlah dana ini diakibatkan oleh besaran

dana yang tersedia dalam APBN (anggaran pendapatan dan belanja negara).

4.2 Deskripsi Penelitian

Deskripsi penelitian bertujuan untuk mengetahui gambaran secara umum

dari keadaan wilayah yang dianalisis yaitu Provinsi Aceh, berikut adalah hasil

olah data yang ditunjukkan pada Tabel 4.3 di bawah ini:

Tabel 4.3
Deskripsi Penelitian

Date: 09/28/16
Time: 01:18
Sample: 2008 2015

X Y

Mean 2.56E+12 4.425000


Median 2.49E+12 4.510000
Maximum 4.05E+12 5.890000
Minimum 1.47E+12 1.880000
Std. Dev. 1.01E+12 1.211540
Skewness 0.353704 -1.060626
Kurtosis 1.662168 3.600355

Jarque-Bera 0.763407 1.620047


Probability 0.682698 0.444848

Sum 2.05E+13 35.40000


Sum Sq. Dev. 7.17E+24 10.27480

Observations 8 8
Sumber: Output Eviews 8.1 (Data Diolah),2016

Tabel 4.3 menjelaskan bahwa nilai rata-rata dari variabel pertumbuhan

ekonomi (Y) adalah sebesar 4.42% dan nilai rata-rata dari variabel Dana Otonomi
Khusus (X) adalah sebesar Rp.2.56 triliun. Adapun nilai maksimum dari variabel

pertumbuhan ekonomi adalah sebesar 5.89% sedangkan nilai minimum dari

variabel pertumbuhan ekonomi adalah sebesar 1.88%. Adapun nilai maksimum

dari Dana Otonomi Khusus adalah sebesar Rp.4.05 triliun yaitu pada tahun 2015,

sedangkan nilai minimum dari variabel Dana Otonomi Khusus adalah sebesar

Rp.1.47 triliun yaitu pada tahun 2008.

4.3 Uji Asumsi Klasik

4.3.1 Uji Normalitas

Pengujian normalitas adalah pengujian tentang kenormalan distribusi data.

Uji ini merupakan pengujian yang paling banyak dilakukan untuk analisis statistik

paramerik. Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali,

2005:110).

Setiap variabel model regresi harus merupakan distribusi normal. Dalam

penelitian ini untuk menguji normalitas variabel menggunakan Jaeque-Bera test.

Jarque-Bera Test adalah uji statistik untuk mngetahui data terdistribusi normal.

Caranya yaitu dengan membandingkan nilai J-B hitung dengan nilai C 2 (chi-

square) tabel. Apabila nilai J-B hitung > nilai C 2 tabel, maka nilai residual

terdistribusi dengan tidak normal dan apabila nilai J-B hiung < nilai C 2 tabel,

maka nilai residual terdistribusi dengan normal.

Berikut adalah hasil uji normalitas yang diperoleh dari program Eviews

8.1 dapat dilihat pada gambar 4.3:


4
Series: Residuals
Sample 2008 2015
Observations 8
3
Mean -2.66e-15
Median -0.138952
Maximum 1.544070
2 Minimum -2.081465
Std. Dev. 1.149528
Skewness -0.340959
Kurtosis 2.555812
1
Jarque-Bera 0.220772
Probability 0.895488

0
-2.5 -2.0 -1.5 -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0
Sumber: Output Eviews 8.1 ( Data Diolah), 2016

Gambar 4.3
Uji Normalitas

Untuk mengetahui normal atau tidaknya model regresi variabel

pengganggu atau residual dengan cara membandingkan nilai J-B hitung dengan

nilai C2 (Chi-Square) tabel dari gambar 4.3 di peroleh nilai Jarque-Bera sebesar

0.220772. Nilai C2 Tabel dengan df=82 = 6 sebesar 12.59, jika dibandingkan

dengan nila J-B pada gambar diatas sebesar 0.220772, maka dapat disimpulkan

bahwa data terdistribusi normal karena nilai JB < nilai C 2 tabel atau 0.220772<

12.59.

4.3.2 Uji Autokorelasi

Autokorelasi yaitu adanya hubungan antara kesalahan pengganggu yang

muncul pada data runtun waktu(time series). Dalam penaksiran model regresi

linier mengasumsikan bahwa tidak terdapat autokorelasi antara kesalahan

pengganggu. Pengujian autokorelasi dapat dilakukan dengan menghitung

menggunakan metode Brusch-Godfrey atau LM ( Lagrange Multiplier Test).


Menurut Iqbal, (2008) jika prob. F hitung > alpha 0.05 (5%) maka Ho diterima

yang artinya tidak terjadi autokorelasi. Sebaliknya, apabila prob. F hitung < alpha

0.05 (5%) maka dapat disimpulkan terjadi autokorelasi. Berikut tabel 4.4 yang

merupakan hasil olah data untuk mendeteksi ada atau tidak terjadinya

Autokorelasi.

Tabel 4.4
Uji Autokorelasi

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 0.731691 Prob. F(2,4) 0.5360


Obs*R-squared 2.142822 Prob. Chi-Square(2) 0.3425

Sumber: Output Eviews 8.1 (Data Diolah), 2016

Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat dijelaskan bahwa nilai Prob. F(2,4)

sebesar 0.5360 dapat juga disebut sebagai nilai probabilitas F hitung. Nilai Prob. F

hitung lebih besar dari tingkat alpha 0.05 (5%) atau 0.5360 > 0.05, sehingga

berdasarkan uji hipotesis Ho diterima yang artinya tidak terjadi autokorelasi.

4.3.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan varian dari suatu residual pengamatan ke

pengamatan yang lain. Heteroskedastisitas terjadi jika varian disturbance term

(i) kondisi nilai variabel eksplanatorinya tidak konstan. Adanya

heteroskedastisitas menyebabkan estimasi koefisien-koefisien regresi menjadi

tidak efisien. Untuk mendeteksi heteroskedastisitas menggunakan Whites

General Heteroscedasticity test dan Park Test (Gujarati, 2003; 388). Dikatakan
tidak ada heteroskedastisitas adalah jika nilai obs. R. Squared Whites General

Heteroscedasticity test probabilitasnya > 5% (0,05). Berikut tabel 4.5 yang

merupakan hasil olah data untuk mendeteksi ada atau tidak terjadinya

Heteroskedastisitas.

Tabel 4.5 Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedasticity Test: White

F-statistic 1.668055 Prob. F(2,5) 0.2786


Obs*R-squared 3.201598 Prob. Chi-Square(2) 0.2017
Scaled explained SS 1.400930 Prob. Chi-Square(2) 0.4964

Sumber : Output Eviews 8.1 (Data Diolah), 2016

Berdasarkan Tabel 4.5 di atas menunjukkan bahwa data atau model

penelitian ini terbebas dari heteroskedastisitas. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai

Prob R-square > 0.05 atau 0.2017 > 0.05.

4.4 Pengujian Hipotesis

Untuk mengetahui hasil penelitian ini dapat dilihat dari output regresi

linier sederhana yang memakai program EVIEWS 8.1 sebagai alat analisis pada

tabel 4.6 berikut ini:

Tabel 4.6
Hasil regresi dari Dana Otonomi Khusus yang mempengaruhi
Pertumbuhan Ekonomi
Dependent Variable: Y
Method: Least Squares
Date: 09/28/16 Time: 01:06
Sample: 2008 2015
Included observations: 8

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -22.82774 33.42726 -0.682908 0.5201


LOG(X) 0.956152 1.172681 0.815355 0.4460

R-squared 0.099749 Mean dependent var 4.425000


Adjusted R-squared -0.050293 S.D. dependent var 1.211540
S.E. of regression 1.241632 Akaike info criterion 3.483049
Sum squared resid 9.249904 Schwarz criterion 3.502909
Log likelihood -11.93219 Hannan-Quinn criter. 3.349098
F-statistic 0.664804 Durbin-Watson stat 0.874734
Prob(F-statistic) 0.446020
Sumber: Output Eviews 8.1 (data diolah), 2016

Berdasarkan data dari tabel diatas dapat dibuat persamaan Analisis Regresi

Linier Sederhana sebagai berikut:

Y= -22.82774 + 0.956152X

Dari formulasi model diatas menunjukkan bahwa jika tidak ada Dana

Otonomi Khusus maka pertumbuhan ekonomi adalah sebesar -22.82774 % dan

jika jumlah Dana Otonomi Khusus meningkat Rp.1000, maka menyebabkan

pertumbuhan ekonomi meningkat sebesar 0.956152%.

Untuk mengetahui pengaruh dana otonomi khusus terhadap pertumbuhan

ekonomi di provinsi aceh tahun 2008-2015 dapat dilihat dari nilai R2. Dari Hasil

pengujian diperoleh nilai R2 sebesar 0.099749. ini menunjukkan bahwa variabel

dana otonomi khusus menjelaskan pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi

di Provinsi aceh adalah sebesar 9.9749% dan sisanya 90.0251% dijelaskan oleh
variabel lain selain variabel independent yang digunakan dalam penelitian ini.

Variabel lain yang dimaksud yaitu seperti pendapatan per kapita.

4.5 Pembuktian Hipotesis.

4.5.1 Uji Parsial ( Uji-t ).

Pengujian hipotesis menggunakan uji t, menggunakan tingkat keyakinan

(level of signifikan) atau = 0.05 atau = 5%. Dengan ketentuan, dimana

pengujian yang digunakan adalah dengan kriteria keputusan jika thitung >ttabel pada

= 5%, maka hipotesis H0 ditolak dan menerima hipotesis Ha sedangkan jika

thitung < ttabel pada = 5%, maka hipotesis Ha ditolak dan menerima hipotesis H0.

Dari hasil pengujian diatas yang dapat dilihat pada tabel 4.6 menunjukkan

bahwa variabel Dana Otonomi Khusus memiliki thitung 0.815355 dan nilai ttabel

dengan df = n-k (8-2 =6) pada = 0.05 diperoleh nilai sebesar 2.477, dapat

disimpulkan bahwa thitung<ttabel yaitu 0.815355 < 2.477 dengan nilai signifikan >

0.05 maka keputusannya yaitu menolak hipotesis Ha dan menerima hipotesis H0

yang berarti secara parsial variabel Dana Otonomi Khusus secara signifikan tidak

mempengaruhi variabel Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Aceh tahun 2008-

2015.

Secara teori, alokasi dana besar bagi pembangunan suatu daerah akan

meningkatkan kesejahteraan penduduk di daerah tersebut atau diistilahkan dengan

hipotesis trickle down effect. Namun hasil penelitian yang didapat oleh penulis

adalah variabel Dana Otonomi Khusus secara signifikan tidak mempengaruhi

variabel Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Aceh tahun 2008-2015. Hal ini


disebabkan karena pemanfaatan dana otonomi khusus kurang tepat sasaran,

seperti masih tingginya tingkat korupsi.

4.6 Pembahasan

Dalam penelitian ini penulis menyimpulkan bahwa dana otonomi khusus

secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di

Provinsi Aceh. Menurut peneliti hal ini disebabkan karena pemanfaatan dana

otonomi khusus kurang tepat sasaran, seperti masih tingginya tingkat korupsi Dan

pemanfaatan dana otonomi khusus belum sepenuhnya digunakan untuk

kesejahteraan rakyat seperti meningkatkan pendidikan, kesehatan dan

perekonomian, tetapi lebih dimanfaatkan untuk pembangunan kantor

pemerintahan yang megah. Salah satunya kurangnya kepedulian Pemerintahan

Aceh, misalnya di bidang pendidikan. Hasil Ujian Nasional tahun 2013 dan 2014

memperlihatkan jumlah kelulusan SMA/MA/SMK di Aceh terendah di tingkat

nasional.

Hasil penelitian penulis sama dengan hasil penelitian terdahulu yaitu

penelitian yang dilakukan oleh Duwith Richard (2010) yang berjudul Pengaruh

Dana Otonomi Khusus Dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Pertumbuhan

Ekonomi Di Provinsi Papua Tahun 2002-2009 dimana hasil penelitian

menunjukkan bahwa dana otonomi khusus tidak berpengaruh terhadap

pertumbuhan ekonomi Provinsi Papua. Dari hasil penelitian penulis (2016) yang

berjudul Pengaruh Dana Otonomi Khusus Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di

Provinsi Aceh Tahun 2008-2015 dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa


dana otonomi khusus tidak berpengaruh signifikan terhadap petumbuhan ekonomi

di provinsi aceh tahun 2008-2015.

BAB V

PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan yaitu

sebagai berikut:

Dari hasil pengujian pada bab IV dapat disimpulkan bahwa secara parsial

variabel Dana Otonomi Khusus secara signifikan tidak mempengaruhi variabel

Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Aceh tahun 2008-2015. Berdasarkan pengujian

spesifikasi model, koefisien determinasi (R2 ) adalah sebesar 9.9749% dan dapat

disimpulkan bahwa variabel yang digunakan kurang baik, kemungkinan

disebabkan oleh variabel dana otonomi khusus tidak secara sempurna

menjelaskan tingkat pertumbuhan ekonomi dan juga rentang waktu yang

digunakan penelitisangat singkat.

5.2 Saran

1. Berdasarkan hasil penelitian ini variabel dana otonomi khusus secara

signifikan tidak mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di provinsi aceh

tahun 2008-2015, oleh sebab itu diharapkan pemerintah agar dapat

melakukan pemanfaatan dana otonomi khusus tersebut secara tepat sasaran

berdasarkan tujuan awal adanya dana otonomi khusus di provinsi aceh.

Sehingga tujuan pokoknya tersampaikan dan dapat menunjang

pertumbuhan ekonomi masyarakat dan daerah, Dengan demikian maka

pertumbuhan ekonomi menjadi lebih baik.


2. Hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis menunjukkan bahwa tidak

adanya kecocokan antara hasil penelitian dengan teori trikcle down effect

yang di pelajari.

3. Untuk penelitian lebih lanjut, diharapkan untuk menambah variabel bebas

dalam penelitian ini, dan juga rentan waktu yang digunakan lebih banyak.

KEPUSTAKAAN
Anggara, D. (2007). Rekonstruksi dan transformasi nasionalisme papua.
Jakarta, pustaka sinar harapan.

Azwar. (1997). Metodologi penelitian, cetakan sebelas. Jakarta : PT Raja


grafindo persada.

Badan pusat statistik (BPS). 2008. Analisis Perkembangan Statistik


Ketenagakerjaan (Laporan Sosial Indonesia 2007). Jakarta, badan pusat
statistik.

Firdaus, Muhammad. (2004). Ekonometrika Suatu Pendekatan Aplikatif.


Jakarta: PT. Bumi Aksara

Ghozali, Imam. (2005). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS


Edisi 3. Penerbit Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang, hlm
110.
(2012). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM
SPSS 20 Edisi 6. Penerbit Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Semarang.

Gujarati, Damodar. (2003). Dasar-Dasar Ekonometrik. Terjemahan Sumarno


Zain. Jakarta: PT. Salemba Empat.

Hendratno, E.T (2009). Negara kesatuan, desentralisasi dan federalisme.


Graha ilmu dan investasi serta pancasila press, Jakarta, hlm.238.

https://www.google.com/Durbin-Watson Table _ Real Statistics Using


Excel.htm

Jhingan. M (2000). Ekonomi Pembangunan Dan Perencanaan, PT. Raja


Grafindo Persada, Jakarta.

J. Supranto. (2003). Statistik, teori dan aplikasi. Edisi lama, penerbit Erlangga
Jakarta.

Kuncoro. (2014) Otonomi Dan Pembangunan Daerah, Reformasi,


Perencanaan Strategi Dan Peluang, PT Erlangga. Jakarta, hlm.28.

Kuncoro, Mudrajad (2005). Metoe Riset untuk Bisnis dan Ekonomi, Bagaimana
Meneliti dan Menulis Tesis. Penerbit Erlangga

(2003). Metode penelitian hukum dan statistik. J. Supranto, jakarta


: rineka cipta.
Manurung, Raharja. (2001). Teori Ekonomi Makro. Lembaga Penelitian
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Munir. S. (2008). Pengantar ilmu ekonomi makro. Universitas mercu buana:


tidak diterbitkan.

Nanga. Muana. (2005). Teori, Masalah Dan Kebijakan Makro Ekonomi . Raja
Grafindo Persada.

Pangestu, A.I., Tina Arifati, SE, M.S.i, Akt, Abrar Oemar, SE,. (2010). Pengaruh
Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi
Umum,Dana Alokasi Khusus, Dan Dana Bagi Hasil Terhadap
Pengalokasian Anggaran Belanja Modal (Studi Empiris Pada
Seluruh Kabupaten Di Provinsi Jawa Tengah Periode 20092013.
Jurnal ekonomi Vol 12 nomor 3.

Richard, D. (2010). Pengaruh Dana Otonomi Khusus Dan Pendapatan Asli


Daerah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Provinsi Papua Tahun
2002-2009. Jurnal.

Saebeni . AB. (2007). Metode penelitian kuantitatif, CV Pustaka setia.


Bandung.

Saputra,H.M. (2008). Pengaruh Dana Otonomi Khusus Terhadap Indeks


Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh. Jurnal.

sumardjoko,I. (2014). Analisis Pengaruh Transfer Kedaerah Terhadap


Pertumbuhan Ekonomi Regional Papua Sebagai Upaya Penguatan
Desentralisasi Asimetri. Jurnal.

.(2008). Pengaruh Penerimaan Dana Otonomi Khusus


Terhadap Indek Pembangunan Manusia Papua Dan Papua Barat
Dengan Belanja. Jurnal.

Suparmoko dan Maria. R. Suparmoko (2000). Pokok-Pokok Ekonometrika.


BPFE.Yogyakarta.

Suryana dalam Hafni skripsinya . (2010). Analisis Disparitas Pendapatan


Kabupaten/Kota Sumatera Utara Dan Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi. Universitas Sumatera Utara
Medan.
Todaro. M. P. (2003). Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga,Alih Bahasa.
Aminuddin dan Drs. Mursid. Jakarta : Ghalian indonesia.

Todaro. Michale P., dan Smith Stephen C. (2006). Pembangunan Ekonomi Di


Duni Ketiga. Edisi 9. Jakarta : Erlangga

Wulandari.Y. dalam skripsinya. (2014). Pengaruh Dana Bagi Hasil Terhadap


Belanja Daerah Pada Kabupaten Dan Kota Di Indonesia. Jurusan
Akuntansi Universitas Negeri Padang.

LAMPIRAN

Lampiran 1.
Data Variabel Penelitian.

Data Dana Otonomi khusus (X) di Provinsi Aceh


Tahun 2008-2015

Tahun Dana Otonomi Khusus (Rp)


2008 1.472.132.897.000
2009 1.610.272.000.000
2010 1.612.837.640.000
2011 2.200.772.392.499
2012 2.769.894.866.100
2013 2.937.012.524.600
2014 3.850.037.274.702
2015 4.046.415.753.916
Sumber: BAPPEDA Provinsi Aceh, 2016

Data Petumbuhan Ekonomi (Y) di Provinsi Aceh


Tahun 2008-2015
Tahun Pertumbuhan Ekonomi (%)
2008 1,88
2009 3,97
2010 5,32
2011 5,89
2012 5,14
2013 4,18
2014 4,68
2015 4,34
Sumber: BPS Provinsi Aceh, 2016

Lampiran 2.
Grafik Variabel Penelitian.

Grafik Dana Otonomi khusus (X) di Provinsi Aceh


Tahun 2008-2015

X
4.5E+12

4.0E+12

3.5E+12

3.0E+12

2.5E+12

2.0E+12

1.5E+12

1.0E+12
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Sumber: Output Eviews 8.1 ( Data Diolah), 2016

Grafik Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi


Provinsi Aceh Tahun 2008-2015
Y
6

1
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Sumber: Output Eviews 8.1 ( Data Diolah), 2016

Lampiran 3

Deskripsi Penelitian
Deskripsi Penelitian

Date: 09/28/16
Time: 01:18
Sample: 2008 2015

X Y

Mean 2.56E+12 4.425000


Median 2.49E+12 4.510000
Maximum 4.05E+12 5.890000
Minimum 1.47E+12 1.880000
Std. Dev. 1.01E+12 1.211540
Skewness 0.353704 -1.060626
Kurtosis 1.662168 3.600355

Jarque-Bera 0.763407 1.620047


Probability 0.682698 0.444848

Sum 2.05E+13 35.40000


Sum Sq. Dev. 7.17E+24 10.27480

Observations 8 8
Sumber: Output Eviews 8.1 ( Data Diolah), 2016

Lampiran 4

Uji Asumsi Klasik


A. Uji Normalitas
Uji Normalitas
4
Series: Residuals
Sample 2008 2015
Observations 8
3
Mean -2.66e-15
Median -0.138952
Maximum 1.544070
2 Minimum -2.081465
Std. Dev. 1.149528
Skewness -0.340959
Kurtosis 2.555812
1
Jarque-Bera 0.220772
Probability 0.895488

0
-2.5 -2.0 -1.5 -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0

Sumber: Output Eviews 8.1 ( Data Diolah), 2016

B. Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 0.731691 Prob. F(2,4) 0.5360


Obs*R-squared 2.142822 Prob. Chi-Square(2) 0.3425

Sumber: Output Eviews 8.1 ( Data Diolah), 2016

C. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas
Menggunakan Whites General Heteroscedasticity Test

Heteroskedasticity Test: White

F-statistic 1.668055 Prob. F(2,5) 0.2786


Obs*R-squared 3.201598 Prob. Chi-Square(2) 0.2017
Scaled explained SS 1.400930 Prob. Chi-Square(2) 0.4964

Sumber: Output Eviews 8.1 ( Data Diolah), 2016

Lampiran 5

Hasil Regresi
Hasil regresi dari Dana Otonomi Khusus yang mempengaruhi
Pertumbuhan Ekonomi

Dependent Variable: Y
Method: Least Squares
Date: 09/28/16 Time: 01:06
Sample: 2008 2015
Included observations: 8

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -22.82774 33.42726 -0.682908 0.5201


LOG(X) 0.956152 1.172681 0.815355 0.4460

R-squared 0.099749 Mean dependent var 4.425000


Adjusted R-squared -0.050293 S.D. dependent var 1.211540
S.E. of regression 1.241632 Akaike info criterion 3.483049
Sum squared resid 9.249904 Schwarz criterion 3.502909
Log likelihood -11.93219 Hannan-Quinn criter. 3.349098
F-statistic 0.664804 Durbin-Watson stat 0.874734
Prob(F-statistic) 0.446020
Sumber: Output Eviews 8.1 (Data Diolah), 2016

LAMPIRAN 6

d.f. TINGKAT SIGNIFIKANSI


dua
sisi 20% 10% 5% 2% 1% 0,20% 0,10%
satu
sisi 10% 5% 2,50% 1% 0,50% 0,10% 0,05%
1 3,078 6,314 12,706 31,821 63,657 318,309 636,619
2 1,886 2,92 4,303 6,965 9,925 22,327 31,599
3 1,638 2,353 3,182 4,541 5,841 10,215 12,924
4 1,533 2,132 2,776 3,747 4,604 7,173 8,61
5 1,476 2,015 2,571 3,365 4,032 5,893 6,869
6 1,44 1,943 2,447 3,143 3,707 5,208 5,959
7 1,415 1,895 2,365 2,998 3,499 4,785 5,408
8 1,397 1,86 2,306 2,896 3,355 4,501 5,041
9 1,383 1,833 2,262 2,821 3,25 4,297 4,781
10 1,372 1,812 2,228 2,764 3,169 4,144 4,587
11 1,363 1,796 2,201 2,718 3,106 4,025 4,437
12 1,356 1,782 2,179 2,681 3,055 3,93 4,318
13 1,35 1,771 2,16 2,65 3,012 3,852 4,221
14 1,345 1,761 2,145 2,624 2,977 3,787 4,14
15 1,341 1,753 2,131 2,602 2,947 3,733 4,073
16 1,337 1,746 2,12 2,583 2,921 3,686 4,015
17 1,333 1,74 2,11 2,567 2,898 3,646 3,965
18 1,33 1,734 2,101 2,552 2,878 3,61 3,922
19 1,328 1,729 2,093 2,539 2,861 3,579 3,883
20 1,325 1,725 2,086 2,528 2,845 3,552 3,85
21 1,323 1,721 2,08 2,518 2,831 3,527 3,819
22 1,321 1,717 2,074 2,508 2,819 3,505 3,792
23 1,319 1,714 2,069 2,5 2,807 3,485 3,768
24 1,318 1,711 2,064 2,492 2,797 3,467 3,745
25 1,316 1,708 2,06 2,485 2,787 3,45 3,725
26 1,315 1,706 2,056 2,479 2,779 3,435 3,707
27 1,314 1,703 2,052 2,473 2,771 3,421 3,69
28 1,313 1,701 2,048 2,467 2,763 3,408 3,674
29 1,311 1,699 2,045 2,462 2,756 3,396 3,659
30 1,31 1,697 2,042 2,457 2,75 3,385 3,646

LAMPIRAN 7
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama :Yuni Asnita
Tempat/Tgl Lahir : Matang Panyang, 28 Agustus 1993
Agama : Islam
Pekerjaan : Mahasiswi
Alamat : Desa Matang Panyang, Kecamatan Baktya Barat.
Kabupaten Aceh Utara
Kontak : 0853 5897 2018
Email : Yuniasnita.feiesp@yahoo.Com
Facebook : Yuni Asnita septiani Al-aras

Nama Orang Tua :


a. Ayah : H. M.Daud Manaf
b. Ibu : Hj. Nursiah
Pekerjaan Orang Tua :
a. Ayah : Petani
b. Ibu : Ibu Rumah Tangga
Alamat Orang Tua : Desa Matang Panyang, Kecamatan Baktya Barat.
Kabupaten Aceh Utara

Riwayat pendidikan :
1. SDN 6 Matang Panyang, lulus tahun 2006
2. SMPN 1 Baktya Barat, lulus tahun 2009
3. SMAN 1 Lhoksukon, lulus tahun 2012
4. FEB Universitas Malikussaleh Lhokseumawe 2012- sekarang

Lhokseumawe, 26 September 2016


Penulis,

YUNI ASNITA
NIM . 120430056

Anda mungkin juga menyukai