Anda di halaman 1dari 332

351.770.

212
Ind
p

PROFIL KESEHATAN INDONESIA


TAHUN 2013

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


2014

351.770.212
Ind
P

Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI


Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Sekretariat Jenderal
Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. -Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. 2014
ISBN 978-602-235-645-5
1. Judul I. HEALTH STATISTICS

Buku ini diterbitkan oleh


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Jalan HR. Rasuna Said Blok X-5 Kav 4-9, Jakarta 12950
Telepon no: 62-21-5229590, 5221432, 5277168
Fax no: 62-21-5203874
E-mail: pusdatin@depkes .go.id
Web site: http://www.kemkes.go.id

ii

TIM PENYUSUN

Pengarah
dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS
Sekretaris Jenderal Kemenkes RI

Ketua
drg. Oscar Primadi, MPH
Kepala Pusat Data dan Informasi

Editor
drg. Vensya Sitohang, M.Epid
Dr. drh. Didik Budijanto, M.Kes
Boga Hardhana, S.Si, MM
drg. Titi Aryati Soenardi, M.Kes

Anggota
Farida Sibuea, SKM, MScPH; Ir. Zulfi, MM;
Marlina Indah Susanti, SKM, M.Epid; Supriyono Pangribowo, SKM, MKM;
Budi Prihantoro, S.Si ; Margiyono, SKom;
Dewi Roro Kumbini, S.Pd, MKM; Annisa Harpini, SKM, MKM;
Sarinah Bintang, SKM, Eka Satriyani Sakti, SKM;
B.B. Sigit; Hellena Maslinda; Hadi Nuramsyah

Kontributor
Biro Perencanaan dan Anggaran; Biro Kepegawaian; Biro Keuangan dan BMN;
Pusat Promosi Kesehatan;Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan;
Set. Ditjen Bina Gizi dan KIA; Dit. Bina Kesehatan Ibu; Dit. Bina Kesehatan Anak;
Dit. Bina Gizi; Set. Ditjen Bina Upaya Kesehatan; Dit. Bina Upaya Kesehatan Dasar;
Dit. Bina Upaya Kesehatan Rujukan; Set. Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan;
Set. Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan; Dit. Surveilans Imunisasi,
Karantina, dan Kesehatan Matra; Dit. Pengendalian Penyakit Menular Langsung;
Dit. Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang; Dit. Pengendalian Penyakit Tidak Menular;
Set. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan; Set. Badan PPSDM Kesehatan;
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan

iii

KATA PENGANTAR
SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN RI

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
kami dapat menyelesaikan Profil Kesehatan Indonesia 2013 ini
dengan baik. Profil Kesehatan Indonesia merupakan salah satu media
publikasi data dan informasi yang terkait dengan situasi dan kondisi
kesehatan yang relatif komprehensif.

Sumber data Profil Kesehatan Indonesia berasal dari unit teknis di


lingkungan Kementerian Kesehatan serta institusi lain yang memiliki
data terkait bidang kesehatan seperti Badan Pusat Statistik (BPS) dan
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).
Data yang ditampilkan pada Profil Kesehatan Indonesia dapat membantu kita dalam
membandingkan capaian pembangunan kesehatan antara satu provinsi dengan provinsi
lainnya, mengukur capaian pembangunan kesehatan di Indonesia, serta sebagai dasar untuk
perencanaan program pembangunan kesehatan selanjutnya.
Terdapat perbedaan Profil Kesehatan Indonesia 2013 dibandingkan dengan Profil Kesehatan
Indonesia yang diterbitkan pada tahun-tahun sebelumnya, yaitu perubahan sistematika bab.
Pada Profil Kesehatan Indonesia terdahulu, sistematika bab secara berurutan terdiri dari ;
Pendahuluan, Gambaran Umum, Situasi Derajat Kesehatan, Upaya Kesehatan, Sumber Daya
Kesehatan, dan Perbandingan antara negara. Sedangkan pada Profil Kesehatan Indonesia 2013
urutan bab terdiri dari Demografi, Sarana Kesehatan, Tenaga Kesehatan, Pembiayaan
Kesehatan, Kesehatan Keluarga (Kesehatan Ibu & Kesehatan Anak), serta Pengendalian
Penyakit dan Kesehatan Lingkungan.
Buku Profil Kesehatan Indonesia 2013 ini disajikan dalam bentuk cetakan dan soft copy (CD)
serta dapat diunduh di website www.kemkes.go.id. Semoga publikasi ini dapat berguna bagi
semua pihak, baik pemerintah, organisasi profesi, akademisi, sektor swasta dan masyarakat
serta berkontribusi secara positif bagi pembangunan kesehatan di Indonesia. Kritik dan saran
kami harapkan sebagai penyempurnaan profil yang akan datang.
Kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan Profil Kesehatan Indonesia
2013 ini, kami mengucapkan terima kasih.

Jakarta, Juli 2014


Sekretaris Jenderal
Kementerian Kesehatan

dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS


NIP. 195408112010061001
iv

KATA SAMBUTAN
MENTERI KESEHATAN RI

Data dan informasi merupakan salah satu komponen krusial dalam


pembangunan kesehatan yang berperan pada tahap perencanaan
sebelum pengambilan keputusan dilakukan. Oleh karena itu, Saya
menyambut gembira atas terbitnya Profil Kesehatan Indonesia 2013.

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan secara


gamblang mengamanatkan bahwa setiap orang berhak atas informasi
dan edukasi tentang kesehatan yang seimbang dan bertanggung jawab.
Dengan demikian sudah menjadi tugas kita bersama selaku pemangku
kepentingan di sektor kesehatan untuk menyediakan data dan
informasi yang berkualitas.
Profil Kesehatan Indonesia 2013 sebagai media publikasi data dan informasi kesehatan terus
melakukan perbaikan dan pembenahan sehingga dapat menyajikan data dan informasi yang
lebih berkualitas, valid, dan konsisten. Pemenuhan kelengkapan data dan ketepatan waktu
pengiriman data baik dari segi cakupan wilayah maupun indikator merupakan masalah utama
yang ditemui dalam proses penyusunan Profil Kesehatan Indonesia. Oleh karena itu, dibutuhkan
penguatan komitmen terhadap integrasi data dan informasi serta koordinasi antara pusat dan
daerah.
Apresiasi yang setinggi-tingginya Saya berikan kepada semua pihak yang berperan dalam
proses penyusunan Profil Kesehatan Indonesia 2013 dari hulu sampai hilir. Saya sangat
berharap publikasi ini bisa menjadi acuan dalam hal data dan informasi bagi semua pihak yang
berkepentingan terhadap upaya pembangunan kesehatan di Indonesia.

Jakarta, Juli 2014


Menteri Kesehatan

DAFTAR SINGKATAN
3M Plus

: Menguras, Menutup, Mengubur, plus Menghindari


gigitan nyamuk

ABH

: Anak yang Berhadapan Hukum

ACT

: Artemisinin-based Combination Therapy

ADB

: Asian Development Bank

ADD

: Anak Dengan Disabilitas

AFP

: Acute Flaccid Paralysis

AHH

: Angka Harapan Hidup


Jumlah rata-rata usia yang diperkirakan pada

seseorang atas dasar angka kematian pada masa


tersebut yang cenderung tidak berubah di masa
mendatang
AIDS

: Acquired Immune Deficiency Syndrome

AKABA

: Angka Kematian Balita

AKB
- Infant Mortality Rate (IMR)

Angka Kematian Bayi

AKI
- Maternal Mortalite Rate (MMR)

Angka Kematian Ibu

AKN
- Neonatal Mortality Rate

Angka Kematian Neonatal

AMH

: Angka Melek Huruf

AMP

: Audit Maternal Perinatal

Andikpas

: Anak didik pemasyarakatan

APBD

: Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

APBN

: Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

API

: Annual Parasite Incidence

APK

: Angka Partisipasi Kasar

APM

: Angka Partisipasi Murni

APS

: Angka Partisipasi Sekolah

ASEAN

: Association of Southeast Asian Nations

ASI Eksklusif

: Pemberian Air Susu Ibu saja tanpa tambahan makanan


dan minuman lain kepada bayi sejak lahir sampai usia
6 bulan.

BABS

: Buang Air Besar Sembarangan

BB/TB

: Status gizi berdasarkan Berat Badan menurut Tinggi


Badan

BB/U

: Status gizi berdasarkan Berat Badan menurut Umur

BBLR

: Berat Bayi Lahir Rendah

BCG

: Bacille Calmette-Gurin

BJP

: Bukan Jaringan Perpipaan

BOK

: Biaya Operasional Kesehatan

BPS

: Badan Pusat Statistik

xvi

BTA +

: Basil Tahan Asam positif

BUMN

: Badan Umum Milik Negara

CBE

: Clinical Breast Examiniation

CBR

: Crude Birth Rate = Angka Kelahiran Kasar

CDR

: Case Detection Rate

CFR

: Case Fatality Rate

CNR

: Case Notification Rate

CR

: Cure Rate = Angka Kesembuhan

CRPD

: Convention on the Rights of Persons with Disabilities

CSR

: Corporate Social Responsibility

CTKI

: Calon Tenaga Kerja Indonesia

D/S

: Cakupan penimbangan balita di posyandu

DAK

: Dana Alokasi Khusus

DBD

: Demam Berdarah Dengue

DBK

: Daerah yang Bermasalah Kesehatan

DIPA

: Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran

vii

DJJ

: Denyut Jantung Janin

DO Rate

: Drop Out Rate

DPT

: Diphteri Pertusis Tetanus

DTPK

: Daerah Tertinggal, Perbatasan dan Kepulauan

EKG

: Elektrokardiogram

EMAS

: Expanding Maternal and Neonatal Survival

FCP

: Female Cancer Program

FGD

: Focus Group Discussion

GHPR

: Gigitan Hewan Penular Rabies

HAM

: Hak Asasi Manusia

Hb

: Hemoglobin

HDI

: Human Development Index

HDK

: Hipertensi Dalam Kehamilan

HIV

: Human Immunodeficiency Virus

ICCP

: Indonesian Cancer Control Progam

ICWRMIP

: Integrated Citarum Water Resources Management


Investment Program

IDAI

: Ikatan Dokter Anak Indonesia

IDU

: Injecting Drug User

IEBA

: Industri Ekstrak Bahan Alam

IMD

: Inisiasi Menyusu Dini

IMS

: Infeksi Menular Seksual

IMT
Body Mass Index (BMI)
IMT/U

Indeks Massa Tubuh

: Status gizi berdasarkan Indeks Massa Tubuh menurut


Umur

IOT

: Industri Obat Tradisional

IPM

: Indeks Pembangunan Manusia

IR

: Incidence Rate

ISPA

: Infeksi Saluran Pernafasan Akut

IVA

: Inspeksi Visual dengan Asam Asetat

IUD

: Intra Uterine Device

Jamkesmas

: Jaminan Kesehatan Masyarakat

Jampersal

: Jaminan Persalinan

JMP

: Joint Monitoring Program

K1

: Kunjungan baru ibu hamil, yaitu kunjungan ibu hamil


pertama kali pada masa kehamilan.

K4

: Kontak minimal empat kali selama masa kehamilan


untuk mendapatkan pelayanan antenatal, yang terdiri
atas minimal satu kali kontak pada trimester pertama,
satukali pada trimester kedua dan duakali pada
trimester ketiga.

KB

: Keluarga Berencana

KF 3

: Kunjungan Nifas; Pelayanan kepada ibu nifas


sedikitnya 3 kali, pada 6 jam pasca persalinan s.d 3
hari; pada minggu ke II, dan pada minggu ke VI
termasuk pemberian vitamin A 2 kali serta persiapan
dan/atau pemasangan KB pasca persalinan.

KIA

: Kesehatan Ibu dan Anak

KIE

: Komunikasi, Informasi dan Edukasi

viii

KKI

: Konsil Kedokteran Indonesia

KKS

: Kabupaten/Kota Sehat

KLB

: Kejadian Luar Biasa

KMS

: Kartu Menuju Sehat

KN1

: Kunjungan Neonatus 1; pelayanan kesehatan neonatal


dasar, kunjungan ke-1 (pertama) pada 6-24 jam
setelah lahir.

KN Lengkap

: Kunjungan Neonatus Lengkap ; pelayanan kesehatan


neonatal dasar meliputi ASI ekslusif, pencegahan
infeksi berupa perawatan mata, tali pusat, pemberian
vitamin K1 injeksi bila tidak diberikan pada saat lahir,
pemberian imunisasi hepatitis B1 bila tidak diberikan
pada saat lahir, dan manajemen terpadu bayi muda.
Dilakukan sesuai standar sedikitnya 3 kali, pada 6-24
jam setelah lahir, pada 3-7 hari dan pada -28 hari
setelah lahir yang dilakukan di fasilitas kesehatan

ix

maupun kunjungan rumah.


KOMNAS

: Komisi Nasional

KPDT

: Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal

KT

: Konseling dan Tes HIV

KtA

: Kekerasan Terhadap Anak

KTR

: Kawasan Tanpa Rokok

KUHAP

: Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana

KVA

: Kekurangan Vitamin A

Lapas

: Lembaga Pemasyarakatan

LBH

: Lembaga Bantuan Hukum

LIL

: Lima Imunisasi Dasar Lengkap

LILA

: Lingkar Lengan Atas

LKSA

: Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak

LMKM

: Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui

LP/LS

: Lintas Program / Lintas Sektor

LPA

: Lembaga Perlindungan Anak

LPP

: Laju Pertumbuhan Penduduk

LSL

: Lelaki Seks dengan Lelaki

LSM

: Lembaga Swadaya Masyarakat

MA

: Madrasah Aliyah

MAK

: Manajemen Aktif Kala

MB

: Multi Basiler

MDGs

: Millenium Development Goals

MOP

: Metode Operatif Pria; cara kontrasepsi dengan


tindakan pembedahan pada saluran sperma pria.

MOW

: Metode Operatif Wanita; cara kontrasepsi dengan


tindakan pembedahan pada saluran telur wanita.

MP ASI

: Makanan Pendamping Air Susu Ibu

MTBM

: ManajemenTerpadu Balita Muda; suatu pendekatan


keterpaduan dalam tata laksana bayi umur 1 hari 2
bulan, baik yang sehat maupun yang sakit, baik yang

datang ke fasilitas rawat jalan pelayanan kesehatan


dasar maupun yang dikunjungi oleh tenaga kesehatan
pada saat kunjungan neonatal.

MTBS

: ManajemenTerpadu Balita Sakit; suatu pendekatan


yang terintegrasi/terpadu dalam tata laksana balita
sakit dengan fokus kepada kesehatan anak usia 0-59
bulan (balita) secara menyeluruh. MTBS bukan
merupakan suatu program kesehatan tetapi suatu
pendekatan/cara menatalaksana balita sakit.

MTs

: Madrasah Tsanawiyah

NAPZA

: Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain

NCDR

: Newly Case Detection Rate

NSPK

: Norma Standar Prosedur Kriteria

P4K

: Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan


Komplikasi

PAK

: Penyakit Akibat Kerja

PAK

: Penyalur Alat Kesehatan

PAMSTBM

: Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Total Berbasis


Masyarakat

PBB

: Perserikatan Bangsa-Bangsa

PBF

: Pedagang Besar Farmasi

PD3I

: Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi

PDAM

: Perusahaan Daerah Air Minum

Perpres

: Peraturan Presiden

PET

: Post Exposure Treatment

PHBS

: Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

PJK

: Penyakit Jantung Koroner

PJPD

: Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah

PK

: Penanganan Komplikasi Maternal

PKH

: Program Keluarga Harapan

PKHS

: Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat

xi

PKK

: Pembinaan Kesejahteraan Keluarga

PKPR

: Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja

PKRT

: Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga

PKT

: Pusat Krisis Terpadu

PMS

: Penyakit Menular Seksual

PN (Salinakes)

: Persalinan oleh Tenaga Kesehatan

PNS

: Pegawai Negeri Sipil

POGI

: Perkumpulan Obstetri Dan Ginekologi Indonesia

Polindes

: Pondok Bersalin Desa

POLRI

: Polisi Republik Indonesia

Poltekkes

: Politeknik Kesehatan

POMP

: Pemberian Obat Massal Pencegahan; program untuk


filariasis

PONED

: Pelayanan emergensi Obstetrik dan Neonatal Dasar

PONEK

: Pelayanan emergensi Obstetrik dan Neonatal


Komprehensif

Posbindu

: Pos Pembinaan Terpadu

Poskesdes

: Pos Kesehatan Desa

Posyandu

: Pos Pelayanan Terpandu

PP

: Peraturan Pemerintah

PPA

: Project Partnership Agreement

PPT

: Pusat Pelayanan Terpadu

PSN

: Pemberantasan Sarang Nyamuk

PTM

: Penyakit Tidak Menular

PTT

: Pegawai Tidak Tetap

PUS

: Pasangan Usia Subur

Puskesmas

: Pusat Kesehatan Masyarakat

Pustu

: Puskesmas Pembantu

RAN

: Rencana Aksi Nasional

Renstra

: Rencana Strategis

Riskesdas

: Riset Kesehatan Dasar

RITL

: Rawat Inap Tingkat Lanjut

RITP

: Rawat Inap Tingkat Pertama

RJTL

: Rawat Jalan Tingkat Lanjut

RJTP

: Rawat Jalan Tingkat Pertama

RPJMN

: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

RPSA

: Rumah Perlindungan Sosial Anak

RPTC

: Rumah Perlindungan Trauma Center

RSIA

: Rumah Sakit Ibu Anak

RSK

: Rumah Sakit Khusus

RSU

: Rumah Sakit Umum

Rutan

: Rumah Tahanan

Satker

: Satuan Kerja

SD

: Sekolah Dasar

SDIDTK

: Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang

SDKI

: Survei Demografi Kesehatan Indonesia

SDM

: Sumber Daya Manusia

SEARO

: WHO South-East Asia Regional

Sentra P3T

: Sentra Pengembangan dan Penerapan Pengobatan


Tradisional

SK

: Surat Keputusan

SKRT

: Survei Kesehatan Rumah Tangga

SLB

: Sekolah Luar Biasa

SLTA

: Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

xii

SLTP

: Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama

SMK

: Sekolah Menengah Kejuruan

SMP

: Sekolah Menengah Pertama

SPAL

: Saluran Pembuangan Air Limbah

xiii

SPM

: Standar Pelayanan Minimal

SR

: Success Rate = Angka Keberhasilan Pengobatan

SpOG

: Spesialis Obstetri Ginekologi/ Spesialis Kebidanan dan


Kandungan

Srikandi

: Sistem Registrasi Kanker di Indonesia

STBM

: Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

STBP

: Survei Terpadu Biologis dan Perilaku

STR

: Surat Tanda Registrasi

STRA

: Surat Tanda Registrasi Apoteker

STRTTK

: Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian

STTB

: Surat Tanda Tamat Belajar

Susenas

: Survei Sosial Ekonomi Indonesia

TB

: Tuberkulosis

TB

: Tinggi Badan

TB/U

: Status gizi berdasarkan Tinggi Badan menurut Umur

THT

: Telinga, Hidung, dan Tenggorokan

TKI

: Tenaga Kerja Indonesia

TNI

: Tentara Nasional Indonesia

Toga

: Tokoh Agama

Toma

: Tokoh Masyarakat

TOT

: Training of Trainer

TPT

: Tingkat Pengangguran Terbuka

TT

: Tetanus Toksoid

UCI

: Universal Child Immunization; tercapainya imunisasi


dasar secara lengkap pada bayi (0-11 bulan), ibu
hamil, wanita usia subur dan anak sekolah tingkat
dasar. Imunisasi dasar lengkap pada bayi meliputi: 1
dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis polio, 4 dosis hepatitis
B, 1 dosis campak. Pada ibu hamil dan wanita usia

subur meliputi 2 dosis TT. Untuk anak sekolah tingkat


dasar rneliputi 1 dosis DT, 1 dosis campak dan 2 dosis
TT.
xiv

UKBM

: Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat;


Bentuk UKBM yang adalah Poskesdes, Polindes, Pos
UKK, Poskestren, TOGA, Saka Bhakti Husada, dan lainlain.

UKGS

: Usaha Kesehatan Gigi Sekolah

UKOT

: Usaha Kecil Obat Tradisional

UKS

: Usaha Kesehatan Sekolah

UMOT

: Usaha Mikro Obat Tradisional

UNICEF

: United Nations Children's Fund

UPPA

: Unit Perlindungan Perempuan dan Anak

UPT

: Unit Pelaksana Teknis

VAR

: Vaksin Anti Rabies

VCT

: Voluntary, Counseling, and Testing

WDF

: World Diabetes Foundation

WHO

: World Health Organization

WNA

: Warga Negara Asing

WUS

: Wanita Usia Subur; keadaan organ reproduksinya


berfungsi dengan baik antara umur 20-45 tahun.

xv

DAFTAR GAMBAR
BAB I. DEMOGRAFI
GAMBAR 1.1

JUMLAH PENDUDUK INDONESIA MENURUT JENIS KELAMIN


TAHUN 2010 2013 .............................................................................................................
3

GAMBAR 1.2

JUMLAH PENDUDUK MENURUT PROVINSI TAHUN 2013 ............................... 4

GAMBAR 1.3

PIRAMIDA PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2013 ...............................................

GAMBAR 1.4
.........

PETA PERSEBARAN KEPADATAN PENDUDUK INDONESIA TAHUN


2013 .....................................................................................................................................
6

GAMBAR 1.5

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 2009 2013 (%) ............ 9

GAMBAR 1.6

PERSENTASE RATA-RATA PENGELUARAN PER KAPITA/BULAN


INDONESIA TAHUN 2013 ..................................................................................................
10

GAMBAR 1.7

PERSENTASE TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA MENURUT


PENDIDIKAN DI INDONESIA KONDISI AGUSTUS 2013 .....................................

12

GAMBAR 1.8

GARIS KEMISKINAN DI INDONESIA TAHUN 2009 2013 ............................... 13

GAMBAR 1.9

PETA PERSEBARAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN DI INDONESIA


TAHUN 2013 .........................................................................................................................
14

....

GAMBAR 1.10 PETA PERSEBARAN PERSENTASE KABUPATEN TERTINGGAL


DI INDONESIA TAHUN 2013 ............................................................................................
15
GAMBAR 1.11 RATA-RATA LAMA SEKOLAH PENDUDUK BERUMUR 15 TAHUN KE
ATAS MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2013 ................................ 16
GAMBAR 1.12 PERSENTASE PENDUDUK USIA 15 TAHUN KEATAS MENURUT STTB
TERTINGGI YANG DIMILIKI TAHUN 2012 ................................................................

17

GAMBAR 1.13 PERSENTASE PENDUDUK BERUMUR 15 TAHUN KE ATAS YANG MELEK


HURUF MENURUT PROVINSI TAHUN 2013 ............................................................

18

GAMBAR 1.14 PERSENTASE ANGKA PARTISIPASI SEKOLAH PENDIDIKAN MENURUT


USIA SEKOLAH DI INDONESIA TAHUN 2008 2013 ..........................................

19

GAMBAR 1.15 PERSENTASE ANGKA PARTISIPASI KASAR PENDIDIKAN DI INDONESIA


TAHUN 2008 2013 .............................................................................................................
20
GAMBAR 1.16 PERSENTASE ANGKA PARTISIPASI MURNI PENDIDIKAN DI INDONESIA
TAHUN 2008 2013 .............................................................................................................
21
GAMBAR 1.17 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA INDONESIA TAHUN 2008 2012 .... 22

GAMBAR 1.18 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

22

GAMBAR 1.19 ANGKA HARAPAN HIDUP WAKTU LAHIR (DALAM TAHUN) INDONESIA
TAHUN 2008 2012 .............................................................................................................
23

xvi

BAB II. SARANA KESEHATAN


GAMBAR 2.1

JUMLAH PUSKESMAS TAHUN 2009 2013 .............................................................

GAMBAR 2.2

RASIO PUSKESMAS PER 30.000 PENDUDUK TAHUN 2009 2013 ............

GAMBAR 2.3

RASIO PUSKESMAS PER 30.000 PENDUDUK TAHUN 2013 ............................29

GAMBAR 2.4

JUMLAH PUSKESMAS RAWAT INAP DAN NON RAWAT INAP TAHUN


2009 2013 ........................................................................................................................
30

......

28

GAMBAR 2.5

PERSENTASE KABUPATEN/KOTA YANG MEMENUHI SYARAT MINIMAL


4 PUSKESMAS PONED DI INDONESIA TAHUN 2013 ........................................... 31

GAMBAR 2.6

JUMLAH PUSKESMAS YANG MELAKSANAKAN PELAYANAN


KESEHATAN PEDULI REMAJA DI INDONESIA TAHUN 2013 ..........................

GAMBAR 2.7

28

32

PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT UMUM DAN RUMAH SAKIT


KHUSUS DI INDONESIA TAHUN 2009 2013 .........................................................

36

GAMBAR 2.8

PERSENTASE RUMAH SAKIT KHUSUS (RSK) MENURUT JENIS DI


INDONESIA TAHUN 2013 ..................................................................................................
36

GAMBAR 2.9

RASIO JUMLAH TEMPAT TIDUR RUMAH SAKIT PER 1.000 PENDUDUK


DI INDONESIA TAHUN 2009 2013 ........................................................................... 37

GAMBAR 2.10 RASIO TEMPAT TIDUR RUMAH SAKIT PER 1.000 PENDUDUK DI
INDONESIA TAHUN 2013 ..................................................................................................
38
GAMBAR 2.11 PERSENTASE RUMAH SAKIT MENURUT KELAS DI INDONESIA TAHUN
2013 ....................................................................................................................................
..........
38
GAMBAR 2.12 JUMLAH SARANA PRODUKSI KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
DI INDONESIA TAHUN 2013 ............................................................................................
40
GAMBAR 2.13 JUMLAH SARANA DISTRIBUSI KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
DI INDONESIA TAHUN 2013 ............................................................................................
41
GAMBAR 2.14 PERSENTASE RATA-RATA PENGGUNAAN OBAT GENERIK DI
FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN TAHUN 2013 ...........................................

42

GAMBAR 2.15 PERSENTASE DESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF TAHUN 2013 ...........43
GAMBAR 2.16 PERSENTASE POSYANDU MENURUT STRATA DI INDONESIA TAHUN
2013 ....................................................................................................................................
..........
44
GAMBAR 2.17 RASIO POSYANDU

TERHADAP

DESA/KELURAHAN

DI

INDONESIA

.....

TAHUN 2013 ........................................................................................................................


45

GAMBAR 2.18 JUMLAH PROGRAM STUDI POLTEKKES DIPLOMA III DAN IV DI


INDONESIA TAHUN 2013 ..................................................................................................
46
GAMBAR 2.19 JUMLAH PESERTA DIDIK DIPLOMA III POLTEKKES DI INDONESIA
TAHUN 2013 ........................................................................................................................
.....
46
GAMBAR 2.20 JUMLAH LULUSAN DIPLOMA III POLTEKKES DI INDONESIA TAHUN
2013......................................................................................................................................
..........
47

xvii

BAB III. TENAGA KESEHATAN


GAMBAR 3.1
.....
GAMBAR 3.2
.....
GAMBAR 3.3
..........
GAMBAR 3.4

RASIO DOKTER UMUM TERHADAP 100.000 PENDUDUK DI INDONESIA


TAHUN 2013 ........................................................................................................................
52
RASIO PERAWAT TERHADAP 100.000 PENDUDUK DI INDONESIA
TAHUN 2013 ........................................................................................................................
53
RASIO BIDAN TERHADAP 100.000 PENDUDUK DI INDONESIA TAHUN
2013 ....................................................................................................................................
54
RASIO DOKTER UMUM DI PUSKESMAS TERHADAP JUMLAH
PUSKESMAS DI INDONESIA TAHUN 2013 ................................................................

55

GAMBAR 3.5

JUMLAH TENAGA KESEHATAN MENURUT JENIS DI PUSKESMAS DI


INDONESIA TAHUN 2013 ..................................................................................................
55

GAMBAR 3.6

JUMLAH TENAGA KESEHATAN MENURUT JENIS DI RUMAH SAKIT DI


INDONESIA TAHUN 2013 ..................................................................................................
56

GAMBAR 3.7

JUMLAH DOKTER UMUM PTT, DOKTER GIGI PTT DAN BIDAN PTT
AKTIF MENURUT KRITERIA WILAYAH DI INDONESIA TAHUN 2013 ....... 57

GAMBAR 3.8

JUMLAH PENGANGKATAN DOKTER/DOKTER GIGI SPESIALIS, DOKTER


UMUM, DOKTER GIGI DAN BIDAN SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP
(PTT) MENURUT KRITERIA WILAYAH DI INDONESIA TAHUN 2013 ........ 58

BAB IV. PEMBIAYAAN KESEHATAN


GAMBAR 4.1
.

ALOKASI DAN REALISASI ANGGARAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI


TAHUN 2008 2013 ............................................................................................................
63

GAMBAR 4.2

PERSENTASE ANGGARAN KESEHATAN TERHADAP APBD MENURUT


PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2013 ..................................................................... 64

GAMBAR 4.3

JUMLAH KUNJUNGAN RJTP, RITP, RJTL & RITL DI INDONESIA TAHUN

..........

2013 ....................................................................................................................................
66

GAMBAR 4.4

PENCAPAIAN JUMLAH KUNJUNGAN RJTP, RITP, RJTL & RITL DI


INDONESIA TAHUN 2009-2013 .....................................................................................
66

GAMBAR 4.5

PERSENTASE PENYERAPAN DANA BANTUAN OPERASIONAL


KESEHATAN (BOK) MENURUT PROVINSI TAHUN 2013 .................................. 68

BAB V. KESEHATAN KELUARGA


GAMBAR 5.1

CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN IBU HAMIL K1 DAN K4 DI


INDONESIA TAHUN 2004 2013 ..................................................................................
73

GAMBAR 5.2

CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN IBU HAMIL K4 MENURUT


PROVINSI, TAHUN 2013 .....................................................................................................
74

GAMBAR 5.3

CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN IBU HAMIL K1 DAN K4 IDEAL DI


INDONESIA, TAHUN 2013 .................................................................................................
75

GAMBAR 5.4

CAKUPAN PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH TENAGA KESEHATAN


DI INDONESIA TAHUN 2004 2013 ............................................................................ 76

GAMBAR 5.5

CAKUPAN PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH TENAGA KESEHATAN


MENURUT PROVINSI TAHUN 2013 .............................................................................. 76

GAMBAR 5.6

PROPORSI KELAHIRAN BERDASARKAN TEMPAT BERSALIN DI


INDONESIA, RISKESDAS 2013 .........................................................................................
77

GAMBAR 5.7

CAKUPAN PELAYANAN IBU HAMIL K4 DAN CAKUPAN PERTOLONGAN


PERSALINAN OLEH TENAGA KESEHATAN DI INDONESIA TAHUN 2004
2013 ...................................................................................................................................
78

xviii

........
GAMBAR 5.8
GAMBAR 5.9

PROPORSI PENOLONG PERSALINAN DENGAN KUALIFIKASI


TERTINGGI DI INDONESIA, RISKESDAS TAHUN 2013 .......................................

78

PROPORSI PERSALINAN SESAR DARI KELAHIRAN PERIODE 1 JANUARI


2010 SAMPAI SAAT WAWANCARA MENURUT KARAKTERISTIK DI
INDONESIA, RISKESDAS 2013 .........................................................................................
79

GAMBAR 5.10 CAKUPAN KUNJUNGAN NIFAS (KF3) DI INDONESIA TAHUN 2008


2013.......................................................................................................................................
.........
80
GAMBAR 5.11 CAKUPAN PENANGANAN KOMPLIKASI KEBIDANAN DI INDONESIA
TAHUN 2008 2013 .............................................................................................................
81

GAMBAR 5.12 CAKUPAN PENANGANAN KOMPLIKASI KEBIDANAN MENURUT


PROVINSI TAHUN 2013 ......................................................................................................
81
GAMBAR 5.13 PENYEBAB KEMATIAN IBU DI INDONESIA TAHUN 2010 ............................... 82

GAMBAR 5.14 PERSENTASE PEMAKAIAN ALAT/CARA KB PADA WANITA USIA SUBUR


(15-49 TAHUN) YANG BERSTATUS KAWIN DI INDONESIA, RISKESDAS
2013 .....................................................................................................................................
.........
84
GAMBAR 5.15 PERSENTASE PESERTA KB AKTIF MENURUT METODE KONTRASEPSI
DI INDONESIA TAHUN 2013 ............................................................................................
84
GAMBAR 5.16 PERSENTASE PESERTA KB AKTIF MENURUT PROVINSI TAHUN 2013 ...

85

GAMBAR 5.17 PERSENTASE PESERTA KB BARU MENURUT METODE KONTRASEPSI


TAHUN 2013 .........................................................................................................................
....
86
GAMBAR 5.18 CAKUPAN PESERTA KB BARU MENURUT PROVINSI TAHUN 2013 ........... 86
GAMBAR 5.19 PERSENTASE BERAT BAYI LAHIR RENDAH MENURUT PROVINSI,
RISKESDAS 2013 .................................................................................................................
...
88
GAMBAR 5.20 CAKUPAN PENANGANAN KOMPLIKASI NEONATAL MENURUT
PROVINSI TAHUN 2013 ......................................................................................................
89

GAMBAR 5.21 CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATAL PERTAMA DI INDONESIA TAHUN


2013 .....................................................................................................................................
.........
91

xix

GAMBAR 5.22 CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATAL LENGKAP DI INDONESIA TAHUN


2013 .....................................................................................................................................
.........
91
GAMBAR 5.23 CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATAL LENGKAP DI INDONESIA TAHUN
2009-2013
.................................................................................................................................. 92
GAMBAR 5.24 CAKUPAN KUNJUNGAN BAYI DI INDONESIA TAHUN 2013 ............................

93

GAMBAR 5.25 PERSENTASE BAYI MULAI MENDAPAT ASI KURANG DARI 1 JAM
PERTAMA (INISIASI MENYUSU DINI) PADA ANAK UMUR 0-23 BULAN
MENURUT PROVINSI, RISKESDAS TAHUN 2013 .................................................. 95
GAMBAR 5.26 CAKUPAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI 0-6 BULAN MENURUT PROVINSI
TAHUN 2013 .........................................................................................................................
....
96
GAMBAR 5.27 PERSENTASE PEMBERIAN KAPSUL VITAMIN A PADA ANAK UMUR (659 BULAN) MENURUT PROVINSI, RISKESDAS TAHUN 2013 ......................... 99
GAMBAR 5.28 PERSENTASE PEMBERIAN KAPSUL VITAMIN A PADA ANAK UMUR (659 BULAN) SELAMA ENAM BULAN TERAKHIR MENURUT PROVINSI,
RISKESDAS TAHUN 2013 ...................................................................................................
100

GAMBAR 5.29 CAKUPAN PENIMBANGAN BALITA (D/S) DI INDONESIA TAHUN 2013 101
GAMBAR 5.30 PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI CAMPAK DI INDONESIA TAHUN
2013 .....................................................................................................................................
.........
103
GAMBAR 5.31 PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI CAMPAK PADA ANAK UMUR 12-23
BULAN DI INDONESIA TAHUN 2013 ........................................................................... 104
GAMBAR 5.32 PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI DASAR LENGKAP DI INDONESIA
TAHUN 2013 .........................................................................................................................
....
105
GAMBAR 5.33 CAKUPAN DESA/KELURAHAN UCI DI INDONESIA TAHUN 2013 ............... 106
GAMBAR 5.34 ANGKA DROP OUT CAKUPAN IMUNISASI DPT/HB1 - CAMPAK PADA
BAYI DI INDONESIA TAHUN 2007-2013 ..................................................................

107

GAMBAR 5.35 CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN ANAK BALITA DI INDONESIA


TAHUN 2013 .........................................................................................................................
....
108
GAMBAR 5.36 CAKUPAN SEKOLAH DASAR YANG MELAKSANAKAN PENJARINGAN
SISWA SD/SETINGKAT KELAS 1 DI INDONESIA TAHUN 2013 .....................

110

GAMBAR 5.37 PERSENTASE KABUPATEN/KOTA DENGAN MINIMAL 4 PUSKESMAS


MAMPU TATA LAKSANA PKPR DI INDONESIA TAHUN 2013 ........................

112

GAMBAR 5.38 PERSENTASE KABUPATEN/KOTA DENGAN MINIMAL 2 PUSKESMAS


MAMPU TATA LAKSANA KTA DI INDONESIA TAHUN 2013 ...........................

115

GAMBAR 5.39 PERSENTASE BALITA KEKURANGAN GIZI BERDASARKAN BERAT


BADAN MENURUT UMUR BB/U DI INDONESIA TAHUN 2013 .....................

119

GAMBAR 5.40 PERSENTASE BALITA DENGAN TINGGI BADAN DI BAWAH NORMAL


BERDASARKAN TINGGI BADAN MENURUT UMUR TB/U DI INDONESIA
TAHUN 2013 .........................................................................................................................
....
120
GAMBAR 5.41 PERSENTASE BALITA KURUS BERDASARKAN BERAT BADAN
MENURUT TINGGI BADAN (BB/TB) DI INDONESIA, RISKESDAS TAHUN
2013 .....................................................................................................................................
.........
121

xx

GAMBAR 5.42 PERSENTASE KELEBIHAN BERAT BADAN PADA PENDUDUK DEWASA


BERDASARKAN KATEGORI INDEKS MASA TUBUH MENURUT
PROVINSI, RISKESDAS, TAHUN 2013 .......................................................................... 122

BAB VI. PENGENDALIAN PENYAKIT DAN KESEHATAN LINGKUNGAN


GAMBAR 6.1
.........

PROPORSI KASUS BARU BTA + MENURUT KELOMPOK UMUR TAHUN


2013 ....................................................................................................................................
128

GAMBAR 6.2

PROPORSI BTA POSITIF DI ANTARA SELURUH KASUS TB PARU DI


INDONESIA TAHUN 2008-2013 .....................................................................................
128

GAMBAR 6.3

PROPORSI BTA POSITIF DI ANTARA SELURUH KASUS TB PARU


MENURUT PROVINSI TAHUN 2013 .............................................................................. 129

GAMBAR 6.4

ANGKA NOTIFIKASI KASUS BTA+ DAN SELURUH KASUS PER 100.000


PENDUDUK TAHUN 2008-2013 .....................................................................................
130

GAMBAR 6.5

ANGKA NOTIFIKASI KASUS TB PARU BTA+PER 100.000 PENDUDUK


MENURUT PROVINSI TAHUN 2013 .............................................................................. 130

GAMBAR 6.6

ANGKA KESEMBUHAN DAN KEBERHASILAN PENGOBATAN TB BTA+DI


INDONESIA TAHUN 2008-2013 .....................................................................................
131

GAMBAR 6.7
..........

JUMLAH KASUS BARU HIV POSITIF DI INDONESIA SAMPAI TAHUN


2013 ....................................................................................................................................
133

GAMBAR 6.8

PETA EPIDEMI HIV DI INDONESIA TAHUN 2012 ................................................

GAMBAR 6.9

JUMLAH KASUS BARU DAN KUMULATIF PENDERITA AIDS YANG


TERDETEKSI DARI BERBAGAI SARANA KESEHATAN DI INDONESIA
SAMPAI TAHUN 2013 ..........................................................................................................
134

134

GAMBAR 6.10 PROPORSI KASUS BARU AIDS MENURUT


JENIS
KELAMIN DI
INDONESIA TAHUN 2013 ..................................................................................................
135
GAMBAR 6.11 PERSENTASE KASUS BARU AIDS MENURUT KELOMPOK UMUR DI
INDONESIA TAHUN 2013 ..................................................................................................
135
GAMBAR 6.12 PERSENTASE KASUS AIDS MENURUT FAKTOR RISIKO DI INDONESIA
TAHUN 2013 .........................................................................................................................
....
136
GAMBAR 6.13 ANGKA KEMATIAN AKIBAT AIDS YANG DILAPORKAN DI INDONESIA
TAHUN 2000-2013
................................................................................................................
136
GAMBAR 6.14 PERIOD PREVALENCE PNEUMONIA MENURUT PROVINSI RISKESDAS
2007 DAN 2013 ...................................................................................................................
....
139
GAMBAR 6.15 CAKUPAN PENEMUAN PNEUMONIA PADA BALITA DI INDONESIA
TAHUN 2008-2013
................................................................................................................
140
GAMBAR 6.16 ANGKA PREVALENSI DAN ANGKA PENEMUAN KASUS BARU KUSTA
(NCDR) TAHUN 2008-2013 ..............................................................................................
141
GAMBAR 6.17 ANGKA PENEMUAN KASUS BARU KUSTA PER 100.000 PENDUDUK
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2013 .............................................

141

xxi

GAMBAR 6.18 ANGKA CACAT TINGKAT II PER 1.000.000 PENDUDUK TAHUN 20082013 ....................................................................................................................................
..........
142
GAMBAR 6.19 ANGKA CACAT TINGKAT II KUSTA PER 1.000.000 PENDUDUK PER
PROVINSI TAHUN 2013 ......................................................................................................
142

GAMBAR 6.20 PROPORSI KUSTA MB DAN PROPORSI KUSTA PADA ANAK TAHUN
2008-2013
.................................................................................................................................. 143
GAMBAR 6.21 PERIOD PREVALENCE DIARE (> 2 MINGGU 1 BULAN SEBELUM
WAWANCARA)MENURUT GEJALA, RISKESDAS 2013 ........................................

144

GAMBAR 6.22 INCIDENCE RATE (IR) CAMPAK PER 100.000 PENDUDUK MENURUT
PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2013 ..................................................................... 145
GAMBAR 6.23 PROPORSI KASUS CAMPAK MENURUT KELOMPOK UMUR DI
INDONESIA TAHUN 2013 ..................................................................................................
146
GAMBAR 6.24 PROPORSI KASUS DIFTERI MENURUT KELOMPOK UMUR DI
INDONESIA TAHUN 2013 ..................................................................................................
147

GAMBAR 6.25 NON POLIO AFP RATE PER 100.000 ANAK < 15 TAHUN DI INDONESIA
TAHUN 2013 ........................................................................................................................
....
147
GAMBAR 6.26 PERSENTASE SPESIMEN ADEKUAT AFP MENURUT PROVINSI TAHUN
2013 ....................................................................................................................................
..........
148
GAMBAR 6.27 ANGKA KESAKITAN DEMAM BERDARAH DENGUE PER 100.000
PENDUDUK TAHUN 2008-2013 .....................................................................................
149
GAMBAR 6.28 ANGKA KESAKITAN DEMAM BERDARAH DENGUE PER 100.000
PENDUDUK MENURUT PROVINSI TAHUN 2013 ................................................... 150
GAMBAR 6.29 JUMLAH KABUPATEN/KOTA TERJANGKIT DBD DI INDONESIA TAHUN
2008-2013
.................................................................................................................................. 150
GAMBAR 6.30 ANGKA BEBAS JENTIK DI INDONESIA TAHUN 2008-2013 ............................. 151
GAMBAR 6.31 JUMLAH KASUS CHIKUNGUNYA DI INDONESIA TAHUN 2008-2013 ......... 152
GAMBAR 6.32 JUMLAH KASUS KLINIS FILARIASIS DI INDONESIA TAHUN 2008 2013
..............................................................................................................................................
.............
152
GAMBAR 6.33 PETA ENDEMISITAS MALARIA DI INDONESIA TAHUN 2012 DAN 2013 .

153

GAMBAR 6.34 PERSENTASE KABUPATEN/KOTA MENURUT TINGKAT ENDEMISITAS


TAHUN 2011-2013
................................................................................................................
153
GAMBAR 6.35 ANGKA KESAKITAN MALARIA (ANNUAL PARACITE INCIDENCE /API)
PER 1.000 PENDUDUK BERISIKO TAHUN 2005-2013 .......................................

154

GAMBAR 6.36 SITUASI RABIES DI INDONESIA TAHUN 2009 2013 .......................................

155

GAMBAR 6.37 SEBARAN KASUS GHPR DAN KEMATIAN AKIBAT RABIES (LYSSA) DI
INDONESIA TAHUN 2013 .................................................................................................
156
GAMBAR 6.38 SITUASI LEPTOSPIROSIS DI INDONESIA TAHUN 2008 2013 ..................... 157
GAMBAR 6.39 JUMLAH KASUS DAN CFR ANTRAKS DI INDONESIA TAHUN 2008-2013

xxii

158

GAMBAR 6.40 JUMLAH KASUS, KEMATIAN, DAN CASE FATALITY RATE (CFR) FLU
BURUNG DI INDONESIA TAHUN 2005-2013 ...........................................................
GAMBAR 6.41 PREVALENSI STROKE PADA UMUR 15 TAHUN () BERDASARKAN
DIAGNOSIS DOKTER MENURUT PROVINSI TAHUN 2007 DAN 2013 .........

159

162

GAMBAR 6.42 PREVALENSI PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA UMUR 15 TAHUN


BERDASARKAN DIAGNOSIS DOKTER/GEJALA MENURUT PROVINSI
TAHUN 2013 ........................................................................................................................
.....
163
GAMBAR 6.43 PREVALENSI HIPERTENSI PADA UMUR 18 TAHUN BERDASARKAN
WAWANCARA MENURUT PROVINSI TAHUN 2007 DAN 2013......................

163

GAMBAR 6.44 PREVALENSI PREVALENSI PENYAKIT KANKER () BERDASARKAN


DIAGNOSIS DOKTER/GEJALA MENURUT PROVINSI TAHUN 2013 .............

165

GAMBAR 6.45 PREVALENSI DIABETES PADA UMUR 15 TAHUN BERDASARKAN


DIAGNOSIS DOKTER/GEJALA MENURUT PROVINSI TAHUN 2007 DAN
2013 ....................................................................................................................................
..........
167
GAMBAR 6.46 PREVALENSI PPOK PADA UMUR > 30 TAHUN BERDASARKAN GEJALA
(%) MENURUT PROVINSI TAHUN 2013 ..............................................................

170
GAMBAR 6.47 PETA PREVALENSI PENYAKIT GAGAL GINJAL KRONIS PADA UMUR
15 TAHUN DI INDONESIA TAHUN 2013 .................................................................... 170
GAMBAR 6.48 PREVALENSI PENYAKIT ASMA BERDASARKAN GEJALA (%) MENURUT
ROVINSI TAHUN 2013 .........................................................................................................
171
GAMBAR 6.49 PROPORSI PENDUDUK BERDASARKAN USIA PERTAMA KALI
MEROKOK TIAP HARI DI INDONESIA TAHUN 2013 ..........................................

172

GAMBAR 6.50 PROPORSI PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN YANG MEROKOK TIAP


HARI MENURUT PROVINSI TAHUN 2013 .................................................................

172

GAMBAR 6.51 PROPORSI RUMAH TANGGA BERDASARKAN JENIS SUMBER AIR


MINUM DI INDONESIA, RISKESDAS 2013 ................................................................. 174
GAMBAR 6.52 PROPORSI RUMAH TANGGA YANG MENGOLAH AIR MINUM SEBELUM
DIMINUM DI INDONESIA, RISKESDAS 2013 ............................................................
GAMBAR 6.53 PROPORSI RUMAH BERDASARKAN CARA PENGOLAHAN AIR MINUM
SEBELUM DIMINUM DI INDONESIA, RISKESDAS 2013 .....................................

175

176

GAMBAR 6.54 PROPORSI RUMAH TANGGA YANG MEMILIKI AKSES TERHADAP


SUMBER AIR MINUM IMPROVED BERDASARKAN KRITERIA JMP WHOUNICEF 2006, RISKESDAS 2013 .....................................................................................
177
GAMBAR 6.55 PROPORSI RUMAH TANGGA BERDASARKAN PENGGUNAAN FASILITAS
BUANG AIR BESAR DI INDONESIA, RISKESDAS 2013 ........................................ 178
GAMBAR 6.56 PROPORSI RUMAH TANGGA BERDASARKAN JENIS TEMPAT BUANG
AIR BESAR DI INDONESIA, RISKESDAS 2013 .........................................................

179

GAMBAR 6.57 PROPORSI RUMAH TANGGA YANG MEMILIKI AKSES TERHADAP


FASILITAS SANITASI IMPROVED BERDASARKAN KRITERIA JMP WHOUNICEF 2006, RISKESDAS 2013 .....................................................................................
180

xxiii

DAFTAR TABEL
TABEL 1.1

JUMMLAH PENDUDUK DAN ANGKA BEBAN TANGGUNGAN MENURUT


JENIS KELAMIN DAN KELOMPOK USIA PRODUKTIF DAN NON
PRODUKTIF DI INDONESIA TAHUN 2013 .................................................................

TABEL 1.2

PENDUDUK SASARAN PROGRAM PEMBANGUNAN KESEHATAN DI


INDONESIA TAHUN 2013 ..................................................................................................8

TABEL 1.3

PERKEMBANGAN ANGKATAN KERJA, PENDUDUK YANG BEKERJADAN


PENGANGGURAN TERBUKA DI INDONESIA TAHUN 2011 2013 ...............

11

TABEL 1.4

PERSEBARAN JUMLAH DAN PROPORSI PENDUDUK MISKIN MENURUT


KELOMPOK BESAR PULAU DI INDONESIA TAHUN 2011 2013 ................. 14

TABEL 2.1

PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT MENURUT KEPEMILIKAN DI


INDONESIA TAHUN 2011 2013 ..................................................................................
35

TABEL 6.1

PREVALENSI TB PARU BERDASARKAN DIAGNOSIS DAN GEJALA TB


PARU MENURUT KARAKTERISTIK,RISKESDAS 2013 ........................................

132

PERSENTASE WANITA UMUR 15-49 TAHUN DAN PRIA KAWIN 15-54


TAHUN1 YANG PERNAH MENDENGAR TENTANG HIV AIDS MENURUT
KARAKTERISTIK LATAR BELAKANG TAHUN 2012 ............................................

137

TABEL 6.2

TABEL 6.3

TABEL 6.4
.

PERSENTASE WANITA UMUR 15-49 TAHUN DAN PRIA KAWIN 15-541


TAHUN TENTANG CARA MENGURANGI RISIKO TERKENA HIV AIDS
MENURUT KARAKTERISTIK LATAR BELAKANG TAHUN 2012 ....................

138

DISTRIBUSI KASUS LEPTOSPIROSIS DI 9 PROVINSI DI INDONESIA


TAHUN 2005 2013 ............................................................................................................
157

****

xxiv

DAFTAR LAMPIRAN
BAB I. DEMOGRAFI
Lampiran 1.1

Pembagian Wilayah Administrasi Pemerintahan Menurut Provinsi


Tahun 2013

Lampiran 1.2

Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia Menurut Kelompok Umur dan Jenis


Kelamin Tahun 2013

Lampiran 1.3

Estimasi Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Rasio Jenis Kelamin
Menurut Provinsi Tahun 2013

Lampiran 1.4

Estimasi Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Luas Wilayah dan


Kepadatan Penduduk Menurut Provinsi Tahun 2013

Lampiran 1.5

Estimasi Jumlah Lahir Hidup, Jumlah Bayi (0 Tahun), Jumlah Batita (0-2
Tahun), Jumlah Anak Balita (1 - 4 Tahun), Jumlah Balita (0 - 4 Tahun)
Menurut Provinsi Tahun 2013

Lampiran 1.6

Estimasi Jumlah Penduduk Menurut Penduduk Usia Muda, Usia Produktif dan
Usia Non Produktif Menurut Jenis Kelamin Provinsi Tahun 2013

Lampiran 1.7

Estimasi Jumlah Wanita Usia Subur (15 - 49 Tahun), WUS Imunisasi (15 - 39
Tahun), Ibu Hamil, Ibu Bersalin Dan Ibu Nifas Menurut Provinsi Tahun 2013

Lampiran 1.8

Estimasi Jumlah Anak Pra Sekolah, Jumlah Anak Usia Kelas 1 SD/Setingkat,
dan Jumlah Anak Usia SD/Setingkat Menurut Provinsi Tahun 2013

Lampiran 1.9

Indeks Gini Menurut Provinsi Tahun 2010 - 2013

Lampiran 1.10 Jumlah Penduduk Miskin, Persentase Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan
Tahun 2000 - 2013
Lampiran 1.11 Garis Kemiskinan, Jumlah, dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Provinsi
dan Tipe Daerah Tahun 2013
Lampiran 1.12 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
Menurut Provinsi Tahun 2013
Lampiran 1.13 Angka Partisipasi Sekolah (APS) Pendidikan Menurut Provinsi Tahun 2010
2012
Lampiran 1.14 Angka Partisipasi Kasar (APK) Pendidikan Menurut Provinsi Tahun 2010
2012
Lampiran 1.15 Angka Partisipasi Murni (APM) Pendidikan Menurut Provinsi Tahun 20102012
Lampiran 1.16 Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Melek Huruf Menurut
Provinsi dan Jenis Kelamin Tahun 2010 - 2012
Lampiran 1.17 Indeks Pembangunan Manusia dan Komponen Menurut Provinsi Tahun 20112012
Lampiran 1.18 Jumlah dan Persentase Kabupaten Tertinggal Menurut Provinsi Tahun 2010
2013
xxv

BAB II. SARANA KESEHATAN


Lampiran 2.1

Jumlah Puskesmas dan Rasionya Terhadap Penduduk Menurut Provinsi


Tahun 2009 2013

Lampiran 2.2

Jumlah Puskesmas Perawatan Rawat Inap dan Non Rawat Inap Menurut
Provinsi Tahun 2009 - 2013

Lampiran 2.3

Jumlah Puskesmas dan Rumah Sakit dengan Pelayanan Pengembangan


Menurut Provinsi Tahun 2013

Lampiran 2.4

Jumlah Kabupaten/Kota dengan Puskesmas yang Nakesnya Dilatih Kesehatan


Tradisional, Alternatif Dan Komplementer Menurut Provinsi Tahun 2013

Lampiran 2.5

Jumlah Rumah
Tahun 2013

Lampiran 2.6

Jumlah Rumah Sakit


Tahun 2009 - 2013

Lampiran 2.7

Jumlah Rumah Sakit Khusus dan Tempat Tidur Menurut Jenis Rumah Sakit
Tahun 2009 - 2013

Lampiran 2.8

Jumlah Rumah Sakit dan Tempat Tidur Menurut Kelas Rumah Sakit dan
Provinsi Tahun 2013

Lampiran 2.9

Jumlah Tempat Tidur di Rumah Sakit Menurut Kelas Perawatan dan Provinsi
Tahun 2013

Sakit

di

Indonesia

Umum

dan

Menurut
Tempat

Pengelola
Tidur

dan

Menurut

Provinsi
Pengelola

Lampiran 2.10 Jumlah Sarana Produksi Bidang Kefarmasian dan Alat Kesehatan Menurut
Provinsi Tahun 2011-2013
Lampiran 2.11 Jumlah Sarana Distribusi Bidang Kefarmasian dan Alat Kesehatan Menurut
Provinsi Tahun 2011-2013
Lampiran 2.12 Jumlah Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) Menurut
Provinsi Tahun 2013
Lampiran 2.13 Jumlah RW, Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Serta Posyandu Menurut Provinsi
dan Tingkatan (Strata) di Indonesia Tahun 2013
Lampiran 2.14 Jumlah Program Studi Diploma IV Institusi Politeknik Kesehatan (Poltekkes)
Menurut Provinsi Sampai dengan Desember Tahun 2013
Lampiran 2.15 Jumlah Jurusan/Program Studi Diploma III Institusi Politeknik Kesehatan
(Poltekkes) Menurut Jurusan dan Provinsi Tahun 2013
Lampiran 2.16 Jumlah Perserta Didik Diploma III Poltekkes Menurut Jenis Tenaga Kesehatan
Tahun Ajaran 2011/2012 Sampai Dengan 2013/2014
Lampiran 2.17 Jumlah Peserta Didik Program Diploma III Poltekkes Berdasarkan Jenis
Tenaga Kesehatan Tahun 2013
Lampiran 2.18 Jumlah Lulusan Program Studi Diploma III Poltekkes Menurut Jenis Tenaga
Kesehatan Tahun 2011-2013
Lampiran 2.19 Jumlah Lulusan Program Studi Diploma III Poltekkes Menurut Jenis Program
Studi Tahun 2013

xxvi

Lampiran 2.20 Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin di Indonesia Sampai Dengan Bulan
November 2013
Lampiran 2.21 Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin di Indonesia Sampai Dengan Bulan

November 2013
Lampiran 2.22 Penggunaan Obat Generik pada Sarana Pelayanan Kesehatan Menurut
Provinsi Tahun 2013
BAB III. TENAGA KESEHATAN
Lampiran 3.1

Rekapitulasi Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan Menurut Jenis Tenaga


dan Provinsi Tahun 2013

Lampiran 3.2

Jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan di Puskesmas Menurut Jenis


Tenaga dan Provinsi Tahun 2013

Lampiran 3.3

Rasio Dokter Umum, Dokter Gigi, Perawat, dan Bidan Terhadap Jumlah
Puskesmas Menurut Provinsi Tahun 2013

Lampiran 3.4

Jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan di Rumah Sakit Menurut


Provinsi Tahun 2013

Lampiran 3.5

Jumlah Dokter Umum, Dokter Spesialis, Dokter Gigi dan Dokter Gigi Spesialis
yang Memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) Menurut Provinsi Sampai Dengan
Desember Tahun 2013

Lampiran 3.6

Jumlah Tenaga Kesehatan Yang Memiliki Surat Tanda Registrasi (STR)


Menurut Provinsi Tahun 2011 Sampai Dengan Desember Tahun 2013

Lampiran 3.7

Jumlah Dokter Spesialis dan Dokter Gigi Spesialis Sebagai Pegawai Tidak
Tetap (PTT) Aktif Menurut Kriteria Wilayah dan Provinsi Tahun 2013

Lampiran 3.8

Jumlah Dokter Umum Sebagai Pegawai Tidak Tetap (PTT) Aktif Menurut
Kriteria Wilayah dan Provinsi Tahun 2013

Lampiran 3.9

Jumlah Dokter Gigi Sebagai Pegawai Tidak Tetap (PTT) Aktif Menurut Kriteria
Wilayah dan Provinsi Kondisi 31 Desember 2013

Lampiran 3.10 Jumlah Bidan Sebagai Pegawai Tidak Tetap (PTT) Aktif Menurut Kriteria
Wilayah dan Provinsi Kondisi 31 Desember 2013
Lampiran 3.11 Jumlah Keberadaan Aktif Tenaga Residen dan Tenaga Penugasan Khusus D-III
Kesehatan Di Kabupaten Prioritas DTPK dan DBK Menurut Provinsi
Tahun 2013
Lampiran 3.12 Jumlah Pengangkatan Dokter Spesialis dan Dokter Gigi Spesialis Sebagai
Pegawai Tidak Tetap (PTT) Menurut Kriteria Wilayah dan Provinsi
Tahun 2013
Lampiran 3.13 Jumlah Pengangkatan Dokter Umum Sebagai Pegawai Tidak Tetap (PTT)
Menurut Kriteria Wilayah Dan Provinsi Tahun 2013
Lampiran 3.14 Jumlah Pengangkatan Dokter Gigi Sebagai Pegawai Tidak Tetap (PTT)
Menurut Kriteria Wilayah Dan Provinsi Tahun 2013
Lampiran 3.15 Jumlah Pengangkatan Bidan Sebagai Pegawai Tidak Tetap (PTT) Menurut
Kriteria Wilayah dan Provinsi Tahun 2013

xxvii

Lampiran 3.16 Jumlah Pengangkatan Tenaga Residen Dan Tenaga Penugasan Khusus D-III
Kesehatan di Kabupaten Prioritas DTPK dan DBK Menurut Provinsi Tahun
2013

BAB IV. PEMBIAYAAN KESEHATAN


Lampiran 4.1

Alokasi Dan Realisasi Anggaran Kementerian Kesehatan Ri Menurut Eselon I

Tahun 2013
Lampiran 4.2

Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Provinsi


Menurut Fungsi dan Provinsi Tahun 2013

Lampiran 4.3

Alokasi Dan Realisasi


Provinsi Tahun 2013

Lampiran 4.4

Cakupan Kepesertaan Jaminan Kesehatan Tahun 2013

Lampiran 4.5

Jumlah Kunjungan Peserta Jamkesmas di Puskesmas Menurut Provinsi


Tahun 2013

Lampiran 4.6

Jumlah Kunjungan Rawat Jalan Tingkat Lanjut (RJTL) Peserta Jamkesmas


Menurut Provinsi Tahun 2013

Lampiran 4.7

Jumlah Kunjungan Rawat Inap Tingkat Lanjut (RITL) Peserta Jamkesmas


Menurut Provinsi Tahun 2013

Lampiran 4.8

Jumlah Kunjungan Peserta


Provinsi Tahun 2013

Bantuan

Operasional

Jaminan

Kesehatan

Persalinan

(Bok)

(JAMPERSAL)

Menurut

Menurut

BAB V. KESEHATAN KELUARGA


Lampiran 5.1

Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K1, K4, Persalinan Ditolong Tenaga Kesehatan,
dan Kunjungan Ibu Nifas Menurut Provinsi Tahun 2013

Lampiran 5.2

Persentase Kelahiran Menurut Riwayat Pemeriksaan Kehamilan pada Masa


Kehamilannya, Serta Cakupan Indikator ANC Menurut Provinsi, Riskesdas
Tahun 2013

Lampiran 5.3

Cakupan Pemberian 90 Tablet Tambah Darah Pada


Provinsi Tahun 2013

Lampiran 5.4

Persentase Kelahiran Berdasarkan Jumlah Hari Mengkonsumsi Zat Besi (Fe)


Selama Masa Kehamilan Menurut Provinsi, Riskesdas 2013

Lampiran 5.5

Cakupan Imunisasi TT Pada Wanita Usia Subur Menurut Provinsi Tahun 2013

Lampiran 5.6

Cakupan Imunisasi TT Pada Ibu Hamil Menurut Provinsi Tahun 2013

Lampiran 5.7

Proporsi Penolong Persalinan Dengan Kualifikasi Tertinggi Menurut Provinsi,


Riskesdas 2013

Lampiran 5.8

Proporsi Penolong Persalinan Dengan Kualifikasi Terendah Menurut Provinsi,


Riskesdas 2013

Lampiran 5.9

Proporsi Kelahiran Berdasarkan Tempat Bersalin Menurut Provinsi,


Riskesdas 2013

Ibu Hamil Menurut

Lampiran 5.10 Cakupan Penanganan Komplikasi Kebidanan Menurut Provinsi Tahun 2013
xxviii

Lampiran 5.11 Proporsi Pelayanan Kesehatan Masa Nifas Menurut Provinsi, Riskesdas 2013
Lampiran 5.12 Cakupan Peserta KB Baru dan KB Aktif Menurut Provinsi Tahun 2013
Lampiran 5.13 Persentase Peserta KB Baru Menurut Metode Kontrasepsi dan Provinsi
Tahun 2013
Lampiran 5.14 Persentase Peserta KB Baru Menurut Tempat Pelayanan dan Provinsi
Tahun 2013
Lampiran 5.15 Persentase Peserta KB Aktif Menurut Metode Kontrasepsi dan Provinsi
Tahun 2013
Lampiran 5.16 Persentase pemakaian Alat/Cara KB pada Wanita Usia Subur (15 49)

Tahun) Yang Berstatus Kawin Menurut Provinsi, Riskesdas 2013


Lampiran 5.17 Persentase pemakaian Alat/Cara KB pada Wanita Usia Subur (15 49)
Tahun) Yang Berstatus Kawin Menurut Provinsi, Riskesdas 2013
Lampiran 5.18 Proporsi WUS Kawin yang Menggunakan Alat/Cara KB Modern Berdasarkan
Jenis dan Jangka Waktu Menurut Provinsi, Riskesdas 2013
Lampiran 5.19 Jumlah Kunjungan Peserta
Provinsi Tahun 2013

Jaminan

Persalinan

(JAMPERSAL)

Menurut

Lampiran 5.20 Persentase Balita (0-59 Bulan) Menurut Berat Badan Lahir dan Provinsi,
Riskesdas Tahun 2013
Lampiran 5.21 Persentase Proses Mulai Mendapat ASI pada Anak Umur 0-23 Bulan Menurut
Provinsi, Riskesdas 2013
Lampiran 5.22 Cakupan Kunjungan Neonatal Menurut Provinsi Tahun 2013
Lampiran 5.23 Cakupan Penanganan
Tahun 2013

Neonatal

Dengan

Komplikasi

Menurut

Provinsi

Lampiran 5.24 Cakupan Imunisasi Dasar Pada Bayi Menurut Provinsi Tahun 2013
Lampiran 5.25 Cakupan Imunisasi Dasar Pada Anak Umur 12-23 Bulan Menurut Provinsi,
Riskesdas 2013
Lampiran 5.26 Drop Out Rate Cakupan Imunisasi Dpt/Hb(1) - Campak dan Cakupan
Imunisasi DPT/HB(1) DPT/HB(3) pada Bayi Menurut Provinsi Tahun 20112013
Lampiran 5.27 Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi Dan Anak Balita Menurut Provinsi
Tahun 2013
Lampiran 5.28 Persentase Imunisasi Dasar Lengkap Pada Anak Umur 12-23 Bulan Menurut
Provinsi, Riskesdas 2013
Lampiran 5.29 Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) Menurut
Provinsi Tahun 2010-2013
Lampiran 5.30 Cakupan Imunisasi Anak Sekolah Menurut Provinsi Tahun 2013
Lampiran 5.31 Cakupan Pemberian Kapsul Vitamin A Pada Balita 6-59 Bulan Menurut
Provinsi Tahun 2013
Lampiran 5.32 Persentase Anak Umur 6-59 Bulan yang Menerima kapsul Vitamin A selama
Enam Bulan Terakhir Menurut Provinsi, Riskesdas 2013

xxix

Lampiran 5.33 Cakupan Pemberian Asi Eksklusif Pada Bayi 0-6 Bulan Menurut Provinsi
Tahun 2013
Lampiran 5.34 Cakupan Balita Ditimbang Menurut Provinsi Tahun 2013
Lampiran 5.35 Kasus Gizi Buruk Pada Balita Ditemukan Dan Mendapat Perawatan Menurut
Provinsi Tahun 2013
Lampiran 5.36 Persentase Kabupaten/Kota Dengan Minimal 2 Puskesmas Mampu
Tatalaksana Kasus Kekerasan Terhadap Anak Menurut Provinsi Tahun 2013
Lampiran 5.37 Persentase Kabupaten/Kota Dengan Minimal 4 Puskesmas Mampu Laksana
Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) Menurut Provinsi Tahun 2013
Lampiran 5.38 Jumlah Puskesmas Yang Melakukan Pembinaan Kesehatan Anak Di Panti
Anak Terlantar Menurut Provinsi Tahun 2013
Lampiran 5.39 Cakupan Sekolah Dasar (SD) Yang Melaksanakan Penjaringan Siswa SD/MI

Kelas 1 menurut Provinsi Tahun 2013


Lampiran 5.40 Puskesmas Membina Lapas/Rutan Anak Menurut Provinsi Tahun 2013
Lampiran 5.41 Puskesmas Membina Kesehatan Anak Penyandang Cacat Melalui Program
UKS di Sekolah Luar Biasa Sampai Dengan Tahun 2013
Lampiran 5.42 Prevalensi Status Gizi Balita Berdasarkan Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
Menurut Provinsi, Riskesdas 2013
Lampiran 5.43 Prevalensi Status Gizi Balita Berdasarkan Tinggi Badan Menurut Umur
(TB/U) Menurut Provinsi, Riskesdas 2013
Lampiran 5.44 Prevalensi Status Gizi Balita Berdasarkan Berat Badan Menurut Tinggi Badan
(BB/TB) Menurut Provinsi, Riskesdas 2013
Lampiran 5.45 Prevalensi Status Gizi Balita Berdasarkan Tinggi Badan Menurut Umur Dan
Berat Badan Menurut Tinggi Badan (TB/U Dan BB/TB) Menurut Provinsi,
Riskesdas 2013
Lampiran 5.46 Prevalensi Status Gizi Penduduk Dewasa (>18 Tahun) Berdasarkan Kategori
Indeks Massa Tubuh (IMT) Dan Provinsi, Riskesdas 2013

BAB VI. PENGENDALIAN PENYAKIT DAN KESEHATAN LINGKUNGAN


Lampiran 6.1

Jumlah Kasus Baru TB Paru BTA Positif Menurut Jenis Kelamin dan Provinsi
Tahun 2013

Lampiran 6.2

Jumlah Kasus Baru TB Paru BTA Positif Menurut Kelompok Umur, Jenis
Kelamin dan Provinsi Tahun 2013

Lampiran 6.3

Hasil Cakupan
Tahun 2013

Lampiran 6.4

Prevalensi TB Paru Berdasarkan Diagnosis dan Gejala TB Paru Menurut


Provinsi, Riskesdas 2013

Lampiran 6.5

Cakupan TB Paru BTA Positif Sembuh, Pengobatan Lengkap dan Angka


Keberhasilan Pengobatan (Success Rate) Menurut Provinsi Tahun 2013

Lampiran 6.6

Jumlah Kasus Baru Aids dan Kasus Kumulatif Aids Menurut Provinsi sampai
dengan Desember 2013Lampiran 6.7 Jumlah Kasus Baru Infeksi HIV Menurut
Provinsi Tahun 2011 - 2013

Lampiran 6.8

Jumlah Dan Persentase Kasus Aids pada Pengguna Napza Suntikan (IDU)
Menurut Provinsi Sampai Dengan Desember 2013

Lampiran 6.9

Jumlah Layanan dan Kunjungan Konseling Dan Tes HIV Menurut Provinsi
Tahun 2013

Penemuan

Kasus

Penyakit

TB

Paru

Menurut

Provinsi

xxx

Lampiran 6.10 Jumlah Kasus Pneumonia Pada Balita Menurut Provinsi Dan Kelompok Umur
Tahun 2013
Lampiran 6.11 Case Fatality Rate Pneumonia pada Balita Menurut Provinsi dan Kelompok
Umur Tahun 2013
Lampiran 6.12 Period Prevalence ISPA, Pneumonia, Pneumonia Balita, dan Prevalensi
Pneumonia Menurut Provinsi, Riskesdas 2013
Lampiran 6.13 Insiden Diare dan Diare Balita serta Period Prevalence Diare Menurut
Provinsi, Riskesdas Tahun 2013

Lampiran 6.14 Kejadian Luar Biasa (KLB) Diare Menurut Provinsi Tahun 2011 - 2013
Lampiran 6.15 Penemuan Kasus Diare Ditangani Menurut Provinsi Tahun 2013
Lampiran 6.16 Jumlah Kasus Baru Kusta dan Case Detection Rate (CDR) Per 100.000
Penduduk Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin Tahun 2013
Lampiran 6.17 Proporsi Kecacatan Kusta Tingkat 2 dan Kasus Kusta pada Anak 0-14 Tahun
Menurut Provinsi Tahun 2013
Lampiran 6.18 Jumlah Kasus Tetanus Neonatorum dan Faktor Risiko Menurut Provinsi
Tahun 2013
Lampiran 6.19 Jumlah Kasus, Meninggal, dan Incidence Rate (IR) Campak Menurut Provinsi
Tahun 2013
Lampiran 6.20 Jumlah Kasus Campak dan Kasus Campak
Kelompok Umur dan Provinsi Tahun 2013

yang

Divaksinasi

Menurut

Lampiran 6.21 Frekuensi KLB Dan Jumlah Kasus pada KLB Campak
Lampiran 6.22 KLB Campak Berdasarkan Konfirmasi Laboratorium Menurut Provinsi Tahun
2013
Lampiran 6.23 Jumlah Kasus Difteri Menurut Kelompok Umur Dan Provinsi Tahun 2013
Lampiran 6.24 Non Polio AFP Rate Per 100.000 Penduduk Usia < 15 Tahun dan Persentase
Spesimen Adekuat Menurut Provinsi Tahun 2013
Lampiran 6.25 Jumlah Kasus dan Angka Kesakitan Malaria Per 1.000 Penduduk Berisiko
Menurut Provinsi Tahun 2013
Lampiran 6.26 Insiden dan Prevalensi Malaria Menurut Provinsi, Riskesdas 2013
Lampiran 6.27 Annual Parasite Insidence (API) Malaria Menurut Provinsi Tahun 2010-2013
Lampiran 6.28 Proporsi Penderita Malaria yang Diobati Dengan Pengobatan Sesuai Program
dan Penderita Malaria yang Mengobati Sendiri Menurut Provinsi, Riskesdas
2013

xxxi

Lampiran 6.29 Jumlah Penderita, Incidence Rate Per 100.000 Penduduk, Kasus Meninggal,
dan Case Fatality Rate (%)Demam Berdarah Dengue Lampiran 6.38
Proporsi Rumah Tangga Berdasarkan Jenis Sumber Air Menurut Provinsi
Tahun 2013 (DBD/DHF) Menurut Provinsi Tahun 2013
Lampiran 6.30 Jumlah Kabupaten/Kota Yang Terjangkit Demam Berdarah Dengue Menurut
Provinsi Tahun 2011 - 2013
Lampiran 6.31 Situasi Rabies Menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2011-2013
Lampiran 6.32 Jumlah Penderita Filariasis Menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2009-2013
Lampiran 6.33 Jumlah Kasus, Meninggal, dan Case Fatality Rate (CFR) Leptospirosis Menurut
Provinsi Tahun 2011 2013; Situasi Antraks Pada Manusia Menurut Provinsi
Tahun 2011 2013
Lampiran 6.34 Prevalensi Penyakit asma, PPOK, dan Kanker Menurut Provinsi Tahun 2013
Lampiran 6.35 Prevalensi Diabetes, Hipertiroid, dan Hipertensi pada Umur 18 Tahun
Menurut Provinsi Tahun 2013
Lampiran 6.36 Prevalensi Penyakit Jantung Koroner, Gagal Jantung, dan Stroke Pada Umur
15 Tahun Menurut Provinsi Tahun 2013
Lampiran 6.37 Prevalensi Penyakit Gagal ginjal Kronis, Batu Ginjal, dan Sendi pada Umur
15 Tahun Menurut Provinsi Tahun 2013

Lampiran 6.38 Proporsi Rumah Tangga Berdasarkan Pengolahan Air Minum Sebelum
Diminum Menurut Provinsi Tahun 2013
Lampiran 6.39 Proporsi Rumah Tangga Berdasarkan Kualitas Fisik Air Minum Menurut
Provinsi Tahun 2013
Lampiran 6.40 Proporsi Rumah Tangga Berdasarkan Pengolahan Air Minum Sebelum
Diminum Menurut Provinsi, Riskesdas 2013
Lampiran 6.41 Proporsi Rumah Tangga Berdasarkan Cara Pengolahan Air Minum Sebelum
Diminum Menurut Provinsi, Riskesdas 2013
Lampiran 6.42 Proporsi Rumah Tangga Yang Memiliki Akses Terhadap Sumber Air Minum
Berdasarkan Kriteria JMP WHO - Unicef 2006 Menurut Provinsi Tahun 2013
Lampiran 6.43 Proporsi Rumah Tangga Berdasarkan Penggunaan Fasilitas Buang Air Besar
Menurut Provinsi Tahun 2013
Lampiran 6.44 Proporsi Rumah Tangga Berdasarkan Tempat Buang Air Besar Menurut
Provinsi, Riskesdas 2013
Lampiran 6.45 Proporsi Rumah Tangga Berdasarkan Tempat Pembuangan Akhir Tinja
Menurut Provinsi, Riskesdas 2013
Lampiran 6.46 Proporsi Rumah Tangga Yang Memiliki Akses Terhadap Fasilitas Sanitasi
Berdasarkan Kriteria Jmp Who - Unicef 2006 Menurut Provinsi, Riskesdas
2013
Lampiran 6.47 Jumlah Lokasi Desa Sanitasi Total Berbasis Masyarakat Tahun 2013
Lampiran 6.48 Pencapaian Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS)
Tahun 2013

xxxii

Lampiran 6.49 Proporsi Rumah Tangga Berdasarkan Lokasi Rumah Menurut Provinsi,
Riskesdas 2013
Lampiran 6.50 Jumlah Kabupaten/Kota Penyelenggara Kabupaten/Kota Sehat (KKS) di
Indonesia Tahun 2013
Lampiran 6.51 Peraturan Tentang Kawasan Tanpa Rokok Tingkat Provinsi dan Kabupaten/
Kota Tahun 2013
***

xxxiii

DAFTAR ISI
Kata Pengantar ............................................................................................................................................

......................
iv
Kata Sambutan ............................................................................................................................................
......................
v
Daftar Singkatan ..........................................................................................................................................
.....................
vi
Daftar Gambar .............................................................................................................................................
......................
xvi
Daftar Tabel .................................................................................................................................................
.......................
xxiv
Daftar Lampiran ..........................................................................................................................................
.....................
xxv
Daftar Isi ......................................................................................................................................................
.........................
xxxiv
BAB 1 DEMOGRAFI .........................................................................................................................................
..............
3
A. KEADAAN PENDUDUK .....................................................................................................................
............
3
B. KEADAAN EKONOMI ........................................................................................................................
.............
9

C. KEADAAN PENDIDIKAN ....................................................................................................................


..........
16
D. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA ..................................................................................................
....
21
BAB 2 SARANA KESEHATAN..............................................................................................................................
......
A.
..

27
PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT.....................................................................................................
27
1. Puskesmas dengan Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Dasar
(PONED) ..................................................................................................................................
.............
30
2. Puskesmas dengan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR).........................32
3. Puskesmas dengan Upaya Kesehatan Kerja ......................................................................
32
4. Puskesmas dengan Upaya Kesehatan Olahraga ..............................................................
33
5. Puskesmas dengan Tatalaksana Kasus Kekerasan terhadap Anak (KtA).......... 34
6. Pelayanan Kesehatan Tradisional, Alternatif dan Komplementer ........................ 34
B. RUMAH SAKIT..................................................................................................................................
.................
34
1. Jumlah dan Jenis Rumah Sakit .............................................................................................
.....
35
2. Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK)............ 39
C. SARANA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN .........................................................................
39
1. Sarana Produksi dan Distribusi Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan............... 39
2. Ketersediaan Obat dan Vaksin............................................................................................
.....
41
3. Penggunaan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan................................... 42
D. UPAYA KESEHATAN BERSUMBERDAYA MASYARAKAT ............................................................ 42
E. INSTITUSI PENDIDIKAN TENAGA KESEHATAN POLTEKKES.................................................
45
1. Jumlah Poltekkes ..................................................................................................................
...........
45
2. Peserta Didik.......................................................................................................................
..............
46
3. Lulusan..................................................................................................................................
................
47

BAB 3 TENAGA KESEHATAN .............................................................................................................................


.....
A.

...
...
B.
C.
D.
.....
xxxiv

51
JUMLAH DAN RASIO TENAGA KESEHATAN......................................................................................
51
1. Tenaga Kesehatan di Puskesmas.........................................................................................
54
2. Tenaga Kesehatan di Rumah Sakit ......................................................................................
56
TENAGA KESEHATAN DENGAN STATUS PEGAWAI TIDAK TETAP (PTT) ........................
56
TENAGA KESEHATAN DENGAN STATUS PENUGASAN KHUSUS............................................ 58
REGISTRASI TENAGA KESEHATAN..................................................................................................
59

BAB 4 PEMBIAYAAN KESEHATAN.......................................................................................................................


63
A. ANGGARAN KEMENTERIAN KESEHATAN .........................................................................................
63
B. ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) BIDANG KESEHATAN...
64
C. JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT .................................................................................................
65
D. BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN ..............................................................................................
67

BAB 5 KESEHATAN KELUARGA ...........................................................................................................................


.

71
A. KESEHATAN IBU .................................................................................................................................
.............
71
1. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil ............................................................................................
..
72
2. Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin ........................................................................................
.
75
3. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas .............................................................................................
...
79
4. Pelayanan/Penanganan Komplikasi Kebidanan .............................................................
80
5. Pelayanan Kontrasepsi ...........................................................................................................
......
83
B. KESEHATAN ANAK............................................................................................................................
.............
87
1. Berat Badan Lahir Bayi...........................................................................................................
......
87
2. Penanganan Komplikasi Neonatal..........................................................................................
88
3. Pelayanan Kesehatan Neonatal..............................................................................................
..
89
4. Pelayanan Kesehatan Pada Bayi ...........................................................................................
...
92
5. Proses Bayi Mulai Mendapat ASI............................................................................................
.
93
6. Cakupan Pemberian ASI Eksklusif..........................................................................................
95
7. Cakupan Pemberian Kapsul Vitamin A Balita Usia 6 59 Bulan ............................
97
8. Cakupan Penimbangan Balita di Posyandu (D/S).......................................................... 10
0
9. Imunisasi ................................................................................................................................
.............
102
a. Imunisasi Dasar pada Bayi ............................................................................................
102
b. Universal Child Immunization ......................................................................................
105
10. Pelayanan Kesehatan Anak Balita.........................................................................................
.
107
11. Pelayanan Kesehatan Pada Siswa SD dan Setingkat .....................................................
108
12. Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) ...................................................................
110
13. Pelayanan Kesehatan pada Kasus Kekerasan terhadap Anak (KtA)....................
113
14. Pelayanan Kesehatan Anak Terlantar dan Anak Jalanan di Panti..........................
116

15. Pelayanan Kesehatan Anak Dengan Disabilitas (ADD)................................................

11

16. Pelayanan Kesehatan Anak yang Berhadapan Hukum (ABH) .................................

11

6
8
C. STATUS GIZI.......................................................................................................................................
.................
118
1. Status Gizi Balita ...................................................................................................................
...........
118
2. Status Gizi Penduduk Dewasa..............................................................................................
....
122
BAB 6 PENGENDALIAN PENYAKIT DAN KESEHATAN LINGKUNGAN ..........................................
127
A. PENGENDALIAN PENYAKIT..................................................................................................................
.....
127
1. PenyakitMenular....................................................................................................................
.........
127
a. Tuberkulosis Paru ...........................................................................................................
...
127
b. HIV & AIDS....................................................................................................................
.........
133
c. Pneumonia....................................................................................................................
.........
139
d. Kusta...............................................................................................................................
...........
140
e. Diare ..............................................................................................................................
............
143
f. Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) ............................... 144
g. Demam Berdarah Dengue (DBD) ...............................................................................
148
h. Chikungunya.................................................................................................................
........
151
i. Filariasis .........................................................................................................................
.........
152
xxxv

j.

...........
............
........
..........
.........
2.

Malaria...........................................................................................................................
153
k. Rabies...........................................................................................................................
155
l. Leptospirosis................................................................................................................
156
m. Antraks...........................................................................................................................
158
n. Flu Burung .....................................................................................................................
158
PENYAKIT TIDAK MENULAR ....................................................................................................
159
a. Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah ..................................................................

161
......
6

b. Penyakit Kanker ............................................................................................................


164
c. Penyakit Diabetes Melitus dan Penyakit Metabolik .........................................
16

d. Penyakit Kronis dan Degeneratif ...............................................................................

167
B. KESEHATAN LINGKUNGAN.................................................................................................................
.......
173
1. Air Minum.............................................................................................................................
..............
173
2. SanitasiLayak.........................................................................................................................
............
178
3. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat .......................................................................................
181
4. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ..........................................................................................
..
181
5. Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat ...........................................................................
182

xxxvi

DEMOGRAFI
Secara geografis Indonesia terletak di antara dua benua, Benua Asia dan Australia, di
antara dua samudera, Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Secara astronomis Indonesia
terletak antara 6o Lintang Utara sampai 11o Lintang Selatan dan 95o sampai 141o Bujur Timur
yang meliputi rangkaian pulau antara Sabang sampai Merauke. Data yang bersumber dari
Badan Informasi Geospasial, Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dengan
jumlah pulau sebesar 13.466, luas daratan sebesar 1.922.570 km2 dan luas perairan sebesar
3.257.483 km2.
Tahun 2013, secara administratif wilayah Indonesia terbagi atas 33 provinsi, 497
kabupaten/kota (399 kabupaten dan 98 kota), 6.994 kecamatan, 8.309 kelurahan dan 72.944
desa. Kondisi ini berdasarkan pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 18 Tahun 2013
tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan, Kementerian Dalam Negeri.
Pembagian wilayah Indonesia secara administratif menurut provinsi pada tahun 2013 dapat
dilihat pada Lampiran 1.1.

A. KEADAAN PENDUDUK
Pusat Data dan Informasi, Kementerian Kesehatan dengan bimbingan dari Badan Pusat
Statistik menghitung estimasi penduduk dengan metode geometrik. Metode ini menggunakan
prinsip bahwa parameter dasar demografi yaitu parameter fertilitas, mortalitas, dan migrasi per
tahun tumbuh konstan. Metode ini lebih mudah dilakukan dengan mengkaji pertumbuhan
penduduk di dua atau lebih titik waktu yang berbeda.
GAMBAR 1.1
JUMLAH PENDUDUK INDONESIA MENURUT JENIS KELAMIN TAHUN 2010 - 2013

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2010, Hasil Sensus Penduduk


Pusat Data dan Informasi, Kemenkes RI, 2013, Hasil Estimasi

Hasil estimasi jumlah penduduk pada tahun 2013 sebesar 248.422.956 jiwa, yang terdir
i
atas jumlah penduduk laki-laki sebesar 125.058.484 jiwa dan jumlah penduduk perempua
n

123.364.472 jiwa. Jumlah penduduk di Indonesia meningkat dengan relatif cepat. Diperlukan
kebijakan untuk mengatur atau membatasi jumlah kelahiran agar kelahiran dapat dikendalikan
dan kesejahteraan penduduk makin meningkat. Rasio jenis kelamin pada tahun 2013 sebesar
101. Angka ini berarti bahwa terdapat 101 laki-laki diantara 100 perempuan. Rincian jumlah
penduduk menurut jenis kelamin dan provinsi dapat dilihat pada Lampiran 1.3.
GAMBAR 1.2
JUMLAH PENDUDUK MENURUT PROVINSI TAHUN 2013

Sumber: Pusat Data dan Informasi, Kemenkes RI, 2013, Hasil Estimasi

Pada Gambar 1.2, berdasarkan hasil estimasi, jumlah penduduk tertinggi di Indonesia
terdapat di Provinsi Jawa Barat dengan jumlah penduduk sebesar 45.472.830, Jawa Timur
sebesar 38.268.825 dan Jawa Tengah sebesar 32.684.579. Sedangkan jumlah penduduk
terendah terdapat di Provinsi Papua Barat dengan jumlah penduduk sebesar 846.711,
Gorontalo sebesar 1.110.294 dan Maluku Utara sebesar 1.114.917.
Struktur umur penduduk menurut jenis kelamin dapat digambarkan dalam bentuk
piramida penduduk. Berdasarkan estimasi jumlah penduduk yang telah dilakukan, dapat
disusun sebuah piramida penduduk tahun 2013. Dasar piramida menunjukkan jumlah
penduduk, badan piramida bagian kiri menunjukkan banyaknya penduduk laki-laki dan badan
piramida bagian kanan menunjukkan jumlah penduduk perempuan. Piramida tersebut
merupakan gambaran struktur penduduk yang terdiri dari struktur penduduk muda, dewasa,
dan tua. Struktur penduduk ini menjadi dasar bagi kebijakan kependudukan, sosial, budaya, dan
ekonomi.

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013

GAMBAR 1.3
PIRAMIDA PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2013

Sumber: Pusat Data dan Informasi, Kemenkes RI, 2013, Hasil Estimasi

Pada Gambar 1.3 ditunjukkan bahwa struktur penduduk di Indonesia termasuk struktur
penduduk muda. Hal ini dapat diketahui dari banyaknya jumlah penduduk usia muda yang
masih tinggi. Badan piramida besar, ini menunjukkan banyaknya penduduk usia produktif
terutama pada kelompok umur 25-29 tahun dan 30-34 tahun, baik laki-laki maupun
perempuan. Jumlah golongan penduduk usia tua juga cukup besar, terutama perempuan. Hal ini
dapat dimaknai dengan semakin tingginya usia harapan hidup, terutama perempuan. Kondisi ini
menuntut kebijakan terhadap penduduk usia tua. Bertambahnya jumlah penduduk tua dapat
dimaknai sebagai meningkatnya tingkat kesejahteraan, meningkatnya kondisi kesehatan tetapi
juga dapat dimaknai sebagai beban karena kelompok usia tua ini sudah tidak produktif lagi.
Rincian jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan kelompok umur di Indonesia tahun 2013
dapat dilihat pada Lampiran 1.2.
Konsentrasi penduduk disuatu wilayah dapat di pelajari dengan menggunakan
kepadatan penduduk. Kepadatan penduduk menunjukkan rata-rata jumlah penduduk per 1
kilometer persegi. Semakin besar angka kepadatan penduduk menunjukkan bahwa semakin
padat penduduk yang mendiami wilayah
tersebut. Kepadatan rata-rata penduduk di
Indonesia berdasarkan hasil estimasi sebesar 130 penduduk per km2. Kepadatan penduduk
berguna sebagai acuan dalam rangka mewujudkan pemerataan dan persebaran penduduk.
Kepadatan penduduk menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 1.4.

Demografi

GAMBAR 1.4
PETA PERSEBARAN KEPADATAN PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2013

Sumber: Pusat Data dan Informasi, Kemenkes RI, 2013, Hasil Estimasi

Pada Gambar 1.4, kepadatan penduduk di Indonesia belum merata. Kepadatan


penduduk tertinggi tertinggi terdapat di Pulau Jawa. Kepadatan penduduk terendah terdapat di
Pulau Papua dan Kalimantan. Kepadatan penduduk tertinggi di Indonesia terdapat di Provinsi
DKI Jakarta sebesar 15.063 penduduk per km2, Jawa Barat sebesar 1.285 penduduk per km2,
dan Banten sebesar 1.193 penduduk per km2. Kepadatan penduduk terendah di Indonesia
terdapat di Provinsi Papua Barat sebesar 9 penduduk per km2, Papua sebesar 10 penduduk per
km2 dan Kalimantan Tengah sebesar 15 penduduk per km2.
Untuk pemerataan penduduk di Indonesia dapat digunakan cara, antara lain :
transmigrasi atau program memindahkan penduduk dari tempat yang padat ke tempat yang
jarang penduduknya baik dilakukan atas bantuan pemerintah maupun keinginan diri sendiri;
pemerataan lapangan kerja dengan mengembangkan industri, terutama untuk provinsi yang
berada di luar Pulau Jawa; pengendalian jumlah penduduk dengan menurunkan jumlah
kelahiran melalui program keluarga berencana atau penundaan umur nikah pertama.
Indikator penting terkait distribusi penduduk menurut umur yang sering digunakan
untuk mengetahui produktivitas penduduk adalah Angka Beban Tanggungan atau Dependency
Ratio. Angka Beban Tanggungan adalah angka yang menyatakan perbandingan antara
banyaknya orang yang tidak produktif (umur di bawah 15 tahun dan umur 65 tahun ke atas)
dengan banyaknya orang yang termasuk umur produktif (umur 1564 tahun). Secara kasar
perbandingan angka beban tanggungan menunjukkan dinamika beban tanggungan umur
produktif terhadap umur nonproduktif. Angka ini dapat digunakan sebagai indikator yang
secara kasar dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu negara. Semakin tinggi persentase
dependency ratio menunjukkan semakin tinggi beban yang harus ditanggung penduduk yang
produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi.
Sedangkan persentase dependency ratio yang semakin rendah menunjukkan semakin
rendahnya beban yang ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai penduduk yang
belum produktif dan tidak produktif lagi.

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013

No

Usia

Laki-laki

Perempuan

Laki-laki dan
Perempuan

0 14 Tahun

DI INDONESIA
TAHUN 2013 71.708.907
36.890.004
34.818.903

15 64 Tahun

82.545.369

81.615.459

164.160.828

65 Tahun ke atas

5.623.111

6.930.110

12.553.221

125.058.484 123.364.472

248.422.956

Jumlah
Angka Beban Tanggunga
n

51,5

51,2

51,3

TABEL 1.1
JUMLAH PENDUDUK DAN ANGKA BEBAN TANGGUNGAN
MENURUT JENIS KELAMIN DAN KELOMPOK USIA PRODUKTIF DAN NON PRODUKTIF

Sumber: Pusat Data dan Informasi, Kemenkes RI, 2013, Hasil Est
imasi

Pada Tabel 1.1, Angka Beban Tanggungan penduduk Indonesia pada tahun 2013 sebesar
51,3. Hal ini berarti bahwa 100 penduduk Indonesia yang produktif, di samping menanggung
dirinya sendiri, juga menanggung 51,3 orang yang belum/sudah tidak produktif lagi. Apabila
dibandingkan antar jenis kelamin, maka Angka Beban Tanggungan laki-laki sedikit lebih besar
jika dibandingkan dengan perempuan. Pada tahun 2013, angka beban tanggungan laki-laki
sebesar 51,5, yang berarti bahwa 100 orang penduduk laki-laki yang produktif, di samping
menanggung dirinya sendiri, akan menanggung beban 51,5 penduduk laki-laki yang
belum/sudah tidak produktif lagi.
Penduduk sebagai determinan pembangunan harus mendapat perhatian yang
serius. Program pembangunan, termasuk pembangunan dibidang kesehatan, harus didasarkan
pada dinamika kependudukan. Upaya pembangunan di bidang kesehatan tercermin dalam
program kesehatan melalui upaya promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif.
Pembangunan kesehatan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Pencapaian derajat kesehatan yang optimal bukan hanya menjadi tanggung jawab
dari sektor kesehatan saja, namun sektor terkait lainnya seperti sektor penididikan, sektor
ekonomi, sektor sosial dan pemerintahan juga memiliki peranan yang cukup besar. Untuk
mendukung upaya tersebut diperlukan ketersediaan data mengenai penduduk sebagai sasaran
program pembangunan kesehatan.

No

Kelompok
Umur/Formula

Sasaran Program

Bayi

Jenis Kelamin
Jumlah
Laki-Laki

Perempuan

0 Tahun

2.360.851

2.235.686

4.596.537

Batita

0 2 Tahun

7.206.110

6.813.909

14.020.019

Anak Balita

1 4 Tahun

9.826.945

9.277.194

19.104.139

Balita

0 4 Tahun

12.187.810

11.512.866

23.700.676

Pra Sekolah

5 6 Tahun

4.910.185

4.627.189

9.537.374

Anak Usia Kelas 1 SD/Setingkat

7 Tahun

2.504.571

2.359.109

4.863.680

Anak Usia SD/Setingkat

7 12 Tahun

14.963.805

14.099.541

29.063.346

Penduduk Usia Muda

< 15 Tahun

36.890.004

34.818.903

71.708.907

Penduduk Usia Produktif

15 64 Tahun

82.545.369

81.615.459 164.160.828

10

Penduduk Pra Usia Lanjut

45 59 Tahun

18.083.505

17.511.166

35.594.671

11

Penduduk Usia Lanjut

60 Tahun

8.666.060

10.195.760

18.861.820

12

Penduduk Usia Lanjut Risiko


Tinggi

70 Tahun

3.280.197

4.341.648

7.621.845

13

Wanita Usia Subur

15 49 Tahun

68.133.634

68.133.634

14

Wanita Usia Subur Imunisasi

15 39 Tahun

52.239.003

52.239.003

15

Ibu Hamil

1,1 X lahir hidup

5.212.568

5.212.568

16

Ibu Bersalin

1,05 X lahir hidup

4.975.633

4.975.633

17

Ibu Nifas

1,05 X lahir hidup

4.975.633

4.975.633

18

Lahir Hidup

2.304.828

4.738.692

2.433.864

Demografi

TABEL 1.2
PENDUDUK SASARAN PROGRAM PEMBANGUNAN KESEHATAN

DI INDONESIA TAHUN 2013

Data penduduk sasaran program sangat diperlukan bagi pengelola program terutama
untuk menyusun perencanaan (tahunan, lima tahunan) serta evaluasi hasil pencapaian upaya
kesehatan yang telah dilaksanakan. Dalam perencanaan biasanya diperlukan untuk menghitung
sasaran, menyusun rencana kegiatan serta kebutuhan sumber daya dalam pelaksanaan
kegiatan.

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013

Sumber: Pusat Data dan Informasi, Kemenkes RI, 2013, Hasil Est
imasi

B. KEADAAN EKONOMI

Kondisi perekonomian merupakan salah satu aspek yang diukur dalam menentukan
keberhasilan pembangunan suatu negara. Berdasarkan data dari BPS, Besaran Pertumbuhan
Produk Domestik Bruto Indonesia pada tahun 2013 atas dasar harga berlaku mencapai
Rp 9.084,0 triliun, naik sebesar Rp 151,4 triliun dibandingkan tahun 2012. Atas dasar harga
konstan (tahun 2000) Produk Domestik Bruto Indonesia pada tahun 2013 mencapai Rp 2.770,3
triliun, naik Rp 151,4 triliun dibandingkan tahun 2012 (Rp 2.618,9 triliun).
Produk Domestik Bruto per kapita merupakan Produk Domestik Bruto atas dasar harga
berlaku dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Dalam kurun waktu 20092013,
Produk Domestik Bruto per kapita atas dasar harga berlaku terus mengalami peningkatan,
tahun 2009 sebesar Rp 23,9 juta, tahun 2010 sebesar Rp 27,0 juta, tahun 2011 sebesar

Rp 30,7 juta, tahun 2012 sebesar Rp 33,5 juta, dan tahun 2013 sebesar Rp 36,5 juta.
GAMBAR 1.5
PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 2009 2013 (%)

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2014

Gambar 1.5, data BPS menunjukkan bahwa Pertumbuhan Produk Domestik Bruto tahun
2013 meningkat sebesar 5,78% terhadap tahun 2012. Pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada
tahun 2013 ini lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada
tahun 2012 dan 2011. Hal ini disebabkan terjadinya krisis pada perekonomian global, sehingga
mempengaruhi pendapatan dari sektor ekspor dan kunjungan wisatawan di Indonesia.
Pertumbuhan ekonomi di Indonesia tahun 2009-2013 belum stabil, yang antara lain
dipengaruhi oleh kondisi politik dan iklim investasi yang ada.
Besarnya pendapatan yang diterima rumah tangga dapat menggambarkan
kesejahteraan suatu masyarakat. Namun data pendapatan yang akurat sulit diperoleh, sehingga
dilakukan pendekatan melalui data pengeluaran rumah tangga. Pengeluaran rumah tangga yang
terdiri dari pengeluaran makanan dan bukan makanan dapat menggambarkan bagaimana
penduduk mengalokasikan kebutuhan rumah tangganya. Walaupun harga antar daerah
berbeda, namun nilai pengeluaran rumah tangga masih dapat menunjukkan perbedaan tingkat
kesejahteraan penduduk antar provinsi khususnya dilihat dari segi ekonomi.

Demografi

GAMBAR 1.6
PERSENTASE RATA-RATA PENGELUARAN PER KAPITA/BULAN INDONESIA TAHUN 2013

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2014

Pada Gambar 1.6, berdasarkan hasi Susenas Modul Konsumsi Triwulan I tahun 2013,
persentase pengeluaran yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan non makanan lebih
rendah jika dibandingkan dengan pengeluaran untuk makanan. Kondisi ini mencerminkan ciri
dari suatu negara berkembang. Pengeluaran untuk non makanan sebesar 49,34% dan
119.399.375 117.370.485 120.417.046 118.053.110 121.191.712 118.1
pengeluaran
untuk makanan sebesar 50,66%. Pengeluaran makanan terbesar untuk makanan
Kerja
jadi,92.778
padi-padian dan tembakau/sirih. Pengeluaran non makanan terbesar untuk perumahan
dan fasilitas rumah tangga, barang dan jasa serta barang-barang tahan lama. Biaya kesehatan
per kapita sebulan hanya sebesar 3,44% dari total pengeluaran per kapita sebulan. Nilai ini
masih lebih kecil jika dibandingkan dengan kebutuhan terhadap pengeluaran untuk tembakau
dan sirih sebesar 6,24%.
Pertumbuhan ekonomi berkaitan erat dengan kesempatan kerja di Indonesia. Penduduk
dilihat dari sisi ketenagakerjaan merupakan suplai bagi pasar tenaga kerja, namun tidak semua
penduduk mampu melakukannya karena hanya penduduk yang masuk usia kerja yang dapat
menawarkan tenaganya di pasar kerja. Penduduk usia kerja dibagi menjadi dua golongan yaitu
yang termasuk angkatan kerja dan yang bukan angkatan kerja. Angkatan kerja sendiri terdiri
dari mereka yang aktif bekerja dan mereka yang sedang mencari pekerjaan. Mereka yang
sedang mencari pekerjaan, sedang mempersiapkan suatu usaha dan mereka yang sudah
memiliki pekerjaan tetapi belum mulai bekerja itulah yang dinamakan sebagai pengangguran
terbuka.

10

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013

TABEL 1.3
PERKEMBANGAN ANGKATAN KERJA, PENDUDUK YANG BEKERJA
DAN PENGANGGURAN TERBUKA DI INDONESIA TAHUN 2011 2013
Keadaan

2011
Februari

Jumlah Angkatan

Tingkat
Partisipasi
Angkatan Kerja

2011
Agustus

2012
Februari

2012
Agustus

2013
Februari

2013
Agustus

69,96
66

68,34
67,88

69,
69,21

66,90
(%)
Jumlah penduduk

Pengangguran

Tingkat
pengangguran

6,80
,25

6,56

6,32

6,14

5,92

terbuka (%)
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2014

Pada Tabel 1.3 dapat diketahui keadaan ketenagakerjaan di Indonesia pada Tahun 201
3.
Kondisi Agustus 2013
terjadi penurunan
jumlah
angkatan110.808.154
kerja, penduduk
yang bekerja
111.281.744
109.670.399
112.802.805
114.021.189
110.8
yang bekerja
dan04.041
terjadi peningkatan jumlah pengangguran terbuka dibandingkan dengan kondisi Februari 20
8.117.631 7.700.086 7.614.241 7.244.956 7.170.523 7.388.737
13. terbuka
Jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Agustus 2013 mencapai 118,2 juta orang, lebih ren
dah
jika dibandingkan dengan jumlah angkatan kerja Februari 2013 sebanyak 121,2 juta or
ang.
Jumlah penduduk yang bekerja di Indonesia pada Agustus 2013 mencapai 110,8 juta or
ang,
lebih sedikit jika dibandingkan keadaan pada Februari 2013. Berdasarkan tingkat partisip
asi
angkatan kerja pada bulan Agustus 2013 menurun jika dibandingkan dengan periode b
ulan
Februari 2013 maupun bulan Agustus 2012.
Berdasarkan publikasi data BPS, pada bulan Agustus 2013 terjadi kenaikan an
gka
pengangguran. Jumlah pengangguran pada Agustus 2013 mencapai 7,4 juta orang, menin
gkat
dari kondisi Agustus 2012. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) kondisi Agustus 2013 sebes
ar
6,25% meningkat jika dibandingkan dengan kondisi Agustus 2012 dan Februari 2013. Propor
si
pengangguran terbuka dari angkatan kerja berguna untuk acuan pemerintah dalam pembuk
aan
lapangan kerja baru di masa mendatang..
Pembahasan

yang

cukup

menarik

tentang

pengangguran

adalah

pengang

guran
berdasarkan tingkat pendidikan. Persentase pengangguran terbuka adalah perbandingan ant
ara
jumlah pencari kerja dengan jumlah angkatan kerja. Pengangguran terbuka di sini didefinisik
an
sebagai orang yang sedang mencari pekerjaan atau yang sedang mempersiapkan usaha
atau
juga yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin lagi mendapatkan pekerja
an,

t
m
a
u
j
a
m
e
e
a
y
n
b
r
m
e
d
p
t
e
a
e
a
b
u
m
m
u
i
e
e
a
P
n
a
g
u
a

terbuka tidak termasuk orang yang masih sekolah atau mengurus rumah tangga

Demografi

11

GAMBAR 1.7
PERSENTASE TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA MENURUT PENDIDIKAN
DI INDONESIA KONDISI AGUSTUS 2013

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2014

Pada Gambar 1.7, dapat ditunjukkan bahwa pengangguran tertinggi ada pada penduduk

yang pendidikan pada tingkat SLTA sebesar 43,11%. Pengangguran tertinggi kedua ada pada
penduduk dengan tingkat pendidikan SLTP sebesar 22,76%. Tingkat pengangguran tertinggi
ketiga adalah penduduk dengan tingkat pendidikan SD sebesar 18,12%. Tingkat pengangguran
pada tingkat pendidikan diploma/universitas sebesar 8,50%. Hal ini menunjukkan bahwa pada
tahun 2013 masih terdapat pengangguran yang berpendidikan relatif tinggi (SLTA ke atas).
Pengukuran kemiskinan dari BPS menggunakan konsep memenuhi kebutuhan dasar
(basic need approach). Kemiskinan didefinisikan sebagai kondisi dimana seseorang atau
sekelompok orang tidak mampu memenuhi hakhak dasarnya untuk mempertahankan dan
mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Distribusi pendapatan merupakan salah satu
aspek kemiskinan yang perlu dilihat karena pada dasarnya merupakan ukuran kemiskinan
relatif. Karena data pendapatan sulit diperoleh, pengukuran distribusi pendapatan selama ini
didekati dengan menggunakan data pengeluaran. Kemiskinan dipahami sebagai
ketidakmampuan ekonomi penduduk untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan maupun non
makanan yang diukur dari pengeluaran.
Pengukuran kemiskinan dilakukan dengan cara menetapkan nilai standar kebutuhan
minimum, baik untuk makanan maupun untuk non makanan yang harus dipenuhi seseorang
untuk hidup secara layak. Nilai standar kebutuhan minimum tersebut digunakan sebagai garis
pembatas untuk memisahkan antara penduduk miskin dan tidak miskin. Garis pembatas
tersebut yang sering disebut dengan garis kemiskinan.Kategori penduduk miskin adalah
penduduk dengan tingkat pengeluaran per kapita per bulan kurang dari garis kemiskinan.

12

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013

GAMBAR 1.8
GARIS KEMISKINAN DI INDONESIA TAHUN 2009 2013

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2014

Gambar 1.8 menunjukkan peningkatan garis kemiskinan di Indonesia. Pada tahun 2013,
jumlah penduduk miskin di Indonesia adalah penduduk dengan tingkat pengeluaran per kapita
per bulan kurang dari Rp 292.951,00 lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun 2012 sebesar
Rp 259.520,00 per kapita per bulan. Perhitungan garis kemiskinan dilakukan 2 kali pengukuran
penduduk miskin, yaitu bulan Maret dan September. Pengukuran dibedakan atas wilayah desa,
kota serta desa dan kota. Pada perhitungan kondisi September 2013, kategori penduduk miskin
di desa adalah mereka dengan tingkat pengeluaran per kapita per bulan kurang dari Rp

275.779,00 dan penduduk miskin di kota adalah mereka dengan tingkat pengeluaran per kapita
per bulan kurang dari Rp 308.826,00. Rincian lengkap mengenai garis kemiskinan per tahun
desa dan kota dapat dilihat pada Lampiran 1.11.
Untuk meningkatkan efektifitas upaya penanggulangan kemiskinan, Presiden telah
mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan, yang bertujuan untuk mempercepat penurunan angka kemiskinan hingga delapan
s.d. sepuluh persen pada akhir tahun 2014. Pada tahun 2013, jumlah penduduk miskin
berjumlah 28,55 jiwa, turun jika dibandingkan dengan tahun 2012 yang berjumlah 28,59 jiwa.
Secara persentase, penduduk miskin tahun 2013 sebesar 11,47%. Persentase ini masih cukup
tinggi bila dibandingkan dengan target yang telah dicanangkan pada tahun 2014, yaitu sebesar
delapan s.d. sepuluh persen. Secara persentase kemiskinan semakin turun jika dibandingkan
per tahun, tetapi jumlah penduduk miskin di Indonesia masih cukup besar. Secara lengkap
jumlah dan persentase penduduk miskin terdapat pada Lampiran 1.11.

Demografi

13

GAMBAR 1.9
PETA PERSEBARAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN DI INDONESIA TAHUN 2013

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2014

Pada Gambar 1.9 ditunjukkan peta persebaran persentase penduduk miskin di


Indonesia keadaan September 2013. Persentase penduduk miskin terbesar terdapat di Pulau
Papua. Pada Pulau Jawa, Provinsi DI Yogyakarta mempunyai persentase penduduk miskin yang
besar, berada pada persentase 15-20%. Hal berbeda ditunjukkan di Pulau Kalimantan yang
semua provinsi mempunyai persentase penduduk miskin kurang dari 10%. Persentase
penduduk miskin terbesar pada tahun 2013 terdapat di Provinsi Papua dengan persentase
penduduk miskin 31,53% dan Provinsi Papua Barat dengan persentase penduduk miskin
sebesar 27,14% dan Nusa Tenggara Timur sebesar 20,24%. Penduduk miskin terendah di
Indonesia terdapat di Provinsi DKI Jakarta dengan persentase penduduk miskin sebesar 3,72%
dan Provinsi Bali Jakarta dengan persentase penduduk miskin sebesar 4,49%, dan Kalimantan

Selatan sebesar 4,76%.


TABEL 1.4
PERSEBARAN JUMLAH DAN PROPORSI PENDUDUK MISKIN
MENURUT KELOMPOK BESAR PULAU DI INDONESIA TAHUN 2011 2013

2011
No

Kelompok Pulau

Sumatera

Jawa

Kalimantan

2012

2013

Jumlah

6.451,6

21,5

6.177,2

21,6

6.190,1

21,7

16.726,9

55,7

15.882,6

55,3

15.546,9

54,4

969,5

3,2

932,9

3,3

978,7

3,4

Bali dan Nusa Tenggara

2.073,9

6,9

1.989,6

7,0

1.998,1

7,0

Sulawesi

2.144,6

7,1

2.045,6

7,1

2.139,6

7,5

Maluku dan Papua

1.652,3

5,5

1.626,8

5,7

1.700,5

6,0

30.018,9

100

28.594,7

100

28.553,9

100

Total

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2014

Jumlah dan proporsi penduduk miskin antar pulau menunjukkan perbedaan. Tabel 1.4
memperlihatkan bahwa lebih dari separuh penduduk miskin di Indonesia berada di Pulau Jawa.

14

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013

Hal ini disebabkan karena jumlah penduduk di Pulau Jawa yang jauh lebih banyak dibandingkan
dengan jumlah penduduk di pulau lainnya. Jumlah penduduk di Pulau Jawa lebih%dari 141 juta
(ribu)
jiwa atau hampir 57% penduduk Indonesia.
% Wilayah Maluku %dan Papua mempunyai jumlah
(ribu)
Jumlah
(ribu)
Jumlah
penduduk yang kecil, tetapi mempunyai persentase penduduk miskin yang besar.
Masalah kemiskinan bukan hanya sekedar jumlah dan persentase penduduk miskin saja,
ada dimensi lain yang perlu diperhatikan yaitu tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan.
Indeks Kedalaman Kemiskinan, merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masingmasing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh
rata-rata pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan. Indeks Keparahan Kemiskinan
memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin. Semakin
tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin. Rincian
mengenai indeks kedalaman kemiskinan dan indeks keparahan kemiskinan dapat dilihat pada
Lampiran 1.12.
Ukuran yang dapat menggambarkan ketimpangan pendapatan adalah koefisien
Gini/Indeks Gini (Gini Ratio). Indeks Gini adalah suatu koefisien yang menunjukkan tingkat
ketimpangan atau kemerataan distribusi pendapatan secara menyeluruh. Nilai indeks Gini ada
diantara 0 dan 1. Semakin tinggi nilai indeks Gini menunjukkan ketidakmerataan pendapatan
yang semakin tinggi. Apabila nilai indeks Gini adalah 0 artinya terdapat kemerataan sempurna
pada distribusi pendapatan, sedangkan jika bernilai 1 berarti terjadi ketidakmerataan
pendapatan yang sempurna. Rincian mengenai indeks Gini dapat dilihat pada Lampiran 1.9.
Pembangunan ekonomi diharapkan mampu mendorong kemajuan, di segenap pelosok
negeri terutama wilayah yang tergolong daerah tertinggal. Suatu daerah dikategorikan menjadi
daerah tertinggal karena beberapa faktor penyebab, yaitu: geografis, sumber daya alam, sumber

daya manusia, prasarana dan sarana, daerah rawan bencana dan konflik sosial, dan kebijakan
pembangunan. Keterbatasan prasarana terhadap berbagai bidang termasuk di dalamnya
kesehatan menyebabkan masyarakat di daerah tertinggal mengalami kesulitan untuk
melakukan aktivitas ekonomi dan sosial.
GAMBAR 1.10
PETA PERSEBARAN PERSENTASE KABUPATEN TERTINGGAL DI INDONESIA TAHUN 2013

Sumber: Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal, 2014

Kementerian

Pembangunan

Daerah

Tertinggal

(KPDT)

telah

menetapkan

183
kabupaten yang dikategorikan sebagai kabupaten tertinggal. Ketetapan ini berdas
arkan
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010 2014. Sa
at
ini di Indonesia terdapat 45 kabupaten perbatasan, 33 pulau-pulau kecil terluar
berpenduduk,
183 daerah tertinggal dan 158 Kabupaten Prioritas Percepatan Pembangunan Kua 15
litas

Demografi

Kesehatan Berbasis Perdesaan di Daerah Tertinggal. Rincian kabupaten tertinggal per provinsi
dapat dilihat pada Lampiran 1.18.
Kementerian Kesehatan melalui Direktorat Bina Upaya Kesehatan Dasar juga
memprioritaskan pembangunan pada Daerah Tertinggal, Perbatasan dan Kepulauan (DTPK).
Salah satu agenda kegiatan adalah pembangunan kesehatan di 45 Kabupaten Prioritas Nasional
di Perbatasan dengan Negara Tetangga. Dengan menggunakan skala prioritas, terdapat 45
kabupaten prioritas dan 101 puskesmas prioritas kabupaten prioritas nasional di perbatasan
dengan negara tetangga.

C.

KEADAAN PENDIDIKAN

Pendidikan merupakan salah satu indikator yang kerap ditelaah dalam mengukur
tingkat pembangunan manusia suatu negara. Pendidikan berkontribusi terhadap perubahan
perilaku masyarakat. Pendidikan menjadi pelopor utama dalam rangka penyiapan sumber daya
manusia dan merupakan salah satu aspek pembangunan yang merupakan syarat mutlak untuk
mewujudkan tujuan pembangunan nasional. Untuk peningkatan peran pendidikan dalam

pembangunan,
maka
kualitas
dengan
meningkatkan rata-rata lama sekolah.

pendidikan

harus ditingkatkan

salah

satunya

GAMBAR 1.11
RATA-RATA LAMA SEKOLAH PENDUDUK BERUMUR 15 TAHUN KE ATAS
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2013

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2014

Pada Gambar 1.11, berdasarkan perhitungan dari Susenas Triwulan I tahun 2013, ratarata lama sekolah penduduk usia 15 tahun ke atas di Indonesia adalah 8,14 tahun. Walaupun
rata-rata lama sekolah dari tahun ke tahun semakin meningkat, tetapi angka ini belum
memenuhi tujuan program wajib belajar 9 tahun. Rata-rata lama sekolah tertinggi terdapat di
provinsi DKI Jakarta sebesar 10,62 tahun dan terendah di provinsi Papua sebesar 6,1 tahun.

16

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013

Pada provinsi DKI Jakarta dapat disebabkan lokasi sekolah yang mudah dijangkau, ketersediaan
fasilitas yang memadai, guru yang berkualitas yang menyebabkan rata-rata lama sekolah dapat
memenuhi tujuan dari wajib belajar 9 tahun. Sedangkan pada provinsi Papua, jumlah sekolah
yang masih sedikit diikuti dengan akses menuju sekolah yang jauh dan sulit dimungkinkan
menjadi penyebab rendahnya rata-rata lama sekolah.
Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kecerdasan dan
keterampilan manusia. Peningkatan mutu pendidikan harus terus diupayakan, dimulai dengan
membuka kesempatan seluas-luasnya kepada penduduk untuk mengenyam pendidikan, hingga
pada peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pendidikan. Ijazah/STTB
tertinggi yang dimiliki seseorang merupakan indikator pokok kualitas pendidikan formal.
Semakin tinggi ijazah/STTB yang dimiliki oleh rata-rata penduduk suatu negara semakin tinggi
taraf intelektualitas negara tersebut.
GAMBAR 1.12
PERSENTASE PENDUDUK USIA 15 TAHUN KEATAS MENURUT STTB
TERTINGGI YANG DIMILIKI TAHUN 2013

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2014

Pada Gambar 1.12, berdasarkan perhitungan dari Susenas Triwulan I tahun 20


13,
ijazah/STTB tertinggi yang dimiliki tertinggi pada tingkat pendidikan SD/MI/Paket A d
an
SMP/MTs/Paket B. Penduduk dengan ijazah/STTB tertinggi Diploma/Akademi/Sarjana sebesar
6,78%. Penduduk yang tidak memiliki ijazah/STTB masih cukup tinggi, yaitu 19,34%. Apabi
la
dibandingkan per jenis kelamin, persentase penduduk laki-laki yang mempunyai
ijazah/STTB
SD ke atas relatif lebih tinggi daripada penduduk perempuan.
Kemampuan membaca dan menulis merupakan keterampilan dasar yang dibutuhk
an
oleh penduduk untuk menuju kehidupan yang lebih sejahtera. Kemampuan membaca
dan
menulis tercermin dari angka melek huruf dan angka buta huruf. Kemampuan baca
17
tulis
tercermin dari penduduk 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin, h
uruf
arab, dan huruf lainnya. Angka buta huruf berkorelasi dengan angka kemiskinan, pend
uduk
yang tidak dapat membaca secara tidak langsung mendekatkan mereka pada kebod
ohan,
sedangkan kebodohan itu sendiri mendekatkan mereka pada kemiskinan.

Demografi

Secara nasional persentase penduduk yang buta huruf pada tahun 2013 sebesar 5,86%
lebih rendah jika dibandingkan dengan tahun 2012 yang sebesar 6,75%. Persentase penduduk
yang buta huruf terkecil terdapat di Provinsi DKI Jakarta sebesar 0,81% dan tertinggi terdapat
di Provinsi Papua sebesar 32,4%. Apabila dibandingkan antar perdesaan dan perkotaan, angka
buta huruf lebih tinggi di kawasan perdesaan. Hal ini dimungkinkan karena kesempatan belajar

yang didukung dengan banyaknya fasilitas belajar mengajar lebih banyak di kawasan
perkotaan.
Indikator pendidikan lainnya adalah Angka Melek Huruf (AMH) yaitu persentase
penduduk berumur 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis serta mengerti sebuah
kalimat sederhana dalam hidupnya sehari-hari. Penggunaan AMH adalah untuk :
1. Mengukur keberhasilan program-program pemberantasan buta huruf, terutama di daerah
perdesaan yang masih tinggi jumlah penduduk yang tidak pernah bersekolah atau tidak
tamat SD;
2. Menunjukkan kemampuan penduduk di suatu wilayah dalam menyerap informasi dari
berbagai media;
3. Menunjukkan kemampuan untuk berkomunikasi secara lisan dan tertulis.
Angka melek huruf mencerminkan potensi perkembangan intelektual sekaligus
kontribusi terhadap pembangunan daerah. Semakin besar angka melek huruf diharapkan dapat
mengurangi tingkat kemiskinan sehingga tingkat kesejahteraan dapat semakin meningkat.
GAMBAR 1.13
PERSENTASE PENDUDUK BERUMUR 15 TAHUN KE ATAS YANG MELEK HURUF
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2014

Pada Gambar 1.13, persentase penduduk berumur 15 tahun ke atas yang melek huruf
secara nasional sebesar 94,14% lebih tinggi jika dibandingkan dengan kondisi tahun 2012 yang

18

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013

sebesar 93,25%. Persentase penduduk yang melek huruf tertinggi di DKI Jakarta dan terendah
di Provinsi Papua. Persentase penduduk yang melek huruf lebih tinggi laki-laki dibandingkan
dengan perempuan. Apabila dibandingkan antar daerah perkotaan dan perdesaan, persentase
penduduk yang melek huruf relatif lebih tinggi di daerah perkotaan. Hal ini dimungkinkan
dengan relatif majunya fasilitas pendidikan dan relatif baiknya akses sarana menuju tempat

pendidikan. Rincian persentase penduduk berumur 15 tahun ke atas yang melek huruf per
provinsi dan per jenis kelamin dapat dilihat pada Lampiran 1.16.
Angka Partisipasi Sekolah (APS) didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah
murid kelompok usia sekolah tertentu yang bersekolah pada berbagai jenjang pendidikan
dengan penduduk kelompok usia sekolah yang sesuai dan dinyatakan dalam persentase.
Indikator ini digunakan untuk mengetahui banyaknya anak usia sekolah yang masih bersekolah
di semua jenjang pendidikan. APS dari BPS secara umum dikategorikan menjadi 3 kelompok
umur, yaitu 7-12 tahun mewakili umur setingkat SD, 13-15 tahun mewakili umur setingkat
SMP/MTs, dan 16-18 tahun mewakili umur setingkat SMA/SMK. Semakin tinggi APS berarti
semakin banyak anak usia sekolah yang bersekolah. Berdasarkan angka ini dapat ditarik
kesimpulan bahwa semakin tinggi jenjang pendidikan, semakin rendah nilai APS.
GAMBAR 1.14
PERSENTASE ANGKA PARTISIPASI SEKOLAH PENDIDIKAN MENURUT USIA SEKOLAH
DI INDONESIA TAHUN 2008 2013

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2014

Gambar 1.14 menunjukkan nilai APS Pendidikan Indonesia menurut usia sekolah dar
i
tahun 2008 s.d. 2013. Semakin tinggi kelompok umur maka tingkat partisipasi sekola
hnya
semakin kecil. Hal ini dimungkinkan pada kelompok umur 16-18 tahun dan 19-24 tahun
telah
masuk dalam angkatan kerja dan bekerja. APS pada kelompok umur 712 tahun dan 1
315
tahun semakin meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pro
gram
pendidikan sembilan tahun semakin baik dijalankan. Rincian APS menurut provinsi
dan
kelompok umur dari tahun 2008 s.d. 2013 dapat dilihat pada Lampiran 1.13.
Analisis tentang kondisi pendidikan di Indonesia dapat menggunakan dua indikat
or
partisipasi sekolah, yaitu Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM
).
Kedua ukuran tersebut mengukur partisipasi penduduk usia sekolah oleh sektor pendidik
an.
Perbedaan di antara keduanya adalah penggunaan kelompok usia "standar" di setiap jenj
ang
pendidikan. Usia standar yang dimaksud adalah rentang usia yang dianjurkan pemerintah
dan
umum dipakai untuk setiap jenjang pendidikan.

19

APK adalah rasio jumlah siswa, berapapun usianya, yang sedang sekolah di tingkat
pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang
pendidikan tertentu. APK menunjukkan tingkat partisipasi penduduk secara umum di suatu
jenjang pendidikan. Angka ini merupakan indikator yang paling sederhana untuk mengukur
daya serap penduduk usia sekolah di masing-masing jenjang pendidikan. Hasil perhitungan APK
ini digunakan untuk mengetahui banyaknya anak yang bersekolah di suatu jenjang pendidikan
tertentu pada wilayah tertentu. Semakin tinggi APK menunjukkan semakin banyak anak usia
sekolah yang bersekolah di suatu jenjang pendidikan pada suatu wilayah.
APK membagi jumlah siswa dengan tingkat pendidikan tanpa menggunakan batasan
kelompok umur. Hal ini memungkinkan nilai APK yang melebihi 100%. Kondisi ini sering terjadi
pada jenjang pendidikan SD/MI. Nilai diatas 100% ini terjadi karena terdapat penduduk dengan
umur dibawah 7 tahun yang sudah bersekolah ditingkat sekolah dasar, atau penduduk yang
berusia lebih dari 12 tahun yang masih bersekolah pada tingkat SD/MI.
GAMBAR 1.15
PERSENTASE ANGKA PARTISIPASI KASAR PENDIDIKAN
DI INDONESIA TAHUN 2008 2013

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2014

Pada Gambar 1.15 diketahui nilai APK untuk SD/MI melebihi 100%, sedangkan untuk
pendidikan SMP/MTs dan SMA/SMK/MA lebih rendah dari nilai APK SD. Pada tahun 2013 nilai
APK untuk SD/sederajat sebesar 107,69%, SMP/sederajat sebesar 89,98% dan SMA/sederajat
sebesar 68,34%. Kondisi pada tahun 2013 ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun 2012
pada semua jenjang pendidikan. Rincian persentase APK per provinsi dapat dilihat pada
Lampiran 1.14.
Nilai APK ini kurang bagus untuk mencerminkan kondisi pendidikan, karena
memasukkan semua penduduk dalam jenjang pendidikan tanpa dibatasi dengan kelompok
umur yang sesuai dengan tingkat pendidikannya. Sehingga diperlukan indikator yang lebih
mencerminkan partisipasi sekolah, yaitu APM.
APM didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah siswa kelompok usia sekolah
pada jenjang pendidikan tertentu dengan penduduk usia sekolah yang sesuai dengan usianya.

Indikator APM ini digunakan untuk mengetahui banyaknya anak usia sekolah yang bersekolah
pada suatu jenjang pendidikan yang sesuai dengan usianya. Semakin tinggi APM menandakan
semakin banyak anak usia sekolah yang bersekolah di suatu daerah. Jika dibandingkan APK,
APM merupakan indikator pendidikan yang lebih baik karena memperhitungjkan juga

20

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013

partisipasi penduduk kelompok usia standar di jenjang pendidikan yang sesuai dengan standar
tersebut.
GAMBAR 1.16
PERSENTASE ANGKA PARTISIPASI MURNI PENDIDIKAN
DI INDONESIA TAHUN 2008 2013

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2014

APM membagi jumlah siswa dengan jenjang pendidikan dengan menggunakan batasan
kelompok umur. Kondisi ini tidak memungkinkan nilai APM yang melebihi 100%, sehingga nilai
APM lebih rendah jika dibandingkan dengan nilai APK. Pada Gambar 2.16, tahun 2012 nilai APM
untuk tingkat SD/MI sebesar 92,49%, SMP/MTs 70,84% dan SMA/SMK 51,46%. Nilai APM ini
jika dibandingkan dengan tahun 2011 mengalami kenaikan pada semua jenjang pendidikan.
Kondisi APM ini lebih mencerminkan kondisi partisipasi sekolah. Rincian APM per provinsi
dapat dilihat pada Lampiran 1.15.

D. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA


Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menetapkan suatu ukuran standar
pembangunan manusia yaitu indeks pembangunan manusia (IPM) atau Human Development
Index (HDI). Indeks ini dibentuk berdasarkan empat indikator, yaitu angka harapan hidup,
angka melek huruf, rata-rata lama sekolah dan kemampuan daya beli. Indikator angka harapan
hidup merepresentasikan dimensi umur panjang dan sehat. Selanjutnya, angka melek huruf dan
rata-rata lama sekolah mencerminkan capaian pembangunan di bidang pendidikan. Sedangkan
indikator kemampuan daya beli masyarakat terhadap sejumlah kebutuhan pokok yang dilihat
dari rata-rata besarnya pengeluaran per kapita sebagai pendekatan yang mewakili capaian
pembangunan untuk hidup lebih layak.

Demografi

21

GAMBAR 1.17
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA INDONESIA TAHUN 2008 - 2012

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2013

Nilai IPM Indonesia tahun 2012 sebesar 73,29 lebih tinggi jika dibandingkan dengan
kondisi tahun 2011 yang sebesar 72,77. Nilai ini masuk dalam kategori nilai IPM sedang.
Peningkatan ini dikarenakan meningkatnya nilai dari komponen pembuat IPM ini, yaitu
kenaikan pada komponen angka harapan hidup dan angka melek huruf. Pada tahun 2008 nilai
IPM Indonesia sebesar 71,17 dan nilai ini meningkat menjadi 71,76 pada tahun 2009, dan pada
tahun 2012 sebesar 73,29.
GAMBAR 1.18
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA MENURUT PROVINSI TAHUN 2012

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2013

22

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013

Gambar 1.18 menunjukkan nilai IPM di Indonesia tahun 2012. Pembagian nilai IPM
dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu nilai IPM tinggi, sedang dan rendah. IPM tinggi mempunyai
nilai 80, IPM sedang mempunyai nilai 50-79,9 dan IPM rendah kurang < 50. Berdasarkan
pembagian tersebut, belum ada provinsi di Indonesia yang mempunyai nilai IPM tinggi. Semua
provinsi di Indonesia masuk dalam kategori IPM sedang. Nilai IPM tertinggi terdapat di Provinsi
DKI Jakarta sebesar 78,33 dan IPM terendah terdapat di Provinsi Papua sebesar 65,86.
Strategi pembangunan nasional menempatkan sumber daya manusia sebagai perspektif
pembangunan. Pertumbuhan ekonomi yang terjadi seiring dengan peningkatan sumber daya
manusia. Beberapa faktor penting dalam pembangunan yang sangat efektif bagi pembangunan
manusia adalah pendidikan dan kesehatan. Kedua faktor ini merupakan kebutuhan dasar
manusia yang perlu dimiliki untuk meningkatkan potensinya dalam pembangunan. Pendidikan
tercermin dalam rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf sedangkan pembangunan
bidang kesehatan tercermin dalam angka harapan hidup waktu lahir.
Angka Harapan Hidup (AHH) adalah perkiraan lama hidup rata-rata penduduk dengan
asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas (kematian) menurut umur. Angka ini adalah angka
pendekatan yang menunjukkan kemampuan untuk bertahan hidup lebih lama. AHH merupakan
alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk
pada umumnya, dan meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya.
GAMBAR 1.19
ANGKA HARAPAN HIDUP WAKTU LAHIR (DALAM TAHUN)
INDONESIA TAHUN 2008 - 2012

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2013

Gambar 1.19 menunjukkan peningkatan AHH yang terjadi di Indonesia selama tahun
2008-2012. Pada tahun 2012, nilai AHH Indonesia mencapai 69,87 tahun lebih tinggi jika
dibandingkan dengan nilai AHH tahun 2011 yang sebesar 69,65 tahun. Provinsi dengan nilai
AHH tertinggi terdapat di DKI Jakarta dengan nilai 73,49 dan DI Yogyakarta sebesar 73,33.
Provinsi dengan nilai AHH terendah terdapat di Nusa Tenggara Barat sebesar 62,73 dan
Kalimantan Selatan sebesar 64,52. Rincian lengkap mengenai nilai AHH dan IPM dapat dilihat
pada Lampiran 1.17.
***

Demografi

Pedoman pelaksanaan kegiatan

23

24

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013

SARANA KESEHATAN
Derajat kesehatan masyarakat suatu negara dipengaruhi oleh keberadaan sarana
kesehatan. Sarana kesehatan yang diulas pada pada bagian ini terdiri dari fasilitas pelayanan
kesehatan dan institusi pendidikan kesehatan milik pemerintah yang menghasilkan tenaga
kesehatan. Fasilitas pelayanan kesehatan yang dibahas pada bagian ini terdiri dari : puskesmas,
Rumah Sakit, dan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM).
Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menyatakan bahwa fasilitas
pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif, maupun
rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.

A. PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT


Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128 Tahun 2004 tentang Kebijakan Dasar
Puskesmas mendefinisikan puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) dinas kesehatan
kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di
wilayah kerjanya. Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh
bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
Dalam menjalankan fungsinya sebagai pusat pembangunan berwawasan kesehatan,
pusat pemberdayaan masyarakat, pusat pelayanan kesehatan masyarakat primer, dan pusat
pelayanan kesehatan perorangan primer, puskesmas berkewajiban memberikan upaya
kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan.
Upaya
1.
2.
3.
4.
5.
6.

kesehatan wajib terdiri dari


Upaya promosi kesehatan
Upaya kesehatan lingkungan
Upaya kesehatan ibu dan anak serta Keluarga Berencana
Upaya perbaikan gizi
Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
Upaya pengobatan

Jumlah puskesmas di Indonesia sampai dengan Desember 2013 sebanyak 9.655 unit.
Jumlah tersebut terdiri dari 3.317 unit puskesmas rawat inap dan 6.338 unit puskesmas non
rawat inap. Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan tahun 2012 yaitu sebanyak 9.510 unit. Dalam
kurun waktu 5 tahun terakhir, jumlah puskesmas memang mengalami peningkatan seperti yang
terdapat pada gambar berikut.

Sarana Kesehatan

27

GAMBAR 2.1
JUMLAH PUSKESMAS TAHUN 2009 2013

Sumber: Pusat Data dan Informasi, Kemenkes RI, 2014

Gambar di atas menunjukkan peningkatan jumlah puskesmas dari tahun 2009 sampai
dengan tahun 2013. Peningkatan jumlah puskesmas tidak mengindikasikan secara langsung
seberapa baik keberadaan puskesmas mampu memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan
primer di masyarakat. Indikator yang mampu menggambarkan secara kasar tercukupinya
kebutuhan pelayanan kesehatan primer oleh puskesmas adalah rasio puskesmas terhadap
30.000 penduduk. Rasio puskesmas terhadap 30.000 penduduk pada tahun 2013 sebesar 1,17
puskesmas per 30.000 penduduk. Rasio ini menunjukkan kecenderungan peningkatan
setidaknya sejak tahun 2009 sampai dengan 2013, yaitu 1,13 puskesmas per 30.000 penduduk
menjadi 1,17 puskesmas per 30.000 penduduk. Kecenderungan peningkatan ini ditampilkan
pada gambar berikut.
GAMBAR 2.2
RASIO PUSKESMAS PER 30.000 PENDUDUK TAHUN 2009 2013

Sumber : Pusat Data dan Informasi, Kemenkes RI, 2013

28

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013

Rasio puskesmas per 30.000 penduduk pada tahun 2013 sebesar 1,17. Angka ini tidak
menunjukkan peningkatan maupun penurunan dibandingkan tahun 2012. Provinsi dengan
rasio tertinggi adalah Papua Barat sebesar 5,07 per 30.000 penduduk, sedangkan Provinsi
Banten memiliki rasio terendah sebesar 0,6 per 30.000 penduduk. Rasio puskesmas per 30.000
penduduk belum menggambarkan kondisi real aksessibilitas masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan dasar. Sebagai contoh, 3 provinsi dengan rasio tertinggi semuanya berada di wilayah
timur yaitu Papua Barat, Papua, dan Maluku. Hal ini dapat disebabkan karena jumlah penduduk
yang relatif sedikit sedangkan wilayah kerja sangat luas.
GAMBAR 2.3
RASIO PUSKESMAS PER 30.000 PENDUDUK DI INDONESIA TAHUN 2013

Sumber : Pusat Data dan Informasi, Kemenkes RI, 2013

Pada gambar di atas nampak bahwa selain Banten, Jawa Barat dan Jawa Timur j
uga
memiliki rasio rendah yaitu sebesar 0,69 dan 0,75 per 30.000 penduduk. Selain 3 pro
vinsi
tersebut, seluruh provinsi di Pulau Jawa memiliki rasio puskesmas yang rendah. Hal
ini
disebabkan karena jumlah dan kepadatan populasi yang tinggi. Jika dilihat dari rasio terhad
ap
jumlah penduduk, memang seluruh provinsi di Jawa memiliki angka yang rendah, na
mun
demikian dalam hal keberadaan pelayanan kesehatan dasar, provinsi di Jawa memiliki kon
disi
baik yang berasal dari penyedia sektor swasta. Kondisi seperti ini sebetulnya tetap h
arus
diperhatikan, karena meskipun kebutuhan pelayanan kesehatan dasar dapat dipenuhi
oleh
sektor swasta, suatu wilayah tetap membutuhkanentitas yang berperan sebagai
penanggungjawab upaya kesehatan masyarakat.

Dalam menjalankan fungsinya sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan d


asar,
puskesmas melaksanakan pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kes
ehatan
masyarakat. Pelayanan kesehatan perorangan yang diberikan terdiri dari pelayanan rawat ja
lan
dan rawat inap untuk puskesmas tertentu jika dianggap diperlukan. Meskipun pelay
anan
kesehatan masyarakat merupakan inti dari puskesmas, pelayanan kesehatan perorangan j
uga
menjadi perhatian dari Pemerintah. Bagi daerah yang termasuk DTPK, Dana Alokasi Kh
usus

Sarana Kesehatan

29

(DAK) digelontorkan kepada dinas kesehatan kabupaten/kota untuk, pembangunan pustu dan
puskesmas serta peningkatan puskesmas non rawat inap menjadi puskesmas rawat inap. Bagi
daerah di luar kategori DTPK, DAK bisa digunakan untuk rehabilitasi puskesmas/rumah dinas,
dan peningkatan PONED
Berikut ini disajikan perkembangan jumlah puskesmas rawat inap dan non rawat inap
dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013.
GAMBAR 2.4
JUMLAH PUSKESMAS RAWAT INAP DAN NON RAWAT INAP
TAHUN 2009 2013

Sumber: Pusat Data dan Informasi, Kemenkes RI, 2013

Pada gambar di atas diketahui bahwa jumlah puskesmas non rawat inap meningkat dari
6.033 unit pada tahun 2009 menjadi 6.338 unit pada tahun 2013. Meskipun demikian, terjadi
penurunan dari 6.358 unit pada tahun 2012 menjadi 6.338 unit pada tahun 2013. Hal ini dapat
disebabkan karena adanya perubahan status dari puskesmas non rawat inap menjadi
puskesmas rawat inap. Peningkatan jumlah juga terjadi pada puskesmas rawat inap yaitu dari

2.704 unit pada tahun 2009 menjadi 3.317 unit pada tahun 2013.

ehatan

Selain enam upaya kesehatan wajib yang harus diberikan, puskesmas juga
menyelenggarakan
upaya kesehatan
pengembangan. Upaya kes
pengembangan
puskesmas dapat berupa berupa pelayanan obstetrik dan neonatal emergensi dasar (PONED),
pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR), upaya kesehatan kerja, upaya kesehatan olahraga,
dan tatalaksana kasus Kekerasan terhadap Anak (KtA). Upaya kesehatan pengembangan
diselenggarakan sesuai dengan kebutuhan yang ada di wilayah kerja. Sebagai contoh upaya
kesehatan kerja dibutuhkan pada puskesmas dengan wilayah kerja yang memiliki banyak pusat
industri. Gambaran lebih rinci tentang jumlah dan jenis puskesmas menurut provinsi terdapat
pada Lampiran 2.1 dan Lampiran 2.2.

1. Puskesmas dengan Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Dasar


(PONED)
Salah satu upaya pengembangan puskesmas yang penting adalah Pelayanan Obstetrik
dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED). Upaya kesehatan ini dilakukan untuk mendekatkan

30

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013

akses masyarakat kepada pelayanan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal dasar. Akses
masyarakat yang semakin mudah terhadap pelayanan kegawatdaruratan diharapkan dapat
berkontribusi kepada penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB).
Badan kesehatan dunia (WHO) menargetkan agar minimal terdapat 4 Puskesmas
PONED di tiap kabupaten/kota. Sampai dengan tahun 2013 jumlah kumulatif Puskesmas
PONED sebanyak 2.782 unit. Terdapat 333 kabupaten/kota (67%) yang telah memenuhi syarat
minimial tersebut. Angka ini meningkat dibandingkan tahun 2012 sebesar 304 kabupaten/kota
(61,17%). Pada tahun 2013, jumlah kabupaten/kota yang hanya memiliki 1-3 Puskesmas
PONED sebanyak 131 dan terdapat 33 kabupaten/kota yang belum memiliki Puskesmas
PONED.
Provinsi dengan persentase kabupaten/kota yang telah memenuhi syarat minimal
empat Puskesmas PONED tertinggi adalah Daerah Istimewa Yogyakarta, Sulawesi Tegah, dan
Sulawesi Barat dengan masing-masing persentase 100%. Sedangkan provinsi dengan
persentase terendah adalah Papua sebesar 10,34%, diikuti oleh Papua Barat sebesar 18,18%
dan Kepulauan Bangka Belitung 28,57%. Persentase kabupaten/kota yang telah memenuhi
syarat minimal 4 Puskesmas PONED terdapat pada gambar berikut.
GAMBAR 2.5
PERSENTASE KABUPATEN/KOTA
YANG MEMENUHI SYARAT MINIMAL 4 PUSKESMAS PONED
DI INDONESIA TAHUN 2013

Sumber: Ditjen. Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI, 2013

Konsep rawat inap yang digunakan dalam Puskesmas PONED berbeda dengan kons
ep
yang digunakan puskesmas rawat inap. Konsep rawat inap pada Puskesmas PONED ad
alah
perawatan inap kepada pasien pasca tindakan emergensi (one day care). Dengan dem
ikian,
puskesmas non rawat inap yang memiliki tempat tidur dan mampu melakukan tind
akan
31
emergensi obstetri dan neonatal dasar, dapat menyelenggarakan PONED.

Sarana Kesehatan

Rencana Strategis Kementerian Kesehatan menetapkan indikator persentase puskesmas


rawat inap yang mampu PONED dengan target pada tahun 2013 sebesar 90%. Jumlah
puskesmas rawat inap yang mampu PONED pada tahun 2013 sebanyak 2.782 puskesmas
dengan persentase sebesar 95,86%. Angka ini telah memenuhi target 90% pada tahun 2013.

2. Puskesmas dengan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)


Sejak tahun 2003 telah dikembangkan program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
(PKPR). Upaya pelayanan kesehatan ini diselenggarakan di puskesmas yang terdiri dari
penyuluhan, pelayanan klinis medis termasuk pemeriksaan penunjang, konseling, Pendidikan
Keterampilan Hidup Sehat (PKHS) pelatihan pendidik sebaya dan konselor sebaya serta
pelayanan rujukan. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di dalam dan di luar gedung ini
memiliki sasaran kelompok remaja sekolah dan kelompok luar sekolah seperti kelompok anak
jalanan, karang taruna, remaja masjid/gereja/vihara/pura, pondok pesantren, asrama dan
kelompok remaja lainnya.
Jumlah puskesmas mampu PKPR pada tahun 2013 sebesar 2.745. Jumlah tersebut lebih
rendah dibandingkan tahun 2012 yang sebesar 3.191. Informasi lebih rinci menurut provinsi
tentang jumlah Puskesmas PKPR tahun 2013 dapat dilihat pada gambar berikut. Data dan
informasi mengenai jumlah puskesmas yang memiliki PKPR terdapat pada Lampiran 2.3.
GAMBAR 2.6
JUMLAH PUSKESMAS YANG MELAKSANAKAN PELAYANAN KESEHATAN PEDULI REMAJA
DI INDONESIA TAHUN 2013

Sumber: Ditjen. Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013

3. Puskesmas dengan Upaya Kesehatan Kerja


Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan bahwa upaya
kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari

32

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013

gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan. Upaya keseh
atan
kerja juga berlaku bagi setiap orang selain pekerja yang berada di lingkungan tempat kerja
dan
juga bagi kesehatan pada lingkungan Tentara Nasional Indonesia baik darat, laut, maupun u
dara
serta Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Upaya kesehatan kerja di puskesmas diselenggarakan sesuai dengan keadaan
dan
permasalahan yang ada di wilayah puskesmas atau spesifik lokal. Dengan demikian sampai
saat
ini upaya kesehatan kerja di puskesmas lebih dititikberatkan pada wilayah industri.
Pembinaan upaya kesehatan kerja dilaksanakan melalui kegiatan penguatan pelayan
an
kesehatan kerja, seperti pelatihan peningkatan kapasitas petugas kesehatan dalam bi
dang
kesehatan kerja, pelatihan diagnosa Penyakit Akibat Kerja (PAK), peningkatan fasi
litas
pelayanan kesehatan bidang kesehatan kerja, gerakan pekerja perempuan sehat dan produ
ktif
termasuk kesehatan reproduksi di tempat kerja dan pembinaan pelayanan kesehatan kerja
di
sektor informal dan formal termasuk perkantoran serta pembinaan Calon Tenaga K
erja
Indonesia (CTKI) dengan fokus kegiatan pembinaan pelayanan kesehatan Tenaga
Kerja
Indonesia (TKI).

Terdapat peningkatan jumlah puskesmas yang memiliki pelayanan upaya keseha


tan
kerja, yaitu 764 puskesmas pada tahun 2012 menjadi 1.034 puskesmas pada tahun
2013.
Sampai dengan tahun 2013 puskesmas yang memiliki pelayanan upaya kesehatan
kerja
tersebar di 26 provinsi. Jumlah provinsi tersebut meningkat dibandingkan tahun 2012 keti
ka
hanya 18 provinsi yang memiliki puskesmas dengan upaya kesehatan kerja. Data dan infor
masi
mengenai jumlah puskesmas yang menyelenggarakan upaya kesehatan kerja terdapat
pada
Lampiran 2.3.

4. Puskesmas dengan Upaya Kesehatan Olahraga


Upaya kesehatan olahraga diselenggarakan bertujuan untuk meningkatkan keseha
tan
dan kebugaran jasmani masyarakat sebagai upaya dasar dalam meningkatkan prestasi bel
ajar,
prestasi kerja dan prestasi olahraga melalui aktivitas fisik, latihan fisik dan olahraga se
perti
tercantum dalam Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009. Upaya kesehatan olahraga d
apat
dilaksanakan di pelayanan kesehatan dasar seperti puskesmas maupun pelayanan keseh
atan
rujukan.
Upaya kesehatan olahraga yang diselenggarakan di puskesmas meliputi pembinaan
dan
pelayanan kesehatan olahraga. Pembinaan kesehatan olahraga berupa pendataan kelo
mpok,
pemeriksaan kesehatan dan penyuluhan kesehatan olahraga, ditujukan pada kelo
mpok
olahraga di sekolah, klub jantung sehat, Posyandu usia lanjut, kelompok senam ibu h
amil,
kelompok senam diabetes, kelompok senam pencegahan osteoporosis, pembinaan kebug
aran
jasmani jemaah calon haji, fitness center dan kelompok olahraga/latihan fisik lain. Pelay
anan
kesehatan olahraga antara lain konsultasi kesehatan olahraga, pengukuran tingkat kebuga
ran
jasmani, penanganan cedera olahraga akut dan sebagai tim kesehatan pada event olahraga.
Terdapat 671 puskesmas yang telah menyelenggarakan upaya kesehatan olah
raga
sampai dengan tahun 2013. Upaya pengembangan secara bertahap akan dilakukan sehi
ngga
peningkatan tidak hanya dalam hal jumlah puskesmas, namun juga jumlah kabupaten/kota
dan
provinsi yang sampai tahun 2013 hanya 28 provinsi yang telah memiliki puskesmas den
gan
pelayanan upaya kesehatan olahraga. Jumlah provinsi tersebut lebih tinggi dibandingkan ta
hun
2012, yaitu hanya 17 provinsi yang memiliki puskesmas dengan upaya kesehatan olahraga.
Data
dan informasi lebih detil tentang jumlah puskesmas yang melaksanakan upaya kese
hatan
olahraga menurut provinsi terdapat pada Lampiran 2.3.

33

5. Puskesmas dengan Tatalaksana Kasus Kekerasan terhadap Anak (KtA)


Anak merupakan salah satu aset berharga dalam pembangunan kesehatan. Tindak
kekerasan terhadap anak sangat berdampak pada kesehatan anak yang menjadi korban. Dengan
demikian, dibutuhkan pelayanan kesehatan secara komprehensif dan berkualitas. Pelayanan
kesehatan bagi korban KtA dapat diberikan melalui pelayanan di tingkat dasar, salah satunya
puskesmas. Pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan telah menetapkan agar setiap
kabupaten/kota harus memiliki minimal 2 (dua) puskesmas mampu tatalaksana kasus
kekerasan terhadap anak.
Jumlah puskesmas mampu tatalaksana KtA sampai dengan tahun 2013 sebesar 1.526
unit yang telah tersebar di 33 Provinsi di Indonesia. Namun demikian, hanya 76,26%
kabupaten/kota yang telah memiliki minimal 2 puskemas yang mampu tatalaksana kasus
kekerasan terhadap anak. Informasi lebih rinci mengenai jumlah puskesmas yang mampu
tatalaksana kasus kekerasan terhadap anak menurut provinsi terdapat pada Lampiran 2.3.

6. Pelayanan Kesehatan Tradisional, Alternatif dan Komplementer


Program pelayanan kesehatan tradisional terus berkembang dan mendapat perhatian
khusus dari pemerintah. Pelayanan kesehatan tradisional merupakan pengobatan dan/atau
perawatan dengan cara dan obat yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan turun
temurun secara empiris yang dapat dipertanggungjawabkan dan diterapkan sesuai dengan
norma yang berlaku di masyarakat. Pengobatan secara tradisional dilakukan penelitian dan bila
dapat dibuktikan secara ilmiah menjadi pengobatan tradisional yang aman dan bermanfaat
sehingga dapat diterapkan di fasilitas kesehatan sebagai pengobatan alternatif dan
komplementer.
Unit yang melakukan penelitian/pengkajian/pengujian ini yaitu Sentra Pengembangan
dan Penerapan Pengobatan Tradisional (Sentra P3T). Fungsi lainnya dari Sentra P3T yaitu
pelayanan kesehatan tradisional, institusi pendidikan dan pelatihan pelayanan kesehatan

tradisional yang aman dan bermanfaat, dan menyelenggarakan jaringan informasi dan
dokumentasi pelayanan kesehatan tradisional.
Pada tahun 2013 terdapat 846 puskesmas dan 224 kabupaten/kota dengan tenaga
kesehatan puskesmas terlatih. Adapun persentase kabupaten/kota dengan tenaga kesehatan
puskesmas terlatih adalah 44,27%. Terdapat empat provinsi dengan persentase
kabupaten/kota memiliki tenaga kesehatan terlatih sebesar 100% yaitu Daerah Istimewa
Yogyakarta, Banten, Bali, dan Sulawesi Selatan. Angka 100% artinya seluruh kabupaten/kota
yang ada di provinsi tersebut telah memiliki puskesmas dengan tenaga kesehatan terlatih,
meskipun belum semua puskesmas yang ada di kabupaten/kota tersebut. Gambaran menurut
provinsi mengenai jumlah puskesmas, kabupaten/kota, dan persentase kabupaten/kota dengan
tenaga kesehatan terlatih dapat dilihat pada Lampiran 2.4.

B. RUMAH SAKIT
No

erajat

perluka
paya p
sehata
diperol
uga be

Pengelola/Kepemilikan

Nomo
ng Per

2012

2013

Dalam upaya meningkatkan d


kesehatan masyarakat juga di

Publik
Kementerian Kesehatan dan
Pemerintah Provinsi/ Kabupaten/Kota

614

656

TNI/Polri

134

154

Kementerian Lain

Swasta Non Profit

655

727

Jumlah Publik

jukan.

2011

1.406

1.540

n upaya
kuratif dan rehabilitatif selain u
romotif dan preventif. Upaya ke
159
n yang bersifat
3 kuratif dan rehabilitatif dapat
eh melalui rumah sakit yang j
724
rfungsi sebagai
1.562 penyedia pelayanan kesehatan ru
676

Privat
BUMN

77

75

67

Swasta

238

468

599

315

543

666

Peraturan Menteri Kesehatan


r 147/Menkes/PER/I/2010 tenta

izinan
Rumah Sakit mengelompokkan ru
mah sa
Jumlah
1.721
2.083
2.228 kit berdasarkan kepemilikan, yait
u ruma
h sakit publik
dan rumah sakit privat. Rumah sakit publik adalah rumah sakit yang dikelola Pemerintah,
Jumlah Privat

34

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013

Pemerintah Daerah dan Badan Hukum yang bersifat nirlaba. Sedangkan rumah sakit privat
adalah rumah sakit yang dikelola oleh bahan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk
perseroan terbatas atau persero.

1. Jumlah dan Jenis Rumah Sakit


Rumah sakit publik di Indonesia dikelola oleh Kementerian Kesehatan, Pemerintah
Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, TNI/Polri, kementerian lain serta swasta non profit
(organisasi keagamaan dan organisasi sosial). Jumlah rumah sakit publik di Indonesia sampai
dengan tahun 2013 sebanyak 1.562 unit, yang terdiri atas Rumah Sakit Umum (RSU) berjumlah
1.277 unit dan Rumah Sakit Khusus (RSK) berjumlah 285 unit.
Berbeda dengan rumah sakit publik, rumah sakit privat dikelola oleh BUMN dan swasta
(perorangan, perusahaan dan swasta lainnya). Pada tahun 2013 terdapat 666 unit rumah sakit
privat di Indonesia yang terdiri dari 448 unit RSU dan 218 unit RSK.
Jumlah rumah sakit publik maupun privat menunjukkan peningkatan pada kurun waktu

2011 sampai dengan 2013 seperti yang disajikan pada tabel berikut.
TABEL 2.1
PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT MENURUT KEPEMILIKAN

DI INDONESIA TAHUN 2011 2013

Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit mengelompokkan rumah


sakit
berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan menjadi rumah sakit umum dan rumah
sakit
khusus. Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan p
ada
semua bidang dan jenis penyakit. Adapun rumah sakit khusus adalah rumah sakit
yang
memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasar
kan
disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya.
Jumlah rumah sakit umum dan rumah sakit khusus pada tahun 2013 adalah 1.725 u

35

nit
dan 503 unit. Jumlah tersebut meningkat dibandingkan tahun 2012 yang masingmasing

Sumber: Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI, 2


014
Sarana Kesehatan

sebesar 1.608 dan 475. Gambar berikut ini menggambarkan perkembangan jumlah rumah sakit
umum dan rumah sakit khusus dalam lima tahun terakhir.
GAMBAR 2.7

PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT UMUM DAN RUMAH SAKIT KHUSUS


DI INDONESIA TAHUN 2009 2013

Sumber: Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI, 2013

Jumlah RSK pada tahun 2013 sebagain besar adalah rumah sakit ibu dan anak berjumlah
159 unit dengan persentase 31,61%. Proporsi jenis RSK di Indonesia pada tahun 2013 terdapat
pada gambar berikut.
GAMBAR 2.8
PERSENTASE RUMAH SAKIT KHUSUS (RSK)
MENURUT JENIS DI INDONESIA TAHUN 2013

Sumber: Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI, 2013

36

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013

Pada gambar di atas dapat diketahui bahwa persentase tertinggi adalah Rumah Sakit Ibu
dan Anak. Persentase rumah sakit khusus lainnya juga memiliki proporsi yang besar yaitu
29,82% yang terdiri dari RS Jantung, RS Kanker, RS Orthopedi, RS Penyakit Infeksi, RS Stroke,
RS Anak dan Bunda, RSK Anak, RSK Bedah, RSK Ginjal, RSK Gigi dan Mulut, RSK Otak, RSK
Penyakit Dalam, dan RSK THT.
Terpenuhi atau tidaknya kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan rujukan
dan perorangan di suatu wilayah dapat dilihat dari rasio tempat tidur terhadap 1.000

penduduk. Rasio tempat tidur di rumah sakit di Indonesia pada tahun 2014 adalah 1,12 per
1.000 penduduk. Rasio ini lebih tinggi dibandingkan tahun 2012 sebesar 0,95 per 1.000
penduduk. Rasio tempat tidur di rumah sakit di Indonesia sejak tahun 2009 sampai dengan
tahun 2013 ditampilkan pada gambar berikut.
GAMBAR 2.9
RASIO JUMLAH TEMPAT TIDUR RUMAH SAKIT
PER 1.000 PENDUDUK DI INDONESIA TAHUN 2009 2013

Sumber: Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI, 2013

Jika dilihat secara nasional pada tahun 2013 memang nampaknya jumlah tempat tidur
telah mencukupi, namun masih terdapat beberapa provinsi dengan rasio kurang dari 1 tempat
tidur per 1.000 penduduk.
Pada tingkat provinsi terdapat 13 provinsi dengan dengan rasio kurang dari 1 per 1.000
penduduk. Rasio tertinggi terdapat di Provinsi DI Yogyakarta sebesar 2,92, DKI Jakarta sebesar
2,19, dan Sulawesi Utara sebesar 2,16. Sedangkan provinsi dengan rasio terendah adalah Nusa
Tenggara Barat sebesar 0,65, Sulawesi Barat sebesar 0,67, dan Banten sebesar 0,72.

Sarana Kesehatan

GAMBAR 2.10
RASIO TEMPAT TIDUR RUMAH SAKIT
PER 1.000 PENDUDUK DI INDONESIA TAHUN 2013

37

Sumber: Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI, 2013

Rumah sakit juga dikelompokkan menurut kelas berdasarkan fasilitas dan kemampuan
pelayanan menjadi Kelas A, Kelas B, Kelas C, dan Kelas D. Pada tahun 2013, terdapat 57 unit RS
kelas A, 293 unit kelas B, 741 unit RS kelas C, 517 unit RS kelas D, dan sebanyak 620 unit RS
belum ditetapkan kelasnya.
GAMBAR 2.11
PERSENTASE RUMAH SAKIT MENURUT KELAS
DI INDONESIA TAHUN 2013

Sumber: Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI, 2013

38

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013

Pada gambar di atas dapat diketahui bahwa Rumah Sakit kelas C memiliki persenta
se
tertinggi sebesar 33,26%. Sedangkan persentase terendah adalah rumah sakit kelas A seb
esar
2,56%. Informasi lebih rinci tentang rumah sakit menurut provinsi terdapat pada Lampiran 2
.5,
26, 2.7, 2.8, dan 2.9.

2. Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK)


Pelayanan

Obstetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif adalah

upaya y

ang
dilakukan untuk menurunkan Angka Kematian Ibu dan Angka kematian Anak. Beber
apa
penelitian menyimpulkan bahwa kematian ibu dan kematian anak banyak terjadi di Ru
mah
Sakit. Rumah Sakit berkontribusi terhadap 40-70% Angka Kematian Ibu, persalinan di
rumah
berkontribusi sebesar 20-35%, dan persalinan yang terjadi di perjalanan sebesar 1018%
(Lancet, 2005). Dengan melihat fakta tersebut maka dapat dikatakan bahwa dibutuhkan ada
nya
upaya penurunan AKI yang difokuskan di rumah sakit.
Salah satu program kesehatan yang dilaksanakan untuk menurunkan kematian
ibu
adalah implementasi Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif (PON
EK).
Jumlah Rumah Sakit PONEK sampai dengan tahun 2013 sebanyak 424 unit. Jumla
h ini
meningkat dibandingkan tahun 2012 yang sebesar 410 unit rumah sakit melaksanakan PON
EK.

C. SARANA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN


1. Sarana Produksi dan Distribusi Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
Ketersediaan farmasi dan alat kesehatan memiliki peran yang signifikan d
alam
pelayanan kesehatan. Akses masyarakat terhadap obat khususnya obat esensial merup
akan
salah satu hak asasi manusia. Dengan demikian penyediaan obat esensial merupakan kewaj
iban
bagi pemerintah dan institusi pelayanan kesehatan baik publik maupun privat. Se
bagai
komoditi khusus, semua obat yang beredar harus terjamin keamanan, khasiat dan mutunya
agar
dapat memberikan manfaat bagi kesehatan. Oleh karena itu salah satu upaya yang dilak
ukan
untuk menjamin mutu obat hingga diterima konsumen adalah menyediakan s
arana
penyimpanan obat dan alat kesehatan yang dapat menjaga keamanan secara fisik serta d
apat
mempertahankan kualitas obat di samping tenaga pengelola yang terlatih.
Salah satu kebijakan pelaksanaan dalam Program Obat dan Perbekalan Keseh
atan
adalah pengendalian obat dan perbekalan kesehatan diarahkan untuk menjamin keam
anan,
khasiat dan mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan. Hal ini bertujuan untuk melin
dungi
masyarakat dari bahaya yang disebabkan oleh penyalahgunaan sediaan farmasi da
n alat
kesehatan atau penggunaan yang salah/tidak tepat serta tidak memenuhi mutu keamanan
dan
pemanfaatan yang dilakukan sejak proses produksi, distribusi hingga penggunaanny
a di

m
s
a
k
.
a
u
a
s
a
a
r
d
k
b
a
g
e
r
a
a
d
n
l
k
s
h
t
n
m
n
g
m
a
a

tingkat ketersediaan sarana pelayanan kesehatan yang melakukan upaya produksi di bi


dang
kefarmasian dan alat kesehatan. Yang termasuk sarana produksi di bidang kefarmasian dan
alat
kesehatan antara lain Industri Farmasi, Industri Obat Tradisional (IOT), Industri Ekstrak Baha
n
Alam (IEBA), Industri Kosmetika, Usaha Kecil Obat Tradisional (UKOT), Usaha Mikro Ob
at
Tradisional (UMOT), Produksi Alat Kesehatan Produksi Perbekalan Kesehatan Rumah Tangg
a
(PKRT), dan Industri Kosmetika.
Sarana produksi dan distribusi di Indonesia masih menunjukkan adanya ketimpanga
n
dalam hal persebaran jumlah. Sebagian besar sarana produksi maupun distribusi berlokasi
di
Indonesia bagian Barat yaitu Sumatera dan Jawa dengan proporsi, yaitu sebesar 94,4% sar
ana
produksi dan 78,4% sarana distribusi. Ketersediaan ini terkait dengan sumberdaya
yang

Sarana Kesehatan

39

dimiliki dan kebutuhan pada wilayah setempat. Kondisi ini dapat dijadikan sebagai salah satu

acuan dalam kebijakan untuk mengembangkan jumlah sarana produksi dan distribusi
kefarmasian dan alat kesehatan di Indonesia bagian Tengah dan Timur, sehingga terjadi
pemerataan jumlah sarana tersebut di seluruh Indonesia. Selain itu, hal ini bertujuan untuk
membuka akses terhadap keterjangkauan masyarakat terhadap sarana kesehatan di bidang
kefarmasian dan alat kesehatan.
Jumlah sarana produksi pada tahun 2013 sebesar 3.828 sarana. Jumlah ini lebih tinggi
dibandingkan tahun 2012 yang sebanyak 2.958 sarana produksi. Pada tahun 2013 terdapat 8
provinsi yang tidak memiliki ke-enam jenis industri kefarmasian dan alat kesehatan yang
disebutkan di atas. Provinsi dengan jumlah sarana produksi terbanyak adalah Jawa Barat
sebesar 1.031 sarana. Hal ini dapat disebabkan karena Jawa Barat memiliki populasi yang besar
dan wilayah yang luas. Jumlah sarana produksi kefarmasian dan alat kesehatan pada tahun
2013 terdapat pada gambar berikut.
GAMBAR 2.12
JUMLAH SARANA PRODUKSI KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
DI INDONESIA TAHUN 2013

Sumber: Ditjen. Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Kemenkes RI, 2014

Sarana distribusi kefarmasian dan alat kesehatan yang dipantau jumlahnya oleh Ditjen
Binfar dan Alkes antara lain yaitu : Pedagang Besar Farmasi (PBF), Apotek, Toko Obat dan
Penyalur Alat Kesehatan (PAK). Jumlah sarana distribusi kefarmasian dan alat kesehatan pada
tahun 2013 sebesar 33.731 sarana. Jumlah tersebut lebih besar dibandingkan tahun 2012 yaitu
sebesar 29.137 sarana. Gambar berikut menyajikan jumlah sarana distribusi kefarmasian pada
tahun 2013. Data lebih rinci menurut provinsi mengenai jumlah sarana produksi dan distrbusi
kefarmasian terdapat pada Lampiran 2.10 dan Lampiran 2.11.

40

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013

GAMBAR 2.13

JUMLAH SARANA DISTRIBUSI KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN


DI INDONESIA TAHUN 2013

Sumber: Ditjen. Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Kemenkes RI, 2013

2. Ketersediaan Obat dan Vaksin


Dalam upaya pelayanan kesehatan, ketersediaan obat dalam jenis yang lengkap, jumlah
yang cukup, terjamin khasiatnya, aman, efektif dan bermutu dengan harga terjangkau serta
mudah diakses adalah sasaran yang harus dicapai. Kementerian Kesehatan telah menetapkan
indikator rencana strategis tahun 2010-2014 terkait program kefarmasian dan alat kesehatan,
yaitu meningkatnya sediaan farmasi dan alat kesehatan yang memenuhi standar dan terjangkau
oleh masyarakat. Indikator tercapainya sasaran hasil tersebut pada tahun 2014 yaitu
persentase ketersediaan obat dan vaksin sebesar 100%. Dalam rangka mencapai target
tersebut, salah satu kegiatan yang dilakukan adalah peningkatan ketersediaan obat esensial
generik di sarana pelayanan kesehatan dasar.
Pemantauan ketersediaan obat digunakan untuk mengetahui kondisi tingkat
ketersediaan obat di berbagai unit sarana kesehatan seperti Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota
(IFK) dan puskesmas. Kegiatan ini dilakukan untuk mendukung pemerintah pusat dan daerah
dalam rangka menentukan langkah-langkah kebijakan yang akan diambil di masa yang akan
datang. Di era otonomi daerah, pengelolaan obat merupakan salah satu kewenangan yang
diserahkan ke kabupaten/kota, akibatnya sulit bagi pemerintah pusat untuk mengetahui
kondisi ketersediaan obat di seluruh Indonesia. Dengan tidak adanya laporan secara periodik
yang dikirim oleh provinsi, maka relatif sulit bagi pemerintah pusat untuk menentukan langkahlangkah yang harus dilakukan. Adanya data ketersediaan obat di provinsi atau kabupaten/kota
akan mempermudah penyusunan prioritas bantuan maupun intervensi program di masa yang
akan datang.
Untuk mendapatkan gambaran ketersediaan obat dan vaksin di Indonesia, dilakukan
pemantauan ketersediaan obat dan vaksin. Obat yang dipantau ketersediaannya merupakan
obat indikator yang digunakan untuk pelayanan kesehatan dasar dan obat yang mendukung
pelaksanaan program kesehatan. Jumlah item obat yang dipantau adalah 144 item obat dan
vaksin yang terdiri dari 135 item obat untuk pelayanan kesehatan dasar dan 9 jenis vaksin
untuk imunisasi dasar.

Sarana Kesehatan

41

Indikator persentase ketersediaan obat dan vaksin tahun 2013 memiliki target sebesar

95%, dari data dan perhitungan yang dilakukan oleh Ditjen Binfar dan Alkes didapatkan
persentase ketersediaan rata-rata nasional pada tahun 2013 sebesar 96,93%. Dengan demikian
apabila dibandingkan dengan target tahun 2013, maka capaian kinerja indikator persentase
ketersediaan obat dan vaksin tersebut adalah sebesar 102,03%. Data dan informasi lebih rinci
mengenai ketersediaan obat dan vaksin 144 item terdapat pada Lampiran 2.20 dan 2.21.

3. Penggunaan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan


Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan juga memantau pemanfaatan obat
generik melalui indikator persentase penggunaan obat generik di fasilitas pelayanan kesehatan
yaitu di puskesmas dan rumah sakit. Rata-rata penggunaan obat generik di fasilitas pelayanan
kesehatan pada tahun 2013 sebesar 85,49%. Penggunaan tersebut telah memenuhi target tahun
2013 yaitu sebesar 75%.
GAMBAR 2.14
PERSENTASE RATA-RATA PENGGUNAAN OBAT GENERIK
DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN DI INDONESIA TAHUN 2013

Target Renstra 2013 :


75%

Sumber : Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Kemenkes RI, 2014

Pada gambar di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar provinsi telah memenuhi
target 75%, yaitu 31 provinsi (93,94%). Provinsi dengan rata-rata penggunaan tertinggi adalah
Maluku Utara sebesar 96,31% diikuti oleh Sumatera Barat sebesar 95,11% dan Aceh sebesar
95%. Sedangkan provinsi dengan persentase terendah adalah Riau sebesar 73,04% diikuti oleh
Jawa Timur sebesar 74,21% dan Lampung sebesar 76,11%. Data dan informasi lebih rinci
menurut provinsi mengenai penggunaan obat generik terdapat pada Lampiran 2.22.

D. UPAYA KESEHATAN BERSUMBERDAYA MASYARAKAT


Pembangunan kesehatan untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya juga memerlukan peran masyarakat. Melalui konsep Upaya Kesehatan

42

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013

Bersumberdaya Masyarakat (UKBM), masyarakat berperan serta aktif dalam penyelenggaraan

upaya kesehatan. Bentuk UKBM antara lain Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), Pos Kesehatan
Desa (Poskesdes), dan RW/desa/kelurahan siaga aktif.
RW/Desa/kelurahan Siaga Aktif adalah desa yang mempunyai Pos Kesehatan Desa
(Poskesdes) atau UKBM lainnya yang buka setiap hari dan berfungsi sebagai pemberi pelayanan
kesehatan dasar, penanggulangan bencana dan kegawatdaruratan, surveilans berbasis
masyarakat yang meliputi pemantauan pertumbuhan (gizi), penyakit, lingkungan dan perilaku
sehingga masyarakatnya menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Terdapat 54.570 RW/Desa/kelurahan Siaga Aktif dengan persentase sebesar 65,2%.
Provinsi dengan persentase tertinggi adalah Jawa Tengah sebesar 99,99%, Bali sebesar 97,76%,
dan Sulawesi Selatan sebesar 96,49%. Sedangkan persentase terendah adalah Provinsi Papua
Barat sebesar 1,99%, Aceh sebesar 8,94% dan Nusa Tenggara Timur sebesar 15,69%. Dalam
memberikan pelayanan kesehatan, RW/Desa/kelurahan Siaga Aktif terbagi menjadi empat
strata, yaitu pratama, madya, purnama, dan mandiri. RW/Desa/kelurahan Siaga Aktif pratama
sebanyak 28.404, madya sebanyak 10.976, purnama sebanyak 4.910, dan mandiri sebanyak
1.550.
GAMBAR 2.15
PERSENTASE DESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF DI INDONESIA TAHUN 2013

Sumber: Pusat Promosi Kesehatan, Kemenkes RI, 2014

Jenis UKBM lainnya adalah Poskesdes, yaitu UKBM yang dibentuk di desa untuk
mendekatkan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa sehingga mempermudah akses
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar. Kegiatan utama poskesdes yaitu pelayanan
kesehatan bagi masyarakat desa berupa pelayanan kesehatan ibu hamil, pelayanan kesehatan
ibu menyusui, pelayanan kesehatan anak, pengamatan dan kewaspadaan dini (surveilans
penyakit, surveilans gizi, surveilans perilaku berisiko, surveilans lingkungan dan masalah
kesehatan lainnya), penanganan kegawatdaruratan kesehatan serta kesiapsiagaan terhadap
bencana. Jumlah poskesdes yang beroperasi pada tahun 2013 sebanyak 54.731 unit. Jumlah ini
meningkat dibandingkan tahun 2012 sebesar 54.142 unit.

Sarana Kesehatan

43

bencana. Jumlah poskesdes yang beroperasi pada tahun 2013 sebanyak 54.731 unit. Jumlah ini

meningkat dibandingkan tahun 2012 sebesar 54.142 unit.


Salah satu UKBM yang memiliki peran signifikan dalam pemberdayaan masyarakat
untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat adalah posyandu. Posyandu dikelola dan
diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, untuk memberdayakan dan
memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar
bagi masyarakat terutama ibu, bayi dan anak balita. Posyandu memiliki 5 program prioritas
yaitu kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, imunisasi, gizi serta pencegahan dan
penanggulangan diare.
Terdapat 280.225 Posyandu pada tahun 2013 di Indonesia. Dari jumlah tersebut,
posyandu pratama sebanyak 32,7%, madya sebanyak 29,1%, purnama sebanyak 29,9%, dan
mandiri sebanyak 8,3%.
GAMBAR 2.16
PERSENTASE POSYANDU MENURUT STRATA DI INDONESIA TAHUN 2013

Sumber: Pusat Promosi Kesehatan, Kemenkes RI, 2014

Pada gambar di atas dapat diketahui bahwa proporsi tertinggi adalah posyandu pratama
dan proporsi terendah adalah posyandu mandiri. Dengan demikian diperlukan upaya intensif
untuk meningkatkan jumlah posyandu mandiri. Dalam menjalankan fungsinya, perlu diketahui
rasio kecukupan posyandu terhadap masyarakat yang ada. Pada tahun 2013, rasio posyandu
terhadap jumlah desa/kelurahan adalah 3,35. Pada tingkat nasional, rasio posyandu terhadap
jumlah desa/keluarahan memang nampak telah mencukupi yaitu lebih dari satu. Namun jika
dilihat pada tingkat provinsi terdapat dua provinsi yang memiliki rasio kurang dari satu, yaitu
Papua dan Papua Barat.

44

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013

GAMBAR 2.17

RASIO POSYANDU TERHADAP DESA/KELURAHAN


DI INDONESIA TAHUN 2013

Sumber: Pusat Promosi Kesehatan, Kemenkes RI, 2013

Gambar di atas menunjukkan bahwa Jawa Barat memiliki rasio tertinggi sebesar 8,29.
Papua dan Papua Barat memiliki rasio kurang dari satu, masing-masing sebesar 0,62 dan 0,72.
Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan juga memerlukan peran serta kader dan tokoh
masyarakat/agama. Sampai dengan dengan tahun 2013 terdapat 336.586 kader/toma/toga
terlatih. Rasio kader/toga/toma terlatih terhadap desa/kelurahan di Indonesia sebesar 4,02.
Terdapat 11 provinsi dengan rasio kader/toga/toma terlatih terhadap desa/kelurahan kurang
dari satu. Data/informasi lebih rinci mengenai jumlah UKBM menurut provinsi tahun 2013
terdapat pada Lampiran 2.12, dan Lampiran 2.13.

E. INSTITUSI PENDIDIKAN TENAGA KESEHATAN POLTEKKES


1. Jumlah Poltekkes
Pembangunan kesehatan berkelanjutan membutuhkan tenaga kesehatan yang memadai
baik dari segi jenis, jumlah maupun kualitas. Untuk menghasilkan tenaga kesehatan yang
berkualitas tentu saja dibutuhkan proses pendidikan yang berkualitas pula. Kementerian
Kesehatan RI merupakan institusi dari sektor pemerintah yang berperan di dalam penyediaan
tenaga kesehatan yang berkualitas tersebut.
Institusi pendidikan tenaga kesehatan selain tenaga medis terdiri dari Politeknik
Kesehatan (Poltekkes) dan Non Politeknik Kesehatan (Non Poltekkes). Kementerian Kesehatan
melakukan pembinaan terhadap institusi Poltekkes. Sampai dengan Desember 2013, terdapat
38 Poltekkes di Indonesia yang terdiri dari program studi strata Diploma IV sebanyak 133
jurusan/program studi, dan strata Diploma III terdiri dari 262 jurusan/program studi.

Sarana Kesehatan

GAMBAR 2.18

45

JUMLAH PROGRAM STUDI POLTEKKES DIPLOMA III DAN IV


DI INDONESIA TAHUN 2013

Sumber : Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI, 2013

Gambar di atas menunjukkan bahwa jurusan/program studi terbanyak adalah


keperawatan dengan jumlah 151 pada Diploma III dan 79 pada diploma IV. Jurusan/program
studi keperawatan terdiri dari keperawatan, kebidanan, dan keperawatan gigi.
Jurusan/program studi keterapian fisik yang terdiri fisioterapi, okupasi terapi, terapi wicara,
akupunktur memilki jumlah terendah yaitu 5 program studi pada diploma III dan 6 program
studi pada diploma IV.

2. Peserta Didik
Peserta didik pada Diploma III yang dimiliki oleh Poltekkes di Indonesia pada tahun
2013 terdiri dari peserta didik tingkat I (tahun ajaran 2011/2012), tingkat II (tahun ajaran
2012/2013), dan tingkat III (tahun ajaran 2013/2014) yaitu berjumlah 208.363 orang. Jumlah
tersebut terdiri 66.699 peserta didik tingkat I, 70.890 peserta didik tingkat II, dan 70.774
peserta didik tingkat III. Jumlah peserta didik terbanyak berasal dari Program Studi
Keperawatan sebanyak 135.017 peserta didik atau 64,8% dari seluruh peserta didik. Sedangkan
jumlah peserta didik terendah berasal dari program studi keterapian fisik sebanyak 4.388
peserta didik atau 2,11% dari seluruh peserta didik.
GAMBAR 2.19
JUMLAH PESERTA DIDIK DIPLOMA III POLTEKKES
DI INDONESIA TAHUN 2013

Sumber : Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI, 2013

46

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013

Data dan informasi lebih rinci mengenai jumlah peserta didik di institusi Poltekkes

terdapat pada Lampiran 2.16 dan 2.17.

3. Lulusan
Peserta didik yang telah selesai menempuh pendidikan akan menjadi lulusan Poltekkes.
Jumlah lulusan pada tahun 2013 adalah sebanyak 22.797 orang. Jumlah ini meningkat
dibandingkan tahun 2012 yaitu sebanyak 21.630 orang. Sesuai dengan jumlah peserta didik
yang memiliki jumlah terbesar dari program studi keperawatan, hal serupa juga terjadi pada
jumlah lulusan dengan jumlah lulusan terbanyak adalah program studi keperawatan sebanyak
15.781 orang atau 69,22% dari total lulusan.
GAMBAR 2.20
JUMLAH LULUSAN DIPLOMA III POLTEKKES
DI INDONESIA TAHUN 2013

Sumber : Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI, 2013

Pada tingkat provinsi, terdapat 3 provinsi yang menghasilkan jumlah lulusan terbanyak
dari Poltekkes yaitu Jawa Tengah sebanyak 2.398 lulusan, Jawa Timur sebanyak 2.124 lulusan,
dan DKI Jakarta sebanyak 1.365 lulusan. Tiga provinsi tersebut memang memiliki jumlah
Poltekkes lebih dari satu. Jumlah lulusan Poltekkes menurut program studi terdapat pada
Lampiran 2.18 dan 2.19.
***

Sarana Kesehatan

47

Pemeriksaan kadar gula darah

48

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013

TENAGA KESEHATAN
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pada pasal 21
menyebutkan
bahwa pemerintah mengatur perencanaan, pengadaan, pendayagunaan, pembinaan
, dan
pengawasan mutu tenaga kesehatan dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kese
hatan.
Dalam Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional dijelask
an
bahwa untuk melaksanakan upaya kesehatan dalam rangka pembangunan kes
ehatan
diperlukan sumber daya manusia kesehatan yang mencukupi dalam jumlah, jenis
dan
kualitasnya serta terdistribusi secara adil dan merata.
Sumber daya manusia kesehatan yang disajikan pada bab ini lebih diutamakan p
ada
kelompok tenaga kesehatan. Dalam Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tena
ga
Kesehatan memutuskan bahwa tenaga kesehatan terdiri dari tenaga medis,
tenaga
keperawatan, tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga gizi, tenaga keter
apian
fisik dan tenaga keteknisian medis.
Gambaran mengenai jumlah, jenis, dan kualitas, serta penyebaran tenaga kesehata
n di
seluruh wilayah Indonesia dilakukan dengan cara pengumpulan data pada sarana pelay
anan
kesehatan baik di wilayah dinas kesehatan kabupaten/kota maupun dinas kesehatan provin
si.
Pengumpulan data tenaga kesehatan meliputi tenaga kesehatan yang berstatus PNS pusat,
PNS
daerah, Pegawai Tidak Tetap (PTT), TNI/POLRI, dan swasta. Metode pengumpulan data yan
g
digunakan melalui mekanisme pemutakhiran data secara berjenjang mulai dari dinas keseh
atan
kabupaten/kota, dinas kesehatan provinsi dan secara nasional dikelola oleh
Badan
Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan (Badan PPS
DMK)
Kementerian Kesehatan RI melalui Sistem Informasi SDMK.

A. JUMLAH DAN RASIO TENAGA KESEHATAN


Salah satu unsur yang berperan dalam percepatan pembangunan kesehatan ad
alah

t
n
g
k
s
h
t
n
y
n
b
r
g
s
d
f
i
a
p
a
a
a
k
s
h
t
n
d
m
s
a
a
a
T
n
g

kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta mem
iliki
pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk je
nis
tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
Pendataan tenaga kesehatan yang dilakukan oleh Badan PPSDMK menggun
akan
pendekatan tenaga kesehatan yang melaksanakan tugas sesuai dengan fungsinya. Berdasa
rkan
pendekatan tersebut, pada tahun 2013 jumlah SDM Kesehatan yang tercatat sebanyak 877
.088
orang yang terdiri atas 681.634 tenaga kesehatan dan 195.454 tenaga non kesehatan. Te
naga
kesehatan terdiri atas 90.444 tenaga medis (dokter spesialis, dokter umum dan dokter
gigi),
288.405 perawat, 137.110 bidan, 40.181 tenaga farmasi, dan 125.494 tenaga kesehatan lai
nnya.
Rincian lengkap mengenai rekapitulasi sumber daya manusia kesehatan menurut jenis ten
aga
dapat dilihat pada Lampiran 3.1.
Sedangkan pendataan tenaga kesehatan yang dilakukan oleh

Sekretariat K

onsil
Kedokteran Indonesia (KKI) menggunakan pendekatan jumlah dokter/dokter spesialis, dokt
er

Tenaga Kesehatan

51

gigi/dokter gigi spesialis yang mempunyai Surat Tanda Registrasi (STR). Berdasarkan hal
tersebut, jumlah dokter umum di Indonesia berjumlah 94.727. Berdasarkan jumlah dokter dan
jumlah penduduk disusun rasio dokter per 100.000 penduduk. Rasio dokter umum di Indonesia
pada tahun 2013 sebesar 38,1 dokter umum per 100.000 penduduk. Rasio dokter umum
terhadap jumlah penduduk menurut provinsi pada tahun 2013 terlihat pada Gambar 3.1 berikut
ini.
GAMBAR 3.1
RASIO DOKTER UMUM TERHADAP 100.000 PENDUDUK DI INDONESIA
TAHUN 2013

Sumber : Sekretariat Konsil Kedokteran Indonesia, Kemenkes RI, 2014

Provinsi dengan rasio dokter umum terhadap 100.000 penduduk tertinggi terdapat di
Provinsi DKI Jakarta sebesar 155,5 dan Sulawesi Utara sebesar 83,3. Sedangkan rasio dokter
umum per 100.000 penduduk terendah terdapat di Provinsi Sulawesi Barat sebesar 8,8 dan
Provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 10,5 dokter umum per 100.000 penduduk. Jumlah
dokter gigi pada tahun 2013 tercatat sebanyak 24.598 dan jumlah dokter gigi spesialis sebesar
2.182 orang. Rasio dokter gigi per 100.000 penduduk sebesar 9,9 dokter gigi per 100.000
penduduk. Rincian lengkap mengenai jumlah tenaga dokter, dokter spesialis, dokter gigi, dan
dokter gigi spesialis yang mempunyai STR dapat dilihat pada Lampiran 3.5.
Jenis tenaga kesehatan berikutnya adalah tenaga keperawatan, yang terdiri dari tenaga
perawat dan
bidan. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
HK.02.02/MENKES/148/I/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Perawat, perawat
adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat baik di dalam maupun di luar negeri
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Jumlah perawat pada
tahun 2013 tercatat sebanyak 288.405 orang. Rasio perawat terhadap jumlah penduduk
menurut provinsi pada tahun 2013 terlihat pada Gambar 3.2 berikut ini.

52

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013

GAMBAR 3.2
RASIO PERAWAT TERHADAP 100.000 PENDUDUK DI INDONESIA
TAHUN 2013

Sumber : Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI, 2014

Rasio perawat terhadap penduduk sebesar 116,1 perawat per 100.000 pendu
duk.
Provinsi dengan rasio tertinggi terdapat di Papua Barat sebesar 320,1 perawat per 100.
000
penduduk, Maluku sebesar 305,2 perawat per 100.000 penduduk dan Maluku Utara seb
esar
280,1 perawat per 100.000 penduduk. Provinsi dengan rasio perawat terendah terdapa
t di
Sumatera Utara sebesar 65,7 perawat per 100.000 penduduk, Jawa Barat sebesar 68,2 pera
wat
per 100.000 penduduk dan Banten sebesar 68,4 perawat per 100.000 penduduk.
Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 369/MENKES/SK/III/2007
tentang Standar Profesi Bidan, bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendid
ikan
bidan yang diakui oleh pemerintah dan organisasi profesi di wilayah negara Republik Indone
sia
serta memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk di register, sertifikasi dan atau secara
sah
mendapat lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan. Bidan diakui sebagai t
enaga
profesional yang bertanggung jawab dan akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perem
puan
untuk memberikan dukungan, asuhan dan nasihat selama hamil, masa kehamilan dan
masa
nifas, memimpin persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan kepada
bayi
baru lahir dan bayi. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan, promosi persalinan no
rmal,
deteksi komplikasi pada ibu dan anak, akses bantuan medis atau bantuan lain yang sesuai,
serta
melaksanakan tindakan kegawatdaruratan.
Jumlah bidan di Indonesia pada tahun 2013 tercatat sebanyak 137.110 orang, deng
an
rasio bidan terhadap penduduk sebesar 55,2 bidan per 100.000 penduduk. Rasio
bidan
terhadap jumlah penduduk menurut provinsi pada tahun 2013 terlihat pada Gambar 3.3.
Provinsi dengan rasio bidan terhadap penduduk tertinggi tertinggi terdapat di Ac
eh
sebesar 204,3 bidan per 100.000 penduduk, Bengkulu sebesar 141,7 bidan per 10
0.000
penduduk dan Papua Barat sebesar 105,7 bidan per 100.000 penduduk. Rasio bidan terha
dap

p
n
u
u
t
e
d
h
e
d
p
t
i
K
J
a
a
s
b
s
2
8
b
a
p
r
0
0
0
p
n
u
u
J
w

Barat sebesar 29,2 bidan per 100.000 penduduk dan Banten sebesar 30,5 bidan per 100.
000

Tenaga Kesehatan

53

penduduk. Jumlah sumber daya manusia kesehatan tahun 2013 menurut provinsi dapat dilihat
pada Lampiran 3.1.
GAMBAR 3.3
RASIO BIDAN TERHADAP 100.000 PENDUDUK DI INDONESIA
TAHUN 2013

Sumber : Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI, 2014

1. Tenaga Kesehatan di Puskesmas


Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat
pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Kinerja dari puskesmas sangat
dipengaruhi ketersediaan sumber daya manusia yang dimiliki, terutama ketersediaan tenaga
kesehatan. Pada tahun 2013, terdapat 349.198 orang yang bertugas di puskesmas dengan
rincian 314.363 tenaga kesehatan dan 34.835 tenaga non kesehatan. Dari seluruh jumlah tenaga
kesehatan, dokter umum yang bertugas di puskesmas sebanyak 17.767 orang, dengan rasio 1,84
dokter umum per puskesmas. Rasio dokter umum di puskesmas terhadap jumlah puskesmas
tahun 2013 menurut provinsi dapat dilihat pada Gambar 3.4.
Rasio dokter umum terhadap puskesmas tertinggi terdapat di Provinsi Kepulauan Riau
sebesar 4,6 dokter umum per puskesmas, DI Yogyakarta sebesar 3,02 dokter umum per
puskesmas dan Riau sebesar 2,79 dokter umum per puskesmas. Rasio dokter umum per
puskesmas terendah terdapat di Provinsi Papua Barat sebesar 0,43 dokter umum per
puskesmas, Sulawesi Tenggara sebesar 1 dokter umum per puskesmas dan Papua sebesar 1,01
dokter umum per puskesmas.

54

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013

GAMBAR 3.4
RASIO DOKTER UMUM DI PUSKESMAS TERHADAP JUMLAH PUSKESMAS
DI INDONESIA TAHUN 2013

Sumber : Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI, 2014

Jumlah dokter spesialis di puskesmas di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 135 orang.
Jumlah tertinggi terdapat di Provinsi DKI Jakarta sebesar 34 orang dan Jawa Timur sebesar 31
orang. Jumlah dokter gigi yang bertugas di puskesmas pada tahun 2013 sebanyak 6.883 orang.
Bila dibandingkan dengan jumlah seluruh puskesmas di Indonesia (9.655) maka dapat diartikan
bahwa belum seluruh puskesmas memiliki dokter gigi. Sedangkan jumlah perawat gigi di
Indonesia sebesar 10.150 orang. Jumlah tenaga kesehatan di puskesmas di sajikan dalam
Gambar 3.5 berikut.
GAMBAR 3.5
JUMLAH TENAGA KESEHATAN MENURUT JENIS DI PUSKESMAS
DI INDONESIA TAHUN 2013

Sumber : Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI, 2014

Tenaga Kesehatan

55

Jumlah perawat di seluruh puskesmas sebanyak 115.747 orang, sehingga rata-rata tiap
puskesmas memiliki 12 orang perawat. Jumlah perawat gigi sebesar 10.150 orang perawat gigi.
Jumlah tenaga bidan sebanyak 102.176 orang, sehingga rata-rata tiap puskesmas memiliki 11
orang bidan. Rincian jumlah tenaga kesehatan di puskesmas dapat dilihat pada Lampiran 3.2.

2. Tenaga Kesehatan di Rumah Sakit


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 340/MENKES/PER/III/2010 tentang
Klasifikasi Rumah Sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Sumber daya manusia kesehatan
memegang peranan penting dalam pelayanan kesehatan. Sumber daya manusia kesehatan yang
bertugas di rumah sakit pada tahun 2013 berjumlah 458.340 orang dengan rincian 319.707
tenaga kesehatan dan 138.633 tenaga non kesehatan.
GAMBAR 3.6
JUMLAH TENAGA KESEHATAN MENURUT JENIS DI RUMAH SAKIT
DI INDONESIA TAHUN 2013

Sumber : Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI, 2014

Dari seluruh jumlah tenaga kesehatan, dokter spesialis yang bertugas di rumah sakit
sebanyak 36.081 orang, dengan rata-rata 16 dokter spesialis per rumah sakit; dokter umum
yang bertugas di rumah sakit sebanyak 21.283 orang, dengan rata-rata 10 dokter umum per
rumah sakit dan dokter gigi yang bertugas di rumah sakit sebanyak 4.295 orang, dengan ratarata 2 dokter gigi per rumah sakit. Perawat yang bertugas di rumah sakit sebanyak 164.309
orang, dengan rata-rata 74 perawat per rumah sakit dan bidan yang bertugas di rumah sakit
sebanyak 31.254 orang, dengan rata-rata 14 bidan per rumah sakit. Rincian jumlah tenaga
kesehatan di rumah sakit pemerintah dapat dilihat pada Lampiran 3.4.

B. TENAGA KESEHATAN DENGAN STATUS PEGAWAI TIDAK TETAP


(PTT)
Permasalahan distribusi tenaga kesehatan masih merupakan isu yang sampai saat ini
masih ada dalam sistem kesehatan di Indonesia. Indonesia mempunyai ciri geografis yang
khusus antara daerah yang satu dengan daerah yang lainnya dan keadaan sosial ekonomi yang
menunjukkan perbedaan yang cukup tinggi ditambah dengan desentralisasi yang belum mampu

56

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013

menunjukkan hasil yang diharapkan dalam menyelesaikan permasalahan pemerataan tenaga


kesehatan, terutama pada daerah sangat terpencil, terpencil dan perbatasan.
Pemenuhan tenaga kesehatan di pelayanan kesehatan terutama puskesmas dan
jaringannya pada daerah terpencil/sangat terpencil, tertinggal, perbatasan dan kepulauan
(DTPK) serta daerah bermasalah kesehatan (DBK), salah satunya diisi dengan cara
pengangkatan Pegawai Tidak Tetap (PTT) dan Penugasan Khusus.
Pemenuhan tenaga kesehatan dengan status PTT terdiri dari dokter umum, dokter gigi,
dokter spesialis, dokter gigi spesialis dan bidan. Konstribusi yang diberikan cukup besar
pengaruhnya dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Sampai dengan 31 Desember
2013 tercatat sebanyak 46.512 tenaga kesehatan PTT Pusat yang masih aktif bertugas dengan
komposisi dokter spesialis dan dokter gigi spesialis sejumlah 56 orang, dokter umum sejumlah
3.153 orang, dokter gigi sejumlah 1.168 orang dan bidan sejumlah 42.135 orang.
GAMBAR 3.7
JUMLAH DOKTER UMUM PTT, DOKTER GIGI PTT DAN BIDAN PTT AKTIF
MENURUT KRITERIA WILAYAH DI INDONESIA TAHUN 2013

Sumber: Biro Kepegawaian, Kemenkes RI, 2014

Pada Gambar 3.7, tahun 2013 dapat dilihat jumlah tenaga PTT terutama untuk dokt
er
umum dan dokter gigi terbesar ada pada daerah dengan kriteria sangat terpencil dan terpe
ncil.
Dokter PTT di di daerah sangat terpencil berjumlah 1.815 orang, daerah terpencil berjuml
ah
1.112 orang dan dokter PTT di daerah biasa hanya 226 orang. Jumlah dokter gigi PTT aktif
di
daerah sangat terpencil dan terpencil juga lebih tinggi jika dibandingkan dengan jumla
h di
daerah biasa. Jumlah dokter gigi di daerah sangat terpencil berjumlah 628 orang, d
aerah
terpencil berjumlah 495 orang sedangkan di daerah biasa hanya berjumlah 45 orang.
Hal berbeda terjadi pada tenaga bidan PTT aktif. Jumlah bidan PTT di daerah biasa leb
ih
besar jika dibandingkan dengan daerah terpencil atau daerah sangat terpencil. Jumlah bida
n di
daerah biasa berjumlah 21.452 orang, sedangkan jumlah bidan di daerah terpencil berjum
lah
11.991 orang dan daerah sangat terpencil berjumlah 8.692 orang. Rincian lengkap meng 57
enai
jumlah dokter/dokter gigi spesialis PTT, dokter umum PTT, dokter gigi PTT, bidan PTT aktif
menurut kriteria wilayah dan provinsi di Indonesia tahun 2013 dapat dilihat di Lampiran 3.
7
s.d. 3.10.
Pada tahun 2013 telah diangkat tenaga kesehatan PTT untuk daerah dengan krit
eria
biasa, terpencil, dan sangat terpencil sebanyak 15.931 orang, yang terdiri dari dokter spesi
alis

Tenaga Kesehatan

dan dokter gigi spesialis PTT sejumlah 57 orang, dokter umum PTT sejumlah 3.075 orang,
dokter gigi PTT sebanyak 1.169 orang dan bidan PTT sejumlah 11.630 orang.
GAMBAR 3.8
JUMLAH PENGANGKATAN DOKTER/DOKTER GIGI SPESIALIS, DOKTER UMUM,
DOKTER GIGI DAN BIDAN SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP (PTT)
MENURUT KRITERIA WILAYAH DI INDONESIA TAHUN 2013

Sumber: Biro Kepegawaian, Kemenkes RI, 2014

Gambar 3.8 menunjukkan jumlah pengangkatan tenaga kesehatan PTT didaerah biasa,
terpencil dan sangat terpencil pada tahun 2013 untuk tenaga dokter/dokter gigi spesialis,
dokter umum, dokter gigi dan bidan. Jumlah pengangakatan dokter/dokter gigi spesialis hanya
ada pada daerah terpencil, sebesar 57 orang. Jumlah pengangkatan dokter umum dan dokter
gigi terbesar pada daerah sangat terpenci. Pada pengangkatan bidan, lebih banyak di daerah
biasa dibandingkan dengan daerah terpencil dan sangat terpencil. Rincian lengkap mengenai
jumlah pengangkatan dokter/dokter gigi spesialis, dokter umum, dokter gigi dan bidan dapat
dilihat pada Lampiran 3.12 s.d. 3.15.

C.

TENAGA KESEHATAN DENGAN STATUS PENUGASAN KHUSUS

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2013 tentang Penugasan


Khusus Tenaga Kesehatan, penugasan khusus adalah pendayagunaan secara khusus tenaga
kesehatan dalam kurun waktu tertentu guna meningkatkan akses dan mutu pelayanan
kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan di Daerah Tertinggal, Perbatasan dan Kepulauan,
Daerah Bermasalah Kesehatan serta Rumah Sakit Kelas C dan Kelas D di kabupaten yang
memerlukan pelayanan medik spesialistik. Jenis tenaga kesehatan yang dapat diangkat dalam
penugasan khusus pada fasilitas pelayanan kesehatan terdiri dari Residen dan tenaga kesehatan
dengan pendidikan diploma III.
Residen merupakan dokter/dokter gigi yang sedang menempuh pendidikan dokter
spesialis/dokter gigi spesialis. Tenaga kesehatan dengan pendidikan diploma III terdiri dari
bidan, perawat, sanitarian, tenaga gizi, dan analis kesehatan. Tenaga kesehatan penugasan
khusus ditempatkan pada (1) Puskesmas dan jejaringnya, (2) Rumah Sakit Kelas C dan Kelas D
yang telah memiliki peralatan kesehatan, perbekalan kesehatan, sediaan farmasi serta fasilitas
lain sesuai kebutuhan medik spesialistik (tidak termasuk Rumah Sakit Bergerak), (3) Rumah
Sakit yang membutuhkan jenis pelayanan medik spesialistik tertentu.

58

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013

Selama tahun 2013 telah dilakukan pengangkatan penugasan khusus sebanyak 2.


379
orang, yang terdiri dari 873 residen, 927 perawat, 203 tenaga gizi, 181 tenaga kese
hatan
lingkungan, 105 analis kesehatan, 15 bidan, 52 farmasi, 20 tenaga kesehatan gigi, 1 fisioter
apis,
1 radiografer dan 1 perekam dan info kesehatan. Jumlah penugasan khusus tenaga keseh
atan
terbesar terdapat di Provinsi Aceh sebanyak 290 orang, Provinsi Sulawesi Tenggara sebany
ak

249 orang dan Provinsi Nusa Tenggara Timur sebanyak 229 orang. Sedangkan ju
mlah
penugasan khusus tenaga kesehatan tidak terdapat di Provinsi DKI Jakarta dan DI Yogyakar
ta.
Secara lengkap, jumlah pengangkatan tenaga residen dan tenaga penugasan khusus
dapat
dilihat pada Lampiran 3.16.

D. REGISTRASI TENAGA KESEHATAN


Registrasi tenaga kesehatan (selain tenaga medis dan kefarmasian) diatur d
alam
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 161/Menkes/Per/I/2010 dan direvisi dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 1796/Menkes/Per/VIII/2011 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan.
Setiap tenaga kesehatan yang akan menjalankan pekerjaannya wajib memiliki Surat T
anda
Registrasi (STR). STR adalah bukti tertulis yang diberikan oleh pemerintah kepada te
naga
kesehatan yang telah memiliki sertifikat kompetensi sesuai ketentuan peraturan perund
angundangan. Untuk mendapatkan STR, tenaga kesehatan harus memiliki ijazah dan serti
fikat
kompetensi. STR berlaku selama lima tahun dan dapat diperpanjang setiap lima tahun. Rinc
ian
jumlah tenaga kesehatan (selain tenaga medis dan kefarmasian) yang telah memiliki
STR
menurut provinsi terdapat pada Lampiran 3.6.
Registrasi tenaga medis diatur pelaksanaannya dalam Undang Undang Nomor 29 Tah
un
2004 tentang Praktik Kedokteran. Praktik kedokteran bertujuan memberikan perlindung
an
kepada pasien, mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan medis yang diberikan
oleh
dokter dan dokter gigi, dan memberikan kepastian hukum kepada masyarakat. Setiap do
kter
dan dokter gigi yang melakukan praktik kedokteran di Indonesia wajib memiliki Surat Tand
a
Registrasi (STR) dokter dan STR dokter gigi termasuk dokter dan dokter gigi lulusan
luar
negeri. STR dokter dan dokter gigi diterbitkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) d
an
berlaku selama lima tahun dan diregistrasi ulang setiap lima tahun sekali.
Data yang tercatat di KKI sampai dengan 31 Desember 2013 yaitu dokter dan dokter
gigi
yang memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) sejumlah 146.048 orang yang terdiri dari dokt
er
umum 94.727 orang, dokter spesialis 24.541 orang, dokter gigi 24.598 orang dan dokter
gigi
spesialis 2.182 orang. Dokter dan dokter gigi lulusan luar negeri yang akan melaksan
akan
praktik kedokteran di Indonesia juga harus memiliki STR sementara atau STR bersyarat. S
TR
sementara diberikan kepada dokter dan dokter gigi Warga Negara Asing (WNA) yang
akan
melakukan kegiatan dalam rangka pendidikan, pelatihan, penelitian, pelayanan kesehata
n di

b
a
g
e
o
e
a
a
a
k
d
k
r
n
g
i
a
g
b
r
a
s
m
n
a
a
d
I
o
e
a
S
R
s
m
n
a
a

berlaku selama satu tahun dan dapat diperpanjang untuk satu tahun berikutnya. STR bersy
arat
diberikan kepada peserta program pendidikan dokter spesialis atau dokter gigi spesialis W
NA
yang mengikuti pendidikan dan pelatihan di Indonesia. Sampai dengan akhir tahun 2013, d
ata
STR dokter dan dokter gigi WNA, yaitu STR sementara sebanyak delapan orang dan
STR
bersyarat sebanyak dua belas orang.
Registrasi tenaga kefarmasian diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan No
mor
889/Menkes/Per/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian.
Setiap tenaga kefarmasian yang menjalankan pekerjaan kefarmasian wajib memiliki surat ta
nda
registrasi. Tenaga kefarmasian adalah tenaga yang melakukan pekerjaan kefarmasian,
yang
terdiri atas apoteker dan tenaga teknis kefarmasian. Pekerjaan kefarmasian adalah pembua
tan

Tenaga Kesehatan

59

termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan

pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter,
pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Surat
Tanda Registrasi Apoteker (STRA) dan Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian
(STRTTK) berlaku selama 5 (lima) tahun. Surat tanda registrasi juga diperlukan untuk apoteker
warga negara asing lulusan luar negeri yang akan menjalankan pekerjaan kefarmasian di
Indonesia (surat tanda registrasi apoteker khusus/STRA Khusus). STRA, STRTTK dan STRA
Khusus dikeluarkan oleh Komite Farmasi Nasional.
***

60

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013

PEMBIAYAAN KESEHATAN
Penyelenggaraan pembangunan kesehatan memerlukan komponen pembiyaan. UndangUndang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan bahwa pembiayaan kesehatan
bertujuan untuk penyediaan pembiayaan kesehatan yang berkesinambungan dengan jumlah
yang mencukupi, teralokasi secara adil, dan termanfaatkan. Pembiayaan kesehatan terdiri dari
pembiayaan bersumber pemerintah dan pembiayaan bersumber masyarakat.

A. ANGGARAN KEMENTERIAN KESEHATAN


Alokasi anggaran kesehatan yang dikelola oleh Kementerian Kesehatan pada tahun
2014 sebesar 38,64 trilyun rupiah dengan realisasi sebesar 35,42 trilyun rupiah. Besar alokasi
maupun realisasi anggaran mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2012, yaitu alokasi
sebesar 33,29 trilyun rupiah dengan realisasi sebesar 30,66 trilyun rupiah . Meskipun dalam hal
besaran anggaran mengalami peningkatan, namun persentase realisasi tahun 2103 mengalami
penurunan dibandingkan tahun 2012, yaitu 92,08% pada tahun 2012 menjadi 91,66% pada
tahun 2013.
GAMBAR 4.1
ALOKASI DAN REALISASI ANGGARAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI
TAHUN 2008 2013

Sumber : Biro Keuangan dan BMN, Kemenkes RI, 2014

Gambar di atas menunjukkan bahwa terdapat peningkatan alokasi dan realisasi


anggaran Kementerian Kesehatan dalam lima tahun terakhir. Pada Tahun 2008 Kementerian
Kesehatan RI memiliki alokasi anggaran sebesar 18,55 trilyun rupiah dengan realisasi 15,89
trilyun rupiah dan persentase realisasi sebesar 85,62%, jumlah tersebut meningkat pada tahun
2013 menjadi 38,64 trilyun rupiah dengan realisasi sebesar 35,42 trilyun rupiah dan persentase
realisasi sebesar 91,66%.

Pembiayaan Kesehatan

63

Distribusi anggaran Kementerian Kesehatan RI menurut unit kerja eselon I


menunjukkan bahwa alokasi terbesar terdapat pada Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
(Ditjen BUK) sebesar 25,27 trilyun rupiah, sedangkan alokasi terendah untuk Inspektorat
Jenderal sebesar 96,08 miliar rupiah. Anggaran yang dialokasikan pada Ditjen BUK tersebut
didistribusikan pada 429 satuan kerja (kantor pusat, kantor daerah, dekonsentrasi dan tugas
pembantuan), sedangkan anggaran yang dialokasikan pada Inspektorat Jenderal hanya untuk
satu Satuan Kerja (Satker). Unit Eselon I dengan persentase realisasi anggaran tertinggi adalah
Badan Litbangkes sebesar 95,01%, sedangkan realisasi terendah adalah Inspektorat Jenderal
dengan persentase realisasi sebesar 79,66%. Data dan Informasi mengenai alokasi dan realisasi
anggaran Kementerian Kesehatan RI pada tahun 2013 terdapat pada Lampiran 4.1.

B. ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) BIDANG


KESEHATAN
Pembiayaan kesehatan harus mampu menjamin kesinambungan jumlah yang
mencukupi, teralokasi secara adil, dan termanfaatkan secara berhasil guna dan berdaya guna
sehingga pembangunan kesehatan demi meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setinggitingginya dapat terlaksana. Sumber pembiayaan kesehatan berasal dari pemerintah,
pemerintah daerah, masyarakat, swasta dan sumber lain.
Sesuai Undang-Undang Kesehatan No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, anggaran
kesehatan pemerintah daerah provinsi, kabupaten/kota memiliki alokasi minimal sepuluh
persen dari total Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) di luar gaji (belanja
pegawai). Persentase anggaran kesehatan Pemerintah Daerah Provinsi terhadap total APBD di
33 provinsi di Indonesia disajikan pada Gambar berikut.
GAMBAR 4.2
PERSENTASE ANGGARAN KESEHATAN TERHADAP APBD
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2013

Sumber: Biro Perencanaan dan Anggaran, Kemkes, 2013

64

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013

Persentase anggaran kesehatan Pemda Provinsi terhadap total APBD di atas termasuk
dengan gaji pegawai. Pada gambar di atas terdapat tujuh provinsi dengan persentase melebihi
sepuluh persen. Jumlah tersebut meningkat dibandingkan tahun 2012 ketika hanya 6 provinsi
dengan persentase anggaran kesehatan di atas sepuluh persen. Tujuh provinsi dengan
persentase anggaran kesehatan di atas sepuluh persen pada tahun 2013 yaitu Kalimantan
Selatan, Bali, Jawa Timur, Bengkulu, Sumatera Barat, DKI Jakarta, dan Maluku. Sedangkan 26
provinsi lainnya memiliki anggaran kesehatan pada APBD provinsinya kurang dari sepuluh
persen. Data dan informasi lebih rinci mengenai APBD provinsi pada tahun 2013 terdapat pada
Lampiran 4.2.

C. JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT


Sampai dengan Desember 2013 terdapat 181.292.912 orang yang memiliki jaminan
kesehatan dengan persentase terhadap jumlah penduduk sebesar 76,18%. Jumlah ini lebih
tinggi dibandingkan tahun 2012 ketika terdapat 163.547.921 orang yang memiliki jaminan
kesehatan atau sebesar 66,82% terhadap jumlah penduduk. Salah satu program jaminan
kesehatan yang diselenggarakan oleh pemerintah adalah Jamkesmas.
Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) diselenggarakan untuk meningkatkan
akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin dan hampir miskin
agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara efektif dan efisien. Jamkesmas
diharapkan dapat menurunkan angka kematian ibu, menurunkan angka kematian bayi dan
balita serta menurunkan angka kelahiran di samping dapat terlayaninya kasus-kasus kesehatan
bagi masyarakat miskin. Program ini telah memberikan banyak manfaat bagi peningkatan akses
pelayanan kesehatan masyarakat miskin dan hampir miskin di puskesmas dan jaringannya,
pelayanan kesehatan di rumah sakit serta memberikan perlindungan finansial dari pengeluaran
kesehatan akibat sakit.
Penduduk yang menjadi sasaran program Jamkesmas adalah tetap sejak tahun 2008,
yaitu sebanyak 76,4 juta jiwa yang terdiri dari masyarakat sangat miskin, miskin dan tidak
mampu. Jumlah tersebut terdiri atas 73.726.290 jiwa kepesertaan berdasarkan Surat Keputusan
(SK) Bupati/Walikota dan selebihnya adalah peserta di luar SK Bupati/Walikota yang berjumlah
2.673.710 jiwa. Kepesertaan di luar SK Bupati/Walikota terdiri dari gelandangan, pengemis,
anak terlantar, panti sosial, penghuni rutan/lapas, korban bencana pasca tanggap darurat,
peserta program keluarga harapan (PKH), dan penderita thalasemia mayor.
Cakupan program Jamkesmas terdiri dari pelayanan kesehatan dasar di puskesmas dan
pelayanan kesehatan rujukan di rumah sakit. Kunjungan di pelayanan kesehatan di Puskesmas
terdiri dari Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP) dan Rawat Inap Tingkat Pertama (RITP).
Sedangkan kunjungan di pelayanan kesehatan di Rumah Sakit terdiri dari Rawat Jalan Tingkat
Lanjut (RJTL) dan Rawat Inap Tingkat Lanjut (RITL). Gambar berikut ini menyajikan jumlah
kunjungan peserta Jamkesmas di puskesmas dan rumah sakit.

Pembiayaan Kesehatan

65

GAMBAR 4.3
JUMLAH KUNJUNGAN
RJTP, RITP, RJTL & RITL DI INDONESIA TAHUN 2013

Sumber : Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan, Kemenkes RI, 2013

Pada gambar di atas nampak bahwa jumlah kunjungan rawat jalan pada tingkat pertama
jauh lebih besar dibandingkan rawat inap. Pola yang sama juga nampak pada layanan kesehatan
tingkat lanjut di rumah sakit, yaitu jumlah kunjungan rawat jalan lebih besar dibandingkan
rawat inap.
Pada tahun 2013, terdapat 76,29 juta kunjungan peserta jamkesmas ke pelayanan
kesehatan rawat jalan, yang terdiri dari 69,51 juta kunjungan rawat jalan tingkat pertama dan
6,78 juta kunjungan rawat jalan tingkat lanjut. Sedangkan gambaran pada pelayanan kesehatan
rawat inap adalah sebanyak 5,12 juta yang terdiri dari 3,48 juta kunjungan rawat inap tingkat
pertama dan 1,64 juta kunjungan rawat inap tingkat lanjut. Jumlah kunjungan di pelayanan
kesehatan tingkat pertama dan tingkat lanjut pada tahun 2013 lebih tinggi dibandingkan jumlah
kunjungan pada tahun 2012 seperti yang terdapat pada gambar berikut.
GAMBAR 4.4
JUMLAH KUNJUNGAN
RJTP, RITP, RJTL & RITL DI INDONESIA TAHUN 2009-2013

Sumber : Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan, Kemenkes RI, 2013

66

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013

Sejak tahun 2011 telah dilakukan perluasan program Jamkesmas dengan


diluncurkannya Jaminan Persalinan (Jampersal) sesuai dengan surat edaran Menkes RI Nomor
TU/Menkes/E/391/II/2011 tentang Jaminan Persalinan. Jampersal adalah pembiayaan
pelayanan persalinan yang meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan
nifas termasuk pelayanan KB pasca persalinan dan pelayanan bayi baru lahir. Jampersal
melingkupi seluruh ibu yang belum memiliki jaminan kesehatan. Jumlah kunjungan Jampersal
tertinggi terdapat pada pelayanan pasca persalinan sebanyak 6.828.137 kunjungan, pelayanan
pada Ante Natal Care (K1 dan K4) sebanyak 5.760.455 kunjungan, dan persalinan normal
sebanyak 2.226.845 kunjungan. Kunjungan pada ANC yang tinggi diharapkan dapat membantu
menurunkan komplikasi maternal dan neonatal serta kematian ibu dan anak melalui
pendeteksian dini kehamilan berisiko tinggi. Data dan informasi lebih rinci menurut provinsi
mengenai cakupan pelayanan Jamkesmas dan Jampersal terdapat pada Lampiran 4.4, 4.5 4.6,
4.7, dan 4.8.

D. BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN


Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) merupakan bantuan dana dari Pemerintah
melalui Kementerian Kesehatan RI dalam membantu pemerintahan kabupaten/kota untuk
meningkatkan akses dan pemerataan pelayanan kesehatan masyarakat melalui kegiatan
Puskesmas untuk mendukung tercapainya target Millennium Development Goals (MDGs) bidang
kesehatan tahun 2015. Selain itu diharapkan dengan bantuan ini dapat meningkatkan kualitas
manajemen Puskesmas, terutama dalam perencanaan tingkat Puskesmas dan lokakarya mini
Puskesmas, meningkatkan upaya untuk menggerakkan potensi masyarakat dalam
meningkatkan derajat kesehatannya, dan meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan yang
bersifat promotif dan preventif yang dilakukan oleh Puskesmas dan jaringannya serta
Poskesdes dan Posyandu.
Pemanfaatan dana BOK difokuskan pada beberapa upaya kesehatan promotif dan
preventif meliputi KIA, KB, imunisasi, perbaikan gizi masyarakat, promosi kesehatan, kesehatan
lingkungan dan pengendalian penyakit, dan upaya kesehatan lain sesuai risiko dan masalah
utama kesehatan di wilayah setempat dengan tetap mengacu pada pencapaian target Standar
Pelayanan Minimal (SPM) Kesehatan serta target MDGs Bidang Kesehatan tahun 2015.
Pada proses pelaksanaan, penyaluran dana BOK melalui Tugas Pembantuan
telah dilakukan berbagai upaya penyempurnaan. Realisasi pemanfaatan dana BOK pada tahun
2013 sebesar Rp 1.096.020.049.109 dari alokasi sebesar Rp 1.113.255.075.000 dengan
persentase realisasi 98,45%. Realisasi tersebut lebih tinggi dibandingkan tahun 2012 yang
sebesar 96,7%.

Pembiayaan Kesehatan

67

GAMBAR 4.5

PERSENTASE PENYERAPAN DANA BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN (BOK)


MENURUT PROVINSI TAHUN 2013

Sumber : Ditjen. BinaGizi dan KIA, Kemenkes RI, 2013

Pada gambar di atas dapat diketahui bahwa Provinsi Bengkulu memiliki penyerapan
dana BOK tertinggi sebesar 99,92% dan Provinsi Kalimantan Timur memiliki penyerapan
terendah sebesar 89,6%. Pada tahun 2013, terdapat 8 provinsi dengan realisasi lebih rendah
dari persentase penyerapan nasional. Data dan informasi mengenai alokasi serta realisasi dana
BOK menurut provinsi tahun 2013 terdapat pada Lampiran 4.3..
BOK merupakan salah satu program strategis Kementerian Kesehatan RI disamping
Jamkesmas/Jampersal sehingga terus diupayakan perbaikan agar BOK dimanfaatkan dengan
optimal oleh Puskesmas. Dinas kesehatan provinsi sebagai perpanjangan tangan Kementerian
Kesehatan juga memiliki peran serta yaitu melakukan pembinaan dan evaluasi pelaksanaan
BOK di kabupaten/kota. Dengan kehadiran BOK diharapkan petugas kesehatan/kader
kesehatan tidak lagi mengalami kendala dalam melakukan kegiatan untuk mendekatkan akses
pada masyarakat. Hal penting yang perlu dipahami, BOK bukan merupakan dana utama
penyelenggaraan upaya kesehatan di kabupaten/kota, namun hanya dana tambahan yang
bersifat bantuan sehingga tidak dapat menjawab semua permasalahan kesehatan. Sumber
pembiayaan kesehatan yang utama tetap harus disediakan oleh pemerintah daerah
kabupaten/kota.

***

68

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013

KESEHATAN KELUARGA
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari sekelompok oran
g
yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dan biasanya m
emiliki
hubungan darah atau perkawinan, dalam keadaan saling ketergantungan. Keluarga me
miliki
fungsi yang sangat strategis dalam mempengaruhi status kesehatan diantara anggo
tanya.
Diantara fungsi keluarga dalam tatanan masyarakat yaitu memenuhi kebutuhan gizi
dan
merawat serta melindungi kesehatan para anggotanya.
Anak dan ibu merupakan dua anggota keluarga yang perlu mendapatkan prior
itas
dalam penyelenggaraan upaya kesehatan. Penilaian terhadap status kesehatan dan ki
nerja
upaya kesehatan ibu dan anak penting untuk dilakukan. Hal tersebut disebabkan
Angka
Kematian Ibu dan Anak merupakan dua indikator yang peka terhadap kualitas fasi
litas
pelayanan kesehatan. Kualitas fasilitas pelayanan kesehatan yang dimaksud ter
masuk
aksesibilitas terhadap fasilitas pelayanan kesehatan itu sendiri.

A. KESEHATAN IBU
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, an
gka
kematian ibu (yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas) sebesar 359
per
100.000 kelahiran hidup. Angka ini masih cukup tinggi apalagi jika dibandingkan de
ngan
negaranegara tetangga.
Sejak tahun 1990 upaya strategis yang dilakukan dalam upaya menekan A
ngka
Kematian Ibu (AKI) adalah dengan pendekatan safe motherhood, dengan menganggap b
ahwa
setiap kehamilan mengandung risiko, walaupun kondisi kesehatan ibu sebelum dan sel
ama
kehamilan dalam keadaan baik. Di Indonesia Safe Motherhood initiative ditindaklanjuti den
gan
peluncuran Gerakan Sayang Ibu di tahun 1996 oleh Presiden yang melibatkan berbagi sek
tor
pemerintahan di samping sektor kesehatan. Salah satu program utama yang ditujukan u
ntuk

m
n
a
s
m
s
a
k
m
t
n
i
a
a
h
p
n
m
a
n
b
a
d
t
g
a
d
s
s
c
a
b
s
-

besaran yang bertujuan untuk mendekatkan akses pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru l
ahir
ke masyarakat. Di tahun 2000, Kementerian Kesehatan RI memperkuat strategi interv
ensi
sektor kesehatan untuk mengatasi kematian ibu dengan mencanangkan strategi
Making
Pregnancy Safer. Pada tahun 2012 Kementerian Kesehatan meluncurkan program Expan
ding
Maternal and Neonatal Survival (EMAS) dalam rangka menurunkan angka kematian ibu
dan
neonatal sebesar 25%. Program ini dilaksanakan di provinsi dan kabupaten dengan ju
mlah
kematian ibu dan neonatal yang besar, yaitu Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Ten
gah,
Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan. Dasar pemilihan provinsi-provinsi tersebut dikarena
kan
52,6% dari jumlah total kejadian kematian ibu di Indonesia berasal dari enam provinsi terseb
ut.
Sehingga dengan menurunkan angka kematian ibu di enam provinsi tersebut diharapkan a
kan
dapat menurunkan angka kematian ibu di Indonesia secara signifikan.
Upaya penurunan angka kematian ibu dan angka kematian neonatal melalui progr
am
EMAS dilakukan dengan cara:

Kesehatan Keluarga

71

Meningkatkan kualitas pelayanan emergensi obstetri dan bayi baru lahir minimal di 150
rumah sakit (PONEK) dan 300 Puskesmas/Balkesmas (PONED).
Memperkuat sistem rujukan yang efisien dan efektif antar Puskesmas dan Rumah Sakit.

Selain itu, pemerintah bersama masyarakat juga bertanggung jawab untuk menjamin
bahwa setiap ibu memiliki akses terhadap pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, mulai dari
saat hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih, dan perawatan pasca
persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan khusus dan rujukan jika terjadi komplikasi, dan
memperoleh cuti hamil dan melahirkan serta akses terhadap keluarga berencana. Di samping
itu, pentingnya melakukan intervensi lebih ke hulu yakni kepada kelompok remaja dan dewasa

muda dalam upaya percepatan penurunan AKI.

1. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil


Pelayanan kesehatan ibu hamil diwujudkan melalui pemberian pelayanan antenatal
sekurang-kurangnya 4 kali selama masa kehamilan, dengan distribusi waktu minimal 1 kali
pada trimester pertama (usia kehamilan 0-12 minggu), minimal 1 kali pada trimester kedua
(usia kehamilan 12-24 minggu), dan minimal 2 kali pada trimester ketiga (usia kehamilan
24minggu - lahir). Standar waktu pelayanan tersebut dianjurkan untuk menjamin perlindungan
terhadap ibu hamil dan atau janin, berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan dan
penanganan dini komplikasi kehamilan.
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)

j)

Pelayanan antenatal diupayakan agar memenuhi standar kualitas, yaitu :


Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan;
Pengukuran tekanan darah;
Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA);
Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri);
Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus toksoid sesuai
status imunisasi;
Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan;
Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ);
Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan konseling, termasuk
keluarga berencana);
Pelayanan
tes
laboratorium
sederhana, minimal tes hemoglobin
darah
(Hb),
pemeriksaan protein urin dan pemeriksaan golongan darah (bila belum pernah
dilakukan sebelumnya); dan
Tatalaksana kasus.

Capaian pelayanan kesehatan ibu hamil dapat dinilai dengan menggunakan indikator
Cakupan K1 dan K4. Cakupan K1 adalah jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan
antenatal pertama kali oleh tenaga kesehatan, dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di satu
wilayah kerja pada kurun waktu satu tahun. Sedangkan Cakupan K4 adalah jumlah ibu hamil
yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar paling sedikit 4 kali sesuai
jadwal yang dianjurkan, dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja pada
kurun waktu satu tahun. Indikator tersebut memperlihatkan akses pelayanan kesehatan
terhadap ibu hamil dan tingkat kepatuhan ibu hamil dalam memeriksakan kehamilannya ke
tenaga kesehatan.
Gambaran kecenderungan cakupan K1 dan K4 sejak tahun 2004 hingga tahun 2013
dapat dilihat pada gambar 5.1.

72

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013

GAMBAR 5.1
CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN IBU HAMIL K1 DAN K4 DI INDONESIA TAHUN 2004 2013

Sumber: Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2014

Pada gambar 5.1 di atas terlihat bahwa secara umum cakupan pelayanan kesehatan ibu
hamil K1 dan K4 mengalami kenaikan. Cakupan K1 dan K4 yang secara umum mengalami
kenaikan tersebut menunjukkan semakin baiknya akses masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan ibu hamil yang diberikan oleh tenaga kesehatan. Dari gambar tersebut juga dapat
dilihat bahwa kenaikan cakupan K1 dari tahun ke tahun relatif lebih stabil jika dibandingkan
dengan cakupan K4. Cakupan K1 selalu mengalami peningkatan, kecuali di tahun 2013 dimana
angkanya mengalami penurunan dari 96,84% pada tahun 2012 menjadi 95,25% pada tahun
2013. Hal itu sedikit berbeda dengan cakupan K4 yang pernah mengalami kenaikan yang cukup
signifikan dari 80,26% pada 2007 menjadi 86,04% pada 2008, namun setelah itu mengalami
penurunan menjadi 84,54% di tahun berikutnya. Kemudian setelah terus mengalami kenaikan,
cakupan K4 kembali menurun pada 2013 menjadi 86,85% dari 90,18% pada tahun sebelumnya.
Secara nasional, indikator kinerja cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil K4 pada
tahun 2013 belum dapat mencapai target Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan
tahun yang sama, yakni sebesar 93%. Meski demikian, terdapat 4 (empat) provinsi yang
angkanya telah dapat mencapai target tersebut. Keempat provinsi tersebut adalah DKI Jakarta
(95,76%), Jambi (93,61%), Sumatera Selatan (93,21%), dan Bali (93,06%). Capaian pelayanan
kesehatan ibu hamil K4 dari masing-masing provinsi dapat dilihat pada gambar 5.2.

Kesehatan Keluarga

GAMBAR 5.2
CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN IBU HAMIL K4 MENURUT PROVINSI, TAHUN 2013

73

Sumber: Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2014

Pada gambar 5.2 dapat diketahui bahwa terdapat 3 (tiga) provinsi yang memiliki
cakupan pelayanan ibu hamil K4 relatif rendah, yakni Papua (31,90%), Papua Barat (50,09%),
dan Nusa Tenggara Timur (61,78%). Secara nasional, cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil
K4 pada tahun 2013 adalah sebesar 86,85%.
Berbagai program dan kegiatan telah dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan untuk
semakin mendekatkan akses pelayanan kesehatan yang berkualitas kepada masyarakat hingga
ke pelosok desa, termasuk untuk meningkatkan cakupan pelayanan antenatal. Dari segi sarana
dan fasilitas pelayanan kesehatan, hingga bulan Desember 2013, tercatat terdapat 9.655
Puskesmas di seluruh Indonesia. Dengan demikian rasio Puskesmas terhadap 30.000 penduduk
sudah melampaui rasio ideal 1:30.000 penduduk. Demikian pula dengan Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) seperti Poskesdes dan Posyandu. Sampai dengan tahun
2013, tercatat terdapat 54.731 Poskesdes yang beroperasi dan 280.225 Posyandu di Indonesia.
Upaya meningkatkan cakupan pelayanan antenatal juga makin diperkuat dengan adanya
Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) sejak tahun 2010 dan diluncurkannya Jaminan
Persalinan (Jampersal) sejak tahun 2011, dimana keduanya saling bersinergi. BOK dapat
dimanfaatkan untuk kegiatan luar gedung, seperti pendataan, pelayanan di Posyandu,
kunjungan rumah, sweeping kasus drop out, pelaksanaan kelas ibu hamil serta penguatan
kemitraan bidan dan dukun. Sementara itu Jampersal mendukung paket pelayanan antenatal,
termasuk yang dilakukan pada saat kunjungan rumah atau sweeping, baik pada kehamilan
normal maupun kehamilan dengan risiko tinggi.
Semakin kuatnya kerja sama dan sinergi berbagai program yang dilakukan oleh
Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat termasuk sektor swasta diharapkan dapat
mendorong tercapainya target cakupan pelayanan antenatal.

74

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013

GAMBAR 5.3
CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN IBU HAMIL K1 DAN K4 IDEAL DI INDONESIA, TAHUN 2013

Sumber: Ditjen Bina Gizi dan KIA, dan Badan Litbangkes, Kemenkes RI, 2014

Gambar 5.3 di atas memperlihatkan perbedaan antara hasil pencatatan rutin dan h
asil
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 yang dilakukan oleh Badan Penelitian
dan
Pengambangan Kesehatan. Untuk cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil K1 ideal,
data
menurut pencatatan rutin adalah 95,25%, sedangkan menurut Riskesdas 81,6%. Untuk caku
pan
K4 idealnya, menurut pencatatan rutin adalah sebesar 86,85%, sedangkan menurut Riskes
das
adalah 70,4%. Perbedaan ini dikarenakan pada Riskesdas 2013, sampel penelitian adalah
ibu
yang pernah hamil anak terakhir sejak 1 Januari 2010 hingga pada saat wawancara dilakuk
an.
Selain itu, masih terdapat perbedaan persepsi di daerah mengenai definisi operasional
dari
cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil K1 dan K4. Data dan informasi terkait pelay
anan
kesehatan ibu hamil disajikan pada lampiran 5.1 5.6.

2. Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin


Upaya kesehatan ibu bersalin dilaksanakan dalam rangka mendorong agar se
tiap
persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih yaitu dokter spesialis kebidanan
dan
kandungan (SpOG), dokter umum, dan bidan, serta diupayakan dilakukan di fasilitas pelaya
nan
kesehatan. Pertolongan persalinan adalah proses pelayanan persalinan yang dimulai pada k
ala I
sampai dengan kala IV persalinan. Pencapaian upaya kesehatan ibu bersalin diukur me
lalui
indikator persentase persalinan ditolong tenaga kesehatan terlatih (Cakupan Pn). Indikator
ini
memperlihatkan diantaranya tingkat kemampuan pemerintah dalam menyediakan pelaya
nan
persalinan berkualitas yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih.
Dari gambar 5.4 dapat diketahui bahwa secara umum cakupan pertolongan persalin
an
oleh tenaga kesehatan di Indonesia mengalami kenaikan setiap tahunnya. Cakupan s
ecara
nasional pada tahun 2013 adalah sebesar 90,88%, dimana angka ini telah dapat mem
enuhi
target Renstra Kementerian Kesehatan tahun 2013 yakni sebesar 89%.
Sebagian besar provinsi (21 provinsi) telah dapat mencapai target renstra tersebut, d
an

s
e
h
y
y
k
s
b
n
a
1
p
o
n
b
u
d
p
t
m
n
a
a
t
g
t
T
a
p
o
n
d
n
a

cakupan tertinggi adalah Jawa Tengah (99,89%), Sulawesi Selatan (99,78%), dan Sulawesi Ut
ara
(99,59%). Sedangkan tiga provinsi dengan cakupan terendah adalah Papua (33,31%), Pa
pua
Barat (73,20%), dan Nusa Tenggara Timur (74,08%). Pada ketiga provinsi dengan caku
pan
terendah tersebut, hanya Papua saja yang cakupannya mengalami penurunan dari t
ahun

Kesehatan Keluarga

75

sebelumnya, dua provinsi yang lain mengalami kenaikan. Cakupan pertolongan persalinan oleh
tenaga kesehatan di provinsi Papua pada 2013 adalah 33,31%, sedangkan capaian pada tahun
sebelumnya adalah sebesar 43,54%. Selengkapnya tentang cakupan pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan di Indonesia menurut provinsi tahun 2013 disajikan pada gambar 5.5.
GAMBAR 5.4
CAKUPAN PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH TENAGA KESEHATAN DI INDONESIA
TAHUN 2004 2013

Sumber: Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2014


GAMBAR 5.5
CAKUPAN PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH TENAGA KESEHATAN MENURUT PROVINSI
TAHUN 2013

Sumber: Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2014

76

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013

Analisis kematian ibu yang dilakukan Direktorat Bina Kesehatan Ibu pada tahun 2010
membuktikan bahwa kematian ibu terkait erat dengan penolong persalinan dan tempat/
fasilitas persalinan. Persalinan yang ditolong tenaga kesehatan terbukti berkontribusi terhadap
turunnya risiko kematian ibu. Demikian pula dengan tempat/fasilitas, jika persalinan dilakukan
di fasilitas pelayanan kesehatan, juga akan semakin menekan risiko kematian ibu.
Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan tetap konsisten dalam menerapkan kebijakan
bahwa seluruh persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan dan didorong untuk dilakukan
di fasilitas pelayanan kesehatan. Kebijakan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Kesehatan
menggariskan bahwa pembangunan Puskesmas harus satu paket dengan rumah dinas tenaga
kesehatan. Demikian pula dengan pembangunan Poskesdes yang harus bisa sekaligus menjadi
rumah tinggal bagi bidan di desa. Dengan disediakan rumah tinggal, maka tenaga kesehatan
termasuk bidan akan siaga di tempat tugasnya dan dapat memberikan pertolongan persalinan
setiap saat.
Untuk daerah dengan akses sulit, kebijakan Kementerian Kesehatan adalah dengan
mengembangkan program Kemitraan Bidan dan Dukun serta Rumah Tunggu Kelahiran. Para
dukun diupayakan bermitra dengan bidan dengan hak dan kewajiban yang jelas. Pemeriksaan
kehamilan dan pertolongan persalinan tidak lagi dikerjakan oleh dukun, namun dirujuk ke
bidan.

Bagi ibu hamil yang di daerah tempat tinggalnya tidak ada bidan atau jauh dari fasilitas
pelayanan kesehatan, maka menjelang hari taksiran persalinan diupayakan sudah berada di
dekat fasilitas pelayanan kesehatan, yaitu di Rumah Tunggu Kelahiran. Rumah Tunggu
Kelahiran tersebut dapat berupa rumah tunggu khusus maupun di rumah sanak saudara yang
dekat dengan fasilitas pelayanan kesehatan.
Selain itu, Kementerian Kesehatan sejak tahun 2011 hingga tahun 2013 juga telah
meluncurkan Jaminan Persalinan (Jampersal) yang merupakan jaminan paket pembiayaan sejak
pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, hingga pelayanan nifas termasuk pelayanan
bayi baru lahir dan KB pasca persalinan. Penyediaan Jampersal diyakini turut meningkatkan
cakupan Pn di seluruh wilayah Indonesia. Keberhasilan pencapaian target indikator Pn
merupakan hasil dari kerja keras dan pelaksanaan berbagai program yang dilakukan oleh
Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat termasuk sektor swasta.
GAMBAR 5.6
PROPORSI KELAHIRAN BERDASARKAN TEMPAT BERSALIN DI INDONESIA, RISKESDAS 2013

Sumber: Riskesdas 2013, Badan Litbangkes, Kemenkes RI 2014

Kesehatan Keluarga

77

Seperti terlihat pada gambar 5.6 di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar
kelahiran dilakukan di Rumah Bersalin/Klinik/Praktek Tenaga Kesehatan yakni sebesar 38,0%.
Terbanyak ke dua adalah di rumah (29,6%), kemudian di Rumah Sakit (21,4%). Dari data
tersebut terlihat bahwa persalinan yang dilakukan di rumah masih cukup tinggi, dimana rumah
merupakan tempat ke dua terbanyak sebagai tempat melahirkan. Sedangkan
Polindes/Poskesdes merupakan tempat bersalin yang paling sedikit, dimana hanya 3,7% saja
yang memanfaatkannya sebagai tempat bersalin. Selain itu, sebesar 7,3% kelahiran dilakukan di
Puskesmas/Pustu.
GAMBAR 5.7
CAKUPAN PELAYANAN IBU HAMIL K4 DAN CAKUPAN PERTOLONGAN PERSALINAN
OLEH TENAGA KESEHATAN DI INDONESIA TAHUN 2004 2013

Sumber: Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2014

Dari gambar 5.7 dapat dilihat bahwa meski cakupan pelayanan ibu hamil K4 secara
nasional mengalami penurunan, namun cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
mengalami kenaikan. Persentasenya bahkan melebihi cakupan K4. Hal ini menjadi tantangan
tersendiri bagi Pemerintah. Pelayanan antenatal memiliki peranan yang sangat penting, di
antaranya agar dapat dilakukan deteksi dan tata laksana dini komplikasi yang dapat timbul
pada saat persalinan. Apabila seorang ibu datang langsung untuk bersalin di tenaga kesehatan
tanpa adanya riwayat pelayanan antenatal sebelumnya, maka faktor risiko dan kemungkinan
komplikasi saat persalinan akan lebih sulit diantisipasi.
GAMBAR 5.8
PROPORSI PENOLONG PERSALINAN DENGAN KUALIFIKASI TERTINGGI
DI INDONESIA, RISKESDAS TAHUN 2013

Sumber: Riskesdas 2013, Badan Litbangkes, Kemenkes RI 2014

78

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013

Dalam analisis Riskesdas, penolong persalinan dinyatakan dalam penolong persalinan


kualifikasi tertinggi dan kualifikasi terendah. Penolong persalinan dengan kualifikasi tertinggi
yakni apabila terdapat lebih dari satu penolong maka dipilih yang kualifikasinya paling tinggi.
Begitu juga dengan kualifikasi yang terendah. Dari gambar 5.8 terlihat bahwa penolong
persalinan dengan kualifikasi tertinggi dilakukan oleh bidan (68,6%), kemudian oleh dokter
(18,5%), lalu non tenaga kesehatan (11,8%). Namun sebanyak 0,8% kelahiran dilakukan tanpa
ada penolong, dan hanya 0,3% kelahiran saja yang ditolong oleh perawat sebagai tenaga dengan
kualifikasi tertinggi. Data dan informasi terkait pelayanan kesehatan ibu bersalin disajikan pada
lampiran 5.7 - 5.9.
Selain melalui persalinan normal, persalinan juga dapat dilakukan dengan cara bedah
perut/sesar. Pada Riskesdas 2013 ditanyakan mengenai proses persalinan yang dialami.
Gambar 5.9 menyajikan proporsi persalinan dengan bedah sesar menurut karakteristik. Dari
gambar tersebut dapat diketahui bahwa secara umum pola persalinan melalui bedah sesar
menurut karakteristik menunjukkan proporsi tertinggi pada ibu yang menyelesaikan D1D3/perguruan tinggi (PT) nya (25,1%), pekerjaannya sebagai pegawai (20,9%), tinggal di
perkotaan (13,8%), dan kuintil indkes kepemilikannya teratas (18,9%).
GAMBAR 5.9
PROPORSI PERSALINAN SESAR DARI KELAHIRAN PERIODE 1 JANUARI 2010

SAMPAI SAAT WAWANCARA MENURUT KARAKTERISTIK DI INDONESIA, RISKESDAS 2013

Sumber: Riskesdas 2013, Badan Litbangkes, Kemenkes RI 2014

3. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas


Nifas adalah periode mulai dari 6 jam sampai dengan 42 hari pasca persali
nan.
Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan pada ibu nifas sesuai standar,
yang
dilakukan sekurang-kurangnya 3 (tiga) kali sesuai jadwal yang dianjurkan, yaitu pada 6
jam
sampai dengan 3 hari pasca persalinan, pada hari ke-4 sampai dengan hari ke-28
pasca
persalinan, dan pada hari ke-29 sampai dengan hari ke-42 pasca persalinan.
Jenis pelayanan kesehatan ibu nifas yang diberikan meliputi :
a) Pemeriksaan tanda vital (tekanan darah, nadi, nafas, dan suhu);
b) Pemeriksaan tinggi puncak rahim (fundus uteri);
c) Pemeriksaan lokhia dan cairan per vaginam lain;
d) Pemeriksaan payudara dan pemberian anjuran ASI eksklusif;

79

Kesehatan Keluarga

e)

Pemberian komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) kesehatan ibu nifas dan bayi
baru lahir, termasuk keluarga berencana;
f) Pelayanan keluarga berencana pasca persalinan.
Keberhasilan upaya kesehatan ibu nifas diukur melalui indikator cakupan pelayanan
kesehatan ibu nifas (Cakupan KF3). Indikator ini menilai kemampuan negara dalam
menyediakan pelayanan kesehatan ibu nifas yang berkualitas sesuai standar.
GAMBAR 5.10
CAKUPAN KUNJUNGAN NIFAS (KF3) DI INDONESIA TAHUN 2008 2013

Sumber: Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2014

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa capaian cakupan kunjungan nifas (KF3) di
Indonesia dalam kurun waktu 6 tahun terakhir mengalami kenaikan. Capaian indikator KF
lengkap yang meningkat dalam 6 tahun terakhir merupakan hasil dari berbagai upaya yang
dilakukan oleh Pemerintah dan masyarakat termasuk sektor swasta. Program penempatan
Pegawai Tidak Tetap (PTT) untuk dokter dan bidan terus dilaksanakan. Selain itu, dengan
diluncurkannya Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) sejak tahun 2010, Puskesmas,
Poskesdes, dan Posyandu lebih terbantu dalam mengintensifkan implementasi upaya kesehatan
termasuk di dalamnya pelayanan kesehatan ibu nifas, di antaranya kegiatan sweeping atau
kunjungan rumah bagi yang tidak datang ke fasilitas pelayanan kesehatan. Dukungan
Pemerintah makin meningkat sejak diluncurkannya Jampersal pada tahun 2011, dimana
pelayanan nifas termasuk paket manfaat yang dijamin oleh Jampersal. Data dan informasi
terkait pelayanan kesehatan ibu nifas disajikan pada lampiran 5.11.

4. Pelayanan/Penanganan Komplikasi Kebidanan


Komplikasi kebidanan adalah kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan atau
janin dalam kandungan, baik langsung maupun tidak langsung, termasuk penyakit menular dan
tidak menular yang dapat mengancam jiwa ibu dan atau janin, yang tidak disebabkan oleh
trauma/kecelakaan. Pencegahan dan penanganan komplikasi kebidanan adalah pelayanan
kepada ibu dengan komplikasi kebidanan untuk mendapatkan perlindungan/pencegahan dan
penanganan definitif sesuai standar oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan
dasar dan rujukan.
Indikator yang digunakan untuk mengukur keberhasilan pencegahan dan penanganan
komplikasi kebidanan adalah cakupan penanganan komplikasi kebidanan (Cakupan PK).
Indikator ini mengukur kemampuan negara dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan
secara profesional kepada ibu (hamil, bersalin, nifas) dengan komplikasi.

80

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013

Capaian indikator penanganan komplikasi kebidanan di Indonesia dari tahun 2008


hingga tahun 2013 disajikan pada Gambar berikut.
GAMBAR 5.11
CAKUPAN PENANGANAN KOMPLIKASI KEBIDANAN DI INDONESIA TAHUN 2008 2013

Sumber: Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2014

Pada gambar 5.11 di atas dapat diketahui bahwa secara umum, cakupan penanganan
komplikasi kebidanan di Indonesia selama kurun waktu 6 tahun terakhir mengalami kenaikan,
meski pada tahun 2009 sempat mengalami penurunan. Cakupan penanganan komplikasi
kebidanan secara nasional pada tahun 2013 ialah 73,31%.
GAMBAR 5.12
CAKUPAN PENANGANAN KOMPLIKASI KEBIDANAN MENURUT PROVINSI
TAHUN 2013

Sumber: Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2014

Kesehatan Keluarga

81

Gambaran mengenai cakupan penanganan komplikasi kebidanan pada tahun 2013


menurut provinsi yang disajikan pada gambar 5.12 menunjukkan bahwa cakupan penanganan
komplikasi kebidanan tertinggi yaitu di Provinsi Jawa Tengah (102, 2%). Angka cakupan yang
melebihi 100% ini dimungkinkan karena jumlah sasaran yang digunakan adalah perkiraan,
yakni diperkirakan pada kurun waktu 1 tahun sebanyak 20% dari jumlah sasaran ibu hamil di
suatu wilayah kerja akan mengalami komplikasi kebidanan. Cakupan tertinggi ke dua dan ke
tiga berada di Provinsi Nusa Tenggara Barat (98%) dan DIY (87,3%). Sedangkan cakupan
terendah berturut-turut yaitu Provinsi Papua dan Papua Barat (19,2%), serta Sumatera Utara
(30,3%).
Lima penyebab kematian ibu terbesar adalah perdarahan, hipertensi dalam kehamilan
(HDK), infeksi, partus lama/macet dan abortus. Kematian ibu di Indonesia tetap didominasi
oleh tiga penyebab utama kematian yaitu perdarahan, hipertensi dalam kehamilan (HDK), dan
infeksi. Proporsi ketiga penyebab kematian ibu telah berubah, dimana perdarahan dan infeksi
cenderung mengalami penurunan sedangkan HDK proporsinya semakin meningkat. Lebih dari

30% kematian ibu di Indonesia pada tahun 2010 disebabkan oleh HDK.
GAMBAR 5.13
PENYEBAB KEMATIAN IBU DI INDONESIA TAHUN 2010

Sumber:

Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, Hasil Analisis Lanjut
Sensus Penduduk Tahun 2010

Seperti telah disebutkan di atas, bahwa diperkirakan 20% kehamilan akan mengalami
komplikasi. Sebagian komplikasi ini dapat mengancam jiwa, tetapi sebagian besar komplikasi
dapat dicegah dan ditangani bila : 1) ibu segera mencari pertolongan ke tenaga kesehatan; 2)
tenaga kesehatan melakukan prosedur penanganan yang sesuai, antara lain penggunaan
partograf untuk memantau perkembangan persalinan, dan pelaksanaan manajemen aktif kala
III (MAK III) untuk mencegah perdarahan pasca-salin; 3) tenaga kesehatan mampu melakukan
identifikasi dini komplikasi; 4) apabila komplikasi terjadi, tenaga kesehatan dapat memberikan
pertolongan pertama dan melakukan tindakan stabilisasi pasien sebelum melakukan rujukan;
5) proses rujukan efektif; 6) pelayanan di RS yang cepat dan tepat guna.
Terdapat tiga jenis area intervensi yang dilakukan untuk menurunkan angka kematian
dan kesakitan ibu dan neonatal yaitu melalui : 1) peningkatan pelayanan antenatal yang mampu
mendeteksi dan menangani kasus risiko tinggi secara memadai; 2) pertolongan persalinan yang
bersih dan aman oleh tenaga kesehatan terampil, pelayanan pasca persalinan dan kelahiran;
serta 3) pelayanan emergensi obstetrik dan neonatal dasar (PONED) dan komprehensif
(PONEK) yang dapat dijangkau.

82

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013

Upaya terobosan dalam penurunan AKI dan AKB di Indonesia salah satunya mel
alui
Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) yang menitikberatk
an
fokus totalitas monitoring yang menjadi salah satu upaya deteksi dini, menghindari ri
siko
kesehatan pada ibu hamil serta menyediakan akses dan pelayanan kegawatdaruratan obst
etri
dan neonatal dasar di tingkat Puskesmas (PONED) dan pelayanan kegawatdaruratan obst
etri
dan neonatal komprehensif di Rumah Sakit (PONEK). Dalam implementasinya, P4K merupak
an
salah satu unsur dari Desa Siaga. P4K mulai diperkenalkan pada tahun 2007. Sampai den
gan

tahun 2013, tercatat 66.629 (86%) desa/kelurahan telah melaksanakannya. . Pelaksanaan P


4K
di desa-desa tersebut perlu dipastikan agar mampu membantu keluarga dalam me
mbuat
perencanaan persalinan yang baik dan meningkatkan kesiap-siagaan keluarga
dalam
menghadapi tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas agar dapat mengambil tindakan
yang
tepat.
Sesuai Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014, ditargetkan
pada
akhir tahun 2014 di setiap kabupaten/kota terdapat minimal 4 (empat) Puskesmas rawat in
ap
mampu PONED dan 1 (satu) Rumah Sakit Kabupaten/Kota yang mampu melaksan
akan
PONEK. Melalui pengelolaan pelayanan PONED dan PONEK, Puskesmas dan Rumah
Sakit
diharapkan bisa menjadi institusi terdepan dimana kasus komplikasi dan rujukan dapat diat
asi
dengan cepat dan tepat.
Standardisasi PONEK untuk rumah sakit dilakukan oleh Direktorat Bina Up
aya
Kesehatan Rujukan bekerjasama dengan organisasi profesi yang terkait (POGI, IDAI dan I
BI)
serta Badan PPSDMKes Kemenkes RI. Lokakarya PONEK dilakukan selama 5 hari, meli
puti
materi manajemen dan klinik PONEK yang kemudian diikuti dengan latihan on the job traini
ng
PONEK untuk mengenalkan cara melakukan bimbingan teknis untuk perbaikan kinerja
Tim
PONEK rumah sakit. Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan, juml
ah
rumah sakit siap PONEK di Indonesia sampai dengan Desember 2013 sebanyak 424 rumah s
akit
dari 750 rumah sakit umum milik Pemerintah, sedangkan jumlah Puskesmas PONED sam
pai
dengan Desember tahun 2013 adalah 2.782 puskesmas. Data dan informasi selengk
apnya
mengenai rumah sakit siap PONEK dan Puskesmas PONED disajikan pada lampiran 2.3 dan 2
.5.
Selain itu dilakukan pula kegiatan Audit Maternal Perinatal (AMP), yang merupak
an
upaya dalam penilaian pelaksanaan serta peningkatan mutu pelayanan kesehatan ibu dan
bayi
baru lahir melalui pembahasan kasus kematian ibu atau bayi baru lahir sejak di
level
masyarakat sampai di level fasilitas pelayanan kesehatan. Kendala yang timbul dalam u
paya
penyelamatan ibu pada saat terjadi kegawatdaruratan maternal dan bayi baru lahir akan da
pat
menghasilkan suatu rekomendasi intervensi dalam upaya peningkatan mutu pelay
anan
kesehatan ibu dan bayi di masa mendatang. Data dan informasi terkait pelayanan/penanga
nan
komplikasi maternal disajikan pada lampiran 5.10.

5
P
l
y
n
n
K
n
r
s
p
i

Program Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu strategi untuk mengura
ngi
kematian ibu khususnya ibu dengan kondisi 4T; terlalu muda melahirkan (di bawah usia
20
tahun), terlalu sering melahirkan, terlalu dekat jarak melahirkan, dan terlalu tua melahirkan
(di
atas usia 35 tahun). Keluarga berencana (KB) merupakan salah satu cara yang paling ef
ektif
untuk meningkatkan ketahanan keluarga, kesehatan, dan keselamatan ibu, anak,
serta
perempuan. Pelayanan KB menyediakan informasi, pendidikan, dan cara-cara bagi laki-laki
dan
perempuan untuk dapat merencanakan kapan akan mempunyai anak, berapa jumlah
anak,
berapa tahun jarak usia antara anak, serta kapan akan berhenti mempunyai anak.
Baik suami maupun istri memiliki hak yang sama untuk menetapkan berapa jum
lah
anak yang akan dimiliki dan kapan akan memiliki anak. Melalui tahapan konseling pelayan
an

Kesehatan Keluarga

83

KB, pasangan usia subur (PUS) dapat menentukan pilihan kontrasepsi sesuai dengan kondisi

dan kebutuhannya berdasarkan informasi yang telah mereka pahami, termasuk keuntungan
dan kerugian, risiko metode kontrasepsi dari petugas kesehatan.
Program Keluarga Berencana (KB) dilakukan dalam rangka mengatur jumlah kelahiran
atau menjarangkan kelahiran. Sasaran program KB adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang
lebih dititikberatkan pada kelompok Wanita Usia Subur (WUS) yang berada pada kisaran usia
15-49 tahun.
GAMBAR 5.14
PERSENTASE PEMAKAIAN ALAT/CARA KB PADA WANITA USIA SUBUR (15-49 TAHUN)
YANG BERSTATUS KAWIN DI INDONESIA, RISKESDAS 2013

Sumber: Riskesdas 2013, Badan Litbangkes Kemenkes RI, 2014

Dari gambar 5.14 dapat kita lihat bahwa sebagian besar WUS saat ini menggunakan
kontrasepsi, yakni sebanyak 59,7%. Dimana sebanyak 59,3% wanita usia subur menggunakan
kontrasepsi modern, dan hanya 0,4% nya yang menggunakan kontrasepsi cara tradisional.
Selain itu, dapat diketahui pula bahwa sebanyak 24,8% dari wanita usia subur mengaku pernah
menggunakan kontrasepsi, meski saat ini tidak sedang menggunakannya. Sedangkan 15,5%
wanita usia subur mengaku tidak pernah menggunakan kontrasepsi.
GAMBAR 5.15
PERSENTASE PESERTA KB AKTIF MENURUT METODE KONTRASEPSI DI INDONESIA TAHUN 2013

Sumber: Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, 2014

84

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013

Dari gambar 5.15 dapat dilihat bahwa metode kontrasepsi yang paling banyak
digunakan oleh peserta KB aktif adalah suntikan (46,87%) dan terbanyak ke dua adalah pil
(24,54%). Sedangkan metode kontrasepsi yang paling sedikit dipilih oleh peserta KB aktif
adalah Metoda Operasi Pria (MOP), yakni sebanyak 0,69%, kemudian kondom sebanyak 3,22%.
Persentase peserta KB aktif di tiap provinsi selengkapnya dapat dilihat pada gambar 5.16.
GAMBAR 5.16
PERSENTASE PESERTA KB AKTIF MENURUT PROVINSI TAHUN 2013

Sumber: Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, 2014

Gambar 5.16 di atas menunjukkan bahwa provinsi dengan persentase peserta KB aktif
tertinggi ialah Provinsi Aceh (89,9%), kemudian DIY (89,08%), dan Bali (86,16%). Sedangkan
provinsi dengan persentase peserta KB aktif terendah ialah Provinsi Papua Barat (4,80%) dan
Provinsi Papua (16,09%). Secara nasional, persentase peserta KB aktif pada tahun 2013 ialah
sebesar 76,73%.
Sedangkan pada peserta KB baru, persentase metode kontrasepsi yang terbanyak
digunakan adalah suntikan, yakni sebesar 48,56%. Metode terbanyak ke dua adalah pil, sebesar
26,60%. Metode yang paling sedikit dipilih oleh para peserta KB baru adalah metode operasi
pria (MOP) sebanyak 0,25%, kemudian metode operasi wanita (MOW) sebanyak 1,52%, dan
kondom (6,09%). Gambaran mengenai persentase peserta KB baru menurut metode
kontrasepsi tahun 2013 selengkapnya dapat dilihat pada gambar 5.17. Selain itu, persentase
peserta KB baru menurut provinsi tahun 2013 disajikan pada gambar 5.18.

Kesehatan Keluarga

GAMBAR 5.17
PERSENTASE PESERTA KB BARU MENURUT METODE KONTRASEPSI TAHUN 2013

85

Sumber: Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, 2014

GAMBAR 5.18
CAKUPAN PESERTA KB BARU MENURUT PROVINSI TAHUN 2013

Sumber: Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, 2014

Dari gambar 5.18 di atas dapat dilihat bahwa provinsi dengan persentase peserta KB
baru tertinggi ialah Provinsi DKI Jakarta (36,35%), kemudian Bengkulu (28,79%), dan Sumatera
Selatan (24,9%). Sedangkan provinsi dengan persentase peserta KB baru terendah ialah
Provinsi Papua (8,85%), Bali (11,21%), dan Papua Barat (11,59%). Secara nasional, persentase
peserta KB baru pada tahun 2013 adalah sebesar 18,49%. Data dan informasi terkait
kontrasepsi selengkapnya disajikan pada lampiran 5.12 5.18.

86

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013

B. KESEHATAN ANAK
Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak harus ditujukan untuk mempersiapk
an
generasi yang akan datang yang sehat, cerdas, dan berkualitas serta untuk menurunkan a
ngka
kematian bayi dan anak. Upaya pemeliharaan kesehatan anak dilakukan sejak janin
masih
dalam kandungan, dilahirkan, setelah dilahirkan, dan sampai berusia 18 (delapan belas) tah
un.
Upaya kesehatan anak antara lain diharapkan untuk mampu menurunkan angk
a
kematian anak. Indikator angka kematian yang berhubungan anak adalah Angka Kem
atian
Neonatal (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita (AKA
BA).
Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, a
ngka
Kematian Neonatus (AKN) pada tahun 2012 sebesar 19 per 1000 kelahiran hidup menurun d
ari
20 per 1000 kelahiran hidup di tahun 2007 dan 23 per 1000 kelahiran hidup berdasarkan ha
sil
SDKI 2002. Perhatian terhadap upaya penurunan angka kematian neonatal (0-28 hari)
menjadi
penting karena kematian neonatal memberi kontribusi terhadap 56% kematian bayi.
Untuk mencapai target penurunan AKB pada MDG 2015 yaitu sebesar 23 per 1
000
kelahiran hidup maka peningkatan akses dan kualitas pelayanan bagi bayi baru lahir (neona
tal)
menjadi prioritas utama. Komitmen global dalam MDGs menetapkan target terkait kema
tian
anak yaitu menurunkan angka kematian anak hingga dua per tiga dalam kurun waktu 1
9902015.
Data dan informasi yang akan disajikan berikut ini menerangkan berbagai indika
tor
kesehatan anak yang meliputi prevalensi berat badan lahir rendah (BBLR), penang
anan
komplikasi neonatal, kunjungan neonatal, pelayanan kesehatan bayi, inisiasi menyusu
dini,
pemberian ASI eksklusif, pemberian vitamin A, penimbangan balita di Posyandu, imuni
sasi
dasar, pelayanan kesehatan balita, pelayanan kesehatan pada siswa SD/setingkat, pelay
anan
kesehatan peduli remaja, pelayanan kesehatan pada kasus kekerasan anak, dan pela
yanan
kesehatan anak terlantar dan anak jalanan di panti.

1. Berat Badan Lahir Bayi


Berat bayi lahir adalah berat badan bayi yang di timbang dalam waktu 1 jam perta
ma
setelah lahir. Hubungan antara waktu kelahiran dengan umur kehamilan, kelahiran bayi da
pat
dikelompokan : bayi kurang bulan (prematur), yaitu bayi yang dilahirkan dengan masa gest
asi

(
h
m
a
<
3
m
n
g
(
2
9
h
r
B
y
c
k
p
b
a
b
y
y
n
d
a
r
n
d
n
a
m
s

gestasi antara 37-42 minggu (259 - 293 hari); dan bayi lebih bulan, bayi yang dilahirkan
dengan
masa gestasi > 42 minggu (>294 hari).
Berkaitan dengan berat badan bayi lahir, bayi dapat dikelompokkan berdasarkan ber
at
lahirnya:, yaitu bayi berat lahir rendah (BBLR), yaitu berat lahir <2500 gram, bayi berat la
hir
sedang, yaitu berat lahir antara 2500-3999 gram, dan berat badan lebih, yaitu berat lahir
4000
gram. Persentase balita (0-59 bulan) menurut berat badan lahir menurut provinsi
hasil
Riskesdas tahun 2013 disajikan pada lampiran 5.20.
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat la
hir
kurang dari 2500 gram. Sejak tahun 1961 WHO telah mengganti istilah prematuritas den
gan
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Hal ini dilakukan karena tidak semua bayi yang berat kura
ng
dari 2500 gram pada waktu lahir bayi prematur. Persentase berat bayi lahir rendah disajik
an
pada gambar 5.15 berikut ini.

Kesehatan Keluarga

87

GAMBAR 5.19
PERSENTASE BERAT BAYI LAHIR RENDAH

MENURUT PROVINSI, RISKESDAS 2013

Sumber : Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas, 2013

Hasil Riskesdas tahun 2013 menyatakan bahwa persentase balita (0-59 bulan) dengan
BBLR sebesar 10,2%. Persentase BBLR tertinggi terdapat di provinsi Sulawesi Tengah (16,8%)
dan terendah di Sumatera Utara (7,2%).
Masalah pada bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) terutama pada prematur terjadi
karena ketidakmatangan sistem organ pada bayi tersebut. Bayi berat lahir rendah mempunyai
kecenderungan ke arah peningkatan terjadinya infeksi dan mudah terserang komplikasi.
Masalah pada BBLR yang sering terjadi adalah gangguan pada sistem pernafasan, susunan saraf
pusat, kardiovaskular, hematologi, gastro intestinal, ginjal, termoregulasi.

2. Penanganan Komplikasi Neonatal


Neonatal dengan komplikasi adalah neonatal dengan penyakit dan atau kelainan yang
dapat menyebabkan kecacatan dan atau kematian, seperti asfiksia, ikterus, hipotermia, tetanus
neonatorum, infeksi/sepsis, trauma lahir, BBLR (berat lahir < 2.500 gram), sindroma gangguan
pernafasan, dan kelainan kongenital maupun yang termasuk klasifikasi kuning dan merah pada
pemeriksaan dengan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM).
Komplikasi yang menjadi penyebab kematian terbanyak adalah asfiksia, bayi berat lahir
rendah dan infeksi (Riskesdas, 2007). Komplikasi ini sebetulnya dapat dicegah dan ditangani.
Namun terkendala oleh akses ke pelayanan kesehatan, kemampuan tenaga kesehatan, keadaan

88

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013

sosial ekonomi, sistem rujukan yang belum berjalan dengan baik, terlambatnya deteksi dini dan
kesadaran orang tua untuk mencari pertolongan kesehatan.
Penanganan neonatal dengan komplikasi adalah penanganan terhadap neonatal sakit

dan atau neonatal dengan kelainan atau komplikasi/kegawatdaruratan yang mendapat


pelayanan sesuai standar oleh tenaga kesehatan (dokter, bidan atau perawat) terlatih baik di
rumah, sarana pelayanan kesehatan dasar maupun sarana pelayanan kesehatan rujukan.
Pelayanan sesuai standar antara lain sesuai dengan standar MTBM, manajemen Asfiksia Bayi
Baru Lahir, manajemen Bayi Berat Lahir Rendah, pedoman pelayanan neonatal essensial di
tingkat pelayanan kesehatan dasar, PONED, PONEK atau standar operasional pelayanan lainnya.
Pada gambar 5.16 berikut ini disajikan gambaran cakupan penanganan neonatal dengan
komplikasi menurut provinsi tahun 2013.
GAMBAR 5.20
CAKUPAN PENANGANAN KOMPLIKASI NEONATAL
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013

Sumber : Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2014

Capaian penanganan neonatal dengan komplikasi mengalami peningkatan dari ta


hun
2012 yang sebesar 48,48% menjadi 51,47% pada tahun 2013. Meskipun terjadi peningk
atan
capaian, namun masih terdapat disparitas yang cukup besar antar provinsi. Capaian terti
nggi
diperoleh Provinsi DI Yogyakarta dengan angka sebesar 90,60% diikuti oleh Jawa Ten
gah
sebesar 75,36%, dan Bali sebesar 71,27%. Capaian terendah terdapat di Provinsi Nusa Teng
gara
Timur sebesar 15,34%, diikuti oleh Papua sebesar 15,38%, dan Sumatera Utara se
besar
18,69%.
Informasi lebih rinci menurut provinsi tentang penanganan komplikasi neona 89
tal
terdapat pada lampiran 5.23.

3. Pelayanan Kesehatan Neonatal

Kesehatan Keluarga

Neonatus adalah bayi baru lahir yang berusia sampai dengan 28 hari, dimana terjadi
perubahan yang sangat besar dari kehidupan di dalam rahim menjadi di luar rahim. Pada masa
ini terjadi pematangan organ hampir pada semua sistem. Bayi hingga usia kurang satu bulan
merupakan golongan umur yang memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi. Pada usia
yang rentan ini, berbagai masalah kesehatan bisa muncul. Tanpa penanganan yang tepat, bisa
berakibat fatal. Beberapa upaya kesehatan dilakukan untuk mengendalikan risiko pada
kelompok ini diantaranya dengan mengupayakan agar persalinan dapat dilakukan oleh tenaga
kesehatan di fasilitas kesehatan serta menjamin tersedianya pelayanan kesehatan sesuai
standar pada kunjungan bayi baru lahir.
Masalah utama penyebab kematian pada bayi dan balita adalah pada masa neonatus
(bayi baru lahir umur 0-28 hari). Menurut hasil Riskesdas 2007 menunjukkan bahwa 78,5%
dari kematian neonatal terjadi pada umur 0-6 hari. Komplikasi yang menjadi penyebab
kematian terbanyak adalah asfiksia, bayi berat lahir rendah dan infeksi.
Dengan melihat adanya risiko kematian yang tinggi dan berbagai serangan komplikasi
pada minggu pertama, maka setiap bayi baru lahir harus mendapatkan pemeriksaan sesuai
standar lebih sering (minimal 2 kali) dalam minggu pertama. Langkah ini dilakukan untuk
menemukan secara dini jika terdapat penyakit atau tanda bahaya pada neonatus sehingga
pertolongan dapat segera diberikan untuk mencegah penyakit bertambah berat yang dapat
menyebabkan kematian. Kunjungan neonatus merupakan salah satu intervensi untuk
menurunkan kematian bayi baru lahir.
Terkait hal tersebut, pada tahun 2008 ditetapkan perubahan kebijakan dalam
pelaksanaan kunjungan neonatal, dari 2 kali yaitu satu kali pada minggu pertama dan satu kali
pada 8-28 hari, menjadi 3 kali yaitu dua kali pada minggu pertama dan satu kali pada 8 28
hari. Dengan demikian, jadwal kunjungan neonatal yang dilaksanakan saat ini adalah pada umur
6-48 jam, umur 3-7 hari dan umur 8-28 hari. Indikator ini mengukur kemampuan manajemen
program Kesehatan Ibu Anak (KIA) dalam menyelenggarakan pelayanan neonatal yang
komprehensif.
Kunjungan neonatal pertama (KN1) adalah cakupan pelayanan kesehatan bayi baru
lahir (umur 6 jam - 48 jam) di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani
sesuai standar oleh tenaga kesehatan terlatih di seluruh sarana pelayanan kesehatan. Pelayanan
yang diberikan saat kunjungan neonatal adalah pemeriksaan sesuai standar Manajemen
Terpadu Bayi Muda (MTBM) dan konseling perawatan bayi baru lahir termasuk ASI eksklusif
dan perawatan tali pusat. Pada kunjungan neonatal pertama (KN1), bayi baru lahir
mendapatkan vitamin K1 injeksi dan imunisasi hepatitis B0 bila belum diberikan pada saat
lahir. Cakupan indikator kunjungan neonatal pertama menurut provinsi, digambarkan pada
gambar 5.17.
Selain KN1, indikator yang menggambarkan pelayanan kesehatan bagi neonatal adalah
KN lengkap yang mengharuskan agar setiap bayi baru lahir memperoleh pelayanan Kunjungan
Neonatal minimal 3 kali, yaitu 1 kali pada 6-48 jam, 1 kali pada 3-7 hari, 1 kali pada 8-28 hari
sesuai standar di satu wilayah kerja pada satu tahun

90

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013

GAMBAR 5.21
CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATAL PERTAMA (KN1)
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013

Sumber : Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2014

Capaian KN lengkap di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 87,23%. Capaian ini telah
memenuhi target program tahun 2013 sebesar 84%. Terdapat 27 provinsi telah memenuhi
target tersebut. Gambaran cakupan kunjungan KN lengkap menurut provinsi di Indonesia
terdapat pada gambar 5.18 berikut ini.
GAMBAR 5.22
CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATAL LENGKAP
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013

Sumber : Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2014

Kesehatan Keluarga

91

Pada gambar di atas terlihat bahwa pencapaian indikator KN lengkap cukup baik di
Indonesia yang dapat dilihat dari capaian yang cukup tinggi di sebagian besar provinsi.
Terdapat 26 provinsi telah mencapai Renstra 2013, yaitu 84%, dimana capaian tertinggi
terdapat di Provinsi Jawa Tengah sebesar 95,41%, diikuti oleh Kepulauan Bangka Belitung
sebesar 94,47%, dan DI Yogyakarta sebesar 94,33%. Sedangkan provinsi dengan capaian
terendah adalah Papua sebesar 25,41%, diikuti oleh Papua Barat sebesar 51,79%, dan Sumatera
Utara sebesar 68,22%.
Capaian KN lengkap secara nasional mengalami penurunan dibandingkan tahun 2012,
yaitu dari 87,79% menjadi 87,23% pada tahun 2013. Gambar berikut ini menampilkan cakupan
KN lengkap dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013. Pada tahun 2008, mulai ditetapkan
kebijakan KN lengkap yang mensyaratkan 3 kali kunjungan.
GAMBAR 5.23
CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATAL LENGKAP
DI INDONESIA TAHUN 2009-2013

Sumber : Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2014

Cakupan KN lengkap nampak mengalami sedikit penurunan dari 78,04% pada tahun
2009 menjadi 71,5% pada tahun 2010. Cakupan ini kembali meningkat menjadi 84,14% pada
tahun 2011. Kemudian cakupan KN lengkap menunjukkan kecenderungan peningkatan seiring
dengan pemberlakuannya kebijakan KN lengkap tahun 2008 yang mensyaratkan 3 kali
kunjungan diimplementasikan.
Informasi lebih lanjut mengenai kunjungan neonatal dapat dilihat pada lampiran 5.22.

4. Pelayanan Kesehatan Pada Bayi


Bayi juga merupakan salah satu kelompok yang rentan terhadap gangguan kesehatan
maupun serangan penyakit. Kesehatan bayi dan balita harus dipantau untuk memastikan
kesehatan mereka selalu dalam kondisi optimal. Pelayanan kesehatan bayi termasuk salah satu
dari beberapa indikator yang bisa menjadi ukuran keberhasilan upaya peningkatan kesehatan
bayi dan balita. Pelayanan kesehatan pada bayi ditujukan pada bayi usia 29 hari sampai dengan
11 bulan dengan memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan standar oleh tenaga
kesehatan yang memiliki kompetensi klinis kesehatan (dokter, bidan, dan perawat) minimal 4
kali, yaitu pada 29 hari 2 bulan, 3 5 bulan, 6 8 bulan dan 9 12 bulan sesuai standar di satu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

92

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013

Pelayanan ini terdiri dari penimbangan berat badan, pemberian imunisasi dasar (BCG,
DPT/ HB1-3, Polio 1-4, dan Campak), Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang
(SDIDTK) bayi, pemberian vitamin A pada bayi, dan penyuluhan perawatan kesehatan bayi
serta penyuluhan ASI Eksklusif, pemberian makanan pendamping ASI (MP ASI) dan lain-lain.
Cakupan pelayanan kesehatan bayi dapat menggambarkan upaya pemerintah dalam
meningkatan akses bayi untuk memperoleh pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini
mungkin adanya kelainan atau penyakit, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit
serta peningkatan kualitas hidup bayi.
Gambaran capaian indikator ini di 33 provinsi menunjukkan bahwa sebagian besar
provinsi telah memenuhi target Renstra tahun 2013 seperti yang disajikan pada gambar berikut
ini.
GAMBAR 5.24
CAKUPAN KUNJUNGAN BAYI MENURUT PROVINSI TAHUN 2013

Sumber : Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2014

Pada gambar 5.20 di atas dapat dilihat bahwa terdapat 18 provinsi (54,5%) den
gan
capaian melebihi 87%. Provinsi DKI Jakarta memiliki capaian tertinggi sebesar 97,29% diiku
ti
oleh Bali sebesar 96,39% dan Jawa Timur sebesar 95,76%. Provinsi Kepulauan Riau memili
ki
capaian terendah sebesar 31,72% diikuti oleh Papua sebesar 35,12%, dan Papua Barat seb
esar
56,39%. Informasi lebih rinci menurut provinsi terkait pelayanan kesehatan pada bayi tah
un
2013 terdapat pada lampiran 5.27.

5. Proses Bayi Mulai Mendapat Air Susu Ibu

Kategori proses bayi mulai mendapat air susu ibu (ASI) menurut Riskesdas 2013 adal
ah
kurang dari 1 jam (inisiasi menyusu dini/IMD), antara 1 sampai 6 jam, 7 sampai 23 jam,
24
sampai 47 jam dan sama dengan atau lebih dari 47 jam.

Kesehatan Keluarga

93

Dua puluh empat jam pertama setelah ibu melahirkan adalah saat yang sangat penting
untuk keberhasilan menyusui selanjutnya. Pada jam-jam pertama setelah melahirkan
dikeluarkan hormon oksitosin yang bertanggung jawab terhadap produksi ASI.
Waktu pertama kali mendapatkan ASI segera setelah lahir secara bermakna
meningkatkan kesempatan hidup bayi. Jika bayi mulai menyusui dalam waktu 1 jam setelah
lahir, 22 % bayi yang meninggal dalam 28 hari pertama (setara dengan sekitar satu juta bayi
baru lahir setiap tahun di dunia) sebenarnya dapat dicegah. Jika proses menyusui ini dimulai
dalam satu hari pertama, maka hanya 16 % bayi yang dapat diselamatkan.
Inisiasi menyusu dini adalah proses bayi menyusu segera setelah dilahirkan, dimana
bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri (tidak disodorkan ke puting susu).
Menyusui sejak dini mempunyai dampak yang positif baik bagi ibu maupun bayinya.,
bagi bayi kehangatan saat menyusu menurunkan risiko kematian karena hypothermia
(kedinginan). Selain itu juga, bayi memperoleh bakteri tak berbahaya dari ibu, menjadikannya
lebih kebal dari bakteri lain di lingkungan. Dengan kontak pertama, bayi memperoleh
kolostrum, yang penting untuk kelangsungan hidupnya, dan bayi memperoleh ASI (makanan
awal) yang tidak mengganggu pertumbuhan, fungsi usus, dan alergi sehingga bayi akan lebih
berhasil menyusu ASI eksklusif dan mempertahankan menyusui. Sedangkan manfaat bagi ibu
adalah menyusui dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas karena proses menyusui akan
merangsang kontraksi uterus sehingga mengurangi perdarahan pasca melahirkan (postpartum).
Pemerintah Indonesia mendukung kebijakan WHO dan Unicef yang merekomendasikan
inisiasi menyusu dini sebagai tindakan penyelamatan kehidupan, karena inisiasi menyusu dini
dapat menyelamatkan 22% dari bayi yang meninggal sebelum usia satu bulan. Maka diharapkan
semua tenaga kesehatan di semua tingkatan pelayanan kesehatan dapat mensosialisasikan
program tersebut.
Hasil Riskesdas 2013 menyatakan bahwa persentase proses mulai mendapat ASI kurang
dari satu jam (inisiasi menyusu dini) pada anak umur 0-23 bulan di Indonesia pada tahun 2013
sebesar 34,5%. Persentase proses mulai mendapat ASI antara 1 6 jam sebesar 35,2%,
persentase proses mulai mendapat ASI antara 7 23 jam sebesar 3,7%, sedangkan persentase
proses mulai mendapat ASI antara 24 47 jam sebesar 13,0% dan persentase proses mulai
mendapat ASI lebih dari 47 jam sebesar 13,7%.
Persentase proses mulai mendapat ASI kurang dari satu jam (inisiasi menyusu dini)
tertinggi terdapat di Nusa Tenggara Barat sebesar 52,9% diikuti oleh Sulawesi Selatan sebesar
44,9%, dan Sumatera Barat sebesar 44,2%. Sedangkan persentase inisiasi menyusu dini
terendah terdapat di provinsi Papua Barat sebesar 21,7%, diikuti oleh provinsi Riau sebesar
22,1%, dan Kepulauan Riau sebesar 22,7%. Gambaran proses mulai mendapat ASI kurang dari
satu jam (inisiasi menyusu dini) menurut provinsi disajikan pada gambar 5.25.

94

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013

GAMBAR 5.25
PERSENTASE BAYI MULAI MENDAPAT ASI KURANG DARI 1 JAM PERTAMA
(INISIASI MENYUSU DINI) PADA ANAK UMUR 0-23 BULAN
MENURUT PROVINSI, RISKESDAS TAHUN 2013

Sumber : Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas, 2013

Data dan Informasi mengenai persentase proses mulai mendapat ASI pada anak umur
023 bulan pada tahun 2013 terdapat pada lampiran 5.21.

6. Cakupan Pemberian ASI Eksklusif

Cara pemberian makanan pada bayi yang baik dan benar adalah menyusui bayi sec
ara
eksklusif sejak lahir sampai dengan umur 6 bulan dan meneruskan menyusui anak sampai u
mur
24 bulan. Mulai umur 6 bulan, bayi mendapat makanan pendamping ASI yang bergizi se
suai
dengan kebutuhan tumbuh kembangnya.
ASI merupakan makanan terbaik untuk bayi yang mengandung sel darah putih, prot
ein
dan zat kekebalan yang cocok untuk bayi. ASI membantu pertumbuhan dan perkembangan
anak
secara optimal serta melindungi terhadap penyakit.
Persentase pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan di Indonesia pada tahun
2013
sebesar 54,3%, sedikit meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2012 yang sebesar 48,
6%.
Persentase pemberian ASI eksklusif tertinggi terdapat di Nusa Tenggara Barat sebesar 79,7
4%,
diikuti oleh Sumatera Selatan sebesar 74,49%, dan Nusa Tenggara Timur sebesar 74, 95
37%.
Sedangkan persentase pemberian ASI eksklusif terendah terdapat di Provinsi Maluku sebe
sar

Kesehatan Keluarga

25,21%, diikuti oleh Jawa Barat sebesar 33,65% dan Sulawesi Utara sebesar 34,67%. Gambaran
pemberian ASI eksklusif menurut provinsi disajikan pada gambar berikut ini.
GAMBAR 5.26
CAKUPAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI 0-6 BULAN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013

Sumber: Ditjen Gizi dan KIA Kemenkes RI, 2014

Permasalahan terkait pencapaian cakupan ASI Eksklusif antara lain :


a) Pemasaran susu formula masih gencar dilakukan untuk bayi 0-6 bulan yg tidak ada
masalah medis
b) Masih banyaknya perusahaan yang mempekerjakan perempuan tidak memberi
kesempatan bagi ibu yang memiliki bayi 0-6 bulan untuk melaksanakan pemberian
ASI secara eksklusif. Hal ini terbukti dengan belum tersedianya ruang laktasi dan
perangkat pendukungnya
c) Masih banyak tenaga kesehatan ditingkat layanan yang belum peduli atau belum
berpihak pada pemenuhan hak bayi untuk mendapatkan ASI Eksklusif, yaitu masih
mendorong untuk memberi susu formula pada bayi 0-6 bulan.
d) Masih sangat terbatasnya tenaga konselor ASI
e) Belum maksimalnya kegiatan edukasi, sosialisasi, advokasi, dan kampanye terkait
pemberian ASI, dan belum semua rumah sakit melaksanakan 10 Langkah Menuju
Keberhasilan Menyusui (LMKM).
Upaya yang dilakukan dalam memecahkan masalah tersebut yaitu:
a) Pemberlakuan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian
ASI Eksklusif
b) Melakukan pelatihan konseling menyusui dan konseling Makanan Pendamping ASI
(MP-ASI). Sampai tahun 2012 telah dilakukan pelatihan konseling menyusui kepada
3.929 orang dan MP-ASI sebanyak 416 orang.

96

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013

c)

Melaksanakan 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM), yaitu:


1) Membuat kebijakan tertulis tentang menyusui dan dikomunikasikan kepa

da
semua staf pelayanan kesehatan ;
2) Melatih semua staf pelayanan dalam keterampilan menerapkan kebija
kan
menyusui tersebut;
3) Menginformasikan kepada semua ibu hamil tentang manfaat dan manaje
men
menyusui;
4) Membantu ibu menyusui dini dalam 30 menit pertama persalinan;
5) Membantu ibu cara menyusui dan mempertahankan menyusui meskipun i
bu
dipisah dari bayinya;
6) Memberikan ASI saja kepada bayi baru lahir kecuali ada indikasi medis;
7) Menerapkan rawat gabung ibu dengan bayinya sepanjang waktu (24 jam);
8) Menganjurkan menyusui sesuai permintaan bayi;
9) Tidak memberi dot kepada bayi;
10) Mendorong pembentukan kelompok pendukung menyusui dan merujuk i
bu
kepada kelompok tersebut setelah keluar dari sarana pelayanan;
d) Sosialisasi dan kampanye ASI Eksklusif
e) KIE melalui media cetak dan elektronik
f) Mengembangkan Strategi Peningkatan Pemberian ASI Eksklusif

g)

Menciptakan lingkungan yang kondusif terhadap perilaku menyusui mel

alui
peraturan perundang-undangan dan kebijakan atau PP
h) Penguatan sarana pelayanan kesehatan (RS/RSIA, Puskesmas perawatan, kli
nik
bersalin) dalam menerapkan 10 LMKM
i) Peningkatan komitmen dan kapasitas stakeholder dalam meningkatan,
melindungi,
dan mendukung pemberian ASI
j) Pemberdayaan ibu, keluarga, dan masyarakat dalam praktek pemberian ASI
k) Menjamin terlaksananya strategi pemberian ASI
l) Pengembangan peraturan perundangan-undangan dan kebijakan atau PP
m) Pelaksanaan revitalisasi RS dan sarana pelayanan kesehatan sayang bayi
n) Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan
o) Pemberdayaan ibu, bapak, dan keluarga, serta masyarakat
p) Perlindungan pekerja perempuan
q) Bekerjasama dengan lintas sektor terkait dalam pengawasan pemasaran
susu
formula dan produk makanan bayi sesuai standar produk makanan (co
dex
alimentarius)
r) Advokasi dan promosi peningkatan pemberian ASI
Data dan informasi mengenai pemberian ASI Eksklusif pada tahun 2013 terdapat pa
da
lampiran 5.33.

7. Cakupan Pemberian Kapsul Vitamin A Balita Usia 6 59 Bulan


Sampai dengan usia enam bulan, ASI merupakan sumber utama vitamin A jika
ibu
memiliki vitamin A yang cukup berasal dari makanan atau suplemen. Anak yang berusia en
am
bulan sampai lima tahun dapat memperoleh vitamin A dari berbagai makanan seperti hati, t
elur,
ikan, minyak sawit merah, mangga dan papaya, jeruk, ubi, sayur daun berwarna hijau
dan
wortel.
Anak

memerlukan

vitamin

untuk

membantu

melawan

penyakit,

melind

ungi
penglihatan mereka, serta mengurangi risiko meninggal. Anak yang kekurangan vitam
in A
kurang mampu melawan berbagai potensi penyakit yang fatal dan berisiko rabun senja. O
leh
karena itu dilakukan pemberian kapsul vitamin A dalam rangka mencegah dan menurun
kan

Kesehatan Keluarga

97

prevalensi kekurangan vitamin A (KVA) pada balita. Cakupan yang tinggi dari pemberian kapsul

vitamin A dosis tinggi terbukti efektif untuk mengatasi masalah KVA pada masyarakat.
Di beberapa negara dimana kekurangan vitamin A telah terjadi secara luas, dan anak
sering meninggal karena diare, dan campak, vitamin A dalam bentuk kapsul dosis tinggi
dibagikan dua kali dalam setahun kepada anak usia enam bulan hingga lima tahun. Diare dan
campak dapat menguras vitamin A dari tubuh anak. Anak yang menderita diare atau campak,
atau menderita kurang gizi harus diobati dengan suplemen vitamin A dosis tinggi yang bisa
diperoleh dari petugas kesehatan terlatih.
Masalah vitamin A pada balita secara klinis bukan lagi masalah kesehatan masyarakat
(prevalensi xeropthalmia < 0,5%). Hasil studi masalah gizi mikro di 10 kota pada 10 provinsi
tahun 2006, diperoleh prevalensi xeropthalmia pada balita 0,13%, sedangkan hasil survey
vitamin A pada tahun 1992 menunjukkan prevalensi xeropthalmia sebesar 0,33%.
Namun demikian KVA subklinis, yaitu tingkat yang belum menampakkan gejala nyata,
masih ada pada kelompok balita. KVA tingkat subklinis ini hanya dapat diketahui dengan
memeriksa kadar vitamin A dalam darah di laboratorium. Selain itu, sebaran cakupan
pemberian vitamin A pada balita menurut provinsi masih ada yang dibawah 75%. Dengan
demikian kegiatan pemberian vitamin A pada balita masih perlu dilanjutkan, karena bukan
hanya untuk kesehatan mata dan mencegah kebutaan, namun lebih penting lagi, vitamin A
meningkatkan kelangsungan hidup, kesehatan dan pertumbuhan anak.
Pemberian kapsul vitamin A dilakukan terhadap bayi (6-11 bulan) dengan dosis
100.000 SI, anak balita (12-59 bulan) dengan dosis 200.000 SI, dan ibu nifas diberikan kapsul
vitamin A 200.000 SI, sehingga bayinya akan memperoleh vitamin A yang cukup melalui ASI.
Pemberian Kapsul Vitamin A diberikan secara serentak setiap bulan Februari dan Agustus pada
balita usia 6-59 bulan.
Cakupan pemberian kapsul vitamin A pada balita usia 6-59 bulan di Indonesia tahun
2013 mencapai 83,9%. Capaian ini sedikit lebih tinggi dibandingkan tahun 2012 yang sebesar
82,8%. Dengan peningkatan yang tidak terlalu tinggi, maka masih diperlukan upaya untuk
meningkatkan cakupan pemberian kapsul vitamin A. Upaya tersebut antara lain melalui
peningkatan integrasi pelayanan kesehatan anak, sweeping pada daerah yang cakupannya
masih rendah dan kampanye pemberian kapsul vitamin A.
Provinsi dengan cakupan pemberian vitamin A tertinggi pada tahun 2013 adalah DI
Yogyakarta sebesar 98,88%, diikuti oleh Jawa Tengah sebesar 98,61% dan Bali sebesar 96,79%.
Sedangkan cakupan terendah terdapat di Provinsi Papua sebesar 45,92%, diikuti oleh Papua
Barat sebesar 50,70% dan Maluku sebesar 62,91%. Cakupan pemberian kapsul vitamin A
menurut provinsi ditampilkan pada gambar 5.27.

98

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013

GAMBAR 5.27

CAKUPAN PEMBERIAN KAPSUL VITAMIN A PADA BALITA (6-59 BULAN)


MENURUT PROVINSI TAHUN 2013

Sumber : Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2014

Data dan informasi tentang pemberian vitamin A pada balita yang dirinci menurut
provinsi pada tahun 2013 dapat dilihat pada lampiran 5.31.
Menurut data Riskesdas 2013, persentase anak umur 6-59 bulan yang menerima kapsul
vitamin A selama enam bulan terakhir tahun 2013 di Indonesia tahun 2013 mencapai 75,5%.
Provinsi dengan cakupan pemberian vitamin A tertinggi berdasarkan Riskesdas 2013
adalah Nusa Tenggara Barat sebesar 89,20%, diikuti oleh DI Yogyakarta sebesar 84,40% dan
Jawa Tengah sebesar 84,00%. Sedangkan cakupan terendah terdapat di Provinsi Sumatera
Utara sebesar 52,30%, diikuti oleh Papua sebesar 53,10% dan Sulawesi Barat sebesar 59,60%.
Cakupan pemberian kapsul vitamin A menurut provinsi dari hasil Riskesdas tahun 2013
ditampilkan pada gambar berikut ini.

Kesehatan Keluarga

GAMBAR 5.28

99

PERSENTASE PEMBERIAN KAPSUL VITAMIN A PADA ANAK UMUR (6-59 BULAN)


SELAMA ENAM BULAN TERAKHIR
MENURUT PROVINSI, RISKESDAS TAHUN 2013

Sumber : Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas, 2013

Data dan informasi tentang pemberian vitamin A pada balita selama enam bulan
terakhir yang dirinci menurut provinsi pada tahun 2013 dari hasil Riskesdas dapat dilihat pada
lampiran 5.32.

8. Cakupan Penimbangan Balita di Posyandu (D/S)


Sejak lahir sampai dengan usia lima tahun, anak seharusnya ditimbang secara teratur
untuk mengetahui pertumbuhannya. Cara ini dapat membantu untuk mengetahui lebih awal
tentang gangguan pertumbuhan, sehingga segera dapat diambil tindakan tepat secepat
mungkin.
Hasil penimbangan, dapat mengetahui apakah seorang anak terlalu cepat bertambah
berat badannya dibandingkan usianya atau tidak bertambah berat badannya. Untuk itu
memerlukan pemeriksaan berat badan anak lebih lanjut terkait dengan tinggi badannya, yang
dapat menentukan apakah seorang anak mempunyai berat badan berlebih/kurang.
Kegiatan penimbangan balita di Posyandu (D/S) menjadi salah satu indikator yang
ditetapkan pada Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014. Indikator ini berkaitan
dengan cakupan pelayanan gizi pada balita, cakupan pelayanan kesehatan dasar khususnya
imunisasi serta penanganan prevalensi gizi kurang pada balita. Dengan cakupan D/S yang
tinggi, diharapkan semakin tinggi pula cakupan vitamin A, cakupan imunisasi dan semakin
rendah prevalensi gizi kurang.

100

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013

Cakupan penimbangan balita di posyandu (D/S) di Indonesia pada tahun 2013 sebesar

80,30%. Cakupan ini lebih tinggi dibandingkan tahun 2012 yang sebesar 75,1%. Capaian pada
tahun 2013 telah memenuhi target Renstra 2013 sebesar 80%. Pada tingkat provinsi terdapat
18 provinsi dengan capaian melebihi target 80% seperti yang ditampilkan pada gambar berikut.
GAMBAR 5.29
CAKUPAN PENIMBANGAN BALITA (D/S)
DI INDONESIATAHUN 2013

Sumber : Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2014

Pada gambar diatas diketahui bahwa provinsi yang memiliki capaian tertinggi ad
alah
Jawa tengah sebesar 89,43%, diikuti oleh Gorontalo sebesar 88,42%, dan Jawa Timur seb
esar
88,36%. Sedangkan capaian terendah terdapat di Provinsi Papua sebesar 38,85%, diikuti
oleh
DKI Jakarta sebesar 54,37% dan Papua Barat sebesar 56,50%.
Setiap anak harus memiliki Kartu Menuju Sehat (KMS) yang terdapat dalam buku
KIA
agar dapat dipantau pertumbuhannya. Dengan KMS terlihat apakah anak tumbuh dengan
baik
sesuai usianya. KMS diberikan pada orang tua pada saat kunjungan balita ke Posyandu.
Maka
kunjungan balita ke Posyandu sangat berkaitan dengan indikator D/S.
Namun demikian terdapat beberapa kendala yang dihadapi terkait dengan kunjun
gan
balita ke posyandu. Permasalahan tersebut antara lain : dana operasional dan sarana pras
arana
untuk menggerakkan kegiatan Posyandu, tingkat pengetahuan kader dan kemampuan pe
tugas
dalam pemantauan pertumbuhan dan konseling, tingkat pemahaman keluarga dan masya
rakat

terhadap manfaat Posyandu, serta pelaksanaan pembinaan kader. Data dan informasi te
ntang
penimbangan balita di posyandu pada tahun 2013 terdapat pada lampiran 5.34.

Kesehatan Keluarga

101

9. Imunisasi
Setiap tahun lebih 1,4 juta anak di dunia meninggal karena berbagai penyakit yang
sesungguhnya dapat dicegah dengan imunisasi. Beberapa penyakit menular yang termasuk ke
dalam Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) antara lain : Difteri, Tetanus,
Hepatitis B, radang selaput otak, radang paru-paru, pertusis, dan polio. Anak yang telah diberi
imunisasi akan terlindungi dari berbagai penyakit berbahaya tersebut, yang dapat
menimbulkan kecacatan atau kematian.
Proses perjalanan penyakit diawali ketika virus/ bakteri/ protozoa/ jamur, masuk ke
dalam tubuh. Setiap makhluk hidup yang masuk ke dalam tubuh manusia akan dianggap benda
asing oleh tubuh atau yang disebut dengan antigen. Secara alamiah sistem kekebalan tubuh
akan membentuk zat anti yang disebut antibodi untuk melumpuhkan antigen. Pada saat
pertama kali antibodi berinteraksi dengan antigen, respon yang diberikan tidak terlalu kuat.
Hal ini disebabkan antibodi belum mengenali antigen. Pada interaksi antibodi-antigen yang
ke-2 dan seterusnya, sistem kekebalan tubuh sudah memiliki memori untuk mengenali
antigen yang masuk ke dalam tubuh, sehingga antibodi yang terbentuk lebih banyak dan dalam
waktu yang lebih cepat.
Proses pembentukan antibodi untuk melawan antigen secara alamiah disebut imunisasi
alamiah. Sedangkan program imunisasi melalui pemberian vaksin adalah upaya stimulasi
terhadap sistem kekebalan tubuh untuk menghasilkan antibodi dalam upaya melawan penyakit
dengan melumpuhkan antigen yang telah dilemahkan yang berasal dari vaksin. Imunisasi
adalah suatu cara untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif
terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak ia terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan
sakit atau hanya sakit ringan.
Program imunisasi merupakan salah satu upaya untuk melindungi penduduk terhadap
penyakit tertentu. Program imunisasi diberikan kepada populasi yang dianggap rentan
terjangkit penyakit menular, yaitu bayi, anak usia sekolah, wanita usia subur, dan ibu hamil.
a. Imunisasi Dasar pada Bayi
Imunisasi melindungi anak terhadap beberapa Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan
Imunisasi (PD3I). Seorang anak diimunisasi dengan vaksin yang disuntikkan atau diteteskan
melalui mulut. Pada beberapa negara hepatitis masih menjadi masalah. Sepuluh dari 100 orang
akan menderita hepatitis sepanjang hidupnya jika tidak diberi vaksin hepatitis B. Sampai
dengan seperempat dari jumlah anak yang menderita hepatitis B dapat berkembang menjadi

kondisi penyakit hati yang serius, seperti kanker hati. Disamping itu wajib diberikan imunisasi
hepatitis B segera setelah bayi lahir untuk mencegah penularan virus hepatitis dari ibu kepada
anaknya.
Imunisasi BCG dapat melindungi anak dari penyakit tuberculosis. Imunisasi DPT dapat
mencegah penyakit diptheri, pertusis dan tetanus. Diptheri menyebabkan infeksi saluran
pernafasan atas, yang dalam beberapa kasus dapat menyebabkan kesulitan bernafas bahkan
kematian. Tetanus menyebabkan kekakuan otot dan kekejangan otot yang menyakitkan dan
dapat mengakibatkan kematian. Pertusis atau batuk rejan mempengaruhi saluran pernafasan
dana dapat menyebabkan batuk hingga delapan minggu.
Semua anak perlu mendapatkan imunisasi polio. Tanda-tanda polio adalah tungkai tibatiba lumpuh dan sulit untuk bergerak. Dari 200 anak yang terinfeksi polio, maka satu orang
akan menjadi cacat sepanjang hidupnya.

102

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013

Sebagai salah satu kelompok yang menjadi sasaran program imunisasi, setiap bayi wajib
mendapatkan lima imunisasi dasar lengkap (LIL) yang terdiri dari : 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4
dosis polio, 3 dosis hepatitis B, dan 1 dosis campak. Dari kelima imunisasi dasar lengkap yang
diwajibkan tersebut, campak merupakan imunisasi yang mendapat perhatian lebih yang
dibuktikan dengan komitmen Indonesia pada lingkup ASEAN dan SEARO untuk
mempertahankan cakupan imunisasi campak sebesar 90%. Hal ini terkait dengan realita bahwa
campak adalah salah satu penyebab utama kematian pada balita. Dengan demikian pencegahan
campak memiliki peran signifikan dalam penurunan angka kematian balita.
Indonesia memiliki cakupan imunisasi campak pada tahun 2013 sebesar 97,85%.
Capaian tersebut telah memenuhi target 90% yang menjadi komitmen Indonesia pada lingkup
regional. Cakupan pada tahun 2013 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2012 yang
sebesar 99,3%. Pada tingkat provinsi, terdapat 21 provinsi yang telah berhasil mencapai target
90% seperti yang disajikan pada gambar 5.25 berikut.
GAMBAR 5.30
PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI CAMPAK
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013

Sumber : Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2014

Pada gambar di atas dapat diketahui bahwa Provinsi Jawa Barat memiliki ca
paian
tertinggi sebesar 109,37% diikuti oleh Nusa Tenggara Barat sebesar 107,9% dan Jambi seb
esar
104,86%. Sedangkan provinsi dengan cakupan terendah adalah Papua sebesar 66,93%, d
iikuti
oleh Papua Barat sebesar 76,59% dan Nusa Tenggara Timur sebesar 80,69%.
Sedangkan berdasarkan laporan Riskesdas 2013, persentase imunisasi campak se
cara
103
pada anak 12 23 bulan secara nasional sebesar 82,1%. Capaian tersebut belum me
menuhi
target 90% yang menjadi komitmen Indonesia pada lingkup regional. Menurut Riskesdas 2
013,

Kesehatan Keluarga

pada tingkat provinsi, hanya 8 provinsi yang telah berhasil mencapai target 90% seperti yang
disajikan pada gambar 5.26 berikut.
GAMBAR 5.31
CAKUPAN IMUNISASI CAMPAK
PADA ANAK UMUR 12-23 BULAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2013

Sumber : Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas, 2014

Pada gambar di atas dapat diketahui bahwa yang memiliki capaian tertinggi adalah
Provinsi DI Yogyakarta sebesar 98,1% diikuti oleh Gorontalo sebesar 94,9% dan Sulawesi Utara
sebesar 94,4%%. Sedangkan provinsi dengan cakupan terendah adalah Papua sebesar 56,8%,
diikuti oleh Aceh sebesar 62,4% dan Banten sebesar 66,7%.
Program imunisasi pada bayi mengharapkan agar setiap bayi mendapatkan kelima jenis
imunisasi dasar lengkap. Keberhasilan seorang bayi dalam mendapatkan 5 jenis imunisasi dasar
tersebut diukur melalui indikator imunisasi dasar lengkap. Capaian indikator ini di Indonesia
pada tahun 2013 sebesar 90,00%. Angka ini telah memenuhi target Renstra pada tahun 2013
yang sebesar 88%. Dengan demikian terdapat 15 provinsi (45,45%) yang telah memenuhi
target Renstra tahun 2013.

104

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013

GAMBAR 5.32
CAKUPAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013

Sumber : Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2014

Tiga provinsi dengan capaian imunisasi dasar lengkap pada bayi yang tertinggi pada

tahun 2013 adalah di Provinsi Jawa Tengah sebesar 100,73% diikuti oleh Nusa Tenggara Barat
sebesar 99,47%, dan Jawa Timur sebesar 99,31%. Sedangkan tiga provinsi dengan capaian
terendah adalah Papua sebesar 66,57%, diikuti oleh Papua Barat sebesar 67,66%, dan Sulawesi
Tenggara sebesar 69,90%. Data dan informasi terkait imunisasi dasar pada bayi yang dirinci
menurut provinsi tahun 2013 terdapat pada lampiran 5.24.
b. Universal Child Immunization
Indikator lain yang diukur untuk menilai keberhasilan pelaksanaan imunisasi adalah
Universal Child Immunization atau yang biasa disingkat UCI. UCI adalah gambaran suatu
desa/kelurahan dimana 80% dari jumlah bayi (0-11 bulan) yang ada di desa/kelurahan
tersebut sudah mendapat imunisasi dasar lengkap. Target UCI pada Renstra tahun 2013 adalah
sebesar 95%. Pada tahun 2013 terdapat 9 provinsi yang memiliki persentase desa UCI melebihi
target 95% seperti yang nampak pada gambar berikut ini.

Kesehatan Keluarga

105

GAMBAR 5.33
CAKUPAN DESA/KELURAHAN UCI
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013

Sumber: Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2014

Pada Gambar 5.14 dapat diketahui bahwa terdapat tiga provinsi memiliki capaian

tertinggi sebesar 100%, yaitu DI Yogyakarta, DKI Jakarta, dan Jambi. Kemudian diikuti oleh
Lampung sebesar 99,27%. Sedangkan Provinsi Papua memiliki capaian terendah sebesar
13,05%, diikuti oleh Papua Barat sebesar 41,21%, dan Sulawesi Tenggara sebesar 56,50%.
Informasi terkait capaian desa UCI pada tahun 2011 - 2013 menurut provinsi terdapat pada
lampiran 5.29.
Imunisasi dasar pada bayi seharusnya diberikan pada anak sesuai dengan umurnya.
Pada kondisi ini, diharapkan sistem kekebalan tubuh dapat bekerja secara optimal. Namun
demikian, pada kondisi tertentu beberapa bayi tidak mendapatkan imunisasi dasar secara
lengkap. Kelompok inilah yang disebut dengan drop out (DO) imunisasi. Bayi yang
mendapatkan imunisasi DPT/HB1 pada awal pemberian imunisasi, namun tidak mendapatkan
imunisasi campak, disebut Drop Out Rate DPT/HB1- Campak. Indikator ini diperoleh dengan
menghitung selisih penurunan cakupan imunisasi campak terhadap cakupan imunisasi
DPT/HB1.
Drop Out Rate imunisasi DPT/HB1-Campak pada tahun 2013 sebesar 3,3%. Angka ini
lebih rendah dibandingkan tahun 2011 sebesar 3,6%. DO Rate DPT/HB1-Campak menunjukkan
kecenderungan penurunan sejak tahun 2007 sampai dengan tahun 2013 yang artinya semakin
sedikit bayi yang tidak mendapatkan imunisasi dasar secara lengkap. Kecenderungan
penurunan tersebut dijelaskan pada gambar berikut.

106

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013

GAMBAR 5.34
ANGKA DROP OUT CAKUPAN IMUNISASI DPT/HB1 - CAMPAK PADA BAYI
DI INDONESIA TAHUN 2007-2013

Sumber: Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2014

DO rate DPT/HB1-campak diharapkan agar tidak melebihi 5%. Batas maksimal terse
but
telah berhasil dipenuhi sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2013. Pada tahun 2013 ter
dapat
19 provinsi dengan DO rate 5%. Data dan informasi lebih rinci mengenai drop o
ut rate
cakupan imunisasi pada tahun 2013 DPT/HB1-campak tahun 2013 terdapat pada lam
piran

5
6

10. Pelayanan Kesehatan Anak Balita


Kehidupan anak, usia dibawah lima tahun merupakan bagian yang sangat penting.
Usia
tersebut merupakan landasan yang membentuk masa depan kesehatan, keba
hagiaan,
pertumbuhan, perkembangan, dan hasil pembelajaran anak di sekolah, keluarga, masy
arakat
dan kehidupan secara umum.
Kesehatan bayi dan balita harus dipantau untuk memastikan kesehatan mereka se
lalu
dalam kondisi optimal. Untuk itu dipakai indikator-indikator yang bisa menjadi uk
uran
keberhasilan upaya peningkatan kesehatan bayi dan balita, salah satu diantaranya
adalah
pelayanan kesehatan anak balita. Adapun batasan anak balita adalah setiap anak yang
berada
pada kisaran umur 12 sampai dengan 59 bulan.
Pelayanan

kesehatan

pada

anak

balita

dilakukan

oleh

tenaga

kesehata

n dan
memperoleh :
1. Pelayanan Pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun (Penimbangan
berat
badan dan pengukuran tinggi badan minimal 8 kali dalam setahun).
2. Pemberian vitamin A dua kali dalam setahun yakni setiap bulan Februari
dan
Agustus
3. Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang balita minimal 2 kali
dalam
setahun.
4. Pelayanan Anak Balita Sakit sesuai standar menggunakan Manajemen Terp
adu
107
Balita Sakit (MTBS).
Capaian Indikator pelayanan kesehatan anak balita pada tahun 2013 sebesar 70,
12%
dan itu berarti belum memenuhi target Renstra pada tahun 2013 yang sebesar 83%. Ca
paian

Kesehatan Keluarga

indikator ini juga mengalami penurunan dibandingkan tahun 2012 yang sebesar 73,52%.
Capaian indikator menurut provinsi juga menunjukkan bahwa sebagian besar provinsi di
Indonesia memiliki capaian di bawah 83% seperti yang terlihat pada gambar berikut.
GAMBAR 5.35
CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN ANAK BALITA
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013

Sumber : Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2014

Penurunan terjadi dari kondisi pada tahun 2012 dimana terdapat 7 provinsi yang
memiliki capaian kurang dari target 81%, pada tahun 2013 tampak hanya 4 provinsi yang
memiliki capaian melebihi target 83%, yaitu DKI Jakarta, Bali, DI Yogyakarta, dan Jawa Tengah,
seperti yang tampak pada gambar 5.2.9 diatas. DKI Jakarta memiliki capaian tertinggi yaitu
sebesar 93,80%, diikuti oleh Bali sebesar 87,98%, dan DI Yogyakarta sebesar 85,46%.
Sedangkan provinsi dengan capaian terendah adalah Papua sebesar 8,43%,
diikuti oleh
Kepulauan Riau sebesar 25,23%, dan Sulawesi Tengah sebesar 38,60%. Data dan informasi
menurut provinsi terkait upaya pelayanan kesehatan anak balita disajikan pada lampiran 5.27

11. Pelayanan Kesehatan Pada Siswa SD dan Setingkat


Mulai masuk sekolah merupakan hal penting bagi tahap perkembangan anak. Banyak
masalah kesehatan terjadi pada anak usia sekolah, seperti misalnya pelaksanaan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS) seperti menggosok gigi dengan baik dan benar, mencuci tangan
menggunakan sabun, karies gigi, kecacingan, kelainan refraksi/ketajaman penglihatan dan
masalah gizi. Pelayanan kesehatan pada anak termasuk pula intervensi pada anak usia sekolah.
Anak usia sekolah merupakan sasaran yang strategis untuk pelaksanaan program
kesehatan, karena selain jumlahnya yang besar, mereka juga merupakan sasaran yang mudah
dijangkau karena terorganisir dengan baik. Sasaran dari pelaksanaan kegiatan ini diutamakan
untuk siswa SD/sederajat kelas 1. Pemeriksaan kesehatan dilaksanakan oleh tenaga kesehatan
bersama tenaga lainnya yang terlatih (guru UKS/UKSG dan dokter kecil). Tenaga kesehatan

108

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013

disini adalah tenaga medis, tenaga keperawatan atau petugas puskesmas lainnya yang telah
dilatih sebagai tenaga pelaksana UKS/UKGS. Guru UKS/UKGS adalah guru kelas atau guru yang
ditunjuk sebagai pembina UKS/UKGS di sekolah dan telah dilatih tentang UKS/UKGS. Dokter
kecil adalah kader kesehatan sekolah yang biasanya berasal dari murid kelas 4 dan 5 SD dan
setingkat yang telah mendapatkan pelatihan dokter kecil.
Hal ini dimaksudkan agar pembelajaran tentang kebersihan dan kesehatan gigi bisa
dilaksanakan sedini mungkin. Kegiatan ini dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan siswa
tentang pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut pada khususnya dan kesehatan tubuh
serta lingkungan pada umumnya.

Upaya kesehatan pada kelompok ini yang dilakukan melalui penjaringan kesehatan
terhadap murid SD/MI kelas 1 juga menjadi salah satu indikator yang dievaluasi
keberhasilannya melalui Renstra Kementerian Kesehatan. Kegiatan penjaringan kesehatan
selain untuk mengetahui secara dini masalah-masalah kesehatan anak sekolah sehingga dapat
dilakukan tindakan secepatnya untuk mencegah keadaan yang lebih buruk, juga untuk
memperoleh data atau informasi dalam menilai perkembangan kesehatan anak sekolah,
maupun untuk dijadikan pertimbangan dalam menyusun perencanaan, pemantauan dan
evaluasi kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).
Kegiatan penjaringan kesehatan ini terdiri dari :
1. Pemeriksaan kebersihan perorangan (rambut, kulit dan kuku)
2. Pemeriksaan status gizi melalui pengukuran antropometri
3. Pemeriksaan ketajaman indera (penglihatan dan pendengaran)
4. Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut
5. Pemeriksaan laboratorium untuk anemia dan kecacingan
6. Pengukuran kebugaran jasmani
7. Deteksi dini masalah mental emosional.
Penjaringan kesehatan dinilai dengan menghitung persentase SD/MI yang melakukan
penjaringan kesehatan terhadap seluruh SD/MI yang menjadi sasaran penjaringan. Cakupan SD
atau sederajat yang melaksanakan penjaringan kesehatan untuk siswa kelas 1 pada tahun 2013
di Indonesia yang sebesar 73,91% mengalami penurunan dibandingkan cakupan tahun 2012
yang sebesar 83,95%. Selain terjadi penurunan dibandingkan tahun sebelumnya, capaian
tersebut juga belum memenuhi target Renstra 2013 yang sebesar 94%.

Kesehatan Keluarga

GAMBAR 5.36
CAKUPAN SEKOLAH DASAR/SETINGKAT YANG MELAKSANAKAN PENJARINGAN
SISWA SD/SETINGKAT KELAS 1 MENURUT PROVINSI TAHUN 2013

109

Sumber : Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2014

Dari gambar 5.30 diketahui bahwa sebagian besar provinsi belum memenuhi target
94%, hanya 6 provinsi yang telah mencapai target Renstra 2013 yaitu Bali, DI Yogyakarta,
Kepulauan Bangka Belitung, DKI Jakarta, Sumatera Barat, dan Riau. Ada dua provinsi dengan
capaian 100%, yakni provinsi Bali dan DI Yogyakarta. Kemudian diikuti oleh Kepulauan Bangka
Belitung sebesar 99,63%, DKI Jakarta sebesar 99,07%, Sumatera Barat sebesar 96,83%, dan
Riau sebesar 94,98%. Sedangkan capaian terendah terdapat di Provinsi Maluku sebesar
13,69%, diikuti oleh Nusa Tenggara Timur sebesar 17,81%, dan Papua sebesar 17,85%.
Sedikitnya jumlah provinsi yang telah memenuhi target Renstra Kemenkes berarti sulit
terpenuhinya target penjaringan SD/MI. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa masalah.
Masalah utama yang sering ditemukan di daerah adalah kurangnya tenaga di Puskesmas
sedangkan jumlah SD/MI cukup banyak, sehingga untuk melaksanakan penjaringan kesehatan
membutuhkan waktu lebih lama. Selain itu juga manajemen pelaporan belum terintegrasi
dengan baik. Walaupun kegiatan penjaringan
kesehatan telah dilaksanakan di Puskesmas
namun di beberapa Provinsi, pengelola program UKS di Kabupaten/Kota berada pada struktur
organisasi yang berbeda sehingga menjadi penyebab koordinasi pencatatan dan pelaporan
tidak berjalan dengan baik . Data dan informasi tentang cakupan penjaringan siswa
SD/sederajat kelas 1 menurut provinsi terdapat pada lampiran 5.39.

12. Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)


Salah satu upaya kesehatan anak yang ditetapkan melalui Instruksi Presiden adalah
Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) di Puskesmas. Program ini mulai dikembangkan

110

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013

pada tahun 2003 yang bertujuan khusus untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
remaja tentang kesehatan reproduksi dan perilaku hidup sehat serta memberikan pelayanan
kesehatan yang berkualitas kepada remaja.
Puskesmas yang memiliki PKPR memberikan layanan baik di dalam maupun di luar
gedung yang ditujukan bagi kelompok remaja berbasis sekolah ataupun masyarakat. Hal ini
dilakukan agar layanan yang diberikan dapat menjangkau semua kelompok remaja (10-19
tahun). Kriteria yang ditetapkan bagi Puskesmas yang mampu laksana PKPR yaitu :
1) Melakukan pembinaan pada minimal 1 sekolah (sekolah umum, sekolah berbasis
agama) dengan melaksanakan kegiatan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) di

sekolah binaan minimal 2 kali dalam setahun;


2) Melatih Kader Kesehatan Remaja di sekolah minimal sebanyak 10% dari jumlah murid
di sekolah binaan; dan
3) Memberikan pelayanan konseling pada semua remaja yang memerlukan konseling yang
kontak dengan petugas PKPR.
Layanan PKPR merupakan upaya komprehensif yang menekankan pada langkah
promotif/preventif berupa pembekalan kesehatan dan peningkatan keterampilan psikososial
dengan Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat (PKHS). Layanan konseling menjadi ciri dari
PKPR mengingat permasalahan remaja yang tidak hanya berhubungan dengan fisik tetapi juga
psikososial. Upaya penjangkauan terhadap kelompok remaja juga dilakukan melalui kegiatan
Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE), Focus Group Discussion (FGD), dan penyuluhan ke
sekolah-sekolah dan kelompok remaja lainnya.
Fenomena peer groups (kelompok sebaya) juga menjadi perhatian pada program PKPR.
Oleh karena itu, program ini juga memberdayakan remaja sebagai konselor sebaya yang
diharapkan mampu menjadi agen pengubah di kelompoknya. Konselor sebaya ini sangat
potensial karena adanya kecenderungan pada remaja untuk memilih teman sebaya sebagai
tempat berdiskusi dan rujukan informasi.
Selain pemberian informasi dan edukasi, dan kegiatan seperti disebutkan diatas,
pelayanan kesehatan sekolah ini meliputi pemeriksaan kesehatan, pemeriksaan perkembangan
kecerdasan, pemberian imunisasi, penemuan kasus-kasus dini yang mungkin terjadi,
pengobatan sederhana, pertolongan pertama serta rujukan bila menemukan kasus yang tidak
dapat ditanggulangi di sekolah.
Persentase kabupaten/kota dengan minimal 4 puskesmas mampu tata laksana PKPR
pada tahun 2013 terdapat pada gambar 5.31.

Kesehatan Keluarga

GAMBAR 5.37
PERSENTASE KABUPATEN/KOTA
DENGAN MINIMAL 4 PUSKESMAS MAMPU TATA LAKSANA PKPR
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013

111

Sumber : Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2014

Berdasarkan target tahun 2013 yang ditentukan oleh program yaitu 70%, terdapat 27
provinsi telah melampaui target tersebut. Hanya 6 provinsi yang belum mencapai target tahun
2013. Persentase kabupaten/kota dengan minimal 4 puskesmas mampu tata laksana PKPR di
Indonesia tahun 2013 sebesar 81,6%, mengalami peningkatan dari tahun 2012 yang sebesar
77,67%.
Pada gambar di atas dapat diketahui bahwa pada tahun 2013 terdapat 81,69%
kabupaten/kota di Indonesia yang telah memiliki 4 puskesmas mampu laksana PKPR. Pada
tahun 2013 terdapat 11 provinsi dengan persentase 100%, jumlah ini lebih tinggi dibandingkan
tahun 2012 yang sebanyak 10 provinsi. Provinsi dengan persentase 100% artinya seluruh
kabupaten telah memiliki sedikitnya 4 Puskesmas mampu PKPR. Jumlah kab/kota yang
memiliki minimal 4 puskesmas PKPR pada tahun 2013 sebanyak 406 kab/kota. Jumlah
puskesmas PKPR tahun 2013 sebesar 3.077 puskesmas tersebar di 33 provinsi. Data dan
informasi lebih rinci menurut provinsi terkait persentase kabupaten/kota dengan puskesmas
mampu laksana PKPR disajikan pada lampiran 5.37.
Untuk keberhasilan dalam pengembangan pelaksanaan PKPR digunakan strategi
sebagai berikut:
1. Peningkatan Akses dan Kualitas Penyelenggaraan PKPR
Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan terlatih tentang penyelenggraan PKPR
khususnya dalam memberikan konseling. Pelatihan di tingkat provinsi didukung oleh
dana dekon terutama untuk provinsi yang belum mencapai target indikator
Kabupaten/Kota yang memiliki minimal 4 puskesmas mampu laksana PKPR.

112

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013

Pengembangan Standar Nasional Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)


agar
mutu penyelenggaraannya PKPR terutama di Puskesmas ditingkatkan mutunya sec
ara
berkesinambungan.
2. Kemitraan
Pertemuan Koordinasi Lintas Sektor, Lintas Program, Lembaga Swadaya Masyarakat,
donor agency untuk meningkatnya komitmen, koordinasi dan komunikasi terkait
kegiatan kesehatan remaja.
3. Pemberdayaan Remaja

P
a
h
n
o
s
o
r

maja
4.

Melibatkan remaja dalam perencanaan dan pelaksanaan PKPR


Dukungan Manajemen
Pembinaan Teknis Bagi Pengelola Program Anak Usia Sekolah Dan Remaja di
Provinsi dan kabupaten/kota.
Penyediaan dan distribusi buku-buku pedoman/juknis, untuk memberikan acuan/
panduan bagi pengelola program dalam melaksanakan PKPR.
Penyediaan dan distribusi media KIE kesehatan remaja (poster, lembar balik, puz

zle,
kartu kwartet, celemek dan panthom kesehatan reproduksi).

13. Pelayanan Kesehatan pada Kasus Kekerasan terhadap Anak (KtA)


Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih d
alam
kandungan. Semua anak mempunyai hak untuk mendapatkan perlindungan. Perlindungan
anak
adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat
hidup,
tumbuh, berkembang dan berpastisipasi, serta mendapat perlindungan dari kekerasa
n dan
diskriminasi.
Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Pasal 131 Tentang Kesehatan menyebut
kan
bahwa :
(1)
Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak harus ditujukan untuk mempersia
pkan
generasi yang akan datang yang sehat, cerdas dan berkualitas serta menurunkan a
ngka
kematian bayi dan anak.
(2)
Upaya pemeliharaan kesehatan anak dimulai sejak anak masih dalam kandu
ngan,
dilahirkan, setelah dilahirkan dan sampai berusia 18 tahun.
(3)
Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak sebagai mana dimaksud pada ayat
(1) dan
(2) menjadi tanggung jawab dan kewajiban bersama bagi orang tua, kel
uarga,
masyarakat, Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
Dari jutaan anak di dunia yang tidak mendapat perlindungan penuh, banyak dian
tara
mereka terlibat dalam kekerasan, terbuang, terlantar, dijadikan pekerja, terabaika
n dan
dilecehkan. Berbagai bentuk kekerasan membatasi kesempatan anak-anak untuk be
rtahan
hidup, tumbuh, berkembang dan mewujudkan impian mereka.
Menurut KOMNAS Perlindungan Anak (2006), pemicu kekerasan terhadap
anak
diantaranya adalah : 1) Kekerasan dalam rumah tangga, yaitu dalam keluarga terjadi keke
rasan
yang melibatkan baik pihak ayah, ibu dan saudara yang lainnya. Anak seringkali
menjadi
sasaran kemarahan orang tua, 2) Disfungsi keluarga, yaitu peran orang tua tidak b
erjalan
sebagaimana seharusnya. Adanya disfungsi peran ayah sebagai pemimpin keluarga dan
peran
ibu sebagai sosok yang membimbing dan menyayangi, 3) Faktor ekonomi, yaitu kek
erasan

t
m
b
k
e
a
e
a
a
e
o
o
i
)
a
d
n
a
k
i
t
n
a
g
p
s
a
a
d
a
k
u
r
a
O
a
g
t
a

menganggap bahwa anak adalah seseorang yang tidak tahu apa-apa. Dengan demikian
pola
asuh apapun berhak dilakukan oleh orang tua. Disamping itu, kekerasan pada anak terins
pirasi
dari tayangan-tayangan televisi maupun media-media lainnya yang tersebar dilingk
ungan
masyarakat.

Kesehatan Keluarga

113

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan kekerasan terhadap anak sebagai

semua bentuk tindakan/perlakuan menyakitkan secara fisik ataupun emosional,


penyalahgunaanseksual, penelantaran, eksploitasi, komersial atau lainnya, yang
mengakibatkancedera/kerugian nyata ataupun potensial terhadap kesehatan anak,
kelangsungan hidup anak, tumbuh kembang anak atau martabat anak, yang dilakukan dalam
konteks hubungan tanggungjawab.
Dalam bidang kesehatan, pemerintah melakukan intervensi dalam bentuk penyediaan
akses pelayanan kesehatan bagi korban kekerasan pada anak yang terdiri dari pelayanan di
tingkat dasar melalui puskesmas mampu tatalaksana kekerasan terhadap anak dan Pusat
Pelayanan Terpadu (PPT) di rumah sakit untuk penanganan kasus rujukan. Kegiatan yang
dilakukan meliputi upaya pencegahan, deteksi dan penanganan kasus termasuk rujukan oleh
puskesmas yang bekerjasama dengan LP/LS terkait melalui :
o pelayanan di Pusat Pelayanan Terpadu (PPT)/Pusat Krisis Terpadu (PKT) di
RSUP/RS Swasta/RS Bhayangkara dan
o Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (UPPA) di polres setempat.
o Lembaga Perlindungan Anak/LPA,
o Lembaga Bantuan Hukum/LBH,
o Rumah Perlindungan Trauma Center/RPTC,
o Rumah Perlindungan Sosial Anak/RPSA dan lain-lain
Pendekatan pelayanan kesehatan KtA di Puskesmas dilakukan melalui 3 aspek yaitu
meliputi aspek medis (pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang), medikolegal (Visum et
repertum) dan psikososial (rumah aman). Penatalaksanaan kasus merupakan multidisiplin
dengan melibatkan lembaga pelayanan kesehatan, lembaga perlindungan anak, lembaga
bantuan hukum, aparat penegak hukum dan lembaga sosial lainnya, yang terbentuk dalam
mekanismes kerja jejaring.
Pelayanan kesehatan lebih difokuskan pada upaya promotif dan preventif seperti
penyuluhan mengenai dampak KtA terhadap tumbuh kembang anak baik secara fisik maupun
psikologis di sekolah melalui program UKS dan di tingkat masyarakat memberikan penyuluhan
kepada ibu-ibu PKK dan lain-lain. Selain itu, puskesmas juga memberikan pelayanan kuratif
yaitu penanganan darurat medis, pelayanan rehabilitatif dengan memberikan konseling.
pelayanan rujukan medikolegal dan psikososial.
Program KtA diarahkan untuk menyediakan akses pelayanan kesehatan secara
komprehensif di pelayanan tingkat dasar dan rujukan. Target Puskesmas mampu Tatalaksana
KtA adalah setiap Kab/Kota memiliki minimal 2 puskesmas Mampu tatalaksana KtA. Kriterianya
adalah memiliki tenaga terlatih tatalaksana kasus KtA yaitu dokter atau doker gigi dan perawat
atau bidan dan melakukan pelayanan rujukan kasus KtA.
Upaya peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan melalui penyiapan
fasilitator pusat dan daerah serta tenaga pemberi pelayanan di puskesmas yang dilakukan
dengan menyelenggarakan pelatihan (TOT) secara berjenjang dalam rangka menyediakan
Puskesmas Mampu Tatalaksana KtA dengan menggunakan dana APBN maupun dekon. Selain
itu, pada tahun 2012 2013 telah dilaksanakan penguatan pelayanan rujukan di rumah sakit.
Hasil cakupan Puskesmas Mampu Tatalaksana KtA pada tahun 2013 adalah 1535 puskesmas
(76,26%) yang melampaui target nasional yaitu 60% dan tersebar di 379 Kabupaten/Kota.
Target Puskesmas Mampu Tatalaksana KtA pada tahun 2014 adalah 90%. Saat ini, sudah
tersedia 67 RS Umum/RS Bhayangkara di 28 provinsi yang memiliki PPT/PKT (menjadi Pusat
Pelayanan Terpadu untuk korban KtA) dan 34 RS di 22 provinsi yang melakukan pelayanan KtA
di IGD oleh tenaga kesehatan terlatih.

114

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013

Kekerasan terhadap anak merupakan tindak pidana berat, dalam Pasal 108 KUHAP ayat

(3) menyatakan bahwa setiap pegawai negeri dalam rangka melaksanakan tugasnya yang
mengetahui tentang terjadinya peristiwa yang merupakan tindak pidana wajib segera
melaporkan hal itu kepada penyelidik atau penyidik. Untuk itu, telah dibuat Permenkes nomor
68 tahun 2013 tentang Kewajiban Pemberi layanan Kesehatan untuk memberikan informasi
atas adanya dugaan kekerasan terhadap anak. Diharapkan dengan Permenkes ini, tenaga
kesehatan di lapangan dapat bekerja secara profesional dan aman.
GAMBAR 5.38
PERSENTASE KABUPATEN/KOTA
DENGAN MINIMAL 2 PUSKESMAS MAMPU TATA LAKSANA KTA
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013

Sumber : Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2014

Pada gambar 5.32 di atas dapat diketahui bahwa pada tahun 2013 terdapat 76,26%
kabupaten/kota di Indonesia yang telah memiliki 2 puskesmas mampu laksana KtA. Pada tahun
2013 terdapat 14 provinsi dengan persentase 100%, jumlah ini sama dengan kondisi pada
tahun 2012 yaitu sebanyak 13 provinsi. Provinsi dengan persentase 100% artinya seluruh
kabupaten/kota di provinsi tersebut telah memiliki sedikitnya 2 Puskesmas mampu
Tatalaksana KtA. Provinsi tersebut yaitu Papua Barat, Maluku, Sulawesi Tenggara, Kalimantan
Timur, Kalimantan Selatan, NTB, Bali, Banten, DIY, Jakarta, Sumatera Selatan, Jambi dan
Sulawesi Utara. Sedangkan provinsi yang capaiannya dibawah target (75 %) adalah Papua,
Kalimantan Tengah, Jawa Timur, Maluku Utara, Kepulauan Riau, Bengkulu, Sulawesi barat dan
Kalimantan Barat. Data dan informasi lebih rinci menurut provinsi terkait persentase
kabupaten/kota dengan puskesmas mampu laksana KtA disajikan pada lampiran 5.36.

Kesehatan Keluarga

14. Pelayanan Kesehatan Anak Terlantar dan Anak Jalanan di Panti

115

Upaya kesehatan anak juga dilakukan untuk menjangkau kelompok yang terpinggirkan
yaitu anak terlantar dan anak jalanan. Kelompok umur remaja (usia 14 18 tahun) merupakan
bagian terbesar dari kelompok anak jalanan. Masalah kesehatan yang dihadapi anak jalanan
terkait dengan perilaku hidup bersih dan sehat. Hal ini tidak terlepas dari fakta bahwa kondisi
anak jalanan yang tidak memiliki tempat tinggal yang sehat. Anak jalanan menghabiskan
sebagian besar waktunya di jalanan yang meningkatkan kerentanan mereka terhadap gangguan
kesehatan seperti infeksi saluran pernapasan, diare, kulit dan lain sebagainya.
Anak jalanan secara psikologis memiliki konsep diri negatif, tidak atau kurang percaya
diri, mudah tersinggung, ketergantungan pada orang lain, dan emosi yang tidak stabil. Kondisi
ini menyebabkan mereka mudah terpengaruh orang lain dan cenderung berperilaku antisosial
(berkelahi, mencuri, merampas, menggunakan NAPZA dan menjalankan bisnis NAPZA, dan
perilaku seks bebas). Selain itu, anak dapat mengalami berbagai bentuk kekerasan baik fisik,
psikis dan seksual. Mereka juga dapat mengalami eksploitasi fisik dan seksual terutama oleh
orang dewasa hingga kehilangan nyawa, sehingga timbul masalah kesehatan yang terkait
kesehatan reproduksi seperti Infeksi Menular Seksual (IMS/PMS) dan HIV/AIDS.
Upaya kesehatan bagi anak terlantar dilakukan pada kelompok-kelompok sasaran
seperti di panti/LKSA anak terlantar/anak jalanan, shelter, rumah singgah dan lain-lain. Upaya
kesehatan yang dilakukan mencakup aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif melalui
pelayanan kesehatan. Tenaga kesehatan yang bertugas di puskesmas bekerjasama dengan
unsur dari sektor terkait dan LSM memberikan pelayanan kesehatan bagi anak terlantar dan
anak jalanan.
Puskesmas melakukan pembinaan kesehatan bagi bayi, balita, anak usia sekolah dan
remaja di panti (LKSA) adalah puskesmas yang melakukan pelayanan kesehatan terhadap anak
dipanti/LKSA serta diberikan berdasarkan paket-paket pelayanan yang disesuaikan dengan
kelompok usia anak yang meliputi: Pelayanan kesehatan bayi, pelayanan kesehatan anak balita
dan pelayanan kesehatan anak usia sekolah dan remaja. Kegiatan yang dilakukan meliputi
pengobatan, pelayanan imunisasi, pelayanan gizi, promosi kesehatan, penyehatan lingkungan,
pengendalian penyakit, kesehatan jiwa dan pemeriksaan serta pemeliharaan kebersihan diri.
Pada tahun 2013 terdapat 1.751 puskesmas yang memiliki panti anak terlantar di
wilayah kerjanya. Dari seluruh puskesmas yang memiliki panti anak terlantar, terdapat 1.270
(72,53%) puskesmas yang telah melakukan pembinaan. Angka ini meningkat dari tahun 2012
yakni sebesar 1.003 (57,28%) puskesmas yang memiliki panti anak terlantar. Saat ini sasaran
panti yang dibina oleh 1751 puskesmas yang berada di 33 provinsi berjumlah 3348 panti.
Target pembinaan kesehatan Anak di Panti/LKSA yaitu 33 provinsi dimana setiap puskesmas
membina Panti/LKSA yang berada di wilayah kerjanya dan melakukan pelayanan rujukan di
Rumah Sakit. Upaya peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan yang dilakukan pada
tahun 2013 yaitu, pembinaan kesehatan anak di Panti/LKSA, Pertemuan Koordinasi Yankes
perlindungan Anak LP/LS Tingkat Pusat di Jakarta dan Forum Teknis Perlindungan Kesehatan
Anak. Tahun 2014 akan diadakan Konsolidasi Program Yankes anak di Panti yang melibatkan
LP/LS, Organisasi Profesi dan LSM. Data dan informasi berdasarkan provinsi terkait puskesmas
yang melakukan pembinaan di Panti Anak Terlantar dapat dilihat pada lampiran 5.38.

15. Pelayanan Kesehatan Anak Dengan Disabilitas (ADD)


Anak dengan disabilitas merupakan bagian dari anak Indonesia yang perlu mendapat
perhatian dan perlindungan oleh pemerintah, masyarakat dan keluarga sesuai dengan amanat
dari Undang undang Nomor 23 Tahun 2001 tentang Perlindungan Anak.

116

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013

Upaya perlindungan bagi anak dengan disabilitas


ainnya
yaitu upaya pemenuhan kebutuhan dasar anak, agar
uh dan
berkembang secara optimal serta berpartisipasi sesuai
miliki.
Kebutuhan dasar anak tersebut meliputi asah, asih dan
melalui
upaya di bidang kesehatan maupun pendidikan dan sosial.

adalah sama dengan anak l


mereka dapat hidup, tumb
dengan kemampuan yang di
asuh yang dapat diperoleh

Sebagai salah satu negara yang melakukan ratifikasi terhadap konvensi ha


k-hak
penyandang disabilitas (Convention on the Rights of Persons with Disabilities/ CRPD) melal
ui UU
nomor 19 tahun 2011, Indonesia memiliki kewajiban untuk agar isi Konvensi agar sepenuh
nya
dapat dilakukan di Indonesia. Prinsip umum konvensi adalah meningkatkan pemenuhan
hakhak penyandang disabilitas termasuk dalam hal aksesibilitas terhadap pelayanan kese
hatan.
Terkait anak dengan disabilitas pemerintah melalui Kementerian Kesehatan telah melak
ukan
upaya diantaranya deteksi dini, stimulasi dan intervensi tumbuh kembang anak, s
krining
hipotiroid kongenital dan melibatkan anak dengan disabilitas untuk menjadi kader kesehat
an di
SLB melalui UKS.
Program ADD merupakan salah satu program yang harus dilaporkan bersama den
gan
program kesehatan bagi penyandang disabilitas oleh Kementerian Kesehatan
melalui
Kementerian Luar Negeri di tingkat internasional setiap 4 tahun, mengingat Indonesia telah
ikut
meratifikasi Konvensi Hak-hak Penyandang Disabilitas (Conventinon of The Right of People
with
Disability).
Pengembangan program yang dilakukan bagi ADD melalui dua pendekatan
yaitu
melalui program UKS di SLB dan melalui pembinaan kesehatan ADD di tingkat kel
uarga.
Program pembinaan ADD di SLB melalui UKS.
Pembinaan kesehatan ADD di tingkat keluarga dikembangkan, mengingat seb
agian
besar ADD berada di masyarakat sehingga perlu untuk meningkatkan kesadaran masya
rakat
(community awareness) tentang hak-hak anak dengan disabilitas dan upaya pember
dayaan
masyarakat/keluarga/orangtua, agar dapat melakukan pengasuhan yang benar a
pabila
memiliki Anak dengan Disabilitas.
Diharapkan program ini dapat menumbuhkan kemandirian orangtua/keluarga unt
uk
mampu membimbing dan melatih anak tentang aktivitas hidup sehari-hari seperti
toilet
training, kebersihan diri termasuk menyikat gigi sendiri, memperhatikan tumbuh kem
bang

a
a
d
n
a
m
m
b
r
a
a
u
a
g
i
a
g
m
m
d
,
m
n
e
a
t
n
a
t
n
a
p
n
a
t
d
n
u
a

a pencegahannya serta memberikan latihan sederhana bagi anak agar dapat menca
pai
kemampuan optimal sesuai potensi yang dimiliki.
Target pembinaan SLB oleh puskesmas adalah puskesmas yang melakukan 1 (satu)
atau
lebih pelayanan kesehatan melalui UKS di SLB, antara lain penyuluhan tentang kesehatan
anak,
penyuluhan tentang kesehatan lingkungan, penjaringan kesehatan, pemberantasan
sarang
nyamuk, imunisasi, pengobatan, dan lain - lain.
Tahun 2013 capaian Rencana Aksi Nasional Hak Azasi Manusia (RAN HAM) un
tuk
pembinaan kesehatan anak di SLB sudah dilakukan di 22 Provinsi (DKI Jakarta, Jawa Barat,
Jawa
Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur, Sumatera B
arat,
Lampung, Riau, Kalsel, Banten, Sumatera Selatan, NTB, Sulawesi Utara, Sumatera
Utara,
Gorontalo, Kalimantan Barat, Jambi, Kepulauan Bangka Belitung, Kepulauan Riau) ca
paian
100%. Sejalan dengan sasaran provinsi yang melaksanakan program UKS dengan mengac
u pada
buku Pedoman Pembinaan Kesehatan Anak di SLB bagi petugas kesehatan. Kegiatan yang
sudah
dilakukan di tahun 2013 yaitu, Revisi Modul RBM untuk yankes anak penyandang caca
t dan
pertemuan koordinasi yankes anak penyandang cacat di SLB (Tipe A dan Tipe B).

Kesehatan Keluarga

117

Sedangkan tahun 2014 target pembinaan pelayanan kesehatan oleh puskesmas melalui

UKS di SLB dilaksanakan di 27 propinsi yaitu 22 prov di tahun 2013 ditambah 5 provinsi
pengembangan baru yaitu, NTT, Aceh, Bengkulu, Sulawesi Tengah, dan Maluku Utara.

16. Pelayanan Kesehatan Anak yang Berhadapan Hukum (ABH)


Data tentang ABH setiap tahun diperkirakan sekitar 5000-7000 anak yang berhadapan
dengan hukum terdapat di Lapas/Rutan anak maupun dewasa. ABH di Lapas/Rutan mayoritas
adalah anak usia remaja (12-18 tahun) dengan berbagai masalah kesehatan baik pada yang
didapat dari anak maupun akibat pengaruh dampak lingkungan baik fisik maupun psikis. Alasan
utama yang menyebabkan anak terpaksa menjalani hukuman pidana di Lapas, yaitu: terkait 1)
kasus narkoba (NAPZA), 2) perbuatan asusila (pencabulan, perkosaan), 3) dan masalah
kriminal lainnya (pencurian, pembunuhan). ABH dengan kasus asusila dan narkoba sangat erat
terkait dengan masalah kesehatan reproduksi remaja; hal ini berdampak pada gangguan fisik
maupun psikologis. Hasil pemantauan program perlindungan kesehatan anak pada tahun 2011
2012 ditemukan sebagai penyebab tertinggi kekerasan
seksual
pada anak
didik
pemasyarakatan (andikpas) berada di Lapas Anak Kota Kupang NTT (100%), Lapas anak
Gianyar Bali (70%) dan Lapas Sulawesi Selatan (50%).

Sementara itu, gambaran masalah kesehatan pada ABH, pada umumnya meliputi:
Infeksi kulit, seperti scabies,
Infeksi Saluran Pernafasan: ISPA, TB,
Masalah kesehatan reproduksi remaja: Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk
HIV & AIDS,
Masalah narkoba: NAPZA termasuk rokok
Kondisi sanitasi lingkungan Lapas masih kurang

Kebijakan dan strategi dalam program kesehatan bagi ABH dikembangkan sesuai
dengan indikator pada Inpres No 3 Tahun 2010-2011 dilanjutkan pada tahun 2012 2014
sebagai RAN HAM, yaitu: pembinaan kesehatan bagi ABH di Lapas/Rutan dan rujukan di Rumah
Sakit. Kegiatan yang dilakukan meliputi penyuluhan PHBS, penyuluhan tentang kesehatan anak,
penyuluhan tentang kesehatan lingkungan, penjaringan kesehatan, pemberantasan sarang
nyamuk, imunisasi, pengobatan, dan lain lain.
Target program puskesmas membina lapas adalah puskesmas yang melakukan 1 (satu)
atau lebih pelayanan kesehatan di lapas. Tahun 2013 capaian RAN HAM untuk pembinaan
kesehatan di Lapas/Rutan sudah dilaksanakan di 25 provinsi yaitu 96%. Sedangkan tahun 2014
target pembinaan pelayanan kesehatan oleh puskesmas terhadap ABH dilaksanakan di 29
propinsi yaitu 25 prov di tahun 2013 ditambah 4 provinsi pengembangan baru yaitu
Kalimantan Timur, DI Yogyakarta, Gorontalo dan Maluku Utara.

C. STATUS GIZI
1. Status Gizi Balita
Setiap tahun lebih dari sepertiga kematian anak di dunia berkaitan dengan masalah
kurang gizi, yang dapat melemahkan daya tahan tubuh terhadap penyakit. Ibu yang mengalami
kekurangan gizi pada saat hamil, atau anaknya mengalami kekurangan gizi pada usia 2 tahun
pertama, pertumbuhan serta perkembangan fisik dan mentalnya akan lambat.
Salah satu indikator kesehatan yang dinilai pencapaiannya dalam MDGs adalah status
gizi balita. Status gizi anak balita diukur berdasarkan umur, berat badan (BB) dan tinggi badan

118

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013

(TB). Variabel umur, BB dan TB ini disajikan dalam bentuk tiga indikator antropometri, yaitu :

berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan
menurut tinggi badan (BB/TB). Indikator status gizi berdasarkan indeks BB/U memberikan
indikasi masalah gizi secara umum. Indikator ini tidak memberikan indikasi tentang masalah
gizi yang sifatnya kronis ataupun akut karena berat badan berkorelasi positif dengan umur dan
tinggi badan. Dengan kata lain, berat badan yang rendah dapat disebabkan karena pendek
(masalah gizi kronis) atau sedang menderita diare atau penyakit infeksi lain (masalah gizi akut).
Menurut Riskesdas, pada tahun 2013, terdapat 19,6% balita kekurangan gizi yang
terdiri dari 5,7% balita dengan gizi buruk dan 13,9% berstatus gizi kurang. Sebesar 4,5% balita
dengan gizi lebih. Jika dibandingkan dengan angka prevalensi nasional tahun 2007 (18,4 %) dan
tahun 2010 (17,9 %), prevalensi kekurangan gizi pada balita tahun 2013 terlihat meningkat.
Balita kekurangan gizi tahun 2010 terdiri dari 13,0% balita berstatus gizi kurang dan 4,9%
berstatus gizi buruk. Perubahan terutama pada prevalensi gizi buruk yaitu dari 5,4% tahun
2007, 4,9% pada tahun 2010, dan 5,7% tahun 2013. Untuk mencapai sasaran MDG tahun 2015
yaitu 15,5% maka prevalensi gizi buruk-kurang secara nasional harus diturunkan sebesar 4.1 %
dalam periode 2013 sampai 2015.
Gambaran kekurangan gizi balita pada tahun 2013 terdapat pada gambar berikut ini.
GAMBAR 5.39
PERSENTASE BALITA KEKURANGAN GIZI
BERDASARKAN BERAT BADAN MENURUT UMUR BB/U
MENURUT PROVINSI, RISKESDAS TAHUN 2013

Sumber: Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas, 2013

Diantara 33 provinsi di Indonesia, 19 provinsi memiliki prevalensi balita kekurang


an
gizi di atas angka prevalensi nasional yaitu berkisar antara 19,7% sampai dengan 33,1 pe
rsen.
Atas dasar sasaran MDG 2015, terdapat tiga provinsi yang memiliki prevalensi
balita
119
kekurangan gizi sudah mencapai sasaran yaitu: (1) Bali (13,2%), (2) DKI Jakarta (14,0%),
(3)

Kesehatan Keluarga

Kepulauan Bangka Belitung (15,1%). Masalah kesehatan masyarakat dianggap serius bila
prevalensi kekurangan gizi pada balita antara 20,0-29,0%, dan dianggap prevalensi sangat
tinggi bila 30 persen (WHO, 2010). Pada tahun 2013, secara nasional prevalensi kekurangan
gizi pada anak balita sebesar 19,6%, yang berarti masalah kekurangan gizi pada balita di
Indonesia masih merupakan masalah kesehatan masyarakat mendekati prevalensi tinggi.
Diantara 33 provinsi, terdapat dua provinsi termasuk kategori prevalensi sangat tinggi, yaitu
Papua Barat dan Nusa Tenggara Timur (33,0%).
Indikator gizi yang lain yaitu tinggi badan menurut umur (TB/U) memberikan indikasi
masalah gizi yang sifatnya kronis sebagai akibat dari keadaan yang berlangsung lama. Misalnya:
kemiskinan, perilaku hidup tidak sehat, dan pola asuh/pemberian makan yang kurang baik dari
sejak anak dilahirkan yang mengakibatkan anak menjadi pendek. Indikator status gizi
berdasarkan indeks BB/TB memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnya akut sebagai akibat
dari peristiwa yang terjadi dalam waktu yang tidak lama (singkat). Misalnya: terjadi wabah
penyakit dan kekurangan makan (kelaparan) yang mengakibatkan anak menjadi kurus.
Indikator BB/TB dan IMT/U dapat digunakan untuk identifikasi kurus dan gemuk. Masalah
kurus dan gemuk pada umur dini dapat berakibat pada risiko berbagai penyakit degeneratif
pada saat dewasa.
Pada tahun 2013 terdapat 37,2% balita dengan tinggi badan di bawah normal yang
terdiri dari 18,0% balita sangat pendek dan 19,2% balita pendek. Dibandingkan tahun 2010,
terjadi peningkatan persentase balita pendek dan sangat pendek pada tahun 2013 dari 35,6%
menjadi 37,2%. Pada tahun 2013 prevalensi sangat pendek menunjukkan penurunan, dari 18,8
% tahun 2007 dan 18,5% tahun 2010. Prevalensi pendek meningkat dari 18,0% pada tahun
2007 menjadi 19,2% pada tahun 2013. Gambaran balita dengan tinggi badan di bawah normal
pada tahun 2013 terdapat pada gambar berikut.
GAMBAR 5.40
PERSENTASE BALITA DENGAN TINGGI BADAN DI BAWAH NORMAL
BERDASARKAN TINGGI BADAN MENURUT UMUR TB/U
MENURUT PROVINSI, RISKESDAS, TAHUN 2013

Sumber: Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas, 2013

120

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013

Menurut provinsi, prevalensi balita pendek terendah terjadi di Kepulauan Riau (26,3%),
DI Yogyakarta (27,3%), dan DKI Jakarta (27,5%). Sedangkan provinsi dengan prevalensi balita
pendek tertinggi terjadi di Nusa Tenggara Timur (51,7%), Sulawesi Barat (48,0%). Dan Nusa
Tenggara Barat (45,2%).
Masalah kesehatan masyarakat dianggap berat bila prevalensi pendek sebesar 30 39
% dan serius bila prevalensi pendek 40% (WHO 2010). Sebanyak 13 provinsi termasuk
kategori berat, dan sebanyak 15 provinsi termasuk kategori serius. Ke 15 provinsi tersebut
adalah: Papua (40,1%), Maluku (40,6%), Sulawesi Selatan (40,9%), Sulawesi Tengah (41,0%),
Maluku Utara (41,1%), Kalimantan Tengah (41,3%), Aceh (41,5%), Sumatera Utara (42,5%),
Sulawesi Tenggara (42,6%), Lampung (42,6%), Kalimantan Selatan (44,2%), Papua Barat
(44,7%), Nusa Tenggara Barat (45,2%), Sulawesi Barat (48,0%). dan Nusa Tenggara Timur
(51,7%).
Indikator antropometri lain untuk menilai status gizi balita yaitu berat badan menurut
tinggi badan (BB/TB). Pada tahun 2013 terdapat 12,1% balita wasting (kurus) yang terdiri dari
6,8% balita kurus dan 5,3% sangat kurus. Gambaran balita kurus dengan berat badan menurut
tinggi badan (BB/TB) pada tahun 2013 terdapat pada gambar berikut.
GAMBAR 5.41
PERSENTASE BALITA KURUS BERDASARKAN BERAT BADAN MENURUT TINGGI BADAN (BB/TB)
MENURUT PROVINSI, RISKESDAS TAHUN 2013

Sumber: Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas, 2013

Angka ini menurun dibandingkan tahun 2010 dengan persentase 13,3%. Preva
lensi
sangat kurus secara nasional tahun 2013 masih cukup tinggi yaitu 5,3 %, terdapat penur
unan
dibandingkan tahun 2010 (6,0 %) dan tahun 2007 (6,2%). Demikian pula halnya d
engan
prevalensi kurus sebesar 6,8 persen juga menunjukkan adanya penurunan dari 7,3
persen
(tahun 2010) dan 7,4 % (tahun 2007).
Terdapat 17 provinsi dimana prevalensi balita kurus diatas angka nasional, de
ngan

urutan dari prevalensi tertinggi, adalah: Kalimantan Barat, Maluku, Aceh, Riau, Nusa Teng
gara

Kesehatan Keluarga

121

Timur, Papua Barat, Sumatera Utara, Bengkulu, Papua, Banten, Jambi, Kalimantan Selatan,
Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah, Kepulauan Riau dan Maluku Utara.
Masalah kesehatan masyarakat sudah dianggap serius bila prevalensi kurus antara 10,0
14,0%, dan dianggap kritis bila 15,0 persen (WHO 2010). Pada tahun 2013, secara nasional
prevalensi kurus pada anak balita masih 12,1 persen, yang artinya masalah kurus di Indonesia
masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius. Diantara 33 provinsi, terdapat 23
provinsi yang masuk kategori serius, dan 6 provinsi termasuk kategori kritis, yaitu Kalimantan
Barat, Maluku, Aceh dan Riau

2. Status Gizi Penduduk Dewasa


Gambaran status gizi pada kelompok umur dewasa >18 tahun dapat diketahui melalui
prevalensi gizi berdasarkan indikator Indeks Massa Tubuh (IMT). Status gizi pada kelompok
dewasa berusia 18 tahun didominasi dengan masalah obesitas, walaupun masalah kurus juga
masih cukup tinggi. Hasil Riskesdas 2013 menunjukkan bahwa prevalensi obesitas pada
kelompok umur dewasa sebanyak 14,76% dan berat badan lebih sebesar 11,48%. Dengan
demikian prevalensi kelompok dewasa kelebihan berat badan sebesar 26,23%. Sedangkan
prevalensi penduduk dewasa kurus 11,09%.
Prevalensi penduduk laki-laki dewasa obesitas pada tahun 2013 sebanyak 19,7%, lebih
tinggi dari tahun 2007. Pada tahun 2013, prevalensi obesitas perempuan dewasa 32,9%, naik
18,1% dari tahun 2007 (13,9%) dan 17,5% dari tahun 2010 (15,5%). Pada semua kelompok
umur penduduk dewasa, kelebihan berat badan lebih tinggi pada perempuan dibandingkan lakilaki. Rata-rata prevalensi kelebihan berat badan relatif tinggi terdapat pada usia 35-59 tahun
pada laki-laki maupun perempuan. Pada usia tersebut, sekitar sepertiganya mengalami
kelebihan berat badan di kelompok perempuan dan sekitar seperlimanya di kelompok laki-laki.
GAMBAR 5.42
PERSENTASE KELEBIHAN BERAT BADAN PADA PENDUDUK DEWASA
BERDASARKAN KATEGORI INDEKS MASA TUBUH
MENURUT PROVINSI, RISKESDAS, TAHUN 2013

Sumber: Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas, 2013

122

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013

Menurut laporan Riskesdas tahun 2013 provinsi dengan prevalensi kelebihan berat
badan pada penduduk >18 tahun terendah yaitu Nusa Tenggara Timur (12,95%), Lampung
(18,52%), Nusa Tenggara Barat (19,47%). Provinsi dengan prevalensi kelebihan berat badan
tertinggi yaitu Sulawesi Utara (40,54%), Kalimantan Timur (35,38%), dan DKI Jakarta
(34,67%).
Prevalensi penduduk kurus terendah di Provinsi Sulawesi Utara (5,6%) dan tertinggi di
Nusa Tenggara Timur (19,5%). Dua belas provinsi dengan prevalensi penduduk dewasa kurus
diatas prevalensi nasional, yaitu Kalimantan Tengah, Sulawesi Barat, Sumatera Barat, Jawa
Timur, Maluku, Jawa Tengah, Banten, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan
Selatan, DI Yogyakarta dan Nusa Tenggara Timur. Prevalensi penduduk obesitas terendah di
provinsi Nusa Tenggara Timur (6,2%) dan tertinggi di Sulawesi Utara (24,0%). Enam belas
provinsi dengan prevalensi diatas nasional, yaitu Jawa Barat, Bali, Papua, DI Yogyakarta, Aceh,
Sulawesi Tengah, Jawa Timur, Bangka Belitung, Sumatera Utara, Papua Barat, Kepulauan Riau,
Maluku Utara, Kalimantan Timur, DKI Jakarta, Gorontalo dan Sulawesi Utara.
Berdasarkan karakteristik, masalah obesitas cenderung lebih tinggi pada penduduk
yang tinggal di perkotaan, berpendidikan lebih tinggi dan pada kelompok status ekonomi yang
tertinggi. Rincian status gizi pada balita dan dewasa menurut provinsi dapat dilihat pada
lampiran 5.42 sampai lampiran 5.46.
***

Kesehatan Keluarga

123

Pelatihan SIKDA Generik

124

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013

PENGENDALIAN PENYAKIT
DAN KESEHATAN LINGKUNGAN
Bab 6 berisi pengendalian penyakit dan kesehatan lingkungan. Data mengenai
pengendalian penyakit terdiri atas penyakit menular dan penyakit tidak menular. Penyakit
menular meliputi penyakit menular langsung dan penyakit yang ditularkan melalui binatang.
Situasi penyakit, baik kesakitan maupun kematian, merupakan indikator dalam menilai derajat
kesehatan suatu masyarakat.

A. PENGENDALIAN PENYAKIT
Selain membahas pengendalian penyakit yang menjadi prioritas pembangunan
kesehatan nasional, pada subbab ini juga dibahas pengendalian penyakit di daerah tropis yang
salah satunya disebabkan oleh nyamuk, juga neglected disease seperti filariasis.

1. Penyakit Menular
a. Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri
Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini menyebar melalui droplet orang yang telah terinfeksi
basil tuberkulosis.
Beban penyakit yang disebabkan oleh tuberkulosis dapat diukur dengan case notification rate
(CNR) dan prevalensi (didefinisikan sebagai jumlah kasus tuberkulosis pada suatu titik waktu
tertentu) dan mortalitas/kematian (didefinisikan sebagai jumlah kematian akibat tuberkulosis dalam
jangka waktu tertentu).
i. Kasus Baru BTA Positif
Pada tahun 2013 ditemukan jumlah kasus baru BTA positif (BTA+) sebanyak 196.310
kasus, menurun bila dibandingkan kasus baru BTA+ yang ditemukan tahun 2012 yang sebesar
202.301 kasus. Jumlah kasus tertinggi yang dilaporkan terdapat di provinsi dengan jumlah
penduduk yang besar yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Kasus baru BTA+ di tiga
provinsi tersebut hampir sebesar 40% dari jumlah seluruh kasus baru di Indonesia.
Menurut jenis kelamin, kasus BTA+ pada laki-laki lebih tinggi daripada perempuan yaitu
hampir 1,5 kali dibandingkan kasus BTA+ pada perempuan. Pada masing-masing provinsi di
seluruh Indonesia kasus BTA+ lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan.
Disparitas paling tinggi antara laki-laki dan perempuan terjadi di Sumatera Utara, kasus pada
laki-laki dua kali lipat dari kasus pada perempuan.
Menurut kelompok umur, kasus baru yang ditemukan paling banyak pada kelompok
umur 25-34 tahun yaitu sebesar 21,40% diikuti kelompok umur 35-44 tahun sebesar 19,41%
dan pada kelompok umur 45-54 tahun sebesar 19,39%. Proporsi kasus baru BTA+ menurut
kelompok umur dapat dilihat pada Gambar 6.1 berikut ini.

Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan

127

GAMBAR 6.1
PROPORSI KASUS BARU BTA+ MENURUT KELOMPOK UMUR
TAHUN 2013

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2014

Kasus baru BTA+ pada kelompok umur 0-14 tahun merupakan proporsi yang paling
rendah. Dari Gambar 6.1 terlihat bahwa kasus tuberkulosis rata-rata terjadi pada orang dewasa.
ii. Proporsi pasien baru BTA positif di antara semua kasus Tb
Proporsi pasien baru BTA positif di antara semua kasus Tb menggambarkan prioritas
penemuan pasien Tb yang menular di antara seluruh pasien Tb paru yang diobati. Angka ini
diharapkan tidak lebih rendah dari 65%. Apabila proporsi pasien baru BTA+ di bawah 65%
maka hal itu menunjukkan mutu diagnosis yang rendah dan kurang memberikan prioritas
untuk menemukan pasien yang menular (pasien BTA+).
GAMBAR 6.2
PROPORSI BTA+ DI ANTARA SELURUH KASUS TB PARU
DI INDONESIA TAHUN 2008-2013

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2014

128

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013

Gambar 6.2 memperlihatkan bahwa sampai dengan tahun 2013 proporsi pasien baru
BTA+ di antara seluruh kasus belum mencapai target yang diharapkan meskipun tidak terlalu
jauh berada di bawah target minimal yang sebesar 65%. Hal itu mengindikasikan kurangnya
prioritas menemukan kasus BTA+. Namun, sebanyak 18 provinsi (54,55%) provinsi telah
mencapai target tersebut. Papua Barat, DKI Jakarta, dan Papua merupakan provinsi dengan
proporsi pasien baru BTA+ di antara seluruh kasus yang terendah yaitu masih di bawah 40%.
GAMBAR 6.3
PROPORSI BTA+ DI ANTARA SELURUH KASUS TB PARU
MENURUT PROVINSITAHUN 2013
INDONESIA

60

Sulawesi Tenggara
Sulawesi Utara
Jambi
Gorontalo
Sulawesi Barat
Kalimantan Barat
Aceh
Sumatera Utara
Lampung
Sulawesi Tengah
Bengkulu
Sulawesi Selatan
Nusa Tenggara Timur
Sumatera Barat
Maluku Utara
Kalimantan Selatan
Sumatera Selatan
Riau
Nusa Tenggara Barat
Kep. Bangka Belitung
Kalimantan Timur
Banten
Kalimantan Tengah
Maluku
Jawa Timur
Jawa Barat
Jawa Tengah
Bali
DI Yogyakarta
Kepulauan Riau
Papua
DKI Jakarta
Papua Barat

9 9 95

38
36
35

10

20

30

40

5
4 1
9
44 48

50
(%)

58
58
57
57
56
54

77
77
75
75
73
72
70
68
67
67
67
65
63

0
2
83 89
82 88

target
minimal 65%

60

70

80

90

100

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2014

iii. Angka notifikasi kasus atau case notification rate (CNR)


Angka notifikasi kasus adalah angka yang menunjukkan jumlah pasien baru yang
ditemukan dan tercatat diantara 100.000 penduduk di suatu wilayah tertentu. Angka ini apabila
dikumpulkan serial akan menggambarkan kecenderungan penemuan kasus dari tahun ke tahun
di wilayah tersebut. Angka ini berguna untuk menunjukkan kecenderungan (trend) meningkat
atau menurunnya penemuan pasien pada wilayah tersebut.
Gambar 6.4 menunjukkan angka notifikasi kasus baru Tb paru BTA+ dan angka
notifikasi seluruh kasus Tb per 100.000 penduduk dari tahun 2008-2013. Angka notifikasi
kasus BTA+ pada tahun 2013 di Indonesia sebesar 81,0 per 100.000 penduduk.

Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan

129

GAMBAR 6.4
ANGKA NOTIFIKASI KASUS BTA+ DAN SELURUH KASUS
PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2008-2013

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2014

Gambar 6.5 berikut memperlihatkan besarnya angka notifikasi atau CNR BTA+ menurut
provinsi tahun 2013.
GAMBAR 6.5
ANGKA NOTIFIKASI KASUS TB PARU BTA+
PER 100.000 PENDUDUK MENURUT PROVINSI TAHUN 2013

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2014

130

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013

Provinsi dengan CNR BTA+ terendah yaitu DI Yogyakarta (35,2), Bali (40,1), dan Jawa
Tengah (60,6). Sedangkan provinsi yang tertinggi yaitu Sulawesi Utara (224,2), Sulawesi
Tenggara (183,9), dan Gorontalo (177,3).
iv. Angka Keberhasilan Pengobatan
Salah satu upaya untuk mengendalikan TB yaitu dengan pengobatan. Indikator yang
digunakan sebagai evaluasi pengobatan yaitu angka keberhasilan pengobatan (success rate). Angka
keberhasilan pengobatan ini dibentuk dari angka kesembuhan dan angka pengobatan lengkap.
Berikut ini digambarkan angka kesembuhan dan keberhasilan pengobatan tahun 2008-2013.
GAMBAR 6.6
ANGKA KESEMBUHAN DAN KEBERHASILAN PENGOBATAN TB BTA+
DI INDONESIA TAHUN 2008-2013
100

91,0

91,0

91,2

90,3

90,2

90,5

81,5

82,9

83,9

83,7

83,7

82,8

90
80
70
60
%

50
40
30
20

Angka keberhasilan pengobatan


Angka kesembuhan

10
0
2008

2009

2010

2011

2012

2013

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2014

Pada Gambar 6.6 terlihat perkembangan angka keberhasilan pengobatan tahun 20082013.
Pada tahun 2013 angka keberhasilan pengobatan sebesar 90,5%. WHO menetapkan standar
angka
keberhasilan pengobatan sebesar 85%. Dengan demikian pada tahun 2013, Indonesi
a telah
mencapai standar tersebut.
Sementara Kementerian Kesehatan menetapkan target Renstra minimal 87% untuk a
ngka
keberhasilan pengobatan pada tahun 2013. Berdasarkan hal tersebut, capaian angka keber
hasilan
pengobatan tahun 2013 yang sebesar 90,5% juga telah memenuhi target Renstra.
Informasi mengenai Tuberkulosis menurut provinsi secara rinci dapat dilihat pada Lam
piran
6.1-6.5.
v. Prevalensi tuberkulosis
Menurut hasil Riskesdas 2013, prevalensi Tb berdasarkan diagnosis sebesar 0,4% d
ari
jumlah penduduk. Dengan kata lain, rata-rata tiap 100.000 penduduk Indonesia terdapat
400
orang yang didiagnosis kasus Tb oleh tenaga kesehatan. Penyakit Tb paru ditanyaka
n pada

responden untuk kurun waktu 1 tahun berdasarkan diagnosis yang ditegakkan oleh te
naga
kesehatan melalui pemeriksaan dahak, foto toraks atau keduanya. Hasil Riskesdas
2013
tersebut tidak berbeda dengan Riskesdas 2007 yang menghasilkan angka prevalensi TB
paru
0,4%.

Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan

Karakteristik

Diagnosis
minggu

Batuk darah

131

Prevalensi Tb paru berdasarkan gejala batuk 2 minggu secara nasional sebesar 3,9%
dan prevalensi TB paru berdasarkan gejala batuk darah sebesar 2,8%.
Provinsi dengan prevalensi Tb paru berdasarkan diagnosis tertinggi yaitu Jawa Barat
sebesar 0,7%, DKI Jakarta dan Papua masing-masing sebesar 0,6%. Sedangkan Provinsi Riau,
Lampung, dan Bali merupakan provinsi dengan prevalensi Tb paru berdasarkan diagnosis
terendah yaitu masing-masing sebesar 0,1%.
Berdasarkan karakteristik, semakin tinggi kelompok umur semakin tinggi pula
prevalensi Tb paru (diagnosis), kecuali untuk kelompok umur 1-4 tahun dengan prevalensi
yang cukup tinggi (0,4%). Sebaliknya berdasarkan tingkat pendidikan, semakin tinggi tingkat
pendidikan maka semakin rendah prevalensi TB paru (diagnosis).
Tabel berikut ini memperlihatkan angka prevalensi TB paru berdasarkan diagnosis dan
gejala menurut karakteristik umur, jenis kelamin, pendidikan, dan tempat tinggal.
TABEL 6.1
PREVALENSI TB PARU BERDASARKAN DIAGNOSIS DAN GEJALA TB PARU MENURUT KARAKTERISTIK,
RISKESDAS 2013

TB paru (%)

Gejala TB paru (%)


Batuk 2

Kelompok umur (tahun)


<1
14
5 14
15 24
25 34

0,2
0,4
0,3
0,3
0,3

0,3
0,5
0,6
0,8
0,7

3,6
3,3
3,4
3,7
4,5
5,6
6,6
7,0
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Pendidikan
Tidak sekolah
Tidak tamat SD/MI
Tamat SD/MI
Tamat SMP/MTs
Tamat SMA/MA
Tamat D1-D3/PT
Tempat tinggal
Perkotaan
Perdesaan
Jumlah

1,3
1,5
2,2
3,0
2,9
3,4
3,4
3,7

0,4
0,3

4,2
3,7

3,1
2,6

0,5
0,4
0,4
0,3
0,3
0,2

5,6
4,5
4,1
3,5
3,2
2,9

3,6
3,0
3,7
2,7
2,3
2,6

0,4
0,3

3,6
4,3

2,3
3,3

0,4

3,9

2,8

Prevalensi TB paru pada laki-laki sebesar 0,4%, lebih tinggi dibandingkan dengan
perempuan yang sebesar 0,3%. Prevalensi TB paru pada penduduk di perkotaan sebesar 0,4%,
lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk di perdesaan yang sebesar 0,3%.

132

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013

b. HIV & AIDS


HIV/AIDS merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human
Immunodeficiency
Virus yang
menyerang
sistem kekebalan tubuh.
Infeksi
tersebut
menyebabkan penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh sehingga sangat mudah untuk
terinfeksi berbagai macam penyakit lain.
Sebelum memasuki fase AIDS, penderita terlebih dulu dinyatakan sebagai HIV positif. Jumlah
HIV positif yang ada di masyarakat dapat diketahui melalui 3 metode, yaitu pada layanan Voluntary,
Counseling, and Testing(VCT), sero survey, dan Survei Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP).
i. Jumlah kasus HIV positif dan AIDS
Setelah tiga tahun berturut-turut (2010-2012) cukup stabil, perkembangan jumlah kasus
baru HIV positif pada tahun 2013 kembali mengalami peningkatan secara signifikan, dengan
kenaikan mencapai 35% dibanding tahun 2012. Perkembangan HIV positif sampai tahun 2013
disajikan pada Gambar 6.7 berikut ini.
GAMBAR 6.7
JUMLAH KASUS BARU HIV POSITIF
DI INDONESIA SAMPAI TAHUN 2013

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2014

Pemetaan epidemi HIV di Indonesia dibagi menjadi lima kategori, yaitu <90 kasus, 90206 kasus, 207-323 kasus, 324-440 kasus, dan >440 kasus. Gambar 6.8 berikut
i
memperlihatkan distribusi HIV di Indonesia.

Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan

133

GAMBAR 6.8
PETA EPIDEMI HIV DI INDONESIA
TAHUN 2012

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2014

Pada gambar 6.8, terlihat bahwa lebih dari dua per lima provinsi (14 provinsi) di
Indonesia memiliki jumlah kasus HIV > 440, meliputi seluruh provinsi di Pulau Papua dan Pulau
Jawa Bali serta beberapa provinsi di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Jumlah kasus HIV
pada kelompok tersebut menyumbang hampir 90% dari seluruh jumlah kasus HIV di Indonesia.
Provinsi dengan jumlah HIV tertinggi yaitu DKI Jakarta, Papua, dan Jawa Timur.

in

Sebanyak 6 provinsi memiliki jumlah kasus HIV kurang dari 90 kasus. Bahkan Sulawesi
Barat tidak dilaporkan adanya kasus baru HIV positif pada tahun 2013.
Gambar berikut ini menampilkan kasus baru dan kumulatif penderita AIDS yang terjadi
sampai dengan tahun 2013.
GAMBAR 6.9
JUMLAH KASUS BARU DAN KUMULATIF PENDERITA AIDS
YANG TERDETEKSI DARI BERBAGAI SARANA KESEHATAN
DI INDONESIA SAMPAI TAHUN 2013

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2014

134

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013

Pada gambar di atas terlihat adanya kecenderungan peningkatan penemuan kasus baru
sampai tahun 2012. Namun pada tahun 2013 terjadi penurunan kasus baru AIDS menjadi
sebesar 5.608 kasus. Secara kumulatif, kasus AIDS sampai dengan tahun 2013 sebesar 52.348
kasus.
Menurut jenis kelamin, persentase kasus baru AIDS tahun 2013 pada kelompok laki-laki
1,9 kali lebih besar dibandingkan pada kelompok perempuan seperti digambarkan berikut ini.
GAMBAR 6.10
PROPORSI KASUS BARU AIDS MENURUT JENIS KELAMIN
DI INDONESIA TAHUN 2013

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2014

Penderita AIDS pada laki-laki sebesar 55,1% dan pada perempuan sebesar 29,7%.
Sebesar 15,2% penderita AIDS tidak diketahui jenis kelaminnya. DKI Jakarta merupakan
provinsi yang tidak melaporkan jenis kelamin penderita AIDS.
Pada Gambar 6.11 berikut ini disajikan penderita AIDS menurut kelompok umur.
GAMBAR 6.11
PERSENTASE KASUS BARU AIDS MENURUT KELOMPOK UMUR
DI INDONESIA TAHUN 2013

tidak
melaporkan
umur
25,7%

< 1 tahun1-4 tahun5-14 tahun


0,3% 1,8%
0,8%
15-19 tahun
3,8%

20-29 tahun
25,3%
60 tahun
0,7%
50-59 tahun
4,0%
40-49 tahun
11,6%

30-39 tahun
26,0%

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2014

Gambaran kasus baru AIDS menurut kelompok umur menunjukkan bahwa seba
gian
besar kasus baru AIDS terdapat pada usia 20-29 tahun, 30-39 tahun, dan 40-49
tahun.

135

Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan

Kelompok umur tersebut masuk ke dalam kelompok usia produktif yang aktif secara seksual
dan termasuk kelompok umur yang menggunakan NAPZA suntik.
HIV/AIDS dapat ditularkan melalui beberapa cara penularan, yaitu hubungan seksual
lawan jenis (heteroseksual), hubungan sejenis melalui Lelaki Seks dengan Lelaki (LSL),
penggunaan alat suntik secara bergantian, transfusi darah dan dari ibu ke anak. Berikut ini
disajikan persentase kasus AIDS menurut cara penularan tersebut.
GAMBAR 6.12
PERSENTASE KASUS AIDS MENURUT FAKTOR RISIKO
DI INDONESIA TAHUN 2013

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2014

Pada gambar di atas nampak bahwa hubungan heteroseksual masih merupakan cara
penularan dengan persentase tertinggi pada kasus AIDS yaitu sebesar 78%, diikuti oleh
penasun atau Injecting Drug User (IDU) sebesar 9,3% dan homoseksual sebesar 4,3%.
ii. Angka kematian akibat AIDS
Angka kematian (Case Fatality Rate) akibat AIDS sejak 2004 cenderung menurun seperti
Gambar 6.13 berikut ini. Pada tahun 2013 CFR AIDS di Indonesia sebesar 1,67%.
GAMBAR 6.13
ANGKA KEMATIAN AKIBAT AIDS YANG DILAPORKAN
DI INDONESIA TAHUN 2004-2013

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2014

136

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013

iii. Pengetahuan tentang HIV/AIDS


Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk membentuk tindakan
seseorang, sebab dari pengalaman dan hasil penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih baik dibandingkan dengan yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Hasil SDKI 2012 menunjukan bahwa persentase wanita umur 15-49 tahun yang pernah
mendengar tentang HIV AIDS sebesar 76,7%. Sedangkan pria kawin umur 15-54 tahun yang
pernah mendengar tentang HIV AIDS sebesar 82,3%. Tabel berikut ini memperlihatkan
persentase responden yang pernah mendengar tentang HIV AIDS menurut karakteristik latar
belakang.
TABEL 6.2
PERSENTASE WANITA UMUR 15-49 TAHUN DAN PRIA KAWIN 15-54 TAHUN1 YANG PERNAH MENDENGAR
TENTANG HIV AIDS MENURUT KARAKTERISTIK LATAR BELAKANG
TAHUN 2012

Karakteristik latar belakang


Umur
15-24

Kelompok Umur (Tahun)


Wanita

Pria

20-24
25-29
30-39
40-49
50-54
Status perkawinan
Belum kawin
Pernah berhubungan seks
Tidak pernah berhubungan seks
Kawin atau hidup bersama
Cerai/janda/duda
Tempat tinggal
Perkotaan
Perdesaan
Pendidikan
Tidak sekolah
Tidak tamat SD
Tamat SD
Tidak tamat SMTA
Tamat SMTA+
Jumlah

84,4
84,8
84,0
82,2
78,3
62,8
t.a.d

83,8
79,6
84,1
85,4
88,9
79,6
68,2

88,2
82,6
88,3
74,3
62,6

t.a.d
t.a.d
t.a.d
82,3
t.a.d

87,0
65,6

91,5
72,8

88,2
82,6
88,3
74,3
62,6

t.a.d
t.a.d
t.a.d
82,3
t.a.d

76,7

82,3

t.a.d = tidak sesuai


Termasuk pria berstatus hidup bersama

Data pada Tabel 6.2 memperlihatkan bahwa persentase penduduk yang o


ernah
mendengan tentang HIV AIDS di perkotaan lebih tinggi dibanding di perdesaan baik
pada
wanita maupun pria kawin. Persentase wanita yang pernah mendengar tentang HIV
-AIDS
meningkat sejalan dengan tingkat pendidikan.
Hasil SDKI 2012 juga menunjukkan bahwa persentase wanita umur 15-49 tahun
yang
memiliki pengetahuan tentang cara mengurangi risiko HIV AIDS dengan menggunakan kon
dom
dan membatasi berhubungan seks dengan satu pasangan sebesar 37,3%. Sedangkan pria 137
kawin
umur 15-54 tahun yang memiliki pengetahuan yang sama sebesar 49,1%. Tabel berik
ut ini

Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan

memperlihatkan persentase responden yang memiliki pengetahuan tentang cara mengurangi


HIV AIDS menurut karakteristik latar belakang.
TABEL 6.3
PERSENTASE WANITA UMUR 15-49 TAHUN DAN PRIA KAWIN 15-541 TAHUN
TENTANG CARA MENGURANGI RISIKO TERKENA HIV AIDS
MENURUT KARAKTERISTIK LATAR BELAKANG TAHUN 2012

Karakteristik

Persentase wanita yang mengatakan HIV-AIDS Persentase pria yang mengatakan HIV-AIDS
dapat dihindari dengan:
dapat dihindari dengan:
l
a
e
k
n
a
r
l
a
g
Menggunakan
t
b
a

kondom2

Membatasi
berhubungan
seks hanya
dengan satu
pasangan3

Menggunaka
n kondom
dan
membatasi
berhubungan
seks hanya
dengan satu

pasangan3

44,5
40,5
49,0
47,6
45,9
34,6
t.a.d

62,5
61,0
64,0
62,5
60,4
45,8
t.a.d

38,2
34,3
42,5
41,4
40,5
30,0
t.a.d

53,2
61,1
52,6
60,9
65,8
56,3
t.a.d

63,2
62,3
63,3
63,8
69,6
60,1
49,8

44,2
58,4
43,0
50,4
55,8
47,3
35,8

46,4

65,9

40,0

t.a.d

t.a.d

t.a.d

50,9

62,5

46,2

t.a.d

t.a.d

t.a.d

46,3

66,0

39,9

t.a.d

t.a.d

t.a.d

42,5
32,5

56,0
44,7

37,1
27,9

58,0
t.a.d

62,1
t.a.d

48,3
t.a.d

51,5
33,5

68,2
46,0

45,4
28,4

68,2
48,4

72,0
53,2

57,2
40,6

5,9
14,0
28,6
43,0

8,1
22,6
41,2
60,7

4,1
10,6
23,8
36,1

15,7
25,6
49,3
62,8

14,5
31,8
51,6
68,1

10,9
20,6
38,2
52,7

63,9

80,6

57,8

77,3

81,9

67,3

42,9

57,6

37,3

58,5

62,8

49,1

Umur
15-24
15-19
20-24
25-29
30-39
40-49
50-54

Membatasi Menggunakan
berhubungan
kondom dan
Menggunakan
seks hanya
membatasi
kondom2
dengan satu berhubungan
pasangan3
seks hanya
dengan satu
pasangan3

Status perkawinan
Belum kawin
Pernah
berhubungan
seks
Tidak pernah
berhubungan
seks
Kawin atau hidup
bersama
Cerai/janda/duda

Tempat tinggal
Perkotaan
Perdesaan
Pendidikan
Tidak sekolah
Tidak tamat SD
Tamat SD
Tidak tamat
SMTA
Tamat SMTA+
Jumlah

t.a.d = tidak sesuai


1 Termasuk pria yang berstatus hidup bersama
2 Menggunakan kondom setiap kali berhubungan seks
3 Pasangan yang tidak memiliki pasangan lain

Pengetahuan pria mengenai HIV-AIDS relatif lebih tinggi dibanding wanita Sebanyak
37,3% wanita dan 49,1% pria kawin mengetahui cara mengurangi risiko penularan HIV AIDS
dengan menggunakan kondom dan membatasi seks hanya dengan satu partner (pasangan).
Pengetahuan tentang cara mengurangi risiko terkena HIV-AIDS (menggunakan kondom
dan membatasi berhubungan seks hanya dengan satu pasangan) lebih tinggi di perkotaan

138

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013

dibandingkandi perdesaan baik pada wanita maupun pria kawin. Pengetahuan mengenai HIVAIDS meningkat sejalan dengan tingkat pendidikan wanita.
c. Pneumonia
Pneumonia adalah penyakit yang disebabkan kuman pneumococcus, staphylococcus,
streptococcus, dan virus. Gejala penyakit pneumonia yaitu menggigil, demam, sakit kepala,
batuk, mengeluarkan dahak, dan sesak napas. Populasi yang rentan terserang pneumonia
adalah anak-anak usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun dan orang yang

memiliki masalah kesehatan (malnutrisi, gangguan imunologi).


Menurut hasil Riskesdas 2013, period prevalence pneumonia berdasarkan diagnosis
selama 1 bulan sebelum wawancara sebesar 0,2%. Sedangkan berdasarkan diagnosis/gejala
sebesar 1,8%.
Dibandingkan dengan hasil Riskesdas 2007 yang sebesar 2,13%, period prevalence
pneumonia berdasarkan diagnosis/gejala pada tahun 2013 mengalami penurunan menjadi
1,8%.Pada balita, period prevalence berdasarkan diagnosis sebesar 2,4 per 1.000 balita dan
berdasarkan diagnosis/gejala sebesar 18,5 per 1.000 balita.
GAMBAR 6.14
PERIOD PREVALENCE PNEUMONIA BERDASARKAN DIAGNOSIS/GEJALA
MENURUT PROVINSI, RISKESDAS 2007 DAN 2013

Sumber: Balitbangkes Kemenkes RI, Riskesdas 2007 & 2013

Pada Gambar 6.14 terlihat bahwa sebagian besar provinsi mengalami penurunan p
eriod
prevalence pneumonia pada tahun 2013 dibandingkan tahun 2007. Terdapat 11 pr
ovinsi
(33,3%) yang mengalami kenaikan period prevalence pneumonia pada tahun 2013.
Menurut umur, period prevalence pneumonia tertinggi terjadi pada kelompok
umur
balita terutama usia <1 tahun. Menurut daerah tempat tinggal, di perdesaan period prev
alence
pneumonia (2,0%) lebih tinggi dibandingkan di perkotaan (1,6%). Sedangkan menurut st
atus
ekonomi dengan menggunakan kuintil indeks kepemilikan, semakin rendah kuintil in
deks
kepemilikan semakin tinggi period prevalence pneumonia.
Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengendalikan penyakit ini yaitu d
engan
meningkatkan penemuan pneumonia pada balita. Perkiraan kasus pneumonia pada bal
ita di

Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan

139

suatu wilayah sebesar 10% dari jumlah balita di wilayah tersebut. Berikut ini gambaran
penemuan peneumonia pada balita tahun 2008-2013.
GAMBAR 6.15
CAKUPAN PENEMUAN PNEUMONIA PADA BALITA
DI INDONESIA TAHUN 2008-2013

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2014

Sampai dengan tahun 2013, angka cakupan penemuan pneumonia balita tidak
mengalami perkembangan berarti yaitu berkisar antara 23%-27%. Selama beberapa tahun
terakhir cakupan penemuan pneumonia tidak pernah mencapai target nasional, termasuk
target tahun 2013 yang sebesar 80%.
Angka kematian akibat pneumonia pada balita sebesar 1,19%. Pada kelompok bayi
angka kematian lebih tinggi yaitu sebesar 2,89% dibandingkan pada kelompok umur 1-4 tahun
yang sebesar 0,20%. Cakupan penemuan pneumonia dan kematiannya menurut provinsi dan
kelompok umur dapat dilihat pada Lampiran 6.10 dan 6.11.
d. Kusta
Penyakit Kusta disebut juga sebagai penyakit Lepra atau penyakit Hansen disebabkan
oleh bakteri Mycobacterium leprae. Bakteri ini mengalami proses pembelahan cukup lama
antara 23 minggu. Daya tahan hidup kuman kusta mencapai 9 hari di luar tubuh manusia.
Kuman kusta memiliki masa inkubasi 25 tahun bahkan juga dapat memakan waktu lebih dari 5
tahun. Penatalaksanaan kasus yang buruk dapat menyebabkan kusta menjadi progresif,
menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, saraf, anggota gerak, dan mata.
Selama periode 2008-2013, angka penemuan kasus baru kusta pada tahun 2013
merupakan yang terendah yaitu sebesar 6,79 per 100.000 penduduk. Sedangkan angka
prevalensi kusta berkisar antara 0,79 hingga 0,96 per 10.000 (7,9 hingga 9,6 per 100.000
penduduk) dan telah mencapai target < 1 per 10.000 penduduk (< 10 per 100.000 penduduk).
Pada tahun 2013 dilaporkan 16.856 kasus baru kusta, lebih rendah dibandingkan tahun
2012 yang sebesar 18.994 kasus. Sebesar 83,4% kasus di antaranya merupakan tipe Multi
Basiler. Sedangkan menurut jenis kelamin, 35,7% penderita berjenis kelamin perempuan.

140

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013

GAMBAR 6.16
ANGKA PREVALENSI DAN ANGKA PENEMUAN KASUS BARU KUSTA (NCDR)
TAHUN 2008-2013
10

(per100.000penduduk)

9,4

7,60

9,1

7,49

9,6
8,4
7,22

9,1
7,9

8,30

7,76
6,79

4
2
Angka prevalensi kusta per100.000penduduk
Angka penemuan kasus baru kusta per100.000penduduk

0
2008

2009

2010

2011

2012

2013

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2014

Berdasarkan bebannya, kusta dibagi menjadi 2 kelompok yaitu beban kusta tinggi (high
burden) dan beban kusta rendah (low burden). Provinsi disebut high burden jika NCDR (new
case detection rate: angka penemuan kasus baru)> 10 per 100.000 penduduk dan atau jumlah
kasus baru lebih dari 1.000, sedangkan low burden jika NCDR < 10 per 100.000 penduduk dan
atau jumlah kasus baru kurang dari 1.000 kasus.
Pada Gambar 6.17 terlihat bahwa sebanyak 14 provinsi (42,4%) termasuk dalam beban
kusta tinggi. Sedangkan 19 provinsi lainnya (57,6%) termasuk dalam beban kusta rendah.
Hampir seluruh provinsi di bagian timur Indonesia merupakan daerah dengan beban kusta
tinggi.
GAMBAR 6.17
ANGKA PENEMUAN KASUS BARU KUSTA PER 100.000 PENDUDUK
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2013

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2014

Pengendalian kasus kusta antara lain dengan meningkatkan deteksi kasus sejak
dini.
Indikator yang digunakan untuk menunjukkan keberhasilan dalam mendeteksi kasus
baru
kusta yaitu angka cacat tingkat II. Angka cacat tingkat II pada tahun 2013 sebesar 6,82 pe
r 1 juta
penduduk, menurun dibanding tahun sebelumnya yang sebesar 8,71 per 1 juta pen
duduk.
Berikut grafik angka cacat tingkat 2 selama enam tahun terakhir.

endalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan

141

GAMBAR 6.18
ANGKA CACAT TINGKAT II PER 1.000.000 PENDUDUK
TAHUN 2008-2013

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2014

Provinsi dengan angka cacat tingkat II per 1 juta penduduk tertinggi pada tahun 2013
yaitu Papua (26,88), Aceh (18,62), dan Papua Barat (17,72). Hal itu menunjukkan kemampuan
mendeteksi kasus baru kusta di ketiga provinsi tersebut masih rendah.
GAMBAR 6.19
ANGKA CACAT TINGKAT II KUSTA PER 1.000.000 PENDUDUK
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
INDONESIA

6,82

KalimantanBarat 0,00
DI Yogyakarta 0,00
Riau

0,16
0,43
0,48
1,02
1,03
Sumatera Utara
1,72
KalimantanTimur
1,76
Nusa Tenggara Timur 1,81
DKI Jakarta
2,70
Jambi
2,70
Kepulauan Bangka Belitung
2,99
Sulawesi Barat
3,19
Sumatera Barat
3,38
Nusa Tenggara Barat
4,94
KalimantanSelatan
5,47
Banten
5,55
Jawa Barat
5,78
Jawa Tengah
6,03
Bengkulu
6,11
Sulawesi Tenggara
6,33
Maluku
7,82
Sulawesi Tengah
8,25
Sumatera Selatan
8,27
Maluku Utara
10,76
Sulawesi Selatan
13,24
Jawa Timur
13,61
Gorontalo
14,41
Sulawesi Utara
14,86
Papua Barat
17,72
Aceh
18,62
KalimantanTengah
Bali
Lampung
Kepulauan Riau

26,88

Papua

10

20
30
40
(per 1.000.000 penduduk)

50

60

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2014

Indikator lain yang digunakan pada penyakit kusta yaitu proporsi kusta MB dan
proporsi penderita kusta pada anak (0-14 tahun) di antara penderita baru yang

142

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013

memperlihatkan sumber dan tingkat penularan di masyarakat. Proporsi kusta MB dan proporsi
pada anak periode 2008-2013 ditunjukkan pada grafik berikut ini.
GAMBAR 6.20
PROPORSI KUSTA MBDAN PROPORSI KUSTA PADA ANAK
TAHUN 2008-2013
100
90
80
70

82,15

82,43

80,73

80,4

82,69

83,42

11,39

12,01

11,19

12,25

10,78

11,88

60
(%) 50
40
30
20
10
0
2008

2009

2010

Proporsi kusta MB

2011

2012

2013

Proporsi kusta pada anak

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2014

Menurut provinsi, Kalimantan Selatan, DKI Jakarta, dan Riau merupakan tiga provinsi
dengan proporsi kusta MB tertinggi pada tahun 2013 yaitu masing-masing sebesar 93,79%,
92,93%, dan 92,59%.
Provinsi dengan proporsi kusta pada anak tertinggi yaitu Nusa Tenggara Timur
(43,40%), Papua Barat (30,15%), dan Sumatera Utara (28,57%). Data/informasi terkait
penyakit kusta menurut provinsi terdapat pada Lampiran 6.16 dan Lampiran 6.17.
e. Diare
Penyakit Diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga merupakan penyakit
potensial KLB yang sering disertai dengan kematian. Menurut hasil Riskesdas 2007, Diare
merupakan penyebab kematian nomor satu pada bayi (31,4%) dan pada balita (25,2%),
sedangkan pada golongan semua umur merupakanpenyebab kematianyang ke empat (13,2%).
Menurut Riskesdas 2013, insiden diare ( 2 minggu terakhir sebelum wawancara)
berdasarkan gejala pada seluruh kelompok umur sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi
1,6%-6,3%) dan insiden diare pada balita sebesar 6,7% (kisaran provinsi 3,3%-10,2%).
Sedangkan period prevalence diare pada seluruh kelompok umur (>2 minggu-1 bulan terakhir
sebelum wawancara) berdasarkan gejala sebesar 7% dan pada balita sebesar 10,2%. Gambar
6.21 berikut ini menggambarkan period prevalencediare menurut provinsi.
Jumlah penderita pada KLB diare tahun 2013 menurun secara signifikan dibandingkan
tahun 2012 dari 1.654 kasus menjadi 646 kasus pada tahun 2013. KLB diare pada tahun 2013
terjadi di 6 provinsi dengan penderita terbanyak terjadi di Jawa Tengah yang mencapai 294
kasus. Sedangkan angka kematian (CFR) akibat KLB diare tertinggi terjadi di Sumatera Utara
yaitu sebesar 11,76%.

Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan

143

GAMBAR 6.21
PERIOD PREVALENCE DIARE (> 2 MINGGU 1 BULAN SEBELUM WAWANCARA)
MENURUT GEJALA, RISKESDAS 2013

Sumber: Balitbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas 2013

Secara nasional angka kematian (CFR) pada KLB diare pada tahun 2013 sebesar 1,08%.
Sedangkan target CFR pada KLB Diare diharapkan <1%. Dengan demikian secara nasional, CFR
KLB diare hampir memenuhi target program.
f. Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)
i. Tetanus Neonatorum
Tetanus Neonatorum disebabkan oleh basil Clostridium tetani, yang masuk ke tubuh
melalui luka. Penyakit ini menginfeksi bayi baru lahir yang salah satunya disebabkan oleh
pemotongan tali pusat dengan alat yang tidak steril. Kasus Tetanus Neonatorum banyak
ditemukan di negara berkembang khususnya dengan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan
yang rendah.
Pada tahun 2013, dilaporkan terdapat 78 kasus Tetanus Neonatorum dengan jumlah
meninggal 42 kasus. Dengan demikian, Case Fatality Rate (CFR) Tetanus Neonatorum pada
tahun 2013 sebesar 53,8%, meningkat dibandingkan tahun 2012 yang sebesar 49,6%. Kasus
yang meninggal tersebut dilaporkan dari 11 provinsi.
Gambaran kasus menurut faktor risiko status imunisasi menunjukkan bahwa sebagian
besar kasus terjadi pada kelompok yang tidak diimunisasi yaitu 51 kasus (65,4%). Sebanyak 55
kasus (70,5%) melakukan pemeriksaan kehamilan dengan bidan/perawat. Namun, menurut
faktor penolong persalinan, 56 kasus (71,8%) ditolong oleh penolong persalinan tradisional,
misalnya dukun. Untuk pemotongan tali pusat, sebagian besar kasus dilakukan pemotongan tali

144

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013

pusat dengan gunting yaitu 55 kasus (70,5%). Rincian kasus Tetanus Neonatorum beserta
persentase kasus menurut faktor risiko dan provinsi dapat dilihat pada Lampiran 6.18.
ii. Campak
Penyakit campak disebabkan oleh virus campak, golongan Paramyxovirus. Penularan
dapat terjadi melalui udara yang telah terkontaminasi oleh droplet (ludah) orang yang telah
terinfeksi. Sebagian besar kasus campak menyerang anak-anak usia pra sekolah dan usia SD.
Jika seseorang pernah menderita campak, maka dia akan mendapatkan kekebalan terhadap
penyakit tersebut seumur hidupnya.
Pada tahun 2013, dilaporkan terdapat 11.521 kasus campak, lebih rendah dibandingkan
tahun 2012 yang sebesar 15.987 kasus. Jumlah kasus meninggal sebanyak 2 kasus, yang
dilaporkan dari Provinsi Aceh dan Maluku Utara. Incidence rate (IR) campak pada tahun 2013
sebesar 4,64 per 100.000 penduduk, menurun dibandingkan tahun 2012 yang sebesar 6,53 per
100.000 penduduk.
GAMBAR 6.22
INCIDENCE RATE (IR) CAMPAK PER 100.000 PENDUDUK
MENURUT PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2013

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2014

Gambar 6.22 menyajikan IR campak menurut provinsi. Nusa Tenggara Timur,


Nusa
Tenggara Barat, dan Sumatera Utara merupakan provinsi dengan IR campak terendah. Ba
hkan
di NTT hanya dilaporkan satu kasus campak. Sedangkan Kepulauan Riau, Aceh,
dan DI
Yogyakarta merupakan provinsi dengan IR campak tertinggi.

Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan

145

Menurut kelompok umur, kasus campak pada kelompok umur 1-4 tahun dan kelompok
umur 5-9 tahun merupakan yang terbesar yaitu masing-masing sebesar 27,5% dan 26,9%.
Namun jika dihitung rata-rata umur tunggal, kasus campak pada bayi <1 tahun, merupakan
yang tertinggi, yaitu sebanyak 1.120 kasus (9,7%). Gambar 6.23 berikut memperlihatkan
proporsi kasus campak per kelompok umur.
GAMBAR 6.23
PROPORSI KASUS CAMPAK MENURUT KELOMPOK UMUR
DI INDONESIA TAHUN 2013

> 14 tahun
21,6%

< 1 tahun
9,7%

1-4 tahun
27,5%

10-14 tahun
14,3%
5-9 tahun
26,9%

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2014

Campak dinyatakan sebagai KLB apabila terdapat 5 atau lebih kasus klinis dalam waktu
4 minggu berturut-turut yang terjadi mengelompok dan dibuktikan adanya hubungan
epidemiologis. Pada tahun 2013, jumlah KLB campak yang terjadi sebanyak 128 KLB dengan
jumlah kasus sebanyak 1.677 kasus. Berdasarkan konfirmasi laboratorium, 24 kejadian (18,8%)
diantaranya merupakan rubella.
Frekuensi KLB campak tertinggi terjadi di Banten sebanyak 36 kejadian dengan 247
kasus. Namun provinsi dengan jumlah kasus terbanyak terjadi di Lampung yaitu sebesar 309
kasus pada 8 KLB. Diikuti Jawa Barat sebanyak 18 KLB dengan 205 kasus dan Sumatera Barat
serta Jawa Tengah masing-masing 9 KLB. Jumlah kasus yang meninggal pada KLB campak
tersebut hanya satu kasus yang dilaporkan dari Maluku Utara.
iii. Difteri
Penyakit difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae yang menyerang
sistem pernapasan bagian atas. Penyakit difteri pada umumnya menyerang anak-anak usia 1-10
tahun.
Jumlah kasus difteri pada tahun 2013 sebanyak 778 kasus dengan jumlah kasus
meninggal sebanyak 39 kasus sehingga CFR difteri sebesar 5,01%. Dari 19 provinsi yang
melaporkan adanya kasus difteri, kasus tertinggi terjadi di Jawa Timur yaitu sebanyak 610
kasus (78,4%). Dari seluruh kasus tersebut, hampir setengah di antaranya (47,8%) terjadi pada
penderita yang tidak mendapatkan vaksin DPT.

146

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013

GAMBAR 6.24
PROPORSI KASUS DIFTERI MENURUT KELOMPOK UMUR
DI INDONESIA TAHUN 2013
< 1 tahun
1,7%
1-4 tahun
24,0%
> 14 tahun
32,4%

10-14 tahun
14,4%

5-9 tahun
27,5%

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2014

Gambaran kasus menurut kelompok umur pada tahun 2013 menunjukkan jumlah
distribusi kasus tertinggi terjadi pada kelompok umur > 14 tahun, 5-9 tahun, dan1-4 tahun.
Namun kelompok umur 14 tahun memiliki rentang usia yang panjang dibanding kelompok
umur lainnya.
iv. Polio dan AFP (Acute Flaccid Paralysis/Lumpuh Layu Akut)
Polio disebabkan oleh infeksi virus yang menyerang sistem syaraf sehingga penderita
mengalami kelumpuhan. Penyakit yang pada umumnya menyerang anak berusia 0-3 tahun ini
ditandai dengan munculnya demam, lelah, sakit kepala, mual, kaku di leher, serta sakit di
tungkai dan lengan.
AFP merupakan kelumpuhan yang sifatnya flaccid yang bersifat lunglai, lemas atau
layuh (bukan kaku), atau terjadi penurunan kekuatan otot, dan terjadi secara akut (mendadak).
Sedangkan non polio AFP adalah kasus lumpuh layuh akut yang diduga kasus Polio sampai
dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium bukan kasus Polio. Kementerian Kesehatan
menetapkan non polio AFP Rate minimal 2/100.000 populasi anak usia < 15 tahun. Pada tahun
2013, secara nasional non polio AFP Rate sebesar 2.74/100.000 populasi anak < 15 tahun yang
berarti telah mencapai standar minimal penemuan.
GAMBAR 6.25
NON POLIO AFP RATE PER 100.000 PENDUDUK < 15 TAHUN
DI INDONESIA TAHUN 2013

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2014

Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan

147

Dari 33 provinsi, 29 di antaranya (87,8%) telah mencapai target non polio AFP rate> 2
per 100.000 penduduk pada tahun 2013. Sebanyak empat provinsi yang belum mencapai target
non polio AFP rate yaitu Riau, Kalimantan Tengah, Sulawesi Barat, dan Papua Barat.
Setiap kasus AFP yang ditemukan dalam kegiatan intensifikasi surveilans, akan
dilakukan pemeriksaan spesimen tinja untuk mengetahui ada tidaknya virus polio liar. Untuk
itu diperlukan spesimen adekuat yang sesuai dengan persyaratan yaitu diambil 14 hari
setelah kelumpuhan dan suhu spesimen 0C - 8C sampai di laboratorium.
GAMBAR 6.26
PERSENTASE SPESIMEN ADEKUAT AFP
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2014

Standar spesimen adekuat yaitu 80%. Pada tahun 2013 spesimen adekuat di Indonesia
sebesar 87,7%. Dengan demikian spesimen adekuat secara nasional telah sesuai standar.
Sebanyak 25 provinsi (75,8%) telah mencapai standar spesimen adekuat tahun 2013.
Sedangkan 8 provinsi lainnya (24,2%) tidak mencapai standar tersebut. Informasi lebih rinci
mengenai penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi menurut provinsi dan kelompok umur
dapat dilihat pada Lampiran 6.12-6.24.
g. Demam Berdarah Dengue (DBD)

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue, yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes,
misalnya Aedes aegypti atau Aedes albopictus. PenyakitDBD dapat muncul sepanjang tahun dan

148

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013

dapat menyerang seluruh kelompok umur. Penyakit ini berkaitan dengan kondisi lingkungan
dan perilaku masyarakat.
Pada tahun 2013, jumlah penderita DBD yang dilaporkan sebanyak 112.511 kasus
dengan jumlah kematian 871 orang (Incidence Rate/Angka kesakitan= 45,85 per 100.000
penduduk dan CFR/angka kematian= 0,77%). Terjadi peningkatan jumlah kasus pada tahun
2013 dibandingkan tahun 2012 yang sebesar 90.245 kasus dengan IR 37,27. Target Renstra
Kementerian Kesehatan untuk angka kesakitan DBD tahun 2013 sebesar 52 per 100.000
penduduk, dengan demikian Indonesia telah mencapai target Renstra 2013. Berikut tren IR DBD
selama kurun waktu 2008-2013.
GAMBAR 6.27
ANGKA KESAKITAN (IR) DEMAM BERDARAH DENGUE
PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2008-2013

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2014

Gambaran angka kesakitan DBD menurut provinsi tahun 2013 dapat dilihat pada
Gambar 6.28 Pada tahun 2013 terdapat sebanyak 26 provinsi (78,8%) yang telah mencapai
target 2013. Provinsi dengan IR DBD tertinggi tahun 2013 yaitu Bali sebesar 168,48, DKI Jakarta
sebesar 104,04, dan DI Yogyakarta sebesar 95,99 per 100.000 penduduk.
Kematian akibat DBD dikategorikan tinggi jika CFR > 2%. Dengan demikian pada tahun
2013 terdapat tiga provinsi yang memiliki CFR tinggi yaitu Provinsi Jambi, Kep. Bangka
Belitung, dan Nusa Tenggara Timur. Pada provinsi tersebut masih perlu upaya peningkatan
kualitas pelayanan kesehatan dan peningkatan kualitas dan kuantitas SDM kesehatan di rumah
sakit dan puskesmas (dokter, perawat, dan lain-lain) termasuk peningkatan sarana-sarana
penunjang diagnostik dan penatalaksanaan bagi penderita di sarana-sarana pelayanan
kesehatan.

Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan

149

GAMBAR 6.28
ANGKA KESAKITAN DEMAM BERDARAH DENGUE PER 100.000 PENDUDUK
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2014

Berbeda dengan peningkatan jumlah penderita/angka kesakitan, jumlah


kabupaten/kota terjangkit DBD mengalami penurunan, dari 417 (83,9%) pada tahun 2012
menjadi 412 Kabupaten/Kota (82,9%) pada tahun 2013. Berikut ini gambaran jumlah
kabupaten/kota terjangkit tahun 2008-2013. Selama periode tahun 2008 sampai tahun 2013
jumlah kabupaten/kota terjangkit DBD cenderung meningkat.
GAMBAR 6.29
JUMLAH KABUPATEN/KOTA TERJANGKIT DBD
DI INDONESIA TAHUN 2008-2013

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2014

150

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013

Salah satu indikator yang digunakan untuk upaya pengendalian penyakit DBD yaitu
angka bebas jentik. Sampai tahun 2013 angka bebas jentik secara nasional belum mencapai
target yang sebesar 95%.
GAMBAR 6.30
ANGKA BEBAS JENTIK
DI INDONESIA TAHUN 2010-2013

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2014

Pada tahun 2013 angka bebas jentik di Indonesia sebesar 80,09%. Sampai tahun 2013
angka bebas jentik belum mencapai target nasional yang sebesar 95%. Belum semua provinsi
melaporkan angka bebas jentik.
Informasi lebih rinci menurut provinsi terkait dengan penyakit DBD dapat dilihat pada
Lampiran 6.29 dan Lampiran 6.30.
h. Chikungunya
Demam chikungunya (demam chik) adalah suatu penyakit menular dengan gejala utama
demam mendadak, nyeri pada persendian, terutama pada sendi lutut, pergelangan, jari kaki dan
tangan serta tulang belakang, serta ruam pada kulit. Demam chik ditularkan oleh nyamuk Aedes
albopictus dan Aedes aegypty yang juga merupakan nyamuk penular penyakit demam berdarah
Dengue (DBD).
Demam chik dijumpai terutama di daerah tropis/subtropis dan sering menimbulkan
epidemi. Beberapa faktor yang mempengaruhi munculnya demam chik yaitu rendahnya status
kekebalan kelompok masyarakat dan kepadatan populasi nyamuk penular karena banyaknya
tempat perindukan nyamuk yang biasanya terjadi pada musim penghujan.
Selama tahun 2013 terdapat dua kabupaten/kota dari satu provinsi yang melaporkan
terjadinya KLB Chikungunya yaitu Kabupaten Bandung Barat dan Kota Tasikmalaya di Provinsi
Jawa Barat.
Kejadian Demam Chikungunya mengalami penurunan kasus yang cukup signifikan pada
tahun 2009-2012, namun kembali meningkat secara signifikan pada tahun 2013. Hingga saat ini

belum pernah dilaporkan adanya kematian akibat Chikungunya.

Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan

151

GAMBAR 6.31
JUMLAH KASUS CHIKUNGUNYA DI INDONESIA
TAHUN 2009-2013

12.066

11.969
2.714

11.902

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2013

Faktor penyebab turunnya kasus antara lain k


ondisi cuaca yang relatif kering dengan
curah hujan yang rendah dan adanya imunitas pada daerah yang pernah terjangkit.
i. Filariasis

(jumlahkasus)

Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit berupa cacing filaria, yang
15.000
terdiri dari tiga spesies
yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori. Penyakit
inimenginfeksi jaringan
limfe (getah bening). Filariasis menular melalui gigitan nyamuk yang
12.500
mengandung cacing filaria dalam tubuhnya. Dalam tubuh manusia, cacing tersebut tumbuh
10.000
menjadi cacing dewasa
dan menetap di jaringan limfe sehingga menyebabkan pembengkakan di
kaki, tungkai, payudara, lengan dan organ genital.
7.500
5.000
2.500

GAMBAR 6.32
JUMLAH KASUS KLINIS FILARIASIS
DI INDONESIA TAHUN 2010 2013

0
2010

2011

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2014

2012

2013

Provinsi dengan kasus klinis filariasis tertinggi pada tahun 2013 yaitu Aceh (2.359
kasus), Nusa Tenggara Timur (2.203 kasus), dan Papua (1.346 kasus).
Pada tahun 2013 terdapat sebanyak 302 kabupaten/kota endemis filariasis. Dari jumlah
tersebut hanya 92 kabupaten/kota (30,5%) yang melaksanakan Pemberian Obat Massal

152

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013

Pencegahan (POMP) filariasis dan sebanyak 32 Kabupaten/Kota yang telah selesai POMP
filariasis selama lima tahun berturut-turut. Belum semua kabupaten endemis filariasis
melaksanakan POMP, hal itu disebabkan kurangnya komitmen pemerintah daerah dalam
menyediakan biaya operasional POMP selama minimal lima tahun berturut- turut yang menjadi
tanggung jawab pemerintah daerah. Sedangkan tanggung jawab pemerintah pusat yaitu
menyediakan obat.
j. Malaria
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium yang hidup
dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia, ditularkan oleh nyamuk malaria
(Anopheles) betina, dapat menyerang semua orang baik laki-laki ataupun perempuan pada
semua golongan umur dari bayi, anak-anak dan orang dewasa. Berikut gambaran peta
endemisitas malaria per kabupaten/kota di Indonesia.
GAMBAR 6.33
PETA ENDEMISITAS MALARIA DI INDONESIA
TAHUN 2012 DAN 2013
Tahun 2012

Tahun 2013

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2014

Dari gambaran peta dan tabel endemisitas malaria di kabupaten/kota terlihat


penurunan jumlah daerah endemis tinggi dimana pada tahun 2011 kabupaten/kota yang
termasuk daerah endemis tinggi sebanyak 18%, pada tahun 2012 sebanyak 16% dan pada
tahun 2012 menjadi 14%. Sebaliknya, persentase kabupaten/kota dengan endemisitas rendah
meningkat. Gambar 6.34 berikut ini memperlihatkan perubahan persentase endemisitas
malaria tahun 2011-2013.
GAMBAR 6.34
PERSENTASE KABUPATEN/KOTA MENURUT TINGKAT ENDEMISITAS
TAHUN 2011-2013

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2014

153
Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan

i. Angka Kesakitan Malaria


Secara nasional angka kesakitan malaria selama tahun 20052013 cenderung menurun
yaitu dari 4,1 per 1.000 penduduk berisiko pada tahun 2005 menjadi 1,38 per 1.000 penduduk
berisiko pada tahun 2013. Sementara target Rencana Strategi Kementerian Kesehatan untuk
angka kesakitan malaria (API/annual parasite incidence) tahun 2013 <1,25 per 1.000 penduduk
berisiko. Dengan demikian cakupan API 2013 tidak mencapai target Renstra 2013. Penurunan
API tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini.
GAMBAR 6.35
ANGKA KESAKITAN MALARIA (ANNUAL PARACITE INCIDENCE /API)
PER 1.000 PENDUDUK BERISIKO TAHUN 2005-2013

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2014

Tiga provinsi dengan API tertinggi yaitu Papua (42,65), Papua Barat (38,44) dan Nusa
Tenggara Timur (16,37). Sedangkan provinsi dengan API terendah yaitu DKI Jakarta, Bali, dan
Jawa Timur. Pada tahun 2013 di DKI Jakarta dan Bali tidak ditemukan kasus positif malara,
sedangkan di Jawa Timur hanya ditemukan 7 kasus. Secara nasional, sebesar 85% sediaan
darah dites dengan pemeriksaan mikroskopis dan 15% lainnya dites dengan Rapid Diagnostic
Test (Lampiran 6.25).
Menurut Riskesdas 2013, insiden malaria berdasarkan diagnosis sebesar 0,35% atau 3,5
per 1.000 penduduk. Pada survei ini 3 provinsi dengan insiden tertinggi sama dengan hasil
laporan rutin yaitu Papua (6,1%), Papua Barat (4,5%), dan Nusa Tenggara Timur (2,6%).
Sementara insiden malaria berdasarkan diagnosis/gejala sebesar 1,9% atau 19 per 1.000
penduduk.
ii. Pengobatan Malaria
Pengobatan malaria harus dilakukan secara efektif. Pemberian jenis obat harus benar
dan cara meminumnya harus tepat waktu yang sesuai dengan acuan program pengendalian
malaria. Pengobatan efektif adalah pemberian ACT (Artemicin-based Combination Therapy) pada
24 jam pertama pasien panas dan obat harus diminum habis dalam 3 hari. Hasil Riskesdas 2013

menyatakan bahwa proporsi pengobatan efektif Indonesia sebesar 45,5%. Lima provinsi
tertinggi dalam mengobati malaria secara efektif yaitu Kep. Bangka Belitung (59,2%), Sumatera
Utara (55,7%), Bengkulu (53,6%), Kalimantan Tengah (50,5%), dan Papua (50,0%).
Informasi lengkap mengenai jumlah kasus malaria, jenis tes sediaan darah, dan angka
kesakitan serta pengobatannya dapat dilihat pada Lampiran 6.25 sampai dengan Lampiran 6.28.

154

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013

k. Rabies
Rabies merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus (golongan Rabdovirus)
yang ditularkan melalui gigitan hewan seperti anjing, kucing, kelelawar, kera, musang dan
serigala yang di dalam tubuhnya mengandung virus.
Terdapat beberapa indikator yang digunakan dalam memantau upaya pengendalian
rabies, yaitu: GHPR (kasus Gigitan Hewan Penular Rabies), PET/Post Exposure Treatment
(penatalaksanaan kasus gigitan), dan kasus yang positif rabies dan mati berdasarkan uji Lyssa.
Pada tahun 2013 terdapat 25 provinsi (termasuk Kalimantan Utara) tertular rabies dari
34 provinsi di Indonesia (sesuai SK Menteri Pertanian). Sedangkan sebanyak sembilan provinsi
bebas rabies, lima diantaranya provinsi bebas historis (Papua, Papua Barat, Bangka Belitung,
Kepulauan Riau, dan NTB), dan empat provinsi dibebaskan (Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa
Timur, dan DKI Jakarta). Provinsi Kalimantan Barat sejak tahun 2006 hingga saat ini tidak
dilaporkan adanya kasus Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR) begitu juga tidak ada kasus
Lyssa. Namun, status daerah kasus tertular rabies masih belum dicabut oleh Kementerian
Pertanian.
Kasus kematian karena rabies (Lyssa) di tahun 2013 secara signifikan mengalami
penurunan dari 195 pada tahun 2009 menjadi 119 kasus Lyssa pada tahun 2013. Demikian juga
dengan jumlah kasus Gigitan Hewan Penular Rabies pada tahun 2013 mengalami penurunan
dibandingkan dengan kasus GHPR dalam tiga tahun terakhir. Kasus GHPR di tahun 2013
mengalami penurunan sebesar 18,4% jika dibandingkan dengan kasus GHPR tahun 2012.
Gambar 6.36 memperlihatkan bahwa penatalaksanaan kasus gigitan/Post Exposure
Treatment (PET) menurun, baik secara jumlah dari 74.331menjadi 54.059, maupun persentase
PET/VAR terhadap GHPR dari 87,7% pada tahun 2012 menjadi 78,5% pada tahun 2013.
GAMBAR 6.36
SITUASI RABIES DI INDONESIA
TAHUN 2009 2013

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2014

Gambar 6.37 berikut ini merupakan sebaran kasus rabies di Indonesia selama tahun
2013.

Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan

155

GAMBAR 6.37
SEBARAN KASUS GHPR DAN KEMATIAN AKIBAT RABIES (LYSSA) DI INDONESIA
TAHUN 2013

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2014

Pada tahun 2013 terdapat 69.136 kasus gigitan hewan penular rabies. Kasus GHPR
paling banyak terjadi di Bali yaitu sebanyak 37.066 kasus dengan kasus meninggal berdasarkan
tes lyssa yang positif rabies dan mati berjumlah satu orang. Diikuti oleh Riau dengan 5.106
GHPR dan dua belas positif rabies serta Nusa Tenggara Timur sebanyak 5.067 GHPR dan enam
positif rabies.
l. Leptospirosis
Leptospirosis merupakan zoonosis yang diakibatkan bakteri Leptospira sp. Sumber
infeksi pada manusia biasanya akibat kontak secara langsung atau tidak langsung dengan urine
hewan yang terinfeksi. Penyakit ini bersifat musiman, di daerah yang beriklim sedang masa
puncak insidens dijumpai pada musim panas dan musim gugur karena temperatur adalah faktor
yang mempengaruhi kelangsungan hidup Leptospira, sedangkan didaerah tropis insidens
tertinggi selama musim hujan.
Provinsi yang melaporkan adanya kasus leptopirosis tahun 2013 yaitu Provinsi
Sumatera Selatan, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur, dan
Banten. Selama lima tahun terakhir, Sumatera Selatan baru melaporkan kasus leptospirosis
pada tahun 2013.

156

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013

TABEL 6.4
DISTRIBUSI KASUS LEPTOSPIROSIS DI 9 PROVINSI
DI INDONESIATAHUN 2009 2013

Provinsi
Sumatera Selatan
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Kalimantan Timur
Sulawesi Selatan
Total

Tahun
2009

2010

0
8
0
232
95
0
0
0
0
335

0
15
1
133
230
19
0
0
11
409

2011
0
11
29
184
626
5
0
2
0
857

2012
0
10
0
129
72
28
0
0
0
239

2013
1
66
1
156
163
244
10
0
0
641

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2014

Dibandingkan tahun 2012, terdapat kenaikan jumlah kasus yang signifikan yaitu dari
239 kasus menjadi 641 kasus pada tahun 2013. Lonjakan kasus Leptospirosis terjadi di Jawa
Timur, DKI Jakarta, dan DI Yogyakarta. Peningkatan kasus tersebut salah satunya karena KLB di
Kabupaten Sampang Madura yang menyebabkan 96 kasus dengan sembilan kasus meninggal
(CFR=9,37%). KLB terjadi akibat air banjir yang terkontaminasi kencing tikus, lingkungan yang
kurang sehat, dan perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat masih kurang.
Angka kematian akibat leptospirosis selama enam tahun terakhir dapat dilihat pada
Gambar 6.38 berikut ini.
GAMBAR 6.38
SITUASI LEPTOSPIROSIS DI INDONESIA
TAHUN 2008 - 2013

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2014

Walaupun jumlah kasus pada tahun 2013 meningkat dibandingkan tahun 2012, na
mun

angka kematian (case fatality rate/CFR)akibat leptospirosis menurun dari 12,13% pada ta
hun
2012 menjadi 9,38% pada tahun 2013. Upaya yang dilakukan untuk menekan angka kem
atian
cukup efektif.
Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) leptospirosis ditujukan pada u
paya
penemuan dini serta pengobatan segera penderita untuk mencegah kematian, int
ervensi
157

Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan

lingkungan untuk mencegah munculnya sarang-sarang atau tempat persembunyaian tikus, dan
vaksinasi hewan peliharaan terhadap Leptospira.

GAMBAR 6.40
JUMLAH KASUS, KEMATIAN, DANCASE FATALITY RATE (CFR)FLU BURUNG
DI INDONESIA TAHUN 2005-2013

Sumber: Ditjen PP&PL, Kemenkes RI, 2014

Sejak dilaporkan kasus pertama pada tahun 2005, penyebaran kasus flu burung H
5N1
pada manusia telah terjadi di lima belas provinsi di Indonesia, yaitu Sumatera Utara, Sum
atera
Barat, Riau, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Teng
ah, DI
Yogyakarta, Jawa Timur, Banten, Bali, NTB, dan Sulawesi Selatan.
Secara kumulatif, jumlah kasus tertinggi ditemukan di Provinsi DKI Jakarta sebesar
52
kasus, Jawa Barat sebesar 51 kasus, dan Banten sebesar 32 kasus.
Berdasarkan hasil Penyelidikan Epidemiologi yang dilakukan oleh Tim terpadu (Ditj
en
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan dan Balitbangkes) beberapa hal
yang
mempengaruhi tingginya CFR pada tahun 2013 yaitu:
1. Keterlambatan diagnosis dan keterlambatan pemberian Oseltamivir, disamping
itu
juga faktor virulensi virus dan hostnya.
2. Dua dari tiga kasus tersebut tidak diberikan Oseltamivir.
3. Beberapa kasus memiliki histori kontak secara tidak langsung dengan faktor
risiko,
sehingga petugas kesehatan menjadi kurang waspada terhadap gejala
yang
mengarah ke Flu Burung.
2. PENYAKIT TIDAK MENULAR
Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker, diab
etes
melitus, cedera dan penyakit paru obstruktif kronik serta penyakit kronik lainnya merupa
kan
63% penyebab kematian di seluruh dunia dengan membunuh 36 juta jiwa per tahun (
WHO,
2010). Di Indonesia sendiri, penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan p
enting

d
n
d
a
m
w
k
u
b
r
m
a
n
m
o
b
i
s
a
m
o
a
a
P
M
s
m
a
n
m
e
n
k
.
a
t
s
b
t

menjadi beban ganda dalam pelayanan kesehatan, sekaligus tantangan yang harus diha
dapi
dalam pembangunan bidang kesehatan di Indonesia. Peningkatan PTM berdampak negatif
pada
ekonomi dan produktivitas bangsa. Pengobatan PTM seringkali memakan waktu lama d
an
memerlukan biaya besar. Beberapa jenis PTM merupakan penyakit kronik dan/atau katastr
opik
yang dapat mengganggu ekonomi penderita dan keluarganya. Selain itu, salah satu damp
ak PTM
adalah terjadinya kecacatan termasuk kecacatan permanen. Secara global, region
al, dan
nasional pada tahun 2030 diproyeksikan terjadi transisi epidemiologi dari penyakit men
ular
menjadi penyakit tidak menular.

Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan

159

Berbagai faktor risiko PTM antara lain ialah: merokok dan keterpaparan terhadap asap
rokok, minum minuman beralkohol, diet/pola makan, gaya hidup, kegemukan, obat-obatan, dan
riwayat keluarga (keturunan). Prinsip upaya pencegahan tetap lebih baik dari pengobatan.
Upaya pencegahan penyakit tidak menular lebih ditujukan kepada faktor risiko yang telah
diidentifikasi. Kementerian Kesehatan telah mengembangkan program pengendalian PTM sejak
tahun 2005. Upaya pengendalian faktor risiko PTM yang telah dilakukan berupa promosi
Perilaku Bersih dan Sehat serta pengendalian masalah tembakau. Beberapa Pemerintah Daerah
telah menerbitkan peraturan terkait Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dan membentuk Aliansi
Walikota/Bupati dalam Pengendalian Tembakau dan Penyakit Tidak Menular. Sedangkan untuk
pengaturan makanan berisiko, ke depan akan dibuat regulasi antara lain tentang gula, garam
dan lemak dalam makanan yang dijual bebas. Upaya pengendalian PTM tidak akan berhasil jika
hanya dilakukan oleh Kementerian Kesehatan tanpa dukungan seluruh jajaran lintas sektor,
baik pemerintah, swasta, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, bahkan seluruh lapisan
masyarakat. Data dan informasi mengenai penyakit tidak menular di Indonesia menurut
provinsi berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013 disajikan pada lampiran 6.34 6.37.
Beberapa kegiatan yang telah dikembangkan oleh Kementerian Kesehatan dalam

upayanya untuk mengendalikan penyakit tidak menular pada tahun 2013 adalah sebagai
berikut.

160

1.

Posbindu PTM
Kegiatan yang mulai dikembangkan pada tahun 2011 ini merupakan salah satu wujud
peran serta masyarakat dalam kegiatan deteksi dini, monitoring dan tindak lanjut dini
terhadap faktor risiko PTM secara terpadu dan terintegrasi dengan kegiatan rutin di
masyarakat, seperti di lingkungan tempat tinggal dalam wadah desa/kelurahan siaga aktif.
Selain itu, kegiatan tersebut pada saat ini telah dikembangkan pada kelompok khusus
seperti di Perusahaan Outobus (PO), kelompok bimbingan ibadah haji (KBIH), sekolah, dan
tempat kerja.

2.

Meningkatkan Upaya Pengendalian PTM di Puskemas


Pada tahun 2013 setiap kabupaten/kota minimal memiliki satu puskesmas dengan
program unggulan pelayanan PTM yang dilengkapi dengan sumber daya manusia yang
terlatih PTM, fasilitas, dan peralatan untuk penatalaksanaan kasus PTM. Upaya tersebut
antara lain peningkatan promosi kesehatan (health promotion) yang dilakukan melalui
gaya hidup sehat, melaksanakan deteksi dini dan monitoring faktor risiko PTM dan Pandu
PTM, dan atau layanan khusus PTM lainnya (jantung, stroke, Cedera, Tisan, skrining
Thalasemia, SLE, kanker anak, layanan upaya berhenti merokok, diet, aktivitas fisik, stres,
Tisan, PAL, IVA + CBE, rehabilitasi dan atau paliatif PTM).

3.

Pengendalian Tembakau
Pengendalian tembakau di Indonesia merupakan salah satu upaya pengendalian faktor
risiko PTM, guna menurunkan prevalensi penyakit tidak menular. beberapa upaya yang
telah dikembangkan adalah:
a. Pengembangan kawasan tanpa rokok
b. Upaya berhenti rokok di Fasyankes Primer
c. Kebijakan pengendalian rokok
d. Jajak pendapat masyarakat mengenai penerapan larangan total iklan, promosi dan
sponsorship rokok.

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013

4.

Upaya Pengendalian Kecelakaan Lalu Lintas pada Situasi Mudik Lebaran 2013
Pada musim mudik Hari Raya Idul Fitri tahun 2013, Kemenkes RI menerbitkan Buku
Monitoring Evaluasi Kesehatan Pengemudi yang digunakan untuk mengamati
perkembangan kesehatan para pengemudi angkutan umum.

a. Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah


Ruang lingkup pengendalian Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah (PJPD) yang
menjadi tanggung jawab Sub Direktorat Penyakit Jantung Dan Pembuluh Darah, Direktorat
Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan meliputi hipertensi essensial,
penyakit ginjal hipertensi, penyakit jantung hipertensi, stroke, gagal jantung, Penyakit Jantung
Koroner (PJK), kardiomipathy, penyakit jantung rheumatic, penyakit jantung bawaan, dan
infark miocard akut. Prioritas program pengendalian tahun 2010 memperhatikan pada
pengendalian faktor risiko PJPD berbasis masyarakat, deteksi dini, dan jejaring kerja dengan
tahapan kegiatan sebagai berikut :
Penyusunan Norma Standar Prosedur Kriteria (NSPK). Sampai dengan tahun 2010,

NSPK yang telah disusun berupa :


a Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 854/MENKES/SK/IX/2009 Tentang Pedoman
Pengendalian Faktor Risiko Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah
b Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 853/MENKES/SK/IX/2009 Tentang Jejaring
Kerja Nasional
c Buku pedoman Pengendalian Hipertensi pada Ibu Hamil
d Buku Deteksi Dini Faktor Risiko penyakit Jantung dan pembuluh Darah
1. Pengembangan SDM yang terdiri dari Training of Trainers (TOT) di 15 wilayah, dan
kalakarya di lokasi pelaksanaan bimbingan teknis dan sosialisasi.
2. Penyediaan alat stimulan berupa masscrening yang terdiri dari timbangan badan, alat ukur
tinggi badan, lingkar pinggang, tekanan darah, cardiochek, dan EKG yang didistribusikan ke
17 provinsi dan 36 kabupaten/kota.
3. Surveilans Epidemiologi. Kegiatan ini berupa penemuan dan tata laksana penyakit jantung
dan pembuluh darah. Salah satu kegiatan pokok pengendalian penyakit jantung dan
pembuluh darah yaitu penemuan dan tatalaksana yang dilaksanakan melalui deteksi dini
faktor risiko. Lokasi deteksi dini yang dilakukan pada tahun 2010 adalah Bireuen, Kota
Cimahi, Pontianak, Lamongan, Badung, Kota Balikpapan, Kota Pare Pare, dan Kota Banjar
Baru.
4. Pengendalian faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah berbasis masyarakat
melalui peningkatan pemberdayaan peran serta masyarakat. Kegiatan ini dilakukan dengan
melatih kader-kader Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) di 17 provinsi dan 36
kabupaten/kota.
5. Jejaring kerja berdasarkan faktor risiko PJPD. Kegiatan ini dilakukan dengan menjalin
kerjasama dengan lintas sektor, lintas program dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).
Gambaran prevalensi stroke di Indonesia sebagai salah satu penyakit jantung dan
pembuluh darah hasil Riskesdas tahun 2007 dan 2013 menurut provinsi disajikan pada gambar
berikut.

Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan

GAMBAR 6.41
PREVALENSI STROKE PADA UMUR 15 TAHUN () BERDASARKAN DIAGNOSIS DOKTER
MENURUT PROVINSI TAHUN 2007 DAN 2013

161

Sumber: Riskesdas 2007 dan 2013, Badan Litbangkes Kemenkes RI

Dari gambar 6.41 di atas dapat dilihat bahwa provinsi dengan prevalensi stroke pada
umur 15 tahun menurut diagnosis dokter/gejala yang tertinggi pada tahun 2013 ialah
Provinsi Sulawesi Selatan (17,9), kemudian disusul DI Yogyakarta (16,9), dan Sulawesi
Tengah (16,6). Sedangkan prevalensi terendah terdapat di Provinsi Riau (5,2), kemudian
disusul oleh Jambi (5,3), dan Lampung (5,4). Kenaikan prevalensi tertinggi terdapat di
Provinsi Sulawesi Selatan, yakni dari 7,4 pada tahun 2007 menjadi 17,9 pada 2013.
Sedangkan penurunan prevalensi terbanyak terdapat di Provinsi Kepulauan Riau, yaitu dari
14,9 pada 2007 menjadi 8,5 pada 2013. Data dan informasi mengenai stroke menurut
provinsi pada tahun 2013 disajikan pada lampiran 6.36.
Selain stroke, penyakit jantung koroner juga merupakan salah satu penyakit jantung dan
pembuluh darah. Gambaran prevalensi penyakit jantung koroner hasil Riskesdas tahun 2013 di
Indonesia menurut provinsi disajikan pada gambar 6.42.

162

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013

GAMBAR 6.42
PREVALENSI PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA UMUR 15 TAHUN BERDASARKAN DIAGNOSIS
DOKTER/GEJALA MENURUT PROVINSI TAHUN 2013

Sumber: Riskesdas 2013, Badan Litbangkes Kemenkes RI, 2014

Dari gambar 6.42 di atas terlihat bahwa menurut Riskesdas tahun 2013, provinsi
dengan prevalensi penyakit jantung koroner pada umur 15 tahun menurut diagnosis
dokter/gejala tertinggi ialah Provinsi Nusa Tenggara Timur (4,4%). Kemudian disusul oleh
Sulawesi Tengah (3,8%) dan Sulawesi Selatan (2,9%). Sedangkan prevalensi terendah terdapat
di Provinsi Riau (0,3%), Lampung (0,4%), dan Jambi (0,5%).
GAMBAR 6.43
PREVALENSI HIPERTENSI PADA UMUR 18 TAHUN BERDASARKAN WAWANCARA
MENURUT PROVINSI TAHUN 2007 DAN 2013

Sumber: Riskesdas 2007 dan 2013, Badan Litbangkes Kemenkes RI

163
Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan

Dari gambar 6.43 dapat dilihat bahwa secara nasional terjadi peningkatan prevalensi
hipertensi berdasarkan wawancara (apakah pernah didiagnosis nakes dan minum obat
hipertensi) dari 7,6 persen pada tahun 2007 menjadi 9,5 persen pada tahun 2013. Dari gambar
tersebut juga dapat dilihat bahwa provinsi dengan prevalensi hipertensi pada umur 18 tahun
berdasarkan wawancara yang tertinggi pada tahun 2013 ialah Provinsi Sulawesi Utara (15,2%),
kemudian disusul Provinsi Kalimantan Selatan (13,3%), dan DI Yogyakarta (12,9).
Sedangkan prevalensi terendah terdapat di Provinsi Papua (3,3%), kemudian disusul oleh
Papua Barat (5,2%), dan Riau (6,1%). Kenaikan prevalensi tertinggi terdapat di Provinsi
Sulawesi Barat, yakni dari 4,7% pada tahun 2007 menjadi 9,6% pada 2013. Sedangkan
penurunan prevalensi terbanyak terdapat di Provinsi Riau, yaitu dari 8,2% pada 2007 menjadi
6,1% pada 2013. Data dan informasi mengenai hipertensi menurut provinsi pada tahun 2013
disajikan pada lampiran 6.35.
b. Penyakit Kanker
Program pengedalian penyakit kanker dilakukan untuk semua jenis kanker, tetapi saat
ini masih diprioritaskan pada dua kanker tertinggi di Indonesia yaitu kanker leher rahim dan

kanker payudara. Kegiatan yang dilakukan meliputi pencegahan primer, sekunder, dan tersier.
Pencegahan primer dilakukan melalui pengendalian faktor risiko dan peningkatan komunikasi,
informasi dan edukasi. Pencegahan sekunder dilakukan melalui deteksi dini dan tatalaksana
yang dilakukan di Puskesmas dan rujukan ke rumah sakit. Deteksi dini kanker leher rahim
menggunakan metode Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) dan krioterapi untuk IVA (lesi
pra kanker leher rahim) positif, sedangkan deteksi dini kanker payudara menggunakan metode
Clinical Breast Examiniation (CBE). Pencegahan tersier dilakukan melalui perawatan paliatif dan
rehabilitatif di unit-unit pelayanan kesehatan yang menangani kanker dan pembentukan
kelompok survivor kanker di masyarakat.
Selain itu, dilakukan juga pengembangan registrasi kanker sebagai suatu sistem
surveilans dengan menggunakan software SriKanDI (Sistem Registrasi Kanker di Indonesia) di
DKI Jakarta sebagai model, yang akan dikembangkan ke daerah lain di Indonesia. Kegiatan yang
dilakukan dalam rangka pengendalian penyakit kanker antara lain :
1. Pencegahan dan pengendalian faktor risiko.
Sampai dengan tahun 2010 telah disusun Pedoman Pengendalian Penyakit Kanker yang
menjadi acuan bagi petugas kesehatan dan berbagai pihak yang terlibat dalam pengendalian
kanker. Pengendalian faktor risiko kanker juga dilakukan dengan memberikan konseling dan
penyuluhan bagi perempuan yang melakukan deteksi dini kanker leher rahim dan payudara
di Puskesmas. Sampai tahun 2010 terdapat layanan konseling di 68 kabupaten/kota pada 14
provinsi.
2. Penemuan dan tatalaksana kasus.
Program deteksi dini dan tatalaksana yang dilakukan masih diprioritaskan pada 2 kanker
tertinggi di Indonesia yaitu kanker payudara dan kanker leher rahim. Program ini dimulai
sejak tahun 2007 dan telah dicanangkan sebagai program nasional yang dicanangkan oleh
Ibu Negara pada 21 April 2008. Program tersebut dikembangkan oleh Kementerian
Kesehatan dan Female Cancer Program (FCP).
Sampai dengan tahun 2013 program deteksi dini kanker leher rahim dan payudara sampai
tahun 2013, program deteksi dini kedua kanker tersebut telah berkembang di 207
kabupaten pada 32 provinsi, yang dilaksanakan oleh 717 dari 9500 Puskesmas. Saat ini, telah
ada 405 pelatih atau trainers yang terdiri dari dokter spesialis obstetri ginekologi, dokter
spesialis bedah onkologi, dokter spesialis bedah, dokter umum serta bidan dan diperkuat
oleh 1.682 providers atau pelaksana program terdiri dari dokter umum dan bidan. Jumlah

164

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013

diskrining sebanyak 644.951 perempuan atau 1,75% dari target perempuan usia 30-50
tahun, 28.850 (4,47%) IVA positif, curiga kanker leher rahim 840 (1,3 per 1000), benjolan
pada payudara 1.682 (2,6 per 1000).
3. Peningkatan surveilans epidemiologi.
Dalam upaya meningkatkan kualitas surveilans epidemiologi penyakit kanker, agar
diperoleh data kanker yang valid dan tidak ada duplikasi pencatatan di masyarakat, maka
dikembangkan modeling registrasi kanker berbasis populasi di DKI Jakarta. Program
tersebut akan dikembangkan ke daerah lain di Indonesia. Sampai tahun 2010, registrasi di
DKI Jakarta telah dilaksanakan di 79 rumah sakit, 2 klinik, 90 laboratorium patologi, dan 34
Puskesmas kecamatan yang membawahi 301 Puskesmas kelurahan.
4. Peningkatan jejaring kerja dan kemitraan.
Dalam mengembangkan program pengendalian kanker di Indonesia, Kementerian Kesehatan
bekerja sama dengan lintas sektor terkait, pemerintah daerah, organisasi profesi, LSM dalam
dan luar negeri, dan pihak-pihak lainnya. Kerjasama ini diantaranya diwujudkan dalam
penyusunan rencana kerja 5 tahun (2010-2014), yaitu Indonesian Cancer Control Program
(ICCP) yang disusun dari rencana kerja semua pihak yang diintegrasikan. Rencana kerja

tersebut meliputi aspek pencegahan, deteksi dini, diagnosis dan pengobatan, pelayanan
paliatif, surveilans epidemiologi, riset/penelitian, support dan rehabilitasi. Rencana kerja ini
diharapkan menjadi acuan bagi pemerintah daerah dalam menyusun rencana kegiatan
pengendalian kanker di masing-masing daerah.
Gambaran mengenai prevalensi penyakit kanker berdasarkan hasil Riskesdas tahun
2013 menurut provinsi dapat dilihat pada gambar 6.44.
GAMBAR 6.44
PREVALENSI PENYAKIT KANKER () BERDASARKAN DIAGNOSIS DOKTER/GEJALA
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013

Sumber: Riskesdas 2013, Badan Litbangkes Kemenkes RI, 2014

165
Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan

Berdasarkan gambar 6.44 tersebut, dapat dilihat bahwa prevalensi penyakit kanker
menurut diagnosis dokter/gejala hasil Riskesdas tahun 2013 yang tertinggi adalah di Provinsi
DI Yogyakarta (4,1), kemudian Jawa Tengah (2,1), dan Bali (2,0). Sedangkan prevalensi
terendah terdapat di Provinsi Gorontalo (0,2), disusul oleh Nusa Tenggara Barat, dan Papua
Barat (0,6).
c. Penyakit Diabetes Melitus dan penyakit metabolik
Ruang lingkup pengendalian penyakit diabetes melitus dan penyakit metabolik yang
ditangani oleh Subdirektorat Pengendalian Diabetes Melitus dan Penyakit Metabolik adalah
diabetes melitus, obesitas, gangguan kelenjar tiroid, dislipidemia, gangguan metabolisme
kalsium, gangguan sekresi korteks adrenal, dan gangguan kelenjar hipotalamus.
Diabetes melitus disebabkan oleh pola makan/nutrisi, kebiasaan tidak sehat, kurang
aktifitas fisik, dan stress. Tujuan program pengendalian diabetes melitus dan penyakit
metabolik adalah terselenggaranya peningkatan kemandirian masyarakat dalam pencegahan
dan penanggulangan faktor risiko penyakit tidak menular dengan melibatkan pengelola
program pusat, daerah, UPT, lintas program, lintas sektor, organisasi profesi, LSM dan

masyarakat.
Kegiatan pengendalian diabetes melitus dan penyakit metabolik yang telah
dilaksanakan terdiri dari pokok-pokok kegiatan yakni sebagai berikut.
1. Penyusunan pedoman
Sampai dengan tahun 2010 telah disusun 7 pedoman dengan revisi sebanyak 3 kali.
Sosialisasi dan advokasi sampai dengan tahun 2010 juga telah dilakukan di 33 provinsi.
2. Peningkatan kapasitas SDM
Upaya ini telah dilakukan melalui training of trainer (TOT) deteksi dini dan tatalaksana
diabetes melitus dan penyakit metabolik di 16 provinsi. Selain itu juga dilaksanakan
pelatihan terhadap 180 dokter spesialis penyakit dalam dan 180 dokter umum di 6 kota,
yaitu Medan, Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar dan Makassar.
3. Menjalin kemitraan
Upaya lain terkait pencegahan dan penanggulangan faktor risiko adalah menjalin kemitraan
dengan lintas program/lintas sektor melalui pembentukan jejaring kelompok kerja diabetes
melitus, pengembangan partisipasi masyarakat dalam pengendalian diabetes dan penyakit
metabolik di 10 provinsi, serta pengembangan Forum Diabetes Melitus di Indonesia. Pada
tahun 2010 di bentuk Project Partnership Agreement (PPA) antara Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia melalui Ditjen PPPL dengan World Diabetes Foundation (WDF) yaitu
lembaga swasta dunia yang berdedikasi dalam pencegahan dan pengobatan diabetes melitus
di negara berkembang. Tujuan dari kerja sama ini adalah melakukan intervensi pada
masyarakat dalam rangka pencegahan dan pengendalian diabetes melitus beserta faktor
risikonya.

166

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013

GAMBAR 6.45
PREVALENSI DIABETES PADA UMUR 15 TAHUN BERDASARKAN DIAGNOSIS DOKTER/GEJALA
MENURUT PROVINSI TAHUN 2007 DAN 2013

Sumber: Riskesdas 2007 dan 2013, Badan Litbangkes Kemenkes RI

Prevalensi diabetes di Indonesia berdasarkan wawancara tahun 2013 adalah 2


,1%.
Angka tersebut lebih tinggi dibanding dengan tahun 2007 (1,1%). Sebanyak 31 p
rovinsi
(93,9%) menunjukkan kenaikan prevalensi DM yang cukup berarti. Prevalensi tert
inggi
Diabetes pada umur 15 tahun menurut diagnosis dokter/gejala hasil Riskesdas tahun
2013
adalah di Provinsi Sulawesi Tengah (3,7%). Kemudian disusul Sulawesi Utara (3,6%)
dan
Sulawesi Selatan (3,4%). Sedangkan yang terendah ialah di Provinsi Lampung (0,8%), kem
udian
Bengkulu dan Kalimantan Barat (1,0%). Provinsi dengan kenaikan prevalensi terbesar ad
alah
Provinsi Sulawesi Selatan, yaitu 0,8% pada tahun 2007 menjadi 3,4% pada 2013. Seda
ngkan
provinsi dengan penurunan prevalensi terbanyak adalah Provinsi Papua Barat, yakni 1,4%
pada
tahun 2007 menjadi 1,2% pada 2013.
d. Penyakit Kronis dan Degeneratif
Lingkup pengendalian penyakit kronik dan degeneratif adalah Penyakit Paru Obstru
ktif
Kronik (PPOK), osteoporosis, asma, gagal ginjal kronik, thalasemia, SLE/Lupus, osteoart
ritis,
dan rhinitis kronis. Kegiatan pengendalian diabetes melitus dan penyakit metabolik yang t
elah
dilaksanakan terdiri dari pokok-pokok kegiatan yaitu sebagai berikut.
1. Penyusunan NSPK PPKD
Sampai dengan tahun 2013, NSPK yang telah disusun adalah Pedoman Pengen 167
dalian
Penyakit Kronik dan Degeneratif (PPOK), Kepmenkes No. 1022/Menkes/SK/XI/2008 Tgl.
3
Nopember 2008, Modul TOT PPOK, 2007 Pedoman Pengendalian Penyakit
Asma,
Kepmenkes No. 1023/Menkes/SK/XI.2008 Tgl. 3 Nopember 2008, Pedoman Pengendali
an
Osteoporosis, Kepmenkes No. 1142/Menkes/SK/XII/ 2008 Tgl. 4 Desember 2008, Petunj
uk
Teknis Pengendalian Penyakit Ginjal Kronik, 2008, Standar Prosedur Operasi
onal
Penggunaan Alat Penyakit Kronis Degeneratif, 2010, pedoman teknis thalasemia,
2013,
pedoman teknis SLE, 2013, pedoman teknis, upaya berhenti merokok di fasyankes.
2. Deteksi dini PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik) melalui pendekatan praktis peny
akit
paru-paru (PAL) dalam perawatan kesehatan primer.

Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan

3.

Pengendalian Tembakau
Pengendalian tembakau di Indonesia merupakan salah satu upaya pengendalian faktor
risiko PTM, guna menurunkan prevalensi penyakit tidak menular. beberapa upaya yang
telah dikembangkan adalah sebagai berikut.
a. Pengembangan kawasan tanpa rokok
Kemenkes RI menetapkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) sebagai salah satu upaya
untuk melindungi masyarakat terhadap dampak paparan asap rokok terhadap
kesehatan. KTR adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk melakukan
kegiatan produksi, penjualan, iklan, promosi dan penggunaan rokok. Ruang lingkup
KTR meliputi tempat-tempat umum, tempat kerja tertutup, sarana kesehatan,tempat
proses belajar-mengajar, arena kegiatan anak, tempat ibadah, dan angkutan umum.
Sampai dengan tahun 2014 (Juni 2014), sebanyak 144 kab/kota di 32 provinsi telah
memiliki kebijakan mengenai KTR.
b. Upaya berhenti rokok di Fasyankes Primer
Penyediakan layanan upaya berhenti merokok khususnya pada pelayanan kesehatan
primer sebagai ujung tombak sarana pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Tenaga
kesehatan akan melakukan konseling, bagaimana cara menghindar untuk menjadi
seorang perokok, dan bagi yang sudah terlanjur menjadi perokok adalah bagimana
cara berhenti dari ketergantungan merokok. Tujuan upaya ini adalah melindungi
kesehatan masyarakat dari dampak buruk akibat merokok. Pada tahun 2013 upaya ini
sudah dikembangkan dengan tersedianya buku upaya berhenti merokok di fasyankes
primer, dan pada tahun 2014 akan dilakukan pelatihan tenaga kesehatan pada 33
provinsi.
c.

Aksesi Framework Convention on Tobacco Control (FCTC)


untuk membuktikan komitmen Indonesia dalam pengendalian dampak merokok
terhadap kesehatan, Indonesia berkeinginan untuk mengaksesi Framework
Convention on Tobacco Control (FCTC). Kemenkes sebagai pemprakarsa mengajukan
izin aksesi FCTC kepada presiden melalui Menteri Luar Negeri mengacu pada UndangUndang No. 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional dan Peraturan Presiden
No.68 Tahun 2005 tentang Tata Cara Mempersiapkan Rancangan Undang-undang,
Rancangan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang, Rancangan Peraturan
Pemerintah, dan Rancangan Peraturan Presiden, melalui Peraturan Presiden.
Jajak Pendapat masyarakat mengenai penerapan larangan total iklan, promosi dan
sponsorship rokok. Survey ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh
gambaran umum pendapat masyarakat mengenai penerapan larangan total iklan,
promosi dan sponsorship rokok. Survei dilaksanakan di 5 kota, yakni Palembang,
Samarinda, Manado, Yogyakarta, dan Denpasar.
d. Total larangan iklan rokok/tembakau
Pada tahun 2013 telah diterbitkannya Peraturan Pemerintah RI Nomor 109 Tahun
2013 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif berupa Produk
Tembakau bagi Kesehatan yang mengatur peringatan kesehatan bergambar, kawasan
tanpa rokok (KTR), kandungan di dalam rokok (bahan tambahan, nikotin dan tar),
jumlah minimum kemasan, penjualan/peredaran, pengendalian iklan, promosi,
sponsor dan corporate social responsibility (CSR), perlindungan anak dan perempuan
hamil, tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah, serta peran serta
masyarakat.

168

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013

4.

Pengendalian Systemic lupus erythematosus (SLE)


Penyakit Lupus eritematosus sistemik (Systemic lupus erythematosus/SLE) merupakan
penyakit inflamasi autoimun kronis yang belum jelas penyebabnya. Penyakit ini terutama
menyerang wanita usia produktif dengan angka kematian yang cukup tinggi. Faktor
genetik, imunologik dan hormonal serta lingkungan diduga berperan dalam perjalanan
penyakit ini. Penyakit Lupus ini dikenal juga dengan istilah penyakit seribu wajah, karena
memiliki variasi gambaran klinis yang luas serta tampilan perjalanan penyakit yang
beragam. Kekeliruan dalam pengenalan penyakit ini masih sering terjadi, sehingga
seringkali terlambat dalam diagnosis dan penatalaksanaannya. Pengembangan program ini
pada tahun 2013 adalah penyusunan juknis SLE dan pengembangannya pada dua daerah
yaitu di DKI Jakarta dan Jawa Barat.
5. Pengendalian Thalasemia
Program pencegahan thalassemia perlu dilakukan untuk mengurangi jumlah pasien
thalassemia mayor/homozigot di Indonesia. Dari sisi biaya, pencegahan thalassemia
membutuhkan lebih sedikit biaya daripada terapi pasien thalassemia mayor/homozigot
(Thalassemia mayor: thalassemia dengan gejala klinis yang paling berat, melakukan
transfusi darah rata-rata sebulan sekali seumur hidupnya). Konseling dan tes genetik
disarankan untuk keluarga yang membawa sifat Thalasemia. Dengan skrining diharapkan
dapat mengurangi insiden thalassemia, termasuk skrining pranikah dan pra-natal.
Dianjurkan, setiap orang yang belum menikah (Pria dan Wanita) dan setiap pasangan
menikah sebelum rencana kehamilan harus memastikan melakukan skrining untuk
Thalasemia. Pengembangan program pengendalian Thalasemia sampai dengan tahun 2013
adalah penyusunan juknis dan pilot project di dua daerah yaitu Kota Bandung dan Kab.
Garut.
6. Fasilitasi, bantuan teknis dan bimbingan pengembangan Kawasan Tanpa asap Rokok
7. Pengembangan SDM: pelatihan deteksi dini PPOK untuk perawatan kesehatan primer
8. Sosialisasi PPOK
9. Deteksi Dini PPOK melalui uji spirometri dalam kelompok masyarakat berisiko tinggi /
individu secara teratur, yaitu perokok, pekerja pertambangan, ibu rumah tangga yang
menggunakan kayu bakar
10. Membangun dan memperkuat jejaring kemitraan dengan departemen / lembaga dan LSM
Gambaran penyakit kronis dan degeneratif berdasarkan riskesdas 2013 adalah sebagai
berikut.
a. Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
Provinsi dengan prevalensi tertinggi PPOK pada umur > 30 tahun berdasarkan gejala
menurut hasil Riskesdas tahun 2013 adalah Provinsi Nusa Tenggara Timur (10,0%),
kemudian Sulawesi Tengah (8,0%), dan Sulawesi Barat (6,7%). Sedangkan prevalensi PPOK
terendah menurut riset yang sama di tahun yang sama adalah Provinsi Lampung (1,4%),
kemudian Provinsi Riau, Jambi, dan Kepulauan Riau (2,1%). Gambaran mengenai
prevalensi PPOK menurut provinsi pada tahun 2013 dapat dilihat pada gambar 6.46
berikut.

Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan

169

GAMBAR 6.46
PREVALENSI PPOK PADA UMUR > 30 TAHUN BERDASARKAN GEJALA (%)
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013

Sumber: Riskesdas 2013, Badan Litbangkes Kemenkes RI, 2014

b.

Gagal Ginjal Kronis


Peta prevalensi penyakit gagal ginjal kronis di Indonesia menurut hasil Riskesdas tahun
2013 dapat dilihat pada gambar berikut.
GAMBAR 6.47
PETA PREVALENSI PENYAKIT GAGAL GINJAL KRONIS PADA UMUR 15 TAHUN
DI INDONESIA TAHUN 2013

Sumber: Riskesdas 2013, Badan Litbangkes Kemenkes RI, 2014

170

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013

Prevalensi penyakit gagal ginjal kronis pada umur 15 tahun menurut provinsi tahun 2013
ialah antara 0,1% hingga 0,5%. Prevalensi tertinggi terdapat di Provinsi Sulawesi Tengah
dan terendah di Provinsi Kalimantan Timur, NTB, DKI Jakarta, Kepulauan Riau, Kepulauan
Bangka Belitung, Sumatera Selatan, dan Riau.
c. Asma
Prevalensi tertinggi penyakit asma berdasarkan gejala tahun 2013 ialah di Provinsi
Sulawesi Tengah (7,8%). Tertinggi ke dua di Provinsi Nusa Tenggara Timur (7,3%),
kemudian di DI Yogyakarta (6,9%). Sementara itu, prevalensi terendah terdapat di Provinsi
Lampung (1,6%), kemudian diikuti Riau, dan Bengkulu (2%). Gambaran mengenai
prevalensi penyakit asma di Indonesia menurut provinsi tahun 2013 dapat dilihat pada
gambar berikut.
GAMBAR 6.48
PREVALENSI PENYAKIT ASMA BERDASARKAN GEJALA (%)
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013

Sumber: Riskesdas 2013, Badan Litbangkes Kemenkes RI, 2014

Data dan informasi mengenai prevalensi penyakit asma menurut provinsi berdasarkan
hasil Riskesdas 2013 disajikan di lampiran 6.34.
d. Merokok
Usia pertama kali merokok tiap hari di Indonesia pada tahun 2013 terbanyak berada pada
kelompok umur 15 19 tahun (50%). Terbesar ke dua berada pada kelompok umur 20
24 tahun (27%). Gambaran mengenai usia pertama kali merokok tiap hari di Indonesia
pada tahun 2013 dapat dilihat pada gambar 6.49.

Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan

171

GAMBAR 6.49
PROPORSI PENDUDUK BERDASARKAN USIA PERTAMA KALI MEROKOK TIAP HARI
DI INDONESIA TAHUN 2013

Sumber: Riskesdas 2013, Badan Litbangkes Kemenkes RI, 2014

Proporsi penduduk berumur 10 tahun yang merokok tiap hari terbanyak berada di
Provinsi Kepulauan Riau (27,2%), kemudian Provinsi Jawa Barat dan Bengkulu (27,1%).
Sedangkan proporsi yang terendah berada di Provinsi Papua (16,3%), kemudian Bali (18%),
dan Nusa Tenggara Timur (19,7%). Gambaran mengenai Proporsi penduduk berumur 10
tahun yang merokok tiap hari menurut provinsi pada tahun 2013 dapat dilihat pada gambar
berikut.
GAMBAR 6.50
PROPORSI PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN YANG MEROKOK TIAP HARI
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013

Sumber: Riskesdas 2013, Badan Litbangkes Kemenkes RI, 2014

172

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013

B. KESEHATAN LINGKUNGAN
Kesehatan lingkungan mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, menurut
WHO
(World Health Organization), kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologi
yang
harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari ma
nusia.
Menurut WHO, ruang lingkup kesehatan lingkungan diantaranya meliputi penyediaa
n air
minum serta pengelolaan air buangan dan pengendalian pencemaran.

Berdasarkan hal tersebut, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kemente

rian
Kesehatan mengadakan Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013 (Riskesdas 2013). Tujuan
dari
Riskesdas 2013 topik kesehatan lingkungan adalah mengevaluasi program yang suda
h ada,
menindaklanjuti upaya perbaikan yang akan dijalankan, dan mengidentifikasi faktor
risiko
lingkungan berbagai jenis penyakit dan gangguan kesehatan.

1. Air Minum
Komitmen pemerintah terhadap Millenium Development Goals (MDGs) yaitu memast
ikan
kelestarian lingkungan hidup dengan menurunkan target hingga setengahnya proporsi ru
mah
tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap air minum layak dan sanitasi dasar hingga 201
5.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum, air minum adalah air yang melalui proses pengolahan
atau
tanpa proses pengolahan yang
memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung di
minum.
Penyelenggara air minum dapat berasal dari badan usaha milik negara/badan usaha
milik
daerah, koperasi, badan usaha swasta, usaha perorangan, kelompok masyarakat, da
n/atau
individual yang melakukan penyelenggaraan penyediaan air minum. Tidak semua air
dapat
diminum, syarat-syarat kualitas air minum sesuai dengan Peraturan Menteri Kese
hatan
dimaksud, diantaranya adalah sebagai berikut :
Syarat Fisik : Tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna;

Parameter Mikrobiologi E Coli dan total Bakteri Kolifrom, kadar maksimum yan

g di
perbolehkan 0 jumlah per 100 ml sampel;

Syarat Kimia : Kadar Besi : maksimum yang diperbolehkan 0,3 mg/l, Kesadahan

(maks
500 mg/l), pH 6,5-8,5;

Syarat Mikrobiologis : Koliform tinja/total koliform (maks 0 per 100 ml air);

Salah satu parameter air minum adalah parameter fisik. Parameter fisik yang
harus
dipenuhi pada air minum yaitu harus jernih, tidak berbau, tidak berasa dan tidak berw
arna.
Selain itu, air minum tidak menimbulkan endapan. Jika air yang kita konsumsi menyimpan
g dari
hal ini, maka sangat mungkin air telah tercemar. Secara nasional, berdasarkan hasil Risk
esdas
2013, kualitas fisik air minum di Indonesia termasuk dalam kategori baik (tidak keruh, ti
dak
berwarna, tidak berasa tidak berbusa dan tidak berbau) sebesar 94,1%. Rincian lengkap
hasil
Riskesdas 2013 tentang proporsi rumah tangga berdasarkan kualitas fisik air minum
dapat
dilihat pada Lampiran 6.39.
Pembahasan air minum meliputi, proporsi rumah tangga berdasarkan jenis sumber
air
minum, proporsi rumah tangga berdasarkan kualitas fisik air minum, proporsi rumah tan
gga
berdasarkan pengolahan air minum sebelum diminum, proporsi rumah tangga berdas
arkan
cara pengolahan air minum sebelum diminum, dan proporsi rumah tangga yang memiliki
akses
terhadap sumber air minum berdasarkan kriteria JMP WHO-INICEF 2006.

Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan

173

GAMBAR 6.51

PROPORSI RUMAH TANGGA BERDASARKAN JENIS SUMBER AIR MINUM


DI INDONESIA, RISKESDAS 2013

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kemenkes, 2014

Gambar 6.51 hasil Riskesdas 2013 menunjukkan bahwa proporsi rumah tangga
berdasarkan jenis sumber air minum di Indonesia terbesar pada sumur gali terlindung sebesar
22,5%, kemudian air isi ulang sebesar 21 % dan sumur bor/pompa sebesar 12,8%. Proporsi
rumah tangga yang menggunakan air isi ulang dan air kemasan mempunyai persentase yang
cukup besar. Hal ini terjadi seiring dengan kemajuan teknologi serta semakin tinggi tingkat
kesadaran masyarakat terhadap kesehatan terutama dalam pemenuhan kebutuhan air bersih
untuk minum, sementara itu persediaan air tanah yang selama ini menjadi sumber utama air
minum telah semakin berkurang, rumah tangga kini mulai beralih kepada produk air minum
dalam kemasan/isi ulang. Produk ini merupakan salah satu solusi untuk konsumsi air minum
karena produk dapat langsung diminum karena telah melalui proses produksi. Rincian lengkap
hasil Riskesdas 2013 tentang proporsi rumah tangga berdasarkan jenis sumber air minum per
provinsi dapat dilihat pada Lampiran 6.38.
Air yang layak diminum, mempunyai standar tertentu yaitu telah memenuhi
persyaratan fisik, kimiawi dan bakteriologis, dan syarat tersebut merupakan satu kesatuan. Jadi
apabila ada satu saja parameter yang tidak memenuhi syarat maka air tesebut tidak layak untuk
diminum. Agar air layak untuk diminum maka diperlukan pengolahan air sebelum diminum.

174

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013

GAMBAR 6.52

PROPORSI RUMAH TANGGA YANG MENGOLAH AIR MINUM SEBELUM DIMINUM


DI INDONESIA, RISKESDAS 2013

Sumber: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kemenkes, 2014

Gambar 6.52 menunjukkan proporsi rumah tangga yang mengolah air minum sebelum
diminum. Secara nasional proporsi rumah tangga yang mengolah air minum sebelum diminum
sebesar 70,1%. Proporsi terbesar terdapat di Provinsi Maluku Utara sebesar 92,7%, Nusa
Tenggara Timur sebesar 90,6%. Proporsi terendah rumah tangga yang mengolah air minum
sebelum diminum terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar 33,5%, Kepulauan Riau
sebesar 36,6%. Provinsi DKI Jakarta mempunyai proporsi rumah tangga yang mengolah air
minum sebelum diminum relatif kecil (41,6%). Hal ini dimungkinkan banyaknya rumah tangga
yang menggunakan air mineral (air kemasan dan air isi ulang). Pengolahan air sebelum
diminum meliputi dimasak, penyinaran matahari, ditambah larutan tawas, disaring dan tambah
larutan tawas, disaring saja. Rincian lengkap hasil Riskesdas 2013 tentang proporsi rumah
tangga yang mengolah air minum sebelum diminum dapat dilihat pada Lampiran 6.40.

Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan

GAMBAR 6.53

175

PROPORSI RUMAH BERDASARKAN CARA PENGOLAHAN AIR MINUM SEBELUM DIMINUM


DI INDONESIA, RISKESDAS 2013

Sumber: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kemenkes, 2014

Gambar 6.53 menunjukkan proporsi rumah tangga berdasarkan cara pengolahan air
minum sebelum diminum. Hasil Riskesdas 2013, rumah tangga yang mengolah air minumnya
dengan cara dimasak sebesar 96,5%. Cara ini merupakan yang paling banyak dilakukan oleh
rumah tangga. Persentase tertinggi terdapat di Provinsi Banten sebesar 97,8%, Lampung
sebesar 97,6%. Sedangkan persentase terkecil terdapat di Provinsi Maluku sebesar 90,6% dan
Provinsi Kalimantan Tengah sebesar 92,6%. Pengolahan air sebelum diminum dengan cara
penyinaran matahari sebesar 2,3%. Cara ini paling banyak dilakukan di Provinsi Bengkulu
sebesar 3,8%. Pengolahan air sebelum diminum dengan cara disaring saja sebesar 0,8%. Cara
ini paling banyak dilakukan di Provinsi Maluku sebesar 6,2%. Pengolahan air sebelum diminum
dengan cara menambah larutan tawas serta disaring dan menambah larutan tawas sebesar
0,2%. Rincian lengkap hasil Riskesdas 2013 tentang proporsi rumah tangga berdsarkan cara
mengolah air minum sebelum diminum dapat dilihat pada Lampiran 6.41.
Berdasarkan kriteria dari JMP WHO-UNICEF 2006, akses ke sumber air minum
dibedakan menjadi dua, yaitu improved dan unimproved. Improved yaitu rumah tangga yang
mempunyai akses ke sumber air minum air ledeng/PDAM, sumur bor/pompa, sumur gali
terlindung, mata air terlindung, penampungan air hujan, air kemasan (hanya jika sumber air
untuk keperluan rumah tangga lainnya improved). Unimproved yaitu rumah tangga yang
mempunyai akses ke sumber air minum air kemasan, air isi ulang, air ledeng eceran/membeli,
sumur gali tidak terlindung, mata air tidak terlindung, air sungai/danau/irigasi.

176

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013

GAMBAR 6.54

PROPORSI RUMAH TANGGA YANG MEMILIKI AKSES TERHADAP SUMBER AIR MINUM IMPROVED
BERDASARKAN KRITERIA JMP WHO-UNICEF 2006, RISKESDAS 2013

Sumber: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kemenkes, 2014

Gambar 6.54 menunjukkan hasil Riskesdas 2013 tentang proporsi rumah tangga y
ang
memiliki akses terhadap sumber air minum improved. Secara nasional proporsi rumah ta
ngga
yang telah memiliki akses terhadap sumber air minum improved sebesar 66,8%, sed
angkan
rumah tangga yang mempunyai akses terhadap sumber air minum unimproved sebesar 3
3,2%.
Persentase terbesar rumah tangga yang mempunyai akses terhadap sumber air
minum
improved terdapat di provinsi Bali sebesar 82% dan DI Yogyakarta sebesar 81,7%. Persent
ase
terendah rumah tangga yang mempunyai akses terhadap sumber air minum improved ter
dapat
di Provinsi Kepulan Riau sebesar 24% dan Kalimantan Timur sebesar 35,2%. Rincian leng
kap
hasil Riskesdas 2013 tentang proporsi rumah tangga yang memiliki akses terhadap sumb
er air
minum dilihat pada Lampiran 6.42.
Upaya untuk dapat meningkatkan akses air minum dan kualitas air minum yang la
yak
secara nasional terus menerus dilakukan, akan tetapi masih banyak kendala
dalam
pencapaiannya. Kendala tersebut antara lain :
1. Adanya kecenderungan meningkatnya penggunaan air kemasan dan isi ulang s
ebagai
sumber air minum, sementara itu air kemasan dan isi ulang tidak termasuk sebagai su
mber
air minum layak. Hal ini terjadi disebabkan oleh pendataan yang dilakukan saat ini ha
nya
memotret akses terhadap sumber air yang digunakan untuk minum, belum

memperhitungkan kondisi rumah tangga yang memiliki lebih dari satu sumber air
yang
layak untuk diminum;
2. Penyediaan infrastruktur air minum yang ada belum dapat mengimbangi laju pertumb
uhan
penduduk, maupun faktor urbanisasi dan peningkatan konsumsi;

Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan

177

3.

4.

Untuk penyediaan air minum perpipaan, beberapa permasalahan pada tingkat operator air
minum yaitu minimnya biaya operasional dan pemeliharaan, rendahnya tarif, terbatasnya
SDM yang kompeten dan pengelolaan yang kurang efisien;
Terdapat kerusakan di berbagai sarana air minum yang dipakai di masyarakat, termasuk
sumber air minum bukan jaringan perpipaan (BJP) yang tidak terlindungi yang mencapai
10,54%.

2. Sanitasi Layak
Akses terhadap sanitasi layak merupakan salah satu fondasi inti dari masyarakat yang
sehat. Sanitasi yang baik merupakan elemen penting yang menunjang kesehatan manusia.
Sanitasi berhubungan dengan kesehatan lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan
masyarakat. Buruknya kondisi sanitasi akan berdampak negatif di banyak aspek kehidupan,
mulai dari turunnya kualitas lingkungan hidup masyarakat, tercemarnya sumber air minum
bagi masyarakat, meningkatnya jumlah kejadian diare dan munculnya beberapa penyakit.
GAMBAR 6.55
PROPORSI RUMAH TANGGA BERDASARKAN PENGGUNAAN
FASILITAS BUANG AIR BESAR DI INDONESIA, RISKESDAS 2013

Sumber: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kemenkes, 2014

Gambar 6.55 menunjukkan hasil Riskesdas 2013 tentang proporsi rumah tangga
berdasarkan penggunaan fasilitas buang air besar. Secara nasional, proporsi rumah tangga yang
menggunakan fasilitas buang air besar milik sendiri sebesar 76,2%, milik bersama 6,7%, umum
4,2% dan buang air besar secara sembarangan sebesar 12,9%. Provinsi yang mempunyai
persentase terbesar rumah tangga yang menggunakan fasilitas buang air besar sendiri terdapat
di Provinsi Riau sebesar 88,4%, menyusul Lampung dan Kepulauan Riau (keduanya sebesar
88,1%) dan terendah terdapat di Provinsi Gorontalo sebesar 50,2%, menyusul Sulawesi Barat
sebesar 52,8% dan Nusa Tenggara Barat sebesar 57,8%. Rincian lengkap hasil Riskesdas 2013
tentang proporsi rumah tangga berdasarkan penggunaan fasilitas buang air besar menurut
provinsi dilihat pada Lampiran 6.43.

178

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013

GAMBAR 6.56
PROPORSI RUMAH TANGGA BERDASARKAN JENIS TEMPAT BUANG AIR BESAR
DI INDONESIA, RISKESDAS 2013

Sumber: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kemenkes, 2014

Menurut jenis tempat buang air besar yang digunakan, sebagian besar rumah tang
ga di
Indonesia menggunakan kloset berjenis leher angsa sebesar 84,4%, plengsengan sebesar
4,8%,
cemplung/cubluk/lubang tanpa lantai sebesar 7,2%, dan cemplung/cubluk/lubang de
ngan

lantai sebesar 3,7%. Rincian lengkap hasil Riskesdas 2013 tentang proporsi rumah t
angga
berdasarkan jenis tempat buang air besar menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 6.
44.
Berdasarkan tempat pembuangan akhir tinja, berdasarkan hasil Riskesdas
2013,
sebesar 66% rumah tangga di Indonesia menggunakan tangki septik sebagai
tempat
pembuangan akhir tinja. Rumah tangga yang menggunakan tempat pembuangan akhi
r tinja
SPAL sebesar 4%, kolam/sawah sebesar 4,4%, sungai/danau/laut sebesar 13,9%, lubang ta
nah
sebesar 8,6%, pantai/tanah lapang/kebun sebesar 2,7%. Rincian lengkap hasil Riskesdas 2
013
tentang proporsi rumah tangga berdasarkan tempat pembuangan akhir tinja menurut pro
vinsi
dapat dilihat pada Lampiran 6.45.
Berdasarkan konsep dan definisi MDGs, akses sanitasi layak apabila pengg
unaan
fasilitas tempat buang air besar milik sendiri atau bersama, jenis kloset yang digunakan
jenis
leher angsa dan tempat pembuangan akhir tinjanya menggunakan tangki septik atau
Sarana
Pembuangan Air Limbah (SPAL). Metode pembuangan tinja yang baik yaitu dengan ja
mban
dengan syarat sebagai berikut :
1. Tanah permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi
2. Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin memasuki mata ai
r atau
sumur
3. Tidak boleh terkontaminasi air permukaan
179
4. Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain
5. Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar, atau bila memang benar-benar dipe
rlukan,
harus dibatasi seminimal mungkin
6. Jamban harus bebas dari bau atau kondisi yang tidak sedap dipandang
7. Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana dan tidak mahal.
Untuk akses terhadap fasilitas tempat buang air besar (sanitasi) digunakan kriteria J
MP
WHO - Unicef tahun 2006. Menurut kriteria tersebut, rumah tangga yang memiliki
akses

Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan

terhadap fasilitas sanitasi improved adalah rumah tangga yang menggunakan fasilitas buang air
besar milik sendiri, jenis tempat buang air besar jenis leher angsa atau plengsengan, dan tempat
pembuangan akhir tinja jenis tangki septik.
GAMBAR 6.57
PROPORSI RUMAH TANGGA YANG MEMILIKI AKSES TERHADAP FASILITAS SANITASI IMPROVED

BERDASARKAN KRITERIA JMP WHO-UNICEF 2006, RISKESDAS 2013

Sumber: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kemenkes, 2014

Pada Gambar 6.57 proporsi rumah tangga yang memiliki akses terhadap fasilitas
sanitasi improved berdasarkan kriterian JMP WHO-UNICEF 2006 di Indonesia sebesar 59,8%.
Proporsi tertinggi terdapat di Provinsi DKI Jakarta sebesar 78,2%, Kepulauan Riau sebesar
74,8% dan Kalimantan Timur sebesar 74,1%. Proporsi terendah rumah tangga yang memiliki
akses terhadap fasilitas sanitasi improved terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Papua
sebesar 30,5%. Rincian lengkap hasil Riskesdas 2013 tentang proporsi rumah tangga
berdasarkan tempat pembuangan akhir tinja menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran
6.46.
Upaya untuk dapat meningkatkan sanitasi yang layak secara nasional terus menerus
dilakukan, akan tetapi masih banyak kendala dalam pencapaiannya. Kendala tersebut antara
lain :
1. Pembangunan sanitasi belum menjadi kegiatan prioritas di provinsi dan kabupaten / kota.
2. Masih minimnya investasi sektor sanitasi, karena belum mempunyai nilai ekonomis secara
langsung,
3. Proses peningkatan perubahan perilaku tidak dapat dilakukan secara instan, cenderung
membutuhkan waktu yang relatif lama dan kecukupan pendampingan petugas kepada
masyarakat untuk menerapkan perilaku yang lebih sehat dalam kehidupan sehari-hari
secara berkesinambungan.

180

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013

4. Belum meratanya ketersediaan sarana sanitasi yang mudah, murah, dan terjangkau
oleh
masyarakat
Upaya terobosan/inovasi dalam rangka akselerasi pencapaian target melalui

pengalokasian dana APBN dalam bentuk kegiatan Penyediaan Air Minum dan Sanitasi
Total
Berbasis Masyarakat (PAMSTBM) yang diharapkan dapat meningkatkan akses pend
uduk
terhadap sumber air dan sanitasi yang layak di 158 Kabupaten pada 31 Provinsi
melalui
mekanisme Tugas Pembantuan dengan komponen kegiatan Rehabilitasi Sarana Air M
inum
Bukan Jaringan Perpipaan dan Pembangunan Sarana Air Minum.
Selain itu dilakukan upaya penguatan Kemitraan Pemerintah Swasta (KPS) y
akni
melibatkan LSM Lokal/Nasional/Internasional, CSR (Corporate Social Responsibility), do
nor
agency internasional, seperti World Bank, ADB yang diimplementasikan melalui ke
giatan
Pamsimas dan ICWRMIP, serta kegiatan lain yang berorientasi pada pembinaan, penye
diaan
sarana air minum dan sanitasi dasar yang layak serta terbangunnya perilaku hidup bersih
dan
sehat bagi masyarakat dengan menggunakan pendekatan STBM.
3. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
Desa STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) adalah desa yang sudah stop
BABS
minimal 1 dusun, mempunyai tim kerja STBM atau natural leader, dan telah mem
punyai
rencana kerja STBM atau rencana tindak lanjut. STBM menjadi ujung tombak keberh
asilan
pembangunan air minum dan penyehatan lingkungan secara keseluruhan. Sanitas
i total
berbasis masyarakat sebagai pilihan pendekatan, strategi dan program untuk me
ngubah
perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan menggunakan m
etode
pemicuan dalam rangka mencapai target MDGs. Dalam pelaksanaan STBM mencakup 5 (
lima)
pilar yaitu:
1. Stop buang air besar sembarangan,
2. Cuci tangan pakai sabun,
3. Pengelolaan air minum dan makanan yang aman di rumah tangga,
4. Pengelolaan sampah dengan benar, dan
5. Pengelolaan limbah cair rumah tangga dengan aman.
Jumlah desa STBM mengalami peningkatan dari 6.235 jumlah desa pada tahun
2011
kemudian menjadi 11.165 desa. Pada tahun 2013 dari target desa yang melaksanakan
STBM
sebanyak 16.000 desa telah tercapai sebanyak 16.228 desa. Jika dilihat jumlah desanya,
maka
yang terbanyak adalah di Jawa Timur yaitu 3.618 desa, diikuti oleh Jawa Tengah, Nusa Teng
gara
Barat, dan Nusa Tenggara Timur.
Kegiatan untuk mempercepat pelaksanaan STBM dilakukan bersama penyediaa
n air
minum dalam satu kegiatan Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Total Berbasis Masya
rakat

(
A
S
B
)
K
g
t
n
n
d
a
s
n
k
n
d
1
8
k
b
p
t
n
y
n
b
r
d
d
3
p
o
n
m
l
u
m
k

nisme Tugas Pembantuan. Hasil kegiatan ini berupa pembangunan 119 sarana ai
r
komunal dan 14.865 sarana air bukan jaringan perpipaan yang direhabilitasi serta 4.001
desa
dilakukan pemicuan STBM.
4. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Dalam upaya meningkatkan kesehatan anggota keluarga, Pusat Promosi Kese
hatan
Kemenkes berupaya meningkatkan persentase rumah tangga ber-PHBS. PHBS di rumah
tangga
adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan
mampu
mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan keseh
atan

Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan

181

di masyarakat. Untuk mencapai rumah tangga ber-PHBS, terdapat perilaku hidup bersih dan

sehat yang dipantau, yaitu


1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan merupakan orang yang ahli
dalam membantu persalinan. Jika ada kelainan dapat diketahui dan ditolong. Peralatan
tenaga kesehatan aman, bersih, dan steril.
2. Memberi bayi ASI eksklusif. Keunggulan ASI diantaranya kandungan gizinya sesuai
kebutuhan bayi, mengandung zat kekebalan, melindungi alergi, terjamin kebersihannya,
tidak basi, memperbaiki refleks menghisap, menelan, dan pernapasan bayi.
3. Menimbang balita setiap bulan. Manfaat yang didapatkan diantaranya mengetahui apakah
balita tumbuh sehat, mencegah gangguan pertumbuhan balita, mengetahui balita sakit,
berat badan dibawah garis merah, gizi buruk, kelengkapan imunisasi, penyuluhan gizi.
4. Menggunakan air bersih. Manfaat air bersih yaitu menghindarkan dari gangguan penyakit
seperti diare, kolera thypus dan lain-lain. Sumber air bersih dari mata air, sumur atau
pompa, ledeng, air hujan atau air kemasan.
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun. Mencuci tangan membunuh kuman yang ada
di tangan, mencegah penularan penyakit seperti diare, ISPA, penyakit kulit.
6. Menggunakan jamban sehat. Syarat jamban sehat yaitu tidak mencemari sumber air
minum, tidak berbau, kotoran tidak dapaat dijamah serangga dan tikus, tidak mencemari
tanah sekitar, aman dan mudah dibersihkan, dilengkapi dinding dan atap, penerangan dan
ventilasi cukup, lantai kedap air dan luas ruangan memadai, tersedia air, sabun dan alat
pembersih.
7. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
dengan cara 3M plus (Menguras, Menutup, Mengubur, plus Menghindari gigitan nyamuk).
Menguras dan menyikat tempat penampungan air. Menutup rapat tempat penampungan
air. Mengubur atau menyingkirkan barang bekas yang dapat menampung air.
8. Makan sayur dan buah setiap hari. Manfaat makanan berserat diantaranya mencegah
diabetes, melancarkan buang air besar, menurunkan berat badan, membantu pembersihan
racun, mencegah kanker, mengatasi anemia, membantu perkembangan bakteri baik dalam
usus.
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari. Dilakukan sedikitnya 30 menit setiap hari berupa
pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga yang penting bagi
pemeliharaan kesehatan fisik, mental, dan mempertahankan kualitas hidup agar tetap
sehat dan bugar sepanjang hari.
Pada tahun 2013, persentase rumah tangga yang ber-PHBS tertinggi di provinsi
Kalimantan Timur sebesar 75,26% diikuti oleh Provinsi Jawa Tengah sebesar 75,14%.
Sedangkan persentase terendah di Provinsi Papua Barat sebesar 25,50% kemudian Provinsi
Nusa Tenggara Barat sebesar 28,94%.
5. Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat
Kabupaten/Kota Sehat (KKS) merupakan salah satu indikator pelaksanaan kegiatan
penyehatan lingkungan dalam RPJMN dan Renstra 2010-2014. KKS adalah suatu kondisi
kabupaten/kota yang bersih, nyaman, aman dan sehat untuk dihuni penduduk, yang dicapai
melalui terselenggaranya penerapan beberapa tatanan dengan kegiatan yang terintegrasi yang
disepakati masyarakat dan pemerintah kabupaten/kota.
Peraturan bersama antara Menteri Dalam Negeri dengan Menteri Kesehatan Nomor 34
Tahun 2005 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kab/Kota Sehat (KKS) merupakan dasar
kegiatan penyehatan lingkungan untuk mewujudkan Kabupaten/Kota Sehat yang dimulai sejak

182

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013

tahun 1998. Kegiatan tersebut diawali di Cianjur, Balikpapan, Bandar Lampung, Pekalongan,

Malang, dan Jakarta Timur.


Penghargaan bagi daerah yang melaksanakan KKS berupa penghargaan SWASTISABA
dengan tiga kategori yaitu padapa, wiwerda, dan wistara. Pemberian penghargaan ini telah
diselenggarakan sejak tahun 2005 dan dilakukan setiap dua tahun sekali.
Pendekatan KKS tidak hanya mengutamakan pada terselenggaranya upaya peningkatan
lingkungan fisik tapi juga sosial dan budaya, serta perilaku dan pelayanan kesehatan agar
dilaksanakan secara adil, merata, dan terjangkau dengan memaksimalkan seluruh potensi
sumber daya di kabupaten/kota tersebut secara mandiri sehingga diharapkan dapat
mewujudkan kondisi yang kondusif bagi masyarakat untuk meningkatkan produktivitas dan
ekonomi wilayah dan masyarakat dalam meningkatkan kehidupan masyarakat yang lebih baik.
Pada tahun 2013, kabupaten/kota yang menyelenggarakan program KKS sebanyak 325
kabupaten/kota. Provinsi yang seluruh kabupaten/kotanya telah mencapai KKS sebanyak 12
provinsi. Terdapat 4 provinsi belum ada kabupaten/kotanya yang mencapai KKS yaitu Maluku,
Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat.
***

Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan

183

Sebagian peserta Pelatihan Teknis Penyusunan Profil Kesehatan tingkat nasional di Bali.

184

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013

DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2011. Hasil Sensus Penduduk 2010, Data Agregat Per Provinsi. BPS,
Jakarta.
Badan Pusat Statistik, BKKBN, Kementerian Kesehatan RI. 2012. Survei Demografi Keseh
atan
Indonesia 2012. BPS, Jakarta
Badan Pusat Statistik. 2013. Statistik Kesejahteraan Rakyat 2012. BPS, Jakarta.
Badan Pusat Statistik. 2013. Statistik Indonesia 2013. BPS, Jakarta.
Badan Pusat Statistik. 2014. Statistik Indonesia 2014. BPS, Jakarta.
Badan Pusat Statistik. 2014. Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial-Ekonomi
Indonesia,
Februari 2014. BPS, Jakarta.
Badan Pusat Statistik. 2014. Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi Edisi 45, Februari 2014
. BPS,
Jakarta.
Direktorat Bina Upaya Kesehatan Dasar. 2011. Data 101 Puskesmas Prioritas Nasional
DTPK
Tahun 2007-2010 Edisi 5. Kemenkes, Jakarta.
Kementerian Dalam Negeri RI. 2013. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 18 Tahun
2013
Tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan. Kementerian D
alam
Negeri, Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI.
2007. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
369/MENKES/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Bidan. Kementerian Kesehatan
RI,
Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI.
2010. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
HK.02.02/MENKES/148/I/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Pera
wat.
Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI.
2011. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1796/MENKES/PER/VIII/2011 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan. Kementeri
an
Kesehatan RI, Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI. 2011. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor
492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Kementeri
an
Kesehatan RI, Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI. 2007.
enterian
Kesehatan RI, Jakarta.

Riset Kesehatan Dasar, Riskesdas 2007. Kem

K
m
e
t
i
K
s
h
t
n
R
2
1
.
R
s
t
K
s
h
t
n
D
s
r
R
s
e
d
s
2
1
.
K
m
e
t
i

e
e
a
a
R
J
a
a

K
m
e

terian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar, Riskesdas Dalam Angka 201
3.
Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.

Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan

185

Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal RI, 2010. Peraturan Presiden Nomor 5

Tahun 2010, Tentang RPJMN 2010 2014. Jakarta.


Pusat Data dan Informasi. 2011. Data Penduduk Sasaran Program Pembangunan Kesehatan
2011-2014. Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.
Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan

***

186

Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013

No

Jumlah Lahir Hidup

Provinsi

Jumlah Bayi (0 tahun)

Jumlah Batita (0-2 tahun)

Jumlah Anak Balita (1 - 4 tahun)

Jumlah
Penduduk
Muda (<15
Tahun)Total
JumlahLaki-laki
Penduduk
Usia Produktif
Tahun)
Jumlah
Penduduk
Perempuan
Total Usia
Laki-laki
Perempuan
Perempuan
Total (15-64
Laki-laki
Perempuan
Total 2Usia
L
Provinsi
Laki-Laki
Perempuan
Total Wilayah
Provinsi
Laki-Laki
PerempuanPembagian
TotalLuas Wilayah (Km )
Provinsi
Jumlah
Wanita
Usia
Subur (15
Jumlah
WUS
Imunisasi
Provinsi
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)Ibu Hamil
(12)
(13)
(14)
Provinsi
Jumlah
Jumlah
Ibu Bersalin/N
Kelompok
Umur
Laki-Laki
Perempuan
n)
Laki-laki Kabupaten
Perempuan
TotalKota
Laki-laki
Perempuan
Total
Laki-laki
Perem
Kabupaten
+ Kota 307.478
Kecamatan
Kelurahan
15
51.734
48.851
100.585
50.714
47.889
98.603
158.126
149.352
212.333
200.707
413.040

No
No
No
No

(1)

Laki-laki

1 Aceh
(1)
(1)
(2)(2) (2)(2)
(1)
(1)
(2)
2 Sumatera Utara

155.503

(3)
149.084

(3)
(3)
(4)
(3)
(3) 149.327
49 tahun)
304.587

(5) (4)
143.165

(4)
(5)
(4)
(5)
(6)
(8) (6)
(5) (7)
(5)
- 39(4)
tahun)
292.492
452.951
431.537
884.488
616.563

(9) (6)
(10
(7)
583.635 (6)
1.200.198

1 (1)Aceh
Aceh
2.335.639
4.671.874
57.956,0010
(2)
(3)
(4) 2.999.888
1
Aceh
766.308 2.336.235
725.766
1.492.074
1.492.6802.335.639
1.507.208
77.247
18 2.336.235
51.038.732
23
289 4.671.874
1.297.379
110.644
55.136
52.907
108.043
52.946
50.806
103.752
158.181
149.952
308.133
215.523
202.084 105.615
417.607
2 1Sumatera
Sumatera
Utara
6.686.105
6.705.126
13.391.231
72.981,2330
Utara
6.686.105
6.705.126
13.391.231
2
Sumatera
Utara
2.284.638
2.158.616
4.443.254
4.181.621
4.239.722
8.421.343
219.846
0-4
12.192.415
11.516.429
Sumatera
25 70.658
82.767.175
33
436 280.672 319.817
Sumatera Utara
Utara
3.566.110
335.046
42 Riau
72.822
68.343
141.165
66.313
136.971
219.238
206.552
425.790
296.992
577.664 66
3
Sumatera
Barat
2.538.993
42.012,8917
Barat
3 Sumatera
Sumatera
826.453 2.496.318
777.243
1.603.696
1.553.7842.538.993
1.589.202
3.142.986
116.081
Sumatera
Barat
12 2.496.318
7
19 5.035.311
179 5.035.311
Sumatera Barat
Barat
1.294.275
991.998
118.847
5-9
11.791.615
53 2Jambi
35.707
33.838
69.545
34.646 12.518.639
32.833
67.479
105.948
100.435
206.383
142.828
135.403 113.445
278.231 25
4
Riau
2.980.192
6.143.674
87.023,6624
3.163.4822.032.665
6.143.674
44 Riau
Riau
1.046.134 3.163.482
986.531
2.040.6382.980.192
1.911.748
3.952.386
76.710
8
Riau
10
2
12
163
Riau
1.691.253
1.365.431
155.281
148.223
6 3Sumatera Selatan
84.211
79.861
164.072
80.866 12.192.890
76.690
157.556
247.649
234.661
482.310
333.648
315.402
649.050
10-14
11.521.632
5
Jambi
1.628.796
3.329.887
50.058,1616
1.701.091
3.329.887
55 Jambi
Jambi
521.223 1.701.091
493.938
1.015.161
1.122.6201.628.796
1.072.948
2.195.568
57.248
6
Jambi
9
2
11
138
Jambi
925.340
733.000
76.500
73.023
7 Bengkulu
19.347
18.321
37.668
18.578
17.594
36.172
55.936
52.836
108.772
76.013
71.622
147.635
15-19 1.219.592 3.998.335
11.095.683
10.729.820
Sumatera
Selatan
3.859.102
7.857.437
91.592,4317
66 4Sumatera
Selatan
3.998.335
7.857.437
Sumatera
Selatan
1.153.263
2.372.855
2.629.8353.859.102
2.531.328
5.161.163
148.908
Selatan
11
4
15
228
37
Sumatera
Selatan
2.157.139
1.696.201
180.479
172.275
8 Lampung
83.833
78.274
162.107
80.504
75.166
155.670
238.441
224.361
462.802
312.248
295.168
607.416
Bengkulu
918.667
19.919,3316
7 Bengkulu
918.667
881.001
Bengkulu
282.235
266.697
548.932 881.001
603.398
576.953
1.180.351
33.034
3
20-24
10.334.210
10.453.214
9 14.361
1
10 1.799.668
126 1.799.668
Bengkulu
497.437
392.051
41.435
97 5Kepulauan
Bangka Belitung
14.801
13.898
28.699
13.486
27.847
43.143
40.699
83.842
57.382
54.422 39.552
111.804
88 Lampung
Lampung
4.055.310
3.825.459
34.623,8019
3.825.459
8
Lampung
1.191.210
1.123.834
2.315.044
2.671.322
2.507.246
5.178.568
192.778
12 4.055.310
2
14 7.880.769
225 7.880.769
Lampung
2.124.701
1.642.575
178.318
10
Riau
25.215
23.315
48.530
24.466 11.112.770
22.622
47.088
73.550
68.490
142.040
95.047
89.243 170.213
184.290 20
6Kepulauan
25-29
11.161.338
99 Kepulauan
Kepulauan
Bangka
Belitung
694.047
1.339.774
16.424,06 6
Bangka
694.047 394.142 645.727
645.727
9
Kepulauan
Bangka
Belitung
201.983
192.159
469.716
426.441
896.157
22.348
2
Kepulauan
BangkaBelitung
Belitung
360.991
31.569
Kepulauan
Bangka
Belitung
6 85.878
1 287.100
7
47 1.339.774
11
Jakarta
87.605
87.173
174.778
85.455
171.333
265.418
254.579
519.997
357.600
332.653 30.134
690.253
7DKI
30-34
10.400.346
10.328.297
10
Kepulauan
Riau
993.305
944.272
1.937.577
8.201,72
Kepulauan
Riau
993.305
944.272
1.937.577
10
Kepulauan
Riau
292.467
274.939
567.406
681.090
648.832
1.329.922
19.748
2
10
Kepulauan
Riau
588.266
500.139
53.383
50.957
Kepulauan
Riau
2
7
65 1.702.863 3.504.473 14
12 Jawa
Barat
443.621
420.341
863.962 5 430.441
407.854
838.295
1.312.134 1.242.049
2.554.183 1.801.610
8DKI
35-39 1.225.817 5.069.248
9.760.871
9.582.502
11
DKI
Jakarta
4.932.695
10.001.943
664,01 16
Jakarta
5.069.248
4.932.695
10.001.943
11
DKI
Jakarta
1.161.694
2.387.511
3.697.455
3.607.528
7.304.983
145.976
11
DKI
Jakarta
3.111.642
2.468.100
192.255
183.516
1
5
6
44
26
13 Jawa Tengah
292.542
271.165
563.707
286.778
265.824
552.602
847.099
794.447
1.641.546 1.118.066 1.059.136
2.177.202
12
Jawa
Barat
23.136.432
22.336.398
35.377,76
Jawa
Barat
22.336.398
129DI
Jawa
Barat
12.405.443
9.590.149
950.358
907.160
12
Jawa
Barat
6.457.014
15.330.091
14.747.793
30.077.884
985.402
Barat
40-44
17 23.136.432
8.700.187
9
26 45.472.830
8.573.652
626 45.472.830
63
14
Yogyakarta
27.805 6.820.939
26.479
54.284
27.257 13.277.953
25.958
53.215
82.729
78.068
160.797
108.660
101.984
210.6441.13
13
Jawa
Tengah
16.239.620
16.444.959
32.684.579
32.800,69
Jawa
Tengah
16.239.620
16.444.959
32.684.579
13
Jawa
Tengah
8.776.034
6.388.763
620.078
591.893
13
Jawa
Tengah
4.409.137
4.170.286
8.579.423
10.783.631
10.965.193
21.748.824
1.046.852
1.30
Tengah
29
6
35
573
15 10
Jawa Timur
297.538
284.695
582.233
291.676
279.086
570.762
893.840
852.229
1.746.069
1.233.387 1.172.190
2.405.577 76
45-49
7.351.899
7.325.898
14
DI
Yogyakarta
1.758.098
1.801.982
3.560.080
3.133,15
DI
1.758.098104.011
1.801.982
14 Banten
DIYogyakarta
Yogyakarta
970.733
59.713
56.999
14
DI
Yogyakarta
401.420
379.000
780.420
1.207.109
1.231.881
149.569
4 110.178
1 705.171
5
78 3.560.080
4
16
114.734
108.312
223.046
214.189
342.869
323.490
666.3592.438.990
474.222
447.026
921.248 19
11
50-54
6.132.107
5.953.237
15
Jawa
Timur
18.893.068
19.375.757
38.268.825
47.799,75
15 Bali
JawaTimur
Timur
10.575.339
7.682.285
640.456
611.344
Jawa
19.375.757
15
Jawa
Timur
4.573.175
9.388.737
12.920.694
13.234.143
26.154.837
1.156.812
Timur
29 18.893.068
9
38
664 38.268.825
78
17
36.056 4.815.562
32.949
69.005
35.346
32.300
67.646
110.135
101.716
211.851
148.797
138.780
287.5771.56
55-59
4.600.113
4.231.429
Banten
5.893.367
5.629.651
9.662,92
1612
Banten
3.329.343
2.664.420
245.351
234.199
16
Banten
5.629.651
Banten
1.667.445
4 5.893.367
3.442.514
4
3.968.874
3.783.006
8 11.523.018
155 11.523.018
149.424
27
18
Nusa
Tenggara Barat
53.201 1.775.069
49.944
103.145
51.088
47.961
99.049
148.535
140.165
288.7007.751.880
200.751
190.410
391.161 17
17
Bali
Bali
2.085.318
1.131.968
2.054.372
841.880
4.139.690
75.906
72.456
5.780,06
17
Bali
2.085.318
2.054.372
4.139.690
1713
BaliTenggara Timur
8 60.658
1
9
57 249.472
8
Bali
553.101
516.602
1.069.703
1.405.521
1.389.761
2.795.282
126.696
60-64
3.059.983
3.273.268
19
Nusa
63.167
60.207
123.374
57.817
118.475
186.844
178.017
364.861
262.419
511.891 14
18
NusaTenggara
Tenggara
Barat 46.917 741.742
1.330.767
1.051.216
113.460
108.303
Nusa
Tenggara
Barat
18.572,32
18
Nusa
2.396.039
1814
Tenggara
Barat
8 2.255.609
2
10 4.651.648
116 4.651.648
13
Nusa
Tenggara
Barat
704.560
1.446.302
1.414.643
1.576.511
2.991.154
99.224
20
Kalimantan
Barat Barat
44.400 2.255.609
91.317
45.054
42.637 2.396.039
87.691
139.912
132.367
272.279
192.566
182.470
375.036 11
65-69
2.326.065
2.580.641
19
NusaTenggara
Tenggara
Timur 23.396 951.957
1.226.077
948.815
135.712
129.543
19
Nusa
Tenggara
Timur
48.718,10
Nusa
2.503.794
19 Kalimantan
Tenggara
Timur
20 2.468.008
1
21 4.971.802
306 4.971.802
31
19
Nusa
Tenggara
Timur
899.777
1.851.734
1.396.875
1.473.831
119.176
21
Tengah Timur
22.102 2.468.008
45.498
22.935
21.667 2.503.794
44.602
73.189
69.196
142.3852.870.706
102.735
97.137
199.872 13
15Kalimantan
70-74
1.601.000
2.012.171
20
Kalimantan
Barat
1.211.846
957.465
100.449
95.883
20
Kalimantan
Barat
2.303.134
2.205.834
4.508.968
147.307,00
Barat
2.303.134
2.205.834
4.508.968
20
Kalimantan
Barat
12
2
14
174
20
Kalimantan
Barat
734.991
698.571
1.433.562
1.487.582
1.424.297
2.911.879
80.561
22 Kalimantan Selatan
40.863
38.444
79.307
39.240
36.918
76.158
116.636
109.604
226.240
154.879
145.449
300.328 8
21
Kalimantan
Tengah 75+
642.504
515.774
50.048
47.773
1.679.306
2.329.329
21
Kalimantan
Tengah
1.115.714
153.564,50
Kalimantan
Tengah
1.115.714
2116
Kalimantan
Tengah
13 1.213.109
1
14 2.328.823
136 2.328.823
21
Kalimantan
Tengah
370.076
349.198
719.274
731.754
1.540.980
33.807
3
23
Kalimantan
Timur
44.884
42.325 1.213.109
87.209
43.999
41.492
85.491 809.226
135.177
127.265
262.442
180.617
169.609
350.226 13
22
Kalimantan
Selatan
1.091.768
850.060
87.238
83.273
22
Kalimantan
Selatan
38.744,23
Kalimantan
1.897.539
22 Sulawesi
Kalimantan
Selatan
11 1.943.008
2
13 3.840.547
152 3.840.547
Jumlah 21.165 575.512
22
Kalimantan
Selatan
540.633
1.116.145
1.308.563
1.275.917
123.364.472
58.933
8
24
Utara Selatan
20.133 1.943.008
41.298
20.536125.058.484
19.536 1.897.539
40.072
62.987
59.481
122.4682.584.480
87.295
81.713
169.008 14
23
Kalimantan
Timur
1.097.357
868.505
95.930
91.570
23
Kalimantan
Timur
204.534,34
23 Sulawesi
Kalimantan
Kalimantan
Timur
Timur
10 2.088.597
4
1.879.196
14 3.967.793
151 3.967.793
25
Tengah
30.138
28.637 2.088.597
58.775
28.941
27.500 1.879.196
56.441
90.581
85.724
176.3052.660.698
128.067
120.890
248.957 22
23
Kalimantan
Timur
625.211
586.119
1.211.330
1.414.790
1.245.908
48.596
4
24
Sulawesi
Utara
614.713
45.428
43.363
24
Sulawesi
Utara
1.153.336
13.851,64
24 Sulawesi
Utara
11 1.201.332
4 457.013
15 2.354.668
167 2.354.668
Sulawesi
Utara
1.153.336
26
Selatan
84.853
80.862 1.201.332
165.715
81.483
77.652
159.135
246.717
233.650
480.3671.567.576
337.856
318.442
656.298 33
24
Sulawesi
Utara
338.640
315.985
654.625
804.787
762.789
57.905
7
25
Sulawesi
Tengah
733.460
576.10285.685
64.653
61.714
25
Sulawesi
Tengah
1.359.836
61.841,29
25 Sulawesi
Tengah
10 1.427.328
1
11 2.787.164
171 2.787.164
Sulawesi
Tengah
1.359.836
27
Tenggara
29.627
28.170 1.427.328
57.797
28.450
27.052
55.502 902.052
81.066
166.7511.761.115
117.784
110.962
228.746 16
25
Sulawesi
Tengah
475.683
448.563
924.246
859.063
49.593
5
26
Sulawesi Selatan
Selatan
2.269.148
1.750.359 4.250.18024 8.305.154
182.287
174.001
26
Sulawesi
46.717,48
26 Gorontalo
Selatan
21 4.054.974
3
306 8.305.154
78
Sulawesi
28
11.669 1.317.333
11.064 4.054.974
22.733
11.206
10.625 4.250.180
21.831
34.355
32.427
66.7825.283.738
47.193
44.575
91.768 26
26
Sulawesi Selatan
Selatan
1.244.015
2.561.348
2.543.614
2.740.124
194.027
27
Sulawesi Tenggara
Tenggara
627.218
504.357
63.577
60.687
27
Sulawesi
1.180.918
38.067,70
27 Sulawesi
Sulawesi
Tenggara
10 1.189.631
2
12 2.370.549
205 2.370.549
29
Barat
14.741
14.026 1.189.631
28.767
14.156
13.469
27.625 721.197
44.019
41.652
85.6711.450.232
62.284
58.823
121.107 37
Sulawesi
Tenggara
1.180.918
27
Sulawesi
Tenggara
427.149
401.894
829.043
729.035
41.285
4
28
Gorontalo
301.266
234.083
25.007
23.870
Gorontalo
555.584
554.710
1.110.294
11.257,07
28 Maluku
Gorontalo
5
1
6
77
30
20.077
19.316
39.393
19.279
18.550
37.829
60.533
57.744
118.277
84.881
80.156
28
Gorontalo
555.584
554.710
1.110.294
Gorontalo
181.727
173.249
354.976
356.269
358.728
714.997
17.588165.037 7
2
29 Sulawesi Barat
322.570
257.613
31.644
30.206
29 Maluku
Sulawesi
Barat
5 12.565
0
5
69 1.252.071
29
Sulawesi
Barat
626.895
1.252.071
16.787,18
31
Utara
13.084
12.600
25.684
24.665 371.634
40.171625.176
38.533
78.704 749.919
57.215
54.649
111.864 7
Sulawesi
Barat
626.895 12.100
29
Sulawesi
Barat
231.696
218.792
450.488 625.176
378.285
23.565
2
30 Maluku
420.517
333.171
43.333
41.363
30 Papua
9 10.196
2
11 1.662.965
118 1.662.965
32
30
Maluku
Barat
10.617
10.044
839.425
20.661
9.645
823.540
19.841 497.238
31.874823.540
29.997
61.871 994.826
43.453
40.778
46.914,03
84.231 3
Maluku
839.425
30
Maluku
310.167
290.044
600.211
497.588
32.020
3
Sumber:
Pusat
Data
dan
Informasi
Kemenkes
RI,
20
31 Maluku Utara
290.361
235.255
28.253
26.969
31 Papua
Utara
7 26.445
2
9
112 1.114.917
33
27.255
24.748
52.003
50.458 349.814
101.508545.713
91.568
193.076 686.217
166.031
148.669
314.700 11
31
Maluku Utara
Utara
569.204
1.114.917
31.982,50
Maluku
569.204 24.013
31
Maluku
Utara
203.893
192.174
396.067 545.713
336.403
15.497
1
13
32 Papua
Barat
225.885
183.871
22.727 9.826.945 9.277.194 19.104.139
21.694
Indonesia
2.433.864 2.304.828 4.738.692
2.235.686 4.596.537
7.206.110 6.813.909
32 Papua
Barat
102.360.851
1
11 14.020.019
174 846.711
7
32
Papua
Barat
846.711 543.680
99.671,63 12
Barat
446.542
32
Papua
Barat
149.359 446.542
139.172
288.531 400.169
289.430 400.169
254.250
7.753
33 Papua
924.784
760.174
57.203
54.603
33 Papua
28 1.758.0581.159.535
1
29 3.310.715
467 3.310.715
33
Papua
1.552.657
319.036,05 9
33
Papua
621.580 1.758.058
537.955
1.117.5761.552.657
1.000.043
2.117.619
18.902
1
Indonesia
68.133.634
52.239.003
5.212.568
4.975.636
Indonesia
Indonesia
125.058.484
123.364.472
1.913.578,68
399
98 82.545.369
497248.422.956
6.994
8.30
Indonesia
125.058.484
123.364.472
248.422.956
Indonesia
36.890.004
34.818.903
71.708.907
81.615.459
164.160.828
5.623.111
6.93
Aceh
Aceh Barat
31 Sumatera

Lampiran 1.1
PEMBAGIAN WILAYAH ADMINISTRASI PEMERINTAHAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
Sumber:
Pusat Data
dan Informasi
RI, 2013 18 Tahun 2013
Berdasarkan
Peraturan
Menteri
DalamKemenkes
Negeri Nomor

Lampiran 1.2

Sumber: Kementerian Dalam Negeri, 2013


Sumber:
Pusat
Data
dan
Informasi
RI, 20
Sumber:
Pusat
Data
dandan
Informasi
Kemenkes
RI, Kemendagri,
201
Sumber:
Pusat
Data
Informasi
Kemenkes
RI,
2013
Sumber:
Pusat
Data
dan
Informasi
Kemenkes
RI,Kemenkes
2013
13
3

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA MENURUT KELOMPOK UMUR DAN JENIS KELA
MIN TAHUN 2013

Lampiran 1.3
ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN DAN RASIO JENIS KELAMIN MENURUT PROVINS
I TAHUN 2013

Lampiran 1.4
ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN, LUAS WILAYAH DAN KEPADATAN PENDUDUK MENUR
UT PROVINSI TAHUN 2013
Lampiran 1.5
ESTIMASI JUMLAH LAHIR HIDUP, JUMLAH BAYI (0 TAHUN), JUMLAH BATITA (0-2 TAHUN), JUMLAH ANAK BALITA (1 - 4 TAHUN), JUMLAH BALITA (0 - 4
TAHUN) MENURUT PROVINSI TAHUN 2013

Lampiran 1.6
ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK MENURUT PENDUDUK USIA MUDA, USIA PRODUKTIF DAN USIA NON PRODUKTIF MENURUT J
ENIS KELAMIN PROVINSI TAHUN 2013

Lampiran 1.7

ESTIMASI JUMLAH WANITA USIA SUBUR (15 - 49 TAHUN), WUS IMUNISASI (15 - 39 TAHUN), IBU HAMIL, IBU BER
SALIN
DAN IBU NIFAS MENURUT PROVINSI TAHUN 2013

No
No

No

(2)

Maret

2011Kota+Desa

Kota

September

2012

Desa

September

Jumlah Anak Prasekolah (5Juta


- 6 tahun)
Jumlah Anak Usia
Kelas 1 SD/Setingkat
(7 Tahu Jumlah Anak
U
Orang)
Persentase
Penduduk Miskin
Gari
ProvinsiProvinsi Jumlah Penduduk Miskin (dalam
2010
2011
2012
Tahun
n)(10)
Laki-laki
Perempuan
Total
Laki-laki
Perempuan
Total
Laki-laki
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
Desa
Kota+Desa
Kota +
Kota+Desa
KotaDesa
Kota+Desa
Kota
Kota
Desa
Desa Desa
Kota
+ Desa 99,66
99,19 Kota
94,99
73,53
24,11
99,03Kota
94,07
72,41
27,48
99,35
94,41 Desa
74,44 Kota
28,67

Aceh
(2)
2 (1)Sumatera Utara
(1)
(2)

1
(1)
(1)Aceh
2

Desa

Persentase Garis
Persentase
Persentase
Persen
7 - 12 Tahun13-15
Tahun
19-24Jumlah
Tahun(ribu
7 - 12
Tahun13-15
Tahun 16-18
Tahun19-24
Tahun
7 -Kemiskinan
12 Tahun13-15
Tahun
16-18 Tahun19-24
Tahun
7 - (ribu
12 Tahun
Garis Kemiskinan
Jumlah (ribu Tahun16-18
Kemiskinan
Garis Kemiskinan
Jumlah
(ribu Persentase
Garis
Jumlah (ribu
Garis Kemiskinan
Jumlah
Penduduk
Penduduk
Penduduk
Pendu
Provinsi
Indeks
Kedalaman
Kemiskinan
(P1) * Penduduk
Indeks
Keparahan
Kemiskinan
(P2)**
Indeksorang)
Kedalaman
Kemiskinan
* (15)Indek
(Rp/kapita/bulan)
orang) (4)
(Rp/kapita/bulan)
(Rp/kapita/bulan)
orang)
(Rp/kapita/bulan)
(2)
(6) orang)
(8)
(10)(%)
(12)
(14) (P1)orang)
(3)
(5)
(7)
(9)
(11)
(13) (Rp/kapita/bulan)
Miskin (%)
Miskin
(%)
Miskin
Miskin (%)
Miskin

No
No
(1)
No
(1)

Maret

2010

Kota

Provinsi
Provinsi

(2)

Sumatera Utara

156,37
11,59
(3)
(2)
98,90
(3) 92,26 (3) (4)66,94

359.217
307.352

654,04

98,24 2,34
89,51
12,31

9,98

19,96
330.654 (7)
840,70
17,60
(4)
(5) 684,34
(6) (5)
(8)
(3) 98,33
(4)
67,54 (6) (6)16,42
(4)15,65
(5)89,10

(7) (9)
98,59

319.416

263.061
685,12
10,13
284.853
1.339,16
10,06
3,44
3,13
0,72
0,90
0,85
97.337
92.144
189.481
50.340
65,65 26,43
21,26
98,10
89,64
68,12
22,00
0,30
38,74
14,6
3 Sumatera Barat
332.837
119,53
6,17
288.215
287,94
9,39
305.502
407,47
8,14
22 2Riau
Sumatera
Utara
1,58
1,54
0,36 599.327
0,38
0,37
4
98,75 1,49 92,09 308.786
64,54
14,02
97,71
87,94
65,06 154.632
15,21
Sumatera
Utara
290.541
Sumatera
Utara346.796
0,35
2001
8,60
29,27
4 2Riau
146,30
6,15
312.591
322,98
8,73 37,87 325.978
469,28 9,79
7,72
5
98,27
85,56
56,11
12,81
98,34
88,07
59,49
15,36
33 3Jambi
Sumatera
Barat
1,00
1,02
1,01
0,24
0,19
0,21
Sumatera
Barat
Barat337.930
111.327 258.408
215.024
55.922
0,33
2002
13,32
25,08 103.697
5 3JambiSumatera
100,00
9,89
166,15
7,27 38,39
282.803
266,15 14,46
8,07
6
Selatan
98,00 1,15 85,41
54,79
12,07
97,91 0,33 85,32
55,93
12,25
4 4Sumatera
Riau
1,20
1,18
0,29
0,30
Riau
0,33
Riau
145.974
283.892
71.568
6 4Sumatera
Selatan2003
311.606
384,77
13,77
252.497
725,60
14,50 37,34
273.682
1.110,37 13,57
14,24
12,26
25,08 137.918
7
Bengkulu
98,67
88,25
59,63
16,95
98,29
90,82
62,34
16,81
5 5 Jambi
1,42
0,80
0,99235,44
0,33
0,14 327,35
0,19
7 5Bengkulu
328.972
91,91
16,64
19,10
296.171
18,34
Jambi
Jambi
69.954 281.468
66.218 0,30
136.172
35.219
2004
11,37
36,15
12,13
8 Lampung
98,71 1,95
86,62
51,34 24,78
9,82
55,41
10,01
Sumatera Selatan
2,15
2,08930,05 97,90
0,43 85,85276.7590,48
0,46
86 Lampung
310.464
233,01
11,59
265.105
16,00
1.163,06
14,86
Sumatera
Selatan
6 Sumatera
0,34 35,1
Selatan
154.60897,02
319.122
82.312
2005
22,78,90
11,68
96 Kepulauan
Bangka
Belitung 97,10 12,40
80,59 164.514
47,51
83,54
49,17
8,86
Bengkulu
2,29
0,51
0,84 69,22
0,74
97 Kepulauan
Bangka Belitung
390.488
22,73
3,473,32
409.901 3,0046,49
6,91
400.324
5,21
Bengkulu
7
0,37
7 Kepulauan
Bengkulu
37.711
73.151 65,74 13,47
18.822
2006
39,3
10
Riau
99,35 14,49
92,16
66,56 24,81
8,6435.44097,84
96,42
8,71
108 Kepulauan
Riau
383.332
99,67
6,232,37
326.819 2,2726,99
7,48
372.941
6,46
Lampung
1,99
0,50
0,53 126,67
0,52
Lampung
0,36 37,17
11
Jakarta
99,16 13,56
91,45 151.495
61,99 23,61
17,91
92,01
58,56
17,13
88DKI
Lampung
142.53998,09
294.034
77.428
2007
12,52
119 DKIKepulauan
Jakarta
407.437
354,19
3,550,71
- 0,07
407.437
3,55
Bangka Belitung
0,37
0,540,15 354,19
0,11
12
Barat
Kepulauan
Bangka
98,29
Belitung
82,73
47,82 22,19
10,3826.42697,85
85,69
50,37
10,71
9Jawa
0,30
2008
12,77
34,96
9Jawa
Kepulauan
Bangka
Belitung
27.721
54.147
13.840
12
Barat
258.538
2.501,00
8,44
240.945 0,69
1.796,04
11,59
252.496
9,52
10
Kepulauan
Riau
0,75
0,44
0,17
0,074.297,04 11,65
0,15
1310
Jawa TKepulauan
engah
98,95
85,33
53,72
11,34
88,39
55,00
11,17
Riau254.800
0,29
13
Tengah
2009Riau
1.911,21
11,91
12,87
235.202
20,62
2.821,74
15,99 32,53
244.161
14,56
10Jawa
Kepulauan
42.858
40.57298,62
19.987
11
DKI
Jakarta
0,63
0,00
0,63
0,17 83.430
0,004.732,95 10,72
0,17
14 DIDI
Yogyakarta
99,69
94,02 13,43 73,06 256.55844,03 234,73 99,46
97,59
75,85
41,73
Jakarta
14 11
Yogyakarta
297.391
315,47
19,29 31,02 283.454
550,19 9,87
15,43
2010
11,10
19,931,32
11 Jawa
DKIDKI
Jakarta
167.652
155.720 0,36
83.909
12
Barat
1,18
1,60
0,27 323.372
0,37
0,30
15 Jawa
Jawa
Timur
98,74 1.550,4688,82 8,57 59,39 250.53012,43
98,26
90,04
58,79
12,73
15 12
Timur
265.203
3.220,80
16,15
257.510
4.771,26
12,55
Jawa
Barat
0,36
Maret
2011
11,05
18,972,21
30,02
9,23
12
Jawa
Barat
908.807
857.146
1.765.953
465.830
13
Jawa
Tengah
2,01
2,38
0,53
0,56
0,54
16 Banten
98,01
81,70 4,76 50,90 242.33111,70 292,45 98,23
88,36
56,16
12,53
16 Banten
273.828
363,80
7,72
263.398
656,24
5,74
Jawa
Tengah
13
0,34
September
10,95
18,942,40
29,89
9,09
14
Yogyakarta
3,02
0,50
0,63
0,55
13BaliBDIaJawa
Tengah 2011287.551
558.139
530.439
1.088.578
291.368
17
li
98,69 2,08
65,22 249.44615,31
98,45
92,22
68,91
17,83
17
96,3589,26 3,90
66,17
4,04
272.349
162,51
3,95
DI
Yogyakarta
14
0,41
14Nusa
Maret
2012 286.020
10,65
18,49
29,13
8,78
15
Jawa
Timur
2,32
1,84
0,33
0,52
0,43
14
DI
Yogyakarta
51.754
48.889
100.643
18
Nusa
Tenggara
98,26 1,31
57,71 243.620
15,39
97,76
91,52
60,45
16,84
18
Tenggara
Barat Barat
391,4086,52 20,28
439,45
16,32
261.318
830,84 26.418
17,97
Jawa
Timur2012 96,49 0,66
15Nusa
0,34
15
September
10,51
18,09
28,59
8,6
16
Banten
0,76
0,70
0,17
0,13
0,16
19
Tenggara
49,22 217.918
14,44
95,96
85,88
60,21
15,37
15
Jawa
Timur
621.869
589.659
1.211.528
19
Nusa
Tenggara
Timur Timur
308.059
113,5781,24 11,54
879,99
22,13
235.805
993,56 324.935
20,03
Banten
16
0,42
20
Kalimantan
Barat
97,04
84,48
50,35
11,43
96,19
83,67
49,89
12,11
17
16
Bali
Maret
2013
0,60
10,33
0,28
17,74
0,47
0,14
28,07
0,03
8,39
0,10
20
Barat
263.058
71,75
5,30
297,26
9,51
248.592
369,01 119.062
8,24
16Kalimantan
Banten
231.984 242.321 218.157
450.141
Bali
17
0,37
21
Kalimantan
98,70 2,96
54,50 17,92
11,06
98,10
85,64
54,33
12,59
18
Nusa
Tenggara
2,74
0,64
0,59
0,61
21
Kalimantan
TengahTengahBarat
33,2386,83 4,302,59
103,72
6,75
294.543
136,95 8,52
5,93
17
September
2013287.333
10,63
28,55
17
Bali
73.979 298.172
69.423
143.402
38.038
2218
Kalimantan
Selatan
97,90 1,41
50,23 272.61412,18
54,08
13,81
Tenggara
Barat
22
Kalimantan
Selatan
52,0580,59 3,253,88
0,40
5,88
181,74
4,77
19
NusaNusa
Tenggara
Timur 298.518
3,39129,69 97,62
0,45 82,89283.5150,98
0,88
18 Nusa Tenggara Barat
95.104
90.450
185.554
49.385
2319
Kalimantan
98,68 0,60
64,76 349.93514,88
67,60
16,56
23
Kalimantan
Timur Timur
401.132
90,4292,49 3,711,45
9,90
237,96
6,06
Nusa
Tenggara
Timur
0,38
20
Kalimantan
Barat
1,19147,54 98,68
0,12 92,78381.7060,34
0,28
19Sulawesi
Nusa
Tenggara Timur
137.733
129.980 9,40
267.713 61,09
66.607
24
98,30 0,63
56,75 233.41513,30
14,25
24
UtaraUtara
242.840
63,8189,06 6,04
184,40
7,88
21
Kalimantan
TengahBarat
0,98
0,86120,59 97,93
0,13 87,79237.6720,22
0,19
Kalimantan
20Sulawesi
0,37
20Sulawesi
Kalimantan
100.199
195.627
25
Sulawesi
Tengah Barat 298.646
97,52
50,06 265.58214,6995.428
96,58
84,14
57,59
14,40
25
Tengah
59,7984,17 8,90
345,63
16,53
273.624
405,42 51.580
14,67
2221Kalimantan
selatanTengah
0,36
0,65
0,53
0,07
0,14
0,11
Kalimantan
0,30
26
Selatan
221.892
147,9782,63 4,89
639,69
12,24
203.070
787,67 26.042
9,54
26
Sulawesi
Selatan Tengah
97,00
53,00 192.16118,6448.209
97,16
84,04
56,66
20,40
21Sulawesi
Kalimantan
51.127
99.336
2322Kalimantan
Timur Selatan
0,42
1,50
0,83
0,10
0,32
0,19
Kalimantan
0,37
27
Sulawesi
Tenggara
215.910
31,7288,17 4,92
269,99
15,82
204.406
301,71
12,83
27
Sulawesi
TenggaraSelatan
97,81
59,93 200.05818,2872.931
97,36
86,88
62,66
19,87
22
Kalimantan
77.660
150.591
40.248
2423Sulawesi
Utara
0,94
1,38
1,18
0,21
0,31
0,26
Kalimantan
Timur
0,37
28
224.622
17,84
4,77
24,07
221.457
192,58
17,51
28 Gorontalo
49,61 219.82712,87 174,75 96,87
82,95
57,90
19,33
23 Gorontalo
Kalimantan
Timur 96,86 1,71 81,78 86.635
80.933
167.568
42.910
25
Sulawesi
Tengah
3,54
3,09
0,48
1,22
1,04
Sulawesi
Utara
24
0,37
29
BaratBarat
218.429
27,1477,92 9,19
13,27
213.403
154,01
12,30
29 Sulawesi
Sulawesi
95,93
44,54 211.85010,47 126,86 95,33
81,10
55,72
13,23
24Maluku
Sulawesi
Utara
48.380
44.754 0,37
26
Sulawesi
Selatan
0,61
2,28
1,67
0,14 93.134
0,68 321,84 24.134
0,48
Sumber
: Badan
Pusat
Statistik,
30
315.012
48,75
7,93
26,35
296.778
19,49
Sulawesi
Tengah
3025
Maluku
98,27
92,85 2014
72,40 285.96721,88 273,09 98,18
91,89
67,21
23,65
25Maluku
Sulawesi
Tengah
69.218
65.311
27
Sulawesi
Tenggara
2,74
2,12
0,08 134.529
0,74
0,56
31
Utara
284.374
9,1990,76 2,99
74,25
9,22
258.060
83,44 34.513
7,50
3126
Maluku
Utara
97,23 0,51
64,12 248.02617,04
97,04
89,89
64,70
16,80
Sulawesi
Selatan
0,40
28
Gorontalo
4,65
3,18
0,03 339.959
1,34
0,90
26
Sulawesi
Selatan
175.121
164.838
32
Papua
BaratBarat
382.905
14,2190,25 5,65
210,06
35,64
363.929
224,27 91.458
26,67
32
Papua
94,43 0,32
60,12 355.83914,66
94,38
88,59
65,40
18,31
Sulawesi
Tenggara
27
0,42
33
Papua
51,9074,35 6,11
965,46
39,92
315.025
1.017,36 29.378
31,13
29
Sulawesi
Barat
2,21
1,89
0,20 115.628
0,61
0,52
27
Sulawesi
Tenggara362.401
59.625
56.003
33
76,22 0,82
48,28 298.39513,18
73,36
71,29
50,55
13,32
Gorontalo
28Papua
0,43
Indonesia
289.042
8,39
17.741,03
14,32
271.626
28.066,55
11,37
Indonesia
98,02 10.325,53
56,01 253.27313,77
97,58
57,85
14,26
30
Maluku
1,49 86,24
5,30
3,88
0,41 87,78
1,61
1,16
28
Gorontalo
26.340
25.153
51.493
12.785
Sulawesi Barat
29
0,36
31
Maluku UtaraBarat
0,31
0,95
0,78
0,05 63.6460,18
0,14
29
32.671
30.975 0,33
16.460
Maluku
30 Sulawesi
32 Papua Barat
0,60
8,81
6,35
0,11
3,03
2,16
30
43.770
40.719 0,34
84.489
21.701
Maluku Utara
31 Maluku
33 Papua
1,11
8,92
6,89
0,29
2,88
2,21
31
Utara
29.431
27.881 0,38
57.312
14.230
Papua
Barat
32 Maluku
Indonesia
1,25
2,24
1,75
0,31
0,56
0,43
32
Barat
21.285
19.974 0,41
41.259
10.139
Papua
33 Papua
Indonesia
33 Papua
84.025
74.114 0,38
158.139
43.371
Sumber:BadanPusatStatistik,2014
Indonesia
4.910.185
4.627.189
9.537.374
2.504.571

11
Aceh
Aceh
3
Barat
Aceh
11Sumatera
2000

374.261
330.517

156,80

11,55
(10)
(8)
69,73

689,21

10,45
292.186
701,59
10
3,68
3,20
0,51
97.99819,14
71,38
27,64
98,81
0,32 306.155
98
6,38
321.252
255,74
1,80
1,72
0,44
65,79
16,00
98,59
300.017
0,33 913.162

(7)90,85

47.658
90,79
0,3398,381,96
22,38
360.768
124,89
1,63 87,64
145.385
0,3598,14
366.057 24,84
162,71
90,83
1,12
52.158
0,3598,65
21,1
369.835
106,36
98,040,99
88,52
0,36 328.335
67.505
375,96
20,23
98,961,22
92,63
0,34 358.294
33.31197,66
98,592,1320,11
90,03
326.468
222,75
0,3497,74
77.302
19,98
3,11 83,52
416.935
23,07
0,3698,2717.699
21,81
94,96
405.578
95,34
1,67
0,3798,9772.676
93,79
20,37
434.322
0,35 375,70
88,51
0,3098,34
18,93
13.206
281.189
2.626,16
1,04
89,59
0,3298,87
268.397
17,35
1.870,73
18.903
0,39
98,32
0,4499,77
317.925 16,56
325,53
78.787
1,53 91,70
98,66
278.653
1.622,03
0,41 439.441
15,72
98,292,06 414,46
90,97
0,38 300.109
15,59
2,18
276.274
99,20
95,15
298.449
105,14
0,4098,191,42
15,12
25.050
91,55
299.886
364,08
0,3796,121,14 14,7
88,68
307.942
321.163
98,05
0,4096,63
85,22
0,8014,32
280.423
77,77
111.773
0,4198,50
85,55
3,60
299.970
45,76
14,42
35.673
0,3697,90
313.691
60,97
1,91 85,35
46.902
435.313
98,88
0,3699,17
0,80 96,53
62.66965,06
255.566
0,38 88,50
0,4098,22
49.17984,42
96,54
324.072
64,32
0,47
0,34
235.488
160,53
97,59
87,69
24.524
0,80
0,37
240.089
36,71
97,41
37.79287,85
0,96
0,3897,52
237.600
22,84
82,57
40.047
1,32
0,3995,66
230.973
24,59
81,13
22.29751,11
0,88
358.068
0,3898,30
94,66
32.56190,87
0,60
317.176
11,06
0,4198,24
0,65
414.900
12,85
0,4195,5686.13091,65
387.789
45,41
0,48
27.574
75,34
68,99
0,46 308.826 10.634,47
97,951,13 89,66
12.258
0,34
0,27
15.613
0,41
0,63
20.107
0,33
0,48
13.413
0,40 1,41
9.501
0,42
0,41
37.799
2.359.109

337.962
(11)
(9)698,92
(12)20
(5)(8)
17,36
99,04

18,41
109
339.829
359,82
15,23
98,78
1,27
0,29
0,36 336.947
18,2
137
280.660
175,20
58,31
13,55
98,52
1,30
1,18
0,21
0,40 407.166
139.07317,42
13,28
270.166
732,25
14
13
66,71
19,32
99,47
1,07
1,12
0,2517
17,29
313.265
222,75
0,34 207.684
68.53016,66
14
59,80
11,60
99,03
2,69
2,49
0,5215
10,89
284.504
0,40 911,53
159.614
15,97
50,89
8,67 483.815
98,12 16
3,29
3,24
3,47
436.899
47,83 0,826
0,35
36.52117,75
69,72
9,60 113.162
98,61 17
5,79
364.773
29,68 0,399
2,43
2,23
0,36 481.987
60,81
17,79
99,35 18
150.104
16,58
3,72
0,89
0,62
0,0455,69
12,09
98,86 20
0,29 1.756,49
27.04615,42
78.363
8,69
268.251
0,93
1,02
0,2711
58,56
11,78
99,28
0,35 2.834,14
12,53
256.368
22
16
- 38.89014,15
0,39 102.717
0,07
80,22
44,32
99,96 17
0,42 473.628
13,73
275.786
209,66
13,33
23
162.696
1,8961,68
1,65
0,44
14,35
99,06 16
8,90
269.294
3.243,79
0,412.775.025
12,49
25
905.271
2,64
2,37
0,51
58,58
15,55
98,60
5,27
264.632
268,25
7
0,381.819.239
12,36
26
2,03
2,13
0,52
567.642
70,80
18,62
99,27
4,17
261.613
81,38
5
0,43
26
2,66
2,07
0,34
51.46811,96
60,75
17,59 159.142
98,16
18,69
263.107
438,37
16
0,36
11,66
27
0,77
1,02
0,37
62,15
18,36
97,34
632.877
1.992.576
10,10
234.141
911,10
22
0,39
54,65
14,18
96,86
0,55
11,37
0,70
0,20
28
5,68
316,40
10
230.835 265.898 724.156
0,43 99,60
54,06
13,65
99,01
2,09
2,72
0,97
5,80
311.647
306
73.71111,47
225.837
57,55
16,68
98,80
3,75
290.576
0,35 122,31
3,31
3,04
0,505
96.287
299.432
71,16
19,22
99,46
3,99
389.784
0,36 157,03
1,52
1,30
0,1710
129.276
65,43
16,25 378.085
98,91
6,12
245.872
1,34
1,02
0,0410
0,38 135,10
100.759
59,60
16,23 303.252
97,67 15
9,45
293.567
335,78
0,70
0,61
0,10
0,33
5,23
696,91
61,60
22,76 149.442
98,21 13
50.566 207.023
1,98
1,25
0,27
0,38
5,52
221.905
290,00
65,26
23,70 232.245
98,02 16
1,32 78.040 1,16
0,22
0,36 178,13
6,00
232.048
57,82
20,07
97,92 24
82.957 2,28
242.066
2,59
0,28
0,43
8,57
228.346
129,61
56,37
14,21
95,03 13
46.431 339.466
2,10
1,65
0,26
7,96
271,40
0,40 138.230
68,40
29,00
98,77 26
67.074 281.482
2,31
1,83
0,099
3,56
74,77
68,26
21,70
97,97
0,41 194.779
4,55
3,22
0,1036
177.588
553.074
4,89
389.163
221,38
67,18
19,90
95,58
0,40
5,22
1.012,57
1,54
1,30
0,0540
56.952 322.079
170.457
50,66
13,80
75,51
0,4417.919,46
8,52
275.779
14
61,06
98,36
5,00
3,52
0,24
25.043 15,84
73.759
0,31
1,13 32.073 0,89
0,04
0,38 94.782
8,20
5,89
0,12
41.808
0,34 125.329
8,69
6,56
0,10
27.643
0,43 80.478
2,37
1,89
0,37
19.640
0,44 57.853
0,41 269.781
81.170
4.863.680
14.963.805
6,68

59,11
1,36
108.080
10,41

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2014

Lampiran 1.8
Sumber
: Badan Pusat
Statistik,
2014 SEKOLAH, JUMLAH ANAK USIA KELAS 1 SD/SETINGKAT, DAN JUMLAH ANAK USIA SD/SETIN
ESTIMASI
JUMLAH
ANAK
PRA
Sumber:
Pusat Data dan
Informasi
Kemenkes RI, 2013
GKAT MENURUT
PROVINSI
TAHUN
2013

Lampiran 1.9
INDEKS GINI MENURUT PROVINSI TAHUN 2010 - 2013
Keterangan : Indeks Gini adalah suatu koefisien yang menunjukkan tingkat ketimpangan atau kemerataan distribusi pendapatan, nilai koefisien adalah 0 - 1
Nilai 0 menunjukkan distribusi yang sangat merata dan nilai 1 menunjukkan distribusi yang timpang

Lampiran 1.10
JUMLAH PENDUDUK MISKIN, PERSENTASE PENDUDUK MISKIN DAN GARIS KEMISKINAN
TAHUN 2000 - 2013
Lampiran 1.11
GARIS KEMISKINAN, JUMLAH DAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN MENURUT PROVINSI DAN TIPE DAERAH TAHUN 2013

Lampiran 1.12
INDEKS KEDALAMAN KEMISKINAN (P1) DAN INDEKS KEPARAHAN KEMISKINAN (P2) MENURUT PROVINSI TAHUN 2
013
Catatan :
*) Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing - masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan, Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh rata-rata pengeluaran
penduduk dari garis kemiskinan.

**) Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin, semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk misk
in.

LAMPIRAN 1.13

ANGKA PARTISIPASI SEKOLAH (APS) PENDIDIKAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2010 - 2013

No
No

2010
2010

Provinsi
Provinsi

No
No.
No
No

Provinsi
Provinsi
Provinsi
Provinsi
(2)

(1)

(1)
(1)
(1)

1 Aceh
(1)

(2)
(2)
(2)

1
1 Aceh
Aceh

Kab/Kota
(3)
(3) (3)

(2)

Laki-Laki

2010

(3)

97,32
115,06

Tertinggal

(4)

97,82(4) (4)
2009

17

2011
2011

2011

Bali

114

Tenggara
Timur
19
18
Nusa
Tenggara
Barat
17 Nusa
Bali
21
Kalimantan
Tengah

Kab/Kota
(Rp.000)Tertinggal
(6)
(7)(7)
(6)
(7)
95,97
2012
(7)
92,57
74,76
105,59 615,60 96,4672,16
8,90
96,95
(4)
(5)
(6)
98,17 52,17
98,60
96,26
12
55,72
91,4623
67,96
89,0274,65
8,91 72,69
97,46 104,56
315
325 640,23 96,40
330
97,60
97,86
18,18
33
55,06
93,47
67,10
72,82
104,08
87,496
8,57 506
97,16
638,73
74,28
542
555
98,52
98,73
97,87
67,94
103,93
89,49
42,11
19
8
52,24
91,67
65,98
8,63 246
98,42
254 650,83 85,9876,53
260
63,21
105,55
97,57
98,07
94,31
45,31 0,00
92,69
66,54
12
0
193
203 637,60 89,6273,30
207
8,05 60,87
96,16 103,84
43,49 0,00
89,79
64,12
98,07
98,37
96,52
11
0
169
174 633,57 90,5573,42
176
7,84 68,83
97,44 106,04
49,97 46,67
92,75
68,55
97,52
97,83
92,99
15
7
293
304 631,86 88,6173,40
317
8,33 57,81
95,40 103,78
41,97
91,47
66,56
97,31
97,36
92,73
60,00
10
6
60,59
106,43
80,82
170
178
178
7,82
95,02
621,77
71,94
38,69
91,12
60,19
79,63
102,33
98,86
97,56
97,87
93,45
28,57
14
4
265
269
276
7,58 54,74
95,8392,01
645,3773,34 73,37
63,14
98,03
90,78
14,29
7
160
98,28
58
98,49
58
96,21
9,73 50,57
97,6789,79
644,9668,85 75,78
51,37
101,26
87,56
6628,57
67
7 632,17 98,83
269
99,66
10,9599,47
99,15
77,97
38,84
92,26
69,57
61,61
102,70
92,65
341 0,00
340
340
6
97,84
94,60
8,0697,65
96,29
635,80
72,73
79,29
104,52
89,400
45,00
90,19
69,77
1.028 7,69
1.046
1.046
26 640,4169,15
2
94,50
86,48
67,06 90,3491,98
100,88
92,89
7,2994,38
72,94
59,35

(4)

78,58
87,99

1 Sumatera
Aceh
68,80 (3)
(1)
2
Utara(2)
98,41 12
23
95,33
74,76
114,20
89,83
21 Sumatera
Utara
69,65
Aceh
309
3
Sumatera
Barat
97,82
2
Sumatera
Utara
33
Sumatera
Barat
95,51
68,22
3
3 Sumatera Barat
110,63
80,34 6
32 Sumatera
Barat
69,76
Sumatera
Utara
500
RSumatera
iau
98,82
43 Riau
Riau
114,73
85,43 8
Barat
19
96,24
71,36
4
43 Riau
71,55
Sumatera Barat
242
54 Jambi
Jambi
113,02
79,29 0
ambi
97,41
95,61
66,91
5
Riau
12
Riau Selatan
176
54 Sumatera
Jambi
69,25
6
113,75
82,12
94,1711
66,27
665 Sumatera
Sumatera
Selatan
98,18
Jambi Selatan
0
Jambi Selatan
163
Sumatera
69,80
765 Bengkulu
112,83
81,34
95,53
70,39
776 Bengkulu
Bengkulu
97,58
Sumatera
Selatan
15
Sumatera Selatan
284
876 Lampung
111,18
82,05 7
Bengkulu
70,16
95,20
69,61
88 Lampung
Lampung
96,45
77 Kepulauan
Bengkulu
10
98
Bangka
Belitung
116,19
68,75 6
Bengkulu
167
Lampung
69,75
92,86
53,58
9 Kepulauan Bangka Belitung
10
Riau
111,61
89,68 4
99
Bangka
Belitung
97,34
88 Kepulauan
Lampung
14
Lampung
264
Kepulauan
Bangka Belitung94,5669,05
Kepulauan
Riau
72,92
10
11
DKI
Jakarta
110,45
91,42 1
9
Kepulauan
Bangka
Belitung
7
10
9
Kepulauan
Kepulauan
Riau
Bangka
Belitung
98,20
55
10 Kepulauan
Riau
69,85
Jakarta
94,59
71,96
11
12 DKI
Jawa
Barat
110,31
79,27
10 DKI
Kepulauan
Riau
61
10
Kepulauan
7
2
11
Jakarta
99,43
11
DKI
JakartaRiau
73,35
Jawa
Barat
95,02
68,43
12
13
Jawa
Tengah
113,19
80,60
11
DKI
Jakarta
339
11
DKI
Jakarta
6
12
Jawa
Barat
97,76
12
Jawa
Barat
68,40
14 Jawa
DI Yogyakarta
108,16
93,47 0
Tengah
95,93
69,92
13
12 Jawa
Jawa
Barat
1.008
12
Barat
26
13
Tengah
93,59
15
Jawa
Timur
110,20
83,10 2
13
Jawa
Tengah
71,55
DI
Yogyakarta
94,76
75,55
14
13 Banten
Jawa Tengah
849
16
111,28
74,19 0
13 Jawa
Jawa
Tengah
35
14
DIYogyakarta
Yogyakarta
73,27
14
DI
95,83
Timur
95,63
70,17
15
14 B aDIl iYogyakarta
119
17
111,56
76,69
14 Banten
DI
Yogyakarta
5
15
Jawa
Timur
94,7369,86
60,32 0
16
15
Jawa
Timur
92,77
15 Nusa
Jawa
Timur Barat
944
18
Tenggara
109,47
85,07
a l i Timur
95,5365,05
67,83 5
17
16
Banten
15 BBanten
Jawa
38
16
97,56
19
Tenggara Timur
115,59
68,52
16 Nusa
Banten
196
Barat
95,1670,78
71,73 2
18
17
Bali
16 Nusa
8
17
BBanten
a l Tenggara
i
93,01
20
Kalimantan
Barat
115,61
69,65
1 Aceh
2
2 Sumatera
SumateraUtara
Utara

2011

2012
Total

2012
2012

Perempuan

2012

Rasio Puskesm

Pengeluaran
Pe
SMP/Mts/
Paket SM/SMK/MA/
Jumlah
Puskesmas
Paket SM/SMK/MA/
Paket
SM/SMK/MA/
Angka Harapan
SMP/Mts/
Rata-rata
SM/SMK/MA/
Lama Angka
Melek
SMP/Mts/
SM/SMK/MA/
Angka Harapan
SMP/Mts/
Rata-rata
Lama
SM/SMK/MA/
Angka 2011
Melek
2011
2012
2010
2011 SD/MI/Paket
2012
2010
SD/MI/Paket
A 2010
SD/MI/Paket
A SMP/Mts/
A SMP/Mts/
SD/MI/Pake
SD/MI/Paket
SD/MI/Paket
SD/MI/Paket
SD/MI/Pak
IPM Paket
Peringkat
Jumlah A
Kabupaten
Jumlah A
Kabupaten
Jumlah(8) A Kabupaten
Jumlah
Ri
B
Paket
CHuruf
B (6) B
CC
B
CC 30.000
per
(4)
(10) Pen
(%)
(%)
(%)
Hidup (Tahun)
(3) Paket
Sekolah
B (Tahun)
Paket
C
(%)(5) Riil / Kapita
Paket
Paket
(7)
Hidup (Tahun)
Sekolah
Paket
B (Tahun)
(9) Paket
Paket
Huruf
(%)

93,0362,41
51,03 0
9
117,70
74,60
18
Tenggara
Barat
85,94
18 Nusa
Nusa
Tenggara
Barat
145
Kalimantan
Barat
94,76
56,06
20
19
Nusa
Tenggara
Timur
67,76
22
Kalimantan
Selatan
112,77
75,59 8
18
Nusa
Tenggara
Barat
10
19
Tenggara
Timur
90,76
19 Nusa
Nusa
Tenggara
Timur
288
Kalimantan
Tengah
96,63
61,30
21
23
Kalimantan
Timur
113,85
90,86
20
Kalimantan
Barat
66,75
19
Nusa
Tenggara
Timur
21
20 Kalimantan
Kalimantan
Barat
229 20
20
Barat
92,86
Kalimantan
Selatan
95,00
60,90
22
24
Sulawesi
Utara
115,61
82,92
21
Kalimantan
Tengah
71,30
20
21 Kalimantan
Kalimantan
Kalimantan
Barat
Tengah
14
169 10
21
Tengah
98,21
25
Sulawesi Tengah
112,08
74,46
Kalimantan
Timur
94,14
72,56
23
22
Kalimantan
Selatan
64,17
22 Sulawesi
Kalimantan
Selatan
213
21
Kalimantan
Tengah
14
26
Selatan
108,57
75,05 1
22
Kalimantan
Selatan
97,60
Sulawesi
Utara
92,25
67,07
24
23
Kalimantan
Timur
71,40
23 Sulawesi
Kalimantan
Timur
207
22
Kalimantan
Selatan
13
27
Tenggara
114,77
77,28 2
23
Kalimantan
Timur
97,69
Sulawesi
Tengah
93,54
60,83
25
24
Sulawesi
Utara
72,33
24 Gorontalo
Sulawesi
Utara
159
28
109,16
73,50
23
Kalimantan
Timur
Sulawesi
Selatan
92,8614
62,32 3
26
24
Sulawesi
Utara
99,41
25
Sulawesi
Tengah
66,86
25 Sulawesi
Sulawesi
Tengah
165
29
Barat
110,88
65,09
24
Sulawesi
Utara
15
95,06
67,14 3
27
25 Sulawesi
SulawesiTenggara
Tengah
96,85
30
118,13
86,76
26
Sulawesi
Selatan
70,20
26 Maluku
Sulawesi
Selatan
395
25
Sulawesi
Tengah
11
Gorontalo
90,81
53,83 10
28
26
Sulawesi
Selatan
31
Utara
116,74
80,52
27 Maluku
Sulawesi
Tenggara
223
27
Sulawesi
Tenggara
68,00 90,21
Barat
93,94
54,24
29
26 Sulawesi
Sulawesi
Selatan
24
32
Papua
Barat
115,31
67,32 4
27
Sulawesi
Tenggara
94,71
28 Gorontalo
Gorontalo
75
28
67,11
95,00
71,88
30
33
Papua
93,27
60,05 9
27 Maluku
Sulawesi Tenggara
12
28
29 Gorontalo
Sulawesi
Barat
77
29
Sulawesi
Barat
68,00 96,44
Indonesia
111,68
80,59 3
Maluku
Utara
93,97
66,01
31
28
Gorontalo
6
30 Sulawesi
MalukuBarat
135
29
91,0
30
Maluku
67,60
92,29
50,10
32 Papua Barat
29
Sulawesi
Barat
5
5
31 Maluku
Maluku
Utara
96
30
98,11
31
Maluku
Utara
66,31
76,22
49,62
33 Papua
30
Maluku
11
8
32 Maluku
Papua
Barat
105
32
Papua
Barat
31
Utara
Indonesia
94,7668,81 97,49
67,73
33
Papua
266
31
Maluku
Utara
9
7
33 Papua
PapuaBarat
68,85 97,04
32
Indonesia
8.737
32 Papua
Barat
11
8
69,65 72,86
33 PapuaIndonesia
33 Papua Indonesia
29
27
95,35
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2014
Indonesia
497
183

(5)

(5)
97,68
2010
(5)

(5)

62,42
80,96

(6)
97,92
2011
(6)

867

867

58,350,00
103,63
35
9,2096,28
91,4991,88
95,75
48,60
121
121
82,36
99,95
5
7,3493,25
88,5292,18
39,61 0,00
93,60
946
956
62,89
102,57
57,14 13,16
8,4197,90
96,2590,39
38
98,42
58,95
111,09
217
226
49,35 25,00
92,69
8,3594,60
8
95,30
57,55 89,17 107,20

114

114

873

92,14
0
650,1671,77
76,32
86,11
121
91,7172,18
0
647,4671,12
84,16
92,49960
633,6469,16
70,95
5
94,81
80,47228
637,8676,70
72,84
2
83,79
78,60

118

34,93 0,00
6,9788,57
83,2492,13
66,23
9 642,8056,74
0
57,61
105,08
89,59
88,74
76,74
150
152
157
92,18
58,75
7,05 36,83
88,74
607,31
67,75
55,75
102,72
88,18
10
8
89,84
90,52
86,56
30980,00
342
349
66,35 69,66
72,39
104,83
6,89 39,62
90,5192,25
21 635,85 97,62
20
23195,24
235
237
94,41
94,81
87,58
71,31 97,8492,01
102,47 640,7365,79
93,5775,06
8,06 36,24
17471,43
179
14
10
190
98,18
98,48
96,69
60,32
103,13
84,94
53,66
92,23
72,40
7,68 214 7,14
96,14
70,44
224
226
14 640,73 87,15
1
67,71
102,09
97,72
98,19
94,26
50,70
85,91
61,22
9,19 217
97,21
646,01
76,22
215
217
15,38
13
2
73,02
103,63
92,38
98,11
98,41
96,33
40,23
89,99
61,74
8,92 61,93
99,46 104,57
639,57 84,5676,54
170
170
177
14
3
42,75 21,43
89,48
65,29
99,01
99,03
99,18
8,03 52,17
96,12 102,30
160
173 633,31 81,3071,62
176
15
3
48,54 20,00
88,80
64,31
96,02
96,04
95,28
7,92 86,92
88,07 104,56
416
421 640,30 97,8072,14
425
90,91
11
10
39,15
90,04
59,17
90,84
85,54
74,96
233
249 621,44 90,04
258
8,2190,30
91,95 108,25
70,55
34,03
89,35
60,34
16,67
24
4
72,91
104,57
87,63
94,50
94,24
86 626,77 89,07
87
7,45 76
96,10
70,82
59,80
88,00
64,33
48,20
84,59
68,699
75,00
12
95,03
81
86 635,84 95,58
91
7,1594,42
88,54
70,11
62,85
102,58
89,573
52,68
89,95
65,92
50,00
6
156
170
178
91,36
90,98
86,03
8,82 44,75
98,1588,28
617,7557,66 71,87
100,00
5
5
100
115
119
98,03
96,83
8,8697,48
96,1970,13
603,2046,03
69,47
36,06
72,73
11
8
106
126 599,28 94,66
128
8,2697,44
93,3991,03
97,82
45,59
68,12 69,65
297
334
381
77,78
9
7
6,6995,12
75,81 96,77 609,18 92,99
65,36
9.005
9.321
9.510
72,73
11
8
7,9470,72
92,99 71,74 638,05 63,29
72,77
93,10
29
27
95,59
95,87
90,52
36,82
497
183

(8)
(8)(8)

94,05
2013
(8)

61,43
78,92

18
(7)
95,50

52,17
57,83
79,69

8334

94,84
18,18
54,05
69,18

9570

96,67
71,64
42,11
53,07

3262
66,230,00
93,41
48,55
13
63,12 207
45,34
95,18
0,00
66,5110176
49,9146,67
92,65
60,7111319
45,06 92,57
60,00
60,53
20180
40,91
78,48
93,51
28,57
12280
54,25
71,76
14,29
97,06
6 60
49,27
55,92
70
28,57
98,21
42,50
64,04 1
340
0,00
94,24
16
86,50
47,34
1.050
86,46
63,617,69
14
59,68
873
59,610,00
4
87,09
49,32
121
84,34
17
46,17 0,00
84,05
69,24 960
60,5413,16
23
58,7294,56
230
53,9325,00
15
52.0083,84

120

40,84 0,00
32
56,9278,64
158
36,28
56,0431

80,00
85,58
362
95,24
237
85,55
43,01
75,95 7
71,43
194
95,44
65,96
54,58
26228
7,14
66,17
93,65
50,55
5222
15,38
72,33
95,75
46,99
2183
60,60
47,8921,43
98,69
22
61,95 183
52,1620,00
85,6992,95
19440
44,3390,91
80,6186,06
25264
46,83
16,67
66,74
88,16
24 91
52,64
47,69
75,00
94,96
27 92
64,66
51,88
50,00
83,95
21190
47,88
100,00
125
95,77
32,45 30
72,73
143
29
94,51
47,97
77,78
33391
89,57
9.655
72,73
56,74
93,10
90,07
36,82
43,93
73.0028

Kab/Kota
Tertinggal
Kab/Ko
(
(9)
(11)
(12)
(9)
(10) (10)
(12)
(9) 94,35 (10)
(11) 2011
96,88 (11)
95,84
2010
(9) 2009
(10)
(11)
(12)
94,60
78,84
61,71
96,98
108,39
96,47 8,93 77,35 96,99 110,4
68,94
(8)
(9)
(10) 23
97,32
23 96,13
52,17 96,83
93,26
70,5112
60,02
106,26
80,58 97,51 95,60
109,9
69,812,12 88,55 9,072,10
2,14
97,0955,54
33 95,54 70,03
18,18 96,20
33
95,74
97,05
106,99
87,906
72,17
109,8
70,021,13
8,601,17
97,23 1,24
98,3552,39
103,99
93,078
67,24
107,5
19 96,80 70,22
42,11 97,61
19
92,99
95,33
71,691,50
8,641,52
98,45 1,55
106,78
88,260
64,83
109,5
95,8845,42
94,15
96,41
12 93,76 69,48
0,00 95,52
12
69,441,00 86,62 8,201,05
1,06
106,09
69.00 96,20 95,06
110,8
92,67
97,3648,980,00 96,65
11 95,40 67,75 0
11
1,65
70,051,73 95,84 7,991,64
107,70
65,80 97,50 111,3
94,04
97,34
93,46 71,47 7
95,3049,59
95,13
15
46,67
15
106,84
61,16 95,69 110,7
1,20
70,391,18 93,25 8,481,18
93,48 92,77 71,64
45,56
97,37
94,64
10
6
60,00 95,02
10
109,80
77,10
58,39
110,7
3,01
2,97
70,05
7,87
95,13 3,06
94,22
62,00
42,12
95,86
105,24
71,42
109,1
93,70
95,46
95,60
1469,21
28,57
14
1,06 94,614 7,68
1,04
1,05
95,88 97,60
94,10
79,52
61,71
97,85
74,37
103,2
769,91
14,29
7
97,08
1,45 94,041 9,81
97,19
1,42
97,67
1,38
97,80 95,79
90,14
70,40
53,61
103,43
87,14
64,11
106,8
1,21
1,18 28,57
1,14
773,49
2 10,98
7
98,48
99,13
98,83
99,21
93,45
73,28
50,61
97,12
104,79
91,57
66,90
108,8
1,10
1,06 0,0096,39
1,05
6
0
6
94,46
96,18
95,96
68,60
8,08
107,13
88,99
83,09
108,3
92,00
72,51
50,98
95,65
0,73
0,72 7,69 90,34
0,72
2671,71
26
86,54 72,64
89,9564,02
102,38
93,682 7,39
67,09 90,45 98,72
105,8
96,03

0,77

104,46
87,750
3573,33
88,46 74,52
92,92

1,02 95,73
98,87
93,61570,09
85,18 73,80 0
0,76 94,24
104,60
91,06
75,07 5
3865,23
112,40 94,53
0,60 81,98
93,56870,84
77,81
108,27 85,03 81,922
0,96

92,28962,73

0,80

0,80

0,88

0,86

68,55
107,3
0,0092,02
35
9,21
90,8452,12
91,49
96,10
1,05
1,04
86,47
105,8
5
7,45
96,10
88,3451,860,0089,28
88,52
0,76
0,76
67,92
107,8
94,28
8,61
96,51
13,16
38
96,2063,28
96,25
59,94
113,4
0,61
0,62
96,63
8,57
90,17
25,00
8
88,4053,31
89,17
51,67
110,7

55,89
93,60
7,19 38,37
0,0083,68
9
109,40 79,17
59,02
110,8
83,24
0,98 79.000 81,05
1,00
1,00
92,96
59,30
36,82
94,38
68,04
7,09
89,23
104,11
84,38
66,42
108,8
10 87,04
8
10
88,59
1,87
1,98 80,00 87,63
2,15
96,01
64,65
42,39
107,76
93,24
80,08 91,13 97,41
107,5
2166,92
20 7,14
21
1,59
1,58 95,24
1,59
87,31
90,26
90,03
93,04
66,61
48,90
104,92
93,84
75,70 97,88 96,75
107,6
71,41
8,15
14 96,38
2,43
10
2,36 71,43 96,86
14
2,39
97,48
103,80
79,22
69,73
103,9
94,37
74,37
59,75
95,91
1,83 88,401 7,89
1,77
1,82
1464,52
7,1496,43
14
102,81
73,90
108,5
94,65
95,94
95,66
88,01
62,27
51,40
91,69
71,581,96
9,221,83
97,55 1,75
13 96,57
15,38 96,99
13
108,04
89,292
71,32
110,2
97,0550,75
91,08
60,98
90,68
72,442,14 79,58 9,002,25
99,53 109,9
2,22
105,78
60,86
14 98,66
21,43 98,85
14
90,61
69,52 3
95,67
99,3053,60
67,112,00 80,10 8,131,82
103,24
62,76 96,16 106,1
1,93
15 93,80 68,43 3
20,00 94,51
15
92,37
50,57
95,14
96,08
108,24
82,88 88,73 110,4
70,451,50 91,69 7,951,55
1,55
11
10
90,91
11
92,21 86,80 59,82
44,67
95,87
87,75
88,07
108,24
85,75 92,04
110,7
3,13
68,213,16 86,96 8,25
3,28
91,31
60,89
43,76
93,47
24
4
16,67
24
105,21 88,81
90,95
70,48
105,3
91,85
91,29
2,19
2,43
67,472,29
7,49
96,16
90,21
65,81
49,79
92,52
84,16
70,999
44,48
86,39
12
75,00
12
95,41
96,0
94,69
2,20
2,10
2,17
68,27
88,79
104,30
89,383 7,32 56,82
68,22
107,6
92,65
64,33
95,46
6
50,00
6
3,02
3,05
3,24
86,66
88,48
87,61
67,84
9,15
98,17
88,97
59,76
46,46
89,94
5
5
100,00
5
2,95
2,89
3,24
96,13
97,46
96,63
8,71
96,43
70,79 66,65
43,38
30,05
72,90
11
8
72,73
11
4,23
4,18
4,80
8,45
93,74
94,98
96,08
96,01
92,49 69,14
70,84
51,46
95,53
969,123,80
7 6,873,14 77,78
9
3,36
75,83
92,44
95,12
92,41
1,13
1,14
1,16
11
8
72,73
11
69,87
8,08
93,25
58,87
68,27
64,08
29 90,64
27 92,91
93,10 92,81029
497
183
36,82
497

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2014


Keterangan :
Penurunan beberapa indikator pendidikan perbandingan tahun 2010 dan 2011 disebabkan:
1. Perbedaan metodologi penghitungan estimasi. Pada tahun 2010, penghitungan inflate tidak didasarkan pada kelompok umur 5 tahunan, sedangkan pada tahun 2011, penghitungan inflatenya berdasarkan kelompok umur 5 tahunan.

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2014

2. Pengumpulan data pada tahun 2010 dilakukan 1 (satu) kali dalam setahun, sedangkan pada bulan Juli dilakukan triwulanan. Hal ini mempengaruhi penghitungan karena tahun ajaran sekolah yang dimulai pada bulan Juli berakhir pada bulan Juni tahun berikutnya

LAMPIRAN 1.14
Sumber
: Badan
Pusat
Statistik,
2014
Sumber:
Pusat
Data
dan
Informasi,
Kemenkes
RI, 2014 PROVINSI TAHUN 2010 - 2013
ANGKA PARTISIPASI
KASAR
(APK)
PENDIDIKAN
MENURUT
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2014

Sumber: Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal, 20


14

Keterangan : Penurunan beberapa indikator pendidikan perbandingan tahun 2010 dan 2011 disebabkan:
1. Perbedaan metodologi penghitungan estimasi. Pada tahun 2010, penghitungan inflate tidak didasarkan pada kelompok umur 5 tahunan (0-4, 5-9, 10-14,..), sedangkan pada tahun 2011, penghitungan
inflatenya berdasarkan kelompok umur 5 tahunan.
2. Pengumpulan data pada tahun 2010 dilakukan 1 (satu) kali dalam setahun yaitu pada bulan Juli, sedangkan pada tahun 2011 dilakukan triwulanan. Hal ini mempengaruhi penghitungan indikator pendidikan
karena tahun ajaran sekolah yang dimulai pada bulan Juli berakhir pada bulan Juni tahun berikutnya.

LAMPIRAN 1.15

ANGKA PARTISIPASI MURNI (APM) PENDIDIKAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2010 - 2013
Keterangan : Penurunan beberapa indikator pendidikan perbandingan tahun 2010 dan 2011 disebabkan:
1. Perbedaan metodologi penghitungan estimasi. Pada tahun 2010, penghitungan inflate tidak didasarkan pada kelompok umur 5 tahunan (0-4, 5-9, 10-14,..), sedangkan pada tahun 2011, penghitungan inflatenya berdasarkan kelompok umur 5
tahunan.
2. Pengumpulan data pada tahun 2010 dilakukan 1 (satu) kali dalam setahun yaitu pada bulan Juli, sedangkan pada tahun 2011 dilakukan triwulanan. Hal ini mempengaruhi penghitungan indikator pendidikan
karena tahun ajaran sekolah yang dimulai pada bulan Juli berakhir pada bulan Juni tahun berikutnya.

LAMPIRAN 1.16
PERSENTASE PENDUDUK BERUMUR 15 TAHUN KE ATAS YANG MELEK HURUF MENURUT PROVINSI DAN JENIS KELAMIN TAHUN 201
0 - 2012
LAMPIRAN 1.17
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KOMPONEN MENURUT PROVINSI TAHUN 2011 - 2012

LAMPIRAN 1.18

JUMLAH DAN PERSENTASE KABUPATEN TERTINGGAL MENURUT PROVINSI TAHUN 2010 - 2013

Lampiran 2.1

JUMLAH PUSKESMAS DAN RASIONYA TERHADAP PENDUDUK


Puskesmas

Jumlah Kabupaten/Kota
TenagPersentase
Tenag
JumlahDengan
Puskesmas
Rawat InapKabupaten/Kota Dengan Jumlah Puskesmas
Jumlah Dengan
Puskesmas
N

No

No
No
(1)

Pelayanan Obstetrik
Pelayanan
Upaya
Upaya
Upaya Kesehatan Pembinaan Panti Tatalaksana
Pelayanan Obstetrik
a
Tenaga Kesehatan
Puskesmas
Terlati
Kesehatandan
Terlatih
Provinsi
Kesehatan Peduli Kesehatan
Kesehatan
Tradisional,
Anak Terlantar Kasus Kekerasan
Neonatal
Provinsi Provinsi dan Neonatal
2009
2010
2011
2012
2013
2009
2010
Kesehatan
Puskesmas
Terlatih
h
Emergensi Dasar
Remaja (PKPR)
Kerja
Olahraga
Alternatif dan
terhadap Anak
Emergensi2011 Pe
(PONED)
Komplementer
Komprehensif
(PONEK)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(2)
(9)
(10)

(8)

(1)
(2)
1
Aceh
(3)
(1)
Aceh (2) Utara
21 Sumatera
1 Aceh
88
2 Sumatera
Sumatera Utara
23 Sumatera
UtaraBarat
149
Sumatera
Barat
Riau
343 Sumatera
Barat
94
Riau
454 Riau
69
Jambi
565 Jambi
58
Jambi
Sumatera
Selatan
6 6 Sumatera
Selatan
105
Sumatera
Selatan
7
Bengkulu
7 Bengkulu
54
Bengkulu
87 Lampung
8 Lampung
82
8 Kepulauan
Lampung Bangka Belitung
99 Kepulauan
Bangka Belitung
24
9 Kepulauan
Kepulauan
10
Kepulauan
Riau Belitung
10
RiauBangka
25
10 DKI
Kepulauan
11
Jakarta
17
11
DKI
JakartaRiau
12
232
11 Jawa
DKIBarat
Jakarta
12
Jawa
Barat
13
Tengah
293
12 Jawa
Jawa
Barat
13
Tengah
14 DI Yogyakarta
68
13
Jawa
Tengah
14 DI Yogyakarta
15 Jawa Timur
283
14 Jawa
DI Yogyakarta
15
Timur
16 Banten
72
15
Jawa
Timur
16
Banten
17 Bali
46
16 Nusa
Banten
17
Bali
18
Tenggara Barat
55
17 Nusa
BaliTenggara
19
Timur Barat
94
18
Nusa
Tenggara
20
Barat Barat
66
18 Kalimantan
19
Nusa Tenggara
Tenggara
Timur
21
Kalimantan
Tengah Timur
57
19
Nusa
Tenggara
20 Kalimantan Barat
22 Kalimantan Selatan
60
20
Kalimantan
Barat
21 Kalimantan Tengah
23 Kalimantan Timur
96
21 Kalimantan
Kalimantan Tengah
22
24
Sulawesi Utara Selatan
87
22 Sulawesi
Kalimantan
23
Kalimantan
Timur
25
TengahSelatan
88
23 Sulawesi
Kalimantan
Timur
26
Selatan
140
24
Sulawesi
Utara
27
Tenggara
73
24 Sulawesi
Sulawesi
Utara
25
Sulawesi
Tengah
28
Gorontalo
23
25
Sulawesi
Tengah
26 Sulawesi Selatan
29 Sulawesi Barat
39
26
Sulawesi
Selatan
27 Sulawesi Tenggara
30 Maluku
57
27 Gorontalo
Sulawesi Tenggara
28
31
Maluku Utara
34
28 Papua
Gorontalo
29
Sulawesi
32
Barat Barat
21
29 Papua
Sulawesi Barat
33
30
Maluku
33
Indonesia
30 Maluku
Maluku
2.782
31
Utara
31 Papua
MalukuBarat
Utara
32
32 Papua
Papua Barat
33
33 Papua Indonesia

Indonesia

115
(4)
129
114
81241
51 19
56 80
80 54
37122
47
51
53
20 32
24 26
51 22
171459
234 34
76
41
273
365189
46 50
27 40
80150
93124
18
94
52
55
55
46 77
100 41
72 16
63 48
205 23
29
69
93
22 22
31 41
48 25
2.745
27
36
84
2.704

(3)116

137
(6)
153
4
86
5
55
30
4
62
6
86
13
43
0
60
12
19
28
26
4
25
52
30
220
47
265
8
40
156
400
27
53
122
28
18
4
84
7
123
4
94
21
69
10
48
3
94
4
69
85
0
72
8
218
0
74
0
23
0
35
1
56
1
671
28
39
92
3.019

(5)

13
140
8
3
85
20
10
538
11
21
59
329
82
16
13
39
8
3
58
29
14
184
418
26
337
52
209
5
237
47
11
252
27
9
42
218
5
396
153
843
50
80
28
90
81
412
110
222
93
15
12
69
18
2
48
17
320
93
37
84
60
68
217
208
0
24
70
11
12
230
40
35
40
56
9
1.034
27
2
36
2
86
1
2.920
224

(4)
(5)
144MENURUT
149
194
199
188
PROVINSI
TAHUN
MENURUT
PROVINSI
TAHUN2013
2013
(7)
(8)
(9) - 201
(10)
MENURUT
PROVINSI
2009
157 56,52
164 TAHUN371
36638
389
38
2
38
17
3
8925 9,09
88 13
161130
16125
168
25
6326 52,63
75 68
125 47
14026
148
13
14
6230 91,67
68 31
107 22
11030
112
12
1068 27,27
95 48
204 33
211 8
218
16
4341 76,47
45 45
130 33
13141
135
6
13
29
7
69 30,00
91
213
207 6
209
59
30
35
11
20 9 93,33
20 9
35 20
4059
39
6
26 8 57,14
26 19
37 22
40 9
41
7
16
5215 42,86
30 31
288 12
289 8
288
32
22029 83,33 176100
837108
79115
826
34
25
141
40
40,74
29
268
309
615
615
602
42
28
28
6
42 25,71
42
78
7934
81
39
324
145
51
44170 100,00 504 19
579104
55042
556
10
5636 21,05
56 27
150 18
16739
173
10
29 9 100,00
34 59
87 20
8670
86
6
7
84 6 100,00 109 17
65 96
6936
68
9
12830 40,00 128 53
195 91
199 9
219
7
25
17
12
9,09
96
94
135
138 6
141
8
44
26
14
85,71
30
70
73
114
105
110
11
37
37
13
4924 14,29
45 20
167 41
166 7
176
9
94 9 23,08 127 11
107 22
124 8
121
9
110 30,00
20
88
88 67
87 18
8611
85
7
7228 40,00
78 48
102 28
9224
101
3
22519 15,38 225 16
190 10
208 9
203
17
15
8
3
100,00
110
74
79
154
163
175
26
16
74
3
23 5 85,71
25 10
53 14
5328
63
4
35 5 66,67
43 0
46 40
4619
51
4
6117 66,67
63 0
87 19
10017
8
114
846 81,82
1.270
1.526
28
27
69
7326 424
87
39 20,00
39
69
70 5
87
99 15,38 102
182
211 5
242
3,45 3.317
17
3.152
6.033
6.085
6.302

44,27

846

MENURUT PROVINSI TAHUN 2009 - 2013


Sumber: Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Ditjen Bina Gizi dan KIA, Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 201
4

Lampiran 2.2
JUMLAH PUSKESMAS RAWAT INAP DAN NON RAWAT INAP

Sumber: Pusat Data dan Informasi, Ditjen. Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI, 2
Sumber: Direktorat Bina Kesehatan Tradisional, Alternatif dan Komplementer, Ditjen Bina Gizi dan KIA, Ditjen PPPL, Kemenke
014
s RI, 2014

Lampiran 2.3
JUMLAH PUSKESMAS DAN RUMAH SAKIT DENGAN PELAYANAN PENGEMBANGAN

Catatan: PONED = Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar


PONEK = Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif
Angka Pelayanan Perawatan Dukungan dan Pengobatan (PDP) HIV/AIDS : merupakan angka yang diperoleh dari Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 481/MENKES/SK/XII/2013 tentang Rumah Sakit Rujukan Bagi Orang dengan HIV dan
AIDS

Lampiran 2.4
JUMLAH KABUPATEN/KOTA DENGAN PUSKESMAS YANG NAKESNYA DILATIH KESEHATAN TRADISIONAL, ALTERNATIF DAN KOMP
LEMENTER

Tahun 2009
No

Pengelola

No

Kemenkes/Pemda

Provinsi

(1)

(2)

(1)

RS

Tahun
2010
Rumah
Sakit
Publik
TNI/POLRI

TT

RS

RS
RS
RS
Jumlah
(4)Umum
Umum (3)Khusus

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

TT

(7)

(8)

Aceh
Kementerian
Kesehatan

25 13

27

4
9.131

Sumatera Utara

35

38

Sumatera Barat

20

22

Riau

Pemerintah Provinsi

16

19

Jambi

13

Sumatera Selatan

22

Bengkulu

12

Lampung

12

(9)

(10)

14

27

13

13

0
2

(11)

(12)

RS
Jumlah
Khusus (8)
(13)

RS

RS
Umum

(14)

14 13

13
9.724

59

68

11

20

2 129 11

45

(16)

(17)

(18)

(19)

140

26

28

13

11

14

16

22

10

11

11

14

17

11

17

11.771
0

132 32

23

12.272 34
55

151
24

58

13.854

11

11

4
11

TNI/POLRI
DKI Jakarta

10 123

19

11.821
9

12

Jawa Barat

41

10

51

13

13

54

20

74

93

38

131

13

Jawa Tengah

51

60

12

12

101

43

144

34

22

56

14
5

DI Yogyakarta Lain dan BUMN


Kementerian

4
6.747

73 26

13

39
8.535 11

715

16

0 8.040 1

15

Jawa Timur

54

63

28

30

82

34

116

53

43

96

11

16

Banten

10

11

16

30

18

48

17

Bali

Swasta dan Swasta Non Profit

10

12

17

22

15

20

18

Nusa Tenggara Barat

11

12

19

Nusa Tenggara Timur

19

19

13

16

20

Kalimantan Barat

16

19

21

Kalimantan Tengah

15

16

22

Kalimantan Selatan

14

16

23

Kalimantan Timur

16

19

12

10

22

24

Sulawesi Utara

17

18

14

14

25

Sulawesi Tengah

13

14

26

Sulawesi Selatan

29

36

12

11

23

13

27

Sulawesi Tenggara

13

14

28

Gorontalo

29

Sulawesi Barat

30

Maluku

15

16

31

Maluku Utara

12

12

32

Papua Barat

10

10

33

Papua

20

22

592

84

676

155

159

527

197

724

388

211

599

60

Jumlah

Indonesia

1.202

52.064

141.603

591

1.295

52.306

137.070

634

1.372

52.694

149.826

Sumber: Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI, 201


4

Lampiran 2.5
JUMLAH RUMAH SAKIT DI INDONESIA
MENURUT PENGELOLA DAN PROVINSI TAHUN 2013
Keterangan : Rumah Sakit yang telah memiliki kode RS

Lampiran 2.6
JUMLAH RUMAH SAKIT UMUM DAN TEMPAT TIDUR

508

16.292

Kepulauan Riau

535

52.536

49

10

0
6.925

472

14.065

410.832 0

Kepulauan Bangka Belitung

72

43.341

47

RS
RS
Jumlah RS Umum
(9)
(10)
Khusus
Khusu

71

445

(15)

BUMN

TT

Pemerintah Kab/Kota

47.811

TT

13

0
8.873

Swasta

416

14.029

RS

Tahun
2012
Rumah
Sakit Privat

Swasta Non Profit

RS
RS
RS
Jumlah RS Umum
Jumlah
(6)
(7)
Khusus (5)
Khusus
Umum

11

44

Tahun 2011

Kementerian Lain

815

1.608

74.741

419.830 1

74.033

203.768

MENURUT PENGELOLA TAHUN 2009 - 2013


No

Kelas A
Kelas B
Kelas C
Kelas D
Belum Ditetapkan Kela
Usaha Kecil Obat
Tradisional
Produksi
Perbekalan Kesehatan
Kelas
Perawatan
Persentase
RW,
TahunFarmasi
2009
Tahun 2010
Tahun
2011
Tahun 2012
Industri
Industri Obat Tradisional
(IOT)
Produksi Alat Kesehatan
Pedagang
Besar Farmasi
Toko Obat
RW,RSDesa
dan
(UKOT)
Rumah Tangga
RS
TT
Persentase
RS RS Desa
TT danPersentase
RSApotek
TT Desa
Persentase
RS
RS
TT
Persentase
RS
RS
TT
Persenta
Poskesdes
yang
Kader
/(PKRT)
Toma /
dan

Jumlah

Provinsi

No
No
No
No

Total
Penduduk

Provinsi Sakit
Jenis
Rumah
Provinsi
Tempat
Provinsi
Provinsi

(1)

(2)

Desa
(3)
RS

Tidur*

1
(1)
(1)
(1)
(1)
2

Aceh

21
2
2
4
32
3
3
5
43
2
4
4
6
54
5
7
55
6
6
36
8
6
7
7
97
7
8
10
88
8
9
4
9
11
9
10
9
10
12
10
11
10
11
5
13
11
12
12
11
14
12
13
13
12
15
14
14
13
6
13
16
15
15
14
14
17
16
16
15
7
17
18
15
17
16
18
19
16
18
17
19
20
19
17
20
18
21
20
18
21
19
22
21
22
19
20
23
22
23
20
21
24
23
24
21
22
25
24
25
22
26
23
26
25
23
27
26
27
24

Sumatera
Aceh Utara
Sumatera
Utara
Riau

(2)
(2) (2)
Sumatera Utara (2)

1 Aceh
Aceh
1
(1)
1
Aceh
1 Sumatera
RS Jiwa Barat (2)
3

V V I P Kelurahan

TT(5)

(4)

2011 Jumlah
2012
2013
%
4.671.874 2011
2
844 2012
3,77
(3)
(4)
(3)
(3)
(4) (4)
(5)
(4)(5)
13.391.231 (3) 1
755
0,64

7.031 0 70
(3)
5.035.311 51 1
19.641 96.464
115

Sumatera Utara

6.143.674

Sumatera
Barat
6.266 15.281
Sumatera
Utara
Sumatera
Sumatera Barat
Barat
Jambi
3.329.887 510
Sumatera
Barat
886
R
i aKusta
u
5.973 22
RS
Riau
Riau
Sumatera
Selatan
7.857.437 0 913
Riau
a
mbi
3.109 1.594
Jambi
Bengkulu
1.799.668 0
Jambi
340
Jambi Selatan
Sumatera
7.335 1.391
Sumatera
Selatan
RS
Tuberkulosa
Paru
10
Lampung
7.880.769 1
Sumatera
Selatan
2.768
Sumatera
Selatan
980
Bengkulu
1.781
Bengkulu
Kepulauan
Bangka Belitung
1.339.774 0
Bengkulu
1.356
Bengkulu
220
Lampung
5.678
Lampung
2.375
Kepulauan
Riau
1.937.577 0
0
Lampung
Bangka
Lampung
Belitung
1.406
RS Mata
1156
Kepulauan
Bangka
Belitung
DKI
Jakarta Bangka
10.001.943 0 313
12
Kepulauan
Belitung
Kepulauan
Riau
2.447
Kepulauan
Bangka
Kepulauan
RiauBelitung 45.472.830 15
274
Jawa
Barat Riau
Kepulauan
0 8
DKI
Jakarta
21.943
Kepulauan
Riau
37
DKI Jakarta*
RS Jakarta
Bersalin
61 8
Jawa
Tengah
32.684.57945
DKI
Jawa
Barat
33.550 5.295
Jawa
Barat
DKI
Jakarta
372
DI Yogyakarta
3.560.080
3
Jawa
Tengah
Barat
42.778 87
Jawa
Tengah
7.809
Jawa Timur
Barat
4466
Jawa
38.268.825
D.I.
DI Yogyakarta
Yogyakarta
10.391 22
Jawa
Tengah
RS
Ibu
dan Anak
95392
Jawa Tengah
3371
Banten
11.523.018
Jawa
Timur
Jawa
Timur
36.558 17.722
DI
Yogyakarta
DIBanten
Yogyakarta
513
Bali
4.139.690
1.273
Banten
8.259
Jawa Timur
45
RS
Khusus
71634
Bali
Nusa
enggaraLainnya
Barat
4.651.648
0
Jawa
B
alT
iTimur
5.947 224
Banten
Nusa
Tenggara
Barat 4.971.802 1 82
941
Nusa
TTenggara
enggara
Timur
0
Banten
Nusa
Barat
3.030
Bali
02.881
Nusa Jumlah
Tenggara
Timur 4.508.968321
Kalimantan
Barat
Nusa
Tenggara
Timur
4.119
Bali
741
Kalimantan
Nusa
Tenggara Barat
Barat
01.897
Kalimantan
Tengah
2.328.823
0
Kalimantan
Barat
4.968
Nusa
Tenggara Barat
40
Kalimantan
Nusa
Tenggara Tengah
Timur
01.420
Kalimantan
3.840.547
2
KalimantanSelatan
Tengah
1.785
Kalimantan
1.866
Nusa
Tenggara Selatan
Timur
33
KalimantanTimur
Barat
0 1
Kalimantan
3.967.793
Kalimantan
Selatan
4.366 1.268
Kalimantan
Timur
Kalimantan Barat
54
Kalimantan
Tengah
Sulawesi
Utara
2.354.668
1
Kalimantan
Timur
6.370 01.458
Sulawesi
Utara
Kalimantan Tengah
15
Kalimantan
Selatan
Sulawesi
Tengah
2.787.164
0
Sulawesi
Utara
5.080 01.767
Sulawesi
Tengah
Kalimantan
Selatan
53
Sulawesi
Selatan
Kalimantan
Timur
Sulawesi
Sulawesi
Selatan
Tengah
8.305.154
3.231 02.240
3
Kalimantan
Timur
510
Sulawesi
Tenggara
Sulawesi
Selatan
11.884 01.772
Sulawesi
Tenggara
2.370.549
Utara

(6)

182 116 1,85

143
1
0
175
01.806
51
0 0
127
1 0
21
0 0
145
0 0
35
05.219
41

29
28
25
29
26
30
29
30
26
27
31
30
31
27
28
32
31
32
33
28
29

Sulawesi Barat
533
71
Gorontalo
1.349 0 270
31
SulawesiBarat
Tengah
Sulawesi
1.252.071
0,00
Sulawesi
Selatan
0 0 282,30
0
Maluku
1.135
34
Sulawesi
Barat
840
21
Maluku
1.662.965 0 900
0
0,00
Sulawesi T
Selatan
942,50
Sulawesi
0 Kemenkes
0
Maluku enggara
UtaraSumber: Ditjen Bina Upaya
1.039
112
Kesehatan,
RI, 201
MalukuUtara
2.365
15 0
Maluku
1.114.917
0,00
4
Sulawesi
Tenggara
160
120,63
Gorontalo
01.477
0
0 77
Papua Barat
MalukuBarat
Utara
1.409
39 0
2,77
Papua
846.711
0
0,00
Papua Barat
91
Gorontalo
8
70
Sulawesi
04.766
0
32 Papua
Papua Barat
1.529
6 0
0,39
33
3.310.715
0
0,00
Indonesia
72.944
8.309
29 Maluku
Sulawesi Barat
10
30
0 0
0
32
31

Papua
Indonesia
Maluku Utara
Indonesia
Papua
MalukuBarat
Utara

33
32

Papua Barat

33

Papua

3.725
248.422.956
278.450

57

0 16
0 9

Indonesia
Indonesia

RS(7)
Kelurahan

Kelas I

(8)
(6)

(6)
(10)
(8) (9)
(9)
13,46
53 (7)
6.523

23
25.042

0
5.043
0

2
0
0
0

0,62 2,56
15 0

1,81

70

133
971
8
2.224
417 5.945
6,65
0
0
53
464
2
541
1.145
550 23
9,21 0
0
89
117
5
1.084
297 1.835 9,55
0 580
0
2
34
218
470 1.553 6,41
0
0
10
4
1.353
3.144
65
355
131
7,36
0 125
0
1
1.524
18
155
365
6,43
2.580
4
0 916
0
5568 12
350
4,84
380
38
8.811
0
0
155
15
105
415 6,33
47
12.035
0
0
2.244
34 2.70510,23
182
6211
32
17.662
102
2.365
432 5.934 7,05
1.987
11
2.470
3.183
46
8.578
7,44215
513
3.207
39
9.818
484106
438 4,66283
12
333
1.819
12
3.383
8.505
2.885 0
7,89 73
50
471
6
1.372
610 1.551
7,39 15
15
72 637 2.422
3
367
718 714
12,07
19
58
1.080
1
379
97
349
249
8,22
1
1
3.200
3371.446
4
230
75
525
5,58
1.986
1
1
2
522 4,35
216
29
253
1.558
0
0
2
519
190
24 2.00910,64
154
0
9
8
2.487
380
8,70
46 1.492
28
0
2
1.168 9,34 3
595 1.790
4
162
1
3
1.044 4,47 0
227 1.936
41 3.024
260
0
18
221
4.122 6,84 0
44
425
2.142
1.116
2
587
0
9,39 8
39
123
146 729
2
0 646 6,33
0

604
126
27
217
0
2 0 9,34
1
1.169
50
2
478 5,95
102
411
0
0
1.151
124
1
295 5,24
14
175
0
1
1.554
128
0
0 9,08
7 4.857
78
0
0
2 47
484 3,07
1 83.691
60
0
0

22977

14,81

(11)
(10)
(8)
33,97

(12) (11) (9) (13)

24

2.005

1.056
40,74

12 805

124 85.781 3,33


7,38
293
13,15 275
741
93.536
106
80
0 17
0
0
0
0
20.922
32.245
7,51
11,58
0
0
0
0
0
6
86
97

731
33,26
127
0
50.201
0
103

0
122

2241.229

1.237
234

234

10 0

10

0
122

212 47

239

253
43

107

46

110

864
210

1.205

2.860

2.292

2.846

825

786
1.179 0 3.835
2.956
49,72
18,82 1
21 422 12,54
21
21
486
6,90
10
1.352
34,48
6 305 471
1.014
88,56
2.453
585
1.022
2.326
23
1.854
9,79
0
0
0 11 17,11
480
325 0791
9,80 0 18442
2.775
35,29
983
53,57 519
1.152
395
12,71
16,69
3 4231
3461
3
0 10 161 0529
10,53
21,05
266
1.309
83,52
924
894
1.487
12,19
20,27
0 757
0
0
1 7 2.461
1531
10
8,16
24410
2.656
48,98
2.789
88,71
439
147 778
179
346
10,05
19,43
0 5
0695 94,36
0
0 7 1.547 0498
7,14
35,71
1.438
190
209
78
610
1.133
10,74
19,95
2.289
16,00
36,00
4 9
4909 85,74
5
0 5 1.447 0183
144448
412 10,24 13 429 284
46 519
20,20
77,89
303 0924
25,33 296
3.216
26,67
0 40
0
0 460
0 13
268
124
140
98
10,95 84,58
18,80
369
198
17,15 0100
10.958
36,50
3.431
0
0 4.423 4 47
5
3.016
13,74
20,16
243
207
2.006 190
74,16
1.176
2.453
2.334
11,64 176
106
13.095 65 179
38,55
86
5.803
179
35
56
4.081
6.537
19,48
4.945
5.490
2.143 12,16 83,33
1.843
544
15,94
4.393
15,94
1.545
4.562
207 11
206
215
6.044 114 26 7.670
8.577
10,66 99,99
14,1379
2.959
3.821
1.281 4.270
12,23 413
99
11.918
31,03
65
909
94,29
421
289
283 1.623 11 15,62
17
8,75114
4.809 285
5.267
1.657
2.302
15,58
22
1.662 93,69
28,57
6 381 553
7.968
4.708
12,88
20,25 7
64
64
73 7.403 7 8.598
5281.768
47 841
10,53
16523
1.817 85,82
28,07
13 521
1.331
1.227
14,86
136
229
221
27 21,4128
2.521
2.537
97,76
490
13,04 698
8
1.330 72
34,78 990
11 297
1.010
3.259
6752.380
11,35
16,65
64
25
58
23
25
86,11
804
2,44 930
11
1.510
26,83
23
900 370
111 1.925
384 719 12,67
12,21
16
14
14
0
502
15,69
648 0
349
20.830
10,00 22.074
1.227
25,00
13 206
32210571
603 612
7,82
14,86 1.356
832
41,89
9
9
8
2 1.349 2
11,76 442 7
809
41,18 831
6 16,73 386
8,90
208
281
158
629
40,37
513 0
1
1
1
0
6,45 16914
2.174
45,16 310
2 17,37 163
9,47
1.581 178
78,70
1.707
189
125
13
14
9
1 23
1
14,81 455
2.391
29,63
855
19,58
94816 74 10,42
63,54
655 825
218
111
2 16
2
3 1.261 0 10
0
5,00 689
2.354
40,00
781
1.048
12,26 38,49
19,80 647
160
217
127
26 9
7
7 1.040 0 3 1.154
11,54
1.261
34,62
479
1.313
67,82
9,43
20,47 0219
272
317
790
2.899
15 32
15
15 438
0 9 2.820
21,95
299
4.734
39,02
9,25 96,49
13,56 0495
450
460
237 0566
1.001
46,73
1.055
1.330
1.813
8,00
7
664
28,00
7
9
8
8
0 15,26
11,19
357 3185
48,97
303
184
57 0231
16,67 224
25,00
9,71
0
0325
0 359
0 4 15,56
216
35,76
107
93 2215 26
289
181 0223
0,00 26
372
22,22
6,89
9 213
0 2 15,79
808
69,12
598
142
7,41 70
18,52
8,33
674
377 0867
0 5404
0575 74,63
0
0 15 16,90
859
252
365
5,56 194 3209
303
16,67
9 113 678
8,20
231
0
1
1
0 15,43
31
1,99
79 0
137 4
9,72
0,00
728 20,92
25,00 207
6 14,69
1.016
719
89
109
37 0424
0
0
0
0
91 9
5,95 65,20
5,71
1.806
25,71 218
11 14,26 882
54.570
46 12
46
45 0
12
1
0 54.731

0 14

2.695

Kelas
III
Ruang Perawatan
Posyandu
Siaga(10) RS (11) Kelas II(12)TT (13)
(14)
(15)
(16)
(17)
RS
TT Terlatih
Kelurahan Siaga Beroperasi
Toga
2013
2011 %2011
2012 Jumlah
2013
2011
2012
20132
Jumlah
%
Jumlah
2013
2012
2013
45,28
10
756
18,87
12
839
2
(7)Aktif
(8)
(9)
(10)

Kelurahan
(8)
TT (9)

2013 Jumlah
2011
2012
2011
9,43Aktif242012% 3.315

(12) (14)(10)

15,38

(15)
(13)

57

(17) (
3

16.735

122

17.613

21.103

517 19,62
35.400

114
551 450
22,22
11
2
2.656
592 0
15.303 42,39
3.548
1319
0
319 0
20,69
11
745
3
7.101 40,50
20.813
2.419
737
22
1.9890
0187
014 193 0
21,57
879
2
5.037
17.918
1.215
347
39,08
0176
0 3 170 0
11
52,63
211
2.122
3.2973.250 44,95
629
1 12
0 7.487
915 1 2
14,29
6.352 014 1341.138
140
679
228
38,12
0 50,00
188
1.863 0 1
3.695 1
58
65
2.408
591
42,41
7.797 0 7
7.488 0 2
439
0 20,00
0
609
77
96
124
14
520
43,31
992 047
714 0 3
3.773
0 8,67
0
1.057
269
53
54
43,20
1.191
2.350
4.652
5 17,15
072
1 2.536 2 2
7.569
218
4.297 34,49 247 12.393
94
3.150 1
31,27 6243
2.146
41
68
13.157
4.221 77
49.193 39,22 605 37.622
605
8
37,68
18
997
2
21.893
79 48.315
266
277
4.127
80.896 277
51,18
1.038
1.326
1
20,38
110
6.863
3
5.986
2.708 22
798
17
24 432
57,61
169
7.69724
3817,79
3812.367
36
4
45.882
4.086
14.065
38,47
7
3
8 4.338 8
46
48 821
22,81
19
3
10.640
33.308
2.899
916
35,10
29
44
95
99

111
4.760
47,83
1
307
2.285
38,42
22
6.743 71 6
56,10
175
1.271
41,95
0 8.573 0
475
32,50
12
2.056
226
49,92
2 4.281 0
35,29 50,16
2
2.492
67
0 2.236 0
11
719 6,45 40,28
3.724
121
1
0 6
1.73442,59
4.566 39,72
41
0 25,00
011
2.360
2.066 37,05
127
0 11,54
011
2.419
3.267 47,62
790
9.377 47,76
0 10,98
020
1.543
2.877 39,56
4.701
28,00
0236
1 9
1.302
1.036
33,33 44,91
0102
0 3

1.85123,20 49,69
620
38.691 322
112 0
0112
0
119.142
30.459
42,79
0 18
0
21 0

112

23

52

0 52

52 0

26237

220 40

509

579
40

648

18,03

8.247

7.040

Sumber
Pusat
Promosi
Kementerian Kesehatan per 17 Januari
Keterangan : Rumah Sakit
yang :telah
memiliki
kodeKesehatan,
RS
Sumber:DitjenBinaUpayaKesehatan,KemenkesRI,2014
2014

MENURUT JENIS RUMAH SAKIT TAHUN 2009 - 2013


Sumber:DitjenBinaKefarmasiandanAlatKesehatan,KemenkesRI,2014

Keterangan : Rumah Sumber:


Sakit yang
memiliki kode
RS Kesehatan, Kemenkes RI, 2014
Ditjentelah
Bina Kefarmasian
dan Alat

Lampiran 2.8
JUMLAH RUMAH SAKIT, TEMPAT TIDUR, DAN RASIO TEMPAT TIDUR PER 1.000 PENDUDUK

Keterangan:RumahSakityangtelahmemilikikodeRS

Lampiran 2.9
JUMLAH TEMPAT TIDUR DI RUMAH SAKIT
MENURUT KELAS PERAWATAN DAN PROVINSI TAHUN 2013
Keterangan :
Rumah Sakit yang telah memiliki kode RS
Total tempat tidur mencakup VVIP, VIP, Kelas I, Kelas II, Kelas III, Tempat tidur perawatan lainnya
Tempat tidur perawatan lainnya mencakup ICU, PICU, NICU, HCU, ICCU, Tempat tidur bayi baru lahir, dan tempat tidur ruang isolasi
Tempat tidur non perawatan mencakup tempat tidur di IGD, Kamar Bersalin dan Ruang Operasi

Lampiran 2.10
JUMLAH SARANA PRODUKSI
BIDANG KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2011-2013

Lampiran 2.11
JUMLAH SARANA DISTRIBUSI
BIDANG KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN MENURUT PROVINSI TAHUN 2011-2013

Lampiran 2.12

Keterangan :
*) Jumlah desa dan kelurahan di Provinsi DKI Jakarta merupakan jumlah RW
Jumlah Desa dan Kelurahan berasal dari Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 18 Tahun 2013

4.851
372 53780
691
73
114
2.664
305
1
130
408
0 600
1
27.664
776
3
463
239
0 1.142 0
68 556
1
61 1.170
0
0
423 231
3
122 10.006
0
01
406 496
4.575
316
0
661
724 0 2
4.515
174
0
707
450 0 4
17.616
517 35.029
0
02
945 484
238 0
1.968
1.524 0 3
490

612
100 0
147 214
02
1.731
1.227
627
22,22 46,48
245 139 11 5
0134
4 5 197 0
1.902
1.880
354
55,56 42,14
5
445 80
1
377 0
0377
1.401 0
100 0
1.20650,00 50,99
133 232
91 0
0127
1.122 1 5
360 0 2
60637,50 43,01
155
377
2.991 0 6
12.970 0 3
35 0
0 36
88731,43 58,01
13
553 110
3
280.225
336.586
45 0
0 45
0
0

Sumber: Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI, 201


Lampiran 2.7
4
JUMLAH RUMAH SAKIT KHUSUS DAN TEMPAT TIDUR

*
**
***

(14)
(11)(16)
4.622

JUMLAH
UPAYA
KESEHATAN
BERSUMBERDAYA
MASYARAKAT
(UKBM)
PROVINSI
TAHUN
113
437 (5)
561
3.670
747 2
0
0(4)
0 26
0
0
10 MENURUT
KELAS
RUMAH
9 819SAKIT
0 DAN
PROVINSI
1MENURUT
TAHUN
1495 (9)
2013
2
1
7,98
11,65
52,20
(7)298
(8)
(10)
671,61
250 10
637
433 1
9.206
521.5806,22168 6,56 (6)8.760
7.541
53
276
1,64
4
22
2.936 52 36,07
15
547
24,59
19
927 8.542 3
013
419
2.900
7.416
1.980 31
9
5 0
2 1.374 6.464
2
102
94
94 4.399 9 2.234
14 7.385 33
314.500
2,13
7,00 94
14,77
22,4014
37,76
578
8,94

1664
0
492,28
0,00
259
2.224 0
2,93
89 0
5,88
241
1,64
0
0,00
35 0
162
1,73
1376731 0
98 0,00
1,18
0
0
0,00
168
182,55
205
0,00
0
0
552,49 423
67
8,00
0
0
31,68
141
2.474
2,92
0
0
0
772
343,52
2.475 10
4.072
2,91
50
50
434
639
4041,29
4,35
631
94 986
94
42
769
1,48
513 1,88
3.689
183
46
23
23
1,76
4.591 15
294 333 1,30
572
1,56
2
2783
0
1.096 48 5,26
278
111
1,34
46
47
15
2.427
80
0,00
159 0 3412,67
13
30
19
139
0
0,00
960,89
27
0
0319
22.077 1
2,50
28163 770,68
0
0 89
0
0,00
24 0 300,48
0
0138
0
1.087
6,45
32
143
371,79
0 261
0
0
1,85
129
2,95
48 224
0 250
0
0
2,50
130
332
2,04
14
0 0
0
1
0,00
81
169
1,59
46 784
01.588
0
0
4
3,66
0,12
370
305
0,00
0 0 452,57
0
0
Sumber: Ditjen Bina Upaya657
Kesehatan, Kemenkes RI,
28 Gorontalo
Gorontalo
722014
24
Utara
27
Sulawesi
T
enggara
2.307 0 470
16
28
1.110.294
0,00
25
Sulawesi
T
engah
0 0 470,69
0
0

33
30
31

VIP

2011
2012 %
Jumlah
2013
5
1.277
(5)
(6)
(7) (7)
(6) (5)
21
5.736

7.861

27

1.2

Jumlah desa siaga di Provinsi DKI Jakarta merupakan jumlah RW Siaga Aktif dan jumlah Desa Siaga Aktif di Provinsi Sumatera Barat merupakan jumlah Desa Siaga Aktif ditambah Nagari S
iaga Aktif

Pratama
Institusi
Poltekkes

(4)

8 Ortetik
Jumlah
37 Jayapura
Total
38 Sorong

3
240

Prostetik
71
22.250

12
252

0 10 0
162
118
5.870 222
1
Sub
Total1

19.278

34
Total

Total

36

(5)
(8)

(9)

(3) (6)

(10)

(11)

(7)
(12)

Posyandu
Keteknisian
Keteknisia

(13)

(14)

(4)

(15)

Purnama

2013/2014

(8)
(16)

Madya

(17)

(18)

(9) (5)
(19)

M
Jum

(10)
(20)

(22)

(23)

(24)

000
0
12
0

2.490

0 00

101

10

0
1

0
126
1

5.945

00

944

00 0 0

10

320 33
334
0 6.505
1366.699
0
24

6.097

259

1 2
191
0

19

0 00
00 0
0 1 440 0 1
4.766
0 7.420 0

294

370.890 1

910

000
01
0
0

0 00

0 201
22

503

201

0
6.793
1
70.774

000
02
0
0

AnalisTeknik
Radiologidan
Kesehatan
Akupunktur
Elektromedik
Prostetik
Optisi
Refraksi
RadioTerapi
Ortotik
Transfusi
PIKES
Teknik
Radiodiagnostik
Kesehatan
Elektromedik
Prostetik
Informasi
Perekam
Ortotik
TeknikGigi
Teknik
Radiodiagnosti
Kesehatan
Elektromedik
Prostetik
Ortotik
Analis
Teknik
T
k
eknik

Akupunktur

TerapiWicara
Analis
Kesehatan

TeknikGigi

Akupunktur

Terapi

Okupasi
TerapiWicara

Terapi

Okupasi
Terapi

OkupasiTerapi
Fisioterapi

Fisioterapi

Gizi
Fisioterapi

Gizi

Gizi

578
1.826
4.170
1.226
0
253
309
0
0 DAN
0
0
0
0(STRATA)
0
0 DI INDONESIA
0
0
0 TAHUN
0
4.162
PROVINSI
(6)
(7) (6)MENURUT
(8)
(9)(7)
(10)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(5)
(8)(11)TINGKATAN
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
2.956
2.761
6.661
4.293
21.596
22.931
22.250
290
0 0
303
2991
0
0
0 0 0
00
282 0
0
0
0 0
0
0
0 0 2.7476
1
0
1
0
0
1
0 2013
1
1
0
0
0
0
0
0
350
0 354 0 0
288
2851 16.323
0 11010
0 01.014
0
00
0 344
0
0 2.775
0 1
0
03.005
0 0 1.8895
0
19.278
01
0
0
1
016.959
00
00
0
00
0
326
119
68
983
1.037
1.904
1.553
0
0 0
1671
0
0
0 0 0
0
0
0
0
0 0
0
0
0 0 696
00
00
0
1 4.890 1
1
0 04.920 0 0
00
0
00
0
5.870
1
103
0 353 0 0
103
00
0 11810
0 01.309
0
0
0 439
0
0 1.475
0 0
0
01.036
0 0 918
0
00
0
0
0
00
00
00
0
00
0
13
42.809
44.810
47.398
0
0
159
298
0
0
0
0
0
127
0
0
0
0
0
0
1.599
0
0 0
1
0
0
0
0
0
0
0
00
0 00
2.149
1
0
0 2.789 0
0761
0
0
0 3.018 0
288
1
0 0
00
4090
0
0 01.438
0
00
147 567
0
0
00
0 1
0
00
0 0 2.108
140
610
867
0 331
0
0
1
0
0
0
0
0 363 0
0
0
0
00
00
119
0 0
296
1951
0 9710
0 02.289
0
900
320 429
0
0 1
0
0 0 2.378
316
2.821
285
285
0 670
0
0
1
0
0
0
0 222
0 3.540 0
1
00
10
00
00
0
0 0
2571
0
0 0 0
00
0 0
0
0 1
0
0 0 1.408
0 0
1 2.085
0
0
0
0 418 0
296 0 2.305 0 71
376
2.490
0
00
00
00
00
0
0 0
01
0
0 0 0
00
0 0
0
0 0 45
0 0 558
0
0
0
0
0
0146
0
0
0 389 0
92
32
10
369
571
1
0
10
0
00
00
362
0 0
345
3410
0
0 0 0
204
527 0 315
211 01010
0 0 2.527
0 549
0
0
0 2.006 0
0 23
0
0
0 1.586 0
598
32500
287
0
00
00
0
00
0
0 0
00 2.370
94
0 0 0
002.590
242 0
0
02.813
0
0 0 1.343
0 0
0
0
0
0
0
0
0
-211
49.193
00 01 2.270
1
0
10
0
00
10
87
0 1
2301
00 04.945
0
00
294
0
0 00
0
00
0
1
1
00
00
00
0
00
1
00
1.507
5.018
18.693
03.247 0 0
2360
0 43700
0 08.577
0
0
0
0
0 15.320
0 1
0
0
119 0 1.440
01
0
01 6.790 1
0 0
1 07.000 0 0
00
01
10
0
5.945
1
0
0
66 313
641
0 158 0
325
0 130
0
0413 0
230 86
595
0
0
0
01.129
0 0 4.461
11
10 6.790 2
1 0
0 07.000 0 0
00
00
10
0
5.945
1
00
0
0
02.519
101
0
0
554
334
259
191
0
0
0
0
0
156
0
2.630
689
86
7.968 0
2.460
15.412
25.771 0
10
01
0 0
00
00
01
000
00
0
1
0
2
0
0
3687
313
0
0
0
0
422
0
0 5.298
0
0
0
2.083
00
2.768
10 350 00
10
1 11.331 0 1
01
01
00
00 2.094 0
0
1
0
0
0
0 7.065
0
0
0
0
07.5700
0
0
06.097
0
0
0
2.4862
0 00
0
0
698
123
1.643
2.658
1
00
0
0
1
1
1
1
0
0
0
1
0
0
0
0
1
0
0
0
0
416
68
0
0
0
0
0
259
0
0
292
0
0
0
2.785
2
6.097
2.831
10 193 00
12 7.06551
1 0 930 0 07.570 1.339
00
00
01
11 2.281 0
0
065
0
0
116
124
0
0
0
0
0
144
0
0
0
0
0
0
898
00
0
1
0
0
10 10
0 0 502 0 0
00
00
10
1
8.573
0
0
0
0
0
166
0
0
0
0
0
210
0
0
0
0
0
0
1.860
00
0
00 00
1 0 832 0 0
00
00
01
00 863 0
0
-274
1.322
2.013
590
398
0
257
0
0
0
0
0 760
201
0
0
0 9440
0
0
3.569
1
0
00
01
0 0 629 0 0
00
00
01
00 300 0
0
0 0 00
00
1.021
854
0
4110
160
0
0
0
0 300
203
0
0
0 3340
0
0
2.080
250
0
0
0
0
1
0
0
0
0
1
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
28
1.581
1.159
0 186 0
0
0
0 1120
0
0
0
0
0
0 1.769
0
0
0 699
0
1.160
00
0
0
160 1
01
01
1 0
0 0 220 0 0
00
01259
10
0
0 159 0 0
174
2181
0 2010
0 0 0948 00
180 906
0
0 1.702
0 1
0
0
0
1.343
139
0
0
0
0 1.552 0
00
0
0
0
0
0
0
0
0
0
160
0 126 0 0
232
00
0
0 0 0689 00 220 0 248
0
0 01910
0 0 1.587
192
310
882
0
0
0
00
00 916
0
0
1
1
0
0
0
0
1
0
249
318
2651 1.160
0
0 01.313
0
001.500
207 953
0
01.728
0
0 0 1.959
0 112 0 0
015
0
00 1.455
1
00 782
610
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
246
60
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0 1.388
421
850
1.659
3.360
1 757
0
1
1 2.899 0
0
0
0
1 3.446 0
353
0 0
292
2881 296
0 0 0
00
486 0
0
0 1
0
0 0 3.387
1
0
10
00
00
35
15
1.284
0 118
0
0 4.095
0 1.001 0 4.730 0561
0
0
0 830 0
4.766
1
0
0 0
01
0
0 0 0
00
0 0
0
0 0
0
0 0 1.431
0
00
10
00
00
84 0 0
26 2811 380
10
357 0 0 440700 32 0 0 0
975
0
1
0 294
0 286 0
0
307
0
0
0
0
0
0
0
2.214
1
0
0
1
1
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0 239 0
0 18100 0 010
696
0 83 0 0
0 0 0216 00
45 777
0
0 1
0
0 0 1.190
0
055
0
00
00
0
1
1
1
1
1
0
0
0
1
0
712
0 12 0 0
215
00
0 1610
0 0 0808 00
0 909
0
0 0
0
0 0 2.608
0
0 0
0
00
00 274
915 0
910
875
00 197 00
0
1
0
0
0
0
0
525
062
0
00
00 309
135
0
0
1271
0 1710
0 0 0859 00
0 526
0
0 0
0
0 0 537
000
0
0
0
0
00
000
0
000
120
10
0 0
01
00 0 0 31 00 180
170
0
0 011190
- 00
1.122
00 00 654
000
0
0
0 0
0 00
00
000
0
000
0
0 0
112
1231
0
0 01.016
0
0 15030
715
715 02.560
0 00
010
116
1280 0 528
010
01
0 00
000
00
20
0 0
0 1.275
0 00
127
0
0 054.570
00 0
0 000 81.544
0 01
0
0 0
10.976
4.910
1.550
91.719
83.677
2
0
209

Kesehatan
Lingkungan
Lingkungan

Keperawatan

36 Tanjung
TernatePinang
38
Sorong
38

(7)

Pratama

2012/2013

Kesehatan
Lingkungan
Kesehatan

(6)

Jumlah

Jamu

(5)

Mandiri

Jamu

(2)(3)

(4)

Keteknisian Medis

Keterapian Fisik

Keterapian Fisik
Peserta Didik Poltekkes

2011/2012

Farmasi
Farmasi

(3)

Purnama

Farmasidan

(2)

(2)

1 Aceh
578
320
1.873
1.198
0
(1)
(2)
(3)
(5)
(1)
(2)
(3)(4)
(4)
2
Sumatera
Utara
270 1 0
1
Keperawatan
2
Medan
340
963 3
1
Aceh
3
1 Aceh
1
1
3 Padang
Sumatera Barat 4811
200
284
3
551 3
0
2
2 Kebidanan
2 Medan
Medan
1
11
4
Riau
470
0 1 0
4
Pekanbaru
181
348 2
3
Padang
2
3 Padang
0
1
3 Keperawatan Gigi
133
Jambi
735
5
274
408 1
0
45 Jambi
1
4 Riau
Riau
1
10
Sub
Total
0
6
Bengkulu
465
550
56 Jambi
1
1 0
Sumatera Selatan 1
2.789
5 Jambi
1
1
7
67
Palembang
Palembang
838
3
426 1
0 1 0
KEFARMASIAN
Bengkulu
961
6 B Palembang
1
1
148 0 0
7 T.Karang
Bengkulu
2
2
8
620
Lampung
1.206
1 Analisa Farmasi
dan590
Makanan
78 Bengkulu
1
1
8 Gorontalo
Tanjung Karang
2
1
9
597 2
89 Tanjung
Karang
1
Kepulauan
Bangka554
Belitung
-0 2 0
2
Farmasi
9 Jakarta
Tanjung IPinang
1
136 0 0
10
219
158 1
9
Tanjung
Pinang Riau
0
0
10
Kepulauan
235
10 Jakarta
Pangkal
1
3IIPinang
Jamu
0 0222
11
0
01
10
Pangkal
Pinang
0
0
11Jakarta
DKIIIIIJakarta
534
11
Jakarta
1
1 Total
12
494
513
Sub
0 1 0
11
Jakarta
I
0
12Bandung
Jawa
- 00 0
12
Jakarta
II Barat
0
0
211
13
506
731
KESEHATAN
MASYARAKAT 0
12CJakarta
Jakarta
II
0
13
III Tengah
2
13Tasikmalaya
Jawa
211 0 0
14
438
436 2 3.386
13 Bandung
Jakarta
03
1
1 IIIKesehatan Lingkungan
14
2
317
14Semarang
DI Yogyakarta 1.435 1.246
1761 0
15
14 Tasikmalaya
Bandung
1 2 Total1 1
Sub
15
2
0
16
Surakarta
545
490
0
15 Tasikmalaya
Jawa Timur
4.674
15 Semarang
24
21
16
5
DYogyakarta
GIZI
365
17
305
310
0
16
Banten
974
16 Surakarta
Semarang
21
20
17
1
439
18 Malang
954
1.093
0
1
Akademi
Gizi
(AKZI)
17
Bali
698
17
Surakarta
1
1
18 DI Yogyakarta
1
1
1
242
19 Surabaya
833
675
0
Sub
18Surabaya
Tenggara Barat
667
18
DINusa
Yogyakarta
1 3 Total
11
19
4
96
20 Denpasar
264
154
0
20
Malang
3
3
0
19
Surabaya
1
1
19
Nusa
Tenggara
Timur
E
KETERAPIAN FISIK779
0
21 Mataram
705
0
21
20
Malang
21
30
20Banten
Kalimantan
Barat 9351
832
1 Fisioterapi
1.116
22 Kupang
388
0
22
Denpasar
1
21
Banten
11
01
21Pontianak
Kalimantan
Tengah
629
232
23
697
377
0
2
Okupasi
Terapi
23
Mataram
2
1
0
22 Denpasar
1
1
22
Kalimantan
Selatan
1.255
150
24
Palangkaraya
392
618
0
24
3 Terapi Wicara 3
23 Kupang
Mataram
21
11
233
25
318 1
23Banjarmasin
Kalimantan Timur2201
6301 0
25
24 Pontianak
Kupang
1
1
4 Akupunktur
0 0 0
26
812 1
24Samarinda
Sulawesi
Utara 5431
368
26
25 Palangkaraya
Pontianak
2
1
221 1 0
27
Manado
356
343
Sub
27
Banjarmasin
1
1 Total
25
Sulawesi
Tengah
1.180
26 Palangkaraya
1
1
0
28
Palu
650
432
28
TimurSelatan
2
0 0
F Kalimantan
KETEKNISIAN
MEDIS1
26
Sulawesi
1.636
27
Banjarmasin
1
1
396 1 0
29
888
388 1
29 Makassar
Manado
1
27 Kalimantan
Sulawesi
Tenggara
833
28
Timur
1
1 Analis
Kesehatan
350 1 0 0
30
527
554 2
30 Kendari
Palu
2
28Ambon
Gorontalo
246
29
Manado
1
1
2
Teknik
Gigi
0 1 0
31
1.094
462
31 Makassar
2
1
30
Palu
1
1
29TKendari
Sulawesi Barat 4291
133
32
ernate
0Darah
1
0 0
3 Program Teknologi &480
Tranfusi
31
Makassar
1
1
30Jayapura
Maluku
780
33
1.658
735 1
Gorontalo
1
0 0 0
4
Teknik
Radiologi
&
Radioterapi
32
Kendari
0
1
31Pangkal
Maluku
Utara
583
Mamuju
1
34
Pinang
136
139 1
0 0 0
33 Banten
Gorontalo
12
5 Rekam
dan
Info
3
35
230Kes
32Maluku
Papua
Barat Medis254
- 0 10 0
34 Mamuju
Mamuju
0
0
1
36
148 1 1.016
0 0 0
6 Teknik Elektro145
Medik
33Ternate
Papua
35 Sorong
Maluku
04
0
37
Jayapura
7
37
688
460
0 0 0
Indonesia
28.404
7 Refraksi dan Optisi
1 AAcehKEPERAWATAN

Keterapian
Fisik / Program Studi
Jurusan
Jurusan/Program Studi

Gizi

AnalisFarmasi
Makanan
&Makanan

(1)
(1)

(1)

Madya

Gigi
Gigi

Poltekkes
Poltekkes

Kebidanan

Provinsi

Keperawatan
Kebidanan
Gigi

No
No
No

Keperawatan

Poltekkes

Keperawatan

No

Kesmas

RW, Kefarmasian
Desa
dan Kelurahan
KesmasSiaga
GiziAktif
Kefarmasian
Kesehatan
Masyarakat
Gizi

Kebidanan
Keperawatan

No

Kefarmasian

Keperawatan

Keperawatan
Farmasi
Keperawatan

Keperawatan

119

0
0

0
3

618

70.774

0
2

2
20

Data Poskesdes yang Beroperasi merupakan data gabungan dari Dirjen Bina Gizi dan KIA tahun 2009 , Laporan DAK Kab/Kota Tahun 2012 dan Laporan DAK Kab/Kota Tahun 2013

Lampiran 2.13
JUMLAH RW, DESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF SERTA POSYANDU
Sumber : Pusat Promosi Kesehatan, Kementerian Kesehatan per 17 Januari

Sumber:BadanPPSDMKesehatan,KemenkesRI,2014
2014
Sumber: Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI, 2014
Sumber : Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI, 2014

Sumber:
Badan PPSDM
Kesehatan,
Kemenkes
RI, 201
Keterangan : Jumlah desa siaga
di Provinsi
DKI Jakarta
merupakan
jumlah
RW Siaga Aktif dan jumlah Desa Siaga Aktif di Provinsi Sumatera Barat merupakan jumlah Desa Si
4
aga Aktif ditambah Nagari Siaga Aktif
Lampiran 2.14
JUMLAH PROGRAM STUDI DIPLOMA IV INSTITUSI POLITEKNIK KESEHATAN (POLTEKKES)
SAMPAI DENGAN DESEMBER TAHUN 2013
Lampiran 2.15
JUMLAH JURUSAN/PROGRAM STUDI DIPLOMA III INSTITUSI POLITEKNIK KESEHATAN (POLTEKKES)
MENURUT JURUSAN DAN PROVINSI TAHUN 2013

Lampiran 2.16
JUMLAH PESERTA DIDIK DIPLOMA III POLTEKKES MENURUT JENIS TENAGA KESEHATAN
TAHUN AJARAN 2011/2012 SAMPAI DENGAN 2013/2014
Lampiran2.17
JUMLAH PESERTA DIDIK PRORAM DIPLOMA III POLTEKKES BERDASARKAN JENIS TENAGA KESEHATAN TAHUN 2013

(4)

(11)

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
151
0
0
0
195
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
346

(12)

0
0
0
0
0
0
0
19
0
0
61
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
80

0
0
125
0
0
625
0
750
0
0
2.065
0
0
72
2.065
0
0
0
2.265
0
2.265
0
0
0
190
0
50
0
40
0
0
0
280
0
0
1.105
0
0
100
0
100
0
0
0
225
0
20
0
1.550
0
0
20.866
0
0
0
72

(14)

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
149
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
94
0
0
0
0
0
0
0
0
0
243

(15)

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
99
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
99

(16)

0
0
0
0
0
0
0
0
0
14
0
0
0
0
0
30
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
44

7.183
5.652
(17)
1.641
0
14.476
OkupasiEtrapi

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
100
0
0
0
0
0
0
0
130
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
230

Fisioterapi

(10)

7.276
5.025
(13)
1.655
0
13.956

AnalisFarmasi
DanMakanan

(3)

TeknikGigi

0
80
0
0
0
37
49
114
0
0
0
90
104
0
48
0
146
0
133
37
111
40
61
0
80
37
34
0
145
0
0
0
0
0
0
38
0
0
1.384

TeknikElektro
Medik

(9)

AnalisKesehatan

56
89
0
0
0
0
75
29
0
0
112
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
44
0
0
0
0
64
0
162
0
0
0
0
0
41
0
0
0
672

Farmasi

(8)

Gizi

(7)

Aceh
327
392
156 Sub 92
Total 96
Medan
108
362
95
116
72
B
Padang KEFARMASIAN
146
176
71
66
101
1 Analisa
dan0 Makanan
Pekanbaru
44 Farmasi
139
42
0
Jambi
89
122
51
68
0
2 Farmasi
Bengkulu
109
151
0
Sub 40
Total 57
56
Palembang
232
169
0
80
C
113
48
T.KarangKESEHATAN
122 MASYARAKAT
292
34
67
Gorontalo1
113
236
0
0
Kesehatan
Lingkungan
Jakarta I
68
40
0
0
64
Promkes
96
91
Jakarta II
0
0
0
0
Jakarta III
253
153
0
0 Sub Total
87
124
289
85
Bandung
93
D
GIZI
76
217
0
Tasikmalaya
100
1 Gizi 81
111
112
475
469
Semarang
198
Sub Total
0
185
239
0
Surakarta
0
109
110
114 FISIK
137
Yogyakarta
135
E
KETERAPIAN
0
157
297
465
Malang 1
0
Fisioterapi
149
286
376
0
Surabaya
131
Okupasi
Terapi
62
33
160
83
Denpasar2
25
0
88
Terapi
332 Wicara
246
Mataram 3
0
56
58
485
456
Kupang 4
47
Akupunktur
36
202
123
Pontianak
52
Sub 80
Total
0
58
131
336
Palangkaraya
0
F
KETEKNISIAN
MEDIS
40
71
74
141
Banjarmasin
59
0
0
153 Kesehatan
241
Samarinda
0
1 Analis
87
62
103
137
Manado
66
2
Teknik
Gigi
46
0
184
146
Palu
0
Teknik
& 88
Radioterapi
91
107
274 Radiologi
182
Makassar3
64
6 Medis
162 dan Info
Kendari 4
0
Rekam
Kes 0
74
67
252
116
Ambon
0
5 Teknik
Elektro
Medik
0
67
155
155
Ternate
0
Ortetik
54
30
519 Prostetik
273
Jayapura 6
0
Total 0
84
72
T. Pinang
0 Sub 40
0
33
26
32
Pangkal Pinang
0
Total
0
0
80
71
Banten
0
32
36
38
43
Mamuju
0
0
45
177
165
Sorong
0
Total
6.608
7.604
1.569
1.676
2.034

Kesehatan
Lingkungan

(6)

Keperawatan
Gigi

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38

Kebidanan

(1)

2012

(2)

KEPERAWATAN
1 Keperawatan
2 Kebidanan
(2) 3
(3)
(4)
Keperawatan
Gigi(5)
Keperawatan

2011

TeknikRadio
Diagnostik

No (1) Nama
Poltekkes

0
0
125
0
0
885
0
1.010
0
0
2.089
0
0
0
2.089
0
0
0
2.068
0
2.068
46
0
0
123
0
52
0
36
0
0
33
0
244
0
0
1.125
0
0
92
0
285
0
00
0
225
0
16
0
1.743
0
0
21.630
0
0
0
46

Sumber: Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI, 201


4
Sumber: Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI, 20
14

Lampiran 2.18
JUMLAH LULUSAN PROGRAM STUDI DIPLOMA III POLTEKKES
MENURUT JENIS TENAGA KESEHATAN TAHUN 2011-2013
Lampiran 2.19
JUMLAH LULUSAN PROGRAM STUDI DIPLOMA III POLTEKKES
MENURUT JENIS PROGRAM STUDI TAHUN 2013

OrtetikProstetik
Kesehatan
Informasi
Akupunktur
Perekamdan
Promkes
TerapiWicara
Jamu

PROGRAM STUDI

Institusi Diknakes

No

(18)

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
42
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
42

No
No

Nama
NamaObat
Obat Jumlah Rumah

Kemasan

Kebutuhan Ketersediaan

Ketersediaan
Jumlah
Tenaga
Kesehatan
Jumlah
Tenaga Kesehatan
Ketersediaan
No Kesehatan
Nama Obat
Jumlah
Tenaga

Kemasan

Kebutuhan

Kemasan
Kebutuhan Ketersediaan
No
Nama
Obat
Kemasan
(%)
Rasio
Dokter Rasio Dokter
Gigi Rasio
(%)
Jumlah
Dokter
Dokter
Perawat
Keterapian Lainnya
Keteknisian
Sakit
(1)
(2)
(3)Dokter
(4)
(5)
(6)
(1)
(2)
(3)
(4)
Dokter
Spesialis
Dokter
Umum
Dokter
Gigi
Perawat
Bidan
Farmasi
Jumlah
Perawat
Bidan
Farmasi
Kesmas
Sanitarian
Gizi
Umum
terhadap
ter
No
Provinsi(2)
Dokter
Umum
Dokter
Perawat
Bidan
(1)
(3)
(4)
(5)
(6)
(1)
(2)
(3) Jumlah
Dokter Spesialis Dokter
Umum
Dokter
Gigi Gigi
Perawat
Bidan
Farmasi
Lainnya terhadap
Jumlah
73
mealeat
(CTM)Provinsi
tablet
Spesialis
4 mg Puskesmas
Umum tabletGigi
646.187.787
Gigi
661.683.428
102,40 115,22
110 Povidon
Iodida larutan
%
Fisik
botol
Medis
1 Kloraniramina
Alopurinol tablet
100 mg
tablet
36.741.378
42.334.202
37 Etakridin
larutan10
0,1%
botol 3.337.799
No
Penggunaan
di Puskesmas
Penggunaan
di Rumah
Sakit
Ra
Puskesmas
Puskesmas
Pus
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)

No
No
No

Provinsi
Provinsi
Provinsi

(1)
(2)
(3)
74
injeksi
(HCL)
(1)
(2)
2 Klorpromazin
Aminofilin tablet
200i.m
mg5 mg/ml-2ml (3)

(1)

(2)

(4)

53(3) 773
854
1 Sumatera
Aceh Utara
334
2
2.191
2
Sumatera
Utara
156
76
tablet
salut
(HCL)
Sumatera
Utara
6
1.442
42 Klorpromazin
Amitripilin
salut
25 25
mgmg
(HCL)
Acehtablet
31
Sumatera
Barat
816
2 Klorpromazin
Sumatera
Utara
570
3
Sumatera
Barat
61
77
HCl
tablet
salut
100
mg
(HCL)
53 Amoksisilin
kapsul
250 mg
Sumatera
Barat
3
585
42
R Sumatera
iSumatera
a
u DOEN
UtaraPirimetamin 25781
3 Anti
Barat
78
Malaria
Kombinasi
mg262
+
R
64
4 Amoksisilin
R ii a
au
u kaplet 500 mg
6 54
578
53
a
m
b
i
429
Sulfadoxin
500
mg
Sumatera
Barat
4 Amoksisilin
R
i abui sirup kering
75
a
m
125 mg/ 5:Sulfametoksazol
mg
29207338
79
Kotrimosazol
Suspensi
Kombinasi
5
a
m
b
i
0
6 Sumatera Selatan
923
5 0Metampiron
JRiau
a m b tablet
iSelatan
84
500 mg
Sumatera
51176458
6 mg
Sumatera
Selatan
7 121
76
Bengkulu
80
+ Trimetoprim 40 mg/ 5 ml
5
Jambi
97
Metampiron
injeksi
250 mg
6
Sumatera
Selatan
Bengkulu
19319254
87 Kotrimosazol
Lampung
Bengkulu DOEN I (dewasa) Kombinasi :0 453
81
Sumatera
Selatan
10
Antasida
DOENBangka
I 400
tablet
kunyah,
kombinasi:
Aluminium
mg,
Trimetoprim
80 mg
7 Sulfametoksazol
Bengkulu
96
Kepulauan
Belitung
103
8
Lampung
49180514
8 Kotrimosazol
Lampung
4: 200
Hidroksida
200
mg +
MagnesiumKombinasi
Hidroksida
mg
DOEN
II (pediatrik)
7
Bengkulu
10
Kepulauan
Riau
255
8 Sulfametoksazol
Lampung
280
9
Kepulauan
Bangka
Belitung
100
mg,
Trimetoprim
20
mg
9 Kepulauan Bangka Belitung
0 14
140
82
11
DKI
Jakarta
5.931
8
Lampung
Bakteri
DOENBangka
saleb kombinasi:
Basitrasin
50060
IU/g
11
9 Anti
Kepulauan
Belitung
10
Kepulauan
Riau
(kina) tablet
10 Kuinin
Kepulauan
Riau200 mg
7 25
322
12
Jawa
Barat
5.562
9 DKI
Kepulauan
Bangka Belitung
83
10
Kepulauan
Riau
11
Jakarta
150 70 645
12
+
11
DKI
Jakarta
34
13
Jawa Dihidrokklorida
Tengah
4.397
Kuinin
injeksi 25%-2 ml
84
10
Kepulauan
Riau
11 polimiksin
DKI
Jakarta
10.000 IU/g
12
Barat
274340
12 Lidokain
Jawa
Barat
9
1.889
14
DIJawa
Yogyakarta
1.237
injeksi 2% (HCL) + Epinefrin 1 : 80.000-2
11
DKI
Jakarta
Antihemoroid
DOEN kombinasi: Bismut Subgalat
150
12
Jawa
Barat
1.050
13
Jawa
T
engah
275
85
15
Jawa
Timur
4.786
13
Jawa
Tengah
7
1.931
13
+ Jawa
12
JawaTengah
Barat
Sulfat
inj (IV) 20%-25 ml
13Magnesium
16
Banten
1.603
14
DI
69873365
14 Heksaklorofen
DI Yogyakarta
Yogyakarta
1
86
250 mg
13
Jawa
Tengah
17
B DI
a
l Yogyakarta
i
1.146
14
Sulfat
inj (IV) 40%-25 ml
14Magnesium
121
15
15 Jawa
Jawa Timur
Timur
31 319 1.832
87
18
Nusa
Tenggara
Barat
382
14
DI
Yogyakarta
Antifungi
DOEN
Kombinasi:
Asam
Benzoat
6%
+960
Asam
15
15Magnesium
Jawa Timur
Sulfat serbuk 30 gram
16
Banten
77
16
Banten
0
475
88 Salisilat
19
Nusa
Tenggara
Timur
275
3% Timur
15
Jawa
16
Banten
230
17
B
a
ll ii
57
Mebendazol
sirup 100 mg / 5 ml
17
B
a
0
16
89 Antimigren:
Ergotamin
50 mg 320
20
Kalimantan
Barat tartrat 1 mg + Kofein343
16
Banten
17Mebendazol
B
a lTenggara
i tablet
18
Nusa
Barat
23120
100
mg
90
18
Nusa
Tenggara
Barat
0 129
21
Kalimantan
Tengah
Antiparkinson
DOEN
tablet kombinasi: Karbidopa
25 254
17
17
BaliTenggara
Metilergometrin
Maleat
(Metilergometrin)
tablet
salut
18
Nusa
Tenggara
Barat
19
Nusa
Timur
41158
22
Kalimantan
Selatan
491
+Nusa Tenggara Timur
18
19 0,125
0
370
91
mg
18
Nusa
Tenggara
Barat 613
Levodopa
250
mg
23
Kalimantan
Timur
19Metilergometrin
Nusa
Tenggara
Timur
20
Kalimantan
Barat
40362314
19
20
Kalimantan
Barat
Maleat injeksi 0,200 mg -13ml
92
Aqua
Pro Injeksi
Steril, bebas pirogen
19
Nusa
Tenggara
Timur 447
24
Sulawesi
Utara
20Metronidazol
Kalimantan
Barat
20
21
Kalimantan
Tengah
tablet
250 mg
21
Kalimantan
Tengah
2 17237273
93
Asam
Askorbat
(vitaminBarat
C) tablet 50 mg
25
Sulawesi
Tengah
274
20
Kalimantan
21
21Natrium
Kalimantan
Tengah
22
Kalimantan
Selatan
Bikarbonat
tablet 500 mg
22
Kalimantan
Selatan
3 31194446
94 Asam
Asetisalisilat
tablet
100 mg (Asetosal)
26
Sulawesi
Selatan
1.402
21
Kalimantan
Tengah
22
23
22
Kalimantan
Kalimantan
Timur
Selatan
54228479
Fluoresein
tetes mata 2 %
23 Natrium
Kalimantan
Timur
1 120
95
Asam
Asetisalisilat
tablet 500 mg (Asetosal)
27
Sulawesi
Tenggara
22
Kalimantan
Selatan
23
Natrium
Klorida
larutan
infus 0,9 %
24
Sulawesi
Utara
40222479
23
Kalimantan
Timur
96
24 Atropin
Sulawesi
1 137
28
Gorontalo
sulfatUtara
tablet 0,5 mg
24
23
Kalimantan
Timur
Natrium
Thiosulfat
injeksi
I.v. 25 %
25
Sulawesi
Tengah
24
Sulawesi
Utara
97
29
Sulawesi
Barat
33
tetesTmata
0,5%
25 Atropin
Sulawesi
engah
0 26183244
25
24
Sulawesi
Nistatin
tablet
salutUtara
500.000 IU/g
30
Maluku
26
Sulawesi
Selatan
82183690
25
Sulawesi
Tengah
98
Atropin
injeksi
l.m/lv/s.k.
0,25
mg/mL
1
mL
(sulfat)
26 Sulawesi Selatan
3 118
26
25
Sulawesi
Tengah
Nistatin
Vaginal
tablet
salut 100.000 IU/g
31
Maluku
Utara
84
99
Betametason
krim
0,1 %
27
Sulawesi
Tenggara
25440265
26
Sulawesi
Selatan
27
Sulawesi
T
enggara
0
27
Obat
Batuk
hitam ( Selatan
O.B.H.)
32
Papua
Barat
108
26
Sulawesi
Injeksi I.v. 5 mg/ml
100
28
Gorontalo
27 Deksametason
Sulawesi Tenggara
28
28
Gorontalo
0 12264121
33
Papua
202
Oksitetrasiklin
HCL
salep
27
Sulawesi
Tenggara
tablet
0,5mata
mg 1 %
101
29
Sulawesi
Barat
9 91 153
28 Deksametason
Gorontalo
29
29
Sulawesi
Barat
0
Indonesia
36.746
Oksitetrasiklin
injeksiinfus
I.m. 50
mg/ml-10
ml
Dekstran
70-larutan
6%
steril
28
Gorontalo
102
Aceh
11
Aceh
75
injeksi
25 mg/ml (HCL) 1
Aceh injeksi
31 Klorpromazin
Aminofilin
24 i.m
mg/ml
(1)
(2)

ampul(4)
(5)
tablet

(4)

(5) (7)6.339.503 (8) (6)


(7)
(8)
5.821.838
tabletNatriun
5 (11)
mg Injeksi
(6)
(9) 111
32.367.841
31.018.777 108,89
95,83Prednison
38(10)
Fenitoin
50(12)
mg/ml

(9)
(13)

Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

Lampiran 2.20

(9)

(10) 219.167.208
ampul(15)

2.087 5932.320
10.455
tablet
21.775.804
19.344
ampul

0,47

1.907 3938.40424.254
9.672
tablet
tablet7.467.236

20.395
0,93
1.182585
359 287
6.9862.955
4.476 3.838
1.202 63,88
3.159
18.145
99,29
2,23
1,10
775
552 176
113
4.028
1.349
513
1.259 29 tablet 8.299
8.589
537.766.318
572.572.531
106,47
42 492
Fenoksimetil
Penisilin
tablet154
500 mg
tabletkaplet
3.585.606
2.550.092
71,12526
115
Reserpin
tablet 0,10
mg
tablet
771.009
217
2.848
3.078
192
3
719
179 99,86
5.314
3.259
977 90,35
3.125
14.002
578
217
2.848
3.078
2,79
1,05
botol
412
15.290.917
18.436.875
65
120,57
2.638
43 472
Fenol Gliserol 546
tetes telinga 10%
273
949 64 botol 7.169
5.226
botol1.100
12.476.443
13.045.693
104,56
106
2.440 343
278
2.593
487
246
120
25
212
8.861
4.804
6.068 tablet
23.179
116 Reserpin
tablet 0,25 mg 1.211
19.275.427
88,09
57,99
338
106
2.440
2.593
1,92
tablet
182.539.479
202.597.283
110,99
44 Fitomenadion
(Vit. K1) injeksi
10 mg/ml
ampul 9.957
915
606
115
4.950
1.162
450 2.664
1.7590,60
93
3.700
308
3.565
628
1.588
468
269
20
102
11.206
433
109
3.258
2.550
869
10.004
tablet
108.313.585
115.548.192
106,68
96,68
67,38
117 Ringer
larutan (Vit.
infusK1) tablet
botol 0,29 tablet
10.516.896
ampul
3.099.22693
3.128.248
100,94
45 Laktat
Fitomenadion
salut1,44
gula 10 mg
458
3.565
120
41
383
805 816.122 5.788
3.071
1.019
270 96
6.8053.700
66
1.752 175
2.091
5861.3683.761
636
160 711 137 179 3.103
2
tablettablet 254 22.869.557
23.022.671
100,67
87,55
80,18
330.010.245
325.645.937
98,68
46
Furosemid
tablet
40
mg
tablet
118
Salep
2-4,
kombinasi:
Asam
Salisilat
2%
+
Belerang
tube
66
1.752 3.077 899 2.091 675 283
1,41
0,375.3693.182.571
333
61
2.566
1.124
442
453
59
158
862
5.726
193
3.552
378
2.989
439 endap 4%
724
330
162
0
11
9.296
93,25 193.9323.552 1.255
540514
135 193
1.170 2.989 225 314 63,07
1.002
1,84
0,697.348 2.317
101
159
83
475
38
1.029
90
617
119 Salisil bedak
238 2%
74
70
27
15
2.457
tablet2.728
4.773.743
103,19 119
1.086
19.418
2.877
2.458 66,51
4.881 kotak 0,63
39.3793.846.436
85,70
tube 140 4.626.081
3.203.739
2.853.474
47
Gameksan
1%
38
1.02989,07
617lotion
2,33
237
36
289
98
366 11 botol 4.121
2.752
96
2.171 194 211
813
1631.532 184
71
69
3
4.757
1.565
31.030
13.263
3.420
9.407
69.004
100,00
89,59
ampul
454.800
828.505
182,17
120 Serum Anti Bisa
Ular Polivalen injeksi
5 ml
(ABU I)
vial 1,37
64.437
322 2.693
96 1.287.945
2.171
813
4,60
5.873
2.033
578
16.680
1.838
2.015
3.865
32.882
supp
1.478.236
87,13
48
Garam
Oralit
I
serbuk
Kombinasi:
Natrium
0,70
g,
Kalium
sach
484
235
1.029
389
386
192
144
6
51
6.288
1.258 9.811.841 31.802
16.833
5.525
13.412
78.048
vial 4.821
7.895.129
90,21723 124,28
83,04
121
Serum klorida
Anti Bisa
Ular
Polivalen
injeksi
50
ml
(ABU
vial 1,42
2.727
645
484
2.693
1.029
1,90
0,30
g,
Tribatrium
Sitrt
dihidrat
0,58
g
5.514
2.701
21.060
3.440
2.122
4.946
40.506
806
9.651
1.250
9.667
926
890 2.155 795
10
4616.67227.031
1.408
394
6.746 1.092
1.699
3.033
95,50
66,31
1.889
806
9.651
9.667
1,80
0,77
2.368
414
22.098
3.164
1.488
5.501
39.283
vial4.250
199.738
162.553
81,38
4.574
32.833 1.840
15.555
4.229IU/vial (A.D.S.)11.218
74.70730.106
122 Serum
Anti Difteri Injeksi 20.000
vial 228
7.480
738
8.143 1.512
927
12.714
83
Gentian Violet838
Larutan 1 % 906
pot
1.628.366
1.770.725
108,74 491.751
botol
98,37
69,44
1.931 1.108
738
8.143 4.9663.516
12.714 649
2,21 2.666
1.382
509245
7.882
18.593 3.517
1.080
596
115
1.5330,85
9.415
776
93 Tetanus Injeksi
163 1.035
165 476
vial 177
330.795
404.876
122,39314
123 Serum Anti
1.500 IU/ampul
(A.T.S.) 17
ampul 93
179.216
96,40
1.069
292 177
6.5151.10874,85
2.252
588
14.583
tablet 365
6.538.399
4.894.153
50
Glibenklamida
tablet 5
mg 66,39
tablet 40.781
7763.927
3,02 2.721 6.0651,46
4.740
2.580
513
21.245
1.711
11.312
97712.01411.374
1.928
835 20.000 886
72
31.210
sach 945
13.517
88,88
124 Serum 971
Anti Tetanus Injeksi
IU/vial (A.T.S.) 47
vial
234.135
651
154
5.041
2.211
550
2.873
11.862
98,80
83,23
tablet
150.345
107.220
71,32
51
Gliseril
Gualakolat
tablet
100
mg
tablet 10.891
1.832 2.009 769 198
945
11.312
1,91
1.595
196
5.708 46111.374
1.001
552
1.0700,98
273
2.436
293
137
212
3
49
6.546
botol 698
30.349 160
25.907
85,36 125 Sianokobalamin
(Vitamin B12)
injeksi 500 mcg 3.648 ampul
19.588.634
6.422
3.139
1.142
15.484
96,88109 2.009 5.152
51,54
475 1.271 672
273
2.436 896
2,07
1.134
273
1.1641,19
9.400
170
1.296
228
409
213
5
2116.043
4.275
2.358.049
2.298.768
97,49Sulfasetamida
52
Gliserin Natrium
botol 2.674.677
tablet vial
2.048.135
1.440.136
126
tetes 634
mata 129
15 %
botol
639
130213
2.308
2.522
97,09 419.46770,31
60,66
320
170
1.271
1.296
2,67
376
338
2.065
436
141
7021,42
4.099
tablettablet
13.496.864
105
2.769 340.682.306
186 303.200.999
1.645
348
387
366
8
36
6.378
465
9712.586.280
4.60793,25274
1.851
525
2.030
9.704
89,00
53
Glukosa
larutan
infus
5%
botol
Tetrakain HCL tetes mata 0,5%
botol
747.233
99,68 446.2392.7691272.894
68,21
254
105
1.645
1,61
0,66
274
308
703
358
1.526
6.107
779
191
2.771
824
3.080
14.375
tablet
9.155.228
6.310.510
68,93 54 485
Glukosa larutan
infus 10% 294
3.369
370
491
18
14 botol 8.508
ampul 109
2.867.774
2.704.927 2.361
94,32627
128 Tetrasiklin kapsul 250 mg
kapsul
63.927.978
99,50
74,50
1.080
321
7.181
2.356
809
2.500
14.860
370
109
3.369
2.361
1,02
0,30
339
303
44
2.947
455
137
708
4.933
tablet
2.601.517
1.926.273
74,04
55
Glukosa
larutan
infus
40%
steril
(produk
lokal)
ampul
79
6.353
651
1.845
448
543
282
291
3
37
10.849
tablet
32.560.494
30.872.390
94,82 129 Tetrasiklin kapsul 500 mg
kapsul
28.922.494
81,72
1.010
63 100,00
5.6456.35384,29
1.469
791
10.970
314 2.763 160
79 1.678.949
1.845tablet
1,32
tablet
125
1.991.758
29
1.723
56
Griseofulvin
316
125
mg, 229
micronized
179 1.545
5160,33
tablet 5.847
3.048
58
209
1.496
252
368
177
0
20
tablet
38.137.390
106,11 130 Tiamin (vitamin B1) injeksi 100 mg/ml
534273 35.942.591 106
6.804
2.495
2.557 ampul 0,30
13.4448.324.631
95,7333.144
botol
94,64
57
Haloperidol
0,5674
mg 78,22
58
2.763
1.496tablet
1,41
481
32635.022
55
3.064
493
196
913 65 tablet 8.423
5.528
134
3.145
392
2.266
525
795
338
311
3
botol1.464
301.519 597 352.437
116,89 131 Tiamin
(vitamin B1) tablet1.468
50 mg (HCL/Nitrat)
302.431.227
12.436
5.264
7.600 tablet
30.231
95,52
ampul
539.197
480.025
89,03
58 Haloperidol
tablet
1,5 mg 75,60
tablet 7.099
612 446 2.851
530
134
90
3.145
4.204
2.266
737
1,96
279
6470,59
151
1.559
426
622
198
176
6
32
6.710
botol 209
1.873.012
2.852.711
152,31
132
Tiopental
Natrium
serbuk
injeksi
1000
mg/amp
ampul
128.458
445
116
3.801
1.769
540 76,89
2.704
9.495
krim
5.755.27597,76
5.661.965
98,38 59 Haloperidol tablet 5 mg
tablet
41735 223
34
3.297
379
197 1.276
5230,94
5.285
209
2.851
ampul438
113.074
74.832 1.025
133
Triheksifenidil
tablet 2
mg 322 242 2,16
tablet
18.839.500
26 479 2.075
313
176 1.559
276
23
0 4.297
4.859
249
1.59866,18
680
ampul
14.415.84892,47
12.692.243
88,04 60 Hidroklorotiazida tablet 25 mg
tablet
61,76
275
41
2.836
590
265
708
4.987
479
26
2.075
1.025
2,62
0,14
tablet 272
2.892.119
2.783.582
96,25
233
100
1.627
134
Vaksin
895
Rabies
Vero
241
1.259
vial
4.388
3.833.869
63
3.844
201
1.880
340
855
355
95
1
7
7.885
tablet
300.226.66899,68
299.112.407
99,63 61 Hidrkortison krim 2,5%
tube
82,74
390
119
5.075
1.323
171
1.127
8.323
1.397
741
198
7.096
1.361
635
2.871
14.299
244
63
3.844
1.880
1,33
0,34
tablet
3.521.164
4.022.642
114,24
135
Vitamin
B
Kompleks
tablet
tablet
405.270.082
386
5.290 2.983.469
538
3.874
741
643
38
129 tablet14.799
botol
2.967.441
99,46 621.907
Ibuprofen tablet
200 mg 560
91,45
272690 7.594.207
48 6.925.863
3.12391,20
1.086 3.874 321 246 68,94
6.005 2.753
botol 120
VAKSIN
38
1.317
154 1.146
6500,88
386 6.894.880
5.290
1,57
70
2.345 153
111
1.387
294
341
16
53 tablet 5.823
botol
6.835.227
100,87 63 558
Ibuprofen tablet
400 mg 383
297
54
2.710
895
238
726
5.0282.882.530
100,00
71,69
tube 135
5.522.378
4.014.960
72,70
BCG
136
vial
120
14
864
217
3210,27
1.720
70 107.941.489
2.345
1.387
tablet
21 265 701 124.225.667
46
453
229
86,89
64 382
Isosorbid
Dinitrat
143Tablet Sublingual
132 1,00
549
mg
1
3 tablet 2.232
733
98 673.121
5.482
1.921
510 86,60
1.905
10.8512.126.071
96,96
vial 33
654.26659
102,88 137 332
T
T
vial
16
98
48
127
713
121 1.221 2.040.659
21 2.509.416
701
1,33 22
0,23
ampul
122,97 65 270
Kalsium453
Laktat
(Kalk) tablet154
500 mg
tablet 3.048
65
56
787
137
174
9
41.841
11.857 3.555.612
40.181 77,83 125.494 vial
681.6341.892.211
97,17288.40576,55 138 D137.110
ampul
4.644.722
T

30
117
26
1.409
334
75
30
tablet
37.895.932
94,75
66 257
Kaptopril
tablet
12,5 mg 196 1,66
29 Maluku
Sulawesi Barat
65 35.906.365
1.221
787
30
Maluku
1 27 92 219
91 153 3.626 162
93
981
74
155
7
Oksitosin
injeksi 10 UI/ml-1 ml
103 Dekstrometorfan sirup 10 mg/5 ml (HBr)
botol
16.616.812
17.210.176
103,57 139 CAMPAK 10 Dosis
31
tablet
5.768.85191
6.812.972
118,10
67 Kaptopril
tablet
25 mg
31
Maluku
Utara
18
84
119
15
938
276
109
30
Maluku
190
219
3.626
981
1,15
31 Paracetamol
Maluku Utara
0
145
33
2.049
49
801
112
424
70
148
6
siruptablet
120 mg
/mg
5 ml
Dekstrometorfan
15
(HBr)
104
tablet
23.421.018
24.770.440
105,76 140 POLIO 10 Dosis
32
ampul
6.624.732
80,22 68 Karbamazepim tablet 200 mg
32
Papua
Barat
22
57
31Paracetamol
Maluku
Utara
33 5.314.084
2.049
32
Papua
Barat
2 16125 61 tablet 82
14 145720.242.482
1.241 132 733.288.918
25
530
67 1.041 170 801 213
77
79 1,16
1
tablet
100 mg
Diazepam
Injeksi
5mg/ml
105
101,81
141
DTP-HB
33
tablet
7.778.533
8.298.543
106,69 69 Ketamin Injeksi 10 mg/ml
33
Papua
309
47
2.157 420 530 470
196
32Paracetamol
Papuatablet
Barat
14
1.241
tablet
500 mg
33
Papua
3 35143393 botol 197
46 61 2.933
36
1.353
198
168
210 0,43
3
Diazepam
2 mg
106
1.543.926
1.902.304
123,21
142
HEPATITIS
B
0,5
ml
ADS
34
tablet
36.176.115
27.878.710
77,06 70 Klofazimin kapsul 100 mg microzine
33
Papua
391
393
46
2.933
1.353
1,01
Pilokarpin
tetes
mata
2 % (HCL/Nitrat) 135
Diazepam
tablet
5
mg
Indonesia
2.228
36.081
21.283
4.295
164.309
31.254
14.769
Indonesia
17.767
6.883
115.747
10.150
102.176
17.383
21.849
10.559
9.598
652
107
tablettablet
14.620.822
13.423.908
Dosis
35
20.825.531
16.871.982 91,81 143
81,02POLIO
71 20
Kloramfenikol
kapsul 250 mg
Pirantel
tab.
Score
(base)
mg (HCL)
Difenhidramin
Injeksi
I.M. 125
10 mg/ml
Indonesia
9.655
17.767244.575.4561.621.856
6.883
115.74771,45CAMPAK
102.176
108
tabletampul
251.829.854
20 Dosis tetes telinga 3 % 1,84
36
1.158.745 102,97 144
72 Kloramfenikol
Piridoksin (Vitamin B6) tablet 10 mg (HCL)
109 Diagoksin tablet 0,25 mg
botol
4.078.766
2.889.733
70,85
Povidon Iodida larutan
10 %: Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan, Kemenkes RI,
Sumber

29
30
31
32
33

tablet
(14)

(5)
(6)
(7)
(8)174
610
96
5.2319.545
265394
10.890
7.613
216.884
201.435 918.987
92,88
112
tablet 151.406
mg
5.378
7.977
1.261
747 1.707
484
159
1.010.547
90,94Primakuin
391.955
Fenobarbital
Injeksi
I.m/I.v 50
mg/ml
(4)
DENGAN
BULAN
NOVEMBER
2013
773
156(3) 250
5.378 SAMPAI
7.977
2,31
3.161
857
8.796
13.585
2.436
7.378
2.164
1.437
939
2.237
738
tablettablet
10.123.877
9.814.482
96,94
113 Propillitiourasil
tablettablet
100 mg
529
7.160 6.105.441
472
11.080
1.233
423
47
6.306.266
103,29
401.077
Fenobarbital
30 mg 746
98,96 997.513121,86
1.230
40515.297.339
4.633
1.376 91,04
1.442 12.552.718
529
7.1601144.198
11.080 668
2,53
796
583
391 4.422
tabletkapsul
tablet 40 mg
(HCL) tablet284
88.240.406
83,49Propanol
41 906
Fenoksimetil
Penisilin
250 mg
287
2.955 105.686.877
365
3.838
800
305
39

851
ampul1.446
156
tablet

97,55
97,28
99,36
100,00
88,77
96,11

76,71
81,23
93,26
88,04
76,15
74,87

1.399141 tablet10.508
8.134
tablet
4.777.147

4030,71
2.526
4 tablet 5.704
5.891.506
tablet 1.834
2930,48
8
3.845

vial
vial

tablet5.123.173
2220,26
1.769
2
2.269
vial 4.995.588
5740,10
3.950
6
5.769

vial
vial

kapsul5.711.913

0,12 314.363
47.716
319.707
vial 1.464 kapsul
326.250
vial

0,71

botol 167.352

2014

PERSENTASE KETERSEDIAAN OBAT DAN VAKSIN DI INDONESIA


SAMPAI DENGAN BULAN NOVEMBER 2013

Lampiran 2.21

Sumber
: Badan
Pengembangan
dan Pemberdayaan
Sumber
Manusia
Kesehatan,
Kemenk
Sumber
: Badan
Pengembangan
dan Pemberdayaan
Sumber
Daya Daya
Manusia
Kesehatan,
Kemenk
Sumber:
Ditjen
Bina
dan Alkes,
Kemenkes
RI, 201RI, 2014
Sumber
: Badan
Pengembangan
Pemberdayaan
Sumber Daya Manusia Kesehatan, Kemenkes
es
RI,
2014
es
RI,
2014
Sumber:
DitjenKefarmasian
Bina
Kefarmasian
dandan
Alkes,
Kemenkes

PERSENTASE KETERSEDIAAN OBAT DAN VAKSIN DI INDONESIA


4
Sumber:
RI, 2014Ditjen Bina Kefarmasian dan Alkes, Kemenkes RI, 201
4

Lampiran 2.22
PENGGUNAAN OBAT GENERIK PADA SARANA PELAYANAN KESEHATAN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
Lampiran 3.1
REKAPITULASI SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) KESEHATAN
MENURUT JENIS TENAGA DAN PROVINSI TAHUN 2013

Lampiran 3.2
JUMLAH SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) KESEHATAN DI PUSKESMAS
MENURUT JENIS TENAGA DAN PROVINSI TAHUN 2013

Lampiran 3.3
RASIO DOKTER UMUM, DOKTER GIGI, PERAWAT DAN BIDAN TERHADAP JUMLAH PUSKESMAS
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013

Lampiran 3.4
JUMLAH SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) KESEHATAN DI RUMAH SAKIT
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013

Lampiran 3.5

(6)

Provinsi
16.320

56

(3)

140

(4)

(2)
9.709

19.514

298

1 Barat
Aceh
(1)Sumatera

5.695

(2)
8.118

186

10

296

78

25

344

33

PapuaIndonesia

3.200
94.727

Indonesia

198.414

6442.918

200.609

196

DokterUmum

(1) Utara
Sumatera

Sumatera Utara
1Riau 2Aceh
2.688
1.739
(1) 2
(2)
3Sumatera
Sumatera
Barat(3)
(4)
Utara
5
Jambi
8.077
14.908
1 3Aceh4Sumatera
45
Barat2.192
Riau
6
Sumatera Selatan
2.271
1.300
2 4Sumatera
Utara
6.820
188
5Riau
Jambi
7
1.798
3 Bengkulu
Barat
2.416 1.304 84
5Sumatera
6Jambi
Sumatera Selatan
4 Lampung
2.268 8.518 43
8
5.478
6Riau7Sumatera
Selatan
Bengkulu
5
Jambi
852
18
9 7Kepulauan
Bangka Belitung
3.090
3.166
8Bengkulu
Lampung
6
Sumatera Selatan
2.217
98
10 8Kepulauan
Riau
7.181
8.740
9Lampung
Kepulauan Bangka
Belitung
7
Bengkulu
479
9
9
Kepulauan
Bangka
Belitung
11 DKI Jakarta
3.547
6.254
10 Kepulauan Riau
8
Lampung
1.500
33
10 11
Kepulauan
Riau
Jakarta
12
Barat DKI
9 Jawa
Kepulauan
Bangka
Belitung18.540 315 10.442 10
11 12DKIJawa
Jakarta
10 Jawa
Kepulauan
13
Tengah Riau Barat 15.236 629 16.081 11
12 Jawa Barat
11 DKI13
JakartaJawa Tengah 15.549
527
14 DI Yogyakarta
26.096
13 Jawa Tengah 33.764
12 Jawa
BaratDI Yogyakarta 15.048
377
14
15 14
Jawa Timur
DI Yogyakarta5.0219.227 3.065 344
13 Jawa
Tengah
15
Jawa Timur
16 15
BantenJawa Timur
7.153
13.757
14 DI Yogyakarta
2.813
136
16 Banten
16Jawa Timur
Banten
17
3.708
15 Bali
12.115 2.072 376
17 Bali
17Banten
Bali
16 Nusa
4.507 2.552 93
18
Tenggara Barat
3.406
18
Nusa Tenggara
Barat
18
Nusa
Tenggara Barat
17 Bali Tenggara Timur
2.933 3.498 108
19 Nusa19
4.552
Nusa
Tenggara
Timur
Timur
1819
Nusa Nusa
Tenggara Tenggara
Barat
721
19
20 Kalimantan
Barat
6.051
1.320
20Kalimantan
KalimantanBarat
Barat
20
19 Nusa Tenggara Timur
522
15
21Kalimantan
KalimantanTengah
Tengah
21 21
Kalimantan
Tengah
4.075
4.462
20 Kalimantan
Barat
769
24
22Kalimantan
Kalimantan
Selatan
22
Kalimantan
Selatan
979 501 1.353 21
Selatan
2122
Kalimantan
Tengah
23Kalimantan
Kalimantan
Timur
Timur
2223
Kalimantan
Selatan
1.001 2.358 30
23
Kalimantan
Timur
4.111
24
Sulawesi
Utara
24
Sulawesi
Utara
23 Sulawesi
Kalimantan
Timur
1.516
24
Utara
2.656
372 49
25Sulawesi
SulawesiTengah
Tengah1.961
2425
Sulawesi
Utara
57
25 Sulawesi Tengah
407
1.124
2526
Sulawesi
Tengah
17
26Sulawesi
SulawesiSelatan
Selatan411
26 Sulawesi Selatan
315
1.000
2627
Sulawesi
Selatan
3.530
136
27Sulawesi
SulawesiTenggara
Tenggara
27
Sulawesi
Tenggara
1.679 352 1.501 11
2728
Sulawesi
Tenggara
28Gorontalo
Gorontalo
28
Gorontalo
19.685 253 14.902
2829
Gorontalo
8
29Sulawesi
SulawesiBarat
Barat
2930
Sulawesi
Barat
4
29
Sulawesi
Barat
4.158 110 1.915
30Maluku
Maluku
3031
Maluku
226
6
Maluku
Utara
30 Maluku
78
31 Maluku Utara 672
3132
Maluku
Utara
148
7
Papua
Barat
32UtaraPapua Barat 2.884
31 Maluku
1.745
3233
PapuaPapua
Barat
192
4
33 Papua
32
1.203 634
391 10
33 Papua
PapuaBarat
Indonesia
Indonesia

(10)

508Jumlah
914

(9)

(5)

318

55
20

32

190

38

232
65

52 109

31

127

2176,5

15

18

30

170

239

1
30

202

962

15
9

935

743

17
29 1.637

26
637

1.397

524
18
274
36

223

51
21,3

242

10

83

127
5

461

54
8
30

4,7

76

10

734

29

(7)

66

44

91

55

38 171

54

61 593

233

(6)

Biasa

11
34
60

8,0
0,0

13,3

110

11,14

12

6,78
42

721

100,0
13 369

13 287

100,0
32 109

314 632
267

100,0
676
120

230

297
100,0

830

83

57

406

100,0
470

13
24

111
100,0

17

379 476

264

30

7
416
100,0

147 237

63

16

135

116 588
0
18

90

21

149

11
4

145
77

547

609

12

45

22

9
9
22

0
9 117

44

15
27

8,7

0,01

23

0,01

12

0,01

26

0,03

15

39

0 108
28

19

330,02

122

3
40
271

36

622,22

18

56

0
57

12
11

53

101
0

15

210,00
80,05

60,00

79

38

17

32

28 3.090

226

69

5
8

5.861

1350,0

15

11

11,0
18

11

16

95

34

22

12

53

510,0

70 831

90

396

31

4
7

0
4

16

1.983

12.693

3.068

0,00

0,00

0,00

13

7,20

3.345

711

(8)
0
021
067
018
019
09
017
02
012
3
0
13
0
323
0
228
0
165
059
0200
070
070
07
02
07
03
012
022
015
05
066
04
04
00
00
00
01
06

1.450

Rekam
Medis

Teknisi Gigi

(11)

(12)

(13)

Terpencil

351
Jumlah

3,18 (3)
13,43 0

240

SpesialisAnak

5.425

Provinsi

(8)

SpesialisPenyakitDalam

No

1
Aceh
No

(7)

Biasa

Gizi

174
177

111

61

34

(9)

(10)

137

68

10

588
34
50

70

53,5
(4) 603

278

59,4
1

418

64

68
20

153

567

78

49

878

318

447
51

184

228

9
13

11
1

3
11

02

202

865

06

100

139
547

0
159

191 142
139

111
0

66

44
0

14
58

42

234 186

14

144

31

24

29
5551

14

13

29

7326

12657

124546

347

11

22

37
14

14

27

48

6
9

48

577
676
59
26

29

4
8

3
3
44

276

83

12

50111

455

3415

1118

1.112
26

980

31

6.843

656

1
2
1
6
824

53,1
2

(11)

5
0
61,7
35
1
53,8
11
0
88,0

4
256
0
0

6
0 120

53,3
3

0 0
68,0
21
2 35
471 77,8
2
0
330 60,0 57
7
6
0,0
1.072
1 586
0
0,0
4 755
1.484
0
0,0
68 1.451
2.194
0
0,0
47
685
0 364
34
0,0
0 513
509
20
0,0
0
519
62 18
0,0
1
741
8 59
63,0
1
16 81
621 18,1
2
2
518 20,3 25
3
2
693 46,3
34
13
2
287 58,7
1 49
1
61,8
2 7
381
4
27,0
3 1
6
400
36,1
3
7
398
3
5
67,0
1
191
0 0
19
14,1
109
2
0 9
46,6
1.352
0
0 348
16,7
0
1 1
871
6,6
2
2 0
277 15,8
0
3 5
6,2
567
0
4
8,2
149
5
1
56
35,3
354

1.209

0
596 188

(14)

(15)

(16)

Total

(17)

(18)

Jumlah
Dokter
Spesialis
dan Dokter
Gigi Spesialis
844%
241
17
1.383
158 %
1.097
36
Jumlah
Terpencil
(6)
Sangat
Terpencil
1.031
61
1 (7)
543
69 (8)
178
78 (9)

(5)
409

Teknologi Dokter Gigi Spesialis D


Kesehatan Elektromed
Perawat
Tenaga
Laboratoriu
Lingkungan
is
Anestesi
Akupunktur
Sangat Terpencil m

344

19.750

399

5.697

(12)

138
512

23 141

762

51

649

7
38
5

195 20
123

42

191
12
69
17

28
11
120

43 37
2.399
1.350
939

7
0
180

330
1.551 10

27
(13)

16221
1.598
37

244
107

(5)
110
(14)

11

19

577 944

188
14 211
324

91

2588

43
1

5238
0 71

715
256

2
3

609

01831.164

0 1.525
5.112

87

0
3.827
1.591
0

0946

534
642

80
19
24

642
3.699
0

32

362

1.446 395

15

292

817 547
1 231

42
16
49

13

163

3 102

509

66

1.166

147

23 11

166

38

1
0
2

91 290

77

21189

115

128

97408

496

128
36
400
20

0
0
4

15
6
3
25
9.552

22 77
1.315
158

245
657

2
1
8

118

40 371.019

4 155 55 518

14 108
5

101 81

31140

80

1 122
0 201

55
34
33

678

90

98

24.598

143

1.815
4
669

17.943

0
0
0
1
307

43,4420

0 27,3405
(16)
0(15)42,2
27
1.205
0 217,0 3
26
167
0 439,8 4
18 2
0 4,0177 3
24
1.034 3
0 146,7
13
0 018,7166 0
2
0 211,1
22
1.359
0
0
0
49 33,3
1.146
0
1
0
662 1 0,0
4.772 1
0
175 0 0,0
3.234 0
0
0,0
78
167
375
3.749
0
59 0,0 66
58
941
0
11 0,0 32
030 4.14740
327
0,0
068 265
45
143
0 0,042923
37 22
28,3
0
11 6
181 7
0 281,9 0
17 79,7643
00
0
23
1.227
0 253,7
0
41
0 241,3955 0
0 138,2 0 2
26
0 70,8 0 5
16 4
0 163,9 3
19
48
0 022,0 0
15
0 585,9 0 6
8
0 153,4 7 0
233
0 183,3787 0
0 093,4229 0
10
0 184,2 62 2
0
1
00
31 93,8 63
0 091,8 0
8
242
0
0
0 57,6
14

5306

2.672

159
514

29.494

SpesialisKonservasiGigi
SpesialisKedokteranGigi
SpesialisPeriodonsia
SpesialisOrtodonsia
SpesialisPenyakitMulut
SpesialisProstodonsia
SpesialisRadiologi
KedokteranGigi
Anak

(5)

Okupasi
Terapis

SpesialisBedahMulut
danMaksilofasial

(4)

Radiografer

DokterGigi

Provinsi
(3)

Terapis
Wicara

SpesialisLain

(2)

No

(1)

Dokter Spesialis Penunjang

Refraksionis
Optisien

SpesialisPatologi
Anatomi

Perawat
Gigi

SpesialisPatologiKlinik

Fisioterapi

SpesialisRadiologi

Bidan

SpesialisObstetridan
Ginekologi

Perawat

SpesialisBedah

Provinsi

SpesialisAnestesiologi

Dokter Spesialis Dasar


No

0
0

88

325

28

187

(17)

95

30
9
4

7
38
1

25

64 (18)
2

93

50

92
75

75

50

15

270
0

15

1
244

17

182
253

26

1
3

97

18

26

36

88

473

94

0
0

27 66
7
0

182

38

129
101

11

18

46

17
36
5
51
2

282

26

128

25

123

0
0

58
0

92

1
0

137

2 158

0 100

6 184

20
1

7
9

55

24

0
0

58

58
0

48

0
15

166

95

130

219

0
0

3.153

19
537
2.343

0
1

64

0
248

JUMLAH DOKTER UMUM, DOKTER SPESIALIS, DOKTER GIGI DAN DOKTER GIGI SPESIALIS YANG MEMILIKI SURAT TANDA REGISTRASI (STR)
MENURUT PROVINSI SAMPAI DENGAN DESEMBER TAHUN 2013

Lampiran 3.6
Sumber:SekretariatKonsilKedokteranIndonesia,KemenkesRI,2014

JUMLAH TENAGA KESEHATAN YANG MEMILIKI SURAT TANDA REGISTRASI (STR)

MENURUT PROVINSI TAHUN 2011 SAMPAI DENGAN DESEMBER TAHUN 2013


Sumber: Biro Kepegawaian, Kemenkes RI, 2014
Sumber: Biro Kepegawaian,
Kemenkes RI, 2014

Sumber:MajelisTenagaKesehatanIndonesia,KemenkesRI,2014

Lampiran 3.7
JUMLAH DOKTER SPESIALIS DAN DOKTER GIGI SPESIALIS SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP (P
TT) AKTIF
MENURUT KRITERIA WILAYAH DAN PROVINSI TAHUN 2013

Lampiran 3.8
JUMLAH DOKTER UMUM SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP (PTT) AKTIF
MENURUT KRITERIA WILAYAH DAN PROVINSI TAHUN 2013

No

Biasa

Provinsi

(1)

(2)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

Terpencil

Jumlah

Jumlah

(3)

(4)

(5)

Sangat Terpencil
%

Jumlah

(6)

(7)

Total

%
(8)

(9)

0
0
1
0
0
0
0
1
0
0
0
2
4
4
28
0
4
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0

0,00
0,00
2,27
0,00
0,00
0,00
0,00
3,23
0,00
0,00
0,00
100,00
100,00
100,00
100,00
0,00
100,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
5,88
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00

40
45
30
34
31
24
6
20
1
7
0
0
0
0
0
0
0
17
14
7
21
32
22
8
19
58
23
11
6
1
5
3
10

54,05
70,31
68,18
80,95
56,36
88,89
31,58
64,52
25,00
43,75
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
68,00
16,47
21,88
47,73
64,00
50,00
47,06
36,54
74,36
19,01
50,00
26,09
1,61
13,51
17,65
24,39

34
19
13
8
24
3
13
10
3
9
0
0
0
0
0
0
0
8
71
25
23
18
22
8
33
20
98
11
17
61
32
14
31

45,95
29,69
29,55
19,05
43,64
11,11
68,42
32,26
75,00
56,25
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
32,00
83,53
78,13
52,27
36,00
50,00
47,06
63,46
25,64
80,99
50,00
73,91
98,39
86,49
82,35
75,61

74
64
44
42
55
27
19
31
4
16
0
2
4
4
28
0
4
25
85
32
44
50
44
17
52
78
121
22
23
62
37
17
41

45

3,85

495

42,38

628

53,77

1.168

Sumber: Biro Kepegawaian, Kemenkes RI, 201


4

Lampiran 3.9
JUMLAH DOKTER GIGI SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP (PTT) AKTIF
MENURUT KRITERIA WILAYAH DAN PROVINSI KONDISI 31 DESEMBER 2013

No

Provinsi

(1)

(2)

Biasa

Terpencil

Sangat Terpencil

Jumlah

Jumlah

Jumlah

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

Aceh

340

7,76

2.471

56,40

1.570

35,84

Sumatera Utara

2.885

49,25

2.518

42,98

455

7,77

Sumatera Barat

1.275

66,96

494

25,95

135

7,09

Riau

567

38,21

656

44,20

261

17,59

Jambi

472

35,28

633

47,31

233

17,41

Sumatera Selatan

592

73,00

212

26,14

0,86

Bengkulu

168

19,76

541

63,65

141

16,59

Lampung

1.481

69,37

495

23,19

159

7,45

Kepulauan Bangka Belitung

57

61,96

25

27,17

10

10,87

78

40,00

95

48,72

22

11,28

0,00

0,00

0,00

10 Kepulauan Riau
11 DKI Jakarta
12 Jawa Barat

2.038

81,45

464

18,55

0,00

13 Jawa Tengah

5.004

98,91

55

1,09

0,00

274

100,00

0,00

0,00

3.314

95,92

86

2,49

55

1,59

16 Banten

793

74,39

273

25,61

0,00

17 Bali

425

94,44

25

5,56

0,00

18 Nusa Tenggara Barat

331

55,26

218

36,39

50

8,35

19 Nusa Tenggara Timur

0,24

205

16,68

1.021

83,08

20 Kalimantan Barat

27

3,82

238

33,66

442

62,52

21 Kalimantan Tengah

11

3,19

165

47,83

169

48,99

22 Kalimantan Selatan

29

7,29

264

66,33

105

26,38

23 Kalimantan Timur

91

24,40

138

37,00

144

38,61

24 Sulawesi Utara

47

32,64

37

25,69

60

41,67

25 Sulawesi Tengah

24

2,44

365

37,13

594

60,43

26 Sulawesi Selatan

988

57,88

500

29,29

219

12,83

27 Sulawesi Tenggara

28

2,21

272

21,50

965

76,28

28 Gorontalo

74

21,02

138

39,20

140

39,77

29 Sulawesi Barat

29

5,56

242

46,36

251

48,08

30 Maluku

0,35

1,05

282

98,60

31 Maluku Utara

0,00

83

13,86

516

86,14

32 Papua Barat

0,00

22

5,84

355

94,16

33 Papua

1,52

58

14,68

331

83,80

50,91

11.991

28,46

8.692

20,63

14 DI Yogyakarta
15 Jawa Timur

Indonesia

21.452

Sumber: Biro Kepegawaian, Kemenkes RI, 2014

Lampiran 3.11
JUMLAH KEBERADAAN AKTIF TENAGA RESIDEN DAN TENAGA PENUGASAN KHUSUS D-III KESEHATAN
No
(1)

Provinsi

No

(2)

Aceh

(1)
Sumatera
Utara

3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Residen

Provinsi
(2)

(3)

Perawat
(4)

29

95

25

19

1 Aceh
Sumatera
Barat
32
3
R i2a u Sumatera Utara 18
25
Barat 5
a3
m b Sumatera
i
0
4 Riau
Sumatera Selatan
5
3
5 Jambi
Bengkulu
21
20
6 Sumatera Selatan 2
Lampung
2
7 Bengkulu
Kepuluan Bangka Belitung
3
0
8 Lampung
Kepulauan Riau
25
29
9 Kepulauan Bangka Belitung
DKI Jakarta
0
0
10 Kepulauan Riau
Jawa Barat
9
17
11 DKI Jakarta
Jawa Tengah
12
1
12 Jawa Barat
DI Yogyakarta
0
0
13 Jawa Tengah
Jawa Timur
20
6
14 DI Yogyakarta
Banten
9
25
15 Jawa Timur
Bali
1
0
16 Banten
Nusa Tenggara Barat
9
48
17 Bali
Nusa Tenggara Timur
17
118
18 Nusa Tenggara Barat
Kalimantan
Barat
12
77
19 Nusa
Tenggara Timur
Kalimantan
Tengah
9
20 Kalimantan
Barat 8
Kalimantan
Selatan Tengah
16
0
21 Kalimantan
Kalimantan
Timur
16
56
22 Kalimantan Selatan
Sulawesi
Utara
23 Kalimantan
Timur 4
25
Sulawesi
Tengah Utara
19
24 Sulawesi
39
Sulawesi
Selatan Tengah 27
25 Sulawesi
11
Sulawesi
Tenggara Selatan 18
26 Sulawesi
136
Gorontalo
27 Sulawesi Tenggara 9
30
Sulawesi
Barat
8
28 Gorontalo
48
29 Sulawesi Barat 13
Maluku
14
30 Maluku
Maluku
Utara
21
16
31 Barat
Maluku Utara
Papua
13
10
32 Papua Barat
Papua
15
45
33Indonesia
Papua
441
927
Indonesia

Tenaga Gizi
(5)

Biasa
51
(3)

0 0
0
4
0 0
0
2
0
5
0
0
0
0
0
8
0
0
0
1
0
0 1
0
0
0 3
0 0
0 0
0 13
0 24
0 4
0 3
0 0
0 2
0 2
0 5
0 3
0 37
0 7
0 5
0 8
0 4
0 3
0 5
0203
0

Kesehatan
Lingkungan
(6)

35
3
1
1
0
3
1
1
0
6
0
2
1
0
4
2
0
11
23
3
0
0
6
0
10
1
32
6
4
10
1
11
3
181

Analis
Kesehatan

Bidan

Farmasi

Kesehatan Gigi Fisioterapis

Dokter Spesialis dan Dokter Gigi Spesialis


(10)
(7)

Terpencil
22
0

(4)

1
1
2
4
0
0
1
3
0
6
0
0
0
0
2
3
0
0
7
1
0
0
0
0
0
5
0
00
0
0
17 1
17 1
02
03
0 13
51
02
23
03
17 5
00
00
10
11
02
03
105 4
57

(8)

(9)

Sangat
Terpencil
11
7

20

15

52

(5)

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

(11)

20

Radiografer Pere
In
(12)

Jumlah
1
(6)

1 0
2
0
0 0
1
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
7
0
0
0 0
0
0
0 0
0 0
0 0
1 0
1 0
2 0
3 0
13 0
1 0
2 0
3 0
3 0
5 0
0 0
0 0
0 0
1 0
2 0
3 0
4 1
57

DI KABUPATEN PRIORITAS DTPK DAN DBK MENURUT PROVINSI TAHUN 2013

Lampiran 3.12
JUMLAH PENGANGKATAN DOKTER SPESIALIS DAN DOKTER GIGI SPESIALIS SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP (PT

T)

Sumber: Biro Kepegawaian, Kemenkes RI, 2014

MENURUT KRITERIA WILAYAH DAN PROVINSI TAHUN 2013

No

Provinsi

(1)

(2)

Biasa

Terpencil

Jumlah

Jumlah
(5)

Sangat Terpencil
%

Jumlah

(6)

(7)

(3)

(4)

Aceh

176

55,5

141

44,5

317

Sumatera Utara

113

68,5

52

31,5

165

Sumatera Barat

33

55,0

27

45,0

60

Riau

59

77,6

17

22,4

76

Jambi

50

57,5

37

42,5

87

Sumatera Selatan

44

95,7

4,3

46

Bengkulu

51

54,3

43

45,7

94

Lampung

51

78,5

14

21,5

65

Kepulauan Bangka Belitung

10,0

80,0

10,0

10

10 Kepulauan Riau

10

66,7

33,3

15

11 DKI Jakarta

12 Jawa Barat

13 Jawa Tengah

14 DI Yogyakarta

15 Jawa Timur

16 Banten

17 Bali

18 Nusa Tenggara Barat

30

69,8

13

30,2

43

19 Nusa Tenggara Timur

51

16,7

254

83,3

305

20 Kalimantan Barat

29

22,0

103

78,0

132

21 Kalimantan Tengah

57

46,0

67

54,0

124

22 Kalimantan Selatan

57

58,8

40

41,2

97

23 Kalimantan Timur

35

60,3

23

39,7

58

24 Sulawesi Utara

2,9

37

26,8

97

70,3

138

25 Sulawesi Tengah

60

36,4

105

63,6

165

26 Sulawesi Selatan

68

74,7

23

25,3

91

27 Sulawesi Tenggara

26

14,1

158

85,9

184

28 Gorontalo

27

46,6

31

53,4

58

29 Sulawesi Barat

16,7

40

83,3

48

30 Maluku

12

6,6

169

93,4

181

31 Maluku Utara

16

16,2

83

83,8

99

32 Papua Barat

6,1

138

93,9

147

33 Papua
Indonesia

0,2

(8)

Total
(9)

20

7,4

250

92,6

270

1.137

7,4

1.933

62,9

3.075

Sumber: Biro Kepegawaian, Kemenkes RI, 2014

Keterangan : Pengangkatan Baru + Pengangkatan Kembali

Lampiran 3.13
JUMLAH PENGANGKATAN DOKTER UMUM SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP (PTT)
MENURUT KRITERIA WILAYAH DAN PROVINSI TAHUN 2013

No

Biasa

Provinsi

(1)

(2)

Terpencil

Jumlah

(3)

(4)

Sangat Terpencil

To

Jumlah

Jumlah

(5)

(6)

(7)

(8)

Aceh

39

52,70

35

47,30

Sumatera Utara

46

70,77

19

29,23

Sumatera Barat

30

69,77

13

30,23

Riau

38

82,61

17,39

Jambi

31

56,36

24

43,64

Sumatera Selatan

28

87,50

12,50

Bengkulu

35,0

13

65,0

Lampung

25

67,57

12

32,43

Kepulauan Bangka Belitung

50,0

50,0

10

Kepulauan Riau

43,75

56,25

11

DKI Jakarta

12

Jawa Barat

13

Jawa Tengah

14

DI Yogyakarta

15

Jawa Timur

16

Banten

17

Bali

18

Nusa Tenggara Barat

17

68,0

32,0

19

Nusa Tenggara Timur

15

16,48

76

83,52

20

Kalimantan Barat

24,24

25

75,76

21

Kalimantan Tengah

21

47,73

23

52,27

22

Kalimantan Selatan

35

66,04

18

33,96

23

Kalimantan Timur

22

48,89

23

51,11

24

Sulawesi Utara

5,56

44,44

50,0

25

Sulawesi Tengah

20

37,04

34

62,96

26

Sulawesi Selatan

58

73,42

21

26,58

27

Sulawesi Tenggara

23

18,85

99

81,15

28

Gorontalo

11

50,0

11

50,0

29

Sulawesi Barat

26,09

17

73,91

30

Maluku

1,56

63

98,44

31

Maluku Utara

13,51

32

86,49

32

Papua Barat

17,65

14

82,35

33

Papua

10

20,0

40

80,0

0,09

516

44,14

652

55,77

Indonesia

Sumber: Biro Kepegawaian, Kemenkes RI, 2014

Keterangan : Gabungan Pengangkatan + Pengangkatan Kembali

Lampiran 3.14
JUMLAH PENGANGKATAN DOKTER GIGI SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP (PTT)
MENURUT KRITERIA WILAYAH DAN PROVINSI TAHUN 2013

1.

Biasa

No

Provinsi

(1)

(2)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

Terpencil

Sangat Terpencil

Jumlah

Jumlah

Jumlah

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

57
643
554
152
120
298
30
397
25
34
0
542
1.429
36
764
222
78
105
3
7
2
12
32
15
0
340
2
11
15
0
0
0
4

5
48
69
36
30
76
18
65
83
41
0
84
99
100
96
76
92
56
1
3
4
17
49
31
0
59
1
19
7
0
0
0
2

5.929

51

Sumber: Biro Kepegawaian, Kemenkes RI, 201


4

Keterangan : Gabungan Pengangkatan + Pengangkatan Kembali

691
627
209
206
212
92
104
166
5
43
0
103
18
0
19
72
7
78
63
105
23
33
28
10
65
190
41
26
108
1
17
0
20

59
47
26
48
54
24
62
27
17
52
0
16
1
0
2
24
8
41
19
46
50
46
43
21
29
33
18
45
50
1
16
0
8

428
61
41
67
62
1
35
51
0
6
0
0
0
0
17
0
0
5
267
114
21
26
5
23
163
48
182
21
92
107
89
162
225

3.382

29

2.319

36
5
5
16
16
0
21
8
0
7
0
0
0
0
2
0
0
3
80
50
46
37
8
48
71
8
81
36
43
99
84
100
90
20

Lampiran 3.15
Anggaran Kementerian Kesehatan
No

Unit Eselon I

No

NoProvinsi

No

(1)

(1)
(1)

Alokasi (Rp)

Ekonomi (Rp)
(2)

(2)
(2)

(1)
1 (2) Aceh
Aceh Jenderal
11 Sekretariat

Aceh

2
3
4

(3)
(3)

(4)
(4)

886.579

Sumatera Utara

508.603

297.944

Sumatera Barat

96.084.865.000
76.541.806.535
411.470
354.437

Riau

803.987

Sumatera Barat

Riau

Riau

63

25

540.024

Jambi

342.045

252.248

Sumatera Selatan

522.880

3
176.955

Bengkulu

Lampung8

Lampung

10
6

106.170

29.539
0

0
44.350

90.318

51.549

(9)

4.315.123

49.227.184.889
4
6.477.069
23.133.983.750
0
0
1.580.849

47

86.154

29
125.661

327.405

30.118

14.947

29.491

7.424

17.196

21.532

Kefarmasian
Alat Kesehatan1.633.970.185.000 1.511.040.872.449
11 DKI dan
Jakarta
11 Ditjen
DKIBina
Jakarta
0
0
DKI Jakarta
5.206.236
4.634.051

27.068

20.849

6.715.200.000
8
6
17.026
12.229

3
48.545

92,48

0
88.505

0
28.517.025.000
0
3.436.731

0
901.115

788.297

159.049

980.603

69.947

6.566.324.200
0
1.559.613

12.815.351

17
443.864

1 89.715.300.000
2
19.114
209.612

1
96.121

86.759.038.240
0
13.623.038

1
1.248.836

1 75.269.250.000
1
74.420
43.661

0
70.686

75.149.032.927
0
8.837.713

14 Badan
DI Yogyakarta
0
14 DI Yogyakarta
Pengembangan
dan Pemberdayaan316.479
14
D.I.
Yogyakarata

0
169.184

0 10.681.460.000
0
30.581
18.427

0
56.497

6
2.070.310

3 83.260.250.000
4
63.780
48.051

264.129.044.000

Kesehatan
15 SDM
Jawa
Timur
15
15
Jawa
Timur

1.009.893.041.000

37
2.170.665

Jawa Timur

16 Banten
Banten
16 Banten
16
Kementerian
Kesehatan
17 Bali
Bali
17

17

248.839.285.748 94,21

787.602.253.567 77,99

300.257.865.000

287.357.286.814 95,70

2.116.675.750.000 1.792.984.436.271 84,71

5
106.843

17

25
0 18.743.145.000
2
0
251.251
382.842
17.961
14.237
22.120
17.589.467.211.000
16.498.666.888.349
93,80
13.839.469.935.000
12.517.341.460.386
90,45
1
468.642

Bali

0
375.531

55.112.944.209
28.229.401.700
0

29
969.393

098,88
85.413
099,15

0
151.520 0
233.974

16
1.188.627

13 Kesehatan
JawaTengah
Tengah
13 Jawa Tengah
13
Jawa

182.720

1.167.084

0
10.947.178

798,98
0

272.544

17.867.663.900
0
3
3.642.221
743.331
15.276.021.150
308.792.333.000
258.159.056.790
0
0

61.763.014.000

(10)

738.234

0
831.950
0
318.511

0
58.173

%
Total
(Rp
(14)

(11)

3.632.367

11.779.

921.890

8.866.

0
667.074

099,05
0
2.368.693
99,50
1.167.839.163.000
1.148.666.304.539
0
0
20.542
580.113
099,29
0
117.343

83,60

(12)

(12)

00

3.313.

8.432.
98,360

2.652.

61.763

1.073.895

0
5.763.

46.837

247.931

1.768.

5.042.371.404.000
4.406.388.638.847
87,390
099,92
0

86,64

199,49
0
89.531
1.001.419
136.886.680.000
107.889.713.678
98,59
0
0
39.599
387.785
097,78
0

83,06

89,23

0
1.909.

0
2.762.

267.404

0
6.832.570

0
45.576.

496,70
123.874

0
980.454

0
17.516.

099,84
206.733

0
960.284

0
12.730.

0
251.362

099,69
51.384

0
242.923

1
514.846

199,04
156.672

0
1.005.735

82.464.925.160
2
9.219.662

42.784.771.860 87,74

78,82

29.161

0
98,99

0
4.410.

0
714.593

10.648.421.375
0
1.318.084

48.762.602.000

Ju
Radiogra

(8)
(9)
28.950.191.695
2
11
146.642.240.000
131.033.633.160
89,36
MENURUT ESELON
I TAHUN 2013

23.938.699.150
2
0
2.214.965
338.545
163.007.850.000
135.391.780.087
5.391.990.799
0
0

51.310

2
391.229

11

12 Jawa Barat
12 Jawa
JawaBarat
Barat
12
Badan Penelitian
dan Pengembangan

22
0

(4)
(8)

Kesehatan
Fisioterapis
% Gigi
Perumahan
dan
Perlindungan
Alokasi (Rp)
Realisasi (Rp)
Pendidikan (Rp)
Fasilitas Umum
Sosial (Rp)
(Rp)
(5)
(10)
(11)
(12)
(13)
(9)
(10)
(11)

0 24.060.870.000
1
0
41.390
11.742
24.526
1.360.516.214.595 101,28
697.908.538.000
592.953.610.571 84,96
5.468.850.000
0
0
0
0

297.208

Kepulauan Riau

(8)
(7)

15.353.300.000
92,21
0 27.628.369.000
0 25.476.883.903
0
23.618
13.480
19.722
2 26.942.600.000
3
3

219.206

10 Riau
Kepulauan Riau
Kepulauan

(7)
0

Umum (Rp)

Tugas Pembantuan

Farmasi

Realisasi (Rp)

15.733.700.000
9.403.056.564.000
8.953.084.159.344
95,21 5
10.696.999.413.000
91,79
44
20
19.818.569.242.827 6

Pengendalian Penyakit dan


59 Ditjen
9Bangka
Kepulauan
Bangka1.343.318.308.000
Belitung
Kepuluan
Belitung
7
Lingkungan
9 Penyehatan
Kepulauan
Bangka Belitung
275.722

10

74.630

(7)

Dekonsentrasi

Bidan (Rp)
Realisasi

Pelayanan
Alokasi
(Rp)

26.751.478.850
0
0
3.495.015
337.021
15.720.791.240
131.736.160.000
114.131.453.078
0
0

14

252.272

Lampung

28.861

Budaya (Rp)

558.665.343.729
88,46
0

7 Kesehatan
Bengkulu
47 Ditjen
Bina Upaya
Bengkulu

(6)
29.248.100.000
35
0

3 49.783.180.000
3
53.432
220.488
23.332.192.000
1
79,66 0
0
19.983
25.303
4 18.039.550.000
1

15
631.568.943.000

6 Selatan
Sumatera Selatan
Sumatera

61.671

19

61
45

am
b Gizi
i 5 danJambi
35 Ditjen
Bina
KIA
6

Ketentraman
Hidup (Rp)
(Rp) (5)
(3)
(5)
(6)
(6)

1.828.113

Sumatera
Barat
23 Inspektorat
Jenderal
4

Realisasi (Rp)

(3)
(4)
(5)
65
95
3.207.446.261.000
3.002.376.952.382
93,61 51

2 Utara
Sumatera Utara
Sumatera

Fungsi

Kantor Daerah

Kesehatan
Analis
Perawat Ketertiban
Tenaga
Gizi (Rp)
Alokasi
dan
Pariwisata
%
Alokasi Lingkungan
(Rp)Lingkungan
Realisasi
(Rp)Kesehatan
% dan
Kesehatan (Rp)

Residen
Provinsi

Provinsi

Kantor Pusat

0
2.454.

0
15.356.

18.296.659.000
0
0
097,62
0
0 38
3.539.504
301.333
75.974
1.446.781
6.052.
860.704.199.000
736.613.639.184
85,58 6.347.097.247.000
5.662.944.657.064
89,22

677.394
0

25.649
19.533
0 10.149.100.000
0

70.037
0

10.119.280.875
2.502.193
0

237.859
0

63.958
099,71

251.183
0

4.316.
0

18 Nusa
NusaTenggara
Tenggara
Barat
16
18 Nusa
Tenggara Barat
18
Barat
279.261

227.398
48

26.064
8.693
13 41.862.900.000
11

23.121
17

41.287.509.644
1.480.119
3

45.332
2

38.041
098,63

360.680
0

2.488.
0

19 Nusa
NusaTenggara
Tenggara
Timur
26
19 Nusa
Tenggara Timur
19
Timur
265.880

177.060
118

24.932
10.952
24 95.719.000.000
23

22.960
17

94.418.415.134
1.539.661
0

87.185
20

38.002
098,64

234.188
1

2.400.
0

20 Kalimantan
Kalimantan
Barat
23
20
20Barat
Kalimantan Barat 457.870

298.337
77

30.579
9.021
4 28.248.800.000
3

33.940
0

1.703.151
28.005.926.778
1

128.645
1

30.749
799,14

644.841
0

3.337.
0

21 Kalimantan
Kalimantan
Tengah
17
21
269.135
21Tengah
Kalimantan Tengah

189.191
9

16.340
11.073
3 22.664.428.000
0

18.802
0

1.226.922
21.853.607.500
0

215.133
1

33.371
096,42

567.235
0

2.547.
0

22 Kalimantan
Kalimantan
Selatan
25
22
459.172
22Selatan
Kalimantan Selatan

689.024
0

29.918
18.067
0 25.842.800.000
0

33.611
0

2.092.025
25.278.316.350
0

389.799
0

47.338
097,82

606.035
0

4.364.
0

1.155.524
56

196.985
33.594
2 26.579.800.000
6

68.453
5

6.592.988
23.814.984.555
0

804.208
0

89.177
089,60

2.618.939
0

12.900.
0

23 Kalimantan
Kalimantan
Timur
27
23
1.340.132
23Timur
Kalimantan
Sumber:BiroKeuangandanBMN,KemenkesRI,2014
Timur
24
Utara
24 Sulawesi
Sulawesi24
Utara
Sulawesi Utara

286.967
5

122.589
25

18.263
7.452
2 21.343.000.000
0

50.634
0

1.021.342
21.284.830.512
0

115.954
0

35.530
099,73

303.157
0

1.961.
0

25
Tengah
25 Sulawesi
Sulawesi25
Tengah
39
Sulawesi Tengah 438.041

179.235
39

13.089
14.275
5 20.459.835.000
10

24.720
2

1.017.681
0
20.393.797.650

135.804
3

30.906
099,68

354.085
0

2.207.
0

26
Selatan
26 Sulawesi
Sulawesi26
Selatan
42
Sulawesi Selatan 562.300
27
232.619
27 Sulawesi
SulawesiTenggara
Tenggara
22

340.656
11

29.688
36.539
3 48.456.800.000
1
19.927
7.035
37
32

57.977
0

3.524.985
0
48.211.823.988

119.067
1

38.815
099,49

1.077.433
0

5.787.
0

28.377.440.000

14.133
17

1.183.768
0
28.315.066.275

87.481
5

18.666
0

339.792
0

2.039.
0

199.968
16

54.612
30

7.487
7

29.663
6

10.310.600.000

5.609
0

488.901
0

117.485
0

20.704
0

154.373
0

1.078.
0

29
29 Sulawesi
SulawesiBarat
Barat

214.267
15

50.404

15.577

8.802

4
10.223.000.000

7.611

565.345

48.825

13.756

219.227

1.143.

30
30 Maluku
Maluku

210.811
36

159.331

17.697

8.800

10
39.422.000.000

17.506

859.346

92.018

21.134

183.439

1.570.

207.894
41

94.442

19.552

5.990

19.772

639.563

44.537

19.975

351.716

1.403.

617.213
24

672.966
10

714.077
0

8.034.
0

27
28
28 Gorontalo
Gorontalo
28
29

Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat

30 Maluku
31
31 Maluku
MalukuUtara
Utara
31 Maluku Utara
32
32 Papua
PapuaBarat
Barat
32 Papua Barat
33
33 Papua
Papua

33

Papua

Indonesia
Indonesia

135.946
136

48
14
16

497.038
33

82.906

22.679.566
873

17.586.537

Indonesia

45

927

5
8
4

1
26.663.000.000
23.937
24.249
3 35.302.200.000
11

0
1
1

44.179
0

98.047

51.597

30.446

1.302.803

4.527.914

2.188.831

5 100.766.400.000
3

203
181
1.113.255.075.000

105

10.288.090.600
0
10.133.900.960
0
38.462.881.457
0
26.539.856.056
5.654.580
0
33.705.682.150

099,13

097,57

099,54
65.193
095,48

218.341
0

2.774.192

135.262

21.475.981

15
1.096.020.049.109

99,78

108.572.782

1
99.534.270.600

99,78

507.198
32.104.917

20
98,45

76.617

098,78

2.742.244

52

4.253.

213.181.5

JUMLAH PENGANGKATAN BIDAN SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP (PTT)


MENURUT KRITERIA WILAYAH DAN PROVINSI TAHUN 2013

Keterangan : Gabungan Pengangkatan + Pengangkatan Kembali


Kemenkes RI, 2014

Sumber:
Biro
Sumber: Biro Perencanaan dan Anggaran,
Kemenkes
RI, Kepegawaian,
2014

Lampiran 3.16

Sumber: Biro Kepegawaian, Kemenkes RI, 2014

JUMLAH PENGANGKATAN TENAGA RESIDEN DAN TENAGA PENUGASAN KHUSUS D-III KESEHATAN
DI KABUPATEN PRIORITAS DTPK DAN DBK MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
Lampiran 4.1
ALOKASI DAN REALISASI ANGGARAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI

Lampiran 4.2
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) PEMERINTAH PROVINSI
MENURUT FUNGSI DAN PROVINSI TAHUN 2013
Keterangan : dalam juta rupiah

Lampiran 4.3
ALOKASI DAN REALISASI BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN (BOK)
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013

Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (Jiwa)


No

Provinsi

(1)

Jumlah Penduduk*

(2)

Aceh

2
3

(3)

Total Jaminan

Persentase Kepesertaan

(4)

(5)

4.842.238

4.842.238

100,00

Sumatera Utara

12.982.204

6.346.377

48,89

Sumatera Barat

4.846.909

3.215.162

66,33

Riau

5.538.367

3.043.366

54,95

Jambi

3.092.265

1.411.809

45,66

Sumatera Selatan

7.450.394

7.450.394

100,00

Bengkulu

1.715.518

935.823

54,55

Lampung

7.608.405

7.608.405

100,00

Kepulauan Bangka Belitung

1.223.296

1.096.720

89,65

10

Kepulauan Riau

1.679.163

599.764

35,72

11

DKI Jakarta

9.607.787

6.406.352

66,68

12

Jawa Barat

43.053.732

22.166.255

51,49

13

Jawa Tengah

32.382.657

19.218.385

59,35

14

D.I. Yogyakarata

3.457.491

3.326.650

96,22

15

Jawa Timur

37.476.757

19.866.221

53,01

16

Banten

10.632.166

4.145.872

38,99

17

Bali

3.890.757

3.890.757

100,00

18

Nusa Tenggara Barat

4.500.212

3.133.961

69,64

19

Nusa Tenggara Timur

4.683.827

3.776.229

80,62

20

Kalimantan Barat

4.395.983

2.324.143

52,87

21

Kalimantan Tengah

2.212.089

1.557.872

70,43

22

Kalimantan Selatan

3.626.616

2.167.044

59,75

23

Kalimantan Timur

3.553.143

3.101.462

87,29

24

Sulawesi Utara

2.270.596

1.996.958

87,95

25

Sulawesi Tengah

2.635.009

1.890.827

71,76

26

Sulawesi Selatan

8.034.776

8.034.776

100,00

27

Sulawesi Tenggara

2.232.586

1.352.752

60,59

28

Gorontalo

1.040.164

1.040.164

100,00

29

Sulawesi Barat

1.158.651

645.248

55,69

30

Maluku

1.533.506

1.533.506

100,00

31

Maluku Utara

1.038.087

766.719

73,86

32

Papua Barat

760.422

760.422

100,00

33

Papua

2.833.381

100,00

2.833.381
Pusat

28.806.898

Indonesia

237.989.154

181.292.912

Sumber: Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2014

Keterangan : Data kumulatif sampai dengan 31 Desember 2013

Lampiran 4.4
CAKUPAN KEPESERTAAN JAMINAN KESEHATAN TAHUN 2013

76,18

No

Sasaran (Kuota)

Provinsi

Keterangan : *) Jumlah Penduduka berdasarkan Hasil Sensus Penduduk Tahun 2010

Lampiran 4.5
JUMLAH KUNJUNGAN PESERTA JAMKESMAS DI PUSKESMAS MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
Rawat Inap
Rawat Jalan
Tingkat Pertama/RITP
Masyarakat Mi Tingkat Pertama/RJTP (Kunjungan
(Orang)
)
skin

(1)

(2)

Sumber: Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan, Kemenkes RI, 20


(3)
14

(4)

(5)

Aceh

2.170.960

3.826.299

69.163

Sumatera Utara

4.192.297

3.921.522

13.433

Sumatera Barat

1.533.170

899.815

19.665

Riau

1.304.716

781.863

2.649

Jambi

821.557

131.687

1.065

Sumatera Selatan

2.433.669

289.403

253.449

Bengkulu

628.605

1.722.812

5.908

Lampung

3.087.541

85.429

57.747

Kepulauan Bangka Belitung

212.826

443.419

340.609

10

Kepulauan Riau

333.633

2.965.653

1.730.101

11

DKI Jakarta

1.271.291

1.701

11

12

Jawa Barat

14.758.325

10.056.075

359.792

13

Jawa Tengah

14.151.037

3.437.381

37.209

14

DI Yogyakarta

1.572.153

9.636.116

165.581

15

Jawa Timur

14.001.871

1.651.555

9.925

16

Banten

3.221.969

6.599.027

180.754

17

Bali

904.859

425.100

1.017

18

Nusa Tenggara Barat

2.259.558

1.447.641

73.232

19

Nusa Tenggara Timur

2.671.319

3.374.806

22.461

20

Kalimantan Barat

1.343.859

1.681.534

9.018

21

Kalimantan Tengah

449.376

245.726

1.736

22

Kalimantan Selatan

753.526

544.760

2.645

23

Kalimantan Timur

784.013

477.157

3.145

24

Sulawesi Utara

790.860

5.363.156

27.600

25

Sulawesi Tengah

1.131.065

299.621

3.405

26

Sulawesi Selatan

2.944.923

776.864

12.610

27

Sulawesi Tenggara

984.912

2.633.039

23.137

28

Gorontalo

504.292

681.470

6.969

No

Jumlah Kunjungan Rawat Jalan Tingkat Lanjut

Provinsi
Laki-laki

(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

(2)

Perempuan

(3)

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
D.I.Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
NusaTenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

Laki-laki + Perempuan

(4)

(5)

179.894
143.636
85.765
22.665
17.748
58.734
21.100
51.152
4.078
14.050
32.533
498.745
668.416
141.411
458.261
65.355
58.047
60.412
34.238
37.805
7.385
19.139
36.028
32.575
18.833
112.998
18.478
9.536
8.067
4.810
3.811
47.252
57.317

249.585
171.418
108.338
29.426
19.869
72.293
21.631
58.228
5.497
17.561
40.081
622.936
847.957
179.048
568.888
80.287
48.946
66.099
50.333
38.430
8.752
20.980
40.104
38.173
22.632
140.778
23.883
15.591
10.127
5.163
3.906
53.274
69.920

429.479
315.054
194.103
52.091
37.617
131.027
42.731
109.380
9.575
31.611
72.614
1.121.681
1.516.373
320.459
1.027.149
145.642
106.993
126.511
84.571
76.235
16.137
40.119
76.132
70.748
41.465
253.776
42.361
25.127
18.194
9.973
7.717
100.526
127.237

3.030.274

3.750.134

6.780.408

29

Sulawesi Barat

504.423

1.150.849

11.614

30

Maluku

754.627

749.454

3.425

31

Maluku Utara

328.965

256.758

1.777

32

Papua Barat

2.833.381

199.191

335

33

Papua

760.422

2.749.689

31.988

Indonesia

86.400.000

69.506.572

Sumber : Pusat Pembiayaan


& Jaminan Kesehatan Kemenkes RI, 20
175
14
Sumber : Pusat Pembiayaan & Jaminan Kesehatan Kemenkes RI, 2014
Keterangan: RJTP = Rawat Jalan Tingkat Pertama, RITP = Rawat Inap Tingkat Pertama

Lampiran 4.6
JUMLAH KUNJUNGAN RAWAT JALAN TINGKAT LANJUT (RJTL)
PESERTA JAMKESMAS MENURUT PROVINSI TAHUN 2013

3.483.

No

Provinsi

(1)

(2)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Jumlah Rawat Inap Tingkat Lanjut


Laki-laki

Perempuan

(3)

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
D.I.Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
NusaTenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

43.347
38.459
14.202
5.981
4.801
9.397
8.017
16.940
1.105
2.730
2.837
99.121
175.180
25.813
97.019
14.606
10.692
17.657
23.294
9.896
3.068
5.177
9.377
10.419
8.844
30.458
6.768
5.158
2.878
1.714
1.864
8.049
10.139
725.007

Laki-laki + Perempuan

(4)

58.918
42.346
18.921
7.166
5.745
12.784
8.105
17.821
1.372
3.680
3.509
124.129
218.829
32.749
119.989
19.263
9.715
20.947
36.557
11.220
3.390
6.211
10.715
12.100
11.552
39.438
9.588
8.696
3.632
2.668
2.306
14.742
15.073
913.876

Sumber : Pusat Pembiayaan & Jaminan Kesehatan Kemenkes RI, 20


14

Lampiran 4.7
JUMLAH KUNJUNGAN RAWAT INAP TINGKAT LANJUT (RITL)
PESERTA JAMKESMAS MENURUT PROVINSI TAHUN 2013

(5)

102.265
80.805
33.123
13.147
10.546
22.181
16.122
34.761
2.477
6.410
6.346
223.250
394.009
58.562
217.008
33.869
20.407
38.604
59.851
21.116
6.458
11.388
20.092
22.519
20.396
69.896
16.356
13.854
6.510
4.382
4.170
22.791
25.212
1.638.883

Jampersal
No

Provinsi

(1)

(2)

Ante Natal Care (ANC) Post Natal Care (PNC)


(3)

Pelayanan KB

Persalinan Normal

(4)

(5)

Pra-Rujukan
(6)

IUD+Implant

Suntik

(7)

(8)

Aceh

158.002

170.867

63.146

1.611

19.257

23.751

Sumatera Utara

619.463

714.836

214.367

3.872

1.722

18.213

Sumatera Barat

135.958

130.707

43.357

2.274

1.654

14.835

Riau

100.765

136.573

33.814

1.597

1.586

5.870

Jambi

14.600

10.256

4.216

120

669

289

Sumatera Selatan

76.225

69.794

23.794

639

172

4.021

Bengkulu

130.495

170.600

60.356

674

1.400

3.976

Lampung

43.250

50.932

12.177

480

21

651

Kepulauan Bangka Belitung

55.998

55.564

22.415

989

1.092

3.368
173.176

10 Kepulauan Riau

249.358

317.071

114.452

2.570

1.747

11 DKI Jakarta

78.370

78.040

30.202

606

874

86

12 Jawa Barat

685.565

1.197.584

393.896

14.082

749.024

36.349

13 Jawa Tengah

342.207

329.194

85.665

5.294

2.723

22.896

14 DI Yogyakarta

468.895

761.551

229.161

10.416

27.608

53.219

35.017

40.154

15.298

1.086

1.731

1.463

692.559

852.072

281.554

12.992

21.457

55.089

15 Jawa Timur
16 Banten
17 Bali

48.757

47.428

29.453

1.158

1.017

1.053

18 Nusa Tenggara Barat

218.642

175.886

68.832

11.179

6.617

21.264

19 Nusa Tenggara Timur

105.801

92.668

32.882

1.013

383

8.649

20 Kalimantan Barat

236.005

232.670

57.244

1.382

444

2.427

21 Kalimantan Tengah

41.339

34.366

12.399

1.139

211

2.324

22 Kalimantan Selatan

75.214

75.148

25.171

1.304

125

1.748

23 Kalimantan Timur

61.948

76.388

21.788

358

183

1.673

398.040

313.920

150.600

180

2.220

25 Sulawesi Tengah

37.692

36.792

8.182

645

3.522

427

26 Sulawesi Selatan

109.919

104.522

28.085

1.653

568

5.189

27 Sulawesi Tenggara

22.989

24 Sulawesi Utara

232.823

237.670

72.715

3.731

1.189

28 Gorontalo

30.729

40.946

12.763

255

269

29 Sulawesi Barat

86.550

104.179

21.844

745

221

3.104

30 Maluku

80.516

70.666

19.304

10

481

6.705

31 Maluku Utara

37.572

42.041

11.544

599

462

1.455

32 Papua Barat

67.512

52.736

24.892

431

572

4.698

4.669

4.316

1.277

817

5.760.455

6.828.137

2.226.845

84.905

848.924

504.263

33 Papua
Indonesia

Sumber : Pusat Pembiayaan & Jaminan Kesehatan Kemenkes RI, 2


014

Lampiran 4.8

JUMLAH KUNJUNGAN PESERTA JAMINAN PERSALINAN (JAMPERSAL) MENURUT PROVINSI TAHUN 2013

No

No (1)
(1)

Provinsi

Provinsi

(2)

1 Aceh
2 Sumatera Utara
(2)
3 Sumatera Barat
Aceh
4 Riau
Sumatera Utara
5 Jambi
Sumatera Barat
6 Sumatera Selatan
Riau
7 Bengkulu
Jambi
8 Lampung
Sumatera
Selatan
9 Kep.Bangka
Belitung
Bengkulu
10
Kepulauan Riau
Lampung
11
DKI Jakarta
Kepulauan
Bangka Belitung
12
Jawa Barat
Kepulauan
Riau
13
Jawa Tengah
14
Yogyakarta
DKI DI
Jakarta
15
Timur
JawaJawa
Barat
16
JawaBanten
Tengah
17
Bali
DI Yogyakarta
18
Tenggara Barat
JawaNusa
Timur
19
Nusa
Banten Tenggara Timur
20
Bali Kalimantan Barat
21 Kalimantan Tengah
Nusa Tenggara Barat
22 Kalimantan Selatan
Nusa Tenggara Timur
23 Kalimantan Timur
Kalimantan Barat
24 Sulawesi Utara
Kalimantan Tengah
25 Sulawesi Tengah
Kalimantan Selatan
26 Sulawesi Selatan
Kalimantan
27
SulawesiTimur
Tenggara
Sulawesi
Utara
28
Gorontalo
Sulawesi
Tengah
29
Sulawesi
Barat
Sulawesi
Selatan
30 Maluku
Sulawesi
Tenggara
31
Maluku
Utara
Gorontalo
32
Papua Barat
Sulawesi
33
PapuaBarat
INDONESIA
Maluku

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31 Maluku Utara
32 Papua Barat
33 Papua
Indonesia

ANC Pertama
(3)

ANCIbu
K1Hamil
Ideal
(4)

ANC K4

ANC Min 4x
(5)

(6)

Tidak ANC

Ibu

(7)

Jumlah

% K1
K4
% K4
Jumlah 5,1 Ditolo
94,9 K1
86,0
76,3
65,4
PERSENTASE
RIWAYAT PEMERIKSAAN
KEHAMILAN
91,9 KELAHIRAN MENURUT
79,9
70,7
61,9 PADA MASA KEHAMILANN
8,1
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
YA,
96,2
84,3
80,4
66,7
3,8
118.012
106.745
90,45
96.479
81,75
98.934
92,2
83,0
75,5
67,2
7,8
314.492
287.910
91,55
265.630
84,46
266.644
2
94,0
83,6
75,0
62,8
6,0
111.947
106.115
94,79
92.830
82,92
95.180
92,7
81,2
72,2
59,2
7,3
143.423
137.989
96,21
129.585
90,35
127.525
1
96,8
78,2
83,2
65,7
3,2
78.298
76.579
97,80
73.296
93,61
69.208
95,0
87,9
85,9
78,1
5,0
188.609
97,13
175.804
93,21
156.943 2,1
1
97,9183.189
82,7
86,1
72,8
38.160
98,43
35.452
92,90
32.259 2,3
97,7 37.561
85,1
90,7
78,7
187.441
94,62
166.875
89,03
160.579 2,1
1
97,9177.358
86,9
91,1
78,3
31.192
96,71
28.173
90,32
26.038 4,1
95,9 30.166
82,7
87,2
74,4
64.389
96,50
58.743
91,23
43.268 1,0
99,0 62.138
86,6
92,0
79,7
99,1165.125
88,8
96,5
85,5
165.369
99,85
158.360
95,76
141.304 0,9
1
97,7
84,8
90,1
77,2
1.081.827
1.051.541
97,20
951.926
87,99
911.708 2,3
7
95,6616.321
83,0
81,6
70,2
624.732
98,65
575.546
92,13
525.527 4,4
5
99,6 50.218
90,3
95,8
84,7
50.218
100,00
46.209
92,02
44.177 0,4
98,9645.954
86,0
90,2
73,6
679.440
95,07
593.531
87,36
577.232 1,1
5
88,1
68,4
72,4
55,5
242.559
235.727
97,18
209.108
86,21
207.63911,9
1
89,8 71.749
76,9
71,4
59,0
73.886
97,11
68.755
93,06
63.21010,2
90,5
69,7
71,6
54,0
9,5
120.837
118.331
97,93
108.988
90,19
100.715
93,8
76,4
82,1
64,2
6,2
124.934
103.932
83,19
77.183
61,78
108.181
97,3
81,5
84,2
68,5
2,7
104.826
100.364
95,74
93.224
88,93
88.893
96,3
73,6
81,5
63,8
3,7
49.310
47.613
96,56
44.242
89,72
41.824
93,6
65,9
70,3
51,0
6,4
78.756
71.592
90,90
61.442
78,02
66.989 4,3
95,7
72,7
75,9
56,9
87.638
97,92
74.483
84,99
73.324 5,7
94,3 85.813
67,0
74,0
55,0
48.669
94,00
42.096
86,49
38.156 2,4
97,6 45.747
66,0
78,2
54,9
63.660
57.561
90,42
50.684
79,62
47.34411,4
88,6
66,3
69,7
51,3
168.169
166.234
98,85
154.106
91,64
153.270
1
83,2
59,2
55,8
41,4
16,8
57.307
82,95
43.551
76,00
52.98011,9
88,1 47.535
65,9
62,2
44,5
22.198
100,09
19.477
87,74
20.80316,1
83,9 22.219
61,0
60,6
44,6
28.779
22.360
26.21428,3
71,7 27.342
56,2
50,9
43,8
95,01
77,70
95,4 38.555
81,6
83,5
70,4
4,6
42.164
33.107
35.857
91,44
78,52
27.121
23.579
86,94
20.689
76,28
23.455
22.720
18.624
81,97
11.380
50,09
18.641
57.203
29.085
50,85
18.250
31,90
48.595
5.298.285
5.046.512
95,25
4.601.564
86,85
4.492.618
4.0

Lampiran 5.1
CAKUPAN KUNJUNGAN IBU HAMIL K1, K4, DAN PERSALINAN DITOLONG TENAGA KESEHATAN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013

Lampiran 5.2
*)

SERTA CAKUPAN ANC MENURUT PROVINSI, RISKESDAS 2013

Sumber: Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2014 (Update sampai dengan 12 Maret 201
4)

No

Provinsi

(1)

Jumlah Ibu Hamil

(2)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

(3)

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

117.907
306.116
109.792
138.214
77.602
124.579
37.966
182.298
31.114
62.745
165.369
1.040.748
616.169
52.579
645.726
206.584
69.759
119.496
123.663
104.445
49.131
75.026
86.978
45.362
56.457
169.212
54.304
22.078
28.296
41.205
26.035
21.653
47.937
5.056.545

Ibu Hamil Mendapat 90 Tablet Tambah Darah


Jumlah
%
(4)

104.873
205.264
94.667
125.313
72.271
104.291
34.951
136.156
28.209
38.228
131.673
908.197
515.366
42.609
553.966
164.826
61.676
108.211
89.810
75.469
38.756
64.838
55.311
41.235
36.200
150.809
43.979
18.898
22.738
28.648
17.958
9.220
19.845
4.144.461

(5)

88,9
67,1
86,2
90,7
93,1
83,7
92,1
74,7
90,7
60,9
79,6
87,3
83,6
81,0
85,8
79,8
88,4
90,6
72,6
72,3
78,9
86,4
63,6
90,9
64,1
89,1
81,0
85,6
80,4
69,5
69,0
42,6
41,4
82,0

Sumber : Riskesdas 2013, Badan Litbangkes Kemenkes RI, 20


*)
13
Ket:
Periode kehamilan 1 Januari 2010 sampai saat
wawancara

Sumber: Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2014 (Update s.d. 6 Februari 20
14)

1)
2)
3)
4)

ANC
ANC
ANC
ANC

Pertama = Frekuensi ANC minimal 1 kali selama kehamilan


K1 Ideal = ANC pertama kali pada trimester 1
Min 4x = Frekuensi ANC minimal 4 kali selama kehamilan tanpa memperhatikan periode umur kandungan
K4 = ANC 1-1-2, yaitu frekuensi ANC minimal 1x pada trimester 1, minimal 1x pada trimester 2, dan minimal 2x pada trimester 3

Lampiran 5.3
CAKUPAN PEMBERIAN 90 TABLET TAMBAH DARAH PADA IBU HAMIL
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013

No

Provinsi

(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

(2)

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kep.Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
INDONESIA

Konsumsi Fe
Konsumsi 90+

Konsumsi < 90

(3)

19,1
19,7
30,4
20,8
32,5
23,2
21,5
15,4
33,1
45,0
43,7
39,8
39,3
58,1
36,5
40,1
45,3
45,2
37,3
20,9
17,5
23,6
24,9
27,9
20,4
21,9
23,0
31,2
18,4
18,6
27,6
22,4
21,1
33,3

(4)

Konsumsi Fe Lupa Jumla Tidak mengonsumsi


h

45,8
SELAMA MASA KEHAMILAN
34,2
13
34,8
41,9
33,7
37,8
32,0
40,2
38,1
22,5
22,0
31,4
31,2
12,9
34,5
31,8
19,3
38,4
31,3
41,3
49,9
38,7
33,0
39,2
54,5
50,1
47,3
56,8
44,9
45,2
40,5
37,5
25,1
34,4

(5)

(6)

19,0
16,2
MENURUT PROVINSI, RISKESDAS 20
29,6
16,4
22,8
12,1
22,2
15,1
22,2
11,6
20,2
18,8
33,7
12,7
31,4
13,0
20,4
8,4
26,2
6,3
24,8
9,5
18,7
10,1
24,1
5,4
24,7
4,3
20,4
8,6
18,2
9,9
33,4
1,9
10,9
5,6
17,6
13,8
18,2
19,6
12,5
20,1
23,3
14,4
33,7
8,4
25,3
7,6
9,5
15,6
17,5
10,5
16,1
13,5
6,3
5,7
19,7
17,0
15,6
20,7
14,1
17,8
21,1
19,0
22,6
31,2
21,4
10,9

Lampiran 5.4
PERSENTASE KELAHIRAN BERDASARKAN JUMLAH HARI MENGONSUMSI ZAT BESI (Fe)
*)

No
No
(1)
(1)

1
1
2
2
3
3
4
4
5
5
6
6
7
7
8
8
9
9
10
10
11
11
12
12
13
13
14
14
15
15
16
16
17
17
18
18
19
19
20
20
21
21
22
22
23
23
24
24
25
25
26
26
27
27
28
28
29
29
30
30
31
31
32
32
33
33

No

Provinsi
Provinsi
(2)

Jumlah WUS
Jumlah
15-39 Tahun
Provinsi
(3)

TT1

%TT1
Jumlah
(4)
Dokter

(2)
(3)
Aceh
37.707 (4) 34,1
Aceh
1.038.732
(1)
(2)
(3)
Sumatera
Utara
40.990 83.368
12,2
Sumatera
Utara
2.767.175
1
Aceh
15,9
Sumatera Barat
33.259 64.616
28,0
Sumatera
Barat
991.998
2
Sumatera
Utara
18,3
Riau
24.092 43.100
15,5
Riau
1.365.431
28.333
3
Sumatera
Barat
Jambi
36.355 21,8
47,5
Jambi4 Riau
733.000
15,6
Sumatera
Selatan
116.802 45.086
64,7
5
Jambi
11,4
Sumatera
Selatan
1.696.201
Bengkulu
20.534117.137
49,6
6
Sumatera Selatan
15,4
Bengkulu
392.051
Lampung
52.193 22.067
29,3
7
Bengkulu
10,7
Lampung
Kepulauan
Bangka Belitung 1.642.5752.185 67.465
6,9
8
Lampung
7,9
Kepulauan
Bangka Belitung
287.100
Kepulauan
Riau
16.284 2.541
30,5
9
Kep.Bangka Belitung 500.139
19,8
Kepulauan
DKI
Jakarta Riau
30.476 22.703
15,9
10 Kepulauan Riau
33,8
DKI
Jakarta
2.468.100
33.347
Jawa Barat
719.103
75,7
DKI Jakarta
35,8
Jawa11
Barat
9.590.149
Jawa
Tengah
135.747719.103
21,9
12
Jawa Barat
14,7
Jawa
Tengah
6.388.763 809317.926
DI
Yogyakarta
1,4
13 Jawa Tengah
22,7
DI Yogyakarta
705.171
1.864
Jawa
Timur
12.856
2,0
DI Yogyakarta
43,7
Jawa14
Timur
7.682.285
59.480
Banten
116.952
47,7
15 Jawa Timur
20,3
Banten
2.664.420 113126.764
Bali
0,1
16 Banten
18,7
Bali
841.880
113
Nusa17
Tenggara
94.461 40,1
83,3
Bali Barat
Nusa Tenggara
Tenggara Timur
Barat
1.051.216
Nusa
- 94.461
18 Nusa Tenggara
Barat
9,5 Nusa
Tenggara
Timur
948.815
Kalimantan
Barat
21.420
21,3
19 Nusa
Tenggara Timur
7,8
Kalimantan
Barat
957.465
Kalimantan
Tengah Barat
26.970
53,9
20 Kalimantan
8,6
Kalimantan
Tengah
515.774
31.526
Kalimantan
Selatan Tengah
10.754 11,0
12,3
21 Kalimantan
Kalimantan Timur
Selatan
850.060
Kalimantan
17.483 15.899
18,2
22 Kalimantan Selatan
14,8
Kalimantan
Timur
868.505
Sulawesi
24.906 27.426
54,8
23 Utara
Kalimantan Timur
18,7
Sulawesi
Utara
457.013
24 Tengah
Sulawesi
Utara
30,7
Sulawesi
19.946 26.875
30,9
Sulawesi
Tengah Tengah
576.102
25 Selatan
Sulawesi
15,3
Sulawesi
86.875 20.758
47,7
Sulawesi
Selatan Selatan
1.750.359
26 Tenggara
Sulawesi
18,9
Sulawesi
20.557 96.005
32,3
Sulawesi
TenggaraTenggara
504.357
27 Sulawesi
8,3
Gorontalo
16.068 20.557
64,3
Gorontalo
234.083
28 Barat
Gorontalo
23,6
Sulawesi
15.505 16.929
49,0
Sulawesi
Barat
257.613
29 Sulawesi
Barat
7,2
Maluku
22.181 15.760
51,2
Maluku
333.171
30 Utara
Maluku
7,3
Maluku
13.545 51.143
47,9
Maluku
Utara
235.2552.159 15.233
31Barat
Maluku Utara
13,6
Papua
9,5
Papua
183.871
32Barat
Papua Barat
13,3 Papua
- 5.205
Papua
33 Indonesia
Papua
760.174
1.789.287 15,8
34,3
Indonesia INDONESIA 52.239.003 2.192.790
18,5

Ket :

Lampiran 5.5

*)

Ibu Hamil Diimunisasi


Wanita Usia Subur Diimunisasi
TT5
TT3Jumlah
TT4
Jumlah
%
%
Jumlah
%
Jumlah
Jumlah
(7)
(8)
(9)%
(10)
(11) %

TT2
TT3
Persentase Persalinan
Ditolong Tenaga
Kesehatan KualifikasiTT4
Tertinggi
Jumlah
% (5)
(5)

% TT2
Jumlah
(6)

Bidan

35.753 (6)32,3
8,0 37.678 75.861
11,2
2,3 33.006
74,6 55.549
27,8
4,3 25.210
74,0 37.816
16,2
2,1 34.211
69,9 28.541
44,7
6,2112.047
71,2 39.385
62,1
75,5
6,9 19.476
112.201
47,0
72,8 20.853
5,6 51.433
28,8
84,1 64.661
4,1 5.613
17,8
80,7 6.222
0,9 14.550
27,3
69,8 18.587
4,5 28.013
14,6
61,2 30.559
1,4652.544
68,7
61,8
7,5372.254
652.544
60,0
67,0
5,0
880 537.647
1,5
73,3 1.454
0,3 15.033
2,3
56,2 47.026
0,8109.027
44,4
73,7
4,8
121.414
142
65,4 0,2
0,0 91.252
142
58,8 80,4
9,0
91.252
81,9
- 20.707
58,2 20,6
- 24.605
65,4 49,2
6,1 10.229 26.893
61,0 11,7
1,9 16.277 12.587
69,3 17,0
3,2 22.681
25.972
70,8 49,9
5,9 18.079
51,1 23.441
28,0
3,6 78.975
59,3 18.498
43,3
5,5 18.115
62,3 81.407
28,5
4,1 14.081
69,0 18.115
56,3
7,2 13.185
67,5 14.704
41,7
6,1 20.259
53,5 13.337
46,8
15,4 12.058
51,1 41.477
42,7
6,5 2.087
46,5 12.985
9,2
2,8
4.176
55,7
41,9 36,61.909.460
4,2
2.235.306
68,6

Perawat
(7)

20.226
7,3
(4)
16.863
2,0
0,2
19.501
3,8
0,2
24.327
2,1
0,4
12.646
5,4
0,3
1.284
1,1
6,6
1.949
1,0
5,3
23.974
0,3
3,9
7.317
0,2
2,2
7.400
0,3
3,7
15.914
0,6
1,2
142.509
0,4
6,8
113.002
0,2
8,4
14.519
0,1
0,2
24.465
0,0
0,6
41.947
0,2
4,63.993
0,1
0,0
0,0 0
8,7
0,1 -8.627
0,8
-2.702
0,5
5,23.097
2,0
1,5
10.393
0,5
3,0
1.274
0,1
5,1
0,9
5.794
3,2
1,2
18.566
4,7
0,3
6.371
3,6
0,8
1.730
6,3
0,0
2.947
5,2
0,6
4.951
12,4
1,7
2.442
5,5
0,5
1.556
2,3
1,8 1,2
562.286
4,3
0,3

Non Nakes

Tidak ada
penolong (11)
(10)

(8)
(9)
18,3
13.962
57.910
5,6
(5)
5,0
11.786
27.445
1,0
8,5
16,4
16.081
25.063
2,5
6,4
15,7
24.694
28.629
2,1
6,3
16,5
7.293
15.398
2,1
0,7 12,2
445
1.28411,6
0,1
4,7
1.573
2.911 9,9 23.127
0,7
13,4
4,5
33.742
2,1
23,2
6.017
10,8
8.074
2,8
13,9
4.777
9.92710,0 17.175
2,0
8,3
18.404 3,5 87.126
0,7
15,0
1,8
142.509
1,5
18,2
97.167
17,6
264.393
4,1
24,3
13.775
3,5
27.199
3,9
3,8
39.391
0,0
91.145
1,2
17,1
5,1 29.425
59.554
2,2
5,3 15,1 17.993
4.901
0,6 0
0,0
1,0
0
0,0 7,4
8,6 32,2
6.157
5,4 24,7
1.284
3.044
0,6
3,6 25,4
2.427
4.945
0,6
10,8
8.613
15,0
20.263
2,3
2,8
401
9,8
1.39916,5
0,3
9,0
3.523
6.15122,9 13.801
1,1
10,2
20.077
1,1
10,0 17,3
4.599
6.371
1,3
21,0
6,9
1.113
2.458 8,4
1,1
9,3
949
3.03837,2
1,2
11,4
2.035
12.590
3,8
8,6 38,7
1.280
3.685
1,6
38,4
6,8
1.050
3.137
1,7 - 28,6
10,8 - 33,2 459.039
905.64611,8 1,7

12,6
13.227
43.287
4,2
(6)
3,5
9.593
18.041
0,7
0,7
13,5
13.601
19.969
2,0
1,0
15,9
20.828
27.253
2,0
1,7
9,5
5.426
9.252
1,3
0,20,7
300
445
0,0
3,80,4
1.518
0,9
2.768
0,7
13,0
21.381
0,5
30.960
1,9
19,1
6.478
0,4
6.661
2,3
8,9
5.113
0,1
6.852
1,4
8,9
18.637
0,9
19.818
0,8
9,2
72.145
0,2
87.126
0,9
15,7
80.015
0,6
212.708
3,3
23,1
10.694
0,4
15.818
2,2
6,20,1
58.956
132.124
1,7
12,00,7
26.186
45.569
1,7
23,70,6
40.313
18.326
2,2
0,0
0
0,2
0
0,0-1,1
6,11,0 5.846
2,60,7
967
1.538
0,3
2,80,6
1.573
3.089
0,4
9,00,4
9.229
17.807
2,1
0,9
475
0,7
439
0,1
5,40,8
2.421
3.741
0,6
7,61,3
10.751
14.701
0,8
7,21,2
4.303
4.599
0,9
0,8
4,5
715
1.723
0,7
3,00,6
954
985
0,4
4,71,6
2.243
8.253
2,5
1,2
4,5
1.297
2.180
0,9
1,0
4,6
1.232
2.738
1,50,6
8,87,9 446.417
758.770
1,5
0,8

Periode 1 Januari 2010 s.d. Waktu wawancara

Sumber : Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2014


Sumber
Riskesdas 2013, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 201
Sumber : Ditjen PPPL, Kemenkes
RI,: 2014
CAKUPAN IMUNISASI TT PADA WANITA
4

USIA SUBUR
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013

Update sampai dengan 27 Februari 2014 (data sasaran menggunakan data Sekjen)

Lampiran 5.6
CAKUPAN IMUNISASI TT PADA IBU HAMIL MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
Update sampai dengan 27 Februari 2014 (data sasaran menggunakan data Sekjen)
Ket:

TT2+ Adalah penjumlahan dari TT2, TT3, TT4, dan TT5

Lampiran 5.7
PROPORSI PENOLONG PERSALINAN DENGAN KUALIFIKASI TERTINGGI
MENURUT PROVINSI, RISKESDAS 2013

Persentase Persalinan Ditolong Tenaga Kesehatan Kualifikasi Terendah


No

Provinsi

(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

(2)

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kep.Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
INDONESIA

Dokter

Bidan

(3)

(4)

13,4
15,4
18,7
12,9
9,4
12,0
8,0
6,1
15,5
28,4
29,1
11,2
17,3
34,3
16,6
14,2
27,0
5,7
5,2
7,0
7,8
11,6
16,3
19,6
12,1
10,4
5,4
9,2
5,0
5,0
5,1
7,8
9,3
14,2

75,0
73,6
70,5
67,6
67,0
70,4
82,7
76,7
71,6
62,3
64,7
62,5
71,9
58,9
73,5
62,0
68,1
74,2
56,9
62,1
54,6
64,6
71,0
55,4
53,4
59,3
55,2
65,5
45,7
49,2
44,9
59,9
42,8
66,6

Perawat
(5)

0,5
2,0
2,7
3,3
0,8
2,9
1,7
1,1
0,8
4,0
3,1
1,2
2,3
5,0
2,0
3,2
2,5
1,1
2,5
1,1
2,9
1,4
0,4
4,2
1,4
4,2
1,2
3,3
1,0
2,4
4,5
2,1
2,9
2,1

Non Nakes

Tidak ada penolong

(6)

(7)

10,2
8,0
6,4
15,5
22,4
13,8
7,2
15,8
12,0
4,3
2,8
24,5
8,1
1,7
7,1
19,9
2,1
18,0
34,5
29,0
34,1
22,0
11,5
20,0
31,8
25,0
37,3
21,5
46,7
42,2
44,6
29,6
36,9
16,3

0,7
1,0
1,7
0,7
0,4
0,9
0,5
0,4
0,1
0,9
0,2
0,6
0,4
0,1
0,7
0,6
0,2
1,1
1,0
0,7
0,6
0,4
0,7
0,8
1,3
1,2
0,8
0,6
1,6
1,2
1,0
0,6
7,9
0,8

Sumber : Riskesdas 2013, Badan Litbangkes Kemenkes RI, 20


13

Ket :

Periode 1 Januari 2010 s.d. saat wawancara


* Apabila penolong persalinan > 1 penolong, maka dipilih yang kualifikasi tertinggi

Lampiran 5.8
PROPORSI PENOLONG PERSALINAN DENGAN KUALIFIKASI TERENDAH
MENURUT PROVINSI, RISKESDAS 2013

Tempat Bersalin
No

Provinsi
RS

(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

(2)

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

RB/Klinik/ Praktek
Nakes

Puskesmas/ Pustu

Polindes/ Poskesdes

Rumah/ Lainnya

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

20,0
19,8
19,2
19,8
13,0
17,4
13,2
9,1
22,3
35,4
33,6
16,5
25,8
41,0
23,5
21,4
41,6
16,3
19,3
14,2
12,6
19,8
29,0
33,3
19,7
21,4
9,6
27,8
9,1
20,4
20,3
31,0
26,1
21,4

25,3
32,0
42,3
36,6
24,6
38,2
23,5
57,0
34,0
49,1
47,2
43,9
51,9
50,0
51,0
39,3
49,3
10,0
2,7
21,1
14,9
18,8
36,0
13,8
7,8
17,7
7,7
6,9
3,2
1,6
4,6
3,3
7,3
38,0

7,1
1,5
13,0
2,8
6,1
2,6
4,6
2,3
4,7
3,4
15,1
5,0
3,4
7,8
6,7
5,3
6,3
28,0
29,4
7,3
3,6
1,9
7,6
13,8
9,8
16,1
14,0
19,1
18,2
3,1
5,6
10,1
10,1
7,3

5,2
1,8
8,4
0,5
0,7
4,9
1,2
0,8
9,5
1,8
0,0
1,1
2,8
0,2
9,2
0,7
1,3
28,9
6,4
3,5
1,0
2,0
0,4
2,4
3,6
2,4
1,5
14,9
0,9
0,1
2,3
0,2
0,6
3,7

42,4
44,9
17,0
40,3
55,6
36,9
57,4
30,9
29,4
10,3
4,1
33,6
16,1
1,1
9,6
33,3
1,4
16,7
42,1
53,9
67,9
57,5
27,0
36,7
59,2
42,3
67,2
31,3
68,7
74,9
67,3
55,4
55,9
29,6

* Apabila penolong persalinan > 1 penolong, maka dipilih yang kualifikasi terendah

Lampiran 5.9
PROPORSI KELAHIRAN BERDASARKAN TEMPAT BERSALIN MENURUT PROVINSI, RISKESDAS 2013
Sumber : Riskesdas 2013, Badan Litbangkes Kemenkes RI, 20
Ket :
Periode 1 Januari 2010 s.d. saat wawancara
13

No

Provinsi

(1)

(2)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Jumlah Ibu Hamil


(3)

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

118.012
314.492
111.947
143.423
78.298
188.609
38.160
187.441
31.192
64.389
165.369
1.081.827
624.732
50.218
679.440
242.559
73.886
120.837
124.934
104.826
49.310
78.756
87.638
48.669
63.660
168.169
57.307
22.198
28.779
42.164
27.121
22.720
57.203
5.298.285

Perkiraan Komplikasi
Kebidanan
(4)

23.602
62.898
22.389
28.685
15.660
37.722
7.632
37.488
6.238
12.878
33.074
216.365
124.946
10.044
135.888
48.512
14.777
24.167
24.987
20.965
9.862
15.751
17.528
9.734
12.732
33.634
11.461
4.440
5.756
8.433
5.424
4.544
11.441
1.059.657

Cakupan Penanganan Komplikasi Kebidanan


Jumlah

(5)

(6)

11.635
19.069
14.054
13.303
12.017
25.196
5.678
24.993
4.809
8.704
28.868
166.215
127.650
8.771
116.501
40.732
11.164
23.687
11.627
12.791
4.386
12.959
13.075
7.903
7.294
21.860
6.215
3.646
3.337
2.973
2.612
873
2.196
776.793

Sumber : Riskesdas 2013, Badan Litbangkes Kemenkes RI, 2


013
Sumber: Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2014 (Update sampai dengan 12 Mare
t 2014)

Ket:

Periode 1 Januari 2010 sampai saat wawancara

Lampiran 5.10
CAKUPAN PENANGANAN KOMPLIKASI KEBIDANAN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013

49,30
30,32
62,77
46,38
76,74
66,79
74,40
66,67
77,09
67,59
87,28
76,82
102,16
87,33
85,73
83,96
75,55
98,01
46,53
61,01
44,47
82,27
74,60
81,19
57,29
64,99
54,23
82,12
57,98
35,26
48,15
19,21
19,19
73,31

Periode Mendapat Pelayanan Kesehatan Masa Nifas (KF)


No

2)

Provinsi
6 Jam - 3 Hari

(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

(2)

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

7 - 28 Hari

29 - 42 Hari

PROPORSI
PELAYANAN KESEHATAN
MASA NIFAS
(3)
(4)
(5)
RISKESDAS
2013
85,5
44,6
25,1
86,0
83,3
85,0
85,5
77,8
92,1
78,8
82,6
76,9
90,3
76,6
89,2
93,5
87,1
78,5
91,4
87,4
61,5
73,3
75,4
85,0
84,8
81,0
77,1
81,2
78,5
88,4
72,2
55,4
64,0
59,1
54,9
81,9

34,7
32,1
23,7
44,4
38,6
40,1
44,9
27,4
46,6
76,7
59,0
60,4
74,2
66,0
56,4
67,1
55,7
37,1
26,5
32,6
35,6
47,7
59,7
33,7
26,9
34,9
56,2
28,6
33,4
31,7
18,3
34,2
51,8

21,2
29,6
16,2
35,2
33,2
29,4
39,9
29,5
30,7
68,3
53,6
42,3
50,0
52,7
52,1
64,4
54,0
43,5
27,3
26,1
27,8
45,0
56,0
26,7
29,4
29,9
48,1
21,4
31,5
25,8
16,0
32,3
43,4

Lampiran 5.11
1)

KF Lengkap

MENURUT PROVINSI,
(6)
21,4
13,7
20,7
11,7
28,5
20,7
22,5
24,8
16,8
17,8
55,5
37,8
34,9
43,7
42,9
38,5
50,2
38,9
25,1
17,0
19,1
18,3
34,1
40,4
19,6
15,5
21,5
41,2
15,7
19,5
18,5
8,8
19,1
32,1

No

Provinsi

(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Jumlah PUS

(2)

Peserta KB Baru
Jumlah
%

(3)

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
Dki Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
Di Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

747.344
2.210.958
796.810
881.168
654.256
1.638.864
362.362
1.650.668
267.435
277.581
1.241.204
9.047.576
6.602.519
499.584
7.740.907
2.023.773
676.945
1.045.880
698.186
861.174
444.641
781.482
576.138
445.125
502.096
1.363.999
430.937
202.845
203.045
264.266
209.615
146.097
476.705
45.972.185

(4)

177.694
450.688
168.568
205.080
132.078
408.028
104.318
376.012
40.976
61.373
451.172
1.545.118
1.015.041
60.158
1.169.731
382.625
75.863
191.408
106.865
155.532
94.119
159.748
91.114
105.031
98.314
335.868
84.298
45.904
40.280
64.143
43.969
16.931
42.200
8.500.247

(5)

23,78
20,38
21,16
23,27
20,19
24,90
28,79
22,78
15,32
22,11
36,35
17,08
15,37
12,04
15,11
18,91
11,21
18,30
15,31
18,06
21,17
20,44
15,81
23,60
19,58
24,62
19,56
22,63
19,84
24,27
20,98
11,59
8,85
18,49

Sumber : Riskesdas 2013, Badan Litbangkes Kemenkes RI, 2013

Sumber:
Kependudukan
dan
Keluarga
Berencana
Nasional,
Ket: Badan
1) Dari
riwayat kelahiran
periode
1 Januari
2010 sampai
saat20
wawancara
14

2) KF3 = Menerima KF1 (6 jam - 3 hari), KF2 (7 - 28 hari), dan KF3 (29 - 42 hari)

Lampiran 5.12
CAKUPAN PESERTA KB BARU DAN KB AKTIF

Peserta KB Aktif
Jumlah
%
(6)

671.861
1.454.090
620.932
669.196
543.086
1.400.871
302.364
1.189.577
221.259
225.189
1.050.086
7.071.978
5.388.214
445.006
6.113.945
1.441.796
583.279
787.933
503.405
516.631
355.496
641.112
324.293
342.808
421.643
997.109
298.236
161.631
146.657
175.095
127.633
7.011
76.683
35.276.105

(7)

89,90
65,77
77,93
75,94
83,01
85,48
83,44
72,07
82,73
81,13
84,60
78,16
81,61
89,08
78,98
71,24
86,16
75,34
72,10
59,99
79,95
82,04
56,29
77,01
83,98
73,10
69,21
79,68
72,23
66,26
60,89
4,80
16,09
76,73

MENURUT PROVINSI TAHUN 2013

No
No
(1)
1
2
(1)
3
1
4
2
5
3
6
4
7
5
8
6
9
7
10
8
11
9
12
10
13
11
14
12
15
13
16
14
15
17
16
18
17
19
18
20
19
21
20
22
21
23
22
24
23
25
24
26
25
27
26
28
27
29
28
30
29
31
30
32
31
33
32
33

Provinsi
(2)Provinsi

IUD
Jumlah
(3)

Aceh
5.007
Sumatera Utara(2)
30.383
Sumatera Barat
13.436
Aceh
Riau
7.206
Sumatera
Utara
Jambi
3.684
Sumatera
Barat
Sumatera Selatan
11.540
Riau
Bengkulu
5.465
Jambi
Lampung
30.820
Sumatera Selatan
Kepulauan Bangka Belitung 1.831
Bengkulu
Kepulauan Riau
2.313
Lampung
Dki JakartaBangka Belitung 56.893
Kepulauan
Jawa BaratRiau
133.892
Kepulauan
Jawa
Tengah
98.115
Dki
Jakarta
Di Yogyakarta
17.969
Jawa
Barat
Jawa Tengah
Timur
112.511
Jawa
Banten
25.093
Di
Yogyakarta
Jawa
Bali Timur
23.437
Banten
Nusa Tenggara Barat
19.762
Bali
Nusa Tenggara Timur
8.238
Nusa
Tenggara
Barat
Kalimantan
Barat
10.924
Nusa
Tenggara
Timur
Kalimantan
Tengah
1.231
Kalimantan
Kalimantan Barat
Selatan
1.752
Kalimantan
Kalimantan Tengah
Timur
5.646
Kalimantan
Selatan
Sulawesi Utara
6.008
Kalimantan
Timur
Sulawesi Tengah
6.529
Sulawesi
Sulawesi Utara
Selatan
8.557
Sulawesi
Sulawesi Tengah
Tenggara
1.788
Sulawesi
GorontaloSelatan
3.062
Sulawesi
Sulawesi Tenggara
Barat
1.059
Gorontalo
Maluku
1.683
Sulawesi
Barat
Maluku Utara
1.230
Maluku
Papua Barat
281
Maluku
Papua Utara
1.287
PapuaIndonesia
Barat
658.632
Papua
Indonesia

Lampiran 5.13

MOW
%
Jumlah
%
(4)Pemerintah
(5)
(6)

MOP
Jumlah
%
Swasta (8)
(7)

2,82
1.507
0,85
33
Peserta
%
Peserta
6,74
11.384
2,53
4.722
(3)
(4)
(5)
7,97
925
115.247 2.523
64,86 1,50
21.626
3,51
237
365.010 2.647
80,99 1,29
51.331
2,79
110
115.024 929
68,24 0,70
1.129
2,83
595
125.793 2.331
61,34 0,57
15.259
5,24
901
0,86
64
83.371
63,12
2.869
8,20
2.491
0,66
215
281.782
69,06
52.362
4,47
97
76.961 464
73,78 1,13
3.535
3,77
78
293.635 788
78,09 1,28
6.835
12,61
1.443
30.238 5.162
73,79 1,14
1.650
8,67
3.235
28.88522.195
47,06 1,44
11.317
9,67
1.206
180.98522.811
40,11 2,25
27.963
29,87
386
973.219 1.783
62,99 2,96 222.111
9,62
2.584
550.83923.236
54,27 1,99
74.646
6,56
416
25.815 2.775
42,91 0,73
13.950
30,89
779.844 3.050
66,67 4,02
59.084
312
231.913 1.713
60,61 0,89
29.418
10,32
1.076
28.939 5.324
38,15 4,98
6.161
7,71
102
176.706 2.329
92,32 1,50
6.768
7,02
1.191
102.887 791
96,28 0,84
2.667
1,31
80
108.876 776
70,00 0,49
24.867
1,10
383
65.349 1.938
69,43 2,13
7.216
6,20
51
96.355 1.212
60,32 1,15
4.532
5,72
115
55.865 1.328
61,31 1,35
9.317
6,64
340
76.621 2.752
72,95 0,82
18.683
2,55
414
86.641 648
88,13 0,77
4.458
2,12
174
285.990 579
85,15 1,26
15.250
6,67
108
79.616 377
94,45 0,94
453
2,63
121
37.324 572
81,31 0,89
3.644
2,62
190
35.176 380
87,33 0,86
1.606
2,80
162
56.656 137
88,33 0,81
3.741
1,66
72
37.808 960
85,99 2,27
1.914
3,05
137
15.721
92,851,52
736
7,75
128.793
21.374
39.372
93,30
2.425
5.644.463
66,40
709.523

0,02
%
1,05
(6)
0,55
12,17
0,12
11,39
0,08
0,67
0,15
7,44
0,06
2,17
0,06
12,83
0,24
3,39
0,13
1,82
0,32
4,03
0,21
18,44
0,12
6,20
0,64
14,38
0,22
7,35
0,11
23,19
0,41
5,05
7,69
0,56
8,12
0,10
3,54
0,77
2,50
0,08
15,99
0,24
7,67
0,06
2,84
0,11
10,23
0,35
17,79
0,12
4,53
0,21
4,54
0,24
0,54
0,30
7,94
0,30
3,99
0,37
5,83
0,43
4,35
0,32
4,35
0,25
5,75
8,35

Kondom
Implan
Suntikan
Klinik KB
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
J
Dokter
Praktik
Swasta
Bidan
Swasta
Jumlah
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
Peserta
18.143 10,21
4.578
2,58
77.786 43,78
Peserta
%
Peserta
%
60.898
13,51
51.082
11,33
149.241
33,11
(7)
(8)
(9)
(10)
(11) 1
16.797 8239,96 0,46
22.263 13,21
76.987
45,67
39.998
22,51
177.69
12.6532.007
6,17 0,45
15.651
7,63
32.340 106.670
7,18 52,01
450.68
4.7961.919
3,63 1,14
10.961
8,30
50.496 67.813
29,96 51,34
168.56
39.4416.109
9,67 2,98
45.476 11,15
1
57.919 182.388
28,24 44,70
205.08
7.3723.514
7,07 2,66
14.756 14,15
45.757
43,86
42.324
32,04
132.07
28.0113.518
7,45 0,86
36.293
9,65
1
70.366 152.989
17,25 40,69
408.02
2.6071.768
6,36 1,69
2.985
7,28
22.054 19.504
21,14 47,60
104.31
9.0073.951
14,68 1,05
2.456
4,00
71.591 26.963
19,04 43,93
376.01
31.396 1946,96 0,47
18.774
4,16
8.894 216.882
21,71 48,07
40.971
41.0672.572
2,66 4,19
100.667
6,52
18.599 803.448
30,30 52,00
61.374
46.707
4,60 9,50
132.188 13,02
1
42.854
199.370542.615
44,19 53,46
451.17
4.791
7,96 1,06
5.282
8,78
25.627
16.418
333.370
21,58 42,60
1.545.11
42.996
3,68 2,18
119.088 10,18
2
22.117
367.439609.927
36,20 52,14
1.015.04
28.150 7217,36 1,20
29.356
7,67
19.672 190.294
32,70 49,73
60.151
5.4457.808
7,18 0,67
3.857
322.995
5,08
32.495
27,61 42,83
1.169.73
113.646103.160
29,70 53,90
382.62
6.8757.648
3,59 2,00
29.177 15,24
38.009 51.034
50,10 47,76
75.86
5.6962.754
5,33 3,63
23.332 21,83
7.285 73.029
3,81 46,95
191.40
10.062 6496,47 0,34
9.504
6,11
1.238 48.497
1,16 51,53
106.86
5.045 735,36 0,07
6.565
6,98
21.391 69.964
13,75 43,80
155.53
5.929 3983,71 0,26
8.777
5,49
20.332 54.331
21,60 59,63
94.11
4.7681.222
5,23 1,30
3.206
3,52
56.383 52.555
35,29 50,04
159.74
5.7392.478
5,46 1,55
13.249 12,61
24.611 42.457
27,01 43,19
91.11
5.9111.321
6,01 1,45
9.490
9,65
7.950 158.495
7,57 47,19
105.03
30.3011.777
9,02 1,69
23.916
7,12
1
6.273 33.899
6,38 40,21
98.31
6.529 9427,75 0,96
10.490 12,44
33.228 18.469
9,89 40,23
335.86
2.2451.400
4,89 0,42
8.542 18,61
443
0,53
3.786
4,49
84.29
3.397
8,43
2.692
6,68
17.418 43,24
4.636 29.108
10,10 45,38
45.90
8.517 300
13,28 0,65
5.899
9,20
3.391 21.863
8,42 49,72
40.28
1.805 1074,11 0,27
9.810 22,31
3.019 9.192
4,71 54,29
64.14
1.124 7276,64 1,13
1.375
8,12
495
1,13
3.752
8,53
43.96
13.418 31,80
2.478
5,87
17.258 40,90
46
0,27
428
2,53
16.93
517.638
6,09 784.215
9,23 ########48,56
##
66
0,16
337
0,80
42.20
139.139
1,64
2.007.122
23,61 8.500.24

PERSENTASE PESERTA KB BARU


MENURUT METODE KONTRASEPSI DAN PROVINSI TAHUN 2013

Sumber:
Lampiran
5.14Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, 2
014
Sumber: Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional, 2014PESERTA KB BARU
PERSENTASE
MENURUT TEMPAT PELAYANAN DAN PROVINSI TAHUN 2013

No

Provinsi

Peserta KB Aktif

Jumlah PUS

Jumlah
(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

(2)No

(3)Provinsi

(4)

(5)

Aceh
747.344
671.861
Sumatera Utara
2.210.958
1.454.090
Sumatera Barat
796.810
620.932
(1)
(2)
Riau
881.168
669.196
1
Aceh
Jambi
654.256
543.086
2
Sumatera
Utara
Sumatera Selatan
1.638.864
1.400.871
Bengkulu
362.362
302.364
3
Sumatera
Barat
Lampung
1.189.577
4
Riau 1.650.668
Kepulauan Bangka Belitung 267.435
221.259
5
Jambi
Kepulauan Riau
277.581
225.189
Sumatera
Selatan 1.050.086
Dki Jakarta 6
1.241.204
Bengkulu
Jawa Barat 7
9.047.576
7.071.978
Jawa Tengah 8
6.602.519
5.388.214
Lampung
Di Yogyakarta9
499.584
445.006
Bangka belitung
Jawa Timur
7.740.907
6.113.945
10 kepulauan riau
Banten
2.023.773
1.441.796
11 DKI Jakarta
Bali
676.945
583.279
12Barat
Jawa Barat
Nusa Tenggara
1.045.880
787.933
13Timur
Jawa Tengah
Nusa Tenggara
698.186
503.405
Kalimantan Barat
861.174
516.631
14 DI Yogyakarta
Kalimantan Tengah
444.641
355.496
15 Jawa Timur
Kalimantan Selatan
781.482
641.112
16 Banten
Kalimantan Timur
576.138
324.293
17 Bali
Sulawesi Utara
445.125
342.808
18 Nusa Tenggara
Sulawesi Tengah
502.096 Barat421.643
Sulawesi Selatan
1.363.999Timur997.109
19 Nusa Tenggara
Sulawesi Tenggara
430.937
298.236
20 Kalimantan
Barat
Gorontalo
202.845
161.631
21 Kalimantan Tengah
Sulawesi Barat
203.045
146.657
22 Kalimantan Selatan
Maluku
264.266
175.095
Kalimantan
Timur 127.633
Maluku Utara23
209.615
Sulawesi146.097
Utara
Papua Barat 24
7.011
Papua
76.683
25 Sulawesi476.705
Tengah
Indonesia
########
26 Sulawesi
Selatan 35.276.105

IUD
Jumlah
(6)

89,90
22.275
Cara modern
65,77
149.276
77,93
66.119
(3)
75,94
37.879
48,9
83,01
36.160
45,5
85,48
79.977
83,44
21.368
53,2
72,07
163.157
55,0
82,73
12.725
69,2
81,13
16.633
67,0
84,60
225.979
67,3
78,16
841.835
81,61
474.292
70,3
89,08
106.445
63,4
78,98
903.865
44,6
71,24
159.222
53,4
86,16
273.346
64,2
75,34
101.411
62,0
72,10
59.480
59,99
39.059
54,2
79,95
61,87.838
82,04
11.646
61,2
56,29
33.965
62,6
77,01
44.532
58,5
83,98
31.714
73,10
48.599
39,2
69,21
11.990
70,0
79,68
23.035
68,9
72,23
6.877
66,3
66,26
8.544
56,74.135
60,89
65,6 33
4,80
16,09
58,82.231
76,73
4.025.642
49,6

27 Sulawesi Tenggara
51,9
28 Gorontalo
65,5
29 Sulawesi Barat
49,7
30 Maluku
38,0
31 Maluku Utara
48,7
32 Papua Barat
41,5
33Sumber:
Papua
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional,19,6
2014
INDONESIA
59,3

Metode Kontrasepsi
Kondom
Jumlah
%

MOW
MOP
Implan
Persentase
Contraceptive Prevalence
Rate (CPR)
%
Jumlah
% Dan Tradisional
Jumlah
%
Jumlah
%
Modern
(7)

(8)

(9)

3,32
6.438
0,96
Cara tradisional
10,27
101.753
7,00
10,65
19.723
3,18
(4)
5,66
10.951
1,64
0,6
6,66
4.401
0,81
1,2
5,71
49.432
3,53
7,07
6.295
2,08
0,4
13,72
16.312
1,37
0,7
5,75
5.399
2,44
0,3
7,39
5.351
2,38
0,7
21,52
39.162
3,73
0,9
11,90
179.829
2,54
8,80
291.928
5,42
0,3
23,92
21.540
4,84
1,2
14,78
308.432
5,04
0,4
11,04
26.176
1,82
0,6
46,86
22.227
3,81
0,2
12,87
17.425
2,21
0,4
11,82
26.674
5,30
7,56
9.486
1,84
1,3
2,20
4.184
1,18
0,4
1,82
7.633
1,19
0,2
10,47
6.802
2,10
0,4
12,99
7.833
2,28
0,1
7,52
8.379
1,99
4,87
17.643
1,77
0,5
4,02
6.053
2,03
0,3
14,25
2.954
1,83
0,5
4,69
2.431
1,66
0,3
4,88
3.968
2,27
0,4
3,24
1.860
1,46
0,40,47
2,91
3.084
4,02
0,6
11,41 1.241.758
3,52
0,6

(10)

(11)

218
0,03
Pernah
KB

10.475
0,72
2.096
0,34
(5)
1.418
0,21
1.27828,8 0,24
5.95825,4 0,43
1.21227,1 0,40
14.23325,5 1,20
378
0,17
20,5
881
0,39
12.25219,3 1,17
60.70919,9 0,86
54.88219,8 1,02
3.40023,1 0,76
29.191
0,48
25,0
16.719
1,16
28,0
3.470
0,59
4.32426,3 0,55
4.47224,1 0,89
3.38626,5 0,66
64123,7 0,18
2.457
0,38
27,3
871
0,27
1.30722,2 0,38
1.12631,7 0,27
1.74225,3 0,17
1.61719,2 0,54
820
0,51
22,0
510
0,35
24,4
1.171
0,67
73327,4 0,57
-26,1 17925,0 0,23
244.12628,30,69

0,3
0,2
0,5
0,3
0,1
0,6
0,3
0,4

25,0
21,4
24,9
26,4
28,1
24,6
11,3
24,7

(12)

(13)

(14)

21.198
Tidak3,16
pernah61.150
159.497
10,97
108.722
83.514
13,45
31.644
(6)
58.418
8,73
25.727
21,7
77.053
14,19
12.225
27,9
272.087
19,42
89.143
56.986
18,85
12.799
19,3
185.471
15,59
33.035
18,8
20.668
9,34
8.574
9,9
15.349
6,82
15.085
13,0
83.717
7,97
44.166
11,9 103.096
353.609
5,00
592.714
11,00
9,7 124.003
28.926
6,50
28.861
12,3
584.395
9,56
105.576
30,0
136.734
9,48
42.527
18,0
12.469
2,14
19.863
9,3
133.330
16,92
20.833
13,6
79.348
15,76
16.012
37.684
7,29
17.322
18,0
37.598
10,58
10.405
14,1
47.804
7,46
13.659
11,2
17.092
5,27
10.261
14,7
57.877
16,88
12.313
9,7
40.018
9,49
25.426
107.219
10,75
68.633
35,1
42.717
14,32
15.859
10,5
31.155
19,28
6.383
8,6
15.212
10,37
13.983
9,0
21.418
12,23
11.451
15,6
21.750
17,04
8.583
7,9
502
7,16
2.635
5.924
7,73
16.856
15,6
3.439.453
9,75
21,5 1.136.810

22,8
12,9
24,9
35,4
23,1
33,3
68,8
15,5

Sumber : Riskesdas 2013, Badan Litbangkes Kemenkes RI, 201


3

Lampiran 5.15
PERSENTASE PESERTA KB AKTIF
MENURUT METODE KONTRASEPSI DAN PROVINSI TAHUN 2013

Lampiran 5.16
PERSENTASE PEMAKAIAN ALAT/CARA KB PADA WANITA USIA SUBUR
(15-49 TAHUN) YANG BERSTATUS KAWIN MENURUT PROVINSI, RISKESDAS 2013

(15)

9,10
7,48
5,10
3,84
2,25
6,36
4,23
2,78
3,88
6,70
4,21
1,46
2,30
6,49
1,73
2,95
3,41
2,64
3,18
3,35
2,93
2,13
3,16
3,59
6,03
6,88
5,32
3,95
9,53
6,54
6,72
37,58
21,98
3,22

Sun
Jumlah
(16)

297.2
477.3
307.3
301.2
221.4
547.6
122.3
411.5
99.1
95.4
376.8
3.673.2
3.038.3
204.7
2.929.1
703.4
203.3
370.3
256.9
216.4
167.2
230.7
145.2
131.5
164.8
439.4
115.7
53.6
51.6
82.9
57.4
2.73
36.1
16.533.1

Persentase KB Modern
No

Provinsi

Susuk/
implant

(1)

(2)

(3)

1
Aceh
2
Sumatera Utara
3
Sumatera Barat
4
Riau
5
Jambi
6
Sumatera Selatan
7
Bengkulu
8
Lampung
9
Kepulauan Bangka Belitung
10 Kepulauan Riau
11 DKI Jakarta
12 Jawa Barat
13 Jawa Tengah
14 DI Yogyakarta
15 Jawa Timur
16 Banten
17 Bali
18 Nusa Tenggara Barat
19 Nusa Tenggara Timur
20 Kalimantan Barat
21 Kalimantan Tengah
22 Kalimantan Selatan
23 Kalimantan Timur
24 Sulawesi Utara
25 Sulawesi Tengah
26 Sulawesi Selatan
27 Sulawesi Tenggara
28 Gorontalo
29 Sulawesi Barat
30 Maluku
31 Maluku Utara
32 Papua Barat
33 Papua
INDONESIA

1,4
3,9
6,4
2,6
4,5
5,4
8,4
5,7
3,0
1,0
1,1
2,0
5,1
3,8
3,4
2,2
1,9
6,6
6,5
1,3
2,7
3,0
2,0
9,7
3,6
3,1
4,6
14,3
4,6
4,7
7,6
2,1
1,7
3,5

Steril Pria

(4)

0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
0,3
0,0
0,1
0,0
0,0
0,2
0,2
0,1
0,1
0,0
0,2
0,1
0,2
0,1
0,1
0,2
0,2
0,1
0,0
0,1
0,2
0,1
0,1
0,0
0,0
0,6
0,0
0,1

Persentase KB Tradis

Steril
Wanita

IUD/AKDR
/spiral

(5)

(6)

(7)

(8)

2,4
2,6
5,1
2,2
2,4
1,7
3,3
3,0
1,9
4,7
7,1
5,1
5,4
12,9
4,3
3,6
18,2
3,2
3,8
2,3
0,9
1,5
3,7
3,8
2,5
1,5
1,3
4,9
0,8
0,7
0,9
0,8
0,5
4,3

29,9
20,9
31,2
32,6
41,3
46,7
41,7
45,0
33,6
21,5
29,2
37,0
37,9
22,9
35,7
39,7
27,8
39,8
22,4
42,6
40,9
31,1
27,6
31,1
26,9
30,4
26,0
25,4
21,2
24,9
31,8
26,6
13,0
34,3

13,8
12,6
7,5
14,8
19,2
10,8
10,2
14,9
21,9
13,6
13,3
17,2
8,8
7,4
14,5
13,2
8,9
7,4
4,3
22,0
23,0
28,9
21,3
19,3
24,4
13,3
18,9
19,5
21,8
7,0
7,6
9,6
3,2
13,9

0,8
4,3
1,9
1,4
0,9
1,7
1,8
1,0
1,7
2,2
1,4
2,1
3,6
2,8
3,1
1,5
4,3
1,3
1,9
1,3
0,9
0,9
1,2
1,1
1,1
0,9
0,7
1,1
0,8
0,7
0,5
1,7
1,1
2,3

Suntikan

Pil KB

Menyusui/
Diafragma/
Metode
Pantang
Kondom
Senggam
Kondom
Amenorea berkala/
pria
terputu
Wanita
Laktasi
kalender
(MAL)
(9)

0,1
0,1
0,0
0,1
0,1
0,1
0,3
0,1
0,0
0,1
0,1
0,1
0,1
0,3
0,0
0,1
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,1
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,1
0,2
0,0
0,0
0,0
0,0
0,1

(10)

0,5
1,1
0,9
1,3
0,8
0,5
1,2
0,5
1,2
1,5
1,1
0,5
0,9
3,9
0,7
0,7
1,3
0,1
0,1
0,3
0,4
0,7
0,8
0,4
0,3
0,3
0,2
0,2
0,2
0,0
0,3
0,1
0,1
0,7

(11)

0,1
0,2
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,1
0,0
0,1
0,1
0,0
0,1
0,1
0,1
0,0
0,0
0,0
0,0
0,2
0,0
0,1
0,0
0,0
0,1
0,0
0,1
0,1
0,0
0,0
0,0
0,1
0,1

Sumber : Riskesdas 2013, Badan Litbangkes Kemenkes RI, 20


13

Lampiran 5.17
PERSENTASE PEMAKAIAN ALAT/CARA KB PADA WANITA USIA SUBUR (15-49 TAHUN)
YANG BERSTATUS KAWIN MENURUT PROVINSI, RISKESDAS 2013

(12)

0,1
0,6
0,2
0,1
0,1
0,3
0,6
0,1
0,6
0,1
0,2
0,1
0,2
0,9
0,2
0,1
0,2
0,1
0,3
0,2
0,2
0,1
0,3
0,3
0,2
0,2
0,1
0,1
0,2
0,1
0,1
0,4
0,1
0,2

(13)

0,2
0,3
0,2
0,5
0,1
0,4
0,2
0,1
0,5
0,3
0,2
0,0
0,1
0,3
0,1
0,1
0,3
0,0
0,1
0,1
0,0
0,0
0,0
0,1
0,3
0,4
0,2
0,1
0,2
0,2
0,0
0,0
0,1
0,1

No

Provinsi

(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

(2)

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

Cara Modern
(3)

48,9
45,4
53,1
54,9
69,2
66,8
67,1
70,2
63,3
44,6
53,4
64,1
61,9
54,2
61,8
61,1
62,6
58,5
39,1
70,0
68,8
66,2
56,6
65,5
58,7
49,5
51,8
65,5
49,6
37,9
48,6
41,4
19,6
59,3

Jenis
1

Jangka Waktu
2

Hormonal

Non Hormonal

(4)

(5)

45,1
37,3
45,1
49,9
65,0
62,8
60,1
65,7
58,4
36,1
43,6
56,2
51,7
34,1
53,6
55,2
38,5
53,7
33,2
65,9
66,5
63,0
50,7
60,1
54,8
46,7
49,5
59,1
47,5

3,8
8,2
8,0
5,1
4,2
4,1
6,9
4,6
4,9
8,5
9,8
7,9
10,2
20,1
8,2
5,9
24,0
4,7
6,0
4,1
2,3
3,3
5,9
5,4
3,9
2,8
2,4
6,3
2,1
1,4
1,7
3,2
1,8
7,5

36,5
46,9
38,2
17,8
51,8

MKJP

Non MKJP

(6)

(7)

4,7
10,9
13,5
6,2
7,8
8,9
13,7
9,8
6,6
7,9
9,6
9,4
14,2
19,6
10,9
7,3
24,6
11,2
12,4
5,1
4,6
5,5
7,1
14,7
7,2
5,6
6,7
20,3
6,3
6,1
9,0
5,2
3,3
10,2

44,2
34,5
39,6
48,7
61,4
57,9
53,3
60,4
56,7
36,6
43,8
54,7
47,7
34,6
50,8
53,8
38,0
47,3
26,8
64,9
64,2
60,8
49,5
50,8
51,5
44,0
45,1
45,1
43,3
31,8
39,6
36,2
16,2
49,1

Lampiran 5.18
PROPORSI WUS KAWIN YANG MENGGUNAKAN ALAT/CARA KB MODERN
BERDASARKAN JENIS DAN JANGKA WAKTU MENURUT PROVINSI, RISKESDAS 2013

Jampersal
No

Provinsi

(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Ante Natal Care (ANC)Post Natal Care (PNC) Persalinan Normal

(2)

(3)

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

Ket:
1
2
3
4

Pelay

(4)

158.002
619.463
135.958
100.765
76.225
130.495
55.998
249.358
43.250
14.600
78.370
685.565
468.895
35.017
692.559
342.207
48.757
218.642
105.801
236.005
41.339
75.214
61.948
398.040
109.919
232.823
86.550
37.692
30.729
80.516
37.572
4.669
67.512
5.760.455

Pra-Rujukan

(5)

170.867
714.836
130.707
136.573
69.794
170.600
55.564
317.071
50.932
10.256
78.040
1.197.584
761.551
40.154
852.072
329.194
47.428
175.886
92.668
232.670
34.366
75.148
76.388
313.920
104.522
237.670
104.179
36.792
40.946
70.666
42.041
4.316
52.736
6.828.137

IUD+Implant

(6)

63.146
214.367
43.357
33.814
23.794
60.356
22.415
114.452
12.177
4.216
30.202
393.896
229.161
15.298
281.554
85.665
29.453
68.832
32.882
57.244
12.399
25.171
21.788
150.600
28.085
72.715
21.844
8.182
12.763
19.304
11.544
1.277
24.892
2.226.845

1.611
3.872
2.274
1.597
639
674
989
2.570
480
120
606
14.082
10.416
1.086
12.992
5.294
1.158
11.179
1.013
1.382
1.139
1.304
358
1.653
3.731
745
645
255
10
599
1
431
84.905

(7)

19.257
1.722
1.654
1.586
172
1.400
1.092
1.747
21
669
874
749.024
27.608
1.731
21.457
2.723
1.017
6.617
383
444
211
125
183
180
568
1.189
221
3.522
4
481
462
8
572
848.924

Sumber : Riskesdas 2013, Badan Litbangkes Kemenkes RI, 20


13
Hormonal = Jenis KB modern susuk, suntikan KB, pil.
) Non hormonal = Jenis KB modern IUD, sterilisasi pria, sterilisasi wanita,
) MKJP
Sumber : Pusat Pembiayaan
& Jaminan
Kesehatan Jangka
Kemenkes
RI, 20
(Metode Kontrasepsi
Panjang)
= Susuk, sterilisasi pria, sterilisasi wanita,
)diafragma/kondom.
14
Non MKJP = Suntikan, pil, diafragma,
kondom
IUD

Lampiran 5.19
JUMLAH KUNJUNGAN PESERTA JAMINAN PERSALINAN (JAMPERSAL) MENURUT PROVINSI TAHUN 2
013

Lampiran 5.20
PERSENTASE BALITA (0-59 BULAN) MENURUT BERAT BADAN LAHIR
DAN PROVINSI, RISKESDAS 2013
Persentase Berat Badan Lahir Balita (0-59 bulan)
No

Provinsi

<2500 gram

2500-3999 gram

> 4000

gram
(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9

(2)

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung

(3)

(4)

(5)

8,6
7,2
7,3
8,6
8,2
9,3
9,7
8,0
9,4

83,1
82,2
86,8
85,0
86,3
86,0
81,9
89,0
85,8

8,3
10,6
5,9
6,4
5,5
4,7
8,4
3,0
4,8

10
11

Kepulauan Riau
DKI Jakarta

9,2
9,3

87,4
87,0

3,4
3,7

Kunjungan Neonatus
No

Provinsi

No

Provinsi

(1)

(1)

1
2
2
3
3
4
4
5
5
6
6
7
7
8
8
9
9
10
10
11
11
12
12
13
13
14
14
15
16
17
18
19
20
21
22
22
23
23
24
24
25
25
26
26
27
27
28
28
29
29
30
30
31
31
32
32
33

33

Jumlah Bayi
(3)

(2)

Aceh

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Sumatera Barat
Riau
Riau
Jambi
Jambi
Sumatera Selatan
Sumatera Selatan
Bengkulu
Bengkulu
Lampung
Lampung
KepulauanBangka
BangkaBelitung
Belitung
Kepulauan
Kepulauan
Riau
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jakarta
DKI
Jawa Barat
Barat
Jawa
Jawa Tengah
Tengah
Jawa
D
I
Yogyakarta
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Timur
Jawa
Banten
Banten
Bali
Bali
Nusa
Nusa Tenggara
TenggaraBarat
Barat
Nusa
Nusa Tenggara
TenggaraTimur
Timur
Kalimantan
KalimantanBarat
Barat
Kalimantan
KalimantanTengah
Tengah
Kalimantan
KalimantanSelatan
Selatan
Kalimantan
KalimantanTimur
Timur
Sulawesi
SulawesiUtara
Utara
Sulawesi
SulawesiTengah
Tengah
Sulawesi
SulawesiSelatan
Selatan
Sulawesi
SulawesiTenggara
Tenggara
Gorontalo
Gorontalo
Sulawesi Barat
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku
Maluku Utara
Maluku Utara
Papua Barat
Papua Barat
Papua
Papua
Indonesia

Indonesia
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

KN1

<1 jam (IMD)

(2)

(4)

(3)

103.971
39,7
283.624
22,9
102.664
44,2
131.002
22,1
72.383
41,1
174.935
29,6
34.620
35,7
168.996
24,1
27.698
37,4
58.281
22,7
150.408
41,9
949.392
35,7
572.255
37,5
45.436
39,3
598.967
33,3
33,8
217.382
42,2
67.137
52,9
109.384
40,5
114.888
29,6
96.934
23,9
45.342
28,6
72.758
35,1
80.224
29,0
44.066
29,0
56.441
44,9
152.999
33,2
52.284
42,7
21.409
34,0
25.831
24,8
38.387
27,0
24.172
21,7
19.843
31,5
50.460
34,5
4.764.573

% KN1

1-6 jam
(4)

95.582
27,7
240.673
32,9
93.748
36,6
118.932
43,9
64.142
34,5
164.664
36,4
31.466
34,0
156.155
46,3
27.245
26,4
55.024
39,5
148.895
27,3
884.680
37,4
556.538
34,6
45.295
39,4
583.932
33,5
37,7
213.346
33,2
61.483
30,8
102.531
40,3
86.754
36,9
86.934
34,8
41.844
32,8
65.153
41,0
70.867
34,7
40.395
24,7
48.947
26,0
140.363
35,3
46.611
35,0
19.953
35,5
23.675
42,4
31.729
39,6
20.469
43,5
11.293
40,5
19.706
35,2
4.399.024

Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Sumber
: Badan
Litbangkes,
RI, Riskesdas,
Sumber:
Ditjen
Gizi danKemenkes
KIA, Kemenkes
RI, 20 2
Nusa
013 14Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
10,2
Indonesia

Sumber : Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas, 20

Kategori Proses Mulai Mendapat ASI

10,8
9,7
9,4
11,2
9,7
8,8
12,2
15,5
14,4
13,7
10,1
10,8
8,0
16,8
12,4
9,4
13,2
11,9
11,1
11,6
11,0
15,6

(5)

KN Lengkap

7-23 jam
(5)

91,93
2,9
84,86
4,2
91,32
3,9
90,79
5,1
88,61
2,8
94,13
5,3
90,89
1,0
92,40
4,1
98,36
2,0
94,41
7,0
98,99
3,5
93,18
3,7
97,25
5,0
99,69
2,0
97,49
3,3
3,7
98,14
1,6
91,58
1,4
93,73
3,2
75,51
1,9
89,68
2,7
92,29
2,6
89,55
2,0
88,34
4,1
91,67
4,2
86,72
3,7
91,74
3,0
89,15
1,8
93,20
3,2
91,65
3,8
82,66
3,8
84,68
3,2
56,91
3,0
39,05
3,7
92,33

(6)

%KN Lengk

24-47 jam

(7)

(6)

91.685
15,7
193.479
17,1
89.602
9,3
114.696
10,9
62.722
11,0
161.338
11,7
30.290
18,9
150.521
13,6
26.167
14,6
50.193
14,5
141.841
16,1
850.592
11,3
545.983
9,9
42.860
10,8
533.568
15,3
13,5
190.480
13,5
59.526
10,2
99.969
9,1
82.246
16,3
83.674
21,0
41.312
15,9
62.422
10,5
65.422
15,7
39.181
15,7
47.608
10,2
131.075
12,0
45.355
11,6
18.437
9,9
23.240
9,7
30.845
12,6
19.912
18,0
10.276
19,2
12.822
13,0
4.156.008

85,5
86,9
89,3
85,2
83,6
86,7
80,8
80,6
82,5
80,6
85,5
84,0
85,7
75,6
82,4
81,3
80,3
80,6
74,1
78,4
83,2
77,1
85,0

13

Lampiran 5.21
PERSENTASE PROSES MULAI MENDAPAT ASI PADA ANAK UMUR 0-23 BULAN
MENURUT PROVINSI, RISKESDAS 2013

>

88
68
87
87
86
92
87
89
94
86
94
89
95
94
89
87
88
91
71
86
91
85
81
88
84
85
86
86
89
80
82
51
25
87
3,8
3,4
1,3
3,6
6,7
4,6
7,0
3,9
3,1
5,8
4,5
5,2
6,2
7,7
5,2
9,3
6,5
7,5
14,8
10,0
5,8
7,3
4,

Lampiran 5.22
CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATAL MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
No
(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi
(2)

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

Jumlah Bayi
(3)

103.971
283.624
102.664
131.002
72.383
174.935
34.620
168.996
27.698
58.281
150.408
949.392
572.255
45.436
598.967
217.382
67.137
109.384
114.888
96.934
45.342
72.758
80.224
44.066
56.441
152.999
52.284
21.409
25.831
38.387
24.172
19.843
50.460
4.764.573

Neonatal
Komplikasi
(4)

15.596
42.544
15.400
19.650
10.857
26.240
5.193
25.349
4.155
8.742
22.561
142.409
85.838
6.815
89.845
32.607
10.071
16.408
17.233
14.540
6.801
10.914
12.034
6.610
8.466
22.950
7.843
3.211
3.875
5.758
3.626
2.976
7.569
714.686

Cakupan Penanganan Neonat


al

Jumlah

(5)

(6)

6.654
7.953
3.609
5.414
6.433
13.983
3.185
10.576
2.933
3.515
14.762
65.371
64.689
6.175
62.973
21.583
7.177
9.977
2.644
6.485
2.262
6.029
5.334
3.769
2.853
11.597
2.237
1.220
1.723
1.623
1.333
629
1.164
367.864

42,67
18,69
23,44
27,55
59,25
53,29
61,33
41,72
70,59
40,21
65,43
45,90
75,36
90,60
70,09
66,19
71,27
60,81
15,34
44,60
33,26
55,24
44,33
57,02
33,70
50,53
28,52
37,99
44,47
28,19
36,76
21,13
15,38
51,47

Lampiran 5.23
CAKUPAN PENANGANAN NEONATAL DENGAN KOMPLIKASI
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013

Sumber: Ditjen Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2014

No
(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

BCG

Provinsi

No

Provinsi

(2)

HB0

DPT/HB1
Jenis Imunisasi

Jumlah

Jumlah

Jumlah

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

HB-0

(1)
(2)
(3)
Aceh
89.678
89,2
81.863
64,8
1
Aceh
Sumatera Utara
278.768
91,5
241.652
63,0
2 Barat
Sumatera Utara 95.865
Sumatera
88,7
84.759
70,5
3 Sumatera Barat 128.439
Riau
91,0
102.690
68,8
4
Riau
Jambi
70.907
102,0
63.115
79,1
5
Jambi
Sumatera Selatan
160.835
98,0
142.164
70,8
6
Sumatera
Selatan
Bengkulu
36.518
96,9
30.635
81,0
7 Bengkulu
Lampung
158.337
97,7
136.765
79,9
8 Bangka
Lampung
Kepulauan
Belitung
26.991
94,0
26.530
87,5
9
Kepulauan
Bangka
Belitung
Kepulauan Riau
45.205
93,1
39.797
87,4
10
Kepulauan
Riau
DKI Jakarta
171.592
98,2
137.588
87,8
11 DKI Jakarta
Jawa Barat
945.454
109,4
886.254
78,8
12 Jawa Barat
Jawa Tengah
571.370
101,4
547.634
90,5
13 Jawa Tengah
DI Yogyakarta
47.934
105,5
47.315
98,4
14
DI
Yogyakarta
Jawa Timur
592.107
101,7
555.154
91,2
15
Jawa
Timur
Banten
217.375
97,5
203.142
76,9
16 Banten
Bali
67.867
98,4
64.675
93,4
17 Bali
Nusa Tenggara
Barat
104.079
100,9
98.088
92,7
18
Nusa
Tenggara
Barat
Nusa Tenggara Timur
106.238
86,1
74.747
70,7
19
Nusa
Tenggara
Timur
Kalimantan Barat
83.172
91,1
60.184
62,3
20
Kalimantan
Barat
Kalimantan Tengah
44.071
96,9
31.562
57,7
21 Selatan
Kalimantan Tengah67.469
Kalimantan
85,1
58.157
69,1
22 Timur
Kalimantan Selatan
Kalimantan
73.575
84,4
57.546
83,4
23
Kalimantan
Timur
Sulawesi Utara
38.833
94,0
28.517
82,4
24
Sulawesi
Utara
Sulawesi Tengah
51.786
88,1
35.415
64,7
25
Sulawesi
Tengah
Sulawesi Selatan
156.407
94,4
141.408
72,9
26Tenggara
Sulawesi Selatan 48.809
Sulawesi
84,4
27.172
59,8
27 Sulawesi Tenggara21.577
Gorontalo
94,9
19.715
87,5
28
Gorontalo
Sulawesi Barat
24.791
86,2
22.527
67,6
29
Sulawesi
Barat
Maluku
35.071
89,0
22.058
47,8
Maluku30
UtaraMaluku
21.209
82,6
16.697
57,3
31 Maluku Utara
Papua Barat
15.365
74,4
7.956
50,6
32
Papua
Barat
Papua
34.867
67,0
21.498
45,7
33 Papua
Indonesia
4.632.560
97,8 4.114.979

Indonesia

79,1

BCG

81,4
79,3
78,4
72,7
90,8
86,6
81,3
84,4
92,4
82,0
78,7
102,6
97,1
104
95,3
91,1
93,7
95,1
60,6
65,9
69,4
73,3
66,0
69,1
60,3
85,3
47,0
86,7
78,3
56,0
65,0
38,5
41,3
86,8

(4)
89.918
72,9
283.854
78,1
95.318

81,0
129.714
81,4
72.628
85,5
162.931

84,9
36.177
93,0
158.809
90,0
26.806
92,8
46.827
92,0
167.537
90,9
778.405
87,8
571.009
94,8
35.396
98,9
594.741
93,3
215.237
83,6
66.696
97,6
66.826
92,2
103.392
84,2
84.242
81,2
43.695
77,0
67.256
83,2
74.054
87,3
39.271
97,3
52.189
84,3
157.489
84,8
48.611
84,8
21.619
97,2
24.849
79,3
36.829
73,6
21.379
83,6
15.279
80,4
36.684
59,5
4.425.667
87,6

DPT/HB3
Dasar

Polio 4

Camp

Jumlah

Jumlah

Jumlah

(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

DPT-HB-3

(5)
91,2
84.706
52,9
97,0
276.303
91,9 63,191.809
126.541
94,7 60,2
107,6 70,071.816
160.047
103,4 76,7
100,0 73,634.489
102,0 86,7
160.222
96,3 82,525.842
99,4 83,746.698
97,8 87,4
164.119
92,9 79,1
826.594
103,3 71,5
572.127
78,7 89,238.689
104,2 95,1
589.938
100,5 85,7
207.432
98,6 63,354.322
67,5 90,476.767
87,3 85,297.469
96,1 66,080.763
98,0 71,941.957
88,3 67,963.726
86,6 72,071.845
98,0 81,438.791
92,5 83,350.311
99,0 72,6
154.681
87,6 69,544.897
99,0 75,321.998
90,0 93,027.692
97,4 67,134.970
86,7 53,820.584
77,0 68,915.532

72,7 60,031.597
4.405.273
96,3 40,8

75,6

Polio-4

Campak

(6)
(7)
85,9
87.890
89,1
84.762
58,3
62,4
94,5
274.907
94,0
274.375
67,5 92.55370,1 89,2
89.180
88,5
64,4 125.39271,4 91,5 124.321
92,4
70,9 72.08977,3 106,8
70.756
106,4
77,4 160.16379,7 101,7 157.868
101,6
76,3 34.216 82,6 94,6
95,3
34.512
87,6 160.53690,2 103,1 158.089
102,9
84,6 25.993 87,9 93,3
26.033
92,8
88,3 46.518 86,4 98,8
45.449
99,2
88,0 165.10791,9 96,4 161.645
95,8
76,7 913.41185,3 109,0 916.870
98,6
73,9 573.27380,8 103,7 568.959
103,5
87,6
3.12692,6 6,9
44.306
86,0
88,3
103,4
585.235 98,1 102,5
583.596
86,2 208.15689,0 97,2 204.062
96,8
64,0 65.931 66,7 97,5
80,3
65.537
92,4 107.34093,5 108,4 106.880
77,5
87,7 94.282 90,6 79,6
95.595
82,3
68,5 81.172 84,1 92,6
92,1
78.669
74,1 41.84077,3 93,8
94,1
41.140
69,9 63.558 77,4 83,5
83,7
62.184
73,2 71.064 74,1 83,1
84,0
69.803
81,6 38.45684,1 96,0
96,8
37.101
81,4 50.444 94,4 89,4
89,1
48.637
74,0 155.02476,7 97,4 152.625
97,2
70,9 44.819 76,9 80,8
44.942
80,9
76,9 22.019 83,8 100,9
100,8
21.504
95,8 24.592 94,9 89,0
24.642
100,2
70,2 33.97672,5 89,8
92,4
34.705
61,8 20.258 70,5 82,1
83,5
20.176
71,9 15.92480,3 80,3
15.197
78,3
62,8 31.12176,9 61,7
62,6
33.772
48,8 4.490.38556,8 97,7 4.497.892
95,8

77,0

Sumber : Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2014

Sumber : Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas, 2


013

Lampiran 5.24
CAKUPAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
Update sampai dengan 02 Mei 2014

Lampiran 5.25
CAKUPAN IMUNISASI DASAR PADA ANAK UMUR 12-23 BULAN
MENURUT PROVINSI, RISKESDAS 2013

82,1

Tahun
No

Provinsi

2011
DPT/HB(1)-Campak

(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

(2)

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

2012
DPT/HB(1) DPT/HB(3)

DPT/HB(1)-Campak

2
DPT/HB(1) DPT/HB(3)

DPT/HB(1)-Campa

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

7,7
3,9
5,7
5,4
2,1
2,1
2,6
4,5
7,4
9,1
4,6
3,3
3,5
-0,8
5,3
5,8
2,9
6,3
6,8
5,1
4,7
7,2
7,9
3,9
4,4
4,4
6,2
2,6
3,2
5,6
9,5
2,6
0,5
4,4

6,1
3,7
3,7
4,2
2,2
1,4
3,2
1,0
5,4
4,8
2,6
2,3
1,3
0,6
2,6
4,3
3,1
1,3
7,8
5,1
6,9
6,6
4,1
4,9
4,8
2,2
9,2
-0,9
2,3
7,2
6,4
11,2
12,0
3,1

5,0
5,1
7,7
3,9
0,0
2,5
1,5
1,5
5,9
6,9
7,1
2,4
1,7
1,4
2,6
5,6
3,2
1,7
7,3
6,7
7,7
7,0
4,9
4,2
6,0
3,5
5,2
5,1
4,1
6,7
7,8
10,6
7,6
3,6

5,3
3,1
5,0
3,4
0,4
2,1
2,9
0,0
5,8
2,7
1,0
1,5
0,2
2,0
0,3
3,5
2,9
0,6
5,9
4,0
3,3
5,5
3,4
2,6
5,1
1,9
3,6
2,7
3,0
7,2
4,0
11,1
11,1
2,1

5,7
3,3
6,4
4,2
2,6
3,1
4,6
0,5
2,9
2,9
3,5
3,9
0,4
2,2
1,9
5,2
1,7
-0,9
7,5
6,6
5,8
7,5
5,7
5,5
6,8
3,1
7,5
0,5
0,8
5,8
5,6
0,5
7,9
3,3

Lampiran 5.26
DROP OUT RATE CAKUPAN IMUNISASI DPT/HB(1) - CAMPAK DAN CAKUPAN IMUNISASI DPT/HB(1) - DPT/HB(3)

PADA BAYI MENURUT PROVINSI TAHUN 2011-2013

No
No

Provinsi
(1)

(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Jumlah Bayi
(2)

1 Aceh(2)
2 Sumatera Utara
Aceh
3 Sumatera
Barat
Sumatera
Utara
4
Riau
Sumatera Barat
Jambi
Riau5
6 Sumatera Selatan
Jambi
7 Bengkulu
Sumatera
Selatan
8 Lampung
Bengkulu
9 Kepulauan Bangka Belitung
Lampung
10 Kepulauan
Riau
Kepulauan
Bangka Belitung
11
DKI
Jakarta
Kepulauan Riau
Jawa Barat
DKI12
Jakarta
13Barat
Jawa Tengah
Jawa
14Tengah
DI Yogyakarta
Jawa
15
Jawa Timur
DI Yogyakarta
16Timur
Banten
Jawa
17 Bali
Banten
Bali18 Nusa Tenggara Barat
19Tenggara
Nusa Tenggara
Timur
Nusa
Barat
20Tenggara
Kalimantan
Nusa
TimurBarat
21 Kalimantan
Tengah
Kalimantan
Barat
22 Kalimantan
Kalimantan
Tengah Selatan
23 Kalimantan
Kalimantan
Selatan Timur
24 Sulawesi
Kalimantan
Timur Utara
25 Sulawesi
Tengah
Sulawesi
Utara
26 Sulawesi
Sulawesi
Tengah Selatan
27 Sulawesi
Sulawesi
Selatan Tenggara
Sulawesi
28 Gorontalo
Tenggara
Gorontalo
29 Sulawesi Barat
Sulawesi
Barat
30 Maluku
Maluku
31 Maluku Utara
Maluku
32 Utara
Papua Barat
Papua
33 Barat
Papua
Indonesia
Papua
Indonesia

Update

Kelengkapan Imunisasi Dasar

Provinsi

(3)

103.971
283.624
102.664
131.002
72.383
174.935
34.620
168.996
27.698
58.281
150.408
949.392
572.255
45.436
598.967
217.382
67.137
109.384
114.888
96.934
45.342
72.758
80.224
44.066
56.441
152.999
52.284
21.409
25.831
38.387
24.172
19.843
50.460

4.764.573

Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi

Lengkap
Jumlah Anak Balita Tidak Lengkap
(3)

(4)

38,3
39,1
39,7
52,2
60,3
48,3
62,1
62,4
67,7
71,6
64,5
56,6
76,9
83,1
74,5
45,8
80,8
75,4
50,3
47,4
42,0
52,0
65,9
60,9
47,1
49,5
47,3
80,6
52,4
29,7
42,6
35,6
29,2
59,2

417.778
1.386.922
398.524
622.514
294.019
714.893
132.982
797.288
110.996
184.300
669.518
3.453.029
2.195.357
200.936
2.473.615
1.071.144
297.400
456.337
503.428
406.856
210.200
349.022
456.693
203.123
248.957
775.192
212.671
89.770
90.428
178.910
99.882
100.917
365.176

41,9
(5)
44,589.818
46,9
241.827
31,990.510
27,5
109.071
40,262.913
33,0
158.094
31,131.462
27,3
152.611
23,226.356
30,718.487
35,1
146.325
19,5
831.559
15,7
546.991
21,741.279
43,9
573.576
18,0
204.988
21,164.714
40,2
102.892
38,379.714
43,278.155
33,939.511
26,347.776
36,761.270
42,739.657
41,739.206
41,8
139.204
16,746.816
31,016.131
48,624.459
46,828.060
45,819.304
34,311.190
32,117.721

20.168.777

4.181.647

Jumlah

(4)

Cakupan Pelaya
Ba

Tidak Imunisasi
%

(5)

19,8
86,3916,4
85,2613,4
88,1615,8
83,2612,3
86,9211,6
90,37 4,9
90,88 6,5
90,30 5,1
95,15 5,3
31,72 4,8
97,29 8,3
87,59 3,5
95,59 1,1
90,85 3,7
95,7610,4
94,30 1,2
96,39 3,6
94,06 9,6
69,3814,2
80,6314,8
87,1414,0
65,66 7,8
76,37 2,3
89,9910,1
69,46 8,7
90,9810,9
89,54 2,8
75,3516,7
94,6921,7
73,1010,6
79,8618,6
56,3936,6
35,12 8,7
(6)

87,77

sampai dengan 02 Mei 2014

Lampiran 5.27
Sumber : Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2012

CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN BAYI DAN ANAK BALITA


TAHUN 2013

MENURUT
PROVINSI
Sumber : Badan Litbangkes, Kemenkes
RI, Riskesdas,
201
3
Sumber: Ditjen Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 201
4

Lampiran 5.28
PERSENTASE IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA ANAK UMUR 12-23 BULAN
MENURUT PROVINSI, RISKESDAS 2013

Jumlah
(7)

292.09
1.105.48
273.92
426.70
205.62
562.38
99.79
522.82
77.21
46.50
627.98
2.458.33
1.823.78
171.71
1.941.68
589.57
261.65
313.88
365.83
230.14
137.27
135.09
207.15
142.04
96.10
521.97
118.85
38.61
60.01
130.15
62.03
65.36
30.76

14.142.59

No

Sasaran (Siswa SD/Sederajat)

Vitamin A Bayi 6-11 Bulan

Provinsi

Campak (Kelas 1)

DT (Kelas 1)

Vitamin A Anak Balita 12-59 Bulan

Td (Kelas 2)

Vitamin A Balit

Kelas 1 Kelas 1 DTTahun


Tahun
2012
Tahu
Kelas2011
2
Kelas 3
Kelas 2+3
Jumlah kapsul
%
Jumlah A (%)
%
Jumlah
%
Jum
NoProvinsi
vitamin
No
No
Provinsi
Jumlah
Bayi Provinsi
6-11
JumlahMenerima
Anak
Jumlah Balita 6Campak
Dapat Vitamin A
%
Dapat Vitamin A
%
Dapat Vita
%
(1)
(2)
(3)
(5)
(7) 12-59
(8)
(10)
(11)
(12)
(1
Jumlah(4)Desa
Desa
UCI (6) % Balita
Jumlah
Desa (9)
Desa UCI
Jumlah
Desa De
Bulan
Bulan
59
Bulan (13)
(2)106.543
(3) (7)
1
Aceh (1)
106.543
100.896
194.591
90,0
96.159
91.846
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6) 95.919 (7)
(8)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)93.695
(6)
(8) 90,3
(9) (9) 91,0
(10) 8
2 Aceh
Sumatera1UtaraAceh
339.604 6.451
339.604
318.084
307.265
266.531 73,8
78,54.508268.861 69,39
79,2
309.029 6.489
97,2
29
4.020 87,4
62,32 625.349
6.497
355.084
325.237
11 Aceh
108.836
95.078
91,6
463.920
420
3
Sumatera2BaratSumatera Utara
117.127
120.353
115.738
116.468
232.206
108.901 52,3
93,0
111.093 92,3
108.558 93,8
10
5.797
Sumatera
Utara
5.734
3.012 81,5
52,53 275.828
697.034
5.823
22
Utara
237.762
80,468,54
934.796
754
4 Sumatera
Riau
150.009
150.009 193.875
139.295
136.533
134.208 560.328
89,53.991135.499
90,3
124.729
89,5
12
70,9
3
Sumatera Barat
3.959
Sumatera
3.760
3.256 98,4
86,60 142.679
3.827
405.915
33
5 Sumatera
Jambi BaratBarat
75.661
102.654
75.661 101.052
71.536
71.143
73.821 340.200
97,63.483 73.844
83,891,01
97,6
70.089
508.569
98,0
441
7
60,8
Riau
6 Riau
Sumatera4Selatan
186.361
186.361 134.783
178.910
174.743
182.954 469.041
98,21.146181.038
97,1
174.288
97,4
17
1.655
Riau
1.647
1.123 94,7
68,18 353.653
1.681
559.651
44
142.322
83,868,17
701.973
603
74,5
Jambi
7 Jambi
Bengkulu5
42.121 1.380
41.777
40.322
39.703
40.547 215.146
96,31.276 38.228 92,40
91,5
37.391 1.416
92,7
3
1.310 87,4
94,93 80.025
1.381
254.822
55 Jambi
74.498
65.123
84,4
329.320
280
8
Lampung6
172.593
172.593
165.293
165.296
330.589
165.899 66,0
96,1
166.309 96,4
159.835 96,7
15
Sumatera
Selatan
3.167
Sumatera
Selatan
3.105
2.730
87,92 51.379
3.188
2.892 26.947
672.719
573.574
66
Selatan
174.920
85,390,72
847.639
725
9 Sumatera
Kepulauan
Belitung
29.445
27.887 152.312
25.972 87,1
25.407
28.812 73,8
97,9
91,5
24.555
94,5
2
7 Bangka
Bengkulu
1.508
7 Bengkulu
Bengkulu
1.347
1.077 89,1
79,96 75.650
1.504
114.731
710
38.939
88,980,92
153.670
136
Kepulauan Riau
40.921
40.921 34.712
38.290
37.360
35.554 102.045
86,91.217 36.121
88,3
32.973
86,1
3
73,6
8
Lampung
2.463
8 Lampung
Lampung
2.462
2.182 87,4
88,63 297.067
2.503
DKI Jakarta
159.554
159.046 139.017
150.618
146.449
147.461 423.929
92,42.252145.716
91,6
140.087
93,0
13
612.511
811
159.072
69,289,97
771.583
562
69,2
9 Bangka
Kepulauan
Bangka
Belitung
12 Kepulauan
Jawa Barat
864.918
864.918 26.286
853.970
837.473
820.299 92.666
94,8 349807.027
93,3
798.622
93,5
79
Belitung
322 93,6
89,691.691.443
105.486367
99 Kepulauan
Bangka
Belitung
28.080 359
87,895,10
133.566 366
118
10
Kepulauan
Riau
13 Jawa Tengah
597.815
582.800
581.424
569.425 1.150.849
591.339 68,8
98,9
577.149 99,0
571.334 98,3
57
353
10
Kepulauan
Riau
351
277
78,92
356
284
79,78
194.043
150.464
10
Riau
51.445 50.234 41.310
77,5 98,2
245.488 98,5
191
14 Kepulauan
DI Yogyakarta
50.140 80,3
48.625
98.765
49.701 74,5
98,7
49.324
49.405
4
11
DKI Jakarta 50.352
267
11
DKI
Jakarta
266 77,9
99,631.291.249
100,00
669.518267
11
Jakarta
174.263 267
67,4
843.781 98,0
587
15 DKI
Jawa
Timur
643.549 135.800
631.745
659.504
630.596 451.544
98,0 267629.959
97,9
619.117
64
81,6
12
Jawa Barat 643.549
5.905
12
Jawa
Barat
4.653 82,6
78,96 441.081
5.918
3.329.829
16 Jawa
Banten
235.082 5.893
219.564 834.899
222.854
218.227
223.1832.717.658
94,95.427207.945
94,7
183.554
82,4 3.55
20
12
Barat
81,691,70
4.341.149
84,0
13
Jawa Tengah 1.011.320
17 Jawa
BaliTengah
72.088
72.088 307.776
69.053
69.692
71.3911.963.180
99,08.454 71.334
99,0
68.301 8.577
98,9 2.276
13
Jawa
Tengah
8.573
8.254 99,5
96,28 138.745
8.555
98,82
1.993.754
13
309.289
98,5
2.303.043
14
DI
Yogyakarta
18 DI
Nusa
Tenggara
Barat
123.662
122.983
116.275
115.696
231.971 438
119.008 84,4
96,2
119.557100,00
96,7
113.275 97,4
11
14
Yogyakarta
179.340
177.360438
14
DI Yogyakarta
46.022 438
45.485438
98,8100,00
98,9
225.362 438
222
15
Jawa
19 Nusa Tenggara
Timur Timur 153.610
153.610
134.028
134.028
272.430
131.321 83,4
85,5
126.380 82,3
105.442 78,7
10
8.503
15
Jawa
Timur
8.507
4.645
54,60
8.515
7.298
85,71
2.473.597 108.4481.989.013
15
Timur16 Barat
898.435 119.626 844.054
80,4 94,6
3.372.032 95,8
2.83
20 Jawa
Kalimantan
119.626
108.700 93,9
105.583
214.283
90,7
113.204
104.145
10
74,1
Banten
16
Banten
1.535
1.189 93,1
77,46 99.715
1.542
856.002
21 Banten
Kalimantan
47.653
53.967 211.990
50.461
49.254
44.809 726.669
94,01.343 50.863
94,2
47.518 1.535
94,2
4
16
227.588
84,987,09
1.083.590
938
76,0
17 Tengah
Bali
716
17
Bali
679 100,9
94,83 157.264
22 Bali
Kalimantan Selatan
82.979
82.655 56.116
78.632
78.632
80.054 185.768
96,5 675 79.058
95,6
73.263
7
194.304716
17
55.601 716
95,694,27
249.905 93,2
241
89,2
18
Nusa Tenggara
Barat
23 Nusa
Kalimantan
Timur Barat
93.299
93.299
85.397
82.706
168.103
81.585 352.282
87,4 986 83.503 89,07
89,5
76.128 1.079
89,1
7
18
Tenggara
951
893
93,90
1.107
366.163
18
Nusa Tenggara
Barat
133.198
110.305
82,8
96,2
499.361
462
72,0
19
Nusa Tenggara
Timur 48.890
24
Sulawesi
Utara
48.890
47.422
48.234
95.656
39.360
80,5
39.434
80,7
38.000
80,1
3
2.893 372
19 Nusa
Nusa
Tenggara
Timur
2.832
2.051
72,42
2.952
2.150
327.847
277.502
19
Tenggara
Timur
109.130
84,672,83
436.977
20
Kalimantan
Barat
25 Sulawesi
Tengah
62.334
62.334 94.676
59.635 86,8
59.050
118.685
59.935 67,5
96,2
57.628
92,5
56.224
94,3
5
1.967
20
Kalimantan
Barat
1.896
1.342
70,78
1.973
1.387
70,30
390.736 163.629 312.964
20
Barat
94.721 180.187 72.849
80,1 96,5
485.457 96,5
385
26 Kalimantan
Sulawesi21
Selatan
180.187
173.707 76,9
173.837
347.544
90,8
173.797
167.707
16
65,4
Kalimantan Tengah
1.527
21
Kalimantan
Tengah
1.510
1.136 90,3
75,23 119.794
1.527
27 Kalimantan
Sulawesi22
Tenggara
61.018
61.018 39.613
60.484
59.310
55.979 114.944
91,71.112 55.626
91,2
55.445
91,7
5
138.575
21
Tengah
43.852
82,972,82
182.427
154
72,9
Kalimantan Selatan
28 Kalimantan
Gorontalo
27.490 1.981
27.490
26.028
25.488
51.516
21.839
79,4
25.981
94,5
25.074
96,3
2
2.000
22
Selatan
1.416
71,48
1.979
1.330
67,21
289.109
250.019
22 Kalimantan23
SelatanKalimantan Timur
62.110
57.143
92,0
95,9
351.219
307
80,3
29 Kalimantan
Sulawesi Barat
30.217 1.438
30.217
29.487
30.205
59.692 1.348
28.052 92,8 879 27.596 65,21
91,3
27.730 1.465
94,0
2
23
Timur
947
65,86
435.639
267.552
23
Timur Sulawesi Utara
82.245 31.660 63.773
61,4 85,1
517.884 80,7
331
30 Kalimantan
Maluku 24
31.660
20.754 77,5
21.512
42.266
24.193 80,9
76,4
26.931
16.755
1
1.691 172
24
Sulawesi
1.673
1.243
74,30 55.871
1.708
1.247 28.191
140.103
69,3
25Utara
Sulawesi Tengah
24
52.848
89,073,01
192.951
31 Sulawesi
MalukuUtara
Utara
30.242
30.242 47.449
28.247 89,8
27.624
28.123 124.756
93,0
93,2
26.399
93,5
2
1.815 156
25
Sulawesi
1.817
1.365 82,3
75,12 29.241
1.844
143.756
32 Sulawesi
Papua Barat
16.329
16.329 37.797
15.022
14.219
13.399 118.373
82,11.535 14.349
87,9
11.612
67,9
26Tengah
Sulawesi Selatan
25
Tengah
45.945
82,383,24
189.701 77,3
2.982 670
26
Sulawesi
2.960
2.507 92,5
84,70 35.219
2.984
87,06
33 Sulawesi
Papua Selatan
20.147
17.952
17.267
14.973 524.405
74,32.598 20.788
17.180
1
602.663
73,3
27Selatan
Sulawesi Tenggara
26
157.743 20.147 145.986
87,0103,2
760.406 95,7
Indonesia
5.013.086 2.092
4.988.5624.806.370,5
4.681.823 93,41.627
4.665.439 76,17
93,1
4.525.610 2.154
94,2
4.52
27 Sulawesi
Tenggara
1.492 4.759.653
71,329.570.398 2.136

28
Gorontalo
27 Sulawesi Tenggara

53.303

45.822

28 Gorontalo
317
29
Sulawesi Barat 24.285 622
19.073
29
Sulawesi
Barat
603
409
30
Maluku
29 Sulawesi Barat
26.799
21.137
30
Maluku
955
718
31
Maluku
Utara
30 Maluku
31
Maluku
Utara
1.066
670
32
Papua
Barat
31 Maluku Utara
19.619
16.764
32 Papua Barat
748
414
33
Papua
32 Papua Barat
9.639
10.071
33
Papua
1.361
750
Indonesia
33 Papua
Sumber : Ditjen PPPL, Kemenkes RI, 2013
Indonesia
77.030
57.103
Indonesia
4.756.483
4.202.126
28 Gorontalo

86,0

50,96
67,83
78,9
75,18
62,85
85,4
55,35
104,5
55,11
74,13
88,3
78,5

200.444

78.628728
96.258645

1.090
-

1.073
76.791
1.419
57.705

2.435
80.026
17.012.757

83,4
163.570

81,6

253.747

209

723
67,03
102.913
83
641
486
75,35
64,8
77.012
80,0
123.057
98
998
71,01
64,6- 774
274.230
172
1.071
70,08
64,4 752
61.007
79,4
96.410
77
1.427
420
29,60
53,1
24.071
41,7
67.344
34
3.579
16,55
75,5- 403
0,0
200.598
92
##########
79,32 22.244.068
81.126 18.663.0
6
14.196.322
83,4
59,6 488
64.043

81,5

Sumber : Ditjen PP & PL, Kemenkes


RI, 20
Sumber : Badan
Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas, 2013
14Sumber: Ditjen. Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 20
14

Lampiran 5.29
CAKUPAN DESA/KELURAHAN UNIVERSAL CHILD IMMUNIZATION (UCI) MENURUT PROVINSI TAH
UN 2011-2013
Update sampai dengan 02 Mei 2014 sumber Subdit Imunisasi

Lampiran 5.30
CAKUPAN IMUNISASI ANAK SEKOLAH MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
Update sampai dengan 02 Mei 2014

Lampiran 5.31
CAKUPAN PEMBERIAN KAPSUL VITAMIN A PADA BALITA 6 - 59 BULAN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013

Lampiran 5.32
PERSENTASE ANAK UMUR 6-59 BULAN YANG MENERIMA KAPSUL VITAMIN A
SELAMA ENAM BULAN TERAKHIR MENURUT PROVINSI, RISKESDAS 2013
No
(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
16
13
14
15
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi

Bayi 0-6 Bulan

(2)

(3)

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

67.381
68.909
33.623
98.455
31.747
91.256
26.363
103.360
17.294
12.420
27.264
579.593
294.312
13.669
352.603
111.292
30.210
93.782
68.130
51.584
17.755
19.005
19.105
18.597
14.531
78.815
21.628
7.310
33.416
13.224
5.103
11.611
50.138
2.483.485

Eksklusif

Persentase Mendapat ASI Eksklusif

(4)

32.856
28.434
23.168
55.039
16.292
58.330
19.639
61.402
8.778
6.530
17.103
195.045
171.780
9.288
249.745
53.289
20.934
74.786
50.669
24.411
7.702
11.161
11.249
6.448
9.051
52.425
12.115
3.953
22.051
3.334
3.202
6.212
23.128
1.349.549

(5)

48,8
41,3
68,9
55,9
51,3
63,9
74,5
59,4
50,8
52,6
62,7
33,7
58,4
67,9
70,8
47,9
69,3
79,7
74,4
47,3
43,4
58,7
58,9
34,7
62,3
66,5
56,0
54,1
66,0
25,2
62,7
53,5
46,1
54,3

Lampiran 5.33
CAKUPAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI 0-6 BULAN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
Sumber: Ditjen. Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2014 (06 Februari 2
014)

Lampiran 5.34
CAKUPAN BALITA DITIMBANG
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
No

Provinsi

(1)

(2)

Balita Ditimbang (D/S)

Jumlah Balita

Jumlah
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

(3)

Cakupan (%)

(4)

Aceh
462.762
Sumatera Utara
1.390.962
Sumatera Barat
482.641
Riau
688.164
Jambi
295.262
Sumatera Selatan
806.088
Bengkulu
154.235
Lampung
790.492
Kepulauan Bangka Belitung
133.444
Kepulauan Riau
235.205
DKI Jakarta
832.437
Jawa Barat
4.279.221
Jawa Tengah
2.543.956
DI Yogyakarta
208.857
Jawa Timur
3.000.292
Banten
862.394
Bali
227.931
Nusa Tenggara Barat
468.869
Nusa Tenggara Timur
463.474
Kalimantan Barat
453.838
Kalimantan Tengah
163.512
Kalimantan Selatan
345.502
Kalimantan Timur
329.207
Sulawesi Utara
168.996
Sulawesi Tengah
429.540
Sulawesi Selatan
748.425
Sulawesi Tenggara
219.000
Gorontalo
98.451
Sulawesi Barat
115.972
Maluku
204.300
Maluku Utara
113.531
Papua Barat
68.107
Papua
339.964
Indonesia
22.125.031

(5)

407.942
1.149.210
419.070
443.987
246.114
634.886
128.276
646.733
94.273
187.334
452.559
3.444.689
2.275.054
171.128
2.651.031
748.920
192.227
399.965
364.108
286.722
112.665
259.571
215.188
142.382
325.749
604.074
180.941
87.055
97.428
150.139
77.096
38.478
132.067

88,15
82,62
86,83
64,52
83,35
78,76
83,17
81,81
70,65
79,65
54,37
80,50
89,43
81,94
88,36
86,84
84,34
85,30
78,56
63,18
68,90
75,13
65,37
84,25
75,84
80,71
82,62
88,42
84,01
73,49
67,91
56,50
38,85

17.767.061

80,30

Sumber: Ditjen Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2014 (03 Februari 2014)

Lampiran 5.35
KASUS GIZI BURUK PADA BALITA DITEMUKAN DAN MENDAPAT PERAWATAN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
Kasus Gizi Buruk Mendapat Perawatan
No
(1)

1
2
3
4
5
6
7
8

Provinsi
(2)

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung

Kasus Gizi Buruk Ditemukan


(3)

807
3.088
747
119
184
201
135
175

Kasus Gizi Buruk Dirawat


(4)

807
3.088
747
119
184
201
135
175

%
(5)

100
100
100
100
100
100
100
100

9
10
11

No

Kepulauan Bangka Belitung


Kepulauan Riau
DKI Jakarta

Provinsi

(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

(2)

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

114
223
1.254

114
223
1.254

100
100
100

Jumlah Kabupaten/Kota dengan Persentase Kabupate


Minimal 2 Puskesmas Mampu
Tatalaksana Kasus Kekerasasan n
na
Minimal 2 Puskesm
terhadap Anak
Kasus Kekerasasan terhadap Anak
Tatalaksana Kasus K
(3)
(4)
(5)
terhadap
An
38
18
78,2
130
13
81,8
47
15
78,9
22
11
91,6
33
11
100,0
33
15
100,0
29
6
60,0
35
13
92,8
100,0
20
7
57,1
22
4
100,0
12
6
88,4
108
23
85,7
141
30
100,0
28
5
52,6
145
22
100,0
104
8
100,0
18
9
100,0
20
10
90,4
96
19
71,4
91
10
21,4
17
3
100,0
26
13
100,0
37
14
100,0
41
15
81,8
22
9
75,0
18
18
100,0
28
12
83,3
10
5
60,0
8
3
100,0
74
11
55,5
14
5
100,0
40
11
17,2
19
5
1.526
379
76,2
Jumlah Puskesmas dengan Tatalaksa

Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
BaliSumber: Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2014
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

4.898
5.540
397
7.965
3.102
96
591
4.038
310
63
132
392
75
310
317
340
587
246
223
328
1.379
2.379
40.755

4.898
5.540
397
7.965
3.102
96
591
4.038
310
63
132
392
75
310
317
340
587
246
223
328
1.379
2.379

100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100

40.755

Sumber: Ditjen Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2014 (Update: 03 0


Februari 2014)

Lampiran 5.36
PERSENTASE KABUPATEN/KOTA
DENGAN MINIMAL 2 PUSKESMAS MAMPU TATALAKSANA KASUS KEKERASAN TERHADAP ANAK
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013

10

Lampiran 5.37
No
(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Jumlah
Kabupaten/Kota

Provinsi
(2)

(3)

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

Jumlah
Jumlah Puskesmas
Kabupaten/Kota
Mampu PKPR
dengan PKPR
(4)

23
33
19
12
11
15
10
14
7
7
6
26
35
5
38
8
9
10
21
14
14
13
14
15
11
24
12
6
5
11
9
11
29
497

114
241
89
80
54
122
47
53
32
26
22
459
231
76
273
189
50
40
150
124
18
52
55
77
41
81
48
23
29
93
22
41
25
3.077

(5)

23
33
19
9
10
15
8
9
6
5
5
23
31
5
37
8
9
10
19
13
1
13
10
13
9
15
12
6
5
7
4
9
5
406

Persentase
Kabupaten/Kota
dengan PKPR
(6)

100,00
100,00
100,00
75,00
90,91
100,00
80,00
64,29
85,71
71,43
83,33
88,46
88,57
100,00
92,11
100,00
100,00
100,00
90,48
92,86
7,14
100,00
71,43
80,00
81,82
62,50
100,00
83,33
100,00
63,64
44,44
81,82
17,24
81,69

PERSENTASE KABUPATEN/KOTA
DENGAN MINIMAL 4 PUSKESMAS MAMPU LAKSANA PELAYANAN KESEHATAN PEDULI REMAJA (PKPR
)
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013

Sumber: Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 201


4

No
(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Puskesmas Memiliki
Panti Anak Terlantar

Provinsi
(2)

(3)

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

83
28
68
51
48
63
22
57
11
19
33
100
25
28
415
19
27
85
90
54
25
44
37
23
11
140
48
16
15
20
17
2
27
1.751

Puskesmas Membina Panti Anak TerlantarJumlah Seluruh Panti di


Wilayah Kerja
Jumlah
Persentase (%)
(4)

2
13
68
31
48
45
13
30
9
19
31
100
25
28
324
19
27
59
17
53
25
44
37
20
11
67
48
16
15
16
10
1.270

(5)

2,41
46,43
100,00
60,78
100,00
71,43
59,09
52,63
81,82
100,00
93,94
100,00
100,00
100,00
78,07
100,00
100,00
69,41
18,89
98,15
100,00
100,00
100,00
86,96
100,00
47,86
100,00
100,00
100,00
80,00
58,82
,00
,00
72,53

(6)

111
21
102
68
48
125
28
60
16
52
80
117
33
66
993
23
60
237
180
115
44
84
50
33
18
291
73
22
14
36
21
3
124
3.348

Sumber: Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 201


4

Lampiran 5.38
JUMLAH PUSKESMAS YANG MELAKUKAN PEMBINAAN KESEHATAN ANAK
DI PANTI ANAK TERLANTAR MENURUT PROVINSI TAHUN 2013

No
(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi
(2)

(3)

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua

Indonesia

Jumlah SD/MI

Cakupan SD/MI Melaksanakan Penjaringan Siswa SD/MI


Kelas
1
Jumlah
%
(4)

(5)

3.932
6.305
4.193
3.483
2.646
4.729
1.308
5.294
813
720
3.434
13.924
22.744
2.016
24.283
4.082
2.483
3.690
2.976
4.328
2.528
3.472
2.145
2.155
2.819
6.603
2.369
1.052
1.265
1.644
1.192
751
2.151

2.738
4.109
4.060
3.308
2.354
1.210
1.128
4.304
810
665
3.402
4.410
20.750
2.016
22.771
3.715
2.483
3.385
530
2.048
1.208
2.067
1.580
1.816
1.539
5.562
2.066
952
554
225
577
312
384

70
65
97
95
89
26
86
81
100
92
99
32
91
100
94
91
100
92
18
47
48
60
74
84
55
84
87
90
44
14
48
42
18

147.529

109.038

74

Sumber: Ditjen Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 2014

Lampiran 5.3
CAKUPAN SEKOLAH DASAR (SD) YANG MELAKSANAKAN PENJARINGAN SISWA SD/MI KELAS 1
9
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013

No

Provinsi

(1)

(2)

Kabupaten/Kota

Puskesmas

(3)

Lapas/Rutan Anak

(4)

(5)

1 Aceh

Kota Banda Aceh

Puskesmas Lhoknga

Lapas Lhoknga

2 Sumatera Utara

Kota Medan

Puskesmas Helvetia

Lapas anak Medan

3 Sumatera Barat

Kab. Lima Puluh Koto

Puskesmas Tanjung Pati

Lapas anak Tanjung Pati

4 Riau

Kota Pekanbaru

Puskesmas Harapan RayaLapas Anak Riau

5 Jambi

Kab. Batang hari

Puskesmas Muara Bulian Lapas Anak Muara Bulian

6 Sumatera Selatan

Kota Palembang

Puskesmas Pakjo

Lapas anak Palembang

7 Bengkulu

Kab Rejang Lebong

Puskesmas Curup

Lapas Rejang Lebong

8 Lampung

Kab. Lampung Utara

Puskesmas Kotabumi

Lapas anak Kotabumi

9 Kepulauan Riau

Kota Batam

Puskesmas Sei Lekop

Lapas Barelang

10 DKI Jakarta

Jakarta Timur

Puskesmas Duren Sawit

Rutan Pondok Bambu

11 Jawa Barat

Kota Bandung

Puskesmas Ibrahim

Rutan Kebon Waru

12 Jawa Tengah

Kabupaten Purworejo

Puskesmas Kutoarjo

Lapas anak Kutoarjo

13 Jawa Timur

Kota Blitar

Puskesmas Sananwetan

Lapas Anak Blitar

14 Banten

Kota Tangerang

Puskesmas Tanah Tinggi Lapas Anak Banten

15 Bali

Kab. Karang Asem

Puskesmas Karang Asem Lapas Anak Gianyar

16 Nusa Tenggara Barat

Kab Lombok Tengah

Puskesmas Aik Darek

Lapas Anak Mataram

17 Nusa Tenggara Timur

Kota Kupang

Puskesmas Oesapa

Lapas Anak Kupang

18 Kalimantan Barat

Kab. Kubu Raya

Puskesmas Sui Dalam

Lapas Anak Sungai Raya

19 Kalimantan Selatan

Kab. Banjar

Puskesmas Pelambuan

Lapas Anak Martapura

20 Sulawesi Utara

Kota Tomohon

Puskesmas Matani

Lapas Anak Tomohon

21 Sulawesi Selatan

Kota Pare-Pare

Puskesmas Lompoe

Lapas Anak Pare Pare

Lampiran 5.40
PUSKESMAS MEMBINA LAPAS/RUTAN ANAK
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
Sumber: Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 201
4
-

No

Provinsi

(1)

(2)

Jumlah Kabupaten/Kota Membina


Jumlah Puskesmas Membina
Kesehatan Anak Penyandang Cac Kesehatan Anak Penyandang Cac
at
at
melalui program UKS di SLB
melalui program UKS di SLB
(3)

(4)

1 Sumatera Utara

2 Sumatera Barat

18

95

3 Riau

10

4 Jambi

11

16

6 Lampung

7 Kepulauan Bangka Belitung

8 Kepulauan Riau

9 DKI Jakarta

10 Jawa Barat

22

144

11 Jawa Tengah

18

18

44

38

38

14 Banten

15 Bali

12

16 Nusa Tenggara Barat

17 Kalimantan Barat

10

18 Kalimantan Selatan

13

26

21 Sulawesi Selatan

23

28

22 Gorontalo
Indonesia

6
219

8
498

5 Sumatera Selatan

12 D I Yogyakarta
13 Jawa Timur

19 Kalimantan Timur
20 Sulawesi Utara

Lampiran 5.41

Sumber: Ditjen Bina Gizi dan KIA, Kemenkes RI, 201


4

PUSKESMAS MEMBINA KESEHATAN ANAK PENYANDANG CACAT


MELALUI PROGRAM UKS DI SEKOLAH LUAR BIASA SAMPAI DENGAN TAHUN 2013

Status Gizi Menurut BB/U


No

Provinsi

Gizi Buruk (%)

(1)

(2)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

Gizi Kurang (%)

Gizi Baik (%)

(3)

(4)

(5)

7,9
8,3
6,9
9,0
5,7
6,3
6,0
6,9
2,8
4,0
2,8
4,4
4,1
4,0
4,9
4,3
3,0
6,3
11,5
10,3
6,6
8,2
3,9
3,7
6,6
6,6
8,0
6,9
7,0
10,5
9,2
11,9
9,2
5,7

18,4
14,1
14,3
13,5
14,0
12,0
12,7
11,9
12,3
11,6
11,2
11,3
13,5
12,2
14,2
12,9
10,2
19,4
21,5
16,2
16,7
19,2
12,7
12,8
17,5
19,0
15,9
19,2
22,1
17,8
15,7
19,0
12,6
13,9

70,7
72,8
76,0
70,8
75,6
74,5
73,3
73,7
80,4
81,7
78,5
79,9
78,9
80,3
76,7
78,1
81,4
71,5
64,4
68,5
72,3
69,2
77,6
79,0
73,5
71,5
72,2
70,9
66,9
67,2
71,7
66,2
71,9
75,9

Gizi Lebih (%)


(6)

2,9
4,8
2,8
6,7
4,8
7,2
8,0
7,6
4,6
2,6
7,5
4,3
3,5
3,5
4,1
4,7
5,5
2,8
2,5
5,0
4,4
3,4
5,8
4,5
2,5
2,9
3,9
3,0
4,0
4,5
3,4
2,9
6,3
4,5

Sumber: Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas, 20


13

Lampiran 5.42
PREVALENSI STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN BERAT BADAN MENURUT UMUR (BB/U
)
MENURUT PROVINSI, RISKESDAS 2013

No

Provinsi

(1)

(2)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Status Gizi Menurut TB/U


Sangat Pendek (%)
(3)

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

20,1
22,7
18,4
20,0
19,0
19,9
22,5
27,6
12,6
10,0
12,1
16,9
16,8
8,2
16,8
16,4
13,1
20,5
26,2
22,5
18,4
20,4
11,8
17,0
17,7
16,4
21,2
14,7
22,3
20,4
18,3
21,9
25,0
18,0

Pendek (%)
(4)

21,4
19,8
20,8
16,8
18,9
16,8
17,2
15,0
16,1
16,3
15,4
18,4
19,9
19,1
19,0
16,6
19,5
24,7
25,5
16,1
22,9
23,8
15,8
17,8
23,3
24,5
21,4
24,2
25,7
20,2
22,8
22,8
15,1
19,2

Normal (%)
(5)

58,5
57,5
60,8
63,2
62,1
63,3
60,3
57,4
71,3
73,7
72,5
64,7
63,2
72,8
64,2
67,0
67,5
54,7
48,3
61,4
58,7
55,8
72,5
65,2
58,9
59,1
57,4
61,1
52,0
59,4
59,0
55,4
59,9
62,8

Sumber: Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas 201


3

Lampiran 5.43
PREVALENSI STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN TINGGI BADAN MENURUT UMUR (TB/U)
MENURUT PROVINSI, RISKESDAS 2013

Status Gizi Menurut BB/TB


No

Provinsi

(1)

(2)

Sangat Kurus (%)


(3)

Kurus (%)

Normal (%)

(4)

(5)

Gemuk (%)
(6)

1 Aceh
6,1
9,6
74,5
9,8
2 Sumatera Utara
7,5
7,4
72,2
12,8
3 Sumatera Barat
5,2
7,4
77,3
10,1
4 Riau
6,9
8,7
70,2
14,3
5 Jambi
5,8
7,7
73,3
13,1
6 Sumatera Selatan
5,9
6,4
70,9
16,7
7 Bengkulu
6,9
7,9
68,7
16,4
8 Lampung
5,6
6,2
66,8
21,4
9 Kepulauan Bangka Belitung
4,0
6,2
76,1
13,6
10 Kepulauan Riau
6,0
6,3
78,7
8,9
11 DKI Jakarta
4,4
5,8
78,1
11,7
12 Jawa Barat
5,0
5,9
77,3
11,8
13 Jawa Tengah
4,5
6,6
76,9
12,0
14 DI Yogyakarta
4,7
4,7
80,2
10,3
15 Jawa Timur
4,4
7,0
76,9
11,8
16 Banten
6,5
7,3
74,4
11,8
17 Bali
3,4
5,4
78,6
12,6
18 Nusa Tenggara Barat
5,2
6,7
79,7
8,5
7,4
8,1
76,6
8,0
19 Nusa Tenggara Timur
20 Kalimantan Barat
10,4
8,3
68,9
12,5
5,4
7,0
76,7
10,9
21 Kalimantan Tengah
22 Kalimantan Selatan
4,5
8,3
77,4
9,9
23 Kalimantan Timur
3,9
7,7
75,9
12,6
24 Sulawesi Utara
3,4
6,5
79,6
10,5
25 Sulawesi Tengah
3,6
5,8
82,1
8,5
26 Sulawesi Selatan
3,8
7,2
82,2
6,8
27 Sulawesi Tenggara
5,9
5,5
79,0
9,6
28 Gorontalo
5,6
6,1
81,4
6,9
29 Sulawesi Barat
4,6
6,2
81,3
7,9
30 Maluku
6,1
10,1
77,4
6,4
5.44
31 Lampiran
Maluku Utara
3,9
8,3
80,5
7,3
32 Papua Barat PREVALENSI STATUS GIZI6,2
BALITA BERDASARKAN
MENURUT TINGGI BADAN
(BB/
9,2 BERAT BADAN 77,1
7,5
33 TB)
Papua
8,0
6,8
70,2
15,0
Indonesia
5,3MENURUT PROVINSI,
6,8 RISKESDAS 2013
76,1
11,8

Sumber: Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas 2


013

No
No
(1)

(1)

11
22
33
44
55
66
77
88
99
10
10
11
11
12
12
13
13
14
14
15
15
16
16
17
17
18
18
19
19
20
20
21
21
22
22
23
23
24
24
25
25
26
26
27
27
28
28
29
29
30
30
31
31
32
32
33
33

Status Kategori
Gizi Menurut
IMT TB/U dan BB/TB
Pendek-Kurus
Pendek-Normal
Pendek-Gemuk
Normal-Kurus
Normal-Normal
Kurus (%)
Normal (%)
BB
Lebih (%)
Obese (%)Norma
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
(

Provinsi
Provinsi
(2)

(2)

Aceh
Aceh
Sumatera Utara
Utara
Sumatera
Sumatera
Barat
Sumatera Barat
Riau
Riau
Jambi
Jambi
Sumatera Selatan
Selatan
Sumatera
Bengkulu
Bengkulu
Lampung
Lampung
Kepulauan Bangka
Bangka Belitung
Belitung
Kepulauan
Kepulauan
Riau
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jakarta
DKI
Jawa
Barat
Jawa Barat
Jawa Tengah
Tengah
Jawa
DI Yogyakarta
Yogyakarta
DI
Jawa Timur
Timur
Jawa
Banten
Banten
Bali
Bali
Nusa Tenggara
Tenggara Barat
Barat
Nusa
Nusa Tenggara
Tenggara Timur
Timur
Nusa
Kalimantan
Barat
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Tengah
Kalimantan
Kalimantan Selatan
Selatan
Kalimantan
Kalimantan Timur
Timur
Kalimantan
Sulawesi
Utara
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Tengah
Sulawesi
Sulawesi Selatan
Selatan
Sulawesi
Sulawesi Tenggara
Tenggara
Sulawesi
Gorontalo
Gorontalo
Sulawesi Barat
Barat
Sulawesi
Maluku
Maluku
Maluku Utara
Utara
Maluku
Papua Barat
Barat
Papua
Papua
Papua
Indonesia
Indonesia

Lampiran 5.45

(3)

4,13
3,51
2,23
3,58
3,16
2,24
2,00
2,46
2,40
0,98
1,06
1,98
1,80
1,81
2,45
1,93
1,58
2,96
5,25
3,51
3,31
5,08
2,12
2,25
2,55
3,11
3,44
3,18
2,54
5,60
4,33
5,73
2,71
2,53

(3)

11,07
6,46
11,84
8,89
10,42
11,08
8,77
8,41
9,20
8,58
9,28
10,97
12,22
15,15
11,97
12,46
8,70
15,05
19,50
9,93
11,45
15,10
7,87
5,56
10,46
12,74
10,31
8,59
11,59
12,11
7,73
8,14
6,98
11,09

(4)

31,00
30,00
30,18
25,19
25,22
23,73
26,08
26,31
20,79
20,29
20,56
26,35
27,02
22,23
26,55
23,46
24,10
36,88
41,35
27,27
30,73
33,29
19,08
25,94
32,91
34,11
32,58
32,18
40,91
30,34
31,90
33,65
27,03
27,46

(4)

(5)

61,08 6,16
62,47 8,34
64,62 7,00
65,39 7,88
66,84 8,27
68,14 9,89
67,53 9,87
73,0812,60
60,34 5,79
60,94 4,45
55,85 4,49
62,09 6,65
64,20 7,28
58,26 2,89
59,97 6,18
62,72 6,84
62,56 6,18
65,48 5,32
67,54 5,93
69,91 7,50
65,53 7,42
60,22 5,42
56,75 5,31
53,90 5,98
61,42 5,35
63,05 3,54
66,30 6,66
56,74 3,65
67,61 4,47
62,94 4,13
61,66 4,95
61,39 5,25
63,40 9,80
62,68 6,70

(5)

(6)

11,57
11,54
12,97
11,41
10,08
10,36
12,05
11,97
10,42
10,42
9,86
10,13
10,84
12,84
9,80
9,38
12,50
7,84
12,30
11,33
14,03
9,13
11,75
8,91
10,77
9,30
10,82
7,67
11,69
8,95
11,18
11,85
13,27
7,25
9,24
8,91
6,72
10,19
9,72
15,15
10,79
9,06
10,67
7,68
14,78
9,41
16,47
7,67
11,75
6,82
10,65
7,89
10,99
7,98
13,69
8,52
10,63
8,26
10,89
10,58
12,30
7,83
12,42
9,70
13,77
12,10
11,48
9,59

(7)

(6)

43,48 16,28
42,22 18,09
47,09 13,46
44,97 13,68
48,05 12,32
47,18 10,92
42,66 12,86
40,45 8,72
55,36 17,96
58,46 18,18
57,57 20,84
50,93 15,19
49,85 12,81
57,99 15,76
50,30 16,36
50,91 13,64
54,46 15,46
42,77 10,23
35,24 6,23
41,61 10,45
45,98 12,23
44,09 14,01
56,84 20,61
53,67 24,07
49,23 16,37
48,06 13,56
46,42 12,40
49,26 20,98
40,41 10,16
47,08 14,06
48,62 18,30
43,44 18,04
43,18 15,86
48,6614,76

3
4
3
6
4
6
6
8
7
4
7
5
4
7
5
5
6
3
2
4
3
4
7
4
3
3
2
3
3
2
2
2
5
5

Sumber:Sumber:
Badan Litbangkes,
KemenkesKemenkes
RI, Riskesdas,
201
Badan Litbangkes,
RI, Riskesdas,
2
3
013
PREVALENSI STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN

TINGGI BADAN MENURUT UMUR DAN


BERAT BADAN MENURUT TINGGI BADAN (TB/U DAN BB/TB) MENURUT PROVINSI, RISKESDAS 2
013

Lampiran 5.46
PREVALENSI STATUS GIZI PENDUDUK DEWASA (>18 TAHUN)
BERDASARKAN KATEGORI INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DAN PROVINSI, RISKESDAS 2013

Cakupan
K e l o Penemuan
mpok Umur (Tahun)

No

No

(1)

0 - 14

Provinsi
Provinsi
L

(2)

P
Provinsi (3) Laki-laki(4)

1 Aceh
(1)
(2)
2(1) Aceh
Sumatera Utara (2)
1
3 1 Sumatera
Sumatera
Barat
2
Aceh Utara

4 2 Sumatera
Riau
3
Barat Utara
Sumatera
5 3 Riau
Jambi
4
Sumatera Barat
6 4 Jambi
Sumatera
5
Riau Selatan
7 5 Sumatera
Bengkulu
6
Jambi Selatan

8 6 Bengkulu
Lampung
7
Sumatera Selatan
9 7 Lampung
Kep.
Bangka Belitung
8
Bengkulu

16(3)
5
45 2.676 43
1914.545 22
14 4.455 11
21 3.305 9
20 2.129 10
8 5.280 11
20 1.445 20
2 5.055 2

10
Kepulauan
5 968 10
9 8 Kep.
BangkaRiau
Belitung
Lampung
119 Kepulauan
DKIKep.
Jakarta
24
10
Riau
Bangka Belitung 1.931 19
11
12
Jawa
Jakarta
Barat
8314.048 118
10DKI
Kepulauan
Riau
12
Barat
13
Jawa
Tengah
11Jawa
DKI
Jakarta
13
Jawa
Tengah
14
DI
Yogyakarta
12 Jawa Barat

3434.428 72
421.835 3

14
Yogyakarta
15
Jawa
Timur
13DI
Jawa
Tengah
15
Timur
16 Jawa
Banten

14

DI Yogyakarta

16
17
BaliJawa Timur
15Banten
17
18 Bali
Nusa Tenggara Barat

16

Banten

18
Nusa Tenggara
19
Tenggara Barat
Timur
17 Nusa
Bali
19
Nusa
Tenggara
Timur
20 Kalimantan Barat

18

81 1.471 109
1523.118 23
2 7.982

18 1.798 18
19 3.725 26
31 3.314 38

Nusa Tenggara Barat


Timur 6 3.583 5
10 1.606 15
20 Kalimantan Barat
22
Kalimantan Selatan
23
TimurTengah 10 3.069 6
21 Kalimantan
Kalimantan
23
Kalimantan
Timur
2.750 27
24
Utara
22 Sulawesi
Kalimantan
Selatan 21
24
Sulawesi
Utara
3.402 13
25
Sulawesi
Tengah
11
23 Kalimantan Timur
25
Sulawesi
Tengah
2.190 17
26
Sulawesi
Selatan
11
24 Sulawesi Utara
26
Sulawesi
Selatan
27
Tenggara
6 7.206 15
25 Sulawesi
Sulawesi
Tengah
27
Sulawesi
Tenggara
2.557 7
28
Gorontalo
12
26 Sulawesi Selatan
28
Gorontalo
1.244 6
29
Sulawesi
Barat
2
27 Sulawesi Tenggara
29 Sulawesi Barat
30
14 858 18
28 Maluku
Gorontalo
30 Maluku
31
Maluku
Utara
11 2.234 12
29 Sulawesi Barat
31 Maluku Utara
32
Papua
Barat
2 928 7
30 Maluku
32 Papua Barat
33
Papua
45 1.170 43
31Papua
Maluku Utara
33
642 3.669 765
32Indonesia
Papua Barat
189.974
Indonesia
0,72%
33Case
Papua
Detection Rate
Indonesia
20
Kalimantan Barat
21
Tengah
19 Kalimantan
Nusa Tenggara
21
22 Kalimantan
Kalimantan Tengah
Selatan

Jenis
65
35 - 44
45 - Kelamin
54
55 - 64
BTA Positif
Case Notification
Ra
L
P
L
P
L
P
L
P
L
P
Laki-laki +
Laki-laki
+
Laki-laki
Perempuan
Laki-laki
Perempuan
Kasus
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)Semua (15)
(16)BT
Perempuan
Perempuan
256
211
450
250 %
419
232
199 (9)
65
Jumlah
Jumlah236 (8) 420
% 180
(4)
(5)
(6)
(7)485
MENURUT
PROVINSI
TAHUN
2013
1.482
2.260
1.203
2.607
1.972
730 (6)
603
212
(3)
(5) 1.130
1.485 1.009
4.161 1.301(4) 2.333
2.226
1.198
3.424
89,8

15 -Kasus
24
Semua
L
P
Perempuan
(5)
(6)

25 - 34

430
7.409
2.226 320
295
2.418 253
11.302
236
1.942
3.156 209
446
1.353
2.250 335
113
3.422
1.922 83
3973.609
837 377
82
3.286
1.080 69
1333.953
597 144
984
1.299
638 808

3.502
10.043
8503.418
1.590
27.293
5.2641.798
136
17.869
19.286 131
1.499
1.208 1.824
11.472

682
21.954
535
6.873
386
5.247
777
3.482
194
8.702
759
2.282
151
8.341
250
1.565

1.376
3.230
4.519
24.091
2.260
61.721
133
39.704

866
19.263
728 723

2.305
2.679
1.254
42.381

1.229
302
4.807 257
2.653
328
891 399

3.027
469
6.378
502

124
5.851 101
13.329

2.676 225
329
2.505
1.917 101
95

2.395
950 201
2482.987
2.015 187
214
915
1.744 309
427
2.093
2.204 187
189
1.649
1.402 677
660
3.148
5.005 310
296
1.645
1.867 136
153
5.270
813 109
952.446
588 180
2071.104
1.734
113
756 86
620
921.277
91
428 962
390
650
3.16615.658
16.747
401
137.120
16,51%
1.440
117.444

13.833
184

5.990
571
5.500
184
2.556
373
5.084
356
4.494
539
5.606
329
3.592
994
12.211
456

MENURUT JENIS KELAMIN DAN PROVINSI TAHUN 201

34865,0 11.302
514
3
32666,8 509
3.156

290

48164,0

456

267

26565,6

379
2.250
714
1.922

246

14661,6

214
3.609
844
1.080

132

8063,4

142
3.953
182
638

66

82965,1 1.094
850
3.293
5.264
59,5 3.740

667

56061,8
19861,7

1.945
19.286
61,0 2.087
11957,6 11.472
121

467
98
2.829
1.719
91

1.975
728
56,1 2.348
82957,0 13.329
972

1.942

177
4.807

119

34260,2

891
440
2.505
358

306

31660,5

2.395
618
2.987
199

334

25565,6

915
448
2.093
341

310

38861,1

1.649
581
3.148
337

435

1.645
65760,8 1.037
5.270
400
458

732

15356,2
38660,4
11655,7
20963,3
22563,5

60,8

603

328
101
223
229
313

4.424
225
2.057
165

14459,0

2.446
218
1.104
150

139

1.446
256
3.968
149

20060,5

756
228
1.277
124

181

1.548
124
2.132
433

10358,1
9059,5

12057,0
36162,0

6.835 17.410
24.600
327.094
21,40%

650
66
401
253

1.440

105
82
52
171

22.645
15.468
54,5117.444
56,1 19,41%
59,8

604
5.628
422
1.654

291 16.930
616
270
1.198
220
367
134
4.810
5.628
384 1.654
243
344
168
1.263
3.513
714 1.263
469
644
335
1.198
3.120
227
121
229
85
2.229 1.198
5.838
736 2.229
480
766
391
623
1.703
113
45
2.458
62357 6.41188
121 2.458
70
101
42
342
980
970
639
633
297
579
1.429
342
3.348
2.399 8.627
2.859
1.568
3.363
579
2.298 3.363
1.684 33.460
2.178
1.275
14.174
133 14.174
82 20.446
116
72
8.974
3.057
2.225 1.278
2.826
1.738
550 8.974
829
560 23.703
658
342
10.374
550
3.178
159 10.374
81
7.985
137
68
584
1.475
515 3.178
326
548
293
1.637
4.142
432
303
437
277
584
1.908
4.303
614 1.637
320
576
254
1.568
4.555
205 1.908
111
161
76
531
1.446
460 1.568
297
393
193
1.331
3.424
344
175
260
109
531
946
2.595
668 1.331
372
579
326
2.027
5.175
334
194
284
143
946
1.060
2.705
1.067 2.027
728
994
599
3.662
8.932
517 1.060
322
508
307
1.764
4.210
223 3.662
135
197
123
721
1.825
153 1.764
86
132
78
514
1.270
270
175
184
132
721
965
2.242
103
104
52
51461
399
1.04945
58
31
28
965
335
73685
176
103
49
399
1.129
2.569
23.346
14.726
20.441
10.798
335
78.866
196.310
19,39%
15,91%
1.129
78.866

Sumber: Ditjen
PP & Ditjen
PL, Kemenkes
RI, 2014 RI, 2014
Sumber:
PP & PL, Kemenkes

Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2014

Lampiran 6.1
JUMLAH KASUS BARU TB PARU BTA POSITIF

Lampiran 6.2
JUMLAH KASUS BARU TB PARU BTA POSITIF
MENURUT KELOMPOK UMUR, JENIS KELAMIN DAN PROVINSI TAHUN 2013
Keterangan: L = Laki-laki

P = Perempuan

T = Jumlah laki-laki dan Perempuan

Lampiran 6.3
HASIL CAKUPAN PENEMUAN KASUS PENYAKIT TB PARU

291
156,3
35,0
108
135,2
33,2
172
91,0
34,4
294
115,5
36,0
114,395
38,4
431
129,4
38,2
105,760
36,6
130,658
38,3
183
180,9
34,9
1.235
254,1
40,5
1.025
141,0
39,0
117,7
42,4 85
1.213
73,8
43,9
213
111,6
43,0
131,5
108
43,8
82,3
39,8213
135,6
319
39,6
120,8
248
39,5
119,865
44,3
116,5
161
34,4
137,8
36,7124
130,4
38,9333
242,9
36,5161
135,8
39,2507
147,0
39,2205
193,3
41,0 76
199,9
41,9 59
130,4
39,5118
280,5
40,5 46
149,2
43,0 14
267,0
38,0 20
302,3
9.023
45,5
135,0
43,9 6,65%
40,2

113

52

58

143

45

163

23

17

104

549

481

52

561

98

57

95

189

81

21

60

37

170

69

252

97

37

27

79

16

12

4.041

No

Provinsi

(1)

(2)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kep. Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia
Lampiran
6.4

Diagnosis TB
(%)

Gejala TB paru (%)


Batuk 2 minggu

Batuk darah

(3)

(4)

(5)

0,3
0,2
0,2
0,1
0,2
0,2
0,2
0,1
0,3
0,2
0,6
0,7
0,4
0,3
0,2
0,4
0,1
0,3
0,3
0,2
0,3
0,3
0,2
0,3
0,2
0,3
0,2
0,5
0,3
0,3
0,2
0,4
0,6
0,4

4,2
3,8
3,2
1,8
2,7
3,2
3,2
2,5
3,8
2,3
4,2
3,3
3,8
4,9
5,0
2,7
4,0
4,4
8,8
2,8
3,2
4,4
2,5
4,1
4,9
6,6
4,3
4,6
4,6
3,4
4,7
3,5
5,1
3,9

3,5
2,7
3,0
2,5
2,7
2,8
1,8
2,2
2,2
2,5
1,9
2,8
3,0
0,9
2,4
3,2
2,5
3,8
4,0
3,0
2,8
3,1
1,6
3,7
3,7
3,3
4,4
4,8
3,1
3,8
4,3
2,7
4,5
2,8

PREVALENSI TB PARU BERDASARKAN DIAGNOSIS DAN GEJALA TB PARU


MENURUT PROVINSI, RISKESDAS 2013

Sumber: Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Riskesdas 201


3

Sembuh
No
No No
(1)
(1)

Provinsi
Provinsi
Provinsi
Kasus BTA Positif*

(1)

(2)

Jumlah2011

2011

(2)

(3)
1 Aceh (2)
Aceh
11 Aceh
2.712
2 Sumatera Utara
Sumatera
UtaraUtara
22 Sumatera
18.095
3Sumatera
Sumatera
Barat
BaratBarat
33 Sumatera
4.618
4
Riau
Riau
44 Riau
3.066
5Jambi
Jambi
55 Jambi
2.938
6Sumatera
Sumatera
Selatan
Selatan
Selatan
66 Sumatera
5.272
7Bengkulu
Bengkulu
77 Bengkulu
1.498
8Lampung
Lampung
88 Lampung
6.166
9Kepulauan
Kepulauan
Bangka
Belitung 1.062
Bangka
Belitung
99 Kep.
Bangka
Belitung
10Kepulauan
Kepulauan
Riau
Riau Riau
10
1.219
10 Kepulauan
11DKI
DKI
Jakarta
Jakarta
11
8.878
11 DKI
Jakarta
Barat
12Jawa
Jawa
Barat
12
34.194
12 Jawa
Barat
Tengah
13
20.266
13Jawa
Jawa
Tengah
13 Jawa
Tengah
DI
Yogyakarta
14
1.220
14
DI
Yogyakarta
14 DI Yogyakarta
Jawa
Timur
15
25.461
15
Jawa
Timur
15 Jawa Timur
16 Banten
8.707
Banten
16 16Banten
17 Bali
1.430
17 17BaliBali
18 Nusa Tenggara Barat
3.834
Nusa
Tenggara
Barat
18 18Nusa
Tenggara
Barat
19 Nusa Tenggara Timur
4.134
Nusa
Tenggara
Timur
19 19Nusa
Tenggara
Timur
20 Kalimantan Barat
2.847
Kalimantan
Barat
20 20Kalimantan
Barat
21 Kalimantan Tengah
1.382
21 21Kalimantan
Tengah
Kalimantan
Tengah
22 Kalimantan Selatan
3.378
22 22Kalimantan
Selatan
Kalimantan
Selatan
23 Kalimantan Timur
2.618
23 23Kalimantan
Kalimantan
Timur
Utara Timur
24 Sulawesi
4.942
24 Sulawesi
Utara
24Sulawesi
Sulawesi
Utara
Tengah
25
2.856
25 Sulawesi
Tengah
25Sulawesi
Sulawesi
Tengah
Selatan
26
9.394
26 Sulawesi
Selatan
26Sulawesi
Sulawesi
Selatan
Tenggara
27
3.672
27 Gorontalo
Tenggara
27Sulawesi
Sulawesi
Tenggara
28
1.645
28 Sulawesi
Barat
29
1.381
28Gorontalo
Gorontalo
29 Maluku
Barat
30
2.260
29Sulawesi
Sulawesi
Barat
30 Maluku
Utara
31
1.028
30Maluku
Maluku
BaratUtara
31 Papua
32
589
31Maluku
Maluku
Utara
33
2.091
32 Papua
Papua
Barat
32 Papua Barat
Indonesia
194.853
33 33Papua
Papua
Indonesia
Indonesia

(3)
(4)

(3)

Pengobatan Lengkap

Jumlah
Jumlah
Kasusinfeksi
Baru HIV
%
Jumlah
2012
2012
(5)

(4)

(4)

(6)

2013
(5)
(7)

Kebe

2013
(5)

Jumlah
(8)

31
26
46
DAN ANGKA
PENGOBATAN
(SUCCESS RATE) MENURUT
PROVINSI
TAHUN
32 KEBERHASILAN
27
47
87,8
4,4 1.603
2.5
2013 2.381
1.251
1.337 119
30
16.474
132
130
3.819
118 439
2.180
47 105
2.491
41 265
4.518
18 33
1.290
5.381
11 295
907
34 103
627
31 674
4.012
5.919
1.332
28.825
4801.429
16.440
5461.057
957
34 310
21.771
2.715
1.261
7.347433
188
1.073
5671.557
3.096
81 132
3.553
41 352
2.630
160 499
911
20 68
3.017
65 83
1.978
91
4.389429
133
2.427222
21 37
7.880
212 611
3.157
66 49
1.344
8 11
1.128
1.542
5
3 440
429
42 46
292
1.192
76 356
161.365
1.367

2.850
7.286
21.031

91,0
82,7
71,1
84,8
85,7
86,1
87,3
85,4
51,4
66,7
84,3
81,1
78,4
85,5
84,4
75,0
80,8
85,9
92,4
65,9
89,3
75,6
88,8
85,0
83,9
86,0
81,7
81,7
68,2
41,7
49,6
57,0
82,8

260
635
120 133
296
130 314
320
203
62
159
230
62
469
40
6
136
361
137 335
132
19
28
792
271
99
1.187 3.926 1.281
184 1.416 2.628
798 1.110 1.373
67
243 272
1.493
2.912
1.276
922
208 395
650 1.737 169
406
123 110
268
242
44
54
465
89
311
7
46
141
80
88
219
34
392
245
144 212
243
43
86
388
213 524
317
56
71
222
14
100
8
3
427
7
117 295
381
38
120
92
404
17
535
2.111 3.028 14.964
8.610 21.511

3,5
222
150
6,4
412
163
10,4
208
79
5,4
262
8,9
79
5
9,1
5,9 189
94
97
1,8
59
926
22,2
7
14,4 5.865
640
7,7 3.041
33
6,8 2.322
524
5,5 489
134
5,9 3.391
1.038
10,6 502
188
11,8 1.690
641
10,6
170
77
6,5
259
76
1,9
525
22,5
11
57
4,2
72
174
8,4
5,0 467
146
8,5 264
81
4,1 147
250
8,6 792
51
100
13,5
14
7,2
26
3
18,9
0
125
37,1 236
42
20,4
54
19,3
9
448
7,7
849
3.974
5.608 29.037

Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 201


Keterangan: *kohort tahun 2012
4
Sumber: Ditjen PP
& PL, Kemenkes
RI,PL,
2014
Sumber:
Ditjen PP &
Kemenkes RI, 2014

Lampiran 6.5
CAKUPAN TB PARU BTA POSITIF SEMBUH, PENGOBATAN LENGKAP

Lampiran 6.6
JUMLAH KASUS BARU AIDS DAN KASUS KUMULATIF AIDS
MENURUT PROVINSI SAMPAI DENGAN DESEMBER 2013

Lampiran 6.7
JUMLAH KASUS BARU INFEKSI HIV
MENURUT PROVINSI TAHUN 2011 - 2013

17.1
4.1
2.5
2.6
4.9
1.4
5.7
92
89
7.2
31.4
17.8
1.0
23.2
8.2
1.2
3.5
3.8
2.6
1.2
3.1
2.1
4.6
2.6
8.2
3.4
1.5
1.2
1.9
81
41
1.5
176.3

No

Provinsi

(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

(2)

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

Jumlah Kasus Baru Jumlah Kasus Baru


AIDS
(3)

47
150
163
79
5
94
59
7
640
33
524
134
1.038
188
641
77
76
11
72
146
81
250
51
14
3
125
42
9
849
5.608

AIDS pada IDU


(4)

3
0
15
14
19
0
0
13
3
0
171
2
8
2
74
55
4
0
0
0
0
1
0
5
4
77
0
0
0
0
5
0
0
475

Jumlah
Kasus Kumulatif A
Baru AIDS pada IDUKasus Kumulatif AIDS
pada IDU
Persentase Kasus

(5)

Jumlah

(6)

6,4
10,0
8,6
24,1
0,0
13,8
5,1
0,0
26,7
6,1
1,5
1,5
7,1
29,3
0,6
0,0
0,0
0,0
1,4
3,4
4,9
30,8
0,0
0,0
0,0
0,0
11,9
0,0
0,0
8,5

165
1.301
952
992
437
322
160
423
303
382
7.477
4.131
3.339
916
8.725
1.042
3.985
456
496
1.699
97
334
332
798
190
1.703
212
68
6
437
165
187
10.116
52.348

(7)

32
382
342
163
213
107
70
179
56
28
171
2.493
283
193
1.547
441
421
32
7
283
11
37
39
68
13
652
6
8
1
80
38
5
6
8.407

Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 201


4

Lampiran 6.8
JUMLAH DAN PERSENTASE KASUS AIDS PADA PENGGUNA NAPZA SUNTIKAN (IDU)
MENURUT PROVINSI SAMPAI DENGAN DESEMBER 2013

PeriodJumlah
prevalence
Prevalensi
pneumonia
2011
2012Diare
Jumlah
Klien
Jumlah
Klien
Mengikuti
Jumlah
Klien
Jumlah
Klien
Mengikuti
Ju
Insiden
Diare ISPA
Insiden
Balita
Perio
Period
prevalence
Pneumonia
Target
Realisasi
Penemuan
Penderita
Pneumonia
Balita
Jumlah
Kematian
Balita
Karena
Penderita
Pneumonia
(%)
(%) Setelah Tes HICF
(%)
(%)
Layanan
Berkunjung
Konseling
Sebelum
Tes
HI
Menjalani
Tes
HIV
Konseling
P
Penderita
Meninggal
CFR (%) %)
Penderita
Meninggal
CFR (%) JumlahPenderita
M
Penemuan
Pneumonia
No
Provinsi
Pneumonia
Pneumonia
Berat
No
Provinsi
Diagnosis/
Diagnosis/
Diagnosis/
Diagnosis
Diagnosis
Diagnosis
V
V
(1)
(2)
(3)
Diagnosis
(4)
Gejala
(5)
(6)
Diagnosis
(7)
Gejala
(8)
(9)
Diagnosis
Pneumonia
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
< 1 Tahun
1-4
Jumlah
Tahun Gejala
1-4 Tahun
Tahun
Jumlah
1
Tahun
1-4
Gejala
Gejala
<
1 Tahun
Tahun
1-4
Tahun
<<11Tahun
1-4
<(6)146,15
Tahun <1-4
Tahun
1
Aceh
40 (3)
2
13 (5)
6
0 (7)
(1)
(2) (2)
(4) 5,00
Balita
(1)
(5)
(6)
(7)
(8)
1 Aceh
7 (3)
2.447 (4)
1.941
1.926
1.894
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
2
Sumatera
Utara
1,22
(1)
(2)
(3) 0 4,1
(4) (5) (6)245 9,0
3
(9)17 7,4
11 Aceh
10,2
30,0 5,0
0,4 MENURUT
PROVINSI,
2,6(7)
RISKESDAS
1,8(8) 201335.118
5,4
Aceh
2 Sumatera
Utara
47 20,1 35.329
35.104
35.154
Aceh Barat
691
1.690
2.381
0 4,9
07
0691
0,00
321 Aceh
Sumatera
2,55
0 2,1
274
47.258
624
1.602
67
88
1
1.690
Sumatera
Utara
3,3
6,7
10,9
19,9
0,1
1,3
1,1
3,20 4,3
2
Sumatera
Utara
3
Sumatera
Barat
17
6.418
6.434
6.166
6.339
6.655
8.935
15.590
2
0
2
0,03
2
Sumatera
Utara
4
Riau
1,23
163
2
0
3
Sumatera
Barat
135.914
2,3
6.566
8.752
3,1
89
5,6
183
7,1
1
24
6.655
8.935
25,7
0,2
1,2 23.747
1,4
3,10 4,8
3 Sumatera
SumateraUtara
Barat
Riau
22 16,1 23.763
23.587
23.745
2.713
8.613
11.326
29
13
42
1,07
3 Sumatera
Sumatera
Barat
544
Jambi
0
0
0
Riau
1,6
2,3
4,1
5,2
3,5
49.377
2.546
8.382
167
231
1
3
Barat
2.713
8.613
10,9 2.751 17,1
0,1
0,9 2.750
1,0
2,1
Riau
5 Jambi
9
2.751
2.750
22.323
17.377 17,0 7.256
39.700
0 3,5 0,9
0
0 2,74
0,00
4 Riau
Riau Selatan
656
Sumatera
Jambi
1,4
1,9
4,1
3,5
58.136
12.377
9.946
10.121
3
4
22.323
17.377
9,8
0,1
1,7
3,1
5
Jambi
0
292
8
0
Sumatera Selatan
20
23.358
23.441
23.399
23.384
1.2731,3 11,31.225
4.187 20,2 4.117
5.460
0 3,9 0,9 70
0
0
0,00
5 Jambi
Jambi Selatan
Sumatera
2,0
0,1
4,8
0,9
2,4
2,9
6
Sumatera
Selatan
31.916
48
5
1.273
4.187
767
Bengkulu
Bengkulu
3.987
4.070 0
4.070
4.062 0
07
14.821
28.017
42.838
1 2 0,01
6 Sumatera
Sumatera
Selatan
20,8 27.488
0,1 8261 5,3 0,8 529
1,3
2,7 3,8
Bengkulu
77
Bengkulu
2,0
6,3
76.084
13.995
4
6
Selatan
14.821
28.017
Lampung
101,6 13,0
4.317
4.273
4.266
4.257
88 Lampung
0,00
5,88
33
0
17
1
28
3711,3 12,0 341
875 17,8 1,6
1.246
114
306
420
30,73
3
7 Bengkulu
Bengkulu
0,1
0,6
1,2
2,3
8
Lampung
Lampung
3,5
3,9
2,9
18.159
830
30
45
789
371
875
Kepulauan
Bangka
Belitung
4
1.288
1.288
1.287
1.287
98 Kepulauan
Bangka
Belitung
3.332
6.188
9.520
0 0 0,00
Lampung
0
0,1 19200 3,5 2,4 216
0,9
4,30 2,1
Kep.
Bangka
Belitung
Kep.
Bangka
Belitung
1,9
3,9
123.223
899
Lampung
3.332
6.188
10
Kepulauan
Riau
111,2 9,23.140
32.674 23,4 5.972
28.417
27.711
27.693
2.149
4.867
7.016
5
0
5
0,23
9
Kep.
Bangka
Belitung
8,9
19,6
0,1
1,4
1,3
3,20 2,3
10
Kepulauan
Riau
10
Kepulauan
Riau
0,14
1.426
2
10 Kep.
Kepulauan
RiauBelitung
1,7
3,7
13.374
1.963
4.586
18674 3,0
281
9
Bangka
2.149
4.867
11
DKI Jakarta
681,1
97.471
73.095
72.204
73.272
12,5
25,2
0,2
2,4
1,8
5,9 5,0
11
DKI
Jakarta
757
1.448
2.205
0
2
2
0,00
10
Kepulauan
Riau
11 Kepulauan
DKI
Jakarta
4,3 8,9757
11
DKI
Jakarta
18.580
581
1.288
1760 6,7
160
1.448
10
12
Jawa
BaratRiau
275
115.701
127.915
127.631
125.954
0 2,5
0
13,2 15.283 24,8 3,9
0,2
1,9 0
2,0
4,9
12
Jawa
Barat
9.158
24.441
0
0
0,00
11
DKI
Jakarta
12
Jawa
Barat
2,5
6,1
7,9
97.620
6.827
14.283
2.331
1.000
2
11
Jakarta
9.158
15.2830 4,9
12
13 DKI
Jawa
Jawa
Barat
Tengah
109
41.925
45.698
45.788
45.424
0,44
2,33
229
1
43
1
15,7102.716 26,6 164.839
0,2 5.799
1,9360
2,0
5,0
13
Jawa
Tengah
62.123
6.159
9,33
12 Jawa
Barat
13
Jawa
Tengah
3,3 6,5 1,16
438.440
58.433
99.444
3.690
3.272
16
12
Barat
14
DIJawa
Yogyakarta
192,3
4.471
6.588
6.606
62.123
6.469
102.716
13
Jawa
Tengah
153
173 5,4
2
294 4,7
11,3 36.172 23,3 55.932
0,2
1,7 31
1,2
4,6
14
DI
Yogyakarta
19.760
36
67
0,18
13 Jawa
Jawa
Tengah
14
DI
Yogyakarta
3,1 5,0
3,8
15
Jawa
Timur
77
44.920
55.626
55.671
55.445
14
DI
Yogyakarta
322.978
18.457
34.868
1.303
1.304
1,33
5
13
Tengah
19.760
36.172
0 1,7
75 3,9
15,6
28,3
0,2
1,7 - 1
1,3
4,20
15
Jawa
Timur
14
DI
Yogyakarta
15 DI
Jawa
Timur
2,3
3,8- 5,1
6,6 - 4,7
15
16
Jawa
Banten
Timur
35
8.332
9.032
9.050
8.962
14
Yogyakarta
32
81
59
16,4 54.814 25,8 79.363
0,2
1,6
3,8
16
Banten
24.549
6 6,3 1,5
21
8
0,02
15 Jawa
Jawa Timur
16
Banten
3,50,37
8,0
4,3
16
Banten
17
362,4 12,2
23.221
20.818
20.918
20.613
268
1
84
383.188
23.535
1.191
7
15
24.549
54.814
22,6 53.623
0,21.014
1,5
0,81,19
3,10
17 Bali
BaliTimur
11.075
21.013
32.088
0
0
0
0,00
16
Banten
17
17
Bali
Bali
1,9
2,8
4,0
5,0
18
Nusa
Tenggara
Barat
13
11.983
12.781
12.654
12.632
0
22
0
111.438 13,2
10.658 28,9 20.559
3
16
11.075
21.013
0,2 417
2,2 454
1,5
5,1 3,6
18 Banten
Nusa Tenggara Barat
1.113
2.483
3.596
0
05.819
0 0,00
17 Bali
Bali
18
Tenggara
Barat
19
18
Nusa
Nusa
Tenggara
Tenggara
Barat
Timur
14
5.857
4,1
5.858
6,6
5.908
0 2,6 19,21.088
39.694
17
1.113
2.483
41,7 2.448
0,3 25 0 5,3 4,6 35
1,4
10,30 5,3
19 Nusa
Nusa
Tenggara
Timur
10.009
15.893
25.902
20
8 28
0,20
18
Nusa
Tenggara
Barat
19
Nusa
Tenggara
Timur
20
Kalimantan
Barat
212,6 11,19.216
16.404
18.005
17.905
17.905
50
19
Nusa
Tenggara
Timur
4,3
6,7
46.066
2
18
Tenggara
Barat
10.009
15.893
18,2 15.152
0,1 79312 4,6 1,1 741
1,1 2,70 6,3
20 Nusa
Kalimantan
Barat
781
839
1.620
6
2
8
0,77
19
Nusa
Tenggara
Timur
20
Kalimantan
Barat
21
Kalimantan
Tengah
5
1.202
1.193
1.192
1.141
0
0
20
Kalimantan
Barat
1,3
1,9
3,5
4,4
46.849
812
19
Tenggara
Timur
14,3 638
25,0
0,2 143
2,0 27
1,4781
839
4,40 2,8
21 Nusa
Kalimantan
Tengah
1.005
2.172
3.177
02.614
1 0,10
20
Kalimantan
Barat
21
Kalimantan
Tengah
22
Kalimantan
Selatan
2.719
2.613
2.665
21
Kalimantan
Tengah
2,6
5,5
17981,8 10,6 970
26,7 2.121
0,1 3510 4,4 2,4 51
1,1
4,80 3,7
22 Kalimantan
Kalimantan
Selatan
42.771
20
Barat
1.005
2.172
31
177
208
0 0 31
0,00
21 Kalimantan
Kalimantan
Tengah
23
Kalimantan
Timur
26
17.951
18.209
18.206
22
Kalimantan
Selatan
5,6
22
Kalimantan
Selatan
22,7 3,3
0,2
1,2
3,00 3,2
23
Kalimantan
Timur
0 1,7 14,8 18.282
7.830
28
107
300 3,9 1,0 70
21
Tengah
177
24
Sulawesi
Utara
4.023
12
14.187
9.439
13.462
13.623
13.591
0 0 13.999
0,00
22
Kalimantan
Selatan
23
Kalimantan
Timur
2,4
3,3
24,7 9.208
0,3 15600 2,6 2,3 231
1,9
5,70 3,4
24 Kalimantan
Sulawesi
Utara
23
Kalimantan
Timur
36.988
1
22
Selatan
4.023
9.439
0 1,5 13,33.867
25
Sulawesi
Tengah
2.359
2.334
- 1,8 8,9 -2.359
- 23,6 3,0- - - 7,2
23 Kalimantan
Kalimantan
Timur
0,2 - - 2,9 3,5 - -2.334
1,5
25
Sulawesi
Tengah
24
Sulawesi
Utara
4,2
4,1
- 07
23
Timur
24
Sulawesi
Utara
0
0
26
Sulawesi
Selatan
192,2 11,9 179
24.335
23.874
185
389 24,9 4,4
574 24.067
0 3,8 2,8 24.075
03
0185
0,00
24 Sulawesi
Sulawesi
Utara
0,2
1,7
6,8 4,5
26
Sulawesi
Selatan
25
Tengah
6,8
22.640
386
697
24
Utara
389
25 Sulawesi
Sulawesi Tengah
1,18
1,03
170
2
1
167
27
Sulawesi
Tenggara
32,8 13,43.522
6.127 22,2 6.954
6.324
6.325
0,3 1712 5,3 2,2 158
1,5
5,2 5,6
27
Sulawesi
Tenggara
3.693
7.112
10.805
26.325
4
0,05
25 Sulawesi
Sulawesi
Tengah
26
Selatan
5,2
8,1
27.415
1
25
Tengah
3.693
7.112
26 Sulawesi
Sulawesi Selatan
01
81
28
Gorontalo
1.518
1.525
1.529
23,2 3,4
0,2
1,2
4,1
28
Gorontalo
2.345
5.341
7.686
50 3,9 1,7 211
41.532
9 0,21
26 Sulawesi
Sulawesi
Selatan
27
Sulawesi
Tenggara
2,0 9,52.223
5,9
4,1
83.290
5.130
122
26
Selatan
2.345
5.341
27
Sulawesi
Tenggara
0
52
0
0,20 10 4,5 3,1 3
1,0
29
29
Sulawesi
Sulawesi
Barat
Barat
22,1 9,3 3.270
0 20,9 3,6
0
0 6,1
1.312
4.582
13
0,76
27 Sulawesi
Sulawesi
Tenggara
28
Gorontalo
5,9
23.252
1.300
3.229
12 0
41 27
Tenggara
1.312
3.2700 4,3
28
Gorontalo
07
13,3 2.527
24,9 4,7
0,2
2,3 12.059
1,4
4,9 5,3
30
Maluku
30
Maluku
2.063
2.055
2.043
1.767
4.294
2
3
0,11
28
Gorontalo
29
Sulawesi
Barat
2,5
4,5
7,2
11.167
1.702
65 0
28 28
Gorontalo
1.767
2.527
29
Sulawesi
Barat
03
-746 17,7 2.499
6,9
0,2
2,0
0,8
4,50 3,7
31
Maluku
Utara
31
Maluku
Utara
746
746
745
4811,8
853
1.334
1
1481
0,00
29 Sulawesi
Sulawesi
Barat
30
Maluku
2,9
6,6
11.638
463
835
1800 4,6 1,3 18
29
Barat
853
30
Maluku
0,14
1.426
2
0
18,9
25,9
0,2
2,0
32
Papua
Barat
32
Papua
Barat
15
9.534
12.806
12.469
12.449
- 2,5
- - 4,2
30 Maluku
Maluku
31
Maluku
Utara
4,6
2,6
- 0- 0,9 17,2 - - - 33,1 1,8- - - 40
-- 30
31
Maluku
Utara
0
0,5
2,6
2,9
8,2
33
Papua
33
Papua
611,7
91.246
76.217 0 5,1
75.041
73.973
109
253
362
0
0
0,00
31
Maluku
Utara
32
Papua
Barat
2,2
5,6
3,9
11.071
107
249
2
4
31
Maluku
Utara
109
253
32 Indonesia
Papua
Barat
0
0
13,8680.935
25,0
0,2
1,8664.909
1,6 4,50
Indonesia
990
662.396
- 668.201- - 6,8
- 5,00
-32 Papua
Papua
Barat
33
Papua
6,39,6
8,7
- 0- 4,1
- - --3
32
Barat
33
Papua
60
0
Indonesia
2,2
3,5
5,2
6,7
4,5
33
Papua
4.169
0,29
1.654
2,06
-12
- 34
33 Indonesia
Papua
-646
Indonesia
208.604
362.943
571.547
6.038
736
6.774
2,89
Indonesia
186.571
342.180
22.033
20.763
208.604
362.943
57
2.336.354
No
No
No
No

Provinsi
Provinsi
Provinsi
Provinsi

Lampiran 6.9
JUMLAH LAYANAN DAN KUNJUNGAN KONSELING DAN TES HIV
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
Sumber: Balitbangkes,
Riskesdas
2013 Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kemenk
Sumber:
Direktorat
Jenderal
Sumber:
Balitbangkes,
Riskesdas
2013
es RI, 2014

Sumber:
Ditjen
& PL,
Kemenkes
2014
Sumber:
Ditjen
PP PP
& PL,
Kemenkes
RI, RI,
2014

Lampiran 6.10

JUMLAH KASUS PNEUMONIA PADA BALITA


MENURUT PROVINSI DAN KELOMPOK UMUR TAHUN 2013

Lampiran 6.11
CASE FATALITY RATE PNEUMONIA PADA BALITA
MENURUT PROVINSI DAN KELOMPOK UMUR TAHUN 2013
Lampiran 6.12
PERIOD PREVALENCE ISPA, PNEUMONIA, PNEUMONIA BALITA, DAN PREVALENSI PNEUMON
IA

Keterangan: Periode prevalence ISPA/Pneumonia/Pneumonia Balita : dihitung dalam kurun waktu 1 bulan terakhir sebelum wawancara
Prevalensi Pneumonia : dihitung dalam kurun waktu > 1 bulan - 12 bulan terakhir sebelum wawancara

Lampiran 6.13
INSIDEN DIARE, INSIDEN DIARE PADA BALITA SERTA PERIOD PREVALENCE DIARE
MENURUT PROVINSI, RISKESDAS 2013
Keterangan: Insiden Diare/Diare Balita : dihitung dalam kurun waktu2 minggu terakhir sebelum wawancara
Period Prevalence Diare : dihitung dalam kurun waktu > 2 minggu - 1 bulan terakhir sebelum wawancara

Lampiran 6.14

KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) DIARE

No

Provinsi

(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Ket .

(2)

Perkiraan Diare
di Fasilitas Kesehatan
(3)

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kep. Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

102.593
325.228
107.756
111.955
60.121
156.679
39.710
163.136
28.671
41.464
189.880
922.558
689.820
74.807
770.184
201.156
83.277
97.627
98.958
96.492
49.837
82.188
84.911
50.390
59.645
164.129
46.810
22.316
24.007
20.989
22.567
18.120
70.849
5.078.830

Diare Ditangani

% Diare Ditangani

(4)

97.901
MENURUT PROVINSI TAHUN 2011 - 2013
134.448
112.986
118.286
14.613
188.028
9.531
27.816
223.709
1.170.420
293.883
672.700
247.714
35.303
189.778
23.561
52.126
7.789
17.931
177.836
10.331
27.427
43.435
5.441
3.902.993

: CFR = Case Fatality Rate

Lampiran 6.15
PENEMUAN KASUS DIARE DITANGANI
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2014

Sumber: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kemenkes


RI, 2014

(5)

95,43
41,34
104,85
105,65
24,31
120,01
24,00
97,02
117,82
126,87
42,60
87,34
123,15
42,39
194,39
23,81
54,02
15,63
35,58
108,35
22,07
122,90
180,93
24,11
87,46

(2)
Provinsi

(2)

Laki-laki

Jumlah
+
JumlahLaki-laki
Penduduk
Perempuan
Penderita
Baru
Perempuan

(3)

(4)

(3)

(5)

Cacat Tingkat 2
MB
PBKasus
+ MB
Laki-laki
Jumlah
%

PB
(6)

(7)

(8)

(4)

(9)

(5)

(10)

(11)

1.180
248.075.978
16.856

89
1.694

11.521

7,54
10,05

Tradisional

Bidan/Perawat

Dokter

TidakDiketahui

TidakDiimunisasi

TT1

TT2+

TidakDiketahui

Tanpapemeriksaan

Tradisional

Bidan/Perawat

Dokter

CaseFatalityRate(%)

Meninggal

Total

(2)
(4)
1(1) Aceh
2.336.235
2.335.639 (3) 4.671.874
171
404
575
337
238
PROVINSI
TAHUN 2013
575
87 MENURUT
15,13
1
AcehUtara
2 1 Sumatera
6.686.105
6.705.126 4.671.874
13.391.231
31
144
175 908
109
66
Aceh
175
2 Sumatera
Sumatera
Utara
32
Barat Utara
2.496.318
2.538.993 13.391.231
5.035.311
24
6623
90 74
65 13,14
25
Sumatera
906.143.674
3 RiauSumatera
SumateraBarat
Barat
43
3.163.482
2.980.192 5.035.311
6
7517
81 543
60 18,89
21
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
813.329.887
4 Jambi
Riau
54
1.701.091
1.628.796 6.143.674
17
73 1
90 185
61 1,23
29
Riau
1
Aceh
0,0
4
0
0
4
0
0
0
2
0
2
0
0
4
0
0
2
0
65
3.998.335
3.859.102 3.329.887
22
174 9
196 348
119 10,00
77
907.857.437
5 Sumatera
JambiSelatan
Jambi
2
Sumatera
Utara
0,0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
7 6 Bengkulu
918.667
881.001 196
1.799.668
7
28
35
26 33,16
9
Sumatera
Selatan
3 6 Sumatera
Barat Selatan
Sumatera
0
0
0
0 7.857.437
0
0
0
0
0 65 0
0299 0
0
0
0
0
8
4.055.310
3.825.459
15
11811
133
92 31,43
41
357.880.769
Bengkulu
4 7 Lampung
Riau
0
0
0
0 1.799.668
0
0
0
0
0
0
0134 0
0
0
0
0
Bengkulu
9
Bangka Belitung
645.727
1.339.774
26
5 8 Kepulauan
Jambi
50,0
2
1 694.047
0
1
0 133
1
0
0 4 0
2
0
17
1
8 0 30 0464 2 230 6,02
Lampung
Lampung
7.880.769
10
Kepulauan
Riau
944.272
1.937.577
33
41 0
32
6
Sumatera
Selatan
50,0
2
1 993.305
0
0
0 30
2
0
0 8 0
2
0
2 13,33
0
09
1
4 0
Kepulauan
Bangka
Belitung
9
Kep.
Bangka
Belitung
1.339.774
34
11
DKI
Jakarta
263
7
Bengkulu
0
-5.069.248
0 4.932.695
0
0 10.001.943
0
0
0 20 0
0
0 283 0
0 203
0
0
080
0
41
2 2.180 461 1.463 4,88 717
Kepulauan
Riau
10 Jawa
Kepulauan
Riau
1.937.577
12
Barat
23.136.432
8
Lampung
80,0
5
4
0 22.336.398
2
1 45.472.830
2
0
2 223 0 1.957
2
1
0
2
3
0
1
1
283
DKI
Jakarta
Jakarta
1.362
911 Jawa
Kep.DKI
Bangka
Belitung 0
13
Tengah
16.239.620
32.684.579
593
0 16.444.959
0
0 10.001.943
0
0
0 244 0 1.521
0 27 01.765
0
0 1.172
0 9,54
0
0
0
2.180
263 0 57 0671 0 430 12,06
12 DI
Jawa
JawaBarat
Barat
10
Kepulauan
Riau
0
-1.758.098
0 1.801.982
0
0 45.472.830
0
0
0 7 0
0
0
014
0
14
Yogyakarta
3.560.080
50
11
DKIJawa
Jakarta
0 19.375.757
0
0 32.684.579
0
0
0 530 0 3.602
0197 04.1320603 0 2.519
0 11,16
0
0
0
13 Jawa
1.765
Jawa
Tengah 0
15
TimurTengah
18.893.068
38.268.825
1.613
12
Jawa
Barat
66,7
25.893.367
1 5.629.651
2
0 3.560.080
0
0
1 95 1
1 0 0 702 0641 0 424
2 0,00
1
1
0
14 Banten
DI
Yogyakarta
16
11.523.018
607
278
57
DI
Yogyakarta 3
13
Jawa
Tengah
50,0
2
1
0
2
0
0
0
2
0
0
0
0
2
0
0
1
0
17
Bali
2.085.318
2.054.372
4.139.690
7
81
88
71
17
15 Jawa
38.268.825
1.134
4.132
521
12,61
JawaTimur
Timur
14 DI Yogyakarta
0
-2.255.609
0 2.396.039
0
0
0
0
0 92 0
0
0 347 0
0 196
0
0
0
0
1816 Nusa
Tenggara
Barat
4.651.648
255
151
Banten
11.523.018
1.910
7022
64 0
9,12
15 JawaBanten
Timur
47,4
19
9
0
17
0
0
3
3
13
0
2
15
2
1
0
1917 Nusa
Tenggara Timur
2.468.008
2.503.794 4.139.690
4.971.802
73
86
159 67
133
26
Bali
Bali
16 Banten
70,8
24
17
0
15
0 88 9
0
1
3
20 2 0
0
4
20 2,27
0
7
12
2018 Kalimantan
Barat
2.303.134
2.205.834
4.508.968
6
20
26
23
3
4.651.648
17
0
0
0 347
0
0
0
0
0 23 0
0 5 0
0 6,63
0
0
0
18 BaliNusa
NusaTenggara
Tenggara0Barat
Barat2119 Kalimantan
Tengah
1.213.109
1.115.714 4.778.348
2.328.823
10
27
37
34
3
Nusa
Tenggara
Timur
18
Nusa
Tenggara
Barat 0
0
0
0 1590
0
0
0
0 9 0
0 1 0
0 5,66
0
0
0
19
Nusa
Tenggara
Timur
22
Kalimantan
Selatan
3.840.547
151
19
Nusa
Tenggara
Timur
100,0
2
21.943.008
0 1.897.539
2
0 4.433.728
0
0
0 10 0
1 0 1 161 0249 0 130
2 0,00
0
031
1
20
Kalimantan
Barat
26
20
Kalimantan
Barat
23
Kalimantan
Timur
3.967.793
143
20
Kalimantan
Barat Tengah
30,0
10
32.088.597
0 1.879.196
7
1 2.250.539
1
1
0 14 2
7
1 157 0 59 0 122
10
0
135
6
21
Kalimantan
372.354.668
1 0 3610
2,70
21 Kalimantan
Kalimantan
Tengah
24
Utara
327
133
21 Sulawesi
Tengah
0
-1.201.332
0 1.153.336
0
0
0
0
0 34 0
0
0 228
0
0
0
0
22
Kalimantan
Selatan
3.840.547
63
22 Sulawesi
Kalimantan
25
Tengah
2.787.164
255
22
Kalimantan
Selatan Selatan
0
-1.427.328
0 1.359.836
0
0 161
0
0
0 69 0
0 21 0 324 0
0 225
0 13,04
0
099
0
23
Kalimantan
Timur
3.967.793
340 0 7690 4,46
26
Selatan
8.305.154
403
23 Sulawesi
Kalimantan
23
Kalimantan
Timur Timur
0
-4.054.974
0 4.250.180
0
0 157
0
0
0 137 0 1.035
0 7 01.1720
0
0
0
24
Sulawesi
2.354.668
24
Utara Utara
100,0
11.189.631
0 1.180.918
0
1 361
0
0
0 20 0
1 35 0 243 0 38 0 167
1 9,70
0
076
0
27
Tenggara
2.370.549
223
24 Sulawesi
Sulawesi
Utara1
25 Gorontalo
Sulawesi
Tengah
2.787.164
25
Tengah
0
- 555.584
0
0
0 324
0
0
0 19 0
0 23 0 214 0189 0 139
0 7,10
0
075
0
28
554.710
1.110.294
195
25 Sulawesi
Sulawesi
Tengah
26
Sulawesi
Selatan
50,0
26 Sulawesi
Sulawesi
Selatan
2
1 626.895
0
2
0 8.305.154
0
0
1 46 1
0
0
0450 1 110
1
0
164
1
29
Barat
625.176
1.252.071
128
1.172
110 174
9,39
26
Sulawesi
Selatan
27
Sulawesi
Tenggara
0
- 839.425
0
0
0 2.370.549
0
0
0 69 0
0
0 397 0 40 0 215
0
0
0
0
27 Maluku
Sulawesi
Tenggara
30
823.540
1.662.965
328
182
27 Gorontalo
Sulawesi Tenggara
28
0
- 569.204
0
0
0 243
0
0
0 93 0
0 15 0 518 0 13 0 327
0 6,17
0
0
0
31
28 Maluku
Gorontalo
Utara
545.713
1.110.294
1.114.917
425
191
28 Sulawesi
Gorontalo
29
Barat
0
0
0 2140
0
0
0
0 16 0
0
0
0 7,48
0
0
0
3229 Papua
Barat
446.542
400.169
846.711
299
434
733 14
489
244
Sulawesi
Barat 0
1.252.071
30
Maluku
0
0
0
0 1740
0
0
0
0 4 0
0
0
0 2,30
0
0
0
29
Sulawesi
Barat
3330 Papua
1.758.058
1.552.657 1.662.965
3.310.715
372
808
1.180 28
709
471
Maluku
31
Maluku
Utara
0
0
0
0 3970
0
0
0
0 13 0
0
0
0 3,27
0
0
0
30
Maluku
Indonesia
125.058.484
123.364.472
248.422.956
2.794
14.062
16.856
10.835
6.021
31 Papua
Maluku
32
Barat Utara 0
0
0
0 1.114.917
0
0
0
0
0144 0
0
0
0
0
5180
12 0
2,32
31
Maluku
Utara
32 Papua
Papua Barat
846.711
33
0,0
1
0
0
1
0
0
0
0
1
0
0
0 6 1
0
0
0
0
32 Indonesia
Papua Barat 78
42
53,8
1
55
3 733
17
2
12
11
51 15 4
0 4418
56 2,05
4
16
23
33
Papua
3.310.715

33 Indonesia
Papua
Indonesia

Pemotonga
pe

0 - 14
Incidens
Rate
Laki-laki +
Perempuan
Laki-laki
(per 100.000
Penduduk)
Perempuan
Jumlah
(5)575
175
19,44
90
0,55
81
10,78
(21)
(22)
90
3,01
1
1
196
10,45
0
1
35
0 3,810
133
0 7,450
30 0
0 5,89
1 41 0
2,54
0283 0
23,79
2.180
2
1
13,620
1.765
0
0 1,48
57 0
0 1,840
4.132
1
18,01
702 1
1 2,96
88 0
0347 0
16,58
17
0
159
1 1,624
26
0 0,110
37
0 0,020
0161
5,621
4157
2,620
0361 0
1,64
0324 0
8,570
1.172
0
1,610
1243
6,780
0214
0174
5,420
0397
1,690
0518
1,170
0
733
1,120
0
0
1.180
1,680
0
16.856
12,920
0
1 0,710
30 1,339

(12)

(6)

82
50
12
(23)
5
3
4
0
7
0
0
0
2
5
0
5
0
2
2
26
0
191
0
0
111
3
2
2
362
0
110
14
4
19
62
0
0
69
1
2
6
3
0
9
0
12
0
0
35
0
42
2
70
0
22
0
22
0
0
28
0
54
0
79
1
221
55
4,64 294
2.002
Tradisional

(1)

Provinsi

Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2014


Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2014

Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 201


4

Lampiran 6.16
JUMLAH KASUS BARU KUSTA DAN CASE DETECTION RATE (CDR) PER 100.000 PENDUDUK
MENURUT PROVINSI DAN JENIS KELAMIN TAHUN 2013

Lampiran 6.17
PROPORSI KECACATAN KUSTA TINGKAT 2 DAN KASUS KUSTA PADA ANAK 0-14
TAHUN
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
Lampiran 6.18
JUMLAH KASUS TETANUS NEONATORUM DAN FAKTOR RISIKO

update per 30 April 2014

Lampiran 6.19
JUMLAH KASUS, MENINGGAL, DAN INCIDENCE RATE (IR) CAMPAK
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013

14,42
1,63
2,60
1,90
(24)
3,59
1
2,98
0
2,83
0
2,27
0
3,31
0
3,22
2
4,00
0
6,32
0
7,22
0
0
2,45
0
13,33
0
7,19
0
3,40
0
8,69
3
5,39
4
1,00
0
2,80
0
6,69
0
5,84
3
18,98
0
15,76
0
18,96
0
1
14,04
0
25,02
0
17,55
0
25,61
0
57,45
0
109,51
0
40,33
0
8,66
0
0
14
Ya
Tidak
Bambu
Gunting
Lain-lain
TidakDiketahui

(1)
No

Provinsi

Penolong Persalinan

Alkohol/Iodium

No

Faktor Risiko
Jenis Kelamin
Perawatan Tali Pusat

Klasifikasi

Status Imunisasi

TidakDiketahui

No

Penduduk
Pemeriksaan Kehamilan

update per 30 April 2014


Jumlah
Kasus
Menurut
Kelompok
(Tahun)
Jumlah
Kasus
Menurut
Kelompok
UmurUmur
(Tahun)
Laporan

No

No
No

No

(1)

Provinsi
No

Provinsi
Provinsi

Provinsi

(1)
1(1) Aceh1
(1)(1)

(2)

(3)
(4)
Kasus
(2) Divaksinasi
87
8 (3)
(3)

(2)(2)
(2)Aceh

(3)

1 Aceh
Aceh
Sumatera
Utara
Aceh
121
2
Sumatera

(4)

80
903 2
Utara
2 Sumatera
Sumatera
Utara Barat
Sumatera
Utara
014
Sumatera
Barat
380
232
0 0
3 Utara
Sumatera
3
Sumatera
Barat
3
Sumatera
Barat
45
4
Riau
17
2 9
3 Sumatera
0
0
4 Barat
Riau
4
Riau
4
Riau
0
5
Jambi
39
3 0
4 Riau 5
0
0
Jambi
5 Sumatera
Jambi
Jambi
2816 5
Selatan
272
565 Jambi
6
Sumatera Selatan
6 Bengkulu
Sumatera
Selatan
Sumatera
Selatan
1003 7
90
7 Selatan
Bengkulu
676 Sumatera
7
Bengkulu
2
7
Bengkulu
35
Lampung
350
21
8
Lampung
78 Bengkulu
0
8
Lampung
8
8
Lampung
53
9
Kep.
Bangka
Belitung
Kep. Bangka Belitung
80
3
89 Lampung
0
9
Kep.
Bangka
Belitung
1
Kep.
Belitung
620
10 Bangka
Kepulauan
Riau
9 9 Kep.
Bangka
Belitung
0
10
Kepulauan
Riau
320
10
Kepulauan
Riau
10 Kepulauan
000 0
11
DKIRiau
Jakarta 1860
10
Riau
11
DKIKepulauan
Jakarta
11 DKI
DKI Jakarta
Jakarta
0
11
038
12
11
Jakarta
0
12 DKI
Jawa
BaratJawa Barat 2310
12 Jawa
JawaBarat
Barat
18
12
83
13
Jawa
Tengah
12
0
13 Jawa
JawaBarat
Tengah
781
16
13 Jawa
JawaTengah
Tengah
13
4508 9
14
13
Jawa
TengahDI Yogyakarta
14
DI Yogyakarta
160
14 DI
DI Yogyakarta
Yogyakarta
1
14 DI
401
15
14
Yogyakarta
15
TimurJawa Timur 580
15 Jawa
Jawa
Timur
0
15
Jawa
Timur
0
15
Jawa 16
Timur Banten
8
16
969
45
16 Banten
Banten
36
16 Banten
Banten
17204
17 Bali
16
17
200
17 BaliBali
0
17 BaliBali
18
Nusa
Tenggara
Barat
00
17
0
18
Tenggara
BaratBarat 6
0 0
18 Nusa
Nusa
Tenggara
19
Nusa
Tenggara
Timur 00
18 Nusa
Nusa
Tenggara
Barat
18
Tenggara
Barat
19
Tenggara
TimurTimur 90
0 0
19 Nusa
Nusa
Tenggara
20
Kalimantan
19 Nusa
Nusa
Tenggara
TimurBarat
00
19
T
enggara
Timur
0
20
BaratBarat
23
7 5
20 Kalimantan
Kalimantan
21 Barat
Kalimantan
Tengah 200
20 Kalimantan
Kalimantan
Barat
20
21
Tengah
0 0
21 Kalimantan
Kalimantan
Tengah 31
22 TKalimantan
21 Kalimantan
Kalimantan
Tengah Selatan
00
21
engah
22
Selatan
0 8
22 Kalimantan
Kalimantan
Selatan 10
23 Selatan
Kalimantan
22 Kalimantan
Kalimantan
Selatan Timur
400
22
23 Kalimantan
Kalimantan
Timur 200
23
Timur
0 0
24 Timur
Sulawesi
23 Kalimantan
Kalimantan
Timur Utara0
00
23
24 Sulawesi
Sulawesi
Utara
24
Utara
32
9 0
25 Utara
Sulawesi
Tengah
24 Sulawesi
Sulawesi
Utara
00
24
0
25 Sulawesi
Sulawesi
Tengah
25
Tengah
1
0 5
26 Tengah
Sulawesi
25 Sulawesi
Sulawesi
Tengah Selatan
260
25
0
26
Sulawesi
Selatan
26 Sulawesi Selatan
1
0 1
27 Selatan
Sulawesi
26 Sulawesi
Sulawesi
Selatan Tenggara
50
26
27 Sulawesi
Sulawesi
Tenggara 30
27
Tenggara
2 6
28 Tenggara
Gorontalo
27
Sulawesi
Tenggara
230 1
27
0
28Sulawesi
Gorontalo
28
Gorontalo
1
1
29 Sulawesi Barat0
28
Gorontalo
50 0
28
29Gorontalo
Sulawesi
Barat
29
Sulawesi
Barat
0
0
30 Barat
Maluku
29
Sulawesi
Barat
00 2
29
0
30Sulawesi
Maluku
30 Maluku
5
0
31
Maluku
Utara
30
Maluku
130 1
30
0
31Maluku
Maluku Utara
31 Maluku
Utara
14
4
32
Papua
Barat
31
Maluku
Utara
50 0
31
Utara
0
32Maluku
Papua
Barat
32 Papua
Barat
11
4
33
Papua
32
Papua
Barat
0
32 Papua Barat
0
0

33

Papua
33
Papua
5
33 Papua
Papua
33
Indonesia Indonesia
0
Indonesia

1.120

Indonesia
Indonesia

KLB

Konfirmasi
Laboratorium
Non
Polio AFP Rate
adekuat
Total Kasus
Spesimen
15 Tahun
1-4 Tahun
5-9 AFP
Tahun
10-14 Tahun
Jumlah
Kasus Non
Polio
Total Kasus Total
Gabungan
per
100.000
Penduduk
1-4
Tahun
5-9
Tahun
10-14
Tahun
15 KLB
Tahun
Frekuensi
KLB
dengan
Frekuensi
KLB
dengan
Frekuensi
dengan
Campak
Rubella
Negatif
Pending
Lab.
Total Darah
Divaksinasi
Te
(%)
Total
KLB
Total Kasus
(Campak
Rubella)
Total
Divaksinasi
Total
Divaksinasi
Divaksinasi
Total
Divaksinasi
Total
Divaksinasi
Usia
<
15 dan
Tahun
Spesimen Total
>5
Investigasi
Penuh
Laporan
ke Pusat
(Serum) Sampel
<1 Tahun
Provinsi
<1 Tahun

13

1
704128

226

6349

(5)
(6)
Kasus
Divaksinasi
Frekuensi
Kasus
(3)

313
(5)(4)

3022
152
00
4506
141
00
7674
2001
7604
1402
8210
00
305
20
803
10
1
186
10
124
9800
1470
271
32
415
0
102
0
0
10
0
0
51
1
127
0
0
1
60
41
30
144
20
2
02
5
10
17
03
0
00
0
00
11
02
73
01
12
00
11
0

3.167

71
187

80
(6)(5)

(4)

54
93 1
86
0 0 41 0
72 36 8
18
0
91
0 0 30 0
40 76 4
62
3
19 12 7
20
0
63 69 2
68
0
14 18 8
9
0
0
0 0 11
72
0
0 0 71
0
0
0 345
288
11
130
233
0
78
9
1 0 34
104
0
0 0221
6
0
0
127
206106
27
226
2 39
23
0
2 0 40
6
0
0 0115
8
0
38
0
0
40
3
4 3 12
4
0
0 0 25
1
8
0 0 25 0
11
2 0 25 0
105
2 0 34 5
1
27 53
0
1
3
1 0 23 3
12 20
35
0
1
0
5
00
0 16 0
00
2
4 15
62
0
1
22
26 5 0
0
8 23
00
18
35
1

1
051
1.963
0
102

1.454

803
145

(7) Divaksinasi
(8)
Kasus
Frekuensi
Kasus

251
(7) (6)

0
124
209
00

1
062
163
10

1
193
1
041
1
088
385
00
115
00
313
00
536
22
168
04
225
10
101

0
174
273
0
743
170

0
118
0
080
2
913
040
63

54

30

114
10

02

16

31

14

01

00

00

00

42

00

14

00

00

3.103

21424

(9) Divaksinasi
(10)
(11)
(12)
(13)
Kasus
Kasus
Divaksinasi
Frekuensi
Kasus
Frekuensi
Kasus
Frekuensi
Kasu
(4)
(5)
(5)
(6)
(7) (13)
TAHUN
2013
63
160
33
97
10
908
MENURUT
KELOMPOK
UMUR
DAN
PROVINSI
TAHUN
2013
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
3,60 (10)
88,8
(8)
(9)
(11)
(12)
(13)
(14)
5-9
1 1 2,09
35
5
74
0
0
0
0
0 17
0 05
2 07 0
1 06
2
83,36
0 0 2,56
0
0
0
0 543
0
88
56 0
0112
0 55
0 0
0 031
00
95,10
7 0 1,76
98
1
9
0 185
0
26
33
28 3
012
0 16
0 1
0 511
0
83,30
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
104
61
37
57
21
461
0
0 3,00
0
2
0
0
76,63
4 1 3,17
46
6
0
0
0 348
0
66
86 2
1 62
1 45
2 0
1 044
89,413
7
6 0 2,18
93
0
0
0 134
0
36
35
29 2
75,00
014
0 28
0 0
0 019
0
2 0 3,00
33
0
0
0 299
0
75
40
60 1
91,30
011
0 35
0 2
0 1946
0
8
4
309
45
1
250
0
0
0
0
4,50
44,4
3
3
34
3 5
0 1
0 1
0
0
3
3
0 2,00
6 6
0
0
0
0 0
1 464
90,91
0 87
0 107
0 79
0 128
0 052
0
0 2,96
0 0
0
0
0 0
0 1.362
76,00
0 0
0 167
0 00
0 391
0 00
0
0 2,59
0
0 0
0
0
0
0
0
0
92,14
0144
1 146
0 58
1 194
0
0
34
1.910
11 0
0
205 0
9
0
6
66
0
2,71
97,8
0 59
1 106
0 44
4 133
0
9
0
28
671
9
164 0
109
0
0
5 6
0 603
97,09
0158
6 4,25
5 54
2 170
0 5584
6
68
0
0
20 0
0
0
1
0 641
86,82
1 4
0 2,35
0 04
1 293
1 20 8
2
91
0
0
0
0
0
0
0
0 1.134
0
3,07
97,1
137232
75 171
54 134
205 323
27 0131
610
353
25
10
247
0
2
10
1
6
1
5
3,71
87,1
2 19
8
6 21
0 94
0
10
6 20
249
0 51
0
0
0
0
0
0
0 97,54
0
0
1 6
0 2,76
0
1
1
4
7
1
29 0
4
590
0
0
0
0
0
0 73,91
0
0
0 12
0 6,39
0
0
0
0
5
2
21 0
13
630
0
0
0
0
0
0 86,80
0
0
0 63
0 2,71
0
0
0
0
42
1130
26
340
3 73
57
1,71
83,3
27
0
0
0
0
2
27
1 4
1 1
3
0
6
9 0
1 29
38
09 1
0
2,27
88,00
0
0
0
0
0 4
0 02
0 06
0 00
0
13
80 1
8
100
2,08
0
0
0
0 80,0
5
66
334
1
0
2
0
15
3
0 54
16
22
20 0
2
1890
3,85
0
0
0
0 0
1 0
8 0 0
3 0 92,0
15
6
0 1 60
83
38
100
36
4500
0
0
0
1 0
0 3,78
0 0
0 0 0
0 0 88,23
3
5
48
4
5
1
1
0
14
2,08
75,4
16
0
0
1
5
0
0
0
0
15
0
19
0
04 8
20
10
6
10 0
5
40
2,71
0
0
0
0 82,6
0
020
4
0
4
0
12
1
3 18
52 0
13
14
15 3
5
67
5,71
90,00
0
0
2
10
0
0
0 7
0
0
0
0
0
1
1
2
0
0 1
0
55
1,11
60,00
0
0
0 0
0 0
0 0
0 1 0
0 5
00
0
0
0
0
1
0
1
2,67
87,5
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
10 3
0
62
4
3
2
0
28
3,75
86,60
0
0
0
0
0
0 0
0
0
0
0
0
1
0
26 0
7
12
7
3
0
144
1,67
100,0
0
0
0 0
0 0
0 0 0
0 0
0
00
00 0
8
3
0
4
0
44
2,00
69,50
0
0
0 0
0 0
0 0 0
0 0
0
10 0
51
0
0
0
0
0
6
0
0
0
0
0
0
0
2,74
87,7
96 0
40 0
1.677
0
0
0
0
0

1.438

310
150

1.648

112 4

788

68269

2.483

252 20

34191

626

778

11.521

9 406 104

Lampiran 6.20
JUMLAH KASUS CAMPAK DAN KASUS CAMPAK YANG DIVAKSINASI

update per 30 April 2014


Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2014

Sumber:Ditjen
Ditjen PP
&&
PL,PL,
Kemenkes
RI, 2014 2014
Lampiran 6.21
Sumber:
Kemenkes
Sumber:
Ditjen
PP & PP
PL,
RI, 2014 RI,RI,
Sumber:
Ditjen
PPKemenkes
& PL, Kemenkes
2014

update per 30 April 2014

FREKUENSI KLB DAN JUMLAH KASUS PADA KLB CAMPAK


MENURUT PROVINSI TAHUN 2013

update per 30 April 2014

Lampiran 6.22
KLB CAMPAK BERDASARKAN KONFIRMASI LABORATORIUM
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013
update per 30 April 2014

Lampiran 6.23
JUMLAH KASUS DIFTERI MENURUT KELOMPOK UMUR DAN PROVINSI

Lampiran 6.24
NON POLIO AFP RATE PER 100.000 PENDUDUK USIA < 15 TAHUN DAN PERSENTASE SPESIMEN A
DEKUAT
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013

No
(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Provinsi
(2)

Sediaan Darah Diperiksa

Populasi
Berisiko

Suspek

(3)

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kep. Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

4.671.874
13.391.231
5.035.311
6.143.674
3.329.887
7.857.437
1.799.668
7.880.769
1.339.774
1.937.577
10.001.943
45.472.830
32.684.579
3.560.080
38.268.825
11.523.018
4.139.690
4.651.648
4.971.802
4.508.968
2.328.823
3.840.547
3.967.793
2.354.668
2.787.164
8.305.154
2.370.549
1.110.294
1.252.071
1.662.965
1.114.917
846.711
3.310.715
248.422.956

Pemeriksaan
Mikroskopik

(4)

(5)

46.136
102.586
5.764
17.650
43.866
43.056
45.818
24.194
62.067
7.094
0
31.235
55.357
80
29.726
2.859
10.616
91.994
377.734
37.598
25.371
13.511
26.465
22.506
41.682
55.893
21.019
13.850
22.138
48.818
21.630
123.283
361.660
1.833.256

39.912
57.109
5.150
10.192
27.540
22.361
28.046
18.685
54.914
4.439
0
31.231
55.049
80
29.554
1.342
10.616
78.263
339.479
21.744
12.121
10.477
7.690
15.215
23.815
44.473
13.470
6.982
17.234
38.127
16.054
101.447
305.169
1.447.980

Rapid Diagnostic
Test
(6)

5.747
25.072
400
5.632
6.171
6.168
10.703
5.323
6.052
2.161
0
4
308
0
172
89
0
13.731
13.823
14.722
12.542
4.121
10.108
8.048
12.075
10.177
7.507
6.868
13.352
4.260
3.704
10.096
41.045
260.181

Perse
Total
(7)

45.659
82.181
5.550
15.824
33.711
28.529
38.749
24.008
60.966
6.600
0
31.235
55.357
80
29.726
1.431
10.616
91.994
353.302
36.466
24.663
14.598
17.798
23.263
35.890
54.650
20.977
13.850
30.586
42.387
19.758
111.543
346.214
1.708.161

(8)

2.058
17.404
1.292
1.404
3.705
3.080
7.004
2.678
1.721
958
0
212
1.157
73
7
97
0
2.666
81.386
1.047
4.660
5.508
1.862
2.605
3.140
2.109
1.472
1.204
504
13.721
5.030
32.547
141.216
343.527

Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2014

Sumber: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kemenkes


RI, 2014

update per 18 Maret 2014

Lampiran 6.25
JUMLAH KASUS DAN ANGKA KESAKITAN MALARIA PER 1.000 PENDUDUK BERISIKO
MENURUT PROVINSI TAHUN 2013

(9

2
2

1
1
1
1

1
3
1
1

3
2
2
4
2

Lampiran 6.26
No
No
(1)(1)

Provinsi
Provinsi
(2)

(2)

1 1 Aceh
Aceh
2 2 Sumatera
Utara
Sumatera
Utara
3 3 Sumatera
Barat
Sumatera
Barat
4 4 RiauRiau
5 5 Jambi
Jambi
6 6 Sumatera
Selatan
Sumatera
Selatan
7 7 Bengkulu
Bengkulu
8 8 Lampung
Lampung
9 9 Kepulauan
Bangka
Belitung
Kepulauan
Bangka
Belitung
1010 Kepulauan
RiauRiau
Kepulauan
1111 DKIDKI
Jakarta
Jakarta
1212 Jawa
Barat
Jawa
Barat
1313 Jawa
Tengah
Jawa
Tengah
1414 DI Yogyakarta
DI Yogyakarta
1515 Jawa
Timur
Jawa
Timur
1616 Banten
Banten
1717 BaliBali
1818 Nusa
Tenggara
Barat
Nusa
Tenggara
Barat
1919 Nusa
Tenggara
Timur
Nusa Tenggara
Timur
2020 Kalimantan
Barat
Kalimantan
Barat
2121 Kalimantan
Tengah
Kalimantan
Tengah
2222 Kalimantan
Selatan
Kalimantan
Selatan
2323 Kalimantan
Timur
Kalimantan
Timur
2424 Sulawesi
Utara
Sulawesi
Utara
2525 Sulawesi
Tengah
Sulawesi
Tengah
2626 Sulawesi
Selatan
Sulawesi
Selatan
2727 Sulawesi
Tenggara
Sulawesi
Tenggara
2828 Gorontalo
Gorontalo
2929 Sulawesi
Barat
Sulawesi
Barat
3030 Maluku
Maluku
3131 Maluku
Utara
Maluku
Utara
3232 Papua
Barat
Papua
Barat
3333 Papua
Papua

Indonesia
Indonesia

2010
(3)

0,88
0,95
0,38
1,02
2,18
1,80
6,86
0,54
7,77
6,59
0,00
0,43
0,10
0,01
0,10
0,01
0,03
2,08
31,72
6,18
4,34
1,56
1,92
6,11
5,69
0,54
1,00
2,29
1,07
8,98
12,32
61,18
54,94
1,98

Diagnosis

API
Insiden Malaria
(%)
2011
Diagnosis/Gejala

(3)

(4)

0,3
0,3
0,3
0,1
0,5
0,2
1,5
0,2
0,9
0,1
0,0
0,1
0,0
0,1
0,0
0,0
0,0
0,5
2,6
0,4
0,4
0,1
0,2
0,7
1,3
0,2
0,2
0,2
0,4
1,2
1,1
4,5
6,1
0,3

0,76
0,85
0,09
0,15
1,08
0,22
3,89
0,49
3,66
1,91
0,00
0,01
0,01
0,00
0,00
0,01
0,00
0,93
22,09
2,21
3,74
2,31
1,46
3,21
3,35
0,38
1,48
2,14
2,22
8,34
4,57
73,21
52,80
1,75

2012

(4)

(5)

2,4
1,4
1,4
0,6
1,3
1,0
2,3
0,7
2,6
0,8
2,0
1,6
1,5
1,4
1,8
1,4
0,8
3,0
6,8
1,4
1,5
2,8
0,9
2,7
5,1
3,1
1,9
1,9
2,8
3,8
3,2
6,7
9,8
1,9

0,44
0,84
0,25
0,20
1,29
0,20
5,32
0,18
2,66
2,47
0,00
0,01
0,03
0,06
0,02
0,02
0,00
0,82
19,41
0,85
3,48
2,06
1,15
2,35
2,49
0,19
0,79
1,64
1,23
7,42
5,08
52,27
60,56
1,69

INSIDEN DAN PREVALENSI MALARIA


MENURUT PROVINSI, RISKESDAS 2013

Lampiran 6.27
Sumber: Ditjen
PP & PL,
Kemenkes RI,ANNUAL
2014
Sumber: Balitbangkes,
Riskesdas
2013

PARASITE INSIDENCE (API) MALARIA


MENURUT PROVINSI TAHUN 2010-2013

Prevalensi Malaria
(%)
2013
Diagnosis
Diagn
(6)

(5)

1,6
1,2
1,1
0,8
1,9
1,3
5,7
1,3
4,4
1,5
0,3
0,5
0,6
0,5
0,5
0,4
0,4
2,5
10,3
1,6
2,2
1,1
1,4
3,7
4,0
1,0
1,2
1,1
1,3
3,9
4,7
12,2
17,5
1,4

0,44
1,30
0,26
0,23
1,11
0,39
3,89
0,34
1,28
0,49
0,00
0,00
0,04
0,02
0,00
0,01
0,00
0,57
16,37
0,23
2,00
1,43
0,47
1,11
1,13
0,25
0,62
1,08
0,40
8,25
4,51
38,44
42,65
1,38

No
No
No
(1)

1(1)
(1)
2(1)
1
31
2
42
3
3
53
4
4
65
4
5
75
6
6
87
6
7
98
7
8
109
8
9
11
10
9
10
12
11
10
11
13
12
11
12
14
13
12
15
13
14
13
16
14
15
14
17
15
16
15
18
16
17
19
16
17
18
20
17
18
19
18
21
19
20
19
22
20
21
20
23
21
22
21
24
23
22
22
24
23
25
23
25
24
26
24
26
25
27
25
27
28
26
26
28
29
27
27
30
29
28
28
31
30
29
29
32
31
30
33
30
32
31
31
33
32
32
33
33

2011
2012
Kabupaten/kota
Demam
Berdarahterjangkit
Dengue
Pengobatan malaria sesuai
program
GHPR
VAR
LYSSA
GHPR
VAR Rate
LYSSA
GHPR
Jumlah
Kab/Kota
2011
2012
Jumlah Penduduk
Incidence
Jumlah
Kasus (6)
Jumlah
Kasus
Meninggal
Ca
Mendapatkan
Mendapatkan
obat
Pengobatan
efektif
(3)
(4)
(5)
(7)
(8)
(9)
(2)
Minum Jumlah
obat
selama 3 hari %
per 100.000
Penduduk
Jumlah
%
Jum
obat
ACT
program
dalam
24
jam
pertama
dengan
ACT
Aceh
546
537
2 (4)
138
0
524
(2)
(5)103
(5)
(7) (6.)
(2)
(3) (3)
(4)
(6)
(8)
(2)
(3)2.745
(4)
(6)
Sumatera
3.909
31
3.816(5)
18
Aceh
28,97
4.726.001
1.369 4.563
13 3.468
Aceh Utara
23
95,65
22
95,65
22
Sumatera
Barat
2.586
1.923
7
2.606
1.975
14
3.037
Aceh
33,1
44,1
Sumatera Utara
25,00 70,4
12.893.642
3.223
12 33,3
Sumatera
Utara
33
75,76
23
69,70
25
MENURUT
PROVINSI
Riau
930
698
6
1.500
1.25284,8 TAHUN 2013
0
5.106
Sumatera
Utara
20,9
62,9
55,7
Sumatera Barat
46,63
4.730.613
2.206
16
Sumatera
Barat
19
94,74
17
89,47
18
Jambi
764
555
0
674
51669,4
0
778
Sumatera
Barat
18,9
42,2
30,2
Riau
22,76
6.143.674
1.398
11
Riau
12
100,00
12
100,00
12
Sumatera
Selatan
1.585
1.374
0
982
681
1
772
Riau
13,4
60,0
Jambi
19,64 76,4
3.249.012
638
18 48,8
Jambi
11
81,82
9
81,82
9
Bengkulu
788
563
6
775
607
3
926
Jambi
21,7
59,4
Sumatera Selatan
18,91 72,2
7.593.425
1.436
Sumatera
Selatan
15
93,333 46,1
14
93,33
14
Lampung
1.047
942
0
450
413
1
1.102
Sumatera
Selatan
22,4
48,0
76,6
41,5
Bengkulu
22,73
1.821.649
414 100,00
Bengkulu
10
100,000
10
10
Kep.
Bangka Belitung*
0
0
0
0
0
Bengkulu
28,6
62,7
Lampung
64,87081,9
7.049.523
4.573
45 53,60
Lampung
14
78,57
11
78,57
11
Kepulauan
Riau*
0
0
0
0
0
Lampung
Kepulauan
Bangka Belitung
58,51071,4
13,9
45,1
1.266.391
741
20 36,50
Kepulauan
Bangka Belitung
7
100,00
70
100,00
7
DKI
Jakarta* Bangka
0
0
0
0
Kepulauan
Riau
Belitung
47,03086,4
1.941.159
913
7 59,20
47,9
67,1
Kepulauan
Riau
7 174
71,43
40
57,14
5
Jawa
383
530
192
1
396
DKIBarat
JakartaRiau
104,04
9.761.992
10.156
20
Kepulauan
43,7
37,9
83,6
33,6
DKITengah*
Jakarta
6
100,00
60
100,00
6
Jawa
0
0
0
0
JawaJakarta
Barat
50,55081,6
45.736.365
23.118
162 20,10
DKI
14,3
20,1
Barat
26
100,00
26 0
100,00
DIJawa
Yogyakarta*
0
0
0
0 26
0
0
Tengah
41,21 78,6
36.745.961
15.144
182 24,0
Jawa Barat
7,9
25,3
Jawa
Timur*
0
0
0
0
0 35
0
0
Jawa
Tengah
35
100,00
35
100,00
DI Yogyakarta
95,99 84,8
3.457.491
3.319
16 45,2
Jawa
Tengah
18,7
50,1
Banten
30
0
0
14
9
0
48
DI
Yogyakarta
5
100,00
5
100,00
5
Jawa
Timur
39,14 71,0
38.054.487
14.895
156 37.066
DI
Yogyakarta
11,6
51,6 55.836
40,3
Bali
52.798
52.250 38
8
Jawa
Timur
3849.900
100,00
3823
100,00
Banten
37,20
10.690.278
3.977
30 34,10
JawaTenggara
Timur Barat*
21,1
50,4
Nusa
0
0
0
0
065,1
0
Banten
8
100,005
8
100,00
8
BaliTenggara Timur
168,48
4.043.773
6.813
Nusa
5.500
4.871
12
5.564
5.17669,0
7
5.067
Banten
10,8
44,3
32,4
Bali
9
100,005
9
100,00
9
Nusa
Tenggara
Barat
41,96
4.058.506
1.703
Kalimantan
Barat*
Bali
23,2
53,7
49,10
0
0
0
0
089,2
0
Nusa
TenggaraTimur
Barat
10
90,00
8
80,00
9
Nusa Tenggara
Tenggara
9,34
4.804.719
449
10 36,1
Nusa
Barat
36,4
52,3
Kalimantan
Tengah
935
636
1.265
82570,6
5
778
Nusa
Tenggara
Timur
21
52,38
62
28,57
11
Kalimantan
Barat
18,24
4.249.142
775
13
Nusa Tenggara
Timur
55,0
52,9
86,8
48,3
Kalimantan
Selatan
179
171
2
119
0
0
241
Kalimantan
Barat
14
100,00
12
85,71
14
Kalimantan Tengah
43,24
2.393.471
1.035
7
Kalimantan Barat
17,8
59,7
70,6
44,9
Kalimantan
Timur
315
260
92
74 13
0
141
Kalimantan
Tengah
14
92,86
Kalimantan
Selatan
31,46
11 1
78,57
3.449.117
1.085
11
Kalimantan Tengah
25,5
56,2
81,6
50,5
Sulawesi
UtaraTimur
Kalimantan
92,73
Kalimantan
Selatan
13
3.874.580
3.593 3.527
100,00
29 2.795
1126
84,62
13
2.961
1.086
1.706
35
Kalimantan Selatan
29,9
48,4
69,7
31,2
Sulawesi
Utara
50,80
2.265.937
1.151 1.197
Kalimantan
Timur
14
100,009 1.239
1421
100,00
14
Sulawesi
Tengah
976
660
96088,1
4
Kalimantan
Timur
39,4
54,2
48,4
Sulawesi
Tengah
66,82
2.660.974
1.778 1.201
11 2.022
Sulawesi
Utara
15
80,00
80
53,33
12
Sulawesi
Selatan
2.454
1.053
84185,2
9
Sulawesi
Utara
34,9
55,5
47,2
Sulawesi
Selatan
50,81
8.386.763
4.261
43
Sulawesi
Tengah
11
100,00
10 5
90,91
Sulawesi
Tenggara
1.134
959
413
389 11
3
614
Sulawesi Tengah
29,9
48,9
72,4
40,4
Sulawesi Tenggara
51,09
2.221.448
1.135
10
Gorontalo
440
226
3
458
292 23
6
507
Sulawesi
Selatan
24
95,83
20
83,33
Sulawesi Selatan
29,8
35,8
74,1
27,9
Gorontalo
23,51
1.012.191
238
Sulawesi
Barat
307
204
0
603
601 7
0
678
Sulawesi
Tenggara
12
58,333
5
41,67
Sulawesi
27,8
34,8
20,4
Maluku
Sulawesi Tenggara
Barat
237
6
198
43,63
15267,1
3
1.145.922
500
Gorontalo
6 232
100,000 1.528
4
66,67
6
Gorontalo
44,8
46,2
32,2
Maluku
Utara
3.206
2.074
31
1.50175,3
19
303
Maluku
2,20
1.501.359
33 2.045
Sulawesi
Barat
5
80,000
3
60,00
4
Sulawesi
Barat
26,8
44,0
72,2
34,50
Papua
Barat*
0
0
0
0
0
0
Maluku Utara
21,87
1.106.631
242
4
Maluku
11
54,55
20
18,18
6
Papua*
Maluku
0
0
0
0
39,6
54,6
Papua Barat
8,51078,1
564.085
48
0 44,60
Maluku
Utara
9
55,56 69.136
4
44,44
5
Indonesia
84.010
71.843
184
84.750
74.331
137
Maluku
52,3
49,6
Papua Utara
1.793.969
152
8,47 80,5
0 42,0
Papua
Barat
11
27,27
0
0,00
3
Papua Barat
Persentase
VAR/GHPR
85,5%42,8
87,7%
63,4
Indonesia
245.394.250
112.511
45,85 78,0
871 49,6
Papua
20,69
29
0
0,00
6
Papua
49,6
55,2
83,6
50,0
Indonesia
497
374
75,25
417
83,90 45,5
4
Indonesia
33,7
52,9
81,1
Provinsi
Provinsi
Provinsi
Provinsi

Sumber

: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2014

Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 201


Sumber: Balitbangkes, Riskesdas 2013
4

Lampiran 6.28
PROPORSI PENDERITA MALARIA YANG DIOBATI DENGAN PENGOBATAN SESUAI PROGRAM
DAN PENDERITA MALARIA YANG MENGOBATI SENDIRI MENURUT PROVINSI, RISKESDAS 2013

Lampiran 6.29
JUMLAH PENDERITA, INCIDENCE RATE PER 100.000 PENDUDUK, KASUS MENINGGAL, DAN CASE FATALIT
Y RATE (%)
DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD/DHF)

Keterangan: update tanggal 5 Mei 2014

Lampiran 6.30
JUMLAH KABUPATEN/KOTA YANG TERJANGKIT DEMAM BERDARAH DENGUE
MENURUT PROVINSI TAHUN 2011 - 2013

Lampiran 6.31
SITUASI RABIES MENURUT PROVINSI DI INDONESIA
No

No

(1)

(2)

1
2
31
4
2
5
63
7
4
8
95
10
6
11
127
13
148
15
(1)
16
17
1
18
2
19

(1)
(2)
Aceh
(2)
1
Aceh
Sumatera
Utara
2
Sumatera
Utara
Sumatera
Barat
Sumatera
Selatan
Sumatera Barat
Riau3
DKI
4 Jakarta
Riau
Jambi
5
Jambi
Sumatera
Selatan
Jawa Barat
6
Sumatera Selatan
Bengkulu
Jawa
7 Tengah
Bengkulu
Lampung
8
Lampung
DI 9Yogyakarta
Kepulauan
Bangka Belitung
Kep. Bangka Belitung
Kepulauan
Riau
10 Timur
Kepulauan
Riau
Jawa
DKI11
Jakarta
DKI Jakarta
Jawa
Barat
Banten
12 Jawa Barat
Jawa Tengah
13 Jawa Tengah
Provins
DIKalimantan
Yogyakarta Timur
14 DI Yogyakarta
Jawa
Timur
Indonesia
i
15 Jawa(2)
Timur
Banten
16 Banten
Bali
Jawa Tengah
17 Bali
Nusa Tenggara Barat
18 Tenggara
Nusa Tenggara
Barat
Nusa
Timur
Nusa Tenggara
Timur

3
20

Sulawesi Barat
Selatan
Kalimantan

(1)

21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

2011
Prevalensi Asma

Provinsi

ProvinsiPROVINSI

NO

2009
Berdasarkan
M Gejala
%) (3)

(3)
2.359
(4)
4,0
141
274 - 2,4
0
2,7
532
11
0 2,0
257
210 4 2,4
29
2,5
94
184
33 2,0
74
1,6
626
207 43
4,3
31
5
2 3,7
53
5,2
474 - 5,0
0
20 412
20
4,3
11
12
2
0
37
Kasus
Diobati
6,9
219 82
857
5,1
(3)
76 (4)
3,8
18 27
27
6,2
71
5,1
14
14
1.730

(3)

19 Nusa Tenggara Timur


0
253 20 Kalimantan Barat
Indonesia
Kalimantan
Tengah Tengah
225 41
41
21
Kalimantan
22 Kalimantan
Kalimantan
Selatan Selatan
385
23
Kalimantan
Timur
Sumber
:
Ditjen
PP
&
PL,
Kemenkes
RI, 201
Kalimantan Timur
409
4
24 Sulawesi
Utara
Sulawesi Utara
30
25 Sulawesi Tengah
Sulawesi
Tengah Selatan
451
26 Sulawesi
Sulawesi
Selatan Tenggara
128
27 Sulawesi
Sulawesi
Tenggara
201
28 Gorontalo
Gorontalo
224
29 Sulawesi Barat
Sulawesi
Barat
96
30 Maluku
Maluku
70
31 Maluku Utara
Maluku
Utara
27
32 Papua Barat
Papua Barat
988
33 Papua
Papua
1.158
Indonesia

Indonesia

11.914

7,3
3,2
5,7
6,4
4,1
4,7
7,8
6,7
5,3
5,4
5,8
5,3
5,0
3,6
5,8
4,5

CFR

Jumlah 2012
Kasus Klinis Filariasis

Prevalensi PPOK pada Umur

2010

Prevalensi Kanker Menurut

2011
Diagnosis
Dokter
CFR

30
(4)
(5))
(4)
Tahun Berdasarkan
Gejala2.359
(%)
2.359
(5)
(6)
(7)
4,3
141
148
274
03,6
- 274
3,0
532
532
0
102,1
0
221
222
13,79 210
02,1
0 210
2,8
94
94
17,93
1292,3
20
74
74
1,4
6,87 207
723,6
7 207
31
31
40,00
282,1
2
53
53
2,7
474
04,0
- 480
4122013
412
3,4
0,00
0
37
37
Meninggal
Kasus
Diobati
3,1
219
9,57
2393,6
29 238
(5)
(6)
(7) 81
76
2,7
18
1
03,5
- 18
71
71
0
185,4
181.730
1.730
10,0
43,5
4 269
253
225
1
224,3
22 238
5,0
385
385
2,8
409
409
4,0
30
30
8,0
451
468
6,7
128
129
4,9
107
119
5,2
224
224
6,7
96
96
4,3
70
70
5,2
27
27
2,5
988
988
5,4
1.343
1.343
3,7

11.969

12.066

(5)

(8)
1,4
-1,0
1,7
0
0,7
1,5
0
0,7
15,50
1,9
0,7
9,72
1,3
1,6
7,14
1,9
-1,0
-2,1
Meninggal
4,1
12,13
(8)1,6
1,0
-2,0
00,6
1,0
00,8
00,7
1,6
1,7
1,7
0,9
1,7
1,1
0,2
1,1
1,0
1,2
0,6
1,1
1,4

2012

(6)

2.359
(9)
186
193 1
310
66
300
185 1
85
156
74
163
207
39
244
53
48010
412
37 0
Kasus
238
641
(9)
81
18
0
71
0
1.730

11
269
238
11
422
409
30
474
133
119
224
96
70
27
988
1.346
11.903

TAHUN 2011-2013
Ket

: GHPR = Gigitan Hewan Penular Rabies (belum confirmed lab), VAR = Kasus digigit yang diberi Vaksin Anti Rabies, LYSSA = Positif rabies dan mati
* daerah bebas rabies
Sumber
: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2
014
Sumber: Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 201

Lampiran 6.32Sumber:
4
Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 201
JUMLAH PENDERITA FILARIASIS MENURUT PROVINSI DI INDONESIA
4
TAHUN 2009-2013

Lampiran 6.33
JUMLAH KASUS, MENINGGAL, DAN CASE FATALITY RATE (CFR) LEPTOSPIRO
SIS
MENURUT PROVINSI TAHUN 2011 - 2013
Ket.

: K= Kasus, M= Meninggal, CFR=Case Fatality Rate

SITUASI ANTRAKS PADA MANUSIA


MENURUT PROVINSI TAHUN 2011 - 2013

Lampiran 6.34
PREVALENSI PENYAKIT ASMA, PPOK, DAN KANKER
MENURUT PROVINSI, RISKESDAS 2013

Keterangan: PPOK = Penyakit Paru Obstruksi Kronis

Lampiran 6.35
PREVALENSI DIABETES, HIPERTIROID PADA UMUR 15 TAHUN DAN HIPERTENSI PADA UMUR 18 TAHUN
MENURUT PROVINSI, RISKESDAS 2013

Sumber : Riskesdas 2013, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 201


4

NO

PROVINSI

NO

(2)

(1)
(1)1

Aceh

(2)

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera
Utara
Sumatera
Barat
Sumatera
Barat
Riau
Riau
Jambi
Jambi
Sumatera Selatan
Sumatera Selatan
Bengkulu
Bengkulu
Lampung
Lampung
Kep. Bangka Belitung
Kep. Bangka Belitung
Kepulauan
Riau
Kepulauan
Riau
DKIJakarta
Jakarta
DKI
JawaBarat
Barat
Jawa
JawaTengah
Tengah
Jawa
DIDIYogyakarta
Yogyakarta
Jawa
JawaTimur
Timur
Banten
Banten
Bali
Bali
Nusa
Barat
NusaTenggara
Tenggara
Barat
Nusa Tenggara Timur
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Kalimantan
Sulawesi
UtaraTimur
Sulawesi
Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi
Tengah
Sulawesi
Selatan
Sulawesi
Selatan
Sulawesi
Tenggara
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi
Barat
Gorontalo
Maluku
Sulawesi Barat
Maluku
Utara
Maluku
Papua
Barat
Maluku
Utara
Papua
32 Papua Barat
Indonesia

12
23
34
4
5
5
6
6
7
7
8
8
99
10
10
11
11
12
12
13
13
14
14
15
15
16
16
17
17
18
18
19
19
20
20
21
21
22
22
23
23
24
24
25
25
26
26
27
28
27
29
28
30
29
31
30
32
31
33

33

JANTUNG
KORONER (%)
DIABETES

PROVINSI

Papua

Indonesia

Ket :

D*
D**
D/G

D*
D* (3)

(%)

D/G
D/G(4)

GAGAL JANTUNG HIPERTENSI


(%)

HIPERTIROID (%)

STROKE

D*(5)

)D/G Wawancara D**


(6)
(7)
D**
D/O

D*

D/G
Pengukuran
(8)
U

0,7

(4) 2,3

(5)
0,10

(6)
0,3

(7)6,6

(8)
10,5

1,8 0,5
1,8 0,6
1,3 0,2
1,0
0,2
1,1
0,4
0,9
0,3
0,9
0,2
0,7
2,1 0,6
1,3 0,4
2,5 0,7
1,3 0,5
1,6 0,5
2,6 0,6
2,1 0,5
1,3 0,5
1,3 0,4
0,9
0,2
1,2
0,3
0,8
0,3
1,2
0,3
1,4
2,3 0,5
2,4 0,5
1,6 0,7
1,6 0,8
1,1 0,6
1,5 0,4
0,8 0,4
1,0 0,3
1,2 0,5
1,0 0,2
0,8
0,3
1,5

2,61,1
2,31,2
1,80,3
1,2
0,5
1,2
0,7
1,3
0,6
1,0
0,4
0,8
2,51,2
1,51,1
3,01,6
2,01,6
1,91,4
3,01,3
2,51,3
1,61,0
1,51,3
1,3
2,1
3,3
4,4
1,0
0,9
1,6
1,7
2,0
2,72,2
3,61,0
3,71,7
3,43,8
1,92,9
2,81,7
2,21,8
2,12,6
2,21,7
1,21,7
2,3
1,2
2,1

0,3
0,13
0,3
0,13
0,3
0,12
0,1
0,04
0,2
0,07
0,1
0,10
0,2
0,08
0,2
0,05
0,4
0,17
0,2
0,15
0,7
0,14
0,5
0,18
0,5
0,7
0,25
0,6
0,19
0,4
0,09
0,4
0,13
0,2
0,04
0,4
0,10
0,1
0,08
0,2
0,07
0,2
0,06
0,3
0,08
0,5
0,14
0,4
0,12
0,5
0,07
0,3
0,3
0,04
0,3
0,06
0,2
0,07
0,2
0,09
0,2
0,02
0,2
0,08
0,4

9,7
0,3
6,6
0,3
7,8
0,2
6,0
0,1
7,4
0,2
7,0
0,1
7,8
0,1
7,4
0,1
9,9
0,3
8,8
0,3
10,0
0,3
10,5
0,3
9,5
12,8
0,4
10,7
0,3
8,6
0,2
8,7
0,3
6,7
0,2
7,2
0,8
8,0
0,2
10,6
0,2
13,1
0,3
10,3
0,1
15,0
0,4
11,6
0,7
10,3
0,5
7,6
11,1
0,2
9,5
0,2
6,6
0,3
6,9
0,4
5,0
0,2
3,2
0,2
9,4

9,8
6,0
6,7
7,4
7,9
4,2
6,1
3,6
7,4
5,2
7,0
7,0
7,9
3,7
7,4
9,7
10,0
7,6
8,8
9,7
10,1
6,6
10,6
7,7
9,5
12,9
10,3
10,8
9,1
8,6
5,1
8,8
5,3
6,8
4,5
7,4
4,2
8,1
5,8
10,7
6,2
13,3
9,2
10,4
7,7
15,2
10,8
11,9
7,4
10,5
7,1
7,8
11,3
4,8
9,6
8,3
6,8
5,9
7,0
4,2
5,2
4,6
3,3
4,2
9,5

21,5
10,3
24,7
12,2
22,6
5,2
20,9
5,3
24,6
7,8
26,1
9,4
21,6
5,4
24,7
14,6
30,9
8,5
22,4
14,6
20,0
12,0
29,4
12,3
26,4
25,7
16,9
26,2
16,0
23,0
9,6
19,9
8,9
24,3
9,6
23,3
12,1
28,3
8,2
26,7
12,1
30,8
14,5
29,6
10,0
27,1
14,9
28,7
16,6
28,1
17,9
22,5
29,0
8,8
22,5
12,3
24,1
15,5
21,2
8,7
20,5
10,7
16,8
5,8
25,8

(3)

0,2
0,5

1,3
1,5

0,07
0,13

0,5
0,3

2,3
7,0

Berdasarkan diagnosis dokter


D/O
Berdasarkan diagnosis nakes/minum obat
Sumber nakes
: Riskesdas 2013, Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan,
Berdasarkan diagnosis
U
Berdasarkan pengukuran tekanan darah
2014
Berdasarkan diagnosis
dokter/gejala

Lampiran 6.36

()(

Sumber : Riskesdas 2013, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan


, 2014

PREVALENSI PENYAKIT JANTUNG KORONER, GAGAL JANTUNG, DAN STROKE


PADA UMUR 15 TAHUN MENURUT PROVINSI TAHUN 2013

9,4
12,1

NO

PROVINSI

(1)

(2)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kep. Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

GAGAL GINJAL KRONIS


(%)

BATU GINJAL (%)

PENYAKIT SENDI

D*

D*

D**

(3)

(4)

(5)

0,4
0,2
0,2
0,1
0,2
0,1
0,2
0,3
0,1
0,1
0,1
0,3
0,3
0,3
0,3
0,2
0,2
0,1
0,3
0,2
0,2
0,2
0,1
0,4
0,5
0,3
0,2
0,4
0,2
0,2
0,2
0,2
0,2
0,2

0,9
0,3
0,4
0,2
0,4
0,3
0,4
0,5
0,1
0,3
0,5
0,8
0,8
1,2
0,7
0,4
0,7
0,3
0,7
0,4
0,4
0,4
0,4
0,5
0,8
0,5
0,5
0,6
0,2
0,5
0,4
0,3
0,4
0,6

18,3
8,4
12,7
6,8
8,6
8,4
10,2
11,5
5,8
5,9
8,9
17,5
11,2
5,6
11,1
9,5
19,3
9,8
12,6
13,3
12,6
9,5
8,2
10,3
11,4
10,6
12,0
10,4
8,0
8,9
5,9
8,3
15,4
11,9

Sumber : Riskesdas 2013, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 20


14

Lampiran 6.37
PREVALENSI PENYAKIT GAGAL GINJAL KRONIS, BATU GINJAL, DAN SENDI
PADA UMUR 15 TAHUN MENURUT PROVINSI TAHUN 2013

(%)
D/G
(6)

25,3
19,2
21,8
10,8
14,2
15,6
16,5
18,9
17,8
11,6
21,8
32,1
25,5
22,7
26,9
20,6
30,0
23,7
33,1
22,3
21,8
25,8
16,0
19,1
26,7
27,7
20,8
17,7
22,5
18,8
17,4
15,4
26,5
24,7

No
No

Provinsi
Provinsi

(1)

(2)

(1)

Aceh

(2)

JenisAir
Sumber
Kualitas Fisik
MinumAir Minum
Tidak Keruh
Tidak BerwarnaAir Ledeng
Tidak Berasa
Sumur
Air Kemasan Air Isi Ulang Air Ledeng
Eceran/
(3)
(4)
(5)
Bor/Pompa
Membeli
91,6
93,6
96,0 (7)
(3)
(4)
(5)
(6)

2
1
3
2
34

Sumatera Utara
Aceh
Sumatera Barat
Sumatera Utara
R i a u Barat
Sumatera

4,1

97,6

45
56

Ra
i amu b i
Sumatera
Selatan
ambi

1,9

96,1

3,5

95,5

23,3

67
78

Bengkulu Selatan
Sumatera
Lampung
Bengkulu

2,3

93,3

19,0

1,2

97,3

18,2

2,4
5,3

94,5
96,9

37,4
32,2
32,7
47,2

97,1
7,2
98,2
15,4
97,7
13,8

3,3
1,0
0,5

98,3
1,0
97,7
11,6

0,9

97,2
15,4
98,8
14,3

0,3

99,6
3,4
99,2
1,9

0,9

0,4
0,3

96,9
97,4

3,6
15,0

98,2 4,1
98,5 7,9
97,7 4,1
97,5 4,5
98,8 4,2
98,1 5,3

Kepulauan Bangka Belitung


89 Lampung
10
KepulauanBangka
Riau Belitung
9 Kepulauan
11 Kepulauan
DKI JakartaRiau
10

5,7

99,3

11,3

11,6

98,9

41,6

4,9

98,4

65,9

99,1
5,5

1,8

99,6 8,3
98,6 2,5

12 DKI
Jawa
Barat
11
Jakarta

33,2

97,3

35,6

98,7
13,8

1,7

97,1 14,7

13 Jawa
JawaBarat
Tengah
12

12,1

97,1

22,6

98,9
6,6

1,3

13
Tengah
14 Jawa
DI Yogyakarta

6,2

97,4

11,0

15,6
98,9

14
Yogyakarta
15 DI
Jawa
Timur

10,6

98,2

11,5

15
Timur
16 Jawa
Banten

12,8

97,8

16
17 Banten
Bali
17
a l i Tenggara Barat
18 BNusa
18
Nusa
Barat
19 NusaTenggara
Tengara Timur

20,3

0,094,3

98,4 8,2

5,595,2

2,7

98,9 13,0

30,3
99,7

5,3

99,0 12,3

2,396,4

10,6
99,1

0,3

98,1 5,4

49,6
99,6

4,6

99,1 2,4

0,996,2

12,1

11,5
98,3

1,8

96,3 20,3

24,4
99,6

4,7

98,5 9,2

2,193,8

5,2
99,2
23,0
98,8

1,0

99,3 22,1

2,8

2,5

99,6 4,1
98,9 15,7

1,796,4
1,993,4

20,0
97,3
26,7
97,8

3,4

95,5 3,5
92,1 9,4

13,2
99,9
7,199,6
31,6
99,3
17,8
99,6

7,1

98,6 8,7
98,5 18,6

1,785,2
9,993,7

7,5
95,1
8,2
96,6

0,8

3,7

96,4 4,3
97,6 4,4

4,488,2
2,187,1

24,8
98,7
16,3
98,7
16,7
98,1
21,3
98,7
14,0
98,2
27,7
98,2
19,3
98,5
11,8
97,7
22,1
98,5
23,1
98,0
14,3
93,4
7,7
98,4
11,9

3,5

5,899,4
11,5
99,5
13,1
99,5

98,7 2,6
1,8
99,4
11,2
98,8
13,7
98,5
8,4
98,4
9,3
99,1
2,8
98,8
26,1
99,3
17,4
98,8
5,6
97,6
3,5
97,8
10,1
98,6 7,6

0,595,2
1,1
95,0
2,3
90,8
5,7
93,0
5,1
93,1
1,7
95,0
0,9
95,3
4,3
92,6
3,7
92,9
1,4
94,2
1,9
78,6
22,8
3,294,1

4,1

3,2

94,0

14,3

3,7

95,3

27,0

22
23
23
24
24
25
25
26
26
27
27
28
28
29
29
30
30
31
31
32
32
33
33

3,2

97,2

20,7

0,8
1,4
1,4
3,0
1,6
9,7

95,8
96,8
94,0
97,2
96,2
84,3
96,7

1,191,2
2,296,2

3,7

12,6

3,5

99,2 1,7
99,2 3,2

0,294,6
0,693,2

99,5
22,6

97,0

96,4

98,9 1,7
98,1 1,4

98,4 16,2

90,9

1,9

10,7

98,7 8,9
98,6 0,5

91,9
1,7
94,6
2,4
6,395,4

98,6 0,0

0,6

95,5

8,9

6,0

0,2

19
TengaraBarat
Timur
20 Nusa
Kalimantan
20
21 Kalimantan
KalimantanBarat
Tangah
21
22 Kalimantan
KalimantanTangah
Selatan

1,9

12,4

4,2

5,4

98,2

1,8

5,2

98,2

0,799,4

4,8

95,3

5,1

97,9

99,5
10,2

10,2

97,6

99,1
35,9
99,7
45,4

3,1

99,4 0,5
98,3 1,0

97,4

11,9

99,3
15,0
99,4
28,3

7,3

10,1

30,6

4,1

99,1
29,3
99,3
14,2
99,4
19,7

Baik*
Mata Air
Tak Pen
(8)
Terlindung
A
88,1
(11)

99,8
56,4
99,9
23,4

28,7

Kalimantan
KalimantanSelatan
Timur
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Gorontalo
Sulawesi Barat
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku
Maluku Utara
Maluku Utara
Papua Barat
Papua Barat
Papua
Papua
Indonesia
Indonesia

Tidak Gali
Berbusa
Sumur
Sumur GaliTidak
Tak Berbau
Mata Air
(6)
(7)
Terlindung
Terlindung
Terlindung
98,8
96,2 (10)
(8)
(9)

56,7
29,0
18,8
25,2
14,1
23,7
13,4
11,9
8,6
30,5
17,6
21,0

0,2

2,2
1,0
1,0
0,8
1,0
1,5
2,4
1,2
0,1
3,4
0,3
1,8
0,7
1,6

97,1 2,2
94,6 2,3
90,9 11,0
97,7 9,6
97,9
94,6
97,6
97,2
98,9
97,6
97,6
95,7
97,5
92,7

2,6
5,9

14,7
16,3
6,7
8,1
7,9
6,8
5,0
2,2

1,1
97,4 12,8

5,1
99,7
15,4
99,2
14,3
99,5
17,7
99,1
27,1
99,5
36,9
99,3
18,8
99,5
18,2
99,3
32,8
99,1
16,7
99,1
5,3
99,5
22,5

10,5

1,4
9,5
4,3
5,7
2,0
5,4
4,5
7,2
5,3
2,9
11,6
8,9
8,3
3,4
3,0
4,9

1,397,0
0,198,3
1,996,3

Sumber : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2014

Lampiran 6.38
PROPORSI RUMAH TANGGA BERDASARKAN JENIS SUMBER AIR MINUM MENURUT PROVINSI, RISKESDAS 2013

Lampiran 6.39
PROPORSI RUMAH TANGGA BERDASARKAN KUALITAS FISIK AIR MINUM MENURUT PROVINSI, RISKESDAS 2013

No

Provinsi

(1)

(2)

Pengolahan Air Minum Sebelum Dikonsumsi


Ya

Tidak

(3)

(4)

Aceh

59,90

40,10

Sumatera Utara

69,50

30,50

Sumatera Barat

71,70

28,30

Riau

58,40

41,60

Jambi

78,60

21,40

Sumatera Selatan

81,90

18,10

Bengkulu

85,80

14,20

Lampung

83,60

16,40

Kepulauan Bangka Belitung

49,40

50,60

10

Kepulauan Riau

36,60

63,40

11

DKI Jakarta

41,60

58,40

12

Jawa Barat

69,10

30,90

13

Jawa Tengah

85,90

14,10

14

DI Yogyakarta

80,30

19,70

15

Jawa Timur

70,00

30,00

16

Banten

56,40

43,60

17

Bali

48,50

51,50

18

Nusa Tenggara Barat

33,50

66,50

19

Nusa Tengara Timur

90,60

9,40

20

Kalimantan Barat

80,70

19,30

21

Kalimantan Tangah

64,80

35,20

22

Kalimantan Selatan

77,50

22,50

23

Kalimantan Timur

54,20

45,80

24

Sulawesi Utara

66,70

33,30

25

Sulawesi Tengah

78,80

21,20

26

Sulawesi Selatan

72,00

28,00

27

Sulawesi Tenggara

84,40

15,60

28

Gorontalo

82,50

17,50

29

Sulawesi Barat

82,70

17,30

30

Maluku

87,80

12,20

31

Maluku Utara

92,70

7,30

32

Papua Barat

69,10

30,90

33

Papua

57,00
70,10

43,00
29,90

Keterangan : * Tidak keruh, tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbusa dan tidak berbau

Indonesia

Lampiran 6.40
PROPORSI RUMAH TANGGA BERDASARKAN PENGOLAHAN AIR MINUM SEBELUM DIMINUM MENURUT PROVINSI, RISK
ESDAS 2013
Sumber : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 201
4

Sumber : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 201


4

No

No

Provinsi

(1)

(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Akses Ke Sumber Air Minum


Cara Pengolahan Air *

Provinsi
Improved*

(2)

Aceh (2)

2 Sumatera Utara
Aceh
3 Utara
Sumatera Barat
Sumatera
4 Barat
Riau
Sumatera
5
Jambi
Riau
6 Sumatera Selatan
Jambi
7 Bengkulu
Sumatera Selatan
8 Lampung
Bengkulu
9 Kepulauan Bangka Belitung
Lampung
10 Kepulauan Riau
Kepulauan Bangka Belitung
11 DKI Jakarta
Kepulauan
Riau
12 Jawa Barat
DKI Jakarta
13 Jawa Tengah
Jawa Barat
14 DI Yogyakarta
Jawa Tengah
15 Jawa Timur
DI Yogyakarta
16 Banten
Jawa Timur
17 B a l i
Banten 18 Nusa Tenggara Barat
B a l i 19 Nusa Tengara Timur
20 Kalimantan
Nusa Tenggara
Barat Barat
21 Kalimantan
Nusa Tengara
Timur Tangah
22 Kalimantan
Selatan
Kalimantan
Barat
23 Kalimantan
Timur
Kalimantan
Tangah
24 Sulawesi Utara
Kalimantan Selatan
25 Sulawesi Tengah
Kalimantan Timur
26 Sulawesi Selatan
Sulawesi Utara
27 Sulawesi Tenggara
Sulawesi Tengah
28 Gorontalo
Sulawesi Selatan
29 Sulawesi Barat
Sulawesi Tenggara
30 Maluku
Gorontalo
31 Maluku Utara
Sulawesi
32Barat
Papua Barat
Maluku 33 P a p u a
Indonesia
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

Pemanasan/ Dimasak

Penyinaran Matahari

(3)

Unimproved**

Tambah(4)Larutan Tawas

Disaring dan Tambah


Larutan Tawas

(3)

47,1

(4)

52,9
(5)

(6)

95,9
96,5
97,0
97,3
97,2
94,6
95,8
97,6
97,1
95,4
96,9
96,5
97,2
97,0
96,7
97,8
95,6
96,4
97,1
96,0
92,6
93,6
94,8
96,1
95,7
97,1
97,4
97,4
96,3
90,6
95,6
97,2
94,7
96,5

57,9

1,7
2,4
2,3
2,2
1,9
3,7
3,8
2,1
2,0
1,8
1,6
2,8
2,3
2,4
2,1
1,6
2,3
2,0
2,1
3,5
1,8
2,1
1,7
1,8
1,5
1,2
1,8
2,3
2,4
3,0
3,7
2,1
2,8
2,3

42,1
0,1

0,3
0,1
0,1
0,1
0,0
0,6
0,1
0,2
0,1
0,3
0,0
0,0
0,1
0,0
0,4
0,0
0,2
0,4
0,2
0,1
0,6
1,2
0,2
0,2
0,9
0,5
0,3
0,0
0,4
0,1
0,4
0,3
0,3
0,2

51,3
45,5
58,6
65,3
66,7
74,3
44,3
24,0
61,6
65,1
77,8
81,7
77,9
65,0
82,0
74,4
69,7
67,8
48,1
54,7
35,2
61,0
66,7
60,3
74,7
70,4
66,1
68,5
75,3
55,2
45,7
66,8

48,7
0,0
54,5
0,0
41,4
0,0
34,7
0,2
33,3

0,4
0,0
55,7
0,0
76,0
0,0
38,4
0,0
34,9
0,0
22,2
0,0
18,3
0,1
22,1
0,0
35,0
0,1
18,0
0,1
25,6
30,3
0,4
32,2
0,1
51,9
0,0
45,3
0,0
64,8
2,8
39,0
2,1
33,3
1,2
39,7
0,0
25,3
0,0
29,6
0,0
33,9
0,0
31,5
0,1
24,7
0,1
44,8
0,0
54,3
0,0
33,2
0,0
0,0
0,2
25,7

Sumber : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2014

Lampiran 6.41
PROPORSI RUMAH TANGGA BERDASARKAN CARA PENGOLAHAN AIR MINUM SEBELUM DIMINUM MENURUT PROVINSI
, RISKESDAS 2013
Keterangan : * Rumah tangga yang melakukan pengolahan air

Lampiran 6.42
PROPORSI RUMAH TANGGA YANG MEMILIKI AKSES TERHADAP SUMBER AIR MINUM BERDASARKAN KRITERIA
JMP WHO - UNICEF 2006 MENURUT PROVINSI, RISKESDAS 2013

No

Provinsi

(1)

(2)

Fasilitas Tempat Buang Air Besar


Milik Sendiri
(3)

Milik Bersama
(4)

Umum
(5)

Sembarangan
(6)

Aceh

64,6

5,7

7,0

22,7

Sumatera Utara

80,2

6,1

3,4

10,2

Sumatera Barat

68,3

5,8

4,9

21,0

Riau

88,4

4,1

1,7

5,8

Jambi

81,7

3,1

3,5

11,7

Sumatera Selatan

76,1

5,4

3,9

14,6

Bengkulu

76,4

4,8

2,0

16,9

Lampung

88,1

4,2

1,4

6,4

Kepulauan Bangka Belitung

77,0

5,9

2,6

14,5

10

Kepulauan Riau

88,1

6,6

2,4

2,8

11

DKI Jakarta

86,2

8,8

4,5

0,4

12

Jawa Barat

78,2

7,6

7,0

7,2

13

Jawa Tengah

78,6

5,3

2,7

13,4

14

DI Yogyakarta

84,5

11,0

1,5

3,0

15

Jawa Timur

73,4

6,2

3,1

17,3

16

Banten

76,7

6,7

3,4

13,2

17

Bali

77,8

12,5

0,6

9,1

18

Nusa Tenggara Barat

57,8

9,5

3,4

29,3

19

Nusa Tengara Timur

70,2

6,5

2,0

21,3

20

Kalimantan Barat

69,4

6,5

2,3

21,8

21

Kalimantan Tangah

68,5

13,2

9,8

8,5

22

Kalimantan Selatan

69,4

9,2

6,6

14,8

23

Kalimantan Timur

87,8

3,8

3,6

4,8

24

Sulawesi Utara

75,5

8,2

4,0

12,4

25

Sulawesi Tengah

59,3

6,9

5,5

28,2

26

Sulawesi Selatan

71,2

8,4

3,6

16,9

27

Sulawesi Tenggara

70,0

5,3

4,5

20,2

28

Gorontalo

50,2

10,8

14,9

24,1

29

Sulawesi Barat

52,8

5,4

7,4

34,4

30

Maluku

62,3

5,3

9,1

23,4

31

Maluku Utara

60,2

5,1

15,8

19,0

32

Papua Barat

66,5

8,2

14,8

10,4

33

Papua

59,9
76,2

6,5
6,7

5,7
4,2

27,9
12,9

Indonesia

Sumber : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kemenkes RI, 201


4

Sumber : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 201


4

Keterangan : * Air ledeng/PDAM, sumur bor,/pompa, sumur gali terlindung, mata air terlindung, penampungan air hujan, air kemasan
(HANYA JIKA sumber air untuk keperluan RT lainnyaimproved )
** Air kemasan, air isi ulang (DAM), air ledeng eceran/membeli, sumur gali tidak terlindung, mata iar tidak terlindung,
air sungai/danau/irigasi

Lampiran 6.43
PROPORSI RUMAH TANGGA BERDASARKAN PENGGUNAAN FASILITAS BUANG AIR BESAR MENURUT PROVINSI, RISKE
SDAS 2013

Jenis Tempat BAB *


No

Provinsi

(1)

Leher Angsa

(2)

Plengsengan

Cemplung/Cubluk/ Lubang Cemplung/Cubluk/ Lub


Tanpa Lantai
Dengan Lantai

(3)

(4)

(5)

(6)

Aceh

84,9

3,7

7,4

4,0

Sumatera Utara

84,2

5,4

6,4

4,0

Sumatera Barat

83,1

5,6

8,0

3,3

Riau

78,4

6,5

5,5

9,5

Jambi

76,9

7,6

8,9

6,6

Sumatera Selatan

79,4

2,6

13,3

4,7

Bengkulu

91,1

1,8

4,5

2,6

Lampung

78,3

3,3

12,5

5,9

Kepulauan Bangka Belitung

96,8

1,0

1,6

0,6

10

Kepulauan Riau

88,2

2,8

5,0

4,1

11

DKI Jakarta

95,4

2,4

1,4

0,8

12

Jawa Barat

83,7

6,3

7,9

2,1

13

Jawa Tengah

88,2

2,7

6,5

2,5

14

DI Yogyakarta

91,8

0,9

4,1

3,2

15

Jawa Timur

80,7

5,8

9,4

4,1

16

Banten

92,3

3,0

4,1

0,6

17

Bali

98,8

0,8

0,3

0,1

18

Nusa Tenggara Barat

91,8

5,8

1,5

0,9

19

Nusa Tengara Timur

58,0

17,4

17,2

7,4

20

Kalimantan Barat

84,5

4,9

3,8

6,8

21

Kalimantan Tangah

65,8

3,0

8,2

23,0

22

Kalimantan Selatan

78,3

1,4

8,0

12,3

23

Kalimantan Timur

88,4

2,1

3,8

5,7

24

Sulawesi Utara

92,8

3,7

1,8

1,7

25

Sulawesi Tengah

87,0

6,6

3,6

2,8

26

Sulawesi Selatan

87,4

5,8

5,4

1,4

27

Sulawesi Tenggara

87,6

2,3

6,2

3,9

28

Gorontalo

95,8

1,4

1,8

1,0

29

Sulawesi Barat

87,9

6,7

2,6

2,8

30

Maluku

88,8

5,4

3,0

2,8

31

Maluku Utara

93,0

1,9

2,4

2,7

32

Papua Barat

79,8

8,7

9,2

2,4

33

Papua

46,1
84,4

13,2
4,8

24,3
7,2

16,5
3,7

Indonesia

Lampiran 6.44
PROPORSI RUMAH TANGGA BERDASARKAN TEMPAT BUANG AIR BESAR MENURUT PROVINSI, RISKESDAS 2013

Tempat Pembuangan Akhir Tinja

No
Provinsi

No

(1)
(2)

(1)

Aceh

Akses Ke Fasilitas Sanitasi

Provinsi

Tangki Septik
(2)

Aceh

Sumatera Utara

Sumatera Barat

Riau

(3)

SPAL
(4)

63,3

2,6

Sumatera Utara

72,5

2,8

Sumatera Barat

53,9

6,3

Riau

66,4

4,5

Jambi

61,9

3,4

Sumatera Selatan
7 Bengkulu

63,2

3,6

66,6

Bengkulu 8
Lampung 9

64,1
Kepulauan Bangka Belitung

Kepulauan10
Bangka
Belitung
Kepulauan
Riau

10

Jambi

Sumatera Selatan

Kolam/Sawah
Improved*
(3)

53,4
66,8
49,9
64,2
59,5

Sungai/Danau/laut
Unimproved**
(4)

Lubang Tanah

(5)

(6)

2,0

16,7

10,3

4,5

1,6

11,4

9,0

2,0

20,435,8

5,1

1,3

10,440,5

15,5

1,4

19,241,2

12,3

1,8

12,5
1,2

46,6
33,2
50,1

(7)

Pantai/T
Lapang/
(8)

58,8

1,0

61,9

2,4

18,238,1

10,6

1,6

3,5

60,8

1,4

16,139,2

10,3

1,9

5,2

73,9

3,8

6,526,1

19,7

0,6

81,6

1,0

74,8

0,2

4,325,2

2,6

9,8

Kepulauan11
RiauDKI Jakarta

81,4

1,5

78,2

0,3

11,721,8

2,3

1,4

11

DKI Jakarta12

Jawa Barat

88,8

3,0

58,1

0,3

5,941,9

1,9

0,1

12

Jawa Barat13

Jawa Tengah

62,9

5,5

62,7

12,9

15,737,3

2,4

0,4

13

14
Jawa Tengah

DI Yogyakarta

67,9

3,4

72,1

5,3

14,727,9

7,4

0,8

14

15 Jawa Timur
DI Yogyakarta

82,7

4,7

57,5

1,1

4,142,5

7,0

0,2

63,2

2,8

13,4

1,7

74,7

3,0

5,4

84,6

4,0

Lampung

Jawa Timur16

16

Banten

17

Bali

18

Nusa Tenggara Barat

50,3

13,1

19

Nusa Tengara Timur

34,7

4,4

20

Kalimantan Barat

60,6

1,9

21

Kalimantan Tangah

55,1

0,8

22

Kalimantan24Selatan
Sulawesi Utara
Kalimantan25Timur
Sulawesi Tengah

61,0

2,4

78,7

2,0

52,6

0,5

74,8

3,3

25

Sulawesi Utara
26 Sulawesi Selatan
Sulawesi Tengah
27 Sulawesi Tenggara

64,3

2,2

26

Sulawesi Selatan
28 Gorontalo

64,2

27
28

Sulawesi Tenggara
29 Sulawesi Barat
Gorontalo 30 Maluku

29

31 Maluku Utara
Sulawesi Barat

30

Maluku

31

33 P a p u a
Maluku Utara

32

Papua Barat

33

Papua
Indonesia

23
24

Banten

68,3

15

17

Bali

18

Nusa Tenggara Barat

19

Nusa Tengara Timur

20

Kalimantan Barat

21

Kalimantan Tangah

22

Kalimantan Selatan

23

Kalimantan Timur

32

Papua Barat

72,5

1,1

17,431,7
27,5

7,5

7,6

1,6

0,1

3,9

2,8

4,4

1,5

18,0

6,3

10,3

0,2

1,3

39,4

19,2

0,5

18,6

10,5

7,3

0,5

34,025,9

8,8

0,6

27,636,6

7,5

0,9

11,747,4

5,7

1,1

54,9

0,5

10,345,1

9,1

1,4

58,0

1,0

19,142,0

3,8

8,5

7,5

45,9

0,8

8,554,1

10,9

7,6

67,0

2,9

42,9

0,3

7,757,1

12,2

9,2

69,4

4,2

54,2

0,7

12,745,8

2,3

10,2

55,9

2,0

54,9

1,1

21,545,1

10,4

8,5

66,5

3,5

54,9

0,3

11,745,1

4,2

13,3

74,2

2,7

30,5

0,4

11,269,5

2,7

8,1

4,2

59,8

0,4

14,940,2

3,3

4,5

1,8
4,4

11,7
13,9

32,2
8,6

14,6
2,7

Indonesia
72,6

34,6
66,0

41,1
30,5
56,0
51,1
54,5
74,1
63,4

2,8
4,0

0,3

58,9
69,5
44,0
48,9
45,5

Sumber : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2


014
Sumber : Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan, 20
14

Keterangan : * Rumah tangga yang menggunakan fasilitas BAB milik sendiri, bersama, umum

Lampiran 6.45
PROPORSI RUMAH TANGGA BERDASARKAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR TINJA MENURUT PROVINSI, RI
SKESDAS 2013

Lampiran 6.46
PROPORSI RUMAH TANGGA YANG MEMILIKI AKSES TERHADAP FASILITAS SANITASI BERDASARKAN
KRITERIA JMP WHO - UNICEF 2006 MENURUT PROVINSI, RISKESDAS 2013

No

Provinsi

(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

(2)

2011
(3)

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kep. Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

11
6
360
187
149
459
99
25
56
28
0
371
971
8
1.248
63
8
334
557
182
177
220
25
0
186
175
5
76
81
43
48
54
23
6.235

2012

2013

(4)

(5)

87
109
639
363
159
617
112
71
91
35
2
504
1.423
34
2.838
116
10
834
1.084
206
330
342
56
26
298
268
36
111
132
59
72
65
36
11.165

122
121
647
387
169
633
125
256
95
96
2
779
2.817
63
3.618
149
672
1.071
1.531
252
451
391
56
50
318
331
118
319
192
77
107
100
113
16.228

Sumber : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kemenkes RI


, 2014

Sumber: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kemenkes RI


, 2014

Keterangan : * Fasilitas sendiri, sarana jamban leher angsa dan atau plengsengan, pembuangan akhir tinja di tangki septik
** Fasilitas milik bersama, umum, dan atau BAB sembarangan, sarana jamban cemplung, pembuangan akhir tinja tidak di tangki septik

Lampiran 6.47
JUMLAH LOKASI DESA SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT
TAHUN 2013

No

No

(1)

Provinsi

Jumlah Rumah Tangga

Provinsi

(2)
(1)

(3)
(2)

Lokasi
Rumah
di Daerah
Kumuh
Jumlah
Rumah
Tangga
Yang
Dipant
Ya
au

(4)

(3)

Tidak

Rumah Tangga Ber - PHB


(5)

(4)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Aceh
1.066.346
208.157
68.844
87,1
1 Aceh
12,9
Sumatera Utara
3.037.306
596.005TAHUN 2
PENCAPAIAN
RUMAH TANGGA BERPERILAKU950.436
HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)
87,3
2 Sumatera Utara
12,7
Sumatera Barat
1.152.378
752.580
523.419
013
79,6
3 Sumatera Barat
20,4
Riau
1.328.461
286.214
118.760
89,3
4 Riau
10,7
Jambi
770.610
318.301
197.582
85,8
5 Jambi
14,2
Sumatera Selatan
1.813.436
1.121.582
702.184
81,6
6 Sumatera Selatan
18,4
Bengkulu
432.867
318.074
208.097
90,5
7 Bengkulu
9,5
Lampung
1.934.431
1.043.237
571.361
90,8
8 Lampung
9,2
Kepulauan Bangka Belitung
311.144
41.170
22.946
89,1
9 Kepulauan Bangka Belitung
10,9
Kepulauan Riau
441.750
199.668
95.613
74,2
10 Kepulauan Riau
25,8
DKI Jakarta
2.508.869
852.556
559.779
70,6
11 DKI Jakarta
29,4
Jawa Barat
11.493.124
5.405.403
2.613.893
73,3
12 Jawa Barat
26,7
Jawa13
Tengah
8.703.499
3.154.402
2.370.336
84,7
Jawa Tengah
15,3
DI Yogyakarta
1.037.852
387.889
137.743
87,8
14 DI Yogyakarta
12,2
Jawa15
Timur
10.379.484
1.995.195
898.271
83,0
Jawa Timur
17,0
Banten
2.596.432
661.027
233.590
76,0
16 Banten
24,0

17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Bali 17 B a l i
Nusa18Tenggara
Barat Barat
Nusa Tenggara
Nusa19Tenggara
Timur
Nusa Tengara
Timur
Kalimantan
Barat Barat
20 Kalimantan
21 Kalimantan
Kalimantan
TengahTangah
22 Kalimantan
Selatan
Kalimantan
Selatan
23 Kalimantan
Kalimantan
Timur Timur
24 Sulawesi
Sulawesi
Utara Utara
25 Sulawesi
Sulawesi
TengahTengah
26
Sulawesi
Sulawesi SelatanSelatan
27 Sulawesi
Tenggara
Sulawesi
Tenggara
28
Gorontalo
Gorontalo
29 Sulawesi
Sulawesi
Barat Barat
30
Maluku
Maluku
31 Utara
Maluku Utara
Maluku
32
Papua Barat
Papua Barat
33
Papua P a p u a
Indonesia
Indonesia

1.028.171
1.252.516
1.013.882
1.022.980
572.790
975.168
870.912
581.872
620.404
1.847.825
502.047
243.981
258.559
316.597
214.316
168.076
658.584
61.156.669

10,0
22,2
14,6
16,6
13,6
26,5
19,4
12,5
11,2
15,5
14,6
8,9
6,9
13,4
13,9
22,9
21,4
18,7

192.217
72.551
242.617
131.556
30.933
202.554
264.645
170.117
82.943
1.131.725
253.922
57.610
90.165
183.048
26.066
22.275
498.894
21.349.729

90,0
77,8
85,4
83,4
86,4
73,5
80,6
87,5
88,8
84,5
85,4
91,1
93,1
86,6
86,1
77,1
78,6
81,3

133.388
20.999
118.942
65.799
15.861
121.713
199.184
120.280
31.707
620.999
111.225
39.965
48.354
70.268
10.883
5.681
186.790
11.840.461

Lampiran 6.49
PROPORSI RUMAH TANGGA BERDASARKAN LOKASI RUMAH MENURUT PROVINSI, RISKESDAS 2013

Sumber
: Badan
Sumber : Pusat Promosi Kesehatan,
Kemkes
RI Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 201
4

No.

Provinsi

(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

(2)

Jumlah Kabupaten/Kota

Jumlah Kabupaten/
Kota Penyelenggara KKS

(3)

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
Indonesia

(4)

23
33
19
12
11
15
10
14
7
7
6
26
35
5
38
8
9
10
21
14
14
13
14
15
11
24
12
6
5
11
9
11
29
497

2
17
19
9
8
13
8
9
7
2
6
26
35
5
38
6
9
10
7
8
1
10
13
10
5
24
7
6
5
0
0
0
0
325

KKS (%)
(5)

8,70
51,52
100,00
75,00
72,73
86,67
80,00
64,29
100,00
28,57
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
75,00
100,00
100,00
33,33
57,14
7,14
76,92
92,86
66,67
45,45
100,00
58,33
100,00
100,00
0,00
0,00
0,00
0,00
65,39

Sumber: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kemenkes RI, 2
014

Lampiran 6.50
JUMLAH KABUPATEN/KOTA PENYELENGGARA KABUPATEN/KOTA SEHAT (KKS) DI INDONESIA
TAHUN 2013

No

Provinsi
Provinsi

Kabupaten/Kota
Kabupaten/Kota

Keterangan
Keterangan

(1)
(1)

(2)
(2)

(3)
(3)

(4)
(4)

1
17
9

26
2
13
18
27
19
3
28
10
29
30
11
20
14
31
21

22

4
15
12
23
5
16
6
24
7

8
25

Kota
Kep.
Surakarta
Perbup
Perwali
Kawasan
No.
13No.
Tanpa
2010
Rokok
tentang
Tanpa
Rokok
Kawasan
Terbatas
Merokok
Kota Selayar
Denpasar
Perwali
No.25
ATahun
Tahun
2010
tentang
Kawasan
Tanpa
Rokokdan
Surat Edaran
338/18186
Tahun Kawasan
2012
tentang
larangan
merokok
dalam
ruangan
kerja dan gedung kantor
Belitung
Timur
Perbup
Luwu
Kota
Semarang
Utara Pinang
Perbup
Perwali
No.721
12
Tahun
2011
2009 tentang Pedoman
Kawasan Tanpa
Pelaksanaan
Rokok dan
Kawasan
Kawasan
Tanpa
Terbatas
Rokok Merokok Kota Semarang
Simeulue
Perda
No.
Tahun
2013
Ranperbup
Kota
Pangkal
Perwali
Perwali
Perda
No.
No.3 13
Tahun
Tahun
2013
2011 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat dan Sekolah Negeri Menjadi Kawasan Tanpa Asa
Nusa Tenggara BaratKota
Lampung
Aceh Makassar
Barat
Ranperda
Kota
Pekalongan
Perda
No.
Tahun
2013
Perwali
No.4
5A
Tahun
2010tentang
tentangKawasan
KawasanTanpa
TanpaRokok
Rokok
Lombok
Barat
Lampung
Selatan
SK
Bupati
No.
128/SOS/HK-LS/2007
tentang
Kawasan
Bebas
di Sekolah
Aceh
Tengah
Perda
No.
10
Tahun
2013
danRokok
Kawasan
Terbatas Merokok
Kota Pare-pare
Rancangan
Perda
19
Tanpa
Rokok
Lombok
Timur
Instruksi
No.
2Tahun
2004tentang
tentangKawasan
Pelaksanaan
PHBS
Kab. Lombok Timur
Aceh Barat
Daya
EdaranNo.
061.2/950/2013
Perbup
No.
04
Tahun2012
2011
tentang
Kawasan
Dilarang
Merokok
Kota Tegal
Perwali
No. 440/130/02/2013
8
tentang
Kawasan
Tanpa
Rokok
SK
No.
tentang
Penetapan
Kawasan
Tanpa
Asap Rokok pada Institusi Pendidikan dan Kesehatan Ko
Lampung
Barat
SK
No. 440/209/2010
447.7/224/Dikes/V/2008
Kota Palopo
Banda
Aceh
Perwali
47Tahun
Tahun2011
2011
tentang
Kawasan
Tanpa
Rokok
Edaran
No.
tentang
Kawasan
Tanpa
Rokok
Sulawesi
Sumbawa
SumateraTenggara
Utara
Perwali
No. 35
440/209/2009
Kawasan
Tanpa
Asap
Rokok di Lingkungan Pemerintah Prov. Sum
Perbup
Pergub No.
Tahun 2012tentang
tentangPenetapan
Kawasan Tanpa
Rokok
pada
Perkantoran
Kota
Metro
Edaran
441.7/8778/D2/VI/2008
Kota
Kendari
Perbup
No.570
Tahun 2008
tentang Penetapan Kawasan Tanpa Rokok dalam Wilayah Kota Kendari
D.I. Yogyakarta
Perda
No.
Mandailing
Natal
Kota
Mataram
Perda
No.
Tahun
2013
ra
Perbup
No.45Tahun
Tahun2007
2013tentang Kawasan Tanpa Rokok
Perwali
Nusa Tenggara
Kepulauan
RiauTimurKota
Pergub
No.542
Tahun
2009
tentang
Kawasan
Dilarang
Merokok
Kota Bau-bau
Tebing Tinggi
Perda No.
Tahun
2010
tentang
Kawasan
Dilarang
Merokok
Gorontalo
FloresMedan
Timur
SE
Bupati
Kawasan
Rokok
SK
Kadinkes
188/05113/IV.2
Tahun
2012 tentang Pembentukan Satuan Tugas Kawasan Dilarang Merokok
Edaran
Bupati
Bintan
Kota
Perwali
No.tentang
3No.
Tahun
2013 Tanpa
Gorontalo
Edaran
No.
Tahun 2012
tentang
KawasanPenerapan
Tanpa Rokok
(Kawasan
TanpaMerokok
Rokok) di Instansi dan Tempat-Tempat U
Gunung
Kidul
Kalimantan
Barat
Edaran
No. 1
440/0880
Tahun
2009 tentang
Kawasan
Dilarang
Sumatera Barat
Perda Tahun
2013
Kota Batam
Ranperda
Bone
Bolango
Perbup
No.
48
Tahun
2011
tentang
Kawasan
Bebas
Rokok
Kota
Pontianak
SK
No.
44,/3446.a/D-Kes/P3/2009
tentang
Kawasan
Tanpa
Rokok
Perbup
No.822
Tahun
2009
tentang
Kawasan
Dilarang
Lima Tanjung
Puluh Kota
Perda No.
Tahun
2012
tentang
Kawasan
Tanpa
RokokMerokok
Kota
Pinang
Ranperda
Sulawesi Barat
Sleman
Ranperda
Perbup
No.
Tahun
2012
tentang
Kawasan
Tanpa
Rokok
DKI Jakarta
Perwali
No.242
67
Tahun
2012
Padang Pariaman
PerbupNo.
untuk
Tingkat
Sekolah
Perda
Tahun
2005
tentang
Kawasan
Tanpa
Rokok
Maluku
Perda
No.
Tahun
2014
Kulonprogo
Perbup
No.1
61/2009
tentang
Kawasan
TanpaRokok
Asap
Rokok Pembinaan, Pengawasan dan Penegakan Hukum Kawa
Perda
No.
10/2010
tentang
Kawasan
Tanpa
Pasaman
Himbauan
Bupati
Pergub
No.
50
Tahun
2012 tentang
Pedoman
Pelaksanaan,
Maluku
Utara
Yogyakarta
Edaran
No. 440/004/SE/2010
Jawa
Barat
Kalimantan
Tengah Kota
Pesisir
Selatan
Perbup
untuk
Tingkat Sekolahtentang Larangan Merokok di Komp.Balaikota Yogyakarta
ang
Merokok
Perbup
No.
Tahun 2012 tentang Kawasan
Tanpa Rokok
Halmahera
Selatan
Jawa Timur
Instruksi
No.1
24/Admin/Kesra/2013
Tanpa Rokok Tempat Kerja
Kapuas
Bandung
Sijunjung
Perbup No.
45
Tahun 2013 tentang tentang
KawasanKawasan
Tanpa Rokok
Banyuwangi
SK
No.
134
Tahun
2003
tentang
Penetapan
Kaawasan
Bebas
Rokok Bagi Seluruh Sekolah di Kabupaten Banyuwa
Kota
Tidore
Edaran
No.
441/1545/10/2013
Perbup
No.
15
Tahun
2008
tentang
Kawasan
Asap
Rokok
Kotawaringin
MOU
Tanah Datar Barat
Bogor
Edaran No. 443.52/362/Dinkes 2009 tentang Bebas
Kawasan
Bebas
Rokok
Papua Barat
Jombang
SK
No.188.4/039/415.44/2011
Seruyan
SE Bupati
Pasaman Barat
Cianjur
untuk
Tingkat
Sekolah SK Direktur RSUD Kab. Jombang tentang RSUD Kab.Jombang sebagai Kawasan Be
Perbup
No.
54
Tahun
2012
Kota Sorong
Instruksi
No. 440/02 Tahun 2013 tentang Kawasan Tanpa Rokok di Kota Sorong
k
Kota
Palangkaraya
Perwali No. 53
9 Tahun
Rokok
Padangpanjang
Indramayu
23
2009tentang
LaranganTanpa
Merokok
Perbup
Tahun2013
2010
tentangKawasan
Kawasan
Tanpa
Rokok
Malang
Perbup
No.4
Tahun
2012
tentang
Kawasan
Tanpa
Rokok
Kalimantan Selatan Karawang
Perda No.
Tahun
2012
tentang
Penyelenggaraan
Kesehatan
Di Kalsel
Kota Payakumbuh
818
2009
Kawasan
Tanpa
Asap
Rokok dan
Kawasan Tertib Rokok
Perbup
Kawasan
Tanpa
Rokok
Barito Kuala
Probolinggo
Perbup
No.613
Tahun
2009
Pengendalian
Merokok
di Institusi
Tempat Kerja
di Lingkungan
Pemerintah
Kab. Malang
10
2013 tentang
Kawasan
Tanpa
Rokok
di
Kesehatan
dan Di Institusi
Pendidikan
Sukabumi
SK No.No.
451/Kesra/PKK/IV/2004
tentang
Kawasan
Tanpa
Rokok
Perda
Tahun
2011
Sidoarjo
Perbup
.................
Hulu Bandung
Sungai Tengah
Edaran No.
441.7/2/5/KES/2013
tentang
Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok
Kota
297/ST-WK/Pyk-2005
tentangKawasan
Dilarang Tanpa
Merokok
Perbup
No. 188
6
Tahun
2011
Perbup
No.
58
Tahun2005
2011 tentang Pengaturan
TanahBogor
Laut
26
Kawasan
Tanpa
Rokok di Fasyankes Di Kab Tanah Laut
Kota
PerwaliNo.
No.11
440,05/430/WK-Pyk/2005
tentang Kawasan
Tanpa
Rokok
Perda
Tahun
Tulungagung
Perda
No.
4
Tahun
Kawasan
Tanpa
Tapin
Edaran
No.
188/150/KUM
tentang
Kawasan
Tanpa
Rokok
Instruksi
No.
17/P.WK/Pyk-2009
tentang
Dilarang
Merokok
Perda
No.
12
Tahun2011
2009tentang
tentang
Kawasan
TanpaRokok
Rokokdan Kawasan Terbatas Merokok
Surabaya
Perda
Tahun
2010
Kawasan
Tanpa
Rokok
Terbatas
Kota Cirebon
Banjarmasin
7/2013
tentang
Kawasan
Tanpa
Rokok
Sawahlunto
Perda No.
No.
15
Tahun
2011Tentang
tentang
Kawasan
TanpaAsap
Rokok
Perwali
No.9
7/2010
Tentang
Petunjuk
pelaksanaan
Perda
Kota dan
Bogor
No. 12Merokok
Tahun 2009 ttg Kawasan Tanpa Rokok
Kalimantan Timur Kota
Edaran
4
2004
Pergub
No.
Tahun
2013
tentang
Kawasan Tanpa
Rokok Bukan Perokok di Kota Cirebon
SolokSukabumi
Instruksi
No.1
440/2226/Dinkes/V/2009
SK
No. 27A
Tahun
2006
tentang
Perlindungan
Masyarakat
Kutai
Kartanegara
Perda
5 Penyakit
Tahun
2008
No.No.
487/SK-Bup/HK/2010
tentang
Kawasan
Bebas
Asap
Rokok
di Tempat
KerjaKerja
dan Di
Lingkungan
Sekolah
se-KabK
Kota Sumber:
Bukittinggi
Perwali
Kawasan
Tanpa
Rokok
di
Sekolah
SK
Walikota
No. 55
Tahun
2006
tentang
Kawasan
Asap
Rokok
di Tempat
Lingkungan
Pemerintah
Direktorat Jenderal
Pengendalian
dan
Penyehatan
Lingkungan,
Kemenkes
RI, Bebas
SK
No.No.
188.45/330/436.1.2/2009
tentang
Pemantau Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Dilarang Merokok di
Kota
Bekasi
Kutai
Kota 2014
Padang
Perda
1/2012 tentang Kawasan
TanpaTim
Rokok
bumi
Kutai
Timur
Kota Depok
Pasuruan
abaya
Kartanegara
Pariaman
Kota
PerwaliNo.
Tahun 2007
2011 tentang
tentang Kendaraan
Kawasan Tanpa
Rokok
Perwali
No.14
3 Tahun
Umum
yang Bersih, Higienis, dan Bebas Asap Rokok
Kota Probolinggo
Balikpapan
Perwali
No.
Perda
Kota
Surabaya
Perbup
Jambi
Ranperda
Perwali
No. 25
89 Tahun
Tahun 2009
2008 tentang
tentang Pelaksanaan
Kawasan Bebas
Asap
Rokok
Banten
Samarinda
Bungo
Kota
Tasikmalaya
Perwali No.
Instruksi
No.
No.40/874-Huk/2008
44Tahun
Tahun2012
2004 tentang
Kawasan
Bebas
Rokok di Sekolah Negeri dan Swasta
Edaran
tentang
Larangan
Merokok
Lebak
Kota Bontang
Perwali
Perda
No.12
51Tahun
Tahun2012
2012tentang
tentangKawasan
KawasanTanpa
Tanpa
Rokok
dan Kawasan
Merokok
10
2010
Larangan
Merokok
di Tempat
Umum Terbatas
Jawa Tengah
Perda No.
No.
16
Tahun
2012
tentang
Pembinaan
dan Rokok
Pengawasan
Ketertiban
Umum
Tangerang
Kota Tarakan
Jambi
Boyolali
Perda
Tahun
2012
tentang
KBAR
PerbupNo.
No.511
Tahun
2012
tentang
Larangan
Merokok
Perwali
18
2011
Kawasan Tanpa
Rokok
SK
No.No.
180/AUK-35/2010
tentang
KawasanRokok
Dilarang
Sulawesi
Utara
Kota Tangerang
Perda
tentang
Kawasan
danMerokok
Kawasan
Riau
Karanganyar
Perwali
No.3/2012
189 Tahun
2010
tentangTanpa
Penerapan Kawasan
TanpaTerbatas
Rokok Merokok
Minahasa
Kep. Meranti
16 Tahun 2011
2012 Ttentang
tentang Kawasan
Perbup No. 26
KawasanTanpa
TanpaRokok
Rokok pada fasilitas dan tempat proses belajar mengajar di
Perbup
Merokok
Bali
Talaud
Perwali
54 Tahun
2008 tentang
Larangan Dilarang
Merokok
Bagi Guru dan Siswa Sekolah
Perbup No.
No. 11
68
Tahun 2011
2011
tentang Kawasan
Kawasan
Tanpa
Rokok
Kota Dumai
Kota Manado
Perbup
Perda
No.
No.
Tahun
Tahun
2010
2013
tentang
Kawasan
Tanpa
Merokok
Bengkulu
n
Boyolali
Kebumen
Perwali
No.528
11
Tahun
2012
tentang
Kawasan
Tanpa
Rokok
Badung
Kota
Bitung
Rejang
Lebong
Perbup
Perda
No.
No.
10
5 3Tahun
2013
Pekalongan
Instruksi
No.
Tahun2011
2009tentang Kawasan Tanpa Rokok
Perda
Pergub
No.
Tahun
Tahun
2013
2012
PerbupNo.
20
Tahun
2007 tentang Kawasan Dilarang Merokok
Kota Bengkulu
Purbalingga
Edaran
No.58
440/7350.3
Sulawesi
Perwali
Perbup
Nomor
15
10 Tahun
2008
2010
tentang
tentang
Kawasan
Kawasan
Bebas
Tanpa
Asap
Rokok
Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok
SumateraTengah
Selatan Bangli
Purworejo
Perwali No.
38 Tahun
2011
Dilarang
Merokok
Perbup
No.
91
Tahun
2009
tentang
Kawasan
Tanpa
Asap
Rokok
Banggai
Kepulauan
Kota
Palembang
Perda
No.No.
8 Tahun
2013
Rembang
Instruksi
1 Tahun
2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok
Gianyar
SK
Bupati
No.
440/875/Dinkes/2013
Tojo Una-una
SK
No No.
443/80/2011
tentang
Pembentukan
Pembina
Perwali
No.19
18Tahun
Tahun2012
2010tentang
Sragen
Perda
KawasanTim
Tanpa
Rokok dan Pengawasan Larangan Merokok Pada Tempat-Tempat
Kota Palu
Perda
Perbup
No.
No.
6
24
Tahun
2013
2010
Kep. Bangka BelitungJembrana
Perda No.
Perbup
No.7/2009
73 Tahun
Tahun
2010 tentang
tentang Kawasan
Kawasan Tanpa
Tanpa Rokok
Rokok
Sulawesi Selatan
Karangasem
Wonosobo
Perda No.
Edaran
No.157
658.2/2036.a/Diskes/2010
Tahun
2010
tentang
Sistem
tentang
Kesehatan
Kawasan
Daerah
Bebas
Asap Rokok
Kepada
SKPD Gianyar
Bangka Barat
Perbup
No.
Tahun
2009
tentang
Kawasan
Tanpa
Rokok
dan Kawasan
Terbatas
Merokok
Enrekang
Perbup
No. 10
Tahun
2012 tentang
Penetapan
Kawasan
Tanpa
Rokokdi Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Re
SK
Kadinkes
No.
443.5/03/2011
tentang
Kawasan
Terbatas
Merokok
Rancangan
Aceh

Lampiran 6.51
PERATURAN TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK TINGKAT PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA TAHUN 2013

Anda mungkin juga menyukai