OLEH
NIM : 19410155
FAKULTAS EKONOMI
2023
LEMBAR PENGESAHAN
NIM : 19410155
Mengetahui,
2
PENDAHULUAN
3
penyelenggaraannya pemerintah daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya
kesejahteraan masyarakat melalui peninggkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta
peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan,
keadilan, dan kekhasan daerah tersebut.
Upaya yang dapat dilakukan pemerintah kota kupang agar tidak bergantung pada dana
bantuan dari pusat dan untuk meningkatkan penerimaan Pendapatan Asli daerah adalah
dengan memaksimalkan sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah salah satu sektor esensial
dalam upaya pemerintah daerah kota kupang yaitu sektor retribusi daerah. Pemerintahan
kota kupang merupakan daerah yang menyelenggarakan otonomi daerah dan menjadikan
retribusi daerah sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah.
Berikut ini merupakan realisasi retribusi yang dibandingkan dengan komponen
Pendapatan daerah lainnya selama tahun 2017-2021:
Tabel 1.1
Realisasi Pendapatan Asli daerah kota kupang tahun 2017-2021
Jenis Tahun
pendapatan 2017 2018 2019 2020 2021
Pendapatan 229.137.473.528 171.490.709.096 185.051.575.342 167.530.108.045 166.266.172.886
asli daerah
pajak 98.639.548.268 98.817.793.039 108.319.931.686 96.923.905.237 90.007.500.075
daerah
Retribusi 35.978.498.924 36.283.701.272 39.090.323.102 37.583.878.402 42.101.224.937
daerah
Hasil 13.421.285.898 14.422.201.043 14.378.818.417 13.541.771.996 12.893.844.227
pengelolaan
Kekayaan
daerah
Yang
dipisahkan
Lain-lain 81.098.140.438 21.967.013.742 23.262.502.137 19.480.552.410 21.263.603.647
PAD
Yang sah
4
Berdasarkan tabel 1.2 diatas, realisasi retribusi diatas mengalami fluktuasi selama
periode tahun 2017-2019. Pada tahun 2018 pendapatan retribusi daerah mengalami
peningkatan dari tahun sebelumnya . selanjutnya pada tahun 2019 juga mengalami
kenaikan dari tahun sebelumnya. Kemudian pada tahun 2020 terjadi penurunan dari
tahun 2019. Lalu, pada tahun 2021 realisasi retribusi kembali mengalami kenaikan
dari tahun sebelumnya.
5
retribusi daerah Kabupaten Cilacap selama lima tahun kedepan (2021-2025)
mempunyai kecenderungan naik atau disebut trend positif.
2. Masalah penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka yang me[njadi rumusan
masalah peneliti adalah Efektivitas, Kontribusi Dan Trend Retribusi Daerah Terhadap
Pendapatan Asli Daerah Di Kota Kupang.
3. Persoalan penelitian
1. Bagaimana efektivitas retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah di kota
kupang ?
2. Bagaimna kontribusi retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah di kota
kupang ?
3. Bagaimana trend retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah di kota kupang ?
4. Tujuan dan Manfaat penelitian
a. Tujuan penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1) Untuk mengetahui efektivitas retribusi daerah terhadap pendapatan asli
daerah di kota kupang
6
2) Untuk mengetahui kontribusi retribusi daerah terhadap pendapatan asli
daerah di kota kupang
3) Untuk mengetahui trend retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah di
kota kupang
b. Manfaat Penelitian
Penelitian ini di harapkan dapat memberikan yaitu :
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan peneliti
tentang efektivitas, kontribusi dan trend retribusi daerah terhadap PAD di kota
kupang dan sebagai referensi bagi peneliti lain yang berkeinginan untuk
melakukan penelitian sejenis.
2. Manfaat Praktis
a). Bagi peneliti
Sebagai salahh satu syarat dalam mendapatkan gelar Serjana
Manajemen selain itu penelliti juga punya keinginan untuk mengetahui
bagaimana efektivitas, kontribusi dan trend retribusi daerah terhadap PAD
di kota kupang sehingga menambah pengetahuan bagi peneliti.
b). Bagi Pemerintah daerah Kota Kupang
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
pengukuran efektivitas, konribusi dan trend retribusi daerah terhadap PAD
di kota kupang.
7
LANDASAN TEORI
1. Landasan Teori
a. Otonomi Daerah
1) Pengertian Otonomi Daerah
Pengertian dari otonomi daerah secara harfiah adalah berasal dari kata
“Otonomi dan daerah”. Dalam bahasa Yunani, “otoni” berasal dari kata “autos”
yang berarti “sendiri” dan “nomos” yang berarti aturan dan undang-undang”.
Dengan demikian otonomi dapat diartikan sebagai kewenangan untuk mengatur dan
mengurus sendiri atau kewenangan untuk membuat aturan guna untuk mengurus
rumah tangga sendiri. Sedangkan daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang
mempunyai batas-batas wilayah.
Menurut pakar Sugeng Istianto, otonomi daerah adalah wewenang untuk
mengatur dan mengurus rumah tangga daerah. Sementara itu Ateng Syarifudin
mengatakan mengartikan otonomi daerah sebagai kebebasan atau kemandirian yang
dimiliki daerah tetapi bukan kemerdekaan, melainkan hanya kebebasan yang
terbatas atau kemandirian yang terwujud melalui pemberian kesempatan yang harus
dapat dipertanggungJawabkan.
Syarief saleh mengartikan Otonomi daerah sebagai hak untuk mengatur dan
memerintah daerah sendiri, dimana hak tersebut merupakan hak yang diperoleh dari
pemerintah pusat. Benyamin Hoesein mengatakan Otonomi daerah adalah
pemerintahan oleh dan untuk rakyat di bagian wilayah nasional suatu negara secara
informal berada di luar pemerintahan pusat. Menurut Mariun, Otonomi daerah
adalah kebebasan yang dimiliki oleh pemerintahan daerah yang memungkinkan
mereka untuk membuat inisiatif sendiri dalam rangka mengelola dan
mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki oleh daerahnya sendiri.
8
Otonomi daerah merupakan kebebasan untuk dapat berbuat sesuai dengan
kebutuhan masyarakat setempat. Sedangkan Philip Malwood mengartikan Otonomi
daerah adalah suatu pemerintah daerah yang memiliki kewenangan sendiri di mana
keberadaannya terpisah dengan otoritas yang diserahkan oleh pemerintah guna
mengalokasikan sumber material yang bersifat substansial mengenai fungsi yang
berbeda. Pengertian otonomi daerah berdasarkan Undang-undang Nomor 9 Tahun
2015 juncto (jo.) Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014, tentang pemerintahan
daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur serta
mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Dengan demikian otonomi daerah dapat dipahami sebagai wewenang atau
kekuasaan pada suatu wilayah atau daerah yang mengatur dan mengelola untuk
kepentingan wilayah atau daerah masyarakat itu sendiri. Pengertian lebih luas dapat
dipahami sebagai wewenang atau kekuasaan pada suatu wilayah atau daerah yang
mengatur dan mengelola untuk kepentingan wilayah atau daerah masyarakat itu
sendiri mulai dari ekonomi, politik, dan pengaturan perimbangan keuangan
termasuk pengaturan sosial, budaya, dan ideologi yang sesuai dengan tradisi adat
istiadat daerah lingkungannya.24 Dalam era reformasi Pemerintah telah
mengeluarkan dua kebijakan tentang otonomi daerah. Pertama adalah UU No.22
tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No.25 tahun 1999 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Kedua adalah UU
No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No.33 tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. UU yang disebut
kedua ini merupakan revisi atas UU yang disebut pertama. Kini telah diganti lagi
oleh Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 jo. Undang-undang Nomor 9 Tahun
2015, tentang pemerintahan daerah.
Berdasarkan Pasal 1 ayat (6) Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014
pengertian otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban kepada pengurus
daerah untuk mengatur secara mandiri urusan pemerintahan serta kepentingan
masyarakat yaitu mencakup sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Temuan
pada penelitian Wulandari dan Iryanie (2018:3) menyatakan bahwa otonomi daerah
9
dimaksudkan untuk mencegah pemusatan kekuasaan pemerintahan pada
pemerintah pusat sehingga pemerintahan dan pembangunan daerah dapat berjalan
dengan baik. Pada hakikatnya otonomi daerah memiliki arti hak dan wewenang
daerah untuk memanajemeni urusan pemerintahan dan kebutuhan daerah masing-
masing sesuai peraturan perundanganundangan. Otonomi daerah didasari pada
prinsip otonomi seluas-luasnya, otonomi yang nyata, dan otonomi yang
bertanggung jawab. Penyelenggaraan otonomi daerah berpedoman pada tiga asas,
yaitu asas desentralisasi, asas dekonsentrasi, dan asas tugas pembantuan.
2) Tujuan dan Manfaat Otonomi Daerah
1. Tujuan Otonomi Daerah
Otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah
otonom untuk mengatur dan mengelola urusan dan kepentingan masyarakat
daerah sendiri sesuai dengan undang-undang yang telah dibuat. Otonomi
daerah juga diadakan untuk daerah itu sendiri dan juga untuk kepentingan
daerah itu sendiri. Secara konseptual, penyelenggaraan otonomi daerah di
Indonesia didasarkan pada tiga tujuan utama, yakni sebagai berikut.
a) Tujuan politik
Hal yang diwujudkan melalui tujuan politik dalam pelaksanaan
otonomi daerah adalah upaya untuk mewujudkan demokratisasi politik
melalui partai politik dan Dewan Perwakilan Daerah.
b) Tujuan administratif
Tujuan administratif perwujudan yang ingin dicapai melalui
pelaksanaan otonomi daerah adalah pembagian urusan antara
pemerintah pusat dan daerah, termasuk sumber daya keuangan, serta
pembaharuan manajemen birokrasi di pemerintah daerah.
c) Tujuan ekonomi
Adapun tujuan ekonomi yang ingin dicapai dalam pelaksanaan
otonomi daerah di Indonesia adalah realisasi dari peningkatan indeks
pembangunan manusia sebagai indikator peningkatan kesejahteraan
masyarakat Indonesia.
10
Dalam buku pengantar pemerintahan daerah karangan Ani Sri Rahayu juga disebutkan
tujuan dari pemberian otonomi daerah, yaitu sebagai berikut.
11
Pendapatan Asli Daerah yang sah”. Optimalisasi dalam penerimaan Pendapatan
Asli Daerah hendaknya didukung dengan upaya pemerintah daerah
meningkatkan kualitas layanan publik. Eksploitasi Pendapatan Asli Daerah
yang berlebihan justru akan semakin membebani masyarakat, dan mengancam
perekonomian.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) berperan sebagai sumber pendapatan
untuk menunjang pembangunan di daerah, misalnyapembangunan infrastruktur.
Pendapatan Asli Daerah juga merupakan sebagai alat pengukur kemampuan
daerah atas sumber daya yang dapat digali oleh daerah tersebut. Pendapatan
Asli Daerah juga merupakan tulang punggung pembiayaan daerah, oleh karena
itu 11 kemampuan melaksanakan ekonomi diukur dari besarnya kontribusi yang
dapat diberikan oleh Pendapatan Asli Daerah terhadap APBD, semakin besar
kontribusi yang dapat diberikan oleh Pendapatan Asli Daerah terhadap APBD
berarti semakin kecil ketergantungan pemerintah daerah terhadap bantuan
pemerintah pusat. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli, pengertian
Pendapatan Asli Daerah (PAD) di atas dapat disimpulkan bahwa Pendapatan
Asli Daerah merupakan pendapatan yang diterima daerah sesuai dengan
peraturan perundangundangan dan diperoleh dari sektor pajak daerah, retribusi
daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan, dan lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah.
12
langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan Undang-
Undang yang berlaku, hasilnya digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah. Jenis pajak
daerah menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah:
a) Jenis Pajak Provinsi:
1) Pajak Kendaraan Bermotor;
2) Pajak Balik Nama Kendaraan Bermotor;
3) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor;
4) Pajak Air Permukaan;
5) Pajak Rokok.
b) Jenis Pajak Kabupaten/Kota:
1) Pajak Hotel;
2) Pajak Restoran;
3) Pajak Hiburan;
4) Pajak Reklame;
5) Pajak Penerangan Jalan;
6) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan;
7) Pajak Parkir;
8) Pajak Air Tanah;
9) Pajak Sarang Burung Walet; Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB) Pedesaan dan Perkotaan;
10) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).
13
2. Retribusi Daerah
Di samping pajak daerah, sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang
cukup besar peranannya adalah retribusi daerah. Menurut Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2009 “Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai
pembayaran 13 atas jasa atau pemberian ijin tertentu yang khusus
disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan
orang pribadi atau badan”. Dengan kata lain yang lebih sederhana, retribusi
adalah pungutan yang dibebankan kepada seseorang karena menikmatijasa
secara langsung atas fasilitas yang disediakan oleh pemerintah daerah.
Dari definisi di atas dapat dilihat ciri-ciri mendasar dari retribusi daerah
adalah:
1) Retribusi dipungut oleh daerah berdasarkan peraturan daerah.
2) Retribusi dikenakan kepada siapa saja yang memanfaatkan barang
atau jasa yang disediakan oleh daerah.
14
4) Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Penguburan Mayat
Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum
5) Retribusi Pelayanan Pasar
6) Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor
7) Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran
Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta
8) Retribusi Pengelolaan Limbah Cair
9) Retribusi Pelayanan Pendidikan
10) Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang
11) Retribusi Penyediaan dan Penyedotan Kakus
12) Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi
15
Objek retribusi perizinan tertentu adalah pelayanan perizinan
oleh pemerintah daerah kepada orang pribadi atau badan yang
dimaksudkan 15 untuk mengatur dan pengawasan atas kegiatan
pemanfaatan ruang, penggunaan SDA, barang, prasarana, sarana,
atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan
menjaga kelestarian lingkungan. Jenis retribusi perizinan tertentu
berdasarkan Undang-Undang nomor 28 Tahun 2009 antara lain:
1) Retribusi Izin Mendirikan Bangunan
2) Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol
3) Retribusi Izin Gangguan
4) Retribusi Izin Trayek
5) Retribusi Izin Usaha Perikanan
16
Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan merupakan
bagian dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada daerah tersebut, yang
bersumber dari:
17
untuk membiayai pembangunan daerah. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
merupakan alat untuk memasukkan uang sebanyak-banyaknya ke kas daerah
guna menunjang pelaksanaan pembangunan daerah, serta untuk mengatur dan
meningkatkan kondisi sosial ekonomi pemakaian jasa tersebut.
c. Retribusi daerah
Pengertian retribusi daerah menurut Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah merupakan pungutan daerah sebagai
pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau
diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.
Tidak semua jasa yang disediakan pemerintah dapat dipungut retribusinya, hanya
jasa tertentu saja yang dijadikan objek retribusi berdasarkan pertimbangan sosial-
ekonomi. Dalam Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 objek retribusi terdiri dari
jasa umum, jasa usaha, dan perizinan tertentu sebagaimana dijelaskan berikut ini:
1. Retribusi Jasa Umum adalah retribusi yang dikenakan atas jasa
umum digolongkan sebagai Retribusi Jasa Umum. Objek Retribusi
Jasa Umum adalah pelayanan yang disediakan atau diberikan
pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dankemanfaatan umum
serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan (Mardiasmo,
2018).
2. Retribusi Jasa Usaha merupakan retribusi yang dikenakan atas jasa
usaha digolongkan sebagai Retribusi Jasa Usaha. Objek Retribusi
Jasa Usaha adalah pelayanan yang disediakan oleh pemerintah
daerah dengan menganut prinsip komersial yang meliputi
(Mardiasmo, 2018):
a. Pelayanan dengan memanfaatkan kekayaan daerah yang belum
dimanfaatkan secara maksimal; dan/atau
b. Pelayanan oleh pemerintah daerah sepanjang belum disediakan
secara memadai oleh pihak swasta.
3. Retribusi Perizinan Tertentu merupakan retribusi yang dikenakan
atas perizinan tertentu digolongkan sebagai Retribusi Perizinan
18
Tertentu. Objek Retribusi Perizinan Tertentu merupakan pelayanan
perizinan tertentu oleh pemerintah daerah kepada orang pribadi atau
badan yang dimaksudkan untuk pengaturan dan pengawasan atas
kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang,
prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi
kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan
(Mardiasmo, 2018).
d. Analisis Efektivitas
Efektivitas adalah tingkat keberhasilan yang diperoleh dibandingkan dengan
target yang ditetapkan (Bawono & Novelsyah, 2016). Efektivitas juga dapat
diartikan sebagai pencapaian target. Target retribusi adalah suatu jumlah yang harus
dicapai selama setahun anggaran (Renggo, 2021). Efektivitas adalah tingkat
keberhasilan yang diukur dengan kinerja, jumlah, dan waktu sesuai dengan rencana
anggaran. Jadi, semakin banyak rencana yang berhasil tercapai maka suatu kegiatan
dianggap semakin efektif (Pagiu, 2020). Fungsi efektivitas adalah sebagai dasar
penilaian atas seberapa baik kinerja yang dilakukan, sejauh mana orang
menghasilkan output sesuai dengan yang diharapkan, baik dari segi waktu, biaya
hingga kualitasnya. Apabila harapan dengan hasil yang diperoleh sama maka dapat
dikatakan efektif.
Efektivitas retribusi daerah dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
realisasi penerimaan retribusidaerah
efektifitas retribusidaerah × 100 %
target penerimaan retribusidaerah
Tabel 1
Kriteria efektivitas
Presentase Kriteria
Diatas 100% Sangat efektif
>90 % - 100 % Efektif
>80 % - 90 % Cukup efektif
>60 % - 80 % Kurang efektif
Kurang dari 60 % Tidak efektif
19
e. Analisis Kontribusi
Kontribusi adalah kegiatan yang dilakukan untuk membantu mencapai tujuan
bersama-sama dengan orang lain untuk mencapai kesuksesan (Tanzil &
Juliprijanto, 2021). Kontribusi retribusi daerah adalah sumbangan dari pungutan
atas pembayaran jasa atau pemberian izin tertentu dari pemerintah daerah
(Sutianingsih et al., 2021).
Kontribusi retribusi daerah dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
realisasi penerimaan retribusi daerah
kontribusi retribusi daerah ×100 %
realisasi penerimaan asli daerah
Perbandingan tersebut akan menunjukkan seberapa besar kontribusi retribusi
daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah. Semakin besar nilai kontribusi retribusi
daerah maka semakin besar pula tingkat peranan retribusi daerah untuk
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah ( Renggo, 2021).
Tabel 2
Kriteria kontribusi
Presentase Kriteria
0 – 10 % Sangat kurang
>10 % - 20 Kurang
%
>20 % - 30 Sedang
%
>30 % - 40 Cukup baik
%
>40 % - 50 Baik
%
Diatas 50 % Sangat baik
f. Analisis trend
20
Menurut Adistie (2020), analisis trend merupakan analisis untuk melakukan
estimasi atau peramalan pada masa depan yang secara teoritis penentuan dalam
analisis time series yaitu kualitas atau keakuratan informasi atau data yang
diperoleh dan waktu dari data tersebut dikumpulkan. Asih dan Akhmad (2020),
mengartikan analisis trend yaitu metode analisis yang digunakan untuk peramalan
atau estimasi pada periode yang akan datang. Analisis trend bertujuan untuk
mengetahui gambaran sumber penerimaan pendapatan daerah untu masa
mendatang. Selain itu dapat menjadi acuan atau pedoman oleh pemerintah daerah
dalam pengambilan keputusan untuk memaksimalkan penerimaan pendapatan
daerah di masa yang akan datang (Samosir, 2019).
Analisis trend garis lurus (linear) dalam penelitian menggunakan metode (last
square method ) dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Y =a+bT
Keterangan :
Y = Nilai deret waktu yang akan diramalkan untuk periode t
a = Nilai deret waktu yang diperkirakan (konstan dari regresi) dalam periode dasar
(x=0)
b = Jumlah absolut pertumbuhan setiap periode
T = Periode waktu
n ∑ XY −∑ X ∑ Y
b= 2
n ∑ X −¿ ¿
2. Konsep Penelitian
a. Teori efektifitas
21
Efektivitas adalah tingkat keberhasilan yang diukur dengan kinerja, jumlah, dan
waktu sesuai dengan rencana anggaran. Jadi, semakin banyak rencana yang berhasil
tercapai maka suatu kegiatan dianggap semakin efektif (Pagiu, 2020).
b. Teori kontribusi
Kontribusi adalah kegiatan yang dilakukan untuk membantu mencapai tujuan
bersama-sama dengan orang lain untuk mencapai kesuksesan (Tanzil &
Juliprijanto, 2021).
c. Teori trend
Asih dan Akhmad (2020), mengartikan analisis trend yaitu metode analisis
yang digunakan untuk peramalan atau estimasi pada periode yang akan datang.
Analisis trend bertujuan untuk mengetahui gambaran sumber penerimaan
pendapatan daerah untu masa mendatang. Selain itu dapat menjadi acuan atau
pedoman oleh pemerintah daerah dalam pengambilan keputusan untuk
memaksimalkan penerimaan pendapatan daerah di masa yang akan datang
(Samosir, 2019).
(PAD)
Retribusi daerah
METODE PENELITIAN
23
sumber yang berkaitan dengan pengumpulan data penelitian pada Badan
pendapatan daerah Kota Kupang.
b. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan suatu cara yang digunakan untuk memperoleh data
dan informasi dalam bentuk buku, arsip, dokumen, tulisan dan gambar yang
berupa laporan serta keterangan yang dapat mendukung penelitian (Sugiyono,
2015). Analisis dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan data-data laporan
keuangan Pemerintah Daerah Kota Kupang yang diperoleh dari Badan pendapatan
daerah Kota Kupang.
.
24
Pada tahap ini dideskripsikan indikator empirik dari konsep rasio efektifitas,
rasio kontribusi, trend penerimaan retribusi daerah berdasarkan data yang di
kumpulkan dengan menggunakan dokumentasi.
b. Analisis Lanjutan
Sesuai dengan penelitian yang dilakukan maka teknik analisa data yang
digunakan adalah deskriptif kuantitatif yaitu melakukan perhitungan-perhitungan
terhadap data Laporan target dan realisasi retribusi daerah dan pendapatan asli
daerah yang diperoleh untuk memecahkan masalah yang ada sesuai dengan tujuan
penelitian yaitu dengan mengukur efektivitas, kontribusi dan trend target dan
retribusi daearah terhadap pendapatan asli daerah sesuai dengan perhitungan atas
rasio efektivitas, rasio kontribusi, dan trend penerimaan retribusi daerah.
1. Rasio efektifitas
Efektivitas retribusi daerah dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut :
Tabel 1
Kriteria efektivitas
Presentase Kriteria
Diatas 100% Sangat efektif
>90 % - 100 % Efektif
>80 % - 90 % Cukup efektif
>60 % - 80 % Kurang efektif
Kurang dari 60 % Tidak efektif
2. Rasio kontribusi
25
realisasi penerimaan retribusi daerah
kontribusi retribusi daerah ×100 %
realisasi penerimaan asli daerah
Tabel 2
Kriteria kontribusi
Presentase Kriteria
0 – 10 % Sangat kurang
>10 % - 20 Kurang
%
>20 % - 30 Sedang
%
>30 % - 40 Cukup baik
%
>40 % - 50 Baik
%
Diatas 50 % Sangat baik
3. Trend penerimaan retribusi daerah
Y =a+bT
Keterangan :
26
a = Nilai deret waktu yang diperkirakan (konstan dari regresi) dalam
periode dasar (x=0)
T = Periode waktu
( ∑ Y ) ( ∑ X 2 )− ( ∑ X )( ∑ XY )
a=
n ∑ X −¿ ¿ ¿
2
n ∑ XY −∑ X ∑ Y
b=
n ∑ X −¿ ¿
2
DAFTAR PUSTAKA
Bawono, I. R., & Novelsyah, M. (2016). Tata Cara Penatausahaan dan Pertanggungjawaban
Bendahara pada SKPD dan SKPKD (Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan Provinsi).
Salemba Empat. Duli, N. (2019).
Metodologi Penelitian Kuantitatif: Beberapa Konsep Dasar untuk Penulisan Skripsi & Analisis
Data dengan SPSS. Deepublish. Halim, A. (2004).
Bunga Rampai Manajemen Keuangan Daerah Edisi Revisi. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Harefa, M., Permana, S. H., Mangeswuri, D. R., & Meilani, H. (2017).
Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Mais, R. G., & Yuniara, W. (2020). Efektivitas Penerimaan
Retribusi Daerah Dan Kontribusinya Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Di
Dki Jakarta Periode 2015-2019.
27
Andi Offset. Murniati, S., & Kasasih, D. (2017). Analisis Kontribusi Dan Efektivitas Penerimaan
Retribusi Pelayanan Pasar Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Palembang. Jurnal
Kompetitif, 6(1), 85–109. Pagiu, C. (2020). Analisis Efektivitas Penerimaan Retribusi
Jasa Usaha dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Tana
Toraja. Jurnal Economix Volume 8 Nomor 2 Desember 2020, 8.
Renggo, Y. R. (2021). Efektifitas Dan Kontribusi Retribusi Daerah Terhadap Pad Di Kabupaten
Sumba Timur. Jurnal Ekonomika, 12(2), 141–152.
Samosir, M. S. (2019). Analisis Potensi, Efektivitas Dan Efisiensi Retribusi Terminal Pada Dinas
Perhubungan Kabupaten Sikka. Jurnal Projemen UNIPA Maumere, 6(1), 65–81.
Sutianingsih, Kartika, S. E., & Widowati. (2021). Analisis Pengaruh Retribusi Daerah Terhadap
Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lombok Utara. Jurnal Ilmiah Akuntansi Kesatuan,
9(1), 1–12.
Tanzil, S. D., & Juliprijanto, W. (2021). Efektivitas Pemungutan Retribusi Pasar Serta
Kontribusinya Dalam Realisasi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Paradigma
Multidisipliner, 2(1), 9–19.
Utami & Ningsih. (2018). Analisis Efektivitas Dan Kontribusi Penerimaan Pajak Dan Retribusi
Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota Di Provinsi Aceh Tahun 2011-
2015. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi (JIMEKA), 3(4), 672–687.
28