Anda di halaman 1dari 28

PROPOSAL

EFEKTIVITAS, KONTRIBUSI, DAN TREND RETRIBUSI DAERAH TERHADAP


PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KOTA KUPANG

OLEH

NAMA : ALEXANDER A.Y MELA

NIM : 19410155

JALUR MINAT : MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH

PROGARAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KRISTEN ARTHA WACANA KUPANG

2023
LEMBAR PENGESAHAN

EFEKTIVITAS, KONTRIBUSI, DAN TREND RETRIBUSI DAERAH TERHADAP


PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KOTA KUPANG

NAMA : ALEXANDER A.Y MELA

NIM : 19410155

JALUR MINAT : MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH

Mengetahui,

Mahasiswa Dosen Pembimbing

ALEXANDER A.Y MELA DEDY R. SE’U, SE.,MM


Nim: 19410155 NIDN:8923200020

Ketua Program Studi Manajemen

Alya Elita Sjioen,SE.,MM


NIDN: 0831018301

2
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah


Upaya pembangunan merupakan sebuah usaha mencapai tujuan nasional bangsa
Indonesia yang maju, mandiri, sejahtera, serta berkeadilan dengan berdasarkan iman dan
takwa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Tidak mudah melaksanakan pembangunan bagi
negara Indonesia yang memiliki beragam budaya dan sumber daya serta potensi yang
tersebar di 34 provinsinya. Salah satu upaya pemerintah menjawab tantangan ini demi
kesuksesan pemerataan pembangunan daerah adalah dengan menyelenggarakan otonomi
daerah. Berdasarkan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan
Daerah, penyelenggaraan otonomi daerah bertujuan untuk menyejahterakan masyarakat
dengan program pemberdayaan masyarakat serta meningkatkan program terkait daya saing
daerah dan pelayanan.
Sumber penerimaan daerah perlu disiapkan untuk menyokong terwujudnya program
pembangunan melalui otonomi daerah. Kewenangan kepada daerah otonom telah diberikan
untuk menggali sumber pendapatan daerah sebagaimana dituangkan dalam Undang-undang
Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak dan Retribusi Daerah. Sumber pendapatan daerah
dapat berasal dari pemanfaatan potensi di daerahnya untuk dapat meningkatkan pelayanan
serta memberi ruang bagi daerah untuk mandiri dalam mengelola potensi daerahnya.
Diharapkan dengan dilaksanakannya otonomi daerah ini dapat menekan ketergantungan
pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat (Harefa et al., 2017).
Tingkat kemandirian daerah dapat diukur dari pencapaian Pendapatan Asli Daerah
(PAD). Apabila semakin tinggi Pendapatan Asli Daerah, maka kemampuan pembiayaan
kebutuhan daerah juga semakin tinggi (Utami & Ningsih, 2018). Pada Pasal 3 ayat (1)
menjelaskan bahwa Pendapatan Asli Daerah ditujukan untuk memberi otonomi penuh
kepada Pemerintah Daerah dalam mendanai pelaksanaan kegiatan pembangunan otonomi
daerahnya sesuai dengan potensi daerah sebagai perwujudan Desentralisasi yang sah.
Dalam penelitian kali ini peneliti memilih kota kupang sebagai objek penelitian karena
pemerintah kota kupang merupakan daerah yang telah menerapkan otonomi daerah yang
berdasarkan undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang pemerintahan daerah dalam

3
penyelenggaraannya pemerintah daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya
kesejahteraan masyarakat melalui peninggkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta
peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan,
keadilan, dan kekhasan daerah tersebut.
Upaya yang dapat dilakukan pemerintah kota kupang agar tidak bergantung pada dana
bantuan dari pusat dan untuk meningkatkan penerimaan Pendapatan Asli daerah adalah
dengan memaksimalkan sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah salah satu sektor esensial
dalam upaya pemerintah daerah kota kupang yaitu sektor retribusi daerah. Pemerintahan
kota kupang merupakan daerah yang menyelenggarakan otonomi daerah dan menjadikan
retribusi daerah sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah.
Berikut ini merupakan realisasi retribusi yang dibandingkan dengan komponen
Pendapatan daerah lainnya selama tahun 2017-2021:
Tabel 1.1
Realisasi Pendapatan Asli daerah kota kupang tahun 2017-2021

Jenis Tahun
pendapatan 2017 2018 2019 2020 2021
Pendapatan 229.137.473.528 171.490.709.096 185.051.575.342 167.530.108.045 166.266.172.886
asli daerah
pajak 98.639.548.268 98.817.793.039 108.319.931.686 96.923.905.237 90.007.500.075
daerah
Retribusi 35.978.498.924 36.283.701.272 39.090.323.102 37.583.878.402 42.101.224.937
daerah
Hasil 13.421.285.898 14.422.201.043 14.378.818.417 13.541.771.996 12.893.844.227
pengelolaan
Kekayaan
daerah
Yang
dipisahkan
Lain-lain 81.098.140.438 21.967.013.742 23.262.502.137 19.480.552.410 21.263.603.647
PAD
Yang sah

4
Berdasarkan tabel 1.2 diatas, realisasi retribusi diatas mengalami fluktuasi selama
periode tahun 2017-2019. Pada tahun 2018 pendapatan retribusi daerah mengalami
peningkatan dari tahun sebelumnya . selanjutnya pada tahun 2019 juga mengalami
kenaikan dari tahun sebelumnya. Kemudian pada tahun 2020 terjadi penurunan dari
tahun 2019. Lalu, pada tahun 2021 realisasi retribusi kembali mengalami kenaikan
dari tahun sebelumnya.

Penelitian terdahulu dari swastika, N.S.,Mustofa, R., dan Lumbatoruan (2022)


dengan judul “ Efektivitas, Kontribusi Dan Trend Retribusi Daerah Terhadap
Pendapatan Asli Daerah Di Kabupaten Cilacap.” Memperoleh hasil perhitungan,
Efektivitas retribusi daerah Kabupaten Cilacap selama tahun 2016-2020 tergolong
sangat efektif dengan rata-rata sebesar 105,25%. Hal ini disebabkan karena
pemungutan dan pengelolaan pendapatan retribusi daerah oleh Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Cilacap sudah optimal. Tingkat kontribusi
retribusi daerah Kabupaten Cilacap selama periode 2016-2020 sangat kurang
berkontribusi terhadap PAD. Selama periode tersebut, rata-rata kontribusi hanya
6,30%. Hal ini dikarenakan sumbangan retribusi daerah terhadap Pendapatan Asli
Daerah sangat kurang, sama halnya dengan daerah lain seperti Kabupaten Banyumas
yang rata-rata kontribusi retribusi daerahnya sebesar 4,82% dengan kategori sangat
kurang, kemudian rata-rata kontribusi daerah Kabupaten Purbalingga sebesar 12,13%
dengan kategori kurang, dan rata-rata kontribusi retribusi daerah Kabupaten
Banjarnegara sebesar 10,82% dengan kategori kurang. Terlebih saat ini adanya
pandemi COVID-19 sehingga kontribusi retribusi daerah semakin menurun. Prediksi
pendapatan retribusi daerah untuk lima tahun kedepan (2021-2025) mengalami
penurunan setiap tahunnya. Trend retribusi daerah Kabupaten Cilacap mempunyai
kecenderungan menurun atau trend negatif dengan asumsi pandemi COVID19 masih
belum berakhir pada lima tahun yang akan datang. Akibat adanya kejadian diluar
prediksi yaitu wabah pandemi COVID-19 pada tahun 2020 yang melanda berbagai
belahan dunia termasuk Indonesia, maka peneliti melakukan analisis tambahan untuk
memprediksi pendapatan retribusi daerah setelah pandemi COVID-19, dimana
kondisi perekonomian mulai stabil. Hasilnya menunjukkan bahwa pendapatan
retribusi daerah Kabupaten Cilacap mengalami kenaikan tiap tahunnya. Trend

5
retribusi daerah Kabupaten Cilacap selama lima tahun kedepan (2021-2025)
mempunyai kecenderungan naik atau disebut trend positif.

Tingkat kemandirian keuangan daerah dapat diukur dengan memperhatikan


pencapaian Pendapatan Asli Daerah yang berasal dari pemanfaatan potensi
didaerahnya untuk dapat melaksanakan otonomi daerahnya sehingga dapat menekan
ketergantungan pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat. Salah satu potensi
yang dapat dikembangkan oleh pemerintah daerah adalah dengan memanfaatkan
sumber dana yang berasal dari retribusi daerah.

Maka, berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan


penelitian tentang “EFEKTIVITAS, KONTRIBUSI DAN TREND RETRIBUSI
DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KOTA KUPANG “

2. Masalah penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka yang me[njadi rumusan
masalah peneliti adalah Efektivitas, Kontribusi Dan Trend Retribusi Daerah Terhadap
Pendapatan Asli Daerah Di Kota Kupang.

3. Persoalan penelitian
1. Bagaimana efektivitas retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah di kota
kupang ?
2. Bagaimna kontribusi retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah di kota
kupang ?
3. Bagaimana trend retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah di kota kupang ?
4. Tujuan dan Manfaat penelitian
a. Tujuan penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1) Untuk mengetahui efektivitas retribusi daerah terhadap pendapatan asli
daerah di kota kupang

6
2) Untuk mengetahui kontribusi retribusi daerah terhadap pendapatan asli
daerah di kota kupang
3) Untuk mengetahui trend retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah di
kota kupang

b. Manfaat Penelitian
Penelitian ini di harapkan dapat memberikan yaitu :
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan peneliti
tentang efektivitas, kontribusi dan trend retribusi daerah terhadap PAD di kota
kupang dan sebagai referensi bagi peneliti lain yang berkeinginan untuk
melakukan penelitian sejenis.
2. Manfaat Praktis
a). Bagi peneliti
Sebagai salahh satu syarat dalam mendapatkan gelar Serjana
Manajemen selain itu penelliti juga punya keinginan untuk mengetahui
bagaimana efektivitas, kontribusi dan trend retribusi daerah terhadap PAD
di kota kupang sehingga menambah pengetahuan bagi peneliti.
b). Bagi Pemerintah daerah Kota Kupang
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
pengukuran efektivitas, konribusi dan trend retribusi daerah terhadap PAD
di kota kupang.

7
LANDASAN TEORI

1. Landasan Teori
a. Otonomi Daerah
1) Pengertian Otonomi Daerah
Pengertian dari otonomi daerah secara harfiah adalah berasal dari kata
“Otonomi dan daerah”. Dalam bahasa Yunani, “otoni” berasal dari kata “autos”
yang berarti “sendiri” dan “nomos” yang berarti aturan dan undang-undang”.
Dengan demikian otonomi dapat diartikan sebagai kewenangan untuk mengatur dan
mengurus sendiri atau kewenangan untuk membuat aturan guna untuk mengurus
rumah tangga sendiri. Sedangkan daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang
mempunyai batas-batas wilayah.
Menurut pakar Sugeng Istianto, otonomi daerah adalah wewenang untuk
mengatur dan mengurus rumah tangga daerah. Sementara itu Ateng Syarifudin
mengatakan mengartikan otonomi daerah sebagai kebebasan atau kemandirian yang
dimiliki daerah tetapi bukan kemerdekaan, melainkan hanya kebebasan yang
terbatas atau kemandirian yang terwujud melalui pemberian kesempatan yang harus
dapat dipertanggungJawabkan.
Syarief saleh mengartikan Otonomi daerah sebagai hak untuk mengatur dan
memerintah daerah sendiri, dimana hak tersebut merupakan hak yang diperoleh dari
pemerintah pusat. Benyamin Hoesein mengatakan Otonomi daerah adalah
pemerintahan oleh dan untuk rakyat di bagian wilayah nasional suatu negara secara
informal berada di luar pemerintahan pusat. Menurut Mariun, Otonomi daerah
adalah kebebasan yang dimiliki oleh pemerintahan daerah yang memungkinkan
mereka untuk membuat inisiatif sendiri dalam rangka mengelola dan
mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki oleh daerahnya sendiri.

8
Otonomi daerah merupakan kebebasan untuk dapat berbuat sesuai dengan
kebutuhan masyarakat setempat. Sedangkan Philip Malwood mengartikan Otonomi
daerah adalah suatu pemerintah daerah yang memiliki kewenangan sendiri di mana
keberadaannya terpisah dengan otoritas yang diserahkan oleh pemerintah guna
mengalokasikan sumber material yang bersifat substansial mengenai fungsi yang
berbeda. Pengertian otonomi daerah berdasarkan Undang-undang Nomor 9 Tahun
2015 juncto (jo.) Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014, tentang pemerintahan
daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur serta
mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Dengan demikian otonomi daerah dapat dipahami sebagai wewenang atau
kekuasaan pada suatu wilayah atau daerah yang mengatur dan mengelola untuk
kepentingan wilayah atau daerah masyarakat itu sendiri. Pengertian lebih luas dapat
dipahami sebagai wewenang atau kekuasaan pada suatu wilayah atau daerah yang
mengatur dan mengelola untuk kepentingan wilayah atau daerah masyarakat itu
sendiri mulai dari ekonomi, politik, dan pengaturan perimbangan keuangan
termasuk pengaturan sosial, budaya, dan ideologi yang sesuai dengan tradisi adat
istiadat daerah lingkungannya.24 Dalam era reformasi Pemerintah telah
mengeluarkan dua kebijakan tentang otonomi daerah. Pertama adalah UU No.22
tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No.25 tahun 1999 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Kedua adalah UU
No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No.33 tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. UU yang disebut
kedua ini merupakan revisi atas UU yang disebut pertama. Kini telah diganti lagi
oleh Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 jo. Undang-undang Nomor 9 Tahun
2015, tentang pemerintahan daerah.
Berdasarkan Pasal 1 ayat (6) Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014
pengertian otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban kepada pengurus
daerah untuk mengatur secara mandiri urusan pemerintahan serta kepentingan
masyarakat yaitu mencakup sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Temuan
pada penelitian Wulandari dan Iryanie (2018:3) menyatakan bahwa otonomi daerah

9
dimaksudkan untuk mencegah pemusatan kekuasaan pemerintahan pada
pemerintah pusat sehingga pemerintahan dan pembangunan daerah dapat berjalan
dengan baik. Pada hakikatnya otonomi daerah memiliki arti hak dan wewenang
daerah untuk memanajemeni urusan pemerintahan dan kebutuhan daerah masing-
masing sesuai peraturan perundanganundangan. Otonomi daerah didasari pada
prinsip otonomi seluas-luasnya, otonomi yang nyata, dan otonomi yang
bertanggung jawab. Penyelenggaraan otonomi daerah berpedoman pada tiga asas,
yaitu asas desentralisasi, asas dekonsentrasi, dan asas tugas pembantuan.
2) Tujuan dan Manfaat Otonomi Daerah
1. Tujuan Otonomi Daerah
Otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah
otonom untuk mengatur dan mengelola urusan dan kepentingan masyarakat
daerah sendiri sesuai dengan undang-undang yang telah dibuat. Otonomi
daerah juga diadakan untuk daerah itu sendiri dan juga untuk kepentingan
daerah itu sendiri. Secara konseptual, penyelenggaraan otonomi daerah di
Indonesia didasarkan pada tiga tujuan utama, yakni sebagai berikut.
a) Tujuan politik
Hal yang diwujudkan melalui tujuan politik dalam pelaksanaan
otonomi daerah adalah upaya untuk mewujudkan demokratisasi politik
melalui partai politik dan Dewan Perwakilan Daerah.
b) Tujuan administratif
Tujuan administratif perwujudan yang ingin dicapai melalui
pelaksanaan otonomi daerah adalah pembagian urusan antara
pemerintah pusat dan daerah, termasuk sumber daya keuangan, serta
pembaharuan manajemen birokrasi di pemerintah daerah.
c) Tujuan ekonomi
Adapun tujuan ekonomi yang ingin dicapai dalam pelaksanaan
otonomi daerah di Indonesia adalah realisasi dari peningkatan indeks
pembangunan manusia sebagai indikator peningkatan kesejahteraan
masyarakat Indonesia.

10
Dalam buku pengantar pemerintahan daerah karangan Ani Sri Rahayu juga disebutkan
tujuan dari pemberian otonomi daerah, yaitu sebagai berikut.

a) . Peningkatan pelayanan publik yang semakin baik.


b) Pengembangan kehidupan demokrasi.
c) Peradilan nasional.
d) Wilayah regional adil.
e) Pemeliharaan hubungan harmonis antara pusat dan daerah serta antardaerah di integritas
urusan Republik.
f) Mendorong pemberdayaan masyarakat.
g) Peningkatan inisiatif dan kreativitas daerah, peningkatan partisipasi masyarakat,
mengembangkan peran dan fungsi Dewan Perwakilan Daerah.
2. Manfaat Otonomi Daerah
Adapun Manfaat dari Otonomi daerah adalah sebagai berikut.
a) Pelaksanaan otonomi daerah dapat dilaksanakan untuk
kepentingan masyarakat.
b) Memotong birokrasi yang sedikit prosedur yang rumit dan
sangat terstruktur dari pemerintah pusat.
b. Pendapatan Asli Daerah
1) .Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Menurut UU No. 23 Tahun 2014, pengertian Pendapatan Asli Daerah
(PAD) adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan
Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pendapatan
Asli Daerah (PAD) merupakan akumulasi dari pos penerimaan pajak yang
berisi pajak daerah, pos retribusi daerah, pos penerimaan non pajak yang berisi
hasil perusahaan milik daerah, dan penerimaan investasi serta pengelolaan
sumber daya alam. Abdul Halim (2007) menyatakan bahwa “Pendapatan Asli
Daerah (PAD) merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber
ekonomi asli daerah”.
Menurut Mardiasmo (2013), “Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan
yang diperoleh dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik
daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain

11
Pendapatan Asli Daerah yang sah”. Optimalisasi dalam penerimaan Pendapatan
Asli Daerah hendaknya didukung dengan upaya pemerintah daerah
meningkatkan kualitas layanan publik. Eksploitasi Pendapatan Asli Daerah
yang berlebihan justru akan semakin membebani masyarakat, dan mengancam
perekonomian.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) berperan sebagai sumber pendapatan
untuk menunjang pembangunan di daerah, misalnyapembangunan infrastruktur.
Pendapatan Asli Daerah juga merupakan sebagai alat pengukur kemampuan
daerah atas sumber daya yang dapat digali oleh daerah tersebut. Pendapatan
Asli Daerah juga merupakan tulang punggung pembiayaan daerah, oleh karena
itu 11 kemampuan melaksanakan ekonomi diukur dari besarnya kontribusi yang
dapat diberikan oleh Pendapatan Asli Daerah terhadap APBD, semakin besar
kontribusi yang dapat diberikan oleh Pendapatan Asli Daerah terhadap APBD
berarti semakin kecil ketergantungan pemerintah daerah terhadap bantuan
pemerintah pusat. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli, pengertian
Pendapatan Asli Daerah (PAD) di atas dapat disimpulkan bahwa Pendapatan
Asli Daerah merupakan pendapatan yang diterima daerah sesuai dengan
peraturan perundangundangan dan diperoleh dari sektor pajak daerah, retribusi
daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan, dan lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah.

2) Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD)


Berdasarkan Pasal 157 UU No. 23 Tahun 2014 Pendapatan Asli Daerah
(PAD) bersumber dari:
1. Pajak Daerah
Menurut Mardiasmo (2013: 32) “pajak daerah adalah pajak yang
dipungut oleh daerah seperti provinsi, kabupaten maupun kotamadya
berdasarkan peraturan daerah masing-masing dan hasilpemungutannya
digunakan untuk pembiayaan rumah tangga daerahnya”. Berdasrkan
referensi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pajak daerah merupakan
iuran wajib yang ditujukan kepada orang pribadi atau badan tanpa imbalan

12
langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan Undang-
Undang yang berlaku, hasilnya digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah. Jenis pajak
daerah menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah:
a) Jenis Pajak Provinsi:
1) Pajak Kendaraan Bermotor;
2) Pajak Balik Nama Kendaraan Bermotor;
3) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor;
4) Pajak Air Permukaan;
5) Pajak Rokok.
b) Jenis Pajak Kabupaten/Kota:
1) Pajak Hotel;
2) Pajak Restoran;
3) Pajak Hiburan;
4) Pajak Reklame;
5) Pajak Penerangan Jalan;
6) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan;
7) Pajak Parkir;
8) Pajak Air Tanah;
9) Pajak Sarang Burung Walet; Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB) Pedesaan dan Perkotaan;
10) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

Mardiasmo (2013) mengungkapkan bahwa “untuk mengurangi


ketergantungan terhadap pembiayaan dari pemerintah pusat, pemerintah daerah
perlu diberikan otonomi dan keleluasaan daerah”. Langkah penting yang harus
dilakukan untuk meningkatkan penerimaan pajak daerah adalah dengan
menghitung potensi penerimaan pajak daerah yang sebenarnya dimiliki oleh
daerah tersebut, sehingga dapat diketahui peningkatan kapasitas pajak (tax
capacity) daerah. Peningkatan kapasitas pajak pada dasarnya adalah optimalisasi
sumber-sumber pendapatan daerah.

13
2. Retribusi Daerah
Di samping pajak daerah, sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang
cukup besar peranannya adalah retribusi daerah. Menurut Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2009 “Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai
pembayaran 13 atas jasa atau pemberian ijin tertentu yang khusus
disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan
orang pribadi atau badan”. Dengan kata lain yang lebih sederhana, retribusi
adalah pungutan yang dibebankan kepada seseorang karena menikmatijasa
secara langsung atas fasilitas yang disediakan oleh pemerintah daerah.
Dari definisi di atas dapat dilihat ciri-ciri mendasar dari retribusi daerah
adalah:
1) Retribusi dipungut oleh daerah berdasarkan peraturan daerah.
2) Retribusi dikenakan kepada siapa saja yang memanfaatkan barang
atau jasa yang disediakan oleh daerah.

Retribusi daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009


“mencakup tiga objek yaitu jasa umum, jasa usaha, dan perizinan tertentu”.
Retribusi yang dikanakan atas jasa umum digolongkan sebagai retribusi
jasa umum. Retribusi yang dikenakan atas jasa usaha digolongkan sebagai
reribusi jasa usaha, sedangkan retribusi yang dikenakan atas perizinan
tertentu digolongkan sebagai retribusi perizinan tertentu.

a) Retribusi Jasa Umum


Objek retribusi jasa umum adalah pelayanan yang disediakan
atau diberikan pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan
pemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau
badan. Jenis retribusi jasa umum berdasarkan Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2009 antara lain:
1) Retribusi Pelayanan Kesehatan
2) Retribusi Pelayanan Persampahan dan Kebersihan
3) Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk
dan Akta Catatan Sipil

14
4) Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Penguburan Mayat
Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum
5) Retribusi Pelayanan Pasar
6) Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor
7) Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran
Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta
8) Retribusi Pengelolaan Limbah Cair
9) Retribusi Pelayanan Pendidikan
10) Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang
11) Retribusi Penyediaan dan Penyedotan Kakus
12) Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi

b) Retribusi Jasa Usaha


Retribusi Jasa Usaha adalah retribusi atas jasa yang disediakan
oleh pemerintah daerah dengan menganut prinsip komersial karena
pada dasarnya disediakan oleh sektor swasta. Jenis retribusi jasa
usaha berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 antara
lain:
1) Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah
2) Retribusi Pasar Grosir dan Pertokoan
3) Retribusi Tempat Pelelangan
4) Retribusi Terminal
5) Retribusi Tempat Khusus Parkir
6) Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggarahan/Villa
7) Retribusi Rumah Potong Hewan
8) Retribusi Pelayanan Kepelabuhan
9) Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga
10) Retribusi Penyeberangan Air
11) Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah

c) Retribusi Perizinan Tertentu

15
Objek retribusi perizinan tertentu adalah pelayanan perizinan
oleh pemerintah daerah kepada orang pribadi atau badan yang
dimaksudkan 15 untuk mengatur dan pengawasan atas kegiatan
pemanfaatan ruang, penggunaan SDA, barang, prasarana, sarana,
atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan
menjaga kelestarian lingkungan. Jenis retribusi perizinan tertentu
berdasarkan Undang-Undang nomor 28 Tahun 2009 antara lain:
1) Retribusi Izin Mendirikan Bangunan
2) Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol
3) Retribusi Izin Gangguan
4) Retribusi Izin Trayek
5) Retribusi Izin Usaha Perikanan

Tarif retribusi bersifat fleksibel sesuai dengan tujuan retribusi dan


besarnya biaya yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah masing-masing
untuk melaksanakan atau mengelola jenis pelayanan publik. Semakin efisien
pengelolaan pelayanan publik disuatu daerah, maka semakin kecil tarif
retribusi yang dikenakan.

3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan


Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan adalah
komponen kekayaan daerah yang pengelolaannya diserahkan kepada Badan
Usaha Milik Daerah (BUMD). Kekayaan daerah yang dipisahkan, dalam
praktiknya dikelola oleh perusahaan milik daerah yaitu perusahaan yang
mayoritas atau seluruh modal/sahamnya dimiliki oleh daerah. Perusahaan i
ni disebut BUMD, dalam hal ini ada dua aspek dalam pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan yaitu:
1) kekayaan daerah dikelola secara tersendiri menurut ketentuan yang
berlaku bagi suatu perusahaan oleh manajemen BUMD
2) pemerintah bertindak sebagai pemegang saham yang memiliki
perwakilan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

16
Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan merupakan
bagian dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada daerah tersebut, yang
bersumber dari:

a. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik


daerah/BUMD.
b. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik
c. Negara/BUMN.
d. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik
e. swasta atau kelompok usaha masyarakat.

4. Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah


Jenis pendapatan lain-lain yang sah sesuai dengan UndangUndang
Nomor 23 Tahun 2014 disediakan untuk menggambarkan penerimaan
daerah yang tidak termasuk dalam jenis pajak daerah, retribusi daerah, dan
hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan dirinci menurut
objek pendapatan, antara lain hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak
dipisahkan secara tunai atau angsuran/cicilan, jasa giro, pendapatan bunga,
penerimaan atas tuntutan ganti kerugian daerah, penerimaan komisi,
potongan ataupun bentuk lain sebagaimana akibat dari penjualan atau
pengadaan barang dan jasa oleh daerah.
Penerimaan keuntungan dari selisih nilai tukar rupiah terhadap mata
uang asing dan komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari
penjualan, pengadaan barang dan jasa oleh daerah. Penerimaan lain-lain
membuka kemungkinan bagi pemerintah daerah untuk melakukan berbagai
kegiatan yang bisa menambah pendapatan, baik yang berupa materi dalam
hal kegiatan yang bersifat bisnis, maupun dalam kegiatan non materiuntuk
menyediakan, melapangkan atau memantapkan suatu kebijakan pemerintah
daerah dalam suatu bidang tertentu.
3) Fungsi Pendapatan Asli Daerah
Dana-dana yang bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) tersebut
merupakan salah satu faktor penunjang dalam melaksanakan kewajiban daerah

17
untuk membiayai pembangunan daerah. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
merupakan alat untuk memasukkan uang sebanyak-banyaknya ke kas daerah
guna menunjang pelaksanaan pembangunan daerah, serta untuk mengatur dan
meningkatkan kondisi sosial ekonomi pemakaian jasa tersebut.

c. Retribusi daerah
Pengertian retribusi daerah menurut Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah merupakan pungutan daerah sebagai
pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau
diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.
Tidak semua jasa yang disediakan pemerintah dapat dipungut retribusinya, hanya
jasa tertentu saja yang dijadikan objek retribusi berdasarkan pertimbangan sosial-
ekonomi. Dalam Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 objek retribusi terdiri dari
jasa umum, jasa usaha, dan perizinan tertentu sebagaimana dijelaskan berikut ini:
1. Retribusi Jasa Umum adalah retribusi yang dikenakan atas jasa
umum digolongkan sebagai Retribusi Jasa Umum. Objek Retribusi
Jasa Umum adalah pelayanan yang disediakan atau diberikan
pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dankemanfaatan umum
serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan (Mardiasmo,
2018).
2. Retribusi Jasa Usaha merupakan retribusi yang dikenakan atas jasa
usaha digolongkan sebagai Retribusi Jasa Usaha. Objek Retribusi
Jasa Usaha adalah pelayanan yang disediakan oleh pemerintah
daerah dengan menganut prinsip komersial yang meliputi
(Mardiasmo, 2018):
a. Pelayanan dengan memanfaatkan kekayaan daerah yang belum
dimanfaatkan secara maksimal; dan/atau
b. Pelayanan oleh pemerintah daerah sepanjang belum disediakan
secara memadai oleh pihak swasta.
3. Retribusi Perizinan Tertentu merupakan retribusi yang dikenakan
atas perizinan tertentu digolongkan sebagai Retribusi Perizinan

18
Tertentu. Objek Retribusi Perizinan Tertentu merupakan pelayanan
perizinan tertentu oleh pemerintah daerah kepada orang pribadi atau
badan yang dimaksudkan untuk pengaturan dan pengawasan atas
kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang,
prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi
kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan
(Mardiasmo, 2018).
d. Analisis Efektivitas
Efektivitas adalah tingkat keberhasilan yang diperoleh dibandingkan dengan
target yang ditetapkan (Bawono & Novelsyah, 2016). Efektivitas juga dapat
diartikan sebagai pencapaian target. Target retribusi adalah suatu jumlah yang harus
dicapai selama setahun anggaran (Renggo, 2021). Efektivitas adalah tingkat
keberhasilan yang diukur dengan kinerja, jumlah, dan waktu sesuai dengan rencana
anggaran. Jadi, semakin banyak rencana yang berhasil tercapai maka suatu kegiatan
dianggap semakin efektif (Pagiu, 2020). Fungsi efektivitas adalah sebagai dasar
penilaian atas seberapa baik kinerja yang dilakukan, sejauh mana orang
menghasilkan output sesuai dengan yang diharapkan, baik dari segi waktu, biaya
hingga kualitasnya. Apabila harapan dengan hasil yang diperoleh sama maka dapat
dikatakan efektif.
Efektivitas retribusi daerah dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
realisasi penerimaan retribusidaerah
efektifitas retribusidaerah × 100 %
target penerimaan retribusidaerah

Tabel 1

Kriteria efektivitas

Presentase Kriteria
Diatas 100% Sangat efektif
>90 % - 100 % Efektif
>80 % - 90 % Cukup efektif
>60 % - 80 % Kurang efektif
Kurang dari 60 % Tidak efektif

19
e. Analisis Kontribusi
Kontribusi adalah kegiatan yang dilakukan untuk membantu mencapai tujuan
bersama-sama dengan orang lain untuk mencapai kesuksesan (Tanzil &
Juliprijanto, 2021). Kontribusi retribusi daerah adalah sumbangan dari pungutan
atas pembayaran jasa atau pemberian izin tertentu dari pemerintah daerah
(Sutianingsih et al., 2021).
Kontribusi retribusi daerah dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
realisasi penerimaan retribusi daerah
kontribusi retribusi daerah ×100 %
realisasi penerimaan asli daerah
Perbandingan tersebut akan menunjukkan seberapa besar kontribusi retribusi
daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah. Semakin besar nilai kontribusi retribusi
daerah maka semakin besar pula tingkat peranan retribusi daerah untuk
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah ( Renggo, 2021).
Tabel 2
Kriteria kontribusi

Presentase Kriteria
0 – 10 % Sangat kurang
>10 % - 20 Kurang
%
>20 % - 30 Sedang
%
>30 % - 40 Cukup baik
%
>40 % - 50 Baik
%
Diatas 50 % Sangat baik

f. Analisis trend

20
Menurut Adistie (2020), analisis trend merupakan analisis untuk melakukan
estimasi atau peramalan pada masa depan yang secara teoritis penentuan dalam
analisis time series yaitu kualitas atau keakuratan informasi atau data yang
diperoleh dan waktu dari data tersebut dikumpulkan. Asih dan Akhmad (2020),
mengartikan analisis trend yaitu metode analisis yang digunakan untuk peramalan
atau estimasi pada periode yang akan datang. Analisis trend bertujuan untuk
mengetahui gambaran sumber penerimaan pendapatan daerah untu masa
mendatang. Selain itu dapat menjadi acuan atau pedoman oleh pemerintah daerah
dalam pengambilan keputusan untuk memaksimalkan penerimaan pendapatan
daerah di masa yang akan datang (Samosir, 2019).
Analisis trend garis lurus (linear) dalam penelitian menggunakan metode (last
square method ) dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Y =a+bT
Keterangan :
Y = Nilai deret waktu yang akan diramalkan untuk periode t
a = Nilai deret waktu yang diperkirakan (konstan dari regresi) dalam periode dasar
(x=0)
b = Jumlah absolut pertumbuhan setiap periode
T = Periode waktu

Persamaan untuk mengukur nilai a dan b :


( ∑ Y ) ( ∑ X 2 )− ( ∑ X )( ∑ XY )
a=
n ∑ X −¿ ¿ ¿
2

n ∑ XY −∑ X ∑ Y
b= 2
n ∑ X −¿ ¿

2. Konsep Penelitian
a. Teori efektifitas

21
Efektivitas adalah tingkat keberhasilan yang diukur dengan kinerja, jumlah, dan
waktu sesuai dengan rencana anggaran. Jadi, semakin banyak rencana yang berhasil
tercapai maka suatu kegiatan dianggap semakin efektif (Pagiu, 2020).
b. Teori kontribusi
Kontribusi adalah kegiatan yang dilakukan untuk membantu mencapai tujuan
bersama-sama dengan orang lain untuk mencapai kesuksesan (Tanzil &
Juliprijanto, 2021).
c. Teori trend
Asih dan Akhmad (2020), mengartikan analisis trend yaitu metode analisis
yang digunakan untuk peramalan atau estimasi pada periode yang akan datang.
Analisis trend bertujuan untuk mengetahui gambaran sumber penerimaan
pendapatan daerah untu masa mendatang. Selain itu dapat menjadi acuan atau
pedoman oleh pemerintah daerah dalam pengambilan keputusan untuk
memaksimalkan penerimaan pendapatan daerah di masa yang akan datang
(Samosir, 2019).

3. Kerangka dasar penelitian


Polancik (2009) menyatakan bahwa kerangka pemikiran adalah suatu diagram yang
menjelaskan secara garis besar alur logika berjalannya sebuah penelitian. Kerangka
pemikiran dibuat berdasarkan pertanyaan penelitian (research question), dan
merepresentasikan suatu himpunan dari beberapa konsep serta hubungan diantara
konsep-konsep tersebut.
Adapun kerangka berpikir untuk memudahkan peneliti menjawab rumusan masalah dan
tujuan dari permasalahan peneliti yaitu:
Pendapatan Asli Daerah

(PAD)

Retribusi daerah

Analisis efektifitas Anaisis retribusi Analisis trend


22
kesimpulan

METODE PENELITIAN

1. Populasi dan Sampel


a. Populasi
Menurut Handayani (2020), populasi adalah totalitas dari setiap elemen yang akan
diteliti yang memiliki ciri sama, bisa berupa individu dari suatu kelompok, peristiwa,
atau sesuatu yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah data target serta
realisasi pendapatan retribusi daerah dan pendapatan asli daerah kota kupang.
b. Sampel
Menurut Siyoto dkk. (2015), sampel adalah ssebagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut, ataupun bagian kecil dari anggota
populasi yang di ambil menurut prosedur tertentu sehingga dapat mewakili
populasinya. Sampel dalam penelitian ini adalah data target serta realisasi
pendapatan retribusi daerah dan pendapatan asli daerah kota kupang tahun anggaran
2017-2021.
2. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, digunakan berbagai
teknik. Adapun teknik tersebut antara lain meliputi:
a. Observasi
Observasi merupakan teknik data yang dilakukan lewat pengamatan dan dapat
mengamati objek penelitian dengan lebih detail. Misalnya, teknik observasi
dilakukan dengan melihat dan mengamati secara langsung terhadap dokumen atau

23
sumber yang berkaitan dengan pengumpulan data penelitian pada Badan
pendapatan daerah Kota Kupang.
b. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan suatu cara yang digunakan untuk memperoleh data
dan informasi dalam bentuk buku, arsip, dokumen, tulisan dan gambar yang
berupa laporan serta keterangan yang dapat mendukung penelitian (Sugiyono,
2015). Analisis dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan data-data laporan
keuangan Pemerintah Daerah Kota Kupang yang diperoleh dari Badan pendapatan
daerah Kota Kupang.
.

3. Indikator Empirik dan Skala Pengukuran Konsep


Tabel 3.1
Tabel Konsep Penelitian

konsep Indikator Skala


pengukuran
Efektivitas penerimaan  Realisasi penerimaan retribusi daerah Rasio
Retribusi daerah  Target penerimaan retribusi daerah
Kontribusi penerimaan  Realisasi penerimaan retribusi daerah Rasio
Retribusi daerah  Reaisasi penerimaan pendapatan asli
terhadap daerah
Pendapatan Asli
Daerah
Trend pendapatan  Y=a+Bt Rasio
Retribusi daerah

4. Teknik Analisis Data


a. Analisis Pendahuluan

24
Pada tahap ini dideskripsikan indikator empirik dari konsep rasio efektifitas,
rasio kontribusi, trend penerimaan retribusi daerah berdasarkan data yang di
kumpulkan dengan menggunakan dokumentasi.
b. Analisis Lanjutan
Sesuai dengan penelitian yang dilakukan maka teknik analisa data yang
digunakan adalah deskriptif kuantitatif yaitu melakukan perhitungan-perhitungan
terhadap data Laporan target dan realisasi retribusi daerah dan pendapatan asli
daerah yang diperoleh untuk memecahkan masalah yang ada sesuai dengan tujuan
penelitian yaitu dengan mengukur efektivitas, kontribusi dan trend target dan
retribusi daearah terhadap pendapatan asli daerah sesuai dengan perhitungan atas
rasio efektivitas, rasio kontribusi, dan trend penerimaan retribusi daerah.
1. Rasio efektifitas
Efektivitas retribusi daerah dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut :

realisasi penerimaan retribusidaerah


efektifitas retribusidaerah × 100 %
target penerimaan retribusidaerah

Tabel 1
Kriteria efektivitas

Presentase Kriteria
Diatas 100% Sangat efektif
>90 % - 100 % Efektif
>80 % - 90 % Cukup efektif
>60 % - 80 % Kurang efektif
Kurang dari 60 % Tidak efektif

2. Rasio kontribusi

Kontribusi retribusi daerah dapat dihitung dengan rumus sebagai


berikut :

25
realisasi penerimaan retribusi daerah
kontribusi retribusi daerah ×100 %
realisasi penerimaan asli daerah

Tabel 2

Kriteria kontribusi

Presentase Kriteria
0 – 10 % Sangat kurang
>10 % - 20 Kurang
%
>20 % - 30 Sedang
%
>30 % - 40 Cukup baik
%
>40 % - 50 Baik
%
Diatas 50 % Sangat baik
3. Trend penerimaan retribusi daerah

Analisis trend garis lurus (linear) dalam penelitian menggunakan


metode (last square method ) dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :

Y =a+bT

Keterangan :

Y = Nilai deret waktu yang akan diramalkan untuk periode t

26
a = Nilai deret waktu yang diperkirakan (konstan dari regresi) dalam
periode dasar (x=0)

b = Jumlah absolut pertumbuhan setiap periode

T = Periode waktu

Persamaan untuk mengukur nilai a dan b :

( ∑ Y ) ( ∑ X 2 )− ( ∑ X )( ∑ XY )
a=
n ∑ X −¿ ¿ ¿
2

n ∑ XY −∑ X ∑ Y
b=
n ∑ X −¿ ¿
2

DAFTAR PUSTAKA

Anggoro, D. D. (2020). Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Revisi). UB Press.

Bawono, I. R., & Novelsyah, M. (2016). Tata Cara Penatausahaan dan Pertanggungjawaban
Bendahara pada SKPD dan SKPKD (Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan Provinsi).
Salemba Empat. Duli, N. (2019).

Metodologi Penelitian Kuantitatif: Beberapa Konsep Dasar untuk Penulisan Skripsi & Analisis
Data dengan SPSS. Deepublish. Halim, A. (2004).

Bunga Rampai Manajemen Keuangan Daerah Edisi Revisi. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Harefa, M., Permana, S. H., Mangeswuri, D. R., & Meilani, H. (2017).

Optimalisasi Kebijakan Penerimaan Daerah (C. M. Firdausy (ed.)).

Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Mais, R. G., & Yuniara, W. (2020). Efektivitas Penerimaan
Retribusi Daerah Dan Kontribusinya Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Di
Dki Jakarta Periode 2015-2019.

Prosiding Konferensi Nasional Ekonomi Manajemen Dan Akuntansi (KNEMA), 1–10.


Mardiasmo. (2018). Perpajakan (Maya (ed.); Terbaru).

27
Andi Offset. Murniati, S., & Kasasih, D. (2017). Analisis Kontribusi Dan Efektivitas Penerimaan
Retribusi Pelayanan Pasar Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Palembang. Jurnal
Kompetitif, 6(1), 85–109. Pagiu, C. (2020). Analisis Efektivitas Penerimaan Retribusi
Jasa Usaha dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Tana
Toraja. Jurnal Economix Volume 8 Nomor 2 Desember 2020, 8.

Renggo, Y. R. (2021). Efektifitas Dan Kontribusi Retribusi Daerah Terhadap Pad Di Kabupaten
Sumba Timur. Jurnal Ekonomika, 12(2), 141–152.

Samosir, M. S. (2019). Analisis Potensi, Efektivitas Dan Efisiensi Retribusi Terminal Pada Dinas
Perhubungan Kabupaten Sikka. Jurnal Projemen UNIPA Maumere, 6(1), 65–81.

Sutianingsih, Kartika, S. E., & Widowati. (2021). Analisis Pengaruh Retribusi Daerah Terhadap
Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lombok Utara. Jurnal Ilmiah Akuntansi Kesatuan,
9(1), 1–12.

Tanzil, S. D., & Juliprijanto, W. (2021). Efektivitas Pemungutan Retribusi Pasar Serta
Kontribusinya Dalam Realisasi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Paradigma
Multidisipliner, 2(1), 9–19.

Utami & Ningsih. (2018). Analisis Efektivitas Dan Kontribusi Penerimaan Pajak Dan Retribusi
Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota Di Provinsi Aceh Tahun 2011-
2015. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi (JIMEKA), 3(4), 672–687.

28

Anda mungkin juga menyukai