Anda di halaman 1dari 7

Belanja Hibah Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kepada Industri Pariwisata

Hotel dan Restoran

oleh:
Silvia Rahmawati (19/446886/SV/16605)
Iqma Khanifa Mafaza (19/446882/SV/16601)
Fikri Pratama Khaliq (19/447177/SV/16871)

Program Studi Akuntansi Sektor Publik


Departemen Ekonomika dan Bisnis
Sekolah Vokasi
Universitas Gadjah Mada
2021
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Program dan Tujuan Hibah


Adanya covid-19 menyebabkan penurunan kondisi perekonomian masyarakat di
segala bidang, salah satunya adalah sektor pariwisata. Pariwisata menjadi salah satu
penyumbang pendapatan daerah terbesar dalam PAD. Namun, adanya kebijakan pembatasan
sosial untuk mencegah penyebaran covid-19 menyebabkan banyak industri pariwisata dan
restoran mengalami penurunan pendapatan. Dengan diterapkannya kebijakan pembatasan
sosial tersebut menyebabkan berkurangnya kunjungan wisatawan asing dan lokal pada daerah
wisata. Akibatnya, jumlah pendapatan industri pariwisata mengalami penurunan, kemudian
untuk sektor UMKM dalam wilayah pariwisata juga menurun dan terganggunya lapangan
pekerjaan. Sektor pariwisata merupakan salah satu penyumbang pendapatan serta penyerap
tenaga kerja terbesar bagi Indonesia. Berdasarkan Keputusan Menteri No
KM/704/PL.07.02./M-K/2020, tenaga kerja yang berasal dari pariwisata sebanyak 12,74 juta
atau 10,53% dari total seluruh tenaga kerja nasional. Dapat diketahui, bahwa sektor
pariwisata dapat mengurangi tingkat pengangguran. Maka dari itu, pemerintah mengambil
sebuah kebijakan yang mempertimbangkan perlambatan penularan covid-19 dan perencanaan
pemulihan ekonomi kedepan. Pemerintah mengambil kebijakan hibah pariwisata yang
diberikan kepada industri pariwisata, restoran dan pemerintah daerah. Hibah pariwisata
merupakan salah satu program yang diadakan oleh pemerintah guna pemulihan ekonomi
nasional akibat terjadinya pandemi covid-19. Program tersebut dilaksanakan dengan
memberikan stimulus kepada pelaku industri hotel dan restoran serta pemerintah daerah yang
telah menggerakkan pariwisata di daerahnya. Outcome dari kebijakan hibah pariwisata ini
adalah untuk memperkuat perekonomian domestik, melindungi mata pencaharian pekerja.
Hibah pariwisata diadakan dengan tujuan untuk membantu Pemerintah Daerah serta
Industri Hotel dan Restoran yang sedang mengalami kesulitan akibat adanya pandemi Covid-
19. Pemberian kepada Pemerintah Daerah merupakan salah satu upaya recovery atas
penurunan PAD bagi Pemerintah Daerah. Selain itu, dana hibah pariwisata diberikan agar
sektor pariwisata dapat lebih siap untuk menerapkan protokol kesehatan lebih baik disekitar
pengelolaan daerah wisata.
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pemberi Hibah dan Penerima Hibah


Hibah pariwisata menjadi sebuah kebijakan pemerintah dengan memberikan stimulus
bagi sektor industri pariwisata yang mengalami permasalahan finansial akibat pandemi.
Hibah tersebut menjadi salah satu implementasi program pemulihan ekonomi nasional (PEN)
yang dilaksanakan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Hibah pariwisata
tersebut diberikan kepada para pelaku usaha di bidang pariwisata maupun di bidang ekonomi
kreatif. Pelaku usaha pariwisata dan ekonomi kreatif yang dapat menerima hibah pariwisata
ini adalah pelaku usaha pariwisata dan ekonomi kreatif di wilayah tertentu yang memenuhi
kriteria yang telah ditentukan. Beberapa kriteria yang telah ditentukan oleh Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif antara lain, kabupaten/kota yang memiliki 15% porsi
pendapatan asli daerah yang berasal dari penerimaan pajak hotel dan pajak restoran, masuk
kedalam 5 destinasi pariwisata super prioritas dan 10 destinasi prioritas, termasuk kedalam
ibu kota provinsi, destinasi branding pariwisata, dan daerah yang masuk kedalam 100
calendar of event.
Sepanjang tahun 2020, hibah pariwisata telah diberikan kepada beberapa daerah yang
dianggap memenuhi kriteria, seperti Bali, DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, dan Jawa Timur.
Tiap daerah menerima besaran hibah pariwisata yang berbeda, tergantung dengan keadaan
dan potensi pariwisata serta industri ekonomi kreatif daerah. Pada tahun 2020, Bali menjadi
daerah yang menerima besaran hibah pariwisata terbesar, yaitu sebesar Rp 1.180 Miliar, atau
sekitar 35,8% dari porsi hibah pariwisata yang disediakan oleh Kementerian Pariwisata dan
Ekonomi kreatif.
2.2 Jumlah dan Jangka waktu
Hibah Pariwisata yang disediakan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
adalah sebesar Rp3,3 Triliun. Namun terdapat beberapa kendala yang mengakibatkan dana
Hibah tersebut tidak dapat terealisasi dengan maksimal. Salah satu penyebabnya adalah data
yang belum terverifikasi dan tervalidasi. Ketidakakuratan data tersebut mengakibatkan
realisasi dana hibah pariwisata berlangsung lambat. Hingga akhir tahun anggaran 2020,
tercatat realisasi dana hibah pariwisata baru mencapai 70% atau sekitar Rp2,2 Triliun. Dana
hibah pariwisata tersebut disalurkan kepada 6.818 hotel dan 7.625 restoran. Selanjutnya,
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menargetkan jumlah realisasi yang lebih besar
dengan anggaran yang disediakan adalah sebesar Rp3,7 Miliar.
Dana hibah pariwisata tersebut diberikan sekali dalam satu tahun dengan besaran
sesuai yang telah disesuaikan dengan volume usaha penerima hibah. Hibah pariwisata ini
akan dilanjutkan dalam periode tahun anggaran 2021 dengan target yang lebih besar. Hal
tersebut dilakukan sebagai upaya pemerintah, terutama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif, dalam memulihkan usaha di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.
2.3 Alur
Alur yang digunakan dalam pengelolaan Hibah Pariwisata ialah type 6 yaitu
Pengelolaan Hibah Langsung Uang-SKPD (Non DRKH-Off Treasury). Hal ini didukung oleh
Keputusan Menteri No KM/704/PL.07.02./M-K/2020 tentang Petunjuk Teknis Hibah
Pariwisata Dalam rangka Pemulihan Ekonomi Nasional yang menyebutkan bahwa
pembagian hibah 70% untuk industri hotel dan restoran sedangkan 30% masuk ke kas umum
daerah. Berikut ini merupakan alur dari Pengelolaan Hibah Langsung Uang-SKPD (Non
DRKH-Off Treasury).

Kemudian, untuk alur kegiatan secara umum dibagi menjadi 3 yaitu tahap persiapan,
tahap pelaksanaan, dan tahap pencairan dana. Berikut ini penjelasana dari ketiga tahap
tersebut:
1. Tahap Persiapan
a. Pemerintah Pusat
- Pendataan calon penerima hibah;
- Penyiapan kriteria dan mekanisme pengalokasian;
- Penyusunan dan pengusulan anggaran dan pergeseran anggaran dari BA BUN
999.08 ke BA BUN 999.02;
- Sosialisasi kepada Pemerintah Daerah;
- Penyampaian usulan Pemerintah Daerah calon penerima dari Kemenparekraf
kepadan Kemenkeu;
- Pembahasan usulan besaran hibah dan daftar nama.
b. Pemerintah Daerah
- Pendataan usaha pariwisata hotel dan restoran yang merupakan penyetor
PHPR 2019;
- Penyusunan rencana anggaran bersama Kemenparekraf;
- Penyusunan DPA.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Pemerintah Pusat
- Pemberian rekomendasi pelaksanaan hibah pariwisata;
- Pemberian rekomendasi dari Kemenparekraf c.q Deputi Bidang Industri dan
Investasi kepada Pemerintah Daerah;
- Pelaksanaan monitoring dan evaluasi periodik.
b. Pemerintah Daerah
- Penyampaian rekomendasi kepada Kemenparekraf disertasi dokumen
pendukung;
- Penyampaian surat penyaluran dana dilampiri dokumen terkait kepada
Kemenkeu;
- Penganggaran dalam APBD;
- Pelaksanaan kegiatan hibah pariwisata;
- Pelaksanaan pengawasan dan monitoring evaluasi secara periodik;
- Reviu APIP Daerah;
- Menyusun laporan akhir pelaksanaan hibah.
3. Tahap Pencairan Dana
Pencairan dilakukan oleh kepada daerah kepada Direktorat Jenderal Perimbangan
Keuangan Kementerian Keuangan dengan menyertakan Surat Rekomendasi
Penyeluran dari Kemenparekraf c.q Deputi Bidang Industri dan Investasi dan
dokumen persyaratan lainnya.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adanya Pandemi Covid-19 membuat sektor pariwisata terdampak. Sektor yang paling
terdampak ialah hotel dan restoran. Untuk mengatasi dampak dari Pandemi Covid-19
Pemerintah Indonesia menyalurkan dana hibah melalui Kemenparekraf dalam rangka
Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Pemerintah menyediakan dana sebesar Rp3,3 triliun
untuk 6.818 hotel dan 7.625 restoran yang tersebar di seluruh daerah Indonesia seperti, Bali,
DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, dan Jawa Timur. Dana hibah tersebut diberikan dalam satu
tahun sekali dan diharapkan realisasinya bisa melebihi target yaitu Rp3,7 miliar. Kemudian,
alur yang digunakan dalam pengelolaan hibah tersebut ialah alur Pengelolaan Hibah
Langsung Uang-SKPD (Non DRKH-Off Treasury). Dalam tahapannya Kemparekraf
membagi ke dalam tiga tahap yaitu tahap persipan, tahap pelaksanaan, dan tahap pencairan
dana. Akan tetapi, dalam kegiatan hibah tersebut terdapat beberapa kendala seperti kesiapan
data yang akan digunakan belum tervalidasi sehingga menyulitkan dalam penyaluran.
3.2 Saran
Berdasarkan permasalah yang dihadapi oleh Kemenparekraf terkait kesiapan data
dalam penyaluran dana hibah, maka Pemerintah Daerah dan Kementerian Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif harus lebih selektif dan harus lebih mempersiapkan data yang akan
digunakan. Sehingga, ketika dan sudah siap maka Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif tidak mengalami kesulitan.
DAFTAR PUSTAKA

Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional. Dana Hibah Pariwisata
untuk Bangkitkan Kembali Industri Pariwisata. Diakses melalui [Dana Hibah
Pariwisata untuk Bangkitkan Kembali Industri Pariwisata - Berita Terkini |
Covid19.go.id] pada 2 Mei 2021.
Unknow. Pemerintah Cairkan Dana Hibah Pariwisata Rp 3,3 Triliun. Diakses melaluui
[https://koran.tempo.co/read/ekonomi-dan-bisnis/459084/pemerintah-cairkan-dana-
hibah-pariwisata-rp-33-triliun] pada 2 Mei 2021
Yuniarta, L. Sandiaga Uno Sebut Realisasi Hibah Pariwisata di 2020 Mencapai Rp 2,26
Triliun. Diakses melalui [https://nasional.kontan.co.id/news/sandiaga-uno-sebut-
realisasi-hibah-pariwisata-di-2020-mencapai-rp-226-triliun] pada 2 Mei 2021
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Keputusan Menteri No KM/704/PL.07.02./M-
K/2020 tentang Petunjuk Teknis Hibah Pariwisata Dalam rangka Pemulihan
Ekonomi Nasional. Diakses melalui
[_PERUBAHAN_KEPMEN_JUKNIS_HIBAH__PARIW ISATA_(1).pdf
(tangerangkota.go.id)] pada 2 Mei 2021.

Anda mungkin juga menyukai