PENDAHULUAN
dapat dianggap sebagai suatu usaha, baik sudah memiliki badan hukum maupun
tidak, dimiliki oleh seseorang maupun badan, dan bersifat swasta atau milik negara.
Sebagai suatu organisasi, perusahaan harus melibatkan sejumlah orang yang bekerja
bersama dalam struktur hierarki untuk mencapai tujuan bersama dan memenuhi
kebutuhan pasar atau konsumen. Perusahaan dapat beroperasi dalam berbagai sektor
hiburan, restoran, dan berbagai aktivitas rekreasi. Dalam upaya memenuhi kebutuhan
perkembangan tren dan teknologi. Selain itu, masyarakat yang tinggal di sekitar
1
meningkatkan pendapatan masyarakat serta berperan dalam upaya pemerintah untuk
manfaat bagi banyak pihak. Menurut Setiawan (2022), adanya pembangunan pada
dalam pembangunan sarana umum, pendidikan, dan layanan kesehatan. Selain itu,
sector pariwisata juga akan dapat menjadi sector yang mampu bersaing dengan sector
perekonomian lainnya.
tidak hanya memberikan manfaat bagi masyarakat setempat, tetapi juga memiliki
daya tarik yang kuat bagi investor asing maupun domestik. Selain itu, berdasarkan
informasi dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), investasi dalam sektor
pariwisata khususnya pada hotel dan restoran di tahun 2022 mengalami peningkatan
sebesar 19,1%, mencapai total Rp28,73 triliun. Angka ini menunjukkan kenaikan dari
tahun sebelumnya yang sejumlah Rp24,13 triliun. Secara khusus, realisasi investasi di
mencapai Rp11,65 triliun dibandingkan dengan Rp9,34 triliun pada tahun 2021
(BPKM, 2023). Hal ini menunjukkan bahwa sector pariwisata, khususnya di bidang
2
perhotelan dan restoran, sangat diminati oleh para investor, baik investor local
2020 karena adanya pembatasan sosial sebagai dampak dari pandemi COVID-19
yang menyebar luas di seluruh dunia. Keadaan ini menyebabkan penurunan jumlah
kunjungan wisatawan, baik dari dalam maupun luar daerah, termasuk turis
wisatawan juga berdampak pada tingkat okupansi kamar hotel. Berikut ini terdapat
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, tingkat penghunian kamar (TPK) hotel
berbintang di Indonesia sebesar 22,38% pada Juli 2021. Angka tersebut turun 16,17
poin dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 38,55%. Penurunan juga terjadi
sebesar 5,69 poin jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pada Juli 2020,
TPK hotel berbintang di Indonesia tercatat sebesar 28,07%. TPK hotel berbintang
pada Juli 2021 turun di seluruh klasifikasinya. Penurunan tertinggi secara bulanan
dialami oleh hotel bintang lima sebesar 22,36 poin dari 40,49% menjadi 18,13%
(Jayani, 2021). Penurunan TPK ini terjadi karena adanya penurunan yang besar dari
maupun hotel. Hal ini juga terjadi penurunan karena perlambatan perjalanan domestic
3
Sebagai salah satu sector penyumbang APBN terbesar untuk negara,
Indonesia. Sebagai contoh, Bali, yang terkenal pendapatan utamanya dari sector
pemasukan dari sector wisata, perusahaan terpaksa untuk harus menunjukkan kinerja
keuangan yang baik walaupun dengan kondisi yang kurang menguntungkan. Hal ini
dilakukan untuk menarik minat investor, baik investor dalam negeri maupun asing
termasuk mengelola pajak mereka. Namun, praktik pengelolaan pajak ini perlu dilihat
dengan cermat agar tidak melibatkan praktik penghindaran pajak yang ilegal atau
tidak etis.
Tax avoidance merupakan strategi hukum dan aman yang diadopsi oleh wajib
pajak untuk meminimalkan kewajiban pajak mereka. Praktik ini beroperasi dalam
batas-batas peraturan perpajakan yang ada, menggunakan metode dan teknik yang
penghindaran pajak adalah secara eksplisit mengurangi jumlah pajak yang harus
yang lebih besar. Dengan navigasi strategis dalam kerangka hukum, wajib pajak
4
memastikan bahwa aktivitas keuangan mereka sesuai dengan ketentuan hukum
2019).
Metrik keuangan ini menjadi pertimbangan penting bagi manajemen saat mereka
sektor pariwisata dapat mencari strategi hukum untuk meningkatkan kinerja keuangan
keharusan, dan perusahaan dapat fokus untuk meminimalkan kewajiban pajak mereka
sesuai dengan batasan undang-undang perpajakan yang ada (Harahap, 2009). Dengan
pajak yang tersedia, bisnis pariwisata dapat mengelolanya secara strategis untuk
memberikan gambaran keuangan yang lebih baik. Hal ini didukung oleh penelitian
signifikan terhadap manajemen laba. Selain itu, penelitian oleh Purnama (2017)
5
manajemen laba. Perusahaan yang memiliki profitabilitas yang tinggi maka
mereka. Namun, penting bagi perusahaan untuk mengelola rasio leverage mereka
(Hardiyanti et.al, 2022). Hal ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang
6
keuangan dan memberikan kinerja keuangan yang lebih positif, bahkan ketika
penjualan sedang menurun (Nugraha & Mulyani, 2019). Dalam konteks industri
pariwis ata, dimana faktor eksternal seperti fluktuasi permintaan musiman dan
tax avoidance menjadi alat untuk mengelola ketidakpastian ekonomi. Meskipun tax
pembangunan ekonomi lokal dan kontribusinya yang sah terhadap pajak. (Rejeki
dkk., 2019).
7
5. Bagaimana pengaruh profitabilitas, leverage, dan pertumbuhan penjualan
avoidance
avoidance
avoidance
Adapun manfaat yang diberikan oleh penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
8
yang sudah ada dengan memperkaya pemahaman mengenai faktor-faktor yang
2. Manfaat praktis
keputusan terkait dengan praktik tax avoidance. Hasil penelitian dapat menjadi
secara etis. Selain itu, temuan ini juga dapat membantu pemerintah dalam
9
BAB I
PENDAHULUAN
2.1.1. Pajak
Pajak Pajak adalah jumlah uang yang harus dibayarkan oleh individu, bisnis, atau
entitas lain kepada pemerintah, yang digunakan untuk mendanai pengeluaran publik.
Pajak dikenakan atas berbagai jenis pendapatan, kekayaan, konsumsi, atau transaksi
lainnya sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah. Pajak, menurut
Wulan (2020) adalah pembayaran wajib yang dilakukan kepada pemerintah oleh
orang pribadi atau badan usaha, yang diamanatkan oleh undang-undang, yang berlaku
atas penghasilan, keuntungan, dan nilai tambah suatu barang, jasa, dan transaksi
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pajak dapat diartikan sebagai
sumbangan wajib kepada negara yang berasal dari orang pribadi atau badan hukum,
kemajuan masyarakat.
umum, dan yang dapat dipaksakan, tanpa adakalanya kontraprestasi yang dapat
10
ditunjukkan dalam hal yang individual; maksudnya adalah untuk membiayai
pengeluaran pemerintah”
sejumlah uang kepada (kas) negara, yang dapat dipaksakan, tanpa mendapatkan suatu
imbalan yang secara langsung dapat ditunjuk, yang digunakan untuk membiayai
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa pajak adalah Dari penjelasan
Selain menjadi kewajiban yang diatur oleh undang-undang, pajak juga memiliki
1. Equality
Dalam konteks kesetaraan ini, tidak boleh ada negara yang melakukan
diskriminasi terhadap para pembayar pajak. Dalam situasi yang sama, semua
11
pembayar pajak harus diperlakukan dengan cara yang sama, sementara dalam
2. Certainty
Pembayaran pajak oleh individu yang wajib membayar harus transparan dan
kepastian hukum terkait dengan identitas pembayar pajak, objek pajak, tarif
3. Convenience of Payment
Pengenaan pajak sebaiknya dilakukan pada waktu yang paling sesuai bagi
4. Economics of Collections
biaya pengumpulan pajak tidak melebihi jumlah pajak yang diterima. Ini
Pada satu sisi, pajak merupakan kewajiban yang diatur oleh undang-undang dan
menjadi sumber utama pendapatan bagi pemerintah. Namun, di sisi lain, praktik
12
2.1.2. Penghindaran Pajak
Penghindaran pajak adalah praktik yang dilakukan oleh individu atau entitas
bisnis untuk mengurangi atau menghindari kewajiban pajak mereka dengan cara yang
dianggap legal tetapi tidak selalu etis. Menurut Puspita dan Febrianti (2017) upaya
disebut sebagai penghindaran pajak. Hal ini dilakukan dengan memanfaatkan celah
atau kelemahan yang ada dalam peraturan perpajakan yang sah secara hukum. Hal ini
berbeda dengan penggelapan pajak, dimana individu atau perusahaan secara ilegal
yang dilakukan untuk mengurangi beban pajak dengan cara mengelak dari kewajiban
pembayaran pajak melalui pengalihan transaksi ke dalam ranah yang tidak termasuk
dalam objek pajak. Penghindaran pajak merupakan salah satu dari tiga strategi umum
perpajakan, dengan tujuan untuk mengurangi jumlah pajak yang harus dibayar.
Menurut laporan Komite urusan fiskal dari Organization for Economic Cooperation
and Development (OECD) yang dikutip oleh Damayanti dan Pratiwi (2017), terdapat
13
2. Pemanfaatan celah hukum atau interpretasi legal untuk kepentingan yang
Selanjutnya, dalam kajian yang dilakukan oleh Stiglitz (1986) yang disebutkan
dalam penelitian oleh Wijaya & Rahayu (2021), terdapat tiga prinsip utama dalam
1. Penundaan pembayaran pajak, dimana nilai pajak yang ditunda pada masa
mendatang biasanya memiliki nilai yang lebih rendah daripada pajak yang
seperti perlakuan pajak yang lebih ringan terhadap capital gains jangka
14
2. Pemanfaatan Insentif Pajak: Perusahaan dapat memanfaatkan insentif
pajak secara legal namun tidak selalu etis. Selain itu, penghindaran pajak dilakukan
perpajakan, dengan tujuan untuk mengurangi jumlah pajak yang harus dibayar.
15
ETR adalah indikator yang mengukur efektivitas dari strategi pengurangan
menunjukkan seberapa besar laba yang tersisa setelah dipotong pajak. ETR
Beban Pajak
ETR =
EBT
membayar pajak dengan laba sebelum pajak (Budiman dan Setiyono, 2012).
perusahaan dengan memanfaatkan perbedaan antara laba buku dan laba fiskal.
Menurut Xing dan Shunjun (2007) sebagaimana dikutip dalam Sartika (2015),
BTD merujuk pada selisih antara laba yang dihitung berdasarkan akuntansi
16
( Laba Akuntasi ) −(Laba Pajak)
BTD =
Total Aset
2.1.3. Profitabilitas
tahun 2009, evaluasi performa suatu perusahaan, terutama dalam hal profitabilitas,
ekonomi yang dapat diatur di masa mendatang. Potensi yang positif akan memikat
minat investor untuk menyuntikkan modal ke dalam perusahaan, oleh karena itu,
sumber daya yang tersedia (Wijaya, 2019). Menurut Surat Edaran Bank Indonesia
No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, Return on Assets (ROA) diartikan sebagai
yang dimilikinya. Laba yang dipertimbangkan dalam ROA adalah Earnings after Tax
(EAT) atau laba setelah pajak. Besarnya nilai ROA berpengaruh pada nilai CETR.
17
penghindaran pajak. Semakin tinggi ROA, semakin rendah nilai CETR karena
memiliki peluang untuk merencanakan pajak (tax planning) secara efektif sehingga
menjadi 5, yaitu:
Di mana:
Penjualan yang dikurangi dengan harga pokok penjualan atau laba kotor
adalah selisih antara pendapatan kotor dan biaya langsung yang terkait
produksi.
18
sebagai indikator kesehatan keuangan perusahaan serta membantu dalam
pembandingan kinerja dengan pesaing industri yang sama. Berikut adalah cara
Di mana:
produksi.
3. Return on Investment
bersih dari investasi dengan biaya investasi awal. Fungsi utama dari ROI
keputusan investasi yang lebih baik. Rumus untuk menghitung ROI adalah:
Di mana:
19
Laba Setelah Pajak (EAT) adalah keuntungan bersih perusahaan setelah
investasi.
4. Return on Equity
Di mana:
Ekuitas Pemegang Saham adalah total nilai ekuitas yang dimiliki oleh
laba ditahan.
5. Return on Assets
20
Return on Assets (ROA) adalah rasio keuangan yang mengukur kemampuan
dapat menghasilkan keuntungan dari setiap unit aset yang dimiliki. Rumus
Di mana:
Total Aset adalah jumlah seluruh aset yang dimiliki oleh perusahaan.
Dalam hal ini, peneliti akan menggunakan ROE karena dapat memberikan
gambaran yang cukup jelas tentang efisiensi perusahaan dalam menggunakan modal
yang diberikan oleh pemegang saham untuk menghasilkan laba. ROE mencerminkan
seberapa efektif perusahaan dalam mengalokasikan dana yang diberikan oleh para
pemegang saham untuk menghasilkan laba bersih. Dengan demikian, ROE dapat
memberikan informasi yang berguna bagi investor dan manajemen perusahaan dalam
dimiliki.
2.1.4. Leverage
21
Leverage adalah indikator yang dipakai untuk mengevaluasi kapasitas sebuah
struktur modal perusahaan. Struktur modal yang tepat dapat mempengaruhi biaya
keuntungan yang lebih besar daripada biaya bunga yang harus dibayar (Anni’mah &
Susanti, 2021).
Leverage, menurut Harahap dan Syarif (2013), merujuk pada perbandingan antara
utang perusahaan dan modalnya. Rasio ini memberikan gambaran tentang seberapa
besar perusahaan bergantung pada utang atau modalnya. Dalam konteks manajemen
keuangan, terdapat dua jenis leverage yang umum dikenal, yaitu leverage operasional
dan leverage keuangan. Penggunaan kedua jenis leverage ini bertujuan untuk
meningkatkan keuntungan perusahaan melebihi biaya aset dan sumber dana. Dengan
para pemegang saham. Namun, sebaliknya, leverage juga dapat meningkatkan risiko
kerugian jika perusahaan tidak mampu menghasilkan keuntungan yang cukup untuk
22
spesifik dalam mengevaluasi berbagai aspek kewajiban dan posisi keuangan
perusahaan.
3. Untuk menilai keseimbangan antara nilai aktiva khususnya aktiva tetap dengan
modal;
aktiva;
6. Untuk menilai atau mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri
7. Untuk menilai berapa dana pinjaman yang segera akan ditagih, terdapat sekian
Namun, leverage juga membawa risiko. Tingkat utang yang tinggi dapat
menghadapi kondisi pasar yang tidak stabil atau jika kinerja operasional menurun.
Selain itu, perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi mungkin akan kesulitan
& Susanti, 2021). Salah satu contoh risiko leverage adalah risiko keuangan yang
23
meningkat saat perusahaan memiliki tingkat utang yang tinggi. Ketika perusahaan
menggunakan banyak utang untuk mendanai operasinya, hal ini meningkatkan tingkat
keuangan yang rentan terhadap fluktuasi suku bunga atau ketidakmampuan untuk
membayar kembali utang tersebut. Selain itu, jika kinerja perusahaan menurun, beban
bunga yang harus dibayar perusahaan bisa menjadi lebih berat, mengakibatkan
tekanan keuangan yang lebih besar. Hal ini dapat berdampak negatif pada
Oleh karena itu, manajemen harus memperhatikan dengan cermat tingkat leverage
yang digunakan oleh perusahaan dan memastikan bahwa tingkat tersebut sesuai
dengan toleransi risiko perusahaan serta kondisi pasar yang ada. Perencanaan
keuangan yang baik dan pengelolaan risiko yang efektif sangat penting untuk
Dalam mengukur leverage, ada beberapa cara atau rasio yang umum digunakan
oleh para analis dan manajemen perusahaan. Menurut Sagitarius dan Nuridah (2023),
Debt to Total Assets Ratio (DAR) adalah rasio keuangan yang mengukur
proporsi dari total hutang perusahaan terhadap total aset yang dimiliki.
tentang risiko keuangan yang dihadapi oleh perusahaan karena hutang, serta
24
kemampuannya untuk mengelola kewajiban finansialnya. Semakin tinggi
DAR, semakin besar proporsi aset yang dibiayai dengan hutang, yang dapat
DAR = ( Total
Total Asset )
Hutang
x 100
Di mana:
Total Aset adalah jumlah seluruh aset yang dimiliki oleh perusahaan.
2. Debt to Equity
25
DER = ( Total
Total Ekuitas )
Hutang
x 100
Di mana:
Total Ekuitas adalah jumlah seluruh modal yang dimiliki oleh pemegang
Debt to Capital Ratio adalah rasio keuangan yang mengukur proporsi dana
yang diperoleh perusahaan dari hutang terhadap total modal yang digunakan
modal sendiri atau ekuitas. Rasio ini penting karena memberikan indikasi
Di mana:
26
Total Hutang adalah jumlah seluruh kewajiban keuangan perusahaan,
Total Ekuitas adalah jumlah seluruh modal yang dimiliki oleh pemegang
4. Debt to EBITDA
Di mana:
27
Dalam hal ini, peneliti akan menggunakan Rasio Debt to Equity untuk mengukur
leverage karena rasio ini memberikan gambaran yang jelas tentang seberapa besar
kewajiban finansialnya.
produk atau jasa yang terjual oleh sebuah perusahaan atau bisnis dalam periode waktu
penjualan dengan harta atau aset yang memadai. Ketika penjualan meningkat,
perusahaan cenderung menambah asetnya. Selain itu, mereka juga menyatakan bahwa
pertumbuhan penjualan yang signifikan akan menghasilkan profit yang besar bagi
penghindaran pajak. Lebih lanjut, menurut Van Horne dan Wachowicz (2013),
28
persentase. Semakin tinggi pertumbuhan penjualan menunjukkan tingginya volume
kinerja perusahaan tahun sebelumnya dan untuk memprediksi penjualan pada tahun
berikutnya.
pertumbuhan yang signifikan, diperlukan strategi yang tepat. Salah satu strategi yang
dapat diterapkan adalah pengembangan produk dan jasa. Dengan terus memperbarui
dan meningkatkan kualitas produk atau jasa yang ditawarkan, perusahaan dapat
menarik minat konsumen baru dan mempertahankan pelanggan yang sudah ada.
Selain itu, pemasaran yang efektif juga memegang peranan penting dalam
perusahaan dapat mencapai target pasar dengan lebih efisien. Pemanfaatan media
sosial dan teknologi digital menjadi salah satu cara modern yang efektif untuk
pertumbuhan penjualan harus diimbangi dengan kontrol biaya yang baik. Terlalu
perusahaan dapat mengoptimalkan sumber daya yang ada dalam kaitannya untuk
dengan:
29
Penjualant −Penjualant−1
Sales Growth Rates = ( Penjualant −1
) x 100%
Di mana:
periode waktu sebelumnya, yang sering kali diambil dari periode yang sama
semakin baik kinerja operasional yang dilakukan oleh perusahaan. Hanya ada satu
cara untuk mengukur pertumbuhan penjualan, yaitu dengan growth sales rate.
Ukuran perusahaan mengacu pada dimensi atau skala dari sebuah entitas bisnis,
yang dapat diukur dengan berbagai cara, seperti jumlah karyawan, pendapatan, nilai
pasar, total aset, atau cakupan geografis operasi. Hal-hal tersebut adalah indikator
perusahaan terhadap pasar dan masyarakat secara umum (Darmawan dan Sukartha,
2014).
30
Menurut Dewinta dan Setiawan (2016), sebuah perusahaan merupakan subjek
pajak, dan ukuran perusahaan tersebut diyakini dapat memengaruhi pendekatan yang
diambil oleh perusahaan tersebut dalam memenuhi kewajiban pajaknya. Hal ini juga
dapat menjadi faktor yang mendorong praktik penghindaran pajak. Semakin besar
nilai total aset yang dimiliki oleh sebuah perusahaan, maka akan semakin besar pula
ukurannya. Selain itu, total aset juga berdampak pada tingkat produktivitas
perusahaan, yang pada gilirannya mempengaruhi tingkat laba yang dihasilkan. Laba
yang diperoleh oleh perusahaan dengan aset besar juga berpengaruh pada jumlah
Maka dapat dipahami bahwa semakin besar ukuran perusahaan, maka harus
beban pajaknya. Perusahaan berskala kecil mungkin tidak optimal dalam mengelola
beban pajaknya karena kurangnya keahlian dalam bidang perpajakan (Sari, 2014).
Lebih lanjut, menurut ketentuan Undang-Undang No. 20 Tahun 2008, ukuran entitas
bisnis dibagi menjadi empat kategori, yaitu usaha mikro, usaha kecil, usaha
menengah, dan usaha besar. Semakin besar ukuran perusahaan, maka perusahaan
Perusahaan berskala kecil tidak dapat optimal dalam mengelola beban pajaknya
(empat) kategori yaitu usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah, dan usaha besar.
31
1. Usaha mikro merupakan perusahaan bisnis yang memiliki skala kecil, sering
kali dimulai oleh individu atau kelompok kecil dengan modal terbatas.
jumlah karyawan yang terbatas, pendapatan tahunan yang rendah, dan aset
yang terbatas. Usaha mikro ini biasanya memiliki cakupan operasi yang lokal
atau regional dan berfokus pada pasar niche atau segmen tertentu dalam
industri.
2. Usaha kecil memiliki skala yang sedikit lebih besar daripada usaha mikro.
Mereka memiliki lebih banyak karyawan, pendapatan yang lebih tinggi, dan
aset yang sedikit lebih besar. Usaha kecil ini mungkin sudah mulai
fokus pada pasar lokal atau regional. Usaha kecil tidak boleh menjadi bagian
dari anak perusahaan, baik secara langsung maupun tidak langsung, berukuran
3. Usaha menengah adalah perusahaan bisnis yang telah mencapai tingkat yang
lebih signifikan dalam hal skala, pendapatan, jumlah karyawan, dan aset.
Mereka mungkin memiliki operasi yang lebih luas, baik secara regional
maupun nasional, dan mungkin telah membangun merek yang lebih dikenal di
pasar mereka. Usaha menengah merupakan usaha yang bukan bagian dari
4. Usaha besar adalah perusahaan yang memiliki skala dan cakupan operasi yang
32
dan aset dalam jumlah besar. Mereka mungkin memiliki operasi yang tersebar
Tabel 2.1
Kriteria Ukuran Perusahaan
perusahaan, semakin kompleks dan signifikan pula dampaknya terhadap ekonomi dan
masyarakat.
Telah banyak penelitian yang telah melakukan uji mengenai tax avoidance yang
yang telah dilakukan oleh Hastuti dan Septyanto (2022) tentang ‘pengaruh leverage
sampel sebanyak 51 data laporan keuangan yang didapatkan dari perusahaan pada
subsector pariwisata, restoran, dan hotel yang telah terdaftar pada Bursa Efek
Indonesia (BEI). Teknik yang digunakan untuk memilih sampel penelitian adalah
33
purposive sampling. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa pertumbuhan
penelitian sebelumnya. Namun pada hasil penelitian ini, baik pertumbuhan penjualan
antara penelitian sebelumnya dan penelitian ini adalah pada penelitian ini
Apriliani dan Abdurrahman (2023) juga telah melakukan penelitian serupa yang
data keuangan yang didapatkan dari perusahaan yang berada pada subsector
pariwisata, hotel, dan restoran yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
pada tahun 2017 – 2021. Metode yang diterapkan dalam menentukan sampel
penelitian adalah Purposive Sampling. Temuan dari penelitian ini menyatakan bahwa
adanya pengaruh yang tidak signifikan antara profitabilitas dan tax avoidance,
penjualan terhadap tax avoidance pada perusahaan subsektor pariwisata, hotel, dan
34
menambahkan variabel ukuran perusahaan dalam analisis tax avoidance pada
Penelitian yang dilakukan oleh Putri dan Putra (2019) menginvestigasi dampak
Efek Indonesia pada periode 2013-2015. Metode sampling yang digunakan adalah
dengan Cash Effective Tax Rates (CETR) sebagai variabel dependen. Hasil penelitian
penelitian ini adalah pada penelitian Putri dan Putra (2019) meneliti praktik
ukuran perusahaan, dan intensitas modal terhadap praktik penghindaran pajak dengan
35
independen yang diperkirakan memengaruhi praktik penghindaran pajak. Hasil
avoidance yang mana mereka meneliti tentang dampak profitabilitas dan corporate
sampel adalah purposive sampling, menggunakan laporan tahunan dari tahun 2012
hingga 2016. Sampel terdiri dari 90 perusahaan manufaktur yang memenuhi kriteria
penelitian dari total populasi. Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa (1)
Aulia dan Mahpudin (2020) juga melakukan penelitian mengenai dampak dari
profitabilitas, leverage, dan ukuran perusahaan terhadap tax avoidance. Metode yang
Populasi yang diteliti terdiri dari 65 perusahaan. Teknik sampling yang digunakan
36
pajak, sementara leverage dan ukuran perusahaan memiliki pengaruh terhadap praktik
Marini dkk. (2019) telah melakukan penelitian serupa yang mana mereka meneliti
terpilih dari total 52 perusahaan yang memenuhi kriteria. Data yang terkumpul
Sinambela (2022) juga meneliti tentang tax avoidance pada penelitiannya yang
Terhadap Tax Avoidance”. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan yang beroperasi
dalam Sektor Sumber Daya yang tercatat di Bursa Efek Indonesia selama periode
Jumlah sampel yang terlibat dalam penelitian ini adalah sebanyak 12 perusahaan.
37
pertumbuhan penjualan menunjukkan pengaruh positif dan signifikan terhadap
praktik tersebut. Di sisi lain, keberadaan komite audit tidak memiliki pengaruh yang
Nurhidayah dkk. (2021) meneliti tentang tax avoidance pada penelitiannya yang
subyek penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) selama periode 2016-2019. Sampel penelitian terdiri dari 142
berpengaruh positif.
operasional. Return on Asset (ROA) merupakan salah satu metrik yang dapat
38
besarnya keuntungan yang diperoleh perusahaan dengan memanfaatkan total
asetnya.
Semakin tinggi laba suatu perusahaan, maka semakin tinggi ROA yang
manajemen keuangan yang baik. Salah satu aspek pengelolaan keuangan yang
semakin besar pula beban bunga yang timbul dari hutang tersebut. Hal ini dapat
pajak yang dibayarkan. Beban bunga yang tinggi juga dapat mengurangi
39
2.3.3. Pengaruh Pertumbuhan Penjualan Terhadap Tax Avoidance
perusahaan dan dapat mempengaruhi kebijakan pajak yang diambil. Ketika suatu
menyebabkan peningkatan dalam struktur bisnis dan kebutuhan akan modal kerja
yang lebih besar. Dalam situasi ini, perusahaan mungkin cenderung fokus pada
penghindaran pajak.
ini dapat menciptakan peluang baru untuk melakukan pengelolaan pajak yang
lebih efektif, seperti pemindahan harga antar perusahaan atau investasi dalam
wilayah dengan kebijakan pajak yang lebih menguntungkan. Dalam konteks ini,
tercermin dari nilai modal, volume penjualan, jumlah staf, total aset, dan faktor
dibagi menjadi empat kategori: mikro, kecil, menengah, dan besar. Perusahaan
yang termasuk dalam kategori besar, dengan jumlah aset yang besar, cenderung
40
yang memiliki aset lebih kecil. Perusahaan besar biasanya dilengkapi dengan
sumber daya yang besar, termasuk personel yang terampil dalam bidang
perpajakan. Oleh karena itu, perusahaan besar sering kali menerapkan strategi
pengurangan pajak (tax avoidance) karena memiliki tim yang terlatih dalam
41
DAFTAR PUSTAKA
Agustia, Y. P., & Suryani, E. 2018. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan,
Leverage, dan Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba (Studi Pada
Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode
2014-2016). Jurnal ASET (Akuntansi Riset) Vol.10, 63-74.
Anni’Mah, H., F., & Susanti, S. (2021). Pengaruh Leverage, Likuiditas, Profitabilitas
Terhadap Nilai Perusahaan Indeks IDX SMC Composite 2019. Jurnal
Akuntansi, Perpajakan Dan Auditing, 2(2), 260 - 279. Retrieved from
http://pub.unj.ac.id/index.php/japa/article/view/417
Budiman dan Setiono. 2012. Pengaruh Karakter Eksekutif Terhadap Penghindaran
pajak (Tax Avoidance). Simpisium Nasional Akuntansi XV.
Damayanti, H. H., & Pratiwi, D. (2017). Peran OECD dalam meminimalisasi upaya
tax agresiveness pada perusahaan multinationaly. jurnal Akuntansi
Multiparadigma (JAMAL), 8(1), 1–227.
Eva, F. (2003, July 28). Investor Asing Makin Minati Pariwisata RI.
https://www.idx.co.id/StaticData/NewsAndAnnouncement/ANNOUNCEME
NTSTOCK/From_EREP/202308/138d49792c_09fc55a12c.pdf
Hardiyanti W., Kartika A., & Sudarsi S. (2022). Analisis Profitabilitas, Ukuran
Perusahaan, Leverage dan Pengaruhnya Terhadap Manajemen Laba
Perusahaan Manufaktur. Owner: Riset & Jurnal Akuntansi, Volume 6 Nomor
4, pp. 4071-4083.
Harahap dan Syafri, S. (2013) Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jilid II.
Rajawali Pers: Jakarta
Harahap, & Syafri, S. (2009) Teori Kritis Laporan Keuangan. Jakarta: Bumi Aksara
Indonesia. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Lembaran Negara RI Tahun 2003 Nomor 3. Sekretariat Negara. Jakarta.
Kasmir. (2018). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Kementerian Investasi dukung Industri Pariwisata Super Prioritas Semakin
Berkembang. Kementerian Investasi/BKPM. (2023, August).
https://www.bkpm.go.id/id/info/siaran-pers/kementerian-investasi-dukung-
industri-pariwisata-super-prioritas-semakin-berkembang
42
Makiwan, G. (2018). Analisis Rasio Leverage untuk Memprediksi Pertumbuhan Laba
Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Makanan dan Minuman yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015. Jurnal Bisnis, Manajemen dan
Informatika. 15(2).
Nugraha, M. I., & Mulyani, S. D. (2019). Peran Leverage Sebagai Pemediasi
Pengaruh Karakter Eksekutif, Kompensasi Eksekutif, Capital Intensity, Dan
Sales Growth Terhadap Tax Avoidance. Jurnal Akuntansi Trisakti, 6(2), 301.
Https://Doi.Org/10.25105/Jat.V6i2.5575
Pohan, Chairil. A. 2016. Manajemen Perpajakan Strategi Perpajakan dan Bisnis Edisi
Revisi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Rejeki, S., Wijaya, A. L., & Amah, N. (2019). Pengaruh Kepemilikan Institusional
Kepemilikan Manajeial Dan Proporsi Dewan Komisaris Terhadap
Penghindaran Pajak Dan Transfer Princing Sebagai Variabel Moderasi (Studi
Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdafar Di Bei Tahun 2014-2017. 19
Sagitarius, E., & Nuridah, S. (2023). Pengaruh Profitabilitas dan Leverage Terhadap
Tax Avoidance Terhadap Perusahaan Pertanian. Inisiatif: Jurnal Ekonomi,
Akuntansi dan Manajemen. (2)1.
Sari, G., (2014). Pengaruh Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, Kompensasi
Rugi Fiskal dan Struktur Kepemilikan Terhadap Tax Avoidance (Studi
Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI tahun 2008-
2012). Jurnal Akuntansi Universitas Negeri Padang. Vol. 2, No. 3.
Sartono, A. (2015). Manajemen Keuangan: Teori dan Aplikasi. Edisi Keempat.
Yogyakarta: BPFE.
Setiawan, R. I. (2022). PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DI
BIDANG PARIWISATA: PERSPEKTIF POTENSI WISATA DAERAH
BERKEMBANG. Jurnal Penelitian Manajemen Terapan (PENATARAN),
1(1), 23–35. Retrieved from
https://journal.stieken.ac.id/index.php/penataran/article/view/301
Suastika, I N. (2021). Tata Cara Pemungutan Pajak dalam Perspektif Hukum Pajak.
Jurnal Komunikasi Hukum. (7)1. https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/jkh
Sugihamretha, I. D. G. (2020). Respon Kebijakan: Mitigasi Dampak Wabah Covid-
19 Pada Sektor Pariwisata,. The Indonesian Journal of Development Planning,
Volume IV (Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas
Republik Indonesia).
Tala, O., & Karamoy, H. 2017. “Analisis Profitabilitas Dan Leverage Terhadap
Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia”.
Jurnal Accountability, Vol. 6, No. 1.\
43
Van Horne, James C. dan John M Wachowicz, Jr. 2013. Prinsip-Prinsip Manajemen
Keuangan. Edisi 13. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
44