Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Negara yang digunakan

untuk membiayai pembangunan Nasional dalam upaya mensejahterakan

masyarakat Indonesia. Menurut Mardiasmo (2011) Pajak merupakan sumber

penerimaan Negara yang sangat besar kontribusinya dalam membiayai

kebutuhan belanja Negara dan pembangunan nasional. Oleh karena itu,

kepatuhan masyarakat maupun badan dalam membayar pajak menjadi

penting. Seperti yang diungkapkan oleh Aviliani (2019) selaku economic

senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF)

mengatakan bahwa kepatuhan wajib pajak di Indonesia masih rendah.

Menurut Aviliani (2019) Pajak dari PPh 21 maupun pajak Badan

kontribusinya masih kecil terhadap APBN yang berarti Masyarakat kelas

menengah dan atas meningkat, tetapi kepatuhan bayar pajak masih rendah.

Realisasi tingkat kepatuhan formal pada tahun 2017 tercatat sebesar 72,64%

jumlah tersebut bersumber dari jumlah SPT tahunan PPh yang diterima oleh

Direktorat Jendral Pajak sebanyak 12,06 juta dari total jumlah SPT sebanyak

16,59 juta wajib pajak (Aviliani, 2019).

Negara Indonesia menganut sistem perpajakan self assessment system

atau wajib pajak diberi kepercayaan untuk menghitung/memperhitungkan,


membayar, dan melaporkan sendiri pajak terutangnya. Akan tetapi tingkat

kepatuhan Wajib Pajak masyarakat Indonesia Masih Rendah hal tersebut

diungkapkan oleh Prastowo (2018) selaku Direktur Eksekutif Center for

Indonesia Taxation Analysis (CITA) mengatakan bahwa Tingkat kepatuhan

yang rendah tergambar dari tax coverage ratio (nisbah realisasi terhadap

potensi) baru sebesar 72%. Nisbah penerimaan pajak terhadap PDB (tax ratio)

masih rendah, berkisar 11%-12% atau hanya naik 0,1% saja dalam rentang

2004-2014. Menurut Prastowo (2018) angka ini masih di bawah Filipina

sebesar 14%, Malaysia 16%, Thailand 17%, Korea Selatan 25%, Afrika

Selatan 27%, dan Brasil 34% Jauh di bawah rata-rata negara OECD sebesar

34% atau kebutuhan minimal MDGs sebear 25% Dari jumlah wajib pajak

belum optimal, baru 36.031.972 wajib pajak pada 2017, dengan rincian

2.922.712 WP Badan, 6.222.442 WP OP Non karyawan, dan 26.886.818 WP

OP Karyawan (Prastowo, 2018).

Rendahnya tingkat kesadaran dan kepatuhan wajib pajak membuat

pemerintah terjun ke lapangan dan melakukan pemeriksaan pajak. Hal

tersebut dilakukan oleh pemerintah agar wajib pajak menjadi patuh akan

kewajibannya. Akan tetapi kepatuhan wajib pajak hingga bulan Juli 2019

hanya sebesar 12,3 juta atau setara dengan 67,2% dari jumlah wajib pajak

yang wajib menyampaikan SPT sebanyak 18,3 juta wajib pajak. Hal tersebut

diungkapkan oleh Prayitno (2019) selaku direktur Ekstensifikasi dan penilaian

Dirjen Pajak mengatakan bahwa pemerintah telah menerima data wajib pajak
yang akan segera di optimalkan untuk mendorong kepatuhan wajib pajak yang

masih minim.

Salah satu kriteria wajib pajak patuh menurut Keputusan Menteri

Keuangan No.235/KMK.03/2003 adalah kepatuhan dalam menyampaikan

Surat Pemberitahuan (SPT). Berikut rasio kepatuhan penyampaian Surat

Pemberitahuan (SPT) Periode 2016-2019 yang disajikan pada Tabel 1.1

berikut ini :

Tabel 1.1

Rasio Kepatuhan Penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT)

Periode 2016-2019

Uraian Tahun
2016 2017 2018 2019
Jumlah WP 128,205 137,609 144,721 152,413
terdaftar
Jumlah WP 66,203 54,824 62,234 65,830
terdaftar SPT
Jumlah WP lapor 44,351 45,870 49,635 49,140
SPT
Rasio Kepatuhan 0.67 0.84 0.8 0.75
Sumber : Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) KPP Pratama
Bandung Cibeunying

Berdasarkan data diatas, terlihat bahwa Wajib Pajak terdaftar mengalami

peningkatan dari tahun ke tahun, namun tingkat kepatuhan Wajib Pajak masih

tergolong rendah hanya berkisar dibawah 60%. Fenomena serupa pun terjadi

pada KPP Pratama Bandung Cibeunying, terjadi peningkatan jumlah Wajib

Pajak terdaftar dari tahun ke tahun namun tidak diiringi dengan kesadaran
serta pemahaman Wajib Pajak dalam menyampaikan laporannya sehingga

tingkat kepatuhan Wajib Pajak pun cenderung menurun dari tahun ke tahun.

Permasalahan dalam bidang pajak sampai saat ini masih sama. Banyak

masyarakat yang tidak patuh membayar pajak karena kurangnya pemahaman

masyarakat akan pajak. Hal tersebut diungkapkan oleh Sri Mulyani (2018)

selaku menteri keuangan Republik Indonesia, beliau mengatakan bahwa perlu

upaya ekstra untuk meningkatkan kesadaran serta pemahaman masyarakat

dalam membayar pajak. Karena saat ini faktanya, tidak semua wajib pajak

betul-betul membayar kewajiban perpajakannya kepada Negara Seperti 10

orang yang bekerja di Indonesia, baru ada 1 orang yang terdaftar sebagai

wajib pajak. Dari 10 orang wajib pajak, yang betul-betul membayar pajak

hanya 1 orang. Yang betul-betul menyampaikan SPT, hanya 5 orang. Oleh

karena itu Dibutuhkan pemahaman dan kesadaran yang harusnya ditanamkan

sejak usia dini sehingga akan diadakan kerja sama yang dilakukan untuk

memperluas kerja sama pendidikan pajak melalui perjanjian kerja sama

dengan universitas terbuka, serta pusat data dan informasi ilmiah. Kerja sama

ini diharapkan dapat menambah pemahaman masyarakat tentang manfaat dan

peranan pajak dalam pembangunan serta dukungan pemangku kepentingan

dalam menumbuhkan kesadaran serta pemahaman wajib pajak (Sri Mulyani,

2018).
Adapun beberapa penelitian yang telah dilakukan

sebelumnya mengenai Pemahaman Wajib Pajak. Rizki

Indrawan (2018) melakukan penelitian yang menjelaskan

bahwa pemahaman wajib pajak dan pengetahuan wajib pajak

secara bersama sama berpengaruh positif terhadap

kepatuhan wajib pajak. Randi Ilhamsyah (2017) dalam

penelitiannya menjelaskan bahwa pengetahuan dan

pemahaman wajib pajak, kesadaran wajib pajak, kualitas

pelayanan, dan sanksi perpajakan mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak yang terdaftar di

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kepanjen. Selain itu

penelitian yang dilakukan oleh Rani Apriani (2015)

menjelaskan bahwa pemahaman wajib pajak dan kualitas

pelayanan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

kepatuhan wajib pajak yang terdaftar di Kantor Pelayanan

Pajak Pratama Sumedang.

Rendahnya pemahaman masyarakat akan kewajiban perpajakannya

menjadi suatu alasan mengapa masyarakat menolak membayar pajak.

Pemahaman wajib pajak sangat dibutuhkan hal tersebut diungkapkan oleh Sri

Mulyani (2018) selaku menteri keuangan Republik Indonesia, beliau

mengatakan bahwa yang perlu dilakukan saat ini bukan hanya mengumpulkan

pajak tetapi juga memberikan pemahaman pajak kepada masyarakat Indonesia


sebagai wajib pajak untuk meningkatkan kesadaran pajak. Pentingnya

pemahaman masyarakat dalam bidang pajak membuat pemerintah ikut turun

tangan untuk memberikan pengarahan serta pemahaman kepada wajib pajak

seperti yang dilakukan oleh pemerintah kota Jakarta barat yang memberikan

pemahaman mengenai cara menggunakan sistem online dalam bidang

perpajakan, diikuti oleh Ratusan Wajib Pajak yang dilaksanakan di Kantor

Walikota Jakarta Barat (Sri Mulyani, 2018).

Menurut M Zen (2019) selaku wakil walikota Jakarta Barat mengatakan

bahwa 300 Wajib Pajak (WP) di Jakarta Barat mengikuti sosialisasi

pajak daerah yang digelar di ruang MH Thamrin gedung B kantor Walikota

Jakarta Barat. Para WP berasal dari berbagai bidang usaha yakni restoran,

hotel, dan hiburan.  Mereka diberikan pemahaman terhadap peraturan daerah

dalam upaya pencapaian target penerimaan tahun 2019 beliau

mengungkapkan bahwa, kegiatan sosialisasi digelar berkesinambungan agar

WP lebih memahami aturan dan kebijakan seputar perpajakan yang

diberlakukan oleh Pemprov DKI Jakarta sehingga roda usaha berjalan aman

dan lancar (M Zen, 2019). Sosialisasi tersebut diadakan yang bertujuan untuk

meningkatkan pemahaman seputar perpajakan daerah, online sistem dan

pelaporan serta penyetoran pajak tepat waktu (M Zen, 2019).

Pesatnya perkembangan teknologi dalam bidang perpajakan di

Indonesia dapat memberikan dampak yang luar biasa seperti memberikan

kemudahan kepada wajib pajak (WP) dalam melaporkan SPT ataupun dalam
melakukan pembayaran pajak oleh wajib pajak (WP). Kemudahan inilah yang

dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak (WP). Akan tetapi tidak semua

wajib pajak patuh kan kewajiban perpajakannya walaupun telah diberikan

fasilitas kemudahan oleh Dirjen pajak dikarenakan Wajib Pajak Masih

Kecewa Dengan Pelayanan Kantor Pajak hal tersebut diungkapkan oleh

Anwar (2017) selaku Ketua Komwas Perpajakan beliau menyatakan bahwa

sampai saat ini sudah menerima 432 pengaduan dari masyarakat. Pengaduan

ini masalahnya bermacam-macam diantaranya ada yang menyampaikan

rendahnya mutu pemeriksaan pajak dan kesalahan aparat pajak/bea dan cukai

(Anwar, 2017). Hasil dari catatan Komwas, sebanyak 60 % sudah ditindak

lanjuti, sedangkan 30 % diantaranya adalah laporan yang tidak perlu

ditindaklanjuti, Laporan yang tidak ditindak lanjuti karena ada faktor-faktor

sederhana seperti ketidakpahaman wajib pajak terhadap peraturan, sehingga

solusinya cukup dengan memberikan pemahaman (Anwar, 2017).

Banyaknya permasalahan yang bermunculan dalam bidang perpajakan

membuat Ditjen pajak harus menyusun strategi serta melakukan tindakan

untuk menaggulangi permasalahan tersebut. Seperti yang kita ketahui Pajak

Dalam Era Kemajuan Teknologi Informasi menjadi tantangan tersendiri bagi

Direktorat Jendral (Ditjen) Pajak. Selain itu fenomena Rendahnya tingkat

kepatuhan Wajib Pajak (WP) membuat pemerintah harus menyiapkan strategi

untuk meningkatkan tingkat kepatuhan Wajib Pajak (WP). Menurut wahyu

(2016) selaku direktur transformasi proses bisnis direktorat jendral pajak


mengatakan bahwa dirjen pajak telah melakukan pembenahan administrasi

PPN dengan aplikasi e-Nofa (Elektronik Nomor Faktur) penyampaian Surat

Pemberitahuan Tahunan (SPT) sudah dapat dilakukan secara online

menggunakan sistem e-Filling. Pengelolaan dan penerimaan SPT semakin

mudah dengan sistem dropbox. Menurut wahyu (2016) Penyesuaian tersebut

dimaksudkan untuk mempermudah wajib pajak agar lebih mudah, murah dan

cepat dalam melaksanakan kewajibannya dalam pembayaran pajak. Selain itu

perkembangan seperti penyampaian SPT melalui e-Filling juga dapat

mengurangi penggunaan kertas sehingga juga mendukung pelestarian

lingkungan (wahyu, 2016).

Adapun beberapa penelitian yang telah dilakukan

sebelumnya mengenai penerapan inovasi teknologi. Titik

Aryati (2017) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa

pemanfaatan teknologi dan modernisasi sistem administrasi

perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib

pajak orang pribadi. Gusti Ayu Raisa Ersania (2018) dalam

penelitiannya menjelaskan bahwa penerapan e-Registration,

e-Billing, dan e-Filling berpengaruh positif terhadap kepatuhan

Wajib Pajak orang pribadi pada KPP Pratama Denpasar Timur.

Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Riani (2015)

menjelaskan bahwa penerapan teknologi informasi dalam

bidang perpajakan mempunyai pengaruh yang positif


terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi yang terdaftar

di KPP Pratama Tulungagung.

Munculnya temuan-temuan teknologi finansial dari berbagai

perusahaan di penjuru dunia memunculkan tantangan baru bagi institusi pajak.

Hal tersebut diungkapkan oleh Sri Mulyani (2018) selaku Menteri Keuangan

Republik Indonesia beliau mengatakan bahwa E-commerce menjadi salah satu

contoh masuknya teknologi finansial sebagai objek perpajakan baru. Menurut

Sri Mulyani (2018) tidak hanya e-commerce, persoalan juga muncul dari on

demand service seperti ojek online yang sebagian besar mitranya adalah

masyarakat menengah ke bawah. Secara garis besar, Beliau menyebut konsep

permanent establishment atau bentuk usaha tetap yang dianut dalam

pemungutan pajak kini menjadi kurang relevan dengan pesatnya

perkembangan teknologi (Sri Mulyani, 2018)

Berdasarkan uraian fenomena diatas, maka penulis merasa tertarik

membahas masalah tersebut dan mencari pemecahannya. Untuk itu penulis

tertarik untuk mengambil judul :

“Pengaruh Penerapan Inovasi Teknologi dan Pemahaman Wajib Pajak

Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi”

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka penulis membatasi permasalahan

dengan memfokuskan permasalahan sebagai berikut :


1. Bagaimana penerapan inovasi teknologi, pemahaman wajib pajak dan

kepatuhan wajib pajak orang pribadi yang terdaftar di KPP Pratama

Cibeunying?

2. Bagaimana pengaruh penerapan inovasi teknologi terhadap kepatuhan wajib

pajak orang pribadi?

3. Bagaimana pengaruh pemahaman wajib pajak terhadap kepatuhan wajib pajak

orang pribadi?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk menjelaskan pengaruh inovasi teknologi

yang diterapkan dan Pemahaman Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Orang Pribadi.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang penelitian dan identifikasi masalah penelitian

yang dikemukakan, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai yaitu:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana penerapan inovasi teknologi,

pemahaman wajib pajak dan kepatuhan wajib pajak orang pribadi yang

terdaftar di KPP Pratama Cibeunying?

2. Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana pengaruh inovasi teknologi

terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana pengaruh pemahaman wajib

pajak terhadap Kepatuhan Wajib pajak orang pribadi.


1.4 Kegunaan Penelitian

Dari hasil penelitian yang penulis lakukan diharapkan memberikan manfaat

tidak hanya untuk pribadi penulis, tetapi memberi manfaat juga bagi beberapa

pihak lain. Kegunaan penelitian ini dapat dirumuskan dalam dua hal, yaitu:

1.4.1 Kegunaan Praktis

a. Bagi Penulis

Sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Akuntansi (S1) pada

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Bandung,

serta untuk menambah wawasan pengetahuan dan daya nalar sebagai bagian

dari proses belajar sehingga dapat lebih memahami bagaimana sebenarnya

aplikasi dari teori-teori yang telah penulis peroleh selama duduk di bangku

kuliah, tentunya dengan topik yang penulis pilih.

b. Bagi Instansi Pajak

Sebagai masukan dalam rangka penerapan inovasi teknologi dalam bidang

perpajakan untuk meningkatkan jumlah pemahaman wajib pajak serta

meningkatkan jumlah kepatuhan wajib pajak orang pribadi.

1.4.2 Kegunaan teoritis


Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan di

bidang perpajakan terutama mengenai Inovasi Teknologi yang diterapkan serta

Pemahaman Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak orang pribadi.

Anda mungkin juga menyukai