Anda di halaman 1dari 16

Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.

com

Jurnal Akuntansi, Perpajakan dan Auditing, Vol. 3, No. 1, April 2022, hal 47-62

JURNAL AKUNTANSI, PERPAJAKAN DAN AUDITING


http://pub.unj.ac.id/journal/index.php/japa

DOI:http://doi.org/XX.XXXX/Jurnal Akuntansi, Perpajakan, dan Auditing/XX.X.XX

PENGARUH KESADARAN WAJIB PAJAK, SANKSI PERPAJAKAN, KUALITAS PAJAK


PELAYANAN, DAN TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP MOTIVASI WAJIB PAJAK UNTUK
MEMENUHI KEWAJIBANNYA

Gorajodi Erling Suryanggala1, Nuramalia Hasanah2, Indah Muliasari3


Universitas Negeri Jakarta, Jakarta123

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kesadaran wajib pajak, sanksi perpajakan, kualitas pelayanan perpajakan, dan tingkat
pendidikan terhadap motivasi wajib pajak orang pribadi dalam memenuhi kewajiban perpajakan. Sampel penelitian ini berasal dari 100 orang
korespondensi yang seluruhnya terdaftar sebagai Wajib Pajak Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pasar Rebo. Pengambilan sampel
menggunakan Accidental Sampling dengan tingkat signifikansi yang digunakan adalah 0,05. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa
kesadaran wajib pajak berpengaruh positif terhadap motivasi wajib pajak orang pribadi dalam memenuhi kewajiban perpajakan, sanksi
perpajakan berpengaruh positif terhadap motivasi wajib pajak orang pribadi dalam memenuhi kewajiban perpajakan, kualitas pelayanan
perpajakan berpengaruh positif terhadap motivasi wajib pajak orang pribadi dalam memenuhi kewajiban perpajakan, dan tingkat pendidikan
berpengaruh terhadap motivasi wajib pajak orang pribadi dalam memenuhi kewajiban perpajakan.

Kata kunci:Motivasi Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Memenuhi Kewajiban Pajak, Kesadaran Wajib Pajak, Sanksi
Perpajakan, Kualitas Pelayanan Pajak, Tingkat Pendidikan, Motivasi Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Memenuhi
Kewajiban Pajak.

Abstrak

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh kesadaran wajib pajak, sanksi pajak, kualitas pelayanan
pajak, dan tingkat pendidikan terhadap motivasi wajib pajak untuk memenuhi kewajibannya. Sampel dalam
penelitian ini sebanyak 100 responden yang merupakan wajib pajak orang pribadi yang terdaftar di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Pasar Rebo. Pengambilan sampel menggunakan teknikpengambilan sampel
yang tidak disengaja dengan tingkat signifikasi yang digunakan 0,05. Berdasarkan hasil penelitian ini
menunjukkan kesadaran wajib pajak berpengaruh positif terhadap motivasi wajib pajak untuk memenuhi
kewajibannya, sanksi pajak berpengaruh positif terhadap motivasi wajib pajak untuk memenuhi kewajibannya,
kualitas pelayanan pajak berpengaruh positif terhadap motivasi wajib pajak untuk memenuhi kewajibannya, dan
tingkat pendidikan berpengaruh positif terhadap motivasi. wajib pajak untuk memenuhi kewajibannya.

Kata Kunci: Motivasi Wajib Pajak Untuk Memenuhi Kewajibannya, Kesadaran Wajib Pajak, Sanksi Pajak,
Kualitas Pelayanan Pajak, Tingkat Pendidikan.

Cara Mengutip:

Suryanggala, E., G., Hasanah, N., & Muliasari, I., (2022).Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Sanksi Pajak, Kualitas Pelayanan Pajak,
dan Tingkat Pendidikan Terhadap Motivasi Wajib Pajak Memenuhi Kewajibannya, Jil. 3, No.1, hal 47-62.

https://doi.org/xx.xxxx/JAPA/xxxxx .

*Penulis yang sesuai: ISSN:2722-9823

Gorajodi Erling (gorajodi@gmail.com )


48 Gorajodi Erling Suryanggala, dkk/Jurnal Akuntansi, Perpajakan, dan Auditing, Vol. 3, No. 1, April 2022, hal 47-62

PENDAHULUAN
Demi kesejahteraan masyarakat Indonesia, pembangunan merupakan hal yang sangat penting, seperti
pembangunan jalan tol bagi masyarakat dengan mobilitas yang cepat. Pada masa pemerintahan Jokowi,
pembangunan infrastruktur mengalami percepatan karena infrastruktur merupakan landasan bagi negara-
negara industri maju, seperti di Eropa. Namun, membangun infrastruktur suatu negara sangatlah mahal.
Konsekuensinya, pemerintah harus memaksimalkan penerimaan negara, termasuk penerimaan pajak.
Menurut Soeparman, pajak adalah sumbangan dalam bentuk uang atau barang yang dipungut oleh
pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan untuk menutupi biaya penciptaan
barang dan jasa komunal dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Mustaqiem, 2014).
Sumber penerimaan negara yang terbesar adalah pajak; Oleh karena itu, pemerintah harus
memaksimalkan pengumpulan pajak. Berdasarkan data laporan kinerja Direktorat Jenderal Pajak yang
mendokumentasikan total realisasi penerimaan pajak di Indonesia periode 2016-2020, tabel 1 menyajikan
informasi sebagai berikut.
Tabel 1. Anggaran Pendapatan Negara Tahun 2016-2020
Tahun 2016 2017 2018 2019 2020
Target (dalam triliun rupiah) 1.355,20 1.283,57 1.424,00 1.577,56 1.198,82
Realisasi (dalam triliun rupiah) 1.105,73 1.151.03 1.315,51 1.332.06 1.069,98
Capaian 81,59% 89,67% 92,23% 84,44% 89,25%
Sumber: Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pajak 2018 & 2020
Berdasarkan Tabel 1 terlihat penerimaan pajak mengalami peningkatan setiap tahunnya, dengan penerimaan pajak
tahun 2016 sebesar 1.105,73, penerimaan pajak tahun 2017 sebesar 1.151,03, penerimaan pajak tahun 2018 sebesar 1.315,51,
penerimaan pajak tahun 2019 sebesar 1.332,06, dan penerimaan pajak tahun 2020 sebesar 1.069,98. Hal ini merupakan bagian
integral dari tanggung jawab Direktorat Jenderal Pajak dalam melaksanakan reformasi perpajakan. Reformasi perpajakan
pertama di Indonesia terjadi pada tahun 1983 ketika sistem penilaian resmi diganti dengan sistem penilaian mandiri. Suatu
metode pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang
terutang (Dewi & Supadmi, 2019). Meskipun realisasi penerimaan pajak selalu meningkat dari tahun ke tahun, namun
pencapaiannya selalu di bawah target.
Kepatuhan wajib pajak berpengaruh terhadap tingkat pemungutan pajak. Berdasarkan data laporan
kinerja Direktorat Jenderal Pajak, tabel 2 memberikan gambaran bahwa persentase Wajib Pajak Orang Pribadi
dan Badan yang menyampaikan SPT Tahunan PPh masih berada di bawah target tahun 2020.
Tabel 2. Kepatuhan Wajib Pajak Tahun 2020
Indikator kinerja utama Target Realisasi
Persentase tingkat kepatuhan
penyampaian SPT Tahunan PPh 80% 77,63%
bagi Wajib Pajak Orang Pribadi dan Badan

Dalam laporan kinerja Direktorat Jenderal Pajak tahun 2020, persentase kepatuhan penyampaian SPT Tahunan
Wajib Pajak Orang Pribadi dan Badan mencapai 77,63% (14.754.855 SPT) dari target 80%. (15.205.435). SPT), maka
diperlukan tambahan 450.580 SPT untuk mencapai tujuan tersebut. Ketidakpatuhan terhadap kewajiban perpajakan
disebabkan oleh kurangnya pemahaman dan motivasi wajib pajak dalam melaksanakan tanggung jawabnya (Andriyani,
2016). Karena motivasi adalah dorongan batin yang mendorong kita untuk bertindak, mendorong kita untuk mencapai
tujuan tertentu, dan membuat kita tetap terlibat dalam aktivitas tertentu, maka motivasi merupakan kekuatan
pendorong. Jika masyarakat memiliki citra positif terhadap perpajakan, maka masyarakat akan lebih termotivasi untuk
membayar pajak (Cimberly et al., 2018).
Sebagai lembaga perpajakan, Direktorat Jenderal Pajak harus mengkaji persoalan insentif wajib pajak
dalam menyelesaikan tugasnya. Oleh karena itu, Direktorat Jenderal Pajak wajib memberikan insentif
kepada Wajib Pajak dalam memenuhi kewajibannya, yang dapat dipengaruhi oleh beberapa keadaan.
Faktor-faktor seperti pengetahuan wajib pajak, sanksi perpajakan, kualitas pelayanan perpajakan, dan
tingkat pendidikan diyakini mempengaruhi insentif wajib pajak untuk melaksanakan komitmennya. Faktor-
faktor tersebut telah diteliti oleh para peneliti sebelumnya, namun hasil penelitian tersebut berbeda.
Gorajodi Erling Suryanggala, dkk/Jurnal Akuntansi, Perpajakan, dan Auditing, Vol. 3, No. 1, April 2022, hal 47-62
49
Komponen kesadaran wajib pajak pada penelitian Abdullah dan Nainggolan (2018) menunjukkan bahwa
kesadaran wajib pajak berpengaruh besar terhadap motivasi membayar pajak, namun demikian Sari dkk (2016).
Penelitian ini menunjukkan bahwa kesadaran membayar pajak berpengaruh negatif terhadap motivasi wajib pajak.
Untuk meningkatkan insentif wajib pajak dalam melaksanakan kewajibannya, maka perlu dilakukan peningkatan
kesadaran wajib pajak. Kesadaran wajib pajak merupakan kemampuan wajib pajak untuk mengetahui, memahami, dan
bersedia mematuhi peraturan perpajakan (Ari et al., 2021).
Selain itu, temuan penelitian Ariani & Utami (2016) dan Erawati & Pelu (2021) menunjukkan bahwa hukuman pajak
berpengaruh baik terhadap motivasi wajib pajak dalam membayar pajak. Sedangkan temuan Agustina dkk. (2020) dan Ari dkk.
(2021) menunjukkan bahwa sanksi pajak tidak mempunyai pengaruh dan tidak signifikan terhadap insentif wajib pajak dalam
memenuhi tanggung jawabnya, hal ini disebabkan karena sanksi pajak yang diberikan sangat ringan sehingga wajib pajak tidak
memperdulikan berapa besaran yang diterimanya. Barangsiapa melanggar peraturan perundang-undangan perpajakan, akan
dikenakan sanksi perpajakan yang dikenakan oleh wajib pajak lainnya. Berat ringannya pelanggaran menentukan berat
ringannya sanksi yang dijatuhkan kepada Wajib Pajak.
Cimberly dkk. (2018) dan RP Sari dkk. (2019) menemukan bahwa kualitas pelayanan perpajakan
berpengaruh positif dan signifikan secara statistik terhadap insentif masyarakat membayar pajak. Kemudian
temuan Erlindawati & Novianti (2020) membandingkan temuan Cimberly dkk. (2018) yang menyimpulkan bahwa
tingkat pelayanan tidak berdampak besar terhadap insentif masyarakat membayar pajak. Kualitas pelayanan
perpajakan dapat ditentukan berdasarkan penilaian wajib pajak apakah pelayanan yang diperoleh sesuai dengan
harapannya atau tidak. Jika kualitas pelayanan sesuai dengan harapan wajib pajak, maka wajib pajak akan
merasakan kepuasan. Untuk meningkatkan kualitas pelayanan perpajakan, dapat dilakukan dengan beberapa
cara, antara lain peningkatan kualitas dan keterampilan teknis pegawai pajak, peningkatan infrastruktur seperti
perluasan Tempat Pelayanan Terpadu (TPT), dan pemanfaatan fasilitas perpajakan. sistem informasi dan
teknologi untuk memudahkan wajib pajak dalam memenuhi kewajibannya (Jaya, 2019).

Tingkat pendidikan merupakan aspek terakhir yang menentukan motivasi Wajib Pajak untuk
menyelesaikan komitmennya. Erlindawati dan Novianti (2020) menyimpulkan berdasarkan temuan penelitian
bahwa tingkat pendidikan mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap motivasi wajib pajak dalam
memenuhi kewajibannya. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Khoiriah dan Karmiyati (2020), tingkat
pendidikan tidak berpengaruh terhadap motivasi wajib pajak dalam memenuhi komitmennya. Pendidikan sangat
penting untuk meningkatkan sumber daya manusia karena memfasilitasi transfer pengetahuan yang diperlukan
wajib pajak untuk memahami dan memahami tujuan perpajakan. Menurut Husen (2018), kualitas moral dapat
ditingkatkan melalui pendidikan, sehingga perilaku seseorang sesuai dengan standar (aturan) yang berlaku.

Peneliti tertarik untuk mengkaji “Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Sanksi Perpajakan, Kualitas
Pelayanan Pajak, dan Tingkat Pendidikan Terhadap Motivasi Wajib Pajak Memenuhi Kewajibannya”
berdasarkan uraian di atas.

Tinjauan Literatur
Teori Perilaku Siap
Pada tahun 1991, Azjen memperkenalkan teori perilaku terencana. Teori ini digunakan untuk menyelidiki
perilaku individu sebagai wajib pajak yang menyelesaikan komitmennya yang dipengaruhi oleh niat. Ada
tiga komponen yang berkontribusi terhadap munculnya niat bertindak, yaitu:
1) Keyakinan perilaku
2) Keyakinan normatif
3) Kendalikan keyakinan.
Teori Pembelajaran Sosial
Teori ini berpendapat bahwa seseorang dapat memperoleh keterampilan sosial melalui observasi dan
pengalaman langsung. Bandura, dikutip oleh AT Sari dkk. (2016), menyatakan bahwa proses belajar sosial
seseorang terdiri dari:
1) Proses perhatian.
2) Tata cara pengurungan.
50 Gorajodi Erling Suryanggala, dkk/Jurnal Akuntansi, Perpajakan, dan Auditing, Vol. 3, No. 1, April 2022, hal 47-62

3) Proses reproduksi motorik


4) Penguatan metodologi.
Pajak
Menurut UU No. 28 Tahun 2007, pembayaran Wajib Pajak kepada negara bersifat memaksa dan terutang oleh orang
pribadi atau badan, tanpa memperoleh manfaat langsung, dan digunakan untuk mendanai kebutuhan negara demi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Pajak mempunyai dua tujuan, yaitu:
1) Pajak merupakan salah satu bentuk penerimaan negara yang dapat digunakan untuk mendanai pengeluaran
rutin dan pembangunan.
2) Fungsi reguler, pajak sebagai senjata untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan
pemerintah di bidang sosial dan ekonomi, serta untuk mencapai tujuan tertentu di luar sektor
keuangan.
Motivasi Wajib Pajak dalam memenuhi tanggung jawabnya
Motivasi adalah kekuatan yang menggerakkan, mengarahkan, dan menguatkan perilaku (Sarinah & Mardalena,
2017). Ada dua jenis motivasi mendasar: motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik berasal dari
luar diri seseorang, kemudian mendorong orang tersebut untuk mengembangkan dan menumbuhkan semangat
motivasi guna mengubah seluruh sikapnya yang ada ke arah yang positif. Sedangkan motivasi intrinsik
merupakan motivasi yang lahir, tumbuh, dan berkembang dalam diri seseorang sehingga mempengaruhi dirinya
untuk mencapai sesuatu yang berharga dan berarti (Fahmi, 2018). Pendidikan Wajib Pajak

Kesadaran wajib pajak merupakan pemahaman wajib pajak terhadap arti, fungsi, dan tujuan membayar
pajak kepada negara (Agustina et al., 2020). Ada enam unsur yang turut menyebabkan rendahnya
kesadaran pajak wajib pajak.
1) Kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap Direktorat Jenderal Pajak.
2) Kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah
3) Ketidakpedulian individu
4) Masyarakat tidak mengetahui tujuan pajak.
5) Terdapat kerugian pemungutan pajak (Korupsi).
6) Pembatasan akses.
Mengingat penyebab yang berkontribusi terhadap rendahnya kesadaran wajib pajak, maka upaya untuk meningkatkan kesadaran wajib
pajak dapat dilakukan melalui kampanye, iklan layanan masyarakat, atau dengan memberikan edukasi kepada masyarakat melalui
lembaga pendidikan tentang kesadaran perpajakan (Aljavier, 2019).
Sanksi Fiskal
Sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan akan
dipatuhi/dipatuhi/dipatuhi, atau dengan kata lain berfungsi sebagai efek jera agar Wajib Pajak tidak melakukan
pelanggaran terhadap peraturan perpajakan (Ariani & Utami, 2016). Ada dua potensi hukuman bagi wajib pajak
yang melanggar peraturan perpajakan: sanksi administratif atau sanksi pidana, atau sanksi administratif dan
pidana. Berbeda dengan sanksi administratif yang berupa bunga, denda, dan kenaikan, Wajib Pajak yang
melakukan pelanggaran akan dikenakan sanksi pidana berupa pidana penjara.
Keunggulan Pelayanan Pajak

Kualitas pelayanan perpajakan senantiasa berada dalam batasan pencapaian kebutuhan pelayanan yang dapat
dipertanggungjawabkan dan dilaksanakan dengan motivasi tinggi dan berkelanjutan (Bahri et al., 2018). Direktorat
Jenderal Pajak berupaya melayani Wajib Pajak dengan pelayanan yang unggul. Pelayanan prima identik dengan
pelayanan terbaik. Direktorat Jenderal Pajak melakukan modernisasi administrasi perpajakan dengan menerapkan tata
kelola yang baik dan pelayanan yang baik kepada wajib pajak. Hal ini melibatkan reformasi organisasi, perbaikan proses
bisnis, dan sumber daya manusia (SDM).

Tingkat pengajaran

Derajat pendidikan merupakan pencapaian pendidikan seseorang, mulai dari pendidikan anak usia dini sampai
dengan sekolah pascasarjana (Khoiriah & Karmiyati, 2020). Menurut Husen Hasan (2005), mengembangkan harga
diri melalui pendidikan memerlukan faktor-faktor berikut:
Gorajodi Erling Suryanggala, dkk/Jurnal Akuntansi, Perpajakan, dan Auditing, Vol. 3, No. 1, April 2022, hal 47-62
51
1) Meningkatkan kualitas berpikir (kecerdasan, kemampuan, analisis, kreativitas, dan visioner).
2) Peningkatan keutamaan akhlak (taqwa, kejujuran, ketabahan, keadilan, dan tanggung jawab).
3) Meningkatkan kualitas kerja (keterampilan, profesional, dan efisien).
4) Meningkatkan taraf hidup (kesejahteraan materiil dan spiritual, kedamaian dari
perlindungan harkat dan harga diri).

Hipotesis dan Kerangka Teoritis


Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana variabel independen pengetahuan wajib pajak (X1),
sanksi perpajakan (X2), kualitas pelayanan pajak (X3), dan tingkat pendidikan (X4) mempengaruhi motivasi wajib
pajak memenuhi komitmennya (Y).

Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Motivasi Wajib Pajak Memenuhi Kewajiban
Keuangannya
Pengetahuan wajib pajak diperlukan dalam menghitung, membayar, dan melaporkan pajak setelah
ditetapkannya sistem self-assessment. Kesadaran wajib pajak menjadi salah satu aspek penting dalam
melakukan pembayaran pajak karena mereka paham atau sadar akan pentingnya pajak dan tidak merasa
dirugikan dengan membayar pajak karena mereka melihat manfaatnya sendiri seperti pembangunan
jembatan di masyarakatnya.
Menurut penelitian sebelumnya oleh Abdullah & Nainggolan (2018) dan Agustina dkk. (2020), kesadaran wajib
pajak mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap insentif wajib pajak untuk mematuhi kewajibannya. H1 :
Kesadaran Wajib Pajak Berpengaruh Terhadap Motivasi Wajib Pajak Memenuhi Kewajibannya

Dampak Sanksi Pajak Terhadap Motivasi Wajib Pajak Memenuhi Kewajibannya


Sanksi perpajakan dimaksudkan untuk memberikan efek jera kepada wajib pajak yang melanggar
peraturan perundang-undangan perpajakan. Denda administratif dan sanksi pidana merupakan dua jenis sanksi
perpajakan. Denda administrasi merupakan pembayaran untuk mengganti kerugian negara yang timbul akibat
pelanggaran peraturan perpajakan. Sanksi pidananya adalah hukuman penjara. Beratnya hukuman akan
sebanding dengan beratnya pelanggaran.
Ariani & Utami (2016) dan Erawati & Pelu (2021) melakukan penelitian mengenai dampak sanksi pajak terhadap
insentif wajib pajak untuk mematuhi tugasnya. Hal ini dapat dijelaskan oleh fakta bahwa wajib pajak lebih terdorong
untuk membayar pajaknya dibandingkan menghadapi sanksi pajak yang berpotensi merugikan.
H2: Sanksi Pajak Berpengaruh Terhadap Motivasi Wajib Pajak Memenuhi Kewajiban
Finansialnya
Pengaruh Kualitas Pelayanan Pajak Terhadap Motivasi Wajib Pajak Memenuhi Kewajiban
Keuangannya
Direktorat Jenderal Pajak telah merevolusi administrasi perpajakan untuk memberikan pelayanan yang lebih baik
kepada wajib pajak, termasuk reorganisasi organisasi, optimalisasi proses bisnis, dan pengelolaan sumber daya
manusia (SDM). Dimana sebaiknya organisasi direstrukturisasi sesuai fungsinya? Kemudian, dengan memaksimalkan
pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi, seperti e-SPT, e-Filing, dan lainnya, mengoptimalkan operasional
bisnis. Terakhir, menciptakan pegawai pajak yang kompeten untuk memperkuat sistem manajemen sumber daya
manusia (Nurfauziah & Hak, 2017). Oleh karena itu, pemberian pelayanan perpajakan yang berkualitas akan
memudahkan wajib pajak dalam membayar pajaknya dan meningkatkan motivasinya untuk membayar pajak.

Menurut penelitian, kepemilikan publik mempunyai pengaruh terhadap perataan laba, karena semakin besar
kepemilikan saham publik maka pengawasan terhadap perusahaan akan semakin besar. Akibatnya, kecil kemungkinan
korporasi untuk memuluskan keuntungannya.
H3: Kualitas Pelayanan Pajak Berpengaruh Terhadap Motivasi Wajib Pajak Memenuhi
Kewajibannya

Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Motivasi Wajib Pajak Memenuhi Kewajibannya


Hubungan tingkat pendidikan dengan motivasi Wajib Pajak dalam memenuhi kewajibannya yaitu
melalui pendidikan wajib pajak dapat meningkatkan kualitas berpikir, dimana
52 Gorajodi Erling Suryanggala, dkk/Jurnal Akuntansi, Perpajakan, dan Auditing, Vol. 3, No. 1, April 2022, hal 47-62

wajib pajak dapat berpikir kritis mengenai dampak pembayaran pajak terhadap negara. Pendidikan juga dapat
meningkatkan kualitas moral, dimana tindakan wajib pajak sebagai warga negara akan sesuai dengan aturan
hukum yaitu patuh dan patuh dalam membayar pajak. Selain meningkatkan kualitas pemikiran dan kualitas
moral, pendidikan juga dapat meningkatkan kualitas pengabdian seseorang terhadap negara, sehingga rela
berkorban dengan menjalankan kewajibannya sebagai warga negara yaitu membayar pajak demi kemajuan
negara. . Oleh karena itu, dengan adanya tingkat pendidikan maka wajib pajak akan termotivasi untuk
melaksanakan kewajibannya.
Penelitian yang dilakukan Erlindawati & Novianti (2020) membuktikan bahwa tingkat pendidikan secara parsial mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap motivasi wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan.
H4 : Tingkat Pendidikan Berpengaruh Terhadap Motivasi Wajib Pajak Memenuhi Kewajibannya

METODE
Penelitian ini dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Pasar Rebo. Lokasi penelitian ini
ditentukan karena Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Pasar Rebo mendapatkan penghargaan Kantor
Pelayanan (KPT) Terbaik yang diberikan oleh Kantor Wilayah (Kanwil) Jakarta Timur yang terpilih sebagai
pemenang pertama Kantor Pelayanan (KPT) Terbaik. pada tahun 2018. Populasi penelitian ini adalah seluruh
wajib pajak orang pribadi yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Pasar Rebo yang
berjumlah 182.453 orang.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik Accidental Sampling. Dalam menentukan
jumlah minimal sampel menggunakan rumus Slovin yaitu

: = 1+ 2
Informasi:
n = Ukuran Sampel

N = Ukuran Populasi

e = Margin kesalahan yang ditetapkan adalah 10%

Berdasarkan rumus slovin diatas maka akan diperoleh jumlah sampel sebanyak 100 orang.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan data primer. Teknik pengumpulan
data menggunakan kuesioner. Metode analisis data yang digunakan adalah uji statistik deskriptif, uji kualitas
data, uji asumsi klasik, dan uji hipotesis, serta menggunakan analisis regresi linier berganda. Untuk analisis linier
berganda menggunakan 4 variabel bebas yang dapat dinyatakan dalam persamaan berikut:

Mot = a + b1Ke + b2SP+b3Kual + b4TP + e


Di mana:
Mot = Motivasi Wajib Pajak Memenuhi Kewajibannya a
= Konstan
B1, B2, B3, B4= Koefisien regresi
Kasus = Kesadaran Wajib Pajak
SP = Sanksi Pajak
Kual = Kualitas Pelayanan Pajak TP
= Tingkat Pendidikan
e = kesalahan

HASIL DAN DISKUSI


Data Deskriptif

Dalam penelitian ini peneliti akan menguji kualitas data dan menguji hipotesis dengan menggunakan
sampel dan responden yang berbeda, dimana uji kualitas data terdiri dari uji validitas dan uji reliabilitas data
dengan menggunakan jumlah responden sebanyak 20 orang. Responden yang diambil dalam uji kualitas data ini
adalah wajib pajak yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Duren Sawit Jakarta. Adapun asumsi klasik
Gorajodi Erling Suryanggala, dkk/Jurnal Akuntansi, Perpajakan, dan Auditing, Vol. 3, No. 1, April 2022, hal 47-62
53
pengujian dan pengujian hipotesis atau yang disebut dengan data asli, maka akan digunakan 100 responden. Responden yang
diambil dalam uji hipotesis ini adalah wajib pajak orang pribadi yang terdaftar di KPP Pratama Jakarta Pasar Rebo.

Uji validitas

Uji validitas merupakan prosedur untuk mengetahui apakah kuesioner pada setiap variabel
penelitian valid atau tidak. Pengujian menggunakan uji dua sisi dengan taraf signifikansi 5%, maka
nilai rtabel dapat diketahui dengan melihat N (jumlah sampel) 20 yaitu 0,444. Berikut hasil uji validitas
dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini.

Tabel 3. Uji Validitas


Jumlah Persentase dari
Variabel Pernyataan yang Sah Pernyataan yang Sah
Barang Barang

Motivasi Wajib Pajak


9 100%
Memenuhi Kewajibannya (Y)

Kesadaran Wajib Pajak (X1) 6 100%


Sanksi Pajak (X2) 4 100%
Kualitas Pelayanan Pajak (X3) 13 100%
Tingkat Pendidikan (X4) 6 100%
Berdasarkan hasil uji validitas pada tabel 3. menunjukkan bahwa seluruh item pernyataan setiap
variabel dinyatakan valid 100%, karena nilai rperhitunganatau nilai korelasi > rmeja.

Tes kepercayaan
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator suatu
variabel. Berikut hasil uji reliabilitas pada tabel 4 di bawah ini.

Tabel 4. Uji Reliabilitas


Cronbach
Alfa
Mengatur
Variabel Kesimpulan
Nilai
Nilai
Motivasi Wajib Pajak Memenuhi
Kewajibannya (Y)
0,862 0,7 Dapat diandalkan

Kesadaran Wajib Pajak (X1) 0,781 0,7 Dapat diandalkan

Sanksi Pajak (X2) 0,718 0,7 Dapat diandalkan

Kualitas Pelayanan Pajak (X3) 0,910 0,7 Dapat diandalkan

Tingkat Pendidikan (X4) 0,795 0,7 Dapat diandalkan

Berdasarkan hasil tabel 4 terlihat nilai Cronbach Alpha seluruh variabel lebih dari 0,7
sehingga dapat disimpulkan bahwa pernyataan masing-masing variabel dinyatakan reliabel.

Statistik deskriptif
Menurut Ghozali (2018) statistik deskriptif memberikan gambaran atau gambaran suatu
data yang dapat dilihat dari nilai rata-rata, standar deviasi, varians, maksimum, minimum,
jumlah, rentang, kurtosis dan skewness. Berikut hasil analisis deskriptif pada tabel 5.
54 Gorajodi Erling Suryanggala, dkk/Jurnal Akuntansi, Perpajakan, dan Auditing, Vol. 3, No. 1, April 2022, hal 47-62

Tabel 5. Statistik Deskriptif


Std.
N Jangkauan Minimum Maksimum Berarti
Deviasi
Motivasi dari
Wajib Pajak untuk Memenuhi 100 13 32 45 40,62 2.788
Kewajiban Mereka (Y)
Kesadaran Wajib Pajak
(X1)
100 13 17 30 25,50 2.928
Sanksi Pajak (X2) 100 14 6 20 15,51 2.986
Kualitas Pelayanan Pajak
(X3)
100 21 44 65 57,46 4.683
Tingkat Pendidikan (X4) 100 14 16 30 24,18 3.301
Valid N (daftar) 100

Uji normalitas
Uji normalitas berguna untuk mengetahui nilai residu berdistribusi normal atau tidak. Cara menguji
normalitas adalah dengan melakukan uji one sample Kolmogorov-Smirnov atau uji KS. Apabila nilai
signifikansi uji Kolmogorov-Smirnov lebih besar dari 0,05 maka data menunjukkan berdistribusi
normal. Jika nilai signifikansi uji Kolmogorov-Smirnov kurang dari 0,05, maka data menunjukkan
bahwa data tersebut tidak berdistribusi normal. Hasil uji normalitas menggunakan Kolmogorov-
Smirnov pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 6 di bawah ini.

Tabel 6. Hasil Uji Normalitas

Berdasarkan hasil uji normalitas pada tabel 6 nilai Asymp. tanda tangan. (2-tailed) sebesar 0,881,
dimana nilainya lebih besar dari 0,05. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa data yang dihasilkan
dalam penelitian ini berdistribusi normal.

Uji Multikolinearitas
Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar
variabel independen. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi multikolinearitas. Jika nilai
toleransinya sebesar 0,10 atau nilai VIF sebesar 10, maka variabel independen dalam model regresi
tidak mengalami multikolinearitas.
Gorajodi Erling Suryanggala, dkk/Jurnal Akuntansi, Perpajakan, dan Auditing, Vol. 3, No. 1, April 2022, hal 47-62
55
Berikut dibawah ini pada tabel 7. Hasil uji multikolinearitas dari penelitian ini.
Tabel 7. Hasil Uji Multikolinearitas

Berdasarkan hasil uji multikolinearitas pada tabel 7. nilai toleransi seluruh variabel independen
sebesar 0,10, dimana nilai toleransi kesadaran wajib pajak sebesar 0,799, sanksi perpajakan sebesar 0,835,
kualitas pelayanan pajak sebesar 0,938, dan tingkat pendidikan sebesar 0,990. Sedangkan nilai VIF pada
variabel kesadaran wajib pajak, sanksi perpajakan, kualitas pelayanan perpajakan, dan tingkat pendidikan
adalah sebesar 10 yang masing-masing bernilai 1.252, 1.198, 1.066, 1.010. Dengan demikian seluruh variabel
independen dapat disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas.
Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas berguna untuk mengetahui apakah model regresi mempunyai
ketimpangan varians dari sisa satu observasi ke observasi lainnya. Model regresi yang baik adalah tidak
terjadi heteroskedastisitas. Cara mengetahui tidak terjadi heteroskedastisitas dengan melakukan uji
glesjer.
Hasil uji glesjer dapat dilihat pada tabel 8 dibawah ini.

Tabel 8. Hasil Uji Heteroskedastisitas

Berdasarkan hasil uji gemerlap pada tabel 8. menunjukkan nilai signifikansi (sig.) seluruh variabel independen
yaitu > 0,05, dimana kesadaran wajib pajak sebesar 0,254, sanksi perpajakan sebesar 0,588, kualitas pelayanan pajak
sebesar 0,710, dan tingkat pendidikan sebesar 0,859. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa data tidak terjadi
heteroskedastisitas.

Analisis Regresi Linier Berganda


Dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda. Analisis regresi linier
berganda dilakukan untuk mengetahui sejauh mana variabel independen mempengaruhi
variabel dependen. Berikut hasil analisis regresi berganda pada tabel 9. dibawah ini.
56 Gorajodi Erling Suryanggala, dkk/Jurnal Akuntansi, Perpajakan, dan Auditing, Vol. 3, No. 1, April 2022, hal 47-62

Tabel 9. Analisis Regresi Berganda

Pada tabel 9. hasil analisis regresi linier berganda menunjukkan nilai koefisien variabel kesadaran
wajib pajak sebesar 0,507, sanksi perpajakan sebesar 0,146, kualitas pelayanan perpajakan sebesar 0,135,
dan tingkat pendidikan sebesar 0,136. Sehingga diperoleh model persamaan regresi yaitu:
Mot = 14,384 + 0,507 Kasus + 0,146 SP + -0,135 Qual + 0,136 TP + e
Dimana :
Mot = Motivasi Wajib Pajak Memenuhi Kewajibannya Kasus =
Kesadaran Wajib Pajak
SP = Sanksi Pajak TP =
Tingkat Pendidikan e =
kesalahan
Penjelasan persamaan regresi linier di atas adalah:
1) Nilai konstanta sebesar 14,384 artinya jika variabel kesadaran wajib pajak, sanksi perpajakan,
kualitas pelayanan perpajakan, dan tingkat pendidikan bernilai 0 maka motivasi wajib pajak
dalam memenuhi kewajibannya bernilai 14,384.
2) Nilai koefisien regresi kesadaran wajib pajak sebesar 0,507 artinya jika kesadaran wajib pajak (X1)
mengalami peningkatan sebesar 1 satuan maka nilai motivasi wajib pajak dalam memenuhi
kewajibannya mengalami peningkatan sebesar 0,507.
3) Nilai koefisien regresi sanksi perpajakan (X2) sebesar 0,146 artinya apabila sanksi pajak
bertambah 1 satuan maka motivasi wajib pajak dalam memenuhi kewajibannya akan
mengalami kenaikan sebesar 0,146.
4) Nilai koefisien regresi kualitas pelayanan pajak sebesar 0,135 artinya jika kualitas pelayanan pajak
(X3) meningkat sebesar 1 satuan maka nilai motivasi wajib pajak dalam memenuhi kewajibannya
akan meningkat sebesar 0,135.
5) Nilai koefisien regresi tingkat pendidikan sebesar 0,136 artinya jika tingkat pendidikan meningkat
sebesar 1 satuan maka nilai motivasi wajib pajak dalam memenuhi kewajibannya akan meningkat
sebesar 0,136.
Uji-T
Uji statistik t dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh secara parsial (individual) masing-masing
variabel independen yaitu kesadaran wajib pajak, sanksi perpajakan, kualitas pelayanan perpajakan, dan tingkat
pendidikan terhadap motivasi wajib pajak dalam memenuhi kewajibannya.
1) H1: Kesadaran Wajib Pajak Berpengaruh Positif Terhadap Motivasi Wajib Pajak Memenuhi
Kewajibannya
Berdasarkan hasil uji t-statistik, variabel kesadaran wajib pajak mempunyai signifikansi sebesar 0,000 dimana
nilai tersebut < 0,05. Kemudian variabel kesadaran wajib pajak memperoleh nilai thitung sebesar 6,758, dimana
nilai tersebut lebih besar dari nilai ttabel yaitu sebesar 1,985. Dengan demikian, dapat disimpulkan H1
diterima. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran wajib pajak berpengaruh signifikan terhadap motivasi wajib
pajak dalam memenuhi kewajibannya.
2) H2 : Sanksi Pajak Berpengaruh Positif Terhadap Motivasi Wajib Pajak Memenuhi
Kewajibannya
Gorajodi Erling Suryanggala, dkk/Jurnal Akuntansi, Perpajakan, dan Auditing, Vol. 3, No. 1, April 2022, hal 47-62
57
Tabel 4.22 menunjukkan bahwa variabel sanksi pajak mempunyai signifikansi sebesar 0,045 yang berarti <0,05.
Maka nilai thitung yang diperoleh variabel sanksi perpajakan sebesar 2,029 yang berarti lebih besar dari nilai
ttabel yaitu sebesar 1,985. Oleh karena itu, H2 diterima yang menyatakan bahwa sanksi perpajakan
berpengaruh signifikan terhadap motivasi Wajib Pajak dalam memenuhi kewajibannya.
3) H3 : Kualitas Pelayanan Pajak Berpengaruh Positif Terhadap Motivasi Wajib Pajak
Memenuhi Kewajibannya
Berdasarkan hasil uji t-statistik pada tabel 4.22 menunjukkan bahwa variabel kualitas pelayanan pajak
mempunyai signifikansi sebesar 0,002 yang berarti nilainya < 0,05 dan nilai thitung sebesar 3,126 lebih
besar dari nilai ttabel sebesar 1,985. . Dengan demikian dapat disimpulkan H3 diterima yang menyatakan
bahwa variabel kualitas pelayanan perpajakan berpengaruh signifikan terhadap motivasi Wajib Pajak
dalam memenuhi kewajibannya.
4) H4 : Tingkat Pendidikan Berpengaruh Positif Terhadap Motivasi Wajib Pajak Memenuhi
Kewajibannya
Hasil uji statistik pada tabel 4.22 menunjukkan bahwa variabel tingkat pendidikan mempunyai nilai
signifikansi sebesar 0,025 dan nilai thitung sebesar 2,277, dimana nilai signifikansi tersebut < 0,05 dan
nilai thitung lebih besar dari ttabel yaitu 1,985 . Dengan demikian dapat disimpulkan H4 diterima yang
menyatakan bahwa variabel tingkat pendidikan berpengaruh signifikan terhadap motivasi Wajib Pajak
dalam memenuhi kewajibannya.

Kesesuaian (Uji Kelayakan Model)


Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah model regresi yang digunakan dalam suatu penelitian layak
atau tidak layak digunakan. Hasil uji kelayakan model dapat dilihat pada tabel 10 di bawah ini.

Tabel 10. Uji F

Tabel 10 menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,000 dan nilai Fhitung sebesar 26,765. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa model regresi penelitian ini layak digunakan. karena nilai
signifikan < 0,05 dan nilai Fperhitungan= 26,765 lebih besar dari nilai Fmeja= 2,47.

Uji Koefisien determinasi (R2)


Uji koefisien determinasi dilakukan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model
dalam menjelaskan variasi variabel terikat. Nilai yang mendekati 1 berarti hubungan antar
variabel independen akan semakin kuat (Ghozali, 2018). Hasil uji koefisien determinasi dapat
dilihat pada tabel 11 dibawah ini.
58 Gorajodi Erling Suryanggala, dkk/Jurnal Akuntansi, Perpajakan, dan Auditing, Vol. 3, No. 1, April 2022, hal 47-62

Tabel 11. Uji Koefisien determinasi (R2)

Tabel 11. menunjukkan nilai Adjusted R Square sebesar 0,510. Dengan demikian, 51% motivasi wajib pajak dalam
memenuhi kewajibannya dipengaruhi oleh variabel kesadaran wajib pajak, sanksi perpajakan, kualitas pelayanan
perpajakan, dan tingkat pendidikan. Sedangkan sisanya sebesar 49% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diuji
dalam penelitian ini.

Diskusi
1) Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Motivasi Wajib Pajak Memenuhi Kewajibannya Hasil pengujian
hipotesis dalam penelitian ini sesuai dengan hipotesis yang diajukan bahwa kesadaran wajib pajak
berpengaruh terhadap motivasi wajib pajak dalam memenuhi kewajibannya. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa hipotesis pertama (H1) dalam penelitian ini diterima yaitu variabel kesadaran wajib pajak
berpengaruh signifikan dengan arah positif terhadap motivasi wajib pajak dalam memenuhi kewajibannya.
Oleh karena itu, kesadaran wajib pajak yang dimiliki wajib pajak terbukti dapat memotivasi wajib pajak dalam
memenuhi kewajibannya.
Berdasarkan teori perilaku terencana, kesadaran wajib pajak tercermin dari perilaku wajib pajak yang
melaksanakan kewajibannya dimana perilaku tersebut timbul dari pemahaman dan pemahaman akan arti,
fungsi, dan tujuan membayar pajak kepada negara, yang akan mempengaruhi niatnya untuk membayar
pajak. melaksanakan kewajibannya yaitu membayar pajak. pajak. Dengan memahami dan memahami
pengertian, fungsi, dan tujuan membayar pajak kepada negara, maka wajib pajak akan meningkatkan
kesadarannya untuk membayar pajak secara sukarela tanpa ada paksaan dari pihak manapun.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Abdullah & Nainggolan (2018) dan Ari
et al. (2021) yang mengungkapkan bahwa kesadaran Wajib Pajak berpengaruh positif terhadap
motivasi Wajib Pajak dalam memenuhi kewajibannya. Namun hasil penelitian yang dilakukan AT Sari
dkk. (2016) tidak sejalan dengan hasil penelitian ini, dimana kesadaran wajib pajak berpengaruh negatif
terhadap motivasi wajib pajak dalam memenuhi kewajibannya.
2) Pengaruh Sanksi Pajak Terhadap Motivasi Wajib Pajak Memenuhi Kewajibannya Hipotesis kedua (H2) yang
diajukan dalam penelitian ini adalah sanksi perpajakan berpengaruh terhadap motivasi Wajib Pajak dalam
memenuhi kewajibannya. Berdasarkan hasil perhitungan regresi berganda dapat disimpulkan bahwa
hipotesis kedua (H2) diterima dalam penelitian ini yaitu sanksi pajak berpengaruh positif signifikan terhadap
motivasi wajib pajak dalam memenuhi kewajibannya. Dengan adanya sanksi perpajakan yang tegas dan
memberikan efek jera kepada wajib pajak, maka wajib pajak akan patuh terhadap peraturan perundang-
undangan perpajakan, sehingga wajib pajak dapat melaksanakan kewajibannya yaitu membayar pajak sesuai
dengan ketentuan yang berlaku dalam undang-undang.
Teori pembelajaran sosial (social learning theory) menjadi relevan kaitannya dengan motivasi wajib pajak
dalam memenuhi kewajibannya yang dipengaruhi oleh sanksi perpajakan. Teori ini mengemukakan bahwa
pembelajaran sosial seseorang dapat dipelajari melalui observasi dan pengalaman langsung. Dalam
pembelajaran sosial seseorang terjadi proses penguatan, yaitu suatu proses dimana seseorang diberikan
rangsangan atau penghargaan yang positif untuk berperilaku sesuai model. Artinya wajib pajak akan
mendapatkan imbalan atau hukuman berupa denda atau pidana jika melanggar peraturan perpajakan yang
berlaku.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ariani & Utami (2016) dan
(Erawati & Pelu, 2021) yang mengungkapkan bahwa sanksi pajak berpengaruh positif terhadap motivasi
wajib pajak dalam membayar pajak. Namun hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian Agustina
dkk. (2020) dan Ari dkk. (2021) dimana tidak terdapat pengaruh signifikan sanksi pajak terhadap wajib pajak
Gorajodi Erling Suryanggala, dkk/Jurnal Akuntansi, Perpajakan, dan Auditing, Vol. 3, No. 1, April 2022, hal 47-62
59
motivasi.
3) Pengaruh Kualitas Pelayanan Pajak Terhadap Dorongan Wajib Pajak Memenuhi Kewajiban
Hipotesis ketiga (H3) yang dikemukakan dalam penelitian ini konsisten dengan temuan pengujian hipotesis
yaitu kualitas pelayanan perpajakan berpengaruh menguntungkan terhadap motivasi wajib pajak dalam memenuhi
kewajibannya. Dengan menggunakan temuan analisis regresi berganda, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis
ketiga (H3) benar, artinya kualitas pelayanan perpajakan mempunyai pengaruh positif yang cukup besar terhadap
insentif wajib pajak dalam memenuhi kewajibannya. Telah terbukti bahwa menawarkan layanan perpajakan
berkualitas tinggi akan mendorong masyarakat untuk memenuhi kewajiban mereka.
Penyelenggaraan pelayanan perpajakan yang diberikan kepada Wajib Pajak difasilitasi oleh
teknologi, khususnya sistem elektronik. Sistem elektronik yang digunakan Wajib Pajak untuk
menyelesaikan kewajibannya antara lain adalah e-SPT, e-Filing, e-Registration, dan lain-lain. Teknologi
elektronik ini memungkinkan wajib pajak membayar pajaknya tanpa harus datang secara fisik ke
Kantor Pelayanan Pajak (KPP). Selain itu, terdapat petugas pajak yang berpengetahuan luas di
bidangnya dan melayani dengan ramah, baik hati, dan santun dalam menangani permasalahan yang
dihadapi wajib pajak.
Temuan penelitian ini konsisten dengan temuan Cimberly dkk. (2018) dan RP Sari dkk. (2019)
yang menemukan bahwa kualitas pelayanan perpajakan berpengaruh positif terhadap insentif wajib
pajak dalam memenuhi kewajibannya. Sedangkan temuan penelitian Erlindawati dan Novianti (2020)
tidak sejalan dengan temuan penelitian ini, dimana tidak terdapat korelasi antara tingkat pelayanan
dengan motivasi wajib pajak, tidak terdapat pengaruh antara keduanya.
4) Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Dorongan Wajib Pajak Memenuhi Kewajibannya
Temuan pengujian hipotesis variabel tingkat pendidikan konsisten dengan hipotesis yang diberikan
dalam penelitian ini yaitu tingkat pendidikan berpengaruh positif terhadap motivasi wajib pajak dalam
melaksanakan kewajibannya. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan mempunyai
pengaruh yang cukup baik terhadap motivasi wajib pajak dalam memenuhi kewajibannya. Telah dibuktikan
bahwa tingkat pendidikan yang lebih baik dapat mendorong wajib pajak untuk menyelesaikan komitmennya.

Teori pembelajaran sosial relevan jika dikaitkan dengan derajat pendidikan yang mempengaruhi
motivasi wajib pajak dalam memenuhi komitmennya. Gagasan ini menyatakan bahwa seseorang dapat
belajar melalui observasi dan pengalaman langsung, sedangkan wajib pajak mempelajari arti, fungsi, dan
tujuan membayar pajak melalui observasi dan pengalaman langsung. Ketika terdapat tingkat kesadaran
wajib pajak yang tinggi di suatu negara, wajib pajak mempunyai informasi yang baik tentang manfaat yang
akan diperoleh penduduknya. Wajib pajak menyadari bahwa fasilitas sosial yang dinikmati masyarakat
merupakan konsekuensi dari kontribusi pajak masyarakat. Akibat perbuatan baik masyarakat tersebut, wajib
pajak memahami bahwa masyarakat mampu mengenyam pendidikan dengan biaya murah bahkan tanpa
biaya, dan dapat memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Erlindawati & Novianti (2020) menemukan bahwa tingkat
pendidikan berpengaruh besar terhadap motivasi masyarakat membayar pajak. Hasil penelitian ini
mendukung temuan tersebut. Namun penelitian yang dilakukan oleh Khoiriah & Karmiyati (2020) dan Ari et
al. (2021) bertentangan dengan kesimpulan penelitian bahwa derajat pendidikan tidak berpengaruh
terhadap insentif Wajib Pajak dalam memenuhi kewajibannya.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian, dapat disimpulkan bahwa:

1. Kesadaran wajib pajak berpengaruh positif terhadap motivasi wajib pajak dalam memenuhi kewajibannya.
Dengan memahami dan memahami alasan, fungsi, dan tujuan membayar pajak negara, maka warga negara
akan membayar pajak secara sukarela dan tanpa tekanan. Oleh karena itu, semakin besar kesadaran wajib
pajak maka semakin besar pula motivasinya dalam menyelesaikan kewajibannya.
2. Sanksi perpajakan meningkatkan motivasi Wajib Pajak dalam melaksanakan tanggung jawabnya. Dengan adanya denda
pajak yang kuat dan adanya efek jera terhadap wajib pajak maka wajib pajak akan patuh dalam membayar pajak
60 Gorajodi Erling Suryanggala, dkk/Jurnal Akuntansi, Perpajakan, dan Auditing, Vol. 3, No. 1, April 2022, hal 47-62

3. peraturan perundang-undangan dalam rangka memenuhi komitmennya yaitu membayar pajak sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
4. Kualitas pelayanan perpajakan mendorong Wajib Pajak untuk memenuhi komitmennya. Wajib Pajak akan puas dengan
pelayanan perpajakan yang berkualitas, sehingga mereka dapat melaksanakan tanggung jawabnya tanpa ragu-ragu dan
dengan sedikit kesulitan. Dengan demikian, semakin baik kualitas pelayanan perpajakan maka semakin besar pula
motivasi wajib pajak dalam memenuhi kewajibannya.
5. Tingkat pendidikan berpengaruh positif terhadap motivasi Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajibannya. Melalui
pendidikan di sekolah, wajib pajak dapat belajar tentang pengertian, fungsi, dan tujuan perpajakan. Dengan demikian,
semakin tinggi tingkat pendidikan seorang wajib pajak maka semakin besar pula motivasinya dalam memenuhi kewajiban
perpajakannya.

Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diberikan rekomendasi untuk penelitian
selanjutnya:

1. Sebaiknya pengumpulan data dilakukan melalui wawancara langsung dengan responden.


2. Menambahkan variabel independen seperti kecerdasan spiritual, keadilan sistem perpajakan, dan kecurangan pajak akan
meningkatkan kemampuan penelitian dalam mendefinisikan alasan-alasan yang memotivasi wajib pajak dalam memenuhi
kewajibannya.
Gorajodi Erling Suryanggala, dkk/Jurnal Akuntansi, Perpajakan, dan Auditing, Vol. 3, No. 1, April 2022, hal 47-62
61
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, I., & Nainggolan, EP (2018). Pengaruh Pengetahuan Wajib Pajak, Kesadaran Wajib
Pajak Terhadap Motivasi Membayar Pajak Dengan Penerapan UU Tax Amnesty Sebagai
Variabel Moderating Pada Kanwil DJP SUMUT I Medan.Jurnal Pendidikan Akuntansi,1(2), 181–
191. https://doi.org/10.30596/liabilities.v1i2.2230

Agustina, I., Rinaldi, M., & Nasution, E. sugesti. (2020). Pengaruh Kesadaran Perpajakan Dan
Sanksi Pajak Terhadap Motivasi Wajib Pajak Untuk Memenuhi Kewajibannya Di CV.
Periklanan Signart.Jurnal Akuntansi Bisnis Eka Prasetya (JABEP),6(2), 148–158.

Aljavier, MRI (2019).Rendahnya Kesadaran Masyarakat.


Andriyani, D. (2016). Pengaruh Kecerdasan Spiritual, Kinerja Pelayanan Perpajakan, Ketegasan
Sanksi Perpajakan Dan Penyelewengan Pajak Terhadap Motivasi Wajib Pajak Dalam
Memenuhi Kewajiban Perpajakan.JOM Fekon,3(1).
Ari, RRW, Masamah, & Hadli. (2021). Pengaruh Pengetahuan Perpajakan, Sanksi Pajak,
Kesadaran Perpajakan Dan Tingkat Pendidikan Terhadap Motivasi Wajib Pajak Orang Pribadi
Dalam Pemenuhan Kewajiban Pajak.Jemasi: Jurnal Ekonomi Manajemen Dan Akuntansi, 17(1),
85–96. https://doi.org/10.35449/jemasi.v17i1.311

Ariani, M., & Utami, TE (2016). Pengaruh Pelayanan Aparat Pajak, Modernisasi Sistem
Administrasi Perpajakan Dan Sanksi Pajak Terhadap Motivasi Wajib Pajak Orang Pribadi
Dalam Membayar Pajak Penghasilan.Jurnal TEKUN,7(1), 1–22.

Bahri, S., Diantimala, Y., & Majid, MSA (2018). Pengaruh Kualitas Pelayanan Pajak, Pemahaman
Peraturan Perpajakan Serta Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Pada Kantor
Pajak KPP Pratama Kota Banda Aceh).Jurnal Perspektif Ekonomi Darussalam,4(2), 318–334.

Cimberly, P., Manossoh, H., & Wokas, HRN (2018). Pengaruh Pengetahuan Perpajakan Dan
Kualitas Pelayanan Pajak Terhadap Motivasi Dalam Membayar Pajak Penghasilan (Studi Pada
Wpop Di Kec. Wanea Kota Manado).Jurnal Riset Akuntansi Going Concern,13(4), 46–55.

Dewi, NPWP, & Supadmi, NL (2019). Pengaruh Penerapan E-System Perpajakan


danPengetahuan Perpajakan Wajib Pajak Pada Kepatuhan WPOP.E-Jurnal Akuntansi,28(2), 903–
928. https://doi.org/doi.org/10.24843/EJA.2019.v28.i02.p05 Pengaruh

Erawati, T., & Pelu, GMM (2021). Jurnal Ilmiah Akuntansi.Pengaruh Pengetahuan Perpajakan,
Self Assesment System, E-Filling Dan Sanksi Pajak Terhadap Motivasi Wajib Pajak Orang
Pribadi Dalam Membayar Pajak (Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Yogyakarta),12(3), 74–83.
Erlindawati, E., & Novianti, R. (2020). Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pendapatan, Kesadaran Dan
Pelayanan Terhadap Tingkat Motivasi Masyarakat Dalam Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan
Studi Di Desa Lemang Kecamatan Rangsang Barat Kabupaten Kepulauan Meranti. Jurnal Ilmiah
Ekonomi Kita,9(1), 65–79. https://doi.org/10.46367/iqtishaduna.v9i1.214

Fahmi, I. (2018).MANAJEMEN teori, Kasus, dan Solusi(keempat). Alfabet.

Ghozali, I. (2018).Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program IBM SPSS 25(edisi ke-9). Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.

Hasan, MT (2005).Islam & Masalah Sumber Daya Manusia. Pers Lantabora.

Husen, TI (2018). Pengaruh Motivasi Dan Tingkat Pendidikan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Dalam Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan Pedesaan Dan Perkotaan (PBB-P2) Di
Kecamatan Senen Jakarta Pusat.Akbis,2(1).
Jaya, DNK (2019). Pengaruh Penerapan Sistem Modernisasi Administrasi Pajak, Kualitas
62 Gorajodi Erling Suryanggala, dkk/Jurnal Akuntansi, Perpajakan, dan Auditing, Vol. 3, No. 1, April 2022, hal 47-62

Pelayanan Dan Pengetahuan PPN Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Di DKI Jakarta.Jurnal Muara
Ilmu Ekonomi Dan Bisnis,3(2), 255–266. https://doi.org/10.24912/jmieb.v3i2.2321

Khoiriah, N., & Karmiyati, S. (2020). Pengaruh Dan Pengetahuan Tingkat Pendidikan Terhadap
Motivasi Masyarakat Dalam Pembayaran Pajak Bumi Dan Bangunan.Jurnal Ilmiah,
Manajemen Sumber Daya Manusia,4(1), 80–95.
Mustaqiem. (2014).Perpajakan Dalam Konteks Teori Dan Hukum Pajak Di Indonesia. Buku Litera
Yogyakarta. https://law.uii.ac.id/wp-content/uploads/2017/02/Mustaqiem-Buku-Perpajakan-
Dalam-Konteks-Teori-dan-Hukum-Pajak-di-Indonesia.pdf

Nurfauziah, FL, & Hak, ARS (2017). Modernisasi Administrasi Perpajakan Dan Kepatuhan
Wajib Pajak Orang Pribadi Di Kota Bandung.Jurnal Ekubis,2(1), 82–97.

Sari, AT, Arifati, R., & Abrar. (2016). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Wajib
Pajak Orang Pribadi Yang Melakukan Pekerjaan Bebas Dalam Memenuhi Kewajiban
Perpajakannya ( Studi Pada KPP Pratama Kota Semarang ).Jurnal Akuntansi,2(2).
Sari, RP, Gusnardi, & Gimin. (2019). Pengaruh Pengetahuan Perpajakan Dan Kualitas Pelayanan
Pajak Motivasi Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Memenuhi Kewajiban Perpajakan (Studi
Kasus KPP Pratama Pekanbaru Tampan).JOM FKIP,6(2), 1–12.
Sarinah, & Mardalena. (2017).Pengantar Manajemen(edisi ke-1). Publikasikan lebih dalam.

Anda mungkin juga menyukai