Anda di halaman 1dari 14

e-Journal S1 AK Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017)

PENGARUH INTENSITAS TAX AUDIT, PENERAPAN E-FAKTUR, TAX


KNOWLEDGE, DAN COMPLIANCE COST TERHADAP PERSEPSI ETIS
PENGUSAHA KENA PAJAK TENTANG TAX EVASION PADA KPP
PRATAMA SINGARAJA

1Cening Budi Utari, 1I Putu Gede Diatmika, 2Made Aristia Prayudi

Jurusan Akuntansi Program S1


Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail:{1Cening1996@gmail.com, 1gedediatmika@gmail.com
2prayudi.acc@undiksha.ac.id}@undiksha.ac.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel intensitas tax audit,
penerapan e-faktur, tax knowledge,dan compliance cost terhadap persepsi etis
pengusaha kena pajak tentang tax evasion pada KPP Pratama Singaraja.Penelitian ini
menggunakan rancangan penelitian kausal. Jenis data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah data kuantitatif. Untuk sumber data diperoleh dari data primer berupa data
kuesioner yang diukur menggunakan skala likert. Populasi dalam penelitian ini adalah
Pengusaha Kena Pajak yang wajib SPT Tahunan Badan yang terdaftar di KPP Pratama
Singaraja sebanyak 178 wajib pajak badan. Metode pemilihan sampel menggunakan
insidental sampling. Adapun sampel yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 64
wajib pajak badan. Data penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang
kemudian diolah dengan uji analisis regresi linear berganda dengan bantuan SPSS versi
25 for windows.
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa (1) intensitas tax audit berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap persepsi etis pengusaha kena pajak tentang tax evasion,
yang ditunjukkan dengan koefisien regresi yang negatif -0,528 dengan nilai sig.uji t 0,003
lebih kecil dari α =0,05, (2) penerapan e-faktur berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap persepsi etis pengusaha kena pajak tentang tax evasion, yang ditunjukkan
dengan koefisien regresi yang negatif -0,422 dengan nilai sig.uji t 0,024 lebih kecil dari α
=0,05, (3) tax knowledge berpengaruh negatif dan signifikan terhadap persepsi etis
pengusaha kena pajak tentang tax evasion, yang ditunjukkan dengan koefisien regresi
yang negatif -0,529 dengan nilai sig.uji t 0,021 lebih kecil dari α =0,05, dan (4) compliance
cost berpengaruh positif dan signifikan terhadap persepsi etis pengusaha kena pajak
tentang tax evasion, yang ditunjukkan dengan koefisien regresi yang positif 0,607 dengan
nilai sig.uji t 0,001 lebih kecil dari α =0,05.

Kata kunci: Intensitas Tax Audit, E-faktur, Tax Knowledge, Compliance Cost,
Persepsi Etis
e-Journal S1 AK Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017)

Abstract

This study aimed at determining the variable effect of tax audit intensity variables,
e-invoice implementation, tax knowledge, and compliance cost on ethic perception of
taxpayer entrepreneurs about tax evasion at KPP PratamaSingaraja. This study
employed a causal research design.The type of data used in this study was quantitative
data. For the data source obtained from the primary data were in the form of questionnaire
data measured through Likert scale. The population in this research was taxpayer
entrepreneurs that were bound to SPT Annual Agency registered in KPP
PratamaSingaraja as many as 178 taxpayer body. The sample selection method
employed incidental sampling. The samples used in this study were 64 corporate
taxpayers.The data of this study were collected through questionnaires which were then
processed through multiple linear regression analysis with the assistance of SPSS version
25 for windows.
The results of this study indicate that (1) the tax audit intensity had a negative and
significant effect on the taxpayer's ethic perception of the tax evasion, which was shown
by negative regression coefficient of -0.528 with the sig. value. T test was 0.003 less than
α = 0.05,(2), the application of e-invoice had a negative and significant effect on the
taxpayer's ethic perception of tax evasion, as shown by negative regression coefficient -
0.422 with sig. value. T test 0.024 was smaller than α = 0.05,(3) tax knowledge had a
negative and significant effect on the taxpayer's ethic perception of tax evasion, which
was shown by negative regressioncoefficient-0.529 with sig. value. T test 0.021 was
smaller than α = 0.05, and(4) compliance cost positive and significant effect on the
taxpayer entrepreneurs’ ethic perception of tax evasion, which was shown by the positive
regression coefficient 0,607 with sig. value. The T test 0.001 was smaller than α = 0.05.

Keywords: Tax Audit Intensity, E-invoice, Tax Knowledge, Compliance Cost, Ethic
Perception

PENDAHULUAN strategis sehingga layak mendapatkan


Pajak merupakan sumber perhatian penting dari pemerintah. Seiring
penerimaan negara terbesar di Indonesia. berkembangnya jaman, perubahan
Menurut Mardiasmo (2009), pajak diartikan peraturan dan perundang-undangan
sebagai pungutan yang dilakukan oleh perpajakan, perbaikan sistem perpajakan
negara kepada warga negaranya serta perbaikan pelayanan senantiasa
berdasarkan undang-undang, dimana atas dilakukan oleh pemerintah sebagai pihak
pungutan tersebut negara tidak memberikan pemungut pajak. Upaya tersebut harus
kontraprestasi langsung kepada warga diiringi dengan sosialisasi yang
negaranya. Segala biaya pembangunan dan berkelanjutan, termasuk dengan melakukan
pengembangan yang dilakukan oleh negara pengembangan sistem perpajakan untuk
berasal dari masyarakat sendiri, bukan dari memaksimalkan penerimaan pajak.
bantuan negara lain. Keadaan ini Penerimaan negara dari sektor
berdampak pada kemandirian negara yang perpajakan belum maksimal, salah satu
lebih kuat sehingga negara tidak bergantung penyebabnya adalah administrasi
pada negara lain dalam pembiayaan perpajakan yang cenderung rumit. Hal ini
pembangunan dalam negaranya. Hal ini sangat berkaitan erat dengan rendahnya
menunjukkan bahwa pajak memiliki peran motivasi para wajib pajak untuk
e-Journal S1 AK Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017)

melaksanakan kewajiban mereka dalam perundang-undangan yang berlaku. KPP


membayar pajak. Penerimaan negara dari Pratama Singaraja adalah salah satu KPP
sektor perpajakan belum maksimal yang ada di Bali yang mencatat laporan SPT
berhubungan dengan penghindaran pajak wajib pajak khususnya di wilayah Buleleng.
(tax avoidance), penggelapan pajak (tax Pada Tahun 2012 jumlah Wajib
evasion), korupsi, dan berbagai tindakan Pajak Badan yang terdaftar Wajib SPT
amoral lainnya dalam bidang perpajakan. sebanyak 1.252 Wajib Pajak dan realisasi
Masih banyak hal yang harus dibenahi di Wajib Pajak Badan yang melaporkan SPT
dalam bidang perpajakan ini untuk sebanyak 805 sehingga rasio kepatuhan
meningkatkan penerimaan negara dalam mencapai 64% dan rasio ketidakpatuhan
sektor perpajakan. Hal ini sebenarnya mencapai 36%. Pada Tahun 2013 jumlah
merupakan sebuah masalah yang Wajib Pajak Badan yang terdaftar Wajib SPT
sederhana, dimana ketika masyarakat sebanyak 1.405 Wajib Pajak dan realisasi
mampu merasa turut menikmati berbagai Wajib Pajak Badan yang melaporkan SPT
fasilitas ataupun manfaat yang mereka sebanyak 877 sehingga rasio kepatuhan
peroleh dari hasil pembayaran pajak yang mencapai 62% dan rasio ketidakpatuhan
mereka lakukan. Tentu masyarakat mencapai 38%. Pada Tahun 2014 jumlah
akanmendisiplinkan diri untuk turut serta Wajib Pajak Badan yang terdaftar Wajib SPT
dalam pembangunan nasional, yaitu dengan sebanyak 1.433 Wajib Pajak dan realisasi
cara menjadi wajib pajak yang taat dan Wajib Pajak Badan yang melaporkan SPT
patuh terhadap undang-undang perpajakan. sebanyak 851 sehingga rasio kepatuhan
Salah satu lembaga atau instansi mencapai 59% dan rasio ketidakpatuhan
terkait dan berperan penting dalam mencapai 41%. Pada Tahun 2015 jumlah
menghimpun pajak pusat masyarakat Wajib Pajak Badan yang terdaftar Wajib SPT
adalah Kantor Pelayanan Pajak (KPP). KPP sebanyak 1.431 Wajib Pajak dan realisasi
berperan penting dalam memberikan Wajib Pajak Badan yang melaporkan SPT
pelayanan pajak kepada wajib pajak yang sebanyak 920 sehingga rasio kepatuhan
membutuhkan bantuan jika terjadi suatu mencapai 64% dan rasio ketidakpatuhan
masalah dalam proses menghitung, mencapai 36%. Pada Tahun 2016 jumlah
menyetor, dan melaporkan pajak Wajib Pajak Badan yang terdaftar Wajib SPT
terutangnya. KPP mengupayakan sebanyak 1.448 Wajib Pajak dan realisasi
pelaksanaan semua ketentuan dan aturan Wajib Pajak Badan yang melaporkan SPT
yang telah ditetapkan atau diinstruksikan sebanyak 178 sehingga rasio kepatuhan
oleh Direktorat Jenderal Pajak dengan mencapai 12% dan rasio ketidakpatuhan
efektif, antara lain dengan penyediaan mencapai 88%. Jadi, dapat disimpulkan
beberapa fasilitas-fasilitas untuk bahwa terjadi penurunan drastis pada
mempermudah wajib pajak dalam urusan jumlah penerimaan SPT tahunan wajib pajak
perpajakannya khususnya urusan badan pada tahun 2016, yaitu hanya 12%
penyampaian Surat Pemberitahuan sehingga rasio ketidakpatuhan mencapai
Tahunan (SPT). SPT merupakan bahan 88%. Hal inilah yang mendasari penelitian ini
masukan pelaporan kepada pemerintah berfokus pada permasalahan tax evasion.
mengenai penerimaan negara khususnya Beberapa faktor yang menyebabkan
dari sektor pajak. Menurut Mardiasmo rendahnya tingkat kepatuhan wajib pajak di
(2011), SPT adalah surat yang oleh wajib wilayah KPP Pratama Singaraja adalah
pajak digunakan untuk melakukan minimnya keadilan dalam penggunaan uang
perhitungan dan pembayaran pajak yang yang bersumber dari pajak, korupsi, dan
terutang menurut ketentuan peraturan tidak mendapat imbalan/pengaruh atas
e-Journal S1 AK Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017)

pajak yang telah dibayarkan (McGee, 2006). Pajak, maka dari itu perlu adanya intensitas
Tarif pajak terlalu tinggi, kurang pemeriksaan pajak yang lebih intensif. Jadi,
informasinya fiskus kepada Wajib Pajak semakin tinggi tingkat intensitas
tentang hak dan kewajibannya dalam pemeriksaan pajak yang dilakukan oleh
membayar pajak, kurangnya ketegasan Direktorat Jenderal Pajak, maka akan
pemerintah dalam menanggapi kecurangan semakin rendah tingkat penggelapan pajak
dalam pembayaran pajak menyebabkan yang dilakukan. Penelitian sebelumnya yang
rendahnya tingkat kepatuhan wajib pajak. mendukung penelitian ini dilakukan oleh
Faktor penyebab wajib pajak memiliki Hasibuan (2014), yang menyatakan bahwa
persepsi etis tentang penggelapan pajak secara parsial intensitas pemeriksaan pajak
(tax evasion) adalah kurangnya intensitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
pemeriksaan pajak (tax audit). Menurut etika penggelapan pajak.Berdasarkan
Mardiasmo (2011) pemeriksaan pajak uraian di atas, maka hipotesis pertama yang
adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, dapat diajukan adalah sebagai berikut:
mengumpulkan, mengolah data dan atau H1: Intensitas tax audit (X1) berpengaruh
keterangan lainnya untuk menguji negatif dan signifikan terhadap
kepatuhan pemenuhan kewajiban persepsi etis pengusaha kena pajak
perpajakan dan untuk tujuan lain dalam tentang tax evasion.
rangka melaksanakan ketentuan peraturan Faktur pajak adalah bukti
perundang-undangan pemungutan pajak yang dibuat oleh
perpajakan.Sebagaimana yang dipaparkan pengusaha kena pajak yang melakukan
Pardiat (2008) bahwa di dalam sistem self penyerahan barang kena pajak atau jasa
assessment tidak semua SPT dilakukan kena pajak atau bukti pemungutan pajak
pemeriksaan pajak, kriteria SPT yang karena impor barang kena pajak yang
dilakukan pemeriksaan pajak adalah SPT dilakukan oleh Direktorat Jenderal Bea dan
Lebih Bayar karena dalam jangka waktu Cukai. Penerapan elektonik faktur (e-faktur)
paling lama 12 (dua belas) bulan sejak tanda digunakan untuk menjamin kemudahan dan
terima penerimaan SPT lebih bayar, Direktur hak Pengusaha Kena Pajak dalam
Jenderal Pajak harus sudah memberikan menjalankan aktivitas bisnisnya. Pengusaha
ketetapan pajak. Kena Pajak dengan adanya aplikasi ini, tidak
Menurut Mardiasmo (2011), perlu datang ke Kantor Pelayanan Pajak,
pemeriksaan pajak adalah serangkaian Pengusaha Kena Pajak dapat mengakses
kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, ID dan Password yang bisa dibuka melalui
mengolah data dan atau keterangan lainnya online. Modernisasi elektonik faktur (e-
untuk menguji kepatuhan pemenuhan faktur) Pajak Pertambahan Nilai diharapkan
kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain mampu meningkatkan tingkat kepatuhan
dalam rangka melaksanakan ketentuan Pengusaha Kena Pajak sehingga
peraturan perundang-undangan perpajakan. penggelapan pajak (tax evasion) dapat
Adanya hubungan antara intensitas diminimalisir. Penelitian sebelumnya yang
pemeriksaan pajak dengan penggelapan mendukung penelitian ini dilakukan
pajak adalah bahwa ketika pemeriksaan olehPuspita (2016), yang menyatakan
pajak dilakukan secara intensif ataupun bahwa secara parsial modernisasi elektonik
dalam suatu periode yang teratur, maka faktur (e-nofa) berpengaruh positif signifikan
penggelapan pajak akan semakin kecil. terhadap kepatuhan Pengusaha Kena
Penggelapan pajak banyak dilakukan oleh Pajak.Berdasarkan uraian di atas, maka
wajib pajak karena kurangnya pengawasan hipotesis kedua yang diajukan adalah
yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal sebagai berikut:
e-Journal S1 AK Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017)

H2: Penerapan e-faktur (X2) keberadaan hal-hal tertentu dapat


berpengaruh negatif dan signifikan mendukung atau menghambat perilaku
terhadap persepsi etis pengusaha seseorang (Ajzen, 2002). Apabila teori
kena pajak tentang tax evasion. Planned Behavior dikaitkan dengan faktor
Adanya perlakuan tax evasion biaya kepatuhan, maka seorang individu
dipengaruhi oleh berbagai hal seperti kurang yang menanggung biaya kepatuhan yang
informasinya fiskus kepada Wajib Pajak besar dan memberatkan akan cenderung
tentang hak dan kewajibannya dalam melakukan penggelapan pajak. Sebaliknya,
membayar pajak. Senada dengan itu, apabila biaya kepatuhan yang ditanggung
Hidayat (2013) menyatakan bahwa untuk tidak terlalu memberatkan, maka individu
meningkatkan pengetahuan wajib pajak akan cenderung menghindari penggelapan
maka harus dilakukan sosialisasi secara pajak.Penelitian sebelumnya yang
luas, yang diharapkan dapat dijangkau oleh mendukung penelitian ini dilakukan
seluruh wajib pajak, sehingga wajib pajak olehKurniawati dan Toly (2014), yang
tahu hak dan kewajibannya. Direktorat menyatakan bahwa secara parsial biaya
Jenderal Pajak membutuhkan wajib pajak kepatuhan berpengaruh positif dan
untuk taat pajak, bukan wajib pajak yang signifikan terhadap persepsi penggelapan
butuh membayar pajak. Jadi, melalui pajak. Berdasarkan uraian di atas, maka
sosialisasi perpajakan maka wajib pajak hipotesis keempat yang diajukan adalah
akan memiliki pengetahuan yang lebih baik, sebagai berikut:
mereka juga akan memiliki kesadaran yang H4: Compliance cost(X4) berpengaruh
lebih tinggi untuk membayar pajak. positif dan signifikan terhadap
Pengetahuan wajib pajak yang baik, akan persepsi etis pengusaha kena pajak
meminimalisir terjadinya penggelapan pajak. tentang tax evasion.
Hal ini dikarenakan setiap wajib pajak akan Berdasarkan uraian di atas, tujuan
melaksanakan kewajibannya sebagaimana yang ingin dicapai peneliti adalahuntuk
mestinya tanpa harus memungkiri dengan mengetahui (1) pengaruh intensitas tax
cara melakukan penggelapan pajak. auditterhadap persepsi etis pengusaha kena
Penelitian sebelumnya yang mendukung pajak tentang tax evasion, (2) pengaruh
penelitian ini dilakukan oleh Hasibuan penerapan e-faktur terhadap persepsi etis
(2014), yang menyatakan bahwa secara pengusaha kena pajak tentang tax evasion,
parsial pengetahuan wajib pajak (3) pengaruhtax knowledge terhadap
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap persepsi etis pengusaha kena pajak tentang
etika penggelapan pajak (tax tax evasion, (4) pengaruhcompliance
evasion).Berdasarkan uraian di atas, maka costterhadap persepsi etis pengusaha kena
hipotesis ketiga yang diajukan adalah pajak tentang tax evasion.
sebagai berikut:
H3: Tax knowledge (X3) berpengaruh METODE
negatif dan signifikan terhadap Penelitian ini menggunakan
persepsi etis pengusaha kena pajak rancangan penelitian kausal. Desain
tentang tax evasion. penelitian kausal adalah hubungan yang
Menurut Izza (2008), adanya bersifat sebab akibat, variabel bebas
perlakuan tax evasion dipengaruhi oleh merupakan variabel yang mempengaruhi
berbagai hal seperti tarif pajak terlalu tinggi. dan variabel terikat merupakan variabel
Menurut teori Planned Behavior, perceived yang dipengaruhi (Sugiyono, 2010). Jenis
behavioralcontrol menjelaskan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data kuantitatif. Untuk sumber data
e-Journal S1 AK Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017)

diperoleh dari data primer berupa data deviasi 1,792. Standar deviasi lebih kecil
kuesioner yang diukur menggunakan skala dari skor rata-rata menunjukkan bahwa
likert. Populasi dalam penelitian ini adalah penerapan e-faktur sebaran skornya
Pengusaha Kena Pajak yang wajib SPT semakin dekat dari skor rata-ratanya, yang
Tahunan Badanyang terdaftar di KPP mengindikasikan respon terhadap
Pratama Singaraja sebanyak 178 wajib penerapan e-faktur tidak bervariasi.
pajak badan. Metode pemilihan sampel Variabel tax knowledge memiliki skor
menggunakan insidental sampling. minimum 15 dan skor maksimum 20. Skor
Insidental sampling adalah teknik rata-rata 17,000 dengan standar deviasi
pengambilan sampel berdasarkan 1,403. Standar deviasi lebih kecil dari skor
kebetulan, yaitu siapa saja yang secara rata-rata menunjukkan bahwa tax
kebetulan bertemu dengan peneliti dapat knowledge sebaran skornya semakin dekat
digunakan sebagai sampel apabila orang dari skor rata-ratanya, yang
yang secara kebetulan ditemui tersebut mengindikasikan respon terhadap tax
cocok sebagai sumber data. Adapun sampel knowledgetidak bervariasi.
yang digunakan pada penelitian ini Variabel compliance costmemiliki
sebanyak 64 wajib pajak badan. Data skor minimum 20 dan skor maksimum 25.
penelitian ini dikumpulkan dengan Skor rata-rata 22,859 dengan standar
menggunakan kuesioner yang kemudian deviasi 1,825. Standar deviasi lebih kecil
diolah dengan uji analisis regresi linear dari skor rata-rata menunjukkan bahwa
berganda dengan bantuan SPSS versi 25for compliance cost sebaran skornya semakin
windows. dekat dari skor rata-ratanya, yang
mengindikasikan respon terhadap
HASIL DAN PEMBAHASAN compliance cost tidak bervariasi.
Hasil Variabel persepsi etis pengusaha
Berdasarkan hasil uji statistik kena pajak tentang tax evasion memiliki skor
deskriptif, variabel intensitas tax audit minimum 30 dan skor maksimum 40. Skor
memiliki skor minimum 13 dan skor rata-rata 36,203 dengan standar deviasi
maksimum 20. Skor rata-rata 17,219 dengan 3,310. Standar deviasi lebih kecil dari skor
standar deviasi 1,750.Standar deviasi lebih rata-rata menunjukkan bahwa persepsi etis
kecil dari skor rata-rata menunjukkan bahwa pengusaha kena pajak tentang tax evasion
intensitas tax audit sebaran skornya sebaran skornya semakin dekat dari skor
semakin dekat dari skor rata-ratanya, yang rata-ratanya, yang mengindikasikan respon
mengindikasikan respon terhadap intensitas terhadap persepsi etis pengusaha kena
tax audit tidak bervariasi. pajak tentang tax evasion tidak bervariasi.
Variabel penerapan e-fakturmemiliki Hasil uji statistik deskriptif pada
skor minimum 17 dan skor maksimum 25. penelitian ini disajikan pada tabel 1 berikut:
Skor rata-rata 21,109 dengan standar

Tabel 1. Hasil Uji Statistik Deskriptif


e-Journal S1 AK Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017)

Variabel N Minimum Maksimum Rata-rata Standar Deviasi


X1 64 13 20 17,219 1,750
X2 64 17 25 21,109 1,792
X3 64 15 20 17,000 1,403
X4 64 20 25 22,859 1,825
Y 64 30 40 36,203 3,310
Sumber: Data Diolah, 2018

Selain uji statistik deskriptif juga valid.Berdasarkan hasil uji yang dilakukan
dilakukan uji kualitas data. Uji kualitas data diperoleh nilai Sig. (2-tailed) korelasi untuk
yang pertama adalah uji validitas. Uji semua item lebih kecil dari 0,05 sehingga
validitas digunakan untuk mengukur valid dapat disimpulkan semua item pernyataan
tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dinyatakan valid.
dikatakan valid jika pernyataan pada Uji kualitas data yang selanjutnya
kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu dilakukan adalah uji reliabilitas. Suatu
yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. kuesioner dapat dikatakan reliabelapabila
Pengujian validitas dilakukan dengan jawaban seseorang terhadap pertanyaan/
melakukan korelasi bivariate antara masing- pernyataan adalah konsisten atau stabil dari
masing skor indikator dengan total skor waktu ke waktu. Suatu instrument dapat
konstruk. Apabila korelasi antar masing- dikatakan reliabel apabila mempunyai nilai
masing indikator terhadap total skor kontruk Cronbach’s Alpha lebih besar dari 0,70.
menunjukkan hasil yang signifikan, yaitu Hasil uji reliabilitas pada penelitian ini
bernilai < 0,05 maka indikator dinyatakan disajikan pada tabel 2 berikut.

Tabel 2. Hasil Uji Reliabilitas

Koefisien
Variabel Keterangan
Alpha Cronbach
Intensitas tax audit 0,746 Reliabel
Penerapan e-faktur 0,799 Reliabel
Tax knowledge 0,713 Reliabel
Compliance cost 0,792 Reliabel
Persepsi etis pengusaha kena pajak 0,920 Reliabel
tentang tax evasion

Sumber: Data Diolah, 2018

Berdasarkan data pada tabel 2 uji normalitas. Uji normalitas bertujuan untuk
reliabilitas dapat dilihatbahwa semua menguji apakah dalam model regresi,
variabel menunjukkan nilai Cronbach’s variabel pengganggu memiliki distribusi
Alpha lebih besar dari 0,70, sehingga dapat normal. Uji normalitas menggunakan uji
disimpulkan bahwa instrumen reliabel. Kolmogorov-Smirnov dengan signifikansi
Setelah uji kualitas data terpenuhi 0,05. Hasil uji normalitas pada penelitian ini
dilanjutkan dengan uji asumsi klasik. Uji disajikan dalam tabel 3 berikut:
asumsi klasik yang pertama adalah uji
e-Journal S1 AK Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017)

Tabel 3.Hasil Uji Normalitas

Unstandardized
Residual
N 64
Normal Parametersa,,b Mean 0,0000000
Std. Deviation 1,95205053
Most Extreme Absolute 0,072
Differences Positive 0,072
Negative -0,058
Kolmogorov-Smirnov Z 0,072
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,200
Sumber: Data Diolah, 2018

Berdasarkan hasil uji normalitas model regresi ditemukan adanya korelasi


yang ditunjukkan pada tabel 3 dapat dilihat yang kuat antar variabel bebas. Apabila nilai
bahwa nilai Kolmogorov Smirnov sebesar Variance Inflation Faktor (VIF) tidak lebih
0,072 dengan signifikansi sebesar 0,200 dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang dari
yang berarti nilai residual terdistribusi secara 0,10 maka model dapat dikatakan terbebas
normal. Uji asumsi klasik yang kedua yaitu dari multilkoliniaritas. Hasil uji
uji multikolinearitas. Uji multikolinearitas multikolinearitas disajikan pada tabel 4
bertujuan untuk menguji apakah dalam berikut:

Tabel 4.Hasil Uji Multikolinearitas

Collinearity Statistics
Model Keterangan
Tolerance VIF
X1 0,705 1,418 Tidak adamultikolinieritas
X2 0,605 1,653 Tidak adamultikolinieritas
X3 0,664 1,506 Tidak adamultikolinieritas
X4 0,682 1,466 Tidak adamultikolinieritas
Sumber: Data Diolah, 2018

Berdasarkan hasil uji Untuk mendeteksi ada tidaknya


multikolinearitas yang ditunjukkan pada heteroskedastisitas, dalam penelitian ini
tabel 4, hasil perhitungan Tolerance menggunakan Uji Glejser. Apabila
menunjukkan bahwa nilai VIF dari masing- probabilitas signifikan masing-masing
masing variabel bebas lebih kecil dari 10 dan variabel independen > 0,05, maka dapat
nilai tolerance lebih besar dari 0,10, disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak dalam model regresi. Hasil uji
terjadi multikolinearitas. heteroskedastisitas pada penelitian ini
Uji asumsi klasik yang selanjutnya disajikan dalam tabel 5 berikut:
akan dilakukan uji heteroskedastisitas.
e-Journal S1 AK Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017)

Tabel 5.Hasil Uji Heteroskedastisitas

Standardized
Unstandardized Coefficients
Model Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 5,940 4,048 1,468 0,148
X1 0,052 0,098 0,081 0,535 0,594
X2 -0,074 0,103 -0,117 -0,716 0,477
X3 -0,089 0,126 -0,111 -0,708 0,482
X4 -0,096 0,095 -0,155 -1,004 0,319
a. Dependent Variable: ABS

Sumber: Data Diolah, 2018

Berdasarkan data pada tabel 5 dapat variabel atau lebih. Variabel dependen pada
diketahui bahwa nilai signifikansi antara penelitian ini adalah persepsi etis
variabel bebas dengan absolut residual pengusaha kena pajak tentang tax evasion,
(ABS) lebih besar dari 0,05. Variabel sedangkan variabel independen yaitu:
intensitas tax audit mempunyai nilai sig. intensitas tax audit, penerapan e-faktur, tax
sebesar 0,594. Variabel penerapan e-faktur knowledge, dan compliance cost.
mempunyai nilai sig. sebesar 0,477. Uji hipotesis yang pertama dilakukan
Variabel tax knowledge mempunyai nilai sig. adalah uji koefisien determinasi. Koefisien
sebesar 0,482. Variabel compliance cost determinasi mengukur seberapa jauh
mempunyai nilai sig. sebesar 0,319. Jadi, kemampuan model dalam menjelaskan
dapat disimpulkan bahwa model regresi variasi variabel dependen. Apabila nilaiR2
tidak terdapat adanya heteroskedastisitas. semakin mendekati 1, maka semakin besar
Setelah uji asumsi klasik terpenuhi variasi dalam independen variabel, ini berarti
selanjutnya dilakukan uji hipotesis. Hipotesis semakin tepat garis regresi tersebut untuk
pada penelitian ini diuji dengan mewakili hasil observasi yang sebenarnya.
menggunakan model regresi berganda. Hasil uji koefisien determinasi pada
Model regresi berganda digunakan untuk penelitian ini disajikan dalam tabel 6 berikut:
memecahkan rumusan masalah yang ada,
yaitu untuk melihat pengaruh diantara dua

Tabel 6. Uji Koefisien Determinasi

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate
a
1 0,808 0,652 0,629 2,017
Sumber: Data Diolah, 2018

Berdasarkan data pada tabel 6 dapat tax evasion dipengaruhi oleh variabel
diketahui bahwa hasil perhitungan koefisien intensitas tax audit, penerapan e-faktur, tax
determinasi sebesar 0,629. Hal ini knowledge, dan compliance cost,
menunjukkan bahwa 62,9% variabel sedangkan 37,1% dipengaruhi oleh faktor
persepsi etis pengusaha kena pajak tentang lain.
e-Journal S1 AK Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017)

Selanjutnya dilakukan uji statistik t independen tidak berpengaruh


yang menunjukkan seberapa besar terhadap variabel dependen.
pengaruh satu variabel independen secara 2. Apabila nilai signifikansi < 0,05, maka
individu dalam menjelaskan variansi variabel Hipotesis diterima yang artinya variabel
dependen. Penetapan untuk mengetahui independen berpengaruh terhadap
hipotesis diterima atau ditolak pada variabel dependen.
penelitian ini yaitu dengan melihat nilai Hasil uji statistik t pada penelitian ini
signifikansi dengan kriteria sebagai berikut: disajikan pada tabel 7 berikut:
1. Apabila nilai signifikansi > 0,05, maka
Hipotesis ditolak yang artinya variabel

Tabel 7. Hasil Uji Statistik t

Standardized
Unstandardized Coefficients
Model Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 49,325 7,161 6,887 0,000
X1 -0,528 0,173 -0,279 -3,055 0,003
X2 -0,422 0,182 -0,229 -2,316 0,024
X3 -0,529 0,222 -0,224 -2,379 0,021
X4 0,607 0,169 0,335 3,599 0,001
a. Dependent Variable: Y
Sumber: Data Diolah, 2018

Berdasarkan data pada tabel 7 maka lebih kecil dari 0,05 sehingga H0 ditolak dan
dapat diketahui hasil pengujian hipotesis H3 diterima. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
pertama menunjukkan bahwa intensitas tax tax knowledge berpengaruh negatif
audit memiliki nilai signifikansi 0,003, signifikan terhadap persepsi etis pengusaha
dimana nilai tersebut lebih kecil dari 0,05 kena pajak tentang tax evasion.
sehingga H0 ditolak dan H1diterima. Jadi, Hasil pengujian hipotesis keempat
dapat disimpulkan bahwa intensitas tax audit menunjukkan bahwa compliance cost
berpengaruh negatif signifikan terhadap memiliki nilai signifikansi 0,001, dimana nilai
persepsi etis pengusaha kena pajak tentang tersebut lebih kecil dari 0,05sehingga H0
tax evasion. ditolak dan H4 diterima. Jadi, dapat
Hasil pengujian hipotesis kedua disimpulkan bahwa compliance cost
menunjukkan bahwa penerapan e- berpengaruh positif signifikan terhadap
fakturmemiliki nilai signifikansi 0,024, persepsi etis pengusaha kena pajak tentang
dimana nilai tersebut lebih kecil dari tax evasion.
0,05sehingga H0 ditolak dan H2 diterima.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa penerapan Pembahasan Hasil Penelitian
e-faktur berpengaruh negatif signifikan Pengaruh Intensitas Tax Audit Terhadap
terhadap persepsi etis pengusaha kena Persepsi Etis Pengusaha Kena Pajak
pajak tentang tax evasion. Tentang Tax Evasion
Hasil pengujian hipotesis H1
Hasil pengujian hipotesis ketiga
mengenai pengaruh intensitas tax audit
menunjukkan bahwa tax knowledgememiliki
terhadap persepsi etis pengusaha kena
nilai signifikansi 0,021, dimana nilai tersebut
pajak tentang tax evasion menunjukkan nilai
e-Journal S1 AK Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017)

koefisien regresi -0,528 dengan nilai terhadap persepsi etis pengusaha kena
signifikansi0,003. Oleh karena itu, hipotesis pajak tentang tax evasion menunjukkan nilai
H1 dalam penelitian ini diterima. Hal ini koefisien regresi -0,422 dengan nilai
menunjukkan bahwa intensitas tax signifikansi0,024. Oleh karena itu, hipotesis
auditberpengaruh negatif dan signifikan H2 dalam penelitian ini diterima. Hal ini
terhadap persepsi etis pengusaha kena menunjukkan bahwa penerapan e-
pajak tentang tax evasion. fakturberpengaruh negatif dan signifikan
Menurut Mardiasmo (2011), terhadap persepsi etis pengusaha kena
pemeriksaan pajak adalah serangkaian pajak tentang tax evasion.
kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, Menurut Mardiasmo (2011), faktur
mengolah data dan atau keterangan lainnya pajak adalah bukti pemungutan pajak yang
untuk menguji kepatuhan pemenuhan dibuat oleh pengusaha kena pajak yang
kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain melakukan penyerahan barang kena pajak
dalam rangka melaksanakan ketentuan atau jasa kena pajak atau bukti pemungutan
peraturan perundang-undangan perpajakan. pajak karena impor barang kena pajak yang
Adanya hubungan antara intensitas dilakukan oleh Direktorat Jenderal Bea dan
pemeriksaan pajak dengan penggelapan Cukai. Penerapan elektonik faktur (e-faktur)
pajak adalah bahwa ketika pemeriksaan digunakan untuk menjamin kemudahan dan
pajak dilakukan secara intensif ataupun hak Pengusaha Kena Pajak dalam
dalam suatu periode yang teratur, maka menjalankan aktivitas bisnisnya. Pengusaha
penggelapan pajak akan semakin kecil. Kena Pajak dengan adanya aplikasi ini, tidak
Penggelapan pajak banyak dilakukan oleh perlu datang ke Kantor Pelayanan Pajak,
wajib pajak karena kurangnya pengawasan Pengusaha Kena Pajak dapat mengakses
yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal ID dan Password yang bisa dibuka melalui
Pajak, maka dari itu perlu adanya intensitas online.
pemeriksaan pajak yang lebih intensif. Jadi, Hasil penelitian ini konsisten dengan
semakin tinggi tingkat intensitas hasil penelitian yang dilakukan oleh Puspita
pemeriksaan pajak yang dilakukan oleh (2016)yang menyatakan bahwa secara
Direktorat Jenderal Pajak, maka akan parsial modernisasi elektonik faktur (e-nofa)
semakin rendah tingkat penggelapan pajak berpengaruh positif signifikan terhadap
yang dilakukan. kepatuhan Pengusaha Kena Pajak. Hasil
Hasil penelitian ini konsisten dengan yang berbeda ditemukan oleh Amelia (2016)
hasil penelitian yang dilakukan oleh bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan
Hasibuan (2014), yang menyatakan bahwa antara penerapan e-faktur terhadap tingkat
secara parsial intensitas pemeriksaan pajak kepatuhan wajib pajak.
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
etika penggelapan pajak. Hasil yang Pengaruh Tax Knowledge Terhadap
berbeda ditemukan oleh Astuti (2015) Persepsi Etis Pengusaha Kena Pajak
bahwa pemeriksaan pajak tidak Tentang Tax Evasion
Hasil pengujian hipotesis H3
berpengaruh signifikan terhadap
mengenai pengaruh tax knowledge terhadap
penggelapan pajak (tax evasion).
persepsi etis pengusaha kena pajak tentang
Pengaruh Penerapan e-faktur Terhadap tax evasion menunjukkan nilai koefisien
Persepsi Etis Pengusaha Kena Pajak regresi -0,529 dengan nilai signifikansi0,021.
Tentang Tax Evasion Oleh karena itu, hipotesis H3 dalam
Hasil pengujian hipotesis H2 penelitian ini diterima. Hal ini menunjukkan
mengenai pengaruh penerapan e-faktur bahwa tax knowledgeberpengaruh negatif
e-Journal S1 AK Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017)

dan signifikan terhadap persepsi etis seseorang (Ajzen, 2002). Apabila teori
pengusaha kena pajak tentang tax evasion. Planned Behavior dikaitkan dengan faktor
Adanya perlakuan tax evasion biaya kepatuhan, maka seorang individu
dipengaruhi oleh berbagai hal seperti kurang yang menanggung biaya kepatuhan yang
informasinya fiskus kepada Wajib Pajak besar dan memberatkan akan cenderung
tentang hak dan kewajibannya dalam melakukan penggelapan pajak. Sebaliknya,
membayar pajak. Senada dengan itu, apabila biaya kepatuhan yang ditanggung
Hidayat (2013) menyatakan bahwa untuk tidak terlalu memberatkan, maka individu
meningkatkan pengetahuan wajib pajak akan cenderung menghindari penggelapan
maka harus dilakukan sosialisasi secara pajak.
luas, yang diharapkan dapat dijangkau oleh Hasil penelitian ini konsisten dengan
seluruh wajib pajak, sehingga wajib pajak hasil penelitian yang dilakukan oleh
tahu hak dan kewajibannya. Direktorat Kurniawati dan Toly (2014), yang
Jenderal Pajak membutuhkan wajib pajak menyatakan bahwa secara parsial biaya
untuk taat pajak, bukan wajib pajak yang kepatuhan berpengaruh positif dan
butuh membayar pajak. Pengetahuan wajib signifikan terhadap persepsi penggelapan
pajak yang baik, akan meminimalisir pajak. Hasil yang berbeda ditemukan oleh
terjadinya penggelapan pajak. Ardyaksa (2014) bahwa tarif pajak tidak
Hasil penelitian ini konsisten dengan berpengaruh terhadap penggelapan pajak.
hasil penelitian yang dilakukan oleh
Hasibuan (2014), yang menyatakan bahwa SIMPULAN DAN SARAN
secara parsial pengetahuan wajib pajak Simpulan
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Berdasarkan hasil uji dan
etika penggelapan pajak (tax evasion). Hasil pembahasan dapat ditarik simpulan, yaitu:
yang berbeda ditemukan oleh Wicaksono (1) intensitas tax audit berpengaruh negatif
(2014) bahwa pemahaman pajak tidak dan signifikan terhadap persepsi etis
berpengaruh signifikan terhadap persepsi pengusaha kena pajak tentang tax evasion,
penggelapan pajak. yang ditunjukkan dengan koefisien regresi
yang negatif -0,528 dengan nilai sig.uji t
Pengaruh Compliance Cost Terhadap 0,003 lebih kecil dari α =0,05, (2) penerapan
Persepsi Etis Pengusaha Kena Pajak e-faktur berpengaruh negatif dan signifikan
Tentang Tax Evasion
terhadap persepsi etis pengusaha kena
Hasil pengujian hipotesis H4
pajak tentang tax evasion, yang ditunjukkan
mengenai pengaruh compliance cost
dengan koefisien regresi yang negatif -0,422
terhadap persepsi etis pengusaha kena
dengan nilai sig.uji t 0,024 lebih kecil dari α
pajak tentang tax evasion menunjukkan nilai
=0,05, (3) tax knowledge berpengaruh
koefisien regresi 0,607 dengan nilai
negatif dan signifikan terhadap persepsi etis
signifikansi 0,001. Oleh karena itu, hipotesis
pengusaha kena pajak tentang tax evasion,
H4 dalam penelitian ini diterima. Hal ini
yang ditunjukkan dengan koefisien regresi
menunjukkan bahwa compliance cost
yang negatif -0,529 dengan nilai sig.uji t
berpengaruh positif dan signifikan terhadap
0,021 lebih kecil dari α =0,05, dan (4)
persepsi etis pengusaha kena pajak tentang
compliance cost berpengaruh positif dan
tax evasion.
signifikan terhadap persepsi etis pengusaha
Menurut teori Planned Behavior,
kena pajak tentang tax evasion, yang
perceived behavioralcontrol menjelaskan
ditunjukkan dengan koefisien regresi yang
bahwa keberadaan hal-hal tertentu dapat
positif 0,607 dengan nilai sig.uji t 0,001 lebih
mendukung atau menghambat perilaku
kecil dari α =0,05.
e-Journal S1 AK Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017)

Saran Ajzen, I. 2002. Perceived Behavioral


Berdasarkan hasil penelitian dan Control, Self Efficacy, Locus of
simpulan di atas, adapun saran yang dapat Control, and The Theory of Planned
diberikan pada penelitian ini, yaitu: Behavior. Journal of Applied Social
pertama,bagi Manajemen KPP Pratama
Psychology, Vol. 32, No. 4, Hal: 665-
Singaraja diharapkan meningkatkan
intensitas tax audit dengan cara melakukan 683.
pemeriksaan pajak secara berkala dan
intensif untuk meminimalisir persepsi etis Amelia, Rika. 2016. Pengaruh Penerapan e-
pengusaha kena pajak tentang tax evasion, Faktur dan e-SPT PPN Terhadap
sehingga akan memperoleh penerimaan Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak
pajak yang optimal. Selain itu, juga (Studi Kasus pada KPP Madya
diharapkan memperhatikan penerapan e- Medan). Skripsi.Universitas
faktur dengan meningkatkan kemudahan
Sumatera Utara.
dan keamanan sistem serta efisiensi e-
faktur. Diharapkan juga meningkatkan
Ardyaksa, Theo Kusuma. 2014. Pengaruh
pengetahuan perpajakan melalui sosialisasi
terkait self assesment system. Sesuai hasil Keadilan, Tarif Pajak, Ketepatan
penelitian dinyatakan bahwa semakin Pengalokasian, Kecurangan,
tingggi compliance cost maka persepsi etis Teknologi dan Informasi Perpajakan
pengusaha kena pajak tentang tax evasion Terhadap Tax Evasion. Accounting
semakin tinggi, sehingga diharapkan Analysis Journal, Vol. 3, No. 4, Hal:
manajemen KPP Pratama Singaraja
121-132.
mengurangi compliance cost dengan cara
menurunkan direct money cost, time cost
Astuti, Yeyen. 2015. Pengaruh Etika Uang
dan psychic cost agar persepsi etis
pengusaha kena pajak tentang tax evasion (Money Ethics), Pemeriksaan Pajak,
semakin rendah. Self Assessment System,
Kedua, bagi peneliti selanjutnya yang Diskriminasi, Teknologi dan
tertarik untuk mengkaji aspekyang Informasi Terhadap Penggelapan
serupa,yaitu pengaruh intensitas tax audit, Pajak (Tax Evasion) (Studi Empiris
penerapan e-faktur, tax knowledge, dan pada Wajib Pajak Orang Pribadi di
compliance cost terhadap persepsi etis KPP Grogol Petamburan). Skripsi.
pengusaha kena pajak tentang tax evasion Universitas Mercu Buana.
diharapkan untuk mengembangkan
penelitian ini dengan menggunakan populasi Hasibuan, Raya Puspita Sari. 2014. Faktor-
dan sampel yang lebih luas agar hasil faktor yang Mempengaruhi Persepsi
penelitian lebih teruji keandalannya. Wajib Pajak Mengenai Etika
Disamping itu, diharapkan untuk menguji Penggelapan Pajak (Tax Evasion)
variabel lain yang diduga kuat dapat (Studi Empiris di KPP Pratama
mempengaruhi persepsi etis pengusaha Medan-Polonia). Skripsi. Universitas
kena pajak tentang tax evasion, seperti etika Sumatera Utara.
uang (money ethics), self assessment
system, diskriminasi, teknologi dan Hidayat, Nur. 2013. Pemeriksaan Pajak.
informasi. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Kurniawati, Meilianadan Agus Arianto Toly.


2014. Analisis Keadilan Pajak, Biaya
Kepatuhan, dan Tarif Pajak
DAFTAR PUSTAKA
Terhadap Persepsi Wajib Pajak
Mengenai Penggelapan Pajak di
e-Journal S1 AK Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017)

Surabaya Barat. Tax & Accounting Penggelapan Pajak (Studi Empiris


Review, Vol.4,No.2, Hal: 1-12. pada Wajib Pajak Orang Pribadi
Terdaftar di KPP Pratama
Mardiasmo. 2011. Perpajakan (Edisi Revisi). Purworejo). Skripsi. Universitas
Yogyakarta: Andi. Diponegoro Semarang.

McGee, Robert W. 2006. Three Views on the


Ethics of Tax Evasion. Journal of
Business Ethics, Vol. 67, No. 1, Hal:
15-35.

Pardiat. 2008. Pemeriksaan Pajak. Jakarta:


Mitra Wacana Media.

Puspita, Anggia Rizki. 2016. Pengaruh


Penerapan Modernisasi Elektronik
Nomor Faktur (E-Nofa) Terhadap
Kepatuhan Pengusaha Kena Pajak
(PKP) pada Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Majalaya Bandung. Skripsi.
Universitas Pasundan.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian


Kuantitatif, Kualitatif, dan RND.
Bandung: CV. Alfabeta.

Wicaksono Muhammad Ary. 2014.


Pengaruh Persepsi Sistem
Perpajakan, Keadilan Pajak,
Diskriminasi Pajak dan Pemahaman
Perpajakan Terhadap Perilaku

Anda mungkin juga menyukai