Anda di halaman 1dari 15

Jurnal Riset Akuntansi dan Perpajakan JRAP Vol. 3, No.

2, Desember 2016, hal 161-175


ISSN 2339 - 1545

Pengaruh Sosialisasi, Sanksi, dan Kepercayaan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam
Membayar Pajak Pph Pasal 21

Meiliyah Ariani1, Defrianto2, Zulhawati3

Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) Jakarta, Indonesia


1.2

3
Universitas Teknologi Yogyakarta, Yogykarta, Indonesia, Jalan Ringroad Utara, Daerah Istimewa Yogyakarta

INFO ARTIKEL A B S T R A C T
JEL Classification:
This study aims to determine the effect of Socialization Taxes, Penalties
H26
Tax, and Trust Officers Against Taxes on Individual Taxpayer Compliance in Tax
H83
Paying Income Tax Article 21 (Empirical Study KPP Pratama Jakarta Kebayoran
Lama). Data were obtained from the questionnaire (primary). analysis of the data
Keywords:
model used in this research is multiple regression analysis. Sampling was done
Socialization Taxes,
by accidental sampling method (Convenience Sampling). Based on the results of
Penalties Tax,
data analysis using SPSS 23 shows that the t-test results prove the hypothesis that
Trust Officers Against Taxes,
socialization tax and penalties tax have no effect, while the effect on the confidence
Taxes Pay Individual
of taxpayer compliance in paying taxes Income Tax Article 21 on KPP Pratama
Compliance.
Jakarta Kebayoran Lama. F-test results prove the hypothesis that socialization
tax, penalties tax, and the trust officers against taxes has a positive influence on
tax compliance in paying taxes Income Tax Article 21 on KPP Pratama Jakarta
Kebayoran Lama.

A B S T R A K

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Sosialisasi Pajak,


Sanksi Pajak, dan Kepercayaan terhadap Aparat Pajak dalam Kepatuhan Individu
Wajib Pajak Membayar Pajak PPh pasal 21 (Studi Empiris KPP Pratama Jakarta
Kebayoran Lama). Data penelitian diperoleh dari kuesioner (primer). analisis
model data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi
berganda. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode accidental sampling
(Convenience Sampling). Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan
SPSS 23 menunjukkan bahwa hasil hipotesis t-test membuktikan bahwa sosialisasi
pajak dan sanksi pajak tidak berpengaruh, sedangkan kepercayaan terhadap
aparat pajak berpengaruh pada kepatuhan dari wajib pajak dalam membayar
pajak PPh pasal 21 di KPP Pratama Jakarta Kebayoran Lama. Hasil hipotesis
f-test membuktikan bahwa sosialisasi pajak, sanksi pajak, dan kepercayaan
terhadap aparat pajak memiliki pengaruh positif pada kepatuhan wajib pajak dalam
membayar pajak PPh pasal 21 di KPP Pratama Jakarta Kebayoran Lama.

1. Pendahuluan
Pajak memegang peranan yang penting rakyat melalui pembangunan dan peningkatan
sebagai sumber andalan utama penerimaan negara sarana publik. Pajak berfungsi sebagai alat untuk
dalam APBN selain minyak dan gas bumi, yang mengumpulkan dana (budgetair) yang akan
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan digunakan untuk membiayai berbagai macam

*Email Korespondensi: 1meiliyah_ariani@dsn.moestopo, 2depriswa@gmail.com, 3zulhawaty@uty.ac.id

Magister Akuntansi Universitas Pancasila


161
Meiliyah, defrianto, zulhawati: Pengaruh Sosialisasi, Sanksi....

pengeluaran pemerintah. Selama 5 tahun terakhir, yang terjadi, kewenangan yang diberikan tidak
penerimaan perpajakan rata-rata hampir sekitar sepenuhnya dijalankan oleh wajib pajak
70% dari total pendapatan negara. Penerimaan orang pribadi untuk memenuhi kewajiban
perpajakan membutuhkan sistem pengelolaan perpajakannya, justru membuat wajib
serta peningkatan pengawasan dan pelayanan pajak tersebut menjadi lebih mudah untuk
yang semakin prima sehingga penerimaan menyelewengkan kewajiban perpajakannya.
perpajakan dapat dioptimalkan. Pencapaian persentase rasio kepatuhan
Realisasi penerimaan pajak tahun penyampaian SPT Tahunan PPh dalam 5 tahun
2014 mencapai Rp 984.903,21 miliar. Dari terakhir selalu berada di bawah target yang
target penerimaan pajak yang ditetapkan sesuai ditetapkan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
APBN-P 2014 sebesar Rp 1.072.376,37 miliar, pada tabel.2
realisasi penerimaan pajak mencapai 91,84%. Berdasarkan data tersebut diketahui
Jika dibandingkan dengan periode yang sama di bahwa dengan kata lain dari dua orang wajib
tahun 2013, realisasi penerimaan pajak di tahun pajak yang wajib menyampaikan SPT tahunan
2014 ini mengalami pertumbuhan yang cukup hanya 1 orang yang menyampaikan SPT Tahunan.
baik di sektor tertentu, namun juga mengalami Tentu saja kondisi ini tidak menguntungkan bagi
penurunan pertumbuhan di sektor PBB -7,22% pemerintah. Kondisi rendahnya kepatuhan wajib
dan PPh Migas -1,47%. Kondisi tersebut diatas pajak tersebut tentu saja berakibat kepada sulit
mengakibatkan beban tugas yang di emban oleh tercapainya target penerimaan pajak (www.
aparat perpajakan akan semakin berat. Realisasi pajak.go.id). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
penerimaan pajak untuk tahun 2014 dapat dilihat indikasi motivasi wajib pajak orang pribadi yang
pada tabel.1 rendah untuk membayar pajak. Pembahasan
Setelah reformasi perpajakan Official- mengenai hal ini penting dilakukan untuk terus
assessment system sudah tidak berlaku lagi dan meningkatkan kepatuhan wajib pajak.
diberlakukan self-assessment system. Fakta

Tabel 1. Realisasi Penerimaan Pajak s/d 31 Desember 2014 (Miliar Rupiah)


Realisasi s.d 31 Des
Jenis Pajak APBN-P 2014 Δ(%)
2013 2014
PPh Non Migas 485.976,87 417.656,59 458.692,28 9,83
PPN & PPnBM 475.587,18 384.628,91 408.995,74 6,34
PBB 21.742,91 25.302,49 23.475,71 -7,22
Pajak Lainnya 5.179,61 4.933,63 6.293,13 27,56
Total Non PPh Migas 988.486,57 832.521,62 897.456,86 7,8
PPh Migas 83.889,80 88.747,47 87.446,35 -1,47
Total termasuk PPh
1.072.376,37 921.269,09 984.903,21 6,91
Migas
Sumber: Laporan Kinerja Kementrian Keuangan 2014

Tabel 2. Rasio Kepatuhan Penyampaian SPT PPh Tahun 2010-2014


(Satuan Ribu)
Uraian 2010 2011 2012 2013 2014
WP Terdaftar 15.911 19.112 22.564 24.886 26.918
WP Wajib SPT 14.101 17.694 17.659 17.731 18.357
SPT Tahunan PPh 8.202 9.332 9.482 10.781 10.851
Rasio Kepatuhan 58,16% 52,74% 53,70% 60,80% 58,73%
Target Rasio 62,50% 62,50% 62,50% 65,00% 70,00%
Sumber: Laporan Kinerja Kementrian Keuangan 2014.

Magister Akuntansi Universitas Pancasila


162
Jurnal Riset Akuntansi dan Perpajakan JRAP Vol. 3, No. 2, Desember 2016, hal 161-175
ISSN 2339 - 1545

Beberapa faktor-faktor seperti sosialisasi b. Menghitung pajak terutang,


pajak, sanksi pajak, dan kepercayaan terhadap c. Membayar pajak terutang sesuai dengan
aparat pajak memiliki kemungkinan berpengaruh jumlahnya,
terhadap wajib pajak dalam membayar pajak PPh d. Mengisi SPT secara lengkap
pasal 21.
Menurut UU No. 16 Tahun 2000 tentang
Penelitian ini bertujuan untuk menguji
ketentuan umum perpajakan menyatakan wajib
dan memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh
pajak yang patuh dilihat dari kepatuhan dalam
sosialisasi, sanksi, dan kepercayaan secara partial
mendaftarkan diri, kepatuhan dalam perhitungan
maupun secara simultan terhadap kepatuhan
dan pembayaran pajak terutang dan tidak pernah
wajib pajak dalam membayar pajak PPh pasal
dijatuhi hukuman karena melakukan tindakan
21. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberi
pidana. Maka konteks kepatuhan dalam penelitian
informasi yang dibutuh dan bermanfaat bagi
ini mengandung arti bahwa wajib pajak berusaha
akademisi maupun pemerintah berkaitan dengan
untuk mematuhi peraturan hukum perpajakan yang
faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan
berlaku terutama kewajiban membayar pajak.
wajib pajak dalam membayar pajak PPh pasal
Kepatuhan memenuhi kewajiban perpajakan
21.
secara sukarela (voluntary of compliance)
merupakan tulang punggung dari self assessment
2. Telaah Teori Dan Pengembangan Hipotesis
system, dimana wajib pajak bertanggung jawab
menetapkan sendiri kewajiban perpajakan
Kepatuhan Wajib Pajak
kemudian secara akurat dan tepat waktu dalam
Dalam kamus besar bahasa Indonesia,
membayar dan melaporkan pajaknya.
kepatuhan berarti sifat patuh atau taat.
Wajib pajak mengenal istilah Surat
Rutiyaningsih (2011) menyatakan kepatuhan
Setoran Pajak (SSP) dalam membayar pajaknya.
membayar pajak diartikan sebagai suatu keadaan
SSP adalah bukti pembayaran atau penyetoran
yang mana wajib pajak patuh dan mempunyai
pajak yang telah dilakukan dengan menggunakan
kesadaran dalam memenuhi kewajiban
formulir atau telah dilakukan dengan cara lain
perpajakan. Kepatuhan wajib pajak terbagi
ke kas negara melalui tempat pembayaran
menjadi dua macam indikator (Lingga, 2013),
yang ditunjuk oleh menteri keuangan (Utami,
yaitu:
2016). Bentuk ketaatan wajib pajak adalah
1. Kepatuhan formal
membayar pajak dengan menyampaikan Surat
Wajib pajak yang memiliki kepatuhan
Pemberitahuan (SPT). Menurut Ketentuan
formal berarti:
Umum dan Tata Cara Perpajakan (Direktorat
a. Wajib pajak tersebut sudah memahami
Jenderal Pajak, 2014) menyebutkan bahwa Surat
semua ketentuan perpajakan,
Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh
b. Wajib pajak melaksanakan ketentuan
Wajib Pajak (WP) digunakan untuk melaporkan
perpajakan sesuai dengan undang-undang
penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek
perpajakannya.
pajak dan/atau bukan objek pajak dan/atau harta
2. Kepatuhan materiaWajib pajak yang
dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan
memiliki kepatuhan material berarti sudah
perundang-undangan perpajakan. Terdapat dua
dapat mengisi SPT dengan baik dan benar
macam Surat Pemberitahuan (SPT) yaitu:
serta menyampaikannya tepat waktu.
a. SPT Masa adalah Surat Pemberitahuan untuk
Sama halnya menurut Devano dan Rahayu
suatu Masa Pajak.
(2006) kepatuhan perpajakan adalah suatu
b. SPT Tahunan adalah Surat Pemberitahuan
iklim kepatuhan dan kesadaran pemenuhan
untuk suatu Tahun Pajak atau Bagian Tahun
kewajiban perpajakan, adapun indikatornya
Pajak.
yaitu:
a. Melaporkan SPT tepat waktu,

Magister Akuntansi Universitas Pancasila


163
Meiliyah, defrianto, zulhawati: Pengaruh Sosialisasi, Sanksi....

Sosialisasi Pajak dan Sanksi Pajak Awasi Penggunaannya; Orang Bijak Taat
Sosialisasi adalah suatu proses dimana Pajak; Pajak Menyatukan Hati, Bangga Bayar
orang-orang mempelajari sistem nilai, norma dan Pajak; Pajak Milik Bersama.
pola perilaku yang diharapkan oleh kelompok c. Cara penyampaian
sebagai bentuk transformasi dari orang tersebut Penyampaian informasi perpajakan sebaiknya
sebagai orang luar menjadi organisasi yang dilakukan dengan cara kontak langsung
efektif (Basamalah, 2004). Sehingga sosialisasi kepada masyarakat misalnya melalui seminar,
perpajakan dapat diartikan sebagai suatu upaya diskusi, dan sejenisnya. Dalam penyampaian
dari Direktoral Jenderal Pajak untuk memberikan informasi tersebut sebaiknya menggunakan
pengertian, informasi, dan pembinaan kepada bahasa yang sesederhana mungkin dan bukan
masyarakat pada umumnya dan wajib pajak bersifat teknis, sehingga informasi tersebut
pada khususnya mengenai segala sesuatu yang dapat diterima dengan baik.
berhubungan dengan perpajakan. d. Kualitas sumber informasi
Sosialisasi perpajakan merupakan Informasi tentang pajak dirasa masih sangat
upaya dari pihak Direktorat Jendral Pajak yang kurang oleh masyarakat. Sumber informasi
merupakan salah satu institusi di Kementerian yang dinilai informatif dan dibutuhkan
Keuangan untuk memberikan pengertian, seperti: call center, penyuluhan, internet,
informasi dan pembinaan kepada masyarakat aparat pajak, radio, televisi, dan koran.
pada umumnya dan wajib pajak pada khususnya e. Materi sosialisasi
mengenai segala sesuatu yang berhubungan Materi sosialisasi yang disampaikan lebih
dengan perpajakan dan perundang undangan ditekankan pada manfaat pajak, manfaat
(Saraswati, 2012). Kegiatan penyuluhan dan NPWP dan pelayanan perpajakan di masing-
pelayanan pajak memegang peranan penting masing unit, serta disampaikan dengan jelas
dalam upaya memasyarakatkan pajak dalam agar mudah dimengerti.
upaya kehidupan berbangsa dan bernegara. f. Kegiatan penyuluhan
Proses pemungutan pajak ini tidak mudah tanpa Dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan,
kesadaran dari masyarakat akan arti pentingnya yang penting diperhatikan adalah metode
pajak bagi pembiayaan negara khususnya pem- yang digunakan adalah metode diskusi,
bangunan sarana publik. Maka dari itu, melalui media yang dipergunakan adalah proyektor,
Surat Edaran Direktur Jendral Pajak Nomor SE- materi yang disampaikan adalah pengisian
22/PJ./2007 tentang Penyeragaman Sosialisasi SPT dan pengetahuan perpajakan, penyuluh/
Perpajakan Bagi Masyarakat menyatakan bahwa pembicara harus sudah menguasai materi.
indikator sosialisasi perpajakan terdiri dari:
a. Media Informasi Program-program yang telah dilakukan
Sumber informasi tentang pajak banyak berkaitan dengan kegiatan sosialisasi pajak
bersumber dari media massa. Berdasarkan (www.pajak.go.id), antara lain:
hal tersebut, maka sebaiknya media informasi 1. Mengadakan penyuluhan-penyuluhan tentang
lebih banyak digunakan dalam sosialisasi perpajakan,
perpajakan, seperti: televisi, koran, spanduk, 2. Mengadakan seminar-seminar di berbagai
flyers (poster dan brosur), billboard, dan profesi serta pelatihan-pelatihan baik untuk
radio. pemerintahan maupun swasta,
b. Slogan 3. Memasang spanduk yang bertemakan pajak,
Slogan yang digunakan hendaknya tidak 4. Memasang iklan layanan masyarakat di
boleh menakut nakuti atau bersifat intimidasi, berbagai stasiun televisi,.
tetapi lebih bersifat ajakan. Slogan sebaiknya 5. Mengadakan acara tax goes to campus yang
lebih ditekankan kepada kata manfaat pajak diisikan dengan berbagai acara yang menarik
yang diperoleh, seperti: Lunasi Pajaknya mulai dari debat pajak sampai dengan seminar

Magister Akuntansi Universitas Pancasila


164
Jurnal Riset Akuntansi dan Perpajakan JRAP Vol. 3, No. 2, Desember 2016, hal 161-175
ISSN 2339 - 1545

pajak dimana acara tersebut bertujuan untuk yaitu selambat-lambatnya 14 (empat) belas
menimbulkan pemahaman tentang pajak ke hari setelah bulan takwim berakhir khusus
mahasiswa yang dinilai sangat kritis. untuk pemungutan Pajak Penghasilan
Dengan terlaksananya sosialisasi perpajakan (PPh) Pasal 22 atau paling lambat dua
yang berkualitas, efektif dan efisien diharapkan puluh hari setelah akhir Masa Pajak khusus
dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak untuk pemungutan PPh Pasal 4 ayat (2),
dalam menjalankan kewajibannya. PPh Pasal 21 dan PPh Pasal 23; dan
Kata sanksi dalam Kamus Bahasa apabila Surat Pemberitahuan Tahunan
Indonesia berarti tanggungan (tindakan, PPh tidak disampaikan sesuai dengan
hukuman, dan sebagainya) untuk memaksa batas waktu yang ditentukan, dikenakan
orang menepati perjanjian atau menaati denda untuk WP Orang Pribadi denda
ketentuan undang-undang. Dalam konteks sebesar Rp. 100.000,- .
hukum, sanksi berarti hukuman. Sanksi adalah b. Bunga, sebesar :
suatu tindakan berupa hukuman yang diberikan 1. Sebesar 2% sebulan untuk selama-
kepada orang yang melanggar peraturan. Sanksi lamanya 24 bulan atas jumlah pajak
diperlukan agar peraturan dan undang- undang yang terutang tidak atau kurang dibayar
tidak dilanggar. dalam hal:
Menurut Mardiasmo (2011) sanksi a. WP membetulkan sendiri SPT
perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan yang mengakibatkan utang
peraturan perundang-undangan perpajakan pajak menjadi lebih besar sebelum
(norma perpajakan) akan dituruti/ditaati/dipatuhi, dilakukannya pemeriksaan;
atau bisa dengan kata lain sanksi perpajakan b. PPh dalam tahun berjalan tidak atau
merupakan alat pencegah (preventif) agar wajib kurang dibayar dan/atau dari hasil
pajak tidak melanggar norma perpajakan. Dalam penelitian SPT terdapat kekurangan
undang-undang perpajakan terdapat dua jenis pembayaran pajak sebagai akibat
sanksi, berupa sanksi pidana dan administrasi. salah tulis dan/atau salah hitung;
Ancaman terhadap pelanggaran suatu norma c. Terdapat kekurangan pajak yang
perpajakan ada yang diancam dengan sanksi terutang dalam Surat Ketetapan
administrasi saja, ada yang diancam dengan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)
sanksi pidana saja, dan ada pula yang diancam berdasarkan hasil pemeriksaan atau
dengan sanksi administrasi dan sanksi pidana. keterangan lain;
a. Sanksi administrasi merupakan pembayaran d. Penghitungan sementara pajak
kerugian negara, khususnya yang berupa yang terutang kurang dari jumlah
denda, bunga, dan kenaikan. pembayaran pajak yang sebenarnya
b. Sanksi pidana ialah sanksi berupa siksaan atau terutang akibat diberikan ijin
penderitaan, merupakan suatu alat terakhir penundaan penyampaian SPT
atau benteng hukum yang digunakan fiskus Tahunan.
agar norma perpajakan dipatuhi. 2. Sebesar 2% sebulan dari pajak yang kurang
Perbedaan sanksi administrasi dan dibayar dalam hal Bendahara diperbolehkan
sanksi pidana menurut undang-undang per- mengangsur atau menunda pembayaran
pajakan adalah : pajak.
1. Sanksi Administrasi 3. Sebesar 48% dari jumlah pajak yang tidak
Macam-macam sanksi administrasi antara atau kurang dibayar, dalam hal WP setelah
lain adalah : jangka waktu sepuluh tahun dipidana karena
a. Denda, sebesar Rp. 100.000,- apabila melakukan tindak pidana di bidang perpajakan
Surat Pemberitahuan (SPT) Masa tidak berdasarkan putusan Pengadilan yang telah
disampaikan sesuai dengan batas waktu memperoleh kekuatan hukum tetap.

Magister Akuntansi Universitas Pancasila


165
Meiliyah, defrianto, zulhawati: Pengaruh Sosialisasi, Sanksi....

4. Sebesar 2% sebulan dihitung dari jatuh satu tahun dan denda setinggi-tingginya 2
tempo pembayaran sampai dengan tanggal kali jumlah pajak yang terutang/tidak atau
pembayaran dan bagian dari bulan dihitung kurang dibayar (Pasal 38);
penuh satu bulan, apabila pembayaran atau b. WP dengan sengaja tidak menyampaikan
penyetoran yang terutang untuk suatu saat SPT Tahunan atau menyampaikan
atau masa dilakukan setelah jatuh tempo tetapi isinya tidak benar atau tidak
pembayaran atau penyetoran. lengkap/ sehingga dapat menimbulkan
c. Kenaikan, sebesar : kerugian pendapatan Negara. Diancam
50% dari PPh yang tidak atau kurang dibayar pidana penjara selama-lamanya 6 (enam)
dalam satu tahun pajak akibat SPT tidak tahun dan denda setinggi-tingginya 4
disampaikan dalam jangka waktu yang kali jumlah pajak yang terutang yang tidak
telah ditentukan dan setelah ditegur secara atau kurang dibayar (pasal 39);
tertulis tidak disampaikan pada waktunya c. WP melakukan percobaan untuk
sebagaimana ditentukan dalam Surat menyampaikan SPT Tahunan dan atau
Teguran. keterangan yang isinya tidak benar atau
1. Sebesar 100% dari jumlah PPh yang tidak tidak lengkap dalam rangka mengajukan
atau kurang dipotong, tidak atau kurang restitusi atau melakukan kompensasi
dipungut, tidak atau kurang disetorkan, pajak dipidana dengan pidana penjara
dan dipotong atau dipungut tetapi tidak selama-lamanya 6 (enam) tahun dan denda
atau kurang disetorkan. setinggi- tingginya 4 kali jumlah restitusi
2. Sebesar 100% dari jumlah kekurangan yang dimohon/atau kompensasi yang
pajak yang terutang dalam Surat Ketetapan dilakukan oleh WP.
Pajak Kurang Bayar Tambahan dalam hal d. WP bukan PKP tetapi menerbitkan faktur
ditemukan data baru dan/atau data yang pajak. WP tertentu yang dikecualikan dari
semula belum terungkap dari WP yang sanksi administrasi berupa denda karena
menyebabkan penambahan jumlah pajak tidak menyampaikan surat pemberitahuan
yang terutang. tepat waktu adalah WP Non Efektif
3. Sanksi administrasi berupa denda 150% (Pasal 7 ayat (2) KMK Nomor: 537/
dari pajak yang kurang dibayar, dikenakan KMK:04/2000).
terhadap WP yang atas kemauannya sendiri Wajib pajak akan memenuhi pembayaran
membetulkan SPT setelah dilakukan pajak bila memandang sanksi perpajakan akan
pemeriksaan tetapi belum dilakukan lebih banyak merugikannya (Jatmiko, 2006).
penyidikan;
Kepercayaan Terhadap Aparat Pajak
4. Sanksi administrasi berupa kenaikan
Kepercayaan adalah ekspektasi yang
sebesar 200% dari pajak yang kurang
dipegang oleh individu bahwa ucapan seseorang
dibayar, dikenakan terhadap WP yang
dapat diandalkan. Kelompok terpercaya perlu
karena kealpaannya tidak menyampaikan
memiliki integritas tinggi dan dapat dipercaya, yang
SPT atau menyampaikan SPT tetapi isinya
diasosiasikan, dengan kualitas yaitu: konsisten,
tidak benar atau tidak lengkap dan dapat
kompeten, jujur, adil, bertanggungjawab, suka
merugikan negara.
membantu dan baik (Yulianto dan Waluyo, 2004).
Sanksi pidana dapat diterapkan dalam hal :
Aparat pajak merupakan pegawai pemerintah
a. WP karena kealpaannya tidak me-
yang diberi kewenangan untuk melaksanakan
nyampaikan SPT Tahunan atau
tugas pemungutan pajak (Sulistyowati, 2012).
menyampaikan tetapi isinya tidak benar
Kepercayaan terhadap Aparat Pajak didefinisikan
atau tidak lengkap, sehingga dapat
sebagai suatu ekspektasi wajib pajak terhadap
menimbulkan kerugian pendapatan negara
ucapan dan tindakan aparat pajak yang dapat
diancam pidana kurungan selama-lamanya

Magister Akuntansi Universitas Pancasila


166
Jurnal Riset Akuntansi dan Perpajakan JRAP Vol. 3, No. 2, Desember 2016, hal 161-175
ISSN 2339 - 1545

diandalkan dalam melayani, membantu, (menguntungkan diri sendiri) serta aparat


mengurus, atau menyiapkan segala keperluan pajak yang patuh dan setia terhadap undang-
yang dibutuhkan wajib pajak. undang perpajakan.
Menurut Robbins (2006) kepercayaan e. Keterbukaan
adalah ekspektasi atau pengharapan positif Wajib pajak akan memiliki kepercayaan
bahwa orang lain tidak akan bertindak apabila aparat pajak memiliki transparansi
oportunistik, baik melalui kata-kata, tindakan, dalam aliran masuk dari berbagai sumber
ataupun keputusan. Istilah oportunistik mengacu penerimaan pajak serta pengelolaan dan
pada risiko dan kerawanan bawaan di dalam pendistribusian dana pajak.
hubungan berbasis kepercayaan. Pada dasarnya Kepercayaan terhadap aparat pajak tidak
kepercayaan memberikan peluang untuk kecewa lepas dari kualitas aparat pajak dan pelayanannya
atau dimanfaatkan orang lain. Menurut Robbins sebagai upaya pemenuhan kebutuhan wajib pajak
(2006) terdapat lima dimensi kunci (indikator) dalam rangka pelaksanaan ketentuan perundang-
yang melandasi konsep kepercayaan, yaitu: undangan. Tujuan pelayanan untuk menjaga
a. Integritas kepuasan wajib pajak yang diharapkan dapat
Integritas merujuk pada kejujuran dan meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Kepatuhan
keadaan yang sebenarnya. Dalam dimensi wajib pajak dalam memenuhi kewajiban
ini, integritas aparat pajak tercermin dalam membayar pajak tergantung pada bagaimana
kejujuran, tanggung jawab dan kesesuaian citra aparat pajak dimata wajib pajak dan mutu
setiap tindakan dengan kode etik pegawai pelayanan yang terbaik aparat pajak kepada
pajak yang berlaku. wajib pajak (Jatmiko, 2006).
b. Kompetensi Berkaitan dengan kepercayaan terhadap
Kompetensi merupakan pengetahuan, keahlian aparat pajak, Maxwell (menurut Potter 1998
teknis dan kecerdasan interpesonal (kecerdasan dalam supriyono 2001) mengungkapkan perlunya
sosial dalam menjalin hubungan yang baik aparat pajak yang memiliki beberapa kriteria
dan menangani permasalahan). Kompetensi sebagai berikut :
aparat pajak diukur dari pengetahuan maupun a. Tepat dan relavan, artinya pelayanan harus
keterampilan teknis yang dimiliki oleh aparat mampu melebihi preferensi, harapan dan
pajak dalam upayanya untuk melayani setiap kebutuhan individu dan masyarakat.
kepentingan wajib pajak. b. Tersedia dan terjangkau, artinya pelayanan
c. Konsistensi harus dapat dijangkau oleh setiap orang atau
Konsistensi berkaitan dengan dapat dipercaya, kelompok orang yang mendapat prioritas.
dapat diramalkan, dan pandangan yang baik c. Dapat menjamin rasa keadilan, artinya terbuka
dalam menangani sesuatu. Konsistensi aparat dalam memberikan perlakuan terhadap
pajak dapat dilihat dari kesesuaian dalam individu atau sekelompok orang dalam
berjanji terkait manfaat pajak dengan realita keadaan yang sama.
yang ada di masyarakat dan konsisten dalam d. Dapat diterima, artinya pelayanan memberikan
menangani permasalahan dan keluhan yang kualitas apabila dilihat dari teknis/cara, kualitas,
dialami oleh wajib pajak. kemudahan, kenyamanan, menyenangkan,
d. Loyalitas dapat diandalkan, tepat waktu, cepat, responsif
Loyalitas merujuk kepada kepatuhan dan dan manusiawi.
kesetiaan. Kepercayaan masyaratkan bahwa e. Ekonomis dan efisien, artinya dari sudut
individu akan bergantung pada seseorang pandang pengguna pelayanan dapat dijangkau
yang tidak bersifat oportunistik. Dalam hal melalui tarif dan pajak oleh semua lapisan.
ini, wajib pajak cenderung akan memiliki f. Efektif, artinya menguntungkan bagi pengguna
kepercayaan dan bertindak positif kepada dan semua lapisan masyarakat.
aparat pajak yang tidak bertindak oportunistik Meskipun aparat pajak diberi hak

Magister Akuntansi Universitas Pancasila


167
Meiliyah, defrianto, zulhawati: Pengaruh Sosialisasi, Sanksi....

atau kewenangan untuk bertanggung jawab Perceived Behavior Control (persepsi


dalam keberhasilan pemungutan pajak, tetapi tentang control perilaku) merupakan persepsi
kewenangan setiap aparat pajak tersebut tetap individu mengenai kemudahan atau kesulitan
dibatasi sesuai dengan jenjang jabatan pada untuk melakukan suatu perilaku. Perceived
instansi yang bersangkutan agar tidak terjadi Behavioral Control ditentukan oleh kombinasi
penyalahgunaan kewenangan oleh aparat pajak antara beliefs individu mengenai faktor
yang dapat merugikan wajib pajak. Oleh karena pendukung dan penghambat untuk melakukan
itu seorang aparat pajak dalam menjalankan suatu perilaku (Control Beliefs).
tugasnya harus ada penugasan resmi yang Teori ini menjelaskan perilaku wajib
diberikan oleh pejabat yang berwenang. Dengan pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.
demikian apabila aparat pajak akan melakukan Sebelum melakukan sesuatu, seseorang akan
pemungutan terhadap wajib pajak atau instansi memiliki keyakinan mengenai hasil yang akan
yang terkait harus dilengkapi dengan surat tugas diperoleh dari perilakunya tersebut. Kemudian ia
dan tanda pengenal diri yang sah (Utami, 2016). akan memutuskan bahwa akan melakukannya atau
Aparat pajak yang baik, ramah, adil, dan tidak. Seseorang yang taat pajak akan mengetahui
tegas terhadap wajib pajak adalah dasar yang pentingnya membayar pajak, karena ia memiliki
harus dimiliki aparat pajak dalam mendapatkan keyakinan terhadap hasil yang diperoleh dari
kepercayaan wajib pajak sehingga diharapkan membayar pajak yang salah satunya untuk
dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak membantu menyelenggarakan pembangunan
dalam menjalankan kewajibannya. negara (Attitude Toward the Behavior).
Pada saat akan melakukan sesuatu se-
Planned Behavior Theory
seorang akan memiliki persepsi tentang tekanan
Planned Behavior Theory atau yang lebih
sosial untuk melakukan atau tidak melakukan
dikenal sebagai Theory of Planned Behavior
suatu perilaku (Subjective Norm). Hal tersebut
menyatakan bahwa perilaku yang ditimbulkan
dapat dikaitkan dengan kepercayaan terutama
oleh individu muncul karena adanya niat untuk
terhadap aparat pajak, dimana dengan adanya
berperilaku (Ajzen, 2006). Munculnya niat
citra yang baik dari aparat pajak dan sosialisasi
tersebut dikarenakan oleh tiga faktor, yaitu:
perpajakan yang berkualitas memberikan
a. Attitude Toward the Behavior.
dorongan kepada wajib pajak sehingga wajib
Attitude Toward the Behavior (sikap terhadap
pajak tersebut memiliki persepsi yang baik
suatu perilaku) merupakan derajat penilaian
sehingga memilih perilaku taat pajak.
positif atau negatif individu terhadap suatu
Sanksi pajak dibuat untuk mendukung
perilaku. Attitude Toward the Behavior
agar wajib pajak mematuhi peraturan perpajakan.
ditentukan oleh kombinasi antara beliefs
Kepatuhan wajib pajak akan ditentukan
individu mengenai konsekuensi positif
berdasarkan persepsi wajib pajak tentang seberapa
atau negatif dari melakukan suatu perilaku
kuat sanksi pajak mampu mendukung perilaku
(Behavioral Beliefs).
wajib pajak tersebut untuk taat pajak (Perceived
b. Subjective Norm.
Behavior Control).
Subjective Norm (norma subyektif tentang
Attitude Toward the Behavior, Subjective
suatu perilaku) merupakan persepsi individu
Norm, Perceived Behavior Control sebagai
tentang tekanan sosial untuk melakukan atau
tiga faktor yang menentukan seseorang untuk
tidak melakukan suatu perilaku. Subjective
berperilaku. Setelah terdapat tiga faktor tersebut,
Norm ditentukan oleh kombinasi antara beliefs
maka seseorang akan memasuki tahap intention,
individu tentang harapan normatif orang
kemudian tahap terakhir adalah behavior. Tahap
lain dan motivasi untuk memenuhi harapan
intention merupakan tahap dimana seseorang
tersebut (Normative Beliefs).
memiliki maksud atau niat untuk berperilaku,
c. Perceived Behavioral Control.
sedangkan behavior adalah tahap seseorang

Magister Akuntansi Universitas Pancasila


168
Jurnal Riset Akuntansi dan Perpajakan JRAP Vol. 3, No. 2, Desember 2016, hal 161-175
ISSN 2339 - 1545

berperilaku (Ajzen, 2006). Tahap intention data kuesioner. Sumber data yang digunakan
terkait dengan motivasi atau keinginan yang adalah data subyek, yaitu data yang berupa opini,
timbul dari dalam diri wajib pajak dan tahap sikap, pengalaman atas karakteristik seseorang/
behavior adalah tahap dimana wajib pajak kelompok yang menjadi subyek penelitian
kemudian merealisasikan keinginan tersebut (responden). Sedangkan data dalam penelitian
yang dalam hal ini yaitu memenuhi kewajiban ini adalah data primer, yaitu data yang diperoleh
perpajakannya. Oleh karena itu, sosialisasi, langsung dari sumber asli.
sanksi, dan kepercayaan dapat menjadi faktor Populasi dalam penelitian ini adalah
yang memotivasi wajib pajak dalam membayar berjumlah 159.162 yaitu wajib pajak aktif yang
pajak. membayar pajak PPh pasal 21 dan terdaftar
di KPP Pratama Jakarta Kebayoran Lama.
3. Metode Sedangkan jumlah atau ukuran sampel yang akan
digunakan dalam penelitian ini ditentukan dengan
Model dan desain dalam penelitian ini
menggunakan rumus Slovin, dengan e2 = 10%
adalah untuk memperoleh data tentang variabel-
yaitu berjumlah 99,94 responden, tetapi untuk
variabel yang mempengaruhi kepatuhan wajib
memudahkan dalam penelitian, maka jumlah
pajak dalam membayar pajak PPh pasal 21. Jenis
sampel yang ditetapkan sebanyak 100 respoden
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
(pembulatan).
adalah penelitian eksperimen, yaitu penelitian
yang menggunakan treatment berupa skenario

Gambar I. Kerangka Pemikiran Sosialisasi, Sanksi, dan Kepercayaan


terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam Membayar Pajak PPh Pasal 21

Magister Akuntansi Universitas Pancasila


169
Meiliyah, defrianto, zulhawati: Pengaruh Sosialisasi, Sanksi....

Teknik pengambilan sampel yang pencegah (preventif) agar wajib pajak tidak
digunakan dalam penelitian ini adalah melanggar norma perpajakan. Sanksi pajak
nonprobability sampling dengan teknik dapat diukur dengan indikator:
pengambilan sampel secara Accidental Sampling a) Sanksi administrasi, merupakan
(Convenience Sampling). Sugiono (2012) pembayaran kerugian negara, khususnya
Accidental Sampling (Convenience Sampling) yang berupa denda, bunga, dan
adalah tehnik penentuan sampel berdasarkan kenaikan.
kebetulan, yaitu siapa saja yang secara b) Sanksi pidana, merupakan sanksi berupa
kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti siksaan atau penderitaan, merupakan
dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang suatu alat terakhir atau benteng hukum
orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai yang digunakan fiskus agar norma
sumber data, yang dalam hal ini kriteria utamanya perpajakan dipatuhi.
adalah wajib pajak orang pribadi yang membayar 3) Variabel Kepercayaan. Kepercayaan
pajak penghasilan dan terdaftar di KPP Pratama terhadap Aparat Pajak ialah ekspektasi wajib
Jakarta Kebayoran Lama.. pajak terhadap ucapan dan tindakan aparat
Untuk melakukan pengujian hipotesis pajak yang dapat diandalkan dalam melayani,
yang diajukan, variabel yang diteliti perlu membantu, mengurus, atau menyiapkan
diukur. Dalam penelitian ini, variabel – variabel segala keperluan yang dibutuhkan wajib
penelitian terdiri dari variable eksogen dan pajak (Sulistyowati, 2012). Menurut Robbins
variabel endogen. Variabel eksogen adalah (2006). Indikator kepercayaan terhadap
“source variabel” atau “independent variabel” aparat pajak terdiri :
yang tidak diprediksi oleh variabel lain dalam a) Integritas,
model, sedangkan variabel endogen adalah b) Kompetensi,
variabel yang diprediksi oleh variabel lain. c) Konsistensi,
Sosialisasi Pajak d) Loyalitas,
1) Variabel Sosialisasi . Sosialisasi perpajakan e) Keterbukaan.
merupakan upaya Direktorat Jendral 4) Variabel Kepatuhan. Menurut Lingga (2013),
Pajak memberikan pengertian, informasi Devano dan Rahayu (2006) indikator dari
dan pembinaan kepada masyarakat pada kepatuhan perpajakan,yaitu:
umumnya dan wajib pajak pada khususnya a) Kepatuhan formal, dimana:
mengenai segala sesuatu yang berhubungan b) Wajib pajak sudah memahami semua
dengan perpajakan dan perundang undangan ketentuan perpajakan,
(Saraswati, 2012). Surat Edaran Direktur c) Melaksanakannya sesuai dengan undang-
Jendral Pajak Nomor SE-22/PJ./2007 tentang undang perpajakan.
Penyeragaman Sosialisasi Perpajakan Bagi d) Kepatuhan material, yaitu kepatuhan
Masyarakat. Indikator sosialisasi perpajakan kewajiban perpajakannya dalam:
dalam penelitian ini terdiri dari: e) Melaporkan SPT tepat waktu,
a) Media informasi, f) Menghitung pajak terutang,
b) Slogan, g) Membayar pajak terutang sesuai dengan
c) Cara penyampaian, jumlahnya,
d) Kualitas sumber informasi, h) Mengisi SPT secara lengkap.
e) Kegiatan penyuluhan.
Data Penelitian yang akan dianalisis meng-
2) Variabel Sanksi. Menurut Mardiasmo (2011)
gunakan alat analisis SPSS versi 23 yang terdiri
sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa
dari: statistik deskriptif, uji kualitas data yaitu uji
ketentuan peraturan perundang-undangan
reliabilitas dan uji validitas, uji asumsi klasik, uji
perpajakan akan dipatuhi, atau bisa dengan
koefisien determinasi dan uji hipotesis dengan
kata lain sanksi perpajakan merupakan alat

Magister Akuntansi Universitas Pancasila


170
Jurnal Riset Akuntansi dan Perpajakan JRAP Vol. 3, No. 2, Desember 2016, hal 161-175
ISSN 2339 - 1545

persamaan regresi berganda (multiple regression) dapat dihitung df = 100-2 = 98, maka dari hasil
yaitu sebagai berikut: perhitungan tersebut dapat diketahui r- tabel =
Y = α + β 1X1+ β 2X2 + β 3X3 + e 0,1654 sehingga dapat disimpulkan bahwa semua
Y = 6,746 + 0,035 + 0,052 + 0,370 + e item pernyataan yang digunakan sebagai alat
ukur dalam penelitian ini adalah valid. Mengenai
Keterangan :
Y = Motivasi Wajib Pajak dalam statistik uji kualitas data penelitian dapat dilihat
X1 = Membayar Pajak PPh Pasal 21 tabel 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, dan 15 pada
Sosialisasi Pajak lampiran.
X2 = Sanksi Pajak Pengujian asumsi klasik yang dilakukan
X3 = Kepercayaan terhadap Aparat Pajak dalam penelitian ini adalah uji normalitas
Α = Konstanta dengan menggunakan analisis grafik (Normal
Β = Koefisien Regresi Probability Plot), histogram, dan uji kolmogorov
E = Error smirnov terhadap variabel dependen yang
seluruhnya terdistribusi secara normal karena
4. Hasil Penelitian dan Pembahasan
signifikansi melebihi 0,50. Uji multikolonieritas
Responden dalam penelitian ini berjumlah terhadap variabel independen nilai tolerance
100 yang terdiri dari laki-laki yaitu sebanyak menunjukkan tidak ada variabel independen
55 responden (55%), sedangkan perempuan yang memiliki tolerance kurang dari 0,10
sebanyak 45 responden (45%). Berdasarkan (VIF dibawah 10) sehingga dapat disimpulkan
lama memiliki NPWP, responden yang memiliki bahwa semua konsep-konsep variabel tidak
NPWP < 1 tahun sebanyak 30 responden (30%), mengandung multikolinieritas. Sedangkan dari
responden yang memiliki NPWP selama 1-5 hasil uji heterokedastisitas dengan uji spearman’s
tahun sebanyak 32 responden (32%), dan rho mengindikasikan nilai probabilitas
responden yang lama memiliki NPWP > 5 tahun signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 10%
sebanyak 38 responden (38%). Mengenai statistik atau nilai signifikansi korelasinya lebih besar
deskripsi variable penelitian dapat dilihat tabel 3 dari 0.10 , yang berarti dapat disimpulkan bahwa
dan 4 pada lampiran. model regresi yang digunakan tidak mengandung
Uji kualitas data meliputi uji reliabilitas heteroskedastisitas. Hasil uji heterokedasitas
dan uji validitas menggunakan SPSS Ver.23. dengan menggunakan analisis grafik Scatterplot
Uji reliabilitas dilakukan dengan uji Cronbach dapat diketahui bahwa tidak ada pola yang jelas,
Alpha dengan nilai Cronbach Alpha > 0,60 serta titik-titik menyebar secara acak serta
dan uji validitas dengan melihat Correlated tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0
item-Total Correlation r tabel product moment pada sumbu Y, maka dapat disimpulkan bahwa
dengan signifikansi 10%. Hasil uji reliabilitas tidak terjadi heterokedastisitas pada model
menggunakan Cronbach’s Alpha, semua alat ukur regresi, sehingga model regresi dinyatakan layak
variabel dependen dalam penelitian ini, yang untuk digunakan. Mengenai hasil penelitian uji
terdiri dari pelayanan aparat pajak, modernisasi asumsi klasik dapat dilihat tabel 14,15,16 dan
sistem administrasi perpajakan, dan sanksi pajak gambar 1,2, dan 3 pada lampiran.
serta variabel independen yaitu motivasi wajib Hasil dari uji koefisien determinasi dalam
pajak orang pribadi dalam membayar pajak penelitian ini diketahui bahwa nilai Adjusted R
penghasilan mempunyai nilai Cronbach’s Alpha Square dari hasil pengolahan data sebesar 62,1%
lebih besar dari 0,60. Hal tersebut menunjukkan atau (0,621). Hal ini menunjukkan variabel
bahwa alat ukur yang dipakai dalam penelitian independen dalam pengaruhnya terhadap
ini adalah reliabel atau handal. Hasil dari uji variabel dependen sebesar 6 2 , 1 % dan sisanya
validitas menunjukan bahwa semua nilai r hitung dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti
lebih besar dari nilai r table prodeuct moment yaitu 37,9% atau (0,379). Mengenai statistik uji
pada taraf signifikansi 10% dengan df = N-2, jadi koefisien determinasi dalam penelitian ini dapt

Magister Akuntansi Universitas Pancasila


171
Meiliyah, defrianto, zulhawati: Pengaruh Sosialisasi, Sanksi....

dilihat tabel 19 pada lampiran. PPh pasal 21. Hal ini disebabkan karena dengan
cara penyampaian secara lansung kepada wajib
Pengaruh Sosialisasi Pajak terhadap
pajak oleh aparat pajak serta dengan bahasa yang
Kepatuhan Wajib Pajak dalam Membayar
sesederhana mungkin sehingga informasi tersebut
Pajak
dapat diterima dengan baik. Dengan demikian ia
Hasil analisis membuktikan bahwa
dapat mempengaruhi wajib pajak agar termotivasi
sosialisasi pajak tidak berpengaruh terhadap
untuk patuh membayar pajaknya.
kepatuhan membayar pajak PPh pasal 21 pada
Hasil analisis pada variabel sosialisasi
KPP Pratama Jakarta Kebayoran Lama. Hal
pajak yang diukur dengan kualitas sumber
ini sejalan dengan faktor kegiatan penyuluhan
informasi dapat berpengaruh signifikan terhadap
kurang memiliki pengaruh yang signifikan
kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak
terhadap kepatuhan membayar pajak, meskipun
PPh pasal 21. Hal ini disebabkan karena sumber
faktor-faktor sosialisasi pajak yang diukur dengan
informasi seperti televisi, call center, internet,
media informasi, slogan, cara penyampaian,
aparat pajak, radio, dan koran bisa dipercaya
kualitas sumber informasi, dan materi sosialisasi
dan dipertanggung jawabkan serta bisa menjadi
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
sumber informasi yang informatif dan berkualitas.
kepatuhan wajib pajak dalam membayar
Dengan demikian ia dapat mempengaruhi wajib
pajak PPh pasal 21. Hal ini disebabkan karena
pajak agar termotivasi untuk patuh membayar
sebagian besar wajib pajak tidak mau untuk
pajaknya.
mengikuti penyuluhan tentang perpajakan yang
Hasil analisis pada variabel sosialisasi
dilakukan aparat pajak. Akibatnya para wajib
pajak yang diukur dengan materi sosialisasi dapat
pajak biasanya menghindar untuk mengikuti
berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan
penyuluhan. Akibatnya kegiatan penyuluhan
wajib pajak dalam membayar pajak PPh pasal
tidak terlaksana dengan efektif.
21. Hal ini disebabkan karena materi sosialisasi
Pada sub variabel lainnya yang diukur
yang disampaikan jelas dan mudah dimengerti
dengan media informasi berpengaruh signifikan
dan ditekankan terutama pada manfaat pajak,
terhadap kepatuhan membayar pajak, karena
manfaat NPWP dan pelayanan perpajakan.
wajib pajak menyadari media informasi
Dengan demikian dapat mempengaruhi wajib
akan mampu membantu wajib pajak dalam
pajak agar termotivasi untuk patuh membayar
memberikan informasi yang terkini dibidang
pajaknya. Maka secara garis besar mengenai
perpajakan. Dengan demikian wajib pajak yang
variabel sosialisasi pajak dapat disimpulkan
bersangkutan akan termotivasi untuk patuh
bahwa semakin tinggi sosialisasi pajak yang
membayar pajak.
dilakukan oleh aparat pajak KPP Pratama Jakarta
Hasil analisis pada variabel sosialisasi
Kebayoran Lama maka semakin meningkat
pajak yang diukur dengan slogan dapat
kepatuhan wajib pajak untuk membayar pajak
berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan
PPh pasal 21 pada KPP tersebut. Wajib pajak
wajib pajak dalam membayar pajak PPh pasal
akan melaporkan, menghitung dan membayarkan
21. Hal ini disebabkan karena dengan slogan
pajak jika memiliki pengetahuan yang baik
yang dipajang tidak menakut nakuti wajib
tentang perpajakan.
pajak dan menekankan kepada manfaat pajak
yang diperoleh. Dengan demikian ia dapat Pengaruh Sanksi Pajak terhadap Kepatuhan
mempengaruhi wajib pajak agar termotivasi Wajib Pajak dalam Membayar Pajak
untuk patuh membayar pajaknya. Hasil analisis dalam tabel 17 pada
Hasil analisis pada variabel sosialisasi lampiran membuktikan bahwa sanksi pajak
pajak yang diukur dengan cara penyampaian tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib
dapat berpengaruh signifikan terhadap pajak dalam membayar pajak PPh pasal 21 pada
kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak KPP Pratama Jakarta Kebayoran Lama, meskipun

Magister Akuntansi Universitas Pancasila


172
Jurnal Riset Akuntansi dan Perpajakan JRAP Vol. 3, No. 2, Desember 2016, hal 161-175
ISSN 2339 - 1545

faktor sanksi pajak yang diukur dengan sanksi sebagian besar wajib pajak menilai aparat pajak
pidana memberikan pengaruh yang signifikan kurang terbuka dalam aliran masuk dari berbagai
terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar sumber penerimaan pajak dan dalam pengelolaan
pajak. Hal ini disebabkan karena pemberian serta pendistribusian dana pajak. Hal itu jelas
sanksi administrasi yang masih dianggap ringan terlihat bahwa sub variabel keterbukaan kurang
oleh wajib pajak, sehingga wajib pajak cenderung membuat wajib pajak patuh.
mengabaikan sanksi administrasi tersebut. Hasil analisis pada variabel kepercayaan
Dengan demikian, wajib pajak tidak segan terhadap aparat pajak yang diukur dengan
apabila telat membayar bahkan tidak membayar integritas dapat berpengaruh signifikan terhadap
dan melaporkan pajak sama sekali. kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak
Selain itu variabel sanksi pajak yang PPh pasal 21. Hal ini disebabkan karena dengan
diukur dengan sanksi pidana berpengaruh positif aparat pajak yang jujur dan bertanggung jawab
dan signifikan terhadap motivasi wajib pajak serta bertindak sesuai kode etik yang berlaku
orang pribadi dalam membayar pajak. Hal ini dapat mempengaruhi wajib pajak agar termotivasi
disebabkan karena sanksi pidana merupakan untuk patuh membayar pajaknya.
hukuman yang sangat berat dalam perpajakan, Hasil analisis pada variabel kepercayaan
cenderung tidak dapat dinegoisasi dan memberi terhadap aparat pajak yang diukur dengan
efek jera bagi wajib pajak. Oleh karena itu wajib kompetensi dapat berpengaruh signifikan
pajak merasa takut akan sanksi pidana yang akan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar
diterimanya apabila ia melanggar ketentuan pajak PPh pasal 21. Hal ini disebabkan karena
perpajakan, maka dengan demikian wajib pajak aparat pajak memiliki kecerdasan interpesonal
orang pribadi tersebut akan taat dan termotivasi (kecerdasan sosial) dalam menjalani hubungan
untuk membayar pajak. yang baik dengan wajib pajak serta memiliki
Maka secara garis besar mengenai pengetahuan dan keterampilan teknis dalam
variabel sanksi perpajakan dapat disimpulkan melayani setiap kepentingan wajib pajak,
bahwa sanksi yang diberikan tidak akan sehingga dapat mempengaruhi wajib pajak agar
meningkatkan kepatuhan wajib pajak orang termotivasi untuk patuh membayar pajaknya.
pribadi dalam membayar pajak PPh pasal 21. Hasil analisis pada variabel kepercayaan
Hal ini disebabkan karena pemberian sanksi terhadap aparat pajak yang diukur dengan
yang masih dianggap ringan, sehingga wajib konsistensi dapat berpengaruh signifikan
pajak cenderung mengabaikan sanksi tersebut. terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar
Dengan demikian, wajib pajak tidak takut apabila pajak PPh pasal 21. Hal ini disebabkan karena
telat membayar bahkan tidak membayar dan aparat pajak mempunyai pandangan yang baik
melaporkan pajak sama sekali. dan konsisten dalam menangani permasalahan
wajib pajak sehingga dapat mempengaruhi wajib
Pengaruh Kepercayaan Terhadap Aparat pajak agar termotivasi untuk patuh membayar
Pajak dalam Kepatuhan Membayar Pajak pajaknya.
Hasil analisis dalam tabel 17 pada lampiran Hasil analisis pada variabel kepercayaan
membuktikan bahwa kepercayaan terhadap aparat terhadap aparat pajak yang diukur dengan
pajak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan loyalitas dapat berpengaruh signifikan terhadap
wajib pajak dalam membayar pajak PPhpasal kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak
21 pada KPP Pratama Jakarta Kebayoran Lama, PPh pasal 21. Hal ini disebabkan karena aparat
meskipun faktor-faktor kepercayaan terhadap pajak tidak bertindak menguntungkan diri sendiri
aparat pajak yang diukur dengan keterbukaan, dan patuh terhadap peraturan undang-undang
kurang memberikan pengaruh yang signifikan perpajakan sehingga dapat mempengaruhi wajib
terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak agar termotivasi untuk patuh membayar
pajak PPh pasal 21. Hal ini disebabkan karena pajaknya.

Magister Akuntansi Universitas Pancasila


173
Meiliyah, defrianto, zulhawati: Pengaruh Sosialisasi, Sanksi....

Maka secara garis besar mengenai variabel Sosialisasi Pajak yang diukur dengan
variabel kepercayaan terhadap aparat pajak dapat media informasi, slogan, cara penyampaian,
disimpulkan bahwa semakin tinggi kepercayaan kualitas sumber informasi, materi sosialisasi, dan
terhadap aparat pajak pada KPP Pratama Jakarta kegiatan penyuluhan tidak berpengaruh terhadap
Kebayoran Lama maka semakin meningkat kepatuhan membayar pajak PPh pasal 21 pada
kepatuhan wajib pajak untuk membayar pajak KPP Pratama Kebayoran Lama. Kedua. Secara
PPh pasal 21 pada KPP tersebut. Wajib pajak akan parsial membuktikan bahwa variabel sanksi
melaporkan, menghitung dan membayarkan pajak pajak yang diukur dengan sanksi administrasi
jika memiliki kepercayaan yang baik terhadap dan sanksi pidana tidak berpengaruh terhadap
aparat pajak. Penelitian ini sejalan dengan kepatuhan membayar pajak PPh pasal 21 pada
penelitian yang dilakukan oleh Putri (2013), pada KPP Pratama Kebayoran Lama. Ketiga. Secara
penelitian di KPP Pratama Batu, menemukan parsial membuktikan bahwa variabel kepercayaan
bahwa variabel kepercayaan terhadap aparat terhadap aparat pajak yang diukur dengan
pajak memiliki pengaruh positif dan signifikan integritas, kompetensi, konsistensi, loyalitas, dan
terhadap kepatuhan pemilik UMKM dalam keterbukaan berpengaruh positif dan signifikan
memiliki NPWP. terhadap kepatuhan membayar pajak PPh
Meskipun faktor-faktor kepatuhan wajib pasal 21 pada KPP Pratama Kebayoran Lama.
pajak dalam membayar pajak yang diukur dengan Keempat. Secara simultan membuktikan bahwa
kegiatan penyuluhan, sanksi administrasi, dan seluruh variabel independen yaitu Sosialisasi
keterbukaan kurang memberi pengaruh yang Pajak, Sanksi Pajak, dan Kepercayaan Terhadap
signifikan, namun ke sepuluh sub variabel lainnya Aparat Pajak berpengaruh positif dan signifikan
yang diukur dengan media informasi, slogan, terhadap kepatuhan membayar pajak PPh pasal
cara penyampaian, kualitas sumber informasi, 21 pada KPP Pratama Kebayoran Lama.
materi sosialisasi, sanksi pidana, integritas, Berdasarkan penelitian yang dilakukan
kompetensi, konsistensi, dan loyalitas secara ini ada beberapa saran yang mungkin berguna :
bersama-sama dapat mempengaruhi kepatuhan Pertama. bagi Instansi Pemerintahan yang dalam
wajib pajak dalam membayar pajak PPh pasal hal ini otoritas pajak, hendaknya memperhatikan
21 pada KPP Pratama Jakarta Kebayoran Lama faktor-faktor yang mempengaruhi wajib pajak
secara signifikan. dalam memenuhi kewajiban perpajakannya
Dengan demikian, untuk meningkatkan terutama mengenai faktor kepercayaan terhadap
kepatuhan wajib pajak yang membayar pajak aparat pajak, karena faktor tersebut berpengaruh
PPh pasal 21 dan terdaftar di KPP Pratama terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar
Jakarta Kebayoran Lama, para aparat pajak pajak terutama wajib pajak yang membayar pajak
harus meningkatkan kegiatan penyuluhan PPh pasal 21. Sehingga dengan diberikannya
yang diiberikan kepada wajib pajak tersebut, kepercayaan kepada para wajib pajak, dapat
meningkatkan sanksi perpajakan dengan membantu meningkatkan kepatuhan para wajib
menindak tegas para pelanggar ketentuan pajak, pajak tersebut. Kedua. Bagi wajib pajak, untuk
serta meningkatkan keterbukaan aliran masuk lebih meningkatkan kepatuhan dalam menjalankan
dan pendistribusian dana pajak. kewajiban pajak, yaitu membiasakan diri untuk
patuh dan taat akan kewajiban perpajakannya.
5. Simpulan, Keterbatasan, dan Implikasi Ketiga. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat
Hasil Penelitian menambahkan variabel independen lainnya
atau menambahkan variabel moderating untuk
Berdasarkan pada hasil penelitian yang mengetahui variabel-variabel lain yang dapat
telah diuraikan pada bagian sebelumnya, maka mempengaruhi variabel dependen. Penelitian
dapt diperoleh kesimpulan sebagai berikut : selanjutnya juga dapat mengembangkan atau
Pertama. Secara parsial membuktikan bahwa menambahkan daftar pernyataan yang ada dan

Magister Akuntansi Universitas Pancasila


174
Jurnal Riset Akuntansi dan Perpajakan JRAP Vol. 3, No. 2, Desember 2016, hal 161-175
ISSN 2339 - 1545

tidak hanya menggunakan data kuesioner, tetapi Diponegoro. Semarang.


dapat dilakukan wawancara terhadap responden . Surat Edaran Direktur Jenderal
agar validitas data yang lebih baik. Selain itu Pajak Nomor SE-22/PJ/2007 Tentang
dapat menambah jumlah sampel penelitian Penyeragaman Sosialisasi Perpajakan
serta memperluas wilayah sampel penelitian, bagi Masyarakat.
tidak hanya di KPP Pratama Jakarta Kebayoran Mardiasmo. Perpajakan. Edisi Revisi 2011. 2011.
Lama saja tetapi juga di KPP lainnya, sehingga Yogyakarta: Andi.
dapat diperoleh hasil penelitian dengan tingkat . Undang-Undang Ketentuan
generalisasi yang lebih tinggi. Umum dan Tata Cara Perpajakan tentang
Sanksi.
Daftar Rujukan Yulianto, Gatot dan Waluyo, Purwanto. 2004.
Pengaruh Keefektifan Komunikasi,
. 2014. Laporan Kinerja
Kualitas Tekhnikal, Kualitas Fungsional
Kementrian Keuangan (URL: www.kemenkeu.
dan Nilai Pelanggan pada Komitmen
go.id, diakses 1 Maret 2016).
Ketrhubungan pada Bandara Ahmad Yani
. 2014. Laporan Tahunan Semarang. Telaah Manajemen, Magister
Direktorat Jenderal Pajak (URL: www. STIE Stikubank Semarang, Vol. 1, Edisi
pajak.go.id, diakses 1 Maret 2016). 3, 2004.
Rutiyaningsih, Sri. 2011. Faktor-faktor yang Sulistyowati, Endah. 2012. Implementasi
Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak. Kurikulum Pendidikan Karakter.
Wydia Warta No. 2 Tahun XXXV, Juli Yogyakarta: Citra Adi Parama.
2011, Hal 44-54. Robbins, Stephen. 2006. Perilaku Organisasi.
Lingga, Salsalina Ita. 2013. Pengaruh Peneraan Edisi 10. Klaten: Indeks Gramedia.
e-SPT terhadap Kepatuhan Pajak. Jurnal Jatmiko, Agus. N. 2006. Pengaruh Sikap Wajib
Akuntansi, Vol. 5 No. 1, Mei 2013. Hal Pajak pada Pelaksanaan Sanksi Denda,
50-60. Pelayanan Fiskus dan Kesadaran
Devano, Sony dan Rahayu, Siti. 2006. Perpajakan: Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib
Konsep Teori dan Isu. Jakarta: Prenada Pajak. Tesis Universitas Diponegoro.
Media Group. Semarang.
. Undang-Undang Republik Supriyono, R.A. 2001. Akuntansi Manajemen.
Indonesia Nomor 16 Tahun 2000 Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE.
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Ajzen, I. 2006. Behavioral Interventions Based
Perpajakan. Jakarta: Berita Pajak. on the Theory of Planned Behavior.
Utami, Tyas Erasari. 2016. Pengaruh Pelayanan Milton Keynes: Open University Press.
Aparat Pajak, Modernisasi Sistem Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif
Administrasi Perpajakan, dan Sanksi Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Pajak terhadap Motivasi Wajib Pajak
Orang Pribadi dalam Membayar Pajak
Penghasilan. Skripsi Universitas Prof.
Dr. Moestopo (Beragama). Jakarta.
Anies. S, Basamalah. 2004. Perilaku Organisasi
Memahami dan Mengelolah Aspek
Humaniora dalam Organisasi. Edisi 3.
Depok: Usaha Kami.
Saraswati, Anggun Kurnia. 2012. Analisis Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan
Wajib Pajak Badan. Skripsi Universitas

Magister Akuntansi Universitas Pancasila


175

Anda mungkin juga menyukai