I. PENDAHULUAN
Pajak sangat berperan besar dalam penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) setiap tahun. Penerimaan dari sektor pajak merupakan tulang punggung penerimaan negara
yang dipergunakan untuk membiayai APBN (Kartikaputri, 2013).
Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas Negara yang terutang oleh orang pribadi dan Badan
yang berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan dan tidak mendapatkan timbal balik secara
(Kontrapretasi) langsung. Penerimaan pajak adalah salah satu sumber pendapatan Negara terbesar.
Penerimaan Pajak tersebut ditujukan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum oleh
pemerintah dan pembiayaan nasional untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat (Mardiasmo, 2016). Kewajiban untuk membayar pajak didasarkan pada UUD 1945
Amandemen III Pasal 23.
Sistem perpajakan di Indonesia menerapkan self assessment system yaitu sistem dimana Wajib
Pajak diberi kepercayaan untuk menghitung, membayar dan melaporkan sendiri pajak yang terutang
oleh Wajib Pajak, sedangkan petugas pajak sendiri bertugas untuk mengawasinya (Sari, 2013).
Keberhasilan dari sistem ini ditentukan oleh kepatuhan sukarela dari Wajib Pajak untuk memenuhi
kewajibaan perpajakannya serta pengawasan yang optimal dari aparat pajak sendiri. (Agustiningsih,
2016). Menurut Aini (2013) kepatuhan memenuhi kewajiban perpajakan secara sukarela merupakan
tulang punggung self assessment system, dimana Wajib Pajak bertanggung jawab menetapkan sendiri
kewajiban perpajakannya dan kemudian secara akurat dan tepat waktu membayar serta melaporkan
pajaknya tersebut.
Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa dari tahun 2016 – 2018 target yang ditetapkan
oleh pemrintah pusat tidak dapat terpenuhi/tidak dapat terealisasi 100%, tidak tercapainya target
pajak disebabkan oleh banyak hal. Salah satu penyebab tidak terpenuhinya target penerimaan pajak
adalah kepatuhan wajib pajak dalam membayarkan kewajibannya kepada negara. Dana Pajak
digunakan lebih dari 70% untuk APBN di indonesia, yang berarti semua kegiatan yang dilakukan
oleh pemerintah pusat/daerah bersumber dari dana pajak. Oleh karena itu kesadaran dan kepatuhan
wajib wajak sangat berperan penting bagi terealisasinya dan tercapainya target penerimaan pajak di
indonesia.
Data di atas dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan sebuah sistem dalam pelaporan
pajak dapat meningktkan pendapatan perpajakan, dimana data daru tahun 2015 terus meningkat
sampai dengan tahun 2019. Sistem juga digunakan untuk mempermudah sebuah pekerjaan,
penerapan sistem ini juga berdampak terhadap jumlah wajib pajak yang terdaftar semakin meningkat
dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2019.
Kenaikan baik dari sisi pendapatan ataupun peningkatan jumlah wajib pajak membuktikan
bahwa sebuah sistem hadir untuk mempermudah sebuah pekerjaan menjadi efektif dan efisien.
Di Indonesia pemungutan pajak menggunakan self assessment system. Self assessment system
adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib pajak untuk
menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang (Mardiasmo, 2016:7). Kepatuhan dan kesadaran
wajib pajak menjadi faktor yang sangat penting untuk mencapai keberhasilan penerimaan pajak
(Arum, 2012). Dengan self assessment system ini, diharapkan wajib pajak mempunyai pemahaman
terhadap peraturan perpajakan. Kepatuhan wajib pajak adalah upaya wajib pajak sebagai warga
negara dalam memenuhi kewajiban perpajakannya secara sukarela sehingga dapat meningkatkan
penerimaan pajak dan memberikan kontribusi bagi pembangunan negara. Kepatuhan wajib pajak
menurut Rahayu (2010)adalah keadaan dimana wajib pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan
dan melaksanakan hak perpajakannya. Kepatuhan wajib pajak merupakan faktor yang sangat penting
bagi peningkatan penerimaan pajak. Fitria (2010), menyatakankurangnya kesadaran Wajib Pajak
merupakan faktor dari melemahnya self assessment system yang akan berdampak pada penurunan
pajak. Kesadaran dari wajib pajak untuk membayar pajak adalah hal yang paling dibutuhkan dalam
pemungutan pajak. Seringkali wajib pajak tidak taat pajak sebab kesulitan dari proses pelaporan dan
pembayaran. Perkembangan teknologi yang semakin maju dapat menjawab kesulitan-kesulitan yang
dikeluhkan wajib pajak tersebut dengan menerapkan e-system perpajakan.
Menurut Heenkenda (2016), ketidakpatuhan membayar pajak dianggap sebagai tantangan
serius yang dapat melemahkan administrasi perpajakan dan kinerja penerimaan pajak. Persoalan
mengenai kepatuhan wajib pajak telah menjadi persoalan yang penting di Indonesia, sebab jika Wajib
Pajak tidak patuh maka dapat menimbulkan keinginan untuk melakukan tindakan penghindaran,
pengelakan dan pelalaian pajak yang pada akhirnya akan merugikan negara yaitu berkurangnya
penerimaan pajak. Kepatuhan Wajib Pajak dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal
dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari diri Wajib Pajak sendiri dan
berhubungan dengan karakteristik individu dalam menjalankan kewajiban perpajakannya.
Sedangkan faktor eksternalnya adalah faktor yang berasal dari luar diri Wajib Pajak, seperti situasi
dan lingkungan di sekitar Wajib Pajak. Kepatuhan wajib pajak bisa dipengaruhi oleh faktor eksternal
seperti diterapkannya e-System perpajakan yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pajak dan
faktor internal yaitu pengetahuan perpajakan dari Wajib Pajak itu sendiri.
Direktorat Jenderal Pajak (DJP) terus berupaya untuk melakukan inovasi dibidang
pembaharuan sistem perpajakan sebagai bentuk perkembangan sistem perpajakan dengan
meningkatkan kualitas pelayanan sehingga penerimaan negara dari sektor perpajakan juga akan
meningkat. DJP telah mengeluarkan sistem administrasi perpajakan yang memanfaatkan teknologi
yaitu e-System atau Electronic System. Pada awal tahun 2005 sebagai langkah awal mewujudkan
modernisasi sistem perpajakan di Indonesia dikeluarkan e-system perpajakan. Adanya e-System ini
diharapkan wajib pajak dapat lebih mudah dalam proses pelaporan serta pembayaran. E-System yang
diluncurkan berupa e-Registration, e-SPT dane-FIN, e-Filling, e-Billing, e-faktur, e-Form, dan e-
Report. Dalampenelitian ini hanya meneliti tiga dari e-system yang dikeluarkan oleh Direktorat
Jenderal Pajak yaitu e-Registration, e-Billing, dan e-Filling.
Kepatuhan perpajakan merupakan salah satu permasalahan bagi pemerintahan di seluruh dunia
termasuk Indonesia. Kepatuhan pajak pada umumnya didefinisikan sebagai situasi dimana wajib
pajak membayar semua pajak yang diwajibkan pada waktu yang tepat dan melaporkan secara akurat
sesuai dengan aturan, undang-undang dan keputusan pengadilan yang berlaku pada saat melaporkan
Surat Pemberitahuan Pajak (Utama & Wahyudi, 2016).
Kepatuhan pajak adalah sikap wajib pajak yang secara rela dan ikhlas tanpa dipaksa untuk
menjalankan kewajiban perpajakan yang berupa menghitung pajak, membayarpajak sendiri dan
melaporkan pajak. Disini wajib pajak rela menghitung pajak yang akan dibayar tanpa merasa di paksa
(Ermawati, 2018).
Salah satu upaya Direktorat Jenderal Pajak dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak yaitu
dengan mempermudah segala proses perpajakan, baik dalam perhitungan maupun pelaporan. Sistem
yang dihadirkan oleh Direktorat Jenderal Pajak ini di harapkan dapat mempermudah wajib pajak
dalam melaporkan pajaknya sehingga nantinya akan berdampak terhadap pendapatan negara.
untuk mengetahui kaitan antara e-System dengan Self Assesment System terhadap kepatuhan wajib
pajak.
model yang sama). Selain dapat digunakan untuk mengkonfirmasi teori, PLS juga dapat digunakan
untuk menjelaskan ada atau tidaknya hubungan antar variabel laten (tujuan prediksi).
Dapat dilihat bahwa setiap konstruk (variabel) tersebut memiliki nilai AVE diatas 0,5 yaitu
berkisar diantara (0,560 hingga 0,741). Hal ini memperlihatkan bahwa setiap konstruk tersebut
memiliki nilai validitas yang baik dari setiap indikatornya atau kuesioner yang digunakan untuk
melihat korelasi penerapan e-System dan Self Assesment System terhadap kepatuhan wajib pajak
sehingga dapat dikatakan valid.
Cara lain yang bisa dipakai untuk mengukur tingkat validitas suatu konstruk adalah dengan
membandingkan akar dari AVE yang terdapat dalam Gambar 3 yaitu lebih besar daripada korelasi
dari variabel laten, yang terdapat dalam gambar 3 Hasil yang didapat menyatakan bahwa akar AVE
lebih kecil apabila dibandingkan dengan korelasi variabel laten, hal ini dapat diartikan bahwa
pernyataan dalam kuesioner dinyatakan tetap valid dikarenakan hasil data memenuhi salah satu
syarat yang berlaku.
Dapat dilihat dari gambar path diagram di atas menunjukan hasil di atas 0,5 dan menunjukan
nilai outer model atau korelasi dengan variabel secara keseluruhan memenuhi convegent validity.
Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa semua variabel independen memiliki nilai diatas 0,50
dan thitung lebih besar dari ttabel (1.660) pada taraf signifikansi 0,05, artinya semua variabel penelitian
pada model tersebut sangat layak untuk dipertahankan atau layak untuk diterima.
menilai struktural model PLS dapat dilihat berdasarkan nilai R-Square untuk setiap variable
latennya. Adapun nilai R-Square pada pengolahan data kami adalah, sebagai berikut:
Tabel 9. R Square
Tabel 9 diatas menunjukkan nilai R-square kepatuhan wajib pajak sebesar 0,992. Semakin
tinggi R-square, maka semakin besar variabel independen tersebut dapat menjelaskan variabel
dependen sehingga semakin baik persaman struktural. Variabel perubahan dalam kepatuhan wajib
pajka memiliki nilai R-square sebesar 0.992 yang berarti kemampuan varians perubahan dalam
laporan keuangan dalam menjelaskan SAP dan SIA sebesar 99,2% sedangkan sisanya dijelaskan oleh
variabel-variabel lain diluar variable yang diteliti dalam penelitian ini.
Hipotesis Kesimpulan
H1 : Penerapan e-Registration berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak Diterima
H2 : Penerapan e-Billing berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak Diterima
H3 : Penerapan e-Filling berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak Diterima
H4 : Self Assesment System berpengaruh terhadap kepatuhan wajin pajak Diterima
4.4. Pembahasan
Pengujian dan pembahasan hipotesis 1 (H1)
Berdasarkan pengolahan data yang diperoleh, yang disajikan dalam gambar. Memiliki
hubungan yang yang ditunjukan dengan nilai original sampel estimate 0,384 dan t-statistik 4.500
(lebih besar dari T tabel ± 1,660). Hal ini menunjukan bahwa penerapan e-Registration dapat
meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Hal ini sesuai dengan penlitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Helen & Arthur (2017) yang menyatakn bahwa e-Registration memiliki hubungan yang
berpengaruh terhadap pemenuhan kewajiban wajib pajak. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Ni Putu Wina & Ni Luh Supadmi (2019) yang menyatakan semakin baik penerapan
e-Registration maka akan meningkat pula kepatuhan wajib pajak tersebut.
Pengujian dan pembahasan hipotesis 2 (H2)
Berdasarkan pengolahan data yang diperoleh, yang disajikan dalam gambar. Memiliki
hubungan yang signifikan yang ditunjukan dengan nilai original sampel estimate 0,380 dan t-statistik
4.299 (lebih besar dari T tabel ± 1.660). Hal ini menunjukan bahwa penerapan e-Billing dapat
meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Murniati (2017) serta di ungkapkan pula oleh Ni Putu Wina & Ni Luh Dewi (2019) yang
menyatakan penerapan e-Billing berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.
Pengujian dan Pembahasan Hipotesis 3 (H3)
Berdasarkan pengolahan data yang diperoleh, yang disajikan dalam gambar. Memiliki
hubungan yang signifikan yang ditunjukan dengan nilai original sampel estimate 0.610 dan t-statistik
8.070 (lebih besar dari T tabel ± 1.660). hal ini menunjukan bahwa penerapan e-Filling dapat
meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Luh Putu Kania (2017) yang menyatakan bahwa e-Filling berpengaruh signifikan terhadap
kepatuhan wajib pajak. Novia (2018) juga mengungkapkan hal yang sama bahwa penggunaan e-
Filling daoat meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam penyampaian laporan pajaknya
Pengujian dan Pembahasan Hipotesis 4 (H4)
Berdasarkan pengolahan data yang diperoleh, yang disajikan dalam gambar. Memiliki
hubungan yang signifikan yang ditunjukan dengan nilai original sampel estimate 0,392 dan t-statistik
5.211 (lebih besar dari T tabel ± 1.660). hal ini menunjukan bahwa penerapan Self Assesment System
berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Hasil penelitian ini sejalan dengan enelitian yang
dilakukan oleh S Mia dan Neni (2017) yang menyatakan bahwa self assesment system memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak, penelitian yang di lakukan oleh Endang
(2017) menunjukan hasil yang siginifikan antara self assesment system terhadap kepatuhan wajib
pajak.
V. KESIMPULAN
Secara teoritis, penelitian ini berkontribusi untuk literatur penerapan e-system dan pelaksanaan
self assesment system terhadap kepatuhan wajib pajak. Berdasarkan hasil penelitian terdapat
beberapa simpulan yaitu:
1. e-Registration memiliki hubungan berpengaruh dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.
Dengan kata lain semakin baik penerapan e-Registration tersebut maka akan meningkatkan
kepatuhan wajib pajak.
2. e-Billing memiliki hubungan berpengaruh dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.
Dengan kata lain semakin baik penerapan e-Billing tersebut maka akan meningkatkan kepatuhan
wajib pajak.
3. e-Filling memiliki hubungan berpengaruh dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.
Dengan kata lain semakin baik penerapan e-Filling tersebut maka akan meningkatkan kepatuhan
wajib pajak.
4. Self assesment system memiliki hubungan berpengaruh dan signifikan terhadap kepatuhan wajib
pajak. Dengan kata lain semakin baik penerapan self assesment system tersebut maka akan
meningkatkan kepatuhan wajib pajak.
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah, Willy dan Hartono, Jogiyanto. 2015. Partial Least Square (PLS)-Alternatif Stuctural
Equation Modeling (SEM) dalam Penelitian Bisnis. CV ANDI OFFSET: Yoyakarta.
Agustiningsih, W. 2016. Pengaruh Penerapan E-Filing, Tingkat Pemahaman Perpajakan Dan
Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Di KPP Pratama Yogyakarta.
Doctoral dissertation, Fakultas Ekonomi UNY.
Aini, Qurrotul. 2013. Peran Sosialisasi Eregistration Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak
Orang Pribadi (Studi Kasus Di Kpp Pratama Surabaya Wonocolo). Ejurnal Universitas Negeri
Surabaya.
Arum, H. 2012. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan Fiskus, dan Sanksi Pajak terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Kegiatan Usaha dan Pekerjaan Bebas.
Skripsi. Universitas Diponegoro.
Dewi. NPWP, dan Supadmi, NL. 2019. Pengaruh Penerapan e-System Perpajakan dan Pengetahuan
Perpajakan Wajib Pajak Pada Kepatuhan WPOP. E-Jurnal Akuntansi. 28(2).
Ermawati, N. 2018. Pengaruh Religiusitas, Kesadaran Wajib Pajak dan Pengetahuan Perpajakan
terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Jurnal STIE Semarang. 10(1).
Ersania, G. A., & Merkusiwati, N. K. 2018. Pengaruh Penerapan E-System PerpajakanTerhadap
Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana.
Fatmala, Linda. 2013. Pengaruh Penerapan e-System Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Di Kantor
Pelayanan Pajak Madya Palembang. Skripsi. Fakultas Ekonomi, Universitas Iba Palembang.
Fitria, V. D. 2010. Pengaruh Pengetahuan Peraturan Perpajakan, Kualitas Pelayanan, Pemeriksanaan
dan Kesadaran terhadap Wajib Pajak dalam Menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT).
Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Heenkenda, S. 2016. Readiness To Retirement Planning of Estate Sector Employees In Sri Lanka.
Munich Personal RePEc Archive Readiness: 1–18.
Kartikaputri, M. E. 2013. Pengaruh Reformasi Administrasi Perpajakan terhadap Kinerja Pelayanan
Perpajakan dan Kepatuhan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama
Yogyakarta. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Lasmaya. Mia dkk. 2017. Pengaruh Self Assesment System Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. STIE
Pasundan: Bandung.
Mardiasmo. 2016. Perpajakan. Penerbit Salemba Empat: Jakarta.
Nurlaela, Lela. 2017. Metodologi Penelitian Terapan Aplikasi SPSS, Eviews, Smart PLS dan Amos.
Pustaka Amri: Jakarta.
Nurlaela, Lina. 2018. Pengaruh Self Assesment System dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada KPP Pratama Garut. Jurnal Wahana
Akuntansi. 3(1).
Nurmantu, Safri. 2005. Pengantar Perpajakan . Granit: Jakarta.
Pandiangan, L. 2007. Modernisasi & reformasi Pelayanan Perpajakan Berdasarkan UU Terbaru.
PT. Elex Media Komputindo: Jakarta.
Pratami, LPKAW dkk. 2017. Pengaruh Penerapan e-System Perpajakan Terhadap Tingkat
Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Membayar Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) Pratama Singaraja. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi (UNDIKSHA). 7(1).
Rahayu, S dan Lingga, I. S. 2009. Pengaruh Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak (Survey atas Wajib Pajak Badan Pada KPP Pratama Bandung). Jurnal
Akuntansi. 1(2):119-138.
Rahayu, S. K. 2013. Perpajakan Indonesia: Konsep dan Aspek Formal. Graha Ilmu: Yogyakarta.
Rahmadani, Novia Fery. 2018. Pengaruh Persepsi Pengunaan E-System (E-Registration, E-Billing,
E-Filling, E-Spt terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi (Studi Kasus pada daerah
istimewa yogyakarta tahun 2018). Skripsi. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Satyawati, E. dan Cahjono, M. P. 2017. Pengaruh Self Assesment System dan Sistem Informasi
Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan Fakultas
Bisnis UKDW. 13(1).
Sulistyorini, M., Nurlaela, S., dan Chomsatu, Y. 2017. Pengaruh Penggunaan Sistem Adminitrasi E-
Registration, E-Billing, E-SPT, Dan E-Filling Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Prosiding
Seminar Nasional & Internasional.
Widjaja, H., dan Siagian, AJSJ. 2017. Analisis Penerapan E-System Perpajakan Pada Wajib Pajak
Pribadi Terhadap Pelaksanaan Self Assesment System Dalam Memenuhi Kewajiban
Perpajakan. Jurnal UNTAR Universitas Tarumanegara. 22(3).