Anda di halaman 1dari 23

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESADARAN

MEMBAYAR PAJAK (Studi Kasus pada Wajib Pajak UMKM yang Terdaftar
di Wilayah KPP Malang Selatan)

Oleh:
Yandwika Nandiwardana Subiantoro

Dosen Pembimbing:
Ayu Fury Puspita, MSA., Ak., CA.

Kesadaran wajib pajak sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dalam
membayar pajak akan memberikan dampak dalam meningkatkan penerimaan negara,
namun hanya 22.532 yang terdaftar dari 77.778 wajib pajak UMKM di Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Malang Selatan. Oleh karena itu, penelitian ini
bertujuan untuk menguji pengaruh pengetahuan perpajakan, pemahaman sistem self
assessment, persepsi efektivitas sistem perpajakan, kualitas pelayanan fiskus, dan
tingkat penghasilan terhadap kesadaran membayar pajak pada sektor UMKM.Sampel
dalam penelitian ini adalah 60 responden pemilik UMKM yang terdaftar di wilayah
KPP Pratama Malang Selatan.Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik
pengambilan sampel yang mudah (convenience sampling).Analisis data dilakukan
dengan menggunakan analisis regresi berganda.Hasil dari penelitian ini menunjukkan
bahwa pengetahuan perpajakan, pemahaman sistem self assessment, kualitas
pelayanan fiskus, dan tingkat penghasilan memiliki pengaruh positif terhadap
kesadaran membayar pajak pada sektor UMKM, sedangkan persepsi efektivitas
sistem perpajakan memiliki pengaruh negatif terhadap kesadaran membayar pajak
pada sektor usaha mikro, kecil, dan menengah.

Kata kunci: kesadaran, membayar pajak, UMKM.

PENDAHULUAN
Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pajak terus melakukan upaya
memaksimalkan penerimaan pajak untuk mencapai target dengan menumbuhkan
kesadaran dan kepatuhan wajib pajak sesuai ketentuan yang berlaku (Muliari, 2009).
Menurut Nurmantu (2005) mendefinisikan kepatuhan pajak sebagai suatu kondisi
telah terpenuhinya semua kewajiban perpajakan dan hak perpajakan wajib

1
pajak.Berbeda dengan kepatuhan pajak, kesadaran akan pajak masyarakat dapat
diartikan sebagai keadaan tahu, mengerti, serta mampu menyelaraskan hak-hak dan
kewajibannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
(Rahmatika, 2010).Menurut Hadi (2017), kesadaran masyarakat untuk membayar
pajak masih rendah, karena apabila dilihat dari tax ratio Indonesia masih kalah
dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya yaitu sebesar 10,8% dari Produk
Domestik Bruto (PDB) tahun 2017. Sementara itu tax ratio Thailand 17%, Malaysia
15,5 %, Filipina 14,4 %, dan Vietnam 13,8 % dari PDB di tahun yang sama.
. Kementerian Koperasi dan UMKM tahun 2017 mencatat dalam lima tahun terakhir
sektor UMKM memberikan kontribusi yang meningkat terhadap pertumbuhan
ekonomi dilihat dari PDB Indonesia yaitu 57,84% di tahun 2011 menjadi 60,34% di
tahun 2016, serta memberikan kontribusi dalam penyerapan tenaga kerja dalam
negeri dan mengalami pertumbuhan dari 96,99% di tahun 2011 menjadi 97,22% di
tahun 2016 (Warta KUMKM, 2016).
Kontribusi UMKM dalam perekonomian berbanding lurus dengan kontribusi UMKM
terkait dengan perpajakan di Kota Malang. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan
meningkatnya jumlah wajib pajak UMKM yang terdaftar dan penerimaan pajak
UMKM dalam waktu lima tahun terakhir di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama
Malang Selatan, data tersebut tersaji di Tabel 1.1 di bawah ini:
Tabel 1.1
Penerimaan Pajak UMKM yang Terdaftar di KPP Pratama Malang Selatan

Realisasi
Wajib Pajak Target Penerimaan
Tahun Penerimaan Pajak Persentase
UMKM Pajak UMKM
UMKM
2013 17.226 RP 3.088.818.000 Rp 2.478.558.482 80,24%
2014 18.371 RP 13.165.210.000 Rp 12.958.812.865 98,43%
2015 19.447 RP 18.406.257.000 Rp 18.277.049.925 99,29%
2016 21.114 RP 20.996.578.000 Rp 21.508.807.903 102,43%
2017 22.532 RP 27.533.713.000 Rp 29.090.396.214 105,65%
Sumber: KPP Pratama Malang Selatan, 2018

2
Namun, berdasarkan jumlah wajib pajak UMKM yang terdaftar, potensi
penerimaan pajak UMKM masih dapat ditingkatkan karena belum keseluruhan
UMKM di Kota Malang terdaftar sebagai wajib pajak UMKM. Tercatat hanya ada
22.532 UMKM yang terdaftar di KPP Pratama Malang Selatan dari total 77.778
UMKM yang terdaftar di Dinas Koperasi dan UMKM Kota Malang.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kesadaran wajib pajak dalam membayar
pajak, salah satunya adalah pengetahuan perpajakan wajib pajak (Rahmandani, 2015).
Menurut Nugroho dan Zulaikha (2006), pengetahuan wajib pajak atas peraturan
perpajakan akan membantu wajib pajak dalam memahami kewajiban perpajakannya,
sehingga akan meningkatkan kesadaran membayar pajak oleh wajib pajak.Faktor lain
yang mempengaruhi kesadaran membayar pajak adalah pemahaman wajib pajak
terkait sistem self assessment.Sistem pemungutan pajak di Indonesia menggunakan
sistem self assessment, yaitu sistem pemungutan pajak yang memberikan
kepercayaan terhadap wajib pajak untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan
sendiri jumlah pajak yang terhutang.(Rahmatika, 2010).Faktor selanjutnya yang
mempengaruhi kesadaran membayar pajak adalah persepsi efektivitas sistem
perpajakan.Menurut Fitriana (2013), persepsi efektivitas sistem perpajakan
merupakan penilaian masing-masing wajib pajak mengenai efektivitas sistem
perpajakan yang mempermudah atau mempersulit wajib pajak.Faktor lain yang
mempengaruhi kesadaran membayar pajak adalah pelayanan fiskus yang berkualitas
(Nugroho dan Zulaikha, 2012). Menurut Boediono (2003), kepuasan pelayanan
secara umum adalah efektivitas dari sistem organisasi atas keberhasilannya dalam
memenuhi kebutuhan pelanggan. Faktor terakhir yang mempengaruhi kesadaran
membayar pajak dalam penelitian ini adalah tingkat penghasilan.Faktor ekonomi dari
wajib pajak merupakan faktor yang sangat mendasari wajib pajak dalam
melaksanakan kewajiban perpajakannya, karena masyarakat cenderung memenuhi
kebutuhan pokoknya terlebih dahulu dan pajak masih dianggap sebagai beban yang
harus ditanggung dalam kegiatan ekonominya (Haswidar, 2016).

3
LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Teori Atribusi (Atribution Theory)
Teori atribusi merupakan teori yang menjelaskan tentang perilaku seseorang (Heider,
1958).Teori atribusi memandang individu sebagai seorang psikolog amatir yang
mencoba untuk memahami sebab-sebab yang terjadi pada berbagai peristiwa yang
dihadapinya. Teori atribusi mencoba menemukan sesuatu dan penyebabnya hal
tersebut terjadi atau apa yang mendorong seseorang melakukan sesuatu. Respon yang
kita berikan pada sesuatu bergantung pada interprestasi kita tentang peristiwa itu
(Kelley, 1973).

Kesadaran Membayar Pajak


Kesadaran merupakan unsur pada manusia dalam memahami realitas dan bagaimana
cara untuk bertindak maupun menyikapi realitas tersebut. Kesadaran kewajiban
perpajakan pada sektor usaha kecil dan menengah menurut Rahmatika (2010) dapat
didefinisikan sebagai dorongan atau sikap dari usaha kecil dan menengah untuk
melakukan kewajiban perpajakan tanpa adanya dorongan dari pihak luar dan tanpa
ada paksaan.Kesadaran membayar pajak merupakan keadaan pada saat wajib pajak
mau membayar pajak karena merasa tidak dirugikan dari pembayaran pajak yang
dilakukannya (Fikriningrum, 2012).
Irianto (2005) menguraikan beberapa bentuk kesadaran membayar pajak yang
mendorong wajib pajak untuk membayar pajak.Pertama, kesadaran bahwa pajak
merupakan betuk partisipasi dalam menunjang pembangunan negara.Menyadari hal
ini, wajib pajak mau membayar pajak karena merasa tidak dirugikan dari pemungutan
pajak yang dilakukan.Pajak disadari digunakan untuk pembangunan negara supaya
meningkatkan kesejahteraan warga negara.Kedua, kesadaran bahwa penundaan
pembayaran pajak sangat merugikan negara.wajib pajak mau membayar pajak karena
memahami bahwa penundaan membayar pajak berdampak pada kurangnya sumber
daya finansial yang dapat mengakibatkan terhambatnya pembangunan negara. Ketiga,
kesadaran bahwa pajak ditetapkan dengan undang-undang dan dapat

4
dipaksakan.Wajib pajak akan membayar pajak karena pembayaran pajak disadari
memiliki landasan hukum yang kuat dan merupakan suatu kewajiban mutlak setiap
warga negara.

Pengetahuan Perpajakan
Pengetahuan wajib pajak tentang pajak merupakan suatu proses perubahan sikap atau
tata laku seorang wajib pajak atau sekelompok wajib pajak dalam usaha
mendewasakan manusia melaului upaya pengajaran dan pelatihan (Prasetyo, 2006).
Sedangkan menurut Widayati dan Nurlis (2010), pengetahuan adalah hasil kerja fikir
yang merubah keadaan tidak tahu menjadi tahu dan menghilangkan keraguan
terhadap suatu perkara.Menurut penelitian yang dilakukan Widayati dan Nurlis
(2010), terdapat beberapa indikator wajib pajak mengetahui dan memahami peraturan
perpajakan, yaitu: (1) Kepemilikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), (2)
mengetahui hak dan kewajiban sebagai wajib pajak, (3) mengetahui sanksi
perpajakan, (4) mengetahui perhitungan pajaknya, (5) wajib pajak mengetahui
peraturan perpajakan melalui sosialisasi yang dilakukan oleh KPP, (6) wajib pajak
mengetahuiperaturan perpajakan melalui pelatihan yang mereka ikuti.

Pemahaman Sistem Self Assessment


Menurut Waluyo (2011), Indonesia menganut tiga sistem dalam pemungutan pajak,
yaitu self assessment system, official assessment system, dan witholding assessment
system.sistemself assessment merupakan pemungutan pajak yang memberi
wewenang, kepercayaan, dan tanggung jawab kepada wajib pajak untuk menghitung,
memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus
dibayarkan. Pada sistem ini, fiskus atau petugas pajak hanya bertugas untuk
melakukan penelitian apakah SPT tersebut telah diisi dengan benar oleh wajib pajak.

Persepsi Efektivitas Sistem Perpajakan

5
Persepsi merupakan proses aktivitas seseorang dalam memberikan kesan,
penilaian, pendapat, memahami, mengorganisir, menafsirkan yang memungkinkan
situasi atau peristiwa yang dapat memberikan kesan perilaku yang positif atau negatif
(Robbins, 1996). Efektivitas memiliki pengertian suatu pengukuran yang menyatakan
seberapa jauh target (kualitas, kuantitas, dan waktu) telah tercapai (Widayati dan
Nurlis, 2010).
Menurut Widayati dan Nurlis (2010), hal-hal yang mengindikasikan efektivitas
sistem perpajakan yang saat ini dapat dirasakan oleh wajib pajak antara lain: (1)
adanya sistem pelaporan melalui SPT dan e-filling, (2) pembayaran melalui e-
banking, (3) penyampaian SPT melalui dropbox, (4) peraturan perpajakan dapat
diakses lebih cepat melalui internet, (5) pendaftaran NPWP yang dapat dilakukan
secara online melalui e-registration dari website pajak.

Kualitas Pelayanan Fiskus


Pelayanan fiskus dapat diartikan sebagai cara petugas pajak dalam membantu
mengurus atau menyiapkan segala keperluan yang dibutuhkan wajib pajak (Jatmiko,
2006). Pelayanan yang berkualitas adalah pelayanan yang dapat memberikan
kepuasan kepada pelanggan dan tetap dalam batas memenuhi standar pelayanan yang
dapat dipertanggungjawabkan serta harus dilakukan secara terus-menerus (Supadmi,
2009). Menurut Pandiangan (2008:10), tuntutan pelayanan yang mudah, cepat,
murah, dan akurat merupakan harapan masyarakat untuk melaksanakan kewajiban
perpajakan.

Tingkat Penghasilan
Tingkat penghasilan wajib pajak merupakan salah satu acuan dalam pemotongan atau
pemungutan pajak yang dilakukan terhadap wajib pajak yang kemudian dilaporkan di
dalam SPT Tahunan (Chaerunnisa, 2010). Tingkat penghasilan seseorang
berpengaruh terhadap kesadaran dalam melakukan pemabayaran perpajakan pada
sektor usaha kecil dan menengah, karena semakin tinggi penghasilan seseorang yang

6
diterima maka semakin tinggi pula jumlah pajak yang harus dibayarkan (Rahmatika,
2010).

Pengembangan Hipotesis
Pengaruh Pengetahuan Perpajakan Terhadap Kesadaran Membayar Pajak
Pengetahuan wajib pajak tentang pajak merupakan suatu proses ketika wajib
pajak mengetahui tentang peraturan perpajakan dan mengaplikasikan pengetahuan itu
untuk membayar pajak (Nugroho dan Zulaikha, 2012). Prasetyo (2006) dalam
penelitiannya menyatakan pengetahuan perpajakan tidak berpengaruh terhadap
kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak.Menurut penelitian yang dilakukan
oleh Rahmatika (2010) mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi
kesadaran kewajiban perpajakan sektor UKM menunjukkan bahwa pengetahuan
wajib pajak berpengaruh terhadap kesadaran kewajiban perpajakan sektor UKM.
H1: Pengetahuan perpajakan berpengaruh terhadap kesadaran membayar pajak.

Pengaruh Pemahaman Sistem Self Assessment Terhadap Kesadaran Membayar


Pajak
Menurut Waluyo (2011) sistem self assessment ini merupakan pemungutan pajak
yang memberikan wewenang, kepercayaan, dan tanggung jawab kepada wajib pajak
untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya
pajak yang harus dibayarkan.Fungsi perhitungan memberikan hak kepada wajib pajak
untuk menentukan sendiri pajak terutang sesuai dengan peraturan pajak dan fungsi
tersebut mewajibkan wajib pajak untuk membayar pajak terutangnya.Fungsi terakhir
dari wajib pajak adalah melaporkan pembayaran pajak yang telah dibayar ke KPP
(Tarjo, 2005).
Berdasarkan penelitian Malik (2007), sistem self assessment berpengaruh terhadap
kesadaran wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan pada wajib pajak
badan.Selanjutnya, penelitian yang dilakukan Amelia et al (2014) sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Rahmatika (2010) yang membuktikan bahwa

7
pemahaman wajib pajak terhadap sistem self assessment tidak mempunyai pengaruh
terhadap kesadaran membayar pajak.
H2: Pemahaman sistem self assessment berpengaruh terhadap kesadaran
membayar pajak.
Pengaruh Persepsi Efektivitas Sistem Perpajakan Terhadap Kesadaran
Membayar Pajak
Penilaian wajib pajak atas efektivitas sistem perpajakan akan memunculkan
persepsi atas sistem tersebut yang kemudian akan mendorong perilaku seseorang
untuk memutuskan taat atau tidak pada peraturan tersebut. Penelitian yang dilakukan
oleh Widayati dan Nurlis (2010) yang menunjukkan bahwa persepsi yang baik atas
efektivitas sistem perpajakan tidak berpengaruh terhadap kesadaran membayar
pajak.Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Nugroho dan Zulaikha (2012)
yang menunjukkan bahwa persepsi atas efektivitas sistem perpajakan berpengaruh
terhadap kesadaran membayar pajak.Hal ini dikarenakan semakin mudah sistem
perpajakan, maka semakin tinggi tingkat kesadaran membayar pajak oleh wajib
pajak.
H3: Persepsi sistem perpajakan berpengaruh terhadap kesadaran membayar pajak.

Pengaruh Kualitas Pelayanan Fiskus Terhadap Kesadaran Membayar Pajak


Pelayanan fiskus dapat diartikan sebagai cara bagi petugas pajak dalam membantu
mengurus atau menyiapkan segala keperluan yang dibutuhkan wajib pajak
(Fikriningrum, 2012).Penelitian yang dilakuakan oleh Nugroho dan Zulaikha (2012)
menyatakan bahwa kulitas pelayanan fiskus berpengaruh terhadap kesadaran
membayar pajak.Penelitian yang dilakukan oleh Supriyati dan Nur Hayati (2008)
menunjukkan bahwa pelayanan fiskus tidak memiliki pengaruh terhadap kepatuhan
dalam membayar pajak.
H4: Kualitas pelayanan fiskus berpengaruh terhadap kesadaran membayar pajak

8
Pengaruh Tingkat Penghasilan Terhadap Kesadaran Membayar Pajak
Tingkat penghasilan wajib pajak merupakan salah satu acuan dalam pemotongan atau
pemungutan pajak yang dilakukan terhadap wajib pajak yang kemudian dilaporkan di
dalam SPT Tahunan (Chaerunnisa, 2010).Penelitian yang dilakukan Butarbutar
(2014) menyatakan bahwa tingkat penghasilan wajib pajak berpengaruh terhadap
kesadaran kewajiban perpajakan pada usaha kecil dan menengah.Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Rahmatika (2010) menyatakan bahwa tingkat
penghasilan tidak berpengaruh terhadap kesadaran kewajiban perpajakan pada sektor
usaha kecil dan menengah.
H5: Tingkat penghasilan berpengaruh terhadap kesadaran membayar pajak

METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah wajib pajak UMKM yang
terdaftar di wilayah KPP Pratama Malang Selatan dengan sampel sebanyak 60 wajib
pajak UMKM.Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
convenience sampling.Convenience sampling digunakan karena peneliti kesulitan
dalam memperoleh data wajib pajak yang terdaftar di KPP Pratama Malang Selatan.

Definisi Operasional Variabel


Pengetahuan Perpajakan (X1)
Pengetahuan perpajakan merupakan penalaran dan penangkapan makna tentang
peraturan perpajakan oleh wajib pajak. Indikator penilaian pengetahuan perpajakan
mmenggunakan indikator yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan Rahmatika
(2010) yaitu pengetahuan undang-undang dan ketentuan perpajakan, pengetahuan
peran wajib pajak, pengetahuan tata cara pembayaran pajak, pengetahuan batas waktu
pembayaran pajak, dan pengetahuan sanksi atas keterlambatan pembayaran pajak.

9
Pemahaman Sistem Self Assessment (X2)
Sistem pemungutan pajak yang berlaku di Indonesia salah satunya adalah sistem self
assessment, terutama pada pajak penghasilan.Sistem self assessment merupakan
sistem pemungutan pajak yang menerapkan perhitungan, penyetoran, dan pelaporan
jumlah pajak yang terhutang dilakukan oleh wajib pajak itu sendiri. Penelitian ini
menggunakan indikator penilaian sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Rahmatika (2010), yaitu pemahaman sistem perpajakan, pengisian Surat
Pemberitahuan (SPT) dengan benar, pemahaman pelaporan SPT, serta ketepatan
dalam memberikan data dan informasi yang dapat dipertangungawabkan.
Persepsi Efektivitas Sistem Perpajakan (X3)
Persepsi adalah proses kognitif yang dialami ketika setiap orang berada dalam
keadaan memahami informasi tentang lingkungannya melalu panca indera.
Efektivitas memeliki pengertian suatu pengukuran yang menyatakan seberapa target
(kualitas, kuantitas, waktu) telah tercapai.Sistem perpajakan yang efektif akan
memudahkan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban dalam membayar pajak.
Variabel ini diukur dengan mengadopsi dari penelitian Widayati dan Nurlis (2010),
yaitu proses pembayaran pajak, pengisian SPT melalui e-SPT dan pelaporan SPT
melalui e-Filling, penyampaian SPT melaui dropbox, informasi peraturan perpajakan
terbaru secara online lewat internet, pendaftaran NPWP melalui e-register.
Kualitas Pelayanan Fiskus (X4)
Pelayanan fiskus dapat diartikan sebagai suatu cara yang dilakukan oleh petugas
pajak dalam membantu mengurus dan menyiapkan segala keperluan yang dibutuhkan
oleh wajib pajak. Variabel ini diukur dengan menggunakan indikator yang digunakan
dalam penelitian Nugroho dan Zulaikha (2012), yaitu fiskus meiliki kompetensi skill,
knowledge, dan experience dalam hal kebijakan perpajakan, administrasi pajak, dan
perundang-undangan, fiskus memiliki motivasi tinggi sebagai pelayan publik,
perluasan Tempat Pelayanan Terpadu (TPT), sistem informasi perpajakan dan sistem
administrasi perpajakan merupakan sistem layanan prima kepada wajib pajak menjadi
semakin nyata.

10
Tingkat Penghasilan (X5)
Tingkat penghasilan merupakan jumlah pendapatan yang diterima oleh wajib pajak
dalam suatu periode waktu tertentu.Tingkat penghasilan wajib pajak merupakan salah
satu indikator dalam hal pemotongan dan pemungutan pajak yang dilakukan kepada
wajib pajak yang dilaporkan dalam SPT Tahunan (Chaerunnisa, 2010).Variabel ini
menggunakan indikator penilaian sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Rahmatika (2010) yaitu pembayaran perpajakan, besar kecilnya penghasilan, dan
melaporkan penghasilan yang diterima.
Kesadaran Membayar Pajak (Y)
Kesadaran membayar pajak memiliki arti suatu kondisi ketika seseorang mengetahui,
memahami, dan mengerti tentang tata cara membayar pajak. Indikator penilaian yang
digunakan pada variabel ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmatika
(2010), yaitu fugsi pajak dalam menunjang pembangunan negara, penundaan
pembayaran pajak yang dapat merugikan negara, sifat pajak memaksa, pembayaran
pajak sesuai dengan yang terhutang, pajak tidak dirasakan secara langsung, pajak
untuk kesejahteraan masyarakat.

Jenis, Sumber Data, dan Merode Pengumpulan Data


Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan melakukan pengujian
hipotesis.Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dengan
menggunakan kuesioner.Kuesioner yang digunakan merupakan kuesioner yang sudah
digunakan oleh peneliti-peneliti sebelumnya yakni Rahmatika (2010) dan Nugroho
dan Zulaikha (2012).Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan metode survei langsung ke objek penelitian yang dalam
penelitian ini adalah UMKM yang terdaftar di wilayah KPP Pratama Malang
Selatandengan menyebar kuesioner secara langsung kepada responden yang menjadi
sampel penelitian.

11
Metode Analisis Data
Metode yang digunakan dalam pengujian hipotesis pada penelitian ini adalah metode
regresi berganda.Regresi berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh lebih dari
variabel independen terhadap variabel dependen (Ghozali, 2011:7).Analisis ini
digunakan untuk menguji hipotesis pertama, kedua, ketiga, keempat, dan kelima.
Berikut ini merupakan rumus regresi berganda, yakni:

Keterangan:
Y = Variabel dependen kesadaran membayar pajak UMKM
α = Konstanta
- = Koefisien regresi
= Variabel independen Pengetahuan Perpajakan
= Variabel independen Pemahaman Sistem Self Assessment
= Variabel independen Persepsi Efektivitas Sistem Perpajakan
= Variabel independen Kualitas Pelayanan Fiskus
= Variabel independen Tingkat Penghasilan
= Error

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Gambaran Umum Objek Penelitian
Penelitian ini dilakukan terhadap UMKM yang berada di wilayah KPP Pratama
Malang Selatan.KPP Pratama Malang Selatan melayani wajib pajak yang berdomisili
di Kecamatan Sukun, Kecamatan Klojen, dan Kecamatan Kedungkandang.Wajib
pajak UMKM yang terdaftar di KPP Pratama Malang Selatan sejumlah 22.532 wajib
pajak.Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner secara langsung
kepada pemilik UMKM yang berada di wilayah KPP Malang Selatan yang dilakukan
pada tanggal 18 Mei 2018 – 1 Juni 2018.

12
Ringkasan Penyebaran dan Pengembalian Kuesioner
Jumlah
Keterangan
Kuesioner
Kuesioner yang dikirim 60
Kuesioner yang kembali 60
Sumber: Data yang diolah, 2018

Hasil Analisis Regresi Berganda dan Pengujian Hipotesis


Hasil Analisis Regresi Berganda
Unstandardized
Variabel Nilai t Sig. Keterangan
Coefficients (B)
(Constant) 4,409 0,895 0,375
Pengetahuan
0,258 2,076 0,043 Signifikan
Perpajakan (X1)
Pemahaman Sistem
Self Assessment 0,426 5,173 0,000 Signifikan
(X2)
Persepsi Efektivitas
Tidak
Sistem Perpajakan -0,086 -0,718 0,476
Signifikan
(X3)
Kualitas Pelayanan
0,249 2,283 0,026 Signifikan
Fiskus (X4)
Tingkat
0,192 2,162 0,035 Signifikan
Penghasilan (X5)
Sumber: Data yang diolah, 2018
Berdasarkan tabel di atas, maka model regresi yang diperoleh adalah sebagai berikut.
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + e
Y = 4,409 + 0,258X1 + 0,426X2 - 0,086X3 + 0,249X4 + 0,192X5 + e
1. Koefisien regresi (β1) sebesar 0,258 menunjukkan bahwa apabila setiap skor
variabel pengetahuan perpajakan meningkat sebanyak satu kali, maka skor untuk
variabel kesadaran membayar pajak akan meningkat sebesar 0,258. Hal ini berarti
variabel pengetahuan perpajakan memiliki hubungan searah dan positif dengan
variabel kesadaran membayar pajak.
2. Koefisien regresi (β2) sebesar 0,426 menunjukkan bahwa apabila setiap skor
variabel pemahaman sistem self assessment meningkat sebanyak satu kali, maka

13
skor untuk variabel kesadaran membayar pajak akan meningkat sebesar 0,426. Hal
ini berarti variabel pemahaman sistem self assessment memiliki hubungan searah
dan positif dengan variabel kesadaran membayar pajak.
3. Koefisien regresi (β3) sebesar -0,086 menunjukkan bahwa apabila setiap skor
variabel persepsi efektivitas sistem perpajakan meningkat sebanyak satu kali,
maka skor untuk variabel kesadaran membayar pajak akan menurun sebesar 0,086.
Hal ini berarti variabel persepsi efektivitas sistem perpajakan memiliki hubungan
bertolak belakang dan negatif dengan variabel kesadaran membayar pajak.
4. Koefisien regresi (β4) sebesar 0,249 menunjukkan bahwa apabila setiap skor
variabel kualitas pelayanan fiskus meningkat sebanyak satu kali, maka skor untuk
variabel kesadaran membayar pajak akan meningkat sebesar 0,249. Hal ini berarti
variabel kualitas pelayanan fiskus memiliki hubungan searah dan positif dengan
variabel kesadaran membayar pajak.
5. Koefisien regresi (β5) sebesar 0,192 menunjukkan bahwa apabila setiap skor
variabel tingkat penghasilan meningkat sebanyak satu kali, maka skor untuk
variabel kesadaran membayar pajak akan meningkat sebesar 0,192. Hal ini berarti
variabel tingkat penghasilan memiliki hubungan searah dan positif dengan variabel
kesadaran membayar pajak.
Koefisien Determinasi
Koefisien Determinasi
R R Square Adjusted R Square
0,692 0,479 0,431
Sumber: Data yang diolah, 2018
Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa nilai
Adjusted R Square sebesar 0,431. Hal tersebut berarti 43,1% variasi variabel
kesadaran membayar pajak dipengaruhi oleh variasi variabel pengetahuan perpajakan,
pemahaman sistem self assessment, persepsi efektivitas sistem perpajakan, kualitas
pelayanan fiskus, dan tingkat penghasilan, sedangkan sisanya sebesar 56,9%
dipengaruhi oleh variasi variabel-variabel lain yang tidak dijelaskan di dalam model
penelitian ini.

14
Uji F
Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 69,143 5 13,829 9,923 0,000
Residual 75,257 54 1,394
Total 144,400 59
Sumber: Data yang diolah, 2018
Berdasarkan hasil pengolahan data pada di atas, menunjukkan bahwa nilai uji f
diperoleh sebesar 9,923 dengan tingkat signifikansi 0,000. Karena tingkat signifikansi
lebih kecil dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa model yang digunakan dalam
penelitian ini adalah signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa simultan variabel
pengetahuan perpajakan, pemahaman sistem self assessment, persepsi efektivitas
sistem perpajakan, kualitas pelayanan fiskus, dan tingkat penghasilan berpengaruh
terhadap variabel kesadaran membayar pajak.
Uji t
Hasil pengujian masing-masing variabel independen adalah sebagai berikut.

1. Pengaruh pengetahuan perpajakan terhadap kesadaran membayar pajak (Hipotesis


1).
Hasil uji hipotesis 1 variabel pengetahuan perpajakan diperoleh tingkat
signifikansi (0,043) yang lebih kecil dari taraf signifikansi (0,05) sehingga H1
dapat diterima yang artinya pengetahuan perpajakan berpengaruh positif terhadap
kesadaran membayar pajak.
2. Pengaruh pemahaman sistem self assessment terhadap kesadaran membayar pajak
(Hipotesis 2).
Hasil uji hipotesis 2 variabel pemahaman sistem self assessmentdiperoleh tingkat
signifikansi (0,000) yang lebih kecil dari taraf signifikansi (0,05) sehingga H 2
dapat diterima yang artinya pemahaman sistem self assessment berpengaruh positif
terhadap kesadaran membayar pajak.
3. Pengaruh persepsi efektivitas sistem perpajakan terhadap kesadaran membayar
pajak (Hipotesis 3).

15
Hasil uji hipotesis 3 variabel persepsi efektivitas sistem perpajakan diperoleh
tingkat signifikansi (0,476) yang lebih besar dari taraf signifikansi (0,05) sehingga
H3 ditolak yang artinya persepsi efektivitas sistem perpajakan tidak berpengaruh
terhadap kesadaran membayar pajak.
4. Pengaruh kualitas pelayanan fiskus terhadap kesadaran membayar pajak (Hipotesis
4).
Hasil uji hipotesis 4 variabel kualitas pelayanan fiskus diperoleh tingkat
signifikansi (0,026) yang lebih kecil dari taraf signifikansi (0,05) sehingga H 4
dapat diterima yang artinya kualitas pelayanan fiskus berpengaruh positif terhadap
kesadaran membayar pajak.
5. Pengaruh tingkat penghasilan terhadap kesadaran membayar pajak (Hipotesis 5).
Hasil uji hipotesis 5 variabel tingkat penghasilan diperoleh tingkat signifikansi
(0,035) yang lebih kecil dari taraf signifikansi (0,05) sehingga H 5 dapat diterima
yang artinya tingkat penghasilan berpengaruh positif terhadap kesadaran
membayar pajak.

Pembahasan Hasil Penelitian


Hasil pengujian H1 dalam penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan perpajakan
berpengaruh terhadap kesadaran membayar pajak dengan signifikansi 0,043 < 0,05.
Koefisien regresi bernilai 0,258 menunjukkan bahwa pengetahuan perpajakan
berpengaruh positif terhadap kesadaran membayar pajak. Hal ini menunjukkan bahwa
semakin tinggi pengetahuan perpajakan wajib pajak, maka akan semakin tinggi
kesadaran membayar pajaknya. Pengetahuan perpajakan dalam penelitian ini
ditentukan berdasarkan pengetahuan wajib pajak terhadap peraturan dan undang-
undang perpajakan yang berlaku. Wajib pajak yang mengetahui peraturan perpajakan
jugaakan semakin sadar dalam membayar pajak dikarenakan wajib pajak yang
mengetahui tentang pajak akan lebih waspada karena pajak diatur di dalam undang-
undang yang dapat dipaksakan dan mengerti manfaat pajak terhadap pembangunan
negara. Hasil penelitian ini memberikan dukungan terhadap peneletian yang

16
dilakukan oleh Qomaria (2008), Rahmatika (2010), Nugroho dan Zulaikha (2012)
yang menemukan bahwa wajib pajak yang memiliki pengetahuan terkait peraturan
dan undang-undang perpajakan yang tinggi akan memiliki kesadaran membayar pajak
yang juga tinggi.
Hasil pengujian H2 dalam penelitian ini menunjukkan bahwa pemahaman sistem self
assessment berpengaruh terhadap kesadaran membayar pajak dengan signifikansi
0,000 < 0,05. Koefisien regresi bernilai 0,426 menunjukkan bahwa pemahaman
sistem self assessment berpengaruh positif terhadap kesadaran membayar pajak. Hal
ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pemahaman sistem self assessment dalam
pajak pada wajib pajak, maka akan semakin tinggi kesadaran membayar pajaknya.
Pemahaman sistem self assessment pada penelitian ini ditentukan berdasarkan
kemampuan wajib pajak dalam menghitung, mengisi, dan melaporkan kewajiban
pajaknya.Ketika wajib pajak paham terhadap penerapan sistem self assessment maka
akan mempermudah wajib pajak dalam membayar pajak, sehingga wajib pajak akan
berusaha untuk membayar pajak sesuai jumlah terhutangnya.Hasil penelitian ini
memberikan dukungan terhadap penelitian yang dilakukan oleh Malik (2007) yang
menemukan bahwa wajib pajak yang memiliki pemahaman yang tinggi terhadap
sistem self assessment cenderung akan memiliki kesadaran yang tinggi juga dalam
membayar pajak.
Hasil pengujian H3 dalam penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi efektivitas
sistem perpajakantidak berpengaruh terhadap kesadaran membayar pajak dengan
signifikansi 0,476 > 0,05. Koefisien regresi bernilai -0,086 menunjukkan bahwa
persepsi efektivitas sistem perpajakanbernilai negatif terhadap kesadaran membayar
pajak.Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi persepsi efektivitas sistem
perpajakan tidak terlalu berpengaruh terhadap kesadaran membayar
pajaknya.Persepsi efektivitas sistem perpajakan dalam penelitian ini berkaitan dengan
media yang digunakan dalam membayar pajak.Jika wajib pajak merasa bahwa sistem
perpajakan yang ada adalah terpercaya, handal, dan akurat, maka wajib pajak akan
berpandangan positif untuk sadar membayar pajak. Hasil penelitian ini

17
menggambarkan bahwa wajib pajak UMKM pada khususnya di KPP Pratama Malang
Selatan belum memahami adanya sistem yang terpadu dalam perpajakan yang
tentunya akan mempengaruhi kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak dengan
mudah dan cepat tanpa harus ke KPP dimana wajib pajak tersebut terdaftar. Kondisi
tersebut mencerminkan belum adanya budaya yang dilakukan oleh wajib pajak untuk
memanfaatkan media yang ada untuk memudahkan dalam melakukan pembayaran
pajak.Hasil penelitian ini memberikan dukungan terhadap penelitian yang dilakukan
oleh Widayati dan Nurlis (2010) yang menemukan bahwa persepsi yang baik atas
efektivitas sistem perpajakan tidak memiliki pengaruh terhadap kesadaran membayar
pajak.
Hasil pengujian H4 dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas pelayanan
fiskus berpengaruh terhadap kesadaran membayar pajak dengan signifikansi 0,026 <
0,05. Koefisien regresi bernilai 0,249 menunjukkan bahwa kualitas pelayanan fiskus
berpengaruh positif terhadap kesadaran membayar pajak. Hal ini menunjukkan bahwa
semakin tinggi kualitas pelayanan fiskus, maka akan semakin tinggi kesadaran
membayar pajaknya.Kualitas pelayanan fiskus dalam penelitian ini ditentukan
berdasarkan penilaian wajib pajak terhadap kemudahan dan kenyamanan yang
diberikan oleh fiskus.Fiskus yang berkualitas yaitu fiskus yang memiliki kompetensi
keahlian perpajakan, kemampuan dalam administrasi pajak, motivasi yang tinggi
sebagai pelayanan publik, serta KPP yang memiliki perluasan tempat pelayanan
terpadu yang dapat memudahkan dalam memberikan pelayanan.
Hasil pengujian H5 dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat penghasilan
berpengaruh terhadap kesadaran membayar pajak dengan signifikansi 0,035 < 0,05.
Koefisien regresi bernilai 0,192 menunjukkan bahwa tingkat penghasilan
berpengaruh positif terhadap kesadaran membayar pajak. Hal ini menunjukkan bahwa
semakin tinggi penghasilan, maka akan semakin tinggi juga kesadaran membayar
pajaknya.Hasil penelitian ini memberikan dukungan erhadap penelitian yang
dilakukan oleh Butarbutar (2014) yang menemukan bahwa tingkat penghasilan yang
semakin tinggi cenderung meningkatkan kesadaran dalam membayar pajak.

18
PENUTUP
Kesimpulan
Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat disimpulkan berdasarkan hasil analisis
data dan pembahasan yang telah dilakukan.
1. Pengetahuan perpajakan berpengaruh terhadap kesadaran membayar pajak.
2. Pemahaman sistem self assessment berpengaruh terhadap kesadaran membayar
pajak.
3. Persepsi efektivitas sistem perpajakan tidak berpengaruh terhadap kesadaran
membayar pajak.
4. Kualitas pelayanan fiskus berpengaruh terhadap kesadaran membayar pajak.
5. Tingkat penghasilan berpengaruh terhadap kesadaran membayar pajak.

Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan pada penelitian ini adalah variabel pengetahuan perpajakan,
pemahaman sistem self assessment, persepsi efektivitas sistem perpajakan, kualitas
pelayanan fiskus, dan tingkat penghasilan sebagai variabel independen hanya dapat
mempengaruhi variabel kesadaran membayar pajak sebagai variabel dependen
sebesar 43,1%.

Saran
Peneliti selanjutnya diharapkan dapat memperluas ruang lingkup populasi dan
memperbanyak UMKM yang menjadi sampel agar hasil penelitian dapat memiliki
tingkat generalisasi yang tinggi dapat memasukkan variabel bebas lain yang dapat
mempengaruhi kesadaran membayar pajak UMKM, seperti variabel budaya pajak
contohnya.

DAFTAR PUSTAKA
Amelia, Riza., Muslim, R. Y., & Darmayanti, Yeasy. 2014. Analisis Faktor-Faktor
yang Berpengaruh terhadap Kesadaran Kewajiban Perpajakan pada Sektor

19
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota Padang.Jurnal Akuntansi
Fakultas Ekonomi, Universitas Bung Hatta.
Boediono. 2003. Pelayanan Prima Perpajakan. Jakarta: PT RINEKA CIPTA.
Butarbutar, E. S. 2014. Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap
Kesadaran Kewajiban Perpajakan pada Sektor Usaha Kecil dan Menengah
(UKM) di Kota Medan.Skripsi. Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Medan.
Chaerunnisa.2010. Analisis Pengaruh Tingkat Penghasilan dan Sanksi Pajak
terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam Menyampaikan Surat Pemberitahuan
(SPT) Tahunan untuk Wajib Pajak Orang Pribadi di Wilayah Kembangan
Jakarta Barat.Skripsi.Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah.
Edward, Djony. 2018. 2017 Tahun Terburuk dalam Pencapaian Tax
Ratio.https://nusantara.news/2017-tahun-terburuk-dalam-pencapaian-tax-ratio/.
Fauziati, Popi.,& Syahri, Arifin. 2015. Pengaruh Efektivitas Sistem Perpajakan dan
Pelayanan Fiskus terhadap Kemauan untuk Membayar Pajak dengan Kesadaran
Membayar Pajak sebagai Variabel Intervening.Jurnal Akuntabilitas, Vol.VIII,
No.1, April 2015.
Fikriningrum, Winda Kurnia. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Wajib Pajak Orang Pribadi dalam Memenuhi Kewajiban Membayar Pajak
(Studi Kasus pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang
Candisari).Skripsi.Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Diponegoro,
Semarang.
Fitriana, Sylvia. 2013. Pengaruh Pemahaman tentang Peraturan Perpajakan, Persepsi
Efektivitas Sistem Perpajakan dan Tingkat Kepercayaan Sistem Pemerintahan
dan Hukum terhadap Kemauan Membayar Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi
yang Melakukan Pekerjaan Bebas.Jurnal Online Fakultas Ekonomi Universitas
Riau.
Ghozali, I. 2011. Aplikasi Variasi Multivariate dengan Program IBM SPSS
19.Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hadi, Wiyoso. 2017. Tahun Terburuk dalam Pencapaian Tax Ratio. Diakses dari
http.nusantara.news.com
Haswidar. 2016. Pengaruh Tingkat Pendapatan, Pengetahuan, dan Kesadaran Wajib
Pajak terhadap Kepatuhan Membayar Pajak Bumi dan Bangunan di
Kecamatan Pammana Kabupaten Wajo.Skripsi.Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Universitas Hasanuddin, Makassar.
Heider, F. 1958. The Psycology of Interpersonal Relation.New York: John Wiley and
Sons.
Irianto, Slamet Edi. 2005. Politik Perpajakan; Membangun Demokrasi
Negara.Yogyakarta: UII Pres.
Jatmiko, Agus. 2006. Pengaruh Sikap Wajib Pajak pada Pelaksanaan Sanksi Denda,
Pelayanan Fiskus, dan Kesadaran Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak (Studi Empiris Terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi di Semarang).Tesis
Program S2 Magister Akuntansi Universitas Diponegoro.

20
Kelley, H. H. 1973. Attribution Theory in Social Psycology.In D.Levine (ed.),
Nebraska Symposium on Motivation, Volume 15. Lincoln: University of
Nebraska Press.
Kementerian Keuangan RI. Data pokok APBN 2018. www.anggarankemenkeu.go.id
(diunduh tanggal 15 Maret 2018).
Kementerian Koperasi & UMKM. 2016. Warta KUMKM Volume 5-No.1-2016.
Malik, M. U. 2007. Pengaruh Persepsi Wajib Pajak Badan Terhadap Pelaksanaan
Self Assesment System dalam Memenuhi Kewajiban Pajak.Skripsi. Fakultas
Ekonomi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Muliari, Ni Ketut. 2009. Pengaruh Persepsi tentang Sanksi Perpajakan dan Kesadaran
Wajib Pajakpada Kepatuhan Pelaporan Wajib Pajak Orang Pribadi di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Denpasar Timur.Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis,
Vol. 6, No. 1, Januari 2011.
Nugroho, R. A & Zulaikha. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemauan
untuk Membayar Pajak sebagai Variabel Intevening (Studi Kasus Wajib Pajak
Orang Pribadi yang Melakukan Pekerjaan Bebas yang Terdaftar di KPP
Pratama Semarang Tengah Satu. Diponegoro Journal of Accounting, Vol. 1,
No. 2.
Nurmantu, Safri. 2005. Pengantar Perpajakan. ed.3. Jakarta: Granit.
Nuzul, A. V. 2015. Analisis Pengaruh Efektivitas Sistem Perpajakan, Pemahaman,
Tingkat Kepercayaan pada Sistem Pemerintahan dan Hukum, Kualitas
Pelayanan Pajak terhadap Willingness to Pay Taxes. Skripsi.Fakultas Ekonomi
dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Pandiangan, Liberiti. 2008. Modernisasi dan Reformasi Pelayanan Perpajakan:
Berdasarkan Undang-Undang Terbaru. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Pemerintah Kota Malang. 2016. Laporan Kinerja Tahunan 2016.
www.malangkota.go.id (diunduh tanggal 20 Maret 2018).
Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013 Tentang Pajak Penghasilan atas
Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang
Memiliki Peredaran Bruto Tertentu
Prasetyo, F. D. 2006. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilik Usaha
Kecil dan Menengah dalam Pelaporan Pajak di Daerah Yogyakarta.Skripsi.
Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.
Putriana. 2012. Startegi Penanggulangan Kemiskinan Melalui Pemberdayaan Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).Ejournal UIN-Suska, Vol. 15, No.2.
Qomaria, Siti. 2008. Analisis Pengaruh Pengetahuan tentang Pajak dan Tingkat
Pendidikan Wajib Pajak terhadap Kesadaran Membayar Pajak (Studi Kasus
pada KPP Pratama Kebayoran Baru Tiga).Skripsi. Fakultas Ekonomi,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Rahmandani, Gianita. 2015. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesadaran
Membayar Pajak Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Yogyakarta.Skripsi,
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

21
Rahmatika, Mufti. 2010. Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap
Kesadaran Kewajiban Perpajakan pada Sektor Usaha Kecil dan
Menengah(UKM).Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Resmi, Siti. 2008. Perpajakan: Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat.
Robbins, Stephen P. 1996. Perilaku Organisasi: Konsep, Kontroversi, dan Aplikasi
(Edisi Bahasa Indonesia). Jakarta: Prenhallindo.
Sekaran, U. & Bougie, R. 2013.Research Methods for Business. United Kingdom:
John Wiley & Sons Ltd.
Soemarso, S. R. 1998. Dampak Reformasi Perpajakan 1984 Terhadap Efisiensi
Sistem Perpajakan Indonesia.Ekonomi dan Keuangan Perpajakan di Indonesia,
Vol. XLVI No.3.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandun:
Alfabeta.
Supadmi, Ni Luh. 2009. Meningkatkat Kepatuhan Wajib Pajak melalui Kualitas
Pelayanan.E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayanan, Vol.4, No.2, Juli 2009.
Supriyati dan Nur Hayati.2008. Pengaruh Pengetahuan Pajak dan Persepsi Wajib
Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.Jurnal Akuntanai dan Teknologi
Informasi, Vol.7, No.1.
Susanto, Herry.2012. Membangun Kesadaran dan Kepedulian Sukarela Wajib
Pajak.http://www.membangun kesadaran-dan-kepedulian-sukarela-wajib-
pajak.html.
Tambunan, Tulus. 2012. Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia, Isu-Isu
Penting. Jakarta: LP3ES.
Tarjo dan Indra Kusumawati. 2005. Analisis Perilku Wajib Pajak Orang Pribadi
terhadap Pelaksanaan Self Assessment System: Suatu Studi di Bangkalan.
Simposium Riset Ekonomi II 23-24 Desember 2015, Surabaya.
Todaro, M. P., & Smith, S. C. 2003.Economic Development. Boston: Addison
Wesley.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan.
Waluyo. 2011. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.
Widayati dan Nurlis. 2010. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemauan Wajib
Pajak untuk Membayar Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan
Pekerjaan Bebas (Studi Kasus pada KPP Pratama Gambir Tiga)”. Simposium
Nasional Akuntansi XIII.
Widyanti, Rina.,& Gusmidawati. 2017. Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Pelayanan
Fiskus terhadap Kesadaran Wajib Pajak (Studi Kasus Wajib Pajak di
Kecamatan Koto Tangah).Jurnal Ekonomi Universitas Muhammadiyah
Sumatera Barat, Vol. III, No.6, Oktober 2017.

22
Wulansari, Ayuningtias. 2012. Analisis Tingkat Kesadaran Pajak pada Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah (UMKM).Skripsi, Fakultas Ekonomi, Universitas
Indonesia, Jakarta.

23

Anda mungkin juga menyukai