Anda di halaman 1dari 24

Kepatuhan Pajak Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Surakrta

Kepatuhan Pajak Usaha Mikro, Kecil dan Menengah


di Surakarta
Jenis sesi paper : Full Paper

Aditya Budi Anggara Umi Sulistiyanti


Universitas Islam Indonesia Universitas Islam Indonesia
Email : adityaba88@gmail.com Email : umi_sulistiyanti@uii.ac.id

Abstract

There are 23,000 units of business activities based on micro, small and medium enterprises
(SMEs) listed in Surakarta Pratama Tax office, but only about 5,000 SMEs units in Surakarta
that pay and report tax due to the low compliance of the SMEs taxpayer. The purpose of this
study is to analyze the effect of tax knowledge, tax socialization, tax supervision, and
turnover on tax compliance of SMEs taxpayer listed at the Surakarta Pratama Tax Office.
This study is a quantitative research. The numbers of samples used in the study were 100
respondents that were calculated using Slovin formula and using random sampling method.
The data collection method using questionnaire and the data were analyzed using multiple
regressions by means of SPSS. The results of this study show that tax knowledge, tax
socialization, and tax supervision have significant positive effects on taxpayer compliance,
while turnover has no effect on the taxpayer compliance.
Keywords: Tax Compliance, Tax knowledge, Tax socialization, Tax supervision, Turnover

Simposium Nasional Akuntansi XX Jember, 20171


Kepatuhan Pajak Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Surakrta

1. Pendahuluan

Penerimaan pajak di Indonesia didominasi oleh kegiatan usaha yang berbasis pada usaha

mikro, kecil dan menengah (UMKM). Dalam studi tentang UMKM, terdapat dua peran penting

UMKM terhadap perekonomian negara. yaitu, peningkatan pertumbuhan ekonomi dan penyediaan

lapangan pekerjaan. Namun kenyataannya kontribusi penerimaan pajak dari sektor UMKM jumlahnya

masih rendah. Hal itu terjadi karena pengawasan yang dilakukan Direktorat jenderal pajak terhadap

sektor UMKM masih belum dilakukan secara optimal. Di sisi lain, kepatuhan pajak pelaku UMKM

juga masih rendah.

Berdasarkan informasi dari media online harianjogja.com, terdapat 23.000 UMKM yang ada

di Solo baru sekitar 5.000 pelaku UMKM yang melaporkan pajak final 1%. Masih terdapat sekitar

17.000 pelaku UMKM yang perlu disadarkan untuk membayar dan melaporkan pajaknya.

Ketidakpatuhan UMKM untuk membayar dan melaporkan pajaknya dipengaruhi beberapa faktor baik

faktor internal wajib pajak sendiri maupun faktor eksternal. Berbagai upaya juga telah dilakukan oleh

pihak Direktorat Jendral Pajak (DJP) antara lain, bekerjasama dengan berbagai asosiasi dan instansi,

salah satunya Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Solo. Akan tetapi, target penerimaan pajak di

Surakarta dari sektor UMKM masih rendah.

Sebelumnya, pemerintah juga telah merilis Peraturan Pemerintah yang mengatur perlakuan

khusus Pajak Penghasilan untuk usaha kecil, mikro dan menengah. Peraturan Pemerintah tersebut

adalah Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013. Peraturan ini diadakan untuk mempermudah

para Wajib Pajak dalam membayar pajak. Peraturan ini mempermudah mereka sehingga para Wajib

Pajak tidak perlu menghitung laba mereka, pajak yang harus dibayar langsung dikalikan 1% dari

omset saja. Namun masyarakat beranggapan bahwa pengenaan pajak terhadap UKM sebesar 1% dari

omset dinilai tidak adil bagi pengusaha UMKM (Susilo dan Sirajuddin 2013).

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis termotivasi untuk melakukan

penelitian yang berjudul“KepatuhanPajak UsahaMikro, Kecil dan Menengah di Surakarta”.Penelitian

ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pengetahuan pajak, Sosialisasi pajak, Pengawasan pajak

dan Omset Penghasilan Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak pada sektor usaha mikro, kecil

Simposium Nasional Akuntansi XX Jember, 20172


Kepatuhan Pajak Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Surakrta

dan menengah. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Mukzam,

Sudjana, Pamuji (2014) yang menyatakan bahwa pengetahuanpajak, pengawasan dan sosialisasi

berpengaruh terhadap kepatuhan UMKM dalam membayar pajaknya di wilayah Malang. Adapun

perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah adanya penambahan variabel independen

berupa omset penghasilan Wajib Pajak dan lokasi penelitian ini berada di wilayah Surakarta.

2. Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis

2.1 Teori Atribusi

Teori atribusi menyatakan bahwa bila individu-individu mengamati perilaku seseorang, mereka

mencoba untuk menentukan apakah itu ditimbulkan secara internal atau eksternal (Robbins dan

Judge,2008). Perilaku yang disebabkan secara internal adalah perilaku yang diyakini berada di bawah

kendali pribadi individu itu sendiri atau berasal dari faktor internal seperti ciri kepribadian, kesadaran,

dan kemampuan. Hal tersebut merupakan atribusi internal. Sedangkan, perilaku yang disebabkan

secara eksternal adalah perilaku yang dipengaruhi dari luar atau dari faktor eksternal seperti peralatan

atau pengaruh sosial dari orang lain, artinya individu akan terpaksa berperilaku karena situasi, ini

merupakan atribusi eksternal.

2.2 Teori Pembelajaran Sosial

Teori pembelajaran sosial menyatakan bahwa orang – orang dapat belajar melalui pengamatan

dan pengalaman secara langsung. Teori Pembelajaran sosial berasumsi bahwa perilaku adalah sebuah

fungsi dari konsekuensi dan teori ini juga mengakui keberadaan pembelajaran melalui pengamatan

(observasional) dan pentingnya persepsi dalam pembelajaran. Individu merespon pada bagaimana

mereka merasakan dan mendefinisikan konsekuensi, bukan pada konsekuensi objektif itu sendiri.

Empat proses untuk menentukan pengaruh sebuah model pada seorang individu (Robbins dan Judge

2008) antara lain : Proses perhatian, proses penyimpanan, proses reproduksi motorik,dan proses

penguatan.

Simposium Nasional Akuntansi XX Jember, 20173


Kepatuhan Pajak Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Surakrta

2.3 Pengetahuan Wajib Pajak danKepatuhan Wajib Pajak Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah (UMKM)

Pengetahuan terhadap peraturan perpajakan melalui pendidikan formal maupun non formal

akan berdampak positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak untuk membayar pajak. Pengetahuan

peraturan perpajakan dalam sistem perpajakan, Wajib Pajak diberikan kepercayaan untuk

melaksanakan kebebasan melalui sistem menghitung, memperhitungkan, membayar, melaporkan

sendiri pajak yang terutang (Self Assessment System).

Teori atribusi menyatakan bahwa Pengetahuan Wajib Pajak tentang peraturan pajak UMKM

merupakan penyebab internal yang dapat mempengaruhi Wajib Pajak dalam membayar pajak. Jika

Wajib Pajak memiliki pemahaman tentang perpajakan, Wajib Pajak menjadi lebih mengerti

pentingnya membayar pajak dan manfaat yang dapat dirasakan secara langsung maupun tidak

langsung. Dengan begitu, tingkat Kepatuhan Pajak dapat meningkat. Pernyataan tersebut didukung

oleh hasil penelitian Susilawati dan Budiartha (2013) yang menunjukkan bahwa pengetahuan Pajak

berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak.

H1: Pengetahuan Pajak berpengaruh positif terhadap Kepatuhan Wajib Pajak usaha mikro, kecil dan

menengah (UMKM)

2.4 Sosialisasi Pajak danKepatuhan Wajib Pajak Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah(UMKM)

Sosialisasi perpajakan dapat diartikan sebagai suatu upaya dari Direktorat Jendral Pajak untuk

memberikan pengertian, informasi, dan pembinaan kepada masyarakat pada umumnya dan Wajib

Pajak khususnya mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan perpajakan.Berdasarkan teori

pembelajaran sosial, dijelaskan bahwa individu-individu akan termotivasi untuk menampilkan

perilaku yang dicontohkan model jika tersedia insentif positif atau penghargaan. Sosialisasi pajak

akan memberikan pemahaman kepada Wajib Pajak mengenai prosedur, peraturan, manfaat dan sanksi

perpajakan. Hal ini akan memberikan motivasi bagi Wajib Pajak untuk patuh dalam membayar pajak.

Sehingga sosialisasi pajak dapat meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar pajak.

Pernyataan tersebut diperkuat oleh hasil penelitian Mukzam, Sudjana, Pramuji (2014) yang

menunjukkan bahwa Sosialisasi berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak.

Simposium Nasional Akuntansi XX Jember, 20174


Kepatuhan Pajak Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Surakrta

H2: Sosialisasi berpengaruh positif terhadap Kepatuhan Wajib Pajak usaha mikro, kecil dan

menengah (UMKM)

2.5 Pengawasan Pajak danKepatuhan Wajib Pajak Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah (UMKM)

Pengawasan terkait dengan pajak terdiri dari Intensifikasi dan Ekstensifikasi. Intensifikasi

adalah memaksimalkan apa yang sudah ada yang berarti usaha menambah penerimaan pajak tanpa

menambah objek pajak. Sementara Ekstensifikasi adalah menambah objek pajak yang berarti usaha

menambah penerimaan pajak dengan menambah objek pajak yang sebelumnya tidak ada (Djuanda

2012). Dalam teori atribusi menyatakan bahwa pengawasan pajak yang dilakukan oleh petugas kantor

pajak merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak UMKM. Semakin tinggi

tingkat pengawasan yang dilakukan oleh fiskus, maka diharapkan kepatuhan pajak UMKM semakin

meningkat. Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Mukzam,

Sudjana, Pramuji (2014) yang menunjukkan bahwa pengawasan berpengaruh terhadap kepatuhan

Wajib Pajak.

H3: Pengawasan berpengaruh positif terhadap Kepatuhan wajib pajak usaha mikro, kecil dan

menengah (UMKM)

2.6 Omset Penghasilan dan Kepatuhan Wajib Pajak Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah (UMKM)

Omset penghasilan seseorang berpengaruh terhadap kepatuhan dalam melakukan pembayaran

perpajakan, semakin tinggi tingkat penghasilan seseorang yang diterima maka tentu saja semakin

tinggi pula pajak yang harus dibayar. Teori atribusi menjelaskan bahwa individu melakukan

pengamatan terhadap perilaku yang dilakukan seseorang karena pertimbangan internal maupun

eksternal. Pertimbangan secara internal adalah perilaku yang diyakini berada di bawah kendali pribadi

individu itu sendiri atau berasal dari faktor internal seperti ciri kepribadian, kesadaran, dan

kemampuan. Omset penghasilan dalam penelitian ini merupakan salah satu faktor internal yang dapat

mempengaruhi wajib pajak menciptakan perilaku mematuhi peraturan perpajakan.Semakin tingginya

omset penghasilan wajib pajak maka diharapkan kepatuhan pajak juga akan meningkat.Pernyataan

tersebut diperkuat oleh hasil penelitian Carvallo dan Agusino (2016) yang menunjukkan bahwa PP

Simposium Nasional Akuntansi XX Jember, 20175


Kepatuhan Pajak Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Surakrta

No.46 tahun 2013 tentang tingkat penghasilan/omset penghasilan berpengaruh terhadap Kepatuhan

Wajib Pajak UMKM.

H4: Omset Penghasilan berpengaruh positif terhadap Kepatuhan Wajib Pajak usaha mikro, kecil dan

menengah (UMKM)

3. Metode Penelitian

3.1 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh UMKM yang ada di Surakarta. Adapun jumlah

pemilik UMKM yang terdaftar di KPP Pratama Surakarta adalah 23.000, jumlah tersebut akan

dijadikan sebagai populasi dalam penelitian ini. Dari populasi tersebut dapat diambil sampel sebanyak

100 responden yang berasal dari penggunaan Probability Sampling (secara acak) dengan metode

random sampling yang dipilih oleh peneliti dalam pengambilan sampel. Berikut adalah perhitungan

rumus slovin:

=
1+

Keterangan:

n = Sampel

N = Populasi

e = Persentase kesalahan yang dapat ditolerir akibat ketidaktelitian pengambilan sampel

= ( , )
= 99,56 Dibulatkan menjadi 100

3.2 Sumber Data

Data yang digunakan pada penelitian ada 2 jenis, yaitu data primer dan data sekunder.

a. Data primer, merupakan data yang diperoleh secara langsung dari para respondenberupa kuesioner.

b. Data Sekunder, merupakan data yang diperoleh dari studi pustaka, literatur serta referensi yang

mendukungterbentuknya suatu landasan teori penelitian ini.

Simposium Nasional Akuntansi XX Jember, 20176


Kepatuhan Pajak Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Surakrta

3.3 Definisi dan Operasionalisasi Variabel Penelitian

Adapun definisi dari masing-masing variabel yang digunakan berikut dengan operasional dan

cara pengukurannya adalah sebagai berikut :

1. Pengetahuan Pajak

Pengetahuan Pajak adalah persepsi atau pendapat Wajib Pajak mengenai perpajakan.

Indikator yang digunakan dalam variabel ini adalah Pemahaman terhadap peraturan dan ketentuan

perpajakan UMKM dan kewajiban serta Hak Wajib pajak. Instrumen pengukuran variabel ini diukur

dengan menggunakan skala interval dengan nilai 1 sampai dengan 4 yaitu, dari sangat tidak setuju (1),

tidak setuju (2), setuju (3), sampai sangat setuju (4).

2. Sosialisasi Pajak

Sosialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses dimana orang-orang mempelajari sistem nilai,

norma dan pola perilaku yang diharapkan oleh kelompok sebagai bentuk transformasi dari orang

tersebut sebagai orang luar menjadi organisasi yang efektif. Adapun indikator yang digunakan oleh

variabel ini adalah Pelaksanaan sosialisasi pajak UMKM dari kantor pajak dan pemahaman terkait

dengan materi sosialisasi. Variabel ini diukur dengan menggunakan Skala Interval dengan nilai 1

sampai dengan 4 yaitu dari sangat tidak setuju (1), tidak setuju (2), setuju (3), sampai sangat setuju

(4).

3. Pengawasan Pajak

Pengawasan adalah suatu usaha sistematis yang dilakukan oleh aparat pajak untuk

melakukan pengawasan untuk menganalisis kinerja Wajib Pajak, rencana, atau tujuan yang telah

ditentukan terlebih dahulu untuk menentukan apakah kinerja sejalan dengan rencana. Indikator yang

digunakan dalam variabel Pengawasan pajak ini meliputi pelaksanaan pengawasan yang dilakukan

oleh kantor pajak. Instrumen pengukuran variabel ini diukur dengan menggunakan skala interval

dengan nilai 1 sampai dengan 4 yaitu dari sangat tidak setuju (1), tidak setuju (2), setuju (3), sampai

sangat setuju (4).

4. Omset Penghasilan

Simposium Nasional Akuntansi XX Jember, 20177


Kepatuhan Pajak Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Surakrta

Omset penghasilan adalah jumlah pendapatan atau jumlah yang diterima oleh wajib pajak

dalam kurun waktu tertentu. Semakin tinggi tingkat penghasilan seseorang, maka tentu saja semakin

besar pula jumlah pajak terhutang yang harus dilaporkan oleh wajib pajak. Adapun indikator yang

digunakan dalam variabel ini adalah pemahaman wajib pajak tentang pemajakan UMKM berdasarkan

omset penghasilan.Variabel ini diukur dengan menggunakan skala interval dengan nilai 1 sampai

dengan 4 yaitu dari sangat tidak setuju (1), tidak setuju (2), setuju (3), sampai sangat setuju (4).

5. Kepatuhan Wajib Pajak

Kepatuhan memiliki arti suatu tindakan yang sesuai aturan serta berperilaku disiplin dengan

mematuhi norma-norma yang berlaku. Hal ini sama dengan perlakuan pada perpajakan. Wajib Pajak

dapat dikatakan patuh jika Wajib Pajak tersebut tidak melanggar dan menerapkan secara disiplin

peraturan perpajakan yang berlaku Mukzam, Sudjana, dan Pamuji (2014). Indikator Kepatuhan Pajak

dalam penelitian ini adalah Wajib Pajak menjalankan peraturan pajak yang berlaku, pembayaran pajak

yang sesuai dengan prosedur, tepat waktu, tidak pernah mendapatkan denda. Pengukuran variabel

Kepatuhan Wajib Pajak menggunakan hasil penelitian dari Choiriyatuz Zahidah (2010) yang terdiri

dari 5 pertanyaan dengan menggunakan skala interval dengan nilai 1 sampai dengan 4 yaitu dari

sangat tidak setuju (1), tidak setuju (2), setuju (3), sampai sangat setuju (4).

3.4 Metode Analisis Data

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Pendekatan yang

digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Metode pengambilan sampel yang

digunakan adalah teknik random sampling. Adapun analisis data yang digunakan adalah analisis

regresi linear berganda dengan menggunakan sofware SPSS. Model regresi yang digunakan adalah

sebagai berikut :

Y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + b4x4 + e

Keterangan:

Simposium Nasional Akuntansi XX Jember, 20178


Kepatuhan Pajak Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Surakrta

Y = kepatuhan wajib pajak pada sektor usaha kecil dan menengah

a = konstanta

b1-b4 = koefisien regresi

X1 = Pengetahuan Wajib Pajak UMKM

X2 = Sosialisasi

X3 = Pengawasan

X4 = Omset Penghasilan

e = error

Sebelum dilakukukan uji hipotesis, data-data tersebut dilakukan beberapa analisis yaitu 1)

Analisis statistik deskriptif yang berfungsi untuk mendiskripsikan atau memberi gambaran terhadap

obyek yang diteliti,2) Uji kualitas data yang berfungsi untuk mengetahui sejauh mana kualitas

keabsahan data tersebut digunakan dalam penelitian. Pengujian kualitas data menggunakan dua alat

uji yaitu uji reabilitas dan validitas, 3) Uji asumsi klasik yang berfungsi untuk menguji apakah data

memenuhi asumsi klasik. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya estimasi yang bias, karena

tidak semua data dapat diterapkan regresi. Uji asumsi klasik yang dilakukan adalah uji normalitas, uji

multikolinieritas dan uji heterokedasitas

4. Hasil dan Diskusi

4.1 Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini yaitu Wajib Pajak UMKM yang terdaftar di Kantor Pelayanan

Pajak Pratama Surakarta dengan jumlah responden sebanyak 100 UMKM. Dari data karakteristik

responden berdasarkan jenis kelamin, maka mayoritas responden berjenis kelamin Laki-Laki yaitu

sebanyak 62 orang atau 62%. Sedangkan data karakteristik responden berdasarkan usia, maka jumlah

responden terbesar adalah responden yang berusia ≥ 40 tahun yaitu sebanyak 57 orang atau 57% dan

mayoritas jenjang pendidikan terakhir responden adalah Sekolah Menengah Atas sebanyak 55 orang

atau 55%.

Simposium Nasional Akuntansi XX Jember, 20179


Kepatuhan Pajak Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Surakrta

Adapun karakteristik responden berdasarkan lama usaha yang dijalani dan laba bersih usahanya

yaitu mayoritas lama usaha yang dijalani respoden sekitar 4-6


4 tahun sebesar 34% dengan laba bersih

usaha sebulan mayoritas responden antara Rp.5.000.000-Rp.10.000.000


Rp.5.000.000 Rp.10.000.000 yaitu sebanyak 53 orang atau

53%.

4.2 Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan keadaan variabel


variabel-variabel

penelitian secara statistik.


k. Penelitian ini menggunakan nilai rata-rata
rata (mean),
), nilai maksimum, nilai

minimum dan standar deviasi untuk menggambarkan deskripsi statistik. Penilaian terhadap variabel

diukur menggunakan skala interval 1-4


1 4 dengan skor terendah yaitu 1 (sangat rendah) dan skor

tertinggi 4 (sangat tinggi). Untuk menentukan kriteria penilaian Kepatuhan Wajib Pajak, maka

penilaian penelitian dilakukan dengan interval sebagai berikut:

Skor terendah adalah 1 Skor tertinggi adalah 4

Interval = = 0,75

Sehingga diperoleh batasan persepsi


sepsi sebagai berikut:

1,00 – 1,75 = Sangat Rendah

1,75 – 2,50 = Rendah

2,50 – 3,25 = Tinggi

3,25 – 4,00 = Sangat Tinggi

Berikut merupakan hasil analisis statistik deskriptif pada penelitian ini :

Tabel 1. Analisis Deskriptif

Variabel Minimum Maksimum Mean Std. Deviasi


Pengetahuan Pajak (X1) 0 4 2.808 0,795
Sosialisasi Pajak (X2) 1 4 2.724 0,727

Pengawasan Pajak (X3) 1 4 2.788 0,822


Omset Penghasilan (X4) 0 4 2.756 0,781
Kepatuhan Pajak (Y) 1 4 2.858 0,761

Simposium Nasional Akuntansi XX Jember, 2017


201710
Kepatuhan Pajak Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Surakrta

Sumber: Data Primer Diolah (2017)

Tabel 1. tersebut menunjukkan bahwa rata–rata responden setuju terhadap variabel dependen

Kepatuhan Pajak. Hasil tersebut dapat dikatakan setuju karena mean dari jawaban responden berada

pada batas taraf tinggi (2,50 – 3,25). Variabel independen semuanya termasuk kedalam taraf tinggi

(2,50 – 3,25) dengan nilai standar deviasi yang cukup tinggi sehingga data dari para responden

cenderung homogen.

4.3 Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi linear berganda digunakan untuk menguji pengaruh dua atau lebih variabel

independen terhadap satu variabel dependen. Persamaan regresi dapat dilihat dari tabel hasil uji

coefficients. Pada tabel coefficients yang dibaca adalah nilai dalam kolom B, baris pertama

menunjukkan konstanta dan baris selanjutnya menunjukkan konstanta variabel independen. Berikut

adalah hasil dari regresi linier berganda sehingga diperoleh nilai stastistik sebagai berikut :

Tabel 2. Analisis Regresi Linier Berganda


Coefficientsa

Model Unstandardized Standardized T Sig.


Coefficients Coefficients

B Std. Beta
Error

(Constant) .599 .986 .607 .545

PP (Pengetahuan pajak) .209 .096 .212 2.176 .032

S (Sosialisasi Pajak) .361 .095 .301 3.812 .000

PW (Pengawasan Pajak) .300 .084 .320 3.574 .001

O (Omset Penghasilan) .120 .096 .125 1.255 .212

a. Dependent Variabel: K

Sumber: Hasil olah data, 2017

Berdasarkan tabel 2 maka model regresi yang digunakan adalah sebagai berikut :

K= 0,599 + 0,209 PP + 0,209 S + 0,300 PW + 0,120 O + e

Simposium Nasional Akuntansi XX Jember, 201711


Kepatuhan Pajak Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Surakrta

Berdasarkan model regresi dan tabel di atas maka hasil regresi berganda dapat dijelaskan

sebagai berikut:

1. Persamaan regresi linear berganda pada tabel 2 diketahui mempunyai konstanta sebesar 0,599 dengan

tanda positif. Sehingga besaran konstanta menunjukkan bahwa jika variabel-variabel independen

Pengetahuan Pajak, Sosialisasi Pajak, Pengawasan Pajak dan Omset Penghasilan diasumsikan

konstan, maka variabel dependen yaitu Kepatuhan Wajib Pajak UMKM akan naik sebesar 0,599%.

2. Koefisien variabel Pengetahuan Pajak adalah 0,209 yang artinya jika Pengetahuan Pajak mengalami

kenaikan setiap 1% maka Kepatuhan Wajib Pajak UMKM akan meningkat sebesar 0,209%.

3. Koefisien variabel Sosialisasi Pajak adalah 0,361 yang artinya jika Sosialisasi Pajak mengalami

kenaikan setiap 1% maka Kepatuhan Wajib Pajak UMKM akan meningkat sebesar 0,362%

4. Koefisien variabel Pengawasan Pajak adalah 0,300 yang artinya jika Pengawasan Pajak mengalami

kenaikan setiap 1% maka Kepatuhan Wajib Pajak UMKM akan meningkat sebesar 0,300%.

5. Koefisien variabel Omset Penghasilan adalah 0,120 yang artinya jika Omset Penghasilan mengalami

kenaikan setiap 1% maka Kepatuhan Wajib Pajak UMKM akan meningkat sebesar 0,120%.

4.4 Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengetahui valid atau tidaknya kuesioner yang dibagikan

kepada responden. Untuk mengetahui suatu kuesioner dapat dikatakan valid maka nilai r hitung > r

tabel. Dalam penelitian ini, jumlah data yang dapat digunakan sebanyak 100 kuesioner, maka

diperoleh nilai (dF) = 100-2 dengan tingkat kepercayaan 95% (α=5%), maka nilai (dF) dari 98 adalah

0.1348. uji validitas ini menggunakan aplikasi SPSS 20. Berikut adalah hasil uji validitas

Tabel 3. Uji Validitas


Corrected Item-Total
Variabel Item r-tabel Keterangan
Correlation
PP.1 0.523 0.1654 Valid

Pemgetahuan Pajak PP.2 0.647 0.1654 Valid


(PP) PP.3 0.621 0.1654 Valid

PP.4 0.429 0.1654 Valid

Simposium Nasional Akuntansi XX Jember, 201712


Kepatuhan Pajak Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Surakrta

Corrected Item-Total
Variabel Item r-tabel Keterangan
Correlation
PP.5 0.540 0.1654 Valid

S.1 0.391 0.1654 Valid

S.2 0.316 0.1654 Valid

Sosialisasi Pajak (S) S.3 0.398 0.1654 Valid

S.4 0.472 0.1654 Valid

S.5 0.650 0.1654 Valid

PW.1 0.501 0.1654 Valid

PW.2 0.661 0.1654 Valid


Pengawasan Pajak
PW.3 0.459 0.1654 Valid
(PW)
PW.4 0.523 0.1654 Valid

PW.5 0.634 0.1654 Valid


O.1 0.629 0.1654 Valid

O.2 0.579 0.1654 Valid


Omset Penghasilan
O.3 0.547 0.1654 Valid
(O)
O.4 0.600 0.1654 Valid

O.5 0.594 0.1654 Valid

K.1 0.590 0.1654 Valid

K.2 0.650 0.1654 Valid


Kepatuhan wajib
K.3 0.515 0.1654 Valid
pajak UMKM (K)
K.4 0.582 0.1654 Valid

K.5 0.588 0.1654 Valid

Sumber : Hasil olah data, 2017

Berdasarkan tabel 3, dapat diketahui besarnya koefisien korelasi dari seluruh butir pertanyaan

variabel-variabel penelitian. Berdasarkan hasil perhitungan koefisien korelasi seluruh butir pertanyaan

memiliki signifikansi pearson correlation lebih besar dari r tabel, dimana r tabel sebesar 0,1654 (r

hitung > r tabel). Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa butir-butir pertanyaan tersebut valid dan

dapat digunakan sebagai instrumen penelitian selanjutnya.

4.4 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah pengujian untuk menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat

diandalkan. Dalam penelitian ini pengujian reliabilitas dilakukan untuk mengetahui apakah kuesioner

Simposium Nasional Akuntansi XX Jember, 201713


Kepatuhan Pajak Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Surakrta

yang dibagikan kepada responden memenuhi syarat reliable. Suatu kuesioner dapat dikatakan reliable

jika nilai Cronbach alpha lebih besar dari 0,5 atau 50%. Uji reliabilitas ini menggunakan aplikasi

SPSS versi20. Berikut adalah hasil uji reliabilitas :

Tabel 4 Uji Reliabilitas


Variabel Cronbach Alpha Keterangan

Pengetahuan Pajak 0.894 Reliabel

Sosialisasi Pajak 0.913 Reliabel

Pengawasan pajak 0.899 Reliabel

Omset Penghasilan 0.895 Reliabel

Kepatuhan wajib pajak UMKM 0.891 Reliabel

Sumber : Hasil olah data, 2017

Berdasarkan tabel 4, dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel dalam penelitian ini dapat

dikatakan reliable karena koefisien cronbach alpha lebih besar dari 0,6. Maka dari itu dapat

disimpulkan bahwa butir-butir pertanyaan dapat digunakan sebagai instrumen untuk penelitian

selanjutnya.

4.5 Uji Asumsi Klasik

4.5.1 Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk melihat suatu data terdistribusi secara normal atau tidak. Suatu

data dapat dikatakan berdistribusi normal, apabila nilai probabilitas lebih besar dari 0,05. Model

analisis regresi yang bagus hendaknya berdistribusi normal atau mendekati normal. Dalam penelitian

ini, uji normalitas ini menggunakan aplikasi SPSS versi 20. Berikut adalah hasil dari uji normalitas

Tabel 5. Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Unstandardized Unstandardized Unstandardized


Residual Residual Residual Residual

N 100 100 100 100


Mean 0E-7 0E-7 0E-7 0E-7
Normal Parametersa,b
Std. Deviation 1.84561799 1.87773525 1.79272091 1.89834929

Simposium Nasional Akuntansi XX Jember, 201714


Kepatuhan Pajak Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Surakrta

Absolute .058 .062 .076 .070


Most Extreme Differences Positive .058 .044 .076 .062
Negative -.055 -.062 -.067 -.070
Kolmogorov-Smirnov Z .585 .622 .758 .698
Asymp. Sig. (2-tailed) .884 .834 .614 .714

Berdasarkan hasil uji normalitas pada tabel 5. dapat disimpulkan bahwa model regresi ini

berdistribusi normal, karena nilai probabilitasyang dihasilkan dari tiap-tiap variabel lebih besar dari

0,05. Maka model regresi ini layak untuk digunakan analisis selanjutnya.

4.5.2 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinieritas adalah uji yang bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya

tidak terjadi korelasi diantara variabel bebasnya. Dengan menggunakan nilai tolerance, nilai yang

terbentuk harus di atas 10% dengan menggunakan VIF (Variance Inflation Faktor), nilai yang

terbentuk harus kurang dari 10, bila tidak maka akan terjadi multikolinieritas dan model regresi tidak

layak untuk digunakan

Tabel 6. Uji Multikolinearitas

Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF

(Constant)

PP (Pengetahuan Pajak) .343 2.912

S (Sosialisasi Pajak) .522 1.917

PW (Pengawasan Pajak) .407 2.456

O (Omset Penghasilan) .329 3.038

Sumber : Hasil olah data, 2017

Berdasarkan hasil uji multikolinearitas pada tabel 6 dapat dilihat bahwa tolerance dan VIF dari

variabel Pengetahuan Pajak adalah sebesar 0,343 dan 2,912, untuk variabel Sosialisasi Pajak adalah

sebesar 0.522 dan 1.917, untuk variabel Pengawasan Pajak adalah sebesar 0,407 dan 2,456, sedangkan

Simposium Nasional Akuntansi XX Jember, 201715


Kepatuhan Pajak Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Surakrta

variabel Omset Penghasilan adalah sebesar 0,329 dan 3,038. Oleh karena itu dapat disimpulkan

bahwa persamaan model regresi tidak mengandung masalah multikolinearitas yang artinya tidak ada

korelasi diantara variabel-variabel bebas sehingga layak digunakan untuk analisis lebih lanjut karena

nilai tolerance berada di bawah 1 dan nilai VIF jauh dibawah angka 10.

4.5.3 Uji Heterokedastisitas

Penyimpangan asumsi model klasik yang lain adalah adanya heteroskedastisitas, artinya varians

variabel dalam model tidak sama (konstan). Pengujian heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan

menggunakan grafik scatterplots, jika grafik terlihat titik-titik menyebar secara acak dan tersebar di

atas maupun dibawah angka 0 sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedastistas pada model regresi.

Hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada Gambar 1. di bawah ini:

Gambar 1. Hasil Uji Heteroskedastisitas Model 1

Sumber : Hasil olah data, 2017


Dari hasil analisis uji heteroskedastisitas di atas, pada grafik scatterplot terlihat titik-titik

menyebar secara acak dan tersebar di atas maupun dibawah angka 0 sumbu Y. Hasil tersebut dapat

disimpulkan bahwa tidak terdapat gejala heteroskedastisitas dalam model regresi dan dapat digunakan

untuk analisis selanjutnya.

4.6 Koefisien Determinasi

Koefisen determinasi digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan antara variabel bebas

dengan variabel terikat. Nilai R2 terletak antara 0 sampai dengan 1 (0 ≤ R2 ≤ 1). Tujuan menghitung

koefisien determinasi adalah untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.

Simposium Nasional Akuntansi XX Jember, 201716


Kepatuhan Pajak Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Surakrta

Dalam penelitian ini menggunakan aplikasi SPSS versi 20. Dari hasil analisis data diperoleh hasil

sebagai berikut :

Tabel 8. Koefisien Determinasi

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Std. Error of the


Square Estimate

1 .721a .520 .515 1.855

a. Predictors: (Constant), PP
b. Dependent Variabel : K

Sumber : Hasil olah data, 2017

Berdasarkan tabel 8, diperoleh hasil bahwa nilai Adjusted R Square sebesar 0,515 yang artinya
Pengetahuan Pajak, Sosialisasi Pajak, Pengawasan dan Omset Penghasilam mampu menjelaskan
Kepatuhan Wajib Pajak UMKM sebesar 51,5%, sedangkan sisanya 48,5% dijelaskan oleh variabel
lain diluar penelitian.

4.7 Uji t

Uji t bertujuan untuk menguji pengaruh masing-masing variabel independen (Pengetahuan

Wajib Pajak, Sosialisasi Pajak, Pengawasan Pajak, Omset Penghasilan) terhadap variabel dependen

(Kepatuhan Wajib Pajak UMKM). Untuk menguji pengaruh tersebut dapat dilakukan dengan cara

berdasarkan nilai probabilitas. Jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 atau 5% dan menunjukkan

arah positif maka hipotesis yang diajukan diterima atau dikatakan signifikan. Jika nilai signifikansi

lebih besar dari 0,05 atau 5% dan menunjukkan arah negatif maka hipotesis yang diajukan gagal

diterima atau dikatakan tidak signifikan. Hasil uji analisis regresi coefficients dengan menggunakan

SPSS versi 20/23 terlihat pada di bawah ini:

Tabel 7. Uji t

Coefficientsa

Model Unstandardized Standardized T Sig.


Coefficients Coefficients

B Std. Beta
Error

(Constant) .599 .986 .607 .545

Simposium Nasional Akuntansi XX Jember, 201717


Kepatuhan Pajak Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Surakrta

PP (Pengetahuan Wajib
.209 .096 .212 2.176 .032
Pajak)

S (Sosialisasi Pajak) .361 .095 .301 3.812 .000

PW (Pengawasan Pajak) .300 .084 .320 3.574 .001

O (Omset Penghasilan) .120 .096 .125 1.255 .212

a. Dependent Variabel: K

Sumber : Hasil olah data, 2017

Berdasarkan tabel 7, semua variabel independen menunjukkan arah yang positif. Dari

keempat variabel terdapat tiga variabel yang berpengaruh signifikan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

UMKM yaitu Pengetahuan Wajib Pajak, Sosialisasi Pajak dan Pengawasan Pajak, karena nilainya

lebih kecil dari 0,05, sedangkan variabel Omset Penghasilan tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM karena nilainya lebih besar dari 0,05.

4.8 Pengetahuan Pajak dan Kepatuhan Wajib Pajak UMKM

Berdasarkan tabel 7,diperoleh hasil p-value hasil uji-t dari variabel Pengetahuan Pajak sebesar

0,032 dan memiliki koefisien sebesar 0,209 yang menunjukkan arah yang positif. Dikarenakan p-

value lebih kecil dari tingkat signifikasi  = 5% atau (0,032 < 0,05) dan memiliki koefisien sebesar

0,209 yang menunjukkan arah yang positif, maka hipotesis diterima yaitu Pengetahuan Wajib Pajak

berpengaruh positif terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM. Hal ini menunjukkan bahwa semakin

tinggi tingkat pengetahuan yang dimiliki wajib pajak maka wajib pajak semakin paham tentang pajak

UMKM, sehingga dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak untuk membayar pajak UMKM, begitu

pula sebaliknya. Hal tersebut dikarenakan tanpa pengetahuan yang cukup tentang perpajakan akan

membuat wajib pajak merasa ragu untuk membayar pajak dan cendurung untuk mengabaikannya.

Sesuai dengan teori atribusi yang menyatakan bahwa pengetahuan pajak merupakan penyebab internal

yang dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Susilawati dan Budiartha (2013) dan Inasius

(2015) bahwa pengetahuan pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM.

Namun, tidak sejalan dengan penelitian Andinata (2015) yang menyatakan bahwa pengetahuan pajak

tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak UMKM.

Simposium Nasional Akuntansi XX Jember, 201718


Kepatuhan Pajak Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Surakrta

4.9 Sosialisasi Pajak dan Kepatuhan Wajib Pajak UMKM

Berdasarkan tabel 7, diperoleh hasil p-value hasil uji-t dari variabel Sosialisasi Pajak sebesar

0,000 dan memiliki koefisien sebesar 0,361 yang menunjukkan arah yang positif. Dikarenakan p-

value lebih kecil dari tingkat signifikasi  = 5% atau (0,000 < 0,05) dan memiliki koefisien sebesar

0,361 yang menunjukkan arah yang positif, maka hipotesis diterima yaitu Sosialisasi Pajak

berpengaruh positif terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM. Artinya semakin sering

dilakukan sosialisasi pajak maka kepatuhan wajib pajak UMKM akan semakin meningkat,

begitu juga sebaliknya. Sesuai dengan teori pembelajaran sosial, dijelaskan bahwa individu-

individu akan termotivasi untuk menampilkan perilaku yang dicontohkan model jika tersedia

insentif positif atau penghargaan. Sosialisasi pajak akan memberikan pemahaman kepada Wajib Pajak

mengenai prosedur, peraturan, manfaat dan sanksi perpajakan. Hal ini akan memberikan motivasi bagi

Wajib Pajak untuk patuh dalam membayar pajak. Sehingga sosialisasi pajak dapat meningkatkan

kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar pajak. Menurut Vedhayana (2012) sosialisasi dapat dinilai

melalui 4 dimensi, yaitu penyuluhan berupa ketepatan pelaksanaan penyuluhan yang dilakukan oleh

oleh kantor pajak, penyelenggaraan dapat berupa intensitas waktu pelaksanaan sosialisasi, cara

sosialisasi seperti pemaparan materi yang dijelaskan sesuai dengan kebutuhan Wajib Pajak UMKM,

dan media yang digunakan berupa pemanfaatan media cetak maupun elektronik dalam memberikan

sosialisasi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Adiyati (2009) dan Mukzam, Sudjana, Pramuji

(2014) bahwa Sosialisasi Pajak berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM. Namun, tidak

sejalan dengan penelitian Rohmawati, Prasetyono dan Rimawati (2013) yang menyatakan bahwa

Sosialisasi Pajak tidak berpengaruh positif terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

4.10 Pengawasan Pajak dan Kepatuhan Wajib Pajak UMKM

Berdasarkan tabel 7, diperoleh hasil p-value hasil uji-t dari variabel Pengawasan Pajak

sebesar 0,001 dan memiliki koefisien sebesar 0,300 yang menunjukkan arah yang positif.

Simposium Nasional Akuntansi XX Jember, 201719


Kepatuhan Pajak Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Surakrta

Dikarenakan p-value lebih kecil dari tingkat signifikasi  = 5% atau (0,001 < 0,05) dan memiliki

koefisien sebesar 0,300 yang menunjukkan arah yang positif, maka hipotesis

diterimaartinyapengawasan pajak berpengaruh positif terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM. Hal

ini menunjukkansemakin tinggi atau seringnya pengawasan yang dilakukan oleh kantor pajak, maka

semakin tinggi pula tingkat kepatuhan yang dimiliki oleh Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban

perpajakannya, begitu pula sebaliknya.Dalam teori atribusi menyatakan bahwa pengawasan pajak

yang dilakukan oleh petugas kantor pajak merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi kepatuhan

wajib pajak UMKM. Harapannya semakin tinggi intensitas pengawasan yang dilakukan pegawai

pajak maka akan semakin tinggi pula tingkat Kepatuhan Pajak UMKM.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitianDjuanda (2012) dan Mukzam, Sudjana, Pramuji

(2014) yang menyatakan bahwa Pengawasan Pajak berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

UMKM.

4.11 Omset Penghasilan dan Kepatuhan Wajib Pajak UMKM.

Berdasarkan tabel 7, diperoleh hasil p-value hasil uji-t dari variabel Omset Penghasilan

sebesar 0,212 dan memiliki koefisien sebesar 0,120 yang menunjukkan arah yang positif.

Dikarenakan p-value lebih besar dari tingkat signifikasi  = 5% atau (0,212 > 0,05) dan memiliki

koefisien sebesar 0,120 yang menunjukkan arah yang positif, maka hipotesis gagal diterima yaitu

Omset penghasilan tidak berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM. Hal ini menunjukkan

bahwa Omset Penghasilan tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajibpajak UMKM. Artinya bahwa

semakin tinggi tingkat penghasilan atau Omset Penghasilan Wajib Pajak UMKM belum tentu tingkat

kepatuhan dalam membayar pajak semakin meningkat, begitu pula sebaliknya. Hal ini dimungkinkan

karena semakin tinggi penghasilan atau Omset Penghasilan Wajib Pajak tentu saja semakin tinggi

pula jumlah pajak yang harus dibayar sehingga Wajib Pajak merasa terbebani untuk membayar pajak

tersebut.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Yusrinillah (2006) bahwa Omset Penghasilan

tidak berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak UMKM. Namun, tidak sejalan dengan penelitian

Simposium Nasional Akuntansi XX Jember, 201720


Kepatuhan Pajak Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Surakrta

Arviana dan Sadjiarto (2014) dan Carvallo dan Agusino (2016)yang menyatakan bahwa Omset

penghasilan berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM.

5.Kesimpulan, Implikasi, Keterbatasan dan Saran Penelitian

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis pengaruh Pengetahuan Pajak, Sosialisasi Pajak, Pengawasan Pajak

dan Omset Penghasilan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah

(UMKM) dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

a. Variabel Pengetahuan pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

UMKM. Artinya semakin tinggi pengetahuan tentang pajak, maka semakin tinggi pula Kepatuhan

Wajib Pajak UMKM, begitu pula sebaliknya.

b. Variabel Sosialisasi Pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

UMKM. Artinya semakin sering sosialisasi yang dilakukan Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Surakarta maka semakin tinggi pula Kepatuhan Wajib Pajak UMKM, begitu pula sebaliknya.

c. Variabel Pengawasan Pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

UMKM. Artinya semakin tinggi pengawasan yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Surakarta maka semakin tinggi pula Kepatuhan Wajib Pajak UMKM, begitu pula sebaliknya.

d. Variabel Omset Penghasilan tidak berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak UMKM. Artinya

besar kecilnya omset penghasilan yang diperoleh wajib pajak tidak berpengaruh terhadap Kepatuhan

Wajib Pajak UMKM.

5.2 Implikasi Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, ada beberapa hal yang dapat

dipertimbangkan bagi pihak-pihak terkait antara lain:

1. Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah dan memperkaya wawasan dalam bidang

perpajakan terutama dalam hal tingkat kepatuhan wajib pajak, dimana hasil penelitian ini

berkontribusi dalam menambah bukti empiris mengenai pengaruh Pengetahuan Pajak, Sosialisasi

Pajak, Pengawasan Pajak dan Omset Penghasilan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.

Simposium Nasional Akuntansi XX Jember, 201721


Kepatuhan Pajak Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Surakrta

2. Bagi KPP Pratama Surakarta diharapkan dapat meningkatkan sosialisasi terkait dengan pajak UMKM

kepada masyarakat di Surakarta. Selain itu juga, KPP Pratama Surakarta diharapkan lebih

meningkatkan pengawasan terhadap pelaksanaan pemajakan UMKM di Surakarta. Dengan

meningkatnya sosialisasi dan pengawasan diharapkan dapat meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak

UMKM di Surakarta.

3. Bagi wajib pajak usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) lebih meningkatkan pengetahuan

tentang pajak UMKM. Sehingga dengan bertambahnya pengetahuan dan pemahaman tentang

peraturan pajak UMKM diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak itu sendiri.

5.3 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan penelitian, antara lain sebagai berikut :

1. Penelitian ini hanya dilakukan pada wajib pajak UMKM yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Surakarta.

2. Penelitian ini hanya menggunakan empat variabel bebas yaitu Pengetahuan Pajak, Sosialisasi Pajak,

Pengawasan Pajak dan Omset Penghasilan.

5.4 Saran

Berdasarkan keterbatasan penelitian di atas makapeneliti memberikan beberapa saran untuk

dijadikan masukan penelitian selanjutnya yaitu sebagai berikut:

1. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat dilakukan dengan memperluas objek penelitian tidak hanya

di Surakarta, melainkan dapat dilakukan di daerah-daerah lainnya.

2. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian serupa disarankan untuk melakukan

penelitian dengan metode wawancara. Selain itu, peneliti dapat menggunakan variabel-variabel lain

misalnya variabel sanksi pajak dan tarif pajak UMKM.

Simposium Nasional Akuntansi XX Jember, 201722


Kepatuhan Pajak Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Surakrta

DAFTAR PUSTAKA

Adiyati .2009. Pengaruh sosialisasi Perpajakan terhadap Kepatuhan. Universitas Pembangunan Nasional Veteran.
Jakarta
Andinata, M. C. (2015). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dalam
Membayar Pajak. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, 4(2), 1–15.
Arviana, N., dan Sadjianto, A. (2014). Pengaruh pemahaman Peraturan, Omset, Pemeriksaan, Sanksi, Relasi Sosial,
dan Persaingan Usaha Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Restoran di Mojokerto Tahun 2014, 4(1).
Azwar, S. (2007). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Basalamah, A. S. (2004). Perilaku Organisasi Memahami dan Mengelola Aspek Humaniora dalam Organisasi.
Depok: Usaha Kami.
Carvallo dan Bartholomeus, A. (2016). Pengaruh penerapan pp no.46 tahun 2013 terhadap tingkat kepatuhan wajib
pajak badan umkm ( studi kasus pada kpp pratama bandung cibeunying)
Choiriyatuz zahidah. (2010). Pengaruh tingkat pemahaman, kepatuhan dan ketegasan sanksi perpajakan terhadap
kewajiban perpajakan pengusaha usaha kecil dan menengah (ukm) di wilayah jakarta selatan.
Direktorat jenderal pajak. Merawat Potensi Pajak Sektor UMKM Melalui
Kehumasan.2015.http://www.pajak.go.id/content/article/merawat-potensi-pajak-sektor-umkm-melalui-
kehumasan-0
Djuanda, I. N. 2012. Fungsi Pengawasan. http://kpp802.itgo.com
Fahluzy, F. M., Agustina L. 2014. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Membayar Pajak Umum Di
Kabupaten Kendal”. Accounting Analysis Journal. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Negeri Semarang
Fitriandi, P., Birowo, T., dan Aryanto, Y. (2008). Kompilasi Undang-undang Perpajakan. Jakarta: Salemba Empat.
Ghozali, I. (2006). Aplikasi Analisis Multivariate dengan SPSS. Semarang: Badan Pen erbit Universitas Diponegoro.
Ghozali, I. (2009). Aplikasi Multivariate Program SPSS. Semarang.
Harianjogya.com. Pajak Solo, Masih ada 17.000 UMKM di Solo yang belum Melaporkan Pajak. 25 maret 2016.
Inasius, F. (2015). Tax Compliance of Small Medium Enterprises in Indonesia : a Case of Retailer. Global Conference
on Business and Finance Proceedings, 10(1), 87–93.
Indonesian Tax Review. 2010. “Fasilitas PPh Untuk UMKM“, Jakarta.
Indriantoro, N., dan Supomo, B. (2004). Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen. Yogyakarta.
Jaya, I Gede Nyoman Mindra, I. M. S. (2008). Pemodelan Persamaan Struktural dengan Partial Least Square. Semnas
Matematika Dan Pendidikan Matematika, 118–132.
Kristanty, N., Khairani, S., dan Fajriana, I. (2015). Pengaruh Pengetahuan Wajib Pajak, Tarif Pajak, Dan Penyuluhan
Pajak Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan Di Kantor Pelayanan Pajak Madya Palembang, 1–12.
Mahmudi, H., dan Kusmuriyanto. (2014). Integritas moral wajib pajak, pemilihan bentuk badan usaha, dan
pengetahuan tentang perpajakan terhadap tindakan penghindaran paja, 3(4), 524–532.
Mardiasmo. (2006). Akuntansi Perpajakan (Andi Yogya). Yogyakarta.
Mukzam, M. D., Sudjana, N., dan Pamuji, A. R. (2014). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Pemilik
Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah (UMKM) Dalam Memenuhi Kewajiban Perpajakan (Studi Pada Wajib
Pajak Pemilik UMKM Di Kpp Pratama Malang Selatan), 1, 1–9.
Nurmantu, S. (2005). Pengantar Perpajakan. Jakarta: Granit

Simposium Nasional Akuntansi XX Jember, 201723


Kepatuhan Pajak Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Surakrta

Qomaria, S. (2008). Analisis Pengaruh Pengetahuan Tentang Pajak dan Tingkat Pendidikan Wajib Pajak Terhadap
Kesadaran Membayar Pajak. Skripsi Strata-1.Jakarta:Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah.
Resmi, S. (2012). Perpajakan (2nd ed.). Jakarta: Salemba Empat.
Rohmawati, L., Prasetyono, & Rimawati, Y. (2013). Pengaruh Sosialisasi dan Pengetahuan Perpajakan Terhadap
Tingkat Kesadaran dan Kepatuhan Wajib Pajak (Studi pada Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan
Kegiatan Usaha dan Pekerjaan Bebas pada KPP Pratama Gresik Utara). Prosiding Simposium Nasional
Perpajakan, 4(1), 1–16
Robbins dan Judge. 2008. Perilaku Organisasi, Edisi Duabelas, Penerbit Salemba Empat: Jakarta.
Siahaan, M. P. (2013). Edisi Revisi Pajak Daerah & Retribusi Daerah. Jakarta: RajaGrafindo Persada
Suandi, E. (2005). Hukum Pajak. Jakarta: Salemba Empat.
Sugiyono. (2009). Statistikauntuk Penelitian. Alfabeta, Jakarta
Susilawati, K. E., dan Budiartha, K. (2013). Pengaruh kesadaran wajib pajak, pengetahuan pajak, sanksi perpajakan
dan akuntabilitas pelayanan publik pada kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor, 2, 345–357.

Simposium Nasional Akuntansi XX Jember, 201724

Anda mungkin juga menyukai