Anda di halaman 1dari 46

i

DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN...................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ ii
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
2.1 Rumusan Masalah....................................................................................7
3.1 Tujuan Penelitian......................................................................................8
4.1 Manfaat Penelitian....................................................................................8
BAB II KERANGKA TEORITIK............................................................................10
2.1 Landasan Teori.......................................................................................10
2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)....................................................10
2.1.2 Penghindaran Pajak........................................................................12
2.1.3 Profitabilitas.....................................................................................15
2.1.4 Likuiditas..........................................................................................16
2.1.5 Capital Intensity...............................................................................17
2.2 Penelitian Terdahulu...............................................................................19
2.3 Kerangka Pemikiran................................................................................23
2.4 Pengembangan Hipotesis.......................................................................24
2.4.1 Pengaruh Profitabilitas terhadap Penghindaran Pajak.....................24
2.4.2 Pengaruh Likuiditas terhadap Penghindaran Pajak.........................25
2.4.3 Pengaruh Capital Intensity terhadap Penghindaran Pajak...............26
BAB III METODE PENELITIAN............................................................................28
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian...................................................................28
3.2 Populasi dan Sampel..............................................................................28
3.3 Jenis dan Sumber Data..........................................................................28
3.4 Teknik Pengumpulan Data......................................................................29
3.5 Model Analisis.........................................................................................29
3.5.1 Tax Avoidance.................................................................................29
3.5.2 Profitabilitas.....................................................................................30
3.5.3 Likuiditas..........................................................................................30
3.5.4 Capital Intensity...............................................................................31
3.6 Teknis Analisis........................................................................................31

ii
3.6.1 Model Fixed Effect...........................................................................32
3.6.2 Model Random Effect......................................................................32
3.6.3 Uji Kesesuaian Model......................................................................33
3.6.4 Uji Chow..........................................................................................34
3.6.5 Uji LM..............................................................................................35
3.6.6 Uji Hausman....................................................................................36
3.6.7 Uji Hipotesis.....................................................................................36
3.6.8 Uji Koefisien Determinasi (R2)..........................................................37
3.6.9 Uji t..................................................................................................37
3.6.10 Uji F..................................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA

iii
DAFTAR GAMBAR

2.1 Skema Kerangka Pemikiran........................................................................23


2.2 Prosedur Pengujian Pemilihan Model.........................................................34

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang

paling besar. Dengan demikian sangat diharapkan kepatuhan wajib

pajak dalam menjalankan kewajiban perpajakannya secara sukarela

sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku. Ketidakpatuhan

wajib pajak masih sering kita dengar dewasa ini. Salah satu

ketidakpatuhan pajak yang dilakukan wajib pajak adalah penghindaran

pajak (tax avoidance), yaitu upaya pengurangan beban pajak secara

legal yang tidak melanggar peraturan perpajakan yang dilakukan wajib

pajak dengan cara berusaha mengurangi jumlah pajak terutangnya

dengan mencari kelemahan peraturan (loopholes) (Dewi, Ni Nyoman

Kristiana; Jati, 2014).

Tax avoidance yang dilakukan ini dikatakan tidak bertentangan

dengan peraturan perundang-undangan tentang perpajakan, karena

dianggap praktik yang berhubungan dengan tax avoidance ini lebih

memanfaatkan celah-celah dalam undang-undang perpajakan tersebut

yang akan mempengaruhi penerimaan dari sektor pajak (Mangoting

1999). Tetapi praktik tax avoidance ini tidak selalu dapat dilaksanakan,

karena wajib pajak tidak selalu bisa menghindari semua unsur atau

fakta yang dikenakan. (Saputra et al., 2015)

Menurut Yulistian, (2018) prediksi para praktisi ekonomi

menyatakan bahwa jika Indonesia mengandalkan pinjaman dari luar

1
negeri sebagai salah satu sumber penerimaan negara, itu hanya akan

menjadi hambatan besar dan bumerang dikemudian hari. Hal itu

dibuktikan dengan utang luar negeri yang terus meningkat dari

November 2016 senilai USD 315,34 miliar hingga awal 2017 yaitu

sebesar USD 320,28 miliar. Hal inilah yang menyebabkan pemerintah

Indonesia harus berupaya mendongkrak sektor penerimaan dalam

negeri.

Terkait dengan penerimaan negara, sektor penerimaan terbesar

yang untuk membiayai perekonomian negara Indonesia berasal dari

sektor perpajakan. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang

terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa

berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan

secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-

besarnya kemakmuran rakyat. (UU KUP nomor 16 tahun 2009 Pasal 1

ayat 1) Bagi negara-negara yang ada di dunia terutama negara

berkembang, pajak merupakan unsur yang paling penting untuk

menopang anggaran penerimaan negara. Oleh karena itu pemerintah

negara-negara di dunia menaruh perhatian yang begitu besar terhadap

sektor pajak. Namun demikian, usaha untuk mengoptimalkan

penerimaan sektor ini bukan tanpa kendala. Salah satu kendala dalam

rangka optimalisasi penerimaan pajak adalah adanya penghindaran

pajak (tax avoidance), bahkan tidak sedikit perusahaan yang

melakukan penghindaran pajak.

Tax Justice Network melaporkan akibat penghindaran pajak,

Indonesia diperkirakan merugi hingga 4,86 miliar dollar AS per tahun.

2
Angka tersebut setara dengan Rp 68,7 triliun bila menggunakan kurs

rupiah pada penutupan di pasar spot sebesar Rp 14.149 per dollar

Amerika Serikat (AS). Dalam laporan Tax Justice Network yang

berjudul The State of Tax Justice 2020: Tax Justice in the time of

Covid-19 disebutkan, dari angka tersebut, sebanyak 4,78 miliar dollar

AS setara Rp 67,6 triliun diantaranya merupakan buah dari

pengindaran pajak korporasi di Indonesia. Sementara sisanya 78,83

juta dollar AS atau sekitar Rp 1,1 triliun berasal dari wajib pajak orang

orang pribadi. Laporan itu menyebutkan, dalam praktiknya perusahaan

multinasional mengalihkan labanya ke negara yang dianggap sebagai

surga pajak. Tujuannya untuk tidak melaporkan berapa banyak

keuntungan yang sebenarnya dihasilkan di negara tempat berbisnis.

Korporasi akhirnya membayar pajak lebih sedikit dari yang seharusnya.

Banyaknya kasus penghindaran pajak membuat para peneliti

terdahulu menganalisa apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi

penghindaran pajak. Menurut penelitian Kurniasih & Ratna Sari (2013)

Return on asset menjadi cerminan kinerja keuangan perusahaan.

Apabila semakin tinggi nilai Return on asset, maka semakin bagus

kinerja perusahaan tersebut dalam menghasilkan laba. Hal ini

menunjukan bahwa semakin tinggi pendapatan perusahaan maka

kemungkinan perusahaan untuk melakukan penghindaran pajak

semakin kecil.

Beberapa penelitian terdahulu menguji antara tingkat keuangan

perusahaan dengan tingkat penghindaran pajak yaitu dengan menguji

tingkat likuiditas. Menurut penelitian Rasio yang dipilih yaitu current

3
ratio karena menggambarkan seberapa tinggi tingkat kemampuan

perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Menurut

penelitian Agus Purwanto (2016) menyatakan bahwa current ratio

berpengaruh dalam penghindaran pajak, jika perusahaan mampu

memenuhi kewajiban jangka pendeknya artinya kas dalam perusahaan

berjalan lancar, dan beban pajak merupakan kewajiban jangka pendek

yang akan mudah dipenuhi. Untuk meminimalkan beban pajak

perusahaan salah satunya dengan melakukan pengurangan beban

biaya yang dapat dikurangkan dengan laba perusahaan sesuai dengan

peraturan perpajakan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36

Tahun 2008 pasal 6 tentang Pajak Penghasilan.salah satunya yaitu

capital intensity dimana perusahaan memanfaatkan jumlah aktiva tetap

yang dimiliki untuk digunakan biaya depresiasinya sebagai pengurang

dalam laba perusahaan. Sehingga laba yang dihasikan perusahaan

lebih sedikit dan pajak yang dibayarkan akan lebih minimal.

Penelitian yang berkaitan dengan profitabilitas terhadap

penghindaran pajak telah dilakukan sebelumnya dimana hasil

penelitian dari Biettant (2019), Dewi & Noviari (2017), Darmawan &

Sukartha, (2014) menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh positif

terhadap penghindaran pajak, namun penelitian Arianandini &

Ramantha (2018) menunjukkan hasil yang berbeda yaitu profitabilitas

berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak.

Menurut Sarasati & Asyik, (2018) Likuiditas perusahaan

digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi

kewajibannya. Suatu perusahaan dengan nilai likuiditas yang tinggi

4
akan semakin dianggap memiliki arus kas yang baik dan sehat

sehingga perusahaan tersebut tidak enggan untuk membayar seluruh

kewajibannya termasuk membayar pajak sesuai dengan aturan yang

berlaku.

Suyanto & Supramono (2012) menyatakan perusahaan yang

memiliki likuiditas tinggi menggambarkan bahwa perusahaan memiliki

arus kas yang baik sehingga perusahaan tersebut akan membayar

seluruh kewajibannjjjya termasuk membayar pajak sesuai dengan

aturan yang berlaku. Sebaliknya, perusahaan yang memiliki likuiditas

rendah tidak akan melakukan kewajibannya untuk membayar pajak

atau tidak taat terhadap pajak. karena dengan likuiditas yang rendah

perusahaan akan mempertahankan arus kas perusahaannya dari pada

harus membayar pajak. Namun pada penelitian mengenai pengaruh

likuiditas terhadap penghindaran pajak sudah dilakukan sebelumnya,

dimana ada dua pendapat yang berbeda Hasil penelitian dari Budianti

& Curry, (2018) membuktikan bahwa likuiditas berpengaruh positif

terhadap tax avoidance artinya semakin tinggi tingkat utang jangka

pendek perusahaan maka semakin tinggi pula indikasi suatu

perusahaan untuk melakukan penghindaran pajak, sedangkan Sarasati

& Asyik, (2018) melakukan penelitian dimana variabel likuiditas yang

diproksikan dengan current assets (CR) berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap tindakan penghindaran pajak.

Perusahaan juga dalam melakukan pembayaran pajak

dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah karakteristik

sebuah perusahaan. Karakteristik pada perusahaan yang berkaitan

5
secara langsung pada tingkat efektif pajak adalah Capital Intensity atau

yang dikenal sebagai rasio intensitas modal. Capital Intensity adalah

tingkat dimana besaran investasi aset perusahaan pada aset tetapnya.

Aset tetap sebagai salah satu kekayaan perusahaan memiliki dampak

yang dapat mengurangi penghasilan perusahaan yang dimana hampir

semua aset tetap dapat mengalami penyusutan atau depresiasi yang

dimana akan menjadi biaya bagi perusahaan itu sendiri. Maka semakin

besar biaya yang dikeluarkan akibat depresiasi dari aset tetap maka

akan semakin kecil tingkat pajak yang harus dibayarkan atau

dikeluarkan oleh perusahaan. Untuk mengurangi beban pajak yang

harus dibayar, perusahaan melakukan manajemen pajak didalam

perusahaan.

Menurut Dharma & Noviari, (2017) Beberapa peneliti juga

meneliti hubungan antara capital intensity terhadap tax avoidance,

diantaranya Noor, et al (2010) dan Adelina (2012) yang menyatakan

bahwa kepemilikan aset tetap berpengaruh positif terhadap tax

avoidance. Biaya depresiasi merupakan biaya yang dapat dikurangkan

dari penghasilan dalam menghitung pajak, maka dengan semakin

besar jumlah aset tetap yang dimiliki oleh perusahaan maka akan

semakin besar pula depresiasinya sehingga mengakibatkan jumlah

penghasilan kena pajak dan tarif pajak efektifnya akan semakin kecil

(Hanum, 2013). Namun pada penelitian yang dilakukan oleh Wiguna &

Jati, (2017) Capital intensity tidak berpengaruh terhadap penghindaran

pajak.

6
Adanya kesenjangan serta hasil-hasil penelitian yang belum

konsisten membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih

lanjut dengan judul “Pengaruh Profitabilitas, Likuditas, Dan Capital

Intensity Terhadap Penghindaran Pajak Pada Perusahaan Yang

Terdaftar Di BEI Periode 2016-2020”.

Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang

dilakukan oleh Budianti & Curry (2018) mengenai Pengaruh

Profitabilitas, Likuiditas, Dan Capital Intensity Terhadap Penghindaran

Pajak (Tax Avoidance), namun penelitian ini mengganti perusahaan

yang dimana penelitian sebelumnya teliti dengan perusahaan lain yaitu

perusahaan industri dasar dan kimia pada periode 2016-2020.

2.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan diatas

maka permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini adalah:

1. Apakah return on asset berpengaruh terhadap penghindaran pajak?

2. Apakah current ratio berpengaruh terhadap penghindaran pajak?

3. Apakah capital intensity berpengaruh terhadap penghindaran pajak?

7
3.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan diatas, maka

tujuan penelitian yang akan dicapai adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh return on asset terhadap penghindaran

pajak.

2. Untuk mengetahui pengaruh current ratio terhadap penghindaran

pajak.

3. Untuk mengetahui pengaruh capital intensity terhadap penghindaran

pajak.

4.1 Manfaat Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan masalah

diatas, maka kegunaan dan manfaat yang dapat diambil dari penelitian

ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

1) Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi dan

memberikan kontribusi teori berupa bukti empiris mengenai

pengaruh return on asset,current ratio, dan capital intensity

terhadap penghindaran pajak.

2) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi

dan wawasan di lingkungan akademis serta bermanfaat bagi

pengembangan ilmu pengetahuan.

8
2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan-

masukan dan sumbangan pemikiran mengenai penghindaran pajak

bagi perusahaan jasa yang terdaftar di BEI serta dapat menjadi

referensi dalam tindakan pengambilan keputusan bagi pemilik

perusahaan, manajer, regulator dan investor.

9
BAB II

KERANGKA TEORITIK

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)


Hubungan agensi merupakan kontrak yang mana pemilik

melibatkan orang lain sebagai agen untuk melakukan tindakan

pelayanan atas nama mereka melalui pendelegasian wewenang dalam

pengambilan keputusan (Jensen & Meckling, 2019), sehingga manager

memiliki peran yang penting dalam pengambilan keputusan

perusahaan (Desai & Dharmapala, 2006). Jika kedua belah pihak

bertindak untuk memaksimalkan kepentingannya masing-masing, ada

alasan untuk percaya bahwa agen tidak akan selalu bertindak demi

kepentingan pemilik (Jensen & Meckling, 1976). Hal ini menunjukkan

bahwa terdapat konflik kepentingan antara manajer dan pemilik.

Manajer memiliki lebih banyak informasi dibandingkan pemegajng

saham, sehingga dapat menimbulkan masalah agensi.

Masalah agensi akan menimbulkan biaya agensi, yaitu

penurunan kesejahteraan yang dinilai secara nominal yang dialami oleh

pemilik karena adanya perbedaan dari kepentingan pemegang saham

dan agen (Godfrey et al., 2010). Jensen & Meckling (1976) membagi

biya agensi menjadi tiga, yaitu Biaya pemantauan (Monitoring Costs),

Bonding Cost, dan Residual Loss. Monitoring cost merupakan biaya

pemantauan perilaku 11 agen. Bonding cost merupakan biaya ikatan

kepentingan agen untuk para pemilik yang mana biaya ikatan juga

10
ditanggung oleh agen. Residual Loss (kerugian residual) merupakan

efek kekayaan dari kenyataan bahwa, bahkan dengan pengeluaran

pemantauan dan ikatan, tindakan yang diambil oleh agen kadang-

kadang akan berbeda dari perilaku yang akan memaksimalkan

kepentingan pemilik.

Manajer menggunakan teknik penghindaran untuk mengelola

pendapatan (Yorke et al., 2016) . Dampak dari melakukan tindakan

penghindaran pajak ialah berkurangnya beban pajak yang harus

dibayarkan oleh perusahaan. Hal ini menimbulkan meningkatnya laba

perusahaan, sehingga manajer dapat memperoleh insentif yang lebih

tinggi.

Masalah keagenan timbul sehubungan dengan penghindaran

pajak jika pemegang saham dan manajer mengevaluasi biaya dan

manfaat penghindaran pajak secara berbeda (Desai & Dharmapala,

2006). Contoh dari biaya pemantauan adalah biaya audit. Peran audit

adalah untuk mengurangi asimetri informasi pada angka akuntansi dan

untuk meminimalkan kerugian residual yang dihasilkan dari

kesempatan manajer dalam pelaporan keuangan (Adeyemi & Fagbemi,

2010) . Hal ini menujukkan bahwa asimetri informasi yang dapat

menimbulkan masalah agensi dapat dikurangkan dengan adanya biaya

monitoring, misalnya dengan mengeluarkan biaya untuk melakukan

audit.

Inti dari hubungan keagenan adalah adanya pemisahan fungsi

antara kepemilikan di investor dan pengendalian di pihak manajemen.

Kepentingan ini terus meningkat karena pihak principal tidak dapat

11
memonitor aktivitas agent sehari-hari untuk memastikan bahwa agent

bekerja sesuai dengan keinginan para pemegang saham. Sebaliknya,

agent sendiri memiliki lebih banyak informasi penting mengenai

kapasitas diri, lingkungan kerja, dan perusahaan secara keseluruhan.

Hal tersebut memicu timbulnya ketidakseimbangan informasi antara

principal dan agent. Kondisi ini dinamakan dengan asimetri informasi.

Adanya asimetri informasi tersebut dapat mendorong agen untuk

menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui prinsipal

untuk memaksimalkan keuntungan bagi agen. Agen dapat termotivasi

untuk melaporkan informasi yang tidak sebenarnya kepada prinsipal,

terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan pengukuran kinerja

agen (Ujiantho, 2007).

Terdapat beberapa cara untuk mengkontrol tindakan agent

terkait dengan kegiatan manajemen pajak yang dilakukan, yaitu

dengan mengevaluasi hasil laporan keuangan perusahaan dengan

menggunakan rasio keuangan dibandingkan dengan tindakan

penghindaran pajak yang mungkin dilakukan oleh agent (Nugraha &

Meiranto, 2015).

2.1.2 Penghindaran Pajak


Dalam suatu negara, pajak merupakan salah satu sumber

terbesar yang menjadi penerimaan negara. Akan tetapi, tidak semua

wajib pajak mau melaksanakan kewajiban perpajakannya sesuai

dengan yang seharusnya. Aumeerun et al (2016) menyebutkan bahwa

ketidakpatuhan pajak adalah sebuah tindakan yang tidak mematuhi

12
hukum dan peraturan perpajakan sebuah negara dengan tidak

membayar pajak atau tidak melaporkan jumlah pendapatan yang

sesungguhnya, yang mana dapat mencakup menghindari pajak dalam

cara yang legal, yaitu penghindaran pajak dan ilegal, yaitu

penggelapan pajak.

Penghindaran pajak adalah istilah yang digunakan untuk

menggambarkan pengaturan hukum atas urusan wajib pajak, sehingga

dapat mengurangi kewajiban pajaknya. Misalnya digunakan untuk

menggambarkan penghindaran pajak yang dicapai oleh kepentingan

pribadi atau bisnis untuk mengambil keuntungan dari celah, ambiguitas,

anomali atau kekurangan lain dari hukum pajak (Suandy, 2006:7). Lim

(2011) medefinisikan penghindaran pajak sebagai penghematan pajak

13 yang timbul dari metode pengurangan pajak umum yang mana

terkadang legalitas untuk meminimalkan kewajiban pajak masih

dipertanyakan. Penghindaran pajak adalah melakukan tindakan

meminimalkan kewajiban pajak dalam koridor hukum, sedangkan

penggelapan pajak adalah melakukan tindakan ilegal untuk

menghindari dari membayar pajak (Aumeerun et al., 2016). Dapat

disimpulkan bahwa aktivitas penghindaran pajak merupakan aktivitas

yang dilakukan untuk mengurangi kewajiban pajak yang harus

dibayarnya dengan memanfaatkan celah-celah yang terdapat dalam

hukum perpajakan, sehingga tetap dalam koridor hukum.

Perencanaan pajak merupakan langkah awal dari manajemen

pajak yang digunakan untuk mengestimasi jumlah pajak yang akan

dibayar dan hal-hal yang dapat dilakukan untuk menghindari pajak

13
dengan cara mengumpulkan dan meneliti peraturan perpajakan,

dengan maksud dapat diseleksi jenis tindakan penghematan pajak

yang akan dilakukan (Eka et al., 2016). Sebuah perusahaan

menggunakan berbagai strategi untuk menurunkan pajak yang harus

dibayarnya, salah satunya dengan melibatkan jasa konsultan

(Huseynov & Klamm, 2012). Perusahaan dapat melakukan manajemen

pajak yang tujuannya untuk menekan serendah mungkin kewajiban

pajaknya. Manajemen pajak harus dilakukan dengan sebaik mungkin

agar tidak menjurus kepada pelanggaran peraturan perpajakan (tax

evasion). Perusahaan juga dapat melakukan tindakan agresif

perpajakan yaitu dengan memanfaatkan celah-celah sekecil mungkin

yang ada dalam peraturan perpajakan untuk menekan beban pajaknya

(Putra & Merkusiwati, 2016).

Annuar et al., (2014) menyebutkan bahwa manfaat yang paling

jelas dari tindakan penghindaran pajak ialah penghematan kas dari

pajak yang dihindarkan. Penghematan kas mengarah pada

peningkatan arus kas perusahaan yang mana perusahaan dapat

melakukan investasi menggunakan kas yang dapat dihematnya,

sehingga meningkatkan nilai perusahaan dan kekayaan pemegang

saham dengan bertambahnya dividen. Begitu pula dengan manajer

merasakan pula manfaatnya dengan diberikannya kompensasi atas

manajemen pajak efektif.

Akan tetapi, terdapat dampak buruk yang menyertai aktivitas

penghindaran pajak. Dalu et al. (2012) menyebutkan bahwa sebuah

negara yang menghadapi peningkatan jumlah penggelapan pajak dan

14
penghindaran pajak cenderung menunjukkan investasi campuran yang

berproduktif rendah, yang mana hal ini berarti pertumbuhan ekonomi

rendah dan perusahaan publik akan terkena dampak negatif.

Penghindaran pajak yang merupakan strategi pajak agresif yang

dilakukan untuk meminimalkan beban pajak akan dapat menyebabkan

meningkatnya risiko untuk perusahaan seperti denda dan reputasi

perusahaan yang buruk di mata publik (Rizal, 2016).

2.1.3 Profitabilitas
Profitabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan laba juga untuk mengetahui

efektifitas manajemen perusahaan dalam mengelola aset yang dimiliki.

Ghozali dan Chariri (2007) menjelaskan laba akuntansi merupakan

selisih pengukuran pendapatan dan biaya. Selisih antara pendapatan

yang diterima oleh perusahaan akan dikurangkan dengan biaya untuk

melihat kinerja perusahaan apakah mendapatkan laba atau merugi dari

kegiatan usaha perusahaan.

Ketika perusahaan telah mengalami laba, maka dapat dikaitkan

bahwa manajemen telah bekerja dengan baik dalam memaksimalkan

sumber daya yang dimiliki perusahaan sehingga pendapatan yang

diterima oleh perusahaan lebih besar daripada biaya yang diperlukan

untuk mendapatkan pendapatan. Perusahaan yang menerima

penghasilan atau mendapatkan laba dari kegiatan usahanya diwajibkan

untuk membayar pajak atas penghasilan yang diterima. Undang-

undang No. 36 Tahun 2008 pasal 1 menjelaskan bahwa pajak

15
penghasilan dikenakan kepada subjek pajak yang menerima atau

memperoleh penghasilan dalam tahun pajak. Semakin besar

penghasilan yang diteria oleh perusahaan akan berpengaruh pada

besarnya pajak penghasilan yang dibayarkan oleh perusahaan.

Profitabilitas merupakan salah satu faktor penentu beban pajak,

karena perusahaan yang memiliki keuntungan yang besar akan

membayar pajak setiap tahun. Sedangkan perusahaan yang memiliki

tingkat keuntungan yang rendah atau bahkan mengalami kerugian

akan membayar pajak yang lebih sedikit atau tidak sama sekali. Selain

itu dengan menggunakan kompensasi kerugian, perusahaan dapat

mengurangi kewajiban membayar pajak untuk tahun buku sebelumnya

atau berikutnya. Semua ini merupakan manfaat beban pajak untuk

perusahaan-perusahaan yang mengalami kerugian. Berdasarkan

konsep tersebut, kemampuan perusahaan untuk menghasilkan

keuntungan daat secara langsung mempengarugi tarif efektif

perusahaan membayar pajak.

2.1.4 Likuiditas
Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan dalam

memenuhi kewajiban jangka pendeknya (Munawir, 2010). Manajemen

perusahaan harus cermat menggunakan modal yang dimiliki

perusahaan dan manajemen harus cermat dalam mengelola risiko

yang akan timbul pada perusahaan. Dalam menilai kemampuan

perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendeknya dimasa

yang akan datang, manajemen perusahaan sering menggunakan

16
pengkajian likuiditas. Perhitungan tingkat likuiditas dapat membantu

manajemen perusahaan untuk mengetahui tingkat kemampuan

perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya, apabila

semakin besar tingkat likuiditas yang dihasilkan perusahaan maka

perusahaan akan mampu dalam membayar kewajiban jangka

pendeknya, sedangkan apabila likuiditas yang dihasilkan perusahaan

kurang baik, maka perusahaan akan mengalami kesulitan dalam

membayar kewajiban jangka pendeknya.

Perusahaan yang memiliki rasio likuiditas tinggi disebut

perusahaan yang likuid. Masalah likuiditas merupakan salah satu

masalah penting dalam suatu perusahaan yang relatif sulit dipecahkan.

Terdapat jenis rasio likuiditas, yaitu Current Ratio (Rasio Lancar). Rasio

lancar memuat sejauh mana aktiva lancar perusahaan dapat digunakan

untuk menutupi kewajiban jangka pendek atau utang lancarnya.

Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan utang lancar maka

artinya semakin tinggi pula kemampuan perusahaan dalam menutupi

kewajiban utang lancarnya. Tingginya rasio lancar dapat menunjukkan

adanya usang kas berlebih yang bisa berarti dua hal yaitu besarnya

keuntungan yang telah diperoleh atau akibat tidak digunakannya

keuangan perusahaan secara efektif untuk berinvestasi.

2.1.5 Capital Intensity


Capital intensity atau rasio intensitas modal adalah aktivitas

investasi perusahaan yang berkaitan dengan investasi aset tetap dan

persediaan. Rasio intensitas modal dapat menunjukkan efisiensi

17
penggunaan aktiva untuk menghasilkan penjualan (Yoehana, 2013).

Capital intensity juga dapat didefinisikan dengan bagaimana

perusahaan berkorban mengeluarkan dana untuk aktivitas operasi

dengan pendanaan aktiva guna memperoleh keuntungan perusahaan.

Capital intensity ratio dapat didefinisikan sebagai perusahaan

menginvestikasikan asetnya pada aset tetap dan persediaan. Dalam

penelitian ini capital intensity diproksikan menggunakan rasio intensitas

aset tetap. Intensitas aset tetap adalah seberapa besar proporsi aset

tetap perusahaan dalam total aset yang dimiliki perusahaan. Aset tetap

perusahaan memungkinkan perusahaan untuk mengurangi pajaknya

akibat dari penyusutan yang muncul dari aset tetap setiap tahunnya.

Hal ini karena beban penyusutan aset tetap ini secara langsung akan

mengurangi laba yang menjadi dasar perhitungan pajak perusahaan.

Ada tiga intensitas untuk mengukur komposisi aktiva, yaitu intensitas

persediaan, intensitas modal, dan intensitas penelitian dan

pengembangan.

18
2.2 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Hasil Penelitian-Penelitian Terdahulu
Peneliti Metode Penelitian
No Judul Hasil
(Tahun) Persamaan Perbedaan
-Corporate -Incentives, Tidak ditemukannya
governance, variabel hubungan antara berbagai
tax kontrol, mekanisme corporate
avoidance. proksi governance dan tax
corporate avoidance pada kondisi
governance, rata-rata dan median dari
(Armstrong, Corporate
proksi tax distribusi tax avoidance.
Christopher Governance,
avoidance. Menggunakan regresi
1 S. & Incentives,
-Uji regresi quantile, ditemukannya
Larcker, and Tax
Quantile. hubungan positif antara
2015) Avoidance
dewan independen dan
kondisi keuangan untuk
tingkat tax avoidance yang
rendah, tetapi hubungan
negatif untuk tingkat tax
avoidance yang tinggi.
Pengaruh - Return on -Kepemilikan
Komite Audit, assets, tax institusional,
Risiko perusahaan dan
Kualitas avoidance, risiko
return on assets
Audit, Komite audit perusahaan.
berpengaruh terhadap tax
Kepemilikan dan kualitas
(Damayanti avoidance. Sedangkan
Institusional, audit.
2 & Susanto, komite audit, kualitas audit
Risiko - Analisis
2016) dan kepemilikan
Perusahaan regresi linier
institusional tidak
dan ROA berganda.
berpengaruh terhadap tax
Terhadap
avoidance.
Tax
Avoidance

19
-Good -Proksi tax Secara simultan persentase
corporate avoidance, dewan komisaris
governance, salah satu independen, komite audit
komite audit, proksi perusahaan, dan kualitas
kualitas corporate auditor eksernal
auditor governance, berpengaruh secara
eksternal, yaitu signifikan terhadap
Pengaruh
dan persentase pernghindaran pajak,
Good
penghindara Dewan sedangkan secara parsial
Corporate
(Wibawa et n pajak. Komisaris didapatkan persentase
3 Governance
al., 2016) -Analisis Independen. dewan komisaris
Terhadap
regresi liner independen dan komite
Penghindara
berganda. audit perusahaan
n Pajak
berpengaruh signifikan
terhadap penghindaran
pajak, dan kualitas auditor
eksternal berpengaruh
negatif dan tidak signifikan
terhadap penghindaran
pajak.
4 (Kanagaret Relation -Auditor -Proksi tax Kualitas auditor
nam et al., between Quality, tax aggressivene berhubungan negatif
2016) Auditor aggressivene ss dengan kemungkinan
Quality and ss, proksi -Analisis agresivitas pajak, bahkan
Tax auditor regresi setelah pengendalian faktor
Aggressiven quality. logistic penentu institusi lainnya
ess: crosssection seperti karakteristik sistem
Implication of al. pajak negara. Juga
Cross- ditemukan bahwa
Country hubungan negatif antara
Institutional kualitas auditor dan
Differences kemungkinan agresivitas
pajak akan lebih nyata di
negara-negara di mana

20
perlindungan investor lebih
kuat, risiko litigasi auditor
lebih tinggi, lingkungan
audit yang lebih baik, dan
tekanan pasar modal lebih
tinggi.
-Penghindara -Ownership Ditemukan hubungan
n pajak, structure, nonlinear yang signifikan
capital capital antara konsentrasi
Ownership
intensity, intensity dan kepemilikan dan
structure and
profitabilitas. profitabilitas penghindaran pajak. Juga
corporate tax
-Analisis sebagai ditemukan hubungan positif
avoidance:
Richardson regresi. variabel signifikan antara struktur
5 Evidence
et al. (2016) kontrol, kepemilikan piramida dan
from publicly
proksi tax penghindaran pajak karena
listed private
avoidance. efek kubu. Ditemukan
firms in
hubungan yang signifikan
China
antara penghindaran pajak
dengan capital intensity dan
return on assets.
Why - Penghindara -Corporate CSR, profitabilitas,
Company n pajak, social Komisaris independen, dan
Does Tax profitabilitas. responsibility rasio Tobin Q memiliki
Avoidance? - Analisis , dampak yang signifikan
Evidence regresi linier independent terhadap penghindaran
(Rizal,
6 from a berganda commissione pajak. Sementara sebagian,
2016)
Manufacturin rs, ratio of direktur independen, dan
g Company Tobin Q, rasio Tobin Q tidak
in Indonesia proksi berpengaruh signifikan
Stock penghindara terhadap penghindaran
Exchange n pajak. pajak.
7 (Kerr et al., Does -Corporate -Salah satu Penghindaran pajak
2016) Corporate governance, proksi tax menurun secara signifikan
Governance penghindara avoidance, setelah pelaksanaan

21
n pajak, capital reformasi tata kelola. Hal ini
Reform
capital intensity dan menunjukkan adanya
Influence
intensity, return on hubungan sebab akibat
Corporate
return on assets antara kekuatan sistem tata
Tax
assets. sebagai kelola dan penggelapan
Avoidance
variabel pajak. Perusahaan dengan
within
kontrol. tata kelola yang dilaporkan
FamilyContro
lebih tinggi kurang terlibat
lled Firms?
dalam penghindaran pajak.
Sumber: Diolah dari berbagai referensi

22
2.3 Kerangka Pemikiran
Kerangka Pemikiran dalam penelitian ini digambarkan dalam gambar 2.2

dibawah ini.

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran

Profitabilitas

Likuiditas Penghindaran
Pajak
Capital
Intensity

23
2.4 Pengembangan Hipotesis

2.4.1 Pengaruh Profitabilitas terhadap Penghindaran Pajak


Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan

laba atau keuntungan. Profitabilitas menjadi indikator kinerja yang dilakukan

manajemen dalam mengelola kekayaan perusahaan yang ditujukan dengan

laba yang dihasilkan. Perusahaan yang memiliki ROA yang tinggi akan

berkesempatn untukmelakukan perencanaan pajak yang matang sehingga

perusahaan dapat meminimalkan pembayaran pajak.

Teori agensi menjelaskan bahwa manajemen sebagai para penggerak

bisnis pada perusahaan, akan mengusahakan agar profit dari perusahaan

terlihat baik secara laporan keuangan menurut Koming & Praditasari (2017) .

Selain itu manajer akan bertindak untuk mensejahterakan dirinya sendiri

dengan cara memaksimalkan laba perusahaan agar mendapatkan imbalan

yang sebesar-besarnya atas kinerjanya dalam menjalankan perusahaan.

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Rosa

Dewinta & Ery Setiawan, 2016) dan Deddy et al., (2016) membuktikan bahwa

profitabilitas berpengaruh positif terhadap tax avoidance. Profitabilitas yang

tinggi akan mempengaruhi tingkat penghindaran pajak pada perusahaan

dikarenakan perusahaan tidak akan menghilangkan laba yang didapat untuk

membayar pajak. Hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut :

H1. Profitabilitas berpengaruh positif terhadap tax avoidance.

2.4.2 Pengaruh Likuiditas terhadap Penghindaran Pajak

24
Likuiditas diperlukan dalam mengalisa laporan keuangan perusahaan,

karena likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi

kewajiban jangka pendek yang harus segera dipenuhi perusahaan.

Perusahaan yang memenuhi kewajiban jangka pendeknya maka tingkat

penghindaran pajak akan semakin tinggi karena perusahaan tersebut lebih

mementingkan untuk mempertahankan aset lancar dari pada harus

membayar pajak yang tinggi, sehingga disimpulkan bahwa likuiditas

berpengaruh positif terhadap tax avoidance. Semakin besar tingkat likuditas

maka tingkat penghindaran pajak yang dilakukan oleh perusahaan semakin

tinggi.

Teori agensi menjelaskan bahwa terdapat perbedaan kepentingan

yang muncul antara manajemen dengan fiskus. Pihak manajemen berusaha

membuat laporan keuangan dengan hasil atau laba yang maksimal. Semakin

tinggi rasio likuiditas perusahaan, maka tindakan untuk mengurangi laba

akan semakin tinggi dengan alasan menghindari beban pajak yang lebih

tinggi. Semakin tinggi rasio likuiditas maka akan berbanding positif dengan

tingkat penghindaran pajak perusahaan.

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Suroiyah &

Khairani (2018) membuktikan bahwa likuiditas berpengaruh positif terhadap

penghindaran pajak. Penelitian milik Budianti & Curry (2018) juga

membuktikan bahwa likuiditas berpengaruh terhadap penghindaran pajak.

Hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut :

H2. Likuiditas berpengaruh positif terhadap Tax Avoidance.

25
2.4.3 Pengaruh Capital Intensity terhadap Penghindaran Pajak
Capital intensity menggambarkan mencerminkan seberapa besar

modal yang dibutuhkan untuk menghasilkan pendapatan. Kepemilikan aset

tetap dapat pengurangi pembayaran perusahaan karena adanya biaya

depresiasi yang melekat pada aset tetap. Biaya depresiasi dapat

dimanfaatkan oleh manajer untuk meminimumkan pajak yang dibayarkan

perusahaan.

Teori Agensi menjelaskan bahwa dalam perusahaan terdapat

perbedaan kepentingan antara pemilik saham dengan manajemen yang

bertindak sesuai kepentingan diri mereka sendiri. Menurut Budhi & Dharma

(2017) manajemen memiliki kepentingan berupa meningkatkan kinerja

perusahaan untuk mendapatkan kompensasi yang diinginkan. Sehubung

dengan hal tersebut, manajemen dapat memanfaatkan penyusutan aset

untuk menekan beban pajak perusahaan. manajer akan menginvestasikan

dana perusahaan yang mengganggur ke dalam bentuk aset tetap dengan

tujuan memanfaatkan penyusutannya sebagai pengurang beban pajak.

Sehingga untuk meningkatkan kinerja perusahaan serta mencapai

kompensasi kinerjanya, maka manajemen akan melakukan penghindaran

pajak berupa pengurangan beban pajak.

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Budhi &

Dharma (2017) serta penelitian milik Muzakki & Darsono, (2015) menjelaskan

bahwa capital intensity berpengaruh positif terhadap tax avoidance, karena

semakin tinggi capital intensity maka semakin tinggi penghindaran pajak

pada perusahaan dikarenakan perusahaan akan tetap mempertahankan aset

26
tetapnya dari pada harus membayar pajak. Hipotesis dalam penelitian ini

sebagai berikut :

H3. Capital intensity berpengaruh positif terhadap Tax Avoidance.

27
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) yang menyediakan

informasi laporan keuangan perusahaan dengan mengakses situs resmi Bursa Efek

Indonesia (BEI) yaitu www.idx.co.id. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2021.

3.2 Populasi dan Sampel


Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan sektor industri dasar

dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2016-2020.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling.

Perusahaan yang terpilih menjadi penelitian memiliki kriteria sebagai berikut:

1) Perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2016-2020.

2) Memiliki data perusahaan yang lengkap berupa annual report sesuai dengan

variabel yang akan diteliti.

3) Perusahaan yang mengalami laba selama periode penelitian.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif.

Penelitian ini menggunakan data sekunder, yaitu data yang diperoleh peneliti secara

tidak langsung melalui perantara, seperti orang lain atau dokumen. Data yang

dibutuhkan dalam penelitian ini berupa laporan keuangan (annual report)

perusahaan sektor industri dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(BEI) periode 2016-2020.

28
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan teknik dokumentasi, dimana teknik pengumpulan data yang dimaksud

dilakukan dengan mengumpulkam seluruh data sekunder yang ada berupa data-

data keuangan dalam laporan keuangan perusahaan.

3.5 Model Analisis

Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi data panel.

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan bantuan program Eviews. Metode

estimasi dengan menggunakan data panel dapat dilakukan melalui tiga bentuk

model regresi data panel dalam penelitian ini:

ETRit = βo + β1ROAit + β2CRit + β3CIit +eit

Keterangan:

ETR = Tax Avoidance


βo = konstanta
β1,β2,β3 = koefisien variabel independen
ROA = Profitabilitas
CR = Likuiditas
CI = Capital Intensity
i = cross section
t = time series
e = Error

3.5.1 Tax Avoidance

Tax avoidance diukur menggunakan cash Effective Tax Rate (CETR),

yaitu pembayaran pajak secara kas atas laba perusahaan sebelum pajak

penghasilan (Sari, 2018). CETR dipilih sebagai proksi tax avoidance karena

mengidentifikasi perencanaan pajak perusahaan yang dilakukan


29
menggunakan perbedaan tetap maupun perbedaan temporer menurut

Oktamawati, Mayarisa (2017). Rumus CETR adalah:

Beban pajak
CETR = x 100%
Laba sebelum pajak

3.5.2 Profitabilitas

Menurut (Kasmir, 2008), rasio profitabilitas merupakan rasio untuk

menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Untuk

mengukur profitabilitas yaitu menggunakan Return on Asset (ROA). ROA

mengukur efektivitas keseluruhan dalam menghasilkan laba melalui aktiva

yang tersedia, daya untuk menghasilkan laba dari modal yang

diinvestasikan. Menghitung ROA dengan menggunakan rumus laba bersih

setelah pajak dibagi dengan total aktiva menurut Deddy et al., (2016).

Dengan rumus :

Lababersih
ROA = x 100%
Total aset

3.5.3 Likuiditas

Menurut Suroiyah & Khairan (2018) likuiditas didefinisikan sebagai

kepemilikan sumber dana yang memadai untuk memenuhi kebutuhan dan

kewajiban yang akan jatuh tempo serta kemampuan untuk membeli atau

menjual asset dengan cepat dengan rumus :

Aset lancar
CR = x 100%
Utanglancar

30
3.5.4 Capital Intensity

Capital intensity menggambarkan seberapa besar perusahaan

menginvestasikan asetnya dalam bentuk aset tetap dan persediaan

(Susilowati, Widyawati, & Nuraini, 2018).

Capital intensity diukur dengan menggunakan rasio intensitas modal

yaitu total aset tetap bersih perusahaan dibagi dengan penjualan menurut

Lestari, C. P. dan Maya M. L. (2016) dengan menggunakan rumus:

Total aset tetap


CIR = x 100%
Penjualan

3.6 Teknis Analisis


Model common effect merupakan model estimasi yang menggabungkan

data time series dan data cross section. Dalam pendekatan ini tidak

memperhatikan dimensi individu maupun waktu sehingga kita bisa menggunakan

metode OLS untuk mengestimasi model data panel. Dalam pendekatan ini

diasumsikan bahwa perilaku data antar perusahaan sama dalam berbagai kurun

waktu (Widarjono,2013). Bentuk persamaan model common effect adalah sebagai

berikut:

Yit =βo +β 1X1it +β2X2it + β3X3it +eit

Keterangan:

Yt = variabel dependen ;

X= variabel independen

i= cross section

31
t = time series

3.6.1 Model Fixed Effect

Model fixed effect mengasumsikan bahwa slope (koefisien regresi) tetap

antar ruang dan waktu. Estimasi model fixed effect dapat dilakukan dengan

menggunakan dummy untuk menjelaskan perbedaan intersep tersebut.

Model estimasi ini disebut juga dengan Least Squares Dummy Variable

(Widarjono, 2013). Model fixed effect dengan teknik variabel dummy dapat

ditulis sebagai berikut:

Yit = β0 + β1X1it + β2X2it + β3D1i+ β4D2i + …+ eit

Keterangan:
i = 1,2,…,n;
t = 1,2,…,t;
D = dummy

3.6.2 Model Random Effect

Model random effect merupakan suatu model estimasi regresi data

panel dengan asumsi koefisien slope konstan dan intersep berbeda antar

individu dan antar waktu (random effect). Variabel dummy di dalam model

fixed effect bertujuan untuk mewakili ketidaktahuan tentang model yang

sebenarnya. Hal ini juga membawa konsekuensi berkurangnya derajat

kebebasan (degree of freedom) yang pada akhirnya mengurangi efesiensi

parameter. Penyelesaian dalam masalah ini bisa diatasi dengan

menggunakan variabel gangguan yang dikenal dengan metode random

effect.

Estimasi data panel dalam metode ini menjelaskan bahwa variabel

gangguan mungkin saling berhubungan antar waktu dan antar individu. Model
32
yang tepat digunakan untuk mengestimasi random effect adalah Generalized

Least Square (GLS) sebagai estimatornya karena dapat meningkatkan

efisiensi dan least square (Widarjono, 2013).

Model dalam random effect ditulis sebagai berikut:

Yit = βo + µi + β1X1it + β2X2it + β3X3it + β4X4it + eit

Keterangan :

βo = parameter yang tidak diketahui yang menunjukkan rata - rata intersep

populasi;

µ = bersifat random yang menjelaskan adanya perbedaan perilaku

perusahaan secara individu.

3.6.3 Uji Kesesuaian Model

Uji kesesuaian model dapat dilakukan melalui uji F untuk signifikansi

fixed effect, uji LM untuk signifikansi random effect dan uji Hausman untuk

signifikansi fixed effect dan random effect (Sriyana, 2014).

Gambar 3.1 Prosedur Pengujian Pemilihan Model

33
Pengujian antara Common Effect
dan Fixed Effect

Apabila fixed effect lebih baik, Apabila common effect lebih baik,
maka dilanjutkan dengan maka pengujian selesai. Model
pengujian antara fixed effect common effect yang digunakan
dengan random effect. untuk estimasi.

Model yang dipilih adalah model


yang lebih baik dari hasil
pengujian.

3.6.4 Uji Chow

Uji Chow lebih dikenal dengan uji F-statistik yang merupakan

pengujian untuk memilih apakah model yang digunakan common effect

atau fixed effect. Memilih model common effect atau model fixed effect

dapat dipahami sama dengan melakukan uji signifikansi fixed effect. Uji

signifikansi fixed effect digunakan untuk memutuskan apakah model

dengan asumsi slope dan intersep tetap antar individu dan antar waktu

(common effect), ataukah diperlukan penambahan variabel dummy untuk

mengetahui perbedaan intersep (fixed effect). Hal ini dapat dilakukan

dengan uji statistik F. Cara ini dilakukan dengan melihat nilai residual sum

of squares (RSS) dari kedua model regresi tersebut. Dalam uji ini akan

dibandingkan antara hipotesis nol (H0) yang menyatakan bahwa intersep

34
dan slope adalah tetap (model common effect) dan hipotesis alternatif (Ha)

yang menyatakan bahwa slope adalah tetap sedangkan intersep berubah-

ubah atau fixed effect (Sriyana, 2014).

Adapun uji F statistiknya adalah sebagai berikut:

(𝑅𝑆𝑆1−𝑅𝑆𝑆2)/i−1
F hitung =
(𝑅𝑆𝑆2)/(i𝑡−i−𝑘)

Keterangan:

RSS1 dan RSS2 = residual sum of squares dari model common effect

tanpa variabel dummy;

i = jumlah individu;

t = jumlah periode waktu;

k = banyaknya parameter dalam model fixed effect.

3.6.5 Uji LM

Uji LM untuk signifikansi random effect dilakukan untuk menentukan

apakah model dengan pendekatan random effect lebih baik dibandingkan

dengan model OLS pada pendekatan common effect. Hipotesis nol yang

digunakan yaitu varian data cross section ernilai nol. Nilai LM hitung diuji

berdasarkan nilai X2 tabel dengan df sebesar jumlah variabel independen.

Uji LM signifikan apabila nilai LM hitung lebih besar dari nilai X2 tabel, maka

hipotesis nol ditolak sehingga model dengan pendekatan random effect

lebih tepat untuk digunakan. Uji signifikansi random effect dengan metode

ini belum bisa dilakukan secara langsung dengan software eviews. Dengan

kata lain eviews belum menyediakan nilai LM hitung dan nilai

35
probabilitasnya (Sriyana, 2014).

3.6.6 Uji Hausman

Uji Hausman merupakan uji yang dilakukan dalam memilih apakah

menggunakan model fixed effect atau model random effect. Penggunaan

model fixed effect mengandung suatu unsur trade-off yaitu hilangnya derajat

bebas yang memasukkan variabel dummy. Tetapi, penggunaan model

random effect juga harus memperhatikan ketiadaan pelanggaran asumsi

dari setiap komponen galat. Uji Hausman dilakukan dengan hipotesa

sebagai berikut:

H0 : model random effect

Ha : model fixed effect

Uji Hausman ini mengikuti distribusi statistik Chi Square dengan degree

of freedom sebanyak k dimana k adalah jumlah variabel independen.

Apabila hipotesis nol ditolak yaitu ketika nilai statistik Hausman lebih besar

dari nilai kritisnya maka model yang tepat adalah model fixed effect

sedangkan sebaliknya apabila hipotesis nol diterima yaitu ketika nilai

statistik Hausman lebih kecil dari nilai kritisnya maka model yang tepat

adalah model random effect.

3.6.7 Uji Hipotesis


Uji Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini meliputi uji koefisien

determinasi (R2), uji koefisien regresi secara bersama-sama (uji F), dan uji

koefisien regresi secara individu (uji t).

36
3.6.8 Uji Koefisien Determinasi (R2)

Uji koefisien determinasi dilakukan untuk mengetahui besarnya

pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Nilai dari R2

berkisar antara 0 dan 1. Nilai R2 yang tinggi menunjukkan bahwa semakin

besar variasi variabel dependen yang dijelaskan oleh variabel-variabel

independen. Nilai R2 yang rendah menunjukkan bahwa semakin kecil variasi

variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen.

Nilai R2 yang sama dengan nol menunjukkan bahwa tidak ada hubungan

antara variabel independen terhadap variabel dependen.

3.6.9 Uji t

Uji t merupakan uji yang dilakukan untuk mengetahui signifikan atau

tidak signifikan variabel independen terhadap variabel dependen secara

individu. Ada dua cara yang bisa digunakan, pertama yaitu dengan

membandingkan t tabel dan t hitung, kedua melihat probabilitasnya.

Langkah-langkah menguji Hipotesis uji t adalah sebagai berikut:

(1) Apabila hipotesis positif

H0 : β1 = 0

H0 : β1 > 0

(2) Apabila hipotesis negatif

H0 : β1 = 0

H0 : β1 < 0

(3) Menentukan tingkat signifikansi (α) misal sebesar 5%, maka kriteria

pengujian:

- Apabila nilai probabilitas T statistik ≥ 0.05, maka H0 gagal ditolak,

37
yang artinya variabel independen tidak mempengaruhi varabel dependen

secara signifikan.

- Sebaliknya, apabila nilai probabilitas T statistik ≤ 0,05, maka H0 ditolak,

yang artinya variabel independen mempengaruhi variabel dependen.

3.6.10 Uji F

Uji F dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui signifikansi atau tidak

signifikan antara variabel independen dan variabel dependen secara

menyeluruh. Langkah-langkah uji F adalah sebagai berikut:

(1) H0 : β1 = β2 = β3 = 0

Artinya tidak adanya pengaruh yang signifikan dari variabel

independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen.

(2). H0 : β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ 0

Artinya ada pengaruh yang signifikan dari variabel independen

secara bersama-sama terhadap variabel dependen.

(3) Menemukan besarnya nilai F hitung dan signifikansi F.

(4) Menentukan tingkat signifikansi (α) misal 5% maka kriteria pengujian

adalah:

- Jika nilai Sig-F ≥ 0,05, maka H0 gagal ditolak, yang artinya variabel

independen secara serentak tidak mempengaruhi variabel dependen.

- Sebaliknya jika Sig-F ≤ 0,05, maka H0 ditolak, yang artinya variabel

independen secara serentak mempengaruhi variabel dependen.

38
DAFTAR PUSTAKA

Agus Widarjono.(2013).Ekonometrika: Pengantar dan aplikasinya, Ekonosia,


Jakarta.
Adeline, There. Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan Reformasi Perpajakan
terhadap Penghindaran Pajak di Industri Manufaktur yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2010.Skripsi Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia Depok.
A Chariri dan Imam Ghozali. 2007. “Teori Akuntansi”. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
Adeyemi, S. B., & Fagbemi, T. O. (2010). Audit Quality, Corporate Governance
and Firm Characteristics in Nigeria. International Journal of Business and
Management, 5(5), 169–179. https://doi.org/10.5539/ijbm.v5n5p169
Agus Purwanto. (2016). Pengaruh Likuiditas, Leverage, Manajemen Laba, Dan
Kopensasi Rugi Fiskal Terhadap Agresivitas Pajak Perusahaan Pada
Perusahaan Pertanian Dan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia Periode 2011-2013. JOM Fekon, 3(1).
Annuar, H. A., Salihu, I. A., & Obid, S. N. S. (2014). Corporate Ownership,
Governance and Tax Avoidance: An Interactive Effects. Procedia - Social
and Behavioral Sciences, 164(August), 150–160.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2014.11.063
Arianandini & Ramantha (2018). (2013). Pengaruh Profitabilitas, Leverage, dan
Kepemilikan Institusional pada Tax Avoidance. Journal of Chemical
Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
Armstrong, Christopher S., J. L. B., & Larcker, A. D. J. D. F. (2015). Corporate
Governance, Incentives, and Tax Avoidance. University of Pennsylvania
ScholarlyCommons, 0, 1–42. https://doi.org/10.17524/repec.v11i0.1724
Aumeerun, B., Jugurnath, B., & Soondrum, H. (2016). Tax evasion: Empirical
evidence from sub-Saharan Africa. Journal of Accounting and Taxation,
8(7), 70–80. https://doi.org/10.5897/jat2016.0225
Biettant, R. (2019). Pengaruh Corporate Governance Dan Return on Asset
Terhadap Tax a Voidance Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar
Di Bei Tahun 2012—2014. In Jurnal Informasi, Perpajakan, Akuntansi,
Dan Keuangan Publik (Vol. 10, Issue 1, p. 75).
https://doi.org/10.25105/jipak.v10i1.4550
Budhi, N., & Dharma, S. (2017). Pengaruh Corporate Social Responsibility Dan
Capital Intensity Terhadap Tax Avoidance. E-Jurnal Akuntansi, 18(1),
529–556.
Budianti, S., & Curry, K. (2018). Pengaruh Profitabilitas, likuiditas, dan Capital
Intensity Terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance). Prosiding
Seminar Nasional Cendekiawan 4, Jakarta.
Damayanti, F., & Susanto, T. (2016). Pengaruh Komite Audit, Kualitas Audit,
Kepemilikan Institusional, Risiko Perusahaan Dan Return on Assets
Terhadap Tax Avoidance. Esensi, 5(2), 187–206.
https://doi.org/10.15408/ess.v5i2.2341
Darmawan, I., & Sukartha, I. (2014). Pengaruh Penerapan Corporate
Governance, Leverage, Roa, Dan Ukuran Perusahaan Pada
Penghindaran Pajak. E-Jurnal Akuntansi, 9(1), 143–161.
Dewi, Ni Nyoman Kristiana; Jati, I. K. (2014). Pengaruh karakter eksekutif,
karakteristik perusahaan, dan dimensi tata kelola perusahaan yang baik
pada tax avoidance di bursa efek indonesia. 2, 249–260.
Dewi, N. L. P. ., & Noviari, N. (2017). Devi Dan Noviari, Ubi. Pengaruh Ukuran
Perusahaan, Leverage, Profitabilitas Dan Corporate Social Responsibility
Terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance), 21, 830–859.
Dharma, N. B. S., & Noviari, N. (2017). Pengaruh Corporate Social Responsibility
Dan Capital Intensity Terhadap Tax Avoidance. E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana, 18, 203.
Eka, R., Astutik, P., & Mildawati, T. (2016). Pengaruh Perencanaan Pajak Dan
Beban Pajak Tangguhan. Jurnal Ilmu Dan Riset Akuntansi, 5(2460–
0585).
http://jurnalmahasiswa.stiesia.ac.id/index.php/jira/article/download/
280/285
Ghozali, Imam. 2018. AplikasiAnalisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
25. Badan Penerbit Universitas Diponegoro: Semarang
Gujarati, Damodar. 2003. Ekonometrika Dasar. Erlangga. Jakarta. Terjemahan.
Sumarno Zain.
Hanum, H. R. (2013). Pengaruh Karakteristik Corporate Governance Terhadap
Effective Tax Rate. Diponegoro Journal of Accounting, 1–54.
Jensen, M. C., & Meckling, W. H. (2019). Theory of the firm: Managerial
behavior, agency costs and ownership structure. Corporate Governance:
Values, Ethics and Leadership, 77–132.
https://doi.org/10.2139/ssrn.94043
Kanagaretnam, K., Lee, J., Lim, C. Y., & Lobo, G. J. (2016). Relation between
auditor quality and tax aggressiveness: Implications of cross-country
institutional differences. Auditing, 35(4), 105–135.
https://doi.org/10.2308/ajpt-51417
Kerr, J. N., Price, R., & Roman, F. J. (2016). The Effect of Corporate Governance
on Tax Avoidance: Evidence From Governance Reform. Journal of
Accounting, 12(5), 1–30.
Koming, N., & Praditasari, A. (2017). Pengaruh Good Corporate Governance,
Ukuran Perusahaan, Leverage Dan Profitabilitas Pada Tax Avoidance. E-
Jurnal Akuntansi, 2017(1), 1229–1258.
Kurniasih, T., & Ratna Sari, M. (2013). Pengaruh Return on Assets, Leverage,
Corporate Governance, Ukuran Perusahaan Dan Kompensasi Rugi Fiskal
Pada Tax Avoidance. Buletin Studi Ekonomi, 18(1), 58–66.
Lim, Y. (2011). Tax avoidance, cost of debt and shareholder activism: Evidence
from Korea. Journal of Banking and Finance, 35(2), 456–470.
https://doi.org/10.1016/j.jbankfin.2010.08.021
Muzakki, M. R., & Darsono. (2015). Pengaruh Corporate Social Responsibility
Dan Capital Intensity Terhadap Penghindaran Pajak. E-Jurnal Akuntansi,
4(3), 445–452.
Nugraha, N. B., & Meiranto, W. (2015). Corporate Social Effects Responsibility,
Company Size, Profitability, Leverage and Capital Intensity To Tax
Agresivity. In Diponegoro Journal of Accounting (Vol. 4).
Putra, I. G. L. N. D. C., & Merkusiwati, N. K. L. A. (2016). Pengaruh Komisaris
Independen, Leverage, Size dan Capital Intensity Ratio pada Tax
Avoidance (Studi pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia
Periode 2012-2014). E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 17(1),
690–714. https://ojs.unud.ac.id/index.php/Akuntansi/article/view/22025
Rizal, M. (2016). Why Company Does Tax Avoidance ? Evidence From a
Manufacturing Company in Indonesia Stock Exchange. International
Journal Business and Management Invention, 5(5), 63–70.
Rosa Dewinta, I., & Ery Setiawan, P. (2016). Pengaruh Ukuran Perusahaan,
Umur Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, Dan Pertumbuhan Penjualan
Terhadap Tax Avoidance. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 14(3),
1584–1615.
Saputra, M. F., Rifa, D., & Rahmawati, N. (2015). Pengaruh corporate
governance, profitabilitas dan karakter eksekutif terhadap tax avoidance
pada perusahaan yang terdaftar di BEI. Jurnal Akuntansi & Auditing
Indonesia, 19(1), 1–12. https://doi.org/10.20885/jaai.vol19.iss1.art1
Sarasati, D. H., & Asyik, N. F. (2018). Pengaruh Good Corporate Governance,
Profitabilitas, Likuiditas, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Tax
Avoidance. Jurnal Ilmu Dan Riset Akuntansi, 11, 2018.
Sriyana, Jaka. 2014. Metode Regresi Data Panel. Ekosiana, Yogyakarta.
Suyanto, K. D., & Supramono. (2012). Likuiditas, Leverage, Komisaris
Independen, Dan Manajemen Laba Terhadap Agresivitas Pajak
Perusahaan. Jurnal Keuangan Dan Perbankan, 16(2), 167–177.
http://jurkubank.wordpress.com
Wibawa, A., Wilopo, & Abdillah, Y. (2016). Pengaruh Good Corporate
Governance Terhadap Penghindaran Pajak (Studi pada Perusahaan
Terdaftar di Indeks Bursa Sri Kehati Tahun 2010-2014). Jurnal
Perpajakan (JEJAK), 11(1), 1–9.
Wiguna, I. P. P., & Jati, I. K. (2017). Pengaruh Corporate Social Responsibility,
Preferensi Risiko Eksekutif, Dan Capital Intensity Pada Penghindaran
Pajak. E-Jurnal Akuntansi, 21(1), 418–446.
Yoehana, M. (2013). Analisis Pengaruh Corporate Social Responsibility
Terhadap Agresivitas Pajak. Skripsi Universitas Diponegoro, 4(2), 1–62.
Yorke, S. M., Amidu, M., & Agyemin-Boateng, C. (2016). The effects of earnings
management and corporate tax avoidance on firm value. International
Journal of Management Practice, 9(2), 112–131.
https://doi.org/10.1504/IJMP.2016.076741
Yulistian, A. (2018). JOM FEB , Volume 1 Edisi 1 ( Januari – Juni 2018 ) JOM
FEB , Volume 1 Edisi 1 ( Januari – Juni 2018 ). 1, 1–15.
https://money.kompas.com/read/2020/11/23/183000126/ri-diperkirakan-rugi-rp-
68-7-triliun-akibat-penghindaran-pajak (Diakses 28 mei 2021)

Anda mungkin juga menyukai