Anda di halaman 1dari 54

USULAN PENELITIAN SKRIPSI

ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK UMKM (PP NO.23 TAHUN


2018) TERHADAP PENINGKATAN WAJIB PAJAK UMKM DAN
PENERIMAAN PPh FINAL
(Studi Pada KPP Pratama Makassar Barat)

disusun dan diajukan oleh

REZKI AMALIAH
A31115008

kepada

DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
USULAN PENELITIAN SKRIPSI

ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK UMKM (PP NO.23 TAHUN


2018) TERHADAP PENINGKATAN WAJIB PAJAK UMKM DAN
PENERIMAAN PPh FINAL
(Studi Pada KPP Pratama Makassar Barat)

disusun dan diajukan oleh

REZKI AMALIAH
A31115008

telah diperiksa dan disetujui untuk diseminarkan

Makassar, Januari 2019

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Gagaring Pagalung, S.E.,M.Si., Ak., CA Dr.Asri Usman, SE, M.Si., Ak., CA
NIP. 19630116 198810 1 001 NIP. 19651018 199412 1 001

Ketua Departemen Akuntansi


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Hasanuddin

Dr. Hj. Andi Kusumawati, S.E., M.Si., Ak., CA.


NIP 19660405 199203 2 003

ii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL .............................................................................................. .. i


HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................................. ..ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ..iii
DAFTAR TABEL .................................................................................................... ..iv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ ..v

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian .....................................................................................6
1.4 Kegunaan Penelitian ...............................................................................6
1.4.1 Kegunaan Teoretis ........................................................................6
1.4.2 Kegunaan Praktis ..........................................................................6
1.5 Sistematika Penulisan .............................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................8


2.1 Landasan Teori .......................................................................................8
2.1.1 Pengertian Pajak ...........................................................................8
2.1.1.1 Fungsi Pajak ................................................................... 8
2.1.1.2 Pengertian Wajib Pajak .................................................................. 9
2.1.1.3 Teori Pemungutan Pajak ...................................................9
2.1.1.4 Sistem Pemungutan Pajak ..........................................................10
2.1.2 PPh Final Pasal 4 ayat (2) .........................................................................11
2.1.2.1 PPh berupa Bunga Deposito dan Tabungan, dan Diskonto SBI ..........12
2.1.2.2 PPh Final atas Bunga Obligasi ........................................14
2.1.2.3 PPh Final atas Bunga Simpana Koperasi ........................16
2.1.2.4 PPh Final atas Hadiah Undian ...................................................16
2.1.2.5 PPh Final atas Penjualan Saham di Bursa Efek ..............17
2.1.2.6 PPh Final atas Pengalihan Hak atas Tanah dan atau Bangunan .......18
2.1.2.7 PPh atas Jasa Konstruksi ................................................25
2.1.2.8 PPh Final atas Persewaan Tanah dan/atau Bangunan ....28
2.1.2.9 PPh atas Dividen yang diterima Orang Pribadi ................29
2.1.3 Pemahaman Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018 ........32
2.1.3.1 Definisi Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018 .....32
2.1.3.2 Wajib Pajak Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018 ......32
2.1.3.3 Peredaran Bruto ..............................................................33
2.1.3.4 Bukan Objek Pajak ..........................................................33
2.1.3.5 Jangka Waktu ..................................................................34
2.2 Penelitian Terdahulu..............................................................................34
2.3 Kerangka Pemikiran ..............................................................................38

iv
BAB III METODE PENELITIAN...............................................................................40
3.1 Rancangan Penelitian ...........................................................................40
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................40
3.3 Populasi ................................................................................................40
3.4 Jenis dan Sumber Data .........................................................................41
3.4.1 Jenis Data....................................................................................41
3.4.2 Sumber Data ...............................................................................41
3.5 Metode Pengumpulan Data ...................................................................42
3.6 Definisi Operasional ..............................................................................43
3.7 Teknik Analisis Data ..............................................................................43

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................47

iv
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Wajib Pajak UMKM dan Penerimaan Pajak Masa


Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 Yang
Terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makassar
Barat …………………………………………………………………. 4
2.1 Tarif Pengenaan PPh Final atas Pengalihan Hak atas Tanah dan
atau Bangunan ............................................................................. 21
2.2 Ringkasan Penelitian Terdahulu ………………………………........ 34
3.1 Klasifikasi Kriteria Kontribusi ........................................................ 46

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerangka Pemikiran ................................................................... 38


3.1 Teknik Analisis Data ................................................................... 44

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pajak adalah suatu pungutan bersifat memaksa yang telah diatur dalam

perundang-undangan yang dibayarkan oleh masyarakat kepada kas negara

guna untuk membiayai pengeluaran negara (Susyanti dan Dahlan, 2015:1).

Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang menjadi

penopang pembangunan nasional. Untuk membiayai pembangunan nasional

tentu membutuhkan penerimaan yang besar yaitu salah satunya melalui pajak

yang menyumbang kontribusi besar dalam APBN (Anggaran Pendapatan Belanja

Negara). Oleh karena itu, guna meningkatkan penerimaan negara maka

pemerintah terus melakukan berbagai upaya dari sektor pajak.

Dalam pemungutan pajak memiliki syarat pemungutan. Salah satunya

yaitu sistem pemungutan pajak harus sederhana maka pemerintah terus

melakukan perubahan sesuai dengan kondisi perekoniman yang terjadi di

Indonesia. Pemungutan pajak yang sederhana akan memudahkan dan

mendorong masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya (Mardiasmo,

2016:5).

Syarat tersebut telah dipenuhi melalui undang-undang yang dikeluarkan

oleh pemerintah yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018 tentang

Pajak Penghasilan atas Penghasilan Usaha yang Diterima dan Diperoleh Wajib

Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu dengan tarif 0,5% yang dihitung

berdasarkan pendapatan bruto yang diperuntukkan bagi UMKM yang memiliki

omzet tidak lebih dari Rp.4.800.000.000.00,- dalam satu tahun pajak (Sari,

2018:19).

1
2

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) menurut Sunanto (2016:320-

321) walaupun omset dan laba lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan-

perusahaan besar namun pemerintah melirik sektor swasta ini karena

keberadaannya yang hampir dijumpai di sepanjang jalan dan nyatanya mampu

memberikan sumbangsih berarti bagi pertumbuhan ekonomi. Sektor Usaha

Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peranan strategis dalam

perekonomian di Indonesia dan membuktikan eksistensinya ketika terjadinya

krisis moneter melanda Indonesia di Tahun 1997 hingga 1998 yang terjadi usaha

berskala kecil dan menengah yang relatif mampu bertahan dibandingkan

perusahaan besar (Bank Indonesia, 2015:5).

Mengenai peran penting sektor UMKM dalam perekonomian Indonesia,

maka tidak heran pemerintah memberi perhatian terhadap perkembangan sektor

ini dengan menurunkan tarif pajak menjadi 0,5 persen dari tarif sebelumnya 1

persen. Tarif pajak bagi pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

sebesar 1% diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013. Rafika

Sari (2018:20) dalam penelitiannya mengatakan “pengenaan tarif pajak final lama

sebesar 1% dinilai memberatkan pelaku UMKM dan sering dikeluhkan oleh

pelaku UMKM”.

“Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 … dianggap diskriminatif

dikarenakan besarnya tarif pajak dihitung sebesar 1% dari omset perusahaan.

Hal ini dapat menyebabkan meningkatnya jumlah biaya yang harus dikeluarkan

oleh pelaku usaha. Pengenaan Pajak tidak sesuai dengan asas keadilan karena

perhitungan berdasarkan pada omset perusahaan, padahal omset perusahaan

tidak mecerminkan pendapatan riil dari sebuah perusahaan dan berpotensi

terjadinya pengenaan pajak berulang” (Peptasari, 2015:2).


3

Selain itu pada regulasi lama yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 46

Tahun 2013, pengenaan PPh final tidak memberikan keadilan bagi beberapa

wajib pajak UMKM karena tetap harus membayar pajak walaupun tidak

memperoleh keuntungan atau merugi (Sari, 2018:20).

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2018 sebagai

berikut.

Dalam rangka mendorong masyarakat berperan serta dalam kegiatan ekonomi


formal, dengan memberikan kemudahan dan lebih berkeadilan kepada Wajib
Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu untuk jangka waktu tertentu, perlu
mengganti Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 tentang Pajak
Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib
Pajak yang memiliki Peredaran Bruto Tertentu.

Maka pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun

2018 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan Usaha yang Diterima dan

Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu dengan tarif 0,5%

yang dihitung berdasarkan pendapatan bruto yang diperuntukkan bagi UMKM

yang memiliki omset tidak lebih dari Rp.4.800.000.000.000 dalam satu tahun

pajak yang mulai diberlakukan 1 Juli 2018 hingga jangka waktu tertentu.

Kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah pada Peraturan Pemerintah

Nomor 23 Tahun 2018 ada batasan waktu kebijakan yang ditetapkan berbeda

untuk berbagai subjek pajak. Bagi subjek pajak orang pribadi, insentif tersebut

berjangka waktu selama 7 tahun. Bagi subjek pajak badan usaha berbentuk

Perseroan Terbatas, insentif berjangka waktu selama 3 tahun. Terakhir, bagi

subjek pajak badan usaha berbentuk CV, firma, dan koperasi selama 4 tahun.

Adapun jangka waktu dihitung sejak tahun pajak regulasi berlaku bagi wajib

pajak lama, dan sejak tahun pajak terdaftar bagi wajib pajak baru. Sehingga

dengan adanya batasan waktu, pemerintah secara tidak langsung mendorong

UMKM untuk belajar menerapkan standar pembukuan dari Ikatan Akuntan

Indonesia (IAI). Selain itu, adanya batas waktu penerapan pajak akan
4

menstimulasi munculnya pelaku UMKM dan meningkatkan jumlah wajib pajak

UMKM (Sari, 2018:20-21).

Tabel 1.1 Wajib Pajak UMKM dan Penerimaan Pajak Masa Peraturan
Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 Yang Terdaftar di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Makassar Barat

Jumlah WP
Tahun Penerimaan Pajak Keterangan
UMKM
2552 8,299,292,997 Januari 2013 s.d. Juni 2013
2013
1137 1,240,218,089 Juli 2013 s.d. Desember 2013
2014 2552 8,962,489,125 Januari s.d Desember 2014
2015 3349 14,006,765,613 Januari s.d Desember 2015
2016 3961 16,507,890,977 Januari s.d Desember 2016
2017 4874 20,400,650,577 Januari s.d Desember 2017
2018 3482 11,199,195,860 Januari 2018 s.d. Juni 2018
Sumber: KPP Pratama Makassar Barat

Data wajib pajak UMKM terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Makassar Barat pada masa berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun

2013 dengan tarif pajak 1% yakni Tahun 2013 hingga 2017 mengalami

peningkatan. Begitu pula dengan penerimaan pajak yang mengalami

peningkatan.

Dengan adanya kebijakan insentif penurunan tarif pajak UMKM sebesar

0,5% yang sebelumnya 1%, diharapkan dapat menstimulasi munculnya UMKM

baru dan mengembangkan UMKM yang telah ada dan terdaftar sebagai wajib

pajak UMKM. Dengan berkurangnya beban biaya UMKM dapat memberikan

ruang finansial (kesempatan berusaha) yang dapat digunakan dalam ekspansi

usaha (Sari, 2018:20).

Penurunan tarif pajak ini diharapkan dapat dimanfaatkan secara optimal

oleh pelaku UMKM terkhususnya UMKM baru karena apabila kebijakan ini tidak
5

dapat dimanfaatkan secara optimal dapat merugikan negara dengan terjadinya

penurunan penerimaan negara.

Berdasarkan apa yang telah diuraikan di atas, maka proposal penelitian

ini diberi judul “Kontribusi Pajak UMKM (PP Nomor 23 Tahun 2018) terhadap

Peningkatan Wajib Pajak UMKM dan Penerimaan PPh Final”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian, maka masalah yang akan

dirumuskan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh penerapan kebijakan Peraturan Pemerintah Nomor 23

Tahun 2018 terhadap pertumbuhan jumlah wajib pajak UMKM dari segi

kepatuhan pelaporan SPT di KPP Makassar Barat?

2. Bagaimana kontribusi kebijakan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun

2018 terhadap penerimaan PPh Final di KPP Makassar Barat?

1.3 Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari

penelitian ini sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui pengaruh penerapan kebijakan Peraturan Pemerintah

Nomor 23 Tahun 2018 terhadap pertumbuhan jumlah wajib pajak UMKM dari

segi kepatuhan pelaporan SPT di KPP Makassar Barat.

2. Untuk mengetahui kontribusi kebijakan Peraturan Pemerintah Nomor 23

Tahun 2018 terhadap penerimaan PPh Final di KPP Makassar Barat.


6

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Dapat mengetahui penerapan tarif pajak baru yaitu Peraturan Pemerintah

Nomor 23 Tahun 2018 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan Usaha yang

Diterima dan Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Memberi masukan bagi KPP Pratama untuk lebih meningkatkan upaya

dalam mensosialisasikan peraturan terbaru dan sebagai acuan untuk mengetahui

sejauh mana kontribusi kebijakan baru terhadap Wajib Pajak UMKM dalam

rangka mengoptimalkan penerimaan pajak.

1.5 Sistimatika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini merujuk pada Pedoman Penulisan

Skripsi (Fakultas Ekonomi dan Bisnis, 2012). Dalam penulisan skripsi akan terdiri

dari lima bab yaitu, Pendahuluan, Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian, Hasil

Penelitian dan Penutup dengan uraian sebagai berikut.

BAB I: PENDAHULUAN

Bab ini berisi: bagian yang dapat membuat pembaca mengetahui apa

yang diteliti, untuk apa dan mengapa penelitian itu dilakukan. Rangkaian

yang ada di dalam pendahuluan yaitu latar belakang, rumusan masalah,

tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi: dugaan atau jawab sementara terhadap suatu masalah

haruslah menggunakan pengetahuan ilmiah sebagai dasar argumentasi

dalam mengkaji persoalan. Hal ini dimaksudkan agar diperoleh jawaban


7

yang akurat. Sebelum mengajukan hipotesis, peneliti wajib mengkaji teori-

teori dari hasil-hasil penelitian yang relevan dengan masalah yang diteliti.

BAB III: METODE PENELITIAN

Bab ini berisi: rancangan penelitian, tempat penelitian, populasi dan

sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, variable

penelitian dan definisi operasional, teknik analisis data, dan analisis data.

BAB IV: HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi: hasil penelitian. Isi dari bab ini adalah karakteristik dari

masing-masing variable dan hasil pengujian hipotesis.

BAB V: PENUTUP

Bab ini berisi: penutup yang memuat kesimpulan, saran, dan

keterbatasan penelitian.
8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Pengertian Pajak

Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang perubahan ke

empat atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan

Tata Cara Perpajakan pada pasal 1 ayat 1 yaitu pajak adalah kontribusi wajib

kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat

memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan

secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat.

Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. dalam Mardiasmo (2018:3)

pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

(yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi)

yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar

pengeluaran umum.

Menurut Prof. Dr. PJA Andriani “pajak merupakan iuran untuk negara

yang pelaksanaannya biasa dipaksakan. Pajak berguna untuk penyelenggarakan

pemerintahan pada suatu negara untuk hal-hal umum yang berkaitan dengan

tugas negara sebagai penyelenggara pemerintahan” (Marzuqi, 2012:2).

2.1.1.1.Fungsi Pajak

Peraturan perpajakan tidak semata-mata dibuat untuk kepentingan

pemerintah saja, namun dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan

masyarakat. Oleh karena itu dalam proses pemungutan pajak diatur berdasarkan
9

aturan yang berlaku. Ada dua fungsi pajak menurut kutipan (Mardiasmo, 2018:4)

yaitu:

a. Fungsi Anggaran (Budgetar) yaitu pajak berfungsi sebagai salah satu

sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-

pengeluarannya.

b. Fungsi Mengatur (Regulered) sebagai alat untuk mengatur atau

melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.

2.1.1.2.Pengertian Wajib Pajak

Berdasarkan Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Wajib Pajak

merupakan orang pribadi atau badan, meliputi pembayaran pajak, pemotong

pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

2.1.1.3.Teori Pemungutan Pajak

Dalam pemungutan pajak ada lima teori yang mendasarinya (Mardiasmo,

2018:5-6) yaitu:

1. Teori Asuransi

Negara melindungi keselamatan jiwa, harta benda, dan hak-hak rakyatnya.

Oleh karena itu rakyat harus membayar pajak yang diibaratkan sebagai

suatu premi asuransi karena memperoleh jaminan perlindungan tersebut.

2. Teori Kepentingan

Pembagian beban pajak kepada rakyat didasarkan pada kepentingan

(misalnya perlindungan) maisng-masing orang. Semakin besar kepentingan

seseorang terhadap nagara, makin tinggi pajak yang harus dibayar.


10

3. Teori Daya Pikul

Beban pajak untuk semua orang harus sama beratnya, artinya pajak harus

dibayar sesuai dengan daya pikul masing-masing orang. Untuk mengukur

daya pikul dapat digunakan dua pendekatan yaitu unsur objektif yang

melihat besarnya penghasilan atau kekayaan yang dimiliki oleh seseorang

dan unsur subjektif yang memperhatikan besarnya kebutuhan materiil yang

harus dipenuhi.

4. Teori Bakti

Dasar keadilan pemungutan pajak terletak pada hubungan rakyat dengan

negaranya. Sebagai warga negara yang berbakti, rakyat harus selalu

menyadari bahwa pembayaran pajak adalah sebagai suatu kewajiban.

5. Teori Asas Daya Beli

Dasar keadilan terletak pada keadilan pemungutan pajak. Maksudnya

memungut pajak berarti menarik daya beli dari rumah tangga masyarakat

untuk rumah tangga negara. Selanjutnya negara akan menyalurkannya

kembali ke masyarakat dalam bentuk pemeliharaan kesejahteraan

masyarakat. Dengan demikian kepentingan seluruh masyarakat lebih

diutamakan.

2.1.1.4.Sistem Pemungutan Pajak

Sistem pemungutan pajak di Indonesia ada tiga (Mardiasmo,2018:9-10)

yaitu:

1. Self Assessment System

Sistem ini digunakan dalam memungut pajak pusat/pajak negara arti dari

sistem ini adalah wajib pajak diberi kepercayaan untuk menghitung,

memperhitungkan, menyetor dan melaporkan sendiri kewajiban pajaknya.

Sistem ini tercermin dalam perhitungan PPh di akhir tahun. Keberhasilan


11

sistem ini sangat tergantung dari kesadaran masyarakat, kejelasan Undang-

Undang, dan profesionalisme aparat. Ciri-ciri Self Assessment System yaitu:

a. wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada wajib

pajak sendiri.

b. wajib pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan

sendiri pajak yang terutang.

c. fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.

2. Official Assessment System

Official Assessment System adalah suatu sistem pemungutan yang memberi

wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak

yang terutang oleh Wajib Pajak. Sistem ini masih digunakan dalam

memungut pajak daerah. Ciri-ciri Official Assessment System yaitu:

a. wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus.

b. wajib pajak bersifat pasif.

c. utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus.

3. Witholding System

Witholding System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi

wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang

bersangkutan) untuk memotong atau memungut pajak yang terutang oleh

wajib pajak. Sistem ini masih digunakan dalam pemungutan pajak pusat

maupun pajak daerah.

2.1.2. PPh Final Pasal 4 ayat (2)

Pajak penghasilan merupakan pajak yang dikenakan kepada wajib pajak

perseorangan atau disebut dengan pajak penghasilan pribadi dan pajak


12

penghasilan yang dikenakan kepada lembaga atau perusahaan yang disebut

dengan pajak penghasilan badan usaha (Marzuqi, 2012:32).

Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang Pajak Penghasilan menyebutkan,

bahwa:

”Atas penghasilan berupa Bungan deposito, dan tabungan-tabungan lainnya,


penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya di bursa efek,
penghasilan dari pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan serta
penghasilan tertentu lainnya, pengenaan pajaknya diatur dengan Peraturan
Pemerintah”.

2.1.2.1.Pajak Penghasilan atas Penghasilan Berupa Bunga Deposito dan


Tabungan, dan Diskonto Sertifikat Bank Indonesia

1. Objek

Objek PPh adalah Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan serta

diskonto Sertifikat Bank Indonesia (SBI) termasuk bunga yang diterima atau

diperoleh dari deposito dan tabungan yang ditempatkan diluar negeri melalui

bank yang didirikan atau ditempatkan kedudukan di Indonesia atau cabang bank

luar negeri di Indonesia.

2. Definisi

a. Deposito adalah deposito dengan nama dan dalam bentuk apapun,

termasuk deposito berjangka, sertifikat deposito dan “deposito on call”

baik dalam mata uang asing (valuta asing) yang ditempatkan pada atau

diterbitkan oleh bank.

b. Tabungan adalah simpanan pada bank dengan nama apapun, termasuk

giro, yang penarikannya dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang

ditetapkan oleh masing-masing bank.

3. Pemotong Pajak

a. Bank yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia.

b. Cabang bank luar negeri di Indonesia.


13

c. Bank Indonesia

4. Tarif pajak
a. Dikenakan PPh final sebesar 20% dari jumlah bruto, terhadap Wajib

Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap.

b. Dikenakan PPh final sebesar 20% dari jumlah bruto atau dengan tariff

berdasarkan Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda yang berlaku,

terhadap Wajib Pajak luar negeri.

5. Dikecualikan dari pemotong PPh

a. Bunga deposito dan tabungan serta diskonto Sertifikat Bank Indonesia

(SBI), sepanjang jumlah deposito dan tabungan serta Sertifikat Bank

Indonesia (SBI) tersebut tidak melebihi Rp.7.500.000 dan bukan

merupakan jumlah yang dipecah-pecah.

b. Bunga dan diskonto yang diterima atau diperoleh bank yang didirikan di

Indonesia atau cabang bank luar negeri di Indonesia.

c. Bunga deposito dan tabungan serta diskonto Sertifikat Bank Indonesia

(SBI) yang diterima atau diperoleh Dana Pensiun yang pendiriannya

telah disahkan oleh Menteri Keuangan sepanjang dana diperoleh dari

sumber pendapatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 Undang-

Undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun, diberikan

berdasarkan Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemotong Pajak

Penghasilan atas bunga deposito dan tabungan serta diskonto Sertifikat

Bank Indonesia (SBI), yang diterbitkan oleh Kantor Pelayanan Pajak

tempat Dana Pensiu yang bersangkutan terdaftar.

d. Bunga tabungan pada bank yang ditunjuk Pemerintah dalam rangka

pemilihan rumah sederhana dan sangat sederhana, kaveling siap

bangun untuk rumah sederhana dan sangat sederhana, atau rumah


14

susun sederhana sesuai dengan ketentuan yang berlaku, untuk dihuni

sendiri.

e. Orang Pribadi Subjek Pajak dalam negeri yang seluruh penghasilannya

dalam 1 tahun pajak termasuk bunga dan diskonto tidak melebihi

Penghasilan Tidak Kena Pajak.

2.1.2.2.PPh Final atas Bunga Obligasi

1. Definisi

Bunga obligasi adalah imbalan yang diterima atau diperoleh pemegang

Obligasi dalam bentuk Bungan dan/atau diskonto. Obligasi adalah surat

utang dan surat utang negara, yang berjangka waktu lebih dari 12 bulan.

2. Pemotong Pajak Penghasilan dilakukan oleh

a) Penerbit Obligasi (emiten) atau custodian selaku agen pembayaran

yang ditujuk atas:

1) Bunga dan/atau diskonto yang diterima atau diperoleh pemegang

Obligasi dengan kupon pada saat jatuh tempo Bunga Obligasi; dan

2) Diskonto yang diterima atau diperoleh pemegang Obligasi tanpa

bunga pada saat jatuh tempo Obligasi.

b) Perusahaan efek, dealer, atau bank, selaku perantara, atas bunga

dan/atau diskonto Obligasi yang diterima atau diperoleh penjual Obligasi

pada saat transaksi; dan/atau

c) Perusahaan efek, dealer, bank, dana pension, dan reksadana, selaku

pembeli Obligasi langsung tanpa melalui perantara, atas bunga dan/atau

diskonto Obligasi yang diterima atau diperoleh penjual Obligasi pada

saat transaksi.
15

3. Dalam hal penjualan Obligasi dilakukan secara langsung tanpa melalui

perantara kepada pihak-pihak lain selain pemotong pajak, custodian atau

sub-registry selaku pihak-pihak yang melakukan pencatatan mutasi hak

kepemilikan Obligasi, wajib melakukan pemotongan dengan cara memungut

Pajak Penghasilan yang bersifat final yang terutang dari penjual Obligasi

sebelum mutasi hak kepemilikan dilakukan.

Dalam hal penjualan Obligasi tidak memerlukan pencatatan mutasi hak

kepemilikan Obligasi melainkan hanya atas unjuk, pemotong Pajak

Penghasilan yang bersifat final dilakukan oleh penerbit Obligasi (emiten)

atau kustodian yang ditunjuk selaku agen pembayaran, dari

pembeli/pemegang Obligasi pada saat:

a) Jatuh tempo bunga, untuk penghasilan bunga yang dihitung

berdasarkan masa kepemilikan penuh sejak tanggal jatuh tempo bunga

terakhir.

b) Jatuh tempo Oblihasi, untuk penghasilan diskonto yang dihitung

berdasarkan masa kepemilikan penuh sejak tanggal penerbitan perdana

Obligasi.

Dalam hal dapat dibuktikan bahwa penjual Obligasi atas unjuk adalah pihak

yang tidak diberlakukan pemotong Pajak Penghasilan atau pihak lain yang

telah dikenakan pemotong Pajak Penghasilan, pemotong Pajak Penghasilan

yang bersifat final atas bunga pada saat jatuh tempo bunga atau diskonto

pada saat jatuh tempo Obligasi, dihitung berdasarkan masa kepemilikan

penuh dikurangi dengan masa kepemilikan penjual Obligasi tersebut.

4. Bunga obligasi yang tidak dikenai Pemotong PPh Pasal 4 ayat (2) Yaitu

apabila penerima penghasilan berupa bunga obligasi adalah:


16

a) Wajib Pajak dana pensiun yang pendirian atau pembentukannya telah

disahkan oleh Menteri Keuangan dan memenuhi persyaratan

sebagaimana diatur dalam Pasal 4 ayat (3) UU PPh (penghasilan dari

modal yang ditanamkan oleh dana pensiun dalam bidang-bidang

tertentu yang ditetapkan dengan KMK).

b) Wajib Pajak bank yang didirikan di Indonesia atau cabang bank luar

negeri di Indonesia

2.1.2.3.PPh Final atas Bunga Simpanan Koperasi


1. Dikenakan atas bunga pinjaman yang dibayarkan oleh koperasi yang

didirikan di Indonesia kepada anggota koperasi Orang Pribadi.

2. Dipotong oleh koperasi yang melakukan pembayaran bunga simpanan

kepada anggota koperasi Orang pribadi pada saat pembayaran.

3. Besarnya Pajak Penghasilan adalah:

a) 0% untuk penghasilan berupa bunga simpanan sampai dnegan

Rp.240.000 per bulan; atau

b) 10% dari jumlah bruto bunga untuk penghasilan berupa bunga

simpanan lebih dari Rp.240.000 per bulan.

2.1.2.4.PPh Final atas Hadiah Undian


1. Objek pajak penghasilan adalah penghasilan berupa hadiah undian dengan

nama dan dalam bentuk apapun yang diterima atau diperoleh Orang Pribadi

dan badan baik dalam negeri maupun luar negeri.

2. Hadiah undian adalah hadiah dengan nama dan dalam bentuk apapun yang

diberikan melalui undian.

3. Nilai hadiah yaitu nilai uang dan nilai pasar apabila hadiah tersebut

diserahkan dalam bentuk natura.


17

4. Pemotong adalah penyelenggara undian

5. Tarif PPh final atas hadiah undian adalah sebesar 25% dari jumlah bruto.

2.1.2.5.PPh Final atas Penjualan Saham di Bursa Efek

1. Definisi

a. Pendiri adalah orang pribadi atau badan yang namanya tercatat dalam

Daftar Pemegang Saham Perseroan Terbatas atau tercantum dalam

Anggaran Dasar Perseroan Terbatas sebelum Pernyataan Pendaftaran

yang diajukan kepada Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) dalam

rangka penawaran umum perdana “initial public offering” menjadi efektif.

Termasuk dalam pengertian pendiri adalah orang pribadi atau badan

yang menerima pengalihan saham dari pendiri karena:

a) Warisan;

b) Hibah; dan

c) Cara lain yang tidak dikenakan Pajak Penghasilan pada saat

pengalihan tersebut.

b. Pengertian saham pendiri adalah:

a) saham yang diperoleh pendiri yang berasal dari kapitalisasi agio

yang dikeluarkan setelah penawaran umum perdana (initial public

offering);

b) saham yang berasal dari pemecahan saham pendiri.

Tidak termasuk dalam pengertian saham pendiri adalah:

a) Saham yang diperoleh pendiri yang berasal dari pembagian dividen

dalam bentuk saham;

b) Saham yang diperoleh pendiri setelah penawaran umum perdana

(initial public offering) yang berasal dari pelaksanaan hak


18

pemesanan efek terlebih dahulu (right issue), waran, obligasi

konversi dan efek konversi lainnya;

c) Saham yang diperoleh pendiri perusahaan Reksa Dana.

2. Tarif

a. Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Orang Pribadi atau

badan dari transaksi penjualan saham di bursa efek dikenakan Pajak

penghasilan sebesar 0,1% dari jumlah bruto nilai transaksi penjualan

saham;

b. Pemilik saham pendiri dikenakan tambahan Pajak Penghasilan dan

bersifat final sebesar 0,5% dari nilai saham (nilai saham perusahaan

pada saat penawaran umum perdana “initial public offering”

3. Tidak termasuk objek pajak

Agio saham yang timbul dari selisih lebih antara nilai pasar saham dan nilai

nominal saham, tidak termasuk objek pajak.

4. Bukan pengurang penghasilan bruto

Disagio saham yang timbul dari selisih lebih antara nilai nominal saham dan

nilai pasar saham, bukan merupakan pengurangan dari penghasilan bruto.

2.1.2.6.PPh Final atas Pengalihan Hak atas Tanah dan atau Bangunan

1. Definisi

a. Dikenakan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Orang Pribadi

atau badan dari pengalihan ha katas tanah dan/atau bangunan.

b. Pengalihan ha katas tanah dan/atau bangunan adalah:

a) Penjualan, tukar-menukar, perjanjian pemindahan hak, pelepasan

hak, penyerahan hak, lelang, hibah, atau cara lain yang disepakati

dengan pihak lain selain pemerintah;


19

b) Penjualan, tukar-menukar, pelepasan hak, penyerahan hak, atau

cara lain yang disepakati dengan pemerintah guna pelaksanaan

pembangunan, termasuk pembangunan untuk kepentingan umum

yang tidak memerlukan persyaratan khusus;

c) Penjualan, tukar-menukar, pelepasan hak, penyerahan hak, atau

cara lain kepada pemerintah guna pelaksanaan pembangunan

untuk kepentingan umum yang memerlukan persyaratan khusus.

2. Penjualan, tukar-menukar, perjanjian pemindahan hak, pelepasan hak,

penyerahan hak, lelang, hibah, atau cara lain yang disepakati dengan pihak

lain selain pemerintah:

a. Orang Pribadi atau badan yang menerima atau memperoleh

penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan wajib

membayar sendiri PPh yang terutang dengan menggunakan SSP ke

bank persepsi atau Kantor Pos dan Giro sebelum akta, keputusan,

perjanjian, kesepakatan atau risalah lelang atas pengalihan ha katas

tanah dan/atau bangunan ditanda oleh pejabat yang berwenang.

b. Pada SSP wajib dicantumkan nama, alamat, dan NPWP dari Orang

Pribadi atau badan yang bersangkutan.

c. Yang dimaksud dengan pejabat yang berwewenang adalah Notaris,

Pejabat Pembuat Akta Tanah, Camat, Pejabat Lelang, atau pejabat lain

yang diberi wewenang sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

d. Pejabat yang berwenang hanya menandatangani akta, keputusan,

perjanjian, kesepakatan atau risalah lelang atas pengalihan hak atas

tanah dan/atau bangunan apabila kepadanya dibuktikan oleh Orang

Pribadi atau badan dimaksud bahwa kewajiban pembayaran PPh-nya


20

telah dipenuhi dengan menyerahkan fotokopi SSP yang bersangkutan

dengan menunjukkan aslinya.

e. Pejabat yang berwenang menandatangani akta, keputusan, perjanjian,

kesepakatan atau risalah lelang wajib menyampaikan laporan bulanan

mengenai penerbitan akta, keputusan, perjanjian, kesepakatan atau

risalah lelang atas pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan

kepada Direktur Jenderal Pajak. (Pasal 2 ayat (3) PP 48 Tahun 1994)

3. Penjualan, tukar-menukar, pelepasan hak, penyerahan hak, atau cara lain

yang disepakati dengan pemerintah guna pelaksanaan pembangunan,

termasuk pembangunan untuk kepentingan umum yang tidak memerlukan

persyaratan khusus;

a. Orang Pribadi atau badan yang menerima atau memperoleh

penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan ini

dipungut PPh oleh bendaharawan atau pejabat yang melakukan

pembayaran atau pejabat menyetujui tukar-menukar.

b. Bendaharawan atau pejabat wajib menyetor PPh yang telah dipungut ke

bank persepsi atau Kantor Pos dan Giro sebelum melakukan

pembayaran kepada Orang Pribadi atau badan yang berhak

menerimanya atau sebelum tukar-menukar dilaksanakan.

c. Penyetoran pajak dilakukan dengan menggunakan SSP atas nama

Orang Pribadi atau badan yang menerima pembayaran atau yang

melakukan tukar-menukar.

d. Bendaharawan atau pejabat wajib menyampaikan laporan mengenai

pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan kepada kepada Direktur

Jenderal Pajak.
21

4. Penjualan, tukar-menukar, pelepasan hak, penyerahan hak, atau cara lain

kepada pemerintah guna pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan

umum yang memerlukan persyaratan khusus.

a. Pembangunan untuk kepentingan umum yang memerlukan persyaratan

khusus adalah pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah di atas

tanah yang pembebasannya dilakukan oleh pemerintah yang lokasinya

tidak dapat dipindahkan ke tempat lain yaitu kepentingan jalan umum,

saluran pembuangan air, waduk, bendungan dan bangunan pengairan

lainnya, saluran irigasi, pelabuhan laut/sungai, bandar udara, fasilitas

keselamatan umum, seperti tanggul penanggulangan banjir, lahar dan

bencana lainnya, serta tempat pembuangan sampah, serta fasilitas

TNI/Kepolisian Negara Republik Indonesia.

5. Pengenaan PPh Final

Tabel 2.1 Tarif Pengenaan PPh Final atas Pengalihan Hak atas Tanah dan atau
Bangunan
Pengalihan hak atas tanah dan/atau PPh Pasal 4 ayat (2) (sifat final) = 5%
bangunan x jumlah bruto nilai pengalihan hak
a.Tidak Mewah atas tanah dan/atau bangunan
b.Mewah, yaitu: 8. Nilai pengalihan hak adalah nilai
7. Rumah beserta tanahnya, harga yang tertinggi antara nilai
jual/harga pengalihan lebih dari berdasarkan Akta Pengalihan Hak
Rp 10 M dan luas bangunan dengan NJOP PBB kecuali:
lebih dari 500 m2; a) Dalam hal pengalihan hak
7. Apartemen, kondominium dan kepada pemerintah adalah
sejenisnya, harga nilai berdasarkan pejabat
jual/pengalihannya lebih dari Rp yang bersangkutan;
10 M dan/atau luas bangunan b) Dalam hal pengalihan hak
lebih dari 400 m2; sesuai dengan peraturan
lelang (Staatsblad Tahun
1908 Nomor 189 dengan
22

segala perubahannya) adalah


nilai menurut risalah lelang
tersebut.
8. NJOP yang dimaksud adalah
NJOP menurut SPPT PBB tahun
yang bersangkutan atau dalam
hal SPPT dimaksud belum terbit,
adalah NJOP menurut SPPT PBB
tahun pajak sebelumnya.
8. Apabila tanah dan/atau bangunan
tersebut belum terdaftar pada
KPP Pratama atau KPP PBB,
maka NJOP yang dipakai adalah
NJOP menurut surat keterangan
yang diterbitkan Kepala Kantor
yang wilayah kerjanya meliputi
lokasi tanah dan/atau bangunan
yang bersangkutan berada.
Atas Rumah mewah, selain
dikenakan PPH Pasal 4 ayat (2)
juga dikenakan PPH Pasal 22
atas penjualan barang yang
tergolong mewah sebesar 5% dari
harga jual (tidak termasuk PPN
dan PPnBM)

Pengalihan hak atas Rumah Susun PPh Pasal 4 ayat (2) bersifat final =
dan Rumah Susun Sederhana yang 1% x jumlah bruto nilai pengalihan hak
dilakukan oleh Wajib Pajak yang usaha atas tanah dan/atau bangunan. Nilai
pokoknya melakukan pengalihan hak pengalihan hal adalah nilai yang
atas tanah dan/atau bangunan tertinggi antara nilai berdasarkan Akta
a. Wajib Pajak yang usaha pokoknya Pengalihan Hak dengan NJOP PBB
melakukan pengalihan hak atas kecuali:
tanah dan/atau bangunan adalaha a. Dalam hal pengalihan hak kepada
Wajib Pajak yang melakukan pemerintah adalah nilai
23

pengalihan hal atas tanah dan/atau berdasarkan keputusan pejabat


bangunan sebagai barang yang bersangkutan;
dagangan, termasuk b. Dalam hal pengalihan hak sesuai
pengembangan kawasan dnegan peraturan lelang
perumahan, pertokoan (Staatsblad Tahun 1908 Nomor
pergudangan,industri, 189 dengan segala
kondominium, apartemen, rumah perubahannya) adalah nilai
susun, dan gedung perkantoran. menurut risalah lelang tersebut.
b. Rumah Sederhana ini terdiri atas
Rumah Sederhana Sehat dan NJOP yang dimaksud adalah NJOP
Rumah Inti Tumbuh, yang menurut SPPT PBB tahun yang
mendapat fasilitas dibebaskan dari bersangkuran atau dalam hal SPPT
pengenaan PPN sesuai dengan dimaksud belum terbit, adalah NJOP
ketentuan peraturan perundang- menurut SPPT PBB tahun pajak
undangan. sebelumnya. Apabila tanah dan/atau
c. Rumah Susun Sederhana adalah bangunan tersebut belum terdaftar
bangunan bertingkat yang dibangun pada KPP Pratama atau KPP PBB,
dalam suatu lingkungan yang maka NJOP yang dipakai adalah
dipergunakan sebagai tempat NJOP menurut surat keterangan yang
hunian yang dilengkapi dengan diterbitkan Kepala Kantor yang
Kamar Mandi/ WC dan dapur baik wilayah kerjanya meliputi lokasi tanah
bersatu dengan unit hunian dan/atau bangunan yang
maupun terpisah dengan bersangkutan berada.
penggunaan komunal termasuk
Rumah Susun Sederhana Milik,
yang mendapat fasilitas dibebaskan
dari pengenaan PPN sesuai
dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Sumber: Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak

6. Pembayaran dengan Angsuran

a. Dalam hal pembayaran atas pengalihan ha katas tanah dan/atau

bangunan dilakukan dengan cara angsuran, maka pajak penghasilan


24

dihitung berdasarkan jumlah setiap pembayaran angsuran termasuk

uang muka, bunga, pengutan dan pembayaran tambahan lainnya yang

dipenuhi oleh pembeli, sehubungan dengan pengalihan hak atas tanah

dan/atau bangunan tersebut.

b. Pembayaran pajak penghasilan dengan cara angsuran wajib dibayar

oleh orang pribadi atau badan yang bersangkutan ke kas negara melalui

Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan paling lama

tanggal 15 bulan berikutnya setelah bulan diterimanya pembayaran.

7. Dikecualikan dari kewajiban pembayaran atau pemungutan pajak

penghasilan.

a. Orang pribadi yang mempunyai penghasilan dibawah penghasilan tidak

kena pajak yang melakukan pengalihan ha katas tanah dan/atau

bangunan dengan jumlah bruto pengalihannya kurang dari

Rp.60.000.000,- dan bukan merupakan jumlah yang dipecah-pecah;

b. Orang pribadi atau badan yang menerima atau memperoleh

penghasilan dari pengalohan hak atas tanah dan/atau bangunan kepada

pemerintah;

c. Orang pribadi yang melakukan pengalihan tanah dan/atau bangunan

dengan cara hubah kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan

lurus satu derajat, dan kepada badan keagamaan atau badan

pendidikan atau badan social atau pengusaha kecil termasuk koperasi

yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, sepanjang hibah tersebut tidak

ada tidak ada hubungannya dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan,

atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan;

d. Badan yang melakukan pengalihan tanah dan/atau bangunan dengan

cara hibah kepada badan keagamaan atau badan pendidikan atau


25

badan social ayau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan

oleh Menteri Keuangan, sepanjang hibah tersebut tidak ada

hubungannya dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan

antara pihak-pihak yang bersangkutan; atau

e. Pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan karena warisan;

f. pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan yang dilakukan oleh

orang pribadi atau badan yang tidak termasuk subjek pajak.

8. Kewajiban mencantumkan NPWP

a. Atas pembayaran Pajak Penghasilan (PPh) dengan menggunakan SSP

atas penghasilan dari pengalihan harta berupa tanah dan/atau

bangunan, wajib dicantumkan NPWP yang dimiliki wajib pajak yang

bersangkutan.

b. Kecuali SSP yang digunakan untuk pembayaran PPh atas penghasilan

dari pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan oleh wajib pajak

orang pribadi dengan jumlah pajak yang harus dibayar kurang dari

Rp.3.000.000,00,-

2.1.2.7. PPh atas Jasa Konstruksi

1. Definisi

a. Jasa konstruksi adalah layanan jasa konsultasi perencanaan pekerjaan

konstruksi, layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan layanan

jasa konsultasi pengawasan pekerjaan konstruksi.

b. Pekerjaan konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian

kegiatan perencanaan dan/atau pelaksanaan beserta pengawasan yang

mencakup pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal, dan tata


26

lingkungan masing-masing beserta kelengkapannya untuk mewujudkan

suatu bangunan atau bentuk fisik lain.

c. Perencanaan Konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau

badan yang dinyatakan ahli yang professional dibidang perencanaan

jasa konstruksi yang mampu mewujudkan pekerjaan dalam bentuk

dokumen perencanaan bangunan fisik lain.

d. Pelaksanaan konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau

badan yang dinyatakan ahli yang professional dibidang pelaksanaan

jasa konstruksi yang mampu menyelenggarakan kegiatannya untuk

mewujudkan suatu hasil perencanaan menjadi bentuk bangunan atau

bentuk fisik lain, termasuk di dalamnya pekerjaan konstruksi terintegrasi

yaitu penggabungan fungsi layanan dalam model penggabungan

perencanaan, pengadaan, dan pembangunan (engineering,

procurement, and construction) serta model penggabungan

perencanaan dan pembangunan (design and build).

e. Pengawasan konstruksi adalah pemberian jasa oleh Orang Pribadi atau

badan yang dinyatakan ahli yang professional dibidang pengawasan

jasa konstruksi, yang mampu melaksanakan pekerjaan pengawasan

sejak awal pelaksanaan pekerjaan konstruksi sampai selesai dan

diserahterimakan.

f. Pengguna jasa adalah orang pribadi atau badan termasuk bentuk usaha

tetap yang memerlukan layanan jasa konstruksi.

g. Penyedia jasa adalah orang pribadi atau badan termasuk bentuk usaha

tetap, yang kegiatan usahanya menyediakan layanan jasa konstruksi

baik sebagai perencana konstruksi, pelaksana konstruksi dan pengawas

konstruksi maupun sub-subnya.


27

h. Nilai kontrak jasa konstruksi adalah nilai yang tercantum dalam satu

kontrak jasa konstruksi secara keseluruhan.

2. Tarif PPh Pasal 4 ayat (2)

a. 2% Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh penyedia jasa yang

memiliki kualifikasi usaha kecil.

b. 4% untuk pelaksanaan konstruksi yang dilakukan oleh penyedia jasa

yang tidak memiliki kualifikasi usaha.

c. 3% pelaksanaan konstruksi yang dilakukan oleh penyedia jasa selain

penyedia jasa sebagimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b.

d. 4% untuk perencanaan konstruksi atau pengawasan konstruksi yang

dilakukan oleh penyedia jasa yang memiliki kualifikasi usaha.

e. 6% untuk perencanaan konstruksi atau pengawasan konstruksi yang

dilakukan oleh penyedia jasa yang tidak memiliki kualifikasi usaha.

3. Pajak Penghasilan yang bersifat final:

a. Dipotong oleh pengguna jasa pada saat pembayaran, dalam hal

pengguna jasa merupakan pemotong pajak sebesar jumlah

pembayaran, tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai, dikalikan tarif

Pajak Penghasilan.

b. Disetor sendiri oleh Penyedia Jasa, dalam hal pengguna jasa bukan

merupakan pemotong pajak sebesar jumlah penerimaan pembayaran,

tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai, dikalikan tarif Pajak

Penghasilan.

4. Ketentuan lain

a. Jika penyedia jasa memperoleh atau menerima penghasilan dari luas

negeri, maka atas pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri atas

penghasilan tersebut dapat dikreditkan (PPh Pasal 24).


28

b. Penghasilan lain yang diterima atau diperoleh penyedia jasa konstruksi

dari luar usaha dikarenakan tariff berdasarkan ketentuan umum UU

PPh.

c. Keuntungan atau kerugian selisih kurs dari kegiatan usaha jasa

konstruksi tersebut dalam perhitungan nilai kontrak jasa konstruksi yang

dikenalan PPh final.

d. Penyedia jasa wajib melakukan pencatatan yang terpisah atas biasa

dari kegiatan usaha selain usaha jasa konstruksi.

e. Kerugian dari usaha jasa konstruksi yang masih tersisa sampai dengan

tahun pajak 2008 hanya dapat dikompensasi samapai tahun pajak 2008

f. Untuk wajib pajak yang hanya memperoleh penghasilan dari usaha jasa

konstruksi, sejaka tahun pajak 2009 tidak diwajibkan membayar

angsuran PPh Pasal 25.

2.1.2.8. PPh Final atas Persewaan Tanah dan/atau Bangunan


1. Dikenakan atas penghasilan berupa sewa atas tanah dan atau bangunan

berupa tanah, rumah, rumah susun, apartemen, kondominium, gedung

perkantoran, gedung pertokoan, atau gedung pertemuan termasuk

bagiannya, rumah kantor, toko, rumah toko, gedung dan bangunan industri.

2. Pemotong PPh Pasal 4 ayat (2)

a. Apabila penyewa adalah badan pemerintah, subjek pajak badan dalam

negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, kerjasama operasi,

perwakilan perusahaan luar negeri lainnya, dan orang pribadi yang

ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak, Pajak Penghasilan yang

terutang wajib dipotong oleh penyewa.

b. Orang pribadi yang ditunjuk sebagai pemotong pajak penghasilan

adalah:
29

a) Akuntan, arsitek, dokter, notaris, Pejabat Pembuat Akte Tanah (PPAT)

kecuali PPAT tersebut adalah Camat, pengacara, dna konsultan, yang

melukukan pekerjaan bebas;

b) Orang pribadi yang menjalankan usaha yang menyelenggarakan

pembukuan;

c) yang terdaftar sebagai wajib pajak dalam negeri.

3. Besarnya Pajak Penghasilan yang terutang bagi wajib pajak orang pribadi

maupun wajib pajak badan yang menerima atau memperoleh penghasilan

dari sewa tanah dan atau bangunan dengan perjanjian persewaan adalah 10

persen dari jumlah bruto nilai persewaan tanah dan atau bangunan dan

bersifat final.

Jumlah bruto nilai persewaan adalah semua jumlah yang dibayarkan atau

terutang oleh penyewa dengan nama dan dalam bentuk apapun juga yang

berkaitan dengan tanah dan/atau bangunan yang disewa termasuk biaya

perawatan, biaya pemeliharaan, biaya keamanan, biaya fasilitas lainnya dan

“service charge” baik yang perjajiannya dibuat secara terpisah maupun yang

disatukan.

2.1.2.9.PPh Final atas Dividen yang diterima Orang Pribadi

1. Atas penghasilan berupa dividen yang diterima atau diperoleh wajib pajak

otang pribadi dalam negeri dikenai Pajak Penghasilan sepuluh persen dari

jumlah bruto dan bersifat final.

2. Dividen sebagaimana dimaksud adalah dividen, dengan nama dan dalam

bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada

pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi.


30

3. Dilakukan oleh pihak yang membayar atau pihak lain yang ditunjuk selaku

pembayar dividen.

4. Pihak yang mebayar atau pihak lain yang ditunjuk selaku pembayar dividen

wajib memberikan tanda bukti pemotong Pajak Penghasilan Final Pasal 4

ayat (2) kepada Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri yang dipotong

Pajak Penghasilan setiap melakukan pemotongan.

2.1.3. Pemahaman Usaha Mikro Kecil Menengah

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan

Menengah bahwa yang dimaksud Usaha Mikro dalam Pasal 1 ayat 1 yaitu

”Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan / atau badan
usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam
undang-undang ini”.

Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro

Kecil dan Menengah bahwa yang dimaksud Usaha Kecil adalah

“Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan
oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha
Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang ini”.

Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha

Mikro Kecil dan Menengah bahwa yang dimaksud Usaha Menengah adalah

“Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian
baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar
dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang ini”.

Karakteristik UMKM merupakan sifat yang melekat pada aktifitas usaha

maupun perilaku pengusaha dalam menjalankan bisnisnya. Menurut Bank Dunia


31

dalam Buku Profil Bisnis Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), UMKM

dapat dikelompokkan dalam tiga jenis yaitu usaha mikro dengan jumlah

karyawan 10 orang, usaha kecil dengan jumlah karyawan 30 orang dan usaha

menengah dengan jumlah karyawan hingga 300 orang. Kriteria Usaha Mikro

Kecil dan Menengah dalam Pasal 6 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008

tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah yaitu

1. Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:

a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.50.000.000,00 tidak

termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp.300.000.000,00.

2. Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp.50.000.000,00 sampai dengan

paling banyak Rp.500.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan

tempat usaha; atau

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.300.000.000,00 dampai

dengan paling banyak Rp.2.500.000.000,00.

3. Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp.500.000.000,00 sampai dengan

paling banyak Rp.10.000.000.000,00 tidak termasuk tanah dan

bangunan tempat usaha; atau

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.2.500.000.000,00 sampai

dengan paling banyak Rp.50.000.000.000,00


32

2.1.4. Pemahaman Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018

2.1.4.1. Maksud dan Tujuan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018

Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018 adalah peraturan

pemerintah yang dikeluarkan dan mulai berlaku tanggal 1 Juli 2018 tentang pajak

penghasilan atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib

pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu tidak lebih Rp.4.800.000.000

dikenakan tarif sebesar 0,5%. Tahun pajak dalam Peraturan Pemerintah Nomor

23 Tahun 2018 adalah jangka waktu 1 (satu) tahun kalender kecuali bila wajib

pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender .

Tujuan pengaturan ini adalah mendorong peran serta masyarakat dalam

kegiatan ekonomi formal, lebih memberikan keadilan, kemudahan dalam

melaksanakan kewajiban perpajakan, memberi kesempatan berkontribusi bagi

negara, dan meningkatkan pengetahuan tentang manfaat pajak bagi masyarakat.

2.1.4.2.Wajib Pajak Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018

Menurut Pajak Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018 wajib pajak

yaitu wajib pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu yang dikenai pajak

penghasilan final atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib

pajak dalam negeri yang memiliki peredaran bruto tertentu, dikenai pajak

penghasilan yang bersifat final dalam jangka waktu tertentu merupakan:

a. Wajib pajak orang pribadi;

b. Wajib pajak badan berbentuk koperasi, persekutuan komanditer, firma, atau

perseroan terbatas.

Yang menerima atau memperoleh penghasilan dengan peredaran bruto tidak

melebihi Rp.4.800.000.000 dalam 1 (satu) tahun pajak.


33

2.1.4.3.Peredaran Bruto

Hal khusus terkait peredaran bruto sebagai dasar untuk dapat dikenai

Pajak Penghasilan bersifat final sebagaimana diatur dalam Pasal 4 Peraturan

Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018, diatur sebagai berikut:

a. Peredaran bruto tertentu merupakan jumlah peredaran bruto dalam 1 (satu)

tahun dari tahun pajak terakhir sebelum tahun pajak bersangkutan, yang

ditentukan berdasarkan keseluruhan peredaran bruto dari usaha, termasuk

peredaran bruto dari cabang.

b. Jika wajib pajak orang pribadi merupakan suami istri yang menghendaki

perjanjian pemisahan harta dan penghasilan secara tertulis atau istri

menghendaki memilih untuk menjalankan hak dan kewajiban perpajakannya

sendiri. Peredaran bruto tertentu ditentukan berdasarkan penggabungan

peredaran bruto usaha dari suami dan istri.

2.1.4.4.Bukan Objek Pajak

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018 Pasal 2 ayat 3

yang tidak termasuk penghasilan dari usaha yang dikenai Pajak Penghasilan

yang bersifat final atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib

pajak dalam negeri yang memiliki peredaran bruto tertentu, dikenai pajak

penghasilan yang bersifat final dalam jangka waktu tertentu sebagai berikut:

a. Penghasilan yang diterima atau diperoleh wajib pajak orang pribadi dari jasa

sehubungan dengan pekerjaan bebas.

b. Penghasilan yang diterima atau diperoleh di luar negeri yang pajaknya

terutang atau telah dibayar di luar negeri.

c. Penghasilan yang telah dikenai pajak penghasilan yang bersifat final dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan tersendiri.


34

d. Penghasilan yang dikecualikan sebagai objek pajak.

2.1.4.5.Jangka Waktu

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018 Pasal 5 yang

menjelaskan mengenai jangka waktu pengenaan Pajak Penghasilan yang

bersifat final yaitu:

a. 7 (tujuh) Tahun Pajak bagi Wajib Pajak orang oribadi;

b. 4 (empat) Tahun Pajak bagi Wajib Pajak badan berbentuk koperasi,

persekutuan komanditer, atau firma; dan

c. 3 (tiga) Tahun Pajak bagi Wajib Pajak badan berbentuk perseroan terbatas.

Jangka waktu yang dimaksud di atas yaitu terhitung sejak tahun pajak

wajib pajak terdaftar, bagi wajib pajak yang terdaftar sejak berlakunya Peraturan

Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018 ini, atau tahun pajak berlakunya Peraturan

Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018 ini, bagi wajib pajak yang telah terdaftar

sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018 ini.

2.2. Penelitian Terdahulu

Untuk menunjang analisis dan landasan teori yang ada, maka diperlukan

penelitian terdahulu sebagai pendukung bagi penelitian ini. Berkaitan dengan

pengenaan Pajak bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah terdapat beberapa

penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.

Tabel 2.2 Ringkasan Penelitian Terdahulu

Nama Peneliti Hasil


Judul Variabel
No dan Tahun Penelitian
Penelitian Penelitian
Peneliti
1 Ardela Lita Analisis Variabel: 1. Wajib pajak
Peptasari Penerapan Independent: berpengaruh
(2015) Peraturan Penerapan terhadap
Pemerintah Peraturan Peraturan
35

Nomor 46 Tahun Pemerintah Pemerintah


2013 terhadap Nomor 46 Nomor 46
Tingkat Tahun 2013. Tahun 2013.
Pertumbuhan 2. PPh Pasal 4
Wajib Pajak dan Variabel ayat (2)
Penerimaan PPh Dependent: berpengaruh
Pasal 4 ayat (2) Tingkat terhadap
pertumbuhan Peraturan
wajib pajak dan Pemerintah
Penerimaan Nomor 46
PPh Pasal 4 Tahun 2013.
ayat (2) 3. Penerimaan
pajak tidak
bepengaruh
terhadap
Peraturan
Pemerintah
Nomor 46
Tahun 2013.
2 Ferdy Lemido Pengaruh Variabel Sistem Self-
(2016) Penerapan Independent: Assessment
Sistem Self- Sistem Self- Sebagai variable
Assessment Assessment independent
terhadap mempunyai
Optimalisasi Variable pengaruh
Penerimaan PPh Dependent: sebesar 45,2%
Pasal 4 (2) PP Penerimaan terhadap
No.46 Tahun PPh Pasal 4 optimalisasi
2013 (Studi ayat (2) penerimaan
Kasus KPP pajak. Ditarik
Makassar kesimpulan yaitu
Selatan) penerapan sistem
Self-Assessment
Meningkatkan
optimalisasi
penerimaan PPh
Pasal 4 ayat (2).

3 Elfrida Purba Pengaruh Variabel 1. Tingkat


(2017) Peraturan Independent: kontribusi
Pemerintah Peraturan jumlah
Nomor 46 Tahun Pemerintah penerimaan
2013 Terhadap Nomor 46 PPh Pasal 4
Kepatuhan Wajib Tahun 2013 ayat 2 di KPP
Pajak dan Pratama
36

Penerimaan Variable Medan Timur


Pajak di KPP Dependent: cenderung
Pratama Medan Kepatuhan meningkat.
Timur Tahun Wajib Pajak dan 2. Rata-rata
2012-2014 Penerimaan pelaporan
Pajak meningkat
setelah
penerapan
Peraturan
Pemerintah
Nomor 46
Tahun 2013.
3. Penerapan
Peraturan
Pemerintah
Nomor 46
Tahun 2013
berpengaruh
terhadap
Kepatuhan
Wajib Pajak di
KPP Pratama
Medan Timur.
4. Penerapan
Peraturan
Pemerintah
Nomor 46
Tahun 2013
berpengaruh
terhadap
Penerimaan
Pajak di KPP
Pratama
Medan Timur.
4 Fatmawati Pengaruh Variabel 1. Pemahaman
(2015) Pemahaman Independent: Wajib Pajak
Wajib Pajak atas Pemahaman Atas
PP No.46 Tahun Wajib Pajak Peraturan
2013 dan atas Peraturan Pemerintah
Implementasi Pemerintah Nomor 46
Self Assessment Nomor 46 Tahun 2013
System Tahun 2013 berpengaruh
Terhadap dan positif
Kepatuhan Wajib Implementasi terhadap
Pajak dengan Self Kepatuhan
37

Persepsi Wajib Assessment Wajib Pajak


Pajak sebagai System UMKM
Variabel Kerajinan
Moderasi (Studi Variable Gerabah
Empiris Pada Dependent: Kasongan.
Pelaku UMKM Kepatuhan 2. Implementasi
Kerajinan wajib pajak Self
Gerabah Assessment
Kasongan) Variabel System
Moderasi: berpengaruh
Persepsi Wajib positif dan
Pajak signifikan
terhadap
kepatuhan
Wajib Pajak
pelaku UMKM
Kerajinan
Gerabah
Kasongan.
3. Pemahaman
wajib pajak
atas Peraturan
Pemerintah
Nomor 46
Tahun 2013
dan
implementasi
Self
Assessment
System
berpengaruh
positif
terhadap
kepatuhan
wajib pajak
pelaku UMKM
Kerajinan
Gerabah
Kasongan.
4. Persepsi wajib
pajak
memperlemah
pengaruh
pemahaman
wajib pajak
38

atas Peraturan
Pemerintah
Nomor 46
Tahun 2013
terhadao
kepatuhan
wajib pajak
pelaku UMKM
Kerajinan
Gerabah
Kasongan.
5. Persepsi wajib
pajak tidak
memoderasi
pengaruh
implementasi
Self
Assessment
System
terhadap
kepatuhan
wajib pajak
pelaku UMKM
Kerajinan
Gerabah
Kasongan.

2.3. Kerangka Pemikiran

Pembaharuan sistem perpajakan di Indonesia menurut Mansyuri

(2000:286) meliputi berbagai sasaran yang hendak dicapai antara lain

kesederhanaan dan kejelasan dalam mewujudkan perluasan objek pajak atas

pribadi maupun badan serta penurunan tarif pajak dengan struktur yang lebih

sederhana, semuanya ditujukan demi terjaminnya penerimaan negara dari sektor

pajak.

Pemerintah memperbaharui undang-undang mengenai usaha mikro kecil

dan menengah dengan memberi kemudahan kepada wajib pajak melaksanakan


39

kewajiban perpajakannya, lebih memberikan keadilan dan penurunan tarif.

Dengan pembaharuan tersebut maka diharapkan akan meningkatkan kinerja

penerimaan Kantor Pelayanan Pajak dan akan berdampak meningkatkan

penerimaan negara dari sektor pajak.

Penelitian ini menggunakan satu variabel yang mempengaruhi dua

variabel lainnya. Penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018

berpengaruh terhadap peningkatan wajib pajak UMKM dari sisi kepatuhan

pelaporan SPT dan penerimaan PPh Final pada Kantor Pelayanan Pajak.

Sehingga kerangka konseptual sebagai berikut :

Peningkatan Wajib
Pajak (Y1)
Peraturan Pemerintah
Nomor 23 Tahun 2018
(X)

Penerimaan PPh Final


(Y2)

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Keterangan :

X : Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018

Y1 : Peningkatan Wajib Pajak dari sisi kepatuhan pelaporan SPT

Y2 : Penerimaan PPh Final

Penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018 dengan

pengenaan tarif 0,5% atas penghasilan bruto dapat berdampak positif terhadap

peningkatan wajib pajak dan kontribusi penerimaan PPh Final. Munurut Elfrida

(2017:38) penerapan peraturan penurunan tarif diharapkan dapat meningkatkan

pemahaman wajib pajak tentang kewajiban membayar pajak guna menghimpun

dana untuk pembangunan nasional.


40

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

kuantitatif. Menurut Suryana (2010:16) Penelitian kuantitatif menggunakan

metode deskriptif yaitu digunakan untuk mencari unsur-unsur, ciri-ciri, sifat-sifat

suatu fenomena. Metode deskriptif kualitatif ini dimulai dengan mengumpulkan

data, menganalisis data dan menginterpretasikannya.

Tujuan penelitian ini untuk menguji dan memberikan bukti empiris tentang

analisis pertumbuhan jumlah wajib pajak UMKM, pertumbuhan jumlah

penerimaan pajak UMKM, pertumbuhan jumlah penerimaan PPh Pasal 4 ayat (2)

sebelum dan setelah Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018 yang terdaftar

di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makassar Barat.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini bertempat di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makassar

Barat yang bealamat Jl. Balaikota Nomor 15, Ujung Pandang, Kota Makassar,

Sulawesi Selatan 90111. Waktu yang dibutuhkan peneliti selama 2 bulan.

3.3. Populasi

Menurut Pabundu (2006:33) Populasi merupakan himpunan individu atau

objek yang banyaknya terbatas dan tidak terbatas. Populasi penelitian ini adalah

Wajib Pajak UMKM yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makassar
41

Barat selama periode sebelum dan setelah berlakunya Peraturan Pemerintah

Nomor 23 Tahun 2018 yaitu Tahun 2013 – 2018.

3.4. Jenis dan Sumber Data

3.4.1. Jenis Data

Ada 3 jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut.

1. Data Subyektif merupakan jenis data penelitian berupa opini, sikap maupun

pengalaman seseorang yang menjadi subyek penelitian (Indriantoro,

2002:145). Data subyek penelitian ini yaitu data yang diperoleh peneliti

melalui wawancara sengan staf Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makassar

Barat.

2. Data Fisik merupakan data berupa benda berwujud yang menjadi bukti

keberadaan dan keterjadiannya (Indriantoro, 2002:145). Peneliti memperoleh

data fisik melalui buku atau literatur yag dapat mendukung penelitian ini.

3. Data Dokumenter merupakan data yang diperoleh peneliti dari jurnal atau

artikel yang mendukung penelitian ini.

3.4.2. Sumber Data

Data munurut Pabundu (2006:57) adalah sekumpulan bukti atau fakta

yang dikumpulkan dan disajikan untuk tujuan tertentu. Sumber data yang

digunakan peneliti dalam melalukan penelitian ini adalah sebagai berikut

(Sekaran dan Bougie, 2017:130).

1. Data Primer (Primary data) mengacu pada informasi yang diperoleh

langsung (dari tangan pertama) oleh peneliti terkait variabel ketertarikan

untuk tujuan penelitian. Peneliti memperoleh data melalui pengamatan


42

langsung dari hasil dokumentasi dan wawancara peneliti terhadap objek

penelitian.

2. Data Sekunder (secondary data) mengacu pada informasi yang dikumpulkan

dari sumber-sumber yang telah ada. Dalam penelitian ini data sekunder

diperoleh dari data jumlah Wajib Pajak UMKM, pertumbuhan jumlah

penerimaan pajak UMKM, jumlah penerimaan PPh Pasal 4 ayat (2) sebelum

dan setelah Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018 .

3.5. Metode Pengumpulan Data

Ada dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian

menurut Sugiyono (2003:156) yaitu kualitas instrumen penelitian dan kualitas

pengumpulan data. Oleh karena itu pelaksanaan metode pengumpulan data

dalam penelitian ini untuk memperoleh bahan-bahan yang terkait dengan

permasalahan yang diangkat. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini sebagai berikut.

1. Studi Pustaka, merupakan suatu metode pengumpulan data yang

didapatkan dengan membaca literatur, jurnal, maupun sumber lain yang

yang terkait dengan permasalahan dalam penelitian ini.

2. Wawancara, yaitu metode pengumpulan data yang digunakan apabila

peneliti ingin mengetahui hal-hal dari reponsen yang lebih mendalam dan

jumlah respondennya sedikit atau kecil (Sugiyono, 2003:157). Pengumpulan

data dengan metode wawancara dengan memberikan pertanyaan-

pertanyaan kepada responden baik secara langsung maupun tidak langsung

untuk memperoleh informasi yang terkait dengan penelitian ini.


43

3.6. Definisi Operasional

dalam penelitian ini menggunakan beberapa variable yang terkait,

sebagai berikut.

1. Kontribusi Pajak UMKM merupakan persentase besarnya jumlah yang

bersumber dari hasil pendataan yang berkaitan dengan jumlah penerimaan

pajak UMKM dibagi dengan jumlah penerimaan PPh Final.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018 yaitu peraturan mengenai

pajak penghasilan yang dikenakan tarif sebesar 0,5% atas usaha yang

diterima atau diperoleh wajib pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu

tidak lebih Rp.4.800.000.000,00,- dalam satu tahun.

3. Peningkatan Wajib Pajak adalah penambahan jumlah orang pribadi atau

badan pada waktu yang berbeda. Wajib pajak pribadi dan badan

berdasarkan kepatuhan pelaporan SPT.

4. Penerimaan PPh Final atau berdasarkan Undang-Undang Pajak

Penghasilan pada Pasal 4 ayat (2) yaitu sesuatu yang diperoleh atau

pendapatan atas kewajiban yang dilaksanakan oleh wajib pajak atas

pernghasilan yang diperoleh dari transaksi saham dan sekuritas,

penghasilan yang diperoleh dari pengalihan harta berupa tanah dan / atau

bangunan serta penghasilan tertentu lainnya yang pengenaan pajaknya

diatur dalam Peraturan Pemerintah.

3.7. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model

interaktif. Pada buku Sugiyono, Menurut Miles dan Huberman (2009:246)

diartikan “dalam model interaktif, terdapat tiga jenis kegiatan analisis yaitu
44

reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan, kemudian pengumpulan

data itu merupakan proses interaktif.

Pengumpulan
Data

Reduksi Data Penyajian Data

Penarikan
Kesimpulan

Gambar 3.1 Teknik Analisi Data (Metode Interaktif)

Berikut penjelasan tahapan berdasarkan Gambar 3.1 mengenai Teknik

analisis data menggunakan metode interaktif sebagai berikut:

1. Data yang dibutuhkan oleh peneliti dalam pengumpulan data yaitu dengan

wawancara dan studi kepustakaan. Tahap ini akan berhenti apabila data

yang diperoleh peneliti telah memadai.

2. Tahap selanjutnya reduksi data merupakan proses penyempurnaan data

atau informasi yang sudah diperoleh peneliti. Data tersebut akan mengalami

pengurangan atau pun penambahan. Pengurangan terjadi apabila terdapat

data atau informasi yang kurang efektif dan relevan terhadap permasalahan

yang diteliti. Terjadi penambahan data apabila masih terdapat kekurangan

data atau informasi yang dibutuhkan.

3. Setelah proses reduksi data, selanjutnya mengolah data dengan menghitung

data-data yang berbentuk kuantitatif. Kemudian melakukan penyajian data.

Data yang telah direduksi dan diolah kemudian disajikan ke dalam format

tabel atau pun bentuk grafik sehingga mudah untuk dipahami.


45

4. Tahap penarikan kesimpulan didapat setelah dilakukan interpretasi data

terhadap data yang sudah disajikan sebelumnya. Interpretasi data

merupakan proses penafsiran atau pemahaman makna dari serangkaian

data yang sudah disajikan sebelumnya dan diungkapkan dalam bentuk teks

atau narasi. Interpretasi data dikemukakan secara objektif berdasarkan data

atau fakta yang ada, sehingga dapat dilakukan penarikan kesimpulan.

Menghimpun data sekunder tentang Wajib Pajak UMKM, penerimaan

pajak UMKM, dan penerimaan PPh Pasal 4 ayat (2) yang diperoleh dari Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Makassar Barat. Adapun langkah-langkah dalam

pengolahan data yaitu sebagai berikut:

a. Menyusun tabel pertumbuhan jumlah Wajib Pajak sebelum dan setelah

penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 2018 selama bulan

Januari sampai Desember 2018

b. Menyusun tabel penerimaan PPh Pasal 4 ayat (2) Peraturan Pemerintah

Nomor 23 Tahun 2018 di wilayah kerja Kontor Pelayanan Pajak Pratama

Makassar Barat selama bulan Juli sampai Desember 2018.

c. Menghitung dan menyusun tabel analisis kontribusi penerimaan Pajak

Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018 terhadap penerimaan pajak.

Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi Peraturan Pemerintah Nomor

23 Tahun 2018, maka digunakan rumus di bawah ini:

Jumlah penerimaan pajak PP 23


Kontribusi PP 23 = x 100
Jumlah penerimaan PPh Final

Kriteria kontribusi yang digunakan dalam penelitian ini untuk melihat

pengaruh penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018 terhadap

penerimaan pajak sebagai berikut:


46

Tabel 3.1 Klasifikasi Kriteria Kontribusi


Presentase Kriteria
0,00% - 10% Sangat Kurang
10,10% - 20% Kurang
20,10% - 30% Sedang
30,10% - 40% Cukup Baik
40,10% - 50% Baik
Di atas 50% Sangat Baik
Sumber: Tim Litbang Depdagri-Fisipol UGM 1991
47

DAFTAR PUSTAKA

Badan Litbang Depdagri RI dan FISIPOL – UGM. 1991. Pengukuran


Kemampuan Keuangan Daerah Tingkat II dalam Rangka Otonomi Daerah
yang Nyata dan Bertanggung Jawab. Jakarta.

Bank Indonesia. 2015. Profil Bisnis Usaha Mikro Kecil dan


Menengah.Jakarta:Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia.

Direktorat Jenderal Pajak. 2013. PPh (Pajak Penghasilan). Jakarta: Direktorat


Penyuluhan Pelayanan dan Hubungan Masyarakat.

Direktorat Jenderal Pajak. 2013. Undang Undang KUP dan Peraturan


Pelaksanaannya. Jakarta: Direktorat Penyuluhan Pelayanan dan
Hubungan Masyarakat.

Indriantoro, Nur dan Bambang Supono. 2001. Metodologi Penelitian Bisnis untuk
Akuntansi dan Manajemen. Yogyakarta: BPFE.

Mansyuri, R. 2000. Hubungan Kebijakan Pajak, Hukum Pajak dan Administrasi


Pajak. Jurnal Hukum dan Pembangunan, Vol 30 No 2:274-288.

Mardiasmo. 2016. Perpajakan (Edisi 2016). Yogyakarta:Penerbit Andi

Mardiasmo. 2018. Perpajakan (Edisi 2018). Yogyakarta:Penerbit Andi.

Peptasari, AL. 2015. Analisis Penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun


2013 terhadap Tingkat Pertumbuhan Wajib Pajak dan Penerimaan PPh
Pasal 4 ayat (2). Skripsi. Surakarta:Fakultas Ekonomi dan BIsnis
Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2018 tentang Pajak


Penghasilan atas Penghasilan Dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh
Wajin Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu. 2018. Jakarta:
Departemen Keuangan Republik Indonesia

Sari, Rafika. 2018. Kebijakan Insentif Pajak bagi Usaha Mikro Kecil dan
Menengah. Info Singkat, Jurnal Vol X:19-24.

Susyanti, Jeni dan Ahmad Dahlan. 2015. Perpajakan untuk Praktisi dan
Akademisi. Malang:Empatdua Media.

Sekaran, Uma dan Roger Bougie. 2017. Metode Penelitian untuk Bisnis (Edisi 6,
Buku 1). Jakarta: Salemba Empat.

Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Administrasi dengan Metode R&D. Bandung:


Alfabeta.
48

Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D.


Bandung:Alfabeta.

Sunanto. 2016. Efektivitas Penerimaan Pajak UMKM Berdasarkan PP No.46


Tahun 2013 dan Kontribusi terhadap Penerimaan. Jurnal Online Insan
Akuntan, Vol 1 No 2:319-340.

Suryana. 2010. Metode Penelitian Model Praktis Kuanlitatif dan Kualitatif.


Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Tika, Pabundu. 2006. Metode Riset Bisnis. Jakarta: PT Bumi Karsa.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro


Kecil dan Menengah. 2008. Jakarta:Republik Indonesia

Yahya, Marzuqi. 2010. Cara Praktis Pengisian SPT Pajak Penghasilan Pribadi
untuk Orang Awam dan Pemula. Jakarta Timur:Agogos.

Anda mungkin juga menyukai