Anda di halaman 1dari 3

REZKI AMALIAH

A31115008
PEREKONOMIAN INDONESIA

Pertumbuhan Ekonomi Negara Kawasan Asian Tenggara

Krisis ekonomi Asia pada tahun 1997 diawali dengan jatuhnya mata uang Bath
Thailand yang dilakukan oleh para spekulan. Para spekulan membeli mata uang bath
dengan harapan untuk menjatuhkan harga mata uang bath. Harapan para spekulan
terjadi karena harga mata uang Bath menurun setengah dari harga semula dan mata
uang Bath mengalami kejatuhan. Jatuhnya mata uang Thailand disusul dengan
kejatuhan mata uang Peso, Won dan Rupiah yang berakhir dengan terjadinya krisis
finansial.

Berikut grafik pertumbuhan ekonomi kawasan Asia Tenggara Tahun 1994-2016


yang bersumber dari World Bank

GDP GROWTH
GDP CURRENT US$

Pada grafik di atas dapat dilihat bahwa negara-negara kawasan Asia Tenggara
pada Tahun 1998 semua mengalami kemerosotan. Yang paling mengalami krisis pada
tahun itu yakni Indonesia. Pada grafik GDP Growth Tahun 1998 Indonesia berada
pada titip krisis terbesar yang menyentuh -10% menurut data World Bank.

Krisis finansial Asia membawa dampak yang luas bagi negara-negara di


kawasan Asia. Dalam bidang ekonomi memang krisis tersebut membawa bencana
yang besar bagi perekonomian negara Asia, namun dalam bidang politik krisis tersebut
membawa beberapa keuntungan yaitu meningkatnya sistem demokrasi dalam negara
Asia, meningkatkan sistem kapitalisme dalam sistem negara-negara Asia serta
dampak yang paling terlihat adalah muncul aktor perpolitikan baru yaitu China. China
menjadi sebuah negara yang maju dalam perekonomian, membangun kesadaran dan
solidaritas negara-negara Asia sebagai negara yang saling bertetangga. Selain itu,
China juga turut andil dalam pembentukan regionalism dalam negara Asia Tenggara.
Salah satu organisasi kawasan yang saat ini layak untuk diperhitungkan adalah
ASEAN yaitu organisasi yang menjadi wadah bagi negara-negara Asia Tenggara.

Krisis finansial Asia juga memberika dampak bagi Amerika Serikat sendiri
dalam sector makroekonomi dan sektor mikroekonomi. Akibat krisis tersebut, ekspor-
impor Amerika Serikat terpengaruh karena sebagian besar pasar Amerika Serikat
berasal dari negara-negara Asia. Karena kerugian ini, Amerika Serikat turut campur
dalam mengatasi krisis yang terjadi dengan berbagai kebijakan yang diterapkan.

Kebijakan-kebijakan yang dilakukan salah satunya adalah kebijakan Market


reform in developing Asian countries dan US firm penetration yang berorientasi pada
liberalisasi pasar dan investasi luar negeri. Selain itu, Amerika juga melakukan kerja
sama dengan IMF dengan memberikan paket stimulus bersyarat yang berlandaskan
pada konsep Washington Consensus. Paket tersebut bernama Self Help yaitu bantuan
yang diberikan bukan hanya menguntungkan negara yang dibantu namun juga menjadi
proteksi bagi amerika sendiri. Bantuan ini juga memiliki syarat bagi negara yang
menerima yaitu negara tersebut harus membuka pasar untuk liberalisasi luar negeri
sehingga investor dapat masuk dan menguasai sektor domestik negara.

Dari kebijakan tersebut dapat terlihat bahwa Amerika Serikat memiliki tujuan
tersendiri di balik bantuan yang diberikan yaitu untuk meliberalisasi pasar serta
menciptakan wilayah Asia yang sesuai dengan pasar Amerika Serikat sendiri. Dengan
terjadinya krisis finansial, keadaan tersebut dapat dijadikan kesempatan bagi Amerika
Serikat untuk memperkuat posisi sekaligus juga memaksimalisasi kepentingan di
dalam wilayah Asia.

Namun, sepertinya harapan Amerika Serikat untuk memperkuat posisi malah


menjadi melemah karena negara-negara Asia menjadi antipati dengan kebijakan-
kebijakan yang dibuat oleh Amerika yang mengharuskan negara untuk membuka
sistem perekonomian. Negara Asia lebih memilih untuk bekerja sama dengan China
dalam perekonomian.

Anda mungkin juga menyukai