DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................................. i
DAFTAR TABEL........................................................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR...................................................................................................................... v
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang.......................................................................................................................... 1
1.2. Maksud..................................................................................................................................... 3
1.3. Tujuan...................................................................................................................................... 3
1.4. Output Pekerjaan..................................................................................................................... 3
1.5. Ruang Lingkup......................................................................................................................... 4
BAB 2 METODE KAJIAN....................................................................................................... 5
2.1. Lokasi dan Waktu Kajian.......................................................................................................... 5
2.2. Jenis dan Sumber Data............................................................................................................. 5
2.3. Langkah-langkah Alur Proses Kajian........................................................................................5
2.4. Metode Analisis........................................................................................................................ 6
2.4.1. Identifikasi Sektor Potensi: Location Quotient dan Shift Share Analysis........................6
2.4.2. Analisis Penetapan Subsektor Unggulan.......................................................................7
2.4.3. Analisi Kelayakan Investasi...........................................................................................8
2.4.4. Analisis Spasial Potensi Investasi..................................................................................9
BAB 3 PROFIL WILAYAH KOTA BOGOR..............................................................................11
3.1. Aspek Geografi Wilayah.......................................................................................................... 11
3.1.1. Luas dan Batas Wilayah Administrasi.........................................................................11
3.1.2. Letak dan Kondisi Geografis........................................................................................11
3.1.3. Topografi.................................................................................................................... 12
3.1.4. Geologi........................................................................................................................ 13
3.1.5. Hidrologi..................................................................................................................... 13
3.1.6. Klimatologi................................................................................................................. 14
3.1.7. Penggunaan Lahan...................................................................................................... 14
3.2. Aspek Demografi.................................................................................................................... 15
3.3. Penataan Ruang dan Infrastruktur.........................................................................................16
3.3.1. Pelayanan Umum Urusan Pekerjaan Umum................................................................16
3.3.2. Rasio Jaringan Irigasi.................................................................................................. 16
3.3.3. Ketersediaan Air Minum............................................................................................. 16
3.3.4. Ketersediaan Pengeolahan Air Limbah yang Aman.....................................................17
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB 1
PENDAHULUAN
juga akan meningkatkan permintaan untuk sektor non basis, yang pada gilirannya akan
mendorong peningkatan investasi sektor non basis.
Salah satu aspek penting yang menjadi perhatian khusus dari aktivitas perekonomian
adalah aspek investasi. Investasi atau penanaman modal merupakan engine (penggerak)
utama bagi pencapaian tingginya angka pertumbuhan ekonomi. Menurut Model Harrod-
Domar, “Supaya ekonomi nasional selalu tumbuh dengan kapasitas produksi penuh
(steadystate growth), maka efek permintaan yang dikarenakan investasi tambahan harus
selalu diimbangi efek penawaran tanpa pengecualian” (Arsyad 2006; 1999).
Dalam kaitannya dengan investasi, pemerintah merupakan fasilitator dan dinamisator bagi
berkembangnya investasi. Salah satu produk peraturan pemerintah pusat yang dapat
digunakan di berbagai daerah adalah UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
Sebagai respon positif dari dikeluarkannya UU tersebut, maka Pemerintah Daerah Kota
Bogor sudah melakukan berbagai upaya dalam menciptakan iklim investasi yang lebih baik
melalui kebijakan-kebijakan serta program-program yang bersifat jangka pendek dan
jangka panjang.
Kota Bogor secara administrasi termasuk ke dalam wilayah Provinsi Jawa Barat. Posisi
geografis Kota Bogor di tengah tengah wilayah Kabupaten Bogor dan memiliki lokasi yang
dekat dengan ibukota negara, adalah potensi strategis untuk pertumbuhan dan
perkembangan kegiatan ekonomi daerah. Kota Bogor memiliki 6 Kecamatan dan 68
Kelurahan. Dalam menjalankan roda pembangunan proses pembangunan telah berjalan
dan dapat dikatakan sukses dengan terciptanya iklim usaha baik yang berskala nasional
maupun internasional. Penanaman modal yang telah dilakukan dapat berbentuk
Penanaman Modal Asing (PMA) atau Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).
Sejalan dengan keberhasilan yang telah dicapai, Pemerintah Kota Bogor mempunyai
tantangan baru untuk mengintegrasikan seluruh kebijakan pembangunannya. Beberapa
upaya untuk merumuskan kebijakan pembangunan yaitu adanya data potensi sektor
pembangunan yang akurat, reliable (terpercaya) dan aktual. Hal ini yang menjadi letak
permasalahan sehingga diperlukan updating (pemutakhiran) data tentang kondisi peta
potensi sektor ekonomi unggulan dan profil investasi Kota Bogor. Data-data tersebut
sangat diperlukan bagi Pemerintah Kota Bogor dalam menentukan arah kebijakan dan
strategi pengembangan daerah yang sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh Kota Bogor.
Data lain yang juga diperlukan adalah data historis beserta perkembangan tenaga kerja
yang terserap dalam investasi tersebut, baik yang berasal dari sumber daya manusia lokal
maupun mancanegara. Data ini juga akan menjadi dasar penilaian untuk melihat
optimalisasi penggunaan tenaga kerja yang berasal dari dalam negeri atau justru
penggunaan sumber daya manusia dari luar negeri yang masih mendominasi pasar tenaga
kerja di Provinsi Kota Bogor. Pemantauan penggunaan tenaga kerja tersebut dilihat di
berbagai sektor ekonomi baik sektor manufaktur maupun jasa.
Data yang akurat berkenaan dengan peta potensi sektor unggulan dan profil investasi di
Kota Bogor menjadi sebuah keharusan karena dalam beberapa waktu ke depan
Pemerintah Kota Bogor harus menyediakan peta potensi serta peluang investasi yang ada.
Hasil analisis secara menyeluruh dan rinci inilah yang akan dijadikan sebagai bahan
promosi bagi calon investor baru yang akan menanamkan modalnya di Kota Bogor. Selain
itu akan menjadi masukan yang berharga bagi Pemerintah Kota Bogor untuk memperbaiki
pelayanan kepada investor, serta beberapa daerah lainnya. Hal ini menjadi sangat penting
untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah Kota Bogor, meningkatkan penyediaan
lapangan kerja dan penanggulangan kemiskinan.
Berdasarkan latar belakang di atas, menjadi sangat penting dan mendesak bagi
Pemerintah Kota Bogor untuk melakukan pemetaan potensi sektor unggulan dan profil
investasi yang diharapkan dapat meningkatkan percepatan pembangunan dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kota Bogor.
1.2. Maksud
Adapun maksud dari pembuatan peta peluang investasi ini adalah untuk menampilkan
peluang investasi unggulan yang ada pada suatu kecamatan di Kota Bogor.
1.3. Tujuan
Tujuan kegiatan penyusunan peta peluang investasi Kota Bogor adalah:
1. Memberikan gambaran dan informasi kepada investor mengenai peluang investasi
yang ada di Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor.
2. Mengakomodasi potensi unggulan daerah yang dapat dijadikan peluang daerahnya
dalam menarik minat investasi di Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor.
BAB 2
METODE KAJIAN
dimana,
SiR : jumlah nilai produksi atau produksi subsektor i di Kota Bogor
SR : jumlah total nilai produksi di Kota Bogor
SiN : jumlah nilai produksi atau produksi subsektor i di Provinsi Jawa Barat
DS=
( x ij(t )
1
x ij(t )
0
−
x. j (t )
1
x. j (t )
0
)
dimana,
xij : nilai aktivitas tertentu dalam unit wilayah tertentu
x.j : nilai total aktifitas tenrtentu secara agregat
t0 : titik tahun awal
t1 : titik tahun akhir
Data yang dianalisis diperoleh dari hasil analisis kuantitatif dan kuesioner terhadap para
responden terpilih yang dapat mendukung penilaian. Nilai skor yang diperoleh dari hasil
perhitungan kuantitaif tersebut kemudian dianalisis dengan bantuan program aplikasi
expert choice. Untuk mendukung dalam penilaian AHP, maka diperlukan analisis lainnya,
seperti analisis LQ, SSA, perhitungan produktifitas, serta analisis kuantitatif lainnya.
Langkah-langkah dalam AHP adalah sebagai berikut (Saaty 1993):
1. Menentukan tujuan, kriteria, subkriteria, dan alternatif yang kemudian disusun dalam
sebuah hirarki.
2. Melakukan pembobotan terhadap kriteria dengan perbandingan berpasangan
(pairwise comparison) dengan skala 1 sampai 9 dimana: 1 = sama penting (equal
importance); 3 = sedikit lebih penting (moderate more importance); 5 = cukup lebih
penting (essential, strong more importance); 7 = jauh lebih penting (demonstrated
importance); 9 = mutlak lebih penting (absolutely more importance); 2, 4, 6, 8 = nilai-
nilai antara yang memberikan kompromi (grey area).
3. Terakhir yaitu pengujian konsistensi dengan mengambil rasio konsistensi (CR) dari
indeks konsistensi (CI) dengan nilai yang tepat. Rasio konsistensi dilakukan karena di
dalam analisa multi kriteria ganda diperhitungkan juga kriteria kualitatif yang
memungkinkan terjadinya ketidakkonsistenan (inconsistency) dalam penilaian
perbandingan kriteria-kriteria atau alternatif-alternatif. CI didefinisikan sebagai
berikut:
λ max −n
CI =
n−1
dimana, n menyatakan jumlah kriteria/alternatif yang dibandingkan dan λmax adalah
nilai eigen (eigenvalue) yang terbesar dari matriks perbandingan berpasangan orde n.
Jika CI bernilai 0 maka keputusan penilaian tersebut bersifat perfectly consistent
dimana λmax sama dengan jumlah kriteria yang diperbandingkan yaitu n. Semakin
tinggi nilai CI semakin tinggi pula tingkat ketidakkonsistenan dari keputusan
perbandingan yang telah dilakukan. Nilai CR dapat diterima, jika tidak melebihi 0,10.
Jika nilai CR > 0.10 berarti matriks tersebut tidak konsisten. Rasio konsistensi
(CR/Consistency Ratio) dirumuskan sebagai berikut:
CI
CR=
RI
dimana,
CR : Consistency Ratio
CI : Consistency Index
RI : Random Index
o Apakah suatu lokasi dilalui oleh berbagai jenis transportasi, baik privat maupun
publik?
o Dimana lahan yang masih tersedia untuk membangun bangunan (misalnya apartemen
atau hotel) dan masih memungkinkan untuk diokupasi?
Penyediaan informasi spasial potensi investasi, dapat membantu para pelaku bisnis untuk
menjawab pertanyaan di atas, atau setidaknya dapat menjadi bahan pertimbangan dan
panduan bagi mereka untuk berinvestasi. Namun tentu untuk menyuguhkan panduan
yang lebih detil, ketersediaan data spasial menjadi hal yang krusial. Data spasial yang
dimaksud disini bukan hanya terkait kondisi fisik lahan, namun turut meliputi
penerjemahan kebijakan pemerintah yang berorientasi ruang ke dalam data spasial,
status ketersediaan lahan, hingga rencana pembangunan pemerintah ke depan. Data
spasial yang setidaknya perlu tersedia agar analisis lanjutan dapat dilakukan dengan lebih
baik adalah data penggunaan lahan skala 1:5.000, peta RDTR, dan status hak bidang lahan
persil (BPN). Peta RTRW terdiri dari pola ruang dan struktur ruang. Pola ruang berkaitan
dengan peruntukan lahan untuk aktifitas tertentu pada cakupan luasan dan sebaran
spasial tertentu, sementara stuktur ruang menyajikan status infrastruktur saat ini dan
yang direncanakan kedepan. Ketiga data tersebut kemudian bisa dikombinasikan dengan
kebijakan-kebijakan pembangunan pemerintah yang berorientasi ruang yang umumnya
tidak disebutkan secara spesifik di dalam RTRW, misalnya adalah kebijakan yang diuraikan
di RPJMD.
Dalam studi ini, analisis spasial akan dilakukan dengan dua pendekatan. Pendekatan yang
pertama adalah pendekatan analisis kebijakan, yaitu proses atau kegiatan mensintesa isi
kebijakan yang berorientasi ruang ke dalam data spasial. Fokus dari analisis ini adalah
menterjemahkan kebijakan yang spesik untuk lokasi tertentu ke dalam bentuk data
spasial. Kebijakan yang akan disoroti dalam hal ini adalah RPJMD Kota Bogor 2019-2024
dan Materi Teknis RTRW Kota Bogor 2011-2031. Pendekatan seperti ini berguna untuk
menyediaan informasi kepada para calon investor terkait bagaimana kondisi ruang
eksisting dan bagaimana rencana pembangunan pemerintah kedepan. Pendekatan yang
kedua adalah pengolahan data spasial dengan mengekstrak informasi penting akan
tumpang-tindih data spasial. Fokus sektor dan komoditas baik analisis kebijakan maupun
pengolahan data spasial akan menyesuaikan dengan hasil analisis sebelumnya, yaitu
potensi sektor unggulan dan komoditas unggulan. Namun perlu digarisbawahi bahwa
analisis peta spasial sangat perlu mendapat dukungan akan ketersediaan data-data
berikut (terutama dalam bentuk shapefile):
1. Penggunaan lahan skala detil 1:5.000
2. Rencana Detil Tata Ruang (RDTR)
3. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
4. Status bidang lahan persil BPN
BAB 3
PROFIL WILAYAH KOTA BOGOR
Secara administratif, Kota Bogor dikelilingi oleh wilayah Kabupaten Bogor dengan batas
wilayah sebagai berikut: 1) Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Kemang, Bojong
Gede, dan Sukaraja, Kabupaten Bogor; 2) Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan
Sukaraja dan Ciawi, Kabupaten Bogor; 3) Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan
Dramaga dan Ciomas, Kabupaten Bogor; dan 4) Sebelah selatan berbatasan dengan
Kecamatan Cijeruk dan Caringin, Kabupaten Bogor.
3.1.3. Topografi
Kota Bogor mempunyai wilayah dengan kontur berbukit dan bergelombang dengan
ketinggian bervariasi, ketinggian minimum 190 meter dan ketinggian maksimum 330
meter di atas permukaan laut. Sebagian besar wilayah Kota Bogor memiliki lahan datar
dengan kemiringan berkisar 0-2 persen, untuk luasan lahan datar seluas 1.763,94 hektar
dan tersebar di enam kecamatan. Seluas 8.091,19 hektar merupakan lahan landai dengan
kemiringan berkisar 2-15 persen, seluas 1.109,92 hektar merupakan lahan agak curam
dengan kemiringan 15-25 persen, seluas 765,21 hektar merupakan lahan curam dengan
kemiringan 25-40 persen dan lahan sangat curam seluas 119,74 hektar dengan
kemiringan lebih dari 40 persen. Kecamatan Bogor Selatan merupakan daerah di Kota
Bogor yang tergolong sangat peka terhadap erosi, karena mempunyai kemiringan lebih
dari 40 persen atau sangat curam sehingga daerah tersebut sangat peka terhadap erosi.
3.1.4. Geologi
Jenis tanah hampir diseluruh wilayah Kota Bogor adalah latosol coklat kemerahan dengan
luasan 8.496,35 hektar, kedalaman efektif tanah lebih dari 90 sentimeter dengan tekstur
tanah yang halus serta bersifat agak peka terhadap erosi. Kemudian jenis tanah lain yang
juga menyebar di enam Kecamatan yaitu aluvial kelabu dengan luasan 1.157,9 hektar.
Kondisi geologi di Kota Bogor yaitu tufa dengan luasan 3.395,17 hektar yang tersebar di
enam kecamatan dengan Kecamatan Bogor Selatan menjadi kecamatan dengan
penyebaran kondisi geologi tufa terbesar. Sedangkan kipas aluvial dengan luasan 3.249,98
hektar dan Kecamatan Bogor Utara menjadi kecamatan dengan penyebaran kondisi
geologi kipas aluvial.
3.1.5. Hidrologi
Di wilayah Kota Bogor terdapat enam lokasi mata air, empat lokasi air tanah dalam dan
dua lokasi air tanah dangkal yang biasa digunakan untuk air minum non perpipaan.
Kapasitas sumber mata air dan air tanah dalam mengalami penurunan dibanding tahun
2011. Demikian pula kapasitas air tanah dalam, dari tahun 2011 ke tahun 2012
mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan semakin berkurangnya resapan air karena
semakin bertambahnya daerah pemukiman di wilayah Kota Bogor. Lahan di Kota Bogor
hingga tahun 2012 masih banyak lahan tidak kritisnya yaitu sekitar 81,45 persen (9.651,98
ha). Sementara lahan kritisnya mencapai 1,82 persen (215,47 ha). Sisanya agak kritis 2,49
persen (295,07 ha) dan potensial kritis 14,24 persen (1.687,48 ha). Lahan kritis banyak
terdapat di wilayah Kecamatan Bogor Selatan. Semua Kelurahan di daerah tersebut
mengandung lahan kritis kecuali Kelurahan Cikaret. Lahan potensial kritis selain di
Kecamatan Bogor Selatan juga banyak terdapat di Kecamatan Bogor Barat.
Beberapa danau, situ dan kolam di Kota Bogor ada yang berfungsi untuk irigasi, retensi
dan rekreasi. Situ Gede, Situ Panjang dan Situ Curug difungsikan sebagai irigasi dan
retensi. Danau Bogor Raya, Kolam Retensi Cimanggu dan Kolam Retensi Taman Sari
Persada selain difungsikan sebagai retensi juga dimanfaatkan sebagai tempat rekreasi.
Danau atau situ terluas di Kota Bogor adalah Situ Panjang (4,5 ha) dan Situ Gede (4 ha).
Di wilayah Kota Bogor dilalui oleh dua buah sungai, yaitu Sungai Cisadane dan Sungai
Ciliwung. Sungai Cisadane mempunyai luas pengaliran 185 kilometer persegi dan Sungai
Ciliwung mempunyai luas pengaliran 211 kilometer persegi. Menurut hasil pengukuran
debit tahun 2004, setiap satu kilometer persegi Sungai Cisadane memiliki debit 75,8 liter
per detik dan setiap satu kilometer persegi Sungai Ciliwung memiliki debit 74,1 liter per
detik.
Untuk kualitas air, pada umumnya kualitas air sungai di wilayah Kota Bogor kurang
memenuhi persyaratan sebagaimana yang ditetapkan di dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 82 Tahun 2001. Hal itu disebabkan beberapa unsur seperti sulfat, fosfat, nitrat dan
jumlah total coliform dalam air sungai, melebihi kriteria baku. Kondisi yang mirip juga
terdapat pada air situ yang umumnya berkualitas di bawah persyaratan baku mutu.
Sedangkan air sumur penduduk, nilai pH-nya cenderung fluktuatif, dan di beberapa lokasi
kandungan detergen dan bakteri e-colli sedikit diatas kriteria yang disyaratkan.
3.1.6. Klimatologi
Udara di Kota Bogor cukup sejuk dengan suhu udara ratarata tiap bulannya mencapai
33,90 oC, dengan suhu terendah 18,80 oC dan suhu tertinggi 36,10 oC. Suhu seperti itu
antara lain dipengaruhi guyuran hujan dengan intensitas rata-rata 3.654 per tahun, dan
curah hujan bulanan berkisar antara 79,0-652,0 mm dengan ratarata hujan 14 hari per
bulan dan kelembaban udara 70%. Sedangkan kecepatan angin rata-rata per tahun 2
km/jam dengan arah Timur Laut.
Kualitas udara Kota Bogor secara keseluruhan dapat dikatakan baik atau sehat. Beberapa
parameter kualitas udara Kota Bogor relatif tidak membahayakan lingkungan, karena gas-
gas dan partikulat tersuspensi yang dihasilkan, pada umumnya masih di bawah ambang
batas baku mutu udara ambien. Namun kadar debu dan tingkat kebisingan pada
beberapa lokasi masih berada di atas persyaratan ambang batas yang ditentukan.
Luas lahan sawah di enam kecamatan pada tahun 2017 yaitu 320,7 hektar luas lahan
sawah dan luas bukan sawah yaitu 2.074 hektar. Kecamatan Bogor Barat mempunyai
luasan lahan sawah terbesar yaitu 154,5 hektar dan Kecamatan Bogor Selatan
mempunyai luasan lahan bukan sawah terbesar yaitu 786,5 hektar. Jenis penggunaan
lahan bukan sawah dapat dibedakan menjadi beberapa klasifikasi, yaitu: Tegal, Ditanami
Pohon, Kolam, Tidak Diusahakan dan Lainnya. Pada tahun 2017, lahan tegal mempunyai
luasan yang paling besar yaitu 1.648 hektar dan Kecamatan Bogor Selatan mempunyai
luas lahan bukan sawah terbesar di Kota Bogor.
Gambar 3.3 Piramida penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin di Kota Bogor
tahun 2018
Tabel 3.2 Jumlah da nlaju pertumbuhan penduduk menurut kecamatan di Kota Bogor
Tabel 3.3 Pembangunan aspek pelayanan umum urusan pekerjaan umum dan penataan
ruang Kota Bogor tahun 2015-2018
No Uraian 2015 2016 2017 2018
1 Persentase jalan kota dalam kondisi baik (>40 km/jam) 87.6 88.15 88.32 88.59
(%)
2 Persentase panjang jalan yang memiliki trotoar dan 61.32 61.71 61.83 66.44
drainase (minimal 1,5 m) (%)
3 Persentasi rumah tinggal bersanitasi aman 66.8 66.8 72.10 67.21
4 Persentase drainase dalam kondisi baik/ pembuangan 2.78 5.48 7.22 11.01
aliran air tidak tersumbat (%)
5 Jumlah lokasi rawan longsor yang dibangun TPTnya 23 89 37 74.19
6 Persentase irigasi Kota dalam kondisi baik (%) 11.46 22.92 34.38 45.83
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Bogor pada tahun 2018 mencapai 91,98%. Capaian kinerja pelayanan air minum di Kota
Bogor dari tahun 2015-2018 dapat dijelaskan pada tabel berikut.
BAB 4
PROFIL EKONOMI KOTA BOGOR
didominasi oleh sector perdagangan besar dan eceran, industri pengolahan, transportasi
dan pergudangan, konstruksi serta jasa keuangan dan asuransi.
Secara umum, perkembangan PDRB Kota Bogor mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun, dengan laju pertumbuhan mencapai 6,14 persen pada tahun 2018 dan 6,05 persen
pada tahun 2019, meskipun terjadi penurunan pada tahun 2020 yaitu sebesar 0,53
persen. Penurunan ini kemungkinan terkait dengan adanya pandemic covid 19 yang
berpengaruh terhadap dinamika perekonomian secara global. Jika dilihat dari nilai laju
pertumbuhannya dalam kurun waktu 2018-2020, maka sektor jasa merupakan sektor
dengan rata-rata laju pertumbuhan yang paling tinggi.
Tabel 4.7 Laju pertumbuhan PDRB Kota Bogor menurut lapangan usaha
Kategori Laju pertumbuhan PDRB Kota Bogor
menurut lapangan usaha (persen)
2018 2019 2020
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 2,25 0,63 2,25
Pertambangan dan Penggalian - - -
Industri Pengolahan 7,21 4,35 -0,54
Pengadaan Listrik dan Gas -2,85 -0,43 -9,19
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 5,14 6,58 2,65
Konstruksi 7,91 9,60 -6,54
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda 2,99 3,85 -7,77
Motor
Transportasi dan Pergudangan 7,61 8,62 -1,86
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 9,07 5,68 1,81
Informasi dan Komunikasi 9,15 7,55 34,87
Jasa Keuangan dan Asuransi 6,76 5,00 1,72
Real Estate 6,93 7,65 -1,54
Jasa Perusahaan 7,10 9,21 -13,21
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial 2,06 4,18 -1,20
Wajib
Jasa Pendidikan 7,32 10,45 5,80
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 13,85 10,47 1,24
Jasa Lainnya 4,93 6,76 -2,14
Jumlah 6,14 6,05 -0,53
Meskipun pada tahun 2020, sub sektor jasa perusahaan mengalami penurunan yang
paling besar sebagai dampak adanya wabah pandemic covid 19. Adapun sektor informasi
dan komunikasi mengalami peningkatan yang sangat signifikan pada tahun 2020, yaitu
mencapai 34 persen sebagai konsekuensi adanya pembatasan mobilitas sosial terkait
dengan pandemic covid 19. Secara umum, sub sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial
memiliki laju pertumbuhan yang paling tinggi dalam kurun waktu 2018-2019 meskipun
dengan kontribusi PDRB yang masih relatif kecil.
Saat ini terdapat 3.757 perusahaan di sektor industri, yang terdiri dari 2.561 unit bergerak
di bidang industri kimia, hasil pertanian dan kehutanan, dan 1.196 industri yang bergerak
di bidang metal, mesin dan kelistrikan. Dengan keterbatasan lahan yang dimiliki, saat ini
Kota Bogor belum memiliki Kawasan industry khusus. Beberapa perusahaan tersebut
tersebar di enam kecamatan di wilayah Kota Bogor. Dalam rangka penataan Kawasan ke
depan, saat ini Kota Bogor telah memiliki Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 8 Tahun
2011 tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kota Bogor Tahun 2011 s/d 2031. Adapun
dari pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), hingga tahun 2019, tercatat
23.706 unit UMKM di wilayah kota Bogor yang terdiri dari bidang usaha kuliner, pakaian,
Pendidikan, otomotif, agribisnis, dan jaringan internet. Sebagaimana terlihat pada Tabel
3, bidang usaha kuliner mendominasi jumlah UMKM di Kota Bogor yaitu berkontribusi
sebesar 40 persen (9.514 unit) dari total UMKM di Kota Bogor. Adapun dari sisi lokasi,
jumlah UMKM terbesar berada di Kecamatan Bogor Utara yaitu mencapai 8.069 (34
persen) dari total UMKM di Kota Bogor.
Tabel 4.8 Jumlah usaha mikro kecil dan menengah menurut kecamatan dan bidang usaha
pada tahun 2019
Kecamatan Jumlah Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)
Kuline Pakaian Pendidika Otomotif Agribisnis Jaringan Internet
r n
Bogor Selatan 1.239 571 344 346 335 270
Bogor Timur 824 368 224 219 224 186
Bogor Utara 3.241 1.473 870 875 867 743
Bogor Tengah 2.007 902 554 543 552 440
Bogor Barat 1.220 533 330 318 334 272
Tanah Sareal 983 465 274 284 258 218
Kota Bogor 9.514 4.312 2.596 2.585 2.570 2.129
Sumber: Kota Bogor Dalam Angka 2021
Tabel 4.9 Jumlah sarana perdagangan menurut kecamatan dan jenis sarana di Kota Bogor
pada tahun 2019
Kecamatan Jumlah sarana perdagangan
Pasar tradisional Pasar modern
Dikelola Dikelola Dikelola Swalaya Minimarket Grosir
pemerinta swasta masyarakat n
h
Bogor Selatan 2 1 5 75
Bogor Timur 1 16 58
Bogor Utara 4 24 46
Bogor Tengah 1 4 113
Bogor Barat 1 9 108
Tanah Sareal 3 1 1 12 84 1
Kota Bogor 12 1 2 70 484 1
Sumber: Kota Bogor Dalam Angka 2021
serta kepentingan nasional lainnya. Kriteria dan persyaratan bidang usaha yang tertutup
dan yang terbuka dengan persyaratan serta daftar bidang usaha yang tertutup dan yang
terbuka dengan persyaratan masing-masing akan diatur dengan Peraturan Presiden.
Pemerintah menetapkan bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan berdasarkan
kriteria kepentingan nasional, yaitu perlindungan sumber daya alam, perlindungan,
pengembangan usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi, pengawasan produksi dan
distribusi, peningkatan kapasitas teknologi, partisipasi modal dalam negeri, serta
kerjasama dengan badan usaha yang ditunjuk Pemerintah.
Penanam modal yang menanamkan modalnya di Indonesia baik PMDN maupun PMA
diberikan hak, kewajiban dan tanggung jawab. Hak Penanam Modal:
1. Kepastian hak, hukum, dan perlindungan
2. Informasi yang terbuka mengenai bidang usaha yang dijalankannya
3. Hak pelayanan
4. Berbagai bentuk fasilitas kemudahan
Kewajiban Penanam Modal:
1. Menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik.
2. Melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan.
3. Membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan menyampaikannya
kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal.
4. Menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha
penanaman modal.
5. Mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan.
Tanggung Jawab Penanam Modal:
1. Menjamin tersedianya modal yang berasal dari sumber yang tidak
bertentangan dengan ketentuan peraturan penundang-undangan.
2. Menanggung dan menyelesaikan segala kewajiban dan kerugian jika penanam
modal menghentikan atau meninggalkan atau menelantarkan kegiatan
usahanya secara sepihak sesuai dengan ketentuan peraturan penundang-
undangan (hal lain yang merugikan negara).
3. Menjaga kelestarian lingkungan hidup.
4. Menciptakan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kesejahteraan
pekerja.
5. Mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan.
Penanam modal yang mengusahakan sumber daya alam yang tidak terbarukan wajib
mengalokasikan dana secara bertahap untuk pemulihan lokasi yang memenuhi standar
kelayakan lingkungan hidup, yang pelaksanaannya diatur sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
4.2.3. Peraturan Presiden RI No. 44 Tahun 2016 tentang Daftar Bidang Usaha yang
Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persayaratan di Bidang
Penanaman Modal
Berdasarkan Peraturan Presiden RI No. 44 Tahun 2016 bahwa bidang usaha dalam
kegiatan Penanaman Modal terdiri atas:
1. Bidang Usaha Yang Terbuka; adalah Bidang Usaha yang dilakukan tanpa
persyaratan dalam rangka Penanaman Modal.
2. Bidang Usaha Yang Tertutup; adalah Bidang Usaha tertentu yang dilarang
diusahakan sebagai kegiatan Penanaman Modal.
3. Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan; adalah Bidang Usaha
tertentu yang dapat diusahakan untuk kegiatan Penanaman Modal dengan
persyaratan, yaitu dicadangkan untuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah serta
Koperasi, Kemitraan, kepemilikan modal, lokasi tertentu, perizinan khusus, dan
penanaman modal dari negara Association of Southeast Asian Nations
(ASEAN).
Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan terdiri atas:
1. Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan yang dicadangkan atau
kemitraan dengan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah serta Koperasi.
2. Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan tertentu yaitu: batasan negeri
100% (seratus %), dan atau batasan kepemilikan modal dalam kerangka
kerjasama Association of Southeast Asian Nations (ASEAN). Kemitraan
dilakukan oleh Penanam Modal dengan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
serta Koperasi dengan pola: inti plasma, sub kontrak, keagenan, waralaba, dan
pola Kemitraan lainnya.
Sementara itu, mengenai daftar bidang usaha yang tertutup:
1. Budidaya Ganja
2. Penangkapan spesies ikan yang tercantum dalam Appendix l Convention on
Intemational Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES).
3. Pengangkatan Benda Berharga Asal Muatan Kapal yang Tenggelam
4. Pemanfaatan (Pengambilan) Koral Karang dari Alam Untuk: Bahan Bangunan,
Kapur, Kalsium, Akuarium, dan Souvenir Perhiasan, serta Koral Hidup atau
Koral Mati (recent death coral dari Alam).
5. Industri Pembuat Chlor Alkali dengan Proses Merkuri
6. Industri Bahan Aktif Pestisida: Dichloro Diphenyl Trichloroethane (DDT),
Aldrin, Endrin, Dieldrin, Chlordane, Heptachlor, Mirex, dan ene
7. Industri Bahan Kimia Industri dan Industri Bahan Perusak Lapisan Ozone
(BPO) Polychlorinated Bipheny (PcB), Hexachlorobenzene, dan carbon
Tetrachloride (CTC), Methyl Chloroform, Methyl Bromide, Trichloro Fluoro
Methane (cFc-11) Dichloro Trijl.uoro Ethane (cFc-12), Trichloro Trifluoro
Ethane (cFc-113) Dichloro Tetra Fluoro Ethane (CFC-114), Chloro Pentafluoro
Ethane (CFc-115) Chloro Trifluoro Methane (cFc-13), Tetrachloro Difluoro
Ethane (cFc-11 2) Pentachloro Fluoro Ethane (cFc-111), Chloro Heptafluoro
Propane (cFc 217).Dichloro Hexafluoro Propane (CFC-216). Trichloro Propane
(cFC-213). Hexachloro Difluoro Propane (CFC-2 1 Bromo chloro Diluoro
Methane (Halon1211), Bromo Trifluoro Methane (Halon-1301), Dibromo
Tetrafluoro Ethane (Halon-2402), R-500, R502.
8. Industri Bahan Kimia Daftar 1 Konvensi Senjata Kimia sebagaimana Tertuang
Dalam Lampiran I Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2008 Tentang Penggunaan
Bahan Kimia sebagai Senjata Kimia.
9. Industri Minuman Keras Mengandung Alkohol.
10. Industri Minuman Mengandung Alkohol: Anggur.
11. Industri Minuman Mengandung Malt.
12. Penyelenggaraan dan Pengoperasian Terminal Penumpang Angkutan Darat.
13. Penyelenggaraan dan Pengoperasian Penimbangan Kendaraan Bermotor.
14. Telekomunikasi/Sarana Bantu Navigasi Pelayaran dan vessel Traffic
Information.
15. Penyelenggaraan Pelayanan Navigasi Penerbangan.
16. Penyelenggaraan Pengujian Tipe Kendaraan Bermotor.
4.2.4. Peraturan Presiden RI No. 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah dengan
Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur
Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha yang selanjutnya disebut sebagai KPBU adalah
kerjasama antara pemerintah dan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur untuk
kepentingan umum dengan mengacu pada spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya
oleh Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah/Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha
Milik Daerah, yang sebagian atau seluruhnya menggunakan sumber daya Badan Usaha
dengan memperhatikan pembagian risiko diantara para pihak.
KPBU dilakukan dengan tujuan untuk:
1. Mencukupi kebutuhan pendanaan secara berkelanjutan dalam Penyediaan
Infrastruktur melalui pengerahan dana swasta;
2. Mewujudkan Penyediaan Infrastruktur yang berkualitas, efektif, efisien, tepat
sasaran, dan tepat waktu;
3. Menciptakan iklim investasi yang mendorong keikutsertaan Badan Usaha
dalam Penyediaan Infrastruktur berdasarkan prinsip usaha secara sehat;
4. Mendorong digunakannya prinsip pengguna membayar pelayanan yang
diterima, atau dalam hal tertentu mempertimbangkan kemampuan membayar
pengguna dan/atau
5. Memberikan kepastian pengembalian investasi Badan Usaha dalam
Penyediaan infrastruktur melalui mekanisme pembayaran secara berkala oleh
pemerintah kepada Badan Usaha.
KPBU dilakukan berdasarkan prinsip:
a. Kemitraan, yakni kerjasama antara pemerintah dengan Badan Usaha dilakukan
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan persyaratan yang
mempertimbangkan kebutuhan kedua belah pihak;
b. Kemanfaatan, yakni Penyediaan Infrastruktur yang dilakukan oleh pemerintah
dengan Badan Usaha untuk memberikan manfaat sosial dan ekonomi bagi
masyarakat.
mencerminkan sejumlah faktor yang berkaitan dengan lokasi tertentu yang membentuk
kesempatan dan insentif bagi pemilik modal untuk melakukan usaha atau investasi secara
produktif dan berkembang. Dengan kata lain, iklim usaha atau investasi yang kondusif
adalah iklim yang mendorong seseorang melakukan investasi dengan biaya dan risiko
serendah mungkin dan bisa menghasilkan keuntungan dalam jangka panjang.
Realisasi investasi di Kota Bogor cenderung stabil dari tahun 2014-2018 dan selalu berada
di atas target investasi yang ditetapkan. Tahun 2019 terdapat sedikit penurunan realisasi
investasi walaupun masih berada di atas target yang ditetapkan. Adanya pandemic Covid-
19 pada tahun 2020 menyebabkan realisasi investasi di Kota Bogor mengalami
penurunan. Hal ini dapat dilihat pada gambar berikut:
Berdasarkan data perkembangan realisasi investasi PMA dan PMDN se Jawa Barat
periode laporan Januari - Maret tahun 2021, realisasi investasi di Kota Bogor untuk PMDN
sebesar 19.417.600.000 dan realisasi investasi PMA sebesar 6.939.911.411. Jadi total
realiasasi investasi Kota Bogor untuk periode Januari – Maret 2021 sebesar
46.357.511.411.
Tabel 4.11 Nilai LQ dan SSA tiap sektor lapangan kerja PDRB
No Sektor PDRB LQ SSA
2019 2020 2014-2019 2019-2020
1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 0.21 0.22 -0.06 0.01
2 Penggalian dan Pertambangan 0 0
3 Industri Pengolahan 0.69 0.83 0.06 0.04
4 Pengadaan Listrik dan Gas 6.07 6.07 -0.29 0.01
5 Pengadaan Air dan Jasa Lingkungan 1.66 1.51 0.01 -0.02
6 Konstruksi 1.12 1.05 0.13 -0.01
7 Perdagangan dan Reparasi Kendaraan 1.34 1.24 -0.04 -0.01
8 Transportasi dan Pergudangan 2.80 2.88 0.03 0.09
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1.22 1.32 0.05 0.15
10 Informasi dan Komunikasi 0.89 0.96 0.11 0.20
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 1.04 0.93 -0.05 -0.02
12 Real Estat 0.49 0.44 0.08 -0.04
13 Jasa Perusahaan 0.50 0.40 -0.09 -0.11
14 Adm. Pemerintahan, Pertahanan dan 0.80 0.78 -0.03 0.04
Jamsos
15 Jasa Pendidikan 0.81 0.78 0.14 0.03
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1.17 0.96 0.26 -0.12
17 Jasa lainnya 1.19 1.13 -0.07 0.02
Berdasarkan analisis LQ tahun 2019-2020, maka sektor basis yang konsisten pada tahun
2019-2020 dan menjadi sektor unggulan Kota Bogor adalah meliputi sektor Pengadaan
Listrik dan Gas, Pengadaan Air dan Jasa Lingkungan, Konstruksi, Perdagangan dan
Reparasi Kendaraan, Transportasi dan Pergudangan, Penyediaan Akomodasi dan Makan
Minum, dan Jasa lainnya. Kemudian berdasarkan analisis SSA pada tahun 2014-2019 yang
secara konsisten memiliki keunggulan kompetitif meliputi sektor Industri Pengolahan,
Pengadaan Air dan Jasa Lingkungan, Konstruksi, Transportasi dan Pergudangan,
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, Informasi dan Komunikasi, Real Estate, Jasa
Pendidikan, Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial.
Adanya pandemi covid-19 pada tahun 2020, sektor yang memiliki keunggulan kompetitif
pada tahun 2019-2020 adalah sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, Industri
SSA berarti nilai SSA > 0; LQ berarti nilai LQ > 1; Unggul berarti nilai SSA > 0 dan LQ > 1
Sektor unggulan Kota Bogor berdasarkan analisis LQ dan SSA yang merupakan sektor
basis dan memiliki keunggulan kompetitif serta tahan terhadap goncangan ekonomi
selama pandemi Covid-19 meliputi 6 (enam) sektor yaitu sektor Industri Pengolahan,
Konstruksi, Perdagangan; Reparasi Kendaraan, Transportasi dan Pergudangan,
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, dan Informasi dan Komunikasi.
Sektor -sektor unggulan tersebut bisa dimanfaatkan dalam upaya untuk memperbesar
investasi/penanaman modal di Kota Bogor untuk mendorong pertumbuhan ekonomi
daerah, menciptakan lapangan pekerjaan, meningkatkan daya saing dunia usaha,
peningkatan pembangunan ekonomi berkelanjjutan dan peningkatan kesejahteraan
masyarakat.
BAB 5
PROFIL KEBIJAKAN KOTA BOGOR
Tabel 5.13 Rencana ruang kegiatan tematik pada sub pusat kota/pusat wilayah
pengembangan (WP)
Wilayah pengembangan Kegiatan tematik
WP A Perdagangan jasa skala kota, perkantoran, dan RTH kota
WP B Jasa akomodasi, perdagangan dan ekowisata
WP C Sentra elektronik dan pasar induk
WP D Jasa akomodasi, perkantoran, dan wisata kuliner
WP E Sentra otomotif, wisata belanja, MICE, jasa akomodasi,
dan ekowisata
Sumber: RTRW Kota Bogor 2011-2031
Jalan Merdeka, Jalan MA Salmun, Jalan Dewi Sartika, Jalan Nyi Raja
Permas, Jalan Mayor Oking, dan Jalan Pahlawan.
Revitalisasi kawasan. Lokasi: Stasiun Kereta Api, Taman Topi dan
Taman Ade Irma Suryani, Pasar Kebon Kembang, Kawasan Jembatan
Merah, serta Kawasan Pasar Bogor dan sekitarnya.
Peremajaan kawasan permukiman padat tidak teratur yang berlokasi
pada bantaran sungai dengan mengembangkan perumahan vertical
KDB rendah. Lokasi: Bantaran Sungai Ciliwung, Sungai Cisadane, dan
Sungai Cipakancil.
Menjaga dan melindungi gangguan kegiatan yang dapat mengurangi
fungsi dan nilai kawasan. Lokasi: Kawasan Kebun Raya dan Istana
Bogor.
Mengembangkan ruang terbuka hijau sesuai hirarki pelayanan.
Pengendalian perubahan fungsi dan bentuk bangunan. Lokasi:
Kawasan cagar budayapermukiman Taman Kencana dan sekitarnya.
WP B Tema: Pengembangan yang terkendali
Pengendalian perkembangan kegiatan perdagangan jasa skala kota dan
regional. Lokasi: Jalan Gunung Batu (Jl. Mayjen Ishak Djuarsa), Jalan
Sindangbarang (Jl. Ibrahim Adjie), Jalan RE Abdullah, Jalan Aria
Surialaga, Jalan Ciomas Raya dan Jalan Abdullah Bin M. Nuh serta
rencana jalan inner ring road.
Mendorong perkembangan kegiatan perdagangan jasa skala kota dan
PSU. Lokasii: Pusat WP B.
Perlindungan kawasan lindung dari gangguan kegiatan yang dapat
mengurangi fungsi lindung kawasan. Lokasi: Situ Gede dan hutan kota
Cifor.
Mempertahankan luasan lahan pertanian kota.
Mengarahkan dan mengendalian perkembangan perumahan agar
tetap berkepadatan sedang dan rendah.
Membatasi meluasnya perkembangan perumahan kepadatan tinggi
horizontal dan meremajakan dengan konsep perumahan vertical
berKDB rendah. Lokasi: perumahan kepadatan tinggi (areal eksisting).
Mengembangkan ruang terbuka hijau sesuai hirarki pelayanan.
Mempertahankan RTH pusat penelitian dan kebun percobaan. Lokasi:
Kawasan pusat penelitian dan kebun percobaan.
Meremajakan TPU yang ada dengan konsep rumputisasi agar dapat
berfungsi RTH. Lokasi: TPU eksisting dan rencana.
WP C Tema: Pengembangan baru yang terarah
Mengendalikan perkembangan kegiatan perdagangan dan jasa skala
kota dan regional. Lokasi: terutama di sepanjang Jalan Kemang-
BAB 6
POTENSI DAN PELUANG INVESTASI
Adapun arah kebijakan penanaman modal meliputi tujuh aspek, yaitu 1) Perbaikan iklim
penanaman modal, 2) Persebaran penanaman modal berdasarkan wilayah
pengembangan dan kesesuaian tata ruang, 3) Fokus pengembangan infrastruktur dan
sektor jasa dan perdagangan, 4) penanaman modal berwawasan lingkungan, 5)
Pemberdayaan UMKM dan koperasi melalui kemitraan, dan 6) kemudahaan penanaman
modal, serta 7) promosi dan Kerjasama penanaman modal. Pemilihan prioritas bidang
investasi yang akan dikembangkan disesuaikan sejauhmana bidang tersebut mampu
memenuhi target kebijakan arah pengembangan penanaman modal tersebut,
sebagaimana diilustrasikan pada gambar struktur berikut di bawah ini. Kriteria
selanjutnya adalah sejauhmana sektor investasi tersebut memiliki daya dukung wilayah
dan daya dukung sosial ekonomi. Daya dukung wilayah meliputi aspek fisik seperti
ketersediaan lahan, infrastruktur, sarana dan prasarana, sedangkan daya dukung sosial-
ekonomi meliputi tingkat pertumbuhan ekonomi, potensi peningkatan pendapatan
masyarakat, dan penyerapan tenaga kerja.
Berdasarkan rumusan prioritas dan kriteria sebagaimana diuraikan dalam struktur di atas,
maka dipilih sektor pariwisata menjadi prioritas pengembangan investasi di wilayah
Kecamatan Bogor Timur. Secara khusus, terdapat dua kegiatan utama yang akan
dikembangkan ke depan sebagai peluang investasi yang potensial di wilayah Kecamatan
Bogor Timur, yaitu 1) Pengembangan Kampung Perca di Kelurahan Sindang sari, dan 2)
Pengembangan Agroeduwisata di Kelurahan Katulampa. Kedua kegiatan ini telah sejalan
dengan arah kebijakan penanaman modal secara umum, yaitu terutama kesesuaian
dengan kebijakan rencana penataan ruang dan wilayah sekaligus mampu mendorong
pengembangan UMKM dengan kemitraan, serta mendukung upaya pelestarian
lingkungan di Kawasan tersebut. Selain itu, dari aspek daya dukung wilayah dan sosial
ekonomi, pengembangan kampung perca dan agroeduwisata telah memiliki daya dukung
yang sangat memadai dilihat dari lokasi dan kondisi masyarakat yang ada di wilayah
pengembangan, yaitu Kelurahan Sindang sari dan Kelurahan Katulampa.
sarana perdagangan baik modern seperti minimarket dan kelompok pertokoan, sarana
perdagangan yang ada di masyarakat, yaitu toko atau warung kelontong masih
mendominasi. Begitu pula dengan pada sektor makanan dan minuman, jumlah
warung/kedai makan masih lebih besar dibandingkan dengan jumlah restaurant atau
rumah makan. Sementara itu, sarana akomodasi di Kecamatan Bogor Timur didominasi
oleh hotel.
Tabel 6.15 Sarana dan prasarana ekonomi di Kecamatan Bogor Timur tahun 20020
Jenis Sarana dan Prasarana Jumlah
Kelompok pertokoan 10
Pasar dengan bangunan permanen 1
Pasar dengan bangunan semi 0
permanen
Pasar tanpa bangunan 0
Minimarket/swalayan 36
Toko/warung kelontong 190
Restaurant/rumah makan 22
Warung/kedai makanan 61
Hotel 11
Hostel/losmen/wisma 7
Sumber: BPS Kota Bogor (2021)
Tabel 6.16 Sarana lembaga keuangan dan koperasi di Kecamatan Bogor Timur tahun 2020
Jenis Lembaga Keuangan Jumlah
Bank Umum Pemerintah 8
Bank Umum Swasta 16
Bank Perkreditan rakyat 6
Koperasi Unit Desa 0
Koperasi industri kecil dan kerajinan rakyat 0
Koperasi simpan pinjam 5
Koperasi lainnya 1
Sumber: BPS Kota Bogor (2021)
Selain berbagai sarana perdagangan, juga terdapat beberapa lembaga keuangan baik
dimiliki oleh pemerintah maupun swasta. Sebagaimana terlihat pada tabel berikut, jumlah
Lembaga keuangan yang paling banyak adalah bank umum swasta. Selain Lembaga
keuangan bank, di Kecamatan Bogor Timur juga terdapat beberapa koperasi terutama
koperasi simpan pinjam.
internet. Sebagaimana terlihat pada Tabel berikut, bidang usaha kuliner mendominasi
jumlah UMKM di Kota Bogor yaitu berkontribusi sebesar 40 persen (824 UMKM).
Tabel 6.17 Jumlah usaha mikro kecil dan menengah menurut bidang usaha di Kecamatan
Bogor Timur tahun 2019
Bidang usaha Jumlah UMKM Persentase (%)
Kuliner 824 40
Pakaian 368 18
Pendidikan 224 11
Otomotif 219 11
Agribisnis 224 11
Jaringan 186 9
internet
Total 2.045 100
Sumber: Kota Bogor dalam Angka (2021)
Tajur
15%
Baranangsiang
30%
Katulampa
23%
Sindang sari
11%
Sukasari Sindang rasa
14% 8%
Gambar 6.6 Komposisi industri kecil dan menengah (IKM) di setiap desa di Kecamatan
Bogor Timur
Pada sektor industri, berdasarkan sebaran jumlah perusahaan pada sektor industri kecil
dan menengah di Kecamatan Bogor Timur, secara umum terkonsentrasi di Kelurahan
Baranangsiang dan Keluarahan Katulampa, sebagaimana terlihat pada gambar berikut.
Adapun Kelurahan Sindang rasa memiliki jumlah IKM paling sedikit dibandingkan dengan
kelurahan-kelurahan yang lain.
perusahaan yang beroperasi di wilayah Kecamatan Bogor Timur pada industri makanan
dan minuman dengan berbagai jenis produk, dengan total nilai investasi mencapai
189.813.000.000 rupiah. Adapun total nilai produksi yang dihasilkan mencapai
376.507.000.000 rupiah, sehingga memiliki nilai efisiensi investasi sebesar 1,98.
Sementara itu, serapan tenaga kerja dari industri makanan dan minuman di Kecamatan
Bogor Timur mencapai kurang lebih 1500 tenaga kerja dengan komposisi 87 persen
tenaga kerja laki-laki dan 13 persen tenaga kerja perempuan.
Tabel 6.18 Profil bisnis industri makanan dan minuman di Kecamatan Bogor Timur
Jenis Produk Jumlah Nilai Profitabilitas
Perusahaan Produksi Investasi
Sirup 5 83.188.650.000 1,55
Yoghurt dan olahan susu 4 10.430.000.000 3,81
Minuman ringan dan sari buah 23 140.416.000.000 2,55
Roti dan aneka kue 29 59.249.627.933 6,43
Keripik dan kerupuk 11 8.610.078.000 19,12
Destilasi dan air minum dalam kemasan 4 155.602.000.000 3,12
Olahan cokelat 5 490.500.000 9,81
Tahu 1 45.000.000 4,5
Sumber: Dinas Perindustrian Kota Bogor (2020)
Sebagaimana terlihat pada gambar berikut, jumlah IKM pada sektor makanan dan minum
terkonsentrasi pada Kelurahan Baranangsiang dan Keluarahan Katulampa yang mencapai
56 persen dari total jumlah IKM di Kecamatan Bogor Timur.
Tajur
17%
Baranangsiang
30%
Katulampa
26% Sindang sari
8%
Sindang rasa
Sukasari 5%
14%
Gambar 6.7 Komposisi IKM pada sektor industri makanan dan minuman di setiap
kelurahan di Kecamatan Bogor Timur
Tabel 6.19 Profil bisnis beberapa jenis usaha IKM pada sektor non pangan di Kecamatan
Bogor Timur
Jenis Usaha (Kode KBLI) Jumlah Nilai Produksi Profitabilitas
Perusahaan
(rupiah) Investasi
Pakaian jadi (14111) 4 7.879.521.000 15,66
Kulit buatan/imitasi (15114) 1 3.150.000.000 24,23
Barang dari kulit dan kulit buatan (151121) 1 1.200.000.000 8,22
Komponen bahan bangunan 2 369.000.000 2,63
Kimia dasar organik (20119) 1 120.000.000 1,2
Industri pupuk (20129) 1 50.000.000 1,03
Pengepakan, pengepresan dan percetakan 2 204.800.000 2,58
(25910)
Mainan anak (45407) 2 360.900.000 1,35
Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor (2020)
Sebagaiamana terlihat pada gambar berikut, IKM pada sektor non pangan terkonsentrasi
di 3 kelurahan yaitu Kelurahan Baranangsiang, Kelurahan Sindangsari dan Keluarahan
Sindang rasa dengan presentase 68 persen dari total jumlah IKM pada industri non
pangan.
Tajur
7%
Katulampa Baranangsiang
14% 29%
Sukasari
11%
Sindang sari
Sindang rasa
21%
18%
Gambar 6.8 Komposisi IKM pada industri non pangan di setiap kelurahan di Kecamatan
Bogor Timur
Pada RTRW yang 2011-2031 versi revisi 2021, pemerintah menambahkan zonasi kawasan
tanaman pertanian dan pusat pemerintahan baru. Zonasi pertanian ditambahkan di
Kelurahan Katulampa. Di kelurahan ini, lahan belum terbangun masih sangat banyak yang
hitungan kasarnya mencapai 262 hektar. Sebagian dari lahan tersebut adalah pertanian
yang potensial untuk dimanfaatkan sebagai lokasi wisata alam. Beberapa lahan pertanian
ini lah yang kemudian ditetapkan sebagai kawasan LP2B agar dapat dilestarikan menjadi
lahan pertanian, sekaligus dimanfaatkan sebagai lokasi wisata alam dengan pemanfaatan
yang tentunya terbatas. Penambahan kawasan ini tentunya semakin sesuai dengan tema
pengembangan yang direncanakan oleh pemerintah Kota Bogor untuk Kecamatan Bogor
Timur yang tertuang dalam RPJMD Kota Bogor 2019-2024.
Tabel 6.20 Luas peruntukan kawasan rencana pola ruang terhadap jenis tutupan lahan
Tutupan lahan (m2)
Peruntukan Kawasan Terbangun Pertanian/ Tubuh Air Lainnya Total
terbuka
Sempadan Sungai 64.339,8 501.110,3 1.811,6 16.474, 583.736,5
8
Ruang Terbuka Hijau 118.625,8 283.455,0 468,6 657,8 403.207,1
Badan Air 154.185,9 154.185,9
Peruntukan kawasan paling luas di Kecamatan Bogor Timur adalah untuk kawasan
perumahan 632 ha ha, disusul oleh kawasan perdagangan dan jasa seluas 114,6 ha.
Peruntukan terkecil adalah untuk kawasan pariwisata, 5,9 ha.
Kemudian, pemerintah Kota Bogor berencana untuk memindahkan pusat administrasi
pemerintahan dari yang semula di Kecamatan Bogor Tengah ke Kecamatan Bogor Timur,
terutama di lahan-lahan belum terbangun yang terletak di samping Tol Jagorawi. Lokasi
lahan ini tepatnya berada di seberang Sumarecon. Oleh sebab itu, kawasan pusat
pemerintahan baru turut dimasukkan ke dalam rencana pola ruang RTRW.
Dalam hal rencana struktur ruang, pemerintah Kota Bogor merencanakan pembangunan
jaringan jalan yang cukup masif. Pada dasarnya, aktivitas lalu lintas dan kepadatan
penduduk Kecamatan Bogor Timur sisi barat daya lebih tinggi dibanding sisi timur laut
karena area barat daya dekat dengan jalan arteri primer. Jalan arteri primer membentang
dari Tugu Kujang hingga perempatan Pasar Ciawi. Untuk meningkatkan aktivitas di area
tengah dan timur laut Kecamatan Bogor Timur, pemerintah terus membangun jalan arteri
sekunder (Jalan Kolonel Ahmad Syam/Ertiga). Jalan ini bisa berfungsi sebagai alternatif
lalu lintas dan pusat perdagangan baru. Rencana pola ruang juga telah menetapkan
beberapa zonasi perdagangan dan jasa di sekitar jalan ini. Jalan arteri sekunder yang
sudah terbangun saat ini adalah sekitar 6.358 meter. Jalan ini masih akan terus dibangun
hingga bertemu dengan Jalan Raya Tajur di dekat perempatan Pasar Ciawi–sisa
pembangunan berkisar 3.325,1 meter. Pertumbuhan jalan ini pasti akan diikuti oleh
munculnya pusat-pusat kegiatan ekonomi baru, terlebih disepanjang jalan ertiga ini
ditetapkan sebagai kawasan perdagangan dan jasa dalam Rencana Pola Ruang RTRW.
Jaringan jalan umumnya berkaitan dengan lokasi-lokasi perdagangan dan jasa karena
pertumbuhan lokasi perdagangan selalu mengikuti pembangunan jalan. Oleh sebab itu,
jaringan jalan dan juga struktur ruang merupakan panduan penting bagi investor dan
aktivitas ekonomi. Dari RTRW setidaknya pelaku ekonomi dapat secara cepat mengetahui
potensi kegiatan konstruksi, perdagangan dan jasa, perkantoran, dan wisata.
Pusat insfrastruktur transportasi Kota Bogor juga masuk di area Kecamatan Bogor Timur,
yaitu Terminal Baranansiang. Terminal ini dekat dengan pintu tol, pusat perdagangan
kota, dan Kebun Raya Bogor. Pembangunan stasiun LRT juga direncanakan di area ini oleh
Pemerintah Kota Bogor untuk menunjang mobilitas penduduk. Kemudian, terdapat tiga
titik simpul jaringan transportasi di sekitar Kecamatan Bogor Timur. Pembangunan di
lokasi-lokasi ini akan mengikuti konsep transit-oriented development (TOD) yang tentunya
akan memadukan pusat transportasi publik dengan kegiatan perdagangan (baik barang
maupun jasa) di satu lokasi dengan desain arsitektur yang nyaman bagi pengguna.
Gambar 6.12 Rasio jumlah fasilitas PAUD hingga SD terhadap jumlah populasi yang
dilayani
Gambar 6.14 Rasio jumlah fasilitas kesehatan terhadap penduduk yang dilayani
dan Sindangrasa. Kelurahan dengan rasio fasilitas yang paling tinggi adalah Tajur dan
disusul oleh Sukasari. Untuk fasilitas pendidikan tingkat sekolah menengah dan atas,
kecukupan jumlahnya dievaluasi pada tingkat kecamatan. Dalam hal ini, Kecamatan Bogor
Timur pada dasarnya memiliki rasio jumlah fasilitas terbesar kedua setelah Bogor Tengah.
Gambar 6.19 Sebaran dan jumlah pusat perdagangan dan niaga (mal/toserba)
Gambar 6.22 Sebaran dan jumlah pusat bisnis dan perdagangan lainnya
Gambar 6.23 Sebaran dan jumlah kantor bank dan keuangan lainnya
Tabel 6.23 Jumlah IKM di Kecamatan Bogor Timur menurut jenis industri dan kelurahan
Kecamatan
Baranan Katulampa Sindan Sindang Sukasari Tajur
Jenis Industri Total
siang g Sari
Rasa
Barang dari Plastik 1 1 1 3
Farmasi & Obat Tradisional 1 1 1 3
Kayu & Barang dari Kayu 1 1 2
Industri Kimia 1 1 1 3
Kulit, Barang dari Kulit & Alas Kaki 1 1 2
Logam Dasar 1 1
Makanan & Minuman 31 30 10 8 16 18 113
Tekstil & Pakaian Jadi 2 1 1 3 1 8
Jasa Multimedia 1 1 1 3
Jasa Reparasi 1 1 1 1 4
Konstruksi 1 1
Sarana Produksi Pertanian 2 2
Transportasi & Pergudangan 1 1
Total 39 35 15 14 21 22 146
Sumber: Dinas Koperasi UKM, data tahun 2018; beberapa data dengan informasi yang tidak
lengkap dikeluarkan dari perhitungan
Industri makan dan minum tetap yang paling banyak diantara jenis industri lainya. Jumlah
total IKM yang bergerak pada industri makan dan minum adalah sebesar 113. Industri
lainnya tidak sampai angka 10. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan kuliner merupakan
salah satu kekuatan Kecamatan Bogor Timur.
Farmfield. Kegiatan ini telah berjalan dan pengguna diantaranya adalah anak-anak
sekolah beserta para gurunya. Terdapat pula Sumber Karya Indah dengan konsep wisata
campuran yang secara administrasi masuk Kelurahan Katulampa dan Baranansiang.
Lahan pertanian di Kelurahan Katulampa masih relatif sangat luas. Beberapa diantaranya
telah direncanakan untuk dijadikan sebagai lokasi agroeduwisata. Sedangkan beberapa
titik lahan pada dasarnya berpotensi menjadi area agroeduwisata namun belum ada
rencana untuk dikembangkan. Lahan yang sudah direncanakan berada di sekitar Jalan
Kolonel Ahmad Syam (Ertiga) sehingga aksesnya mudah dijangkau dan infrastruktur
jalannya sudah tersedua.
Kampung perca dengan branding sebagai “Etalase Kriya Perca Kota Bogor” tidak hanya
menjadi sentra pemasaran produk kriya perca, tetapi juga menawarkan pengalaman
wisata belanja dan wisata edukasi. Pengembangan kampung perca dilakukan dengan
empat hal, yaitu 1) sebagai sentra produksi, 2) gallery karya produk, 3)edukasi produk
daur ulang, dan 4)destinasi wisata belanja.
6.4.2. Agroeduwisata
Ditengah isu kepadatan kota yang terus meningkat, permintaan terhadap kegiatan wisata
di sekitara kota dengan konsep wisata alam justru meningkat. Lahan pertanian yang
masih tersedia di Kecamatan Bogor Timur pada dasarnya sangat potensial untuk kegiatan
agroeduwisata. Dalam konsep lingkungan, pemanfaatan lahan pertanian kota untuk
kegiatan aroeduwisata juga dianggap baik karena di satu sisi memberi nilai tambah pada
suatu lahan tanpa membangunnya, dan di sisi lain mampu menjadi RTH yang menjaga
kualitas lingkungan perkotaan. Oleh sebab itu, pemerintah Kota Bogor menginisiasi
pembangunan agrieduwisata di tengah lingkungan perkotaan.
Pengembangan agroeduwisata yang bisa dieksekusi segera berlokasi di sekitar Jalan
Kolonel Ahmad Syam (Ertiga). Desain dari agrowisata tersebut belum disusun dengan rinci
namun konsep utamanya adalah seperti agroeduwisata pada umumnya yang
menyediakan lahan dengan aktivitas produksi pertanian (sawah, kebun, dan peternakan)
dan rumah makan/restauran. Selain itu, lokasi wisata ini sangat mudah diakses karena
dekat dengan pintu tol dan jalan arteri sekunder. Kedepannya, area tersebut juga akan
menjadi trayek transportasi massal. Pengunjung dari kegiatan wisata ini juga diperkirakan
tidak hanya berasal dari turis lokal. Potensi kunjungan dari turis sekitar Jabodetabek juga
tinggi, termasuk luar Jabodetabek karena Kota Bogor merupakan salah satu destinasi
utama untuk menjadi lokasi pertemuan, baik bisnis maupun pemerintahan.
Selain dari yang telah disebutkan tadi, terdapat beberapa kegiatan wisata tematik yang
saat ini mulai dikenal luas oleh masyrakat, baik penduduk Kota Bogor sendiri maupun dari
luar Bogor. Sebaran obyek wisata alam Kota Bogor diperlihatkan pada gambar dibawah
ini. Dari sekian jenis obyek wisata alam, satu diantaranya adalah Kampung Tematik
Katulampa.
Sumber: Laporan Pendahuluan Kajian Cepat Kebutuhan Penguatan Sektor Pariwisata Alam
Kampung Tematik Katulampa memiliki aksesibilitas jalan gang yang melewati rumah
penduduk menyerupai labirin. Pengunjung yang dapat melalui jalan setapak sambil
disuguhi aktivitas penduduk sehari-hari. Lokasi destinasi yang berada di tengah
permukiman, menjadikan kebutuhan fasilitas penunjang pariwisata seperti kamar mandi,
mushola, perdagangan dan jasa cukup terpenuhi meski belum disediakan khusus wisata.
6.4.4. Profil UMKM Juara Beberapa Tahun Terakhir dari Kecamatan Bogor Timur
Dapur Rahayu
Nama Pengusaha : Mirna Rahayu
Alamat : Green Leafs Katulampa, Jalan Katulampa Raya No. 113 RT 01/01, Katulampa
Nomor Kontak : 087736837986
Kategori usaha : Produksi makanan dan minuman
Kapasitas produksi : 6000 box
Wilayah Pemasaran : Bogor
CHA – DI
Nama Pengusaha : Muhamad Zaki Azhar
Alamat : Jl. Parung Banteng Rt.1/1 No.96
Nomor Kontak : 081807717139
Kategori usaha : Produksi makanan dan minuman
Kapasitas produksi : 900 pcs
Wilayah Pemasaran : Bogor
So cling
Nama Pengusaha : Mochamad Refiandi
Alamat : Jl. Bangka no 12 RT03/02
Nomor Kontak : 085774751534
Kategori usaha : Produksi kimia
Kapasitas produksi : 1500 liter
Wilayah Pemasaran : Bogor
Aqilla cakes
Nama Pengusaha : Yani Maryani
Alamat : Wangun atas RT 06/01 No 96
Nomor Kontak : 087870364611
Kategori usaha : Produksi makanan dan minuman
Kapasitas produksi : 700 box
Wilayah Pemasaran : Jabodetabek
Donjava Cookies
Nama Pengusaha : Sianitri R Malies
Alamat : Pajajaran Regency Blok N2
Nomor Kontak : +62-878-742-981-63
Kategori usaha : Produksi makanan dan minuman
Kapasitas produksi : 600 pcs
Wilayah Pemasaran : Bogor
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad L. 2006. Ekonomi Pembangunan 4th ed., Yogyakarta, Indonesia: STIE YKPN.
Arsyad L. 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah, Yogyakarta,
Indonesia: BPFE.
Bendavid-Val A. 1991. Regional and local economic analysis for practitioners 4th ed.,
London, UK: Praeger.
Nicholson W. 1995. Teori ekonomi mikro: Prinsip dasar dan pengembangannya, Jakarta,
Indonesia: Raja Grafindo Persada.
Nurmalina R, Sarianti T, Karyadi A. 2018. Studi Kelayakan Bisnis, Bogor, Indonesia: IPB
Press.
Ozdemir MS, Saaty TL. 2006. The unknown in decision making: What to do about it.
European Journal of Operational Research 174(1):p.349–359.
Rustiadi E, Saefulhakim S, Panuju RD. 2011. Perencanaan dan pengembangan wilayah
2nd ed. A. E. Pravitasari, ed., Jakarta, Indonesia: Crespent Press & Yayasan Pustaka
Obor Indonesia.
Saaty TL. 1993. Pengambilan keputusan bagi para pemimpin: Proses hirarki analitik untuk
pengambilan keputusan dalam situasi kompleks, Jakarta, Indonesia: Pustaka
Biraman Pressindo.
Saaty TL, Niemira MP. 2006. A framework for making a better decision: How to make
more effective site selection, store closing and other real estate decisions. Research
Review:p.1–4.
Sjafrizal. 2012. Ekonomi Wilayah dan Perkotaan, Jakarta, Indonesia: Raja Grafindo
Persada.
Sjafrizal. 2014. Perencanaan Pembangunan Daerah dalam Era Otonomi, Jakarta,
Indonesia: Raja Grafindo Persada.
Tarigan R. 2005. Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi, Jakarta, Indonesia: Bumi Aksara.