DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................................. i
DAFTAR TABEL........................................................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR...................................................................................................................... v
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang.......................................................................................................................... 1
1.2. Maksud..................................................................................................................................... 3
1.3. Tujuan...................................................................................................................................... 3
1.4. Output Pekerjaan..................................................................................................................... 3
1.5. Ruang Lingkup......................................................................................................................... 4
BAB 2 METODE KAJIAN........................................................................................................ 5
2.1. Lokasi dan Waktu Kajian.......................................................................................................... 5
2.2. Jenis dan Sumber Data............................................................................................................. 5
2.3. Langkah-langkah Alur Proses Kajian........................................................................................5
2.4. Metode Analisis........................................................................................................................ 6
2.4.1. Identifikasi Sektor Potensi: Location Quotient dan Shift Share Analysis........................6
2.4.2. Analisis Penetapan Subsektor Unggulan.......................................................................7
2.4.3. Analisi Kelayakan Investasi...........................................................................................9
2.4.4. Analisis Spasial Potensi Investasi..................................................................................9
BAB 3 PROFIL WILAYAH KOTA BOGOR..............................................................................11
3.1. Aspek Geografi Wilayah.......................................................................................................... 11
3.1.1. Luas dan Batas Wilayah Administrasi.........................................................................11
3.1.2. Letak dan Kondisi Geografis........................................................................................11
3.1.3. Topografi.................................................................................................................... 12
3.1.4. Geologi........................................................................................................................ 13
3.1.5. Hidrologi..................................................................................................................... 13
3.1.6. Klimatologi................................................................................................................. 14
3.1.7. Penggunaan Lahan...................................................................................................... 14
3.2. Aspek Demografi.................................................................................................................... 15
3.3. Penataan Ruang dan Infrastruktur.........................................................................................16
3.3.1. Pelayanan Umum Urusan Pekerjaan Umum................................................................16
3.3.2. Rasio Jaringan Irigasi.................................................................................................. 16
3.3.3. Ketersediaan Air Minum............................................................................................. 16
3.3.4. Ketersediaan Pengeolahan Air Limbah yang Aman.....................................................17
DAFTAR TABEL
iv
Kajian Peta Potensi Investasi Kota Bogor
LAPORAN AKHIR
DAFTAR GAMBAR
v
Kajian Peta Potensi Investasi Kota Bogor
LAPORAN AKHIR
vi
Kajian Peta Potensi Investasi Kota Bogor
LAPORAN AKHIR
BAB 1
PENDAHULUAN
juga akan meningkatkan permintaan untuk sektor non basis, yang pada gilirannya akan
mendorong peningkatan investasi sektor non basis.
Salah satu aspek penting yang menjadi perhatian khusus dari aktivitas perekonomian
adalah aspek investasi. Investasi atau penanaman modal merupakan engine (penggerak)
utama bagi pencapaian tingginya angka pertumbuhan ekonomi. Menurut Model Harrod-
Domar, “Supaya ekonomi nasional selalu tumbuh dengan kapasitas produksi penuh
(steadystate growth), maka efek permintaan yang dikarenakan investasi tambahan harus
selalu diimbangi efek penawaran tanpa pengecualian” (Arsyad 2006; 1999).
Dalam kaitannya dengan investasi, pemerintah merupakan fasilitator dan dinamisator bagi
berkembangnya investasi. Salah satu produk peraturan pemerintah pusat yang dapat
digunakan di berbagai daerah adalah UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
Sebagai respon positif dari dikeluarkannya UU tersebut, maka Pemerintah Daerah Kota
Bogor sudah melakukan berbagai upaya dalam menciptakan iklim investasi yang lebih baik
melalui kebijakan-kebijakan serta program-program yang bersifat jangka pendek dan
jangka panjang.
Kota Bogor secara administrasi termasuk ke dalam wilayah Provinsi Jawa Barat. Posisi
geografis Kota Bogor di tengah tengah wilayah Kabupaten Bogor dan memiliki lokasi yang
dekat dengan ibukota negara, adalah potensi strategis untuk pertumbuhan dan
perkembangan kegiatan ekonomi daerah. Kota Bogor memiliki 6 Kecamatan dan 68
Kelurahan. Dalam menjalankan roda pembangunan proses pembangunan telah berjalan
dan dapat dikatakan sukses dengan terciptanya iklim usaha baik yang berskala nasional
maupun internasional. Penanaman modal yang telah dilakukan dapat berbentuk
Penanaman Modal Asing (PMA) atau Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).
Sejalan dengan keberhasilan yang telah dicapai, Pemerintah Kota Bogor mempunyai
tantangan baru untuk mengintegrasikan seluruh kebijakan pembangunannya. Beberapa
upaya untuk merumuskan kebijakan pembangunan yaitu adanya data potensi sektor
pembangunan yang akurat, reliable (terpercaya) dan aktual. Hal ini yang menjadi letak
permasalahan sehingga diperlukan updating (pemutakhiran) data tentang kondisi peta
potensi sektor ekonomi unggulan dan profil investasi Kota Bogor. Data-data tersebut
sangat diperlukan bagi Pemerintah Kota Bogor dalam menentukan arah kebijakan dan
strategi pengembangan daerah yang sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh Kota Bogor.
Data lain yang juga diperlukan adalah data historis beserta perkembangan tenaga kerja
yang terserap dalam investasi tersebut, baik yang berasal dari sumber daya manusia lokal
maupun mancanegara. Data ini juga akan menjadi dasar penilaian untuk melihat
optimalisasi penggunaan tenaga kerja yang berasal dari dalam negeri atau justru
penggunaan sumber daya manusia dari luar negeri yang masih mendominasi pasar tenaga
kerja di Provinsi Kota Bogor. Pemantauan penggunaan tenaga kerja tersebut dilihat di
berbagai sektor ekonomi baik sektor manufaktur maupun jasa.
Data yang akurat berkenaan dengan peta potensi sektor unggulan dan profil investasi di
Kota Bogor menjadi sebuah keharusan karena dalam beberapa waktu ke depan
Pemerintah Kota Bogor harus menyediakan peta potensi serta peluang investasi yang ada.
Hasil analisis secara menyeluruh dan rinci inilah yang akan dijadikan sebagai bahan
promosi bagi calon investor baru yang akan menanamkan modalnya di Kota Bogor. Selain
itu akan menjadi masukan yang berharga bagi Pemerintah Kota Bogor untuk memperbaiki
pelayanan kepada investor, serta beberapa daerah lainnya. Hal ini menjadi sangat penting
untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah Kota Bogor, meningkatkan penyediaan
lapangan kerja dan penanggulangan kemiskinan.
Berdasarkan latar belakang di atas, menjadi sangat penting dan mendesak bagi
Pemerintah Kota Bogor untuk melakukan pemetaan potensi sektor unggulan dan profil
investasi yang diharapkan dapat meningkatkan percepatan pembangunan dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kota Bogor.
1.2. Maksud
Adapun maksud dari pembuatan peta potensi investasi ini adalah untuk menampilkan
potensi investasi unggulan yang ada di Kota Bogor.
1.3. Tujuan
Tujuan kegiatan penyusunan peta potensi investasi Kota Bogor adalah:
1. Memberikan gambaran dan informasi kepada investor mengenai potensi investasi yang
ada di Kota Bogor.
2. Mengakomodasi potensi unggulan daerah yang dapat dijadikan peluang daerahnya
dalam menarik minat investasi di Kota Bogor.
BAB 2
METODE KAJIAN
5
Kajian Peta Potensi Investasi Kota Bogor
LAPORAN AKHIR
Kondisi infrastruktur
Peta Potensi sektor ekonomi unggulan Kota Bogor
Peluang Investasi Kota Bogor
4. Pengolahan data
Proses pengolahan data yaitu mendeskripsikan potensi sektor unggulan dan peluang
investasi pada suatu kecamatan di Kota Bogor.
5. Penyajian data
Data-data yang disajikan sebagai hasil pengolahan data adalah:
a. Kondisi investasi daerah
b. Sektor unggulan daerah
c. Potensi peluang investasi daerah
6. Kesimpulan dan rekomendasi
Berisi daftar rincian potensi dan peluang investasi Kecamatan di Kota Bogor.
dimana,
SiR : jumlah nilai produksi atau produksi subsektor i di Kota Bogor
SR : jumlah total nilai produksi di Kota Bogor
6
Kajian Peta Potensi Investasi Kota Bogor
LAPORAN AKHIR
SiN : jumlah nilai produksi atau produksi subsektor i di Provinsi Jawa Barat
SN : jumlah total nilai produksi di Provinsi Jawa Barat
Nilai LQ yang lebih besar dari 1 menunjukkan bahwa sektor yang ada di wilayah studi
merupakan sektor basis yang mampu mengekspor hasil produksinya ke daerah lain. Nilai
LQ yang sama dengan 1 menandakan bahwa produk domestik yang dimiliki daerah
tersebut habis dikondumdi di daerah asal. Sementara nilai LQ yang kurang dari 1
menunjukkan bahwa sektor yang ada di daerah bersangkutan merupakan sektor non basi
yang cenderung mengimpor hasil produksi dari daerah lain.
Kemudian SSA digunakan untuk mengukur keunggulan kompetitif subsektor suatu
wilayah berdasarkan tingkat pertumbuhannya. Koefisien SSA dibagi menjadi 3: regional
share, proportional shift, dan differential shift (DS). Koefisien yang terakhir dipakai untuk
menentukan unggul atau tidaknya suatu subsektor, ditentukan dari nilai DS lebih besar
dari 0. Baik LQ maupun SSA adalah nilai yang dibangun berdasarkan perbandingan relatif
dimana dalam analisis ini, Kota Bogor akan dibandingkan dengan kabupaten dan kota
lainnya di Provinsi Jawa Barat. Interpretasi hasil berfokus pada Kota Bogor. Rumus DS
adalah sebagai berikut:
(
DS=
x ij(t )
1
x ij(t )
0
−
x. j (t )
1
x. j (t )
0
)
dimana,
xij : nilai aktivitas tertentu dalam unit wilayah tertentu
x.j : nilai total aktifitas tenrtentu secara agregat
t0 : titik tahun awal
t1 : titik tahun akhir
7
Kajian Peta Potensi Investasi Kota Bogor
LAPORAN AKHIR
8
Kajian Peta Potensi Investasi Kota Bogor
LAPORAN AKHIR
9
Kajian Peta Potensi Investasi Kota Bogor
LAPORAN AKHIR
o Apakah suatu lokasi dilalui oleh berbagai jenis transportasi, baik privat maupun
publik?
o Dimana lahan yang masih tersedia untuk membangun bangunan (misalnya apartemen
atau hotel) dan masih memungkinkan untuk diokupasi?
Penyediaan informasi spasial potensi investasi, dapat membantu para pelaku bisnis untuk
menjawab pertanyaan di atas, atau setidaknya dapat menjadi bahan pertimbangan dan
panduan bagi mereka untuk berinvestasi. Namun tentu untuk menyuguhkan panduan
yang lebih detil, ketersediaan data spasial menjadi hal yang krusial. Data spasial yang
dimaksud disini bukan hanya terkait kondisi fisik lahan, namun turut meliputi
penerjemahan kebijakan pemerintah yang berorientasi ruang ke dalam data spasial,
status ketersediaan lahan, hingga rencana pembangunan pemerintah ke depan. Data
spasial yang setidaknya perlu tersedia agar analisis lanjutan dapat dilakukan dengan lebih
baik adalah data penggunaan lahan skala 1:5.000, peta RDTR, dan status hak bidang lahan
persil (BPN). Peta RTRW terdiri dari pola ruang dan struktur ruang. Pola ruang berkaitan
dengan peruntukan lahan untuk aktifitas tertentu pada cakupan luasan dan sebaran
spasial tertentu, sementara stuktur ruang menyajikan status infrastruktur saat ini dan
yang direncanakan kedepan. Ketiga data tersebut kemudian bisa dikombinasikan dengan
kebijakan-kebijakan pembangunan pemerintah yang berorientasi ruang yang umumnya
tidak disebutkan secara spesifik di dalam RTRW, misalnya adalah kebijakan yang diuraikan
di RPJMD.
Dalam studi ini, analisis spasial akan dilakukan dengan dua pendekatan. Pendekatan yang
pertama adalah pendekatan analisis kebijakan, yaitu proses atau kegiatan mensintesa isi
kebijakan yang berorientasi ruang ke dalam data spasial. Fokus dari analisis ini adalah
menterjemahkan kebijakan yang spesik untuk lokasi tertentu ke dalam bentuk data
spasial. Kebijakan yang akan disoroti dalam hal ini adalah RPJMD Kota Bogor 2019-2024
dan Materi Teknis RTRW Kota Bogor 2011-2031. Pendekatan seperti ini berguna untuk
menyediaan informasi kepada para calon investor terkait bagaimana kondisi ruang
eksisting dan bagaimana rencana pembangunan pemerintah kedepan. Pendekatan yang
kedua adalah pengolahan data spasial dengan mengekstrak informasi penting akan
tumpang-tindih data spasial. Fokus sektor dan komoditas baik analisis kebijakan maupun
pengolahan data spasial akan menyesuaikan dengan hasil analisis sebelumnya, yaitu
potensi sektor unggulan dan komoditas unggulan. Namun perlu digarisbawahi bahwa
analisis peta spasial sangat perlu mendapat dukungan akan ketersediaan data-data
berikut (terutama dalam bentuk shapefile):
1. Penggunaan lahan skala detil 1:5.000
2. Rencana Detil Tata Ruang (RDTR)
3. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
4. Status bidang lahan persil BPN
10
Kajian Peta Potensi Investasi Kota Bogor
LAPORAN AKHIR
BAB 3
PROFIL WILAYAH KOTA BOGOR
Secara administratif, Kota Bogor dikelilingi oleh wilayah Kabupaten Bogor dengan batas
wilayah sebagai berikut: 1) Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Kemang, Bojong
Gede, dan Sukaraja, Kabupaten Bogor; 2) Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan
Sukaraja dan Ciawi, Kabupaten Bogor; 3) Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan
Dramaga dan Ciomas, Kabupaten Bogor; dan 4) Sebelah selatan berbatasan dengan
Kecamatan Cijeruk dan Caringin, Kabupaten Bogor.
11
Kajian Peta Potensi Investasi Kota Bogor
LAPORAN AKHIR
3.1.3. Topografi
Kota Bogor mempunyai wilayah dengan kontur berbukit dan bergelombang dengan
ketinggian bervariasi, ketinggian minimum 190 meter dan ketinggian maksimum 330
meter di atas permukaan laut. Sebagian besar wilayah Kota Bogor memiliki lahan datar
dengan kemiringan berkisar 0-2 persen, untuk luasan lahan datar seluas 1.763,94 hektar
dan tersebar di enam kecamatan. Seluas 8.091,19 hektar merupakan lahan landai dengan
kemiringan berkisar 2-15 persen, seluas 1.109,92 hektar merupakan lahan agak curam
dengan kemiringan 15-25 persen, seluas 765,21 hektar merupakan lahan curam dengan
kemiringan 25-40 persen dan lahan sangat curam seluas 119,74 hektar dengan
kemiringan lebih dari 40 persen. Kecamatan Bogor Selatan merupakan daerah di Kota
Bogor yang tergolong sangat peka terhadap erosi, karena mempunyai kemiringan lebih
dari 40 persen atau sangat curam sehingga daerah tersebut sangat peka terhadap erosi.
12
Kajian Peta Potensi Investasi Kota Bogor
LAPORAN AKHIR
3.1.4. Geologi
Jenis tanah hampir diseluruh wilayah Kota Bogor adalah latosol coklat kemerahan dengan
luasan 8.496,35 hektar, kedalaman efektif tanah lebih dari 90 sentimeter dengan tekstur
tanah yang halus serta bersifat agak peka terhadap erosi. Kemudian jenis tanah lain yang
juga menyebar di enam Kecamatan yaitu aluvial kelabu dengan luasan 1.157,9 hektar.
Kondisi geologi di Kota Bogor yaitu tufa dengan luasan 3.395,17 hektar yang tersebar di
enam kecamatan dengan Kecamatan Bogor Selatan menjadi kecamatan dengan
penyebaran kondisi geologi tufa terbesar. Sedangkan kipas aluvial dengan luasan 3.249,98
hektar dan Kecamatan Bogor Utara menjadi kecamatan dengan penyebaran kondisi
geologi kipas aluvial.
3.1.5. Hidrologi
Di wilayah Kota Bogor terdapat enam lokasi mata air, empat lokasi air tanah dalam dan
dua lokasi air tanah dangkal yang biasa digunakan untuk air minum non perpipaan.
Kapasitas sumber mata air dan air tanah dalam mengalami penurunan dibanding tahun
2011. Demikian pula kapasitas air tanah dalam, dari tahun 2011 ke tahun 2012
mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan semakin berkurangnya resapan air karena
semakin bertambahnya daerah pemukiman di wilayah Kota Bogor. Lahan di Kota Bogor
hingga tahun 2012 masih banyak lahan tidak kritisnya yaitu sekitar 81,45 persen (9.651,98
ha). Sementara lahan kritisnya mencapai 1,82 persen (215,47 ha). Sisanya agak kritis 2,49
persen (295,07 ha) dan potensial kritis 14,24 persen (1.687,48 ha). Lahan kritis banyak
terdapat di wilayah Kecamatan Bogor Selatan. Semua Kelurahan di daerah tersebut
mengandung lahan kritis kecuali Kelurahan Cikaret. Lahan potensial kritis selain di
Kecamatan Bogor Selatan juga banyak terdapat di Kecamatan Bogor Barat.
Beberapa danau, situ dan kolam di Kota Bogor ada yang berfungsi untuk irigasi, retensi
dan rekreasi. Situ Gede, Situ Panjang dan Situ Curug difungsikan sebagai irigasi dan
retensi. Danau Bogor Raya, Kolam Retensi Cimanggu dan Kolam Retensi Taman Sari
Persada selain difungsikan sebagai retensi juga dimanfaatkan sebagai tempat rekreasi.
Danau atau situ terluas di Kota Bogor adalah Situ Panjang (4,5 ha) dan Situ Gede (4 ha).
Di wilayah Kota Bogor dilalui oleh dua buah sungai, yaitu Sungai Cisadane dan Sungai
Ciliwung. Sungai Cisadane mempunyai luas pengaliran 185 kilometer persegi dan Sungai
Ciliwung mempunyai luas pengaliran 211 kilometer persegi. Menurut hasil pengukuran
debit tahun 2004, setiap satu kilometer persegi Sungai Cisadane memiliki debit 75,8 liter
per detik dan setiap satu kilometer persegi Sungai Ciliwung memiliki debit 74,1 liter per
detik.
Untuk kualitas air, pada umumnya kualitas air sungai di wilayah Kota Bogor kurang
memenuhi persyaratan sebagaimana yang ditetapkan di dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 82 Tahun 2001. Hal itu disebabkan beberapa unsur seperti sulfat, fosfat, nitrat dan
jumlah total coliform dalam air sungai, melebihi kriteria baku. Kondisi yang mirip juga
terdapat pada air situ yang umumnya berkualitas di bawah persyaratan baku mutu.
13
Kajian Peta Potensi Investasi Kota Bogor
LAPORAN AKHIR
Sedangkan air sumur penduduk, nilai pH-nya cenderung fluktuatif, dan di beberapa lokasi
kandungan detergen dan bakteri e-colli sedikit diatas kriteria yang disyaratkan.
3.1.6. Klimatologi
Udara di Kota Bogor cukup sejuk dengan suhu udara ratarata tiap bulannya mencapai
33,90 oC, dengan suhu terendah 18,80 oC dan suhu tertinggi 36,10 oC. Suhu seperti itu
antara lain dipengaruhi guyuran hujan dengan intensitas rata-rata 3.654 per tahun, dan
curah hujan bulanan berkisar antara 79,0-652,0 mm dengan ratarata hujan 14 hari per
bulan dan kelembaban udara 70%. Sedangkan kecepatan angin rata-rata per tahun 2
km/jam dengan arah Timur Laut.
Kualitas udara Kota Bogor secara keseluruhan dapat dikatakan baik atau sehat. Beberapa
parameter kualitas udara Kota Bogor relatif tidak membahayakan lingkungan, karena gas-
gas dan partikulat tersuspensi yang dihasilkan, pada umumnya masih di bawah ambang
batas baku mutu udara ambien. Namun kadar debu dan tingkat kebisingan pada
beberapa lokasi masih berada di atas persyaratan ambang batas yang ditentukan.
Luas lahan sawah di enam kecamatan pada tahun 2017 yaitu 320,7 hektar luas lahan
sawah dan luas bukan sawah yaitu 2.074 hektar. Kecamatan Bogor Barat mempunyai
14
Kajian Peta Potensi Investasi Kota Bogor
LAPORAN AKHIR
luasan lahan sawah terbesar yaitu 154,5 hektar dan Kecamatan Bogor Selatan
mempunyai luasan lahan bukan sawah terbesar yaitu 786,5 hektar. Jenis penggunaan
lahan bukan sawah dapat dibedakan menjadi beberapa klasifikasi, yaitu: Tegal, Ditanami
Pohon, Kolam, Tidak Diusahakan dan Lainnya. Pada tahun 2017, lahan tegal mempunyai
luasan yang paling besar yaitu 1.648 hektar dan Kecamatan Bogor Selatan mempunyai
luas lahan bukan sawah terbesar di Kota Bogor.
Gambar 3.3 Piramida penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin di Kota Bogor
tahun 2018
Tabel 3.2 Jumlah da nlaju pertumbuhan penduduk menurut kecamatan di Kota Bogor
15
Kajian Peta Potensi Investasi Kota Bogor
LAPORAN AKHIR
Tabel 3.3 Pembangunan aspek pelayanan umum urusan pekerjaan umum dan penataan
ruang Kota Bogor tahun 2015-2018
No Uraian 2015 2016 2017 2018
1 Persentase jalan kota dalam kondisi baik (>40 km/jam) 87.6 88.15 88.32 88.59
(%)
2 Persentase panjang jalan yang memiliki trotoar dan 61.32 61.71 61.83 66.44
drainase (minimal 1,5 m) (%)
3 Persentasi rumah tinggal bersanitasi aman 66.8 66.8 72.10 67.21
4 Persentase drainase dalam kondisi baik/ pembuangan 2.78 5.48 7.22 11.01
aliran air tidak tersumbat (%)
5 Jumlah lokasi rawan longsor yang dibangun TPTnya 23 89 37 74.19
6 Persentase irigasi Kota dalam kondisi baik (%) 11.46 22.92 34.38 45.83
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
16
Kajian Peta Potensi Investasi Kota Bogor
LAPORAN AKHIR
Bogor pada tahun 2018 mencapai 91,98%. Capaian kinerja pelayanan air minum di Kota
Bogor dari tahun 2015-2018 dapat dijelaskan pada tabel berikut.
17
Kajian Peta Potensi Investasi Kota Bogor
LAPORAN AKHIR
BAB 4
PROFIL EKONOMI KOTA BOGOR
didominasi oleh sector perdagangan besar dan eceran, industri pengolahan, transportasi
dan pergudangan, konstruksi serta jasa keuangan dan asuransi.
18
Kajian Peta Potensi Investasi Kota Bogor
LAPORAN AKHIR
Secara umum, perkembangan PDRB Kota Bogor mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun, dengan laju pertumbuhan mencapai 6,14 persen pada tahun 2018 dan 6,05 persen
pada tahun 2019, meskipun terjadi penurunan pada tahun 2020 yaitu sebesar 0,53
persen. Penurunan ini kemungkinan terkait dengan adanya pandemic covid 19 yang
berpengaruh terhadap dinamika perekonomian secara global. Jika dilihat dari nilai laju
pertumbuhannya dalam kurun waktu 2018-2020, maka sektor jasa merupakan sektor
dengan rata-rata laju pertumbuhan yang paling tinggi.
Tabel 4.7 Laju pertumbuhan PDRB Kota Bogor menurut lapangan usaha
Kategori Laju pertumbuhan PDRB Kota Bogor
menurut lapangan usaha (persen)
2018 2019 2020
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 2,25 0,63 2,25
Pertambangan dan Penggalian - - -
Industri Pengolahan 7,21 4,35 -0,54
Pengadaan Listrik dan Gas -2,85 -0,43 -9,19
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 5,14 6,58 2,65
Konstruksi 7,91 9,60 -6,54
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda 2,99 3,85 -7,77
Motor
Transportasi dan Pergudangan 7,61 8,62 -1,86
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 9,07 5,68 1,81
Informasi dan Komunikasi 9,15 7,55 34,87
Jasa Keuangan dan Asuransi 6,76 5,00 1,72
Real Estate 6,93 7,65 -1,54
Jasa Perusahaan 7,10 9,21 -13,21
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial 2,06 4,18 -1,20
Wajib
Jasa Pendidikan 7,32 10,45 5,80
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 13,85 10,47 1,24
Jasa Lainnya 4,93 6,76 -2,14
Jumlah 6,14 6,05 -0,53
Meskipun pada tahun 2020, sub sektor jasa perusahaan mengalami penurunan yang
paling besar sebagai dampak adanya wabah pandemic covid 19. Adapun sektor informasi
dan komunikasi mengalami peningkatan yang sangat signifikan pada tahun 2020, yaitu
mencapai 34 persen sebagai konsekuensi adanya pembatasan mobilitas sosial terkait
dengan pandemic covid 19. Secara umum, sub sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial
memiliki laju pertumbuhan yang paling tinggi dalam kurun waktu 2018-2019 meskipun
dengan kontribusi PDRB yang masih relatif kecil.
19
Kajian Peta Potensi Investasi Kota Bogor
LAPORAN AKHIR
Saat ini terdapat 3.757 perusahaan di sektor industri, yang terdiri dari 2.561 unit bergerak
di bidang industri kimia, hasil pertanian dan kehutanan, dan 1.196 industri yang bergerak
di bidang metal, mesin dan kelistrikan. Dengan keterbatasan lahan yang dimiliki, saat ini
Kota Bogor belum memiliki Kawasan industry khusus. Beberapa perusahaan tersebut
tersebar di enam kecamatan di wilayah Kota Bogor. Dalam rangka penataan Kawasan ke
depan, saat ini Kota Bogor telah memiliki Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 8 Tahun
2011 tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kota Bogor Tahun 2011 s/d 2031. Adapun
dari pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), hingga tahun 2019, tercatat
23.706 unit UMKM di wilayah kota Bogor yang terdiri dari bidang usaha kuliner, pakaian,
Pendidikan, otomotif, agribisnis, dan jaringan internet. Sebagaimana terlihat pada Tabel
3, bidang usaha kuliner mendominasi jumlah UMKM di Kota Bogor yaitu berkontribusi
sebesar 40 persen (9.514 unit) dari total UMKM di Kota Bogor. Adapun dari sisi lokasi,
jumlah UMKM terbesar berada di Kecamatan Bogor Utara yaitu mencapai 8.069 (34
persen) dari total UMKM di Kota Bogor.
Tabel 4.8 Jumlah usaha mikro kecil dan menengah menurut kecamatan dan bidang usaha
pada tahun 2019
Kecamatan Jumlah Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)
Kuline Pakaian Pendidika Otomotif Agribisnis Jaringan Internet
r n
Bogor Selatan 1.239 571 344 346 335 270
Bogor Timur 824 368 224 219 224 186
Bogor Utara 3.241 1.473 870 875 867 743
Bogor Tengah 2.007 902 554 543 552 440
Bogor Barat 1.220 533 330 318 334 272
Tanah Sareal 983 465 274 284 258 218
Kota Bogor 9.514 4.312 2.596 2.585 2.570 2.129
Sumber: Kota Bogor Dalam Angka 2021
20
Kajian Peta Potensi Investasi Kota Bogor
LAPORAN AKHIR
Tabel 4.9 Jumlah sarana perdagangan menurut kecamatan dan jenis sarana di Kota Bogor
pada tahun 2019
Kecamatan Jumlah sarana perdagangan
Pasar tradisional Pasar modern
Dikelola Dikelola Dikelola Swalaya Minimarket Grosir
pemerinta swasta masyarakat n
h
Bogor Selatan 2 1 5 75
Bogor Timur 1 16 58
Bogor Utara 4 24 46
Bogor Tengah 1 4 113
Bogor Barat 1 9 108
Tanah Sareal 3 1 1 12 84 1
Kota Bogor 12 1 2 70 484 1
Sumber: Kota Bogor Dalam Angka 2021
21
Kajian Peta Potensi Investasi Kota Bogor
LAPORAN AKHIR
22
Kajian Peta Potensi Investasi Kota Bogor
LAPORAN AKHIR
serta kepentingan nasional lainnya. Kriteria dan persyaratan bidang usaha yang tertutup
dan yang terbuka dengan persyaratan serta daftar bidang usaha yang tertutup dan yang
terbuka dengan persyaratan masing-masing akan diatur dengan Peraturan Presiden.
Pemerintah menetapkan bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan berdasarkan
kriteria kepentingan nasional, yaitu perlindungan sumber daya alam, perlindungan,
pengembangan usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi, pengawasan produksi dan
distribusi, peningkatan kapasitas teknologi, partisipasi modal dalam negeri, serta
kerjasama dengan badan usaha yang ditunjuk Pemerintah.
Penanam modal yang menanamkan modalnya di Indonesia baik PMDN maupun PMA
diberikan hak, kewajiban dan tanggung jawab. Hak Penanam Modal:
1. Kepastian hak, hukum, dan perlindungan
2. Informasi yang terbuka mengenai bidang usaha yang dijalankannya
3. Hak pelayanan
4. Berbagai bentuk fasilitas kemudahan
Kewajiban Penanam Modal:
1. Menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik.
2. Melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan.
3. Membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan menyampaikannya
kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal.
4. Menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha
penanaman modal.
5. Mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan.
Tanggung Jawab Penanam Modal:
1. Menjamin tersedianya modal yang berasal dari sumber yang tidak
bertentangan dengan ketentuan peraturan penundang-undangan.
2. Menanggung dan menyelesaikan segala kewajiban dan kerugian jika penanam
modal menghentikan atau meninggalkan atau menelantarkan kegiatan
usahanya secara sepihak sesuai dengan ketentuan peraturan penundang-
undangan (hal lain yang merugikan negara).
3. Menjaga kelestarian lingkungan hidup.
4. Menciptakan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kesejahteraan
pekerja.
5. Mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan.
Penanam modal yang mengusahakan sumber daya alam yang tidak terbarukan wajib
mengalokasikan dana secara bertahap untuk pemulihan lokasi yang memenuhi standar
kelayakan lingkungan hidup, yang pelaksanaannya diatur sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
23
Kajian Peta Potensi Investasi Kota Bogor
LAPORAN AKHIR
4.2.3. Peraturan Presiden RI No. 44 Tahun 2016 tentang Daftar Bidang Usaha yang
Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persayaratan di Bidang
Penanaman Modal
Berdasarkan Peraturan Presiden RI No. 44 Tahun 2016 bahwa bidang usaha dalam
kegiatan Penanaman Modal terdiri atas:
1. Bidang Usaha Yang Terbuka; adalah Bidang Usaha yang dilakukan tanpa
persyaratan dalam rangka Penanaman Modal.
2. Bidang Usaha Yang Tertutup; adalah Bidang Usaha tertentu yang dilarang
diusahakan sebagai kegiatan Penanaman Modal.
3. Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan; adalah Bidang Usaha
tertentu yang dapat diusahakan untuk kegiatan Penanaman Modal dengan
persyaratan, yaitu dicadangkan untuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah serta
Koperasi, Kemitraan, kepemilikan modal, lokasi tertentu, perizinan khusus, dan
penanaman modal dari negara Association of Southeast Asian Nations
(ASEAN).
Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan terdiri atas:
1. Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan yang dicadangkan atau
kemitraan dengan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah serta Koperasi.
24
Kajian Peta Potensi Investasi Kota Bogor
LAPORAN AKHIR
2. Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan tertentu yaitu: batasan negeri
100% (seratus %), dan atau batasan kepemilikan modal dalam kerangka
kerjasama Association of Southeast Asian Nations (ASEAN). Kemitraan
dilakukan oleh Penanam Modal dengan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
serta Koperasi dengan pola: inti plasma, sub kontrak, keagenan, waralaba, dan
pola Kemitraan lainnya.
Sementara itu, mengenai daftar bidang usaha yang tertutup:
1. Budidaya Ganja
2. Penangkapan spesies ikan yang tercantum dalam Appendix l Convention on
Intemational Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES).
3. Pengangkatan Benda Berharga Asal Muatan Kapal yang Tenggelam
4. Pemanfaatan (Pengambilan) Koral Karang dari Alam Untuk: Bahan Bangunan,
Kapur, Kalsium, Akuarium, dan Souvenir Perhiasan, serta Koral Hidup atau
Koral Mati (recent death coral dari Alam).
5. Industri Pembuat Chlor Alkali dengan Proses Merkuri
6. Industri Bahan Aktif Pestisida: Dichloro Diphenyl Trichloroethane (DDT),
Aldrin, Endrin, Dieldrin, Chlordane, Heptachlor, Mirex, dan ene
7. Industri Bahan Kimia Industri dan Industri Bahan Perusak Lapisan Ozone
(BPO) Polychlorinated Bipheny (PcB), Hexachlorobenzene, dan carbon
Tetrachloride (CTC), Methyl Chloroform, Methyl Bromide, Trichloro Fluoro
Methane (cFc-11) Dichloro Trijl.uoro Ethane (cFc-12), Trichloro Trifluoro
Ethane (cFc-113) Dichloro Tetra Fluoro Ethane (CFC-114), Chloro Pentafluoro
Ethane (CFc-115) Chloro Trifluoro Methane (cFc-13), Tetrachloro Difluoro
Ethane (cFc-11 2) Pentachloro Fluoro Ethane (cFc-111), Chloro Heptafluoro
Propane (cFc 217).Dichloro Hexafluoro Propane (CFC-216). Trichloro Propane
(cFC-213). Hexachloro Difluoro Propane (CFC-2 1 Bromo chloro Diluoro
Methane (Halon1211), Bromo Trifluoro Methane (Halon-1301), Dibromo
Tetrafluoro Ethane (Halon-2402), R-500, R502.
8. Industri Bahan Kimia Daftar 1 Konvensi Senjata Kimia sebagaimana Tertuang
Dalam Lampiran I Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2008 Tentang Penggunaan
Bahan Kimia sebagai Senjata Kimia.
9. Industri Minuman Keras Mengandung Alkohol.
10. Industri Minuman Mengandung Alkohol: Anggur.
11. Industri Minuman Mengandung Malt.
12. Penyelenggaraan dan Pengoperasian Terminal Penumpang Angkutan Darat.
13. Penyelenggaraan dan Pengoperasian Penimbangan Kendaraan Bermotor.
14. Telekomunikasi/Sarana Bantu Navigasi Pelayaran dan vessel Traffic
Information.
15. Penyelenggaraan Pelayanan Navigasi Penerbangan.
16. Penyelenggaraan Pengujian Tipe Kendaraan Bermotor.
25
Kajian Peta Potensi Investasi Kota Bogor
LAPORAN AKHIR
4.2.4. Peraturan Presiden RI No. 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah dengan
Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur
Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha yang selanjutnya disebut sebagai KPBU adalah
kerjasama antara pemerintah dan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur untuk
kepentingan umum dengan mengacu pada spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya
oleh Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah/Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha
Milik Daerah, yang sebagian atau seluruhnya menggunakan sumber daya Badan Usaha
dengan memperhatikan pembagian risiko diantara para pihak.
KPBU dilakukan dengan tujuan untuk:
1. Mencukupi kebutuhan pendanaan secara berkelanjutan dalam Penyediaan
Infrastruktur melalui pengerahan dana swasta;
2. Mewujudkan Penyediaan Infrastruktur yang berkualitas, efektif, efisien, tepat
sasaran, dan tepat waktu;
3. Menciptakan iklim investasi yang mendorong keikutsertaan Badan Usaha
dalam Penyediaan Infrastruktur berdasarkan prinsip usaha secara sehat;
4. Mendorong digunakannya prinsip pengguna membayar pelayanan yang
diterima, atau dalam hal tertentu mempertimbangkan kemampuan membayar
pengguna dan/atau
5. Memberikan kepastian pengembalian investasi Badan Usaha dalam
Penyediaan infrastruktur melalui mekanisme pembayaran secara berkala oleh
pemerintah kepada Badan Usaha.
KPBU dilakukan berdasarkan prinsip:
a. Kemitraan, yakni kerjasama antara pemerintah dengan Badan Usaha dilakukan
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan persyaratan yang
mempertimbangkan kebutuhan kedua belah pihak;
b. Kemanfaatan, yakni Penyediaan Infrastruktur yang dilakukan oleh pemerintah
dengan Badan Usaha untuk memberikan manfaat sosial dan ekonomi bagi
masyarakat.
26
Kajian Peta Potensi Investasi Kota Bogor
LAPORAN AKHIR
27
Kajian Peta Potensi Investasi Kota Bogor
LAPORAN AKHIR
28
Kajian Peta Potensi Investasi Kota Bogor
LAPORAN AKHIR
risiko investasi. Secara sederhana dapat pula dikatakan bahwa iklim investasi
mencerminkan sejumlah faktor yang berkaitan dengan lokasi tertentu yang membentuk
kesempatan dan insentif bagi pemilik modal untuk melakukan usaha atau investasi secara
produktif dan berkembang. Dengan kata lain, iklim usaha atau investasi yang kondusif
adalah iklim yang mendorong seseorang melakukan investasi dengan biaya dan risiko
serendah mungkin dan bisa menghasilkan keuntungan dalam jangka panjang.
Realisasi investasi di Kota Bogor cenderung stabil dari tahun 2014-2018 dan selalu berada
di atas target investasi yang ditetapkan. Tahun 2019 terdapat sedikit penurunan realisasi
investasi walaupun masih berada di atas target yang ditetapkan. Adanya pandemic Covid-
19 pada tahun 2020 menyebabkan realisasi investasi di Kota Bogor mengalami
penurunan. Hal ini dapat dilihat pada gambar berikut:
Berdasarkan data perkembangan realisasi investasi PMA dan PMDN se Jawa Barat
periode laporan Januari - Maret tahun 2021, realisasi investasi di Kota Bogor untuk PMDN
sebesar 19.417.600.000 dan realisasi investasi PMA sebesar 6.939.911.411. Jadi total
realiasasi investasi Kota Bogor untuk periode Januari – Maret 2021 sebesar
46.357.511.411.
29
Kajian Peta Potensi Investasi Kota Bogor
LAPORAN AKHIR
Tabel 4.11 Nilai LQ dan SSA tiap sektor lapangan kerja PDRB
No Sektor PDRB LQ SSA
2019 2020 2014-2019 2019-2020
1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 0.21 0.22 -0.06 0.01
2 Penggalian dan Pertambangan 0 0
3 Industri Pengolahan 0.69 0.83 0.06 0.04
4 Pengadaan Listrik dan Gas 6.07 6.07 -0.29 0.01
5 Pengadaan Air dan Jasa Lingkungan 1.66 1.51 0.01 -0.02
6 Konstruksi 1.12 1.05 0.13 -0.01
7 Perdagangan dan Reparasi Kendaraan 1.34 1.24 -0.04 -0.01
8 Transportasi dan Pergudangan 2.80 2.88 0.03 0.09
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1.22 1.32 0.05 0.15
10 Informasi dan Komunikasi 0.89 0.96 0.11 0.20
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 1.04 0.93 -0.05 -0.02
12 Real Estat 0.49 0.44 0.08 -0.04
13 Jasa Perusahaan 0.50 0.40 -0.09 -0.11
14 Adm. Pemerintahan, Pertahanan dan 0.80 0.78 -0.03 0.04
Jamsos
15 Jasa Pendidikan 0.81 0.78 0.14 0.03
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1.17 0.96 0.26 -0.12
17 Jasa lainnya 1.19 1.13 -0.07 0.02
30
Kajian Peta Potensi Investasi Kota Bogor
LAPORAN AKHIR
SSA berarti nilai SSA > 0; LQ berarti nilai LQ > 1; Unggul berarti nilai SSA > 0 dan LQ > 1
Sektor unggulan Kota Bogor berdasarkan analisis LQ dan SSA yang merupakan sektor
basis dan memiliki keunggulan kompetitif serta tahan terhadap goncangan ekonomi
selama pandemi Covid-19 meliputi 6 (enam) sektor yaitu sektor Industri Pengolahan,
Konstruksi, Perdagangan; Reparasi Kendaraan, Transportasi dan Pergudangan,
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, dan Informasi dan Komunikasi.
Sektor -sektor unggulan tersebut bisa dimanfaatkan dalam upaya untuk memperbesar
investasi/penanaman modal di Kota Bogor untuk mendorong pertumbuhan ekonomi
daerah, menciptakan lapangan pekerjaan, meningkatkan daya saing dunia usaha,
peningkatan pembangunan ekonomi berkelanjjutan dan peningkatan kesejahteraan
masyarakat.
31
Kajian Peta Potensi Investasi Kota Bogor
LAPORAN AKHIR
BAB 5
PROFIL KEBIJAKAN KOTA BOGOR
Tabel 5.13 Rencana ruang kegiatan tematik pada sub pusat kota/pusat wilayah
pengembangan (WP)
Wilayah pengembangan Kegiatan tematik
WP A Perdagangan jasa skala kota, perkantoran, dan RTH kota
WP B Jasa akomodasi, perdagangan dan ekowisata
WP C Sentra elektronik dan pasar induk
WP D Jasa akomodasi, perkantoran, dan wisata kuliner
WP E Sentra otomotif, wisata belanja, MICE, jasa akomodasi,
dan ekowisata
Sumber: RTRW Kota Bogor 2011-2031
32
Kajian Peta Potensi Investasi Kota Bogor
LAPORAN AKHIR
Jalan Merdeka, Jalan MA Salmun, Jalan Dewi Sartika, Jalan Nyi Raja
Permas, Jalan Mayor Oking, dan Jalan Pahlawan.
Revitalisasi kawasan. Lokasi: Stasiun Kereta Api, Taman Topi dan
Taman Ade Irma Suryani, Pasar Kebon Kembang, Kawasan Jembatan
Merah, serta Kawasan Pasar Bogor dan sekitarnya.
Peremajaan kawasan permukiman padat tidak teratur yang berlokasi
pada bantaran sungai dengan mengembangkan perumahan vertical
KDB rendah. Lokasi: Bantaran Sungai Ciliwung, Sungai Cisadane, dan
Sungai Cipakancil.
Menjaga dan melindungi gangguan kegiatan yang dapat mengurangi
fungsi dan nilai kawasan. Lokasi: Kawasan Kebun Raya dan Istana
Bogor.
Mengembangkan ruang terbuka hijau sesuai hirarki pelayanan.
Pengendalian perubahan fungsi dan bentuk bangunan. Lokasi:
Kawasan cagar budayapermukiman Taman Kencana dan sekitarnya.
WP B Tema: Pengembangan yang terkendali
Pengendalian perkembangan kegiatan perdagangan jasa skala kota dan
regional. Lokasi: Jalan Gunung Batu (Jl. Mayjen Ishak Djuarsa), Jalan
Sindangbarang (Jl. Ibrahim Adjie), Jalan RE Abdullah, Jalan Aria
Surialaga, Jalan Ciomas Raya dan Jalan Abdullah Bin M. Nuh serta
rencana jalan inner ring road.
Mendorong perkembangan kegiatan perdagangan jasa skala kota dan
PSU. Lokasii: Pusat WP B.
Perlindungan kawasan lindung dari gangguan kegiatan yang dapat
mengurangi fungsi lindung kawasan. Lokasi: Situ Gede dan hutan kota
Cifor.
Mempertahankan luasan lahan pertanian kota.
Mengarahkan dan mengendalian perkembangan perumahan agar
tetap berkepadatan sedang dan rendah.
Membatasi meluasnya perkembangan perumahan kepadatan tinggi
horizontal dan meremajakan dengan konsep perumahan vertical
berKDB rendah. Lokasi: perumahan kepadatan tinggi (areal eksisting).
Mengembangkan ruang terbuka hijau sesuai hirarki pelayanan.
Mempertahankan RTH pusat penelitian dan kebun percobaan. Lokasi:
Kawasan pusat penelitian dan kebun percobaan.
Meremajakan TPU yang ada dengan konsep rumputisasi agar dapat
berfungsi RTH. Lokasi: TPU eksisting dan rencana.
WP C Tema: Pengembangan baru yang terarah
Mengendalikan perkembangan kegiatan perdagangan dan jasa skala
kota dan regional. Lokasi: terutama di sepanjang Jalan Kemang-
33
Kajian Peta Potensi Investasi Kota Bogor
LAPORAN AKHIR
34
Kajian Peta Potensi Investasi Kota Bogor
LAPORAN AKHIR
35
Kajian Peta Potensi Investasi Kota Bogor
LAPORAN AKHIR
36
Kajian Peta Potensi Investasi Kota Bogor
LAPORAN AKHIR
37
Kajian Peta Potensi Investasi Kota Bogor
LAPORAN AKHIR
BAB 6
POTENSI INVESTASI
Adapun arah kebijakan penanaman modal meliputi tujuh aspek, yaitu 1) Perbaikan iklim
penanaman modal, 2) Persebaran penanaman modal berdasarkan wilayah
pengembangan dan kesesuaian tata ruang, 3) Fokus pengembangan infrastruktur dan
sektor jasa dan perdagangan, 4) penanaman modal berwawasan lingkungan, 5)
Pemberdayaan UMKM dan koperasi melalui kemitraan, dan 6) kemudahaan penanaman
38
Kajian Peta Potensi Investasi Kota Bogor
LAPORAN AKHIR
modal, serta 7) promosi dan Kerjasama penanaman modal. Pemilihan prioritas bidang
investasi yang akan dikembangkan disesuaikan sejauhmana bidang tersebut mampu
memenuhi target kebijakan arah pengembangan penanaman modal tersebut,
sebagaimana diilustrasikan pada gambar struktur berikut di bawah ini. Kriteria
selanjutnya adalah sejauhmana sektor investasi tersebut memiliki daya dukung wilayah
dan daya dukung sosial ekonomi. Daya dukung wilayah meliputi aspek fisik seperti
ketersediaan lahan, infrastruktur, sarana dan prasarana, sedangkan daya dukung sosial-
ekonomi meliputi tingkat pertumbuhan ekonomi, potensi peningkatan pendapatan
masyarakat, dan penyerapan tenaga kerja.
Berdasarkan rumusan prioritas dan kriteria sebagaimana diuraikan dalam struktur di atas,
maka dipilih sektor pariwisata menjadi prioritas pengembangan investasi di wilayah
Kecamatan Bogor Timur. Secara khusus, terdapat dua kegiatan utama yang akan
dikembangkan ke depan sebagai peluang investasi yang potensial di wilayah Kecamatan
Bogor Timur, yaitu 1) Pengembangan Kampung Perca di Kelurahan Sindang sari, dan 2)
Pengembangan Agroeduwisata di Kelurahan Katulampa. Kedua kegiatan ini telah sejalan
dengan arah kebijakan penanaman modal secara umum, yaitu terutama kesesuaian
dengan kebijakan rencana penataan ruang dan wilayah sekaligus mampu mendorong
pengembangan UMKM dengan kemitraan, serta mendukung upaya pelestarian
lingkungan di Kawasan tersebut. Selain itu, dari aspek daya dukung wilayah dan sosial
ekonomi, pengembangan kampung perca dan agroeduwisata telah memiliki daya dukung
yang sangat memadai dilihat dari lokasi dan kondisi masyarakat yang ada di wilayah
pengembangan, yaitu Kelurahan Sindang sari dan Kelurahan Katulampa.
39
Kajian Peta Potensi Investasi Kota Bogor
LAPORAN AKHIR
sarana perdagangan baik modern seperti minimarket dan kelompok pertokoan, sarana
perdagangan yang ada di masyarakat, yaitu toko atau warung kelontong masih
mendominasi. Begitu pula dengan pada sektor makanan dan minuman, jumlah
warung/kedai makan masih lebih besar dibandingkan dengan jumlah restaurant atau
rumah makan. Sementara itu, sarana akomodasi di Kecamatan Bogor Timur didominasi
oleh hotel.
Tabel 6.15 Sarana dan prasarana ekonomi di Kecamatan Bogor Timur tahun 20020
Jenis Sarana dan Prasarana Jumlah
Kelompok pertokoan 10
Pasar dengan bangunan permanen 1
Pasar dengan bangunan semi 0
permanen
Pasar tanpa bangunan 0
Minimarket/swalayan 36
Toko/warung kelontong 190
Restaurant/rumah makan 22
Warung/kedai makanan 61
Hotel 11
Hostel/losmen/wisma 7
Sumber: BPS Kota Bogor (2021)
Tabel 6.16 Sarana lembaga keuangan dan koperasi di Kecamatan Bogor Timur tahun 2020
Jenis Lembaga Keuangan Jumlah
Bank Umum Pemerintah 8
Bank Umum Swasta 16
Bank Perkreditan rakyat 6
Koperasi Unit Desa 0
Koperasi industri kecil dan kerajinan rakyat 0
Koperasi simpan pinjam 5
Koperasi lainnya 1
Sumber: BPS Kota Bogor (2021)
Selain berbagai sarana perdagangan, juga terdapat beberapa lembaga keuangan baik
dimiliki oleh pemerintah maupun swasta. Sebagaimana terlihat pada tabel berikut, jumlah
Lembaga keuangan yang paling banyak adalah bank umum swasta. Selain Lembaga
keuangan bank, di Kecamatan Bogor Timur juga terdapat beberapa koperasi terutama
koperasi simpan pinjam.
40
Kajian Peta Potensi Investasi Kota Bogor
LAPORAN AKHIR
internet. Sebagaimana terlihat pada Tabel berikut, bidang usaha kuliner mendominasi
jumlah UMKM di Kota Bogor yaitu berkontribusi sebesar 40 persen (824 UMKM).
Tabel 6.17 Jumlah usaha mikro kecil dan menengah menurut bidang usaha di Kecamatan
Bogor Timur tahun 2019
Bidang usaha Jumlah UMKM Persentase (%)
Kuliner 824 40
Pakaian 368 18
Pendidikan 224 11
Otomotif 219 11
Agribisnis 224 11
Jaringan 186 9
internet
Total 2.045 100
Sumber: Kota Bogor dalam Angka (2021)
Tajur
15%
Baranangsiang
30%
Katulampa
23%
Sindang sari
11%
Gambar 6.6 Komposisi industri kecil dan menengah (IKM) di setiap kelurahan di
Kecamatan Bogor Timur
Pada sektor industri, berdasarkan sebaran jumlah perusahaan pada sektor industri kecil
dan menengah di Kecamatan Bogor Timur, secara umum terkonsentrasi di Kelurahan
Baranangsiang dan Keluarahan Katulampa, sebagaimana terlihat pada gambar berikut.
Adapun Kelurahan Sindang rasa memiliki jumlah IKM paling sedikit dibandingkan dengan
kelurahan-kelurahan yang lain.
41
Kajian Peta Potensi Investasi Kota Bogor
LAPORAN AKHIR
perusahaan yang beroperasi di wilayah Kecamatan Bogor Timur pada industri makanan
dan minuman dengan berbagai jenis produk, dengan total nilai investasi mencapai
189.813.000.000 rupiah. Adapun total nilai produksi yang dihasilkan mencapai
376.507.000.000 rupiah, sehingga memiliki nilai efisiensi investasi sebesar 1,98.
Sementara itu, serapan tenaga kerja dari industri makanan dan minuman di Kecamatan
Bogor Timur mencapai kurang lebih 1500 tenaga kerja dengan komposisi 87 persen
tenaga kerja laki-laki dan 13 persen tenaga kerja perempuan.
Tabel 6.18 Profil bisnis industri makanan dan minuman di Kecamatan Bogor Timur
Jenis Produk Jumlah Nilai Profitabilitas
Perusahaan Produksi Investasi
Sirup 5 83.188.650.000 1,55
Yoghurt dan olahan susu 4 10.430.000.000 3,81
Minuman ringan dan sari buah 23 140.416.000.000 2,55
Roti dan aneka kue 29 59.249.627.933 6,43
Keripik dan kerupuk 11 8.610.078.000 19,12
Destilasi dan air minum dalam kemasan 4 155.602.000.000 3,12
Olahan cokelat 5 490.500.000 9,81
Tahu 1 45.000.000 4,5
Sumber: Dinas Perindustrian Kota Bogor (2020)
Sebagaimana terlihat pada gambar berikut, jumlah IKM pada sektor makanan dan minum
terkonsentrasi pada Kelurahan Baranangsiang dan Keluarahan Katulampa yang mencapai
56 persen dari total jumlah IKM di Kecamatan Bogor Timur.
Tajur
17%
Baranangsiang
30%
Katulampa
26% Sindang sari
8%
Sindang rasa
5%
Sukasari
14%
Gambar 6.7 Komposisi IKM pada sektor industri makanan dan minuman di setiap
kelurahan di Kecamatan Bogor Timur
42
Kajian Peta Potensi Investasi Kota Bogor
LAPORAN AKHIR
Tabel 6.19 Profil bisnis beberapa jenis usaha IKM pada sektor non pangan di Kecamatan
Bogor Timur
Jenis Usaha (Kode KBLI) Jumlah Nilai Produksi Profitabilitas
Perusahaan
(rupiah) Investasi
Pakaian jadi (14111) 4 7.879.521.00 15,66
0
Kulit buatan/imitasi (15114) 1 3.150.000.00 24,23
0
Barang dari kulit dan kulit buatan (151121) 1 1.200.000.00 8,22
0
Komponen bahan bangunan 2 369.000.000 2,63
Kimia dasar organik (20119) 1 120.000.000 1,2
Industri pupuk (20129) 1 50.000.000 1,03
Pengepakan, pengepresan & percetakan 2 204.800.000 2,58
(25910)
Mainan anak (45407) 2 360.900.000 1,35
Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor (2020)
Sebagaiamana terlihat pada gambar berikut, IKM pada sektor non pangan terkonsentrasi
di 3 kelurahan yaitu Kelurahan Baranangsiang, Kelurahan Sindangsari dan Keluarahan
Sindang rasa dengan presentase 68 persen dari total jumlah IKM pada industri non
pangan.
43
Kajian Peta Potensi Investasi Kota Bogor
LAPORAN AKHIR
Tajur
7%
Katulampa Baranangsiang
14% 29%
Sukasari
11%
Sindang sari
Sindang rasa
21%
18%
Gambar 6.8 Komposisi IKM pada industri non pangan di setiap kelurahan di Kecamatan
Bogor Timur
44
Kajian Peta Potensi Investasi Kota Bogor
LAPORAN AKHIR
Pada RTRW yang baru (2021), pemerintah menambahkan salah satunya zonasi kawasan
pertanian (LP2B) dan pusat pemerintahan baru. Peruntukan kawasan paling luas di Kota
Bogor adalah untuk Kawasan Perumahan, yaitu sebesar 63,7 persen. Dari sekian besar
luas peruntukan kawasan permukiman, sebagian besarnya belum dibangun dan masih
berupa lahan pertanian/terbuka. Jenis peruntukan berikutnya yang relatif memiliki luas
lebih besar dibanding petuntukan lainnya adalah kawasan perdagangan dan jasa, yaitu
sebesar 8 persen. Area dengan konsep perdagangan modern di Kota Bogor terletak
disekitar Kebun Raya Bogor dan Terminal Baranansiang dimana pusat-pusat perniagaan
besarnya terbagi ke tiga area kecamatan: Bogor Timur, Bogor Utara, dan Bogor Tengah.
Selain ketiga kecamatan tersebut, pada dasarnya pusat perdagangan dan jasa cenderung
mengikuti pertumbuhan jaringan transportasi. Simpul-simpul jaringan transportasi
dengan lalu lintas penduduk yang tinggi umumnya secara alami menjadi area
perdagangan dan jasa.
Tabel 6.20 Luas peruntukan kawasan rencana pola ruang terhadap jenis tutupan lahan
Peruntukan Kawasan Tutupan lahan (m2) Total
Terbangun Pertanian/ Tubuh Air Lainnya
45
Kajian Peta Potensi Investasi Kota Bogor
LAPORAN AKHIR
terbuka
K. Pelestarian Alam 5.953,7 1.757,0 838.469,1 846.179,8
Ruang Terbuka Hijau 809.270,0 2.478.264,6 17.273,0 1.970.040,5 5.274.848,1
Sempadan Sungai 1.141.683,2 2.711.860,8 55.790,4 96.670,8 4.006.005,2
K. Sekitar Danau/Waduk 26.497,5 41.975,0 10.758,3 21.897,6 101.128,5
Badan Air 1.947.919, 1.947.919,8
8
K. Fasum & Fasos 1.549.139,9 955.536,1 7.780,9 18.668,7 2.531.125,8
K. Infrastruktur Perkotaan 75.878,0 173.069,3 2.803,8 2.331,7 254.082,7
K. Pariwisata 150.627,3 292.011,0 2.618,6 12.476,4 457.733,3
K. Perdagangan dan Jasa 6.776.636,3 2.087.872,8 24.889,3 66.248,4 8.955.646,7
K. Perkantoran 911.884,9 214.354,9 1.380,6 155.234,2 1.282.854,6
K. Pertahanan & 964.604,0 120.278,3 540,8 40.226,5 1.125.649,6
Keamanan
K. Perumahan 38.123.502,8 31.497.388,5 727.601,1 696.264,0 71.044.756,4
K. Peruntukan Industri 1.092.780,6 279.866,0 3.641,4 17.812,7 1.394.100,6
K. Peternakan 8.233,6 25.621,9 33.855,5
K. Tanaman Pangan 9.460,3 1.257.632,7 7.142,2 1,0 1.274.236,2
K. Transportasi 1.135,8 11.209,9 12.345,7
K. Campuran 1.369.677,7 1.551.904,4 9.449,6 26.109,7 2.957.141,4
Badan Jalan 6.709.457,0 1.119.137,5 39.883,3 74.672,1 7.943.150,0
Total 59.726.422,6 44.819.740,7 2.859.473, 4.037.123,3 111.442.759,8
2
Hasil perhitungan geometri di ArcGIS (UTM 48S)
46
Kajian Peta Potensi Investasi Kota Bogor
LAPORAN AKHIR
Kota Bogor telah dilalui oleh jalan-jalan tol. Keberadaan jalan ini memang sangat penting
mengingat peran sentral Kota Bogor dalam kawasan metropolitan Jabodetabek.
Kemudian, panjang jalan arteri primer kota bogor adalah 100,8 kilometer. Nilai ini
termasuk panjang jalan yang direncanakan untuk dibangun. Sedangkan, panjang jalan
47
Kajian Peta Potensi Investasi Kota Bogor
LAPORAN AKHIR
kolektor termasuk dengan jalan yang masih direncanakan adalah 173,7 kilometer. Kota
Bogor juga terintegrasi dengan jaringan kereta, baik kereta api maupun kereta listrik.
Sepanjang waktu, pemerintah Kota Bogor senantiasa memperbaiki kualitas sistem
transportasi guna menghadirkan suasana kehidupan perkotaan yang lebih nyaman bagi
penduduk.
48
Kajian Peta Potensi Investasi Kota Bogor
LAPORAN AKHIR
pertanian seperti kawasan peternakan dan kawasan tanaman pangan memiliki batasan-
batasan tertentu dalam penggunaan lahan.
Gambar 6.12 Sebaran lahan terbangun dan non terbangun di Kota Bogor
49
Kajian Peta Potensi Investasi Kota Bogor
LAPORAN AKHIR
pakaian jadi; jasa multimedia; jasa reparasi; konstruksi; pengolahan tembakau; sarana
produksi pertanian; dan transportasi dan pergudangan.
IKM terdaftar relatif menyebar di seluruh kecamatan Kota Bogor. Kecamatan dengan
jumlah IKM paling banyak sekaligus dengan variasi kegiatan industri yang paling bervariasi
adalah Kecamatan Bogor Utara dan Tanah Sareal. Jumlah IKMnya masing-masing adalah
sebesar 330 dan 248. Kecamatan dengan IKM palign kecil adalah Bogor tengah yaiut
hanya 124 dan diikuti oleh Bogor Timur sebesar 146. Jumlah IKM industri makanan dan
minuman paling banyak disemua kecamatan dengan total keseluruhannya mencapai 851.
Angka ini berarti sekitar 65,7 persen dari total keseluruhan IKM yang mencapai 1.296.
Jenis kegiatan terbanyak berikutnya adalah jasa multimedia. Jasa multimedia disni
meliputi percetakan, penerbitan, fotografi, dan videografi. Sedangkan IKM dengan
jumlah paling sedikit adalah diantaranya pengolahan tembakau (1), industri kertas dan
barang dari kertas (2), manufaktur elektronik (3), dan industri logam dasar (4).
50
Kajian Peta Potensi Investasi Kota Bogor
LAPORAN AKHIR
51
Kajian Peta Potensi Investasi Kota Bogor
LAPORAN AKHIR
Sumber: Laporan Pendahuluan Kajian Cepat Kebutuhan Penguatan Sektor Pariwisata Alam
52
Kajian Peta Potensi Investasi Kota Bogor
LAPORAN AKHIR
53
Kajian Peta Potensi Investasi Kota Bogor
LAPORAN AKHIR
Untuk menunjang pengelolaan kawasan bisnis dan ekowisata yang berkelanjutan, maka
kondisi eksisting mayoritas masyarakat berusaha/entrepreneur, bertani/budidaya perlu
adanya fasilitas objek yang baik (mempunyai nilai jual). Dari hasil analisis sirkulasi bahwa
perlu dilakukan konversi moda transportasi sehingga area line orange untuk akses khusus
menjadi jalur pejalan kaki, sepeda motor, dan mobil kecil.
54
Kajian Peta Potensi Investasi Kota Bogor
LAPORAN AKHIR
Sungai Kali Angke yang belum beroperosional sebagai wisata alam memiliki aksesibilitas
yang mudah dituju. Melewati Perumahan Bogor Raya Permai dengan jalan aspal. Untuk
menuju lokasi titik sungai melalui jalan setapak dengan perkerasan semen dan tanah yang
55
Kajian Peta Potensi Investasi Kota Bogor
LAPORAN AKHIR
berbentuk tangga. Sementara fasilitas yang ada di Kawasan dinilai cukup lengkap untuk
wisata yang belum berkembang. Dilengkapi dengan 2 (dua) unit toilet, mushola, balai
warga, parkir, dan pos keamanan. Selain itu juga terdapat fasilitas untuk atraksi wisata
flying fox. Diharapkan wisata Curug Kali Angke akan mengalami perkembangan wisata,
karena memiliki daya tarik dan fasilitas penunjang yang cukup lengkap.
Pada lokasi yang berdekatan Situ Gede terdapat potensi situ lain yaitu Situ Panjang,
berfungsi sebagai penampung air yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Bogor.
Lokasi tersebut masih berupa Potensial wisata karena belum adanya kegiatan wisata,
dengan level pemasaran Lokal. Daya tarik utama pada lokasi ini adalah pemandangan
danau yang dikelilingi oleh sawah di sekitarnya. Terdapat daya tarik di sekitar kawasan
56
Kajian Peta Potensi Investasi Kota Bogor
LAPORAN AKHIR
berupa tempat makan The Sawah yang menyajikan pemandangan sawah dan menyajikan
wisata khas sunda. Untuk menuju Situ Panjang dapat melalui jalan setapak yang dibuat
oleh tempat makan The Sawah yang berada di area kawasan. Jika dikembangkan, dapat
dilakukan pembukaan jalan melalui area setapak perkebunan.
57
Kajian Peta Potensi Investasi Kota Bogor
LAPORAN AKHIR
58
Kajian Peta Potensi Investasi Kota Bogor
LAPORAN AKHIR
59
Kajian Peta Potensi Investasi Kota Bogor
LAPORAN AKHIR
60
Kajian Peta Potensi Investasi Kota Bogor
LAPORAN AKHIR
61
Kajian Peta Potensi Investasi Kota Bogor
LAPORAN AKHIR
dan selfie. Saat ini, Kampung Tematik Genteng masih berupa Potensial wisata alam dan
belum ada kunjungan, dengan level pemasaran Lokal.
62
Kajian Peta Potensi Investasi Kota Bogor
LAPORAN AKHIR
tanaman sayur-sayuran lainnya, serta tanaman lainnya seperti pohon Pala, cengkeh,
pepaya, talas, padi, pisang dan lain sebagainya sebagai sebuah potensi pertanian yang
dapat di kembangkan untuk kebutuhan pariwisata. Saat ini wisata Kampung Tematik
Mulyaharja sudah berkembang, dengan kedatangan pengunjung dari berbagai daerah
Bogor dan sekitarnya.
Lokasi tapak sangat mudah di capai dari pusat pemerintahan Kota Bogor, yaitu melaui
jalan arteri menuju perumahan Bogor Nirwana Residence (BNR) sejauh 10 km, melalui
jalan Pabuaran Tengah sejauh 12 km, dari akses tol jagorawi keluar bogor kota sejauh 7,5
km, 13,6 dari pintu keluar tol Bocimi di Pasar Ciawi menuju kampung tematik. Potensi
pengembangan fasilitas yang ada untuk mendukung kegiatan pariwisata, Fasilitas yang
ada seperti mesjid dan mushola, warung, bengkel kendaraan, pemancingan ikan, salon
kecantikan, tempat pembuangan sampah semetara, akomodasi berupa homestay, toilet,
tempat parkir, balai pertemuan petani, tempat pembuangan dan pengolahan sampah
terpadu (TPS 3R).
63
Kajian Peta Potensi Investasi Kota Bogor
LAPORAN AKHIR
Sukaresmi Kota Bogor berupa daratan diantara sungai. Jika dikembangkan, wisata ini
memiliki pemandangan alam yang cukup baik. Saat ini, ekoriparian masih berupa
Potensial wisata alam dan belum ada kunjungan, dengan level pemasaran lokal. Untuk
mencapai lokasi dilalui oleh jalan lingkungan yang melalui kawasan perumahan. Terdapat
penunjuk arah pada sekitar lokasi ekoriparian tentunya akan mempermudah dalam
menuju lokasi wisata. Pada lokasi, terdapat perahu karet yang digunakan saat ada arum
jeram menuju lokasi ekoriparian. Selain itu juga ada tangga dengan pegangannya.
64
Kajian Peta Potensi Investasi Kota Bogor
LAPORAN AKHIR
Tabel 6.24 Jumlah UMKM juara tiap kecamatan menurut jenis industri
Jenis Industri
Kecamatan Makanan dan Jasa Kecantikan Penyediaan Tekstil dan Total
minuman pendidikan makan minum pakaian jadi
Bogor Barat 7 7
Bogor Selatan 5 1 3 9
Bogor Tengah 3 3
Bogor Timur 1 1
Bogor Utara 6 7
Tanah Sareal 6 1 1 7
Total 28 1 1 1 3 34
A & R KITCHEN
65
Kajian Peta Potensi Investasi Kota Bogor
LAPORAN AKHIR
ROTI NAJWA
66
Kajian Peta Potensi Investasi Kota Bogor
LAPORAN AKHIR
DAPUR 38
Nama Pemilik Eha Julaeha
Alamat Jl. Batutulis No. 38 RT 05/RW 02
Bogor Selatan
Nomor Kontak 085693928393
Legalitas yang dimiliki NIB dan IUMK
Kapasitas produksi Keripik400 kg & catering by order
PAWON MA’E
Nama Pemilik Nita Torasia
67
Kajian Peta Potensi Investasi Kota Bogor
LAPORAN AKHIR
KOJAN
Nama Pemilik Diana Rosalina
Alamat Villa Bogor Indah 2 CC 11 No. 33
Ciparigi
Nomor Kontak 08128646421
Legalitas yang dimiliki NIB
Kapasitas produksi 300-400 pcs/bulan
YANIQUE
Nama Pemilik Yanny
68
Kajian Peta Potensi Investasi Kota Bogor
LAPORAN AKHIR
AKBAR COOKIES
Nama Pemilik Ani suryani
Alamat Bantar jati lebak Rt 01/08 No. 31, Kel. Bantarjati
Bogor Utara, Kota Bogor
Nomor Kontak 085718136988
Legalitas yang dimiliki NIB & PIRT
Kapasitas produksi 50 kg/bulan
MOMCIANDRA
69
Kajian Peta Potensi Investasi Kota Bogor
LAPORAN AKHIR
CNAIFOOD (BijiKetapangreunyah)
Nama Pemilik Naimah
Alamat jln.Babakan SukamantriRT 03 RW 07, Pasir Kuda
Bogor Barat, Kota Bogor
Nomor Kontak 085721713113
Legalitas yang dimiliki NIB & PIRT
Kapasitas produksi 5 kg/bulan
70
Kajian Peta Potensi Investasi Kota Bogor
LAPORAN AKHIR
SNACKHOUSE 1989
Nama Pemilik Waris Wahyudi
71
Kajian Peta Potensi Investasi Kota Bogor
LAPORAN AKHIR
YUMECO
Nama Pemilik Yuliansyah (Yuli)
Alamat jl.palayuujungno. 44 Rt. 012/Rw.012
TegalGundil, Bogor Utara
Nomor Kontak 087873314203
Legalitas yang dimiliki NIB
Kapasitas produksi 600 pcs/bulan
MBOK DEMPLON
Nama Pemilik Rita Artha Kesuma
72
Kajian Peta Potensi Investasi Kota Bogor
LAPORAN AKHIR
N2P KITCHEN
Nama Pemilik Ratna Suminar
Alamat Jl. Cibalagung Rt 01/03 No.16, Pasir Kuda
Bogor Selatan
Nomor Kontak 082122121833
Legalitas yang dimiliki NIB
Kapasitas produksi 10 kg/bulan
byNINE
Nama Pemilik Vemmy Magdaliena
73
Kajian Peta Potensi Investasi Kota Bogor
LAPORAN AKHIR
DITCHEN
Nama Pemilik Azzahra Ditri
74
Kajian Peta Potensi Investasi Kota Bogor
LAPORAN AKHIR
NASVA SNACK
Nama Pemilik Nurlaely Agustin
Alamat Kp. Cibuluh Rt. 01/08 Kel. Cibuluh
Kota Bogor
Nomor Kontak +6289638699601
Legalitas yang dimiliki NIB
Kapasitas produksi 20 kg/bulan
NENG SARI
Nama Pemilik Sari Handayani
75
Kajian Peta Potensi Investasi Kota Bogor
LAPORAN AKHIR
Alamat Jl. Kp. Cibadak Poncol Rt. 02/01 Kel. Kayumanis, Tanah Sareal,
Kota Bogor
Nomor Kontak +6285892122220
Legalitas yang dimiliki NIB & PIRT
Kapasitas produksi 400 kg/bulan
ZAHRA
Nama Pemilik Sri Sumarti
Alamat Jl. Kebon Jukut RT 03 / 01 Babakan Pasar
Kota Bogor
Nomor Kontak +6281282070945
Legalitas yang dimiliki NIB
Kapasitas produksi 10-20 kg/bulan
MAK MPOEQ
Nama Pemilik Koostjahyani Triputranti
76
Kajian Peta Potensi Investasi Kota Bogor
LAPORAN AKHIR
RENCANG NASI
Nama Pemilik Pipit Lestari Cahyaningrum
Alamat Jl. Ledeng Sindangsari No. 90 Rt. 002/004
Kel. Gunung Batu Kec. Bogor Barat –Kota Bogor
Nomor Kontak +6282211108585
Legalitas yang dimiliki NIB
Kapasitas produksi 20 kg/bulan
RAINA RECIPE
Nama Pemilik Rianasari Nurlian Meilina
77
Kajian Peta Potensi Investasi Kota Bogor
LAPORAN AKHIR
ALBAARASA
Nama Pemilik Zakiah Albaar
Alamat Perumgrahacahayasaktirt 06/05 blokc 37
Ciparigi Bogor Utara Kota Bogor
Nomor Kontak +62 813-1002-2394
Legalitas yang dimiliki NIB & PIRT
Kapasitas produksi 20-30 kg/bulan
DAPOER ENICILA
Nama Pemilik Massuani
78
Kajian Peta Potensi Investasi Kota Bogor
LAPORAN AKHIR
VINNI CAKE
Nama Pemilik Ela Solihah
79
Kajian Peta Potensi Investasi Kota Bogor
LAPORAN AKHIR
DLIYA CAKERY
Nama Pemilik Anna Susanti
Alamat Villa Mutiara Bogor Blok J1 No 12 RT 06/12
Tanah SarealKota Bogor
Nomor Kontak +6285810735185
Legalitas yang dimiliki NIB
Kapasitas produksi 10-20 kg/bulan
TALADUNG
Nama Pemilik Herlinda Purba
Alamat Jl. BambuGang Teratai No. 19 RT 03/RW 05 Cibeureum
80
Kajian Peta Potensi Investasi Kota Bogor
LAPORAN AKHIR
Mulyaharja
Nomor Kontak 089601593564
Legalitas yang dimiliki CV
Kapasitas produksi 200 pcs/bulan
SARINAWATI HANDY
CRAFT
Nama Pemilik Sarinawati
Alamat Kp.NagrogRt01 Rw09, Pamoyanan
Bogor Selatan
Nomor Kontak 085779358230
Legalitas yang dimiliki NIB
Kapasitas produksi 30 pcs/bulan
KAVIA
Nama Pemilik Qadariah Eka Hidayat
Alamat Jl. R. Kosasih01/08 No, 19 Cikaret,
81
Kajian Peta Potensi Investasi Kota Bogor
LAPORAN AKHIR
82
Kajian Peta Potensi Investasi Kota Bogor
LAPORAN AKHIR
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad L. 2006. Ekonomi Pembangunan 4th ed., Yogyakarta, Indonesia: STIE YKPN.
Arsyad L. 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah, Yogyakarta,
Indonesia: BPFE.
Bendavid-Val A. 1991. Regional and local economic analysis for practitioners 4th ed.,
London, UK: Praeger.
Nicholson W. 1995. Teori ekonomi mikro: Prinsip dasar dan pengembangannya, Jakarta,
Indonesia: Raja Grafindo Persada.
Nurmalina R, Sarianti T, Karyadi A. 2018. Studi Kelayakan Bisnis, Bogor, Indonesia: IPB
Press.
Ozdemir MS, Saaty TL. 2006. The unknown in decision making: What to do about it.
European Journal of Operational Research 174(1):p.349–359.
Rustiadi E, Saefulhakim S, Panuju RD. 2011. Perencanaan dan pengembangan wilayah
2nd ed. A. E. Pravitasari, ed., Jakarta, Indonesia: Crespent Press & Yayasan Pustaka
Obor Indonesia.
Saaty TL. 1993. Pengambilan keputusan bagi para pemimpin: Proses hirarki analitik untuk
pengambilan keputusan dalam situasi kompleks, Jakarta, Indonesia: Pustaka
Biraman Pressindo.
Saaty TL, Niemira MP. 2006. A framework for making a better decision: How to make
more effective site selection, store closing and other real estate decisions. Research
Review:p.1–4.
Sjafrizal. 2012. Ekonomi Wilayah dan Perkotaan, Jakarta, Indonesia: Raja Grafindo
Persada.
Sjafrizal. 2014. Perencanaan Pembangunan Daerah dalam Era Otonomi, Jakarta,
Indonesia: Raja Grafindo Persada.
Tarigan R. 2005. Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi, Jakarta, Indonesia: Bumi Aksara.
83
Kajian Peta Potensi Investasi Kota Bogor