NIM : B1031171104
1
Daftar Isi
BAB 1 ................................................................................................................................................................ 3
PENDAHULUAN ............................................................................................................................................ 3
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................................. 3
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................................................. 5
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................................................... 6
1.4 Kontribusi Penelitian .......................................................................................................................... 6
1.5 Gambar Kontekstual Penelitian .......................................................................................................... 7
BAB II ............................................................................................................................................................... 8
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................................................... 8
2.1 Landasan Teori ................................................................................................................................... 8
1. Teori Trade-off ................................................................................................................................... 8
2. Teori Agensi ....................................................................................................................................... 8
2.2 Kajian Empiris ................................................................................................................................. 10
2.3 Kerangka Konseptual & Hipotesis Penelitian................................................................................... 12
2.3.1 Kerangka Konseptual ............................................................................................................... 12
2.3.2 Hipotesis Penelitian .................................................................................................................. 13
BAB III ........................................................................................................................................................... 15
METODE PENELITIAN .............................................................................................................................. 15
3.1 Bentuk Penelitian ................................................................................................................................... 15
3.2 Waktu Penelitian .................................................................................................................................... 15
3.3 Data ........................................................................................................................................................ 15
3.3 Populasi dan Sampel .............................................................................................................................. 16
3.4 Variabel Penelitian ................................................................................................................................. 16
3.4.1 Tax Avoidance ................................................................................................................................ 16
3.4.2 Leverage .......................................................................................................................................... 17
3.2.3 Intensitas Aset Tetap ....................................................................................................................... 17
3.5 Metode Analisis ............................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................................... 21
2
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Semua individu membutuhkan pendapatan untuk dapat membiayai segala keperluannya.
Begitupula halnya dengan negara yang juga membutuhkan pendapatan untuk dapat membiayai
pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan. Pendapatan Negara adalah hak pemerintah
pusat yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih (Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2003 tentang Keuangan Negara). Pendapatan Negara terdiri dari Penerimaan Perpajakan,
Penerimaan Negara Bukan Pajak, dan Penerimaan Hibah (Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2013
tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 2014).
Pendapatan Perpajakan merupakan tulang punggung negara untuk membiayai pembangunan. Pada
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) tahun 2015, sebanyak 69% belanja negara dibiayai
oleh Pendapatan Perpajakan. Dalam periode 2012—2015, kebutuhan belanja pemerintah terus
mengalami kenaikan sedangkan realisasi pencapaian penerimaan dalam periode tersebut terus
menurun dan mencapai titik terendah sebesar 85,61% dari target di tahun 2015. Di sisilain, defisit
APBN melebar di luar kebiasaan menjadi 2,58% dari PDB.
Dengan demikian sangat diharapkan kepatuhan wajib pajak dalam menjalankan kewajiban
perpajakannya secara sukarela sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku. Bagi perusahaan,
pajak yang dibayar di harapkan dapat sekecil mungkin karena pajak akan mengurangi laba bersih
perusahaan. Di lain pihak, pemerintah memerlukan dana untuk membiayai penyelenggaraan
pemerintahan atau pun pembangunan nasional yang sebagian besar berasal dari penerimaan sektor
pajak. Ada nya perbedaan kepentingan ini menyebabkan perusahaan wajib pajak cenderung untuk
mengurangi jumlah pembayaran pajak, baik secara legal maupun ilegal (Indarti, 2015). Di
Indonesia, usaha untuk menggenjot atau mengoptimalkan penerimaan dari sektor pajak ini
dilakukan melalui usaha intensifikasi dan ekstensifikasi penerimaan pajak (S14/PJ.7/2003). Di
sisilain, undang-undang atau peraturan perpajakan yang ada memiliki celahcelah yang dapat
dimanfaatkan oleh wajib pajak untuk meminimalisasi jumlah pajak ter utangnya. Perencanaan
perpajakan (tax plan ning) merupakan langkah-langkah yang diambil wajib pajak dalam rangka
mengefisienkan pembayaran pajaknya (Suandy, 2011). Cara yang hampir serupa yang digunakan
wajib pajak untuk me minimalisasi pajak terutang yang harus dibayar dengan tidak melanggar
undang-undang per pajakan disebut tax avoidance (penghindaran pajak). Aktivitas penghindaran
pajak merupa kan hal yang umum dilakukan oleh wajib pajak, karena selain menguntungkan
baginya tindakan tersebut juga tidak melanggar hukum. Salah satu contoh dari aktivitas ini adalah
memperbesar pendanaan yang bersumber dari hutang. Hal ini dilakukan agar perusahaan mengakui
bunga hutang yang tinggi. Berdasarkan UU No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, bunga
3
hutang diperbolehkan menjadi pengurang penghasilan kena pajak. Penghindaran pajak ini
merupakan persoalan yang unik. Karena, disatu sisi penghindaran pajak diperbolehkan, tapi disisi
yang lain penghindaran pajak tersebut tidak diinginkan. Budiman dan Setiyono (2012) menyatakan
bahwa praktek penghindaran pajak yang dilakukan oleh wajib pajak badan (perusahaan) sering kali
dilakukan melalui kebijakan yang diambil oleh pimpinan perusahaan. Dyreng et al., (2010), juga
menyimpulkan bahwa individu (Top Executive) dalam suatu perusahaan me miliki pengaruh
terhadap penghindaran pajak perusahaan. Penghindaran pajak yang dilaku kan perusahaan baik
secara legal maupun ilegal merupakan masalah yang utama bagi peme rintah, karena pajak
perusahaan merupakan kontribusi utama dan terbesar bagi pendapatan pemerintah.
Adapun cara melakukan penghindaran pajak menurut Merks (2007) dalam Kuniasih dan Sari
(2013) dalam Andriyanto (2015) adalah memindahkan subjek pajak dan/atau objek pajak ke
negara negara yang memberikan perlakuan pajak khusus atau keringanan pajak (tax haven
country) atas suatu jenis penghasilan (substantive tax planning), usaha penghindaran pajak dengan
mempertahankan substansi ekonomi dari transaksi melalui pemilihan formal yang memberikan
beban pajak yang paling rendah (formal tax planning), dan ketentuan anti avoidance atas transaksi
transfer pricing, thin capitalization, treaty shopping, dan controlled foreign corporation (Spesific
Anti Avoidance Rule), serta transaksi yang tidak mempunyai substansi bisnis (General Anti
Avoidance Rule). Dalam hal pemerintah Indonesia, telah dibuat berbagai aturan guna mencegah
adanya penghindaran pajak. Salah satunya terkait dengan transfer pricing, yakni tentang penerapan
prinsip kewajaran dan kelaziman usaha dalam transaksi antara Wajib Pajak dengan pihak yang
mempunyai hubungan istimewa yang diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor:
PER32/PJ/2011 (Budiman dan Setiyono, 2012).
Faktor selanjutnya yang dapat mempengaruhi perusahaan untuk melakukan tax avoidance
yaitu leverage. Leverage adalah suatu perbandingan yang mencerminkan besarnya utang yang
digunakan untuk pembiayaan oleh perusahaan dalam menjalankan aktivitas operasinya
(Praditasari & Setiawan,2017). Semakin besar penggunaan utang oleh perusahaan, maka semakin
banyak jumlah beban bunga yang dikeluarkan oleh perusahaan, sehingga dapat mengurangi laba
sebelum kena pajak perusahaan yang selanjutnya akan dapat mengurangi besaran pajak yang
nantinya harus dibayarkan oleh perusahaan (Subakti, 2012). Penelitian terkait dengan leverage
yang dilakukan oleh Noor et al. (2010) yang menjelaskan bahwa perusahaan dengan jumlah utang
lebih banyak memiliki tarif pajak yang efektif baik, hal ini berarti bahwa dengan jumlah utang
yang banyak, perusahaan untuk melakukan tax avoidance akan cenderung lebih kecil. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Rachmithasari (2015) menemukan bahwa leverage berpengaruh
positif terhadap tax avoidance, sedangkan Swingly (2015) dan Walby (2010) menemukan bahwa
leverage berpengaruh negatif pada tax avoidance.
4
Faktor selanjutnya yang dapat mempengaruhi perusahaan untuk melakukan tax avoidance
yaitu Intensitas kepemilikan aset tetap dapat memengaruhi pembayaran pajak perusahaan.
Intensitas aset tetap perusahaan menggambarkan banyaknya investasi perusahaan terhadap aset
tetap perusahaan. Pemilihan investasi dalam bentuk aset tetap mengenai perpajakan adalah dalam
hal depresiasi. Beban depresiasi yang melekat pada kepemilikan aset tetap akan memengaruhi
pajak perusahaan, hal ini dikarenakan beban depresiasi akan bertindak sebagai pengurang pajak.
Laba kena pajak perusahaan yang semakin berkurang akan mengurangi pajak terutang perusahaan
(Mulyani, 2014). Penelitian yang dilakukan oleh Noor et al. (2010) dan Adelina (2012)
menyatakan bahwa kepemilikan aset tetap berpengaruh positif terhadap tax avoidance. Perusahaan
yang memiliki proporsi yang besar dalam aset tetap akan membayar pajaknya lebih rendah, karena
perusahaan mendapatkan keuntungan dari depresiasi yang melekat pada aset tetap yang dapat
mengurangi beban pajak perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan dengan tingkat aset
tetap yang tinggi memiliki beban pajak yang lebih rendah dibandingkan perusahaan yang
mempunyai aset tetap yang rendah. Perusahaan yang lebih menekankan pada investasi berupa aset
tetap akan memiliki tarif pajak efektif yang rendah (Gupta dan Newberry, 1997). Oleh karena itu,
dalam penelitian ini akan diuji lagi faktor-faktor yang mempengaruhi tax avoidance, yaitu
Intensitas aset tetap, leverage sebagai variabel mediasi.
5
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk menguji dan membuktikan adanya pengaruh Intensitas aste tetap terhadap keputusan
perusahaan dalam melakukan Tax Avoidance?
2. Untuk menguji dan membuktikan adanya pengaruh leverage terhadap keputusan perusahaan
dalam melakukan Tax Avoidance?
6
1.5 Gambar Kontekstual Penelitian
Penulisan dalam penelitian akan disusun berdasarkan sistematika sebagai berikut:
Bab 1 PENDAHULUAN, pada bagian / bab ini akan menjelaskan mengenai latar belakang
masalah dari praktik Tax Avoidance pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI
Indonesia. Bagian / bab ini juga memaparkan tujuan, manfaat, dan konribusi teoritis dan praktis
penelitian.
Bab II TINJAUAN PUSTAKA, bagian / bab ini akan menjelaskan landasan teori yang
digunakan dalam menginterpretasikan hasil penelitian. Bab ini juga menguraikan perbedaan-
perbedaan yang ada dengan penelitian terdahulu serta menguraikan bagaimanahubungan
antara satu varabel dengan variable lain yang digunakan dalam penelitian hinggakemudian
akan diperoleh hipotesis sebagai jawaban sementara yang akan dilakukan pengujian
kebenaran.
Bab III METODE PENELITIAN, bagian / bab ini menjelaskan mengenai objek penelitian
yang digunakan, metode pemilihan sampel, teknik analisis data yang digunakan, dan definisi
dari masing-masing variable.
Bab IV HASIL DAN PEMBAHASAN, bagian / bab ini menjelaskan terkait temuan penelitian
dengan menggunakan teori yang telah dibahas di Tinjauan Pustaka, dan membandingkan
temuan yang ada tersebut dengan penelitian terdahulu serta menjelaskan mengapa terjadi
persamaan atau perbedaan.
Bab V PENUTUP, bagian / bab ini yaitu memberikan penejlasan terkait pernyataan kembali
hasil penelitian yang kemudian diintegrasikan dengan tujuan penelitian, selain itu bagian / bab
ini juga berisi s tentang rekomendasi ataupun saran untuk penelitian yang selanjutnya.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
1. Teori Trade-off
Trade-off theory menjelaskan bahwa penetapan struktur modal yang dikatakan optimal
dapat terwujud saat terjadinya kesetaraan antara pengeluaran yang terjadi dengan manfaat yang
diterima atas keputusan penggunaan utang oleh perusahaan. Penggunaan utang sebagai
pendanaan perusahaan dapat memberikan manfaat berupatax shield (Rita dan Mutamimah,
2009).
2. Teori Agensi
Teori ini dipopulerkan oleh (Jansen&Meckling,1976), menjelaskan terkait dua belah pihak
atau lebh yang mengadakan kontrak bisnis, masing-masing mempunyai tujuan yang sama yaitu
untuk memaksimalkan kekayaannya (shareholder wealth). Oleh karena itu, masing-masing
pihak (manajer, kreditur, pemegang saham) mempunyai kepentingan yang sama, sehingga
muncul konflik kepentingan (conflict of interest). Hubungan agensi didefinisikan sebagai suatu
kotrak antara satu atau lebih pihak yang disebutprincipal dan pihak yang disebut sebagai agen,
pendelegasian otoritas pengambilan keputusan bagi agen. Jansen dan Meckling termotivasi
untuk mengintegrasikan elemen-elemen teori agensi, teori hak dan kepemilikan (property
rights), dan teori keuangan untuk mengembangkan teori structural kepemilikan perusahaan.
Untuk itu keduanya mengidentifikasikan agency cost, menunjukan hubungan pada isu
pemisahan dan penegndalian, mengamati sifat agency cost yang disebabkan oleh keberadaan
utang dan modal dari pihak eksternal, mendemonstrasikan pihak yang menimbulakn cost dan
argumentasi mengapa menimbulkan cost, dan mengamati optimalisasi pareto atas
keberadaanya. Agency cost meliputi:
1. Moral Hazard
Hal ini umumnya terjadi pada perusahaan-perusahaan besar, di mana manajer
cenderung akan memanfaatkan insentif yang sesuai dengan kepentingannya atau
berdasarkan keahliannya untuk bayaran yang diterima dari perusahaan dan
kemungkinan hal tersebut tidak masuk dalam kontrak.
2. Jumlah laba yang ditahan
8
Masalah ini berkisar pada kecendrungan untuk melakukan investasi yang berlebihan
oleh pihak manajemen (agen) melalui peningkatan dana pertumbuhan dengan tujuan
untuk memperbesar kekuasaan, prestise, atau memperbesar kemampuan untuk
mendominasi dewan komisaris, maupunpenghargaan bagi dirinya sendiri, namun dapat
menghancurkan kesejahteraan pemegang sahamnya (principal).
3. Horizon waktu
Konflik ini muncul sebagai akibat dari kondisi arus kas, di mana principal lebih
menekankan pada arus kas untuk masa depan yang kondisinya belum pasti, sedangkan
manajemen cenderung menekankan pada hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan
mereka.
4. Penghindaran resiko manajerial
Masalah ini timbul karena adanya batasan diversifikasi portfolio yang berhubungan
dengan pendapatan manajerial atas kinerja yang dicapainya, sehingga manajer akan
meminimalkan resiko saham perusahaan dari keputusan investasi yang meningkatkan
resikonya. DeAngelo (1986) dalam Wicaksana (2012) mengatakan bahwa teori
keagenan (agency theory) menekankan bahwa angka-angka akuntansi memainkan
peranan penting dalam menekan konflik antar prinsipal dan agen. Dari sini jelas bahwa
mengapa manajer memiliki motivasi untuk mengelola data keuangan pada umumnya
dan keuntungan atau earnings pada khususnya. Semuanya tidak terlepas dari apa yang
disebut sebagai usaha-usaha untuk mendapatkan keuntungan atau manfaat pribadi
(obtaining private gains). Dividen dapat digunakan untuk memperkecil masalah
keagenan antara manajer dan pemegang saham (Jensen et al., 1992). Semakin banyak
dividen yang ingin dibayarkan oleh suatu perusahaan, semakin besar kemungkinan
berkurangnya laba ditahan. Hal ini menyebabkan perusahaan harus mencari sumber
dana eksternal untuk melakukan investasi baru. Pembiayaan dividen mungkin dapat
digunakan sebagai alat untuk memonitor atau mengevaluasi hasil kerja manajemen
meskipun pembayaran dividen yang tinggi mengakibatkan pembiayaan eksternal yang
mahal (Weston dan Copeland, 1997). Pembayaran dividen juga berperan dalam
mekanisme monitoring karena membuat manajer harus menyediakan dana yang
mungkin diperoleh dari luaperusahaan yang tentunya akan dapat mengurangi biaya
keagenan (Ambarwati, 2010 dalam Wicaksana, 2012). Berdasarkan teori agensi,
sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan dapat digunakan oleh agent untuk
memaksimalkan kompensasi kinerja agent, yaitu dengan cara menekan beban pajak
perusahaan untuk memaksimalkan kinerja perusahaan.
9
2.2 Kajian Empiris
Adapun pada penelitian mengenai variable atau topik yang sama sudah pernah dilakukan
oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Penelitian tersebut dijadikan dasar bagi penulis untuk
melakuakn penelitian ini dengan melihat saran dan keterbatasan yang ada pada penelitian
terdahulunya.
Pada penelitian yang dilakukan Vivi Lestari Riantami, Dedik Nur Triyanto
(2018)Metode. Total sampel yang didapatkan dari hasil pengurangan dengan menggunakan
teknik purposive sampling adalah sebanyak 55 sampel. Metode analisis data menggunakan
analisis regresi data panel dengan menggunakan software EViews 9.0 dengan melakukan
beberapa tahap pengujian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa financial distress berpengaruh
signifikan terhadap tax avoidance dengan arah negatif, sedangkan proporsi komisaris
independen, intensitas aset tetap, dan pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh signifikan
terhadap tax avoidance.
Terdapat perbedaan metode dalam metode analisis yang digunakan oleh penulis dengan
penelitian yang dilakukan oleh I Made Surya Dharma dan Putu Agus Ardiana (2016). Teknik
analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda.
Sehingga hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Shinta Meilina Purwanti¹
Listya Sugiyarti² (2017) yang menggunakan tiga variable independen yaitu Intensitas Aset
Tetap, Pertumbuhan Penjualan dan Koneksi Politik. Teknik analisa data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda, uji statistk T dan uji statistik F. Hasil
penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa variabel intensitas aset tetap berpengaruh
secara signifikan terhadap tax avoidance, variabel pertumbuhan penjualan berpengaruh secara
signifikan terhadap tax avoidance, sedangkan variabel koneksi politik tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap tax avoidance. Secara simultan intensitas aset tetap, pertumbuhan
penjualan dan koneksi politik berpengaruh secara signifikan terhadap tax avoidance. Perbedaan
yang ada antara penulis dengan penelitian tersebut adalah dalam proyeksi pengukuran pada
variabel leverage serta sampel perusahaan yang digunakan.
10
Penulis menggunakan sampel perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di BEI,
hal ini memiliki persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh WIRNA YOLA
AGUSTI (2010) yang juga menggunakan perusahaan manufaktur sebagai sampel
penelitiannya. Tetapi, penelitian ini juga memiliki perbedaan yaitu, penambahan variabel
independen pengaruh profitabilitas, corporate governance serta tidak adanya variable
intensitas asset tetap untuk diuji apakah memiliki pengaruh terhadap keputusan perusahaan
untuk melakukan tax avoidance serta metode analisis yang digunakan dengan analisis
regresi berganda dengan SPSS 16.0.
Penggunaan regresi berganda sebagai metode analisis juga digunakan dalam
penelitian Putu Winning Arianandini I Wayan Ramantha (2018). Penelitian yang berjudul
Pengaruh Profitabilitas, Leverage, dan Kepemilikan Institusional pada Tax Avoidance ini
menghasilkan kesimpulan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif signifikan pada tax
avoidance, hal ini dikarenakan semakin profitable perusahaan maka perusahaan tersebut
dapat memposisikan diri dalam tax planning sehingga mampu memperoleh pajak yang
optimal, leverage tidak berpengaruh signifikan pada tax avoidance, hal ini disebabkan
karena perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi memiliki beban bungan yangtinggi
serta resiko yang tinggi pula, sehingga jika banyak menggunakan hutang dari pihak luar
perusahaan laba perusahaan menjadi tidak optimal dan kepemilikan institusional tidak
berpengaruh signifikan pada tax avoidance, hal ini disebabkan oleh kurangnya kualitas
sumber daya dari pemilik institusional sehingga mereka tidak mampu melakukan
pengawasan dan kontrol dengan benar terhadap keputusan yang diambil oleh manajer.
Penelitian ini juga didukung dengan penelitian yang dilakukan I Gusti Ayu Dwi Cahya
Dewanti & I Ketut Sujana Yuniasih (2019) yang menyatakan bahwa Leverage tidak
berpengaruh pada tax avoidance karena semakin tinggi tingkat hutang suatu perusahaan,
maka tidak akan memengaruhi adanya praktik tax avoidance. Profitabilitas berpengaruh
negatif pada tax avoidance karena semakin tinggi nilai profitabilitas perusahaan maka
kecenderungan perusahaan melakukan tindakan tax avoidance semakin rendah. CSR
berpengaruh negatif pada tax avoidance hal ini sesuai dengan teori legitimasi yang
menyatakan bahwa perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya selalu
berupaya agar mendapatkan legitimasi atau pengakuan baik dari para stakeholder nya.
11
Semakin tinggi tingkat pengungkapan CSR suatu perusahaan maka perusahaan semakin
menghindari adanya tindakan tax avoidance.
Tetapi, penelitian tersebut tidak didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh
Ida Ayu Rosa Dewinta & Putu Ery Setiawan (2016) dengan teknik analisis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Hasil analisis menunjukkan
bahwa ukuran perusahaan, umur perusahaan, profitabilitas, dan pertumbuhan penjualan
berpengaruh positif terhadap tax avoidance. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi ukuran
perusahaan, umur perusahaan, profitabilitas, dan pertumbuhan penjualan akan
menyebabkan meningkatnya tax avoidance. Leverage tidak berpengaruh terhadap tax
avoidance. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi leverage tidak akan berpengaruh terhadap
meningkatnya tax avoidance.
12
2.3.2 Hipotesis Penelitian
2.3.2.1 Pengaruh Intensitas aset tetap terhadap Tax Avoidance
Aset tetap adalah harta yang dimiliki perusahaan untuk membantu dalam kegiatan
operasional perusahaan yang mempunyai masa manfaat dalam penggunaannya disertai
dengan adanya penyusutan yang dapat dimanfaatkan sebagai pengurang dari segi
pajak. Intensitas dapat dikatakan sebagai suatu aktivitas yang seringkali dilakukan oleh
seseorang ataupun kelompok. Dalam hal ini, perusahaan sebagai suatu kelompok atau
organisasi yang besar menggunakan aset tetap sebagai cara untuk berinvestasi dan
dapat meningkatkan kegiatan operasional menjadi semakin efisien, seperti mesin yang
digunakan untuk melakukan kegiatan produksi. Hubungan agensi terjadi karena adanya
suatu perjanjian atas kontrak yang dilakukan oleh principal dan agen. Principal
memberikan suatu pekerjaan kepada manajer untuk dapat mengambil suatu keputusan
yang terbaik bagi principal. Namun agen harus dapat mempertanggungjawabkan atas
keputusan yang telah diambil. Seringkali tujuan pemegang saham berbeda (agen)
dengan tujuan manajer (principal), tetapi jika principal dan agen mimiliki tujuan yang
sama untuk memaksimumkan utilitas maka agen akan melakukan tindakan yang sesuai
dengan yang diinginkan oleh kepentingan principal (Hendriksen, 2000 dalam Tiarini,
2011). Berdasarkan pembahasan di atas, hasil tersebut sejalan dengan teori agensi yang
mengindikasikan adanya kesepahaman antara principal (pemegang saham) dengan
agent (manajer perusahaan) dalam hal ini meningkatkan keuntungan dari segi aset tetap
yang akan diperoleh perusahaan.
Rodiguez dan Arias (2012) menyebutkan bahwa aset tetap yang dimiliki
perusahaan memungkinkan perusahaan untuk memotong pajak akibat depresiasi dari
aset tetap setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan dengan tingkat aset
tetap yang tinggi memiliki beban pajak yang lebih rendah dibandingkan perusahaan
yang mempunyai aset tetap yang rendah. Perusahaan yang lebih menekankan pada
investasi berupa aset tetap akan memiliki tarif pajak efektif yang rendah (Gupta dan
Newberry, 1997). Hipotesis yang dapat dibentuk atau dirumuskan berdasarkan
penjelasan mengenai teori serta hasil penelitian terdahulu adalah sebagai berikut.
13
2.3.2.2 Pengaruh Leverage terhadap Tax Avoidance
Leverage merupakan suatu perbandingan yang mencerminkan besarnya utang yang
digunakan untuk pembiayaanoleh perusahaan dalam menjalankan aktivitas operasinya.
Perusahaan memilih menggunakan leverage untuk membiayai operasional perusahaan
juga diduga akan memengaruhi pajak yang akan dibayarkan. Semakin besar
penggunaan leverage dalam kegiatan operasional perusahaan akan menambah beban
bunga yang akan dibayar oleh perusahaan sehingga mengurangi beban pajak
perusahaan. Richardson dan Lanis (2007) menemukan bahwa semakin tingginya utang
perusahaan maka nilai ETR perusahaan akanmenjadi semakin rendah.
Teori trade off menyatakan bahwa pendanaan keuangan oleh perusahaan yang
berasal daripenggunaan utang dapat memberi manfaat sebagai pengurang beban pajak
karena penggunaan utang dapat menimbulkan beban bunga yang dapat mengurangi
penghasilan kena pajak perusahaan. Kebijakan keputusan pendanaan yang ditetapkan
oleh perusahaan dapat digambarkan melalui rasio leverage yang dimiliki perusahaan.
14
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Bentuk Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah serta tujuan penelitian yang telah dijabarkan di atas,
maka bentuk penelitian ini adalah penelitian eksplanatori (penjelasan) yaitu suatu
penelitian dengan tujuan untuk menguji suatu hipotesis atau teori yang berguna untuk
memperkuat atau menolak teori dan hipotesis dari penelitian yang sudah ada. Pada
penelitian ini minimal terdapat dua variabel yang dihubungkan dan penelitian ini berfungsi
menjelaskan, meramalkan dan mengontrol suatu gejala.
Oleh karena itu dalam penelitian ini nantinya akan dijelaskan mengenai adanya
hubungan interaktif atau timbal balik antara variabel yang akan diteliti dan sejauh mana
hubungan tersebut saling mempengaruhi. Alasan utama pemilihan jenis penelitian
eksplanatori ini untuk menguji hipotesis yang diajukan agar dapat menjelaskan pengaruh
variabel bebas (Intensitas Aset Trtap, Leverage) terhadap variabel terikat (Tax Avoidance).
3.3 Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder
adalah data yang didapatkan dari sumber yang sudah ada dan bukan diperoleh secara
langsung dari sumber asli atau pihak pertama. Data sekunder dalam penelitian ini adalah
yang dapat diperoleh dengan mengakses website Bursa Efek Indonesia yaitu
www.idx.co.id. Sehinga metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
15
adalah metode dokumentasi, yang dilakukan dengan cara jurnal-jurnal ilmiah dan literatur
yang memuat pembahasan berkaitan dengan penelitian ini.
16
3.4.2 Leverage
Leverage adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya
baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang atau mengukur sejauh mana perusahaan
dibiayai dengan hutang. Leverage menggambarkan tingkat risiko dari perusahaan yang
diukur dengan membandingkan total hutang perusahaan dengan total aset yang dimiliki
perusahaan. Total hutang yang digunakan untuk menghitung rasio hutang adalah total
hutang perusahaan yang tertera dalam neraca baik hutang jangka pendek dan jangka
panjang. Intensitas aset tetap perusahaan menggambarkan banyaknya investasi perusahaan
terhadap aset tetap perusahaan. Size atau ukuran perusahaan merupakan tingkat ukuran
besar kecilnya suatu perusahaan.
Aset tetap adalah aset berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau
dengan dibangun terlebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak
dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa
manfaat lebih dari satu tahun (PSAK No. 16 Tahun 2007 dalam Waluyo, 2014:108).
Intensitas aset tetap menurut Mulyani dalam Meisiska (2016) merupakan proporsi di mana
dalam aset tetap terdapat pos bagi perusahaan untuk menambahkan beban yaitu beban
penyusutan yang ditimbulkan oleh aset tetap sebagai pengurang penghasilan, jika aset tetap
semakin besar maka laba yang dihasilkan akan semakin kecil, karena adanya beban
penyusutan yang terdapat dalam aset tetap yang dapat mengurangi laba.
17
Menurut Gujarati (2006) analisis regresi ialah suatu kajian pada hubungan
sebuah variabel yang dinamakan variabel yang diterangkan (the expalined variable)
dengan satu atau lebih variabel yang menerangkan (the explanatory). Variabel pertama
dikenal juga dengan variabel tergantung dan variabel ke dua dikenal juga dengan
variabel bebas. Variabel bebas lebih dari satu menggunakan analisis regresi linier
berganda sebab pengaruh variabel-variabel bebas dikenakan pada variabel bergantung.
Pada metode analisis ini semua variable berskala data interval atau rasio. Dengan kata
lain data yang digunakan adalah data kuantitatif atau numeric. Dalam contoh tersebut
juga dijelaskan bahwasanya variable bebas lebih dari satu, yaitu Intensitas Aset Tetap,
Leverage.
18
Asumsi normalitas pada regresi linear adalah pada residualnya, bukan
pada data per variable nya. Uji Asumsi normalitas regresi linear dapat
diuji dengan berbagai metode uji normalitas, seperti uji Shapiro wilk,
lilliefors atau Kolmogorov smirnov, Anderson darling, ryan joiner,
Shapiro francia, jarque bera, skewnesss kurtosis test dan berbagai jenis
uji normalitas lainnya.
4. Non Outlier
Outlier disebut dengan data pencilan atau data yang nilainya extreme
atau lain dari pada yang lainnya. Batasan outlier atau tidak bisa dilihat
dari nilai absolut studentized residual. Jika absolut studentized residual
> 3 maka sampel atau observasi yang dimaksud menjadi outlier.
5. Homoskedastisitas
Homoskedastisitas adalah sebuah kondisi dimana varians dari error
bersifat konstan atau tetap. Dengan kata lain bahwa varians dari error
bersifat identic untuk setiap pengamatan. Kebalikan dari
homoskedastisitas adalah heteroskedastisitas. Model regresi linear
berganda yang baik adalah model yang bebas dari kondisi
heteroskedastisitas. Untuk menguji homoskedastisitas regresi linear
berganda, dapat digunakan uji homoskedastisitas dari glejser, uji park,
uji white, spearman heteroskedastisitas, dan masih banyak uji lainnya.
6. Non Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah keadaan dimana terdapat interkorelasi atau
korelasi kuat antar variable bebas di dalam model. Dinyatakan ada
interkorelasi jika korelasi antar variable bebas di dalam model regresi
linear berganda > 0,8. Beberapa pakar menggunakan batasan lebih dari
0,9. Cara lain yang lebih objektif adalah dengan menggunakan nilai
variance inflating factor (VIF) dan tolerance. Dikatakan ada
multikolinearitas jika nilai VIF > 10 dan/atau nilai tolerance < 0,01.
Berdasarkan uraian diatas, maka jelas sekali bahwa asumsi
multikolinearitas hanya ada dalam regresi linear berganda dan tidak ada
pada regresi linear sederhana. Sebab pada regresi linear berganda ada
19
lebih dari satu vriabel bebas, sedangkan pada regresi linear sederhana
hanya ada satu variable bebas.
7. Non Autokorelasi
Autokorelasi dapat diartikan bahwa terdapat korelasi antar waktu.
Sehingga bisa diartikan dengan mudah bahwa autokorelasi ini sering
terjadi pada regresi linear berganda dengan data time series atau runtun
waktu. Dan jarang sekali terjadi pada data cross section. Data runtun
waktu ini misalnya data return saham sebuah perusahaan per bulan dari
tahun 2012 sd 2017. Sedangkan data cross section, misalnya data hasil
dari kuesioner yang disebarkan pada semua siswa sebuah kelas, dimana
hanya diukur satu kali saja. Uji autokorelasi ini bisa diuji dengan
menggunakan nilai Durbin Watson (DW) dan run test. Jika
menggunakan uji Durbin Watson, dikatakan tidak ada autokorelasi jika
nilai DW hitung > Batas atas DW table dan (4 – DW Hitung) > Batas
atas DW Tabel.
20
DAFTAR PUSTAKA
Dwiyanti, I, A, I., Jati, I, K (2019). Pengaruh Profitabilitas, Capital Intensity, dan Inventory
Intensity pada Penghindaran Pajak. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. Vol.27. (2019):
2293-2321.
21
Ida Ayu Rosa Dewinta, I, A, R., Putu Ery Setiawan, P, E (2016). PENGARUH UKURAN
PERUSAHAAN, UMUR PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, LEVERAGE, DAN
PERTUMBUHAN PENJUALAN TERHADAP TAX AVOIDANCE. E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana. Vol.14.3. Maret (2016): 1584-1613.
Nyoman Budhi Setya Dharma, N, B, S., Noviari, N (2017). PENGARUH CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY DAN CAPITAL INTENSITY TERHADAP TAX AVOIDANCE. E-Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana. Vol.18: 529-556.
Shinta Meilina Purwanti, S, M., Sugiyarti, L (2017). Pengaruh Intensitas Aset Tetap,
Pertumbuhan Penjualan dan Koneksi Politik Terhadap Tax Avoidance. Jurnal Riset Akuntansi
dan Keuangan. Vol.5.
22
https://www.statistikian.com/2018/01/penjelasan-tutorial-regresi-linear-berganda.html
http://digilib.unila.ac.id/3467/16/BAB%20II.pdf
https://scholar.google.co.id/scholar?start=20&q=jurnal+tentang+intensitas+aset+tetap,+leverage
+terhadap+tax+avoidance&hl=id&as_sdt=0,5&as_vis=1
https://id.wikipedia.org/wiki/Manufaktur
https://www.google.com/search?q=penelitian+eksplanatori+menurut+para+ahli&oq=peneli&aqs
=chrome.0.69i59j69i57j0l3j69i60l3.2539j0j4&sourceid=chrome&ie=UTF-8
https://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&as_sdt=0,5&q=penelitian+explanatory+menurut+para
+ahli
https://www.studinews.co.id/analisis-regresi/
23