Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)

Agency Theory dikemukakan oleh Jensen dan Meckling (1976) yang

menjelaskan tentang konflik yang terjadi antara agen (manajer) dan principal

(pemilik). Dari sudut pandang teori agensi, prinsipal (pemilik atau manajemen

puncak) membawahi agen (karyawan atau manajer yang lebih rendah) untuk

melaksanakan kinerja yang efisien. Agen dan prinsipal diasumsikan termotivasi

oleh kepentingannya sendiri dan sering kali kepentingan antara keduanya

berbenturan, sehingga menyebabkan timbulnya kesenjangan informasi antara

pemegang saham dan manajer. Perbedaan kepentingan tersebut mengakibatkan

timbulnya konflik, hal itu terjadi karena apa yang dilakukan manajer

mengutamakan kepentingan pribadi, sebaliknya pemegang saham tidak menyukai

kepentingan pribadi dari manajer.

2.1.2 Teori Sinyal (Signalling Theory)

Teori sinyal adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh manajemen

perusahaan guna memberi gambaran terhadap investor mengenai prospek

perusahaan (Brigham dan Houston, 2001 dalam Ida Bagus dan naniek, 2017).

Dari pernyataan tersebut, dapat diketahui bahwa teori sinyal menekankan pada

pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan

investasi pihak di luar perusahaan. Informasi sangat penting bagi investor dan

10
11

pelaku bisnis, karena informasi dapat menyajikan keterangan,catatan serta

gambaran baik untuk keadaan di masa lalu, saat ini maupun kedaaan di masa yang

akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan. Informasi yang lengkap,

relevan, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan investor di pasar modal sebagai

alat analisis untuk mengambil keputusan investasi. Informasi yang yang bersifat

relevan contohnya yaitu informasi laporan tahunan, hal tersebut sangat penting

bagi investor. Laporan tahunan dapat berupa informasi akuntansi yaitu laporan

yang berkaitan dengan laporan keuangan serta informasi non akuntansi yang tidak

berkaitan dengan laporan keuangan. Di Indonesia informasi-informasi yang harus

diungkapkan dalam laporan tahunan diatur dalam Keputusan Ketua Bapepam dan

Lembaga Keuangan nomor : KEP-431/BL/2012. Jika perusahaan ingin sahamnya

dibeli maka perusahaan harus mengungkapkan laporan keuangan secara terbuka

dan transparan. Informasi yang diberikan dapat berupa informasi positif maupun

negatif. Informasi positif ini dapat berupa nilai laba bersih yang tinggi sehingga

dapat meningkatkan nilai perusahaan yang sejalan dengan keinginan dari pemilik

perusahaan, agar memiliki nilai perusahaan yang tinggi. Dan salah satu cara untuk

meningkatkan laba yang tinggi adalah dengan perencanaan pajak atau disebut juga

penghindaran pajak.

Dengan adanya teori sinyal ini, dapat disimpulkan bahwa pihak

manajemen perusahaan terutama perusahaan yang telah go public pasti

memberikan informasi kepada para investor sehingga investor dapat mengetahui

keadaan perusahaan dan prospeknya di masa yang akan datang. Dan pengeluaran

investasi memberikan sinyal positif tentang pertumbuhan perusahaan dimasa yang


12

akan datang, sehingga dapat meningkatkan saham sebagai indkator nilai

perusahaan. Selain itu, bagi pihak manajemen, praktik penghindaran pajak yang

diilakukan dapat memberikan sinyal positif kepada pihak investor yang akan

berdampak terhadap naiknya nilai perusahaan.

2.1.3 Pajak

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2009

mengenai Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pasal 1 ayat 1 adalah

“Kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan

yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan

imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-

besarnya kemakmuran rakyat”.

Pajak merupakan suatu kewajiban atau beban yang harus dipenuhi oleh

wajib pajak orang pribadi maupun perusahaan. Perusahaan menganggap bahwa

pajak adalah suatu beban yang harus diminimalkan agar memperoleh laba yang

tinggi atau kas yang dikeluarkan tidak terlalu besar, sehingga manajer perusahaan

melakukan berbagai cara untuk mengurangi beban pajaknya, baik yang

diperbolehkan maupun yang tidak diperbolehkan oleh undang-undang perpajakan

yang berlaku. Pajak merupakan unsur pengurang laba yang tersedia baik untuk

dibagikan kepada pemegang saham maupun diinvestasikan kembali (Suandy :

2008).

Menurut Suandy (2008) ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak

adalah :
13

a. Pajak peralihan kekayaan dari orang/badan ke Pemerintah.

b. Pajak dipungut berdasarkan kekuatan undang-undang serta aturan

pelaksanaannya, sehingga dapat dipaksakan.

c. Dalam pembayaran pajak, tidak dapat ditunjukkan adanya kontaprestasi

langsung secara individual yang diberikan oleh pemerintah.

d. Pajak dipungut oleh negara, baik oleh pemerintah pusat maupun

pemerintah daerah.

e. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila

dari pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk

membiayai investasi publik.

f. Pajak dapat digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu dari

pemerintah.

g. Pajak dapat dipungut secara langsung atau tidak langsung.

2.1.4 Penghindaran Pajak

Penghindaran pajak adalah proses pengendalian tindakan agar terhindar

dari konsekuensi pengenaan pajak yang tidak dikehendaki. Penghindaran pajak

merupakan suatu tindakan yang benar-benar legal. Penghindaran pajak (tax

avoidance) adalah usaha pengurangan secara legal yang dilakukan dengan cara

memanfaatkan ketentuan-ketentuan di bidang perpajakan secara optimal seperti,

pengecualian dan pemotongan-pemotongan yang diperkenankan maupun manfaat

hal-hal yang belum diatur dan kelemahan-kelemahan yang ada dalam peraturan

perpajakan yang berlaku (Suandy, 2008). Dalam definisi luas, penghindaran pajak
14

merupakan serangkaian strategi perencanaan pajak, karena secara ekonomis

berusaha untuk memaksimalkan penghasilan setelah pajak. Mohammad Zain

(2008) dalam Ida Bagus dan Naniek (2017) mengemukakan pengertian dari

perencanaan pajak yaitu “Tindakan penstrukturan yang terkait dengan

konsekuensi potensi pajaknya, yang tekanannya kepada pengendalian setiap

transaksi yang ada konsekuensi pajaknya. Tujuannya adalah bagaimana

pengendalian tersebut dapat mengefisiensi jumlah pajak yang akan ditransfer ke

pemerintah, melalui apa yang disebut sebagai penghindaran pajak (tax avoidance)

dan bukan penyelundupan pajak (tax evasion) yang merupakan tindak pidana

fiskal yang tidak akan ditoleransi”. Dari beberapa pengertian tersebut dapat

disimpulkan bahwa penghindaran pajak sangat berhubungan dengan perencanaan

pajak yang bertujuan untuk meminimalisir jumlah maupun total pajak terutang

oleh wajib pajak secara sah dari hukum atau memaksimalkan penghasilan setelah

pajak.

Tindakan penghindaran pajak mengeluarkan beberapa biaya, yaitu

pengorbanan waktu dan tenaga untuk melakukan penghindaran pajak serta adanya

risiko jika penghindaran pajak terungkap. Risiko ini mulai dari yang dapat dilihat,

yaitu bunga dan denda serta yang tidak terlihat, yaitu kehilangan reputasi

perusahaan yang akan berakibat buruk bagi kelangsungan usaha jangka panjang

perusahaan. Risiko penghindaran pajak yang lain yaitu timbulnya masalah agensi.

Hal tersebut timbul jika manajer memanfaatkan posisinya untuk mengalihkan

sumber daya perusahaan untuk pribadinya, dimana manajer yang menggerakkan


15

jalannya perusahaan termasuk menentukan tingkat penghindaran pajak yang akan

dilakukan perusahaan (Puspita, 2014 dalam Ampriyanti dan Aryani, 2016).

Komite urusan fiskal dari Organization for Economic Co – operation and

Development (OECD) dalam Suandy (2008) menyebutkan bahwa karakteristik

dari penghindaran pajak mencakup tiga hal, yaitu :

a. Adanya unsur artifisial dimana berbagai pengaturan seolah-olah terdapat

di dalamnya padahal tidak, dan ini dilakukan karena ketiadaan faktor

pajak.

b. Skema semacam ini sering memanfaatkan loopholes dari undang-undang

atau menerapkan ketentuan-ketentuan legal untuk berbagai tujuan, padahal

bukan itu yang sebetulnya dimaksudkan oleh pembuat undang-undang.

c. Kerahasiaan juga sebagai bentuk dari skema ini dimana umumnya para

konsultan menunjukkan alat atau cara untuk melakukan penghindaran

pajak dengan syarat wajib pajak menjaga serahasia mungkin (Council of

Executive Secretaries of Tax Organizations, 1991).

2.1.5 Leverage

Arti harfiah dari “leverage” sebenarnya adalah kekuatan pengungkit,

berasal dari kata “lever” yang berarti pengungkit (Suad Husnan, 1994). Leverage

adalah penggunaan assets dan sumber dana (sources of founds) oleh perusahaan

yang memiliki biaya tetap (beban tetap) dengan maksud agar meningkatkan

keuntungan potensial pemegang saham (Agus Sartono, 1998). Pengelolaan

leverage sangat penting karena tingginya penggunaan leverage dapat


16

meningkatkan nilai perusahaan yang dikarenakan adanya perlindungan pajak.

Selain itu leverage juga meningkatkan variabilitas (risiko) keuntungan, karena

jika perusahaan ternyata mendapatkan keuntungan yang lebih rendah dari biaya

tetapnya maka penggunaan leverage akan menurunkan keuntungan dari pemegang

saham.

Tujuan leverage bagi suatu perusahaan adalah meningkatkan hasil

pengambilan bagi para pemegang saham biasa, walaupun hal tersebut berdampak

pada peningkatan risiko yang ditanggung baik risiko bisnis maupun keuangan.

Perubahan leverage menghasilkan perubahan pada tingkat pengambilan risiko,

apabila leverage mengalami peningkatan maka tingkat pengembalian dan risiko

juga mengalami peningkatan.

Menurut Syari (2014) macam-macam leverage adalah sebagai berikut :

a. Operating leverage

Operating leverage adalah besarnya perusahaan menggunakan biaya

operasi tetap. Operating leverage timbul karena adanya fixed operating

cost yang digunakan perusahaan untuk menghasilkan pendapatan. Fixed

operating cost tidak berubah dengan adanya perubahan penjualan. Dengan

demikian dapat didefinisikan bahwa leverage operasi adalah sebagai

penggunaan potensial biaya-biaya operasi untuk memperbesar pengaruh

perubahan dalam penjualan terhadap laba sebelum bunga dan pajak

perusahaan. Dari definisi tersebut hal penting yang mendasar untuk

menganalisa operating leverage dari suatu perusahaan adalah sifat atau


17

perilaku biaya yang akan mempengaruhi struktur biaya pada perusahaan

tersebut.

b. Financial leverage

Financial leverage terjadi apabila perusahaan menggunakan hutang selain

modal sendiri dalam struktur financialnya. Dengan menggunakan leverage

keuangan akan mempengaruhi besar kecilnya rentabilitas modal sendiri

secara proporsional. Dengan masuknya pinjaman ke dalam struktur modal,

keuntungan atas modal sendiri lebih meningkat. Dari leverage keuangan

akan diperoleh manfaat jika dana yang di pinjam dengan suku bunga

tertentu dapat digunakan untuk memperoleh tingkat keuntungan yang lebih

tinggi dari bunga pinjamannya. Leverage keuangan merupakan perubahan

prosentase tertentu dalam EBIT.

Leverage keuangan dapat menggunakan dua ukuran yaitu :

1. Rasio total utang terhadap total aktiva (Debt Ratio/DR)

Mengukur persentase dana yang disediakan oleh kreditor terhadap total

aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Dan secara matematis, dapat

dihitung dengan cara membagi antara total utang yang di pinjam

dengan total aktiva. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan risiko

keuangan yang dihadapi perusahaan semakin tinggi, karena utang

membawa konsekuensi beban bunga tetap (Warsono, 2003 : 36 dalam

Syari, 2014).
18

2. Rasio total utang terhadap modal/ekuitas (Debt to Equity Ratio/DER)

Menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik dapat menutupi

utang kepada pihak luar. Dan secara matematis dapat di hitung dengan

cara total utang di bagi dengan total modal/equity. Semakin kecil rasio

maka semakin baik (Harahap,2007:303 dalam Syari,2014).

2.1.6 Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap tingkat

keberhasilan perusahaan yang sering dikaitkan dengan harga saham (Sujoko dan

Soebiantoro, 2007 dalam Rudangga dan Sudiarta, 2016). Dan menurut Bringham

(1996) dalam Rudangga dan Sudiarta (2016) nilai perusahaan atau value of the

firm merupakan konsep penting investor karena merupakan indikator bagaimana

pasar menilai perusahaan secara keseluruhan. Nilai perusahaan yang tinggi akan

diikuti dengan tingginya kemakmuran para pemegang saham. Nilai perusahaan

dapat memberikan kemakmuran bagi pemegang saham apabila harga saham

perusahaan meningkat. Sehingga jika nilai perusahaan tinggi maka kemakmuran

pemilikpun akan tinggi, karena nilai perusahaan yang tinggi menggambarkan

harga saham yang tinggi.

Dalam menilai saham atau harga sahamnya, menurut Tandelilin (2010 :

301) dalam Rudangga dan Sudiarta (2016) menyatakan bahwa terdapat dua

analisis yang bisa dilakukan, yaitu :


19

a. Analisis yang bersifat teknikal

Analisis teknikal biasanya berupa grafik dalam melakukan penelitiannya.

Penilaiannya yaitu dengan cara The Down Theory, analisis rata-rata

bergerak, dan analisis relative strength.

b. Analisis yang bersifat fundamental

Analisis ini menggunakan pendekatan sebagai berikut :

1. Pendekatan nilai sekarang

Pendekatan ini merupakan perhitungan harga saham dengan cara

mendiskontokan aliran kas yang diharapkan di masa yang akan datang

dengan tingkat diskonto sesuai dengan tingkat return yang diharapkan

investor. Harga intrinsik saham ini akan sama dengan nilai diskonto

cashflow yang akan diterima investor di masa mendatang.

2. Pendekatan Price Earning Ratio (PER)

Pendekatan PER akan menggambarkan perbandingan antara harga

saham terhadap earning perusahaan dalam bentuk rasio. Pendeketan ini

juga memberikan informasi seberapa besar rupiah yang harus

dibayarkan investor untuk mendapatkan setiap Rp 1 dari laba

perusahaan.

3. Rasio harga per nilai buku atau Price to Book Value (PBV)

Secara teoritis, harga suatu saham harus menggambarkan buku saham

itu sendiri. Rasio harga terhadap nilai buku umumnya digunakan untuk

menilai saham dari sektor perbankan karena aset-aset bank memiliki

nilai pasar dan nilai buku yang relatif sama (Tandelilin, 2010:323
20

dalam Rudangga dan Sudiarta, 2016). Rasio ini mengukur nilai yang

diberikan pasar keuangan kepada manajemen dan organisasi

perusahaan sebagai perusahaan yang harus tumbuh.

4. Rasio harga terhadap aliran kas

Pada dasarnya pendekatan ini menghitung harga saham berdasarkan

aliran kasnya (cashflow) perusahaan bukan berdasarkan earning yang

diperoleh perusahaan.

5. Pendekatan Economic Value Added (EVA)

Ukuran keberhasilan perusahaan dalam meningkatkan nilai perusahaan

merupakan pengertian dari EVA. Semakin baik kinerja perusahaan,

maka terdapat peningkatan harga saham dari perusahaan tersebut. Jika

rasio ini positif, maka akan terdapat nilai tambah dari perusahaan

tersebut sehingga akan meningkatkan harga saham perusahaan begitu

juga sebaliknya.

6. Price Earning Ratio (PER)

PER adalah perbandingan antara harga saham dengan laba bersih

perusahaan, dimana harga saham sebuah emiten dibandingkan dengan

laba bersih yang dihasilkan oleh emiten tersebut dalam setahun

(Brigham dan Houston, 2006:92 dalam Rudangga dan Sudiarta, 2016).

2.1.7 Transparansi Perusahaan

Bushman dan Smith (2003) dalam Pradnyana dan Noviari (2017)

mengemukkan transparansi perusahaan merupakan ketersediaan informasi yang


21

beredar luas dan bisa dipercaya terhadap kinerja perusahaan dalam suatu periode

tertentu, posisi keuangan, kesempatan investasi, pemerintah, nilai serta risiko

perusahaan yang sifatnya umum. Transparansi yang dimaksud adalah transparansi

dari informasi yang diharapkan mampu membantu mengurangi dari masalah

agensi yang ada maupun konflik keagenan diantara pemegang kepentingan

(Asmstrong et al., 2010 dalam Pradnyana dan Noviari 2017). Dalam tingkatan

negara, Bushman, Piotroski, dan Smith (2004) mengidentifikasikan dua jenis

transparansi perusahaan yaitu transparansi keuangan dan transparansi

pemerintahan.

2.2 Hubungan Logis Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis

2.2.1 Pengaruh Penghindaran Pajak terhadap Nilai Perusahaan

Penghindaran pajak merupakan pemotongan atau pengurangan kewajiban

pajak perusahaan (Dyreng et al., 2008). Penghindaran pajak adalah salah satu

perencanaan pajak yang bertujuan untuk mengurangi pajak secara legal.

Penghindaran pajak yang dilakukan oleh Wajib pajak memang tindakan yang

legal, selama tidak menyalahi aturan perundang-undangan perpajakan, tetapi jika

dilihat dari segi penerimaan negara pastinya akan berkurang karena Wajib Pajak

mencari celah untuk mengatur pajaknya tanpa harus melanggar aturan perpajakan.

Dengan beberapa penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa penghindaran

pajak yang dilakukan oleh suatu perusahaan akan meningkatkan nilai perusahaan.

Penelitian Amalia dan Catur (2014) menyimpulkan bahwa tax avoidance

berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, hal ini didukung oleh penelitian

Stevanus dan Aditya (2015), yang berarti bahwa semakin tinggi tax avoidance
22

maka semakin rendah nilai perusahaan. Berdasarkan penjelasan tersebut,

dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

H1: Penghindaran Pajak berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan

2.2.2 Pengaruh Leverage terhadap Nilai Perusahaan

Leverage merupakan suatu alat penting dalam pengukuran efektivitas

penggunaan utang perusahaan. Dengan menggunakan leverage, perusahaan tidak

hanya dapat memperoleh keuntungan namun juga dapat mengakibatkan

perusahaan mengalami kerugian, karena leverage keuangan berarti perusahaan

membebankan risiko kepada pemegang saham sehingga mempengaruhi return

saham (Weston dan Copeland,1999 dalam Prasetyorini, 2013).

Leverage muncul dikarenakan perusahaan yang ingin memenuhi

kebutuhan sehari-harinya untuk beroperasi yang menggunakan aktiva serta

sumber dana yang menimbulkan beban tetap yang berupa biaya penyusutan dari

aktiva tetap, serta biaya bunga dari hutang dan juga dapat meningkatkan return

atau penghasilan bagi perusahaan atau pemegang saham. Penelitian Anita

Tarihoran (2016) dan Rudanggan dan Sudiarta (2016) menyimpulkan bahwa

leverage berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, yang menjelaskan

bahwa apabila perusahaan mengalami kenaikan pada rasio leverage maka nilai

perusahaan akan mengalami kenaikan. Berdasarkan penjelasan tersebut,

dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

H2: Leverage berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan


23

2.2.3 Pengaruh Transparansi Perusahaan dalam Memoderasi Hubungan

Penghindaran Pajak terhadap Nilai Perusahaan

Transparansi dapat dikatakan sebagai ketersediaan informasi bagi pihak

luar. Perusahaan yang memiliki transparansi tinggi, umumnya mendapat penilaian

yang tinggi pula dari para investor. Transparansi juga dapat dikatakan sebagai

keterbukaan dalam melaksanakan suatu proses kegiatan perusahaan. Dengan

transparansi, pihak-pihak yang terkait dapat melihat dan memahami bagaimana

dan atas dasar apa keputusan-keputusan tertentu dibuat serta bagaimana suatu

perusahaan dikelola.

Penghindaran pajak dapat berdampak pada menurunnya nilai perusahaan.

Namun, dengan meningkatkan trasnparansi perusahaan seorang manajer

perusahaan dapat mencegah turunnya nilai perusahaan. Tingginya pendanaan

perusahaan menggunakan hutang mencerminkan risiko perusahaan relatif tinggi.

Akibatnya, investor akan menghindari saham yang tingkat leverage nya tinggi.

Hal tersebut dapat menurunkan nilai perusahaan. Transparansi pada laporan

keuangan diharapkan dapat membantu investor dalam memahami informasi serta

membantu dalam mengambil keputusan investasi yang akhirnya mempengaruhi

harga saham atau nilai perusahaan. Penelitian Anita Tarihoran (2016) dan Amalia

dan Catur (2014) menyimpulkan bahwa transparansi perusahaan mampu

memoderasi huungan antara variabel independen terhadap nilai perusahaan.

Berdasarkan penjelasan tersebut, dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

H3: Transparansi Perusahaan Memoderasi Hubungan antara Penghindaran

Pajak terhadap Nilai Perusahaan.


24

2.2.4 Pengaruh Transparansi Perusahaan dalam Memoderasi Hubungan

Leverage terhadap Nilai Perusahaan

Transparansi bisa diartikan sebagai keterbukaan informasi, baik dalam

proses pengambilan keputusan maupun dalam mengungkapkan informasi material

dan relevan mengenai perusahaan. Prinsip transparansi menghendaki adanya

keterbukaan dan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan

keterbukaan dalam pengungkapan (disclosure) informasi perusahaan.

Pengungkapan sukarela merupakan ukuran penting untuk menilai keterbukaan

informasi oleh perusahaan. Penelitian Anita Tarihoran (2016) dan Amalia dan

Catur (2014) menyimpulkan bahwa transparansi perusahaan mampu memoderasi

huungan antara variabel independen terhadap nilai perusahaan.

Berdasarkan penjelasan tersebut, dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

H4 : Transparansi Perusahaan Memoderasi Hubungan antara Leverage

terhadap Nilai Perusahaan.

2.3 Penelitian Terdahulu

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pengaruh

penghindaran pajak dan leverage terhadap nilai perusahaan dengan transparansi

perusahaan sebagai variabel moderasi. Adapun penelitian-penelitian terdahulu

sebagai berikut :

Anita Tarihoran (2016) tentang pengaruh penghindaran pajak dan leverage

terhadap nilai perusahaan dengan transparansi perusahaan sebagai variabel

moderasi. Penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di


25

Bursa Efek Indonesia untuk periode 2011-2014. Hasilnya menyatakan bahwa

secara simultan variabel penghindaran pajak dan leverage berpengaruh signifikan

terhadap nilai perusahaan. Secara parsial variabel penghindaran pajak tidak

berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Secara parsial variabel leverage

berpengaruh signifikan positif terhadap nilai perusahaan. Transparansi perusahaan

mampu memoderasi hubungan variabel independen terhadap nilai perusahaan.

Amalia Ilmiani dan Catur Ragil Sutrisno (2014) tentang pengaruh tax

avoidance terhadap nilai perusahaan dengan transparansi perusahaan sebagai

variabel moderating. Data dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2012. Penentuan sampel dalam

penelitian ini berdasarkan purposive sampling, dan jumlah sampel yang diperoleh

adalah 25 perusahaan. Hasilnya menyatakan bahwa tax avoidance berpengaruh

signifikan negatif terhadap nilai perusahaan. Dan variabel transparansi mampu

memoderasi hubungan antara tax avoidance terhadap nilai perusahaan.

I Gusti Ngurah Gede Rudangga dan Gede Merta Sudiarta (2016) tentang

pengaruh ukuran perusahaan, leverage, profitabilitas terhadap nilai perusahaan.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

observasi non partisipan. Menggunakan teknik penentuan sampel purposive

sampling. Hasilnya menyatakan bahwa ukuran perusahaan secara parsial

berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan. Leverage secara parsial

berpengaruh positif signifikan terhdap nulai perusahaan. Serta profitabilitas secara

parsial berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan.


26

Ade Pendria Astuti dan Yulia Efni (2015) tentang pengaruh kesempatan

investasi, leverage terhadap kebijakan deviden dan nilai perusahaan pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasilnya

menyatakan bahwa kesempatan investasi berpengaruh langsung secara signifikan

terhadap nilai perusahaan. Kesempatan investasi yang dimediasi oleh kebijakan

deviden tidak berpengaruh tidak langsung secara signifikan terhadap nilai

perusahaan. Leverage tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai

perusahaan. Leverage yang dimediasi oleh kebijakan deviden tidak berpengaruh

tidak langsung secara signifikan terhadap nilai perusahaan. Kebijakan deviden

tidak berpengaruh langsung secara signifikan terhadap nilai perusahaan.

Stevanus Tri Anggoro dan Aditya Septiani (2015) tentang analisis

pengaruh perilaku penghindaran pajak terhadap nilai perusahaan dengan

transparansi sebagai variabel moderating. Populasi dari penelitian ini adalah

perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia

pada tahun 2010-2013. Hasilnya menyatakan bahwa perilaku penghindaran pajak

berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan dengan arah positif. Perilaku

penghindaran pajak berpengaruh signifikan terhadap biaya agensi. Transparansi

laporan keuangan dapat memoderasi pengaruh penghindaran pajak terhadap nulai

perusahaan.
27

Tabel 2.1
Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu

No PENELITI SAMPEL VARIABEL DAN HASIL


DAN DAN METODE
TAHUN PERIODE PENELITIAN
PENELITIAN
1. Amalia Perusahaan Variabel dependen: Tax Avoidance
Ilmiani dan manufaktur Nilai Perusahaan berpengaruh
Catur Ragil yang terdaftar Variabel Independen : signifikan
Sutrisno di Bursa Efek Tax Avoidance negatif terhadap
(2014) Indonesia tahun Variabel Moderasi : nilai
2010-2012 Transparansi perusahaan.
Perusahaan Transparansi
perusahaan
Metode penelitian mampu
menggunakan data memoderasi
sekunder dengan hubungan tax
menggunakan teknik avoidance
purposive sampling terhadap nilai
perusahaan.

2. Ade Pendria Perusahaan Variabel dependen Kesempatan


Astuti dan manufaktur :Kebijakan Deviden investasi
Yulia Efni yang terdaftar dan Nilai Perusahaan berpengaruh
(2015) di Bursa Efek Variabel Independen : langsung secara
Indonesia tahun Kesempatan Investasi, signifikan
2008-2012 dan Leverage terhadap Nilai
Perusahaan.
Metode penelitian yang Leverage tidak
digunakan yaitu mrtoe berpengaruh
purposive sampling langsung secara
signifikan
terhadap Nilai
Perusahaan.
Kesempatan
Investasi
dimediasi oleh
kebijakan
deviden tidak
berpengaruh
tidak langsung
secara
signifikan
terhadap Nilai
Perusahaan.
28

Leverage
dimediasi oleh
Kebijakan
deviden tidak
berpengaruh
tidak tidak
langsung secara
signifikan
terhadap Nilai
Perusahaan.

3. Stevanus Tri Perusahaan Variabel dependen : Perilaku


Anggoro manufaktur Nilai Perusahaan dan penghindaran
dan Aditya yang terdaftar Biaya Agensi pajak
Septiani di Bursa Efek Variabel independen : berpengaruh
(2015) Indonesia tahun Perilaku penghindaran signifikan
2010-2013 pajak positif terhadap
Variabel moderasi : nilai
Transparansi laporan perusahaan.
keuangan Perilaku
penghindaran
Metode penelitian pajak
menggunakan data berpengaruh
sekunder. signifikan
terhadap Biaya
agensi.
Transparansi
laporan
keuangan
memoderasi
pengaruh
penghindaran
pajak terhadap
nilai
perusahaan.

4. Anita Perusahaan Variabel dependen : Penghindaran


Tarihoran manufaktur Nilai Perusahaan pajak
(2016) yang terdaftar Variabel Independen : berpengaruh
di Bursa Efek Penghindaran Pajak signifikan
Indonesia tahun dan Leverage (simultan) dan
2011-2014 (141 Variabel moderasi : tidak
perusahaan) Transparansi berpengaruh
Perusahaan signifikan
(parsial)
Metode penelitian terhadap nilai
29

menggunakan metode perusahaan.


dokumentasi terhadap Leverage
data sekunder. Dengan berpengaruh
menggunakan teknik signifikan
purposive sampling. (simultan) dan
berpengaruh
signifikan
positif (parsial)
terhadap nilai
perusahaan.
Transparansi
perusahaan
mampu
memoderasi
hubungan
variabel
independen
terhadap nilai
perusahaan.

5. I Gusti Perusahaan Variabel dependen: Ukuran


Ngurah Food and Nilai Perusahaan Perusahaan
Gede Beverage yang Variabel Independen : berpengaruh
Rudangga terdaftar di Ukuran Perusahaan, positif
dan Gede Bursa Efek Leverage dan signifikan
Merta Indonesia tahun Profitabilitas (parsial)
Sudiarta 2011-2014 terhadap nilai
(2016) Metode penelitian perusahaan.
menggunakan metode Leverage
observasi non berpengaruh
partisipan positif
signifikan
(parsial)
terhadap nilai
perusahaan.
Profitabilitas
berpengaruh
positif
signifikan
(parsial)
terhadap nilai
perusahaan.
Sumber: Dari berbagai jurnal
30

2.4 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan tinjauan pustaka dan penelitian terdahulu, maka peneliti

mengindikasikan variabel penghindaran pajak (tax avoidance) dengan

menggunakan perhitungan Cash Effective Tax Rate (Cash ETR). Selain itu

penelitian ini juga menggunakan variabel leverage dengan menggunakan

perhitungan Debt to Equity Ratio (DER). Nilai perusahaan digambarkan melalui

nilai pasar saham pada perusahaan tersebut dan nilai perusahaan akan diukur

menggunakan Price Earning Ratio (PER). Sehingga, adanya praktik penghindaran

pajak oleh perusahaan dan leverage apakah berpengaruh terhadap nilai perusahaan

tersebut akan diteliti dan diuji dalam penelitian ini. Dan adanya variabel

transparansi perusahaan dalam penelitian ini akan diteliti apakah dapat

memoderasi hubungan antara penghindaran pajak dan leverage dengan nilai

perusahaan.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka kerangka pemikiran teoritis dalam

penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:


31

Gambar 2.1
Pengaruh Penghindaran Pajak dan Leverage terhadap Nilai Perusahaan
dengan Transparansi Perusahaan sebagai Variabel Moderasi

Variabel Independen Variabel Dependen

Penghindaran Pajak (X1)


Nilai Perusahaan (Y)

Leverage (X2)

Transparansi Perusahaan
(X3)
Variabel Moderasi

Anda mungkin juga menyukai