Anda di halaman 1dari 9

MODUL PERKULIAHAN

Kapita Selekta
Perpajakan
Modul 02:
Mata kuliah ini membahas konsep-konsep dan teknik
penyelesaian masalah dlam bidang kapita selekta
perpajakan. Pembahasan meliputi Tax Avoidance dan
Tax Evasion

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

02
Ekonomi Magister Akuntansi 191631302 Tim Dosen

Abstract Kompetensi
Tax Avoidance atau penghindaran Mahasiswa memiliki kemampuan
pajak sebagai upaya yang dilakukan menjelaskan & memahami Tax
oleh Wajib Pajak dengan Avoidance dan Tax Evasion
meminimalis pembayaran pajak.
Sedangkan, Tax Evasion atau
penggelapan pajak sebagai upaya
yang dilakukan untuk melaporkan
penghasilan tetapi tidak dengan
keadaan yang sebenarnya.
Definisi Tax Avoidance dan Tax Evasion
Tax Avoidance
Secara umum, tax avoidance atau penghindaran pajak adalah suatu skema
penghindaran pajak untuk tujuan meminimalkan beban pajak dengan memanfaatkan celah
(loophole) ketentuan perpajakan suatu negara.
Beberapa ahli memiliki pengertian yang berbeda. Salah satunya yang didefinisikan
oleh Justice Reddy (dalam kasus McDowell & Co Versus CTO di Amerika Serikat). Beliau
merumuskan tax avoidance sebagai seni menghindari pajak tanpa melanggar hukum.
Pada dasarnya, tax avoidance ini bersifat sah karena tidak melanggar ketentuan
perpajakan apapun. Namun, praktik ini dapat berdampak pada penerimaan pajak negara.
Karena itu, tax avoidance berada di kawasan grey area, antara tax compliance dan tax
evasion.
Menurut ahli lainnya, James Kessler, tax avoidance dibagi menjadi 2 jenis:
 Penghindaran pajak yang diperbolehkan (acceptable tax avoidance), dengan
karateristik memiliki tujuan yang baik, bukan untuk menghindari pajak, dan tidak
melakukan transaksi palsu.
 Penghindaran pajak yang tidak diperbolehkan (unacceptable tax avoidance), dengan
karakteristik tidak memiliki tujuan yang baik, untuk menghindari pajak, dan
menciptakan transaksi palsu.

Tax Evasion
Penggelapan pajak adalah tindakan yang dilakukan oleh wajib pajak untuk
mengurangi jumlah pajak terutang atau sama sekali tidak membeyarakan pajaknya melalui
cara-cara illegal. Menurut Wibowo (2009:205) penggelapan pajak (tax evasion) adalah tindak
pidana karena merupakan rekayasa subjek (pelaku) dan objek (transaksi) pajak untuk
memperoleh penghematan pajak secara melawan hukum (unlawfully), dan penggelapan pajak
boleh dikatakan merupakan virus yang melekat (inherent) pada setiap sistem pajak yang
berlaku di hampir setiap yuridiksi.
Sedangkan menurut Pohan (2013:29), tax evasion (penggelapan atau penyelundupan
pajak) adalah upaya Wajib Pajak menghindari pajak terutang secara illegal dengan cara
menyembunyikan keadaan yang sebenarnya.
Contoh umum penggelapan pajak misalnya wajib pajak tidak melaporkan sebagian
atau seluruh penghasilannya dalam SPT atau membebankan biaya-biaya yang tidak
‘20 Kapita Selekta Perpajakan Biro Akademik dan Pembelajaran
2 Tim Dosen http://www.widyatama.ac.id
seharusnya dijadikan pengurang penghasilan untuk tujuan meminimalkan beban pajak.
Tindakan illegal ini menyebabkan kerugian negara.

Perbedaan Tax Avoidance dan Tax Evasion


Tidak mudah membedakan kedua hal yang secara teknis sangat terkait erat. Kedua hal
ini distinct but inseparable (dapat dibedakan meski sulit terpisahkan), terutama karena
dipengaruhi kompleksitas hukum di negara yang bersangkutan (Palan dkk:2008). Namun,
membayar pajak adalah kewajiban yang diperintahkan oleh ketentuan perundang-undangan.
Jadi, mau tidak mau atau suka tidak suka, pajak tetap wajib dibayarkan meski ada upaya
untuk melakukan penghindaran pajak.
Tax avoidance dan tax evasion sama-sama merupakan upaya untuk menghindari
pajak, namun keduanya sangatlah berbeda. Letak perbedaanya terdapat pada;

1. Sisi Legalitasnya
Dari definisi antara tax avoidance dengan tax evasion, jelas keduanya memiliki
perbedaan dalam hal legalitasnya. Artinya tax avoidance (penghindaran pajak) merupakan
upaya untuk mengurangi atau meminimalkan beban pajak dengan cara-cara yang
diperkenankan secara hukum.
Jadi, dari sudut pandang hukum, tax avoidance merupakan tindakan legal dengan
memanfaatkan celah atau kelemahan yang terdapat dalam ketentuan perundang-undangan
perpajakan yang berlaku. Sebagaimana diketahui, peraturan perundang-undangan tentang
perpajakan merupakan produk hukum. Tak semua produk hukum sempurna, masih ada grey
area atau bagian abu-abu yang sering kali menjadi titik lemah dari peraturan perundang-
undangan tersebut. Jika jeli, maka wajib pajak dapat menemukan titik lemah tersebut dan
memanfaatkannya untuk meminimalkan beban pajak yang harus dibayarkannya.
Lain halnya dengan tax evasion, karena upaya penghindaran pajak lebih mengarah
pada penggelapan pajak yang dari sisi legalitasnya dikategorikan sebagai tindakan ilegal.
Upaya penghindaran pajak pada tax evasion dilakukan dengan cara-cara yang bertentangan
dengan hukum perpajakan yang berlaku. Di sini wajib pajak sudah memiliki niat untuk tidak
membayar pajak.

‘20 Kapita Selekta Perpajakan Biro Akademik dan Pembelajaran


3 Tim Dosen http://www.widyatama.ac.id
2. Upaya Konkret yang Dilakukan
Semakin besar penghasilan, beban pajak juga akan semakin besar. Maka dari itu,
dilakukan upaya-upaya untuk menghindarinya. Adapun beberapa upaya yang dilakukan pada
tax avoidance meliputi:
 Mempercepat depresiasi sehingga diperoleh nilai penyusutan yang lebih besar. Dalam
laporan keuangan, penyusutan merupakan salah satu komponen yang mengurangi
penghasilan atau laba usaha yang digunakan sebagai dasar penghitungan pajak.
 Melakukan tax planning atau perencanaan pajak. Ada dua skema tax planning yang
bisa dilakukan untuk menghemat pajak, yaitu substantive tax planning dan formal tax
planning. Substantive tax planning dapat dilakukan dengan memindahkan subjek
pajak, objek pajak, atau subjek dan objek pajak sekaligus ke negara lain yang
memberikan perlakuan pajak khusus dalam arti keringanan pajak. Sementara formal
tax planning merupakan upaya menghindari pajak dengan tetap mempertahankan
substansi ekonomi dari suatu transaksi tetapi memilih jenis transaksi yang memiliki
beban pajak rendah.

Upaya konkret dari tax evasion dilakukan dengan melanggar ketentuan atau aturan
perpajakan yang berlaku. Di sini, wajib pajak sudah memiliki niat kurang baik yang bermuara
pada ketidaksediaan untuk membayar pajak, baik sebagian maupun keseluruhan dari pajak
yang terutang. Adapun upaya konkret yang dilakukan meliputi:
 Tidak melaporkan SPT (Surat Pemberitahuan Tahunan) yang memuat tentang harta
atau penghasilan yang menjadi objek pajak serta penghitungan dan pembayaran pajak
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
 Melakukan kecurangan dengan merekayasa laporan keuangan, di mana biaya-biaya
fiktif dimunculkan untuk memperbesar biaya dan memperkecil penghasilan atau laba
usaha, bahkan jika dimungkinkan disusun sedemikian rupa sehingga wajib pajak
seolah-olah mengalami kerugian. Penghasilan yang telah direkayasa ini yang
kemudian dilaporkan untuk kepentingan perpajakan.
 Menyembunyikan atau menyelundupkan harta kekayaan yang menjadi objek pajak
secara sengaja agar tidak dikenai beban pajak.

‘20 Kapita Selekta Perpajakan Biro Akademik dan Pembelajaran


4 Tim Dosen http://www.widyatama.ac.id
Tax avoidance dan tax evasion merupakan upaya yang dilakukan oleh wajib pajak
baik orang pribadi maupun badan untuk menghindari pajak. Dari sudut pandang hukum, tax
avoidande legal, sedangkan tax evasion ilegal.
Meski tidak melanggar hukum, namun realisasi dari tax avoidance tidak sejalan
dengan tujuan dari perundang-undangan perpajakan, karena pajak yang dipungut dari rakyat
dimanfaatkan untuk kepentingan rakyat. Lebih baik mencari celah untuk meringankan pajak,
daripada mencari celah untuk menghindari pajak. Artinya, rakyat jugalah yang nantinya akan
menikmati hasil dari pemungutan pajak tersebut. Jika rakyat menghindari pajak baik secara
legal maupun ilegal jelas akan berpengaruh pada menurunnya pendapatan negara.

Tax Avoidance
Indikator Tax Avoidance
Suatu transaksi diindikasikan sebagai tax avoidance apabila dalam pelaksanaannya
terdapat tindakan berikut:
1. Wajib Pajak/Perusahaan berusaha membayar pajak lebih sedikit atau kurang dari yang
seharusnya terutang dengan memanfaatkan kewajaran interpretasi hukum pajak.
2. Wajib Pajak berupaya melakukan penundaan pembayaran pajak.
3. Wajib Pajak berusaha agar pengenaan pajak bukan atas keuntungan sebenarnyayang
diperoleh.

Ketentuan Anti Penghindaran Pajak di Indonesia


Negara-negara di dunia, termasuk Indonesia, membuat aturan dan kebijakan yang
mengatur anti penghindaran pajak.
1. Anti Thin Capitalization
Ketentuan anti thin capitalization merupakan upaya wajib pajak mengurangi beban pajak
dengan cara memperbesar pinjaman, agar dapat membebankan biaya bunga dan
mengecilkan laba. Ketentuan ini diatur dalam Pasal 18 ayat 1 UU PPh dan Peraturan
Menteri Keuangan (PMK) Nomor 169/PMK.03/2015 yang mengatur Penentuan Besarnya
Perbandingan antara Utang dan Modal Perusahaan untuk Keperluan Penghitungan Pajak
penghasilan (Debt to Equity Ratio).
2. Controlled Foreign Corporation (CFC) Rules
Ketentuan ini tertuang dalam PasaL 18 Ayat 2 UU PPh yang memuat aturan mengenai
kewenangan Menteri Keuangan menetapkan saat diperolehnya dividen oleh wajib pajak

‘20 Kapita Selekta Perpajakan Biro Akademik dan Pembelajaran


5 Tim Dosen http://www.widyatama.ac.id
dalam negeri atas penyertaan modal pada Badan Usaha di luar negeri yang tidak menjual
saham di bursa efek paling rendah 50%.
3. Transfer Pricing
Ketentuan mengenai Transfer Pricing diatur dalam Pasal 18 Ayat 3 UU PPh. Dalam pasal
ini mengatur kewenangan Direktur Jenderal Pajak untuk menentukan kembali besaran
penghasilan dan pengurangan serta menentukan utang sebagai modal untuk menghitung
besar Penghasilan Kena Pajak bagi wajib pajak yang memiliki hubungan istimewa.
4. Anti-treaty Shopping
Ketentuan mengenai anti treaty shopping diatur dalam PER-25/PJ/2010 tentang
Pencegahan Penyalahgunaan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda.
5. Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha
PER-32/PJ/2011 mengatur tentang Penerapan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha
dalam Transaksi antara Wajib Pajak dan Pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa.

Ketentuan pertama hingga keempat merupakan Specific Anti Avoidance Rule


(SAAR), yaitu ketentuan anti penghindaran pajak atas transaksi. Sedangkan ketentuan kelima
merupakan General Anti Avoidance Rule (GAAR), yaitu ketentuan pajak yang semata-mata
dilakukan wajib pajak untuk tujuan penghindaran pajak atau transaksi yang tidak memiliki
substansi bisnis.

Penyebab Penghindaran Pajak


Wajib pajak besar memiliki kecenderungan untuk melakukan penghindaran pajak
(Tax Avoidance). Karena:
 Perusahaan besar memiliki biro-biro hukum atau tim lawyer yang tangguh yang
mampu mencari celah dalam undang-undang pajak.
 Pembukuan dilakukan oleh banyak orang sehingga risiko terjadinya kebocoran juga
besar.
 Jika wajib pajak besar ingin melakukan pengelakan pajak, mereka harus memperkecil
keuntungannya di mata publik.

‘20 Kapita Selekta Perpajakan Biro Akademik dan Pembelajaran


6 Tim Dosen http://www.widyatama.ac.id
Tax Evasion
Indikator Tax Evasion
1. Pada Ketidaktahuan (ignorance), yaitu Wajib Pajak tidak sadar atau tidak tahu akan
adanya ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan tersebut.
2. Kesalahan (error), yaitu Wajib Pajak paham dan mengerti mengenai ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan, tetapi salah hitung datanya.
3. Kesalahpahaman (misunderstanding), yaitu Wajib Pajak salah menafsirkan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
4. Kealpaan (negligence), yaitu Wajib Pajak alpa untuk menyimpan buku beserta bukti-
buktinya secara lengkap.

Penyebab Tax Evasion


Beberapa penyebab munculnya tindakan tax evasion:
Sisi Wajib Pajak
 Rendahnya kesadaran pajak. Faktor penyebabnya di antara lain: pajak dianggap
sebagai beban dan adanya ketidakpercayaan pada otoritas pajak.
 Biaya ketaatan pajak yang dinilai tinggi, terbukti dengan besarnya nominal pajak yang
harus ditanggung Wajib Pajak.
Sisi Pemerintah
 Penggalian potensi perpajakan yang kurang maksimal dan optimal.
 Praktik-praktik pelanggaran pajak oleh oknum wajib pajak luput dari pendeteksian
dini.
 Instabilitas pelaksanaan perpajakan karena kebijakan yang cepat berubah.

Pencegahan Tindakan Tax Evasion


Adapun cara-cara mencegah Wajib Pajak melakukan tax evasion antara lain dapat berupa:
1. Pemeriksaan Pajak (Tax Audit)
Pemeriksaan atau audit pajak dilakukan oleh petugas untuk menyelidiki dan mengawasi
setiap Wajib Pajak.
2. Integrasi Sistem Informasi
Pencegahan ini berupa dialog dan saling tukar pandangan antara Wajib Pajak dan fiskus
yang harus tetap diadakan melalui berbagai sarana yang telah tersedia.

‘20 Kapita Selekta Perpajakan Biro Akademik dan Pembelajaran


7 Tim Dosen http://www.widyatama.ac.id
3. Administrasi Pajak
Cara pencegahan dalam artian sebagai prosedur meliputi tahap-tahap pendaftaran,
penetapan, dan penagihan Wajib Pajak.
4. Penegakan Hukum Pajak (Tax Law Enforcement)
Cara pencegahan ini pada hakikatnya terkait dengan penegakan hukum pajak atau serta
tingginya tarif pajak, rasa keadilan yang tak terpenuhi dan pemanfaatan dana pajak.

‘20 Kapita Selekta Perpajakan Biro Akademik dan Pembelajaran


8 Tim Dosen http://www.widyatama.ac.id
Daftar Pustaka

Lathifa, Dina. (2019). Hubungan Tax Avoidance, Tax Planning, Tax Evasion & Anti
Avoidance Rule. (Online), (https://www.online-pajak.com/hubungan-tax-
avoidance-tax-planning-tax-evasion- anti-avoidance-rule), diakses tanggal 05 Agustus
2020.
Wibowo, Tri. (2009). Efektivitas Sanksi Pidana Pajak dalam UU No.28 Tahun 2007 Tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (Studi DI Pengadilan Jakarta). Jurnal
Dinamika Hukum, 9(2): 205.
www.simulasikredit.com. (____). Perbedaan Tax Avoidance dan Tax Evasion. (Online),
(https://www.simulasikredit.com/perbedaan-tax-avoidance-dengan-tax-evasion/),
diakses tanggal 06 Agustus 2020.
www.klikpajak.id. (2019). Kenali 5 Ketentuan Anti Tax Avoidance yang di terapkan di
Indonesia. (Online), (https://klikpajak.id/blog/bayar-pajak/5-ketentuan-anti-tax-
avoidance/), diakses tanggal 06 Agustus 2020.
www.klikpajak.id. (2018). Ini Alasan Penting Anda Wajib Menghindari Tax Evasion.
(Online), (https://klikpajak.id/blog/lapor-pajak/hindari-upaya-tax-evasion/),
diakses tanggal 06 Agustus 2020.
www.kompas.com. (2016). Apa Perbedaan Praktik Penghindaran Pajak dan Penggelapan
Pajak (Online),
(https://money.kompas.com/read/2016/04/14/083000826/Apa.Perbedaan.Praktik.Penghindara
n.Pajak.dan.Penggelapan.Pajak.?page=all), diakses tanggal 05 Agustus 2020.

‘20 Kapita Selekta Perpajakan Biro Akademik dan Pembelajaran


9 Tim Dosen http://www.widyatama.ac.id

Anda mungkin juga menyukai