Anda di halaman 1dari 28

Modul ke

03 Fakultas
Tax Law Enforcment & Tax Crime
KAPITA SELEKTA PERPAJAKAN

Ekonomi Bisnis

Oleh :
Program Studi Tim Dosen
MAGISTER Akuntansi Kapita Selekta Perpajakan
TAX ENFORCMENT
Pengertian Penegakan Hukum
1. Menurut Soerjono Soekanto, penegakan hukum adalah kegiatan
menyerasikan hubungan nila-nilai yang terjabarkan dalam kaidah-
kaidah mantap dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai
tahap akhir untuk menciptakan, memelihara dan mempertahankan
kedamaian hidup.

2. Menurut Satjipto Rahardjo, penegakan hukum merupakan suatu


proses untuk mewujudkan keinginan-keinginan hukum yang dimaksud
disini yaitu merupakan pikiran-pikiran badan pembentuk undang-
undang yang dirumuskan dalam peraturan hukum itu (Satjipto
Rahardjo: 1983).
Fungsi Penegakan Hukum
1. Penegakan Hukum Preventif • 2. Penegakan Hukum Represif
Siti Sundari Rangkuti mengemukakan penegakan
Dilakukan dalam hal terdapat perbuata yang
hukum preventif berarti pengawasan dilakukan
melanggar peraturan. Sifatnya penanggulangan
terhadap kepatuhan, kepada peraturan tanpa
dalam bentuk penyelesaian sengketa atau
kejadian langsung yang menyangkut peristiwa memulihkan keadaan.
konkrit yang menimbulkan sangkaan bahwa
peraturan hokum telah dilanggar. Fungsi
penegakan hukum preventif adalah pencegahan
terjadinya pelanggaran terhadap ketentuan
hukum.
Pengertian Penegakan Hukum Pajak
Menurut Djafar Saidi, Penegakan hukum pajak dapat diartikan
sebagai usaha untuk melaksanakan hukum atau termasuk
memulihkan hukum yang terlanggar agar ditegakkan kembali,
yaitu :
Usaha melaksanakan hukum pajak adalah tindakan preventif
Memulihkan hukum yang terlanggar adalah tindakan represif
Penegakan hukum pajak Preventif

Yaitu meningkatkan kesadaran hukum dan kepatuhan wajib pajak.


Kesadaran hukum adalah kesadaran bahwa hukum itu melindungi
kepentingan manusia dan oleh karena itu harus dilaksanakan serta
pelangarannya akan terkena sanksi (Sudikno Mertokusumo : 2008).
Penegakan hukum pajak Represif

Yaitu penegakan hukum pajak dilakukan dalam bentuk sanksi terhadap


pelanggar hukum pajak untuk melindungi kepentingan Negara untuk
memperoleh pembiayaan dari sektor pajak mengingat hukum pajak tidak
hanya melindungi Wajib Pajak, tetapi bahkan melindungi sumber-sumber
pendapatan Negara yang terfokus pada pemenuhan kewajiban Wajib Pajak
untuk membayar lunas yang terutang (Dajar Saidi: 2007).
Penerapan Hukum Pajak di Indonesia

Pelaksanaan Penegakan Hukum • Tujuan Penegakan Hukum


Pajak Pajak
1. Pemeriksaan Pajak 1. Keadilan
2. Pengenaan Sanksi 2. Kemanfaatan
Administrasi berupa 3. Kepastian Hukum
Denda
Faktor yang mempengaruhi
hukum pajak
1. Faktor hukumnya sendiri (dibatasi pada undang-undnag saja),
2. Penegak hukum yaitu pihak-pihak yang membentuk maupun
menerapkan hukum,
3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum,
4. Faktor masyarakat yakni lingkungan dimana hukum tersebut
berlaku atau diterapkan,
5. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya cipta dan rasa yang
didasarkan pada kersa manusia didalam pergaulan hidup
(Soerjono Soekanto: 2004).
Hukum pajak yang berlaku di
Indonesia

1. Hukum Pajak Materil


2. Hukum Pajak Formil
Pembentukan Penegakan Hukum Pajak

1. Penegakan Hukum Pajak diluar Peradilan Pajak, didalamnya


terdapat:
Penagihan pajak secara biasa

Penagihan pajak secara seketika dan sekaligus

2. Penegakan Hukum Pajak Melalui Peradilan Pajak


Pembentukan Penegakan Hukum Pajak

1. Penegakan Hukum Pajak diluar Peradilan Pajak, didalamnya


terdapat:
Penagihan pajak secara biasa

Penagihan pajak secara seketika dan sekaligus

2. Penegakan Hukum Pajak Melalui Peradilan Pajak


TAX CRIME
Pengertian

Kejahatan di bidang perpajakan dapat berupa melakukan perbuatan atau


tidak melakukan perbuatan yang memenuhi ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.Pada hakikatnya, ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan dikategorikan sebagai kaidah hukum
pajak yang menjadi koridor untuk berbuat atau tidak berbuat. Dengan
demikian, melakukan perbuatan atau tidak melakukan perbuatan
dibidang perpajakan tergolong sebagai kejahatan dibidang perpajakan
ketika memenuhi kaidah rumusan hukum pajak (Muhammad Djafar Saidi,
Eka Merdekawati Djafar, 2011 : 2).
Jenis – jenis Tax CrimeJenis – jenis Tax Crime
1. Tax Crime yang dilakukan oleh Pegawai Pajak
• Menghitung atau Menetapkan Pajak
• Bertindak di Luar Kewenangan;
• Melakukan Pemerasan dan Pengancaman;
• Penyalahgunaan Kekuasaan.

Keempat jenis kejahatan di bidang perpakan tersebut sebagaimana ditentuakan pasal 36A
UUKUP mimiliki sanksi pidana yang berbeda – beda. Sanksi terhadap terhadap kejahatan
menghitung atau menetapkan pajak tidak sesuai dengan ketentuan undang – undang
perpajakan berdasarkan Pasal 36A ayat (1) UUKUP adalah sesuai ketentuan peratuan
perundang – undangan. Jika dijabarkan lebih lanjut maka sanksi terhadap kejahtan ini,
pelakunya dapat dikenakan sanksi pidana maupun sanksi pegawai negeri sipil.
Sementara itu, berdasarkan Pasal 36 A ayat (2) UUKUP bahwa kejahatan bertindak di luar
kewenangan pegawai pajak dikenakan sanksi sesuai ketentuan peratuan perundang –
undangan. Kemudian, sanksi pidana terhadap kejahatan melakukan pemerasan dan
pengancaman menurut pasal 36A ayat (3) UUKUP diancam pidana sebagaimana dimaksud
dalam 368 KUUHP. Jika dicermati kejahatan menyalahgunakan kekuasaan memaksa seseorang
untuk memberikan sesuatu, untuk membayar atau menerima pembayaran, atau untuk
mengerjakan sesuatu bagi kepentingan pegawai pajak sebagaimana dimaksud Pasal 36A ayat
(4) UUKUP.
Jenis – jenis Tax Crime (Lanjutan)

Beberapa tax crime yang dilakukan oleh Wajib Pajak :


• Tidak Mendaftarkan Diri atau Melaporkan Usahanya;
• Tidak Menyampaikan Surat Pemberitahuan;
• Pemalsuan Surat Pemberitahuan;
• Menyalahgunakan Nomor Pokok Wajib Pajak;
• Menggunakan Tanpa Hak Nomer Pokok Wajib Pajak;
• Menyalahgunakan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak;
• Menggunakan Tanpa Hak Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak;
• Menolak untuk Diperiksa;
• Memalsuan Pembukuan, Pencatatan, atau Dokumen lain;
• Tidak Menelanggarakan Pembukuan atau Pencatatan di Indonesia, Tidak
Memperlihatkan atau Tidak Meminjamkan Buku, Catatan, atau Dokumen Lain;
Jenis – jenis Tax Crime (Lanjutan)

• Tidak Menyimpan Buku, Catatan, atau Dokumen yang Menjadi Dasar Pembukuan
atau Pencatatan;
• Tidak Menyetor Pajak yang Telah Dipotong atau Dipungut;
• Menerbitkan dan/atau MenggunakanFaktur Pajak, Bukti Pemungutan Pajak, Bukti
Pemotongam Pajak dan/atau Bukti Setoran Pajak;
• Menerbitkan Faktur Pajak tetapi Belum Dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak;
• Tidak Memberi Aketerangan atau Bukti;
• Menghalangi atau Mempersulit Penyelidikan;
• Tidak Memenuhi Kewajiban Memberikan Data atau Informasi;
• Tidak Terpenuhi Kewajiban Pejabat dan Pihak Lain;
• Tidak Memberi Data dan Informasi Perpajakan;
• Menyalahgunakan Data dan Informasi Perpajakan.
Jenis – jenis Tax Crime (Lanjutan)

• Wajib pajak terbukti melakukan kejahatan di bidang perpajakan sebagaimana


diatur dalam ketentuan UUKUP dikenakan hukuman berdasarkan jenis
kejahatan yang dilakuknannya. Sebenarnya, tidak boleh sama hukuman bagi
wajib pajak sebagaimana yang diatur pada pasal 38, 39, 39A, 41 A, 41B, dan
41C UUKUHP. Hal ini didasarkan bahwa kejahatan yang dilakukan oleh wajib
pajak berada pada tingkatan ketidaksamaan akibat hukum yang ditimbulkan,
walaupun yang menjadi korban dari kejahatan itu adalah negara.
Jenis – jenis Tax Crime (Lanjutan)

3. Tax Crime yang dilakukan oleh Beberapa tax crime yang dilakukan
Pejabat Pajak oleh Pejabat Pajak :
Adapun pihak – pihak yang tergolong Pejabat pajak terikat pada kaidah
sebagai pejabat pajak adalah sebagai hukum pajak yang terkait dengan
berikut : kerahasiaan wajib pajak dalam
• Direktur jenderal pajak; bentuk kewajiban hukum yang tidak
boleh dilanggar. Jika pejabat pajak
• Direktur jenderal bea dan cukai; tidak memenuhi kewajiban itu,
• Gubernur kepala daerah; berarti telah melakukan kejahatan di
bidang perpajakan. Kejahatan
• Bupati/ walikota kepala daerah; dan dilakukan oleh pejabat pajak adalah :
• Pejabat yang ditunjuk untuk 1. Tidak memenuhi kewajiban
melaksanakan peraturan perundang merahasiakan rahasia wajib pajak;
– undangan perpajakan, seperti 2. Tidak dipenuhi kewajiban
kepala kantor pelayanan pajak atau merahasiakan rahasia wajib pajak.
kepala dinas pendapatan daerah;
• Tenaga ahli yang ditunjuk oleh
direktur jenderal pajak atau kepala
daerah.
Jenis – jenis Tax Crime (Lanjutan)

Kedua kejahatan ini memiliki sanksi yang berbeda, di satu lain


dilakukan karena kealpaan dan satu lagi dilakukan dengan
sengaja. Sanksi pidana kejahatan tidak memenuhi kewajiban
merahasiakan rahsia wajib pajak berdasarkan Pasal 41 ayat (1)
UUKUP adalah pidana kurungan paling lama satu tahun dan
denda paling banyak dua puluh lima juta rupiah. Sementara itu,
sanksi pidana bagi kejahatan tidak dipenuhinya kewajiban
merahasiakan rahasia wajib pajak karena pengeruh seorang
berdasarkan Pasal 41 (2) UUKUP adalah pidana paling lama dua
tahun dan denda paling banyak sebesar lima puluh juta rupiah.
Pengampunan Pajak bertujuan untuk:

• Tax Crime yang dilakukan oleh Pihak Lain


Pihak lain meliputi pegawai wajib pajak, wakil, kuasa hukum, konsultan pajak, akuntan publik, dan
profesi lain seperti, notaris, pejabat pembuat akta tanah, dan dokter. Pihak lain sebagai pihak yang
melakukan kejahatan di bidang perpajakan, ketentuannya secara tegas diatur pada Pasal 43 UUKUP
Pada ketentuan Pasal 34 ayat (1) UUKUP mengenal tiga bentuk keikutsertaan pihak lain, yaitu:
• Menyuruh melakukan kejahatan,
• Turut serta melakukan kejahatan,
• Menganjurkan melakukan kejahatan, dan
• Membantu melakukan kejahatan yang dikategorikan sebagai delik pajak. Sementara itu, ketentuan
pada Pasal 43 ayat (2) UUKUP tersebut, hanya mengatur tiga bentuk keikutsertaan pihak lain yaitu:
1) menyuruh melakukan kejahatan, 2) yang menganjurkan melakukan kejahatan, dan 3) yang
membantu melakukan kejahatan yang dikategorikan sebagai delik pajak.
•Sanksi pidana bagi wajib pajak yang melakukan kejahatan di bidang pepajakan berdasarkan Pasal
39, Pasal 39A, Pasal 41A, dan Pasal 41B UUKUP diberlakukan pula kepada pihak lain yang menyuruh
melakukan kejahatan, yang turut serta melakukan kejahatan, yang menganjurkan kejahatan atau
yang membantu melakukan kejahatan.
STUDI KASUS
PENGGELAPAN PAJAK PT. ASIAN AGRI

• Asian Agri merupakan wajib pajak yang bergerak di sektor perkebunan kelapa
sawit. Asian Agri diduga menggelapkan pajak sejak 2002 hingga 2005 sebesar
Rp1,4 triliun. Dari hasil audit BPK terungkap, kinerja pemeriksaan bukti
permulaan dan penyidikan pajak oleh Ditjen Pajak terhadap Asian Agri periode
2002-2005 yang belum sepenuhnya efektif. Akibatnya, proses pemeriksaan atas
kasus ini berjalan berlarut-larut cukup lama. Jangka waktu pelaksanaan bukti
permulaan atas Asian Agri melebihi ketentuan, yakni melewati dua bulan dan
tidak didukung dengan usulan serta surat persetujuan perpanjangan
pemeriksaan. Akibatnya, pelaksanaan pemeriksaan bukti awal tidak punya
kepastian penyelesaian dan mengganggu efektivitas penyelesaian tindak pidana
perpajakan.
STUDI KASUS
PENGGELAPAN PAJAK PT. ASIAN AGRI

• Motif pertama adalah tidak melaporkan penghasilan atau penjualannya ke petugas pajak.
Kedua, membesarkan ongkos-ongkos perusahaan sehingga labanya jadi kecil. “Jadi, pajak
yang harus dibayarkan juga jadi kecil. Begitu juga halnya PT Asian Agri Group (AAG) diduga
telah melakukan penggelapan pajak (tax evasion) selama beberapa tahun terakhir sehingga
menimbulkan kerugian negara senilai trilyunan rupiah. Modus yang dilakukan PT AAG
adalah Cara dengan menghindari pembayaran pajak melalui pembukuan penjualan yang
dibuat tidak sebagaimana mestinya. dengan cara menjual produk minyak sawit mentah
(Crude Palm Oil) keluaran PT AAG ke perusahaan afiliasi di luar negeri yang merupakan
negara Tax Heaven dengan harga di bawah harga pasar – untuk kemudian dijual kembali ke
pembeli riil dengan harga tinggi. Dengan begitu, beban pajak di dalam negeri bisa ditekan.
STUDI KASUS
PENGGELAPAN PAJAK PT. ASIAN AGRI

Selain itu, rupanya perusahaan-perusahaan luar negeri yang menjadi rekanan


PT AA sebagian adalah perusahaan fiktif. Hasil penyelidikan tersebut (14
perusahaan diperiksa), ditemukan Terjadinya penggelapan pajak yang berupa
penggelapan pajak penghasilan (PPh) dan pajak pertambahan nilai (PPN).
Disamping itu bahwa dalam tahun pajak 2002-2005, terdapat Rp 2,62 triliun
penyimpangan pencatatan transaksi. Yang berupa menggelembungkan biaya
perusahaan hingga Rp 1,5 triliun. mendongkrak kerugian transaksi ekspor Rp
232 miliar, mengecilkan hasil penjualan Rp 889 miliar. Lewat modus ini, Asian
Agri diduga telah menggelapkan pajak penghasilan untuk badan usaha senilai
total Rp 2,6 triliun. Perhitungan SPT Asian Agri yang digelapkan berasal dari SPT
periode 2002-2005. Hitungan terakhir menyebutkan penggelapan pajak itu
diduga berpotensi merugikan keuangan negara hingga Rp 1,3 triliun.
KESIMPULAN

Tax Crime yang dilakukan Asian Agri sebagai WP :


1. Pemalsuan pembukuan, pencatatan dan dokumen
2. Melakukan Transfer Pricing yang tidak sesuai dengan ketentuan
perpajakan
3. Melakukan Tax Evasion. Asian Agri dengan sengaja mendirikan
Perusahaan Fiktif di Negara Bebas Pajak (Tax Heaven Countries)
Terima Kasih Atas Perhatiannya

Dr. Dyah Purnamasari, S.E., M.Si., Ak., CA.


Dosen Seminar Perpajakan

Anda mungkin juga menyukai