PENDAHULUAN
2.2 E-Commerce
Seperti yang sudah diatur pada Undang – Undang (UU) Nomor 7 Tahun 2014 tentang
Perdagangan yang mengatur kegiatan e-commerce didalam pasal 65 dan pasal 66. Pada
pasal 66 Undang – Undang (UU) yang telah disebutkan mengatakan bahwa ketentuan lebih
lanjut mengenai transaksi e-commerce diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Pemerintah. Secara singkat e-commerce dapat diartikan dengan transaksi jual dan beli
dengan menggunakan internet sebagai media komunikasi.
E-commerce didefinisikan sebagai proses pembelian, penjualan, mentransfer, atau
bertukar produk, jasa atau informasi melalu jaringan komputer melalui internet. (Kozinets,
De Valck, Wojnicki, & Wilner, 2010). Keputusan pelanggan untuk membeli dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu: persepsi, motivasi, pembelajaran, sikap, dan keyakinan. Persepsi ini
mengambil sudut pandang bagaimana ketika pelanggan memilih, motivasi tercermin
keinginan pelanggan untuk memenuhi kebutuhan sendiri.
Menurut Hoffman dan Fodor (2010), mengatakan bahwa e-commerce ini dapat
berjalan dengan baik apabila dijalani dengan berpegang pada dasar 4C, yaitu: connection
(koneksi), creation (penciptaan), consumption (konsumsi), dan control (pengendalian). Hal
yang sudah disebutkan berikut dapat memotivasi seorang pelanggan atau konsumen yang
mengarah kepada return of investment (ROI).
E-commerce sendiri ini memiliki klasifikasi sendiri dalam setiap transaksiny, terbagi
menjadi beberapa jenis seperti berikut:
1. Business – to – Business (B2B)
Berikut ini menjelaskan bahwa pihak bisnis yang bertransaksi dengan seorang
yang merupakan pihak bisnis. E-commerce ini menyediakan atau menjual
kebutuhan kepada seorang pelaku bisnis, contohnya seperti penyedia peralatan
perusahaan, perusahaan hosting, dan lainnya.
2. Business – to – Customer (B2C)
Dalam e-commerce ini menyatakan bahwa pelaku bisnis melakukan transaksi
langsung dengan pelanggan atau konsumen pengguna barang atau jasa untuk
kepentingan pribadi. Hal ini dicontohkan dengan toko official store yang menjual
barang atau jasa mereka kepada pelanggan atau konsumennya.
3. Customer – to – Customer (C2C)
Jenis ini merupakan peleburan dari B2C yang dimana pelaku bisnis ini merupakan
UMKM yang memanfaatkan e-commerce sebagai sarana untuk mereka dapat
menjual barang atau jasa kepada pelanggan atau konsumen langsung. Salah satu
contohnya merupakan seorang pribadi menjual di marketplace seperti
Tokopedia.
4. Customer – to – Business (C2B)
Hal ini dilakukan oleh konsumen atau pelanggan untuk melakukan penawaran
kepada pelaku bisnis. Contoh dari jenis ini adalah suatu situs lelang proyek online
5. Business – to – Administration (B2A)
Jenis yang terakhir ini berkaitan dengan pemerintah, dimana seorang pelaku
bisnis atau usaha melakukan transaksi langsung pada pihak pemerintah.
Contohnya merupakan kerjasama pihak swasta sebagai pihak ke-3 yang membuat
aplikasi layanan pemerintah.
2.2.1 Marketplace
Marketplace sendiri sudah banyak didengar oleh masyarakat di Indonesia, baik ia
pelaku usaha maupun ia hanya pelanggan atau konsumen biasa. Istilah marketplace sendiri
ini pun berasal dari bahasa Inggris yang berasal dari kata “pasar”. Namun arti yang lebih
spesifik yaitu marketplace merupakan tempat dimana penjual yang beragam dengan
menjual produk yang sama secara online. Marketplace yang terkenal di Indonesia sendiri
seperti Tokopedia, Shopee, Lazada, Bukalapak, dan masih banyak lainnya.
Selayaknya hal yang ada di dunia ini, adanya marketplace ini pasti memiliki kelebihan
dan kekurangan itu sendiri. Berikut adalah kelebihan dari adanya marketplace, yaitu:
1. Peluang lebih besar melalui komunitas
2. Tidak perlu takut kehilangan konsumen
3. Fitur dan regulasi online marketplace yang baik
4. Tidak perlu modal yang besar untuk membuka toko
5. Penggunaan fitur Insight untuk memantau konsumen
2.3 Audit
Audit merupakan suatu proses sistematis/terstruktur yang bisa digunakan untuk
mendapatkan serta menilai bukti – bukti yang telah diperoleh secara objektif, dan memiliki
kaitan dengan peristiwa atau perilaku ekonomi untuk kemudian dinilai tingkat
kesesuaiannya dengan standar yang telah diterapkan dan menyampaikan hasil yang telah
diperoleh kepada stakeholder atau pihak – pihak yang memiliki kepentingan (Fauzan &
Latifah, 2015).
Menurut Agoes (2004: 3) pengertian audit adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan
secara kritis dan sistimatis, oleh pihak yang independent, terhadap laporan keuangan yang
telah disusun oleh manajemen, beserta catatan – catatan pembukuan dan bukti – bukti
pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran
laporan keuangan tersebut.
Ia menerangkan juga bahwa ada dua metode yang bisa dilakukan auditor dalam audit
sistem informasi yaitu audit around the computer yang hanya memeriksa input dan output
dari proses pengolahan data berbasis sistem informasi, dan audit through the computer yang
menguji sistem yang digunakan oleh perusahaan dalam mengolah datanya. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara Generalized Audit Software (GAS) (Agoes, 2004).