Anda di halaman 1dari 14

- Fitur Intip Transaksi Shopee

- https://inet.detik.com/cyberlife/d-5767722/heboh-fitur-baru-shopee-bisa-intip-bel
anjaan-teman

ISI MAKALAH :
- Topik yang dipilih berdasarkan konsep etika bisnis yang dipelajari di kelas
- LATAR BELAKANG : kenapa topik ini penting, beri data pendukung
- Bahas teori dan hubungkan dengan contoh nyata yang terjadi di perusahaan di Indonesia
- Bagaimana persoalan etika ini diselesaikan dengan baik
- Apa yang harus dilakukan perusahaan di Indonesia agar persoalan etika seperti ini tidak perlu
terjadi
- Kesimpulan
- Minimal 10 halaman

Bab I. Pendahuluan - Hanif


- kenapa topik ini penting (Teknologi Informasi, keamanan, privasi, data pribadi) , beri data
pendukung, bisa merujuk ke artikel dan berita lain

Bab II. Kajian Pustaka - Stefani

- Bahas teori dan hubungkan dengan contoh nyata yang terjadi di perusahaan di Indonesia

Bab III. Pembahasan - Yosia


- Bahas contoh kasus

- Apa yang harus dilakukan perusahaan di Indonesia agar persoalan etika seperti ini tidak perlu
terjadi

Bab IV. Kesimpulan - Anjar

Etika Bisnis dalam Teknologi Informasi: Keamanan Privasi dan Data Pribadi Studi Kasus Fitur
Intip Belanjaan Teman pada Aplikasi Shopee
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan teknologi informasi dan juga internet di era Industi 4.0 ini sangat tinggi
dan semakin luas. Dengan adanya teknologi yang terhubung secara online tanpa ada batas waktu
dan tempat, sehingga keduanya banyak diterapkan dalam bisnis di perusahaan dalam berbagai
bidang. Salah satunya adalah untuk pemasaran, dengan menggunakan teknologi yang ada,
aktivitas pemasaran pada perusahaan menjadi lebih mudah dan lebih luas jangkauannya. Tidak
hanya untuk perusahaan saja yang mendapatkan manfaatnya tetapi para konsumen juga lebih
mudah mendapatkan informasi yang dibutuhkan mengenai jasa dan produk yang ditawarkan oleh
perusahaan dan lebih mudah untuk memesan dan membelinya.

Perkembangan teknologi yang pesat sangat mempengaruhi gaya hidup masyarakat di


Indonesia bahkan di seluruh penjuru dunia. Salah satunya adalah dalam berbisnis. emanfaatan
teknologi informasi dalam menjalankan bisnis atau sering dikenal dengan istilah e-commerce
bagi perusahaan kecil dapat memberikan fleksibilitas dalam produksi, memungkinkan
pengiriman ke pelanggan secara lebih cepat. E- Commerce merupakan proses pembelian dan
penjualan jasa dan barang-barang secara elektronik dengan transaksi bisnis terkomputerisasi
menggunakan internet, jaringan, dan teknologi digital lain. (C. Laudon dan P. Laudon, 2005)

Pemanfaatan teknologi informasi dalam menjalankan bisnis perdagangan atau sering


dikenal dengan istilah e-commerce bagi perusahaan kecil dapat memberikan fleksibilitas dalam
produksi, memungkinkan pengiriman ke pelanggan secara lebih cepat untuk produk perangkat
lunak, mengirimkan dan menerima penawaran secara cepat dan hemat, serta mendukung
transaksi cepat tanpa kertas. Di Indonesia khususnya, kemudahan e-commerce ini menyebabkan
bertambahnya pengguna e-commerce dari tahun ke tahun bahkan salah satu lembaga survey
menyatakan bahwa pengguna e-commerce akan terus bertambah beberapa tahun kedepan seperti
yang digambarkan pada gambar berikut
Gambar 1.1 , Prediksi pengguna e-commerce

Disisi lain, seiring berkembang pesatnya teknologi di era Industri 4.0 ini, banyak Individu yang
memanfaatkan hal tersebut untuk berbuat kejahatan. DI Indonesia kejahatan terkait teknologi
Informasi meningkat drastis dari tahun 2019 ke tahun 2020. Salah satunya adalah pembobolan
data pribadi pengguna e-commerce.

Gambar 1.2, Data Jumlah Serangan Siber Januari - Agustus 2019/2020

Jika dilihat dari grafik diatas dapat disimpuklkan bahwa penerapan regulasi perlindungan data
pribadi di Indonesia masih rendah.

Seperti yang kita ketahui bahwa di Indonesia sendiri perlindungan data pribadi diatur
pada UU ITE pasal 26 ayat 1, pasal 84 UU Administrasi Penduduk, dan pasal 15 PP No.82/2012
mengenai Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik . Tetapi belum ada landasan hukum
yang secara rinci mengatur perlindungan data pribadi.

Oleh sebab itu hal ini perlu dibahas, guna meningkatkan kewaspadaan masyarakat
Indonesia dalam memanfaatkan kemudahan teknologi khusus nya bagi pengguna e-commerce

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian latar belakang, maka permasalahan yang dikemukakan dalam
makalah ini yaitu:

1. Bagaimana pencegahan data pribadi bagi pengguna ecommerce ?

2. Bagaimana eksistensi peraturan perundang undangan di Indonesia dalam perlindungan


data pribadi ?

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Teknologi informasi saat lagi tidak hanya merupakan pembahasan teknis dari ahli
Teknologi Informasi tapi juga sudah menjadi bagian tidak terpisahkan dari bisnis. Berbagai
aspek dalam bisnis terdampak teknologi informasi baik secara positif ataupun negatif salah
satunya dalam hal perdagangan. Pola jual beli di masyarakat seluruh dunia termasuk Indonesia
sudah beralih dari transaksi jual beli secara offline atau tatap muka, menjadi perdagangan jual
beli secara digital dan salah satu media yang digunakan adalah e-commerce. Di Indonesia
banyak merek atau brand e-commerce yang dikenal luas oleh masyarakat salah satunya Shopee
yang akan dibahas secara spesifik sebagai studi kasus pada makalah ini. Namun akan dibahas
terlebih dahulu secara general mengenai e-commerce.
2.1 Penerapan Teknologi Informasi dalam Bisnis : E-Commerce
E-commerce secara pengertian menurut Laudon & Laudon (1998) dapat diartikan sebagai
proses membeli dan menjual produk-produk secara elektronik oleh konsumen dan dari
perusahaan ke perusahaan dengan komputer sebagai perantara transaksi bisnis. E-commerce
yang kita kenal saat ini yaitu berupa website atau aplikasi yang dapat digunakan masyarakat
secara terbuka untuk menjual dan membeli berbagai barang. E-commerce sebagai media atau
wadah transaksi jual beli walaupun hampir sama dengan jual beli offline, ada beberapa
karakteristik yang berbeda (Prihanto, 2020) diantaranya :

1. Transaksi tanpa batas

Tanpa batas ini dapat diartikan bahwa siapapun bisa terlibat mulai dari perorangan, UMKM,
hingga korporasi besar. Selain itu secara cakupan tidak lagi lokal dan nasional, melainkan
internasional. Seseorang dapat menjual barang produksinya di Indonesia menggunakan
e-commerce ke negara lain, begitu juga sebaliknya. Orang Indonesia dapat dengan mudah
membeli barang yang dijual hanya di luar negeri menggunakan e-commerce.

2. Transaksi anonim

Anonim di sini maksudnya bahwa penjual dan pembeli tidak saling bertemu ketika bertransaksi
dan tidak saling mengenal. Tidak diperlukan bagi penjual untuk mengetahui data dari pembeli
seperti nama, tapi sistem yang akan menyimpan data tersebut untuk dapat memproses transaksi
dan untuk pengiriman.

3. Produk digital dan non digital

Produk yang dijual tidak hanya produk sehari-hari atau non-digital tapi juga produk digital yang
penggunaannya tidak tangible atau terlihat, misal membeli paket data internet, atau membeli
akses streaming TV digital dan produk lainnya.

4. Produk barang tak berwujud

Tidak hanya produk digital, tapi ada juga produk tak berwujud yang dapat dijual dan dibeli di
e-commerce contohnya ide desain, software, dan hal-hal lainnya.
E-commerce secara transaksi dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bentuk, menurut
yang dikemukakan oleh Turban et, al: (2004) sebagai berikut :

1. Business to Business (B2B)

2. Business to Customer (B2C)

3. Consumer to Consumer (C2C)

4. Consumer to Business (C2B)

5. Non Business E-Commerce

6. Intra Business (organizational)

E-commerce salah satu bentuk atau business modelnya yaitu marketplace yang biasanya
mencakup B2B dan C2C, yaitu bisnis atau brand besar yang menjual produknya kepada end user
atau konsumen itu sendiri di e-commerce dan juga sesama pengguna e-commerce yang menjual
barangnya kepada pengguna e-commerce lain yang menjadi pembeli. E-commerce semacam ini
yang banyak digunakan di Indonesia.

E-commerce dianggap memberi dampak positif pada perekonomian dan bisnis karena
sangat membantu pergerakan dan pertumbuhan UMKM. Perkembangan e-commerce di
Indonesia cukup pesat, dikutip dari artikel Kominfo di tahun 2019 bahwa Indonesia masuk dalam
10 negara terbesar untuk pertumbuhan e-commerce dengan angka sekitar 78%. Sedangkan
artikel dari Kompas.id pada Oktober, 2021 Indonesia merupakan negara pengguna aplikasi
e-commerce di android ketiga terbesar di dunia. Ini belum termasuk pengguna e-commerce di
aplikasi basis iOS atau sistem lain, dan juga yang menggunakan web browser.

Tentunya pertumbuhan positif ini memberikan dampak positif ke berbagai pihak seperti
UMKM, bisnis retail dan produsen, serta masyarakat umum dengan kemudahan dalam membeli
barang dengan harga kompetitif dan kualitas baik. Namun tentunya tetap ada dampak tidak
disadari atau dampak negatif dari penggunaan e-commerce dan akan dibahas pada subbab
selanjutnya.
2.2 Isu Etika Bisnis pada E-Commerce: Privasi dan Data Pribadi
Banyak permasalahan dan isu yang muncul terkait perkembangan e-commerce misalnya
penipuan produk, hak cipta dan paten, rahasia perdagangan, persaingan tidak sehat dan lainnya.
Namun akan dibahas secara spesifik isu pada e-commerce yang terkait etika bisnis yaitu isu
privasi dan data pribadi.
Privasi dan data pribadi merupakan hal fundamental yang menjadi hak tiap individu serta
perlu dijaga keamanan dan kerahasiaannya. Secara umum dalam bisnis dan pekerjaan, data
pribadi dan privasi tidak dapat diperlakukan secara sembarangan misalnya terkait data nomor
penduduk, alamat rumah, data kesehatan. Misal seseorang bekerja pada perusahaan, perusahaan
memiliki kewajiban untuk menjaga kerahasiaan data dan privasi karyawan yang diserahkan ke
perusahaan seperti data soal keluarganya begitu pula sebaliknya karyawan juga wajib menjaga
kerahasiaan perusahaan dan tidak membawanya keluar termasuk bila berpindah tempat kerja.
Terkait penggunaan e-commerce, tidak disadari ada bahaya laten terkait privasi dan data
pribadi. Ketika membuat akun e-commerce kita tidak sadar bahwa ada persetujuan yang kita
berikan terkait data pribadi, misal lokasi, alamat, nomor telepon dan rekening yang akan
disimpan oleh pihak e-commerce. Data tersebutnya seharusnya bila perusahaan e-commerce
bertanggung jawab tidak akan disebarkan sembarangan dan jangan sampai bocor. Atau
perusahaan e-commerce juga seharusnya dapat memberikan pemberitahuan atau notifikasi yang
cukup mencolok agar pengguna menyadari data apa saja yang akan diberikan.
Tidak jarang kasus yang terjadi bahwa aktivitas di e-commerce yang seharusnya rahasia
karena bukan merupakan media sosial yang memang untuk dibagikan kepada publik, bisa
diakses oleh orang lain atau diketahui orang lain. Misal kita membeli apa dimana dengan harga
berapa, dan kasus ini tidak disadari sebelumnya hingga diangkat ke media massa. Untuk detail
kasus akan dibahas pada sub bab selanjutnya yaitu pada e-commerce Shopee. Selain itu ada isu
bahwa data pribadi bisa di-hack atau dicuri pihak lain dan dijual dengan harga tertentu.
Hal semacam ini tentunya sudah jauh menyimpang dari etika bisnis. Dimana konsumen
memberikan akses pada e-commerce karena meyakini datanya tidak akan disalahgunakan dan
akan aman. Namun pada prakteknya ini sering dilanggar atau terjadi kelalaian. Oleh karena itu,
kita sebagai pengguna e-commerce juga wajib lebih sadar seberapa batas data pribadi yang dapat
diberikan dan bagaimana cara untuk melindungi data dan privasi kita masing-masing. Selain itu
perlu juga ada aturan hukum spesifik yang tegas dan dapat memberikan perlindungan pada
konsumen atau pengguna, serta memberi sanksi tegas pada pihak yang melakukan kesalahan atau
kejahatan terkait privasi dan data pribadi.
BAB III
PEMBAHASAN

Fitur Aktivitas Teman di Shopee

Sekilas Shopee
Shopee (PT. Shopee International Indonesia / Shopee Pte. Ltd.) merupakan sebuah perusahaan
teknologi multinasional yang bergerak di bidang e-commerce. Shopee merupakan anak
perusahaan dari SEA Group (dahulu Garena) yang berkantor pusat di Singapura. Shopee pertama
kali diluncurkan di Singapura pada tahun 2015 sebagai marketplace yang berprinsip social-first,
dan mobile centric dimana setiap pengguna bisa membeli dan menjual barang.

Pada awalnya Shopee memiliki model bisnis utama sebagai sebuah C2C marketplace atau
disebut juga Consumer to consumer marketplace namun pada saat ini Shopee sudah merambah
ke model bisnis B2C marketplace atau disebut juga Business to Consumer marketplace.

Saat ini Shopee beroperasi di berbagai negara di Asia Tenggara, Asia Timur, Amerika Latin,
Eropa, dan India. Di Indonesia sendiri Shopee memiliki jumlah pengguna aktif harian atau
disebut juga Daily Active User sebesar 28,35 juta pengguna selama Agustus 2021 berdasarkan
data dari SimilarWeb

Apa Fitur Shopee yang Bermasalah?


Pada pertengahan bulan Oktober 2021 Shopee merilis sebuah fitur bernama Aktivitas Teman
dimana para pengguna Shopee yang saling menyimpan nomor telepon pengguna Shopee lainnya
sebagai kontak dapat langsung saling melihat riwayat pembelian dan review pembelian satu
sama lain.

Fitur ini dirilis dengan konfigurasi aktif sebagai konfigurasi bawaan sehingga riwayat aktivitas
para pengguna tiba-tiba menjadi informasi publik. Selain itu Shopee juga tidak memberi
sosialisasi bahwa fitur ini akan dan telah dirilis kepada penggunanya. Menurut pihak Shopee
seperti yang disampaikan lewat media sosial Twitter, fitur ini dibuat dengan tujuan meningkatkan
interaksi dan retensi pembeli dengan mengembangkan interaksi sesama pengguna Shopee.

Implementasi serupa
Fitur serupa juga diterapkan aplikasi lain di Indonesia, contohnya adalah fitur GoPay Feed di
aplikasi GoPay, anak perusahaan PT. Aplikasi Karya Anak Bangsa atau yang lebih dikenal
dengan nama mereknya, Gojek dan fitur Feed pada aplikasi Dana yang dimiliki oleh PT Espay
Debit Indonesia Koe.
Tanggapan Pengguna Shopee
Banyak pengguna Shopee yang menyampaikan kekecewaan mereka via media sosial ketika
menyadari keberadaan fitur ini. Umumnya keluhan mereka berkutat di seputar privasi mereka
yang dianggap telah dilanggar oleh Shopee karena data pribadi mereka yang berbentuk riwayat
aktivitas mereka di Shopee dibagikan ke pengguna-pengguna lain tanpa sepengetahuan apalagi
seizin mereka.

Shopee menanggapi kekecewaan para penggunanya hanya dengan menjelaskan bahwa fitur
tersebut dapat dinonaktifkan, bagaimana cara menonaktifkannya, dan kenapa mereka merilis
fitur tersebut.

Permasalahan Etika
Permasalahan utama yang terjadi disini adalah adanya pelanggaran privasi dimana satu pihak
menyebarkan informasi pribadi pihak lain yang dalam kasus ini berupa riwayat aktivitas di
aplikasi Shopee tanpa sepengetahuan dan seizin pihak pemilik informasi tersebut. Pihak Shopee
mencapai situasi ini dengan cara menjadikan informasi riwayat aktivitas penggunanya sebagai
informasi publik pada konfigurasi bawaan aplikasi Shopee ketika merilis fitur tersebut.

Pencegahan
Sebagai pihak penyelenggara aplikasi, Shopee dan penyelenggara aplikasi lain dapat
menghindari kontroversi ini terjadi lagi di masa depan dengan cara,
- Menginformasikan pengguna bahwa data pribadinya akan digunakan oleh penyelenggara
aplikasi dan bagaimana penggunaannya sebelum penyelenggara aplikasi menggunakan
data pribadi tersebut, misalnya dalam kasus fitur Aktivitas Teman pada aplikasi Shopee,
pihak Shopee seharusnya menginformasikan pengguna bahwa pada versi terbaru aplikasi
Shopee data pribadi mereka yang berupa riwayat pembelian dan review produk akan
dibagikan kepada kontak yang terhubung dengan nomor telepon pengguna.
- Membuat penggunaan data pribadi nonaktif pada konfigurasi bawaan sehingga para
pengguna memberikan informasi pribadi mereka sesuai dengan keinginan mereka dan
bukan sesuai dengan konfigurasi yang diinginkan oleh pengembang aplikasi.

Dari sisi lain, pemerintah juga dapat membantu mencegah hal serupa terjadi lagi dengan cara
menerapkan peraturan perlindungan data pribadi. Peraturan seperti ini telah diterapkan di Uni
Eropa dengan kebijakan yang dinamakan The General Data Protection Regulation 2016/679
atau yang sering juga disebut dengan GDPR. Contoh konkrit yang dapat langsung dilihat oleh
pengguna layanan jasa elektronik adalah dengan adanya kebijakan GDPR ini, banyak website
yang memiliki wilayah operasi di Uni Eropa menerapkan popup banner yang menanyakan
apakah pengguna setuju untuk menerima cookies sebuah data yang digunakan untuk melacak
aktivitas pengguna dan kenapa website tersebut menggunakan cookies tersebut.
Di Indonesia sendiri terdapat kebijakan serupa sedang berada dalam tahap perancangan
undang-undang yang lebih dikenal dengan RUU Perlindungan Data Pribadi dan selama
undang-undang tersebut masih dalam tahap perancangan, terdapat Peraturan Menteri No 20 Th.
2016 tentang Perlindungan Data Pribadi yang telah ditetapkan dari tanggal 7 November 2016,
namun bila kita berkaca dari kasus fitur Aktivitas Teman di aplikasi Shopee sepertinya belum
efektif untuk melindungi hak privasi masyarakat di era digital ini.
BAB IV
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
● ​Etika Bisnis, Sunyoto Bab 12

● Etika Bisnis dan Profesi Hendi Prihanto Bab 11

● https://www.similarweb.com/top-websites/indonesia/category/e-commerce-and-shopping/

● https://gdpr.eu/cookies/

● https://indonesiabaik.id/infografis/ruu-pdp-jenis-data-pribadi-yang-wajib-dilindungi

● https://kominfo.go.id/content/detail/8621/indonesia-sudah-miliki-aturan-soal-perlindunga
n-data-pribadi/0/sorotan_media

● https://bpptik.kominfo.go.id/2014/12/19/645/e-commerce/

● https://tekno.kompas.com/read/2021/10/18/14130097/jumlah-pengguna-aplikasi-marketp
lace-indonesia-terbesar-ketiga-di-dunia?page=all

Anda mungkin juga menyukai