Anda di halaman 1dari 14

SISTEM DAN PROSEDUR PRINSIP BA’I AS-SALAM

Makalah

Diajukan kepada dosen pengampu mata kuliah Pengantar Bank Syariah dalam rangka
penyelesaian tugas perkuliahan program studi Perbankan Syariah

Dosen Pengampu:

Azizah S., S.E., M.E.

Kelompok 4:

Rismawati (2104020004)
Andi Putri Sadrianti (2104020014)
Muh. Rizaldi. R (2104020015)
Ayu Agustina (2104020016)
Jahriya (2104020024)

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PALOPO

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami pamjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan kesehatan
kepada kami sehingga saat ini kami masih bisa menyelesaikan makalah yang diberikan oleh
dosen. Shalawat dan salam selalu kami curahkan kepada Nabi Muhammad SAW. sebagai suri
teladan bagi setiap insan.

Adapun materi dalam makalah ini beberapa diambil dari internet dimana berkaitan
dengan materi yang akan kami bahas. Materi yang akan kami bahas tidak lain adalah tentang
“SISTEM DAN PROSEDUR PRINSIP BA’I AS-SALAM”. Kami menyadari sepenuhnya
bahwa makalah kami ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik yang
sifatnya membangun tetap kami nantikan dari teman-teman sekalian terutama kepada dosen
kita.

Semoga makalah ini mampu memberikan manfaat dan nilai tambah kepada para
pembacanya.

Palopo. 13 Mei 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................1

A. LATAR BELAKANG ...................................................................................................1


B. RUMUSAN MASALAH ...............................................................................................1
C. TUJUAN ........................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................2

A. PENGERTIAN BA’I AS-SALAM ................................................................................2


B. LANDASAN SYARIAH BA'I AS-SALAM .................................................................3
C. JENIS-JENIS BA’I AS-SALAM ...................................................................................4
D. MANFAAT BA’I AS-SALAM .....................................................................................4
E. APLIKASI BA’I AS-SALAM DALAM PERBANKAN SYARIAH.............................5

BAB IIIPENUTUP .............................................................................................................6

A. KESIMPULAN ..............................................................................................................7
B. SARAN ..........................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................9


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Konsepsi, prinsip dan landasan operasionalisasi ekonomi Islam sangat kental

dengan rujukan sumber hukum dan aturan mainnya kepada Al Qur’an dan Al Hadist.

Selain itu juga dalam perkembangannya banyak diwarnai oleh perkembangan pemikiran

dan peradaban Islam pada masanya, dengan buah pemikiran dari para fuqaha dan ahli

ekonomi Islam terdahulu dan bahkan hingga saat ini melalui majelis-majelis Ijma dan

ijtihad para ulama setempat dengan menghasilkan fatwa-fatwa yang dianggap relevan

dengan tuntutan kebutuhan dan solusi zaman sekarang menurut perspektif ekonomi Islam.

Dalam perjalanan perkembangan ekonomi Islam, banyak melahirkan pemikir-

pemikir ekonomi Islam beserta konsep-konsep yang dihasilkannya. Salah seorang pemikir

yang sangat termasyhur adalah Abu Hanifah (80-150 H / 699-767 M). Abu Hanifah yang

lahir di Kuffa pada 669 M semasa pemerintahan Abdul Malik bin Marwan dikenal sebagai

Imam Mazhab yang sangat rasionalis1 . Beliau melahirkan beberapa pemikiran yang

menjadi kontribusinya dalam sejarah peradaban ekonomi islam. Buah pemikiran Beliau

yang cukup termashur adalah tentang Konsep Ba’I As-salam (akad jual beli di mana

pembeli membayar harga di muka, sedangkan barang akan diterima pada saat waktu yang

telah disepakat dengan syarat-syarat tertentu).

B. RUMUSAN MASALAH

1. Jelaskan Pengertian Ba’i As-Salam!


2. Apa landasan Syariah Ba’I As-Salam?

3. Apa saja jenis-jenis Ba’i As-Salam?

4. Apa manfaat Ba’i As-Salam?

5. Apa saja aplikasi Ba’i As-Salam dalam perbankan syariah?

C. TUJUAN

1. Mengetahui Pengertian dari Ba’i As-Salam.

2. Mengetahui Landasan syariah Ba’i As-Salam.

3. Mengetahui Jenis-jenis Ba’i As-Salam.

4. Mengetahui Manfaat Ba’i As-Salam.

5. Mengetahui Aplikasi Ba’i As-Salam dalam perbankan syariah.


BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN BA’I AS-SALAM


Ba’i As-salam (‫ ) السلم بيع‬secara bahasa disebut juga dengan as-salaf (‫ ) السلف‬yang

bermaksud at-taqdīm (‫ ) التقديم‬yang berarti pendahuluan atau mendahulukan, karena jual beli

yang harganya didahulukan kepada penjual, yang berarti pesanan atau jual beli dengan

melakukan pemesanan terlebih dahulu. Ba’i As-salam secara istilah adalah menjual suatu

barang yang penyerahannya ditunda atau menjual suatu barang yang ciri-cirinya jelas

dengan pembayaran modal lebih awal, sedangkan barangnya diserahkan kemudian hari.

Kemudian para fuqaha‟ menyebutnya dengan barang-barang mendesak karena ia sejenis jual

beli barang yang tidak ada di tempat, sementara dua pokok yang melakukan transaksi jual

beli mendesak. Istilah salam adalah bahasa dari masyarakat Hijaz sedangkan salaf dikenal di

masyarakat Irak.

Dimayuddin Djuani mengatakan dalam bukunya Pengantar Fiqh Muamalah

bahwa Ba’i salam adalah akad jual beli barang pesanan di antara pembeli (muslam) dengan

penjual (muslam ilaih). Spesifikasi dan harga barang pesanan harus sudah disepakati di awal

akad, sedangkan pembayaran dilakukan di muka secara penuh.

Malikiyah memberikan definisi bahwa Ba’i As-salam adalah jual beli dimana

modal (harga) dibayar di muka, sedangkan barang diserahkan dibelakang. yafi’i Jafri

mengutip dari Sayyid Sabiq bahwa Ba’i As-Salam yaitu penjual sesuatu dengan kriteria

tertentu (yang masih berada) dalam tanggungan dengan pembayaran segera. Para Fuqaha

memberikan istilah “al-Mahawij” (barang-barang mendesak), karena Ba’i As-salam sejenis

jual beli barang yang tidak ada di tempat sementara kedua belah pihak melakukan jual beli
mendesak. Atau dengan kata lain menjual sesuatu yang barangnya tidak diperlihatkan atau

masih dalam pesanan, tetapi diberitahukan sifat beserta kualitasnya oleh penjual dan setelah

ada kesepakatan, pembeli langsung membayarnya meskipun barang belum ada saat itu.

Menurut Dewan Syariah Nasional dalam Fatwa DSN No. 05/DSNMUI/IV/2000,

salam adalah jual beli barang dengan cara pesanan dan pembayaran harga terlebih dahulu

dengan syarat-syarat tertentu. Sedangkan dalam Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, salam

adalah jasa pembiayaan yang berkaitan dengan jual beli yang pembiayaanya dilakukan

bersamaan dengan pemesanan barang.

Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh ulama mazhab tersebut dapat

diambil intisari bahwa salam adalah salah satu bentuk jual beli dimana uang harga barang

dibayarkan secara tunai, sedangkan barang yang dibeli belum ada, hanya sifat-sifat, jenis,

dan ukurannya sudah disebutkan pada waktu perjanjian dibuat.

Dalam melakukan jual beli Ba’i As-salam, maka harus dipenuhi beberapa rukun.

Adapun rukun jual beli Salam menurut Wahbah Az-Zuhaily yaitu:

a) Muslam atau Pembeli.

b) Muslam Ilayhi atau Penjual.

c) Muslam fihi atau barang.

d) Sighot atau qabul.

Adapun rukun jual beli Ba’i As-salam menurut jumhur ulama, selain hanafiyah,

terdiri atas :

a) Orang yang berakad harus baligh dan berakal.

b) Objek jual beli salam, yaitu barang yang dipesan harus jelas ciri-cirinya, waktu

harus jelas, dan harganya harus jelas serta diserahkan diwaktu akad.
c) Ijab dan Qabul.

Syarat Ba’i As-salam yang harus ada agar terpenuhi ketentuan-ketentuannya,

adalah sebagai berikut:

a) Jenis objek jual beli salam harus jelas.

b) Sifat objek jual beli salam harus jelas.

c) Kadar atau ukuran objek jual beli salam harus jelas.

d) Jagka waktu pemesanan objek jual beli salam harus jelas.

e) Asumsi modal yang dikeluarkan harus diketahui masing-masing pihak.

B. LANDASAN SYARIAH BA’I AS-SALAM

1. Al-Qur’an

Dasar hukum ijarah dari Al-Qur’an adalah dalam surah Al-Baqarah: 282

‫م بِ َدي ٍْن اِ ٰلٓى اَ َج ٍل ُّم َس ّمًى فَا ْكتُبُوْ ه‬pُْ‫اَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا اِ َذا تَدَايَ ْنت‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai

untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya”.

2. Hadis

1) Hadis Riwayat Bukhari dari Ibnu Abbas, bahwa Nabi Muhammad saw bersabda:

Artinya: “Ibnu Abbas berkata: Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam datang ke

Madinah dan penduduknya biasa meminjamkan buahnya untuk masa setahun dan

dua tahun. Lalu beliau bersabda: "Barangsiapa meminjamkan buah maka hendaknya
ia meminjamkannya dalam takaran, timbangan, dan masa tertentu." Muttafaq Alaihi.

Menurut riwayat Bukhari: "Barangsiapa meminjamkan sesuatu."

3. Ijma’

Ibnu Mundzir mengatakan bahwa semua Ulama sepakat bahwa Bai’i As-salam

hukumnya boleh dilakukan. Dalam mausu’ah al-Um, Imam Syafi’I berkata mengenai

Ijma’ Ulama tentang kebolehan Ba’i As-salam sebagai berikut: “….. salaf / salam boleh

sesuai dengan sunnah Rasulullah SAW , dan tidak ada perbedaan di kalangan para

Ulama sebagaimana saya ketahui”.

C. JENIS-JENIS BA’I AS-SALAM

Terdapat dua jenis akad Ba’i As-salam yaitu akad salam dan akad salam paralel.

Berikut skema masing-masing jenisnya.

a. Akad salam

1. Kedua belah pihak dalam akad jual beli meraih kesepakatan.

2. Pembeli melakukan pembayaran terhadap penjual.

3. Penjual memberikan barang ke pembeli selama memenuhi persyaratan

yaitu barang dan waktu pengiriman sesuai yang telah disepakati di awal.

b. Akad Salam Paralel

Akad salam paralel merujuk pada transaksi dengan tiga belah pihak , pertama

adalah penjual, kedua pembeli dan ketiga penjual dengan pemasok barang atau

lainnya.

1. Pemilik akun dan bank meraih kesepakatan terkait pesanan barang melalui

negoisasi.
2. Bank akan memesan barang ke penjual dan membayar dimuka.

3. Penjual mengirim lampiran kepada bank.

4. Penjual mengirim barang kepada pemilik akun atau pembeli.

5. Pemilik akun atau pembeli membayar kepada penjual.

Perbedaan anatara akad salam dan akad salam paralel adalah terletak pada kehadiran

pihak ketiga dalam kegiatan transaksi.

D. MANFAAT BA’I AS-SALAM

Adapun manfaat dari Ba’i As-salam, sebagai berikut:

1. Untuk memenuhi kebutuhan hidup, karena manusia tidak akan dapat hidup tanpa

bantuan orang lain, terutama untuk memenuhi kebutuhan segera dari penjual. Jika harga

tidak dibayar penuh oleh pembeli, tujuan dasar dari transaksi ini tidak terpenuhi.

2. Untuk memenuhi hubungan baik sesama manusia, baik secara peribadi maupun secara

bermasyarakat dan juga didalam berbangsa dan bernegara. Dengan adanya jual beli

salam tercipta solidaritas sosial sehingga mereka saling mengenal dan membantu.

3. Selain itu, salam bermanfaat bagi penjual karena mereka menerima pembayaran di

muka. Salam juga bermanfaat bagi pembeli karena pada umumnya harga dengan akad

salam lebih murah dari pada harga dengan akad tunai.

4. Manfaat transaksi salam bagi pembeli adalah adanya jaminan memperoleh barang

dalam jumlah dan kualitas tertentu pada saat ini membutuhkan dengan harga yang

disepakati di awal. Sementara manfaat bagi penjual adalah diperolehnya dana untuk

melakukan aktivitas produksi dan memenuhi sebagian kebutuhan hidupnya.


5. Membantu kelancaran perdagangan import dan eksport antar suatu Negara dengan

Negara lainnya. Karena peraktek jual beli as-salam di dunia modern pada saat ini

semakin berkembang, khususnya antar Negara (import dan eksport). Oleh sebab itu, jual

beli salam yang disyari’atkan Islam amat sesuai diterapkan dalam masyarakat, sehingga

perselisihan boleh dihindari sekecil mungkin.

E. APLIKASI BA’I AS-SALAM DALAM PERBANKAN SYARIAH

1. Akad Salam Tunggal Hakiki, dimana bank benar-benar melakukan pembelian barang

dan kemudian terjun langsung dalam bisnis penjualan barang itu.

2. Akad Salam Tunggal Hukmi (formal), dimana bank tidak benar-benar bermaksud

membeli barang, karena setelah itu bank menjualnya kembali kepada penjual pertama

dengan akad Bay’ Murabahah Bisaman Ajil, atau menyuruh menjualnya ke pihak lain

dengan akad Wakalah.

3. Akad Salam Paralel, dimana bank melakukan dua akad Salam secara simultan, yakni

akad Salam dengan nasabah yang butuh barang dan akad Salam dengan nasabah yang

butuh dana untuk memproduksi barang. 


BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Ba’i As-salam (‫ ) السلم بيع‬secara bahasa disebut juga dengan as-salaf (‫ ) السلف‬yang

bermaksud at-taqdīm (‫ ) التقديم‬yang berarti pendahuluan atau mendahulukan, karena jual

beli yang harganya didahulukan kepada penjual, yang berarti pesanan atau jual beli

dengan melakukan pemesanan terlebih dahulu. Ba’i As-salam secara istilah adalah

menjual suatu barang yang penyerahannya ditunda atau menjual suatu barang yang ciri-

cirinya jelas dengan pembayaran modal lebih awal, sedangkan barangnya diserahkan

kemudian hari.

Jenis-Jenis Ba’i As-salam, yaitu:

1. Akad Salam.

2. Akad salam Paralel.

Aplikasi Ba’i As-salam, yaitu:

1. Akad Salam Tunggal Hakiki.

2. Akad Salam Tunggal Hukmi (formal).

3. Akad Salam Paralel.

B. SARAN

Semoga dengan dibuatnya makalah ini kita dapat memahami dan mengambil

nilai-nilai penting dalam pembahasan makalah kali ini. Kita bisa memahami sistem dan

prosedur prinsip Ba’i As-salam. Kami juga menyarankan kepada para pembaca dan
pembuat makalah selanjutnya agar bisa mengambil positif dari makalah yang kami buat

dan kami sadar bahwa makalah yang kami buat masih belum sempurna.
DAFTAR PUSTAKA

Dimayuddin Djuani. Pengantar fiqh muamalah. (Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR.

2008) hlm.128

KHES. Pasal 20 ayat (34)

Departemen Agama R.I. Al-Qur’an dan Terjemahan. ( Diponegoro: CV Penerbit

Diponegoro. 2011) hlm: 37

Adiwarman A Karim.Ekonomi Islam: Sebuah Kajian Kontemporer. (Jakarta: GIP. 2004)

hlm. 9

Muhammad Syafii Antonio. Bank Syariah dari Teori ke Praktek. (Jakarta: Gema Isnani.

2001) hlm.109

H Nasrun Haroen. Fiqh Muamalah.(Jakarta:Gaya Media Pratama.2007) hlm.149

Imam mustofa. Fiqh Muamalah Konpemporer. (Jakarta: Rajawali Press. 2016) hlm.89

https://www.depokpos.com/2019/04/mengenal-jenis-jenis-sewa/#:~:text=Di%20dalam

%20sewa%20terdapat%202,Sewa%20Pembiayaan%20(Financing%20lease).

https://www.ocbcnisp.com/id/article/2022/03/09/gadai-adalah

Anda mungkin juga menyukai