Kelompok 2
Anggota:
Theresia Irene
120110140069
Evelytha Goutama
120110140072
Boy Donaro
120110140078
Julio Christo
120110140100
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2016
Conceptual
Framework
itu
sendiri
didefinisikan
oleh
Sistem yang koheren dari tujuan yang saling berkaitan & fundamental yang diharapkan
dapat menyebabkan standar yang konsisten dan yang mengatur dasar, fungsi dan batas-batas
akuntansi keuangan dan pelaporan. Namun tidak semua akuntan memiliki pendapat yang
sama terhadap kehadiran conceptual framework ini. Beberapa akuntan berpendapat bahwa
membuat general theory melalui sebuah conceptual framework tidak diperlukan. Mereka
beralasan bahwa mereka dapat tetap bertahan didalam pelaksanaan profesi akuntan tanpa
sebuah teori.
Pernyataan tersebut memang benar, namun muncul beberapa masalah terkait praktik
didalam akuntansi karena tidak adanya general theory of accounting yang terstruktur. Salah
satunya adalah, praktik akuntansi dinilai sangat permissive dan tidak konsisten. Tiap-tiap
entitas diperbolehkan untuk memilih metode akuntansinya sendiri.
Oleh karena itu, conceptual framework memiliki beberapa manfaat dan peran penting,
yaitu :
1. Financial reporting requirements dapat lebih konsisten dan logis. Misalnya, kini
seluruh entitas diharuskan menggunakan fair value dalam penilaian aset-nya.
2. Adanya regulations yang memaksa pihak-pihak yang bertanggung jawab untuk
membuat laporan yang sesuai dengan framework.
3. Pihak-pihak yang menyusun financial report dapat lebih bertanggung jawab, karena
seluruh requirements dalam membuat financial report telah tertera jelas didalam
framework.
4. Meminimalisir resiko dari over-regulation.
5. Baik preparers maupun auditors dapat lebih memahami financial reporting
requirements yang mereka buat atau periksa.
6. Pengaturan financial reporting requirements dapat lebih economical, karena tiap
issues yang muncul tidak perlu diperdebatkan kembali dari berbagai sudut pandang.
Mengidentifikasi elemen dasar dari laporan keuangan dan konsep untuk pengakuan
dan pengukuran dari laporan keuangan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tujuan utama dari laporan keuangan adalah untuk
memberikan informasi yang:
1. Bermanfaat dalam membuat keputusan kredit dan investasi oleh pihak yang ingin
memahahi kegiatan ekonomi dan bisnis perusahaan.
2. Membantu kreditor dan investor yang ada atau potensial, serta users lain dalam
menentukan jumlah, waktu dan ketidakpastian cash flow di masa yang akan datang.
memang berdasarkan kejadian di masa lalu, namun masa depan tidak dapat diabaikan begitu
saja ketika masa depan secara tegas dijadikan objective of accounting.
Sedangkan, decision-theory sangat bermanfaat untuk mengecek apakah akuntansi
mencapai tujuannya atau tidak. Jika individual systems dapat menyediakan informasi yang
berguna, maka teori yang mendasari sistem tersebut dapat dikategorikan efektif, atau valid.
Overall
Accounting Theory
Individual
Accounting System
Prediction Model
of User
Decision Model of
User
level
nasional
menjadi
sangat
sulit.
Godfrey
berpendapat
bahwa
dalam
a. Fokus pada perubahan dalam environment sejak orginal frameworks pertama kali
diisukan, demikian juga terhadap kelalaian di original frameworks, dengan tujuan
untuk dapat menciptakan framework yang berkembang, utuh, dan dapat mencakup
frameworks yang telah ada secara efektif dan efisien
b. Memberikan prioritas untuk menujukan dan mendiskusikan tiap isu di setiap fase yang
memiliki kemungkinan menguntungkan Boards dalam jangka pendek; yakni crosscutting issues yang memberi dampak tertentu dalam project mereka, baik untuk
standar baru maupun standar yang sudah direvisi. Sekaligus, tahap dari project
tersebut akan dilakukan secara simultan dan Boards akan mengharapkan keuntungan
dari terlaksananya project tersebut
c. Awalnya mempertimbangkan konsep yang dapat diaplikasikan di private sector
business entities. Selanjutnya, Boards akan bergabung dalam mempertimbangkan
aplikasi dari konsep tersebut ke private sector not-for-profit organizations.
Representatif dari public sector standard-setting Boards akan memonitor projects
tersebut, dan di kasus-kasus tertentu akan mempertimbangkan dampak potensial dari
diskusi private sector untuk public entities.
IASB/FASB CONCEPTUAL FRAMEWORK PROJECT
Fase
Topik
Measurement
Reporting Entity
Qualitative Characteristics
IASB Framework mencantukam empat prinsip qualitative characteristics, yakni:
understability,
relevance,
reliability, dan
comparability.
Qualitative
characteristics
dibedakan
menjadi
fundamental
(relevance,
faithful
lokasi tambang minyak dan gas alam baru (tanpa memperhatikan hasilnya) boleh
dikapitalisasi.
3. Tidak menyelesaikan masalah estimasi.
Ontological and Epistemological Assumptions
Tujuan dari pembentukan conceptual framework adalah untuk menghasilkan laporan
keuangan yang objektif dan tidak bias. Namun, dasar suatu framework dipertanyakan,
apakah teori tersebut netral, independen, dan bebas dari bias. Jika dihubungkan dengan
conceptual framework yang ada ternyata benar adanya, bahwa conceptual framework tidak
pernah secara resmi diuji kebenarannya berdasarkan bukti logis dan empiris karena isi dari
conceptual framework itu sendiri merupakan opini dari badan atau individual yang
berkuasa.
Circularity of Reasoning
Dalam sudut pandang yang dangkal terhadap conceptual framework mengindikasikan
bahwa paling tidak akuntan mengikuti satu jalur ilmiah, yaitu menarik kesimpulan dari
prinsip dan praktik yang disamaratakan. Namun, banyak pula negara yang conceptual
framework-nya ditandai dengan adanya internal circularity, maksudnya satu kualitasnya,
bergantung pada kualitas aspek yang lain.
Bermacam-macam kerangka konseptual yang dimiliki negara ditandai oleh adanya
internal circularity. Contohnya adalah pada information qualities pada laporan keuangan
yang bergantung pada kriteria quality lainnya. FASB framework mencoba untuk membuka
atau menjastifikasi circularity tersebut dengan merujuk pada keinginan dari seorang akuntan
yang memiliki banyak pengetahuan untuk menginterpretasikan laporan keuangan tersebut.
An Unscientific Disipline
Stamp meyakini bahwa akuntansi lebih berpihak kepada hukum daripada physical
science karena profesi akuntansi dan hukum berhubungan dengan konflik yang terjadi
diantara kelompok pengguna ilmu tersebut dengan kepentingan dan tujuan yang bermacammacam. Positive accounting adalah penjelasan atau penalaran untuk menunjukkan secara
ilmiah kebenaran pernyataan atau fenomena akuntansi seperti apa adanya sesuai fakta.
Teori ini bertujuan menjelaskan, meramalkan, dan memberi jawaban atas praktik akuntansi.
Teori ini juga meramalkan berbagai fenomena akuntansi dan menggambarkan bagaimana
interaksi antar-variabel akuntansi dalam dunia nyata. Sedangkan normative accounting
adalah penjelasan atau penalaran untuk menjustifikasi kelayakan suatu perlakuan akuntansi
paling sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, sehingga lebih menjelaskan praktikpraktik akuntansi yang seharusnya berlaku (it should be).
Pendekatan positive accounting menghasilkan taksonomi akuntansi sebagai sains.
Sedangkan pendekatan normative accounting menghasilkan taksonomi akuntansi sebagai
art. Hingga saat ini, positive accounting theory masih dalam proses yang dapat dijadikan
dasar dalam proses pembentukan akuntansi menjadi sains.
Positive Research
Tujuan utama dari dibuatnya conceptual framework adalah untuk menyediakan
informasi keuangan yang dapat membantu pengguna menentukan economic decision dan
untuk meyakinkan pengguna laporan keuangan dapat mendapatkan informasi yang berguna
untuk proses pengambilan keputusan.
The Conceptual Framework as A Policy Document
Sebuah cara yang dapat digunakan untuk melihat conceptual framework menjadi
scientific adalah dengan mempertimbangkannya menjadi sebuah policy model.
Ijiri
membedakan normative dan policy model. Normative model dibuat berdasarkan asumsi
pasti mengenai tujuan yang akan dicapai. Meskipun normative model memiliki implikasi,
namun tetap berbeda dengan policy judgement yang melibatkan komitmen terhadap
tujuannya. Ijiri juga mengungkapkan bahwa dalam akuntansi, teori dan policy bercampur
menjadi satu, tidak seperti ilmu pengetahuan lainnya.
Menurut Tinker, terdapat cara lain untuk mengesahkan tingkat teoritikal yaitu dengan
pendekatan deskriptif. Deskriptive theories adalah usaha untuk menemukan hubungan yang
sebenarnya terjadi. Panalaran Induktif biasanya disebut dengan teori deskriptif. Pendekatan
deskriptif memiliki implikasi untuk menentukan apakan conceptual framework merupakan
refleksi dari nilai professional.
Buckley memiliki policy model melalui pendekatan konstitusional, dimana prinsipprinsip yang berlaku berasal dari kebenaran, sama seperti cara FASB menentukan
merekomendasikan pemisahan untuk kedua tipe pelayanan ini untuk menjaga independensi
dari auditor.
Pada tahun 1980, fokus debat secara teoritis berfokus pada struktur dan cara
perhitungan dalam hal mengumpulkan bukti dan proses evaluasi. Knecehel menjelaskan ini
sebagai pertumbuhan pesat pada praktik audit, peningkatan teknologi, dan kebutuhan untuk
mengurangi biaya pada audit proses.
Pada tahun 1990, Knechel menghadapi hambatan yang mencakup tekanan dari klien
kepada auditor untuk mengurangi biaya dan memberikan nilai yang lebih. Hal ini membuat
praktik audit menjadi lebih bergantung pada memeriksa sistem kontrol klien dan juga
mencari dan mengumpulkan bukti dari financial statement yang dibuat sendiri oleh sistem
tersebut, dibandingkan dengan direct testing pada transaksi dan account balance.
Resiko bisnis audit adalah suatu bentuk audit yang mempertimbangkan resiko klien
sebagai bagian dari proses audit evidence (1970). Audit risk model meminta auditor untuk
memperhatikan resiko dari opini audit yang tidak sepantasnya sebagai fungsi dari inherent
risk, resiko dimana sistem kontrol dari klien tidak dapat mencegah dan mendeteksi
kesalahan tersebut, dan resiko dimana prosedur audit pun tidak dapat mendeteksi kesalahan
tersebut.
Internal control integrated framework by the Committee of Sponsoring
Organization (COSO), dikeluarkan pada tahun 1992. Report ini membuat auditor menjadi
lebih sadar dan peduli terhadap hubungan antara internal control dan pengadaan audit itu
sendiri. Klien dengan internal control yang baik dianggap lebih memiliki resiko yang
rendah untuk terjadi fraud dan error. Hal ini dapat mengurangi sumber data, biaya audit, dan
harga pengauditan untuk klien tersebut.
Asal mula terbentuknya internal control integrated framework diprakarsai oleh
komisi yang dibentuk oleh sektor swasta. Sektor swasta ini membentuk National
Commission on Fraudulent Financial Reporting atau dikenal juga dengan The Treadway
Commission di tahun 1985. Komisi ini mengeluarkan report pertamanya pada tahun 1987.
Isi dari report tersebut merekomendasikan dibuatnya report komprehensif tentang
pengendalian internal (integrated guidance on internal control), lalu dibentuklah COSO,
yang kemudian bekerjasama dengan Coopers & Lybrand untuk membuat report tersebut.
Resiko Bawaan (Inherent Risk), yaitu kerentanan suatu saldo akun atau golongan
transaksi terhadap suatu salah saji yang material. Biasanya resiko ini telah ada dari
awal dikarenakan sifat bisnis dari entitas yang bersangkutan.
Resiko Pengendalian (Control Risk), merupakan resiko yang baru akan muncul dan
terdeteksi pada saat pemeriksaan internal control. Entitas yang rentan akan fraud
biasanya internal controlnya lemah.
Resiko Deteksi (Detection Risk), adalah resiko yang muncul karena auditor tidak
mampu menemukan kesalahan dikarenakan kurang menggunakan tehnik atau
prosedur
DAFTAR PUSTAKA
Godfrey, J., Hodgson, A., Tarca, A., & Hamilton, J. (t.thn.). Accounting Theory.
Wiley.