Anda di halaman 1dari 8

BAB 8 VALIDITAS DAN RELIABILITAS

8.1. PENDAHULUAN
Instrumen yang dibuat harus senyatanya (actually) dan seakuratnya
(accurately)

apa

yang

harus

diukur

dari

konsep.

Pengukuran

konsep

senyatanya (actually) berhubungan deengan validitas (seberapa aktual dapat


dikatakan valid) dan pengukuran seakuratnya (accurately) berhubungan
dengan reliabilitas (seberapa akurat dapat diandalkan). Pengukuran juga harus
memenuhi

tuntutan

dipraktekkan

atau

operasinya
praktekabilitas

sehingga

dapat

(practicality)

dipraktekkan.
didefinisikan

Dapat
sebagai

ekonomis, nyaman dan dapat diinterpretasikan. Dengan demikian pengukuran


yang baik memenuhi kriteria validitas, reliabilitas dan praktekabilitas.
8.2. PERBEDAAN VALIDITAS DAN RELIABILITAS
Validitas (validity) menunjukkan seberapa jauh suatu tes atau satu set
dari operasi-operasi mengukur apa yang seharusnya diukur (Ghiselli et al., 1981,
hal.266). Azwar

(2000, hal.5) mengartikan validitas sebagai sejauh mana

ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur

dalam melakukan fungsi ukurnya.

Issac dan Michael (1981, hal.120) menjelaskan bahwa informasi validitas


menunjukkan tingkat dari kemampuan tes untuk mencapai sasarannya.
Dapat disimpulkan bahwa validitas menunjukkan seberapa nyata suatu
pengujian mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas berhubungan dengan
ketepatan

alat

ukur

untuk

melakukan

tugasnya

mencapai

sasarannya,

berhubungan dengan kenyataan, berhubungan dengan tujuan dari pengukuran.


Pengukuran dinyatakan valid. Pengukuran dinyatakan valid jika mengukur
tujuannya dengan nyata atau benar. Alat ukur yang tidak valid adalah yang
memberikan

hasil

ukuran

menyimpang

dari

tujuannya.

Penyimpangan

pengukuran ini disebut dengan kesalahan (error) atau varian.


Reliabilitas (reliability) suatu pengukur menunjukkan stabilitas dan
konsistensi dari suatu instrumen yang mengukur suatu konsep yang berguna
untuk mengakses kebaikan dari suatu pengukur (sekaran, 2003, hal.203).
Ghiselli et al. (1981, hal.191) mendefinisikan reliabilitas suatu pengukur sebagai
seberapa variasi tidak sistematik dari penjelasan kuantitatif dari karakteristikarakteristik suatu indvidu jika individu yang sama diukur beberapa kali. Issac

dan Michael (1981, hal 123) mendefinisikan reliabilitas sebagai konsistensi antar
pengukuran-pengukuran secara berurutan.
Dapat disimpulkan bahwa reliabilitas menunjukkan akurasi dan ketepatan
dari pengukurannya. Reliabilitas berhubungan dengan akurasi dari pengukurnya
dan konsistensi dari pengukur. Suatu pengukur dikatakan reliabel (dapat
diandalkan) jika dapat dipercaya. Supaya dapat dipercaya, maka hasil dari
pengukuran harus akurat dan konsisten. Dikatakan konsisten jika beberapa
pengukuran terhadap subjek yang sama diperoleh hasil yang tidak berbeda.
Valid dan reliabel adalah berbeda. Suatu pengukur yang akurat dan
konsisten sehingga dapat diandalkan (reliabel) belum tentu mengukur dengan
tujuan yang diinginkan (valid). Sebaliknya, suatu pengukur yang valid yang
mengukur senyatanya belum tentu dapat diandalkan (reliabel) karena mengukur
dengan tidak konsisten. Suatu pengukur dapat juga mengukur senyatanya yang
valid sekaligus dapat diandalkan (reliabel) karena mengukur dengan konsisten ini
menunjukkan bahwa pengukur mengukur senyatanya dengan hasil yang
konsisten berkali-kali. Suatu pengukur dapat juga mengukur senyatanya yang
tidak valid sekaligus tidak dapat diandalkan (reliabel) karena mengukur dengan
tidak konsisten. Ini menunjukkan bahwa pengukur mengukur dengan tidak
senyatanya dengan hasil yang tidak konsisten berkali-kali.
8.3. VALIDITAS EKSTERNAL
Validitas (validity) menunjukkan bahwa suatu pengujian benar-benar
mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas dapat berupa validitas eksternal
dan validitas internal.
Validitas eksternal (external validity) menunjukkan bahwa hasil dari
suatu penelitian adalah valid yang dapat digeneralisasi ke semua objek, situasi
dan awal yang berbeda. Validitas eksternal ini banyak berhubungan dengan
pemilihan sampel.
Sampel yang memenuhi validitas eksternal yang tinggi adalah sampel
yang

tidak

bias,

sehingga

akan

menghasilkan

penelitian

yang

dapat

digeneralisasikan hasilnya ke semua objek, situasi dan waktu yang berbeda.


Supaya mempunyai tingkat validitas yang tinggi, sampel penelitian harus
memenuhi kriteria sebagai berikut.
1. Dapat digeneralisasikan hasilnya ke semua objek yang berbeda.

a. Pemilihan sampel yang bias (sample selection bias) akan


membuat sampel tidak akurat, karena sampel berisi dengan objek data
tertentu yang dipilih oleh peneliti. Akibat pemilihan sampel yang bias
ini adalah hasil penelitan hanya terjadi pada objek data yang dipilih
saja dan tidak digeneralisasikan ke objek lain yang berbeda. Misalnya
sampel penelitian hanya berisi dengan sampel perusahaan besar saja,
sehingga hasilnya dipertanyakan apakah juga dapat digeneralisasikan
ke perusahaan-perusahaan kecil.
b. Pemilihan sampel yang bias yang berisi dengan perusahaanperusahaan

yang

bertahan

(survivorship

bias)

juga

akan

membuat sampel tidak akurat, karena tidak berisi dengan perusahaanperusahaan yang sudah tidak ada yang sebenarnya masih hidup
selama periode sampelnya. Akibat pemilihan sampel yang bias ini
adalah hasil penelitan hanya terjadi pada objek data yang dipilih saja,
yaitu

perusahaan-perusahaan

yang

bertahan

dan

tidak

digeneralisasikan ke objek lain yang berbeda, yaitu ke semua


perusahaan baik yang masih bertahan maupun yang sudah tidak ada.
c. Penelitian yang melibatkan sedikit perusahaan hasilnya akan
dipertanyakan apakah dapat diterapkan ke perusahaan lainnya.
Misalnya penelitian yang hanya melibatkan perusahaan yang berada di
industri jasa saja akan ditanyakan apakah hasilnya juga berlaku untuk
industri lainnya.
2. Dapat digeneralisasikan hasilnya ke semua situasi yang berbeda. Jika
penelitian melibatkan banyak situasi yang berbeda, maka dapat dikatakan
bahwa penelitian ini dapat digeneralisasikan pada banyak situasi ,
sehingga validitas eksternalnya tinggi.
3. Dapat digeneralisasikan hasilnya ke semua waktu yang berbeda. Jika
penelitian hanya menggunakan

data dengan waktu yang pendek,

misalnya hanya setahun saja, maka hasilnya dipertanyakan apakah dapat


digeneralisasikan ke semua tahun, terutama tahun-tahun mendatang.
Oleh karena itu supaya validitas eksternalnya tinggi sehingga dapat
diterapkan pada waktu yang berbeda, penelitian sebaiknya menggunakan
data seri-waktu yang panjang.
8.4. VALIDITAS INTERNAL
Validitas internal (internal validity) menunjukkan kemampuan dari
instrumen riset mengukur apa yang seharusnya diukur dari suatu konsep.

Validitas internal digunakan untuk menjawab pertanyaan apakah riset sudah


menggunakan konsep yang seharusnya (actually). Validitas internal dapat
dikelompokkan ke dalam 3 kelompok, yaitu validitas isi (content validity),
validitas berhubungan dengan kriteria ( criterion-related validity) dan validitas
konstruk (construct validity).
8.4.1. Validitas Isi (Content Validity)
Validitas isi menunjukkan tingkat seberapa besar item-item di instrumen
mewakili konsep yang diukur. Validitas isi memuat tes yang menguji isi yang
relevan dengan tujuan yang akan diukur. Jika instrumen yang digunakan secara
cukup mencakup topik yang sudah didefinisikan sebagai dimensi-dimensi dan
elemen-elemen

yang

relevan

menggambarkan

konsepnya,

maka

dapat

dikatakan bahwa instrumen tersebut mempunyai validitas isi yang baik.


Mengukur kelayakan validitas isi tidak mudah karena tidak ada standar
yang jelas. Oleh karena itu metode untuk mengukur validitas ini dilakukan secara
judgemen atau menggunakan evaluasi dari panel (panel evaluation) atau orang
lain yang ahli di konsep yang diukur ini.
Validitas isi dapat dilakukan dengan validitas tampang (face validity) yang
merupakan validitas isi yang minimum yang dapat diterima. Validitas tampang
(face validity) menunjukkan bahwa item-item mengukur suatu konsep jika dari
penampilan tampangnya sepertinya mengukur konsep tersebut. Beberapa
periset tidak menganggap ini sebagai validitas internal yang valid.
8.4.2. Validitas berhubungan dengan kriteria (criterion-related validity)
Validitas ini digunakan untuk mengukur perbedaan-perbedaa individual
berdasarkan kriteria yang digunakan. Ada 2 macam validitas ini, yaitu validitas
serentak (concurrent validity) dan validitas prediktif (predictive validity).
Perbedaan keduanya terletak pada perspektif waktunya. Validitas serentak
(concurrent validity) berhubungan dengan pengukuran dan pengklasifikasian
sekarang dan validitas prediktif (predictive validity) berhubungan dengan
kebenaran prediksi dimasa depan.
Validitas serentak (concurrent validity) digunakan jika suatu skala
membedakan individu-individu yang sudah diketahui berbeda berdasarkan
kriteria tertentu pada saat pengukuran dan supaya dikatakan valid, skala
pengukuran tersebut harus dapat memberikan nilai yang berbeda terhadap

individu-individu yang berbeda tersebut pada saat pengukuran. Validitas


serentak diukur dengan korelasi.
Validitas prediktif (predictive validity) menunjukkan kemampuan dari
instrumen untuk mengukur perbedaan antara individu-individu berdasarkan
kriteria-kriteria yang diprediksikan. Validitas prediktif diukur dengan koefisien
korelasi, yaitu antara skor-skor instrumen pengukur dengan skor-skor hasil masa
depan yang diprediksikan. Karena hasil masa depan belum terjadi, maka
validitas prediktif baru dapat diukur setelah menunggu hasil masa depan
diperoleh. Nilai koefisien korelasi yang tinggi menunjukkan

validitas prediktif

yang tinggi.
8.4.3. Validitas Konstruk (Construct Validity)
Validitas Konstruk (Construct Validity) menunjukkan seberapa baik
hasil-hasil yang diperoleh dari penggunaan suatusuatu pengukur sesuai dengan
teori-teori yang digunakan untuk mendefinisikan suatu konstruk. Validitas
Konstruk

(Construct

Validity)

dapat

dinilai

melalui

validitas

konvergen

(convergen validity) dan validitas diskriminan (discriminant validity).


Validitas konvergen (convergen validity) terjadi jika skor-skor yang
diperoleh dari dua instrumen yang berbeda yang mengukur konstruk yang sama
mempunyai korelasi yang tinggi. Sedang validitas diskriminan (discriminant
validity) terjadi jika 2 instrumen yang berbeda yang mengukur 2 buah konstruk
yang diprediksikan tidak berkorelasi menghasilkan skor-skor yang memang tidak
berkorelasi.
Validitas konstruk dapat diukur dengan menggunakan beberapa cara,
yaitu :
1. Multitrait, multimethod matrix of correlations yang dikembangkan oleh
Campbell dan Fiske pada tahun 1959. Untuk contoh cara ini dapat dilihat
di Azwar (2000) dan di Ghiselli et al. (1981) dan Issac dan Michael (1981).
2. Analisis faktor (factor analysis)

8.5. RELIABILITAS DAN KOEFISIEN RELIABILITAS

Reliabilitas (reliability) adalah tingkat seberapa besar suatu pengukur


mengukur dengan stabil dan konsisten. Besarnya tingkat reliabilitas ditunjukkan
oleh nilai koefisiennya, yaitu koefisien reliabilitas.
Koefisien Reliabilitas mengukur tingginya reliabilitas suatu alat ukur.
Beberapa pendekatan digunakan untuk menghitung nilai koefisien reliabilitas.
Pendekatan-pendekatan ini adalah :
1. Tes-tes ulang (test retest)
2. Bentuk paralel (parallel-form)
3. Separo-dipecah (split-half)
8.5.1. Tes-tes ulang (test retest)
Pendekatan Tes-tes ulang (test retest) dilakukan dengan melakukan 2
kali tes berurutan pada kelompok subjek yang sama dengan alat ukur atau
instrumen yang sama. Skor-skor dari tes yang pertama dibandingkan deengan
skor-skor dari tes yang kedua. Analisis korelasi dapat digunakan untuk
membandingkan 2 kelompok skor tersebut. Koefisien korelasi yang diperoleh
menunjukkan Koefisien Stabilitas (coeficient of stability) dari alat ukur. Koefisien
korelasi yang tinggi menunjukkan stabilitas atau konsistensi alat antar waktu
yang berbeda.
8.5.2. Bentuk-Paralel
Bentuk-Paralel (parallel-form) atau disebut juga bentuk alternatif
(alternative-form) dilakukan dengan melakukan 2 tes bersamaan (paralel) pada 2
kelompok subjek yang berbeda dengan alat ukur atau instrumen yang sama.
Skor-skor dari kelompok subjek pertama dibandingkan dengan skor-skor dari
kelompok

subjek

yang

kedua.

Analisis

korelasi

juga

digunakan

untuk

membandingkan 2 kelompok skor tersebut. Koefisien korelasi ini menunjukkan


koefisien ekuivalensi (coeficient of equivalence) dari alat ukur. Koefisien
korelasi yang tinggi menunjukkan ekuivalensi atau kesamaan stabilitas atau
konsistensi alat ukur antarkelompok subjek.
8.5.3. Separo-Dipecah (Split-Half)
Separo-Dipecah (Split-Half) dilakukan dengan melakukan sebuah tes
pada satu kelompoksubjek dan membagi item-item di tes menjadi 2 separoan.
Pemecahan item-item menjadi 2 separoan dapat dilakukan secara acak atau
secara atas-bawah atau secara ganjil-genap. Skor-skor dari separo pertama

dibandingkan dengan skor-skor dari separo kedua. Analisis korelasi juga


digunakan untuk membandingkan 2 kelompok skor tersebut. Koefisien korelasi
ini menunjukkan koefisien konsistensi internal (coeficient of internal
consistency) dari alat ukur. Koefisien korelasi yang tinggi menunjukkan
konsistensi internal item-item di alat ukur.
Koefisien konsistensi internal dapat diperoleh dari koefisien korelasi
product moment biasa atau dengan Koefisien korelasi Spearmen-Brown
yang merupan koreksi dari koefisien korelasi product moment. Rumus untuk
koefisien korelasi Spearmen-Brown adalah sebagai berikut ini.

rSB =

2 r 1/ 2 1/ 2
1+r 1/2 1 /2

Notasi :
rSB

= koefisien reliabilitas korelasi Spearmen-Brown

r 1 /2 1/ 2 = koefisien korelasi product moment dari 2 kelompok pecahan separo


Rumus dari Spearmen-Brown menggunakan asusmsi teori klasik dengan
implikasi bahwa masing-masing komponen pecahan adalah paralel terhadap
komponen-komponen yang lainnya. Jika item-item individual atau komponenkomponen tidak paralel satu dengan lainnya, maka formula Spearmen-Brown
tidak mengena, karena varian dan kovarian dari komponen-komponennya tidak
sama dan tidak dapat menghilangkan satu dengan yang lainnya di rumusnya
(Ghizelli et al., 1981, hal. 254-255), rumus yang dapat digunakan jika varian dan
kovarian dari komponen-komponen tidak sama adalah rumus koefisien alpha dari
Cronbach, sehingga disebut dengan Cronbachs coefficient alpha
berikut.
2

k
(1 2 xi )
k1
x

= Cronbachs coefficient alpha


k= jumlah pecahan

sebagai

xi
2

= total dari varian masing-masing pecahan

= varian dari total skor

Anda mungkin juga menyukai