Anda di halaman 1dari 9

MATERI IV

KERANGKA KONSEPTUAL

Kompetensi Dasar:

1. Mampu menjelaskan tentang kerangka konseptual


2. Mampu menjelaskan tentang pernyataan konsep akuntansi keuangan
3. Mampu menjelaskan tentang materialitas
4. Mampu menjelaskan tentang pengukuran kriteria dan atribut

Kerangka konseptual adalah suatu konstitusi, suatu system koheren dari hubungan anatara
tujuan dan fundamental yang dapat mendorong standar yang konsisten dan yang menjelaskan
sifat, fungsi dan keterbatasan akuntansi keuangan dan laporan keuangan.

Kerangka kerja konseptual dimaksudkan untuk konstitusi dalam proses penyusunan standar.
Tujuannya adalah memberikan petunjuk dalam menyelesaikan perselisihan yang meningkat
selama proses penyusunan standar dengan mempersempit pertanyaan, apakah standar telah
sesuai dengan kerangka konseptual ataukah tidak. Secara lengkap, kerangka kerja konseptual
adalah :

o Petunjuk FASB dalam menetapkan standar akuntansi


o Menyediakan kerangka acuan untuk menyelesaikan pertanyaan sebelum ada standar
khusus yang mengaturnya.
o Menentukan batasan pertimbangan dalam penyusunan laporan keuangan
o Mempertinggi komparabilitas dengan menurunkan jumlah alternative metode akuntansi.

Isu-Isu Kerangka Konseptual :

Sebelum memulai kerja yang efektif dalam menyusun kerangka kerja konseptual, FASB berusah
mengidentifikasi isu-isu konseptual terpenting berkaitan dengan penyusunan standar. Ada
sembilan isu disajikan untuk didiskusikan dan dicarikan penyelesaian :

1. Isu : Pandangan Earnings Manakah yang seharusnya diadopsi ?

Terdapat tiga pandangan yang berbeda tentang pengukuran earning yaitu :

1. Pandangan Asset/utang
2. Pandangan Revenue/Expense
3. Pandangan nonartikulasi
o Pandangan earnig Asset/Utang . Revenue dan expense merupakan hasil dari perubahan
asset dan utang.
o Pandangan earning Revenue/Expense. Revenue dan expense dihasilkan dari kebutuhan
akan penandingan.
o Artikulasi terdapat saling hubungan antara tiap jenis laporan keuangan yaitu neraca,
laporan rugi laba dan laporan perubahan modal.
Pandangan revenue/expense juga disebut pandangan laporan income atau penandingan
berarti bahwa revenue dan expense dihasilkan dari kebutuhan akan penandingan. Earning
semata-mata merupakan perbedaan antara revenue pada suatu periode dan expense yang
terjadi dalam menghasilkan revenue. Penandingan, proses pengukuran fundamental dalam
akuntansi, terdiri dari dua tahap :

1. Pengakuan revenue atau waktu melalui prinsip realisasi


2. Pengakuan expense dalam tiga cara :
o Hubungan sebab akibat, seperti kos barang terjual
o Alokasi yang rasional dan sistematis, seperti depresiasi
o Pengakuan segera, seperti biaya administrasi dan penjualan

Pandangan nonartikualsi didasarkan pada keyakinan bahwa artikulasi mendorong perulangan,


karena semua kejadian yang dilaporkan dalam laporan income juga dilaporkan dalam neraca
meskipun dari perspektif yang berbeda . Menurut pandangan ini, definisi asset dan utang
penting dalam penyajian posisi keuangan dan definisi revenue dan expense mendominasi
pengukuran earning. Dua laporan keuangan tersebut mempunyai eksistensi dan makna yang
independent, sehingga skema pengukuran yang berbeda digunakan oleh masing-masing
laporan. Contoh pandangan nonartikulasi adalah penggunaan LIFO dalam laporan income dan
FIFO dalam neraca.

Pandangan non artikulasi muncul pada tahun 1966 A Statement of Basic Accounting Theory
(ASOBAT) dari American Accounting Association (AAA) mengkritik artikulasi :

Kita tidak menemukan alasan yang logis mengapa laporan eksternal diharapkan untuk
seimbang atau berartikulasi satu sama lain. Pada kenyataannya, kita menemukan bahwa
keseimbangan yang dibuat dan artikulasi seringkali membatasi penyajian informasi yang relevan.
Petunjuk pentingnya adalah mengungkapkan semua informasi yang relevan dengan prosedur
pengukuran yang memenuhi standar yang disarankan dalam ASOBAT.

Pandangan earning yang mana yang seharusnya diadopsi sebagai dasar kerangka kerja
konseptual untuk akuntansi keuangan dan pelaporan? Jika artikulasi terbukti tidak hanya perlu
tapi juga menguntungkan, maka pilih di antara pandangan asset/hutang dan pendangan
revenue/expense. Pemilihan antara dua pandangan tersebut tergantung pada pandangan mana
yang merupakan proses pengukuran fundamental :

1. Pengukuran atribut-atribut asset dan hutang dan perubahan dalam keduanya


2. Proses penandingan
Pemilihan di antara dua pandangan ini akan menyediakan tidak hanya dasar bagi kerangka kerja
konseptual untuk akuntansi keuangan dan pelaporan tetapi juga definisi elemen laporan
keuangan.

2. Isu : Definisi Aset

Definisi untuk setiap elemen laporan keuangan tersedia baik oleh pandangan asset/ hutang dan
pandangan revenue/expense:

o Menurut pandangan asset/hutang, asset adalah sumber daya ekonomi perusahaan,


sumber daya tersebut mempresentasikan manfaat di masa mendatang yang diharapkan
menghasilkan aliran kas masuk secara langsung atau tidak langsung. Adapun sumber
daya ekonomi perusahaan adalah :
1. Sumber daya produktif yang dimiliki perusahaan
2. Hak kontrak atau sumber daya produktif
3. Produk
4. Uang
5. Klaim untuk menerima uang
6. Kepemilikan saham diperusahaan lain
1. Asset merepresentasikan sumber daya ekonomi dan tidak meliputi beban
tangguhan.
2. Asset mempresentasikan aliran kas potensial perusahaan
3. Manfaat potensial dapat diperoleh perusahaan
4. Aset merepresentasikan himpunan hal legal tentang manfaat tertentu sebagai
hasil dari transaksi sekarang atau masa lalu dan meliputi semua komitmen,
seperti dalam keseluruhan kontrak executary.
5. Dapatdipertukarkan bukanlah karakterisik penting asset kecuali untuk beban
tangguhan, untuk menjaga asset tidak berujud sebagai asset dan mengeluarkan
beban tangguhan.
o Menurut pandangan revenue/expense, asset tidak hanya meliputi asset yang didefinisi
oleh pandangan asset/hutang, tetapi semua item yang tidak mempresentasikan sumber
daya ekonomi namun diperlukan untuk penandingan dan penentuan income secara
memadai.
o Pandangan ketiga atas asset muncul dari presepsi neraca tidak hanya sebagai laporan
posisi keuangan, tetapi sebagai laporan tentang sumber dan komposisi modal
perusahaan.
o Definisi asset yang memberi generalisasi aplikasi yang diperlukan kerangka kerja
konseptual memiliki karakteristik sebagai berikut :

3. Isu : Definisi Utang

o Menurut pandangan asset/utang, hutang adalah kewajiban perusahaan untuk


mentransfer sumber daya ekonomi ke pihak lain di masa mendatang.
o Menurut pandangan revenue/expense, hutang tidak hanya meliputi utang yang didefinisi
oleh pandangan asset/hutang, tetapi juga kredit tangguhan dan cadangan yang tidak
mempresentasikan kewajiban untuk mentransfer sumber daya ekonomi, tetapidiperlukan
untuk penandingan dan penentuan income dengan memadai.
o Pandangan ketiga atas hutang dari presepsi neraca sebagai laporan sumber dan
komposisi modal perusahaan. Menurut pandangan ini, uatang dianggap sebagai sumber
modal perusahaan. Menurut pandangan ini, utang dianggap sebagai sumber modal dan
meliputi kredit tangguhan dan cadangan yang tidak mempresentasikan kewajiban untuk
mentransfer sumber daya ekonomi. Definisi hutang yang disajikan oleh ketiga
pandangan tersebut memiliki karakteristik umum sbb :
1. Hutang adalah pengorbanan sumber daya ekonomi di masa mendatang
2. Hutang mempresentasikan kewajiban tertentu perusahaan
3. Hutang mungkin dibatasi pada hutang legal.
4. Hutang merupakan hasil dari transaksi atau kejadian sekarang atau masa lalu.

4. Isu : Definisi Earning, Revenue, dan Expense.

o Menurut pandangan asset/hutang earning adalah peningkatan dalam asset bersih


perusahaan kecuali perubahan modal.
o Menurut pandangan revenue/expense, earning adalah hasil dari proses penandingan
revenue dan expense, mungkin juga gains dan losses. Komponen earning (revenue,
expenses, gains, dan losses).
o Menurut pandangan asset/hutang, revenue yang meliputi gains dan losses didefinis
sebagai peningkatan dalam asset atau penurunan dalam hutang yang tidak
mempengaruhi modal.
o Expenese yang meliputi gains dan losses, didefinisi sebagai penurunan dalam asset atau
peningkatan dalam hutang yang timbul dari penggunaan sumber daya ekonomi dan jasa
dalam periode tertentu.
o Menurut pandangan revenue/expense, revenue yang meliputi gains dan losses, hasil dari
penjualan barang dan jasa dan termasuk gains dari penjualan dan pertukaran asset
selain persediaan, bunga dan deviden yang diperoleh dari investasi, dan peningkatan
lain dalam ekuitas pemilik selama satu periode selain kontribusi modal dan penyesuaian.
o Expense meliputi semua kos yang sudah digunakan untuk menghasilkan revenue pada
satu periode.
o Jika gains dan loses didefinisi sebagai elemen yang terpisah dari earning, maka revenue
didefinisi sebagai ukuran output perusahaan yang merupakan hasil dari memproduksi
atau menjual barang dan memberikan jasa selama satu periode.
o Expense adalah kos yang telah digunakan untuk menghasilkan revenue selama satu
periode.

5. Isu : Gains dan Loses

o Menurut pandangan asset dan hutang, gains didefenisikan sebagai peningkatan dalam
asset bersih selain peningkatan dalam revenue atau dari perubahan dalam modal.
o Sedangkan losses didefiniskan sebagai penurunan asset bersih selain penurunan dalam
expense dan perubahan dalam modal. Jadi gains dan losses dianggap sebagai bagian
dari earning yang tidak dijelaskan oleh revenue dan expenses.
o Menurut pandangan reveue dan expense, gains didefinisikan sebagai kelebihan hasil di
atas kos asset terjual, atau keuntungan yang tidak diduga, atau manfaat lain yang
diperoleh tanpa kos atau pengorbanan.
o Loss didefinisikan sebagai kelebihan di atas hasil yang terkait, jika ada, atau semua atau
porsi yang layak dari kos asset terjual, diabaikan, atau keseluruhan atau sebagian rusak
karena bencana, atau kos yang telah digunakan bukan untuk menghasilkan revenue.
Jadi menurut pandangan revenue/expense, gains dan loses adalah independent dari
definisi elemen lain dalam laporan keuangan.

6. Isu : Hubungan antara earning dan komponen earnings

Tiga hubungan utama antara earnings dan komponen earnings:

1. Earning = Revenue Expenses + Gains Losses


2. Earning = Revenue Expenses
3. Earning = Revenue (termasuk Gains) Expenses (termasuk Losses)
o Dalam hubungan pertama, setiap komponen adalah terpisah dan penting untuk definisi
earning. Perbedaan sumber earning dibedakan, sehingga menyediakan fleksibilitas yang
lebih besar dalam klasifikasi dan analisa kinerja perusahaan.
o Dalam hubungan kedua, gains dan loses tidak dipisah dan tidak penting bagi definisi
earning. Semua peningkatan dan penurunan diperlakukan sama sebagai revenue dan
expense. Definisi ini tidak cocok untuk gains dan losses dari transfer searah, keuntungan
tak terduga, korban bencana, dan gains dan losses holding.
o Dalam hubungan ketiga, meskipun gains dan losses merupakan konsep terpisah
kedunaya adalah bagian dari revenue dan expense. Definisi revenue dan income harus
campuran dari item-item yang berbeda dan memerlukan identifikasi lengkap dan daftar
item yang termasuk dalam revenue expense, gains dan losses.
o Hubungan pertama tampaknya menyajikan kerugian terkecil menurut pandangan
asset/hutang maupun revenue.expenses.

7. Isu : Akuntansi Akrual


Elemen-elemen laporan keuangan dihitung dan dimasukkan dalam laporan keuangan melalui
penggunaan prosedur akuntansi akrual. Akuntansi akrual mendasarkan pada konsep akrual,
tangguhan (deferral), alokasi, amortisasi, realisasi, dan pengakuan, FASB memberikan definisi
untuk konsep-konsep tersebut yaitu :

o Akrual adalah proses akuntansi dalam pengakuan kejadian non kas dan keadaan-
keadaan yang terjadi, secara spesifik, akrual meminta pengakuan revenue dan
peningkatan asset, dan expenses dan peningkatan hutang dalam jumlah yang
diharapkan akan diterima atau dibayar, biasanya dalam kas di masa mendatang.
o Tangguhan adalah proses akuntansi dalam pengakuan utang dengan penerimaan kas
sekarang atau asset dengan pembayaran kas sekarang (atau utang, yang terjadi
sekarang) dengan harapan berdampak pada revenue dan expenses di masa mendatang.
o Alokasi adalah proses akuntansi dalam pembebanan dan pendistribusian suatu jumlah
sesuai rencana atau formula tertentu. Alokasi lebih luas dari amortisasi, karena
amortisasi merupakan proses alokasi.
o Amortisasi adalah proses akuntansi yang secara sistematis mengurangi jumlah dengan
pembayaran periodic, atau dengan mencatat saja.
o Pengakuan adalah proses pencatatan secara formal atau pemasukan item-item dalam
akun dan laporan keuangan perusahaan. Jadi suatu elemen dapat diakui (dicatat) atau
tidak diakui (tidak dicatat) . Realisasi dan Pengakuan tidak digunakan sebagai sinonim.
o Realisasi adalah proses mengkonversi sumber daya non kas dan hak menjadi uang,
penggunaan yang lebih tepat dalam akuntansi dan pelaporan keuangan merujuk pada
penjualan asset dengan kas atau klaim atas kas.

8. Isu : Konsep Pemeliharaan modal (Cost Recovery) yang seharusnya digunakan ?

Konsep pemeliharaan modal memungkinkan kita membuat perbedaan antara return on capital
atau (earning) dan return of capital atau (Cost of recovery). Earning berasal dari pemulihan atau
pemeliharaan modal. Terdapat dua konsep pemeliharaan modal, konsep modal keuangan dan
konsep modal fisik. Kedua konsep menggunakan pengukuran unit monetr atau unit daya beli
umum yang sama, menghasilkan empat konsep pemeliharan modal :

1. Modal keuangan yang diukur dengan unit uang


2. Modal keuangan yang diukur dengan daya beli umum yang sama
3. Modal fisik yang diukur dengan uang
4. Modal fisik yang diukur dengan daya beli umum yang sama

9. Isu. Metode Pengukuran manakah yang seharusnya diadopsi

Isu metode pengukuran berkaitan dengan penentuan unit ukuran maupun atribut yang diukur.
Terkait dengan unit ukuran, pilihannya adalah antara dolar actual dan dollar yang disesuaikan
dengan daya beli umum. Terkait dengan atribut yang akan diukur kita memiliki lima pilihan, yaitu
:

1. Metode kos historis


2. Kos sekarang
3. Nilai keluaran /jual sekarang
4. Nilai keluaran/jual harapan
5. Nilai sekarang dan aliran kos harapan

KERANGKA KONSEPTUAL FASB


Kerangka kerja konseptual (conceptual framework) didefinisikan oleh FASB sebagai :
a coherent system of interrelated objectives and fundamentals that is expected to lead to
consistent standards and that prescribes the nature, function, and limits of financial accounting
and reporting.

Kerangka kerja konseptual (conceptual framework) adalah suatu sistem koheren yang terdiri dari
tujuan dan konsep fundamental yang saling berhubungan, yang menjadi landasan bagi
penetapan standar yang konsisten dan penentuan sifat, fungsi, serta batas- batas dari akuntansi
keuangan dan laporan keuangan

Yang dimaksud tujuan adalah tujuan pelaporan keuangan. Sedangkan fundamentals (kaidah-
kaidah pokok) adalah konsep-konsep yang mendasarai akuntansi keuangan, yakni yang
menuntun kepada pemilihan transaksi, kejadian, dan keadaan-keadaan yang harus
dipertanggungjawabkan, pengakuan dan pengukurannya, cara meringkas serta
mengkomunikasikannya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Konsep-konsep yang bersifat pokok atau fundamental, artinya bahwa konsep-konsep lainnya
mengalir dari konsep-konsep pokok tersebut yang diperlukan sebagai referensi berulang-ulang
dalam menetapkan, menafsirkan, dan menetapkan standar akuntansi keuangan dan pelaporan.

Kebutuhan akan Kerangka Kerja Konseptual

1. Kerangka kerja konseptual akan meningkatkan pemahaman dan keyakinan pemakai


laporan keuangan atas pelaporan keuangan, dan akan menaikkan komparabilitas antar
laporan keuangan perusahaan.
2. Masalah-masalah yang baru akan dapat dipecahkan secara cepat jika mengacu pada
kerangka teori yang telah ada
Perkembangan Kerangka Kerja Konseptual FASB (Financial Accounting Standard Board) telah
menerbitkan enam statement of financial accounting concept yang berhubungan dengan
pelaporan keuangan entitas bisnis, yaitu:

o SFAC no. 1 objective of financial reporting by business enterprises, yang menyajikan


tujuan dan sasaran akuntansi.
o SFAC no. 2 qualitative caracteristics of accounting information, yang menjelaskan
karakteristik yang membuat informasi akuntansi bermanfaat.
o SFAC no. 3 element of financial statement of business enterprises, yang memberikan
definisi dari pos-pos yang terdapat dalam laporan keuangan seperti aktiva, kewajiban,
pendapatan dan beban.
o SFAC no. 5 recognition and measurement in financial statement of business
enterprises, yang menetapkan kriteria pengakuan dan pengukuran fundamental serta
pedoman tentang informasi.
o SFAC no. 6 element of financial statement, yang menggantikan SFAC no. 3 dan
memperluas SFAC no. 3 dengan memasukkan organisasi-organisasi nirlaba.
o SFAC no. 7 using cash flow information and present value in accounting measurement,
yang memberikan kerangka kerja bagi pemakaian arus kas masa depan yang
diharapkan dan nilai sekarang (present value) sebagai dasar pengukuran

TINGKAT PERTAMA: TUJUAN DASAR

o Tujuan pelaporan keuangan (objectives of financial reporting) adalah untuk menyediakan


informasi:
1) yang berguna bagi mereka yang memiliki pemahaman memadai tentang aktivitas bisnis dan
ekonomi untuk membuat keputusan investasi serta kredit;
2) untuk membantu investor yang ada dan potensial, kreditor yang ada dan potensial, serta
pemakai lainnya dalam menilai jumlah, waktu, dan ketidakpastian arus kas masa depan;

3) tentang sumber daya ekonomi, klaimterhadap sumber daya tersebut, dan perubahan di
dalamnya.

o Tujuan(objectives) dimulai dengan lebih banyak berfokus pada informasi yang berguna
bagi para investor dan kreditor dalam membuat keputusan. Fokus ini lalu menyempit
pada kepentingan investor dan kreditor atas prospek penerimaan kas dari investasi
mereka dalam, atau dari pinjaman yang telah mereka berikan ke entitas bisnis. Pada
akhirnya, tujuan berfokus pada laporan keuangan yang menyediakan informasi yang
berguna untuk menilai prospek arus kas yang akan diterima entitas bisnis yaitu arus kas
yang menjadi harapan investor dan kreditor. Pendekatan ini dikenal sebagai kegunaan
keputusan (decision usefulness).
o Dalam menyediakan informasi kepada pemakai laporan keuangan, profesi akuntan
mengandalkan laporan keuangan bertujuan-umum(general-purpose financial statement),
yaitu menyediakan informasi paling bermanfaat dengan biaya minimal kepada berbagai
kelompok pemakai

TINGKAT KEDUA : KONSEP-KONSEP FUNDAMENTAL

Karakteristik Kualitatif Informasi Akuntansi

Agar berguna dalam pengambilan keputusan (decision usefulness), informasi akuntansi harus
memiliki dua kualitas yaitu kualitas primer dan kualitas sekunder. Tentu saja terdapat beberapa
kendala untuk mencapai dua kualitas tersebut.

Kualitas Primer

Relevansi (relevance) dan keandalan (reliability) harus melekat pada informasi akuntansi.

1) Relevansi. Agar relevan informasi akuntansi harus mampu membuat perbedaan dalam
sebuah keputusan. Informasi itu mampu mempengaruhi pengambilan keputusan dan berkaitan
erat dengan keputusan yang akan diambil, jika tidak berarti informasi tersebut dikatakan tidak
relevan. Informasi yang relevan harus memiliki nilai umpan balik (feed-back value), yakni mampu
membantu menjustifikasi dan mengoreksi harapan masa lalu. Informasi juga harus memiliki nilai
prediktif (predictive value) yakni dapat digunakan untuk memprediksi apa yang akan terjadi di
masa yang akan datang.

Selain itu kualitas relevan juga harus mempunyai substansi tepat waktu (timeliness). Informasi
harus disajikan kepada para pemakai sebelum informasi itu kehilangan kapasitasnya untuk
mempengaruhi pengambilan keputusan.

2) Keandalan. Informasi dianggap andal jika dapat diverifikasi, netral, disajikan secara tepat
serta bebas dari kesalahan dan bias (penyimpangan). Keandalan sangat diperlukan bagi
individu-individu pemakai yang tidak memiliki waktu atau keahlian untuk mengevaluasi isi faktual
dari informasi.

Realibilitas sangat diperlukan oleh individu-individu yang tidak memiliki waktu atau keahlian
untuk mengevaluasi isi faktual dari informasi.

o Daya Uji (verifiability): ditunjukkan ketika pengukur-pengukur independen, dengan


menggunakan metode pengukuran yang sama, mendapatkan hasil yang serupa.
o Ketepatan penyajian (representational faithfulness): angka-angka dan penjelasan
dalam laporan keuangan mewakili apa yang benar-benar ada dan terjadi.
o Netralitas(neutrality): informasi tidak dapat dipilih untuk kepentingan sekelompok
pemakai tertentu. Info yang disajikan harus faktual, benar dan tidak bias
3) Keberdayaujian (verifiability). Informasi harus dapat diuji kebenarannya. Dapat diujinya
kebenaran informasi akuntansi berdasar pada keobyektifan dan konsensus. Contoh, keandalan
informasi harga perolehan fixed assets harus diuji berdasar data masa lalu yang terekam pada
faktur (keobyektifan). Tetapi keandalan informasi tentang depresiasi aktiva tetap itu adalah
berdasarkan konsensusa mengenai metode depresiasi yang digunakan, taksiran nilai residu, dan
taksiran umur ekonomis.

4) Kenetralan (neutrality). Informasi akuntansi dimaksudkan untuk memenuhi tujuan berbagai


kelompok pemakai. Oleh karena itu harus bebas dari usaha-usaha untuk memberikan
keuntungan lebih kepada kelompok tertentu.

5) Kejujuran penyajian (representational faithfulness). Penyajian yang jujur berarti adanya


kesesuaian antara fakta dan informasi yang disampaikan.

Kualitas Sekunder

Kualitas sekunder yang harus dimiliki informasi akuntansi adalah keberdayabandingan


(comparability) dan konsistensi (consistency).

1) Keberdayabandingan. Informasi akuntansi akan lebih bermanfaat jika dapat dibandingkan


antara satu perusahaan dengan perusahaan yang lain dalam satu industri (perbandingan
horizontal) atau membandingkan perusahaan yang sama untuk periode yang berbeda
(perbandingan vertikal). Jadi diperlukan standar dan ukuran tertentu.

2) Konsistensi. Sebuah entitas dikatakan konsisten dalam menggunakan standar akuntansi


apabila mengaplikasikan perlakuan akuntansi (metode akuntansi) yang sama untuk kejadian-
kejadian serupa, dari periode ke periode.

Kendala-kendala.

Terdapat dua kendala yang mempengaruhi tercapainya kualitas informasi seperti yang telah
dijelaskan, yaitu pertimbangan manfaat-biaya dan tingkat materialitas. Dua kendala lainnya yang
kurang dominan tapi merupakan bagian dari lingkungan pelaporan adalah praktek industri dan
konservatisme.

1) Pertimbangan manfaat-biaya (cost-effectiveness). Untuk menghasilkan informasi yang


relevan,andal, berdaya banding, dan konsisten dibutuhkan biaya yang mahal. Oleh karena biaya
dan terutama manfaat tidak mudah diukur, maka mempertimbangkan hubungan manfaat-biaya
menjadi masalah

2) Materialitas (materiality) berhubungan dengan dampak suatu item terhadap operasi


keuangan perusahaan secara keseluruhan. Suatu item akan dianggap material jika
pencantuman atau pengabaian item tersebut mempengaruhi atau mengubah penilaian seorang
pemakai laporan keuangan. Baik faktor-faktor kuantitatif maupun kualitatif harus
dipertimbangkan dalam menentukan apakan suatu item material atau tidak.

3) Praktik industri.(industry practices) Sifat unik dari sejumlah industri dan perusahaan
terkadang memerlukan penyimpangan dari teori dasar.

4) Konservatisme (conservatism) berarti jika ragu, maka pilihlah solusi yang sangat kecil
kemungkinannya dalam menghasilkan penetapan laba dan aktiva yang terlalu tinggi. Tujuan dari
konvensi ini, jika diaplikasikan secara tepat adalah menyediakan pedoman yang paling rasional
dalam situasi sulit : jangan menyajikan angka laba bersih dan aktiva bersih yang terlalu tinggi.

Elemen-elemen Laporan Keuangan.


SFAC No. 6 menetapkan sepuluh elemen utama laporan keuangan. Cakupannya bukan hanya
perusahaan yang berorientasi laba, tetapi juga organisasi nirlaba. Elemen-elemen laporan
keuangan bagi organisasi yang berorientasi laba meliputi 10 macam, yaitu : aktiva, kewajiban,
ekuitas, investasi oleh pemilik, distribusi kepada pemilik, laba komprehensif, pendapatan, beban,
keuntungan, dan kerugian. Adapun bagi organisasi nirlaba ada 7 macam, yaitu : aktiva,
kewajiban, ekuitas, pendapatan, beban, keuntungan, dan kerugian.

TINGKAT KETIGA : PENGAKUAN DAN PENGUKURAN

Tingkat ketiga kerangka konseptual terdiri dari konsep-konsep yang dipakai untuk
mengimplementasikan tujuan dasar dari tingkat pertama. Konsep-konsep ini menjelaskan apa,
kapan, dan bagaimana unsur-unsur serta kejadian keuangan harus diakui, diukur, dan
dilaporkan oleh sistem akuntansi.

Asumsi-Asumsi Dasar.

Asumsi-asumsi menyediakan satu landasan bagi profesi akuntansi. Jadi, asumsi dasar akuntansi
adalah anggapan-anggapan yang digunakan oleh para akuntan agar akuntansi dapat
dipraktikkan.

a. asumsi entitas ekonomi (economic entity assumption). Akuntansi memandang bahwa


perusahaan merupakan unit yang berdiri sendiri dan terpisah dari pihak-pihak yang memiliki
kepentingan (pemilik, kreditor, karyawan, dan lainnya).

b. Kesinambungan (going concern). Sebagian besar metode akuntansi di dasarkan pada


asumsi kelangsungan hidup yaitu perusahaan bisnis akan memiliki umur yang
panjang.pengalaman mengindikasikan bahwa, meskipun banyak mengalami kegagalan bisnis,
perusahaan dapat memiliki kelangsungan hidup yang panjang

Anda mungkin juga menyukai