Anda di halaman 1dari 7

Sejarah Standar

Akuntansi
Keuangan
Indonesia
ByM Nazid NasutionMay 27, 2021

Standar Akuntansi Keuangan merupakan pedoman utama bagi


akuntan dalam penyusunan laporan keuangan dalam penyajian
informasi laporan keuangan. Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia
akan selalu mengalami perubahan dan perkembangan sesuai dengan
juga perkembangan dunia bisnis global.
Standar akuntansi Keuangan yang berlaku di Indonesia pada saat ini
antara lain: SAK Konvergensi IFRS, SAK Syariah, SAK EMKM, SAK-
ETAP, dan SAP.
Dalam artikel ini penulis mengutip tentang Sejarah Akuntansi
Keuangan Umum (disebut juga SAK Konvergensi IFRS) dalam tahapan
perkembangan-nya di Indonesia (Source: Buku “Standar Akuntansi
Keuangan, Efektif per 1 Januari 2018).
Table of Contents

● Adapun perkembangan-nya, yaitu sebagai berikut:


○ Prinsip Akuntansi Indonesia
○ Standar Akuntansi Keuangan (SAK)
○ Konvergensi SAK
■ Konvergensi Tahap Pertama
■ Konvergensi Tahap Kedua
○ Due Process Procedure Penyusunan dan Pencabutan Standar
Akuntansi Keuangan
○ Perbedaan Revisi, Amandemen, dan Penyesuaian Tahunan SAK
■ Revisi
■ Amandemen
■ Penyesuaian Tahunan

Adapun perkembangan-nya, yaitu sebagai


berikut:

Prinsip Akuntansi Indonesia


Pengembangan standar akuntansi Keuangan di Indonesia dimulai sejak
tahun 1973 dengan dibentuknya Panitia Penghimpun Bahan-Bahan
dan Struktur GAAP (Generally Accepted Accounting Principles) dan
GAAS (Generally Accepted Auditing Standards). Menjelang pengaktifan
pasar modal di Indonesia pada tahun pada tahun 1974, sebagai wadah
profesi akuntansi yang senantiasa mengubah tantangan menjadi
peluang bagi kemajuan akuntan dalam dunia bisnis, Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI) kemudian membentuk Komite Prinsip Akuntansi
Indonesia (Komite IAI) kemudian membentuk Komite Prinsip
Akuntansi Indonesia (Komite PAI) serta melakukan kodifikasi prinsip
akuntansi yang berlaku di Indonesia dalam suatu buku “Prinsip
Akuntansi Indonesia (PAI)” yang mengacu pada US GAAP.
Seiring dengan perkembangan pasar modal yang bergerak dengan
sangat pesat, Komite PAI juga menerbitkan standar akuntansi khusus
untuk industri dan badan hukum tertentu, antara lain standar
akuntansi dana pensiun, perkoperasian, asuransi kerugian, minyak gas
dan bumi, sewa (guna usaha), perbankan (SKAPI), kehutanan, dan
lain-lain.
Standar Akuntansi Keuangan (SAK)
Pada tahun 1994, IAI melakukan revisi total terhadap PAI dan
melakukan kodifikasi dalam buku “Standar Akuntansi Keuangan
(SAK)” yang mulai berharmonisasi dengan standar akuntansi
keuangan internasional. Perubahan nama dari PAI menjadi SAK
dilakukan dengan pertimbangan bahwa prinsip lebih bersifat buku dan
memberikan konsep dasar penyusunan standar sedangkan standar
bersifat lebih fleksibel dan Dapat berubah sesuai dengan dinamika
bisnis. Karena pergantian nama tersebut, Komite PAI lalu juga
berganti nama menjadi komite SAK.
Untuk menghasilkan standar akuntansi yang sesuai dengan
perkembangan dan kebutuhan dunia usaha, SAK terus direvisi dan
disempurnakan hingga 7 kali yakni pada tanggal 1 Oktober 1995, 1
Juni 1996, 1 Juni 1999, 1 April 2002, 1 Oktober 2004, 1 September
2007 dan 1 Juli 2009. Pada tahun 1998, Komite SAK lalu diubah
menjadi Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) yang diberikan
otonomi untuk menyusun dan mengesahkan SAK.

Konvergensi SAK
Sebagai tindaklanjut dari salah satu butir kesepakatan Anggota G-20
pada tahun 2009, IAI telah mencanangkan dilaksanakannya program
konvergensi SAK ke International Financial Reporting Standards (IFRS
Standards) secara bertahap dengan dukungan dari regulator seperti
Otoritas Jasa Keuangan (d/h Bapepam-LK) Bank Indonesia,
Kementerian Negara BUMN, Direktorat Jenderal Pajak, dan regulator
lainnya. Dampak program konvergensi ini menyebabkan SAK menjadi
bersifat principle-based, banyak menggunakan dasar pengukuran nilai
wajar, memerlukan professional judgement serta pengungkapan
dalam laporan Keuangan. Dampak lain dari program konvergensi ini
adalah dicabutnya beberapa PSAK yang khusus untuk industri tertentu
karena pengaturan tersebut sudah diatur secara umum dalam SAK
yang mengacu ke IFRS Standards.

KONVERGENSI TAHAP PERTAMA


Konvergensi tahap pertama dilakukan pada tahun 2012 dimana pada
umumnya SAK per 1 Juni 2012 telah mengacu pada IFRS Standards
per 1 Januari 2009, SAK per 1 Juni 2012 terdiri dari Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK), Interpretasi Standar Akuntansi
Keuangan (ISAK), dan Pernyataan Pencabutan Standar Akuntansi
Keuangan (PPSAK) yang telah disahkan termasuk yang sudah berlaku
efektif pertahun 2012 maupun yang belum berlaku efektif per tahun
2012. SAK per 1 Juni 2012 juga dilengkapi dengan Buletin Teknis
(Bultek) yang merupakan salah satu produk yang diterbitkan oleh
DSAK IAI namun bukan merupakan bagian dari standar.

KONVERGENSI TAHAP KEDUA

Dalam rangka mengikuti perkembangan standar akuntansi global yang


sangat progresif, konvergensi tahap kedua terus dilakukan pada tahun
2013 dan 2014. Efektif per 1 Januari 2015, SAK yang berlaku di
Indonesia secara garis besar telah berkonvergen dengan IFRS
Standards yang berlaku efektif per 1 Januari 2014. Dengan demikian,
perbedaan gap antara SAK dan IFRS Standards telah diminimalisiir
dari 3 tahun menjadi 1 tahun. Hingga saat ini, DSAK IAI juga masih
memegang teguh komitmennya untuk menjaga 1 tahun perbedaan
gap antara SAK dan IFRS Sandards.
SAK efektif per 1 Januari 2015 terdiri dari produk berbasis IFRS
Standards seperti PSAK dan ISAK baru, revisi, amandemen dan yang
telah melalui proses penyesuaian SAK efektif per 1 Januari 2015 ini
juga dilengkapi PPSAK dan produk non-IFRS Standards seperti PSAK
28: Akuntansi Kontrak Asuransi Kerugian, PSAK 36: Akuntansi Kontrak
Asuransi Jiwa, PSAK 38: Kombinasi Bisnis Entitas Sepengendali, PSAK
45: Pelaporan Keuangan Entitas Nirlaba, dan ISAK 25: Hak atas
Tanah.
SAK efektif per 1 Januari 2017 menambahkan PSAK/ISAK baru yang
terdiri dari PSAK 70: Akuntansi Aset dan Liabilitas Pengampunan
Pajak, ISAK 30: Pungutan, dan ISAK 31: Interpretasi atas Ruang
Lingkup, PSAK 13: Properti Investasi. Selain itu, SAK efektif per 1
Januari 2017 juga menambahkan beberapa PSAK yang telah
mengalami amandemen dan penyesuaian tahunan seperti PSAK 1:
Penyajian Laporan Keuangan, PSAK 3: Laporan Keuangan Interim,
PSAK 4: Laporan Keuangan Tersendiri, PSAK 5: Segmen Operasi,
PSAK 7: Pengungkapan Pihak-pihak Berelasi, PSAK13: Properti
Investasi, PSAK 15: Investasi pada Entitas Asosiasi dan Ventura
Bersama, PSAK 16: Aset Tetap, PSAK 19: Aset Takberwujud, PSAK 22:
Kombinasi Bisnis, PSAK 24: Imbalan Kerja, PSAK 25: Kebijakan
Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan, PSAK 53:
Pembayaran Berbasis Saham, PSAK 58, Aset Tidak Lancar yang
Dikuasai untuk Dijual dan Operasi yang DIhentikan, PSAK 60:
Instrumen Keuangan: Pengungkapan, PSAK 65: Laporan Keuangan
Konsolidasian, PSAK 66: Pengaturan Bersama, PSAK 67:
Pengungkapan Kepentingan dalam Entitas Lain, dan PSAK 68:
Pengukuran Nilai Wajar.
SAK efektif per 1 Januari 2018 menambahkan PSAK/ISAK baru, yaitu
PSAK 69: Agrikultur, Selain itu, SAK efektif per 1 Januari 2018 juga
menambahkan beberapa PSAK yang telah mengalami amendemen,
yaitu PSAK 2: Laporan Arus Kas, PSAK 13: Properti Investasi, PSAK
16: Aset Tetap, PSAK 46: Pajak Penghasilan, dan PSAK 53,
Pembayaran Berbasis Saham. Sedangkan beberapa PSAK yang
mengalami penyesuaian tahunan, yaitu PSAK 15: Investasi pada
Entitas Asosiasi dan Ventura Bersama dan PSAK 67: Pengungkapan
Kepentingan dalam Entitas Lain.

Due Process Procedure Penyusunan dan Pencabutan


Standar Akuntansi Keuangan
Peraturan Organisasi Ikatan Akuntan Indonesia (PO IAI) dalam pasal
26 ayat (1) tentang due process procedure penyusunan dan
pencabutan SAK meliputi tahapan sebagai berikut:
1. Indentifikasi isu;
2. Konsultasi isu dengan Dewan Konsultatif Standar Akuntansi
Keuangan (DSAK IAI), Jika diperlukan;
3. Melakukan riset terbatas;
4. Pembahasan materi;
5. Pengesahan dan publikasi Draf Eksposur (DE);
6. Pelaksanaan Public Hearing;
7. Pelaksanaan Limited Hearing, jika diperlukan;
8. Pembahasan tanggapan publik; dan
9. Pengesahan SAK.
PO IAI dalam pasal 26 ayat (2) disebutkan bahwa due process
procedure penyusunan Buletin Teknis (Bultek) dan penyesuaian
Tahunan tidak wajib mengikuti keseluruhan tahapan due process
sebagaimana dalam pasal 26 ayat (1) di atas.

Perbedaan Revisi, Amandemen, dan Penyesuaian


Tahunan SAK
Berikut ini adalah tabel perbedaan antara revisi, amandemen, dan
penyesuaian tahunan SAK:

REVISI

1. Mengubah persyaratan secara signifikan;


2. Memberikan persyaratan baru;
3. Ketika disahkan, standar revision akan menggantikan standar
sebelumnya.
Contoh:
PSAK 24 (Revisi 2013): Imbalan Kerja yang disahkan oleh DSAK IAI
pada tanggal 19 Desember 2013. PSAK 24 (Revisi 2013) ini
menggantikan PSAK 24 (2010) yang diadopsi dari IAS 19 efektif per 1
Januari 2013.

AMANDEMEN

1. Mengklarifikasi prinsip dan persyaratan;


2. Menambahkan pedoman pendukung (untuk meningkatkan
keterpahaman prinsip dan persyaratan yang sudah ada tanpa
berdampak signifikan pada praktik pelaporan keuangan dan
laporan keuangan).
Contoh:
Amandemen PSAK 24 tentang Program Imbalan Pasti: Iuran Pekerja
yang disahkan oleh DSAK IAI pada tanggal 28 Oktober 2015 dan
merupakan adopsi dari Amendement to IAS 19 Defined Benefit Plans:
Employee Contributions efektif per 1 Juli 2014.

PENYESUAIAN TAHUNAN

1. Fokus pada bagian-bagian yang tidak konsisten atau klarifikasi


wording;
2. Tidak terdapat prinsip dan persyaratan baru;
3. Tidak mengubah prinsip dan persyaratan yang sudah ada.
Contoh:
PSAK 24 (Penyesuaian 2016) telah disahkan oleh DSAK IAI pada
tanggal 28 September 2016 dan merupakan adopsi dari Annual
Improvements to IFRSs 2012-2014 Cycle yang efektif per 1 Januari
2016.

Source:

● Buku Standar Akuntansi Keuangan (SAK), Efektif per 1 Januari


2018, Cetakan pertama: Mei 2018, Diterbitkan oleh: Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI).

Anda mungkin juga menyukai