Anda di halaman 1dari 26

AKUNTANSI PAJAK

Aulia Pinto Atami, SE., M.SA, Ak


Perkembangan Standar Akuntansi di
Dunia
Globalisasi di Dunia menuntut negara untuk menghapuskan batas-batas geografis dalam investasi dan
perdagangan.

Harmonisasi Standar Akuntansi merupakan sebuah keharusan bagi setiap negara.

IASC dibentuk pada tahun 1973 bertujuan untuk menciptakan Standar Akuntansi yang seragam di
seluruh dunia, dan produknya berupa International Financial Reporting Standard (IFRS)

Ada bebarapa faktor yang menghambat penerapan IFRS secara penuh seperti 1. Sistem Hukum dan
Politik, 2. Sistem Perpajakan dan Fiskal, 3. Ekonomi dan Aktivitas Bisnis, 4. Sistem Pasar Modal dan
Peraturan, 5. Budaya Korporasi, dan 6. Teknologi
Perkembangan Standar Akuntansi Keuangan
di Indonesia setelah Kemardekaan
Perkembangan sebelum tahun 1973
dimana belum ada prinsip akuntansi
Indonesia dan belum adanya ikatan profesi
Perkembangan Standar akuntan indonesia. Pada masa ini banyak
praktisi akuntansi berlatar belakang
Akuntansi di Indonesia setelah pendidikan belanda sehingga masih
kemardekaan terbagi menjadi berpegang pada “Good Koopmans Gebruik”
dua

Setelah tahun 1973 ditandai dengan didirikan


Ikatan Profesi Akuntan Indonesia yang berfungsi
menerbitkan Prinsip Akuntansi Indonesia. Ada
dua dasar pengembangan standar akuntansi di
Indonesia yaitu berdasarkan sistem kontinental
(belanda) atau Anglo Saxon (AS). Tetapi karena
kemajuan dari standar akuntansi AS dan
kemudahan dalam memperoleh referensi maka
digunakan sebagai Prinsip Akuntansi Indonesia
Standar Akuntansi yang Berlaku di
Indonesia
• Sejak tahun 2012 Indonesia melakukan Konvergensi Standar Akuntansi berbasis
IFRS untuk perusahaan-perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia dan
industri-industri tertentu.
• Ada beberapa standar akuntansi yang berlaku di Indonesia:
1. SAK IFRS
2. SAK ETAP
3. SAK Syariah
4. SAK EMKM
5. Standar Akuntansi Pemerintahan
Standar Akuntansi Keuangan tanpa Entitas Publik dan
Implementasinya

• Pembentukan standar akuntansi keuangan tanpa entitas public sebenarnya


bertujuan untuk digunakan entitas tanpa akuntanbilitas publik yaitu entitas yang
tidak memiliki akuntanbilitas publik yang signifikan, dan menerbitkan laporan
keuangan untuk bertujuan umum (General Purpose Financial Statement) bagi
pengguna eksternal.
• Entitas memiliki akuntanbilitas publik signifikan yaitu entitas telah mengajukan
pendaftaran, atau dalam proses pengajuan pernyataan pendaftaran pada otoritas
pasar modal atau regulator lain untuk tujuan penerbitan efek di pasar modal, dan
entitas menguasai dalam kapasitas sebaggai fidusia untuk sekelompok besar
masyarakat seperti bank, entitas asuransi, pialang dan /atau pedagang efek, dana
pension, reksadana, dan bank investasi
Contd
• Tujuan laporan keuangan menurut SAK ETAP adalah menyediakan informasi
posisi keuangan, kinerja keuangan, dan laporan arus kas suatu entitas yang
bermanfaat bagi sebagian jumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan
ekonomi oleh siapa pun yang tidak dalam posisi dapat meminta laporan keuangan
khusus untuk memenuhi kebutuhan tertentu.
• Laporan keuangan menurut SAK ETAP hampir sama dengan laporan keuangan
PSAK yaitu neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas,
dan catatan atas laporan keuangan
Laporan Laba Rugi
• Laporan yang menyajikan Penghasilan dan Beban Entitas untuk suatu periode
yang merupakan kinerja keuangannya.
• Laporan laba rugi minimal mencakup pos-pos sebagai berikut:
1. Pendapatan
2. Beban Keuangan
3. Bagian Laba atau Rugi dari investasi yang menggunakan metode ekuitas
4. Beban Pajak
5. Laba atau Rugi Neto
Laporan Perubahan Ekuitas
• Laporan yang menunjukkan perubahan ekuitas pemilik yang terjadi selama periode waktu tertentu.
• Laporan perubahan ekuitas yang menunjukkan pos:
1. Laba atau rugi untuk periode
2. Pendapatan dan beban yang diakui langsung dalam ekuitas
3. Untuk setiap komponen ekuitas, pengaruh perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan yang diakui
sesuai bab 9 Kebijakan Akuntansi, Estimasi, dan Kesalahan
4. Untuk setiap komponen ekuitas, suatu rekonsiliasi antara jumlah tercatat awal dan akhir periode,
diungkapkan secara terpisah perubahan yang berasal dari
a. Laba atau Rugi
b. Pendapatan dan beban yang diakui langsung dalam ekuitas
c. Jumlah Investasi, dividen, dan distribusi lain ke pemilik ekuitas, yang menunjukkan secara terpisah modal
saham, transaksi saham treasury, dan dividen serta distribusi lainnya ke pemilik ekuitas, dan perubahan
kepemilikan dalam entitas anak yang tidak mengakibatkan kehilangan pengendalian.
Neraca
• Informasi yang menyajikan aset, kewajiban, dan ekuitas suatu entitas pada tanggal tertentu.
• Neraca minimal mencakup pos-pos berikut:
1. Kas dan setara kas
2. Piutang usaha dan piutang lainnya
3. Properti Investasi
4. Aset Tetap
5. Aset Tidak Berwujud
6. Utang Usaha dan Utang Lainnya
7. Aset dan Kewajiban Pajak
8. Kewajiban Diestimasi
9. Ekuitas
Laporan Arus Kas
• Laporan yang menyajikan informasi perubahan historis atas kas dan setara kas
entitas, yang menunjukkan secara terpisah perubahan yang terjadi selama satu
periode dari aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan.
• Dalam SAK ETAP menwajibkan entitas atau perusahaan untuk menggunakan
metode tidak langsung dalam menyajikan laporan arus kasnya.
Catatan atas Laporan Keuangan
• Berisi informasi sebagai tambahan informasi yang disajikan dalam laporan
keuangan. Catatan atas laporan keuangan memberikan penjelasan naratif atau
rincian jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan dan informasi pos-pos yang
tidak memenuhi kriteria pengakuan dalam laporan keuangan.
SAK EMKM
• SAK EMKM digunakan oleh entitas mikro, kecil, dan menengah.
• Entitas Mikro, Kecil, dan menengah adalah entitas tanpa akuntanbilitas publik
yang signifikan, sebagaimana didefinisikan dalam standar akuntansi keuangan
tanpa akuntanbilitas Publik (SAK-ETAP) yang memenuhi definisi dan kriteria
usaha mikro, kecil, dan menengah sebagaimana diatur dalam peraturan
Perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, setidak-tidaknya selama 2 tahun
berturut-turut.
Pajak Penghasilan
• Bab 24 SAK ETAP menjelaskan bahwa pajak penghasilan yang diatur didalam bab
24 ini meliputi seluruh pajak penghasilan domestik dan luar negeri sebagai dasar
penghasilan kena pajak
• Dalam pajak penghasilan entitas harus mengakui kewajiban atas seluruh pajak
penghasilan periode berjalan dan periode sebelumnya yang belum dibayar.
Apabila terjadi jumlah pajak penghasilan yang telah dibayar periode berjalan dan
periode sebelumya melebihi jumlah terutang untuk periode tersebut, entitas
mengakui kelebihan tersebut sebagai asset.
Penyelenggaran Pembukuan Menggunakan
Bahasa Asing dan Mata Uang Selain Rupiah
• Peraturan Mentri Keuangan No 196/PMK.03/2007 sebagaimana telah diubah
menjadi Peraturan Menteri Keuangan No 24/ PMK.011/012 dan telah
ditindaklanjuti dengan Peraturan Dirjen Pajak No PER 11/ PJ / 2010 yang
menjelaskan wajib pajak yang dapat menyelenggarakan pembukuan dengan
menggunakan bahasa asing dan satuan mata uang selain rupiah.
Transaksi Mata Uang Asing
• Dengan mengacu bab 26 SAK ETAP bahwa entitas harus mencatat transaksi mata
uang asing pada pengakuan awal dalam mata uang fungsional dengan
menggunakan kurs tunai (Spot Rate) pada tanggal transaksi antara mata uang
fungsional dan mata uang asing tersebut
• Tanggal transaksi yang dimaksud yaitu tanggal transaksi pertama kali pengakuan
sesuai SAK ETAP yang praktisnya kurs mendekati kurs sebenarnya pada tanggal
transaksi sering digunakan.
Mata Uang Pencatatan dan Pelaporan
dalam SAK ETAP
• Mata uang pencatatan
• Mata uang pelaporan
• Mata uang Fungsional
• Laporan keuangan pada umumnya dilaporkan dalam mata uang lokal, apabila
entitas menggunakan mata uang selain mata uang lokal seperti dolar Amerika
maka mata uang pelaporan adalah mata uang fungsional
Perbedaan antara SAK IFRS, SAK ETAP
dan UU PPh No 36 Tahun 2008
• Mata Uang Pelaporan
• Dasar Pengukuran
• Revaluasi Aset
Pembukuan dan Pencatatan
Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan
informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan, dan biaya, serta jumlah harga
perolehan dan penyerahan barang/jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca,
dan laporan laba rugi untuk periode tahun pajak tersebut

Pencatatan adalah pengumpulan data secara teratur tentang peredaran bruto dan/atau penghasiln bruto
sebagai dasar untuk menghitung jumlah pajak yang terutang, termasuk penghasilan yang bukan objek
pajak dan/atau yang dikenakan pajak yang bersifat final.
Kewajiban Pembukuan bagi Wajib Pajak
OP dan Badan

UU No 28 Tahun 2007 UU No 36 Tahun 2008 UU No 42 Tahun 2009


• Pasal 28 menwajibkan bagi WP OP • Pada pasal 14 Menjelaskan jumlah • Dalam pasal 6 UU PPN dan PPnBM
yang melakukan kegiatan usaha atau peredaran usaha yang menjadi batas menwajibkan setiap wajib pajak yang
pekerjaan bebas dan WP Badan untuk kewajiban penyelenggaraan telah dikukukan menjadi PKP
mengadakan pembukuan pembukuan sebesar Rp 4,8 Milliar berkewajiban memungut PPN,
setahun. Ketentuan ini berlaku untuk menghitung PPN Masukan, menyetor
WP OP PPN yang terutang, dan
melaporkannya dalam SPT Masa PPN
ke Kantor Pelayanan Pajak.
Syarat Penyelenggaran Pembukuan
• Pembukuan haruslah diselenggarakan dengan itikad baik dan mencerminkan keadaan yang
sebenarnya
• Pembukuan harus menggunakan huruf latin, angka arab, satuan mata uang rupiah, dan
disusun dalam bahasa indonesia/dalam bahasa asing yang diizinkan oleh menteri keuangan
• Pembukuan diselenggarakan dengan prinsip taat asas
• Perubahan terhadap metode pembukuan dan/atau tahun buku harus mendapat
persetujuan Direktur Jenderal Pajak
• Pembukuan minimal terdiri dari catatan mengenai harta, kewajiban, modal, penghasilan,
dan biaya, serta penjualan dan pembelian.
• Buku, catatan, dan dokumen yang menjadi dasar pembukuan baik berbentuk hardcopy
maupun berbentuk softcopy wajib disimpan minimal 10 tahun.
Kewajiban WP untuk melakukan
Pencatatan
• Peraturan Menteri Keuangan Nomor 197/ PMK.03/2007 tentang Bentuk dan Tata
Cara Pencatatan bagi Wajib Pajak Orang Pribadi mengatur kewajiban pencatatan.
Wajib pajak Orang pribadi diwajibkan dalam bidang pencatatan yaitu:
1. Wajib pajak OP yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang sesuai
dengan KUP diperbolehkan menghitung penghasilannya dengan menggunakan
Norma Perhitungan Penghasilan Netto. Menurut UU PPh Peredaran Usaha
maksimum Rp 4,8 M boleh melakukan pencatatan dan dikenakan pajak bersifat
final.
2. Wajib pajak OP yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas
Pengecualian dan Sanksi dari Kewajiban
Pembukuan
• Pengecualian kewajiban menyelenggarakan pembukuan tetapi wajib melakukan
pencatatan adalah terhadap Wajib pajak Orang pribadi yang melakukan kegiatan
usaha atau pekerjaan bebas yang menurut ketentuan perundang-undang
Perpajakan diperbolehkan menggunakan norma penghitungan penghasilan netto
dan Wajib pajak orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha maupun
pekerjaan bebas.
• Pasal 39 UU KUP mengatur menggenai sanksi perpajakan bagi setiap orang yang
memperlihatkan pembukuan, pencatatan atau dokumen palsu; dan tidak
menyelenggarakan pembukuan dan pencatatan
Prinsip Dasar Akuntansi Pajak
• Tujuan laporan keuangan menurut PSAK adalah memberikan informasi keuangan
kepada para pengguna laporan untuk digunakan dalam proses pengambilan
keputusan.
• Tujuan laporan keuangan menurut UU KUP adalah untuk memberikan informasi
kepada wajib pajak menghitung jumlah pajak penghasilan terutang dan
penghasilan kena pajak
• Pasal 3 ayat 7 UU KUP menjelaskan bahwa laporan keuangan merupakan salah
satu instrumen yang penting dalam pelaporan SPT tahunan dan masa, karena
apabila tidak ada maka SPT dianggap tidak dilaporkan secara lengkap.
CONTD
• APB Statement No 4 menyatakan terdapat sembilan prinsip dasar akuntansi yaitu
1. Cost Principle, 2. Revenue Principle, 3. Matching Principle, 4. Objectivity
Principle, 5. Consistency Principle, 6. Disclosure Principle, 7 Conservatism
Principle, 8. Materiality Principle, dan 9. Uniformity and Comparability Principle.
• Sedangkan menurut perpajakan ada 10 konsep dasar akuntansi yaitu 1) Monetary
Unit, 2) Accounting Unit, 3) Going Concern, 4) History’s Cost, 5) Accounting Period,
6) Consistency Principle, 7) Materiality Principle, 8) Conservatism Concept, 9)
Realization Concept, 10) Matching Principle
Asas Akuntansi Pajak
• Asas Kegotongroyongan Nasional terhadap Kewajiban Kenegaraan
• Asas Keadilan
• Asas Kepastian Hukum
• Asas Kepercayaan Penuh
Harmonisasi laporan keuangan komersial
dan fiskal
1. Praktik penyusunan laporan keuangan fiskal sebagai solusi antara ketentuan
akuntansi dan ketentuan pajak terdiri atas tiga pendekatan berikut
• Ketentuan pajak secara dominan mewarnai praktik akuntansi
• Pendekatan dimana Wajib Pajak bebas menyelenggarakan pembukuannya
dengan dasar prinsip dan metode akuntansinya. Laporan fiskal disusun terpisah
diluar pembukuan. Laporan keuangan fiskal ini disusun melalui proses rekonsiliasi
antara akuntansi komersial dan akuntansi fiskal
• Pendekatan yang menyatakan ketentuan perpajakan sebagai sisipan Standar
Akuntansi Keuangan

Anda mungkin juga menyukai