Anda di halaman 1dari 4

1.

Masa Pra-PAI (Sebelum 1973)

Pada masa ini, Indonesia tidak mempunyai standar akuntansi yang baku. Sebelum dikeluarkannya UU
Penanaman Modal Asing pada tahun 1976 dan UU Penanaman Modal Dalam Negeri pada tahun
1968, penggunaan laporan keuangan oleh pihak di luar manajemen jarang sekali terjadi, kecuali
pelaporan fiscal. Audit tahunan lazimnya hanya dilakukan atas laporan keuangan BUMN/BUMD dan
perusahaan asing yang sangat sedikit jumlahnya. Maka, timbullah kebutuhan akan laporan keuangan
yang memiliki standar baku dan terkodefikasi.

Lahirnya PAI 1974 (1973-1984)

Seiring berlangsungnya pasar modal, maka atas bantuan dari Badan Persiapan Pasar Uang dan Pasar
Modal (BAPEPUM), maka dibentuk Panitia Penghimpun Bahan-bahan dan struktur atas Generally
Accepted Accounting Principles (GAAP) dan Generally Accepted Auditing Standards (GAAS) yang
terdiri dari Dewan Penasihat dan Panitia Kerja.

Dengan terbentuknya panitia tersebut maka terbentuklah Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) dan
norma Pemeriksaan Akuntan (NPA) yang mendapat pengesahan pada Kongres III IAI pada tanggal 2
Desember 1973, dan untuk pertama kali dibentuk Komite PAI dan Komite NPA untuk
mengembangkan 2 standar tersebut.

Masa Penerapan PAI 1984 (1984-1994)

Pada masa ini komite PAI melakukan revisi secara mendasar PAI 1973 dan kemudian menerbitkan
PAI 1984. Yang bertujuan untuk menyesuaikan ketentuan akuntansi dengan perkembangan dunia
usaha. Tahun 1986, komite PAI secara aktif melakukan revisi atas PAI 1984 dengan menerbitkan
Pernyataan PAI dan Interpretasi PAI.

Masa Penerapan SAK (1994-2006)

Pada masa ini, dunia memasuki era globalisasi dan Indonesia mulai masuk ke perdagangan bebas. Hal
ini ditandai dengan beberapa fenomena, yaitu :

a. perkembangan pasar modal. Jumlah perusahaan go public mencapai 160 pada tahun 1994
padahal pada tahun 1989 baru 24 perusahaan.

b. Disahkannya UU Perbankan dan UU Dana Persiun.

c. Reformasi peraturan perpajakan Indonesia.

d. Timbulnya beberapa kasus bank krisis dan kredit macet.

Karena fenomena tersebut IAI secara tanggap menyimpulkan harus segera melakukan
,perkembangan yang mengacu pada International Accounting Standard. Sejalan dengan hal tersebut,
PAI telah diganti menjadi Standar Akuntansi Keuangan (SAK).

Pada 1994, profesi akuntansi di Indonesia telah memiliki Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian
Laporan Keuangan dan 35 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan yang berstandar Internasional.
IAI melakukan revisi besar-besaran untuk menerapkan standar akuntansi baru yang berpedoman
pada IAS. Namun masih terdapat beberapa standar yang berdasarkan pada GAAP (US).

Masa Konvergensi IFRS (2006-2012)

Standar Pelaporan Keuangan Internasional (IFRS) adalah kumpulan dari standar akuntansi yang
dikembangkan oleh Badan Standar Akuntansi Internasional (IASB) yang menjadi standar global untuk
penyusunan laporan keuangan untuk perusahaan publik. Tahun 2006 dalam kongres IAI X di Jakarta
ditetapkan bahwa konvergensi penuh akan di diselesaikan pada tahun 2008, namun perjalanannya
memang tidak mudah. Sampai akhir 2008, jumlah IFRS yang diadopsi baru mencapai 10 standar dari
33 standar.

Sejak Juni 2009, DSAK-IAI menerbitkan kurang lebih 19 eksposure draft PSAK dan ISAK, juga
mencabut beberapa PSAK yang tidak relevan. Sepanjang tahun 2010 dan 2011, DSAK-IAI secara
bertahap mengadopsi IFRS.

Sampai 1 Januari 2012, DSAK-IAI menerbitkan semua IFRS/IAS kecuali IAS 41 Agriculture dan IFRS
First Time Adoption International Financial Reporting Standards.

2. PSAK-IFRS

PSAK-IFRS adalah singkatan dari Pernyataan Standar Akuntansi Keungan International Financial
Report Standard. PSAK merupakan nama lain dari SAK yang diterapkan oleh Ikatan Akuntansi
Indonesia pada tahun 2012 lalu. Dalam PSAK, sangat penting untuk menerapkannya ke dalam entitas
yang bersifat umum, antara lain: emiten, perusahaan publik, perbankan, asuransi, dan BUMN.

Seperti halnya SAK pada umumnya, PSAK bertujuan untuk memberikan informasi yang relevan bagi
pengguna laporan keuangan. Penggunaan IFRS sendiri juga bukan tanpa alasan. Indonesia
merupakan anggota IFAC yang menjadikan IFRS sebagai standar akuntansi meeka, sehingga mau
tidak mau Indonesia harus mematuhi kesepakatan antar anggota.

SAK-ETAP

SAK-ETAP adalah standar akuntansi keuangan untuk entitas tanpa akuntabilitas publik. Umumnya,
ETAP digunakan untuk entitas yang akuntabilitas publiknya tidak signifikan dan laporan keuangannya
hanya untuk tujuan umum bagi pengguna eksternal. ETAP sendiri menggunakan IFRS untuk Small
Medium Enterprises sebagai acuan penerapan standar. Dengan kata lain, ETAP merupakan anak dari
IFRS.

Sebagai anak dari IFRS, ETAP merupakan hasil penyederhanaan IFRS. Penyederhanaan tersebut
meliputi: tidak adanya laporan laba/rugi komprehensif; penilaian untuk aset tetap, aset tak
berwujud, dan properti investasi setelah tanggal perolehan hanya menggunakan harga perolehan,
tidak ada pilihan menggunakan nilai revaluasi atau nilai wajar; serta tidak ada pengakuan liabilitas
dan aset pajak tangguhan karena beban pajak diakui sebesar jumlah pajak menurut ketentuan pajak.
PSAK-Syariah

Sebagai negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, Indonesia tentu memerlukan
kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan hukum syariah. Adanya lembaga-lembaga berbasis
syariah seperti bank syariah, pegadaian syariah, badan zakat, dan sebagainya tentu membutuhkan
sebuah lembaga yang memiliki standar syariah. Inilah tujuan PSAK Syariah, yakni sebagai pedoman
lembaga-lembaga yang menggunakan kebijakan syariah.

Penggunaan PSAK Syariah sendiri dilakukan oleh entitas yang terlibat dalam transaksi syariah, baik
entitas lembaga syariah maupun lembaga non syariah. Pengembangan PSAK Syariah dibuat
berdasarkan acuan fatwa-fatwa yang dikeluarkan oleh MUI.

SAP

SAP atau Standar Akuntansi Pemerintah ini diterbitkan oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintahan.
SAP ditetapkan sebagai Peraturan Pemerintah (PP) yang diterapkan untuk entitas pemerinah dalam
menyusun Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) dan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
(LKPD).

Secara garis besar, SAP disusun untuk instalasi kepemerintahan, baik pusat maupun daerah, untuk
menyusun laporan keuangan dalam pemerintahan. Penyusunan ini bertujuan untuk menjamin
transparansi, partisipasi, dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara agar dapat mewujudkan
pemerintahan yang baik dan bersih.

3. Laporan keuangan perusahaan, terutama perusahaan go public akan selalu menampilkan


perbandingan laporan keuangan periode sekarang dengan periode tahun lalu. Untuk perusahaan go
public, laporan keuangan dapat diakses oleh masyarakat umum setiap 3 kuartal dan tahunan.

Terdiri dari :

A. Laporan Posisi Keuangan

Laporan posisi keuangan berisi informasi mengenai jumlah harta yang dimiliki perusahaan (baik aset
lancar maupun aset tetap), jumlah liabilitas (liabilitas lancar dan liabilitas jangka panjang), serta
jumlah modal / ekuitas perusahaan. Bagi sebuah perusahaan baik itu go public maupun non go
public, laporan keuangan dapat menentukan posisi dan kondisi perusahaan seperti likuiditas dan
solvabilitasnya pada periode tertentu. Dasar pembuatan laporan posisi keuangan adalah persamaan
dasar akuntansi itu sendiri. Dalam laporan posisi keuangan terdapar pos modal, modal pada
perusahaan perseorangan hanya berupa modal pribadi, sedangkan dalam perusahaan yang telah go
public, modalnya terdiri dari modal saham, laba ditahan, dan cadangan.

B. Laporan Laba Rugi Komprehensif


Untuk perusahaan go public disebut laporan laba rugi komprehensif yang berisi informasi mengenai
penjualan, biaya2 yang dikeluarkan (biaya operasional, biaya umum, biaya administrasi, dan biaya
lainnya), serta laba bersih. Laba bersih adalah pengurangan dari penjualan setelah dikurangi beban.
Total laba rugi komprehensif adalah perubahan ekuitas selama 1 (satu) periode yang dihasilkan dari
transaksi dan peristiwa lainnya, selain perubahan yang dihasilkan dari transaksi dengan pemilik
dalam kapasitasnya sebagai pemilik.

C. Laporan Perubahan Ekuitas

laporan perubahan ekuitas, perusahaan melaporan modal yang dimiliki perusahaan. Modal yang
dimaksud dalam laporan ekuitas adalah modal sendiri (bukan utang) yang dimiliki perusahaan.
Termasuk prive (pengambilan kas oleh pemiliki untuk kepentingan pribadi), sahm treasury (untuk
perusahaan go public), agio saham (untuk perusahaan go public).

D. Laporan Arus Kas

Informasi arus kas memberikan dasar bagi pengguna laporan keuangan untuk menilai kemampuan
entitas dalam menghasilkan kas dan setara kas dan kebutuhan entitas dalam menggunakan arus kas
tersebut. Laporan arus kas memuat informasi mengenai 3 hal, yaitu:

- Arus kas dari aktivitas operasi (meliputi antara lain penerimaan kas dari pelanggan, pembayaran kas
pada pemasok, pembayaran kas pada karyawan).

- Arus kas dari aktivitas investasi (pembelian aset tetap, penjualan aset tetap)

- Arus kas dari akivitas pendanaan ( pembayaran dividen, pembayaran pinjaman bank).

E. Catatan Atas Laporan Keuangan

CALK dicantumkan di bagian akhir laporan keuangan, tepatnya setelah laporan arus kas. Catatan atas
laporan keuangan berisi informasi tambahan atas apa yang disajikan dalam laporan posisi keuangan,
laporan pendapatan komprehensif, laporan laba rugi terpisah (jika disajikan), laporan perubahan
ekuitas dan laporan arus kas. Catatan atas laporan keuangan memberikan penjelasan atau rincian
dari pos-pos yang disajikan dalam laporan keuangan tersebut dan informasi mengenai pos-pos yang
tidak memenuhi kriteria pengakuan dalam laporan keuangan. Misalnya: Perusahaan mencatatkan
kas dan setara kas sebesar 100 juta. Maka, CALK akan menjabarkan dari akun2 kas tersebut. Misalnya
kas dan setara kas diperoleh dari: Kas sebesar 60 juta, bank sebesar 30 juta dan deposito sebesar 10
juta. Catatan atas laporan keuangan berisi catatan dan penjelasan kualitatif dari laporan keuangan
sebelumnya, termasuk perhitungan-perhitungan yang relevan dengan akun yang disajikan dalam
laporan keuangan lain. Kumpulan informasi yang ada dalam catatan atas laporan keuangan adalah
bagian dari pengungkapan (disclosure) yang aturannya untuk perusahaan go public diatur oleh
BAPEPAM

Anda mungkin juga menyukai