Anda di halaman 1dari 12

PELAPORAN KORPORAT

PELAPORAN KEUANGAN ETAP DAN NIRLABA, PERBEDAAN STANDAR


AKUNTANSI UNTUK ETAP DENGAN IFRS, PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI
UNTUK ETAP, DAN TRANSAKSI BERBASIS SYARIAH DAN PELAPORAN
KEUANGAN SYARIAH

PELAPORAN KEUANGAN ETAP DAN NIRLABA

Latar Belakang Pelaporan Keuangan ETAP


Standar Akuntansi Keuangan Entitas tanpa Akuntabilitas Publik ( SAK ETAP) telah
disahkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan pada tanggal 19 Mei 2009. SAK ETAP
ini berlaku secara efektif untuk penyusunan laporan keuangan yang dimulai pada atau
setelah 1 januari 2011 dan penerapan dini diperkenankan.
Standar Akuntansi yang berbasis IFRS (SAK Umum) ditujukan bagi entitas yang
mempunyai tanggug jawab publik signifikan dan entitas yang banyak melakukan kegiatan
lintas negara. SAK Umum tersebut rumit untuk dipahami serta diterpkan oleh sebagian
besar entitas usaha di Indonesia yang berskala kecil dan menengah. Dalam berbagai hal
SAK ETAP memberikan banyak kemudahan untuk suatu entitas dibandingkan dengan
SAK Umum yang ketentuan pelaporannya lebih kompleks.
Sesuai dengan ruang lingkup SAK ETAP, maka standar ini dimaksudkan untuk
digunakan oleh entitas tanpa akuntabilitas publik. Entitas tanpa akuntabilitas publik yang
dimaksud adalah entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan dan
menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum bagi pengguna eksternal. Contoh
pengguna eksternal adalah pemilik yang tidak terlibat langsung dalam pengelolaan usaha,
kreditur, dan lembaga pemeringkat kredit.
Namun, entitas yang mempunyai tanggung jawab publik yang signifikan dapat juga
menggunakan SAK ETAP apabila diizinkan oleh regulator. Contohnya adalah Bank
Pengkreditan Rakyat yang telah diizinkan oleh Bank Indonesia menggunakan SAK ETAP
mulai 1 januari 2010 sesuai dengan SE No.11/37/DKEU tanggal 31 Desember 2009.
SAK ETAP diterbitkan sebagai solusi dari beberapa masalah berikut:

PSAK-IFRS based sulit diterapkan bagi perusahaan menengah dan kecil mengingat
ketentuan fair value memerlukan biaya yag tidak murah.

PSAK-IFRS rumit dalam implementasinya misal seperti PSAK 50 dan PSAK 55


meskipun sudah disahkan tahun 2006 namun tertunda dalam implementasinya bahkan
sampai tahun 2010 telah keluar lagi revisi dari PSAK 50 ini.

PSAK-IFRS menggunakan principle based sehingga membutuhkan banyak professional


judgment.

PSAK-IFRS memerlukan dokumentasi dan IT yang kuat.

Dengan diterbitkannya SAK ETAP diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai


berikut:

SAK ETAP membuat perusahaan kecil, menengah, mampu untuk menyususn laporan
keuangannya sendiri, dapat diaudit dan mendapatkan opini audit sehingga dapat
menggunakan laporan keuangannya untuk mendapatkan dana (misalnya dari Bank)
untuk mengembangkan usaha.

Lebih sederhana diabandingkan dengan PSAK-IFRS sehingga lebih mudah dalam


implementasinya.

Tetap memberikan informasi yang handal dalam penyajian laporan keuangan.

Latar Belakang Pelaporan Keuangan Nirlaba


Perbedaan utama yang mendasar terletak pada cara entitas nirlaba memperoleh sumber
daya yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas operasinya. PSAK 45 bertujuan
untuk mengatur pelaporan keuangan entitas nirlaba. Dengan adanya pedoman pelaporan,
diharapkan leporan keuangan entitas nirlaba dapat lebih mudah dipahami, memiliki
relevansi, dan memiliki daya banding yang tingi.

Ruang Lingkup PSAK 45


o Sumber daya entitas nirlaba berasal dari pemberi sumber daya yang tidak
mengharapkan pembayaran kembali atau manfaat ekonomi yang sebanding dengan
jumlah sumber daya yang diberikan.
o Menghasilkan barang dan/atau jasa tanpa bertujuan memupuk laba, dan jika entitas
nirlaba menghasilkan laba, maka jumlahnya tidak dibagikan kepada pendiri atau
pemilik entitas nirlaba tersebut.
o Tidak ada kepemilikan seperti umumnya pada entitas bisnis, dalam arti bahwa
kepemilikan dalam entitas nirlaba tidak dapat sijual, dialihkan, atau ditebus kembali,
atau kepemilikan tersebut tidak mencerminkan proporsi pembagian sumber daya entitas
nirlaba pada saat likuidasi atau pembubaran entitas nirlaba.

PERBEDAAN STANDAR AKUNTANSI UNTUK ETAP DENGAN IFRS


IFRS (Internasional Financial Accounting Standard) merupakan standar akuntansi
internasional yang diterbitkan oleh International Accounting Standard Board (IASB). Standar
Akuntansi Internasional (International Accounting Standards/IAS) disusun oleh empat
organisasi utama dunia yaitu Badan Standar Akuntansi Internasional (IASB), Komisi
Masyarakat Eropa (EC), Organisasi Internasional Pasar Modal (IOSOC), dan Federasi
Akuntansi Internasioanal (IFAC).
Tujuan IFRS adalah memastikan bahwa laporan keuangan interim perusahaan untuk
periode-periode yang dimaksukan dalam laporan keuangan tahunan, mengandung informasi
berkualitas tinggi yang:
1. Transparansi bagi para pengguna dan dapat dibandingkan sepanjang peiode yang
disajikan.
2. Menyediakan titik awal yang memadai untuk akuntansi yang berdasarkan pada IFRS.
3. Dapat dihasilkan dengan biaya yang tidak melebihi manfaat untuk para pengguna.
Laporan keuangan interim adalah laporan keuangan yang diterbitkan di antara dua
laporan keuangan tahunan. Laporan keuangan interim dapat disusun secara bulanan, triwulan,
atau periode lainnya yang kurang dari setahun dan mencakup seluruh komponen laporan
keuangan sesuai standar akuntansi keuangan. Secara konsepsual, laporan keuangan interim
menyediakan informasi yang lebih tepat waktu tetapi kurang lengkap dibandingkan dengan
laporan keuangan tahunan.
SAK ETAP (Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik)
ditetapkan oleh ikatan akuntansi indonesia untuk perusahaan kecil dan menengah. SAK
ETAP ini dimaksudkan agar semua unit usaha menyusun laporan keuangan sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan.
PERBEDAAN SAK ETAP VS PSAK IFRS
1. Materi SAK ETAP lebih sederhana sedangkan PSAK IFRS complicated dan rumit.

2. SAK ETAP cenderung menggunakan basis stewardship sebagai pertanggungjawaban


pengelola kepada stakeholder sehingga cenderung menggunakan prinsip reliability,
sedangkan PSAK IFRS telah bergeser untuk pemenuhan user dalam pengambilan
keputusan sehingga cenderung menggunakan prinsip relevan.
3. SAK ETAP tidak mengatur pajak tangguhan.
4. SAK ETAP hanya menggunakan metode tidak langsung untuk laporan arus kas.
5. SAK ETAP menggunakan cost model untuk investasi ke asosiasi dan menggunakan
metode ekuitas untuk anak perusahaan.
6. SAK ETAP tidak secara penuh menggunakan PSAK 50/55.
7. SAK ETAP hanya menggunakan model cost untuk aset tetap, aset tidak berwujud dan
properti investasi. PSAK-IFRS boleh memilih cost model atau model reavaluasi.
Tujuan laporan keuangan SAK-ETAP adalah menyediakan informasi keuangan,
kinerja keuangan, dan laporan arus kas suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah
pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi. Sedangkan tujuan laporan keuangan IFRS
memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan suatu
perusahaan yang berguna untuk berbagai pengguna dalam membuat keputusan ekonomi.
Tetapi antara IFRS dan SAK-ETAP memiliki persamaan yaitu sama-sama bertujuan
untuk menyediakan/memberikan informasi bagi pengguna yang nantinya digunakan untuk
membuat keputusan ekonomi.

TRANSAKSI BERBASIS SYARIAH DAN PELAPORAN KEUANGAN SYARIAH


Akad adalah kesepakatan dua belah pihak atau lebih yang menimbulkan kewajibn
hukum yaitu konsekuensi hak dan kewajiban, yang mengikat pihak-pihak yang terkait
langsung maupun tidak langsung dalam kesepakatan tersebut.
A. Jenis Akad
Dalam akuntansi syariah, akad harus sesuai dengan syariah yang merujuk pada AlQuran, Ijma dan qiyas. Transaksi/akad dalam syariah dibagi menjadi 2 (dua) yaitu:
1. Akad Tabbaru merupakan perjanjian yang merupakan transaksi yang tidak
ditunjukkan untuk memperoleh laba (transaksi nirlaba). Tujuan dari transaksi ini
adalah tolong-menolong dalam rangka berbuat kebaikan, mengharapkan ridha Allah
SWT. Sehingga jika ada biaya transaksi dari akad jenis ini hanya dibolehkan sebesar
biaya riil yang dikeluarkan.
3

(tiga) bentuk akad tabarru:

a. Meminjamkan uang (termasuk akad tabbaru karena tidak boleh melebihkan


pembayaran atas pinjaman yang kita berikan, setiap kelebihan tanpa iwad adalah
riba). Jenis pinjaman: Qardh, Rahn, dan Hiwalah
b. Meminjamkan jasa, jenis pinjaman: Wakalah, Wadiah, dan Kafalah
c. Memberikan sesuatu
Minimal ada 3 jenis bentuk akad: Waqaf, Hibah, dan Shadaqah
2. Akad Tijarah merupakan akad yang ditujukan untuk memperoleh keuntungan. Akad
ini terdiri dari akad investasi yang hasilnya tidak pasti seperti akad mudharabah dan
musyarakah; serta akad jual beli dan sewa meyewa seperti yang hasil atau
keuntungannya pasti seperti akad murabahah, salam, istishna da ijarah. Akad yang
hasilnya tidak pasti tidak bisa diubah menjadi akad dengan hasil yang pasti karena
akan menimbulkan riba. Demikian juga sebaliknya akad dengan hasil pasti tidak boleh
diubah menjadi akad dengan hasil tidak pasti karena aka terjadi ghahar atau
ketidakjelasan.

Akad tabarru tidak dapat diubah menjai akad tijarah sedangkan akad tijarah dapat
diubah menjadi akad tabarru (yang semula ditujukan untuk mencari keuntungan
menjadi tolong menolong/kebaikan).

B. Kerangka Dasarr Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah


1. Paradigma Transaksi Syariah
Transaksi syariah didasarkan pada paradigma dasar bahwa alam semesta
diciptakan oleh Tuhan sebagai amanah (kepercayaan ilahi) dan sarana kebahagiaan
hidup bagi seluruh umat manusia untuk mencapai kesejahteraan hakiki secara material
dan spiritual (al-falah). Konsekuensinya parameter baik dan buruk, benar dan
salahnya aktivitas usaha adalah syariah dan akhlak.
2. Asas Transaksi Syariah
Transaksi syariah berasaskan pada prinsip:
a. Prinsip persaudaraan (ukhuwah) prinsip ini didasarkan pada prinsip saling
mengenal (taaruf), saling memahami (tafahum), saling menolong (taawun),
saling menjamin (takaful), saling bersinergi dan beraliansi (tahaluf).
b. Prinsip keadilan (adalah) yag berarti selalu menempatkan sesuatu hanya pada
yang berhak dan sesuai dengan posisinya.
Implementasi keadilan dalam kegiatan usaha berupa aturan prinsip muamalah
yang melarang adanya unsur: (a) riba (unsur bunga dalam segala bentuk dan
jenisnya, baik riba nasiah maupun fadhl), (b) kezaliman (unsur yang
merugikan diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan), (c) maysir (unsur judi
dan sikap spekulatif ), (d) gharar (unsur ketidakjelasan), dan (e) haram (unsur
haram baik dalam barang maupun jasa serta aktivitas operasional yang terkait).
Esensi haram adalah segala unsur yang dilarang secara tegas dalam Alquran
dan As-sunnah.
c. Prinsip kemaslahatan (mashlahah) merupakan segala bentuk kebaikan dan
manfaat yang berdimensi duniawi dan ukhrawi, material dan spiritual, serta
individual dan kolektif. Kemaslahatan yang diakui harus memenuhi dua unsur
yakni kepatuhan syariah (halal) serta bermanfaat dan membawa kebaikan
(thayib).

d. Prinsip keseimbangan (tawazun) yaitu keseimbangan aspek material dan


spiritual, aspek privat dan publik, sektor keuangan dan sektor riil, bisnis dan
sosial, dan keseimbangan aspek pemanfaatan dan pelestarian.
Transaksi syariah tidak hanya menekankan pada maksimalisasi keuntungan
perusahaan semata untuk kepentingan pemilik (shareholder). Sehingga
manfaat yang didapatkan tidak hanya difokuskan pada pemegang saham, akan
tetapi pada semua pihak yang dapat merasakan manfaat adanya suatu kegiatan
ekonomi.
e. Prinsip universalisme (syumuliyah) esensinya dapat dilakukan oleh, dengan,
dan untuk semua pihak yang berkepentingan (stakeholder) tanpa membedakan
suku, agama, ras dan golongan, sesuai dengan semangat kerahmatan semesta
(rahmatan lil alamin).
3. Karakteristik Transaksi Syariah
Implementasi transaksi yang sesuai dengan paradigma dan asas transaksi syariah
harus memenuhi karakteristik dan persyaratan berikut:
a. Transaksi hanya dilakukan berdasarkan prinsip saling paham dan saling ridho;
b. Prinsip kebebasan bertransaksi diakui sepanjang objeknya halal dan
baik (thayib);
c. Uang hanya berfungsi sebagai alat tukar dan satuan perangkat nilai, bukan
berfungsi sebagai komoditas;
d. Tidak mengandung unsur riba;
e. Tidak mengandung unsur kezhaliman;
f. Tidak mengandung unsur maysir;
g. Tidak mengandung unsur gharar;
h. Tidak mengandung unsur haram;
i. Tidak menganut prinsip nilai waktu dari uang (time value of money) karena
keuntungan yang didapat dalam kegiatan usaha terkait dengan resiko yang
melekat pada kegiatan usaha tersebut sesuai dengan prinsip al-ghunmu bilghurmi (no gain without accompanying risk);
j. Transaksi dilakukan berdasarkan suatu perjanjian yang jelas dan benar serta
untuk keuntungan semua pihak tanpa merugikan pihak lain sehingga tidak
diperkenankan menggunakan standar ganda harga untuk satu akad serta tidak
menggunakan dua transaksi bersamaan yang berkaitan(ta'alluq) dalam satu
akad;

k. Tidak ada distorsi harga melalui rekayasa permintaan (najasy), maupun


melalui rakayasa penawaran (ihtikar);
l. Tidak mengandung unsur kolusi dengan suap menyuap (risywah)

4. Tujuan dan Komponen Laporan Keuangan Etitas Syariah


Tujuan utama laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi,
menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu
entitas syariah yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan
keputusan ekonomi. Beberapa tujuan lainnya adalah:
a. Meningkatkan kepatuhan terhadap prinsip syariah
b. Informasi kepatuhan entitas syariah terhadap prinsip syariah
c. Informasi untuk membantu mengevaluasi pemenuhan tanggungjawab entitas
syariah terhadap amanah dalam mengamankan dana, menginvestasikannya
pada tingkat keuntungan yang layak.
d. Informasi tentang tingkat keuntungan investasi yang diperoleh penanam modal
dan pemilik dana syirkah temporer; dan informasi mengenai pemenuhan
kewajiban (obligation) fungsi sosial entitas syariah termasuk pengelolaan dan
penyaluran dana zakat, infak, sedekah, dan wakaf.
Komponen laporan keuangan entitas syariah, tediri dari:
a. Laporan Posisi Keuangan
Unsur-unsurnya terdiri dari aset, liabilitas, dana syirkah temporerdan ekuitas.
Liabilitas dalam jumlah kas (atau setara kas) yang tidak didiskontokan.
Dana syirkah temporer adalah dana yang diterima sebagai investasi denga
jangka waktu tertentu dari individu dan pihak lainnya dimana entitas syariah
mempunyai hak untuk mengella dan menginvestasikan.
b. Laporan Laba Rugi dan Peghasilan Komprehensif Lain
Unsur-unsur didalamnya terdiri dari penghasilan, beban, dan hak pihak ketiga
atas bagi hasil dana syirkah temporer. Hak pihak ketiga atas bagi hasil dana
syirkah temporer adalah bagian bagi hasil pemiik dana atas keuntungan dan
kerugian hasil investasi.
c. Laporan Perubahan Ekuitas

d. Laporan Arus Kas


e. Lapioran Sumber dan Penyaluran Dana akat
f. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan
g. Catatan atas Laporan Kauangan
Untuk perbankan syariah ditambahn 1 (satu) laporan lagi yaitu laporan
rekonsiliasi pendapatan dan bagi hasil.
C. Asumsi Dasar dan Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan
Asumsi Dasar:
Laporan keuangan disajikan atas dasar akrual, namun, dalam penghitungan
pendapatan untuk tujuan pembagian hasil usaha menggunakan dasar kas.
Karakteristik kualitatif Laporan Keuangan:
1. Dapat dipahami
2. Relevan, berarti berguna untuk peramalan dan penegasan atas transaksi yang
berkaitan satu sama lain serta dipengaruhi oleh tingkat materialitas. Namun dasar
penerapan dalam bagi hasil harus mencerminkan jumlah yang sebenarnya tanpa
mempertimbangkan konsep materialitas.
3. Keandalan, informasi harus disajikan jujur, netral, lengkap, pertimangan sehat
dan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi yang sesuai dengan prinsip
syariah dan bukan hanya bentuk hukumnya.
4. Dapat dibandingkan
Keandalan informasi yang relevan dan andal terdapat dalam hal : tepat waktu, dan
keseimbangan antara biaya dan manfaat.
D. Akad Mudharabah
1. Penjelasa Akad
Mudharabah adalah kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama
(pemilik dana) menyediakan selurh dana, sedangkan pihak kedua (pengelola dana)
bertindak selaku pengelola, dan keuntungan dibagi di antara mereka sesuai
kesepakatan sedangkan kerugian finansial hanya ditanggung oleh pemilik dana.
Usaha mudharabah dianggap mulai berjalan sejak dana atau modal usaha
mudharabah diterima oleh pengelola dana.
2. Prinsip Pembagian Hasil Usaha

Pembagian hasil usaha mudharabah dapat dilakukan berdaarkan prinsi bagi hasil
atau bagi laba (profit sharing). Jika berdasarkan prinsip bagi hasil, maka dasar
pembagian hasil usaha adalah laba bruto (gross profit) bukan total pendapatan
usaha (omzet). Sedangkan dalam prinsip bagi laba, dasar pembagian adalah laba
neto (net profit) yaitu laba bruto dikurangi beban yang berkaitan dengan
pengelolaan modal mudharabah.

E. Akad Musyarakah
1. Penjelasan Akad
Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha
tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan
ketentuan bahwa keuntugan dibagi berdasarkan kesepakatan, sedangkan kerugian
berdasarkan porsi kontribusi dana. Jika kerugian akibat kelalaian atau kesalahan
mitra aktif atau pengelola usaha, maka kerugian tersebut ditanggung oleh
pengelola usaha musyarakah.
F. Akad Murabahah
1. Penjelasan Akad
Akad murabahah merupakan akad jual beli, sehingga harus memenuhi persyaratan
syariah tentang prinsip jual beli. Secara umum, akad murabahah merupakan
transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan
(margin) yang disepkati oleh penjual dan pembeli.
2. Prinsip Jual Beli
Dalam melakukan transaksi murabahah harus memenuhi ruun yang mencakup: 1)
pelaku yang sudah baligh dan berakal, 2) barang: merupakan barang halal dan
memiliki nilai, dimiliki oleh penjual, spesifikasi baik kualitas jlas, penyerahan
terkait dengan keadaan lain, harga barang diketahui, barang ada di tangan penjual,
3) ijab kabul.
G. Akad Salam
Akad salam merupakan akad jual beli dengan penyerahan tunda pembayaran
dilakukan pada awal akad. PSAK 103 mendefinisikan akad salam adalah akad jual

beli barang pesanan dengan pengiriman di kemudian hari oleh penjual dan pelunasan
dilakukan oleh pembeli pada saat akad disepakati sesuai dengan syarat-syarat tertentu.
H. Akad Istishna
Akad istishna merupakan akad jual beli dengan pesanan sebagaimana akad salam,
yang memebedakan akad istishna dengan akad salam adalah pada jenis barangnya.
Akad salam biasanya digunakan pada pertanian sedangkan akad istishna pada barangbarang manufaktur seperti: konstruksi, gedung, mesin dll. Pembayaran untuk akad
salam harus dilakukan saat kesepakatan, sedangkan istishna bisa dilakukan seiring
dengan proses pembuatan. PSAK 104 tentang istishna mendefinisikan akad ini
merupakan akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan
kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan dan penjual.
I. Akad Ijarah
Akad ijarah merupakan bagian dari akad jual beli, hanya saja yang diperjual belikan
bukan benda melainkan manfaat dari benda. PSAK 107 mendefinisikan Ijarah sebagai
akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa, dalam waktu
tertentu dengan pembayaran upah sewa (ujrah) tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan atas barang itu sendiri.
J. Akad lain
1. Akad Sharf: akad ini dapat dilakukan jika secara spot yaitu transaksi pembelian
dan penjualan valas dilakukan pada saat itu juga dan penyelesaian maksimal 2 hari
(sesuai urf). Ketentuan: 1) Pelaku: baligh dan cakap hukum, 2) objek akad: mata
uang nilainya diketahui kedua belah pihak, dikuasai penjual, tidak ada khiyar
syarat, tunai, 3) ijab kabul.
2. Akad Wadiah: akad ini biasa digunakan untuk tabungan dan rekening giro di
perbankan syariah. Ketentuan: 1) Pelaku: baligh dan cakap hukum, 2) objek akad:
barang yang dititipkan; benda dan spesifikasinya diketahui kedua belah pihak, 3)
ijab kabul.
3. Akad Wakalah: akad ini biasa digunakan untuk mewakilkan pembelian barang,
realisasi letter ofcredit. Ketentuan: Pelaku: baligh dan cakap hukum, 2) objek
akad: barang yang dikuasakan; diketahui dengan jelas, tidak bertentangan dengan
syariah islam, dapat diwakilkan, manfaat barang/jasa dapat dinilai, kontrak dapat
dilaksanakan, 3) ijab kabul.

4. Akad Kafalah: akad ini biasa digunakan dalam jasa garansi bank, akseptasi, kartu
kredit pada perbankan syariah.
5. Akad Hawalah: akad yang dapat digunakan untuk pengalihan utang dari pihak
yang berutang kepada pihak lain yang wajib menanggung atau membayar.

6. Akad Qardh: akad pemberian pinjaman tanpa tambahan ditujukan kepada orang
yang membutuhkan, namun jika dibebankan biaya administrasi yang tekait
langsung diperbolehkan, atau peminjam memberikan sumbangan.
7. Akad Rahn: akad yang biasa digunakan dalam pegadaian syariah, atau gadai

emas.

Anda mungkin juga menyukai