PSAK-IFRS based sulit diterapkan bagi perusahaan menengah dan kecil mengingat
ketentuan fair value memerlukan biaya yag tidak murah.
SAK ETAP membuat perusahaan kecil, menengah, mampu untuk menyususn laporan
keuangannya sendiri, dapat diaudit dan mendapatkan opini audit sehingga dapat
menggunakan laporan keuangannya untuk mendapatkan dana (misalnya dari Bank)
untuk mengembangkan usaha.
Akad tabarru tidak dapat diubah menjai akad tijarah sedangkan akad tijarah dapat
diubah menjadi akad tabarru (yang semula ditujukan untuk mencari keuntungan
menjadi tolong menolong/kebaikan).
Pembagian hasil usaha mudharabah dapat dilakukan berdaarkan prinsi bagi hasil
atau bagi laba (profit sharing). Jika berdasarkan prinsip bagi hasil, maka dasar
pembagian hasil usaha adalah laba bruto (gross profit) bukan total pendapatan
usaha (omzet). Sedangkan dalam prinsip bagi laba, dasar pembagian adalah laba
neto (net profit) yaitu laba bruto dikurangi beban yang berkaitan dengan
pengelolaan modal mudharabah.
E. Akad Musyarakah
1. Penjelasan Akad
Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha
tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan
ketentuan bahwa keuntugan dibagi berdasarkan kesepakatan, sedangkan kerugian
berdasarkan porsi kontribusi dana. Jika kerugian akibat kelalaian atau kesalahan
mitra aktif atau pengelola usaha, maka kerugian tersebut ditanggung oleh
pengelola usaha musyarakah.
F. Akad Murabahah
1. Penjelasan Akad
Akad murabahah merupakan akad jual beli, sehingga harus memenuhi persyaratan
syariah tentang prinsip jual beli. Secara umum, akad murabahah merupakan
transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan
(margin) yang disepkati oleh penjual dan pembeli.
2. Prinsip Jual Beli
Dalam melakukan transaksi murabahah harus memenuhi ruun yang mencakup: 1)
pelaku yang sudah baligh dan berakal, 2) barang: merupakan barang halal dan
memiliki nilai, dimiliki oleh penjual, spesifikasi baik kualitas jlas, penyerahan
terkait dengan keadaan lain, harga barang diketahui, barang ada di tangan penjual,
3) ijab kabul.
G. Akad Salam
Akad salam merupakan akad jual beli dengan penyerahan tunda pembayaran
dilakukan pada awal akad. PSAK 103 mendefinisikan akad salam adalah akad jual
beli barang pesanan dengan pengiriman di kemudian hari oleh penjual dan pelunasan
dilakukan oleh pembeli pada saat akad disepakati sesuai dengan syarat-syarat tertentu.
H. Akad Istishna
Akad istishna merupakan akad jual beli dengan pesanan sebagaimana akad salam,
yang memebedakan akad istishna dengan akad salam adalah pada jenis barangnya.
Akad salam biasanya digunakan pada pertanian sedangkan akad istishna pada barangbarang manufaktur seperti: konstruksi, gedung, mesin dll. Pembayaran untuk akad
salam harus dilakukan saat kesepakatan, sedangkan istishna bisa dilakukan seiring
dengan proses pembuatan. PSAK 104 tentang istishna mendefinisikan akad ini
merupakan akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan
kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan dan penjual.
I. Akad Ijarah
Akad ijarah merupakan bagian dari akad jual beli, hanya saja yang diperjual belikan
bukan benda melainkan manfaat dari benda. PSAK 107 mendefinisikan Ijarah sebagai
akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa, dalam waktu
tertentu dengan pembayaran upah sewa (ujrah) tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan atas barang itu sendiri.
J. Akad lain
1. Akad Sharf: akad ini dapat dilakukan jika secara spot yaitu transaksi pembelian
dan penjualan valas dilakukan pada saat itu juga dan penyelesaian maksimal 2 hari
(sesuai urf). Ketentuan: 1) Pelaku: baligh dan cakap hukum, 2) objek akad: mata
uang nilainya diketahui kedua belah pihak, dikuasai penjual, tidak ada khiyar
syarat, tunai, 3) ijab kabul.
2. Akad Wadiah: akad ini biasa digunakan untuk tabungan dan rekening giro di
perbankan syariah. Ketentuan: 1) Pelaku: baligh dan cakap hukum, 2) objek akad:
barang yang dititipkan; benda dan spesifikasinya diketahui kedua belah pihak, 3)
ijab kabul.
3. Akad Wakalah: akad ini biasa digunakan untuk mewakilkan pembelian barang,
realisasi letter ofcredit. Ketentuan: Pelaku: baligh dan cakap hukum, 2) objek
akad: barang yang dikuasakan; diketahui dengan jelas, tidak bertentangan dengan
syariah islam, dapat diwakilkan, manfaat barang/jasa dapat dinilai, kontrak dapat
dilaksanakan, 3) ijab kabul.
4. Akad Kafalah: akad ini biasa digunakan dalam jasa garansi bank, akseptasi, kartu
kredit pada perbankan syariah.
5. Akad Hawalah: akad yang dapat digunakan untuk pengalihan utang dari pihak
yang berutang kepada pihak lain yang wajib menanggung atau membayar.
6. Akad Qardh: akad pemberian pinjaman tanpa tambahan ditujukan kepada orang
yang membutuhkan, namun jika dibebankan biaya administrasi yang tekait
langsung diperbolehkan, atau peminjam memberikan sumbangan.
7. Akad Rahn: akad yang biasa digunakan dalam pegadaian syariah, atau gadai
emas.