Anda di halaman 1dari 6

PELAPORAN KORPORAT

RANGKUMAN MATA KULIAH


BAB 1: CONCEPTUAL FRAMEWORK

Disusun oleh:
Ratna Wulandari (A0142120015)

PROGRAM STUDI PROFESI AKUNTANSI


UNIVERSITAS HASANUDDIN
2022
Learning objective:
1. Perbedaan di antara conceptual framework Penggunaan conceptual framework dalam pelaporan
keuangan
2. Pelaporan keuangan ETAP dan nirlaba
3. Perbedaan standar akuntansi untuk ETAP dengan IFRS
4. Penerapan standar

1. Perbedaan di antara conceptual framework Penggunaan conceptual framework dalam


pelaporan keuangan
Kerangka konseptual adalah suatu sistem konsep yang koheren yang mengalir dari
suatu tujuan. Kerangka ini dibuat agar informasi keuangan pada laporan keuangan
dapat lebih bermanfaat dan konsisten dari waktu-waktu. Di bawah ini adalah
gambaran kerangka konseptual.

a. Level Pertama
Merupakan apa tujuan dari pelaporan keuangan itu sendiri. Secara spesifik
bertujuan untuk memberikan informasi keuangan entitas pelapor yang berguna
untuk menyajikan dan menyediakan sumber daya entitas kepada calon investor,
kreditur lainnya dalam membuat keputusan.
b. Level Kedua (Konsep Fundamental)
Menggambarkan karateristik kualitatif dan elemen-elemen dalam laporan
keuangan.
c. Level Ketiga
Menggambarkan konsep pengakuan, pengukuran dan pengungkapan. Konsep ini
menjelaskan bagaimana perusahaan harus mengakui, mengukur dan melaporkan
informasi dan kejadian akuntansi.

2. Pelaporan keuangan ETAP dan nirlaba


A. Pelaporan Keuangan ETAP
Standar Akuntansi Keuangan Entitas tanpa Akuntabilitas Publik ( SAK ETAP)
telah disahkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan pada tanggal 19 Mei
2009. SAK ETAP ini berlaku secara efektif untuk penyusunan laporan keuangan
yang dimulai pada atau setelah 1 januari 2011 dan penerapan dini diperkenankan.
Standar Akuntansi yang berbasis IFRS (SAK Umum) ditujukan bagi entitas
yang mempunyai tanggug jawab publik signifikan dan entitas yang banyak
melakukan kegiatan lintas negara. SAK Umum tersebut rumit untuk dipahami serta
diterapkan oleh sebagian besar entitas usaha di Indonesia yang berskala kecil dan
menengah. Dalam berbagai hal SAK ETAP memberikan banyak kemudahan
untuk suatu entitas dibandingkan dengan SAK Umum yang ketentuan
pelaporannya lebih kompleks.
Sesuai dengan ruang lingkup SAK ETAP, maka standar ini dimaksudkan untuk
digunakan oleh entitas tanpa akuntabilitas publik. Entitas tanpa akuntabilitas publik
yang dimaksud adalah entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan
dan menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum bagi pengguna eksternal.
Contoh pengguna eksternal adalah pemilik yang tidak terlibat langsung dalam
pengelolaan usaha, kreditur, dan lembaga pemeringkat kredit.
Namun, entitas yang mempunyai tanggung jawab publik yang signifikan dapat
juga menggunakan SAK ETAP apabila diizinkan oleh regulator. Contohnya adalah
Bank Pengkreditan Rakyat yang telah diizinkan oleh Bank Indonesia menggunakan
SAK ETAP mulai 1 januari 2010 sesuai dengan SE No.11/37/DKEU tanggal 31
Desember 2009.
Dengan diterbitkannya SAK ETAP diharapkan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut:
a. SAK ETAP membuat perusahaan kecil, menengah, mampu untuk menyususn
laporan keuangannya sendiri, dapat diaudit dan mendapatkan opini audit
sehingga dapat menggunakan laporan keuangannya untuk mendapatkan dana
(misalnya dari Bank) untuk mengembangkan usaha.
b. Lebih sederhana diabandingkan dengan PSAK-IFRS sehingga lebih mudah
dalam implementasinya.
c. Tetap memberikan informasi yang handal dalam penyajian laporan keuangan.

B. Pelaporan Keuangan Nirlaba


Perbedaan utama yang mendasar terletak pada cara entitas nirlaba
memperoleh sumber daya yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas
operasinya. PSAK 45 bertujuan untuk mengatur pelaporan keuangan entitas
nirlaba. Dengan adanya pedoman pelaporan, diharapkan leporan keuangan entitas
nirlaba dapat lebih mudah dipahami, memiliki relevansi, dan memiliki daya
banding yang tingi.
Ruang Lingkup PSAK 45
a. Sumber daya entitas nirlaba berasal dari pemberi sumber daya yang tidak
mengharapkan pembayaran kembali atau manfaat ekonomi yang sebanding
dengan jumlah sumber daya yang diberikan.
b. Menghasilkan barang dan/atau jasa tanpa bertujuan memupuk laba, dan jika
entitas nirlaba menghasilkan laba, maka jumlahnya tidak dibagikan kepada
pendiri atau pemilik entitas nirlaba tersebut.
c. Tidak ada kepemilikan seperti umumnya pada entitas bisnis, dalam arti
bahwa kepemilikan dalam entitas nirlaba tidak dapat dijual, dialihkan, atau
ditebus kembali, atau kepemilikan tersebut tidak mencerminkan proporsi
pembagian sumber daya entitas nirlaba pada saat likuidasi atau pembubaran
entitas nirlaba.
d.
3. Perbedaan standar akuntansi untuk ETAP dengan IFRS
Perbedaan Pokok SAK ETAP dengan SAK IFRS adalah:
1. PSAK ETAP tidak menggatur pajak tangguhan;
2. PSAK ETAP hanya menggunakan metode tidak langusng untuk laporan arus
kas;
3. PSAK ETAP menggunakan model biaya untuk investasi asosiasi dan
menggunakan metode ekuitas untuk anak perusahaan;
4. PSAK ETAP tidak secara penuh menggunakan PSAK 50/55; dan
5. PSAK ETAP hanya menggunakan model biaya untuk aset tetap, aset tidak
berwujud, dan properti investasi dan tidak boleh menggunakan model revaluasi.
SAK ETAP adalah bentuk mini dari SAK IFRS dengan: (1) terdapat pengurangan
opsi dan pengungkapan; (2) tidak terdapat pengakuan dan pengukuran yang berbeda;
(3) targetnya adalah perusahaan menengah ke atas, termasuk anak dari perusahaan
terbuka.

4. Penerapan standar
Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK
ETAP) dimaksudkan untuk digunakan oleh Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik
(ETAP), yaitu entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan; dan
menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial
statement) bagi pengguna eksternal. Contoh pengguna eksternal adalah pemilik yang
tidak terlibat langsung dalam pengelolaan usaha, kreditur, dan lembaga pemeringkat
kredit. 

SAK ETAP bertujuan untuk menciptakan fleksibilitas dalam penerapannya dan


diharapkan memberi kemudahan akses ETAP kepada pendanaan dari perbankan.
SAK ETAP merupakan SAK yang berdiri sendiri dan tidak mengacu pada SAK
Umum, sebagian besar menggunakan konsep biaya historis; mengatur transaksi yang
dilakukan oleh ETAP; bentuk pengaturan yang lebih sederhana dalam hal perlakuan
akuntansi dan relatif tidak berubah selama beberapa tahun.
Referensi:
IAI. 2015. Pelaporan Korporat.Jakarta: IAI
Kieso, Weygandt, Warfield, 2018., 3th Edition. Singapore

Anda mungkin juga menyukai