Anda di halaman 1dari 10

Buku 2 Akuntansi Keuangan Berdasarkan SAK Berbasis"

Pendahuluan

Entitas bisnis dalam membuat laporan keuangan untuk keperluan umum menggunakan Standar
Akuntansi Keuangan sebagai pedomannya. Pada saat ini terdapat tiga pilar Standar Akuntansi Keuangan
di Indonesia yang telah dikeluarkan oleh IAI. Ketiga pilar ini berdiri sendirisecara mandiri. Bab ini akan
menjelaskan perbandingan. perbandingan utama dari ketika pilar tersebut dan akan membahas lebih
rinci untuk SAK ETAP dan SAK EMKM.Untuk memudahkan pembaca penjelasan mengenai
perkembangan SAK EMKM terlampir pada akhir bab ini.

Tiga Pilar Standar Akuntansi Keuangan Indonesia

Standar Akuntansi Keuangan merupakan suatu kerangka dalam prosedur penyusunan laporan keuangan
agar terjadi keseragaman dalam penyajian laporan keuangan. Pada saat buku ini ditulis, Indonesia
memiliki tigat pilar standar akuntansi keuangan untuk sektor privat yaitu:

Standar Akuntansi Keuangan (SAK), biasa disebut SAK Umum;

Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP);

Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro Kecil dan Menengan (SAK EMKM).

Sesuai namanya, SAK ETAP disusun untuk entitas tanpa akuntabilitas publik sedangkan SAK EMKM
diterapkan untuk entitas yang memenuhi syarat sebagai entitas EMKM sesuai dengan undang-undang
yang berlaku selama dua tahun berturut-turut. Ketiga standar di atas menjadi pilar standar akuntansi
keuangan di Indonesia yang menjadi pedoman dalam penyusunan laporan keuangan.

Untuk transaksi-transaksi syariah, entitas mengacu kepada PSAK syariah, baik untuk entitas yang
menggunakan SAK Umum atau SAK ETAP. Apabila sebuah entitas melakukan transaksi syariah maka
entitas terkait akan mengakui, mengukur,menyajikan dan mengungkapkan transaksi tersebut
menggunakan SAK Syariah. Sehingga ruang lingkup SAK Syariah bukanlah pada 'entitas' namun pada
'transaksi, dimana jika transaksi yang dilakukan oleh suatau entitas adalah transaksi berdasarkan
syariah, maka diharuskan penggunaan SAK Syariah. Apabila entitas non-syariah melakukan transaksi
syariah, maka atas transaksi tersebut, berlaku SAK Syariah.

Gambar 12-1 menjelaskan perbedaan antar beberapa SAK yang dimiliki oleh Indonesia saat ini.

368 lkatan Akuntan Indonesia

ag2- nngan Tiga Pllar SAK di Indonesia,SAK Umum,Terdiri darl:,Kerangka Konseptual,Memiliki


pengaturan lengkap tentang transaksi dan aktivitas bisnis,Pelaporan Keuangan(KKPK),Digunakan oleh
perusahaan besar, perusahaan listed, perusahaan penerbit obligasi, dan BUMN,4SAK Efektifer
2018,Perusahaan yang bertindak atas nama entltas lain menerapkan SAK Umum,4 K,Contoh pengguna:
PT Astra International Tbk,PT Pertamina,PT Samuel Asset Manajemen, eekti per 20202,I ISAK efektif per
2019,SAK ETAP,Terdiri dart:,Konsep dan Prinslp Pervasif,Memiliki pengaturan terbatas mengenai
transaksi dan lebih sederhana dari SAK Umum,30 Bab,Apabila pengaturan tidak ada di SAK ETAP, maka
mengacu ke SAK Umum,Khusus digunakan oleh entltas yang tidak memiliki akuntabilitas yang signifikan
dan menerbitkan laporan keuangan,bertujuan umum.,Apabila entitas sebelumnya sudah menggunakan
SAK Umum,tidak boleh lagi menggunakan SAK ETAP,Contoh pengguna:Universitas Indonesia,SAK
EMKM,Terdiri darl:,Konsep dan Prinsip Pervaslf,Entit EMKM a imakud a ,18 Bab,angsi gunng yang
berlaku efektifselama dua tahun berturut-turut,Apabila pengaturan tidak di SAK EMKM. maka tidak
boleh mengacu ke SAK lain,Entitas yang sebelumnya menggunakan SAK laln, apablla memenuhl syarat
EMKM boleh menggunakan SAK ini,SAK Syariah,Terdiri dari:,rla b bda ,18 Bab,eursrkt,unberdasarkan
transaksi,

Sumber:lkatan Akuntan Indonesla

SAK ETAP

Latar Belakang Pengembangan SAK ETAP

Penerapan PSAK yang mengadopsi IFRS terlalu kompleks untuk diterapkan oleh Usaha Kecil dan
Menengah (UKM) sehingga diperlukan suatu standar yang dapat digunakan oleh UKM untuk membantu
menyusun laporan keuangan. Oleh karena itu, disusunlah suatu standar yang disebut SAK ETAP(Standar
Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik). IASB mengeluarkan IFRS for SMEs. Pada
awalnya DSAK IAI mempertimbangkan untuk mengadopsi IFRS for SMEs menjadi SAK UKM, namun IFRS
for SMEs dirasakan masih terlalu sulit untuk UKM di Indonesia, sehingga SAK ETAP yang berlaku efektif
pada 1 Januari 2011 ini, berbeda secara signifikan dengan IFRS for SMEs.

SAK yang berbasis IFRS (SAK Umum) ditujukan bagi entitas yang mempunyai tanggung jawab publik
signifikan dan entitas yang banyak melakukan kegiatan lintas negara.SAK Umum tersebut rumit untuk
dipahami serta diterapkan bagi sebagian besar entitas usaha di Indonesia yang berskala kecil dan
menengah.Dalam beberapa hal SAK ETAP memberikan banyak kemudahan untuk suatu entitas
dibandingkan dengan SAK Umum yang mempunyai ketentuan pelaporan yang lebih kompleks.

Sesuai dengan ruang lingkup SAK ETAP, maka standar ini dimaksudkan untuk digunakan oleh entitas
tanpa akuntabilitas publik. Entitas tanpa akuntabilitas publik

369

yang dimaksud adalah entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik signfikan dan menerbitkan
laporan keuangan untuk tujuan umum bagl pengguna eksternal.Contoh pengguna eksternal adalah
pemillk yang tidak terllbat langsung dalam pengelolaan usaha, kreditur, dan lembaga pemeringkat
kredit.

Namun,entitas yang mempunyal tanggung jawab publk signifikan dapat juga menggunakan SAK ETAP
apabila diizinkan oleh regulator. Contohnya Bank Perkreditan Rakyat yang telah diizinkan oleh Bank
Indonesla menggunakan SAK ETAP mulai 1 Januari 2010 sesuai dengan SE No. 11/37/DKBU tanggal 31
Desember 2009.

SAK ETAP memiliki manfaat sebagaimana standar akuntansi pada umumnya. Hal iní berkaitan dengan
penggunaan standar sebagai dasar penyusunan laporan keuangan sehingga laporan keuangan tersebut
dapat digunakan oleh penggunanya. Entitas memerlukan laporan keuangan sendiri yang dapat
digunakan untuk berbagai tujuan, misalnya untuk memperoleh dana dari bank. Akan tetapi tidak semua
entitas mampu membuat laporan keuangan yang sesuai dengan PSAK yang semakin rumit. Hal ini bisa
terjadi karena adanya keterbatasan sistem informasi akuntansi, terutama bagi usaha kecil dan
menengah (UKM). Oleh karena itu, SAK ETAP dapat digunakan untuk membantu entitas yang dimaksud
sehingga entitas tersebut dapat membuat laporan keuangannya sendiri. Laporan keuangan yang disusun
berdasarkan SAK ETAP juga dapat diaudit dan memperoleh opini audit sebagaimana laporan keuangan
yang disusun berdasarkan SAK ETAP.

Ruang Lingkup dan Penerapan SAK ETAP

Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) dimaksudkan untuk
entitas tanpa akuntabilitas publik, yaitu entitas dengan kriteria:

1. Tidak memiliki Akuntabilitas Publik yang Signifikan

Suatu entitas dikatakan memiliki akuntabilitas yang signifikan jika:

a. Entitas telah mengajukan pernyataan pendaftaran atau entitas dalam proses pengajuan
pernyataan pendaftaran pada otoritas pasar modal (OJK) atau regulator lain untuk tujuan penerbitan
efek di pasar modal. Oleh sebab itu,Bapepam sendiri telah mengeluarkan surat edaran (SE) Bapepam-LK
No.SE-06/BL/2010 tentang larangan penggunaan SAK ETAP bagi lembaga pasar modal, termasuk emiten,
entitas publik, manajer investasi, sekuritas, b. asuransi, reksa dana, dan kontrak investasi kolektif.

Entitas menguasai aset dalam kapasitas sebagai fidusia untuk sekelompok besar masyarakat, seperti
bank, entitas asuransi, pialang dan/atau pedagang efek, dana pensiun, reksa dana, dan bank investasi.

2. Menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statements) bagi
pengguna eksternal

Contoh pengguna eksternal adalah:

a. Pemilik yang tidak terlibat langsung dalam pengelolaan usaha;

b. Kreditur;

c. Lembaga pemeringkat kredit.

Penerapan SAK ETAP

Entitas dapat menggunakan SAK ETAP apabila memenuhi kriteria entitas tanpa akuntabilitas publik
signifikan. Apabila entitas tidak memenuhi kriteria tersebut maka entitas tidak diperbolehkan
menggunakan SAK ETAP kecuali diizinkan oleh otoritas berwenang, contohnya adalah BPR. Apabila
entitas tersebut tidak memenuhi kriteria entitas tanpa akuntabilitas publik, maka entitas wajib
menerapkan PSAK secara konsisten dan tidak diperkenankan beralih pada SAK ETAP, dan entitas yang
telah memilih menggunakan SAK ETAP kemudian harus menerapkan SAK ETAP secara konsisten.

Persyaratan untuk pengakuan dan pengukuran aset, kewajiban, penghasilan dan beban dalam SAK ETAP
didasarkan pada prinsip pervasif (berpengaruh luas) dari Kerangka Dasar Penyajian dan Pengukuran
Laporan Keuangan.

SAK EMKM

Latar Belakang Pengembangan SAK EMKM

Gagasan untuk membentuk suatu SAK yang lebih sederhana daripada SAK ETAP dimulai sekitar tahun
2014. Pada saat itu dirasakan SAK ETAP masih terlalu rumit untuk entitas mikro. Salah satu alasan lain
adalah diterbitkannya UU 1/2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang meminta LKM harus
membuat laporan keuangan sesuai dengan SAK.

Sumber daya yang dimiliki oleh entitas EMKM dalam mengembangkan laporan keuangan tentunya lebih
terbatas dibandingkan dengan perusahaan besar dan go public sehingga diperlukan suatu pengukuran
yang lebih sederhana dari SAK ETAP dan SAK Umum. Bersamaan dengan keterbatasan itu pula para
pengguna dari laporan keuangan entitas EMKM tidak seluas dan tidak sekompleks pada perusahaan
besar dan go public.

SAK ETAP tidak memiliki batas kuantitatif untuk memperjelas entitas mana yang bisa menggunakan SAK
ini, hal ini menimbulkan kerancuan apakah memang perusahaan

yang sangat kecil dapat menggunakan SAK ETAP.Atau sebalilknya perusahaan yang sangat besar tapi
bukan perusahaan publik apakah boleh menggunakan SAK ETAP. Kekurangan ini diperjelas dalam SAK
EMKM yang menyatakan secara khusus bahwa SAK ini hanya berlaku untuk entitas EMKM dan jika
otoritas mengizinkan penggunaan SAK EMKM untuk entitas tersebut.

Ruang Lingkup dan Penerapan SAK EMKM

SAK EMKM dikhususkan penggunaannya hanya untuk entitas EMKM saja. Definisi EMKM beragam di
antara banyak institusi, namun DSAK menyelaraskan pengertian EMKM yang boleh menggunakan SAK
ini dengan undang-undang yang berlaku di yurisdiksi Indonesia. Pada saat buku ini ditulis, undang-
undang UMKM yang berlaku adalah Undang-Undang No.8 tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil
Menengah yang kriterianya adalah sebagai berikut:

a. Entitas Mikro adalah usaha dengan aset bersih tidak termasuk tanah dan bangunan paling banyak
sebesar 50 juta rupiah atau pendapatan selama setahun hingga 300 juta rupiah.
b. Entitas Kecil adalah usaha aset bersih tidak termasuk tanah dan bangunan lebih dari 50 juta rupiah
hingga 500 juta rupiah atau pendapatan selama setahun paling sedikit 500 juta rupiah hingga 2,5 miliar
rupiah.

c. Entitas Menengah adalah usaha aset bersih tidak termasuk tanah dan bangunan lebih dari 500 juta
rupiah hingga 10 miliar rupiah atau pendapatan selama setahun lebih dari 2,5 miliar rupiah hingga 50
miliar rupiah.

Apabila dalam perkembangannya kriteria-kriteria tersebut berubah, maka perubahan tersebut harus
efektif selama dua tahun terlebih dahulu baru bisa dilakukan perubahan entitas pengguna atas SAK
EMKM.

Perbedaan Utama SAK ETAP, SAK EMKM, dan SAK UMUM

Berikut ini adalah beberapa perbedaan utama antara SAK ETAP, SAK EMKM, dan SAK Umum.

Perbedaan Pengguna

Ketiga SAK menargetkan pengguna yang berbeda beda. Perusahaan yang memiliki akuntabilitas
signifikan seperti perusahaan publik menggunakan SAK Umum, sedangkan entitas yang tidak memiliki
akuntabilitas publik signifikan menggunakan SAK ETAP. Sedangkan SAK EMKM yang jauh lebih
sederhana ditujukan untuk entitas mikro, kecil dan menengah yang memenuhi persyaratan.

372

Ikatan Akuntan Indonesia

Bab T2- SAK ETAp dan SAK EMKM

Konsep dan Prinsip Pervasif

Dalam SAK ETAP, karakteristik kualititatif terdiri dari: dapat dipahami, relevan, materialitas, keandalan,
substansi mengungguli bentuk, kehati-hatian, kelengkapan, keterbandingan, tepat waktu, keseimbangan
antara manfaat dan biaya, serta biaya dan usaha yang tidak berlebihan (undue cost or effort). Berbeda
dengan SAK Umum dimana karakteristik kualitatif dibedakan menjadi dua level yaitu karakteristik
kualitatif itu sendiri yang terdiri dari relevan dan penyajian secara jujur, dan karakteristik penguat.
Sementara karena dalam SAK EMKM, kerangka konseptualnya mengacu kepada kerangka konseptual
pelaporan keuangan (KKPK) maka karakteristik kualitatifnya sama seperti SAK Umum.

Prinsip pervasif merupakan sebuah prinsip yang mengharuskan entitas untuk menerapkan
pertimbangan akuntansi yang menghasilkanlaporan keuangan yang relevan dan andal bilamana
pengaturan tersebut tidak diatur di dalam SAK ETAP.

Konsep Pengukuran

Perbedaan mendasar yang membuat suatu standar akuntansi memiliki tingkat relevansi dan tingkat
keandalan yang bervariasi adalah dasar dalam pengukurannya. Berbeda dengan SAK ETAP sebelumnya
(efektif 1 Januari 2011), dimana pengukuran suatu aset dengan nilai wajar dibatasi hanya pada saat
penyelesaian atau pada saat transaksi, SAK ETAP yang mengadopsi IFRS for SME menggunakan dasar
pengukuran historis dan nilai wajar. Sehingga antara SAK Umum dan SAK ETAP secara konsep tidak
terdapat perbedaan, terdapat perbedaan hanya pada usaha dan biaya untuk menyajikan nilai tersebut.
SAK EMKM, hanya mengakomodir pengukuran dengan biaya historis, tidak diperkenankan
menggunakan nilai wajar. SAK Umum sendiri memiliki 4 dasar pengukuran yaitu biaya historis, biaya kini,
nilai realisasi/penyelesaian, dan nilai sekarang.

Penyajian Laporan Keuangan

Laporan posisi keuangan dalam SAK Umum memiliki penyajian aset, liabilitas,dan ekuitas. Salah satu
komponen ekuitas adalah other comprehensive income(OCI). Pada SAK ETAP dan SAK EMKM,tidak
dikenal adanya komponen OCI dalam penyajian laporan keuangan.

Penyajian di dalam laporan laba rugi entitas pengguna SAK ETAP memperbolehkan penyajian secara
gabungan antara laporan laba rugi dan laporan perubahan ekuitas apabila perubahan ekuitas hanya
terjadi dikarenakan deviden saja. SAK EMKM tidak mensyaratkan adanya laporan perubahan ekuitas.

373

Ikatan Akuntan Indonesia

Laporan arus kas pada SAK ETAP hanya disyaratkan menggunakan metode tidak langsung.Sementara
dalam SAK EMKM, sebuah laporan keuangan lengkap tidak termasuk laporan perubahan ekuitas dan
laporan arus kas, SAK EMKM menyatakan bahwa bagi entitas EMKM laporan keuangan cukup terdiri dari
laporan laba rugi dan laporan posisi keuangan.

Perbedaan dalam Pengungkapan di Catatan Atas Laporan Keuangan

Secara umum,catatan atas laporan keuangan(CALK)merupakan ringkasan dari dasar entitas untuk
menyiapkan laporan keuangan, laporan akuntansi yang signifikan, dan informasi lain yang tidak
diungkapkan di laporan keuangan. Pengaturan tentang item. item atau informasi yang harus
diungkapkan di CALK Pengungkapan dapat disyaratkan di dalam masing-masing pernyataan atau
seksi/bab dalam masing-masing SAK (SAK Umum,SAK ETAP, dan SAK EMKM). Secara umum, persyaratan
pengungkapan dalam SAK ETAP dan SAK EMKM lebih sederhana dari SAK Umum.

Laporan Keuangan Konsolidasi

SAK ETAP tidak memiliki pengaturan tentang adanya laporan keuangan konsolidasi. Walaupun entitas
memiliki dan mengendalikan entitas lain, laporan keuangan entitas anak dilaporkan dengan metode
ekuitas. Sehingga konsolidasi di dalam SAK ETAP dikenal dengan istilah one-line consolidation. SAK
EMKM juga tidak memilikdi pengaturan tentang laporan keuangan konsolidasian.

Investasi pada Entitas Asosiasi, Entitas Anak, dan Joint Venture


SAK ETAP sebelumnya mengatur tentang transaksi-transaksi ini dengan penye-derhanaan pengukuran
satu tingkatan dari SAK Umum. Apabila SAKUmum mengatakan bahwa untuk entitas anak harus
dikonsolidasi, maka untuk SAK ETAP cukup dengan metode ekuitas. Bila untuk entitas asosiasi dan joint
venture SAK Umum mengatur tentang penggunaan metode ekuitas, maka SAK ETAP mengatur cukup
dengan metode biaya.

SAK EMKM,hanya mengatur tentang investasi pada joint venture saja, tidak ada pengaturan tentang
entitas anak dan entitas asosiasi. Dalam entitas joint venture pun, pengukurannya menggunakan
metode biaya, sama seperti SAK ETAP.

Persediaan

Dalam SAK ETAP dan SAK Umum,sudah mengakomodir adanya pengakuan per-sediaan dengan metode
LCNRV (lower of cost or net realizable value) atau nilai terendah dari biaya atau nilai realisasi bersih.
Sementara dalam SAK EMKOM,hanya mengtzinkan penguakuan dengan metode biaya.Untuk metode
pengukuran SAK BTAR

374 Ikatan Akuntan Indonesia

Bab 12-SAK ETAP dan SAK EMKM

SAK

SAK EMKM,dan Umum semua hanya mengakui metodemasuk pertama keluar

Sertama(MPKP)dan rata-rata tertimbang sajan

Aset Tetap

Aset tetap memiliki

definisi yang sama antara SAK ETAP,SAK EMKM,dan SAK

amum mengedepankan prinsip substansi mengungguli bentuk sbstance dan sak

deripada sertifkat kepermilikan, yang merepresentasikan bentu(s

rlain sisi,dasar pengukuran selanjutnya untukasettetap,SAK Umum mengakomodir pengukuran dengan


metode revaluasi dan metode biaya.Namun SAK ETAP dan SAK EMKM,hanya mengakomodir
pengukuran dengan metode biaya saja.Begitupun dengan metode penyusutan, dimana SAK ETAP dan
SAK Umum membebaskan entitas untuk memilih metode penyusutan yang dapat merepresentasikan
konsumsi aset selama masa manfaatnya.Namun SAK EMKM hanya mengakomodir penyusutan dengan
metode garis lurus dan metode saldo menurun ganda saja.

Properti Investasi
Dalam SAK ETAP properti investasi hanya dapat diukur dengan model biaya. SAK Umum mengizinkan
pengguna memilih model biaya atau model nilai wajar.Sedangkan SAK EMKM tidak mengatur khusus
mengenai properti investasi melainkantermasuk dalam aset tetap.

Aset Takberwujud

SAK ETAP tidak memperbolehkan adanya kapitalisasi biaya atas aset tidak berwujud. Sementara dalam
SAK Umum terdapat kriteria tertentu dimana biaya atas aset tidak berwujud dapat dikapitalisasi. SAK
ETAP, SAK EMKM, dan SAK Umum memiliki kesamaan dalam mengukur dan mengakui aset tidak
berwujud yang diperoleh dari luar entitas yaitu dinilai dengan nilai perolehan ditambah biaya-biaya yang
dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa aset tersebut hingga siap digunakan.

SAK Umum mengizinkan umur ekonomis aset takberwujud menjadi tidak terbatas, sedangkan SAK ETAP
memberikan batasan maksimum 10 tahun. SAK EMKM tidak mensyaratkan batasan maksimum hanya
meminta aset takberwujud disusutkan sepanjang umur ekonomisnya.

Sewa

Dalam SAK ETAP pengaturan tentang klasifikasi sewa lebih kepada pengaturan secara rule based. Suatu
sewa diklasifikasikan sebagai sewa pembiayan jika memenuhi salah

lkatan Akuntan Indonesia|375

satu hal berikut ini: (a) sewa mengalihkan kepemilikan aset kepada lessee pada akhir masa sewa;

(b) lesee mempunyai opsi untuk membeli aset pada harga yang cukup rendah dibandingkan nilai wajar
pada tanggal opsi dilaksanakan;

(c) masa sewa adalah sama atau lebih dari 75% umur ekonomis aset sewaan;

(d) nilai kini dari jumlah pembayaran sewa minimum sama atau lebih dari 90% nilai wajar aset sewaan;

(e) aset sewaan bersifat khusus dan dimana hanya lessee yang dapat menggunakannya tanpa perlu
modifikasi secara material.

SAK Umum mengedepankan pengalihan hak dan kewajiban dalam kualifikasi sewa pembiayaan.
Sedangkan dalam SAK EMKM tidak mengatur tentang klasifikasi sewa pembiayaan dan sewa operasi.
Dalam SAK EMKM, seluruh sewa diklasifikasikan sebagai beban.

Biaya Pinjaman

Di antara 3 pilar SAK, hanya SAK Umum yang mengatur tentang kriteria kapitalisasi biaya pinjaman.SAK
ETAP dan SAK EMKM mensyaratkan biaya pinjaman untuk dibebankan pada perioda berjalan.

Penurunan Nilai
SAK Umum memiliki pengaturan penurunan nilai untuk aset, investasi dan goodwill. SAK ETAP tidak
memiliki pengaturan penurunan nilai untuk goodwill. Sementara pada SAK EMKM persediaan dinilai
pada biaya historis dan dasar pengukuran lainnya adalah biaya historis maka tidak ada penurunan nilai
dicatat pada tanggal neraca. Penurunan nilai yang terjadi baru dicatat secara aktual yaitu ketika arus kas
juga terjadi.

Imbalan Kerja

Untuk imbalan jangka pendek, SAK ETAP,SAK EMKM, dan SAK Umum sama-sama mengakui dalam
periode terjadinya. Kecuali untuk imbalan pascakerja SAK ETAP dan SAK Umum mengakui adanya
program imbalan pasti dan iuran pasti yang mengharuskan adanya pengakuan pada sisi liabilitas untuk
merefleksikan tanggung jawab entitas di masa depan dan penyesuaian yang diperlukan sesuai dengan
asumsi aktuarial.Namun SAK EMKM tidak mengakui adannya imbalan pasca kerja, imbalan pasca kerja
cukup diakui pada periode terjadinya.

Pajak Penghasilan

SAK Umum mengakui beban pajak penghasilan yang terdiri dari beban pajak kini (current tax) dan beban
pajak tangguhan (deferred tax).Sedangkan SAK ETAP hanya mengenal beban pajak penghasilan kini
(currenttax),dengan demikian hanya mengakui

376| lkatan Akuntan Indonesia

·Bab 1·BAk ETNP dan SAk EMkh

beban sebesar nilai aktual yang terjadi pada periode berjalan

Mata Uang Pelaporandan Transaksi dalam Mata Uang Asing

rupiah.Entitas ETAP dan EMKM dapat menggunakan mata uang selain ruplah sebaga nata uang
pelaporan hanya jika mata uang tersebut memenuhi ksteria mata vuang fungsional.

Sedangkan SAK Umum membedakan antara mata uang pelaporan dan mata uang penyajian. SAK Umum
mengatur bahwa entitas harus menggunakan mata uang fungsionalnya sebagai mata uang
pelaporan,dan boleh menggunakan mata uang apa saja sebagai mata uang penyajian. SAK Umum
mengatur lebih lanjut mengenai kriteria dari mata uang fungsional suatu entitas.

Demikianlah perbandingan antara SAK Umum, SAK ETAP dan SAK EMKM. Pada semester kedua 2017,
DSAK-IAI menerbitkan sebuah kajian untuk mereviu SAK ETAP. Di dalam kajian tersebut DSAK-IAI
meminta masukan masyarakat apabila SAK ETAP akan direvisi sebaiknya mengadopsi IFRS for SME
keluaran IASB tahun 2015 atau mungkin menghidupkan kembali SAK Umum versi tahun 2012 untuk
dijadikan SAK menggantikan SAK ETAP. Sampai saat buku ini diterbitkan, DSAK-IAI belum mengambil
keputusan mengenai arah revisi SAK-ETAP.

lkatan Akuntan Indonesia 377


lkatan Akuntan Indonesia 377

Anda mungkin juga menyukai