Perbedaan terpenting adalah ada tidaknya konsep pemeliharaan modal. Pada
SAK-Umum salah satu yang terpenting adalah bagaimana modal pemilik perusahaan itu
terjaga. Oleh karena itu, SAK-Umum dirancang untuk bisa menyajikan kondisi
perusahaan sebenarnya untuk kepentingan Pemilik perusahaan, investor dan kreditor.
Berbeda dengan SAK-ETAP, karena merupakan SAK “khusus” untuk Entitas tanpa
Akuntabilitas Publik, maka tidak diperlukan untuk menyajikan dan menggunakan konsep
pemeliharaan modal yang akuntable. Oleh karena itu, SAK-ETAP tidak disajikan
Catatan atas laporan keuangan mengenai modal perusahaan dan dividen secara detil.
Perbedaan inilah yang menjadikan SAK-ETAP menjadi lebih sederhana dan
aplikatif bagi perusahaan kecil. Bukan hanya perusahaan kecil, perusahaan besar yang
tidak diharuskan memiliki akuntabulitas public juga diizinkan menggunakannya, tapi
perlu diingat, kesederhanaan penyajian ini banyak mengabaikan hal yang tidak relevan.
Banyak pula, informasi yang tidak di ungkapkan secara wajar. jadi, untuk penggunaan
SAK-ETAP benar tergantung pada criteria perusahaan. Oleh karena itu, pakailah
standar yang tepat untuk kapasitas yang tepat. Untuk perusahaan yang lebih baik.
Ikatan Akuntan Indonesia pada tanggal 17 Juli 2009 yang lalu, telah menerbitkan Standar
Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP) atau atau The
Indonesian Accounting Standards for Non-Publicly-Accountable Entities, dan telah disahkan
oleh DSAK IAI pada tanggal 19 Mei 2009. Dewan tandar Akuntansi Keuangan Ikatan
Akuntan Indonesia (DSAK IAI) sendiri beranggotakan 17 orang mewakili: Akuntan Publik,
Akademisi, Akuntan Sektor Publik, dan Akuntan Manajemen. Alasan IAI menerbitkan
standar ini adalah untuk mempermudah perusahaan kecil dan menengah (UKM) (yang
jumlahnya hampir dari 90% dari total perusahaan di Indonesia) dalam menyusun laporan
keuangan mereka. Dimana jikalau standar ini tidak diterbitkan mereka juga harus mengikuti
SAK baru (yang merupakan SAK yang sedang dalam tahap pengadopsian IFRS –
konvergensi penuh tahun 2012) untuk menyusun laporan keuangan mereka. SAK berbasis
IFRS ini relatif lebih kompleks dan sangat mahal bagi perusahaan kecil dan menengah untuk
menerapkannya.
SAK-ETAP mengadopsi sebagian IFRS (International Financial Reporting
Standards) untuk usaha kecil-menengah (IFRS for Small-Medium-sized Entities/SMEs).
Penetapan ini sehingga berdampak dikenalnya empat pilar akuntansi di Indonesia:
1. Standar Akuntansi Keuangan yang diadaptasi IFRS
2. SAK-ETAP
3. Standar Akuntansi Syari’ah
4. Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), PP 24 tahun 2005 yang direvisi dalam PP 71 tahun
2010 berbasis akrual
Dalam definisi IFRS Small and Medium Entyties atau Usaha Kecil Menengah (SMEs)
menurut IFRS (International Financial Reporting Standards) diartikan sebagai :
a.perusahaan kecil dan menengah adalah perusahaan yang tidak memiliki akuntabilitas
publik, dan
b.menerbitkan laporan keuangan tujuan umum untuk pengguna eksternal. Contoh pengguna
eksternal termasuk pemilik yang tidak terlibat dalam pengelolaan bisnis, dan potensi yang
ada kreditur, dan lembaga pemeringkat kredit.
SAK ETAP ini berlaku secara efektif untuk penyusunan laporan keuangan yang dimulai pada
atau setelah 1 Januari 2011 namun penerapan dini diperkenankan. Apabila SAK-ETAP ini
telah berlaku efektif, maka perusahaan kecil seperti UKM tidak perlu membuat laporan
keuangan dengan menggunakan PSAK umum yang berlaku. Di dalam beberapa hal SAK
ETAP memberikan banyak kemudahan untuk perusahaan dibandingkan dengan PSAK
dengan ketentuan pelaporan yang lebih kompleks. Perbedaan secara kasat mata dapat dilihat
SAK-ETAP ini akan berlaku efektif per 1 January 2011 namun penerapan dini per 1 Januari
2010 diperbolehkan. Entitas yang laporan keuangannya mematuhi SAK ETAP harus
membuat suatu pernyataan eksplisit dan secara penuh (explicit and unreserved statement)
atas kepatuhan tersebut dalam catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan tidak boleh
menyatakan mematuhi SAK ETAP kecuali jika mematuhi semua persyaratan dalam SAK
ETAP. Apabila perusahaan memakai SAK-ETAP, maka auditor yang akan melakukan audit
di perusahaan tersebut juga akan mengacu kepada SAK-ETAP.
Mengingat kebijakan akuntansi SAK-ETAP di beberapa aspek lebih ringan daripada
PSAK, maka terdapat beberapa ketentuan transisi dalam SAK-ETAP yang cukup
ketat:
1. Pada BAB 29 misalnya disebutkan bahwa pada tahun awal penerapan SAK-ETAP, yakni 1
January 2011
2. Entitas yang memenuhi persyaratan untuk menerapkan SAK ETAP dapat menyusun laporan
keuangan tidak berdasarkan SAK-ETAP, tetapi berdasarkan PSAK non-ETAP sepanjang
diterapkan secara konsisten. Entitas tersebut tidak diperkenankan untuk kemudian
menerapkan SAK ETAP ini untuk penyusunan laporan keuangan berikutnya.