Perpajakan II
Abstract Kompetensi
Akuntansi Perpajakan disusun Mahasiswa memiliki kemampuan
berdasarkan ketentuan peraturan menjelaskan dan mendemonstrasikan
perundang-undangan perpajakan konsep Akuntansi Pajak Penghasilan
yang seringkali terdapat perbedaan
perlakuan dengan prinsip akuntansi.
Akuntansi Pajak Penghasilan
mengenai suatu entitas ekonomis sebagai dasar untuk pengambilan suatu keputusan ekonomis
terhadap beberapa alternatif yang tersedia, sedangkan akuntansi pajak merupakan bagian dari
akuntansi yang berhubungan dengan penyajian informasi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan
kuantitatif tersebut dapat diukur dan dinyatakan dalam bentuk uang (money measurement
concept) Data berkenaan dengan umur pegawai, lamanya pengalaman kerja, walaupun
termasuk dalam informasi kuantitatif, akan tetapi tidak dapat dikategorikan sebagai informasi
Pada dasarnya tidak ada satu batasan yang tajam antara informasi non keuangan (non
monetary information) dan informasi keuangan (monetary information), karena tidak jarang
informasi non keuangan tersebut dicantumkan dalam laporan keuangan dalam rangka
memperjelas laporan keuangan tersebut, seperti misalnya data berkenaan dengan jumlah unit
adalah:
berkenaan dengan perpajakan, maka metode, prosedur dan teknik pembukuannya sangat
Menteri Keuangan, peraturan/keputusan dan surat edaran Direktur Jenderal Pajak. Dalam hal
mengintrepretasikan pasal-pasal yang terdapat dalam undang-undang sesuai dengan apa yang
dimaksudkan oleh pemerintah, juga berfungsi sebagai petunjuk pelaksanaannya. Selain itu,
akuntansi pajak juga dipengaruhi oleh perjanjian penghindaran pajak berganda (tax treaty)
dan keputusan peradilan pajak yang merupakan yurisprudensi dan dapat merupakan sumber
Sistem pungutan yang saat ini disebut sebagai sistem “self-assessment” pun
berpengaruh terhadap akuntansi pajak, yang berarti bahwa wajib pajak bertanggung jawab
untuk menyelenggarakan semua catatan yang diperlukan agar dapat dihitung besaran
Masalahnya kemudian, apakah perlu disusun suatu laporan keuangan fiskal sebagai
produk akuntansi pajak berdasarkan standar yang terpisah (independen) dari standar
akuntansi keuangan yang disusun organisasi profesi, ataukah berdasarkan standar ganda
(akuntansi keuangan tambah akuntansi pajak). Cara pendekatan yang diungkapkan oleh
Development (OECD), dalam laporan seri harmonisasi standar akuntansi, sebagai solusi
berikut:
keuangan sebagai produk praktik komersial. Hal ini menunjukkan bahwa akuntansi pajak
merupakan kesatuan yang otonom, terpisah seluruhnya atau sebagian dari akuntansi
keuangan, yang berarti akan terdapat pembukuan ganda dalam perusahaan, yaitu satu
perangkat untuk penyelenggaraan akuntansi pajak dan satu perangkat lainnya untuk
akuntansi keuangan.
independen yang terpisah dari standar akuntansi keuangan, maka laporan keuangan dapat
disusun berdasarkan standar akuntansi keuangan dan laporan keuangan fiskal disusun
akuntansi pajak di Belanda dengan menempatkan kegiatan akuntansi pajak di luar praktik
akuntansi keuangan dan laporan keuangan fiskal merupakan by product dari akuntansi
komersial. Melihat praktik tersebut, akuntansi pajak lebih cenderung mendekati akuntansi
manajemen dengan konsep different statements for different purposes. Laporan keuangan
akuntansi keuangan yang disebut sebagai konsep “common basis” yang menyatakan
bahwa pada umumnya ketentuan akuntansi pajak menggaris bawahi (mengikuti) prinsip
akuntansi keuangan, karena prinsip akuntansi keuangan telah dirumuskan dalam bentuk
undangannya.
Kecuali pendekatan (1), perbedaan pendekatan antara (2) dan (3) tidak begitu jelas
terungkap, akan tetapi perlu dicatat disini walaupun ekstensi kedua pendekatan terakhir
adalah independen, tidaklah berarti bahwa konsideran pajak kurang diperhatikan, sebab
benefit pajak yang tersedia bagi wajib pajak Secara ekonomis pendekatan (1) menyebabkan
bertambahnya biaya berbentuk “compliance cost” bagi masyarakat dan terdapat pula
pemborosan sumber daya dengan adanya dua perangkat pembukuan yang harus diproses
sejak awal sampai akhir. Dalam praktik di Indonesia, umumnya perusahaan yang
disusun oleh Ikatan Akuntan Indonesia dan menyusun laporan keuangan fiskal secara ekstra
KEUANGAN FISKAL
keuangan fiskal, sama halnya dengan membicarakan masalah akuntansi pajak, sedang
akuntansi pajak umunya menyangkut masalah kapan suatu penghasilan diakui sebagai
penghasilan dan kapan suatu biaya diakui sebagai pengurangan dari penghasilan tersebut.
Masalah ini sesungguhnya tergantung kepada tahun pajak atau tahun buku wajib pajak
(pembayar pajak) metode akunting yang digunakannya dan doktrin serta konsep yang
menjadi acuannya.
baik internal maupun eksternal, menyajikan kepada para pengguna informasi tersebut dalam
bentuk laporan keuangan, yang sekurang-kurangnya terdiri dari posisi keuangan, kinerja, arus
kas perusahaan, perubahan ekuitas dan catatan atas laporan keuangan. Perbedaan kepentingan
Pada umumnya, perusahaan yang bergerak di bidang bisnis akan menyusun laporan
keuangan yang berbeda antara laporan keuangan komersial dengan laporan keuangan yang
tertentu, seperti penyelundupan pajak, akan tetapi lebih cenderung kepada penyesuaian
Perbedaan utama antara laporan keuangan komersial dengan laporan keuangan fiskal
disebabkan karena perbedaan tujuan serta dasar hukumnya, walaupun dalam beberapa hal
terdapat kesamaan antara akuntansi pajak yang mengacu kepada ketentuan peraturan
akuntansi keuangan. Apabila ditelusuri lebih lanjut, ternyata sebab perbedaan antara
1) Tujuan utama akuntansi keuangan adalah pemberian informasi penting kepada para
manajer, pemegang saham, pemberi kredit dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya
dan merupakan tanggung jawab para akuntan untuk melindungi pihak-pihak tersebut dari
pemungutan pajak yang adil dan merupakan tanggung jawab Direktorat Jenderal Pajak
4) Disamping perbedaan acuan yang dianut dalam penyusunan laporan keuangan untuk
kepentingan perpajakan, dari sudut pandang Direktorat Jenderal Pajak laporan keuangan
yang understatement tersebut diatas, tentunya tidak dapat dipakai sebagai dasar untuk
Selain itu, apabila dikaitkan dengan alat dan prosedur, kepastian hukum, pembukuan
atau pencatatan serta perilaku sosial dan ekonomi, maka masih terdapat beberapa perbedaan
antara akuntansi pajak dengan akuntansi keuangan, antara lain sebagai berikut:
Pada penjualan secara cicilan, setiap angsuran cicilan yang diterima dari si pembeli terdiri
keuntungan yang diperoleh dari setiap angsuran cicilan, barulah dapat dipastikan berapa
besar PPh yang terutang atas keuntungan tersebut dan selanjutnya timbul masalah kapan
PPh terutang tersebut harus dilunasi tergantung kepada prosedure yang diatur dalam
6) Kepastian
pada perhitungan cadangan piutang ragu-ragu, sedang akuntansi pajak sama sekali tidak
tertagih yang dapat dibiayakan, apabila piutang tersebut secara nyata betul-betul tidak
dapat ditagih, dengan membuat daftar para piutang tidak tertagih tersebut yang sudah
merupakan jumlah piutang yang dapat dikurangkan sebagai biaya dan tidak jumlah yang
ditaksir
Dikaitkan dengan kepastian hukum dan kemudahan pencatatannya, segala sesuatu yang
sifatnya taksiran atau perkiraan atau pemberian dalam bentuk natura dan kenikmatan
yang sifatnya susah diukur, tidak diperkenankan dikurangkan sebagai biaya fiskal, sedang
hal yang semacam ini masih saja dapat terjadi pada audit yang dilakukan para akuntan
Direktorat Jenderal Pajak, dengan catatan Surat Pembertahuan yang diserahkan tersebut
haruslah benar-lengkap-jelas. Di lain pihak para Akuntan Publik yang mengaudit laporan
keuangan tersebut akan mengeluarkan opininya berkenaan dengan hasil auditnya tersebut,
seperti opini wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) apabila laporan keuangan
yang di audit tersebut telah memenuhi standar-standar yang disusun oleh organisasi
Akuntan Publik. Padahal diketahui, antara kriteria benar-lengkap-jelas (pajak) dan kriteria
usaha sosial dan ekonomi, seperti biaya reklamasi, bantuan makan yang disediakan di
tempat kerja, zakat dan pengecualian-pengecualian dalam keadaan tertentu yang selama
ini tidak dikenal sebagai biaya fiskal, pada kondisi tertentu dapat dikurangkan sebagai
memungkinkan pengembalian atas penanaman tersebut lebih cepat dari masa manfaatnya.
tersebut diatas, sulit untuk dapat diterima apabila ada orang yang memperkirakan bahwa
antara akuntansi pajak dan akuntansi keuangan diperkirakan sama. Untuk lebih memperjelas
perbedaan tersebut, berikut ini diuraikan secara lengkap tentang laporan keuangan menurut
Perundang-undangan Perpajakan.
menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi
keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam
pengambilan kerputusan ekonomi Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini
memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna. Namun demikian laporan keuangan
tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pengguna dalam pengambilan
keputusan ekonomi, karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian
masa lalu dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non keuangan.. Laporan
Keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship), atau
yang ingin menilai apa yang telah dilakukan atau pertangungjawaban manajemen berbuat
demikian agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi; keputusan ini mungkin mencakup
, misalnya keputusan untuk menahan atau menjual investasi mereka dalam perusahaan atau
(1) Aset adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa
masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh
perusahaan
(2) Kewajiban merupakan utang perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu,
(3) Ekuitas adalah hak residual atas asset perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban
Posisi keuangan perusahaan dipengaruhi oleh sumber daya yang dikendalikan, struktur
lingkungan. Informasi sumber daya ekonomi yang dikendalikan dan kemampuan perusahaan
dalam memodifikasi sumber daya ini di masa lalu berguna untuk memprediksi kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan kas (dan setara kas) di masa depan. Informasi struktur
keuangan berguna untuk memprediksi kebutuhan pinjaman di masa depan dan bagaimana
penghasilan neto (laba) dan arus kas di masa depan akan didistribusikan kepada mereka yang
memiliki hak di dalam perusahaan; informasi tersebut juga berguna untuk memprediksi
seberapa jauh perusahaan akan berhasil meningkatkan lebih lanjut sumber keuangannya.
dalam pemenuhan komitmen keuangannya pada saat jatuh tempo. Likuiditas merupakan
ketersediaan kas jangka pendek di masa depan setelah memperhitungkan komitmen yang ada.
Solvabilitas merupakan ketersediaan kas jangka panjang untuk memenuhi komitmen pada
dasar bagi ukuran yang lain seperti imbal hasil investasi (return on investment) atau laba per
saham (earnings per share). Unsur yang langsung berkaitan dengan pengukuran penghasilan
bersih (laba) adalah penghasilan dan beban. Pengakuan dan pengukuran penghasilan dan
beban, dan karenanya juga penghasilan bersih (laba), tergantung pada konsep modal dan
(1) Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi
dalam bentuk pemasukan atau penambahan aset atau penurunan kewajiban yang
mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal
(2) Beban (expenses) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi
dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aset atau terjadinya kewajiban yang
modal
perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan di masa depan.
Informasi fluktuasi kinerja adalah penting dalam hubungan ini. Informasi kinerja bermanfaat
untuk memprediksi kapasitas perusahaan dalam menghasilkan arus kas dari sumber daya
yang ada. Disamping itu, informasi tersebut juga berguna dalam perumusan pertimbangan
Dapat disimpulkan bahwa informasi yang terdapat dalam laporan keuangan tersebut
dimaksudkan:
1) Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai aset dan
(aset dikurangi kewajiban) suatu perusahaan yang timbul dari kegiatan usaha dalam
3) Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai laporan di dalam
4) Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan dalam aset dan
investasi
5) Untuk mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang berhubungan dengan laporan
keuangan yang relevan untuk kebutuhan pemakai laporan, seperti informasi mengenai
Dalam pemberian informasi untuk membantu para pemakai laporan seperti disebutkan
dalam angka 3) diatas, tentunya termasuk pula pihak fiskus yang akan mempergunakan
informasi tersebut sebagai dasar untuk memastikan kebenaran perhitungan besarnya pajak
Informasi yang terdapat dalam laporan keuangan tersebut, bukanlah merupakan satu-
satunya sumber informasi untuk pengambilan keputusan ekonomi atau keputusan lainnya,
akan tetapi tentunya ada informasi lain yang harus dipertimbangkan, karena sifat dan
1) Laporan keuangan bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas kejadian yang telah
lewat.
2) Laporan keuangan bersifat umum, dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan
pihak tertentu.
pertimbangan.
4) Akuntansi hanya melaporkan informasi yang material. Demikian pula penerapan prinsip
akuntansi terhadap suatu fakta atau pos tertentu mungkin tidak dilaksanakan jika hal ini
beberapa kemungkinan kesimpulan yang tidak pasti mengenai penilaian suatu pos, maka
lazimnya dipilih alternatif yang menghasilkan laba bersih atau nilai aset yang paling kecil
6) Laporan keuangan lebih menekankan pada makna ekonomis suatu peristiwa/transaksi dari
laporan keuangan diasumsikan memahami bahasa teknis akuntansi dan sifat informasi
yang dilaporkan.
8) Adanya pelbagai alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan menimbulkan variasi
9) Informasi yang bersifat kualitatif dan fakta yang tidak dapat dikualifikasikan umumnya
diabaikan.
UNDANGAN PERPAJAKAN
Pada dasarnya antara akuntansi keuangan dengan akuntansi pajak memiliki kesamaan
tujuan, yaitu untuk menetapkan hasil operasi bisnis dengan pengukuran dan rekognisi
penghasilan dan biaya. Namun ada beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian, bahwa
sumber daya, akan tetapi acapkali pula digunakan untuk tujuan mempengaruhi perilaku wajib
untuk membenarkan penyimpangan dari prinsip akuntansi. Beberapa prinsip akuntansi yang
Baik akuntansi keuangan maupun akuntansi pajak menggunakan dua macam metode
akuntansi, yaitu stelsel kas (the cash method) dan stelsel akrual (the accrual method). Jika
kurun waktunya mencakup bilangan tahun yang cukup panjang, jumlah seluruh penghasilan
dari suatu entitas ekonomi, baik menggunakan stelsel kas maupun stelsel akrual,
kemungkinan besar akan menghasilkan jumlah yang hampir sama. Tetapi apabila kita
persempit fokus kita ke salah satu tahun tertentu saja, maka hasilnya akan menunjukkan
Penggunaan konsep waktu untuk kedua stelsel tersebut, lebih banyak terkait dengan
keuangan, keputusan pisah batas waktu apakah suatu penghasilan atau biaya termasuk
periode pembukuan yang mana, tidak akan ada dampak ekonominya, akan tetapi bagi laporan
untuk kepentingan perpajakan dampaknya berperan terhadap besaran pajak terutang dalam
tahun pajak yang bersangkutan. Demikian pula, konflik penggunaan konsep waktu akan
menjadi lebih jelas apabila dalam tahun yang bersangkutan terdapat perubahan tarif orisinil
atau perubahan lapisan kena pajak yang berakibat perubahan tarif marjinal. Tambahan lagi
walaupun tidak terdapat perubahan tarif, perbedaan waktu tersebut secara substansial masih
penting dalam rangka perbedaan nilai uang (time value of money). Bagi instansi pajak metode
manapun yang akan digunakan tidak menjadi masalah dan yang terpenting adalah sepanjang
kedua metode tersebut mencerminkan dengan jelas penghasilan yang akan dikenakan pajak
(clearly reflects income) Perlu diperhatikan pula bahwa ada metode akunting yang
method) yang pada umumnya terdapat pada bidang jasa usaha konstruksi yang proseses
Walaupun rekognisi penghasilan dan biaya antara standar akuntansi keuangan dengan
perbedaan, akan tetapi beberapa hal seperti pemberian dalam bentuk natura/benefit in kind,
bantuan atau sumbangan, hibah, intercompany dividen, norma penghitungan atau pungutan
yang bersifat final, merupakan hal-hal yang tidak objek pajak atau merupakan biaya fiskal
yang tidak dapat dikurangkan, yang diatur dalam pasal 4 ayat (2) dan ayat (3), pasal 9 ayat
(1) dan (2), pasal 18 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 36 Tahun
2008 yang diikuti pula dengan Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri Keuangan dan atau
Surat Keputusan dan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak, sebagai petunjuk pelaksanaannya.
2) Konsistensi
Seperti halnya pada metode akuntansi yang harus diaplikasikan secara taat asas dari
yang sama seperti yang tertuang dalam pasal 28 ayat (5) Undang-undang Nomor 6 Tahun
1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007. Akan tetapi kadangkala
terdapat penyimpangan dari ketentuan tersebut, seperti misalnya antara lain rekognisi
keuntungan kapital dari transfer harta dan hasil operasi bisnis mancanegara serta perlakuan
kerugian mancanegara atau harta yang tidak dipakai dalam usaha yang umumnya dituangkan
Jenderal Pajak.
3) Konservatisme
Untuk mengantisipasi risiko dimasa yang akan datang, biasanya diaktualisasikan dalam
pembentukan atau pemupukan dana cadangan atau menggunakan nilai ganti terhadap
persediaan, tanpa rekognisi atas klaim yang belum terealisasi. Dalam hal ini otoritas pajak
cenderung akan meneliti secara seksama setiap elemen yang akan mengurangi dasar
cadangan piutang tidak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang menyalurkan
kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi, perusahaan pembiayaan konsumen dan perusahaan
anjak piutang; usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial, cadangan penjaminan,
cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan, cadangan biaya penanaman kembali
untuk usaha kehutanan, dan cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat
pembuangan limbah untuk usaha pengolahan limbah industri, sesuai pasal 6 ayat (1) huruf h
dan pasal 9 ayat (1) huruf c. Penilaian persediaan untuk perhitungan harga pokok hanya
boleh dilakukan menggunakan metode harga perolehan secara rata-rata atau dengan cara
mendahulukan persediaan yang diperoleh pertama (FIFO) serta tidak boleh menggunakan
LIFO sesuai pasal 10 ayat (6) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor
36 Tahun 2008.
sebaliknya (likuidasi), suatu entitas akan beroperasi selama mungkin tanpa dibatasi oleh
waktu. Asumsi ini digunakan sebagai dasar untuk menggunakan harga historis terhadap aset
yang digunakan dalam perusahaan dan merupakan dimensi dinamis dari akuntansi. Walaupun
mengatur tentang kompensasi kerugian, menunjukkan hal yang berbeda, sesuai pasal 6 ayat
(2) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah
Daftar Pustaka