Anda di halaman 1dari 17

MODUL PERKULIAHAN

Perpajakan II

Akuntansi Pajak Penghasilan (1)

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh


Ekonomi dan Bisnis Program 01510002 Dr. Diana Sari, S.E., M.Si., Ak., QIA., CA
Studi Akuntansi S1
08 Dr. Dyah Purnamasari, S.E., M.Si., Ak., CA
Hj. Yati Mulyati, S.E., M.Ak., Ak., CA.
Citra Mariana, S.Pd., M.Ak..
Diah Andari, S.E., M.Acc., Ak.

Abstract Kompetensi
Akuntansi Perpajakan disusun Mahasiswa memiliki kemampuan
berdasarkan ketentuan peraturan menjelaskan dan mendemonstrasikan
perundang-undangan perpajakan konsep Akuntansi Pajak Penghasilan
yang seringkali terdapat perbedaan
perlakuan dengan prinsip akuntansi.
Akuntansi Pajak Penghasilan

TOPOGRAFI AKUNTANSI PAJAK


1 INFORMASI AKUNTANSI

Akuntansi merupakan kegiatan jasa yang berfungsi menyajikan informasi kuantitatif

mengenai suatu entitas ekonomis sebagai dasar untuk pengambilan suatu keputusan ekonomis

terhadap beberapa alternatif yang tersedia, sedangkan akuntansi pajak merupakan bagian dari

akuntansi yang berhubungan dengan penyajian informasi sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan

Informasi kuantitatif yang dikategorikan sebagai informasi akuntansi, apabila informasi

kuantitatif tersebut dapat diukur dan dinyatakan dalam bentuk uang (money measurement

concept) Data berkenaan dengan umur pegawai, lamanya pengalaman kerja, walaupun

termasuk dalam informasi kuantitatif, akan tetapi tidak dapat dikategorikan sebagai informasi

akuntansi, karena tidak dapat diukur dengan uang

Pada dasarnya tidak ada satu batasan yang tajam antara informasi non keuangan (non

monetary information) dan informasi keuangan (monetary information), karena tidak jarang

informasi non keuangan tersebut dicantumkan dalam laporan keuangan dalam rangka

memperjelas laporan keuangan tersebut, seperti misalnya data berkenaan dengan jumlah unit

penjualan, jumlah unit persediaan, jumlah unit produksi dan seterusnya.

Pada umumnya informasi yang diperlukan dalam rangka pengelolaan perusahaan,

adalah:

1) Informasi operasional (operating information)

2) Informasi akuntansi keuangan (financial accounting information)

3) Informasi akuntansi manajemen (manajemen accounting information)

4) Informasi akuntansi pajak (tax accounting information)

‘20 Perpajakan 1 Biro Akademik dan Pembelajaran


2 Tim Dosen http://www.widyatama.ac.id
Oleh karena akuntansi pajak ditujukan untuk dapat menyajikan informasi yang

berkenaan dengan perpajakan, maka metode, prosedur dan teknik pembukuannya sangat

dipengaruhi oleh ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang meliputi undang-

undang pajak, Peraturan Pemerintah, peraturan/keputusan Presiden, peraturan/ keputusan

Menteri Keuangan, peraturan/keputusan dan surat edaran Direktur Jenderal Pajak. Dalam hal

ini peraturan/keputusan/surat edaran Direktur Jenderal Pajak selain berfungsi

mengintrepretasikan pasal-pasal yang terdapat dalam undang-undang sesuai dengan apa yang

dimaksudkan oleh pemerintah, juga berfungsi sebagai petunjuk pelaksanaannya. Selain itu,

akuntansi pajak juga dipengaruhi oleh perjanjian penghindaran pajak berganda (tax treaty)

dan keputusan peradilan pajak yang merupakan yurisprudensi dan dapat merupakan sumber

rujukan bagi akuntansi pajak.

Sistem pungutan yang saat ini disebut sebagai sistem “self-assessment” pun

berpengaruh terhadap akuntansi pajak, yang berarti bahwa wajib pajak bertanggung jawab

untuk menyelenggarakan semua catatan yang diperlukan agar dapat dihitung besaran

panghasilan kena pajak

Masalahnya kemudian, apakah perlu disusun suatu laporan keuangan fiskal sebagai

produk akuntansi pajak berdasarkan standar yang terpisah (independen) dari standar

akuntansi keuangan yang disusun organisasi profesi, ataukah berdasarkan standar ganda

(akuntansi keuangan tambah akuntansi pajak). Cara pendekatan yang diungkapkan oleh

kelompok kerja standar akuntansi Organisation For Economic Co-operation and

Development (OECD), dalam laporan seri harmonisasi standar akuntansi, sebagai solusi

antara akuntansi dan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, dilakukan sebagai

berikut:

1. Dalam hal ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan secara dominan

mewarnai praktek akuntansi, walaupun telah disusun laporan keuangan berdasarkan

‘20 Perpajakan 1 Biro Akademik dan Pembelajaran


3 Tim Dosen http://www.widyatama.ac.id
standar akuntansi keuangan, laporan keuangan fiskalnya hendaklah diselenggarakan

sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan tanpa eksepsi terhadap

ketidaksamaan standar Misalnya praktik akuntansi pajak di Norwegia, secara tegas

mengharuskan agar akuntansi pajak diselenggarakan persis sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan perpajakan tanpa toleransi sedikitpun dengan akuntansi

keuangan sebagai produk praktik komersial. Hal ini menunjukkan bahwa akuntansi pajak

merupakan kesatuan yang otonom, terpisah seluruhnya atau sebagian dari akuntansi

keuangan, yang berarti akan terdapat pembukuan ganda dalam perusahaan, yaitu satu

perangkat untuk penyelenggaraan akuntansi pajak dan satu perangkat lainnya untuk

akuntansi keuangan.

2. Dalam hal ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan merupakan standar

independen yang terpisah dari standar akuntansi keuangan, maka laporan keuangan dapat

disusun berdasarkan standar akuntansi keuangan dan laporan keuangan fiskal disusun

secara terpisah diluar jaringan pembukuan melalui rekonsiliasi. Misalnya praktik

akuntansi pajak di Belanda dengan menempatkan kegiatan akuntansi pajak di luar praktik

akuntansi keuangan dan laporan keuangan fiskal merupakan by product dari akuntansi

komersial. Melihat praktik tersebut, akuntansi pajak lebih cenderung mendekati akuntansi

manajemen dengan konsep different statements for different purposes. Laporan keuangan

fiskal diperoleh melalui rekonsiliasi dengan penyesuaian ketentuan peraturan perundang-

undangan perpajakan terhadap laporan keuangan komersialnya.

3. Ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan merupakan “sisipan” dari standar

akuntansi keuangan yang disebut sebagai konsep “common basis” yang menyatakan

bahwa pada umumnya ketentuan akuntansi pajak menggaris bawahi (mengikuti) prinsip

akuntansi keuangan, karena prinsip akuntansi keuangan telah dirumuskan dalam bentuk

undang-undang. Misalnya praktik akuntansi yang terdapat di Jerman yang

‘20 Perpajakan 1 Biro Akademik dan Pembelajaran


4 Tim Dosen http://www.widyatama.ac.id
penyelenggaraan akuntansi keuangannya dilaksanakan sesuai dengan ketentuan undang-

undang, begitu pula akuntansi pajaknya. Demikian juga evaluasi kepatuhan

penyelenggaraannya juga diukur berdasarkan ketentuan peraturan perundang-

undangannya.

Kecuali pendekatan (1), perbedaan pendekatan antara (2) dan (3) tidak begitu jelas

terungkap, akan tetapi perlu dicatat disini walaupun ekstensi kedua pendekatan terakhir

adalah independen, tidaklah berarti bahwa konsideran pajak kurang diperhatikan, sebab

acapkali konsideran pajak mempengaruhi praktek akuntansi, terutama yang menyangkut

benefit pajak yang tersedia bagi wajib pajak Secara ekonomis pendekatan (1) menyebabkan

bertambahnya biaya berbentuk “compliance cost” bagi masyarakat dan terdapat pula

pemborosan sumber daya dengan adanya dua perangkat pembukuan yang harus diproses

sejak awal sampai akhir. Dalam praktik di Indonesia, umumnya perusahaan yang

bersangkutan menyelenggarakan pembukuan berdasarkan standar akuntansi keuangan yang

disusun oleh Ikatan Akuntan Indonesia dan menyusun laporan keuangan fiskal secara ekstra

komptabel melalui proses rekonsiliasi.

2 PERBEDAAN LAPORAN KEUANGAN KOMERSIAL DENGAN LAPORAN

KEUANGAN FISKAL

Membicarakan masalah perbedaan laporan keuangan komersial dengan laporan

keuangan fiskal, sama halnya dengan membicarakan masalah akuntansi pajak, sedang

akuntansi pajak umunya menyangkut masalah kapan suatu penghasilan diakui sebagai

penghasilan dan kapan suatu biaya diakui sebagai pengurangan dari penghasilan tersebut.

Masalah ini sesungguhnya tergantung kepada tahun pajak atau tahun buku wajib pajak

(pembayar pajak) metode akunting yang digunakannya dan doktrin serta konsep yang

menjadi acuannya.

‘20 Perpajakan 1 Biro Akademik dan Pembelajaran


5 Tim Dosen http://www.widyatama.ac.id
Akuntansi yang menyembatani aktivitas ekonomis dengan para pengambil keputusan,

baik internal maupun eksternal, menyajikan kepada para pengguna informasi tersebut dalam

bentuk laporan keuangan, yang sekurang-kurangnya terdiri dari posisi keuangan, kinerja, arus

kas perusahaan, perubahan ekuitas dan catatan atas laporan keuangan. Perbedaan kepentingan

antar kelompok pengguna laporan keuangan tersebut menyebabkan pula ketidaksamaan

informasi yang terdapat dalam laporan keuangan tersebut.

Pada umumnya, perusahaan yang bergerak di bidang bisnis akan menyusun laporan

keuangan yang berbeda antara laporan keuangan komersial dengan laporan keuangan yang

dilampirkan pada Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan yang disampaikan ke

Direktorat Jenderal Pajak. Perbedaan tersebut tidaklah dimaksudkan untuk tujuan-tujuan

tertentu, seperti penyelundupan pajak, akan tetapi lebih cenderung kepada penyesuaian

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Perbedaan utama antara laporan keuangan komersial dengan laporan keuangan fiskal

disebabkan karena perbedaan tujuan serta dasar hukumnya, walaupun dalam beberapa hal

terdapat kesamaan antara akuntansi pajak yang mengacu kepada ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan dan akuntansi keuangan yang mengacu kepada standar

akuntansi keuangan. Apabila ditelusuri lebih lanjut, ternyata sebab perbedaan antara

akuntansi pajak dengan akuntansi keuangan, antara lain karena

1) Tujuan utama akuntansi keuangan adalah pemberian informasi penting kepada para

manajer, pemegang saham, pemberi kredit dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya

dan merupakan tanggung jawab para akuntan untuk melindungi pihak-pihak tersebut dari

informasi yang menyesatkan.

2) Sebaliknya, tujuan utama sistem perpajakan (termasuk akuntansi pajak) adalah

pemungutan pajak yang adil dan merupakan tanggung jawab Direktorat Jenderal Pajak

untuk melindungi para pembayar pajak dari tindakan semena-semena.

‘20 Perpajakan 1 Biro Akademik dan Pembelajaran


6 Tim Dosen http://www.widyatama.ac.id
3) Sejalan dengan tujuan dan tanggung jawab tersebut diatas, prinsip yang dianut oleh

akuntansi keuangan adalah prinsip konservatif, sehingga kemungkinan kesalahannya

lebih cenderung kepada understatement pelaporan penghasilan atas asetnya dibandingkan

dengan pelaporan overstatement.

4) Disamping perbedaan acuan yang dianut dalam penyusunan laporan keuangan untuk

kepentingan perpajakan, dari sudut pandang Direktorat Jenderal Pajak laporan keuangan

yang understatement tersebut diatas, tentunya tidak dapat dipakai sebagai dasar untuk

menetapkan besarnya pajak yang terutang.

Selain itu, apabila dikaitkan dengan alat dan prosedur, kepastian hukum, pembukuan

atau pencatatan serta perilaku sosial dan ekonomi, maka masih terdapat beberapa perbedaan

antara akuntansi pajak dengan akuntansi keuangan, antara lain sebagai berikut:

5) Alat dan prosedur pembayaran pajak

Pada penjualan secara cicilan, setiap angsuran cicilan yang diterima dari si pembeli terdiri

dari komponen pembayaran pokok, bunga dan keuntungan si penjual. Berdasarkan

keuntungan yang diperoleh dari setiap angsuran cicilan, barulah dapat dipastikan berapa

besar PPh yang terutang atas keuntungan tersebut dan selanjutnya timbul masalah kapan

PPh terutang tersebut harus dilunasi tergantung kepada prosedure yang diatur dalam

ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

6) Kepastian

Dalam rangka membandingkan antara penghasilan dengan biaya, pada akuntansi

keuangan masih terdapat kemungkinan untuk melakukan taksiran-taksiran seperti halnya

pada perhitungan cadangan piutang ragu-ragu, sedang akuntansi pajak sama sekali tidak

dimungkinkan untuk melakukan taksiran-taksiran yang semacam itu. Piutang tidak

tertagih yang dapat dibiayakan, apabila piutang tersebut secara nyata betul-betul tidak

dapat ditagih, dengan membuat daftar para piutang tidak tertagih tersebut yang sudah

‘20 Perpajakan 1 Biro Akademik dan Pembelajaran


7 Tim Dosen http://www.widyatama.ac.id
diajukan untuk diproses secara hukum. Jumlah yang nyata-nyata tidak tertagih tersebutlah

merupakan jumlah piutang yang dapat dikurangkan sebagai biaya dan tidak jumlah yang

ditaksir

7) Pembukuan atau pencatatan

Dikaitkan dengan kepastian hukum dan kemudahan pencatatannya, segala sesuatu yang

sifatnya taksiran atau perkiraan atau pemberian dalam bentuk natura dan kenikmatan

yang sifatnya susah diukur, tidak diperkenankan dikurangkan sebagai biaya fiskal, sedang

hal yang semacam ini masih saja dapat terjadi pada audit yang dilakukan para akuntan

publik. Berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, bagi wajib

pajak yang menyelenggarakan pembukuan, diharuskan melampirkan laporan

keuangannya pada Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan yang disampaikan ke

Direktorat Jenderal Pajak, dengan catatan Surat Pembertahuan yang diserahkan tersebut

haruslah benar-lengkap-jelas. Di lain pihak para Akuntan Publik yang mengaudit laporan

keuangan tersebut akan mengeluarkan opininya berkenaan dengan hasil auditnya tersebut,

seperti opini wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) apabila laporan keuangan

yang di audit tersebut telah memenuhi standar-standar yang disusun oleh organisasi

Akuntan Publik. Padahal diketahui, antara kriteria benar-lengkap-jelas (pajak) dan kriteria

wajar tanpa pengecualian (akuntan publik) mungkin saja terdapat perbedaan-perbedaan.

8) Dampak sosial dan ekonomi

Acapkali pula ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan digunakan untuk

kepentingan pengaturan suatu investasi atau merupakan insentif guna pengembangan

usaha sosial dan ekonomi, seperti biaya reklamasi, bantuan makan yang disediakan di

tempat kerja, zakat dan pengecualian-pengecualian dalam keadaan tertentu yang selama

ini tidak dikenal sebagai biaya fiskal, pada kondisi tertentu dapat dikurangkan sebagai

‘20 Perpajakan 1 Biro Akademik dan Pembelajaran


8 Tim Dosen http://www.widyatama.ac.id
biaya fiskal. Termasuk pula disini penghapusan atau amortisasi dipercepat yang

memungkinkan pengembalian atas penanaman tersebut lebih cepat dari masa manfaatnya.

Menyadari perbedaan tujuan dan tanggung jawab serta pertentangan-pertentangan

tersebut diatas, sulit untuk dapat diterima apabila ada orang yang memperkirakan bahwa

antara akuntansi pajak dan akuntansi keuangan diperkirakan sama. Untuk lebih memperjelas

perbedaan tersebut, berikut ini diuraikan secara lengkap tentang laporan keuangan menurut

Standar Akuntansi Keuangan dan laporan keuangan berdasarkan Kententuan Peraturan

Perundang-undangan Perpajakan.

3 LAPORAN KEUANGAN VERSI STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN

Menurut Standar Akuntansi Keuangan, tujuan laporan keuangan adalah

menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi

keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam

pengambilan kerputusan ekonomi Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini

memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna. Namun demikian laporan keuangan

tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pengguna dalam pengambilan

keputusan ekonomi, karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian

masa lalu dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non keuangan.. Laporan

Keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship), atau

pertanggungjawaban manajemen atas sumberdaya yang dipercayakan kepadanya. Pengguna

yang ingin menilai apa yang telah dilakukan atau pertangungjawaban manajemen berbuat

demikian agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi; keputusan ini mungkin mencakup

, misalnya keputusan untuk menahan atau menjual investasi mereka dalam perusahaan atau

keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen.

Informasi posisi keuangan

‘20 Perpajakan 1 Biro Akademik dan Pembelajaran


9 Tim Dosen http://www.widyatama.ac.id
Unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah

asset, kewajiban dan ekuitas. Pos-pos ini didefinisikan sebagai berikut:

(1) Aset adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa

masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh

perusahaan

(2) Kewajiban merupakan utang perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu,

penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan

yang mengandung manfaat ekonomi

(3) Ekuitas adalah hak residual atas asset perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban

Posisi keuangan perusahaan dipengaruhi oleh sumber daya yang dikendalikan, struktur

keuangan, likuiditas dan solvabilitas, serta kemampuan beradaptasi terhadap perubahan

lingkungan. Informasi sumber daya ekonomi yang dikendalikan dan kemampuan perusahaan

dalam memodifikasi sumber daya ini di masa lalu berguna untuk memprediksi kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan kas (dan setara kas) di masa depan. Informasi struktur

keuangan berguna untuk memprediksi kebutuhan pinjaman di masa depan dan bagaimana

penghasilan neto (laba) dan arus kas di masa depan akan didistribusikan kepada mereka yang

memiliki hak di dalam perusahaan; informasi tersebut juga berguna untuk memprediksi

seberapa jauh perusahaan akan berhasil meningkatkan lebih lanjut sumber keuangannya.

Informasi likuiditas dan solvabilitas berguna untuk memprediksi kemampuan perusahaan

dalam pemenuhan komitmen keuangannya pada saat jatuh tempo. Likuiditas merupakan

ketersediaan kas jangka pendek di masa depan setelah memperhitungkan komitmen yang ada.

Solvabilitas merupakan ketersediaan kas jangka panjang untuk memenuhi komitmen pada

saat jatuh tempo.

Informasi kinerja perusahaan

‘20 Perpajakan 1 Biro Akademik dan Pembelajaran


10 Tim Dosen http://www.widyatama.ac.id
Penghasilan bersih (laba) seringkali digunakan sebagai ukuran kinerja atau sebagai

dasar bagi ukuran yang lain seperti imbal hasil investasi (return on investment) atau laba per

saham (earnings per share). Unsur yang langsung berkaitan dengan pengukuran penghasilan

bersih (laba) adalah penghasilan dan beban. Pengakuan dan pengukuran penghasilan dan

beban, dan karenanya juga penghasilan bersih (laba), tergantung pada konsep modal dan

pemeliharaan modal yang digunakan perusahaan dalam penyusunan laporan keuangannya.

Unsur penghasilan dan beban didefinisikan sebagai berikut;

(1) Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi

dalam bentuk pemasukan atau penambahan aset atau penurunan kewajiban yang

mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal

(2) Beban (expenses) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi

dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aset atau terjadinya kewajiban yang

mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam

modal

Informasi kinerja perusahaan, terutama profitabilitas, diperlukan untuk menilai

perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan di masa depan.

Informasi fluktuasi kinerja adalah penting dalam hubungan ini. Informasi kinerja bermanfaat

untuk memprediksi kapasitas perusahaan dalam menghasilkan arus kas dari sumber daya

yang ada. Disamping itu, informasi tersebut juga berguna dalam perumusan pertimbangan

tentang efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan tambahan sumber daya.

Dapat disimpulkan bahwa informasi yang terdapat dalam laporan keuangan tersebut

dimaksudkan:

1) Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai aset dan

kewajiban serta ekuitas suatu perusahaan

‘20 Perpajakan 1 Biro Akademik dan Pembelajaran


11 Tim Dosen http://www.widyatama.ac.id
2) Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan dalam aset neto

(aset dikurangi kewajiban) suatu perusahaan yang timbul dari kegiatan usaha dalam

rangka memperoleh laba.

3) Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai laporan di dalam

menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba.

4) Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan dalam aset dan

kewajiban suatu perusahaan, seperti informasi mengenai aktivitas pembiayaan dan

investasi

5) Untuk mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang berhubungan dengan laporan

keuangan yang relevan untuk kebutuhan pemakai laporan, seperti informasi mengenai

kebijakan akuntansi yang dianut perusahaan.

Dalam pemberian informasi untuk membantu para pemakai laporan seperti disebutkan

dalam angka 3) diatas, tentunya termasuk pula pihak fiskus yang akan mempergunakan

informasi tersebut sebagai dasar untuk memastikan kebenaran perhitungan besarnya pajak

yang terutang oleh wajib pajak.

Keterbatasan informasi dalam laporan keuangan

Informasi yang terdapat dalam laporan keuangan tersebut, bukanlah merupakan satu-

satunya sumber informasi untuk pengambilan keputusan ekonomi atau keputusan lainnya,

akan tetapi tentunya ada informasi lain yang harus dipertimbangkan, karena sifat dan

keterbatasan laporan keuangan tersebut, seperti:

1) Laporan keuangan bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas kejadian yang telah

lewat.

2) Laporan keuangan bersifat umum, dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan

pihak tertentu.

‘20 Perpajakan 1 Biro Akademik dan Pembelajaran


12 Tim Dosen http://www.widyatama.ac.id
3) Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran dan berbagai

pertimbangan.

4) Akuntansi hanya melaporkan informasi yang material. Demikian pula penerapan prinsip

akuntansi terhadap suatu fakta atau pos tertentu mungkin tidak dilaksanakan jika hal ini

tidak menimbulkan pengaruh yang material terhadap kelayakan laporan keuangan.

5) Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian; bila terdapat

beberapa kemungkinan kesimpulan yang tidak pasti mengenai penilaian suatu pos, maka

lazimnya dipilih alternatif yang menghasilkan laba bersih atau nilai aset yang paling kecil

6) Laporan keuangan lebih menekankan pada makna ekonomis suatu peristiwa/transaksi dari

pada bentuk hukumnya (formalitas)

7) Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah-istilah teknis, dan pemakai

laporan keuangan diasumsikan memahami bahasa teknis akuntansi dan sifat informasi

yang dilaporkan.

8) Adanya pelbagai alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan menimbulkan variasi

dalam pengukuran sumber-sumber ekonomis dan tingkat kesuksesan antar perusahaan

9) Informasi yang bersifat kualitatif dan fakta yang tidak dapat dikualifikasikan umumnya

diabaikan.

4 LAPORAN KEUANGAN VERSI KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG-

UNDANGAN PERPAJAKAN

Pada dasarnya antara akuntansi keuangan dengan akuntansi pajak memiliki kesamaan

tujuan, yaitu untuk menetapkan hasil operasi bisnis dengan pengukuran dan rekognisi

penghasilan dan biaya. Namun ada beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian, bahwa

ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan tidak sekedar instrumen pentransfer

sumber daya, akan tetapi acapkali pula digunakan untuk tujuan mempengaruhi perilaku wajib

‘20 Perpajakan 1 Biro Akademik dan Pembelajaran


13 Tim Dosen http://www.widyatama.ac.id
pajak untuk investasi, kesejahteraan dan lain-lain yang kadang-kadang merupakan alasan

untuk membenarkan penyimpangan dari prinsip akuntansi. Beberapa prinsip akuntansi yang

menjadi fokus perbedaan orientasi adalah:

1) Pengakuan penghasilan dan biaya

Baik akuntansi keuangan maupun akuntansi pajak menggunakan dua macam metode

akuntansi, yaitu stelsel kas (the cash method) dan stelsel akrual (the accrual method). Jika

kurun waktunya mencakup bilangan tahun yang cukup panjang, jumlah seluruh penghasilan

dari suatu entitas ekonomi, baik menggunakan stelsel kas maupun stelsel akrual,

kemungkinan besar akan menghasilkan jumlah yang hampir sama. Tetapi apabila kita

persempit fokus kita ke salah satu tahun tertentu saja, maka hasilnya akan menunjukkan

perbedaan, akibat penggunaan konsep waktu yang berbeda

Penggunaan konsep waktu untuk kedua stelsel tersebut, lebih banyak terkait dengan

kepentingan pelaporan perpajakan dari pada kepentingan pelaporan keuangan.Dalam laporan

keuangan, keputusan pisah batas waktu apakah suatu penghasilan atau biaya termasuk

periode pembukuan yang mana, tidak akan ada dampak ekonominya, akan tetapi bagi laporan

untuk kepentingan perpajakan dampaknya berperan terhadap besaran pajak terutang dalam

tahun pajak yang bersangkutan. Demikian pula, konflik penggunaan konsep waktu akan

menjadi lebih jelas apabila dalam tahun yang bersangkutan terdapat perubahan tarif orisinil

atau perubahan lapisan kena pajak yang berakibat perubahan tarif marjinal. Tambahan lagi

walaupun tidak terdapat perubahan tarif, perbedaan waktu tersebut secara substansial masih

penting dalam rangka perbedaan nilai uang (time value of money). Bagi instansi pajak metode

manapun yang akan digunakan tidak menjadi masalah dan yang terpenting adalah sepanjang

kedua metode tersebut mencerminkan dengan jelas penghasilan yang akan dikenakan pajak

(clearly reflects income) Perlu diperhatikan pula bahwa ada metode akunting yang

‘20 Perpajakan 1 Biro Akademik dan Pembelajaran


14 Tim Dosen http://www.widyatama.ac.id
khusus/spesifik, seperti metode cicilan (installment method) atau metode kontrak selesai

(completed contract method) atau metode persentase penyelesaian (percentage of completion

method) yang pada umumnya terdapat pada bidang jasa usaha konstruksi yang proseses

pengerjaan fisiknya meliputi beberapa periode pembukuan

Walaupun rekognisi penghasilan dan biaya antara standar akuntansi keuangan dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan hampir sebagian besar tidak terdapat

perbedaan, akan tetapi beberapa hal seperti pemberian dalam bentuk natura/benefit in kind,

bantuan atau sumbangan, hibah, intercompany dividen, norma penghitungan atau pungutan

yang bersifat final, merupakan hal-hal yang tidak objek pajak atau merupakan biaya fiskal

yang tidak dapat dikurangkan, yang diatur dalam pasal 4 ayat (2) dan ayat (3), pasal 9 ayat

(1) dan (2), pasal 18 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan

sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 36 Tahun

2008 yang diikuti pula dengan Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri Keuangan dan atau

Surat Keputusan dan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak, sebagai petunjuk pelaksanaannya.

2) Konsistensi

Seperti halnya pada metode akuntansi yang harus diaplikasikan secara taat asas dari

waktu ke waktu, ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan juga menganut hal

yang sama seperti yang tertuang dalam pasal 28 ayat (5) Undang-undang Nomor 6 Tahun

1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali

diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007. Akan tetapi kadangkala

terdapat penyimpangan dari ketentuan tersebut, seperti misalnya antara lain rekognisi

keuntungan kapital dari transfer harta dan hasil operasi bisnis mancanegara serta perlakuan

kerugian mancanegara atau harta yang tidak dipakai dalam usaha yang umumnya dituangkan

‘20 Perpajakan 1 Biro Akademik dan Pembelajaran


15 Tim Dosen http://www.widyatama.ac.id
dalam Surat Keputusan Menteri Keuangan dan atau Surat Keputusan/Surat Edaran Direktur

Jenderal Pajak.

3) Konservatisme

Untuk mengantisipasi risiko dimasa yang akan datang, biasanya diaktualisasikan dalam

pembentukan atau pemupukan dana cadangan atau menggunakan nilai ganti terhadap

persediaan, tanpa rekognisi atas klaim yang belum terealisasi. Dalam hal ini otoritas pajak

cenderung akan meneliti secara seksama setiap elemen yang akan mengurangi dasar

pengenaan pajaknya yang antara lain merupakan penyebab tidak diperkenankannya

pemakaian prinsip akuntansi, seperti pembentukan cadangan piutang ragu-ragu terkecuali

cadangan piutang tidak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang menyalurkan

kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi, perusahaan pembiayaan konsumen dan perusahaan

anjak piutang; usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial, cadangan penjaminan,

cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan, cadangan biaya penanaman kembali

untuk usaha kehutanan, dan cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat

pembuangan limbah untuk usaha pengolahan limbah industri, sesuai pasal 6 ayat (1) huruf h

dan pasal 9 ayat (1) huruf c. Penilaian persediaan untuk perhitungan harga pokok hanya

boleh dilakukan menggunakan metode harga perolehan secara rata-rata atau dengan cara

mendahulukan persediaan yang diperoleh pertama (FIFO) serta tidak boleh menggunakan

LIFO sesuai pasal 10 ayat (6) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak

Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor

36 Tahun 2008.

4) Going concern or contuinity (kesinambungan)

‘20 Perpajakan 1 Biro Akademik dan Pembelajaran


16 Tim Dosen http://www.widyatama.ac.id
Asumsi yang dianut oleh para akuntan, bahwa tanpa bukti yang kuat tentang hal

sebaliknya (likuidasi), suatu entitas akan beroperasi selama mungkin tanpa dibatasi oleh

waktu. Asumsi ini digunakan sebagai dasar untuk menggunakan harga historis terhadap aset

yang digunakan dalam perusahaan dan merupakan dimensi dinamis dari akuntansi. Walaupun

ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan menganut prinsip going concern yang

sama, akan tetapi adanya ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang

mengatur tentang kompensasi kerugian, menunjukkan hal yang berbeda, sesuai pasal 6 ayat

(2) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah

beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008.

Daftar Pustaka

Sari, Diana. 2013. Perpajakan Lanjutan. Bandung.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat

Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan.

‘20 Perpajakan 1 Biro Akademik dan Pembelajaran


17 Tim Dosen http://www.widyatama.ac.id

Anda mungkin juga menyukai