Anda di halaman 1dari 19

PENELITIAN SURAT

PEMBERITAHUAN
Surat Pemberitahuan adalah surat yang oleh Wajib Pajak
digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau
pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak,
dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan perpajakan
(Pasal 1 angka 11 UU KUP)

Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu
saat, dalam Masa Pajak, dalam Tahun Pajak, atau dalam Bagian
Tahun Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan
(Pasal 1 angka 10 UU KUP)
Surat Pemberitahuan adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan
penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak,
dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan
perpajakan
(Pasal 1 angka 11 UU KUP)

Untuk suatu Tahun Pajak atau


Untuk suatu Masa Pajak
Bagian Tahun Pajak
(Pasal 1 angka 12 UU KUP)
(Pasal 1 angka 13 UU KUP)

SPT Masa SPT Tahunan


Setiap Wajib Pajak wajib mengisi Surat Pemberitahuan dengan benar, lengkap, dan
jelas, dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan
mata uang Rupiah, dan menandatangani serta menyampaikannya ke kantor Direktorat
Jenderal Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atau dikukuhkan atau tempat lain yang
ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak
(Pasal 3 ayat 1 UU KUP)

Benar adalah benar dalam


Lengkap adalah memuat semua
perhitungan, termasuk benar dalam
unsur-unsur yang berkaitan dengan
penerapan ketentuan peraturan
objek pajak dan unsur-unsur lain
perundangundangan perpajakan,
yang harus dilaporkan dalam Surat
dalam penulisan, dan sesuai dengan
Pemberitahuan;
keadaan yang sebenarnya (Penjelasan Pasal 3 ayat 1 UU KUP)
(Penjelasan Pasal 3 ayat 1 UU KUP)

Jelas adalah melaporkan asal-usul atau sumber dari objek pajak dan
unsur-unsur lain yang harus dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan.
(Penjelasan Pasal 3 ayat 1 UU KUP)
Setiap Wajib Pajak wajib membayar pajak yang terutang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan,
dengan tidak menggantungkan pada adanya surat ketetapan
pajak
(Pasal 12 ayat 1 UU KUP)

Jumlah pajak yang terutang menurut Surat Pemberitahuan yang


disampaikan oleh Wajib Pajak adalah jumlah pajak yang
terutang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan perpajakan
(Pasal 12 ayat 2 UU KUP)
Apabila Direktur Jenderal Pajak mendapatkan bukti
jumlah pajak yang terutang menurut Surat Pemberitahuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak benar, Direktur
Jenderal Pajak menetapkan jumlah pajak yang terutang

(Pasal 12 ayat 3 UU KUP)

Berdasarkan Hasil
Ketetapan
Pemeriksaan

Surat Ketetapan Pajak


Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan pemeriksaan
untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan
Wajib Pajak dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
(Pasal 29 ayat 1 UU KUP)

Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan


mengolah data, keterangan, dan/ atau bukti yang dilaksanakan
secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar
pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka
melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan
(Pasal 1 angka 25 UU KUP)
Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan:
menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti
yang dilaksanakan secara objektif dan profesional
berdasarkan suatu standar pemeriksaan
untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk
tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.

1 dan/
2
atau
Tujuan Lain dalam rangka
Menguji kepatuhan
melaksanakan ketentuan
pemenuhan kewajiban
peraturan perundang-
perpajakan
undangan perpajakan.
Bagi Wajib Pajak yang tidak menyelenggarakan pembukuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 atau pada saat
diperiksa tidak memenuhi permintaan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 29 sehingga Direktur Jenderal Pajak tidak dapat
menghitung jumlah pajak yang seharusnya terutang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, Direktur
Jenderal Pajak berwenang menerbitkan Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar dengan penghitungan secara jabatan, yaitu
penghitungan pajak didasarkan pada data yang tidak hanya
diperoleh dari Wajib Pajak saja
Pembuktian atas uraian penghitungan yang dijadikan dasar
penghitungan secara jabatan oleh Direktur Jenderal Pajak
dibebankan kepada Wajib Pajak
(Penjelasan Pasal 13 ayat 1 UU KUP)
Direktur Jenderal Pajak berwenang mendapatkan akses informasi keuangan
untuk kepentingan perpajakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal I dari
lembaga jasa keuangan yang melaksanakan kegiatan di sektor perbankan,
pasar modal, perasuransian, lembaga jasa keuangan lainnya, dan/atau
entitas lain yang dikategorikan sebagai lembaga keuangan sesuai standar
pertukaran informasi keuangan berdasarkan perjanjian internasional di
bidang perpajakan
(Pasal 2 PERPU No. 1 Thn 2017 Diundangkan Dengan UU No. 9 Thn 2017)

Akses informasi keuangan untuk kepentingan perpajakan meliputi akses


untuk menerima dan memperoleh informasi keuangan dalam rangka
pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan
dan pelaksanaan perjanjian internasional di bidang perpajakan.
(Pasal 1 PERPU No. 1 Thn 2017 Diundangkan Dengan UU No. 9 Thn 2017)
Lembaga jasa keuangan, lembaga jasa keuangan lainnya, dan/
atau entitas lain wajib memberikan informasi dan/ atau bukti
atau keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat (l) kepada
Direktur Jenderal Pajak
(Pasal 4 ayat 2 PERPU No. 1 Thn 2017 Diundangkan Dengan UU No. 9 Thn 2017)

Selain menerima laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2


ayat (2), Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk meminta
informasi dan/atau bukti atau keterangan dari lembaga jasa
keuangan, lembaga jasa keuangan lainnya, dan/ atau entitas lain
(Pasal 4 ayat 1 PERPU No. 1 Thn 2017 Diundangkan Dengan UU No. 9 Thn 2017)
Apabila dalam menjalankan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan diperlukan keterangan atau bukti dari bank, akuntan publik,
notaris, konsultan pajak, kantor administrasi , dan/atau pihak ketiga lainnya,
yang mempunyai hubungan dengan Wajib Pajak yang dilakukan pemeriksaan
pajak, penagihan pajak, atau penyidikan tindak pidana dibidang perpajakan,
atas permintaan tertulis dari Direktur Jenderal Pajak, pihak-pihak tersebut
wajib memberikan keterangan atau bukti yang diminta
(Pasal 35 ayat 1 UU KUP)

Dalam hal pihak-pihak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terikat oleh
kewajiban merahasiakan, untuk keperluan pemeriksaan, penagihan pajak,
atau penyidikan tindak pidana dibidang perpajakan, kewajiban merahasiakan
tersebut ditiadakan, kecuali untuk bank, kewajiban merahasiakan ditiadakan
atas permintaan tertulis dari Menteri Keuangan
(Pasal 35 ayat 2 UU KUP)
Setiap instansi pemerintah, lembaga, asosiasi, dan pihak lain,
wajib memberikan data dan informasi yang berkaitan dengan
perpajakan kepada Direktorat Jenderal Pajak yang ketentuannya
diatur dengan Peraturan Pemerintah dengan memperhatikan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (2)
(Pasal 35A ayat 1 UU KUP)

Dalam hal data dan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) tidak mencukupi, Direktur Jenderal Pajak berwenang
menghimpun data dan informasi untuk kepentingan penerimaan
negara yang ketentuannya diatur dengan Peraturan pemerintah
dengan memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 35 ayat (2)
(Pasal 35A ayat 2 UU KUP)
PTKP TIDAK BERUBAH

Penghitungan pajak penghasilan orang pribadi diterapkan atas


penghasilan yang jumlahnya melebihi batas Penghasilan Tidak Kena
Pajak (PTKP). Dalam UU HPP, besaran PTKP tidak berubah yaitu bagi
orang pribadi lajang sebesar Rp4,5 juta per bulan atau Rp54 Juta per
tahun. Tambahan sebesar Rp4,5 juta diberikan untuk Wajib Pajak yang
kawin dan masih ditambah Rp4,5 juta untuk setiap tanggungan
maksimal 3 orang.
A. Sanksi pemeriksaan terdapat pajak tidak atau kurang dibayar

KUP
Uraian UU HPP
Lama

PPh k u r a n g dibayar 2% Sanksi b u n g a per bulan


Per Bulan sebesar s u k u b u n g a a c u a n
(maksimal ( m a k s i m a l 2 4 b u l a n )
24 bulan)

B. Sanksi pemeriksaan dan W P tidak menyampaikan SPT / C. Sanksi setelah upaya


m e m bua t pembukuan huk um namun
keputusan keberatan/
KUP
Uraian UU HPP pengadilan menguatkan
Lama ketetapan DJP
Sanksi b u n g a per bulan
PPh k u r a n g dibayar 50% sebesar s u k u b u n g a a c u a n Uraian KUP U U
d i t a m b a h uplift factor 20%
( m a k s i m a l 24 b u l a n ) Lama HPP
Sanksi b u n g a per bulan
PPh k u ra n g d i p o t o n g 100% Keberatan 50% 30%
sebesar s u k u b u n g a a c u a n
d i t a m b a h uplift factor 20%
( m a k s i m a l 24 b u l a n ) Banding 100% 60%

PPh d i p o t o n g tetapi 100% 75% Peninjauan 100% 60%


Kembali
t i d a k disetor

PPN & P P n B M k u r a n g 100% 75%


dibayar
Pemberian kesempatan kepada Wajib Pajak
untuk melaporkan atau mengungkapkan
kewajiban perpajakan yang belum dipenuhi
secara sukarela melalui:
1. Pembayaran Pajak Penghasilan berdasarkan
pengungkapan harta yang tidak atau belum
sepenuhnya dilaporkan oleh peserta program
Pengampunan Pajak; dan
2. Pembayaran Pajak Penghasilan berdasarkan
pengungkapan harta yang belum dilaporkan
dalam SPT Tahunan Pajak Penghasilan orang
pribadi Tahun Pajak 2020.

Program dilaksanakan selama 6


bulan (1 Januari 2022 - 30
Juni 2022)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai