KEGIATAN
BELAJAR 3
4
PELAPORAN PAJAK
Batang tubuh Undang-Undang KUP tidak mengatur apa fungsi SPT, fungsi SPT
terdapat dalam penjelasan Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang KUP, sebagai
berikut.
46 PUSDIKLAT PAJAK
KUP
▪ Bagi PKP, fungsi SPT adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan
mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah PPN dan PPnBM yang
sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang:
▪ Bagi pemotong atau pemungut pajak, fungsi SPT adalah sebagai sarana
untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan pajak yang dipotong atau
dipungut dan disetorkannya.
Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang KUP mengatur bahwa setiap Wajib Pajak wajib
mengisi SPT dengan benar, lengkap, dan jelas, dalam bahasa Indonesia
dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan
menandatangani serta menyampaikannya ke kantor DJP tempat Wajib Pajak
terdaftar atau dikukuhkan atau tempat lain yang ditetapkan oleh Dirjen Pajak.
Yang dimaksud dengan mengisi SPT adalah mengisi formulir SPT, dalam bentuk
kertas dan/atau dalam bentuk elektronik, dengan benar, lengkap, dan jelas
sesuai dengan petunjuk pengisian yang diberikan berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan. Sementara itu, yang dimaksud
dengan benar, lengkap, dan jelas dalam mengisi SPT adalah:97
47
PUSDIKLAT PAJAK
KUP
c. jelas adalah melaporkan asal-usul atau sumber dari objek pajak dan unsur-
unsur lain yang harus dilaporkan dalam SPT.
SPT yang telah diisi dengan benar, lengkap, dan jelas tersebut wajib
disampaikan ke kantor DJP tempat Wajib Pajak terdaftar atau dikukuhkan atau
tempat lain yang ditetapkan oleh Dirjen Pajak. Kewajiban penyampaian SPT oleh
pemotong atau pemungut pajak dilakukan untuk setiap Masa Pajak.
Pasal 3 ayat (1b) Undang-Undang KUP mengatur bahwa Wajib Pajak yang telah
mendapat izin Menteri Keuangan untuk menyelenggarakan pembukuan dengan
menggunakan bahasa asing dan mata uang selain Rupiah, wajib menyampaikan
SPT dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan satuan mata uang selain
Rupiah yang diizinkan, yang pelaksanaannya diatur dengan atau berdasarkan
PMK.
3. Penandatanganan SPT
Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang KUP mengatur bahwa SPT Wajib Pajak badan
harus ditandatangani oleh pengurus atau direksi. SPT yang disampaikan wajib
ditanda tangani oleh Wajib Pajak atau Kuasa Wajib Pajak.99 Hal ini untuk
mengimbangi ketentuan Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang KUP yang hanya
mengatur Wajib Pajak badan saja, padahal dalam kenyataan selain Wajib Pajak
badan juga terdapatWajib Pajak orang pribadi atau bendahara pemerintah yang
juga mempunyai kewajiban menyampaikan SPT masa.
Pasal 4 ayat (3) Undang-Undang KUP mengatur bahwa dalam hal Wajib Pajak
menunjuk seorang kuasa dengan surat kuasa khusus untuk mengisi dan
48 PUSDIKLAT PAJAK
KUP
Wajib Pajak Pajak Penghasilan tertentu adalah Wajib Pajak yang memenuhi
kriteria sebagai berikut:102
a. Wajib Pajak orang pribadi yang dalam satu Tahun Pajak menerima atau
memperoleh penghasilan neto tidak melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 Undang-Undang Perubahan Ketiga
Pajak Penghasilan 1984, dikecualikan dari kewajiban menyampaikan SPT
Masa Pajak Penghasailan Pasal 25 dan SPT Tahunan Pajak Penghasilan
Wajib Pajak Orang Pribadi.
b. Wajib Pajak orang pribadi yang tidak menjalankan kegiatan usaha atau tidak
melakukan pekerjaan bebas, dikecualikan dari kewajiban
menyampaikan SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 25.
49
PUSDIKLAT PAJAK
KUP
5. Bentuk SPT
Pasal 3 ayat (6) Undang-Undang KUP mengatur bahwa bentuk dan isi Surat
Pemberitauan serta keterangan dan/atau dokumen yang harus dilampirkan, dan
cara yang digunakan untuk menyampaikan SPT diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan. SPT berbentuk,103 formulir kertas (hardcopy); atau
dokumen elektronik.
Mengingat fungsi SPT merupakan sarana Wajib Pajak, antara lain untuk
melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak dan
pembayarannya, dalam rangka keseragaman dan mempermudah pengisian
serta pengadministrasiannya, bentuk dan isi SPT, keterangan, dokumen yang
harus dilampirkan dan cara yang digunakan untuk menyampaikan SPT diatur
dengan atau berdasarkan PMK. SPT Tahunan Pajak Penghasilan sekurang-
kurangnya memuat jumlah peredaran, jumlah penghasilan, jumlah Penghasilan
Kena Pajak, jumlah pajak yang terutang, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan
atau kelebihan pajak, serta harta dan kewajiban di luar kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas bagi Wajib Pajak orang pribadi.
6. Pengambilan SPT
103 Pasal32
ayat (2) PMK 243/PMK.03/2014
104Penjelasan Pasal 3
ayat (6) UU KUP
105 PMK 243/PMK.03/2014 stdd PMK 9/PMK.03/2018
50 PUSDIKLAT PAJAK
KUP
a. untuk SPT Masa, paling lama 20 (dua puluh) hari setelah akhir Masa Pajak;
b. untuk SPT Tahunnan Pajak Penghasilan Wajib Pajak orang pribadi, paling
lama tiga bulan setelah akhir Tahun Pajak; atau
c. untuk SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak badan, paling lama 4
(empat) bulan setelah akhir Tahun Pajak.
Batas waktu penyampaian SPT Masa PPN diatur tersendiri berdasarkan Pasal
15A Undang-Undang PPN 1984 disampaikan paling lama akhir bulan berikutnya.
51
PUSDIKLAT PAJAK
KUP
52 PUSDIKLAT PAJAK
KUP
Pengecualian:
PPN atau PPN dan PPnBM yang Tidak wajib lapor
pemungutannya dilakukan oleh Pemungut
apabila tidak ada transaksi
Pengecualian:
• Orang Pribadi atau badan yang bukan PKP
yang melakukan pembayaran PPN yang Tidak wajib lapor
terutang atas kegiatan membangun sendiri
dan telah mendapat validasi dengan NTPN
17 Orang Pribadi atau badan yg bukan PKP
wajib melaporkan PPN yang terutang atas Akhir bulan berikutnya
pemanfaatan BKP tidak berwujujd dan/atau setelah saat terutangnya
JKP dari luar Daerah Pabean yg telah pajak
disetor
SPT Tahunan
18 SPT PPhTahunan Wajib Pajak orang pribadi tiga bulan setelah akhir
Tahun Pajak
19 SPT PPhTahunan Wajib Pajak badan empat bulan setelah akhir
Tahun Pajak
Dalam hal batas akhir pelaporan tersebut bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu atau hari libur nasional, pelaporan dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.107 Termasuk hari libur nasional adalah hari yang diliburkan untuk
penyelenggaraan Pemilihan Umum yang ditetapkan oleh Pemerintah dan cuti
bersama secara nasional yang ditetapkan oleh Pemerintah.108
53
PUSDIKLAT PAJAK
KUP
Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang KUP mengatur bahwa SPT yang disampaikan
oleh Wajib Pajak ke kantor DJP harus diberi tanggal penerimaan oleh pejabat
yang ditunjuk dan kepada Wajib pajak diberikan bukti penerimaan.
Penyampaian SPT oleh Wajib Pajak ke KPP, atau tempat lain yang ditetapkan
oleh Dirjen Pajak, dapat dilakukan:113
a. secara langsung;
b. melalui pos dengan bukti pengiriman surat; atau
c. dengan cara lain, meliputi,114 perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir
dengan bukti pengiriman surat; atau saluran tertentu yang ditetapkan oleh
Direktur Jenderal Pajak sesuai dengan perkembangan teknologi informasi.
Saluran tertentu tersebu berupa (a) laman Direktorat Jenderal Pajak; (b)
laman penyalur SPT elektronik; (c) saluran suara digital yang ditetapkan oleh
Direktur Jenderal Pajak untuk Wajib Pajak tertentu; (d) jaringan komunikasi
data yang terhubung khusus antara Direktorat Jenderal Pajak dengan Wajib
Pajak; dan (e) saluran lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.
54 PUSDIKLAT PAJAK
KUP
Pasal 3 ayat (3a) Undang-Undang KUP mengatur bahwa Wajib Pajak dengan
kriteria tertentu dapat melaporkan beberapa Masa Pajak dalam satu SPT Masa.
Dalam penjelasannya disebutkan bahwa Wajib Pajak dengan kriteria tertentu,
antara lain Wajib Pajak usaha kecil, dapat:
b. menyampaikan SPT Masa selain yang disebut pada huruf a untuk beberapa
Masa Pajak sekaligus dengan syarat pembayaran untuk masing-masing
Masa Pajak dilakukan sesuai batas waktu untuk Masa Pajak yang
bersangkutan.
Pasal 3 ayat (3c) Undang-Undang KUP mengatur bahwa Batas waktu dan tata
cara pelaporan atas permohonan dan pemungutan pajak yang dilakukan oleh
bendahara pemerintah dan badan tertentu diatur dengan atau berdasarkan PMK.
Pasal 3 ayat (7) Undang-Undang KUP mengatur bahwa SPT dianggap tidak
disampaikan apabila:
Demikian juga apabila penyampaian SPT yang menyatakan lebih bayar telah
melewati tiga tahun sesudah berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau
55
PUSDIKLAT PAJAK
KUP
Tahun Pajak dan Wajib Pajak telah ditegur secara tertulis, atau apabila SPT
disampaikan setelah Dirjen Pajak melakukan pemeriksaan atau menerbitkan
surat ketetapan pajak, SPT tersebut dianggap sebagai data perpajakan.115
Apabila SPT dianggap tidak disampaikan, Dirjen Pajak wajib memberitahukan
kepada Wajib Pajak.116
Wajib Pajak dengan kriteria tertentu dapat melaporkan beberapa Masa Pajak
dalam satu SPT Masa. Wajib Pajak dengan kriteria tertentu, antara lain Wajib
Pajak usaha kecil, dapat:
Pasal 3 ayat (3b) Undang-Undang KUP mengatur bahwa Wajib Pajak dengan
kriteria tertentu dan tata cara pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3a)
diatur dengan atau berdasarkan PMK. Wajib Pajak dengan kriteria tertentu
meliputi:117
115 Penjelasan Pasal 3 ayat (7) UU KUP jo. Pasal 19 ayat (1) PMK 243/2014 stdd PMK 9/2018
116 Pasal 3 ayat (7a) UU KUP
117 Pasal 1 ayat (2) PMK-182/PMK.03/2007
56 PUSDIKLAT PAJAK
KUP
Wajib Pajak yang termasuk dalam kriteria tertentu yang bermaksud melaporkan
beberapa Masa Pajak dalam satu SPT Masa harus menyampaikan
pemberitahuan secara tertulis kepada Dirjen Pajak.118 Pemberitahuan secara
tertulis harus disampaikan oleh Wajib Pajak paling lambat dua bulan sebelum
dimulainya masa pajak pertama yang oleh Wajib Pajak akan disampaikan dalam
SPT Masa.119 Terhadap pemberitahuan secara tertulis dilakukan penelitian
atas pemenuhan kriterianya.120 Apabila berdasarkan penelitian Wajib Pajak tidak
memenuhi kriteria, Dirjen Pajak memberitahukan secara tertulis kepada Wajib
Pajak.121
Pasal 3 ayat (4) Undang-Undang KUP mengatur bahwa Wajib Pajak dapat
memperpanjang jangka waktu penyampaian SPT Tahunan Pajak Penghasilan
untuk paling lama 2 (dua) bulan dengan cara menyampaikan pemberitahuan
secara tertulis atau dengan cara lain kepada Dirjen Pajak yang ketentuannya
diatur dengan atau berdasarkan PMK. Apabila Wajib Pajak baik orang pribadi
maupun badan ternyata tidak dapat menyampaikan SPT dalam jangka waktu
yang telah ditetapkan karena luasnya kegiatan usaha dan masalah-masalah
teknis penyusunan laporan keuangan, atau sebab lainnya sehingga sulit untuk
memenuhi batas waktu penyelesaian dan memerlukan kelonggaran dari batas
waktu yang telah ditentukan, Wajib Pajak dapat memperpanjang penyampaian
57
PUSDIKLAT PAJAK
KUP
a. penghitungan sementara pajak terutang dalam satu Tahun Pajak yang batas
waktu penyampaiannya diperpanjang;
Undang-Undang KUP membagi SPT meliputi SPT Tahunan dan SPT Masa, yang
meliputi:126
58 PUSDIKLAT PAJAK
KUP
a. jenis pajak;
c. Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak yang bersangkutan;
dan
Seperti kita ketahui SPT terdiri dari SPT Tahunan dan SPT masa, masing-
masing SPT isinya selain tiga hal di atas juga harus memuat data lain sebagai
berikut.
59
PUSDIKLAT PAJAK
KUP
2. SPT Masa Pajak Penghasilan selain data (jenis pajak dll) juga memuat data
mengenai:
a. jumlah objek pajak, jumlah pajak yang terutang, dan/atau jumlah pajak
dibayar;
3. SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai selain data (jenis pajak dll) juga memuat
data mengenai:
a. jumlah penyerahan;
4. SPT Masa PPN bagi Pemungut PPN, juga memuat data mengenai:
d. tanggal pemungutan;
Suatu SPT terdiri dari SPT Induk dan Lampiran yang merupakan satu kesatuan
yang tidak terpisahkan, kecuali untuk SPT bagi Wajib Pajak tertentu. Selain
lampiran SPT harus dilampiri dengan keterangan dan/atau dokumen sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
60 PUSDIKLAT PAJAK
KUP
Contoh 0-1:
61
PUSDIKLAT PAJAK
KUP
Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang KUP mengatur bahwa Wajib Pajak dengan
kemauan sendiri dapat membetulkan SPT yang telah disampaikan dengan
menyampaikan pernyataan tertulis, dengan syarat Dirjen Pajak belum melakukan
tindakan pemeriksaan.
PP No. 74 Tahun 2011 memperkenalkan istilah verifikasi maka Pasal 5 ayat (2)
PP 74 Tahun 2011 memperluas pengertian syarat Dirjen Pajak belum melakukan
tindakan pemeriksaan menjadi: Pemeriksaan, atau Pemeriksaan Bukti
Permulaan. Pernyataan tertulis dalam pembetulan SPT dilakukan dengan cara
memberi tanda pada tempat yang telah disediakan dalam SPT yang menyatakan
bahwa Wajib Pajak yang bersangkutan membetulkan SPT.134
Pasal 8 ayat (1a) Undang-Undang KUP mengatur bahwa dalam hal pembetulan
SPT menyatakan rugi atau lebih bayar, pembetulan SPT harus disampaikan
paling lama 2 (dua) tahun sebelum daluwarsa penetapan.135 Yang dimaksud
dengan daluwarsa penetapan adalah jangka waktu lima tahun setelah saat
terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau
Tahun Pajak, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) Undang-Undang
KUP.136
Pasal 8 ayat (2) Undang-Undang KUP mengatur bahwa dalam hal Wajib Pajak
membetulkan sendiri SPT Tahunan yang mengakibatkan utang pajak menjadi
lebih besar, kepadanya dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2%
(dua persen) per bulan atas jumlah pajak yang kurang dibayar, dihitung sejak
jatuh tempo pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari
62 PUSDIKLAT PAJAK
KUP
bulan dihitung penuh satu bulan. Dengan adanya pembetulan SPT Tahunan atas
kemauan sendiri membawa akibat penghitungan jumlah pajak yang terutang dan
jumlah penghitungan pembayaran pajak menjadi berubah dari jumlah semula.
Atas kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat pembetulan tersebut dikenai
sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan. Bunga
yang terutang atas kekurangan pembayaran pajak tersebut, dihitung mulai dari
berakhirnya batas waktu penyampaian SPT Tahunan sampai dengan tanggal
pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh satu bulan. Yang dimaksud
dengan “satu bulan” adalah jumlah hari dalam bulan kalender yang
bersangkutan, misalnya mulai dari tanggal 22 Juni sampai dengan 21 Juli,
sedangkan yang dimaksud dengan “bagian dari bulan” adalah jumlah hari yang
tidak mencapai satu bulan penuh, misalnya 22 Juni sampai dengan 5 Juli.137
Pasal 8 ayat (2a) Undang-Undang KUP mengatur bahwa dalam hal Wajib Pajak
membetulkan sendiri SPT Masa yang mengakibatkan utang pajak menjadi lebih
besar, kepadanya dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua
persen) per bulan atas jumlah pajak yang kurang dibayar, dihitung sejak jatuh
tempo pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan
dihitung penuh satu bulan.138
Pasal 8 ayat (6) Undang-Undang KUP mengatur bahwa Wajib Pajak dapat
membetulkan SPT Tahunan yang telah disampaikan, dalam hal Wajib Pajak
menerima ketetapan pajak, SK Keberatan, SK Pembetulan, Putusan Banding,
atau Putusan Peninjauan Kembali Tahun Pajak sebelumnya atau beberapa
Tahun Pajak sebelumnya, yang menyatakan rugi fiskal yang berbeda dengan
rugi fiskal yang telah dikompensasikan dalam SPT Tahunan yang akan
dibetulkan tersebut, dalam jangka waktu tiga bulan setelah menerima surat
ketetapan pajak, SK Keberatan, SK Pembetulan, Putusan Banding, atau Putusan
63
PUSDIKLAT PAJAK
KUP
Dalam hal Wajib Pajak membetulkan SPT lewat jangka waktu tiga bulan atau
Wajib Pajak tidak mengajukan pembetulan sebagai akibat adanya surat
ketetapan pajak, SK Keberatan, SK Pembetulan, Putusan Banding, atau Putusan
Peninjauan Kembali Tahun Pajak sebelumnya atau beberapa Tahun Pajak
sebelumnya, yang menyatakan rugi fiskal yang berbeda dengan rugi fiskal yang
telah dikompensasikan dalam SPT Tahunan Pajak Penghasilan, Dirjen Pajak
akan memperhitungkannya dalam menetapkan kewajiban perpajakan Wajib
Pajak.Penjelasan Pasal 6 ayat (1) PP Nomor 74 Tahun 2011 memberi contoh
sebagai berikut.
Contoh 0-2:
64 PUSDIKLAT PAJAK
KUP
Contoh 0-3:
140 Pasal 6 ayat (1) PP 74 Tahun 2011 dan Pasal 20 243/PMK.03/2014 stdd PMK 9/PMK.03/2018
141 Pasal 6 ayat (2) PP 74 Tahun 2011
142 Pasal 6 ayat (4) PP 74 Tahun 2011
65
PUSDIKLAT PAJAK
KUP
Apabila Wajib Pajak tidak membetulkan SPT Tahunan dalam jangka waktu tiga
bulan, Dirjen Pajak menghitung kembali kompensasi kerugian dalam SPT
Tahunan secara jabatan berdasarkan rugi fiskal sesuai dengan surat ketetapan
pajak, SK Keberatan, SK Pengurangan Ketetapan Pajak, SK Pembatalan
Ketetapan Pajak, SK Pembetulan, Putusan Banding, atau Putusan Peninjauan
Kembali. Untuk memperjelas ketentuan ini, diberikan contoh sebagai berikut:
Contoh 0-4:
66 PUSDIKLAT PAJAK
KUP
67
PUSDIKLAT PAJAK
KUP
68 PUSDIKLAT PAJAK
KUP
Pasal 8 ayat (4) Undang-Undang KUP mengatur bahwa walaupun Dirjen Pajak
telah melakukan pemeriksaan, dengan syarat Dirjen Pajak belum menerbitkan
surat ketetapan pajak, Wajib Pajak dengan kesadaran sendiri dapat
mengungkapkan dalam laporan tersendiri tentang ketidakbenaran pengisian SPT
yang telah disampaikan sesuai keadaan yang sebenarnya, yang dapat
mengakibatkan:
a. pajak-pajak yang masih harus dibayar menjadi lebih besar atau lebih kecil;
b. rugi berdasarkan ketentuan perpajakan menjadi lebih kecil atau lebih
besar;
c. jumlah harta menjadi lebih besar atau lebih kecil; atau
d. jumlah modal menjadi lebih besar atau lebih kecil.
Pasal 8 ayat (5) Undang-Undang KUP mengatur bahwa Pajak yang kurang
dibayar yang timbul sebagai akibat dari pengungkapan ketidakbenaran pengisian
SPT beserta sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 50% (lima puluh
persen) dari pajak yang kurang dibayar, harus dilunasi oleh Wajib Pajak sebelum
69
PUSDIKLAT PAJAK
KUP
Pada prinsipnya Wajib Pajak memiliki hak untuk membetulkan SPT sebelum
Dirjen Pajak melakukan Pemeriksaan sepanjang Dirjen Pajak belum menerbitkan
surat ketetapan pajak. Adapun maksud dan tujuannya adalah:150
SSP atas pelunasan pajak yang kurang dibayar dan SSP atas pembayaran
sanksi administrasi harus dilampirkan apabila pengungkapan ketidakbenaran
pengisian SPT mengakibatkan pajak yang kurang dibayar menjadi lebih besar.
Apabila pengungkapan ketidakbenaran pengisian SPT tidak mengakibatkan
kekurangan pembayaran pajak maka pengungkapan tersebut tidak perlu
dilampiri dengan SSP.
70 PUSDIKLAT PAJAK
KUP
71
PUSDIKLAT PAJAK