Anda di halaman 1dari 26

KUP

KEGIATAN
BELAJAR 3

4
PELAPORAN PAJAK

1. SPT dan Fungsinya

Pasal 1 angka 11 Undang-Undang KUP mendefinisikan SPT adalah surat yang


oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau
pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan
kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Pasal 1 angka 12 Undang-Undang KUP membagi jenis SPT terdiri dari dua yaitu
SPT Masa dan SPT Tahunan. SPT Masa adalah SPT untuk suatu Masa Pajak.
Pasal 1 angka 13 Undang-Undang KUP mendefinisikan SPT Tahunan adalah
SPT untuk suatu Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak.

Batang tubuh Undang-Undang KUP tidak mengatur apa fungsi SPT, fungsi SPT
terdapat dalam penjelasan Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang KUP, sebagai
berikut.

▪ Bagi Wajib Pajak Pajak Penghasilan adalah sebagai sarana untuk


melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak
yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang:

a. pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri


dan/atau melalui pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam satu
Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak;

b. penghasilan yang merupakan objek pajak dan/atau bukan objek pajak;

46 PUSDIKLAT PAJAK
KUP

c. harta dan kewajiban; dan/atau

d. pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan atau


pemungutan pajak orang pribadi atau badan lain dalam satu Masa Pajak
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

▪ Bagi PKP, fungsi SPT adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan
mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah PPN dan PPnBM yang
sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang:

a. pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran; dan

b. pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri oleh


PKP dan/atau melalui pihak lain dalam satu Masa Pajak, sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

▪ Bagi pemotong atau pemungut pajak, fungsi SPT adalah sebagai sarana
untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan pajak yang dipotong atau
dipungut dan disetorkannya.

2. Kewajiban Mengisi SPT

Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang KUP mengatur bahwa setiap Wajib Pajak wajib
mengisi SPT dengan benar, lengkap, dan jelas, dalam bahasa Indonesia
dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan
menandatangani serta menyampaikannya ke kantor DJP tempat Wajib Pajak
terdaftar atau dikukuhkan atau tempat lain yang ditetapkan oleh Dirjen Pajak.

Yang dimaksud dengan mengisi SPT adalah mengisi formulir SPT, dalam bentuk
kertas dan/atau dalam bentuk elektronik, dengan benar, lengkap, dan jelas
sesuai dengan petunjuk pengisian yang diberikan berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan. Sementara itu, yang dimaksud
dengan benar, lengkap, dan jelas dalam mengisi SPT adalah:97

a. benar adalah benar dalam perhitungan, termasuk benar dalam penerapan


ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, dalam penulisan, dan
sesuai dengan keadaan yang sebenarnya;

97Penjelasan Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang KUP

47

PUSDIKLAT PAJAK
KUP

b. lengkap adalah memuat semua unsur-unsur yang berkaitan dengan objek


pajak dan unsur-unsur lain yang harus dilaporkan dalam SPT; dan

c. jelas adalah melaporkan asal-usul atau sumber dari objek pajak dan unsur-
unsur lain yang harus dilaporkan dalam SPT.

SPT yang telah diisi dengan benar, lengkap, dan jelas tersebut wajib
disampaikan ke kantor DJP tempat Wajib Pajak terdaftar atau dikukuhkan atau
tempat lain yang ditetapkan oleh Dirjen Pajak. Kewajiban penyampaian SPT oleh
pemotong atau pemungut pajak dilakukan untuk setiap Masa Pajak.

Pasal 3 ayat (1b) Undang-Undang KUP mengatur bahwa Wajib Pajak yang telah
mendapat izin Menteri Keuangan untuk menyelenggarakan pembukuan dengan
menggunakan bahasa asing dan mata uang selain Rupiah, wajib menyampaikan
SPT dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan satuan mata uang selain
Rupiah yang diizinkan, yang pelaksanaannya diatur dengan atau berdasarkan
PMK.

3. Penandatanganan SPT

Pasal 3 ayat (1b) Undang-Undang KUP mengatur bahwa penandatanganan


SPT dapat dilakukan secara biasa, dengan tanda tangan stempel, atau tanda
tangan elektronik atau digital, yang semuanya mempunyai kekuatan hukum
yang sama, yang tata cara pelaksanaannya diatur dengan atau berdasarkan
PMK.98

Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang KUP mengatur bahwa SPT Wajib Pajak badan
harus ditandatangani oleh pengurus atau direksi. SPT yang disampaikan wajib
ditanda tangani oleh Wajib Pajak atau Kuasa Wajib Pajak.99 Hal ini untuk
mengimbangi ketentuan Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang KUP yang hanya
mengatur Wajib Pajak badan saja, padahal dalam kenyataan selain Wajib Pajak
badan juga terdapatWajib Pajak orang pribadi atau bendahara pemerintah yang
juga mempunyai kewajiban menyampaikan SPT masa.

Pasal 4 ayat (3) Undang-Undang KUP mengatur bahwa dalam hal Wajib Pajak
menunjuk seorang kuasa dengan surat kuasa khusus untuk mengisi dan

98 PMK Nomor 243/PMK.03/2014


99 Pasal 2 PMK 243/PMK.03/2014

48 PUSDIKLAT PAJAK
KUP

menandatangani SPT, surat kuasa khusus tersebut harus dilampirkan pada


SPT.

Pasal 3 ayat (7a) Undang-Undang KUP mengatur bahwa apabila SPT


disampaikan tetapi tidak ditandatangani maka berdasarkan Pasal 4 ayat (3)
Undang-Undang KUP SPT dianggap tidak disampaikan. Terhadap SPT yang
dianggap tidak disampaikan tersebut, Dirjen Pajak wajib memberitahukan
kepada Wajib Pajak.

4. Wajib Pajak Yang Dikecualikan Menyampaikan SPT

Pasal 3 ayat (8) Undang-Undang KUP mengatur bahwa Dikecualikan dari


kewajiban menyampaikan SPT adalah Wajib Pajak Penghasilan tertentu yang
diatur dengan atau berdasarkan PMK.100 Pada prinsipnya setiap Wajib Pajak
Pajak Penghasilan diwajibkan menyampaikan SPT, dengan pertimbangan
efisiensi atau pertimbangan lainnya, Menteri Keuangan dapat menetapkan Wajib
Pajak Pajak Penghasilan yang dikecualikan dari kewajiban menyampaikan SPT,
misalnya Wajib Pajak orang pribadi yang menerima atau memperoleh
penghasilan di bawah Penghasilan Tidak Kena Pajak, tetapi karena kepentingan
tertentu diwajibkan memiliki NPWP.101

Wajib Pajak Pajak Penghasilan tertentu adalah Wajib Pajak yang memenuhi
kriteria sebagai berikut:102

a. Wajib Pajak orang pribadi yang dalam satu Tahun Pajak menerima atau
memperoleh penghasilan neto tidak melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 Undang-Undang Perubahan Ketiga
Pajak Penghasilan 1984, dikecualikan dari kewajiban menyampaikan SPT
Masa Pajak Penghasailan Pasal 25 dan SPT Tahunan Pajak Penghasilan
Wajib Pajak Orang Pribadi.
b. Wajib Pajak orang pribadi yang tidak menjalankan kegiatan usaha atau tidak
melakukan pekerjaan bebas, dikecualikan dari kewajiban
menyampaikan SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 25.

100 Pasal 18 PMK Nomor 243/PMK.03/2014


101 Penjelasan Pasal 3 ayat (8) UU KUP
102 Pasal 18 ayat (2) PMK-243/PMK.03/2014

49

PUSDIKLAT PAJAK
KUP

5. Bentuk SPT

Pasal 3 ayat (6) Undang-Undang KUP mengatur bahwa bentuk dan isi Surat
Pemberitauan serta keterangan dan/atau dokumen yang harus dilampirkan, dan
cara yang digunakan untuk menyampaikan SPT diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan. SPT berbentuk,103 formulir kertas (hardcopy); atau
dokumen elektronik.

Mengingat fungsi SPT merupakan sarana Wajib Pajak, antara lain untuk
melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak dan
pembayarannya, dalam rangka keseragaman dan mempermudah pengisian
serta pengadministrasiannya, bentuk dan isi SPT, keterangan, dokumen yang
harus dilampirkan dan cara yang digunakan untuk menyampaikan SPT diatur
dengan atau berdasarkan PMK. SPT Tahunan Pajak Penghasilan sekurang-
kurangnya memuat jumlah peredaran, jumlah penghasilan, jumlah Penghasilan
Kena Pajak, jumlah pajak yang terutang, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan
atau kelebihan pajak, serta harta dan kewajiban di luar kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas bagi Wajib Pajak orang pribadi.

SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak yang wajib menyelenggarakan


pembukuan harus dilengkapi dengan laporan keuangan berupa neraca dan
laporan laba rugi serta keterangan lain yang diperlukan untuk menghitung
besarnya Penghasilan Kena Pajak. SPT Masa PPN sekurang-kurangnya
memuat jumlah Dasar Pengenaan Pajak, jumlah Pajak Keluaran, jumlah Pajak
Masukan yang dapat dikreditkan, dan jumlah kekurangan atau kelebihan
pajak.104

6. Pengambilan SPT

Pasal 3 ayat (8) Undang-Undang KUP mengatur bahwa Wajib Pajak


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (1a) mengambil sendiri SPT di
tempat yang ditetapkan oleh Dirjen Pajak atau mengambil dengan cara lain yang
tata cara pelaksanaannya diatur dengan atau berdasarkan PMK.105

103 Pasal32
ayat (2) PMK 243/PMK.03/2014
104Penjelasan Pasal 3
ayat (6) UU KUP
105 PMK 243/PMK.03/2014 stdd PMK 9/PMK.03/2018

50 PUSDIKLAT PAJAK
KUP

Dalam rangka memberikan pelayanan dan kemudahan kepada Wajib Pajak,


formulir SPT disediakan pada kantor-kantor DJP dan tempat-tempat lain yang
ditentukan oleh Dirjen Pajak yang diperkirakan mudah terjangkau oleh Wajib
Pajak. Di samping itu, Wajib Pajak juga dapat mengambil SPT dengan cara lain,
misalnya dengan mengakses situs DJP untuk memperoleh formulir SPT tersebut.
Namun, untuk memberikan pelayanan yang lebih baik, Dirjen Pajak dapat
mengirimkan SPT kepada Wajib Pajak.106

SPT berbentuk formulir kertas (hardcopy) dapat diambil secara langsung di


Kantor Pelayanan Pajak dan tempat lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal
Pajak. SPT berbentuk dokumen elektronik dapat diambil secara langsung oleh
Wajib Pajak atau dengan cara lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.

7. Batas Waktu Penyampaian SPT

Pasal 3 ayat (3) Undang-Undang KUP mengatur bahwa batas waktu


penyampaian SPT adalah:

a. untuk SPT Masa, paling lama 20 (dua puluh) hari setelah akhir Masa Pajak;
b. untuk SPT Tahunnan Pajak Penghasilan Wajib Pajak orang pribadi, paling
lama tiga bulan setelah akhir Tahun Pajak; atau
c. untuk SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak badan, paling lama 4
(empat) bulan setelah akhir Tahun Pajak.

Batas waktu penyampaian SPT Masa PPN diatur tersendiri berdasarkan Pasal
15A Undang-Undang PPN 1984 disampaikan paling lama akhir bulan berikutnya.

Ketentuan batas waktu penyampaian SPT dapat diringkas sebagaimana tabel di


bawah ini:

Tabel Batas Waktu Penyampaian SPT

No Jenis SPT Masa Batas Waktu


SPT Masa
1 Pemungut PPh Pasal 22, PPN atau PPN secara mingguan paling
dan PPnBM atas impor lama pada hari kerja
terakhir minggu berikutnya

106 Penjelasan Pasal 3 ayat (2) UU KUP

51

PUSDIKLAT PAJAK
KUP

No Jenis SPT Masa Batas Waktu


2 PPh Pasal 4 ayat (2) yang dipotong oleh
Pemotong PPh

3 PPh Pasal 4 ayat (2) yang harus dibayar


sendiri oleh Wajib Pajak
4 PPh Pasal 15 yang dipotong oleh Pemotong
PPh

5 PPh Pasal 15 yang harus dibayar sendiri


6 PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 yang
dipotong oleh Pemotong PPh
7 PPh Pasal 23 dan/atau PPh Pasal 26 yang
dipotong oleh Pemotong PPh dua puluh hari setelah
8 PPh Pasal 25 dibayar Masa Pajak berakhir
9 Dalam hal jumlah PPh Pasal 21 dan/atau
PPh Pasal 26 yang dipotong pada Masa
Pajak Desember nihil
10 PPh Pasal 22 yang dipungut oleh Wajib
Pajak badan tertentu sebagai pemungut
pajak
11 PPh Pasal 22 yang dipungut oleh bendahara
12 Wajib Pajak dengan kriteria tertentu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat
(3b) Undang-Undang KUP yang melaporkan
beberapa Masa Pajak dalam satu SPT Masa
Pengecualian:
PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 yang Tidak wajib lapor
dipotong oleh Pemotong PPh apabila nihil,
kecuali nihil dikarenakan adanya SKD
13 PPh Pasal 25 dibayar dan telah mendapat
validasi dengan nomor transaksi Tidak wajib lapor
penerimaan negara
14 Angsuran PPh Pasal 25 nihil Tidak wajib lapor

15 PKP wajib melaporkan PPN dan PPnBM


yang terutang dalam suatu Masa Pajak, PPN
yang terutang atas pemanfaatan Barang
Kena Pajak tidak berwujud dan/atau Jasa
Kena Pajak dari luar Daerah Pabean,
kegiatan membangun sendiri harus disetor paling lama akhir bulan
oleh orang pribadi atau badan yang berikutnya setelah Masa
melakukan kegiatan membangun sendiri Pajak berakhir

52 PUSDIKLAT PAJAK
KUP

No Jenis SPT Masa Batas Waktu


16 Pemungut PPN wajib melaporkan PPN dan
PPnBM yang telah dipungut ke KPP tempat
pemungut PPN terdaftar

Pengecualian:
PPN atau PPN dan PPnBM yang Tidak wajib lapor
pemungutannya dilakukan oleh Pemungut
apabila tidak ada transaksi
Pengecualian:
• Orang Pribadi atau badan yang bukan PKP
yang melakukan pembayaran PPN yang Tidak wajib lapor
terutang atas kegiatan membangun sendiri
dan telah mendapat validasi dengan NTPN
17 Orang Pribadi atau badan yg bukan PKP
wajib melaporkan PPN yang terutang atas Akhir bulan berikutnya
pemanfaatan BKP tidak berwujujd dan/atau setelah saat terutangnya
JKP dari luar Daerah Pabean yg telah pajak
disetor
SPT Tahunan
18 SPT PPhTahunan Wajib Pajak orang pribadi tiga bulan setelah akhir
Tahun Pajak
19 SPT PPhTahunan Wajib Pajak badan empat bulan setelah akhir
Tahun Pajak
Dalam hal batas akhir pelaporan tersebut bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu atau hari libur nasional, pelaporan dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.107 Termasuk hari libur nasional adalah hari yang diliburkan untuk
penyelenggaraan Pemilihan Umum yang ditetapkan oleh Pemerintah dan cuti
bersama secara nasional yang ditetapkan oleh Pemerintah.108

8. Tempat Penyampaian SPT

Pasal 5 Undang-Undang KUP mengatur bahwa Untuk menyampaikan SPT,


Dirjen Pajak dalam hal-hal tertentu dapat menentukan tempat lain bukan
tempat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1).

107 Pasal 12 ayat (1) PMK-243/PMK.03/2014 stdd PMK 9/PMK.03/2018


108 Pasal 12 ayat (2) PMK-243/PMK.03/2014 stdd PMK 9/PMK.03/2018

53

PUSDIKLAT PAJAK
KUP

Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang KUP mengatur bahwa SPT yang disampaikan
oleh Wajib Pajak ke kantor DJP harus diberi tanggal penerimaan oleh pejabat
yang ditunjuk dan kepada Wajib pajak diberikan bukti penerimaan.

Pasal 6 ayat (2) Undang-Undang KUP mengatur bahwa Penyampaian SPT


dapat dikirimkan melalui pos dengan tanda bukti pengiriman surat atau dengan
cara lain yang diatur dengan atau berdasarkan PMK.109 Dalam rangka
peningkatan pelayanan kepada Wajib Pajak dan sejalan dengan perkembangan
teknologi informasi, perlu cara lain bagi Wajib Pajak
untuk memenuhi kewajiban menyampaikan SPTnya,
misalnya disampaikan secara elektronik.110

Pasal 6 ayat (2) Undang-Undang KUP mengatur


bahwa tanda bukti dan tanggal pengiriman surat
untuk penyampaian SPT dianggap sebagai tanda bukti dan tanggal penerimaan
sepanjang SPT tersebut telah lengkap.111 Tanda bukti dan tanggal pengiriman
surat untuk penyampaian SPT melalui pos atau dengan cara lain merupakan
bukti penerimaan, apabila SPT dimaksud telah lengkap, yaitu memenuhi
persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1), ayat (1a), dan ayat
(6) Undang-Undang KUP.112

Penyampaian SPT oleh Wajib Pajak ke KPP, atau tempat lain yang ditetapkan
oleh Dirjen Pajak, dapat dilakukan:113

a. secara langsung;
b. melalui pos dengan bukti pengiriman surat; atau
c. dengan cara lain, meliputi,114 perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir
dengan bukti pengiriman surat; atau saluran tertentu yang ditetapkan oleh
Direktur Jenderal Pajak sesuai dengan perkembangan teknologi informasi.
Saluran tertentu tersebu berupa (a) laman Direktorat Jenderal Pajak; (b)
laman penyalur SPT elektronik; (c) saluran suara digital yang ditetapkan oleh
Direktur Jenderal Pajak untuk Wajib Pajak tertentu; (d) jaringan komunikasi
data yang terhubung khusus antara Direktorat Jenderal Pajak dengan Wajib
Pajak; dan (e) saluran lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.

109 Pasal 6 ayat (2) UU KUP


110 Penjelasan Pasal 6 ayat (2) UU KUP
111 Pasal 6 ayat (3) UU KUP
112 Penjelasan Pasal 6 ayat (3) UU KUP
113 Pasal 8 ayat (1) PMK 243/PMK.03/2014 stdd PMK 9/PMK.03/2018
114 Pasal 8 ayat (2) PMK 243/PMK.03/2014 stdd PMK 9/PMK.03/2018

54 PUSDIKLAT PAJAK
KUP

Pasal 3 ayat (3a) Undang-Undang KUP mengatur bahwa Wajib Pajak dengan
kriteria tertentu dapat melaporkan beberapa Masa Pajak dalam satu SPT Masa.
Dalam penjelasannya disebutkan bahwa Wajib Pajak dengan kriteria tertentu,
antara lain Wajib Pajak usaha kecil, dapat:

a. menyampaikan SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 25 untuk beberapa


Masa Pajak sekaligus dengan syarat pembayaran seluruh pajak yang wajib
dilunasi menurut SPT Masa tersebut dilakukan sekaligus paling lama dalam
Masa Pajak yang terakhir; dan/atau

b. menyampaikan SPT Masa selain yang disebut pada huruf a untuk beberapa
Masa Pajak sekaligus dengan syarat pembayaran untuk masing-masing
Masa Pajak dilakukan sesuai batas waktu untuk Masa Pajak yang
bersangkutan.

Pasal 3 ayat (3c) Undang-Undang KUP mengatur bahwa Batas waktu dan tata
cara pelaporan atas permohonan dan pemungutan pajak yang dilakukan oleh
bendahara pemerintah dan badan tertentu diatur dengan atau berdasarkan PMK.

9. SPT Dianggap Tidak Disampaikan

Pasal 3 ayat (7) Undang-Undang KUP mengatur bahwa SPT dianggap tidak
disampaikan apabila:

a. SPT tidak ditandatangani;


b. SPT tidak sepenuhnya dilampiri keterangan dan/atau dokumen yang
disyaratkan;
c. SPT yang menyatakan lebih bayar disampaikan setelah tiga tahun sesudah
berakhirnya Masa pajak, bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak, dan Wajib
Pajak telah ditegur secara tertulis; atau
d. SPT disampaikan setelah Dirjen Pajak melakukan pemeriksaan atau
menerbitkan surat ketetapan pajak.

SPT yang ditandatangani beserta lampirannya adalah satu kesatuan yang


merupakan unsur keabsahan SPT. Oleh karena itu, SPT dari Wajib Pajak yang
disampaikan, tetapi tidak dilengkapi dengan lampiran yang dipersyaratkan, tidak
dianggap sebagai SPT dalam administrasi Direktorat Jenderal Pajak. Dalam hal
demikian, SPT tersebut dianggap sebagai data perpajakan.

Demikian juga apabila penyampaian SPT yang menyatakan lebih bayar telah
melewati tiga tahun sesudah berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau

55

PUSDIKLAT PAJAK
KUP

Tahun Pajak dan Wajib Pajak telah ditegur secara tertulis, atau apabila SPT
disampaikan setelah Dirjen Pajak melakukan pemeriksaan atau menerbitkan
surat ketetapan pajak, SPT tersebut dianggap sebagai data perpajakan.115
Apabila SPT dianggap tidak disampaikan, Dirjen Pajak wajib memberitahukan
kepada Wajib Pajak.116

10. WP Tertentu Yang Dapat Melaporkan Beberapa Masa Pajak Dalam


Satu SPT Masa

Wajib Pajak dengan kriteria tertentu dapat melaporkan beberapa Masa Pajak
dalam satu SPT Masa. Wajib Pajak dengan kriteria tertentu, antara lain Wajib
Pajak usaha kecil, dapat:

a. menyampaikan SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 25 untuk beberapa


Masa Pajak sekaligus dengan syarat pembayaran seluruh pajak yang wajib
dilunasi menurut SPT Masa tersebut dilakukan sekaligus paling lama dalam
Masa Pajak yang terakhir; dan/atau
b. menyampaikan SPT Masa selain yang disebut pada huruf a untuk beberapa
Masa Pajak sekaligus dengan syarat pembayaran untuk masing-masing
Masa Pajak dilakukan sesuai batas waktu untuk Masa Pajak yang
bersangkutan.

Pasal 3 ayat (3b) Undang-Undang KUP mengatur bahwa Wajib Pajak dengan
kriteria tertentu dan tata cara pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3a)
diatur dengan atau berdasarkan PMK. Wajib Pajak dengan kriteria tertentu
meliputi:117

a. Wajib Pajak usaha kecil, yang terdiri dari :

1) Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan kegiatan usaha atau


melakukan pekerjaan bebas yang harus harus memenuhi kriteria sebagai
berikut :

a) Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri;dan

b) menerima atau memperoleh peredaran usaha dari kegiatan usaha atau


penerimaan bruto dari pekerjaan bebas dalam Tahun Pajak sebelumnya
tidak lebih dari Rp600.000.000,00.

115 Penjelasan Pasal 3 ayat (7) UU KUP jo. Pasal 19 ayat (1) PMK 243/2014 stdd PMK 9/2018
116 Pasal 3 ayat (7a) UU KUP
117 Pasal 1 ayat (2) PMK-182/PMK.03/2007

56 PUSDIKLAT PAJAK
KUP

2) Wajib Pajak Badan yang harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

a) modal Wajib Pajak 100% dimiliki oleh Warga Negara Indonesia;

b) menerima atau memperoleh peredaran usaha dalam Tahun Pajak


sebelumnya tidak lebih dari Rp900.000.000,00.

b. Wajib Pajak di daerah tertentu.


Wajib Pajak di daerah tertentu ini yang tempat tinggal, tempat kedudukan,
atau tempat kegiatan usahanya berlokasi di daerah tertentu yang ditetapkan
oleh Dirjen Pajak.

Wajib Pajak yang termasuk dalam kriteria tertentu yang bermaksud melaporkan
beberapa Masa Pajak dalam satu SPT Masa harus menyampaikan
pemberitahuan secara tertulis kepada Dirjen Pajak.118 Pemberitahuan secara
tertulis harus disampaikan oleh Wajib Pajak paling lambat dua bulan sebelum
dimulainya masa pajak pertama yang oleh Wajib Pajak akan disampaikan dalam
SPT Masa.119 Terhadap pemberitahuan secara tertulis dilakukan penelitian
atas pemenuhan kriterianya.120 Apabila berdasarkan penelitian Wajib Pajak tidak
memenuhi kriteria, Dirjen Pajak memberitahukan secara tertulis kepada Wajib
Pajak.121

11. Perpanjangan Penyampaian SPT

Pasal 3 ayat (4) Undang-Undang KUP mengatur bahwa Wajib Pajak dapat
memperpanjang jangka waktu penyampaian SPT Tahunan Pajak Penghasilan
untuk paling lama 2 (dua) bulan dengan cara menyampaikan pemberitahuan
secara tertulis atau dengan cara lain kepada Dirjen Pajak yang ketentuannya
diatur dengan atau berdasarkan PMK. Apabila Wajib Pajak baik orang pribadi
maupun badan ternyata tidak dapat menyampaikan SPT dalam jangka waktu
yang telah ditetapkan karena luasnya kegiatan usaha dan masalah-masalah
teknis penyusunan laporan keuangan, atau sebab lainnya sehingga sulit untuk
memenuhi batas waktu penyelesaian dan memerlukan kelonggaran dari batas
waktu yang telah ditentukan, Wajib Pajak dapat memperpanjang penyampaian

118 Pasal 4 ayat (1) PMK-182/PMK.03/2007


119 Pasal 4 ayat (2) PMK-182/PMK.03/2007
120 Pasal 4 ayat (3) PMK-182/PMK.03/2007
121 Pasal 4 ayat (4) PMK-182/PMK.03/2007

57

PUSDIKLAT PAJAK
KUP

SPT Tahunan Pajak Penghasilan dengan cara menyampaikan pemberitahuan


perpanjangan bentuk formulir kertas (hardcopy) atau dalam bentuk dokumen
elektronik..122

Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan disampaikan,123 secara langsung,


melalui pos dengan bukti pengiriman surat, atau dengan cara lain, meliputi,124
perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti pengiriman surat; atau
saluran tertentu yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak sesuai dengan
perkembangan teknologi informasi.

Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan dibuat secara tertulis dan


disampaikan ke KPP, sebelum batas waktu penyampaian SPT Tahunan berakhir,
dengan dilampiri:125

a. penghitungan sementara pajak terutang dalam satu Tahun Pajak yang batas
waktu penyampaiannya diperpanjang;

b. laporan keuangan sementara; dan

c. SSP sebagai bukti pelunasan kekurangan pembayaran pajak yang terutang.

Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan wajib ditandatangani oleh Wajib


Pajak atau Kuasa Wajib Pajak. Dalam hal Pemberitahuan Perpanjangan SPT
Tahunan ditandatangani oleh Kuasa Wajib Pajak, Pemberitahuan Perpanjangan
SPT Tahunan harus dilampiri dengan Surat Kuasa Khusus. Pemberitahuan
Perpanjangan SPT Tahunan yang tidak memenuhi ketentuan dianggap bukan
merupakan Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan. Apabila Pemberitahuan
Perpanjangan SPT Tahunan dianggap bukan Pemberitahuan Perpanjangan SPT
Tahunan, Dirjen Pajak wajib memberitahukan kepada Wajib Pajak.

12. Jenis SPT

Undang-Undang KUP membagi SPT meliputi SPT Tahunan dan SPT Masa, yang
meliputi:126

122 Penjelasan Pasal 3 ayat (4) UU KUP


123 Pasal 15 PMK 243/PMK.03/2014 stdd PMK 9/PMK.03/2018
124 Pasal 12 ayat (2) PMK 152/PMK.03/2009
125 Pasal 14 ayat (1) PMK 243/PMK.03/2014 stdd PMK 9/PMK.03/2018
126 Pasal 3 PMK 243/PMK.03/2014 stdd PMK 9/PMK.03/2018

58 PUSDIKLAT PAJAK
KUP

a. SPT Tahunan PPh; dan


b. SPT Masa yang terdiri dari:
1. SPT Masa PPh;
2. SPT Masa PPN; dan
3. SPT Masa PPN bagi Pemungut PPN.

13. Isi SPT

SPT Paling sedikit memuat empat hal yaitu:127

a. jenis pajak;

b. nama Wajib Pajak, NPWP, dan alamat Wajib Pajak;

c. Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak yang bersangkutan;
dan

d. tanda tangan Wajib Pajak atau kuasa Wajib Pajak.

Seperti kita ketahui SPT terdiri dari SPT Tahunan dan SPT masa, masing-
masing SPT isinya selain tiga hal di atas juga harus memuat data lain sebagai
berikut.

1. SPT Tahunan Pajak Penghasilan juga memuat data mengenai:

a. jumlah peredaran usaha;

b. jumlah penghasilan, termasuk penghasilan yang bukan merupakan objek


pajak;

c. jumlah Penghasilan Kena Pajak;

d. jumlah pajak yang terutang;

e. jumlah kredit pajak;

f. jumlah kekurangan atau kelebihan pajak;

g. jumlah harta dan kewajiban;

h. tanggal pembayaran Pajak Penghasilan Pasal 29; dan

i. data lainnya yang terkait dengan kegiatan usaha Wajib Pajak.

127 Pasal 4 PMK 243/PMK.03/2014 stdd PMK 9/PMK.03/2018

59

PUSDIKLAT PAJAK
KUP

2. SPT Masa Pajak Penghasilan selain data (jenis pajak dll) juga memuat data
mengenai:

a. jumlah objek pajak, jumlah pajak yang terutang, dan/atau jumlah pajak
dibayar;

b. tanggal pembayaran atau penyetoran; dan

c. data lainnya yang terkait dengan kegiatan usaha Wajib Pajak.

3. SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai selain data (jenis pajak dll) juga memuat
data mengenai:

a. jumlah penyerahan;

b. jumlah Dasar Pengenaan Pajak;

c. jumlah Pajak Keluaran;

d. jumlah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan;

e. jumlah kekurangan atau kelebihan pajak;

f. tanggal penyetoran; dan

g. data lainnya yang terkait dengan kegiatan usaha Wajib Pajak.

4. SPT Masa PPN bagi Pemungut PPN, juga memuat data mengenai:

a. jumlah Dasar Pengenaan Pajak;

b. jumlah Pajak yang dipungut;

c. jumlah pajak yang disetor;

d. tanggal pemungutan;

e. tanggal penyetoran; dan

f. data lainnya yang terkait dengan kegiatan usaha Wajib Pajak.

Suatu SPT terdiri dari SPT Induk dan Lampiran yang merupakan satu kesatuan
yang tidak terpisahkan, kecuali untuk SPT bagi Wajib Pajak tertentu. Selain
lampiran SPT harus dilampiri dengan keterangan dan/atau dokumen sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

60 PUSDIKLAT PAJAK
KUP

SPT Tahunnan Pajak Penghasilan Wajib Pajak yang wajib menyelenggarakan


pembukuan harus dilampiri dengan laporan keuangan berupa neraca dan
laporan laba rugi serta keterangan lain yang diperlukan untuk menghitung
besarnya Penghasilan Kena Pajak. Laporan Keuangan adalah laporan keuangan
dari masing-masing Wajib Pajak.128 Maksudnya adalah laporan keuangan hasil
kegiatan usaha masing-masing Wajib Pajak.

Contoh 0-1:

PT A memiliki saham pada PT B dan PT C.


Dalam contoh tersebut, PT A mempunyai kewajiban melampirkan laporan
keuangan konsolidasi PT A dan anak perusahaan, juga melampirkan laporan
keuangan atas usaha PT A (sebelum dikonsolidasi), sedangkan PT B dan PT C
wajib melampirkan laporan keuangan masing-masing, bukan laporan keuangan
konsolidasi.129
Laporan keuangan yang diaudit oleh Akuntan Publik tetapi tidak dilampirkan
pada SPT maka SPT dianggap tidak lengkap dan tidak jelas, sehingga SPT
dianggap tidak disampaikan.130 Tata cara penerimaan dan pengolahan SPT
diatur dengan atau berdasarkan PMK.131 Tata cara penerimaan dan pengolahan
SPT memuat hal-hal mengenai, antara lain, penelitian kelengkapan, pemberian
tanda terima, pengelompokan SPT Lebih Bayar, Kurang Bayar, dan Nihil,
prosedur perekaman dan tindak lanjut pengelolaannya, yang diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.132

14. Pembetulan SPT

Wajib Pajak dengan kemauan sendiri dapat


membetulkan SPT yang telah disampaikan
dengan menyampaikan pernyataan tertulis,
dengan syarat Dirjen Pajak belum melakukan
tindakan pemeriksaan.Terhadap kekeliruan dalam pengisian SPT yang dibuat
oleh Wajib Pajak, Wajib Pajak masih berhak untuk melakukan pembetulan atas
kemauan sendiri, dengan syarat Dirjen Pajak belum mulai melakukan tindakan

128 Pasal 4 ayat (4a) UU KUP


129 Penjelasan Pasal 4 ayat (4a) UU KUP
130 Pasal 4 ayat (4b) UU KUP
131 Pasal 4 ayat (5) UU KUP
132 Penjelasan Pasal 4 ayat (5) UU KUP

61

PUSDIKLAT PAJAK
KUP

pemeriksaan. Yang dimaksud dengan “mulai melakukan tindakan pemeriksaan”


adalah pada saat SPT Pemeriksaan Pajak disampaikan kepada Wajib Pajak,
wakil, kuasa, pegawai, atau anggota keluarga yang telah dewasa dari Wajib
Pajak.133

15. Jangka Waktu Pembetulan SPT

Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang KUP mengatur bahwa Wajib Pajak dengan
kemauan sendiri dapat membetulkan SPT yang telah disampaikan dengan
menyampaikan pernyataan tertulis, dengan syarat Dirjen Pajak belum melakukan
tindakan pemeriksaan.

PP No. 74 Tahun 2011 memperkenalkan istilah verifikasi maka Pasal 5 ayat (2)
PP 74 Tahun 2011 memperluas pengertian syarat Dirjen Pajak belum melakukan
tindakan pemeriksaan menjadi: Pemeriksaan, atau Pemeriksaan Bukti
Permulaan. Pernyataan tertulis dalam pembetulan SPT dilakukan dengan cara
memberi tanda pada tempat yang telah disediakan dalam SPT yang menyatakan
bahwa Wajib Pajak yang bersangkutan membetulkan SPT.134

Pasal 8 ayat (1a) Undang-Undang KUP mengatur bahwa dalam hal pembetulan
SPT menyatakan rugi atau lebih bayar, pembetulan SPT harus disampaikan
paling lama 2 (dua) tahun sebelum daluwarsa penetapan.135 Yang dimaksud
dengan daluwarsa penetapan adalah jangka waktu lima tahun setelah saat
terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau
Tahun Pajak, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) Undang-Undang
KUP.136

16. Sanksi Karena Pembetulan SPT

Pasal 8 ayat (2) Undang-Undang KUP mengatur bahwa dalam hal Wajib Pajak
membetulkan sendiri SPT Tahunan yang mengakibatkan utang pajak menjadi
lebih besar, kepadanya dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2%
(dua persen) per bulan atas jumlah pajak yang kurang dibayar, dihitung sejak
jatuh tempo pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari

133Penjelasan Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang KUP


134 Pasal 5 ayat (3) PP 74 Tahun 2011
135 Pasal 8 ayat (1a) UU KUP
136 Penjelasan Pasal 8 ayat (1a) UU KUP

62 PUSDIKLAT PAJAK
KUP

bulan dihitung penuh satu bulan. Dengan adanya pembetulan SPT Tahunan atas
kemauan sendiri membawa akibat penghitungan jumlah pajak yang terutang dan
jumlah penghitungan pembayaran pajak menjadi berubah dari jumlah semula.
Atas kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat pembetulan tersebut dikenai
sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan. Bunga
yang terutang atas kekurangan pembayaran pajak tersebut, dihitung mulai dari
berakhirnya batas waktu penyampaian SPT Tahunan sampai dengan tanggal
pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh satu bulan. Yang dimaksud
dengan “satu bulan” adalah jumlah hari dalam bulan kalender yang
bersangkutan, misalnya mulai dari tanggal 22 Juni sampai dengan 21 Juli,
sedangkan yang dimaksud dengan “bagian dari bulan” adalah jumlah hari yang
tidak mencapai satu bulan penuh, misalnya 22 Juni sampai dengan 5 Juli.137

Pasal 8 ayat (2a) Undang-Undang KUP mengatur bahwa dalam hal Wajib Pajak
membetulkan sendiri SPT Masa yang mengakibatkan utang pajak menjadi lebih
besar, kepadanya dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua
persen) per bulan atas jumlah pajak yang kurang dibayar, dihitung sejak jatuh
tempo pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan
dihitung penuh satu bulan.138

17. Pembetulan SPT Karena Menerima Ketetapan, Keputusan atau


Putusan

Pasal 8 ayat (6) Undang-Undang KUP mengatur bahwa Wajib Pajak dapat
membetulkan SPT Tahunan yang telah disampaikan, dalam hal Wajib Pajak
menerima ketetapan pajak, SK Keberatan, SK Pembetulan, Putusan Banding,
atau Putusan Peninjauan Kembali Tahun Pajak sebelumnya atau beberapa
Tahun Pajak sebelumnya, yang menyatakan rugi fiskal yang berbeda dengan
rugi fiskal yang telah dikompensasikan dalam SPT Tahunan yang akan
dibetulkan tersebut, dalam jangka waktu tiga bulan setelah menerima surat
ketetapan pajak, SK Keberatan, SK Pembetulan, Putusan Banding, atau Putusan

137 Penjelasan Pasal 8 ayat (2) UU KUP


138 Pasal 8 ayat (2a) UU KUP

63

PUSDIKLAT PAJAK
KUP

Peninjauan Kembali, dengan syarat Dirjen Pajak belum melakukan tindakan


pemeriksaan.139

Dalam hal Wajib Pajak membetulkan SPT lewat jangka waktu tiga bulan atau
Wajib Pajak tidak mengajukan pembetulan sebagai akibat adanya surat
ketetapan pajak, SK Keberatan, SK Pembetulan, Putusan Banding, atau Putusan
Peninjauan Kembali Tahun Pajak sebelumnya atau beberapa Tahun Pajak
sebelumnya, yang menyatakan rugi fiskal yang berbeda dengan rugi fiskal yang
telah dikompensasikan dalam SPT Tahunan Pajak Penghasilan, Dirjen Pajak
akan memperhitungkannya dalam menetapkan kewajiban perpajakan Wajib
Pajak.Penjelasan Pasal 6 ayat (1) PP Nomor 74 Tahun 2011 memberi contoh
sebagai berikut.

Contoh 0-2:

PT A menyampaikan SPT Tahunan Pajak Penghasilan tahun 2008 yang


menyatakan:

▪ Penghasilan Neto sebesar Rp 200.000.000,00


▪ Kompensasi kerugian berdasarkan SPT
Tahunan Pajak Penghasilan tahun 2007 sebesar Rp 150.000.000,00
▪ Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp 50.000.000,00

Terhadap SPT Tahunan Pajak Penghasilan tahun 2007 dilakukan pemeriksaan,


dan pada tanggal 6 Januari 2010 diterbitkan surat ketetapan pajak yang
menyatakan rugi fiskal sebesar Rp 70.000.000,00.
Berdasarkan surat ketetapan pajak tersebut Dirjen Pajak akan mengubah
perhitungan Penghasilan Kena Pajak tahun 2008 menjadi sebagai berikut:

▪ Penghasilan Neto Rp 200.000.000,00


▪ Rugi menurut ketetapan pajak tahun 2007 Rp 70.000.000,00 (-)
▪ Penghasilan Kena Pajak Rp 130.000.000,00

Dengan demikian penghasilan kena pajak dari SPT yang semula


Rp50.000.000,00 (Rp200.000.000,00 – Rp150.000.000,00) setelah pembetulan
menjadi Rp130.000.000,00 (Rp200.000.000,00 – Rp70.000.000,00)

139 Pasal 8 ayat (6) UU KUP

64 PUSDIKLAT PAJAK
KUP

Contoh 0-3:

PT B menyampaikan SPT Tahunan Pajak Penghasilan tahun 2008 yang


menyatakan:

▪ Penghasilan Neto sebesar Rp 300.000.000,00


▪ Kompensasi kerugian berdasarkan SPT
Tahunan Pajak Penghasilan Tahun 2007
sebesar Rp 200.000.000,00 (-)
▪ Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp 100.000.000,00
Terhadap SPT Tahunan Pajak Penghasilan tahun 2007 dilakukan pemeriksaan
dan pada tanggal 6 Januari 2010 diterbitkan surat ketetapan pajak yang
menyatakan rugi fiskal sebesar Rp 250.000.000,00.
Berdasarkan surat ketetapan pajak tersebut Dirjen Pajak akan mengubah
perhitungan Penghasilan Kena Pajak tahun 2008 menjadi sebagai berikut:

▪ Penghasilan Neto Rp 300.000.000,00


▪ Rugi menurut ketetapan pajak tahun 2007 Rp 250.000.000,00 (-)
▪ Penghasilan Kena Pajak Rp 50.000.000,00

Dengan demikian penghasilan kena pajak dari SPT yang semula


Rp100.000.000,00 (Rp300.000.000,00 – Rp200.000.000,00) setelah pembetulan
menjadi Rp50.000.000,00 (Rp300.000.000,00 – Rp250.000.000,00).

18. Ketentuan Pembetulan SPT Karena Menerima Ketetapan, Keputusan


atau Putusan

Pembetulan SPT karena Wajib Pajak menerima ketetapan, keputusan, atau


putusan dengan menyampaikan pernyataan tertulis,140 yang dilakukan dengan
cara memberi tanda pada tempat yang telah disediakan dalam SPT Tahunan
yang menyatakan bahwa Wajib Pajak yang bersangkutan membetulkan SPT
Tahunan.141 Pembetulan tersebut dilakukan dalam jangka waktu tiga bulan untuk
melakukan pembetulan SPT Tahunan dihitung sejak tanggal stempel pos
pengiriman, atau dalam hal diterima secara langsung, jangka waktu tiga bulan
dihitung sejak tanggal diterimanya surat ketetapan pajak, SK Keberatan, SK
Pengurangan Ketetapan Pajak, SK Pembatalan Ketetapan Pajak, SK
Pembetulan, Putusan Banding, atau Putusan Peninjauan Kembali oleh Wajib
Pajak.142 Dalam hal Wajib Pajak tidak membetulkan SPT Tahunan, Dirjen Pajak

140 Pasal 6 ayat (1) PP 74 Tahun 2011 dan Pasal 20 243/PMK.03/2014 stdd PMK 9/PMK.03/2018
141 Pasal 6 ayat (2) PP 74 Tahun 2011
142 Pasal 6 ayat (4) PP 74 Tahun 2011

65

PUSDIKLAT PAJAK
KUP

memperhitungkan rugi fiskal menurut surat ketetapan pajak, SK Keberatan, SK


Pengurangan Ketetapan Pajak, SK Pembatalan Ketetapan Pajak, SK
Pembetulan, Putusan Banding, atau Putusan Peninjauan Kembali dalam
penerbitan surat ketetapan pajak, SK Keberatan, dan SK Pembetulan.143

Apabila Wajib Pajak tidak membetulkan SPT Tahunan dalam jangka waktu tiga
bulan, Dirjen Pajak menghitung kembali kompensasi kerugian dalam SPT
Tahunan secara jabatan berdasarkan rugi fiskal sesuai dengan surat ketetapan
pajak, SK Keberatan, SK Pengurangan Ketetapan Pajak, SK Pembatalan
Ketetapan Pajak, SK Pembetulan, Putusan Banding, atau Putusan Peninjauan
Kembali. Untuk memperjelas ketentuan ini, diberikan contoh sebagai berikut:

Contoh 0-4:

PT Sukses telah menyampaikan SPT Tahunan Pajak Penghasilan Tahun Pajak


2012 yang menyatakan:
Penghasilan Neto Rp 300.000.000,00
Kompensasi kerugian berdasarkan SPT Rp 200.000.000,00 (-)
Tahunan Pajak Penghasilan Tahun Pajak 2011
Penghasilan Kena Pajak Rp 100.000.000,00
Terhadap SPT Tahunan Pajak Penghasilan Tahun Pajak 2011 dilakukan
Pemeriksaan dan pada tanggal 11 Oktober 2013 diterbitkan surat ketetapan
pajak yang menyatakan rugi fiskal menjadi sebesar Rp250.000.000,00.
Berdasarkan surat ketetapan pajak tersebut, apabila terhadap SPT Tahunan
Pajak Penghasilan Tahun Pajak 2012 belum dilakukan Pemeriksaan atau
Verifikasi, Wajib Pajak harus membetulkan SPT Tahunan Pajak Penghasilan
Tahun Pajak 2012 sehingga perhitungan Penghasilan Kena Pajak Tahun Pajak
2012 menjadi sebagai berikut:
Penghasilan Neto Rp 300.000.000,00
Rugi menurut surat ketetapan pajak Th Pajak 2011 Rp 250.000.000,00 -
Penghasilan Kena Pajak Rp 50.000.000,00
Demikian halnya apabila hasil Pemeriksaan Tahun Pajak 2011 rugi fiskal untuk
surat ketetapan pajak misalnya menjadi sebesar Rp170.000.000,00, Wajib Pajak
juga harus membetulkan SPT Tahunan Pajak Penghasilan Tahun Pajak 2012
dengan cara yang sama.

19. Pengungkapan Ketidakbenaran Perbuatan Pasal 8 ayat (3) Undang-


Undang KUP

Pasal 8 ayat (3) Undang-Undang KUP mengatur bahwa walaupun telah


dilakukan tindakan pemeriksaan, tetapi belum dilakukan tindakan

143 Pasal 6 ayat (5) PP 74 Tahun 2011

66 PUSDIKLAT PAJAK
KUP

penyidikan mengenai adanya ketidakbenaran yang dilakukan Wajib Pajak


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38, terhadap ketidakbenaran perbuatan
Wajib Pajak tersebut tidak akan dilakukan penyidikan, apabila Wajib Pajak
dengan kemauan sendiri mengungkapkan ketidakbenaran perbuatannya tersebut
dengan disertai pelunasan kekurangan pembayaran jumlah pajak yang
sebenarnya terutang beserta sanksi administrasi berupa denda sebesar 150%
(seratus lima puluh persen) dari jumlah pajak yang kurang dibayar. Namun,
apabila telah dilakukan tindakan penyidikan dan mulainya penyidikan tersebut
diberitahukan kepada Penuntut Umum, kesempatan untuk membetulkan sendiri
sudah tertutup bagi Wajib Pajak yang bersangkutan.144 Jenis ketidakbenaran
perbuatan, yaitu:145

1. tidak menyampaikan SPT; atau


2. menyampaikan SPT yang isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau
melampirkan keterangan yang isinya tidak benar, sepanjang mulainya
Penyidikan belum diberitahukan kepada Penuntut Umum melalui penyidik
pejabat Polisi Negara Republik Indonesia.

Prinsip dari sistem self assessment dalam pemungutan pajak adalah


memberikan kesempatan kepada Wajib Pajak untuk secara sukarela
menghitung, membayar dan melaporkan pajak terutang berdasarkan peraturan
perundang-undangan perpajakan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
Dengan demikian, meskipun terhadap Wajib Pajak sedang dilakukan tindakan
penegakan hukum, Wajib Pajak tetap memiliki kesempatan untuk secara
sukarela memenuhi kewajiban perpajakannya dengan mengungkapkan sendiri
ketidakbenaran perbuatannya.

Ketidakbenaran tersebut dilakukan karena kealpaan atau dengan sengaja, Dirjen


Pajak akan melakukan Pemeriksaan Bukti Permulaan sebelum melakukan
Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan. Dalam rangka penerapan sistem
self assessment secara konsisten, meskipun Wajib Pajak telah melakukan
perbuatan sebagaimana tersebut di atas dan terhadap Wajib Pajak sedang
dilakukan Pemeriksaan Bukti Permulaan, Wajib Pajak tetap memiliki kesempatan
untuk mengungkapkan sendiri kesalahannya dan terhadap Wajib Pajak tidak

144 Penjelasan Pasal 8 ayat (3) UU KUP


145 Pasal 7 ayat (1) PP 74 Tahun 2011

67

PUSDIKLAT PAJAK
KUP

akan dilakukan Penyidikan. Untuk memberikan kepastian hukum, yang dimaksud


dengan mulai dilakukan Penyidikan sebagaimana diatur pada ayat ini adalah
saat SPT dimulainya Penyidikan diberitahukan kepada Penuntut Umum melalui
penyidik pejabat Polisi Negara Republik Indonesia. Dengan demikian, dalam hal
pemberitahuan dimulainya Penyidikan telah dilakukan, kesempatan untuk
mengungkapkan ketidakbenaran perbuatan sudah tertutup bagi Wajib Pajak.

Cara pengungkapan ketidakbenaran dengan pernyataan tertulis harus


ditandatangani oleh Wajib Pajak dan dilampiri dengan:146

1. penghitungan kekurangan pembayaran jumlah pajak yang sebenarnya


terutang dalam format SPT;
2. SSP sebagai bukti pelunasan kekurangan pembayaran pajak; dan
3. SSP sebagai bukti pembayaran sanksi administrasi berupa denda sebesar
150%.

Jika pengungkapan ketidakbenaran perbuatan yang dilakukan Wajib Pajak telah


sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, terhadap Wajib Pajak tidak
dilakukan Penyidikan Tindak Pidana di Bidang Perpajakan.147 Untuk
membuktikan bahwa pengungkapan ketidakbenaran perbuatan Wajib Pajak
tersebut telah sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, Dirjen Pajak
menyelesaikan Pemeriksaan Bukti Permulaan yang sedang dilakukan. Yang
dimaksud dengan “sesuai dengan keadaan yang sebenarnya” adalah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar atau yang tidak seharusnya
dikembalikan menurut pengungkapan Wajib Pajak jumlahnya sama atau lebih
besar daripada temuan Pemeriksaan Bukti Permulaan. Apabila pengungkapan
ketidakbenaran perbuatan Wajib Pajak telah sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya, Pemeriksaan Bukti Permulaan tidak ditindaklanjuti dengan
Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan dan kepada Wajib Pajak
disampaikan pemberitahuan secara tertulis mengenai tidak ditindaklanjutinya
Pemeriksaan Bukti Permulaan dengan Penyidikan tindak pidana di bidang
perpajakan.Apabila setelah Wajib Pajak melakukan pengungkapan

146 Pasal 7 ayat (2) PP 74 Tahun 2011


147 Pasal 7 ayat (3) PP 74 Tahun 2011

68 PUSDIKLAT PAJAK
KUP

ketidakbenaran masih ditemukan data yang menyatakan lain dari


pengungkapan ketidakbenaran perbuatan tersebut, terhadap Wajib Pajak tetap
dapat dilakukan Pemeriksaan Bukti Permulaan.148

20. Pengungkapan Ketidakbenaran Pengisian SPT sesuai Pasal 8 ayat (4)


Undang-Undang KUP

Pasal 8 ayat (4) Undang-Undang KUP mengatur bahwa walaupun Dirjen Pajak
telah melakukan pemeriksaan, dengan syarat Dirjen Pajak belum menerbitkan
surat ketetapan pajak, Wajib Pajak dengan kesadaran sendiri dapat
mengungkapkan dalam laporan tersendiri tentang ketidakbenaran pengisian SPT
yang telah disampaikan sesuai keadaan yang sebenarnya, yang dapat
mengakibatkan:

a. pajak-pajak yang masih harus dibayar menjadi lebih besar atau lebih kecil;
b. rugi berdasarkan ketentuan perpajakan menjadi lebih kecil atau lebih
besar;
c. jumlah harta menjadi lebih besar atau lebih kecil; atau
d. jumlah modal menjadi lebih besar atau lebih kecil.

Walaupun Dirjen Pajak telah melakukan pemeriksaan tetapi belum menerbitkan


surat ketetapan pajak, kepada Wajib Pajak baik yang telah maupun yang belum
membetulkan SPT masih diberikan kesempatan untuk mengungkapkan
ketidakbenaran pengisian SPT yang telah disampaikan, yang dapat berupa SPT
Tahunan atau SPT Masa untuk tahun atau masa yang diperiksa. Pengungkapan
ketidakbenaran pengisian SPT tersebut dilakukan dalam laporan tersendiri dan
harus mencerminkan keadaan yang sebenarnya sehingga dapat diketahui jumlah
pajak yang sesungguhnya terutang. Namun, untuk membuktikan kebenaran
laporan Wajib Pajak tersebut, proses pemeriksaan tetap dilanjutkan sampai
selesai.149

Pasal 8 ayat (5) Undang-Undang KUP mengatur bahwa Pajak yang kurang
dibayar yang timbul sebagai akibat dari pengungkapan ketidakbenaran pengisian
SPT beserta sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 50% (lima puluh
persen) dari pajak yang kurang dibayar, harus dilunasi oleh Wajib Pajak sebelum

148 Pasal 7 ayat (4) PP 74 Tahun 2011


149 Penjelasan Pasal 8 ayat (4) UU KUP

69

PUSDIKLAT PAJAK
KUP

laporan tersendiri dimaksud disampaikan. Perlu diingat bahwa sanksi


administrasi ini harus dilunasi sendiri oleh Wajib Pajak dan jika pengungkapan
ketidakbenaran sudah disampaikan sudah diterima KPP tetapi sanksi
administrasinya belum dilunasi, KPP tidak bisa menerbitkan STP.

Pada prinsipnya Wajib Pajak memiliki hak untuk membetulkan SPT sebelum
Dirjen Pajak melakukan Pemeriksaan sepanjang Dirjen Pajak belum menerbitkan
surat ketetapan pajak. Adapun maksud dan tujuannya adalah:150

1. Untuk memberikan kepastian hukum dan menghindari kemungkinan tidak


dipertimbangkannya pengungkapan ketidakbenaran pengisian SPT oleh
pemeriksa pajak.
2. SPT hasil Pemeriksaan harus mencerminkan seluruh temuan-temuan yang
dihasilkan selama pelaksanaan Pemeriksaan. Dengan demikian
pengungkapan ketidakbenaran pengisian SPT oleh Wajib Pajak yang
dilakukan setelah SPT hasil Pemeriksaan akan menyebabkan
pengungkapan tersebut tidak tercermin dalam SPT hasil Pemeriksaan.
3. Pengungkapan ketidakbenaran pengisian SPT yang disampaikan setelah
SPT hasil Pemeriksaan tidak mencerminkan pengungkapan ketidakbenaran
pengisian SPT yang dilandasi oleh kesadaran sendiri Wajib Pajak.

Cara Pengungkapan Ketidakbenaran ini mengunakan laporan tersendiri secara


tertulis harus ditandatangani oleh Wajib Pajak dan dilampiri dengan:151

1. penghitungan pajak yang kurang dibayar sesuai dengan keadaan yang


sebenarnya dalam format SPT;

2. SSP atas pelunasan pajak yang kurang dibayar; dan

3. SSP atas pembayaran sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 50%.

SSP atas pelunasan pajak yang kurang dibayar dan SSP atas pembayaran
sanksi administrasi harus dilampirkan apabila pengungkapan ketidakbenaran
pengisian SPT mengakibatkan pajak yang kurang dibayar menjadi lebih besar.
Apabila pengungkapan ketidakbenaran pengisian SPT tidak mengakibatkan
kekurangan pembayaran pajak maka pengungkapan tersebut tidak perlu
dilampiri dengan SSP.

Untuk membuktikan kebenaran pengungkapan ketidakbenaran pengisian SPT,


Pemeriksaan tetap dilanjutkan dan atas hasil Pemeriksaan tersebut diterbitkan

150 Penjelasan Pasal 8 ayat (1) PP 74 Tahun 2011


151 Pasal 8 ayat (2) PP 74 Tahun 2011

70 PUSDIKLAT PAJAK
KUP

surat ketetapan pajak dengan mempertimbangkan laporan tersendiri tersebut


serta memperhitungkan pokok pajak yang telah dibayar.152 Wajib Pajak yang
sedang dilakukan Pemeriksaan mengungkapkan ketidakbenaran pengisian SPT
dalam laporan tersendiri, pemeriksa pajak harus menyelesaikan pemeriksaannya
untuk membuktikan kebenaran laporan tersendiri tersebut.

Dalam hal hasil Pemeriksaan membuktikan bahwa pengungkapan


ketidakbenaran pengisian SPT yang dilakukan oleh Wajib Pajak ternyata tidak
mencerminkan keadaan yang sebenarnya, surat ketetapan pajak diterbitkan
sesuai dengan keadaan yang sebenarnya tersebut.153 SSP atas pelunasan pajak
yang kurang dibayar diperhitungkan sebagai kredit pajak dalam surat ketetapan
pajak yang diterbitkan berdasarkan hasil Pemeriksaan masih terdapat kurang
bayar.154SSP atas pembayaran sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar
50% merupakan bukti pembayaran sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar
50% (lima puluh persen) terkait dengan pengungkapan ketidakbenaran pengisian
SPT.155

Dalam hal pengungkapan ketidakbenaran pengisian SPT dilakukan untuk SPT


Masa Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Masukan atas perolehan Barang Kena
Pajak atau Jasa Kena Pajak yang tidak dilaporkan dalam SPT Masa PPN tidak
dapat diperhitungkan sebagai kredit pajak sebagaimana diatur dalam Pasal 9
ayat (8) huruf i Undang-Undang PPN 1984 dan perubahannya.156

152 Pasal 8 ayat (3) PP 74 Tahun 2011


153 Pasal 8 ayat (4) PP 74 Tahun 2011
154 Pasal 8 ayat (5) PP 74 Tahun 2011
155 Pasal 8 ayat (6) PP 74 Tahun 2011
156 Pasal 8 ayat (7) PP 74 Tahun 2011

71

PUSDIKLAT PAJAK

Anda mungkin juga menyukai