Anda di halaman 1dari 2

RMK 2 PERPAJAKAN II

A. Rezky Aurillia Putri (A031211065)


SPT (Surat Pemberitahuan Pajak)
Surat Pemberitahuan Pajak (SPT) Masa PPh Pasal 21/26 adalah sarana untuk
melaporkan pemotongan PPh yang dilakukan oleh pemberi kerja, bendaharawan pemerintah,
dana pension atau badan lain dan penyelenggara kegiatan atas penghasilan sehubungan dengan
pekerjaan, jasa, atau kegiatan lain yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi
dalam negeri atau luar negeri.
Sebagai media pelaporan, SPT Masa PPh Pasal 21/26 akan memuat identitas pemotong
pajak (NPWP, nama, dan alamat), masa pajak, penyetoran (tanggal dan jumlah yang
disetorkan), jumlah penerima penghasilan, jumlah total penghasilan bruto untuk masing-
masing jenis penerima penghasilan dan besarnya PPh yang dipotong untuk masa tersebut,
termasuk PPh Pasal 21 yang dipotong final, kecuali pegawai tetap dan pensiunan serta
penerima pembayaran berkala lainnya, maka wajib dibuatkan bukti potong pada saat dilakukan
pemotongan PPh Pasal 21/26. Dengan demikian, atas pemotongan PPh Pasal 21/26 yang
dilakukan untuk masa pajak (setiap bulan) harus dimasukkan dalam SPT Masa PPh Pasal 21/26
dan dapat disampaikan ke KPP (Kantor Penyuluhan Pajak) tempat pemotong PPh Pasal 21/26
terdaftar selambat-lambatnya tanggal 20 bulan berikutnya, disertai dengan Daftar Bukti
Pemotongan PPh Pasal 21/26 dan SSP (Surat Setoran Pajak).
Tata Cara Pengisian SPT Masa PPh Pasal 21/26
Dalam pengisian SPT Masa PPh Pasal 21/26 sesuai formular nomoro F.1.1.32.01 maka
urutan pengisiannya adalah sebagai berikut:
1. Identitas pemotong pajak
2. Masa pajak dan tahun pajak
3. Tanggal penyetoran
4. Lampiran
5. Kolom (3), (4), dan (5)
6. Pemotong PPh Pasal 21/26 wajib menggunakan SPT Masa PPh Pasal 21/26 dalam
bentuk e-SPT dalam hal:
a. melakukan pemotongan PPh Pasal 21 terhadap pegawai tetap dan penerima pensiun
atau tunjangan hari tua/jaminan hari tua berkala
b. melakukan pemotongan PPh Pasal 21 (Tidak Final) dan/atau Pasal 26 selain
pemotongan PPh sebagaimana dimaksud pada huruf a dengan bukti pemotongan
yang jumlahnya lebih dari 20 (dua puluh) dokumen dalam 1 (satu) masa pajak
c. melakukan pemotongan PPh Pasal 21 (Final) dengan bukti pemotongan yang
jumlahnya lebih dari 20 (dua puluh) dokumen dalam 1 (satu) masa pajak
d. melakukan penyetoran pajak dengan SSP dan/atau bukti Pbk yang jumlahnya lebih
dari 20 (dua puluh) dokumen dalam 1 (satu) masa pajak
Apabila tidak lebih dari 20 (dua puluh) maka pemotong PPh Pasal 21/26 dapat
menggunakan SPT Masa PPh Pasal 21/26 dalam bentuk formular kertas (hard copy) atau e-
SPT.
Kewajiban Menyampaikan SPT
Kewajiban melaporkan perhitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan.atau
bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai denagn ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan dalam SPT tercantum dalam Pasal 3 ayat (1) UU KUP yang
berbunyi: “Setiap WP wajib mengisi SPT dengan benar, lengkap, dan jelas, dalam bahasa
Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan
menandatangani serta menyampaikannya ke kantor DJP tempat WP terdaftar atau dikukuhkan
atau tempat lain yang ditetapkan oleh Dirjen Pajak.”
Yang dimaksud dengan benar, lengkap, dan jelas dalam mengisi SPT adalah:
1. benar adalah benar dalam perhitungan, termasuk benar dalam penerapan ketentuan
peraturan UU Pajak, dalam penulisan, dan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya;
RMK 2 PERPAJAKAN II
A. Rezky Aurillia Putri (A031211065)
2. lengkap adalah memuat semua unsur-unsur yang berkaitan dengan objek pajak dan
unsur-unsur lain yang harus dilaporkan dalam SPT; dan
3. jelas melaporkan asal-usul / sumber objek pajak dan unsur lain yang harus diisikan
dalam SPT. SPT yang telah diisi dengan benar, lengkap, dan jelas tersebut wajib
disampaikan ke kantor DJP tempat WP terdaftar atau dikukuhkan atau tempat lain yang
ditetapkan oleh DJP, dan kewajiban penyampaian SPT oleh Pemotong atau Pemungut
Pajak dilakukan untuk setiap Masa Pajak.
Tempat dan Cara Pengambilan SPT
Pasal 3 ayat (2) UU KUP menyatakan, WP mengambil sendiri SPT di tempat yang
ditetapkan oleh Dirjen (pada kantor DJP atau tempat lain yang diperkirakan mudah terjangkau
oleh WP) atau mengambil dengan cara lain yang tata cara pelaksanaannya diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK). Dalam PMK No. 243/PMK.03/2014 tanggal
24/12/2014 diatur: “SPT berbentuk formulir kertas (hard copy) dapat diambil secara langsung
di KPP dan tempat lain yang ditetapkan oleh Dirjen Pajak. SPT berbentuk e-SPT dapat diambil
secara langsung oleh WP dengan cara mengunduh format SPT atau aplikasi e-SPT dari situs
DJP.”
Cara Penyampaian SPT
Penyampaian SPT oleh WP dapat dilakukan secara langsung melalui KPP atau KP2KP;
melalui pos dengan bukti pengiriman surat; atau dengan cara lain seperti melalui perusahaan
jasa ekspedisi/kurir dengan bukti pengiriman surat; atau e-Filing melalui website Direktorat
Jenderal Pajak atau ASP (Penyedia Jasa Aplikasi) dan diberikan Bukti Penerimaan Elektronik.
e-Filing adalah suatu cara penyampaian SPT yang dilakukan secara on-line yang real
time melalui website Direktorat Jenderal Pajak (www.pajak.go.id) atau Penyedia Jasa Aplikasi
atau Application Service Provider (ASP). (PER-14/PJ/2013)
Batas waktu penyampaian SPT pada pasal 3 ayat (3) UU KUP diatur bahwa SPT Masa
paling lama 20 (dua puluh) hari setelah akhir Masa Pajak.
SPT Dianggap Tidak Disampaikan
Dalam Pasal 3 ayat (7) UU KUP dinyatakan bahwa SPT dianggap tidak disampaikan
apablia:
1. SPT tidak ditandatangani
2. SPT tidak dilampiri keterangan dan/atau dokumen sesuai dengan PMK
3. SPT lebih bayar disampaikan telah lewat 3 tahun sesudah berakhirnya Masa Pajak
4. SPT disampaikan setelah DJP melakukan pemeriksaan/menerbitkan SKP
Sanksi Jika Tidak Menyampaikan SPT
Sanksi bagi WP yang tidak menyampaikan SPT, dapat berupa sanksi administrasi
ataupun sanksi pidana. Pasal 7 ayat (1) UU KUP menyatakan apabila SPT tidak disampaikan
dalam jangka waktunya atau batas waktu perpanjangan penyampaian SPT, dikenai sanksi
administrasi berupa denda sebesar:
1. Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) untuk SPT Masa PPN
2. Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) untuk SPT Masa lainnya
3. Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) untuk SPT Tahunan PPh WP Badan
4. Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) untuk SPT Tahunan PPh WP Orang Pribadi

Anda mungkin juga menyukai