Anda di halaman 1dari 5

PMK-213/PMK.

03/2016 adalah jenis dokumen tambahan dimana wajib disimpan oleh wajib
pajak yang melakukan transaksi dengan pihak tertentu (hubungan istimewa). Hubungan
istimewa diatur dalam Pasa 18 ayat (4) UU PPh atau Pasal 2 ayat (2) UU PPN. Dalam hal ini
terdapat dokumen harga transfer (TP Doc) yang diselenggarakan oleh Wajib Pajak sebagai dasar
penerapan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha (ALP) dalam Penentuan Harga Transfer yang
dilakukan oleh Wajib Pajak.

Prinsip tersebut mengatur kondisi transaksi yang dilakukan antara pihak yang memiliki
hubungan istimewa dengan pihak yang tidak memiliki hubungan istimewa.

Dalam PMK-213/PMK.03/2016 terdapat 2 (dua) peraturan dasar yang mana adalah sebagai
berikut:

 Pasal 3 ayat (6) dan Pasal 28 ayat (11) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Wajib wajib pajak berdasarkan peraturan
UU perpajakan.
 Pasal 10 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2011 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Hak dan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan. Wajib pajak melakukan
transaksi dengan pihak tertentu wajib menyimpan dokumen dan informasi tambahan
yang sesuai dengan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha.

PMK-213/PMK.03/2016 adalah tentang wajib pajak yang melakukan transaksi dengan pihak
yang memiliki hubungan istimewa. PMK-213 juga memuat dokumen baru yang dilampirkan
dalam bentup SPT (Surat Pemberitahuan). Peraturan ini wajib pajak untuk melakukan dan
menyimpan dokumen penting yang berhubungan dengan proses transaksi (dengan pihak
istimewa), serta dokumen penting tersebut dalam SPT (Surat Pemberitahuan).

Sejak berlaku Peraturan Menteri Keuangan nomor 213/PMK.03/2016, Wajib Pajak berikut wajib
membuat TP Doc, yaitu:

 peredaran bruto setahun lebih dari 50 miliar rupiah (jika beroperasi kurang dari setahun
maka harus disetahunkan);
 nilai transaksi afiliasi tahun pajak sebelumnya 20 miliar rupiah untuk barang berwujud,
atau 5 miliar rupiah untuk penyediaan jasa, pembayaran bunga, pemanfaatan barang
tidak berwujud, atau transaksi afiliasi lainnya; atau
 fihak afiliasi berada di negara yang memiliki tarif lebih rendah daripada tarif UU PPh
Indonesia.
Sesuai dengan pasal 1 angka 6 PMK-213/PMK.03/2016, dokumen penentuan harga
transfer atau Transfer Pricing Documentation (TP Doc) terdiri dari :
Dokumen Induk, (master file) merupakan dokumen yang memuat informasi mengenai
grup usaha dan setidaknya memuat perihal :
 Struktur dan bagan kepemilikan grup usaha serta negara atau yurisdiksi masing-
masing anggota grup usaha.
 Kegiatan usaha yang dilakukan oleh grup usaha
 Harta tidak berwujud yang dimiliki grup usaha
 Aktivitas keuangan dan pembiayaan dalam grup usaha
 Laporan keuangan konsolidasi entitass induk dan informasi perpajakan terkait
transaksi afiliasi

Dokumen Lokal, (local file) setidaknya memuat informasi mengenai :

 Identitas dan kegiatan usaha yang dilakukan Wajib Pajak


 Informasi transaksi afiliasi dan transaksi independen yang dilakukan Wajib Pajak
 Penerapan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha
 Informasi keuangan
 Peristiwa/kejadian/fakta non keuangan yang mempengaruhi pembentukan harga atau
tingkat laba.

Laporan per negara, (CbCR) harus memuat informasi sebagai berikut :

 alokasi penghasilan, pajak yang dibayar, dan aktivitas usaha per negara atau yurisdiksi
dari seluruh anggota Grup Usaha baik di dalam negeri maupun luar negeri, yang meliputi
nama negara atau yurisdiksi, peredaran bruto, laba (rugi) sebelum pajak, Pajak
Penghasilan yang telah dipotong/ dipungut/ dibayar sendiri, Pajak Penghasilan terutang,
modal, akumulasi laba ditahan, jumlah pegawai tetap, dan harta berwujud selain kas
dan setara kas; dan
 daftar anggota Grup Usaha dan kegiatan usaha utama per negara atau yurisdiksi.

Kriteria Wajib Pajak Yang Wajib Membuat TP Doc

Mereka yang Wajib membuat TP Doc dikelompokan menjadi 2(dua) yaitu :

 Kewajiban membuat dokumen induk dan dokumen lokal adalah Wajib Pajak yang
melakukan transaksi afiliasi dengan :
 nilai peredaran bruto Tahun Pajak sebelumnya dalam satu Tahun Pajak lebih dari Rp
50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah) ;
 nilai Transaksi Afiliasi Tahun Pajak sebelumnya dalam satu Tahun Pajak:lebih dari Rp
20.000.000.000,00 (dua puluh miliar rupiah) untuk transaksi barang berwujud; atau
 lebih dari Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) untuk masing-masing penyediaan
jasa, pembayaran bunga, pemanfaatan barang tidak berwujud, atau Transaksi Afiliasi
lainnya; atau
 Pihak Afiliasi yang berada di negara atau yurisdiksi dengan tarif Pajak Penghasilan lebih
rendah dari pada tarif Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 UU PPh.
 Kewajiban membuat dokumen induk, dokumen lokal dan laporan per negara yaitu :
 Wajib Pajak yang merupakan Entitas Induk dari suatu Grup Usaha yang memiliki
peredaran bruto konsolidasi pada Tahun Pajak bersangkutan paling sedikit Rp
11.000.000. 000. 000,00 (sebelas triliun rupiah)
 Dalam hal Wajib Pajak dalam negeri berkedudukan sebagai anggota Grup Usaha dan
entitas induk dari Grup Usaha merupakan subjek pajak luar negeri, Wajib Pajak dalam
negeri wajib menyampaikan laporan per negara sepanjang negara atau yurisdiksi
tempat Entitas Induk berdomisili:
 tidak mewajibkan penyampaian laporan per negara;
 tidak memiliki perJanJian dengan pemerintah Indonesia mengenai perpajakan;
ataumemiliki perjanjian dengan pemerintah Indonesia mengenai pertukaran informasi
perpajakan, namun laporan per negara tidak dapat diperoleh pemerintah Indonesia dari
negara atau yurisdiksi tersebut.

Pengecualian Wajib Pajak Yang Wajib Membuat TP Doc.

Tidak wajib membuat Dokumen Penentuan Harga Transfer (TP Doc) adalah bagi wajib pajak
yang memiliki transaksi afiliasi namun tidak termasuk dalam kategori-kategori sebagaimana
disebutkan Namun tetap memiliki kewajiban menerapkan Prinsip kewajaran dan kelaziman
usaha sebagaimana diatur dalam peraturan perpajakan.

Sanksi Terkait TP Doc

Tidak melampirkan ikhtisar master file & local file (lampiran B) :

 Sesuai ketentuan pasal 3 (7) KUP SPT yang dikategorikan tidak lengkap (SPT tidak
disampaikan) dikenakan denda pasal 7 ayat (1) dengan anksi denda Rp. 1.000.000,-
 Setelah ditegur secara tertulis dan tidak dilengkapi akan dilanjutkan dengan
pemeriksaan. Hasil pemeriksaan diterbitkan SKPKB Pasal 13 ayat 1 huruf b dengan
sanksi kenaikan sebesar 50% (Pasal 13 ayat 3 huruf a UU KUP)
 Tidak melampirkan CbC Report (Lampiran E, F G)
 Sesuai ketentuan pasal 3 (7) KUP SPT yang dikategorikan tidak lengkap (SPT tidak
disampaikan) dikenakan denda pasal 7 ayat (1) dengan anksi denda Rp. 1.000.000,-
 Setelah ditegur secara tertulis dan tidak dilengkapi akan dilanjutkan dengan
pemeriksaan. Hasil pemeriksaan diterbitkan SKPKB Pasal 13 ayat 1 huruf b dengan
sanksi kenaikan sebesar 50% (Pasal 13 ayat 3 huruf a UU KUP)
 Dasar hukum sanksi Pasal 13 ayat (3) huruf a UU KUP.

Tidak menggunakan data dan informasi yang tersedia pada saat dilakukan transaksi (untuk
mater file & local file);

 Wajib Pajak dianggap tidak menerapkan Arm’s Length Principle (ALP)


 Pengujian ALP dapat dilakukan secara jabatan (tidak mempertimbangkan TP Doc)
 Diterbitkan SKPKB pasal 13 ayat 1 huruf a dengan sanksi 2% per bulan
 Dasar hukum sanksi pasal 13 ayat 2 UU KUP

Informasi Seputar Pembuatan TP Doc

 Dokumen Penentuan Harga Transfer harus dibuat oleh Wajib Pajak dalam bahasa
Indonesia. Dalam hal Wajib Pajak telah mendapat izin Menteri Keuangan untuk
menyelenggarakan pembukuan dalam bahasa asing disertai dengan terjemahannya
dalam bahasa Indonesia. Bagi Wajib Pajak yang diijinkan menggunakan mata uang selain
rupiah, kurs yang digunakan adalah kurs pajak yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan
untuk penghitungan pajak pada akhir tahun pajak. (Pasal 2 ayat 7).
 Peredaran bruto merupakan jumlah bruto dari penghasilan yang diterima atau diperoleh
sehubungan dengan pekerjaan, usaha atau kegiatan utama Wajib Pajak dikurangi
diskon, rabat dan pengurang lainnya. (Pasal 2 ayat 8).
 Nilai peredaran bruto dan nilai transaksi afiliasi dihitung dengan cara disetahunkan
dalam hal Tahun Pajak diperolehnya peredaran bruto dan/atau dilakukannya Transaksi
Afiliasi meliputi jangka waktu kurang dari 12 (dua belas) bulan. (Pasal 2 ayat 5)
 Dalam hal Wajib Pajak mempunyai lebih dari satu kegiatan usaha dengan karakterisasi
usaha yang berbeda, dokumen local harus disajikan secara tersegmentasi sesuai dengan
karakterisasi usaha yang dimiliki. (Pasal 9 ayat 3)
 Dokumen Induk dan Dokumen Lokal wajib diselenggarakan berdasarkan data dan
informasi yang tersedia pada saat dilakukan Transaksi Afiliasi. (Pasal 3 ayat 1)
 Dokumen Induk dan Dokumen Lokal wajib diselenggarakan berdasarkan data dan
informasi yang tersedia sampai dengan akhir Tahun Pajak. (Pasal 3 ayat 2)
 Dokumen Induk dan Dokumen Lokal harus tersedia paling lama 4 (empat) bulan setelah
akhir Tahun Pajak. (Pasal 3 ayat 3)
 Dokumen Induk dan Dokumen Lokal harus dilampiri dengan surat pernyataan mengenai
saat tersedianya Dokumen Penentuan Harga Transfer tersebut yang ditandatangani oleh
pihak yang menyediakan Dokumen Penentuan Harga Transfer.
 Dokumen Induk dan Dokumen Lokal wajib dibuat ikhtisar, ikhtisar wajib disampaikan
sebagai lampiran Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Badan Tahun Pajak
yang bersangkutan. Untuk laporan per negara Tahun Pajak 2016 dan seterusnya wajib
disampaikan sebagai lampiran Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Badan
Tahun Pajak berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai