Anda di halaman 1dari 4

Nama : Sari Fateh Rizky

NPM : 20013010240
Kelas : Pajak II-F

PAJAK PENGHASILAN FINAL WP DENGAN PEREDARAN BRUTO TERTENTU:


PERHITUNGAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN

Perhitungan

Penghasilan usaha yang diperoleh atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri dengan
peredaran bruto tertentu dikenakan pajak penghasilan yang bersifat final dalam jangka waktu
tertentu. Tarif pajak penghasilan final ini dikenakan sebesar 0,5% (0,5%) dari peredaran bruto
setiap bulannya.

Penyetoran

Pembayaran pajak oleh Wajib Pajak sendiri akan dilakukan setiap bulan sebesar 0,5%
dari total penjualan bulanan. Deposit dilakukan di setiap lokasi bisnis. Itu akan dikreditkan
paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya. Hal ini dilakukan melalui kantor pos atau bank yang
telah disetujui oleh Mahkamah Konstitusi dengan menggunakan SPP. Penyampaian SPT
dilakukan dengan menyampaikan SPT PPh dalam waktu 20 hari setelah berakhirnya Masa
Pajak. Pelaporan Seorang wajib pajak atau perusahaan melaporkan pajak penghasilan tahunan
setiap tahun dengan mengajukan pengembalian pajak penghasilan tahunan ke Internal Revenue
Service.

Pelaporan

Pelaporan SPT Masa - Wajib Pajak yang telah melakukan pembayaran Pajak Penghasilan
jenis ini, dianggap telah menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan sesuai
dengan tanggal validasi Nomor Transaksi Penerimaan Negara yang tercantum pada Surat
Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang dipersamakan dengan Surat Setoran Pajak.
Dalam hal Wajib Pajak tidak memiliki peredaran usaha pada bulan tertentu, Wajib Pajak tidak
wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa.

Pelaporan SPT Tahunan - SPT Tahunan yang digunakan sama dengan SPT Tahunan sesuai
Subyek Pajaknya yakni Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan. SPT Tahunan
wajib mengisi Daftar Jumlah Peredaran Bruto dan Pembayaran PPh Final berdasarkan PP 46
Tahun 2013 Per Masa Pajak Serta Dari Masing-Masing Tempat Usaha yang diisi sesuai dengan
pembayaran pada masa tersebut. Khusus Wajib Pajak Orang Pribadi hanya dapat menggunakan
SPT Tahunan dengan jenis 1770 (tidak boleh menggunakan 1770S atau 1770SS).

BUKTI POTONG PAJAK YANG DIKREDITKAN DAN TIDAK DIKREDITKAN

Bukti pemotongan pajak penghasilan disebut juga dengan bukti pemotongan PPh
merupakan dokumen yang dibuat oleh pemotong pajak penghasilan sebagai bukti untuk
menunjukkan besarnya pajak penghasilan yang telah dipotong. Bukti pemungutan PPh atas
penghasilan yang dikenai pajak bersifat final merupakan bukti dari pelunasannya pajak
penghasilan bagi pihak yang dipotong atau dipungut.
PAJAK PENGHASILAN (PPH) PASAL 15 : PERHITUNGAN, PENYETORAN, DAN
PELAPORAN.
Objek pajak PPh 15 adalah nilai ekspor bruto, jumlah seluruh biaya pembuatan, dan
semua imbalan atau nilai pengganti. Objek pajak Pajak Penghasilan Pasal 15 berdasarkan
masing-masing subjek PPh 15 adalah:
1. Objek PPh 15 atas Charter Penerbangan Dalam Negeri
2. Objek PPh Pasal 15 atas Pelayaran Dalam Negeri
3. Objek PPh 15 atas Pelayaran dan/atau Penerbangan Luar Negeri
4. Objek PPh Pasal 15 atas Kantor Perwakilan Dagang Asing (representative office/liaison
office) di Indonesia
5. Objek PPh 15 atas Wajib Pajak yang melakukan kegiatan usaha jasa maklon
internasional di bidang produksi mainan anak-anak
Pada dasarnya, besar tarif pengenaan Pajak Penghasilan pasal 15 berbeda-beda
tergantung jenis industri bisnis yang dijalankan. Dasar penghitungan pajak penghasilan pasal
15 ini adalah:
PPh Terutang = 30% x Norma Penghitungan Penghasilan Netto (NPPN)
Norma Penghitungan Penghasilan Netto = Tarif PPh x Peredaran Bruto NPPN adalah Laba
Bersih
Pembayaran PPh Pasal 15 secara mandiri oleh badan atau perusahaan Penerbangan
Dalam Negeri (pencharter) melalui pemotongan. Penyetoran atas Pajak Penghasilan Pasal 15
dilakukan oleh pencharter paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya. Dalam laporan SPT
Masa, bukti potong wajib disertakan sebagai lampiran.
- Cara Bayar atau Setor PPh 15
Pencharter harus menyetorkan PPh Pasal 15 kepada bank atau pos persepsi dengan cara
menyampaikan SSP ( sekarang SSE elektronik ) atau kode billing melalui teller bank atau pos
persepsi, Anjungan Tunai Mandiri (ATM), Internet banking, mobile banking, EDC atau sarana
lainnya, lalu akan mendapatkan lembar Bukti Penerimaan Negara sebagai bukti pembayaran
yang berisi mengenai data pembayaran yang dilakukan. Data yang tertera di antaranya identitas
pembayar, jenis pajak, masa pajak, tahun pajak, dan Nomor Tanda Penerimaan Negara atau
NTPN.
- Cara Lapor SPT Masa PPh 15
Pelaporan SPT Masa PPh Pasal 15 oleh wajib pajak selaku pemotong pajak dilakukan
paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya setelah penyetoran pajak atau terutangnya imbalan
atau nilai pengganti. Seperti yang sudah disinggung di atas, Pajak Penghasilan Pasal 15
merupakan salah satu yang termasuk dalam pengelolaan PPh Unifikasi (Pajak Penghasilan 4
ayat 2, 15, 22, 23, dan 26). Oleh karena itu, pelaporan SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 15
ini juga harus dilakukan melalui e-Bupot Unifikasi.
PAJAK PENGHASILAN (PPH) PASAL 4 AYAT 2 : PERHITUNGAN, PENYETORAN,
DAN PELAPORAN
Setiap tarif PPh berbeda, berdasarkan jenis penghasilannya, dan berikut daftar tarifnya.

● Tarif sebesar 25% untuk penghasilan berupa hadiah undian (PP No. 132 Tahun 2000).
● Tarif sebesar 20% untuk penghasilan berupa bunga deposito serta jenis-jenis tabungan
dan obligasi negara (PP No. 131 Tahun 2000).
● Tarif sebesar 10% untuk penghasilan berupa bunga tabungan yang dibayarkan koperasi
kepada para anggota (PP No. 15 Tahun 2009).
● Tarif masing-masing 0,1% dan 0,5% untuk penghasilan dari transaksi penjualan saham
pendiri dan saham bukan pendiri (PP. No 14 Tahun 1997).
● Tarif sebesar 2,5% untuk penghasilan berupa transaksi derivatif yang telah
diperdagangkan bursa (PP No. 17 Tahun 2009).
● Tarif sebesar 0,1% untuk penghasilan dari transaksi penjualan saham atau pengalihan
penyertaan modal (PP No. 4 Tahun 1995).
● Tarif sebesar 5% untuk penghasilan dari transaksi pengalihan hak atas tanah atau
bangunan dan usaha real estate (PP No. 71 Tahun 2008).
● Tarif sebesar 10% untuk penghasilan berupa persewaan tanah atau bangunan (PP No.
5 Tahun 2002).
● Tarif sebesar 2% hingga 6% untuk penghasilan berupa jasa konstruksi (PP No. 51
Tahun 2008).
● Tarif sebesar 10% untuk penghasilan atas dividen yang diterima oleh wajib pajak orang
pribadi dalam negeri (Pasal 17 ayat 2C).
● Tarif sebesar 0 hingga 20% untuk penghasilan berupa bunga dari kewajiban (PP No. 16
Tahun 2009).

Anda mungkin juga menyukai