1. Pengertian peradilan
Peradilan berarti lembaga yang menempatkan perkara – perkara
hukum sesuai dengan tempatnya. Yang benar diputuskan benar dan
yang salah diputuskan salah.
Untuk kata peradilan, didalam bahasa arab digunakan kata ‘qadha’
jamaknya aqdhiya yang berarti, “ memutuskan perkara/ perselisihan
antara dua orang atau lebih berdasarkan hukum Allah.”
Qadha dapat pula diartikan sesuatu hukum antara manusia dengan
kebenaran dan hukum dengan apa yang telah diturunkan oleh Allah.
Para ahli fikih memberikan definisi qadha sebagai suatu keputusan
produk pemerintah atau menetapkan hukum syar’i dengan jalan
penetapan.
Dalil Perintah berbuat adil
1. An-Nahl Ayat 90
حنشاعء نوال مرمن مك نعر نوال مبنمغعي ينععرظك رمم ل ننعل كنك رمم تننذك كنررونن عإ كنن الل كننه ينأ مرمرر عبال منعمدعل نوال معإمحنساعن نوعإينتاعء عذي ال مرقمرنبى نوينن منهى ن
ععن ال منف م
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebijakan, memberi
kepada kamu kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan
permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.
1. Pengertian Hakim
Hakim adalah isim fa’il dari kata hakama, yang artinya
orang yang menetapkan hukum atau memutuskan
hukum atau suatu perkara. Sedang menurut istilah,
hakim adalah orang yang diangkat pengusaha untuk
menyelesaikan dakwaan – dakwaan dan
persengketaan – persengketaan.
Selain kata hakim, digunakan pula istilah qadhi, yang
berarti orang yang memutuskan, mengakhiri atau
menyelesaikan suatu perkara.
2. Syarat – syarat menjadi hakim
a. Muslim
Karena muslim merupakan syarat diperbolehkannya persaksian seorang muslim, dan
keahlian mengadili itu ada kaitannya dengan keahlian menjadi saksi. Akan tetapi,
menurut madzhab Hanafi, boleh mengangkat hakim yang bukan muslim untuk
mengadili masyarakat yang non muslim. Sementara untuk mengadili muslim tidak
boleh, karena hal tersebut tidak disyariatkan. Jadi hakim non muslim sifatnya hakim
khusus,
b. Baligh
Baligh berarti dewasa jasmani, rohani, dan dewasa dalam berfikir
c. Berakal.
Berakal disini bukan sekedar mukallaf, tapi benar-benar sehat pikirannya, cerdas dan
dapat memecahkan masalah. Karena di peradilan banyak masalah yang rumit dan
dilematis yang harus segera diselesaikan.
2. Syarat – syarat menjadi hakim.
d. Adil
Ail disini artinya benar dalam berhujjah, dapat menjaga amanah, bersikap jujur, baik dalam
keadaan marah maupun suka, mampu menjaga diri dari hawa nafsu dan perbuatan haram, serta
dapat mengendalikan amarah.
Dalam kitab al-Kaba`ir ini, Adz-Dzahabi juga menyebutkan dosa besar bagi hakim yang zalim.
Yakni, memutuskan suatu perkara tanpa memenuhi rasa keadilan sebagaimana ditetapkan
(Alquran). ''Allah tidak akan menerima shalat seorang pemimpin yang tidak berhukum dengan
apa yang telah diturunkan Allah.''
Hakim itu terdiri atas tiga macam, satu orang di surga dan dua lainnya di neraka. Seorang hakim
yang tahu kebenaran dan ia memutuskannya dengan kebenaran itu, ia berada di surga.
Sedangkan, hakim lain yang mengetahui kebenaran, namun ia menyimpang dengan sengaja, ia
berada di neraka. Dan, seorang hakim yang memutuskan perkara tanpa didasari dengan ilmu, ia
berada di neraka.'' (HR Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah).
2. Syarat – syarat menjadi hakim
e. Mengetahui hukum/undang-undang,
Baik pokok maupun cabang-cabangnya, juga penjelasan
atau interpretasi dari hukum/undang-undang tersebut.
f. Sehat jasmani dan rohani
g. Dapat membaca dan menulis.
3. Tata Cara Peradilan Menjatuhkan Hukuman.
a. Hendaklah ia berkantor di tengah – tengah negeri, ditempat yang diketahui orang dan dapat
dijangkau oleh lapisan masyarakat, sehingga masyarakat mudah mendapatkan pelayanan kaedilan,
b. Hendaklah ia menganggap sama terhadap orang-orang yang berperkara, baik dalam pelayanan,
tempat yang diberikan, berbicara terhadap mereka, dll.
Jangan memutuskan hukum dalam keadaan:
Sedang marah
Sedang sangat lapar dan haus
Sedang sangat susah atau snagat gembira
Sedang sakit
Sedang menahan buang air yang sangat
Mengantuk
Janganlah hakim menghukum antara dua orang sewaktu ia marah.
(H.R.Jamaah)
d. Tidak boleh menerima pemberian dari orang – orang yang sedang
berperkara, yang ada kaitannya dengan perkara yang sedang ditangani.
e. Hakim tidak boleh menunjukan cara mendakwa dan cara membela
f. Surat-surat kepada hakim yang lain di luar wilayahnya, apabila surat itu berisi
Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil diantara kamu. (Q.S. Ath-
Thalaq/65:2)
a. Muslim
b. Merdeka
c. Dapat berbicara
d. Bukan musuh terdakwa
e. Dhabit
Dalam arti kuat hafalan dari apa yang dilihat maupun didengar, serta dapat
memelihara apa yang dilihat dan didengarnya itu.
f. Bukan orang fasik, penghianat/pezina.
Sanksi Terhadap Saksi Palsu
1. Pengertian penggugat
Penggugat adalah orang yang mengajukan tuntutan melalui pengadilan karena
ada haknya yang diambil orang lain atau karena adanya permasalahan dengan
pihak lain, yang dianggap merugikan dirinya. Penggugat disebut juga dengan
penuntut, pendakwa, atau penuduh.
2. Syarat – Syarat Gugatan
Gugatan disampaikan secara tertulis yang ditujukan ke pengadilan dan ditanda tangani oleh
penggugat. Jika penggugat tidak bias menulis, boleh mengajukan gugatan secara lisan
kepada ketua pengadilan, yang nantinya akan dicatat oleh petugas pencatat.
Gugatatn harus diuraikan dengan jelas dan rinci (tafshil), baik permasalahannya maupun alasan-
alasan gugatan.
Tuntutan harus sesuai dengan kejadian perkara.
Memenuhi persyaratan khusus yang dibuat oleh pengadilan
Pihak tergugat tertentu orangnya
Penggugat dan tergugat sama-sama mukallaf, balig dan berakal
Penggugat dan tergugat tidak dalam keadaan berperang agama.
3. Macam-Macam Bukti.
Suatu dakwaan dapat diterima dan dibenarkan apabila disertai dengan bukti yang lengkap.
Rasulullah saw. Bersabda:
Bukti itu (wajib) dari penggugat, dan sumpah itu (wajib) dari orang (yang tergugat) yang mengingkari
(menolak gugatan).” (H.R. Baihaqi dan Thabrani).
a. Saksi
b. Barang bukti
c. Pengakuan terdakwa
d. Sumpah
- sumpah untuk berjanji melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu.
- sumpah untuk memberikan keterangan guna menguatkan bahwa sesuatu
itu benar-
benar demikian atau tidak.
e. Pengetahuan atau keyakinan hakim
4. Cara memeriksa terdakwa dan terdakwa yang tidak
hadir di persidangan.
a. Apabila terdakwa mengirakan (mengakui) tuduhan, maka hakim memutuskan
perkara sesuai dengan pengakuan tersebut, dan pemeriksaan terdakwa
dianggap tuntas.
b. Apabila terdakwa mengingkari tuduhan pendakwa, maka hakim meminta
kepada pendakwa untuk mendatangkan bukti-bukti perkara.
c. Apabila bukti-bukti tidak cukup, sedangkan pendakwa tidak mampu
membuktikan kebenaran gugatannya, lalu ia minta supaya pihak terdakwa
disumpah, maka hakim harus meluluskan permintaannya. Setelah itu hakim
memutuskan perkara berdasarkan sumpah terdakwa.
E. TERGUGAT DAN SUMPAH
1. Pengertian Tergugat
Tergugat adalah orang yang dituntut mengembalikan keadilan berkaitan dengan
hak-hak orang lain, atau dituntut untuk mempertanggungjawabkan kesalahan
atau dakwaan pihak lain dipengadilan. Tergugat sering disebut juga terdakwa,
atau tertuduh.
2. Tujuan Sumpah dan Sumpah Tergugat
Sumapah yaitu suatu pertanyaan yang hidmat, diucapkan pada waktu berjanji atau
keterangan dengan nama Allah dengan menggunakan huruf qasam (sumpah).
Tujuan sumpah adalah memberikan keterangan guna meyakinkan bahwa sesuatu
itu demikian atau tidak. Sumpah diucapkan oleh tergugat untuk menyangkal atau
menolak gugatan yang ditujukan kepadanya. Jika tergugat bersedia bersumpah,
hakim dapat memutuskan bahwa gugatan prnggugat tidak benar. Hal ini sekiranya
penggugat tidak mendatangkan bukti, atau bukti yang disodorkan penggugat atau
tidak lengkap/lemah.
3. Syarat-Syarat Orang Bersumpah