Anda di halaman 1dari 25

O L E H : H E N D R A I R AW A N

ARTI, FUNGSI DAN HIKMAH PERADILAN

1. Pengertian peradilan
Peradilan berarti lembaga yang menempatkan perkara – perkara
hukum sesuai dengan tempatnya. Yang benar diputuskan benar dan
yang salah diputuskan salah.
Untuk kata peradilan, didalam bahasa arab digunakan kata ‘qadha’
jamaknya aqdhiya yang berarti, “ memutuskan perkara/ perselisihan
antara dua orang atau lebih berdasarkan hukum Allah.”
Qadha dapat pula diartikan sesuatu hukum antara manusia dengan
kebenaran dan hukum dengan apa yang telah diturunkan oleh Allah.
Para ahli fikih memberikan definisi qadha sebagai suatu keputusan
produk pemerintah atau menetapkan hukum syar’i dengan jalan
penetapan.
Dalil Perintah berbuat adil

1. An-Nahl Ayat 90

  ‫حنشاعء نوال مرمن مك نعر نوال مبنمغعي ينععرظك رمم ل ننعل كنك رمم تننذك كنررونن‬ ‫عإ كنن الل كننه ينأ مرمرر عبال منعمدعل نوال معإمحنساعن نوعإينتاعء عذي ال مرقمرنبى نوينن منهى ن‬
‫ععن ال منف م‬
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebijakan, memberi
kepada kamu kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan
permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.

2. Q.S. an-Nisa: 135


“ Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak
keadilan, menjadi saksi Karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan
kaum kerabatmu. jika ia Kaya ataupun miskin, Maka Allah lebih tahu kemaslahatannya.
Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu Karena ingin menyimpang dari kebenaran.
dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, Maka
Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.”
2.      Fungsi peradilan
 Lembaga peradilan bertugas menyelesaikan
persengketaan dan memutuskan hukum.
Dengan peradilan Allah swt. Memelihara
keseimbangan dan kedamaian dalam
masyarakat luas. Peradilan memberikan
keputusan didalam perkara yang nyata yang
diembankan kepadanya untuk diadili sesuia
dengan kaidah – kaidah hukum yang ditetapkan
undang – undang.
 Dengan demikian, landasan dari fungsi peradilan
adalah terpeliharanya kepastian hokum dengan
menegakan peraturan – peraturan hukum yang
diwajibkan oleh islam serta menjadikannya
sebagai amalan sehari – hari.
3.      Hikmah peradilan
 Terciptanya keadilan dalam masyarakat, karena
masyarakat memperoleh hak – haknya.
 Terciptanya perdamaian, karena masyarakat
memperoleh kepastian hukumnya dan
diantara masyarakat salig menghargai hak –
hak orang lain. Tidak ada yang berbuat semena
mena karena semuanya telah diatur oleh
undang undang.
 Terciptannya kesejahteraan masyarakat
 Terwujudnya aparatur pemerintahan yang
jujur, bersih dan berwibawa
HAKIM

1.      Pengertian Hakim
Hakim adalah isim fa’il dari kata hakama, yang artinya
orang yang menetapkan hukum atau memutuskan
hukum atau suatu perkara. Sedang menurut istilah,
hakim adalah orang yang diangkat pengusaha untuk
menyelesaikan dakwaan – dakwaan dan
persengketaan – persengketaan.
Selain kata hakim, digunakan pula istilah qadhi, yang
berarti orang yang memutuskan, mengakhiri atau
menyelesaikan suatu perkara.
2.      Syarat – syarat menjadi hakim
a. Muslim
Karena muslim merupakan syarat diperbolehkannya persaksian seorang muslim, dan
keahlian mengadili itu ada kaitannya dengan keahlian menjadi saksi. Akan tetapi,
menurut madzhab Hanafi, boleh mengangkat hakim yang bukan muslim untuk
mengadili masyarakat yang non muslim. Sementara untuk mengadili muslim tidak
boleh, karena hal tersebut tidak disyariatkan. Jadi hakim non muslim sifatnya hakim
khusus,
b. Baligh
Baligh berarti dewasa jasmani, rohani, dan dewasa dalam berfikir
c. Berakal.
Berakal disini bukan sekedar mukallaf, tapi benar-benar sehat pikirannya, cerdas dan
dapat memecahkan masalah. Karena di peradilan banyak masalah yang rumit dan
dilematis yang harus segera diselesaikan.
2.      Syarat – syarat menjadi hakim. 

d. Adil
Ail disini artinya benar dalam berhujjah, dapat menjaga amanah, bersikap jujur, baik dalam
keadaan marah maupun suka, mampu menjaga diri dari hawa nafsu dan perbuatan haram, serta
dapat mengendalikan amarah.
 Dalam kitab al-Kaba`ir ini, Adz-Dzahabi juga menyebutkan dosa besar bagi hakim yang zalim.
Yakni, memutuskan suatu perkara tanpa memenuhi rasa keadilan sebagaimana ditetapkan
(Alquran). ''Allah tidak akan menerima shalat seorang pemimpin yang tidak berhukum dengan
apa yang telah diturunkan Allah.''
 Hakim itu terdiri atas tiga macam, satu orang di surga dan dua lainnya di neraka. Seorang hakim
yang tahu kebenaran dan ia memutuskannya dengan kebenaran itu, ia berada di surga.
Sedangkan, hakim lain yang mengetahui kebenaran, namun ia menyimpang dengan sengaja, ia
berada di neraka. Dan, seorang hakim yang memutuskan perkara tanpa didasari dengan ilmu, ia
berada di neraka.'' (HR Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah).
2.      Syarat – syarat menjadi hakim

e. Mengetahui hukum/undang-undang,
Baik pokok maupun cabang-cabangnya, juga penjelasan
atau interpretasi dari hukum/undang-undang tersebut.
f. Sehat jasmani dan rohani
g. Dapat membaca dan menulis.
3.      Tata Cara Peradilan Menjatuhkan Hukuman. 

Peradilan menjatuhkan hukuman kepada terdakwa didasarkan kepada berbagai hal


dan pertimbangan:
a. Didasarkan kepada hasil pemeriksaan didalam siding peradilan. Kemudian para
hakim mengambil kesimpulan dari pemeriksaan tersebut, lalu menjatuhkan
hukuman.
b. Dari kondisi para hakim,, bahwa mereka telah melakukan pemeriksaan sesuai
dengan prosedur dan adab/kesopanan para hakim.
4.      Adab kesopanan / etika hakim

a. Hendaklah ia berkantor di tengah – tengah negeri, ditempat yang diketahui orang dan dapat
dijangkau oleh lapisan masyarakat, sehingga masyarakat mudah mendapatkan pelayanan kaedilan,
b. Hendaklah ia menganggap sama terhadap orang-orang yang berperkara, baik dalam pelayanan,
tempat yang diberikan, berbicara terhadap mereka, dll.
Jangan memutuskan hukum dalam keadaan:
 Sedang marah
 Sedang sangat lapar dan haus
 Sedang sangat susah atau snagat gembira
 Sedang sakit
 Sedang menahan buang air yang sangat
 Mengantuk
Janganlah hakim menghukum antara dua orang sewaktu ia marah.
(H.R.Jamaah)
d. Tidak boleh menerima pemberian dari orang – orang yang sedang
berperkara, yang ada kaitannya dengan perkara yang sedang ditangani.
e. Hakim tidak boleh menunjukan cara mendakwa dan cara membela
f. Surat-surat kepada hakim yang lain di luar wilayahnya, apabila surat itu berisi

hukum hendaklah dipersaksikan kepada dua orang saksi sehingga keduanya


mengetahui isi surat tersebut.
SAKSI
1.      Pengertian Saksi
Saksi atau asy-syahadah yaitu orang yang mengetahui atau melihat. Yaitu orang
yang dimintakan hadir dalam suatu persidangan untuk memberikan keterangan
yang membenarkan atau menguatkan bahwa peristiwa itu terjadi. Atau yang
memberikan keterangan bahwa peristiwa itu tidak terjadi, misalnya dalam kasus
tuduhan kepada terdakwa.
Dihadirkannya saksi untuk memberikan kesaksian yang sebenarnya, sehingga
para hakim dapat mengadili terdakwa sesuai dengan bukti-bukti yang ada,
termasuk keterangan dari para saksi. Saksi adalah salah satu dari alat bukti
disamping bukti-bukti yang ada.
2.      Syarat-syarat saksi yang adil

Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil diantara kamu. (Q.S. Ath-
Thalaq/65:2)
a. Muslim
b. Merdeka
c. Dapat berbicara
d. Bukan musuh terdakwa
e. Dhabit
Dalam arti kuat hafalan dari apa yang dilihat maupun didengar, serta dapat
memelihara apa yang dilihat dan didengarnya itu.
f. Bukan orang fasik, penghianat/pezina.
Sanksi Terhadap Saksi Palsu

Memberikan kesaksian palsu termasuk sebesar-besar dosa besar.


Rasulullah saw bersabda:
Maukah auku beritahukan kepadamu tentang sebesar-besarnya dosa besar? Sahabat
menjawab: Baiklah ya Rasulullah. Rasulullah lalu bersabda: Menyekutukan Allah, durhaka
kepada orang tua, Tadinya (rasulullah) bersandar, lalu beliau tegak duduk sambil bersabda:
ketahuilah (yang ketiga adalah) perkataan bohong dan saksi palsu (Muttafaq Alaih).
Sanksi Terhadap Saksi Palsu
Saksi palsu itu dianggap sebagai dosa besar, karena dampak negatifnya yang sangat
luas. Dapat merugikan pihak – pihak tertentu, yang salah bias bebas dari hukuman dan
yang benar bias dihukum, akan tersebar fitnah dimasyarakat dll. Sehingga persaksian
palsu itu dosanya disamakan dengan dosa syirik dan durhaka pada orang tua.
Apabila kemudian saksi itu diketahui oleh majlis sidang pengadilan atau oleh
masyarakat, maka menurut Imam Syafi’i dan Imam Ahmad. saksi palsu itu harus
dihukum dengan ta’zir (semacam peringatan keras atau yang mendidik) dan
diumumkan kepada masyarakat bahwa ia saksi palsu.
Imam Malik menambahkan bahwa saksi palsu itu harus diumumkan dimasjid-masjid,
dipasar –pasar dan ditempat-tempat berkumpulnya manusia, agar diketahui mereka.
D.    PENGGUGAT DAN BUKTI

1.      Pengertian penggugat
Penggugat adalah orang yang mengajukan tuntutan melalui pengadilan karena
ada haknya yang diambil orang lain atau karena adanya permasalahan dengan
pihak lain, yang dianggap merugikan dirinya. Penggugat disebut juga dengan
penuntut, pendakwa, atau penuduh.
2.      Syarat – Syarat Gugatan
 Gugatan disampaikan secara tertulis yang ditujukan ke pengadilan dan ditanda tangani oleh
penggugat. Jika penggugat tidak bias menulis, boleh mengajukan gugatan secara lisan
kepada ketua pengadilan, yang nantinya akan dicatat oleh petugas pencatat.
 Gugatatn harus diuraikan dengan jelas dan rinci (tafshil), baik permasalahannya maupun alasan-
alasan gugatan.
 Tuntutan harus sesuai dengan kejadian perkara.
 Memenuhi persyaratan khusus yang dibuat oleh pengadilan
 Pihak tergugat tertentu orangnya
 Penggugat dan tergugat sama-sama mukallaf, balig dan berakal
 Penggugat dan tergugat tidak dalam keadaan berperang agama.
3.      Macam-Macam Bukti.
Suatu dakwaan dapat diterima dan dibenarkan apabila disertai dengan bukti yang lengkap.
Rasulullah saw. Bersabda:
Bukti itu (wajib) dari penggugat, dan sumpah itu (wajib) dari orang (yang tergugat) yang mengingkari
(menolak gugatan).” (H.R. Baihaqi dan Thabrani).
a. Saksi
b. Barang bukti
c. Pengakuan terdakwa
d. Sumpah
- sumpah untuk berjanji melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu.
- sumpah untuk memberikan keterangan guna menguatkan bahwa sesuatu
itu benar-
benar demikian atau tidak.
e. Pengetahuan atau keyakinan hakim
4. Cara memeriksa terdakwa dan terdakwa yang tidak
hadir di persidangan.
a. Apabila terdakwa mengirakan (mengakui) tuduhan, maka hakim memutuskan
perkara sesuai dengan pengakuan tersebut, dan pemeriksaan terdakwa
dianggap tuntas.
b. Apabila terdakwa mengingkari tuduhan pendakwa, maka hakim meminta
kepada pendakwa untuk mendatangkan bukti-bukti perkara.
c. Apabila bukti-bukti tidak cukup, sedangkan pendakwa tidak mampu
membuktikan kebenaran gugatannya, lalu ia minta supaya pihak terdakwa
disumpah, maka hakim harus meluluskan permintaannya. Setelah itu hakim
memutuskan perkara berdasarkan sumpah terdakwa.
E.     TERGUGAT DAN SUMPAH
1.      Pengertian Tergugat
Tergugat adalah orang yang dituntut mengembalikan keadilan berkaitan dengan
hak-hak orang lain, atau dituntut untuk mempertanggungjawabkan kesalahan
atau dakwaan pihak lain dipengadilan. Tergugat sering disebut juga terdakwa,
atau tertuduh.
2.      Tujuan Sumpah dan Sumpah Tergugat
Sumapah yaitu suatu pertanyaan yang hidmat, diucapkan pada waktu berjanji atau
keterangan dengan nama Allah dengan menggunakan huruf qasam (sumpah).
Tujuan sumpah adalah memberikan keterangan guna meyakinkan bahwa sesuatu
itu demikian atau tidak. Sumpah diucapkan oleh tergugat untuk menyangkal atau
menolak gugatan yang ditujukan kepadanya. Jika tergugat bersedia bersumpah,
hakim dapat memutuskan bahwa gugatan prnggugat tidak benar. Hal ini sekiranya
penggugat tidak mendatangkan bukti, atau bukti yang disodorkan penggugat atau
tidak lengkap/lemah.
3.      Syarat-Syarat Orang Bersumpah

Orang yang bersumpah dianggap sah sumpahnya pabila memenuhi syarat-syarat:


a. Mukallaf.
b. Atas kehendak sendiri, artinya tidak ada paksaan dari pihak manapun.
c. Sengaja mengucapkan sumpah. Orang yang mabuk atau tidak sadar, tidak sah
sumpahnya.
d. Harus dengan nama Allah.
4.      Lafaz-lafaz Sumpah
Harus menggunakan huruf qasam atau huruf sumpah. Kata-kata qasam adalah:

Kata kata tersebut mengandung arti Demi Allah.


5.      Pelanggar Sumpah
Denda orang yang melanggar sumpah adalah memilih salah satu dari hal-hal sebagai berikut:
a. Member makan kepada 10 orang miskin dengan makanan pokok ¾ liter per orang.
b. Member pakaian 10 orang miskin, yaitu pakaian yang pantas untuk mereka.
c. Memerdekakan budak
d. Mengerjakan puasa selama tiga hari.

Anda mungkin juga menyukai