Anda di halaman 1dari 2

Menurut hukum perdata, domisili adalah tempat kedudukan resmi yang dapat berupa

tempat tinggal, rumah, kantor atau kota yang mempunyai kedudukan hak serta
kewajiban di mata hukum.

Istilah domisili berasal dari kata domicile atau woonplaats yang memiliki arti tempat
tinggal. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan domisili adalah
kediaman dan bertempat tinggal. Sementara mengutip laman Badan Pusat Statistik
(BPS), domisili adalah alamat tinggal sekarang.

Masih menurut BPS, domisili juga bisa berarti alamat di mana seseorang biasa
bertempat tinggal. Alamat domisili adalah alamat yang sesuai dengan tempat tinggal
seseorang saat ini. Meski demikian, alamat domisili kadang kala bisa berbeda dengan
alamat yang tercantum dalam identitas penduduk seperti KTP.

Berikut beberapa pengertian domisili menurut para ahli:

•Sri Soedewi Masjchoen Sofwan


Domisili adalah tempat dimana seseorang memenuhi kewajiban dan melakukan hak-
haknya meskipun pada kenyataannya saat sekarang ini dia sedang tidak berada di
tempat tersebut.
  
•Prawirohamidjojo dan Pohan
Domisili adalah tempat seseorang yang selalu hadir dalam kaitannya dengan
melaksanakan hak dan kewajiban individu. Secara singkat, dapat dipahami sebagai
tempat tinggal sah dari individu yang melakukan perbuatan atau hubungan hukum.

•Hukum Perdata
Domisili adalah tempat kedudukan resmi yang dapat berupa tempat tinggal, rumah,
kantor atau kota yang mempunyai kedudukan hak serta kewajiban di mata hukum.
 

-Pentingnya Domisili bagi Subjek


 Hukum Domisli tak hanya sekadar istilah untuk menggambarkan suatu tempat
menetap. Domisili memainkan peran yang lebih penting bagi kesejahteraan seorang
individu. Dengan memiliki alamat domisili yang jelas dan tercatat, artinya Anda juga
berhak mendapatkan pelayanan sipil sekaligus hukum dari wilayah tempat tinggal
Anda.

Berikut beberapa hal penting terkait domisili bagi seorang individu yang merupakan
warga dalam suatu negara, dalam hal ini Indonesia, di mata hukum;

1. Domisili digunakan untuk menentukan di mana seseorang harus melakukan


perkawinan. hal ini berhubungan dengan suatu peraturan bahwa perkawinan harus
dilaksanakan di tempat salah satu pihak (Pasal 76 KUH Perdata).
2. Untuk menentukan di mana subjek hukum harus dipanggil dan ditarik di muka
pengadilan. Hal ini sangat berkaitan dengan adanya peraturan bahwa pengadilan yang
berwenang mengadili seseorang dalam perkara perdata adalah pengadilan dalam
wilayah hukum penggugat atau tergugat berdomisili. (Pasal 118 ayat 1 dan 2 H.I.R).

3. Untuk menentukan pengadilan mana yang berkuasa terhadap subjek hukum tersebut
dan mempermudah segala urusan atau keterikatan seseorang dengan masalah atau
pengadilan hukum.

Macam-Macam Domisili
Terdapat dua macam domisili yang ada, yakni domisili terikat dan domisili
bebas. Berikut penjelasan keduanya;

1. Domisili Terikat

Domisili terikat adalah domisili yang menentukan seseorang harus menyesuaikan


dengan keadaan orang sekitarnya, dalam hal ini keluarga. Misalnya, seorang istri
yang berdomisili di tempat tinggal suami. Lalu seorang anak yang berdomisili di
tempat tinggal orang tuanya. Undang-Undang yang mengatur tentang domisili
terikat ini adalah:
 Tempat tinggal istri sama dengan tempat tinggal suami (pasal 32 UU No.1
Tahun 1974).
 Tempat tinggal anak mengikuti tempat tinggal orang tua (pasal 47 UU No.1
tahun 1974).
 Tempat tinggal orang di bawah pengampuan mengikuti tempat tinggal
pengampunya/walinya (pasal 50 UU No.1 tahun 1974).

2. Domisili Bebas
Tak sama dengan domisili terikat, domisili bebas adalah macam domisili di mana
seseorang tidak terikat sama sekali dengan keadaan orang sekitarnya, dalam hal ini
keluarga. Bisa diartikan pula, seseorang berhak secara bebas menentukan domisili
atau tempat tinggalnya. Domisili bebas terbagi menjadi dua, yakni domisili bebas
terkait wewenang perdata dan penunjukkan. Undang-Undang yang mengatur tentang
domisili bebas ini adalah:
 Tempat tinggal yang terpaksa dipilih ditentukan undang-undang. (pasal 106:2
KUHPdt).
 Tempat kediaman yang dipilih secara bebas misalnya tempat tinggal yang
dipilih secara sukarela harus dilakukan secara tertulis artinya harus dengan
akta, bila ia pindah maka untuk tindakan hukum yang dilakukannya ia tetap
bertempat tinggal di tempat yang lama. (pasal 24:1 KUHPdt).

Anda mungkin juga menyukai